• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS PERANCANGAN LOKASI RANCANG1 Analisis Karakteristik Ruang pada Lokasi Perancangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB V ANALISIS PERANCANGAN LOKASI RANCANG1 Analisis Karakteristik Ruang pada Lokasi Perancangan"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

ANALISIS PERANCANGAN LOKASI RANCANG

Analisis perancangan terdiri atas beberapa jenis analisis, yaitu analisis aktivitas dan kebutuhan ruang, analisis tapak dan zoning kawasan, analisisi kriteria terukur, analisis kriteria tak terukur, analisis elemen-elemen citra kota, analisis elemen rancang kota, dan analisis elemen estetika kota.

5.1 Analisisi Karakteristik Aktivitas dan Pengguna

Analisis aktivitas dan kebutuhan ruang dilakukan guna identifikasi aktivitas apa saja yang ada di lokasi perancangan sehingga dapat diketahui apa saja fasilitas yang dibutuhkan dan siapa saja penggunanya. Lokasi perancangan yang berada di Kawasan Pecinan Semarang termasuk dalam cagar budaya kota semarang, hal ini tercantum pada PERDA Kota Semarang No 14 Tahun 2011 Pasal 69. Berdasarkan hal tersebut Kawasan Pecinan dapat juga sebagai kawasan wisata Kota Semarang serta ditunjang dengan adanya kegiatan perdagangan di daerah tersebut. Pada Kawasan Pecinan selain sebagai kawasan wisata dan perdagangan, juga merupakan tempat hunian dimana mayoritas penduduknya adalah etnis tionghoa sehingga daerah tersebut menjadi kental akan budaya tionghoanya. Luas lahan lokasi perancangan adalah 12,9 ha dan seluruh kawasan merupakan ruang terbangun.

Konsep yang dikembangkan pada lokasi perancangan adalah Smart City yang meliputi smart utility (prasarana), mobility (mobilitas), living (gaya hidup) dan environment (lingkungan). Penerapan konsep tersebut dilakukan pada sentra perdagangan dan permukiman sebagai fungsi utama serta kawasan peribadatan dan rekreasi sebagai fungsi penunjang aktivitas masyarakat di Kawasan Pecinan.Untuk dapat mendukung konsep Smart Heritage City pada lokasi perancangan, maka terdapat pembagian fungsi kawasan yang terdiri atas fungsi utama, fungsi penunjang dan fungsi pelayanan. Berikut adalah tabel analisis karakteristik ruang pada lokasi perancangan:

Tabel V.1

Analisis Karakteristik Ruang pada Lokasi Perancangan

Kelompok

Aktivitas Jenis Aktivitas Jenis Kegiatan

Karakteristik

Ruang Jenis Ruang Pengguna

Utama

Hunian Tempat hunian

Mudah dalam

Rumah Tunggal Penduduk

(2)

strategis

Pos Keamanan Penduduk

Sumber: Hasil Analisis Kelompok 2A, 2014

5.1.1 Fungsi Utama

Fungsi utama pada lokasi perancangan ialah fungsi hunian dan fungsi komersil. Hal ini didukung oleh lokasinya yang berdekatan dengan Pasar Johar yaitu pasar tradisional terbesar di Kota Semarang. Selain itu Kawasan Pecinan dapat diakses dengan 4 jalan utama yang langsung menuju Kawasan Pecinan yaitu dari jalan KH. Agus Salim, Jlana Jagalan, Jalan Gajahmada Ke Jalan Kranggan dan dari Jalan Gajahmada ke Jalan Wotgandul. Konsep lokasi perancangan ini ialah Smart Heritage City dimana nantinya pengembalian desain asli dari permukiman khas etnis Tionghoa dengan tetap mempertahankan fungsi hunian perdagangannya. Tujuan dari konsep ini adalah mengembalikan bentuk dan fungsi hunian untuk etnis tionghoa yang livability namun tetap mempertahankan kawasan perdagangan serta tetap menjaga budaya etnis Tionghoa yang berkembang di daerah tersebut.

5.1.2 Fungsi Penunjang

Fungsi penunjang atau aktivitas penunjang merupakan aktivitas yang dikembangkan sebagai penunjang atau pendukung dari aktivitas utama yaitu perdagangan dan permukiman. Berikut uraian fungsi penunjang di Kawasan Pecinan:

a. Sarana Peribadatan

Ibadah merupakah salah satu kebutuhan rohani bagi manusia, sehingga diperlukan sarana yang dapat mewadahi akan kebutuhan tersebut. Keberadaan sarana peribadatan pada lokasi perancangan didasarkan pada mayoritas pemeluk agama pada lokasi perancangan, dimana mayoritas penduduknya adalah etnis Tionghoa. Saat ini, pada lokasi perancangan masih terdapat 3 klenteng kuno yang merupakan sarana peribadatan masyarakat. Klenteng-klenteng yang ada tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah namun juga merupakan bangunan yang memberikan kesan akan kehidupan etnis Tionghoa di masa lampau. Pada perancangan ini difokuskan pada konservasi klenteng-klenteng yang masih ada, sehingga kesan/ ciri khas pada Kawasan Pecinan tidak hilang. Klenteng-klenteng tersebut juga menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat karena nilai sejarah dan nilai budayanya yang tinggi.

b. Sarana Rekreasi

Penyediaan sarana rekreasi di lokasi perancangan dikhususkan untuk mendukung kegiatan pariwisata, mengingat bahwa Kawasan Pecinan merupakan salah satu kawasan cagar budaya yang memiliki nilai sejarah dan kebudayaan yang tinggi. Oleh karena itu, direncanakan sarana rekreasi berupa Museum Heritage Center sebagai galeri kebudayaan dan sejarah Kawasan Pecinan. Museum tersebut nantinya akan direncanakan dengan melakukan alih fungsi bangunan yang sudah tidak lagi digunakan/ dihuni.

5.1.3 Fungsi Pelayanan

(3)

untuk menjaga keamanan mengingat bahwa sebagian besar penggunaan lahan adalah perdagangan dan permukiman. Pos keamanan tersebut terdapat pada main entrance dan site entrance pada lokasi perancangan.

Selanjutnya akan dilakukan analisis karakteristik pengguna, dimana merupakan jumlah dan jenis pengguna yang akan diwadahi dalam lokasi perancangan. Jumlah pengguna tersebut dihitung berdasarkan Carrying Capacity, jumlah tersebut merupakan kapasitas maksimum pengguna yang dapat diwadahi dalam lokasi perancangan.Namun dari Carrying Capacity tersebut, jumlah pengguna yang digunakan adalah sebesar 3200 jiwa berdasarkan asumsi penduduk eksisting yang ada pada lokasi perancangan

Sumber: Hasil Analisis Kelompok 2A, 2014

Gambar 5.1

Analisis Karakteristik Pengguna pada Lokasi Perancangan

Dari bagan tersebut terlihat analisis karakteristik pengguna pada lokasi perancangan yang meliputi sebagian Kawasan Pecinan dengan luas sebesar 12.9 hektar, dengan kapasitas ruang terbangun sebesar 100%. Nilai tersebut merupakan kondisi eksiting pada lokasi perancangan mengingat bahwa seluruh kawasan merupakan kawasan terbangun, baik itu berupa ruko, rumah dan ataupun klenteng. Ruko-ruko yang ada juga bermacam jenisnya, mulai dari tekstil, bank, rumah makan, salon dan lain sebagainya.

Tabel V.3

Perhitungan Carrying Capacity dan Analisis Pengguna pada Lokasi Perancangan

Fungsi Ruang Persentase (%) Luas Satuan

Luas Lokasi perencanaan tapak 129,000 m2

Luas Ruang

(4)

Jumlah Rumah 800 unit 89,400 m2

Asumsi Pengguna yang Direncanakan 3,200 jiwa

Sumber: Hasil Analisis Kelompok 2A, 2014

5.2 Analisis Kebutuhan Ruang

Analisis kebutuhan ruang merupakan perhitungan antara jumlah dengan luas ruang yang dibutuhkan pada setiap aktivitas yang akan diwadahi dalam perencanaan lokasi perancangan dengan mempertimbangkan jumlah pengguna dan standar penggunaan aktivitas tersebut. Berikut adalah hasil analisis kebutuhan ruang terbangun pada lokasi perancangan:

Tabel V.3

Analisis Kebutuhan Ruang pada Lokasi Perancangan

Kelomp

Rekreasi Museum Pendud uk

Luas Fungsi Terbangun 90,300 m2

(5)

Luas Ruang Terbangun 129,000 m2

Total Luas Lokasi Perancangan 129,000 m2

Sumber: Hasil Analisis Kelompok 2A, 2014

5.2 Analisis Hubungan Antar Kelompok Aktivitas

Hubungan antar ruang menjelaskan bagaimana keterkaitan antar aktivitas yang akan diwadahi dalam ruang-ruang. Penentuan hubungan antar ruang ini digunakan sebagai dasar dalam peletakan kelompok aktivitas yang akan direncanakan. Keterkaitan masing-masing ruang yang berbeda tersebut terjadi karena setiap jenis aktivitas yang diwadahi di setiap ruang antara satu dengan lainnya dapat saling bertolak belakang maupun saling terkait.

a. Hubungan erat, bahwa antara aktivitas X dan aktivitas Y saling terkait erat. misalnya aktivitas hunian (permukiman) dan perdagangan (ruko) sangat membutuhkan sarana penunjang dan pelayanan seperti peribadatan (klenteng), persampahan (TPS), transportasi dll.

b. Hubungan tidak erat , bahwa antara aktivitas X dan aktivitas Y saling bertolak belakang (tidak terkait). misalnya aktivitas perdagangan tidak memiliki hubungan yang erat dengan aktivitas peribadatan, dll.

Berikut adalah skema hubungan antar ruang Kelurahan Kudu.

Permukiman Perdagangan Peribadatan Rekreasi Keamanan

Permukiman sebagai aktivitas utama memiliki keterkaitan atau hubungan erat dengan aktivitas lain seperti perdagangan, peribadatan, rekreasi dan aktivitas pelayanan seperti keamanan. Hal tersebut dikarenakan masyarakat yang bermukim membutuhkan adanya aktivitas penunjang dan pelayanan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Perdagangan yang juga sebagai aktivitas utama pada lokasi perancangan memiliki hubungan yang sangat erat dengan persampahan karena aktivitas perdagangan dan jasa dapat menimbulkan sampah setiap harinya. Selain dengan persampahan, permukiman, rekreasi dan keamanan juga memiliki hubungan yang erat dengan perdagangan.

5.3 Analasis Organisasi Ruang

Analisis keruangan merupakan analisis yang berisi kasaran dari siteplan perumahan yang akan diterapkan dalam lokasi perencanaan yaitu Kawasan Pecinan dengan tema smart heritagecity. Siteplan yang akan dibuat nanti tentunya akan mengacu pada organisasi keruangan yang telah dibuat. Selain itu dengan adanya organiasi ruang dapat menentukan cara pembagian zona-zona aktivitas dalam daerah perencanaan yang disesuaikan dengan karakter ruang yang dibutuhkan masing-masing aktivitas tersebut. Diharapkan organisasi keruangan yang telah dibuat mampu menampung dan memfasilitasi semua kegiatan penduduk terutama untuk memenuhi kegiatan utama penduduk.

(6)
(7)

5.2 ANALISIS TAPAK 5.2.1 Analisis Konstelasi

Wilayah studi rancanga ini adalah kawasan pecinan Semarang yang ada di Kelurahan Kranggan, Kecamatan Semarang Tengah. Kawasan pecinan Semarang yang menjadi wilayah studi, memiliki luas 12 ha, hampir separuh dari luas seluruh Kelurahan Kranggan yaitu 25,5 ha. Dalam merencang kawasan konservasi yaitu kawasan pecianan harus melalui banyak pertimbangan yang disesuaikan dengan peraturan peundang-undangan yang sudah ada. Untuk mengetahui dan menentukan konsep perancangan kawasan pecinan Semarang ini, perlu dilakukan analisi konstelasi wilayah studi mikro dengan wilayah studi makro agar arah pengembangannya satu sama lain singkron. Berikut adalah analisis konstelasi wilayah studi perencanaan kawasan pecinan Semarang:

Konstelasi Kecamatan Semarang Tengah terhadap Kota Semarang

Mengacu pada Peraturan Daerah Kota Semarana No.14 Tahun 2011 Tentang RTRW Kota Semarang tahun 2011-2031, lokasi perancangan terletakdi Kecamatan Semarang Tengah yang termasuk Bagian Wilayah Kota (BWK) I. Dalam Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun 2004 Tentang Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Kota Semarang Bagian Wilayah Kota I, fungsi kawasan Kecamatan Semarang Tengah diantaranya adalah pengembangan kawasan perdagangan dan jasa, perkantoran, permukiman, dan kawasan cagar budaya/ koservasi. Kecamatan Semarang Tengah merupakan pusat aktivitas Kota Semarang, bahkan menjadi pusat pemerintahan Kota Semarang. Oleh karena itu keberadaan Semarang Tengah sangat mempengaruhi Kota Semarang. Terlebih lagi, Kecamatan Semarang Tengah memiliki beberapa kampung tua di Kota Semarang dan cagar budaya yang salah satunya adalah kawasan pecianan. Cagar budaya yang ada di wilayah Kecamatan Semarang Tengah dihararapkan menjadi daya tarik wisata Kota Semarang, sejalan dengan slogan Kota Semarang tahun 2011 yaitu Semarang Pesona Asia.

(8)

Wilayah studi perancangan yaitu kawasan pecinan Semarang terletak di Kelurahan Kranggan yang merupakan Bagian Wilayah Kota (BWK) I blok 1.2, seperti yang disebut pada Rencana Detail Tata Ruang Kota-Kota Semarang BWK I Tahun 2011-2031, yang diperuntukkan pemukiman, perdagangan dan jasa, dan cagar budaya. Kawasan pecianan Semarang ini merupakan kawasan cagar budaya yang diperkuat dengan adanya SK Wali Kota Semarang No. 464/50/1992. Dengan adanya kawasan cagar budaya ini, diharapkan dapat menjadi salah satu daya tarik wisata Kota Semarang. Sehingga diharapkan dapat menambah pendapatan Kota Semarang dari sektor pariwisatanya.

Kawasan pecianan ini akan direncanakan dengan konsep smart city tetapi tetap mempertahankan nilai-nilai sejarah yang ada di dalamnya. Oleh karena hal tersebut, maka keaslian nilai-nila sejarah yang ada pada bangunan, lingkungan dan suasana pecianan akan tetap dipertahankan untuk menjaga warisan budaya.

5.2.2 Analisis Lingkungan

Analisis dilakukan untuk menentukan kecocokan tata letak zoning tapak terhadap fungsi-fungsi penggunaan ruang di sekitarnya. Analisis ini berfungsi sebagai pertimbangan dalam penentuan zoning kawasan yang dilihat dari faktor eksternal tapak yang direncanakan.

Analisis Lingkungan dan Jasa (Jl. Gg. Pinggir)

(9)

Analisis Lingkungan

Data Respon

Di sekitar wilayah studi kawasan Pecinanan adalah kawasan perdagangan dan jasa. Di bagian utara wilayah studi kawasan pecinan merupakan kawasan pasar Johar Semarang. Sedangkan bagian barat wilayah studi merupakan campuran antara deretan ruko yang mayoritas adalah toko emas yang ada di Jalan K.H. Wahid Hasyim dan permukiman di Kelurahan Kranggan. Bagian selatan wilayah studi mikro merupakan deretan ruko dan perkantoran dan bagian timur merupakan deretan juga ruko.

Kawasan perdagangan dan jasa adalah kawasan yang berfungsi sebagai area public, zona ini merupakan zona yang produktif, dimanfaatkan untuk kegiatan perdagangan dan jasa. Karena zona komersil cenderung ramai maka tidak cocok jika berdekatan dengan sekolah yang membutuhkan ketenangan. Zona pemukiman cocok dikembangkan pada kawasan yang berada pada area privat, tidak berbatasan dengan pusat perbelanjaan dan area lain yang berfungsi sebagai area publik.

5.2.3 Analisis Topografi

Analisis topografi berfungsi untuk menentukan pengembangan penggunaan ruang untuk kegiatan yang sifatnya terbangun maupun non terbangun. Analisis topografi ini dilihat dari kontur kawasan pecinan. Untuk kontur rapat, cocok dikembangkan sebagai zona non terbangun dan kontur renggang cocok digunakan untuk zona terbangun. Namun, pada wilayah studi ini yaitu kawasan pecinan Semarang merupakan dataran, sehingga hanya memiliki kontur yang renggang.

Analisis Topografi

(10)

Analisis Topografi

Data Respon

Kontur Interval 2 m

Zona Terbangun merupakan zona dengan kontur renggang yang

menunjukkan topografi datar sehingga dapat dikembangkan sebagai fungsi terbangun misal permukiman, perdagangan, dan lain-lain. Pada wilayah studi kawasan pecianan terdapat kontur dengan interval 2 meter, tetapi karena wilayah yang memiliki kontur hanya sedikit dan terletak di pojok wilayah studi, maka wilayah tersebut ikut dimasukkan ke dalam zona terbangun. Wilayah studi kawasan pecinan seluruhnya adalah zona terbangun karena memiliki topografi yang datar yaitu 0-2%. Pada kondisi eksistingnya pun kawasan pecinan merupakan kawasan padat bangunan.

5.2.4 Analisis Kebisingan

Analisis Kebisingan

Data Respon

Zona Bising Tinggi

Merupakan jalan lokal namun dengan banyaknya kendaraan yang berlalu lalang. Baik mobil, motor, ataupun becak. Terlebih lagi merupakan kawasan perdagangan dan jasa, sehingga banyak

Zona kegiatan publik

(11)

Analisis Kebisingan

Data Respon

truk barang yang bongkar muat di zona tersebut. Zona Bising Sedang

Merupakan jalan lingkungan, namun kendaraan yang berlalu lalang masih cukup banyak seperti mobil dan motor dari pegawai dari perkantoran (banyak bank) yang ada Jalan Gang Besen dan Gang Tengah.

Zona Bising Rendah

Merupakan jalan lokal dan jalan lingkungan, namun masih banyak kendaraan beroda empat yang melewati jalan di zona tersebut. Karena jalan lokal dan lingkungan tersebut merupakan jalan pintas untuk ke jalan utama. Daripada memutar terlalu jauh karena jalan satu arah di kawasan pecinan, banyak masyarakat yang menggunakan jalan pintas tersebut.

cocok dikembangkan sebagai fungsi perdagangan, jasa dan komersil lainnya. Pada kondisi eksisting pun, kawasan tersebut adalah deretan ruko, perkantoran, dan bank.

Zona kegiatan privat

Zona kegiatan privat merupakan zona yang membutuhkan karakter ruang dengan tingkat kebisingan rendah, sehingga dapat dikembangkan sebagai fungsi hunian. Kondisi eksisting, bangunan pada gang-gang kecil (Gang Cilik, Gang Baru, Gang Blakang) di kawasan pecianan memiliki fungsi hunian.

5.2.5 Analisis Aksesibilitas

Analisis Aksesibilitas

(12)

Analisis Aksesibilitas

Data Respon

Zona akses tinggi

Merupakan jalan lokal yang memiliki volume kendaraan yang tinggi, yaitu Jalan Beteng di sebelah barat wilaya, sedangkan bagian selatan adalah Jalan Wotgandul dan bagian utara adalah Gang Warung. Untuk jalan lingkungan yang memiliki akses tinggi adalah Gang Pinggir, Gang Besen dan Gang Tengah. Hal tersebut dikarenakan jalan tersebut terdapat deretan ruko dan perkantoran

Zona akses rendah

Pada zona akses rendah ini, dilewati oleh jalan lingkungan. Pada wilayah studi kawasan pecianan ini, merupakan Jalan Gang Cilik, Jalan Gang Baru, Jalan Blakang dan Jalan Gang Gambiran.

Zona kegiatan publik

Zona kegiatan publik membutuhkan karakter ruang dengan aksesibilitas tinggi sehingga dapat dikembangkan sebagai kawasan perdagangan dan jasa, dan lain-lain. Dengan adanya aksesibilitas tinggi maka, zona kegiatan publik dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat. Pada kondisi eksisting, keempat jalan yang menjadi batas wilayah studi mudah diakses dari jalan kolektor yaitu Jalan K.H. Wahid Hasyim dan lokasi kawasan Pecinan juga dekat dengan Jalan MT. Haryono.

Zona kegiatan privat

(13)

5.2.6 Analisis Drainase

Analisis Drainase

DATA RESPON

Drainase primer berupa kali semarang

Drainase Sekunder dimana kondisi alirannya tidak lancar karena tersumbat oleh sampah-sampah.

Arah Aliran Air

Drainase tersier dengan lebar 30 cm Drainase Sekunder dengan Lebar 50 cm Drainase Primer Berupa Kali

 Diterapkan sistem drainase terbuka pada setiap jenis drainase sehingga memudahkan proses pemeliharaan dan pembersihan.

(14)

5.1.1 Analisis Vegetasi

Analisis Vegetasi

Data Respon

1.

 Tidak adanya ruang terbuka hijau berupa taman bermani maupun hutan kota

 Tidak adanya jalur hijau kawasan sebagai peneduh pejalan kaki

(15)

5.1.2 Analisis View

Analisis View

Data Respon

View To Site: Gerbang Pecinan dan bundaran pecinan serta bangunan ruko-ruko khas pecinan

View From Site: Jembatan kebon dalem dan Kali Semarang dan lingkungan pasar johar

View to Site: Gerbang dan bundaran Pecinan akan tetap dipertahankan dengan tambahan ornamen khas etnis Tiong Hoa yang dapat membuat kawasan lebih menarik

View from Site: akan tetap mengarah ke kali semarang dan juga lingkungan pasar johar

1

2

1

2 1

2

1

2 2

(16)

5.1.3 Analisis Arah Angin dan Lintasan Matahari

Analisis Arah Angin Dan Lintasan Matahari

Data Respon

Arah matahari pada lokasi tapak yaitu dari timur ke barat.

Arah angin pada lokasi tapak yaitu bertiup dari arah timur laut ke barat daya.

Arah Matahari Arah Angin

Sumbu Ideal: merupakan garis perpotongan antara jalur lintasan matahari dan jalur arah angina dimana sumbu ideal merupakan sumbu untuk menentukan arah orientasi bangunan pada suatu tapak.

(17)

5.1.4 Zoning Kawasan

ZONING KAWASAN

Zona permukiman cocok dikembangkan di kawasan yang tingkat kebisingannya rendah, yaitu tidak di dekat jalan utama karena hunian merupakan area privat

(18)

5.3 ANALISIS KRITERIA TERUKUR DAN TAK TERUKUR

5.3.1 Analisis Kriteria Terukur

Kriteria terukur merupakan alat analisis dalam perancangan kota yang digunakan untuk mengetahui secara kuantitatif syarat-syarat tertentu dalam proses perancangan kota. Nilai tersebut selanjutnya akan digunakan untuk mengetahui bentuk amplop bangunan. Beberapa diantara kriteria terukur yang digunakan dalam perancangan kawasan compact city pada wilayah studi adalah perhitungan KDB, ketinggian bangunan, dan GSB.

a. Analisis Koefisien Dasar Bangunan (KDB)

Nilai KDB merupakan persentase maksimal luasan lahan yang dapat dibangun pada wilayah perancangan.Analisis KDB dilakukan dengan tujuan untuk meminimalisir kegiatan eksploitasi lahan. Menurut RDTRK Kecamatan Semarang Tengah, arahan penggunaan lahan di Kecamatan Semarang Tengah adalah sebagai permukiman, Perdagangan dan Jasa, fasilitas pendidikan, kesehatan, serta perkantoran.

A. Analisis KDB pada luas lahan perancangan S = 0,0011

A = 12,9 Ha = 129.000 m2

C = 1,8 (Daerah dengan ruang terbuka dan kawasan infiltrasi minim serta kelerengan datar) I = 7,678.10-8 m/detik

a) Iinf = S x A

0,0011 x 129.000 m2 142 liter/menit 2,3 liter/detik

d) OS = ���

�1 �

2,3 1,37

(19)

b) Qinf = C x I x A

1,8 x (7,678 x 10-8 m/detik) x 129.000 m2 1.782.832 x 10-8 m/detik

17,8 liter/detik

e) KDB = −�� � 100%

11,23 � 100% 12,9

87%  90%

c) Q1Ha =

1 ������

1 �� 17,8 12,9

1,37 liter/detik/Ha

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, KDB wilayah perancangan adalah 90% yang artinya total luasan yang dapat dibangun adalah sebesar 11,61 Ha. Luasan tersebut tidak sesuai dengan kondisi eksisting karena saat ini luasan lahan terbangun yang sudah mencapai 100%. Lahan terbangun yang dimaksud berupa bangunan permukiman dan fasilitas serta jaringan prasarana.

B. Perhitungan Ketinggian Bangunan FAR =

�� �

12,9 � 90% � 12,9 �

1,11

(20)

Jarak Antar Bangunan dan Garis Sempadan Bangunan 1. Perhitungan Jarak Antar Bangunan

JAB dihitung berdasarkan ketinggian bangunan dengan menggunakan ALO (Angle of Lights Obstruction), dimana JAB merupakan jarak yang terkecil, diukur di antara permukaan-permukaan denah dari bangunan-bangunan atau jarak antara dinding terluar yang berhadapan antara dua bangunan. Ketinggian bangunan di Kawasan Pecinan rata-rata 10 meter. Perhitungan ALO merupakan perhitungan dengan sudut yang telah ditentukan sebesar 45°, dengan perhitungannya adalah sebagai berikut:

JAB= Tinggi Bangunan/Tg ALO = 10 meter/1= 10 meter

Namun perhitungan menggunakan ALO kurang rasional sehingga JAB ditentukan menggunakan persyaratan dari Departemen Pekerjaan Umum yaitu:

Tinggi Bangunan (m) Jarak Bangunan (m)

0 – 8 3

8 – 14 3 – 6

14 – 40 6 – 8

>40 >8

Sumber: Departemen Pekerjaan Umum, 1987

Karena Kawasan Pecinan merupakan kawasan konservasi, maka jarak antar bangunan di Kawasan Pecinan tidak sesuai dengan ketentuan diatas namun jarak antar bangunan berdempetan sesuai dengan ciri khas Kawasan Pecinan sebagai kawasan sejarah etnis Tionghoa yang terdiri dari bangunan-bangunan lama khas Tionghoa.

2. Perhitungan Garis Sempadan Bangunan

(21)

1. Sempadan muka: yang berbatasan dengan jalan

2. Sempadan belakang: yang berbatasan dengan jalan atau bangunan di belakangnya. 3. Sempadan samping: yang berbatasan dengan jalan atau bangunan di sampingnya.

4. Sempadan pagar: garis dimana harus dipasang bagian luar dari pagar-pagar persil atau pagar-pagar pekarangan. Garis Sempadan Bangunan ditetapkan untuk:

- Memberi batasan keamanan bagi pengguna jalan terhadap lingkungan sekitarnya - Memberikan ruang untuk sirkulasi udara dan sinar matahari

- Ruang untuk resapan air tanah

- Berguna untuk keadaan darurat, misalnya kebakaran

Perhitungan GSB akan dilakukan pada titik pertemuan antara jalan kolektor sekunder dengan jalan lokal.

Hierarki Jalan Lebar Jalan

Lebar Bahu Jalan

Kecepatan Kendaraan km/jam mil/jam

Kolektor Sekunder 8 m - 40 25

Lokal 3 m - 20 12,5

Perhitungan GSB Jalan Kolektor dengan Jalan Lokal Va = 25 mil/jam

Vb = 12,5 mil/jam A1 = 4 m

(22)

Ta = 1,22 Tb = 0,90

Da = 0,063 (Va)2 + 1,47 (ta) (Va) + 16 = 0,063 (25) 2 + 1,47 (1,22) (25) + 16 = 100,21 feet

= 30,552 m

Vb = (Db-16) (Va)/Da 12,5 = (Db-16) (25)/100,21 12,5 = (Db-16) x 0,25 Db = 66 feet

= 20,121 m

Mencari a2 -> b2 = 0 Db = a (Da)

Da-b

(a1 + a2) (Da) Da - (b1 + b2)

20,121 = (4 + a2) (30,552)

(23)

Mencari b2 -> a2 = 0 Db = a (Da)

Da-b

(a1 + a2) (Da) Da - (b1 + b2)

20,121 = (4 + 0) (30,552) 30,552 – (1,5 + b2) b2 = 22,98 m

Garis Sempadan Jalan kolektor = a a = a1 + a2

= 4 + 5,13 = 9,13 m

Garis sempadan jalan lokal = b b = b1 + b2

= 1,5 + 22,98 = 24,48

(24)

5.3.2 Analisis Kriteria Tak Terukur A. Access

Data Respon

Keterjangkauan pengguna untuk menuju kawasan pecinancukup mudah karena kawasan pecinan dilewati oleh jalan kolektor sekunder pada gang Waroeng. Adapun jalan yang boleh dilalui oleh kendaraan adalah gang Wotgandul, jalan Benteng, dan jalan Besen.

- Belum adaparkiran komunal dan halte bus yang menunjang kegiatan akses di kawasan pecinan.

Rencana lokasi pos ojek dan becak Rencana lokasi parkir komunal Rencana lokasi gudang

Rencana kawasan Parkir Onstreet

- Parkir onstreet dialokasikan di bagian depan sekitar main enterance supaya dapat mengurangi kendaraan masuk ke dalam kawasan, diharapkan pengunjung dapat memarkir kendaraan dilokasi tersebut untuk kemudian berjalan ke daerah sekitarnya

- Dengan adanya rencana lokasi , rencana lokasi halte bus, parkir komunal dan rencana lokasi gudang untuk bongkar muat dapat membuat akses akan semakin mudah.

B. Compatibility

(25)

Data Respon

- Compability adalah aspek kecocokan antara bangunan lama dengan bangunan baru yang dapat dilihat dari warna, tekstur, skala, proporsi dan fasade bangunan (Kevin Lynch).

- Terdapat beberapa ruko dengan gaya arsitektur modern dengan kondisi yang baik dan warna yang terang berada bersebelahan dengan ruko dengan gaya arsitektur China kuno yang kondisinya kurang terawat dan warna yang sudah kusam. Hal ini cukup menunjukan adanya kesenjangan sosial di kawasan pecinan.

- Belum adanya sempadan bangunan karena satu bangunan dengan bangunan yang lain saling berhimpit dan saling memanfaatkan ruang semaksimal mungkin karena lahan yang ada terbatas.

(26)

C. View

Data Respon

- View yang ada berupa gerbang pecinan dan Deretan pertokoan di gang warung yang juga merupakan Woroeng Semawis dimalam hari saat weekend.

- View adalah orientasi manusia sebagai pengguna terhadap lingkungannya yang terlihat di sini belum memiliki bea karena hampir semua bangunan memiliki ketinggian yang sejajar.

(27)

D. Identity

Data Respon

- Identity merupakan kesan dari satu objek yang dapat menjadi ciri satu kawasan. Unsur yang sering kali dikaitkan dengan identik adalahlandmark yang dapat menjadi penanda satu kawasan. Landmark dapat berupa gerbang, persimpangan, tugu, dll yang digunakan sebagai ikon satu kawasan.

- Identity yang ada di kawasan pecinan berupa gerbang pecinan yang sekaligus menjadi main entrance. Selain itu identity dari kawasan ini juga dapat berupa klenteng-klenteng yang menjadi ciri khas kawasan pecinan

(28)

E. Sense

Data Respon

- Sense adalah kesan atau suasana yang ditimbulkan saat kawasan tersebut masih asli dengan lingkungan pecinan yang khas, banyak bangunan berlantai 2 yang khas dan kuno serta dilengkapi dengan ornamen khas China.

- Bentuk permukiman (bangunan) yang padat dan kompak menjadi ciri lain kawasan pecinan ini yang juga telah bersifat anorganik.

- Pemilihan untuk tetap mempertahankan bangunan kuno menjadi daya tarik (sense) wisata tersendiri bagi para pengguna maupun pengunjung.

(29)

F. Livability

Data Respon

- Kenyamanan untuk tinggal masih kurang pada saat ini, hal ini dikarenakan kesan kumuh yang terlihat pada kampung pecinan terutama yang terletak di sebelah sungai, selain itu banyak gedung kuno yang tidak terawat karena sudah banyak ditinggalkan.

- Oleh karena itu kami berusaha untuk memperbaiki kawasan pecinan supaya bisa kembali nyaman untuk ditinggali dengan menerapkan konsep desa wisata.

- Berkaitan dengan hal diatas, jumlah fasilitas pemenuhan kebutuhan jumlahnya akan disesuaikan kembali aren selain kawasan pecinan digunakan sebagai mukiman, perdagangan dan jasa serta digunakan sebagai lokasi desa wisata.

Permukiman

Perdagangan dan Jasa

- Kelengkapan sarana prasarana penunjang seperti gudang, perdagangan dan jasa, kelenteng, ruang terbuka hijau berupa taman dapat dimanfaatkan wargamaupun pengunjung.

Klenteng

(30)

5.4 Analisis Elemen Citra Kota A. Path

Data Respon

Path adalah jalur atau lintasan yang berada di Kawasan Pecinan. Foto di atas adalah foto jalanan di Gang Waroeng.

(31)

B. Nodes

Data Respon

Nodes yang merupakan persimpangan jalan di Kawasan Pecinan akan di pertahankan karena berada di Main Entrance Pecinan dan merupakan khas dari Kawasan Pecinan

(32)

C. Edges

Data Respon

(33)

D. Landmark

Data Respon

Kawasan pecinan identik dengan penduduk dengan etnis tiong hoa dan pasti terdapat tempat ibadah agama kong hu chu yaitu klenteng yang dapat dijadikan landmark suatu kawasan pecinan. Klenteng tersebut bernama Klenteng hok bio.

(34)

E. District

Data Respon

Kawasan Waroeng Semawis menjadi salah satu elemen citra kota yaitu district karena memiliki fungsi yang berbeda dari daerah sekitarnya yaitu sebagai pusat street food pada malam hari

(35)

5.5 Analisis Elemen Perancangan Kota 5.4.1 Tata Guna Lahan (Land Use)

Data Respon

Penggunaan lahan pada lokasi perancangan yang berada di Kelurahan Kranggan, Kecamatan Semarang Tengah adalah perdagangan dan jasa, permukiman, dan sarana pendidikan. Dari peta tata guna lahan di atas, hampir seluruh kawasan digunakan untuk perdagangan dan jasa. Namun kawasan ini tidak memiliki open space yang dapat menngurangi terjadinya bahaya banjir.

Berdasarkan kondisi eksisting, maka rencana penggunaan lahan dibagi menjadi 4 zona utama, yaitu:

Ruang terbuka non hijau (warna abu abu), Perkantoran (Biru)

Zona permukiman (warna Orange) & perdagangan dan jasa (merah). Hal ini mempertimbangkan kondisi konservasi wilayah perancangan sehingga tidak banyak dilakukan perubahan dalam alokasi penggunaan lahannya

(36)

5.4.2 Bentuk dan Massa Bangunan (Building form and Massing)

Data Respon

Mayoritas ketinggian bangunan di wilayah studi antara 8 – 12 meter (2 lantai). Jarak antara satu bangunan dengan bangunan lainnya sangat dekat. Bentuk permukiman yang terdapat pada lokasi perencanaan merupakan hunian berupa ruko (rumah toko) sederhana yang kental dengan ciri bangunan khas tionghoa. Namun tidak sedikit bangunan yang sudah mengalami modifikasi menjadi rumah dengan gaya masa kini.

(37)

5.4.3 Sirkulasi dan Parkir (Circulation and Parking)

Data Respon

Jalan lokal di lokasi perancangan memiliki lebar sekitar 3 meter dengan perkerasan aspal. Sedangkan untuk jalan lokal memiliki lebar 2 meter dengan perkerasan paving dan aspal. Pada lokasi perancangan, sudah terdapat jalur khusus untuk pejalan kaki namun belum terdapat tempat transit angkutan umum di sepanjang jaringan jalan/jalur sirkulasi. Pada kondisi eksisting tidak terdapat tempat parkir baik untuk kendaraan pribadi ataupun kendaraan umum sehingga tidak sesuai jika dijadikan kawasan wisata berbasis heritage. Pada wilayah studi bahu jalan digunakan sebagai tempat parkir kendaraan yang berkunjung ke lokasi perancangan.

Keberadaan ruang parkir khusus, baik itu parkir on street ataupun off street sangat dibutuhkan di lokasi perancangan ini. Pada perencanaannya di lokasi perancangan ini akan dialokasikan parkir umum yang dekat dengan pusat perdagangan dan jasa dengan tipe parkir on street

(38)

5.4.4 Ruang Terbuka (Open Space) Tabel

Tabel Analisis Ruang Terbuka

Data Respon

Pada lokasi perancangan tidak dapat ditemukan open space berupa ruang terbuka hijau maupun ruang terbuka non hijau. Saat ini, lokasi perancangan didominasi oleh bangunan ruko dan tempat ibadah khas tionghoa.

(39)

5.4.5 Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian Ways)

Data Respon

Pedestrian pada lokasi perancangan belum cukup baik, ruas jalan tidak dibatasi oleh saluran air dan jalur yang dikhususkan bagi pejalan kaki. Pedestrian hanya terdapat disepanjang Jalan Gg. Warung namun belum berfungsi secara optimal karena sering digunakan sebagai tempat parkir kendaraan.

(40)

5.4.6 Aktivitas Pendukung (Activity Support)

Data Respon

Terdapat aktivitas pendukung seperti aktivitas perdagangan dan jasa serta sarana peribadatan yang mewadahi masyarakat tionghoa untuk beribadat. Lokasi Perancangan merupakan salah satu lokasi strategis untuk dijadikan sebagi kawasan perdagangan di Kota Semarang dengan arsitekturnya yang khas, cocok dikembangkan sebagai lokasi wisata.

Perancangan wilayah studi untuk pendukung aktivitas, seperti contohnya aktivitas perdagangan dan jasa serta fasilitas pendukungnya akan dijadikan dalam satu zona.

(41)

5.4.7 Penanda (Signage)

Data Respon

Penanda jalan yang terdapat di wilayah studi hanya berupa nama jalan, tetapi tidak terdapat petunjuk arah jalan. Jalan utama yang terdapat di wilayah studi pun tidak memiliki rambu lalu lintas. Beberapa penanda komersial seperti baliho, spanduk, papan iklan perumahan, maupun papan nama toko dapat ditemui di sepanjang jalan utama, namun jumlahnya masih terbilang sedikit. Menurut hasil pengamatan, pada wilayah studi tidak terdapat penanda jalan satu arah sehingga menyebabkan akses yang sulit bagi para pengunjung yang datang.

(42)

5.4.8 Preservasi (Preservation)

Data Respon

Lokasi perancangan masuk dalam daftar kawasan revitalisasi melalui Surat Keputusan (SK) Wali Kota No 650/157 tanggal 28 Juni 2005 yang mengatur tentang Revitalisasi Kawasan Pecinan, dan sekaligus sebagai pusat wisata budaya Tionghoa di Kota Semarang. Selain itu didukung pula dengan adanya Undang-undang Cagar Budaya No 5/1992 yang menyatakan bahwa bangunan bersejarah yang telah berumur lebih dari 50 tahun dilindungi dan dijadikan cagar budaya sehingga dibutuhkan pemeliharaan dan perlindungan terhadap kawasan tersebut.

(43)

5.6

Analisis Elemen Estetika

Proporsi dan Skala

Data Respon

Ditemukan bahwa di kawasan Pecinan memiliki proporsi yang tidak seimbang dalam pengembangan kawasannya, hampir tidak ada RTH dan didominasi oleh building coverage di wilayah studi ini meskipun letaknya dekat dengan sungai.

Pada perancangan nantinya, kawasan ini akan dihidupkan ruang terbuka hijau berupa pohon-pohon pinggir jalan dan juga

(44)

Sumbu

Data Respon

Pada wilayah studi ini, gang Benteng dan Wotgandul berperan sebagai sumbu-sumbu lokasi perancangan

Pada perancangan nantinya sumbu-sumbu ini akan ditingkatkan lagi aktivitasnya dan meminimalisir adanya kemacetan jalan akibat parkir sembarangan dengan memberikan penanda-penanda jalan.

Hirarki

Data Respon

Bangunan-bangunan pada kawasan pecinan ini memiliki tinggi bangunan yang sama dan seimbang karena beberapa bangunan dimanfaatkan sebagai ruko.

(45)

Irama

Data Respon

Irama pada wilayah studi ini berupa penataan tiang listrik pada pinggir jalan

Pada perancangan nantinya akan ditambahkan lampu-lampu jalan yang memiliki irama yang sama dengan menggunakan panel surya, selain itu akan diarahkan juga irama berupa lampu jalan yang bernuansa pecinan

Konteks dan Kontras

Data Respon

Aspek konteks pada wilayah studi adalah adanya bangunan-bangunan bernilai budaya tionghoa yang masih beroperasi sampai sekarang namun penataan kawasannya masih kurang maksimal. Sedangkan aspek kontras pada wilayah studi ini ditunjukkan oleh keberadaan beberapa bentuk bangunan klenteng terhadap bangunan-bangunan disekitarnya.

(46)

Gambar

Tabel V.1
Gambar 5.1
Tabel V.3 Analisis Kebutuhan Ruang pada Lokasi Perancangan
Gambar perdagangan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Ruang Terbuka Hijau Kota Medan, 3) Ketersediaan lahan hutan mangrove dalam. Peta Tutupan Lahan

Sedangkan pada kawasan budidaya terdiri dari permukiman yang berubah menjadi kawasan lindung, pertanian lahan basah, ruang terbuka hijau serta lahan kosong dan jasa yang

Pada kondisi eksisting koridor Kyai Tapa, terdapat beberapa titik ruang terbuka hijau yang bersifat pasif dan minim fasilitas yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat.. Sehingga

Bentuk dan tipologi ruang terbuka hijau yang dikembangkan di kawasan permukiman Kelurahan Tandang cukup beragam, tetapi pada kesimpulannya banyak peruntukkan ruang terbuka hijau

stakeholder. Setiap stakeholder yang terlibat dalam pengembangan ruang terbuka hijau berhak mengawasi pengembangan ruang terbuka hijau. Dinas Perumahan dan Kawasan

dihasilkan oleh kendaraan bermotor diperlukan adanya rekonstruksi ruang terbuka hijau yang ada pada kawasan industri SIER dikarenakan kondisi RTH yang ada saat ini sudah

Penelitian ini menunjukkan bahwa beberapa tutupan lahan penting pada wilayah perkotaan seperti ruang terbuka hijau berkayu, ruang terbuka hijau pertanian, badan air, permukiman

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan penataan ruang terbuka hijau di Kota Pekanbaru, antara lain Pemerintah Kota Pekanbaru perlu menyiapkan lahan ruang terbuka hijau di Kota