• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUPLEMEN 2 Farmakope Herbal Indonesia Edisi 1 (2011)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SUPLEMEN 2 Farmakope Herbal Indonesia Edisi 1 (2011)"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

QUNQ@

Ind

5

SUPLEMENII

FARMAKOPE

HERBAL

INDONESIA

EDISI I

2011

(3)

Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI

615.1

Ind Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat

s Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Suplemen II Farmakope Herbal Indonesia edisi I 2011,--Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2011 ISBN 978-602-235-043-9

1. Judul I PHARMACOPOEIAS

(4)

KATA PENGAN TAR

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karuniaNya 8uku Suplemen 11 Farmakope Herbal Indonesia Edisi [ ini dapat diselesaikan dan diterbitkan.

Penggunaan obat bersumber dari alam di Indonesia merupakan ba gian dari budaya dan tela h dimanfaatkan oleh masyarakat sejak berabad-abad yang lalu. Namun demikian, secara umum mutu simplisia ya ng mempengaruhi keamanan dan manfaat terhadap kesehatan belum sepenuhnya didukung oleh standar yang mema dai. Mengingat hal tersebut perlu ditetapkan standar mutu simplisia dan ekstrak untuk digunakan masyarakat dalam berbagai keperluan un tuk men ca pai derajat kese hatan yang optimal.

Buku ini merupakan lanjutan Suplemen I dari Farmakope Herbal Indonesia Edisi I yang merupakan buku standar di bidang Fa rm asi untuk simplisia dan ekstrak yang berasa l dari tumbuhan. Standar ini berisi persyaratan mu tu yang terdiri dari organoleptik, makroskopik , mikroskopik , kandungan kimia , metode anal isi s termasuk prosedur dan peralatannya. Suplemen II Farmakope Herbal Indonesia Edisi I ini juga mencantumkan semua lampiran dalam Farmakope Herbal Indonesia Edisi I dan Suplemen I Farmak ope Herbal Indonesia yang ditambah dengan beberapa sen yawa identitas dan pembanding serta penetapan kadar fenol total. Suplemen II Farmakope Herbal Indonesia Edisi I ini berisikan 41 monografi simpl isia dan ekstrak.

Penyusunan Suplemen " Farmakope Herbal Indonesia Edi si I merupakan kerjasama antara Kementerian Ke se hatan dan 8adan Pen ga was Obat dan Mak anan (8adan POM) dengan melibatkan para pakar dari berbagai perguruan tinggi far masi dan kedokteran serta pakar independen sebaga i Tim Editor. Panitia penyusunan Suplemen If Fannakope Herbal Indonesia Edisi I ditetapkan den gan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor I 756/MENKES/SKIV IlIl20 II.

Denga n terbitnya Suplemen II Farmakope Herbal Indonesia Edisi I ini diharapkan dapat melengkapi Farmako pe Herbal Indonesia Edisi 1 dan Suplemen I Fannakope Herbal Indonesia sebagai sta ndar mutu si mplisia dan ekstrak tanaman obat untuk kepentingan kesehatan baik praktisi , industri obat herbal dan regul ato r.

Kepada semua pihak yang telah berperan , se rta berpartisipasi mulai dari persiapan sampai terbitnya buku ini , kami ucapkan terimakasih dan penghargaan se tinggi-tinggi nya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberik an imbalan atas sumbangsihnya.

Jakarta, Desember 20 I 1 Direktur Jenderal

Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

ttd

Ora. Sri Indrawaty, Apt., M.Kes

(5)
(6)

DAFTAR lSI

Kata Pengantar... . .... . .... ... .. .... ... . ... .. ... . .... .. .. .. .... . ... .. ... . .. ... III

Daftar Jsi. . . .. . . .. . . .. . . ... . . . y

ten tang Pemberlakuan Suplemen II Farmakope Herbal

Ketentuan Umum.... .. ... . .. ... . ... .. .. .. .... ... .. .. . . . ... ... . .. . .... . . XX I

Monografi .... .. . ... .. . . ... ... . .. . . ... . . .. . . .. . .. ... ... ... .. . ... . . . . ... ... . . .. ... .

Daftar Tabel

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1756/MENKES/SK/VIII/20 II

Tentang Pembentukan Panitia Suplemen II Farmakope Herbal Indonesia ... ... VII

Keputll sa n Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2345/MENKES /SKlXlI20 11

Indonesia... . . .. . ... ... ... ... .. .. ... ... .. .. .. ... .. ... .... .... xv

Daftar Monografi .. .. ... .. .. ... ... .. .... .... . . ... . ... ... . . . ... ... ... . XVII Daftar La mpiran.... . . .. ... .... .. .. ... ... .. ... . ... ... ... .. .... ... .... XIX Lampiran. ... ... ... . ... ... .... . .... ... .. . .. . .. ... ... ... .. . ... .... 93

Pereaksi, Larutan Pereaks i dan Larutan Penampak Bercak... ... . .. .. . ... ... .. .... .. . 117

Tabel I. Labll Tentukur, Pipet Volume dan Buret... . ... .. .. . .. ... . ... ... . 94

Tabel 2. Lubang Pengayak Baku.... ... ... ... ... ... ... .... ... ... 107

Tabel 3. Klasifikasi Serbuk Berdasarkan Derajat Hallls.. .. . .. .... .. ... . .. .. . . .... 107

[image:6.595.79.511.129.442.2]
(7)

MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 1756/MENKES/SK/VIII /2 011

TENTANG

PEMBENTUKAN PANITIA SUPLEMEN II FARMAKOPE HERBAL INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang a. bahwa Farmakope Herbal Indonesia perlu disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dalam bentuk suplemen;

b. bahwa untuk penyusunan naskah Suplemen II Farmakope Herbal Indonesia perlu dibentuk Panitia Suplemen II Farmakope Herbal Indonesia;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan ten tang Pembentukan Panitia Suplemen II Farmakope Herbal Indonesia;

Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 ten tang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonia Nomor 3781);

3. Peraturan Menteri Ke s ehatan Nomor 1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 585)

4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 189 /Menkes / SK/III/ 2006 tentang Kebijakan Obat Nasional;

(8)

MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

2

-5. Keputusan Menteri 381 /Menkes/ SK/III/ 2007 Tradisional Nasional;

Kesehatan Nomor tentang Kebijakan Obat

6. Keputusan Menteri 261 /Menkes/SK/IV /2009

Kesehatan Nomor tentang Pemberlakuan Farmakope Herbal Indonesia Edisi Pertama;

7. Keputusan Menteri

374/Menkes/SK/V/2009 tentang Nasional;

Sistem

Kesehatan Kesehatan

MEMUTUSKAN:

Menetapkan KEPUTUSAN MENTERI

PEMBENTUKAN PANITIA HERBAL INDONESIA.

KESEHATAN TENTANG SUPLEMEN II FARMAKOPE

KESATU Membentuk Panitia Suplemen II Farmakope Herbal Indonesia dengan susunan anggota sebagai tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.

KEDUA Panitia Suplemen II Farmakope Herbal Indonesia terdiri dari Panitia Pengarah, Panitia Penyusun Monografi dan Dewan Redaksi yang masing-masing mempunyai tugas;

1. Panitia Pengarah;

a . Memberikan arahan penyusunan Farmakope Herbal Indonesia;

Suplemen II

b. Membahas dan menetapkan naskah monografi yang akan dimuat dalam Suplemen II Farmakope Herbal Indonesia;

c . Memberikan rekomendasi atas pembahasan seluruh naskah kepada Menteri Kesehatan melalui Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

2. Panitia Penyusun Monografi;

(9)

MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

3

-b. Melaksanakan penyusunan naskah monografi yang akan dimuat dalam Suplemen II Farmakope Herbal Indonesia;

c. Memberikan rekomendasi atas hasil pembahasan monografi kepada Ketua Panitia Pengarah.

3. Dewan Redaksi ;

a. Membantu Panitia Pengarah dalam menyusun Draft Suplemen II Farmakope Herbal Indonesia ;

b. Memeriksa dan mengedit naskah Farmakope Herbal Indonesia;

Suplemen II

c. Memberikan rekomendasi atas hasil penyusunan naskah Suplemen II Farmakope Herbal Indonesia kepada Ketua Panitia Pengarah.

KETIGA Panitia Suplemen II Farmakope Herbal Indonesia terdiri dari tenaga ahli dalam suatu bidang yang terkait dengan farmakope, berpengalaman dan masih aktif dalam pengembangan ilmunya dan bertanggungjawab kepada Menteri Kesehatan.

KEEMPAT Pembiayaan untuk kegiatan Panitia Suplemen II Farmakope Herbal Indonesia dibebankan pada DIPA Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian.

KELIMA Hal-hal yang dianggap perlu dan belum diatur dalarn Keputusan ini akan diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

KEENAM Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan .

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 16 Agustus 2011

MENTERI KESEHATAN,

ttd

ENDANG RAHAYU SEDYANINGSIH

(10)

MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

4

-LAMPI RAN

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 1756/MENKES/SK/VIII/2011 TENTANG

PEMBENTUKAN PANITIA SUPLEMEN II FARMAKOPE HERBAL INDONESIA

SUSUNAN KEANGGOTAAN PANITIA SUPLEMEN II FARMAKOPE HERBAL INDONESIA

1. PANITIA PENGARAH

Penanggung jawab Menteri Kesehatan

Ketua Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan A1at Ke se hatan

Waki1 Ketua I Kepa1a Badan Pengawas Obat dan Makanan

Waki1 Ketua II : Staf Ahli Menteri Bidang Teknologi Kesehatan dan G10balisasi

Anggota l. Direktur Jendera1 Bina Upaya Kesehatan 2 . Direktur Jendera1 Bina Gizi danKesehatan

Ibu dan Anak

3. Kepa1a Badan Litbang Keseha tan 4. Kepa1a Badan Standardisasi Nas iona1 5 . Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 6 . Deputi Bidang Pengawasan Obat

Tradisiona1, Kosmetik dan Produk Komp1emen Badan POM

7. Deputi Kepa1a BPPT Bidang Tekno1ogi Agroindustri dan Biotekno1ogi

8. Staf Ahli Menristek Bidang Pangan dan Kesehatan

9. Ketua GP Jamu

Sekretaris 1. Direktur Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian (KEMENKES)

(11)

MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

5

-3 . Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (KEMENKES)

Seksi-seksi dan Sekretariat Panitia Pengarah :

Seksi I : Tata Nama, Farmasi, Umum dan Perundang-undangan :

1. Ketua Drs . Ruslan Aspan, Apt., MM (BPOM) 2. Wakil KetuajSekretaris Drs . Ketut Ritiasa, Apt. (BPOM) 3. Anggota 1. Prof. Dr. Supriyatna (UNPAD)

2. Prof. Dr. Amri Bachtiar (UNAND) 3. Dr. Eko Baroto Waluyo (Bogoriensis) 4. Dra. Nurhayati, Apt. (Universitas

Pancasila)

5. Ir. Yuli Widiastuti MP (B2P2TO-OT) 6. Prof. Dr. Dachriyanus (UNAND)

Seksi II : Biologi j Farmakognosi :

1 . Ketua Prof. Dr. Asep Gana Suganda (ITB)

2 . Wakil KetuajSekretaris Prof. Dr. Ernawati Sinaga, Apt, MS (UNAS) 3. Anggota 1. Dr . Elly Wahyudin, Apt. (UNHAS)

2. Dr . 1. Broto S Kardono (LIPI) 3. Dr . Slamet Ibrahim (ITB) 4. Drs. Amril Djalil, M.Si (UI)

5. Dr. Moelyono MW. , M.S. , Apt . (UNPAD) 6. Dr. Komar Ruslan (ITB)

7. Dr. Djoko Santoso, M.Si (UGM)

Seksi III : Fitokimia j Kimia Bahan Alam :

1. Ketua Prof. Dr. SUwijiyo Pramono, Apt., DEA (UGM) 2. Wakil Ketuaj Sekretaris: Dr. Berna Ilyas, Apt. (UI)

3. Anggota l. Prof. Dr. Dayar Arbain, Apt. (UNAND) 2. Dr. Pandapotan Nasution, Apt. (USU) 3. Dr. Sherley, Apt. (BPOM)

4. Dr. Subagus Wahyuono, Apt. (UGM) 5. Dr. Elfahmi (ITB)

6. Dr. Bambang Prayogo (UNAIR)

(12)

MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

6

-Seksi IV : Farmakologi

f

Posologi

f

Toksikologi

f

Mikrobiologi :

1. Ketua Prof. Dr. dr. Hedi Rosmiati Dewoto, SpFK (FKUI)

2. Wakil KetuafSekretaris: Dr. Ketut Adny ana (ITB)

3. Anggota 1. Prof. Dr. Lukman Hakim , Apt. (UGM) 2. Prof. Dr. Elin Yulinah S . (ITB)

3. Prof. Dr. Anas Subarnas (UNPAD) 4. Dr. Katrin Basyah, MS (UI)

5. Dra. Nur Ratih Purnama , Apt., M.Si

6. Drs. Riza Sultoni, Apt., MM

Seksi V : Farmasetika

f

Teknologi Farmasi :

1. Ketua Prof. Dr. Yeyet Cahyati S. (ITB)

2. Wakil KetuafSekretaris: Dr. Yoshita Djajadisastra, MSc., Apt. (UI)

3. Anggota 1. Prof. Dr. Adek Zamrud Adnan, Apt.

(UNAND)

2. Dr. Rifatul Widjhati , Apt., MSc . (BPPT) 3 . Prof. Dr. Yudi Padmadisastra, MSc.

(UNPAD)

4. Dr. Atiek Sumiati, Apt., M.Si (UI)

5. Dra. R. Dettie Yuliati, Apt., M.Si (BINFAR)

6. Drs. Burhanuddin Taebe, M.Si (UNHAS)

7. Drs. Awaluddin Saragih, M.Si (USU)

Sekretariat Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian (KEMENKES)

II . PANITIA PENYUSUN MONOGRAFI

Ketua Drs. T Bahdar J Hamid, Apt., M.Pharm

Wakil Ketua Drs. Hary Wahyu T , Apt .

Sekretaris 1. Dra. Sri Hariyati, Apt., M.Sc 2 . Dra. R. Dettie Yuliati, Apt., M.Si

Anggota 1 . Prof. Dr. Marchaban , DESS, Apt.

(UGM)

(13)

MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

7

-5. Drs. Siam Subagyo, Apt., MSi.

6. Drs . Arnold Sianipar, Apt., M.Pharm. 7. Dr. Sherley, Apt.

8. Dr. Tepy Usia, Apt. 9. Drh. Sukirno

10. Drs. Bambang Dwiyatmoko, Apt., MBiomed

11. Ora . Hermini Tetrasari, Apt., M.Kes. 12. Drh. Rachmi Setyorini, MKM

13. Ora. Rini Tria Suprantini, Apt., M.Sc 14. Pulan Widyanati, S.Si, Apt.

15. Dewi Kurniasari, S.F, Apt. 16. Mia Permawati, S.Farm, Apt. 17. Rohayati Rahafat, S.Si, Apt. 18. Ikka Tjahyaningrum, S.Si., Apt. 19. Drs. Elon Sirait, Apt, M.ScPH 20. Liza Fetrisiani, S.Si, Apt 21 . Dita Novianti, S .Si, Apt., MM 22. Isnaeni Diniarti , S.Farm, Apt.

23. Muhammad Zulfikar Biruni, S .Farm, Apt.

24. Ari Ariefah Hidayati, S.Farm, Apt. 25 . Diara Oktania, S.Farm

26. Ike Susanti, S.Farm 27. Paryono, SAP

28. Damaris Parrangan 29. Nofiyanti

Sekretariat Direktorat Standarisasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplementer (BPOM)

(14)

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

8

-III. DEWAN REDAKSI Ketua

Wakil Ketua

Sekretaris

Anggota

Drs . Richard Panjaitan, Apt., SKM

Drs. T. Bahdar Johan Hamid, Apt., M.Pharm.

1. Dra. R Dettie Yuliati, Apt, M.Si 2. Rohayati Rahafat, S.Si., Apt ,

1. Dra. Nani Sukasediati, Apt., MS 2. Drs. Ketut Ritiasa, Apt.

3. Drs . Janahar Murad , Apt. 4. Drs. Syahrial Taher, Apt. 5. Drs. Ketut Kertawijaya, Apt.

MENTERI KESEHATAN,

ttd

(15)

MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 2345/MENKES/SK/XI/2011

TENTANG

PEMBERLAKUAN SUPLEMEN II FARMAKOPE HERBAL INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ,

Menimbang : a. bahwa untuk menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan perlu memberlakukan Suplemen II Farmakope Herbal Indonesia;

b . bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Menteri Kesehatan ten tang Pemberlakuan Suplemen II Farmakope Herbal Indonesia;

Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 ten tang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1995 tentang Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3609);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3781);

4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 381/Menkes/ SK/III/2007 ten tang Kebijakan Obat Tradisional Nasional ;

5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 261/Menkes/ SK/IV /2009 tentang Pemberlakuan Farmakope Herbal Indonesia Edisi Pertama;

(16)

Menetapkan

KESATU

KEDUA

MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

2

-6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144jMenkesj Per jVIIIj20 10 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 585);

7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

1756jMenkesjSKjVIIIj2011 tentang Pembentukan Panitia Penyusunan Suplemen II Farmakope Herbal Indonesia;

8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

2109jMenkesjSKjXj2011 ten tang Pemberlakuan Suplemen I Farmakope Herbal Indonesia;

MEMUTUSKAN :

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG

PEMBERLAKUAN SUPLEMEN II FARMAKOPE HERBAL INDONESIA.

Mengesahkan dan memberlakukan Suplemen II Farmakope Herbal Indonesia sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri ini.

Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 22 November 2011

MENTERIKESEHATAN,

ttd

(17)

DAFTAR MONOG RAFI

SUPLEMEN II FARMAKOPE HERBAL INDO NESIA E lSI I

l. Buah Anyang-Anyang

2. Ekstrak Kental Buah Anyang-Anyang 3. Herba Bandotan

4. Ekstrak Kental Herba Bandotan 5. Ekstrak Kental Bawang Putih 6. Daun Bayam Duri

7. Ekstrak Kental Daull Bayam Duri 8. Herba Benalu

9. Ekstrak Kelltal Herba Benalu 10. Daun Binahong

11. Ekstrak Kental Daun Binahong 12. Daun Gandapura

13. Ekstrak Kental Daun Gandapura 14. Rambut Jagung

15. Ekstrak Kental Ralllbut Jagung 16. Kulit Batang Jamblang

17. Ekstrak Kental Kulit Batang Jalllblang 18. Kulit Buah Jeruk Nipis

19. Ekstrak Kental Kulit Buah Jeruk Nipis 20. Bunga Kecolllbrang

21. Ekstrak Kental Bunga Kecombrang

22. Daun Kemuni llg

23. Ekstrak Kental DU LI n K I lunin g 24. Bunga Krisan

25. 'kstrak Kcntal l1l1n ga h.. isa l

26. Herba Patikan Ke bo

27. Ekstrak Kental Herb<1 Pati h. al I d"1n

28. Buah Pisan g Ba tLl

29. Ekslrak Ke nla l BlIah Pi dllg l1:il l

30. Bunga Rosela

31. Ek strak Kental Bunga r ッ セNZ@ ャ 。@

32. Daun enggu gu

33. Ekstrak Keltt;) 1f cll1l1 St.:ltg gll g ll

34. Duun Sengitan

35. Ekstrak Kcntal Dil un eng l :.111

36. Buah Sepra ntll

37 . Ekstrak Ke nta l Buu h o;;cprd lllll 38. Herba Sidagu ri

39. Ekstrak Kental H erb' S, lel ,:- IIi 40. Dalln Teh

(18)
(19)

DAFTAR

LAMPI RAN

< II > Senyawa Identitas dan Pembanding Farmakope Herbal Indonesia <2 1> Peralatan Volumetrik

<3 I > Termometer <41 > Timbangan

<S I> Spektrofotometri <61 > Kromatografi

<71 > Penetapan Kadar Minyak Atsiri <81 > Penetapan Kadar Abu Total

<82> Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam <83> Penetapan Kadar Air

<91 > Penetapan Kadar Sari Larut Air <92> Penetapan Kadar Sari Larut Etano l

< II I> Penetapan Susut Pengeringan < 12 1> Pengayak dan Derajat Halus Serbuk

<141 > Pencucian PeraJatan Kaca

< IS I> Penetapan Kadar Flavonoid Total

< 161 > Penetapan Kadar Fenol Total Cara Folin Ciocalteu <301 > Pembuatan Serbuk Simplisia

<31 I> Pembuatan Ekstrak

<321 > Pembuatan Larutan Uji Simplisia <40 I> Penjelasan Istilah Mikroskopik

(20)
(21)

KETENTUAN UMUM

KETENTUAN UMUM DAN PERSYARATAN UMUM

Ketentuan umum dan persyaratan umum , untuk selanjutnya disebut " Ketentuan Umum". Ketentuan Umum menetapkan prosedur singkat pedoman dasar untuk penafsiran dan penerapan standar, pengujian , penetapan kadar, dan spesifikasi lain dari FHT.

Jika dibuat pengecualian terhadap Ketentuan Umum, maka dalam monografi atau lampiran pengujian umum yang bersangkutan akan diungkapkan terlebih dahulu dan dijelaskan secara khusus tujuan atau maksud pengecualian tersebut. Untuk menekankan bahwa pengecualian seperti itu ada, Ketentuan Umum menggunakan ungkapan "kecuali dinyatakan lain". Jadi, harus diterima sebagai kenyataan bahwa jika ada perbedaan dengan Ketentuan Umum, maka ungkapan kata-kata khllSllS dalam standar, pengujian, penetapan kadar, dan spesifikasi lain tersebut bersifat mengikat. Demikian juga, jika tidak ada kata-kata khusus yang bertentangan, maka berlaku Ketentuan Umum.

FARMAKOPE

Farmakope ini bernama Farmakope Herbal Indonesia , berisi monografi simplisia dan sediaan ekstrak. Farmakope ini merupakan standar sil11plisia dan ekstrak yang digunakan untuk pengobatan. Singkatan nama buku ini adalah FHT.

Jika digunakan istilah FHI tanpa keterangan lain, selama periode berlakunya FHI 1111, maka yang dimaksudkan adaJah Farmakope Herbal Indonesia dan semua suplemennya.

SYARATMUTU

Syarat mutu adalah semua paparan yang tertera dalam monografi merupakan syarat mutu simplisa dan ekstrak yang bersangkutan. Suatu simplisia dan ekstrak tidak dapat dikatakan berl11utu FHI jika tidak mel11enuhi syarat mutu tersebut. Syarat mutu ini berlaku bagi simplisia dan ekstrak dengan tujuan pemeliharaan kesehatan dan pengobatan, tidak berlaku untuk keperluan lain.

SIMPLISJA

Simplisia atau herbal adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan . Kecuali dinyatakan lain suhu pengeringan simplisia tidak lebih dari 60°.

Simplisia segar adalah bahan alam segar yang belum dikeringkan.

(22)

Simplisia Nabati adalah simplisia yang berupa tumbuhan utuh , bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan adaJah isi sel yang secara spontan keluar dari tumbuhan atau dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya atau zat nabati lain yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tumbuhannya.

Serbuk Simplisia Nabati adalah bentuk serbuk dari simplisia nabati, dengan ukuran derajat kehalusan tertentu . Sesuai dengan derajat kehalusannya, dapat berupa serbuk sangat kasar, kasar, agak kasar, halus dan sangat hal us.

Serbuk simplisia nabati tidak boleh mengandung fragmen jaringan dan benda asing yang bukan merupakan komponen asJi dari simplisia yang bersangkutan antara lain telur nematoda, bagian dari serangga dan hama serta sisa tanah.

Nama Latin Simplisia ditetapkan dengan menyebut nama marga (genus), nama jenis (species) dan bila memungkinkan petunjuk jenis (varietas) diikuti dengan bagian yang digunakan.

Nama Latin dengan pengecuaJian ditetapkan dengan menyebut nama marga untuk simplisia yang sudah lazim disebut dengan nama marganya.

Nama lain adalah nama Indonesia yang paling lazim, didahului dengan bag ian tumbuhan yang digunakan.

Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung.

SUHU

Suhu Kecuali dinyatakan lain, semua suhu dalam FHI dinyatakan dalam derajat Celcius(O).

Suhu ruang Suhu ruang adalah suhu pada ruang kerja. Suhu ruang terkendali adalah suhu ruang yang diatur 15° sampai dengan 30°

Hangat Hangat adalah suhu 30° sampai dengan 40°

Sejuk Sejuk adalah suhu 8° sampai dengan 15°

Oingin Dingin adalah suhu yang kurang dari 8°

Lemari pendingin Lemari pendingin mempunyai suhu 2° sampai dengan 8°

Lemari pembeku Lemari pembeku mempunyai suhu -20° sampai dengan -10°

(23)

BOBOT DAN UKURAN

Bobot dan Ukuran yang digunakan dalam FHI adalah sistem metrik. Satuan bobot dan ukuran serta singkatannya yang sering digunakan adalah sebagai berikut :

kg : kilogram g : gram mg : miligram

セァ@ : mikrogram L : liter mL : mililiter

セl@ : mikroliter m : meter em : senti meter mm : milimeter nm : nanometer

KADAR LARUTAN

Molaritas diberi simbol M, adalah jumlah gram molekul zat yang dilarutkan dalam pelarl1t hingga volume I L.

Normalitas diberi simbol N, adalah jl1mlah bobot ekuivalen zat yang dilarl1tkan dalam pelarl1t hingga volume 1 L.

Persen bobot per bobot (bib) menyatakan jumlah gram zat dalam J 00 g larutan atall cam pl1ran.

Persen bobot per volume (b/v) menyatakan jumlah gram zat dalam J00 mL larutan, sebagai pelarut dapat digunakan air atau pelarl1t lain.

Persen volume per volume (v/v) menyatakan jumlah mL zat dalam 100 mL larutan.

Persen volume per bobot (v/b) menyatakanjl1mlah mL zat dalam J 00 g bahan.

Pernyataan persen tanpa penjelasan lebih lanjut untuk campuran padat atau setengah padat, yang dimaksud adalah bib, untllk larutan dan suspensi suatu zat pad at dalam cairan yang dimaksud adaJah b/v, untuk larutan cairan di dalam cairan yang dimaksLld adalah v/v, dan untuk Iarutan gas dalam cairan yang dimaksud adalah b/v.

PENAFSlRAN ANGKA, PENlMBANGAN DAN PENGUKURAN

Penafsiran Angka signifikan yang tertera pada FHI, tergantllng pada tingkat ketelitian yang dikehendaki. Bilangan yang merupakan batasan, mempllnyai ketelitian sampai persepuJuh satuan angka terakhir bilangan yang bersangkutan; misalnya pemyataan tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari 100,5% berarti tidak kurang dari 99,50% dan tidak lebih dari 100,50%.

(24)

Bilangan yang tidak merupakan batasan, mempunyai ketelitian 0,5 ke bawah dan ke atas harga satuan angka terakhir bilangan yang bersangkutan; misalnya bilangan 10,0 mempunyai nilai antara 9,95 dan 10,05.

Penimbangan dan Pengukuran Pengertian lebih kW'ang dalam pernyataan untuk jumlah bahan yang diperlukan untuk pemeriksaan atau penetapan kadar, berarti bahwa jumlah yang harus ditimbang atau diukur tidak boleh kurang dari 90% dan tidak boleh lebih dari I 10% jumlah yang tertera. Hasi] pemeriksaan atau penetapan kadar didasarkan pad a penimbangan atau pengukuran secara saksama sejumlah bahan tersebut.

Dengan pernyataan limbang saksama dimaksudkan bahwa penimbangan dilakukan sedemikian rupa sehingga batas kesalahan penimbangan tidak boleh lebih dari 0, I % jumlah yang ditimbang; misalnya dengan pernyataan timbang saksama 50 mg, berarti bahwa batas kesalahan penimbangan tidak lebih dari 0,05 mg. Penimbangan saksama dapat juga dinyatakan dengan menambahkan angka

°

dibelakang koma angka terakhir bilangan yang bersangkutan; misalnya dengan pernyataan timbang 10,0 mg dimaksudkan bahwa penimbangan harus dengan saksama.

Dengan pernyataan ukur saksama dimaksudkan bahwa pengukuran dilakukan dengan memakai pipet atau buret yang memenuhi syarat yang tertera pad a bobot dan ukuran. Pengukuran saksama dapat juga dinyatakan dengan perkataan pipet atau dengan menambahkan angka

°

di belakang koma angka terakhir bilangan yang bersangkutan; misalnya dengan pernyataan pipet 10 mL atau ukur 10,0 mL dimaksudkan bahwa pengukuran harus dilakukan saksama .

Bobot Tetap Penimbangan dinyatakan sudah mencapai bobot tetap apabila perbedaan dua kali penimbangan berturut-turut setelah dikeringkan atau dipijarkan selama I jam tidak lebih dari 0,25% atau perbedaan penimbangan seperti tersebut di atas tidak me]ebihi 0,5 mg pad a penimbangan dengan timbangan analitik.

Perbesaran Mikroskop Kecuali dinyatakan lain dalam monografi , perbesaran mikroskop yang dimaksud adalah 40 x 10.

HAMPA UDARA

Hampa udara Kecuali dinyatakan lain, istilah dalam hampa udara dimaksudkan kondisi tekanan udara kurang dari 20 mmHg.

Apabila dalam monografi disebutkan pengeringan dalam hampa udara di atas pengering, dapat digunakan desikator vakum atau piston pengering vakum atau alat pengering vakul11 lainnya yang sesuai.

PENGUJIAN DAN PENETAPAN KADAR

(25)

kaca dengan aktinik rendah atau tidak tembus cahaya, dapat digunakan wadah bening yang telah dilapisi bahan yang sesuai atau dibungkus agar kedap cahaya.

Tangas uap Jika dinyatakan penggunaan tangas uap, yang dimaksud adalah tangas

dengan uap panas mengalir. Dapat juga digunakan pemanas lain yang dapat diatur, hingga suhu sam a dengan suhu uap mengalir.

Tangas air Jika dinyatakan penggunaan tang as air, tanpa menyebutkan suhu teJ1entu

yang dimaksud adalah tangas air yang mendidih kuat.

Prosedur Prosedur penetapan kadar dan pengujian diberikan untuk menetapkan kesesllaian dengan persyaratan identitas, kadar, mutu, dan kemurnian yang tertera dalam FHI.

Semua bahan resmi yang beredar apabila diuji menggunakan prosedur yang telah ditetapkan dalam FHI harus memenuhi persyaratan yang tercantum dalam monografi. Prosedur lain yang tidak tercantum dalam FHI dapat digunakan asal dapat dibuktikan memberikan ketelitian dan ketepatan yang paling sedikit sama dengan metode FHI. Apabila prosedur lain, atau metode alternatif memberikan hasil yang berbeda dengan metode FHI, maka yang dianggap benar adalah hasil yang menggunakan prosedur FHI.

Apabila dalam syarat kadar bahan dalam monografi ada pernyataan "dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan", zat yang bersangkutan tidak perlu dikeringkan terlebih dahlliu sebelum dilakukan penetapan kadar. Penetapan kadar dapat menggunakan zat yang belum dikeringkan , kemudian hasilnya diperhitungkan terhadap zat yang telah dikeringkan dengan menggunakan faktor yang diperoleh dari hasil penetapan SllSUt pengeringan, seperti yang tertera pada monografi yang bersangkutan.

Apabila dalam pengujian diseblltkan "menggunakan zat yang sebelumnya lelah

dikeringkan dan lidak mengandung minyak menguap" dan tidak ada penjelasan mengenai cara

pengeringannya, maka digunakan cara seperti yang tertera pad a Penetapan Susut Pengeringan

atau Penetapan Kadar Air Metode Gravimetri. Jika dalam pengujian disebutkan "menggunakan zat yang sebelumnya telah dikeringkan dan mengandung minyak menguap" dan tidak ada penjelasan mengenai cara pengeringannya, maka digunakan cara seperti yang tertera pada Penetapan Kadar Air Metode Destilasi.

Pernyataan "Iebih kurang" untuk bobot atau volume zat yang digunakan untuk penguj ian atau penetapan kadar, mempunyai makna dalam batas-batas 10% dari bobot atau volume yang ditetapkan dan perhitungan hasilnya didasarkan atas bobot atau volume yang benar-benar digunakan. Toleransi ini juga berlaku untuk ukuran-ukuran yang lain.

Penetapan blangko Apabila diperlukan koreksi terhadap suatu penetapan dengan cara

penetapan blangko, penetapan dilakukan menggunakan pereaksi yang sama, cara yang sama seperti pada larutan atau campuran yang mengandung zat yang ditetapkan.

Pengenceran Apabila dinyatakan suatu larutan diencerkan "secara kuantitalif dan

bertahap", larutan tersebllt diukur saksama dan diencerkan dengan air atau pelarut lain

dengan perbandingan tertentu dalam satu atau beberapa langkah.

Pemijaran sampai bobot tetap KecuaJi dinyatakan lain pernyataan "Pijarkan sampai

bobot telap", dimaksudkan pemijaran harus dilanjutkan pada suhu 8000

± 25° hingga hasil dua penimbangan berturut-turut berbeda tidak lebih dari 0,5 mg tiap gram zat yang digunakan; penimbangan kedua dilakukan setelah dipijarkan lagi selama 15 menit.

Larutan Kecuali dinyatakan lain, larutan untuk pengujian atau penetapan kadar dibuat

dengan "Air" sebagai pelarut.

Air Kecuali dinyatakan lain, yang dimaksud dengan air dalam pengujian dan penetapan kadar adalah Air yang dimurnikan.

(26)

Setiap peralatan dan metode yang digunakan dalam penguJlan dan penetapan kadar harus divalidasi terlebih dahlilu .

Semua alat ukur massa, volume dan suhu yang digunakan untuk pengujian dan penetapan kadar harus dikalibrasi secara berkala oleh laboratorium yang terakreditasi.

Organoleptik Pernyataan "tidak berbau", "praktis tidak berbau ", "berbau khas lemah"

atau lainnya , ditetapkan dengan pengamatan setelah bahan terkena udara selama 15 menit. Waktu 15 menit dihitung setelah wadah yang berisi tidak lebih dari 25 g bahan dibuka. Untuk wadah yang berisi lebih dari 25 g bah an penetapan dilakukan setelah lebih kurang 25 g bahan dipindahkan ke dalam cawan penguap 100 mL. Bau yang disebutkan hanya bersifat deskriptif dan tidak dapat dianggap sebagai standar kemurnian dari bahan yang bersangkutan.

PENANDAAN

Penandaan Pada wadah harus diberi label yang berisi sekurang-kurangnya Nama lndonesia dan Nama Latin simplisia.

SENYA W A IDENTITAS DAN PEMBANDING

Senyawa Identitas Kandungan kimia simplisia yang dapat digunakan untllk identifikasi . Dalam hal senyawa identitas tidak tersedia, identifikasi simplisia dan sediaannya dapat menggunakan zat pembanding.

Zat Pembanding Bahan yang sesuai sebagai pembanding dalam pengujian dan penetapan kadar yang telah disetujui, yang dibuat, ditetapkan dan diedarkan. Jika suatu pengujian atau penetapan kadar perlu menggunakan monografi dalam FHI sebagai pembanding maka dapat digunakan suatu bahan yang memenuhi semua persyaratan monografi FHI.

Daftar senyawa identitas dan pembanding tercantum dalam lampiran.

(27)
(28)
(29)

BUAH ANYANG-ANYANG

Elaeocarpi Grandiflori Fructus

Buah anyang-anyang adalah buah masak Elaeocarpus grandiflorus lE. Smith, suku Elaeocarpaceae, mengandung tanin tidak kurang dari 0,17%.

Identitas Simplisia

Pemerian Berupa buah berbentuk jorong, pangkal dan ujung runcing, masing-masing buah mempunyai satu biji berbentuk memanjang dengan celah membujur, bagian ILlar keras seperti kayu , mempunyai tonjolan seperti duri-duri melengkung, panjang 2-5 mm; warna buah kuning sampai kuning cokelat; baLI lemah; rasa pahit.

H

[em Simplisia buah anyang-anyang

Mikroskopik

Fragmen pengenal adalah kristal kalsium oksalat bentuk prisma, tetes minyak, berkas pengangkut bentuk tangga , sklereida, parenkim epikarpium dan endosperm.

I. Kristal kals ium oksalat bentuk prisma

(30)

3. Berkas pengangkut bentuk tangga 4. Sklereida

5. Parenkim epikarpium 6. Endosperm Fragmen serbuk simplisia buah anyang-anyang

Senyawa identitas (+) Katekin Struktur kimia:

HO

OH

(+) Katekin

Pola kromatografi

Lakukan Kromatograji lapis tipis seperti yang tertera pada Kromatografl <61 > dengan parameter sebagai berikut :

Fase gerak : Toluen P-aseton P-asam asetal P (60: 140: 1) Fase diam : Silika gel 60 F254

Larutan uji : 5% dalam metanol P, gunakan Larutan uji KLT seperti teliera pada

Kromalograji <61>

Larutan pembanding : Katekin 0,1 % dalam etanol P

Volume penotolan : Totolkan 10 ilL Lanttan uji dan 5 ilL Larutan pembanding

(31)

S P

Keterangan

S : Simplisia buah anyang-anyang P : Pembanding katekin

R( pembanding katekin 0,63

R( l. 0, II

RJ 2.0,19

R( 3.0,63

Susut pengeringan <Ill> Tidak lebih dari 10%

Abu total <81> Tidak lebih dari 3,0%

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 0,3%

Sari larut air <91> Tidak kurang dari 5,3%

Sari larut etanol <92> Tidak kurang dari 7,2%

Kandungan Kimia Simplisia

Kadar tanin Tidak kurang dari 0,17%

Timbang saksama lebih kurang 2 g serbuk simplisia (W), tambahkan 200 mL air, rebus selama 30 menit. Dinginkan, masukkan ke dalam labu tentukur 250-mL, tambahkan air sampai tanda. Biarkan padatan mengendap, saring me1alui kertas saring dan buang 50 mL filtrat pertama. Pipet 50 mL ke dalam cawan penguap yang telah ditara, keringkan dan panaskan pada suhu 1050 hingga bobot tetap (TJ). Pipet 80 mL sisa filtrat masukkan ke dalam labu Erlenmeyer tambahkan 6 g serbuk kulit sapi, kocok selama 60 menit, saring. Pipet 50 mL filtrat ke dalam cawan penguap yang telah ditara, keringkan dan panaskan pada suhu 105° hingga bobot tetap (T2)' Tentukan ke1arutan serbuk kulit sapi dengan mencampur 6 g kulit sapi dengan 80 mL air, kocok selama 60 menit, saring. Pipet 50 mL filtrat ke dalam cawan penguap yang telah ditara, keringkan dan panaskan pada suhu 105° hingga bobot tetap (To).

(32)

Hitung persentase tanin dalam zat uji yang digunakan dengan rumus:

EKSTRAK KENTAL BUAH

AN YANG-AN YANG

Elaeocarpi Grandiflori Fructus Extractum Spissum

Ekstrak kental buah anyang-anyang adalah ekstrak yang dibuat dari buah Elaeocarpus grandiflorus lE. Smith, suku Elaeocarpaceae, mengandung tanin tidak kurang dari 3,4%.

Pembuatan Ekstrak <311 >

Rendemen Tidak kurang dari 7,9%

Identitas Ekstrak

Pemerian Ekstrak kental; wama kuning kecokelatan; bau khas; rasa pahit.

Senyawa Iden titas (+) Katekin

Struktur kimia :

HO

OH

(+) katekin

Kadar air <83> Tidak lebih dari 10,3%

Abu total <81> Tidak lebih dari 1,8%

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 0,1 %

Kandungan Kimia Ekstrak

Kadar tanin Tidak kurang dari 3,4 %

Timbang saksama lebih kurang 2 g serbuk simplisia (W), tambahkan 200 rnL air, rebus selama 30 menit. Dinginkan, masukkan ke dalam labu tentukur 250-mL, tambahkan air sampai tanda. Biarkan padatan mengendap, saring melalui kertas saring dan buang 50 mL fiitrat pertama. Pipet 50 mL ke dalam cawan penguap yang telah ditara, keringkan dan panaskan pada suhu 1050

(33)

hingga bobot tetap (T2). Tentukan kelarutan serbuk kulit sapi dengan mencampur 6 g kulit sapi dengan 80 mL air, kocok selama 60 menit, saring. Pipet 50 mL filtrat ke dalam cawan penguap yang telah ditara, keringkan dan panaskan pada suhu 105° hingga bobot tetap (To). Hitung persentase tanin dalam zat uji yang digllnakan dengan rumus:

HERBA BANDOT AN

Agerati Conyzoidii Herbae

Herba bandotan adalah seillruh bag ian di atas tanah tumbllhan Ageratum conyzoides L., sllkll Asteraceae, mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 0,40% (v/b) dan flavonoid totaJ tidak kurang dari 0,61 % dihitung sebagai rutin .

Identitas Simplisia

Pemerian Berupa semua bagian tumbuhan di atas tanah terdiri atas batang, daun dan bunga, batang berbentuk silindris, mengkerut, berambut, bunga berupa kumpuian bunga majemuk bentuk cawan di ujung batang, helaian daun berbentuk bulat teJur, rapuh, pertuJangan daun menyirip, kedua permukaan kasar, pangkaJ helaian daun rata, tepi bergerigi , ujung runcing; warna batang cokeJat, warna heJaian daun hijau kecokelatan; bau aromatik, khas, lama kelamaan agak memualkan; rasa agak pahit, agak keJat.

... H

lcm

Simplisia herba bandotan

(34)

Mikroskopik

Fragmen pengenal adalah fragmen kepala sari dengan serbuk sari, rambut penutup, sisik kelenjar asteraceae, epidermis bawah daun dengan stomata tipe anomositik, epidermis batang, fragmen berkas pengangkut dengan penebalan bentuk spiral dan serbuk sari lepas, epidermis atas mahkota bunga dan epidermis bawah braktea involukralis.

I. Fragmen kepala sari dengan serbuk sari 2. Rambut penutup

3. Sisik kelenjar asteraceae 4. Epidermis bawah daun dengan stomata tipe anomositik

5. Epidermis batang 6. Fragmen berkas pengangkut dengan penebalan bentuk spiral

dan serbuk sari lepas

7. Epidermis atas mahkota bunga 8. Epidermis bawah braktea involukralis

(35)

Senyawa identitas Nobiletin (5 ,6,7,8,3',4',-heksametoksiflavon) Struktur kimia :

Nobi letin (5,6,7,8,3' ,4',-heksametoksiflavon)

Pola kromatografi

Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti yang tertera pada Kromatografi <6\ > dengan parameter sebagai berikut :

Fase gerak Asam asetat P 15% Fase diam Selulosa mikrokristal Larutan uji 10% dalam metanol P Larutan pembanding Rutin 1% dalam metanol P

Volume penotolan Totolkan 1

°

flL Larutan uji dan 5 flL Larutan pembanding

Deteksi UV366

Keterangan :

S : Simplisia daun bandotan P : Pembanding rutin

Rr

pembanding rutin 0,52

Rj 1. 0,10

Rr2.0,22 Rr3.0,52

Rr 4. 0,62 Rj 5. 0,70

S P

Susut pengeringan < 111 > Tidak lebih dari 10%

Abu total <81 > Tidak lebih dari 11 ,3%

(36)

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 2,1%

Sari larut air <91> Tidak kurang dari 11,4%

Sari larut etanol <92> Tidak kurang dari 17,5%

Kandungan Kimia Simplisia

Kadar minyak atsiri Tidak kurang dari 0,40% v /b

Lakukan penetapan kadar sesuai dengan Penetapan Kadar Minyak Atsiri < 71 >

Kadar flavonoid total Tidak kurang dari 0,61 % dihitung sebagai rutin.

Lakukan penetapan kadar sesuai dengan Penetapan Kadar Flavonoid Total < 151> Metode 2.

Gunakan rutin sebagai pembanding dan ukur serapan pada panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang 425 nm.

EKSTRAK KENT AL HERBA BANDOTAN

Agerati Conyzoidi Herbae Extractum Spissum

Ekstrak kental herba bandotan adalah ekstrak yang dibuat dari herba Ageratum conyzoides L.,

suku Asteraceae, mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 0,18% dan flavonoid tidak kurang dari 5,16% dihitung sebagai rutin .

Pembuatan Ekstrak <311>

Rendemen Tidak kurang dari 9,61 %

Identitas Ekstrak

Pemerian Ekstrak kental; warna hijau kehitaman; bau khas; rasa pahit dan kelat.

Senyawa Identitas Nobiletin

Struktur kimia :

Nobiletin

Kadar air <83> Tidak lebih dari 10%

(37)

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 0,06%

Kandungan Kimia Ekstrak

Kadar minyak atsiri Tidak kurang dari 0,18%

Lakukan penetapan kadar sesuai dengan Penetapan Kadar Minyak Atsiri <71 > Kadar flavonoid total Tidak kurang dari 5, 16% dihitung sebagai rutin

Lakukan penetapan kadar sesuai dengan Penetapan Kadar Flavonoid Total < 151 > Metode 2.

Gunakan rutin sebagai pembanding dan ukur serapan pada panjang gelombang sera pan maksimum lebih kurang 425 nm.

EKSTRAK KENT AL UMBI LAPIS BA WANG PUTIH

Allii Sativi Bulbi Extractum Spissum

Ekstrak kental umbi lapis bawang putih adalah ekstrak yang dibuat dari umbi Allium sativum

L., suku Liliaceae, mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 0,05% v/ b.

Pembuatan Ekstrak

Rendemen Tidak kurang dari 26% Gunakan etanol P sebagai pelarut

Identitas Ekstrak

Pemerian Ekstrak kental; warna cokelat; bau khas aromatis menyengat; rasa pedas, agak kelat.

Senyawa Identitas Alisin

Struktur kimia :

Alisin

Kadar air <83 > Tidak lebih dati 12%

Abu total <81 > Tidak .Iebih dari 2,7%

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 0,7%

Kandungan Kimia Ekstrak

Kadar minyak atsiri Tidak kurang dari 0,05% vlb

Lakukan penetapan kadar sesuai dengan Penetapan Kadar Minyak Atsiri < 71 >

(38)

DAUN BAYAM DURI

Amaranthi Spinosi Folium

Daun bayam duri adalah daun Amaranthus spinosus L., suku Amaranthaceae, mengandung flavonoid total tidak kurang dari 0,28% dihitung sebagai rutin.

Identitas Simplisia Pemerian

Berupa helaian daun kering melipat atau menggulung tidak beraturan dengan tangkai daun yang panjang, pangkal tumpul atau membulat, tepi daun tidak rata, beringgit atau bergerigi tidak tajam ; warna hijau kehitaman; tidak berbau ; rasa sedikit asam.

H

I em

Simplisia daun bayam duri

Mikroskopik

Fragmen pengenal adalah rambut penutup berkelenjar, rambut penutup, kristal kalsium oksalat bentuk roset dan prisma, epidermis atas, berkas pengangkut dengan penebalan bentuk spiral, jaringan epidermis bawah dengan stomata dan epidermis tangkai daun.

(39)

J. Kristal kalsillm oksalat

ben tll k roset bentllk prisma

5. Epidermis atas 6. Berkas pengangkut dengan penebalan bentuk spiral

7. Epidermis bawah 8. Epidermis tangkai dalln dengan stomata

Fragmen serbuk simpiisia daun bayam duri

Senyawa identitas Rutin Struktur kimia :

OH

OH

HO

oセo

CH,

OH o

I

HJr/C

0 0

HO

HO OH

Rutin

(40)

Po)a kromatograti

Lakukan Kromatograji lapis tipis seperti yang tertera pada Kromatograji <61> dengan parameter sebagai berikut :

F ase gerak : Etil asetat P -asam format P -air (I 00: 15: I 7) Fase diam : Silika gel 60 F254

Larutan uj i : 5% dalam metanol p, gunakan Larutan uji KLT seperti tertera pada Kromatograji <61 >

Larutan pembanding : Rutin 1% dalam etanol P

Volume penotoJan : Totolkan 10 flL Larutan uji dan 0,5 flL Larutan pembanding

Deteksi : Sitroborat LP, panaskan lempeng pada suhu 100° selama 5 - 10 menit dan UV366

Keterangan

S: Simplisia bayam duri P: Pembanding rutin RJ pembanding rutin 0,50

RJ 1. 0,15 RJ 2.0,33 RJ 3.0,50 RJ 4. 0,68

RJ 5. 0,74 RJ 6. 0,79 RJ 7.0,86

S P

Susut pengeringan < 111 > Tidak lebih dari 10%

Abu total <81 > Tidak lebih dari 9,1%

Abu tidak larut asam <82 > Tidak lebih dari 0,3%

Sari larut air <91 > Tidak kurang dari 7,5%

(41)

Kandungan Kimia Simplisia

Kadar flavonoid total Tidak kurang dari 0,28% dihitung sebagai rutin.

Lakukan penetapan kadar sesuai dengan Penetapan Kadar Flavonoid Total <151 >Metode 2. Gunakan rutin sebagai pembanding dan ukur serapan pada panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang 425 nm.

EKSTRAK KENTAL DAUN BAYAM DURI

Amaranthi Spinosi Folium Extractum Spissum

Ekstrak kental daun bayam duri adalah ekstrak yang dibuat dari daun Amaranthus spinosus

L. , suku Amaranthaceae, mengandung flavonoid total tidak kurang dari 2,79% dihitung sebagai rutin.

Pembuatan Ekstrak <311 >

Rendemen Tidak kurang dari 9,71 %

Identitas Ekstrak

Pemerian Ekstrak kental; warna hijau kehitaman; bau khas; rasa sedikit asam.

Senyawa Identitas Rutin

Struktur kimia :

OH

OH

?7

i@

Zセoh@

T

hセc

0 0

HO

HO OH

Rutin

Kadar air <83> Tidak lebih dari 10,6%

Abu total <81 > Tidak lebih dari 8,5%

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 0,04%

Kandungan Kimia Ekstrak

Kadar flavonoid total Tidak kurang dari 2,79% dihitung sebagai rutin.

Lakukan penetapan kadar sesuai dengan Penetapan Kadar Flavonoid Total <151 >Metode 2. Gunakan rutin sebagai pembanding dan ukur serapan pada panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang 425 nm.

HO

(42)

HERBA BENALU

Scurrulae Atropurpureae Herbae

Herba benaJu adaJah herba Scurrula atropurpurea (Bl.) Danser. , suku Loranthaeeae, mengandung flavonoid total tidak kurang dari 0,28% dihitung sebagai kuersitrin.

Indentitas Simplisia

Pemerian Berupa semua bagian tumbuhan yang menempeJ seeara parasit pada tumbuhan inang, bentuk batang silindris, mengkerut, bunga tersusun di ketiak daun, bentuk helaian daun bulat telur, pertulangan daun menyirip, permukaan atas hein mengkiJap, permukaan bawah berambut halus, pangkal helaian daun rata atau agak membulat, tepi berlekuk, ujung tumpul ; helaian daun berwarna kuning atau eokelat, batang berwarna eokelat kehitaman; tidak berbau ; tidak berasa.

Simplisia herba benalu

Mikroskopik

(43)

I.. Epidermis dan ram but penutup

3. Ramb ut penutup 4. Epidermis dengan stomata

5. Epiderm is perhiasan bunga 6. Serabut sklerenkim

(44)

7. Epidermis batang 8. Parenkim batang

Fragmen serbuk herba benalu

Senyawa Identitas Kuersitrin Struktur kimia :

OH OH

HO

OH o

Kuersitrin

Pota kromatografi

Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti yang tertera pada Kromatografi <61 > dengan parameter sebagai berikut :

Fase gerak Dildorometan P-aseton P-asam format P (10 : 7 : 1) Fase diam Silika gel 60 F254

Larutan uji 10% dalam metanol P, gunakan Larutan uji KLT seperti yang tertera pada Kromatografi <61 >

Larutan pembanding Kuersitrin 0, I % dalam metanol P

Volume penotolan Totolkan masing-masing 5 flL Larutan uji dan Larutan pembanding

(45)

p

s

S : Simplisia oenalu P : Pembanding kuersitrin

Rf pembanding ku ersitrin 0,35

Rf 1.0,05 Rf 2.0,35

Rf 3. 0,47

Rf 4.0,60

Rf 5. 0,73

Rf 6.0,80

Rf 7.0,90

Susut pengeringan < Ill > Tidak lebih dari 10%

Abu total < 81 > Tidak lebih dari 6,0%

Abu tidak ]arut asam <82> Tidak lebih dari 1,0%

Sari larut air <91 > Tidak kurang dari 1,2%

Sari larut etanol <92> Tidak kurang dari 1,3%

Kandungan Kimia Simplisia

Kadar flavonoid total Tidak kurang dari 0,28% dihitung sebagai kuersitrin

Lakukan penetapan kad ar sesuai dengan Penetapan Kadar Flavonoid Total < 151> Metode 2.

Gunakan kuersitrin sebagai pembanding dan ukur serapan pada panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang 425 nm.

(46)

EKSTRAK KENTAL HERBA BENALU

Scurrulae Atropurpureae Herbae Extractum Spissum

Ekstrak kental herba benalu adalah ekstrak herba Scurrula atropurpurea (Bl.) Danser. , suku Loranthaceae, mengandung flavonoid total tidak kurang dari 1,05% dihitung sebagai kuersitrin.

Pembuatan Ekstrak <311 >

Rendemen Tidak kurang dari 20,5% Gunakan etanol P sebagai pelarut

Identitas Ekstrak

Pemerian Ekstrak kental; warna hijau kehitaman; bau khas; rasa pahit.

Senyawa Identitas Kuersitrin

Struktur kimia :

OH

OH

HO

OH o

Kuersitrin

Kadar air <83> Tidak lebih dari 12,1%

Abu total < 81> Tidak lebih dari 5,2%

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 2,3%

Kandungan Kimia Ekstrak

Kadar flavonoid total Tidak kurang dari 1,05% dihitung sebagai kuersitrin

Lakukan penetapan kadar sesuai dengan Penetapan Kadar Flavonoid Total < 151 > Metode 2.

(47)

DAUN BINAHONG

Anrederae Scanden,:is Folium

Daun binahong adalah daun Anredera scandens (L.) Moq, suku Basellaceae mengandung flavonoid total tidak kurang dari 1, J% dihitung sebagai rutin.

Identitas Simplisia

Pemerian Benlpa helaian daun berbentuk segitiga atau bulat telur atau jantung, pertulangan daun menyirip, tulang-tulang daun cokelat kekuningan, kedua permukaan daun agak kasar, agak tebal, pangkal helaian daun berlekuk, tepi berlekuk-lekuk, ujung meruncing; warna hijau kecokelatan; bau sedikit menyengat; rasa kelat dan sedikit pahit.

H

lem

Simplisia daun binahong

Mikroskopik

Fragmen pengenal adalah epidermis bawah dengan stomata, mesofil daun dengan kristal kalsium oksalat bentuk roset, epidermis atas dan berkas pengangkut dengan penebalan bentuk spiral.

I. Epidermis bawah dengan stomata 2. Mesofil daun dengan kristal kalsium oksalat bentuk roset

(48)

3. Epidermis atas 4. Berkas pengangkut dengan penebalan bentuk spiral

Fragmen serbuk daun binahong

Senyawa Identitas 2,4-dihidroksi-6-metoksi-5-formil-3-metilkalkon Struktur kimia :

CH,

HO OH

セ@ 0

I

II

C

セ@

セ@ O / '-.. H

OCH3

#

o

2,4-d ihidroksi -6-metoks i -5-formil- 3-meti IkaJ kon

Pola kromatografi

Lakukan Kromatograji lapis tipis seperti yang tertera pada Kromatograji <61> dengan parameter sebagai berikut :

Fase gerak Eti! asetat P- asamformat P- air (5: 1: I) Fase diam Silika gel 60 F254

Larutan uji 20% dalam etano! P, gunakan Larutan uji KLT seperti yang tertera pada Kromatograji <6\>

Larutan pembanding Rutin 0,4% dalam etano! P

Volume penotolan Totolkan masing-masing 20 セl@ Larutan uji dan 1 0 セl@ Larutan pembanding

(49)

Keterangan :

S : Simplisia daun binahong P : Pembanding rutin Rj pembanding rutin 0,50

Rjl.0,07

Rr 2. O,18

Rr3.0,50

Rj4 . 0,80 Rr5.0.91

S P

Susut pengeringan < III > Tidak lebih dari 10%

Abu total <81> Tidak lebih dari 16,3%

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 1,9%

Sari larut air <91 > Tidak kurang dari 13,5%

Sari larut etanol <92> Tidak kurang dari 19,6%

Kandungan Kimia Simplisia

Kadar flavonoid Total Tidak kurang dari 1, 1% sebagai rutin.

Lakukan penetapan kadar sesuai dengan Pen eta pan Kadar Flavonoid Total < 151 > Metode 2.

Gunakan rutin sebagai pembanding dan ukur serapan pada panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang 425 nm.

EKSTRAK KENTAL DAUN BINAHONG

Anrederae Scandensis Folii Extractum Spissum

Ekstrak kental daun binahong adalah ekstrak yang dibuat dari daun Anredera scandens (L.)

Mog. , suku Basellaceae, mengandung flavonoid total tidak kurang dari 8,96% dihitung sebagai rutin.

(50)

Pembuatan Ekstrak <311 >

Rendemen Tidak kurang dari 11,91 %

Identitas Ekstrak

Pemerian Ekstrak kental ; wama cokelat keunguan; tidak berbau; rasa agak kelat.

Senyawa Identitas 2,4-di hidroksi-6-metoksi-5-formi 1-3-metil kalkon Struktur kimia :

CH,

HO

:::?' OH 0

I

II

セ@ セ@ O/C""- H

OC H,

セ@

o

2,4-d ihidroksi-6-metoksi-5-formi 1-3-meti lkal kon

Kadar air <83 > Tidak lebih dari 8,85%

Abu total <81 > Tidak lebih dari 1,64%

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 0,05 %

Kandungan Kimia Ekstrak

Kadar flavonoid total tidak kurang dari 8,96% dihitung sebagai rutin

Lakukan penetapan kadar sesuai dengan Penetapan Kadar Flavonoid Total < 151 > Metode 2. Gunakan rutin sebagai pembanding dan ukur serapan pada panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang 4 25 nm.

DAUN GANDAPURA

GauUheriae Fragrantissimae FoHum

Daun gandapura adalah daun dari Gaultheriafragrantissima Auct. non Wall., suku Ericaceae mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 0,24% v / b.

Identitas Simplisia

(51)

lem

Simplisia daun gandapura

Mikroskopik

Fragmen pengenal adalah epidermis atas dengan stomata, epidermis bawah dengan stomata, berkas pengangkut penebalan tangga, epidermis dengan palisade, kristal kalsium oksalat bentuk roset, kristal kalsium oksalat bentuk prisma dan mesofil berupa epidermis atas dengan palisade.

I. Epidermis atas dengan stomata 2 . Epidermis bawah dengan stomata

3. Berkas pengangkut penebalan tangga 4 . Epidermis dengan palisade

(52)

5. Kristal kalsium oksalat bentuk roset 6. Kristal kalsium oksalat bentuk prisma

7. Mesofil berupa epidermis ata s dengan palisade Fragmen serbuk simplisia daun gandapura

Senyawa Identitas Metil salisilat Struktur kimia :

o

OH

Metil saJisiiat

Pola kromatografi

Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti yang tertera pada Kromatografi <61> dengan parameter sebagai berikut :

Fase gerak Toluen P-aseton P (8:2)

Fase diam Silika gel 60 F254

Larutan uji 20% dalam etanol p , gunakan Larutan uji KLT seperti tertera pada

Kromatografi <61 >

Larutan pembanding Eugenol 2% dalam etanol P

Volume penotolan Totolkan 20 flL Larutan uji dan 5 flL Larutan pembanding

(53)

p S

S : Simplisia daun gandapura P : Pembanding eugenol RJ Pembanding eugenol 0,80

Rx 1. 0,09

Rx 2.0,16

Rx 3.0,22

Rx 4 . 0,44

Rx 5. 0,71

Rx 6 . 0,82

Rx 7.0,91

Rx 8. 0,98

Rx 9. 1,15

Susut pengeringan < Ill > Tidak lebih dari 10%

Abu total < 81 > Tid ak lebih dari 2,9%

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 1,7%

Sari larut air <91 > Tidak kurang dari 7,5%

Sari larut etanol <92> Tidak kurang dari 10,6%

Kandungan Kimia Simplisia

Kadar minyak atsiri tidak kurang dari 0,56% v/b

Lakukan penetapan kadar sesuai dengan Penetapan Kadar Minyak Atsiri < 71>

EKSTRAK KENTAL DAUN GANDAPURA

GauItheriae Fragrantissimae Folii Extractum Spissum

Ekstrak kental daun gandapura adalah ekstrak yang dibuat dari daun Gaultheria fragrantissima Auct. non Wall., suku Ericaceae, mengandung minyak atsiri tidak kurang dari

0,24% b/v.

(54)

Pembuatan Ekstrak <311>

Rendemen Tidak kurang dari 6,45%

Identitas Ekstrak

Pemerian Ekstrak kental; wama hijau kehitaman; bau khas; rasa kelat dan sedikit pahit.

Senyawa Identitas Metil salisilat

Struktur kimia :

o

OH Metil salisilat

Kadar air < 83 > Tidak lebih dari 10%

Abu total <81 > Tidak lebih dari 1,3%

Abu tidak Jarut asam <82> Tidak lebih dari 0,07%

Kandungan Kimia Ekstra.k

Kadar minyak atsiri Tidak kurang dari 0,24% b/v

Lakukan penetapan kadar sesuai dengan Penetapan Kadar Minyak Alsiri < 7 j >

RAMBUT JAGUNG

Zeae Maydis Stigmae

Rambut jagung adalah kepala putik dan tangkai kepala putik buah Zea Mays L. segar, suku Poaceae, mengandung stigmasterol tidak kurang dari 0,04%.

Identitas SimpJisia

(55)

Simplisia rambutjagung

Mikroskopik

Fragmen pengenal adalah epidermis dengan berkas pengangkut, parenkim dengan epidermis, berkas pengangkut dengan penebalan tangga, epidermis tangkai plltik bagian pangkal, dan parenkim bakal buah.

I. Epidermis dengan berkas pengangkut

3. Berkas pengangk ut dengan penebalan tangga 4. Epidermis tangkai putik bagian pangkal

(56)

5. Parenkim bakal buah

Fragmen serbuk rambut jagung

Senyawa Identitas Stigmasterol Struktur kimia :

H H

HO

Stigmasterol

Pola kromatografi

Lakukan Kromatograji lapis tipis seperti yang tertera pada Kromatograji <61> dengan parameter sebagai berikut :

Fase gerak n-Heksan P-etilasetat P (4: 1) Fase diam Silika gel 60 F254

Larutan uji 2% dalam etanol P

Larutan pembanding Stigmasterol 0,1% dalam etanol P

Volume penotolan : Totolkan secara terpisah masing-masing 5 !J.L Larutan uji dan Larutan pembanding

(57)

Keterangan:

S : Simplisia rambut jagung P : Pembanding stigmasterol Rfpembanding stigmasterol 0,65

Rj·l.0,65

S

P

Susut pengeringan < I II> Tidak lebih dari 10%

Abu total < 81> Tidak lebih dari 4,6%

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 0,9%

Sari larut air <91 > Tidak kurang dari 1,5%

Sari larut etanol <92> Tidak kurang dari 0,5%

Kandungan Kimia Simplisia

Kadar Stigmasterol Tidak kurang dari 0,04%

Lakukan penetapan kadar dengan cara KLT D ensitometri seperti yang tertera pada

Kromatografi <61> Fase gerak Diklormetan P

Larutan uji Timbang seksama lebih kurang I g simplisia, larutkan dalam 25 mL etanol P di

dalam tabung reaksi, kocok dengan bantu an "vortex" selama 10 menit. Saring ke dalam {abu tentukur 25-mL, tambahkan etanol P melalui kertas saring sampai tanda.

Larutan pembanding Stigmasterol 0, I % dalam etanol P, encerkan hingga diperoleh kadar

dengan serapan mendekati sera pan Landan uji.

Pengukuran Totolkan secara terpisah masing-masing 1 ilL Larutan uji dan Larutan

pembanding pada lempeng silika gel 60 F254 , eluasi dengan fase gerak, ukur pada panjang

gelombang serapan maksimum lebih kurang 254 nm. Hitung persentase stigmasterol dalam zat uji dengan rumus :

(58)

0 1 _ 25 C Au 100

1 0 - X P

x x

-Ap Wu

Au = Serapan Larutan uji

Ap = Serapan Lanttan pembanding

Cp = Kadar stigmasterol dalam mg per mL Larutan pembanding

Wu = Berat zat uji dalam mg

EKSTRAK KENTAL RAlVIBUT JAGUNG

Zeae Maydis Stigmae Extractum Spissum

Ekstrak kental rambut jagung adaJah ekstrak yang dibuat dari rambut Zea mays L., Suku Poaceae, mengandung stigmasterol tidak kurang dari 0,2%.

Pembuatan Ekstrak <311>

Rendemen Tidak kurang dari 2,3% Gunakan etanol P sebagai pelarut

Identitas Ekstrak

Pemerian Ekstrak kental; warna cokelat kehitaman; bau khas; rasa manis.

Senyawa Identitas Stigmasterol

Struktur kimia :

H H

HO

Stigmasterol

Kadar air <83> Tidak lebih dari 6,8%

Abu total <8\ > Tidak lebih dari 8,4%

Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 5, \ %

Kandungan Kimia Ekstrak

(59)

Lakukan penetapan kadar den ga n cara KLT Densitomelri seperti yang tertera pada Kromalografl <6/ >

Fase gerak Diklormetan P

Lanttan uji Timbang seksama lebih kurang 100 mg ekstrak, larutkan dalam 25 mL etanol P di dalam tabung reaksi . Saring ke da lam labu tentukur 25-mL, tambahkan etanol P melalui kertas saring sampai tanda.

Lantlan pembanding Stigmasterol 0, I % da lam etanol P, encerkan hingga diperoleh kadar dengan serapan mendekati serapan Larutan uji.

Pengukuran Totolkan secara terpi sah masing-masing I ).lL Lanttan uji dan Lanttan pembanding pada lempeng siJika gel 60 F254 , eluasi dengan fase gerak, ukur pada panjang

gelombang serapan maksimum lebih kurang 254 nm. Hitung persentase stigmasterol dalam zat uji dengan rumus :

0 1 _ 25 C Au 100

1 0 - X P x - x

-Ap Wu

A u

= Serapan

Lam/on uji

A p = Serapan Larutan pembanding

CP = Kadar stigmasterol dalam mg per mL Larulan pembanding

Wu

=

Berat zat uji dalam mg

KULIT BATANG JAMBLANG

Syzygii Cumini Cortex

Kulit batang jamblang adalah kulit batang Syzygium cumini (L.) Skeels, suku Myrtaceae, mengandung fenol total tidak kuran g dari 3,88% dihitung sebagai asam galat.

ldentitas Simplisia

Pemerian Berupa potongan kulit batang, menggulung, membujur atau seperti lempengan, permukaan luar kasar dengan retak-retak membujur tidak beraturan, kulit bagian dalam berserabut, kasar, tidak rata, bekas patahan sangat berserabut; permukaan luar abu-abu kehitaman , permukaan bagian berwarna kecokelatan; bau khas ; dan tidak berasa.

(60)

H

lcm

Simplisia kulit batang jamb lang

Mikroskopik

Fragmen pengenal adalah amilum, kristal kalsium oksalat bentuk roset dan bentuk prisma, jaringan gabus, parenkim k0l1eks, parenkim kayu, sel batu, jari-jari teras dengan kristal

kalsium oksalat bentuk roset, serabut sklerenkim dan parenkim bernoktah.

I. Amilum 2. Kristal kalsium oksalat bentuk roset

イiZBセセB

..

セ@

セ@

セNL@

NBBセ@

セ p o . . • •

iGMGZ@ . . . . .セ@ Nセi@

.

.

セ@

"..-

...

.

Lセ@ ,

セ@

."

.

(61)

5. Parenkim korteks 6. Parenkim ka)'1.1

7. Sel batu 8. Jari-jari teras dengan kristal kalsium oksalat bentuk roset

9. Serabut sklerenkim 10. Parenkim bernoktah

Fragmen serbuk simplisia kulit batangjamblang

Senyawa identitas Asam galat Struktur kimia:

HO OH

OH

Asam galat

(62)

Pola kromatografi

Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti yang tertera pada Kromatografi <61 > dengan parameter sebagai berikut :

Fase gerak : Toluen P-aseton P-asam asetat P (50:50:0,1) Fase diam : Silika gel 60 F254

Larutan uji : 5% dalam metanol P, gunakan Larulan uji KLT seperti tertera pada Kromatografi <61 >

Larutan pembanding : Asam galat 0,1% dalam etanol P

Volume penotolan : Totolkan J

°

flL Larutan uji dan 0,5 flL Larutan pembanding

Deteksi : Besi(lll) klorida P 10%

Keterangan

S: Simplisia kulit batang jambJang P: Pembanding

Gambar

Tabel I. Labll Tentukur, Pipet Volume dan Buret... ............... .. .. ... ... ......
Tabel 3. Klasifikasi Serbuk Berdasarkan Derajat Halus

Referensi

Dokumen terkait

Cruisible dikeringkan didalam oven selama 15 menit untuk menghilangkan kadar air yang masih terkandung dan kemudian ditimbang berat kosongnya. 2 Cruisible yang telah

Secara nasional saat ini wilayah perbatasan laut menghadapi sejumlah permasalahan, antara lain, belum selesainya penetapan batas wilayah dengan negara tetangga, kemudian

Metode ini menggunakan larutan bahan yang akan di- coating dengan cara disemprotkan, kemudian dikeringkan sehingga lapisan dapat menempel pada produk dengan

Pisang yang telah diiris disusun dalam loyang almunium kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu 50 0 C selama 24 jam, lalu dihaluskan dengan menggunakan mesin

Setiap judul monografi menggunakan nama Latin dari simplisia yang terdiri atas nama marga (genus) atau nama jenis (species) atau petunjuk jenis (specific epithet) tanaman asal,

Dari hasil analisa statistik, penetapan kadar ketoprofen dalam tablet menggunakan metode spektrofotometri didapatkan kadar yang lebih tinggi dari kadar yang didapat

Penetapan Kadar Sari Larut Etanol Sejumlah 20 gram bahan yang telah dikeringkan, dimaserasi selama 24 jam dengan 100 ml etanol, menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok

Penelitian ini sejalan dengan Khatimah 2017 tentang hubungan asupan protein, zat besi dan pengetahuan terhadap kadar Hb pada remaja putri di MAN 1 Surakarta yang menyatakan bahwa ada