• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 13 PERSEPSI MASA KANAK-KANAK DAN PERKEMBANGAN PERSEPTUAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB 13 PERSEPSI MASA KANAK-KANAK DAN PERKEMBANGAN PERSEPTUAL"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 13

PERSEPSI MASA KANAK-KANAK DAN PERKEMBANGAN PERSEPTUAL-MOTORIK

KONSEP UTAMA. Semua gerakan disengaja melibatkan elemen persepsi; dengan demikian, perkembangan motorik masa kanak-kanak erat berhubungan dengan pemungsian perseptual-motorik.

Studi mengenai proses perseptual dan perkembangan perseptual-motorik berusaha untuk menjawab pertanyaan bagaimana kita mulai mengetahui dunia kita. Sifat proses perseptual dan dampaknya terhadap gerakan dan kognisi telah menjadi topik yang sangat menarik bagi peneliti dan pendidik selama bertahun-tahun. Dari saat lahir, anak-anak mulai belajar bagaimana untuk berinteraksi dengan lingkungan mereka. Interaksi ini adalah proses perseptual dan juga motorik. Bab ini memfokuskan pada aspek-aspek perkembangan dari persepsi visual dan prilaku perseptual-motorik selama masa kanak-kanak. Pentingnya mengembangkan kemampuan-kemampuan perseptual dan perseptual-motorik dibahas bersama dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kemunculannya.

(2)

Sejauhmana gerakan memainkan peran dalam perkembangan perseptual visual masih diperdebatkan. Held dkk (1963, 1965), Smith dan Smith (1966), dan Riesen dan Aaros (1959) berspekulasi mengenai pentingnya gerakan dalam perkembangan dan penghalusan kemampuan-kemampuan perseptual visual. Mereka melakukan investigasi-investigasi berdasarkan pada hipotesa bahwa gerakan yang dihasilkan sendiri adalah penting dan cukup untuk terjadinya penyesuaian-penyesuaian visual-motorik dalam lingkungan yang berubah secara visual. Mereka berpendapat bahwa tanpa gerakan, penyesuaian-penyesuaian perseptual visual tidak akan terjadi dan bahwa otot-otot dan aspek motorik dari sistem syaraf erat terlibat dengan persepsi dan tergantung pada satu sama lainnya. Konsep hubungan antara aktifitas gerakan dan perkembangan perseptual telah juga secara tidak langsung didukung oleh penurunan dalam kinerja pada eksperimen perseptual dan motorik, dan eksperimen-eksperimen yang mengujikan penyesuaian-penyesuaian perseptual visual dengan lingkungan yang diatur secara optik. Intisari dari penelitian ini telah menuntun pada apa yang diistilahkan Payne dan Issacs (1995) dengan hipotesa gerakan, yang berpendapat bahwa untuk mengembangkan kumpulan keterampilan visual-spatial normal, kita harus memberikan perhatian pada objek-objek yang bergerak.

KONSEP 13.2. Gerakan telah terbukti menjadi kondisi yang cukup untuk pengembangan kemampuan-kemampuan perseptual visual yang dipilih, tetapi tidak terbukti menjadi kondisi yang penting.

Namun, fakta tetap ada bahwa hasil-hasil dari setiap eksperimen bersifat spekulatif ketika diterapkan pada pengembangan kemampuan-kemampuan perseptual pada anak-anak. Kita masih tidak mengetahui sejauhmana gerakan memainkan peran dalam perkembangan perseptual. Namun, kemungkinan tidaklah salah untuk mengatakan bahwa gerakan adalah suatu kondisi “yang cukup” untuk mendorong perkembangan kemampuan-kemampuan perseptual. Apakah ini adalah kondisi “penting masih diragukan (Gallahue, 1982).

(3)
[image:3.595.83.511.196.560.2]

keterampilan gerakan. Ketajaman visual, persepsi objek-latar, persepsi kedalaman, dan koordinasi visual-motorik adalah kualitas-kualitas visual yang penting yang berbasis perkembangan dan mempengaruhi kinerja gerakan. Tabel 13.1 memberikan ringkasan kualitas-kualitas tersebut dan runtunan perkembangan yang dihipotesa. TABEL 13.1. Aspek-Aspek Perkembangan Yang Dipilih dari Persepsi Visual Anak-Anak

KUALITAS VISUAL

KEMAMPUAN-KEMAMPUAN YANG DIPILIH

USIA PERKIRAAN

KETAJAMAN VISUAL Kemampuan untuk membedakan detil dalam latar-latar statis dan dinamis.

PERSEPSI OBJEK-LATAR

Kemampuan untuk memisahkan objek dari sekelilingnya

PERSEPSI KEDALAMAN

Kemampuan untuk menilai jarak sehubungan dengan diri sendiri.

KOORDINASI VISUAL-MOTORIK

Kemampuan untuk menyatukan penggunaan mata dan tangan

Peningkatan cepat Datar Peningkatan cepat Matang (statis) Datar (dinamis) Matang (dinamis) Peningkatan lambat Peningkatan cepat Luncuran sedikit Matang Seringnya kesalahan-kesalahan penilaian

Sedikit kesalahan penilaian Peningkatan cepat

Matang

Peningkatan cepat Peningkatan lamban Matang

5 – 7 7 – 8 9 – 10 10 – 11 10 – 11 11 – 12

3 – 4 4 – 6 7 – 8 8 – 12

3 – 4

5 – 6 7 – 11 Pada usia 12

3 – 7 7 – 9 10 – 12

Ketajaman Visual

(4)

orang lain yang memiliki penglihatan normal pada jarak yang sama yaitu 20 kaki. Seseorang dengan penilaian 20/200 dapat membedakan pada jarak 20 kaki apa yang dapat dibedakan oleh orang lain dengan penglihatan normal pada jarak 200 kaki (60.9 m).

Ketajaman visual dinamis adalah kemampuan untuk membedakan detil pada benda-benda yang bergerak. Ketajaman ini seringkali kurang dinilai daripada ketajaman visual statis untuk beragam alasan, tetapi menarik bagi siapa saja yang diharuskan untuk membuat penilaian-penilaian yang pasti berdasarkan pada pengikutan yang dituntun secara visual. Pemain baseball yang sedang bersiap untuk memukul atau menangkap bola perlu memiliki ketajaman visual dinamis yang baik, sepertihalnya pemain bola voli.

Williams (1983) melaporkan bahwa ketajaman visual statis menjadi matang pada usia 10 tahun dan umumnya kurang berkembang dengan baik pada usia 5 dan 6 tahun. Perkembangan yang cepat terjadi antara usia 5 dan 7 tahun, dengan sedikit perubahan terlihat dari usia 7 hingga 9 tahun, diikuti oleh peningkatan yang cepat antara usia 9 dan 10 tahun. Pada usia 12 tahun, ketajaman visual statis umumnya menyerupai orang dewasa (Whiting, 1974).

(5)

KONSEP 13.3. Penglihatan adalah modalitas sensorik utama dan memainkan peran penting dalam proses perkembangan motorik.

Persepsi Objek-Latar

Persepsi objek-latar adalah kemampuan untuk memisahkan suatu objek visual dari sekelilingnya. Gallahue (1968) memperlihatkan bahwa beragam gabungan percampuran dan latar belakang yang mengganggu mempengaruhi kemampuan anak usia 6 tahun untuk membedakan objek-objek visuall dari sekelilingnya. Gabungan-gabungan yang menyebabkan jumlah maksimum percampuran dan gangguan paling mengganggu kemampuan anak-anak untuk membedakan bentuk dari latar belakangnya dalamm kinerja tes melangkah yang sederhana. Kondisi-kondisi dimana hanya ada pencampuran warna atau gangguan-gangguan visual tidaklah terlalu mengganggu. Menyangkut sifat perkembangan dari persepsi objek-latar, Williams (1983) yang menafsirkan data dari Frostig dkk (1966), melaporkan persepsi objek-latar yang stabil antara usia 8 hingga 10 tahun. Namun, sebelum itu peningkatan lamban terjadi antara usia 3 hingga 4 tahun, dengan peningkatan besar terlihat dari usia 4 hingga 6 tahun. Perubahan-perubahan yang lebih kecil dilaporkan dari usia 6 hingga 7 tahun diikuti antara 7 dan 8 tahun. Persepsi ini menjadi semakin halus dari usia 8 hingga 13 tahun dan mungkin terus meningkat hingga usia 17 atau 18 tahun. Kita dapat menyimpulkan bahwa persepsi objek-latar melibatkan elemen-elemen perhatian dan juga kematangan visual-motorik.

Pentingnya persepsi objek-latar visual cukup jelas. Bersama dengan ketajaman visual dinamis yang baik, persepsi ini memungkinkan seseorang tidak hanya secara jelas membedakan suatu objek tetapi juga memisahkannya dari latar belakangnya. Keterampilan yang sangat halus tersebut penting untuk pemain luar lapangan dalam baseball, pemain belakang dalam football. Kemampuan untuk secara jelas mengeluarkan objek (figure) dari latar belakangnya (ground) penting untuk keberhasilan. Penting untuk mengetahui bahwa kualitas perseptual ini masih berkembang pada anak-anak. Modifikasi-modifikasi kebutuhan tugas atau memanipulasi latar terhadap tugas-tugas gerakan tertentu yang dilakukan mungkin dapat banyak meningkatkan kinerja motorik.

Persepsi Kedalaman

(6)

kita berfungsi secara dua dimensi tetapi ketika digabung memberikan bayangan visual yang lengkap dengan petunjuk kedalaman. Petunjuk-petunjuk untuk kedalaman ini adalah monokular dan binokular.

Petunjuk kedalaman monokular adalah petunjuk-petunjuk yang dapat diambil oleh satu mata. Hal-hal seperti ukuran, kemiringna tekstur, konvergensi, tumpang tindih, proporsionalitas, dan perspektif linear adalah petunjuk-petunjuk monokular untuk kedalaman. Masing-masing digunakan oleh seniman untuk memberikan “ilusi” kedalaman pada kanvas. Petunjuk-petunjuk ini juga adalah petunjuk visual tiga-dimensi untuk kedalaman.

Petunjuk-petunjuk kedalaman binokular mengharuskan kedua mata untuk bekerja secara selaras. Perbedaan retinal, yaitu komponen penting dari persepsis mendalam, mengacu pada fakta bahwa suatu objek visual dilihat dari sudut yang cukup berbeda oleh setiap mata. Oleh karena itu, imej yang diproyeksikan pada setiap retina cukup berbeda, dan informasi yang dilewatkan pada area visual lapisan luar berakibat pada perbedaan binokular. Oleh karena itu, bayangan-bayangan yang kita terima memiliki kedalaman.

(7)

mendorong anak untuk tergantung pada petunjuk-petunjuk monokular. Terlalu sering petunjuk-petunjuk monokular ini tidak cukup untuk membuat penyesuaian-penyesuaian yang akurat yang dibutuhkan untuk gerakan menangkap yang matang. Akibatnya bola mengenai wajah atau dada si anak sebelum berhenti atau jatuh. Pencegatan objek yang berhasil mengharuskan untuk menggnakan semua petunjuk kedalaman yang tersedia, terutama selama tahap-tahap awal perkembangan keterampilan.

Koordinasi Visual-Motorik

Koordinasi visual-motorik mengacu pada kemampuan untuk mengikuti dan membuat penilaian-penilaian pencegatan pada objek yang sedang bergerak. Perkembangan kemampuan-kemampuan visual dimulai pada awal masa bayi dan terus meningkat seiring usia. Morris (1980) menunjukan bahwa pada usia 5 atau 6 tahun, anak-anak dapat secara akurat mengikuti objek-objek yang bergerak dalam bidang horizontal, dan pada usia 8 atau 9 tahun mereka dapat mengikuti bola-bola yang bergerak secara melengkung. Payne dan Isaacs (1995) mencatat bahwa “ketika ketajaman visual dinamis meningkat, begitu juga kemampuan untuk mengikuti objek-objek yang bergerak cepat karena kapan saja suatu objek sedang bergerak pada velositas sudut dimana gerakan-gerakan mata yang lancar tidak lagi mungkin, maka melakukan tugas menjadi suatu fungsi dari ketajaman visual dinamis”. Williams (1983) melaporkan bahwa persepsi akurat dari gerakan terus berkembang pada usia sekitar 10 hingga 12 tahun.

(8)

terhadap pencegatan objek. Pertanyaan apakah pengalaman saja atau kematangan alat visual-motorik dalam hubungannya dengan pengalaman bertanggung jawab untuk penilaian-penilaian yang meningkat membutuhkan studi lebih jauh.

LATIHAN PERSEPTUAL

Karena kecanggihan perseptual visual seseorsang erat berhubungan dengan keberhasilan dalam kinerja beragam keterampilan gerakan, maka penting bagi guru atau pelatih untuk mengetahui sifat perkembangan dari kemampuana-kemampuan visual anak-anak. Kebutuhan-kebutuhan perseptual dari keterampilan-keterampilan manipulatif fundamental yang memberikan gaya pada objek atau menerima gaya dari suatu objek terutama banyak. Ketika sedang menghadapi anak-anak kecil, kita harus membuat penyesuaian-penyesuaian yang tepat dalam peralatan untuk mengakomodasikan tingkat-tingkat perkembangan dari kemampuan-kemampuan perseptual mereka. Dengan hanya merubah berat atau ukuran dari bola dengan menggunakan busa, plastik, atau karet lunak kemungkinan memiliki pengaruh dramatis terhadap tingkat keberhasilan yang dialami. Membuat modifikasi-modifikasi dalam warna dan ukuran objek akan juga memiliki dampak.

KONSEP 13.4. Praktek dalam aktifitas-aktifitas perseptual-motorik dapat meningkatkan kemampuan-kemampuan perseptual-motorik, tetapi ada cukup bukti untuk menyatakan bahwa kemampuan-kemampuan perseptual-motorik yang meningkat akan meningkatkan prestasi akademik.

Memodifikasi aturan-aturan permainan untuk memungkinkan kejelasan yang lebih besar dan konsistensi persepsi, waktu untuk reaksi, atau kemudahan mengikuti (tracking) juga direkomendasikan. Misalnya, dalam baseball, menggunakan mesin pelempar yang ditentukan pada kecepatan yang ditentukan sebelumnya dan lintasan akan membantu anak-anak mengembangkan keterampilan-keterampilan mereka dalam tracking.

Pertimbangan ketiga dalam latihan perseptual adalah mengenali bahwa mekanika gerakan itu sendiri dipengaruhi oleh tingkat-tingkat persepsi yang dibutuhkan untuk kinerja yang berhasil. Jika kebutuhan-kebutuhan visual cukup besar, maka mekanika kemungkinan besar akan menjadi rumit. Mekanika dari servis tenis lebih sulit daripada mekanika untuk berenang atau melompat.

(9)

kinerja gerakan yang berhasil. Kita harus menyesuaikan tingkat harapan kita dengan kematangan perseptual dan juga fisik dari setiap orang.

PERKEMBANGAN PERSEPTUAL-MOTORIK PADA ANAK-ANAK Kemampuan-kemampuan perseptual visual dari anak-anak kecil tidak sama dengan kemampuan perseptual visual dari orang dewasa. Dunia visual anak berada dalam tahap-tahap perkembangan dan oleh karena itu terbatas. Perkembangan kemampuan-kemampuan perseptual secara signifikan menghambat atau meningkatkan kinerja gerakan anak. Dari bagian sebelumnya kita telah melihat bahwa kebalikannya mungkin benar; yaitu, kinerja gerakan mungkin secara signifikan menghambat atau meningkatkan perkembangan kemampuan-kemampuan perseptual anak-anak. Anak yang dibatasi dalam perkembangan perseptualnya seringkali menemui kesulitan-kesulitan dalam melakukan tugas-tugas perseptual-motorik.

Kesadaran bahwa proses persepsi tidak seluruhnya bersifat bawaan mendorong kita untuk menghipotesa bahwa kualitas dan kuantitas pengalaman-pengalaman gerakan yang diberikan kepada anak-anak berhubungan dengan perkembangan dari kemampuan-kemampuan perseptual mereka. Respon-respon awal dari anak-anak adalah respon-respon motorik, dan semua data perseptual dan konseptual di masa mendatang berdasarkan sebagian pada respon-respons awal ini. Anak-anak harus membangun dasar yang luas dari pengalaman-pengalaman motorik agar pembelajaran tingkat tinggi berkembang secara tepat. Makna diberikan pada stimulasi perseptual melalui gerakan. Pencocokan data perseptual dan motorik dianggap penting bagi anak untuk membangun dunia spatial yang stabil (Barsh, 1965). Semakin banyak pengalaman belajar motorik dan perseptual yang dimiliki oleh anak-anak, maka semakin besar kesempatan untuk membuat “kecocokan perseptual-motorik” ini dan untuk mengembangkan fleksibilitas respon terhadap beragam situasi gerakan.

(10)

pembelajaran melalui gerakan. Terlalu sedikit anak dalam masyarakat kontemporer yang memanjat pohon, melompati arus, atau mengendarai kuda. Mereka kehilangan banyak pengalaman yang harus dimiliki oleh anak-anak untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan gerakan mereka. Anak-anak yang menghabiskan waktu untuk menonton televisi atau bermain game-game komputer mengembangkan kebiasaan-kebiasaan pasif. Tidak adanya pengalaman gerakan yang bervariasi dan adaptasi-adaptasi yang muncul dengan praktek dan pengulangan dapat menghambat perkembangan motorik.

KONSEP 13.5. Anak-anak seringkali tertinggal dalam pembelajaran perseptual-motorik karena pembatasan-pembatasan lingkungan.

Alat-alat buatan harus dibuat untuk memberikan pengalaman tambahan dan praktek dalam aktifitas-aktifitas perseptual-motorik kepada anak-anak yang tidak dapat diberikan oleh masyarakat modern secara natural. Pengalaman-pengalaman pengganti mungkin memiliki efek-efek positif terhadap perkembangan kemampuan-kemampuan perseptual visual dalam anak-anak. Guru pendidikan jasmani harus menjadi orang yang penting dalam kurikulum pendidikan. Program pendidikan jasmani yang berbasis perkembangan akan mendorong keterampilan-keterampilan perseptual-motorik dari anak-anak dan meningkatkan banyak keterampilan kesiapan dasar yang dibutuhkan untuk keberhasilan di sekolah.

Apakah “Perseptual-Motorik” Itu?

(11)

lebih kecil. Hingga saat ini kita tidak sepenuhnya memahami kontribusi-kontribusi penting dari pengalaman gerakan terhadap perkembangan kemampuan-kemampuan perseptual-motorik.

Istilah persepsi berarti “untuk mengetahui” atau “menafsirkan informasi”. Persepsi adalah proses menghimpun informasi yang datang dengan informasi yang disimpan, yang menuntun pada pola respon yang dimodifikasi. Perkembangan motorik perseptual mungkin digambarkan sebagai proses memperoleh keterampilan yang meningkat dan kemampuan fungsional dengan menggunakan input sensorik, integrasi sensorik, penafsiran motorik, aktivasi gerakan dan umpan balik. Elemen-elemen ini digambarkan dibawah ini:

1. Input Sensorik: meneriam beragam bentuk stimulasi dengan cara reseptor-reseptor sensorik yang dikhususkan (reseptor-reseptor-reseptoe penglihatan, pendengaran, sentuh dan kinestetis) dan menyampaikan stimulasi ini kepada otak dalam bentuk pola energi syaraf.

2. Integrasi sensorik: menghimpun stimuli sensorik yang datang dan mengintegrasikannay dengan informasi masa lalu atau yang disimpan (memori).

3. Penafsiran motorik: membuat keputusan-keputusan motorik internal (rekalibrasi) berdasarkan pada gabungan sensorik (saat ini) dan informasi memori jangka panjang (masa lalu).

4. Aktivasi gerakan: melakukan gerakan sesungguhnya (tindakan yang dapat diamati).

5. Umpan balik: mengevaluasi tindakan gerakan dengan cara beragam modalitas sensorik (penglihatan, penglihatan, sentuh dan kinestetis), yang nantinya memberikan informasi kembali kedalam aspek input sensorik dari proses, oleh karena itu memulai lingkaran sekali lagi.

Komponen-Komponen Perseptual-Motorik

(12)

spesifik, sehingga aktifitas-aktifitas gerakan dikelompokan menurut kualitas-kualitas perseptual-motorik yang ditingkatkannya, yaitu, kesadaran tubuh, kesadaran spatial, kesadaran arah, dan kesadaran temporal. Aktifitas-aktifitas yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan-kemampuan tersebut digunakan dalam program-program pendidikan jasmani reguler, tetapi sasaran utamanya adalah perolehan keterampilan gerakan daripada perolehan perseptual-motorik.

Perkembangan dan penghalusan dunia spatial anak-anak dan dunia temporal anak-anak adalah dua kontribusi utama dari program-program pelatihan perseptual-motorik.

KONSEP 13.6. Program-program pendidikan jasmani yang berbasis perkembangan memiliki potensi untuk meningkatkan pemungsian perseptual-motorik.

Kesadaran Tubuh

Istilah kesadaran tubuh seringkali digunakan dalam hubungannya dengan istilah-istilah imej tubuh dan skema tubuh. Setiap istilah mengacu pada pengembangan kapasitas seorang anak untuk secara akurat mendiskriminasikan bagian-bagian tubuhya. Kemampuan untuk membedakan bagian-bagian tubuh dan memperoleh pemahaman yang lebih baik akan sifat tubuh terjadi dalam tiga area. Yang pertama adalah pengetahuan mengenai bagian-bagian tubuh, yaitu mampu untuk secara akurat menemukan bagian-bagian tubuh pada diri sendiri dan orang lain. Yang kedua adalah pengetahuan mengenai apakah yang dapat dilakukan oleh bagian-bagian tubuh. Ini mengacu pada pengenalan anak mengenai bagaimana tubuh melakukan suatu tindakan tertentu. Yang ketiga adalah pengetahuan tentang bagaimana untuk membuat bagian-bagian tubuh bergerak secara efisien. Ini mengacu pada kemampuan untuk mengatur kembali bagian-bagian tubuh untuk tindakan motorik tertentu dan untuk melakukan suatu tugas gerakan.

(13)

tampaknya ada hubungan erat antara imej tubuh dan harga diri (Marsh dan Peart, 1988).

Kesadaran Spatial

Kesadaran spatial adalah komponen dasar dari perkembangan perseptual-motorik yang mungkin terbagi menjadi dua subkategori: (1) pengetahuan seberapa banyak ruang yang diduduki oleh tubuh dan (2) kemampuan untuk memproyeksikan tubuh secara efektif kedalam ruang luar. Pengetahuan berapa banyak ruang yang diduduki oleh tubuh dan hubungan tubuh dengan objek-objek luar mungkin berkembang melalui beragam aktifitas gerakan. Dengan praktek dan pengalaman, anak bergerak dari dunia egosentrisnya untuk mnemukan segala sesuatu dalam ruang luar sehubungan dengan dirinya sendiri (lokalisasi subjektif) untuk membangun kerangka acuan objektif (lokalisasi objektif). Anak juga belajar untuk menghadapi konsep-konsep ruang diri dan ruang umum. Ruang-diri mengacu pada area yang dengan cepat mengitari seseorang yang dibatasi oleh seberapa jauh dia dapat meluaskan tubuhnya dari titik yang ditentukan diatas tanah. Ruang umum mengacu pada area yang berada diluar ruang diri seseorang. Misalnya, seorang anak prasekolah cenderung menentukan lokalisasi objek yang sehubungan dengan dimana mereka sedang berdiri (lokalisasi subjektif dalam ruang diri seseorang). Namun, anak-anak lain dapat menemukan objek-objek yang sehubungan dengan kedekatan mereka dengan objek-objek didekatnya tanpa mempertimbangkan lokasi dari tubuh-tubuh mereka (yaitu lokalisasi objektif dalam ruang umum). Konsep-konsep lokalisasi subjektif dan ruang diri erat berhubungan dengan fase perkembangan berpikir praoperasional Piaget. Konsep-konsep lokalisasi objektif dan ruang umum diidentifikasikan dengan struktur-struktur kognitif yang lebih tinggi dalam fase operasi konkretnya.

(14)

lebih besar. Mereka harus pertama-tama belajar untuk mengorientasikan diri mereka sendiri dalam ruang dan kemudian berproses secara cermat untuk masuk kedalam lingkungan yang tidak dikenal dimana petunjuk-petunjuk subjektif tidak berguna. Memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk mengembangkan kesadaran spatial adalah sifat yang penting dari program pendidikan jasmani yang berdasarkan perkembangan yang mengenali pentingnya perkembangan perseptual-motorik.

Kesadaran Arah

Area yang menjadi banyak pertimbangan dari para guru kelas adalah area kesadaran arah. Melalui kesadaran arah, anak-anak dapat memberikan dimensi kepada objek-objek dalam ruang luar. Konsep kanan-kiri, atas-bawah, dalam-luar, dan depan-belakang ditingkatkan melalui aktifitas-aktifitas gerakan yang melekatan tekanan pada arah. Kesadaran arah umumnya terbagi kedalam dua sub kategori: lateralitas dan arah.

Lateralitas mengacu pada kesadaran atau perasaan internal untuk beragam dimensi tubuh menyangkut lokasi dan arah mereka. Seorang anak yang telah cukup mengembangkan konsep lateralitas tidak perlu bergantung pada petunjuk-petunjuk luar untuk menentukan arah. Dia tidak perlu, misalnya, memiliki pita yang terikat pada pergelangan tangannya sebagai pengingat manakah yang kanan atau kiri. Konsep ini tampaknya begitu dasar sehingga kebanyakan orang dewasa yang sulit untuk mengonsepkan bagaimana siapa saja dapat gagal untuk mengembangkan lateralitas. Namun, kita hanya perlu melihat kedalam cermin spion sebuah mobil untuk membalikan arah dan terkadang menjadi bingung. Pilot, astronot dan penyelam laut dalam harus memiliki tingkat tinggi lateralitas atau “perasaan” untuk menentukan atas dari bawah dan kiri dari kanan.

(15)

Seluruh kata mungkin terbalik. Kata cat mungkin dibaca sebagai tac, atau bad mungkin dibaca sebagai dah karena ketidakmampuan anak untuk memproyeksikan arah kedalam ruang luar. Beberapa anak menemui kesulitan dalam dimensi atas bawah, yang lebih dasar daripada dimensi kanan-kiri. Mereka mungkin menulis dan melihat kata-kata menjadi terbalik dan keseluruhannya bingung ketika mulai membaca.

Membangun kesadaran arah adalah suatu proses perkembangan yang bergantung pada kematangan dan pengalaman. Secara sempurna normal pada anak usia 4 dan 5 tahun untuk mengalami kebingungan dalam arah. Namun, kita harus mempertimbangkan anak usia 6 dan 7 tahun yang secara konsisten mengalami masalah-masalah ini karena ini saatnya ketika kebanyakan sekolah secara tradisional memulai instruksi dalam membaca. Kesadaran arah yang cukup dikembangkan adalah keterampilan yang penting untuk keberhasilan dalam membaca, dan gerakan adalah satu cara dimana konsep perseptual-motorik mungkin dikembangkan.

Kesadaran Temporal

Pembahasan sebelumnya mengenai beragam aspek perkembangan perseptual-motorik berhubungan dengan dunia spatial anak. Kesadaran tubuh, kesadaran spatial, dan kesadaran arah erat berhubungan dengan dan bergabung untuk membantu memahami dimensi-dimensi spatial mereka. Kesadaran temporal sebaliknya, berkenaan dengan perolehan struktur waktu yang cukup pada anak-anak.

Kesadaran temporal erat berhubungan dengan interaksi yang terkoordinasi dari beragam sistem otot dan modalitas sensorik. Istilah koordinasi mata-tangan dan koordinasi mata-kaki mencerminkan interelasi dari proses-proses ini. Seseorang yang belum sepenuhnya membangun dimensi ini seringkali dianggap sebagai seseorang canggung. Segala sesuatu yang kita lakukan memiliki elemen waktu. Ada titik permulaan dan titik akhir, dan ada rentang waktu yang dapat diukur antara kedua titik tersebut. Penting bahwa anak-anak belajar bagaimana untuk berfungsi secara efisien dalam dimensi waktu ini dan juga dalam dimensi ruang. Tanpa salah satu darinya, yang lainnya tidak dapat berkembang pada potensi penuhnya.

(16)

peruntunan sinkron peristiwa-peristiwa dalam waktu. Irama sangat penting dalam kinerja beberapa tindakan dalam cara yang terkoordinasi. Cooper (1982) merekam bunyi-bunyi dari pelaku yang sedang menyelesaikan pola-pola gerakan dari keterampilan-keterampilan olahraga yang dipilih. Bunyi-bunyi ini ditranskripkan kedalam notasi-notasi musik, yang mengilustrasikan bahwa elemen-elemen yang berirama itu ada.

H. Smith (1970) menunjukan bahwa anak-anak mulai membuat diskriminasi-diskriminasi temporal melalui modalitas pendengaran sebelum penglihatan dan bahwa ada pemindahan dari pendengaran ke penglihatan tetapi bukan sebaliknya. Aktifitas-aktifitas yang mengharuskan anak-anak untuk melakukan tugas-tugas gerakan ke pola-pola berirama pendengaran harus dimulai ketika mereka masih kecil dan tetap menjadi bagian dari kehidupan mereka sehari-hari. Kemungkinan-kemungkinan aktifitas tidaklah berakhir. Bergerak ke beragam bentuk dari pengiring musik, mulai dari ketukan drum hingga pemilihan alat, berkontribusi pada kesadaran temporal.

PELATIHAN PERSEPTUAL-MOTORIK

Selama tahun 1960an dan 1970an, beberapa program pelatihan perseptual-motorik dibuat disepanjang Amerika Utara. Berdasarkan pada artikel-artikel dan pernyataan-pernyataan, banyak orang membentuk kesan bahwa program-program perseptual-motorik adalah obat yang mujarab untuk pengembangan kemampuan kognitif dan kemampuan motorik. Banyak kebingungan dan spekulasi berkembang mengenai nilai-nilai dan tujuan-tujuan dari program-program pelatihan perseptual-motorik. Seringkali, orang-orang tidak cukup terlatih, kurang terinformasi dan tidak jelas dengan apa yang sedang mereka coba capai. Sekarang ini para pendidik telah mengambil pandangan yang lebih objektif terhadap program-program pelatihan perseptual-motorik dan perannya dalam seluruh spektrum pendidikan. Daripada menyatakan bahwa program-program itu adalah obat mujarab, banyak yang memandang program-program perseptual-motorik sebagai fasilitator yang penting dari perkembangan kesiapan. Aktifitas-aktifitas perseptual-motorik sedang diakui sebagai kontributor penting untuk kesiapan umum dari anak-anak untuk belajar. Kontribusi aktifitas perseptual-motorik untuk keterampilan-keterampilan kesiapan perseptual tertentu secara cermat diamati kembali.

(17)

Program-program kesiapan mungkin diklasifikasikan sebagai pengembangan konsep dan penguatan konsep. Program-program pengembangan konsep umumnya dirancang untuk anak-anak yang telah terbatas dalam latar belakang pengalaman mereka (misalnya kelas sosial ekonomi, sakit berkepanjangan, latar belakang etnis, atau televisi berlebihan). Program-program Head Start dan program pengembangan Frostig (1969) adalah contoh-contoh dari program pengembangan konsep, dimana beragam pengalaman multisensorik termasuk aktifitas-aktifitas perseptual-motorik digunakan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan kesiapan dasar.

Program-program penguatan konsep adalah program-program dimana gerakan digunakan dalam hubungannya dengan teknik-teknik kelas tradisional untuk mengembangkan pemahaman kognitif dasar. Daam jenis program ini, gerakan digunakan sebagai alat bantu atau alat untuk menguatkan konsep-konsep kognitif yang disajikan dalam taman kanak-kanak atau kelas sekolah dasar.

KONSEP 13.8. Ada bukti yang tidak cukup untuk mendukung keberhasilan dari program-program pelatihan perseptual-motorik yang dirancang untuk memperbaiki disabilitas-disabilitas belajar anak-anak.

Program-program pelatihan remedial adalah jenis ketiga dan yang paling kontroversi dari program pelatihan perseptual-motorik. Program-program ini telah dibuat sebagai alat untuk meniadakan kekurangan perseptual dan meningkatkan prestasi akademik. Program-program telah dikembangkan oleh Delacato (1959), Getman (1952), Kephart (1971), dkk untuk membantu perkembangan kognitif melalui teknik-teknik remediasi perseptual-motorik. Tujuan dari program-program tersebut adalah untuk meningkatkan prestasi akademik. Namun, hanya sedikit dukungan yang kuat untuk pernyataan ini, walaupun banyak testimoni dan opini yang ada. Pada kenyataannya, suatu analisa terhadap lebih dari 180 studi penelitian dirancang untuk mengukur keberhasilan dari pelatihan perseptual-motorik pada prestasi akademik dan kognisi secara jelas mengungkapkan bahwa program-program tersebut membuat sedkit atau tidak ada kontribusi “langsung” untuk area-area tersebut (Kavale dan Mattson, 1983). Selain itu, Dewan untuk Disabilitas Belajar (1987) mempublikasikan sebuah pernyataan posisi yang berhubungan dengan pengukuran dan pelatihan dari fungsi-fungsi perseptual dan perseptual-motorik. Pernyataan ini mengatakan, sebagian:]

(18)

yang memiliki disabilitas belajar. Oleh karena itu, pelatihan haruslah dicirikan sebagai eksperimental dan tidak divalidasikan.

Gambar 13.1 menyajikan ulasan mengenai beragam jenis program pelatihan perseptual-motorik.

Kesiapan dan Remediasi

Penelitian menunjukan bahwa ketika anak-anak melewati tahap-tahap perkembangan normal, kemampuan-kemampuan perseptual mereka menjadi lebih akut dan halus. Hal ini sebagian disebabkan karena kekomplekan yang meningkat dari alat neuromuskular dan reseptor-reseptor sensorik dan sebagian karena kemampuan yang bertambah dari anak-anak untuk mengeksplorasi dan bergerak melalui lingkungan. Piaget (1954) berusaha untuk menelusuri perkembangan berangsur-angsur dari persepsi melalui sensasi-sensasi kasar dan tak bermakna terhadap kesan-kesan dunia spatial yang stabil. Tahap-tahap perkembangannya sangat bergantung pada informasi motorik sebagai alat pengumpulan informasi utama. Ketika dunia perseptual terungkap, anak-anak mencari stabilitas dan mengurangi variabilitas sejauh mungkin. Mereka belajar untuk membedakan hal-hal yang dapat diabaikan, hal-hal yang dengan mudah diprediksikan, atau hal-hal yang secara keseluruhan tak terduga dan harus diamati serta diperiksa untuk dipahami, menurut Piaget dkk. Gerakan memainkan peran penting dalam proses mengembangkan kesiapan perseptual ini untuk tugas-tugas kognisi.

[image:18.595.148.499.154.356.2]
(19)

pembelajaran. Ketika kita berbicara tentang anak-anak yang secara perseptual siap untuk belajar, pada kenyataannya kita sedang mengacu pada titik waktu dimana mereka telah cukup mengembangkan kapasitas-kapasitas belajar perseptual dan konseptual dasar mereka. Mencapai kesiapan perseptual untuk belajar adalah suatu proses perkembangan dimana kemampuan-kemampuan perseptual-motorik memainkan bagian penting. Keterampilan-keterampilan kesiapan perseptual tertentu, seperti kesiapan perseptual visual untuk membaca, mungkin dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas dari pengalaman-pengalaman perseptual-motorik anak, tetapi hal ini belum secara konklusif diperlihatkan dalam studi-studi penelitian yang dikontrol.

Proses mampu membaca (dan mencapai tugas-tugas penting lainnya) melibatkan sejumlah kemampuan termasuk kemampuan perseptual visual. Proses membaca mungkin dipertimbangkan menyangkut tiga area dasar: bahasa, keterampilan dan persepsi. Banyak penelitian telah dilakukan dalam dua area pertama, tetapi para ahli baru mulai mengeksplorasi area ketiga. Fase perseptual dari membaca melibatkan identifikasi dan pengenalan kata-kata pada halaman yang dicetak. Bentuk dan persepsi bentuk mungkin ditingkatkan melalui gerakan dan juga kesadaran arah atas, bawah, kiri dan kanan. Semua faktor penting ini berhubungan dengan identifikasi dan pengenalan kata. Jumlah paling besar dari perkembangan perseptual-motorik terjadi antara usia 3 dan 7 tahun. Ini adalah tahun-tahun penting dimana kebanyakan anak mulai belajar untuk membaca. seorang anak secara perseptua siap untuk membaca ketika dia telah memperoleh cukup banyak informasi untuk mengodekan dan menguraikan kesan-kesan sensorik pada titik waktu tertentu. Idealnya, pengalaman-pengalaman belajar sebelumnya dari anak cukup banyak dan berkualitas tinggi. Sejumlah anak memasuki kelas satu yang tertinggal dalam kemampuan perseptual mereka membutuhkan program-program dalam pelatihan kesiapan yang menggunakan aktifitas-aktifitas perkembangan perseptual-motorik sebagai salah satu dari banyak cara untuk intervensi. Bagian pendidikan jasmani sekolah dapat memainkan peran penting dalam membantu banyak anak tersebut untuk mengejar teman-teman sebayanya.

Temuan-Temuan Penelitian Perseptual-Motorik

(20)

pertanyaan dan masalah baru. Hasil-hasil yang tersedia tidaklah konklusif, tetapi ada cukup bukti yang memperlihatkan bahwa program-program pelatihan perseptual-motorik sedang membuat kontribusi-kontribusi positif terhadap perkembangan perseptual dan motorik dari anak-anak. Ketika mengulas literatur, kita mungkin menemukan beberapa generalisasi yang memberikan dukungan dan memiliki implikasi-implikasi yang spesifik untuk pendidik dan orangtua yang peduli dengan pencegahan dan remediasi disabilitas-disabilitas pembelajaran perseptual-motorik. Beberapa temuan yang muncul dari penelitian ini diringkas sebagai berikut:

1. Tidak semua disabilitas belajar bersifat perseptual-motorik. Beberapa mungkin disebabkan oleh masalah-masalah dalam pemungsian perseptual; yang lainnya mungkin disebabkan oleh masalah-masalah dalam perumusan konsep.

2. Kekurangan-kekurangan perseptual-motorik dapat atau tidak dapat menuntun pada disabilitas-disabilitas belajar pada seorang anak. Walau begitu, diagnosa dan remediasi terhadap masalah-masalah perseptual penting jika hanya untuk kompetensi-kompetensi yang diperluas, baik fisik dan emosional (konsep diri), yang mungkin dihasilkan dari intervensi tersebut.

3. Alat-alat diagnosa untuk asesmen saat ini baru dibuat. Elemen-elemen yang khusus dalam spektrum perseptual-motorik belum diidentifikasikan. Tes-tes diagnosa tidak dapat dengan valid memisahkan faktor-faktor terpisah.

4. Kekurangan-kekurangan fungsional tingkat-rendah (tugas-tugas perseptual-motorik) tampaknya berhubungan dengan kekurangan-kekurangan fungsional tingkat-tinggi (tugas-tugas perseptual-kognitif). Yaitu, anak-anak yang berkinerja secara buruk pada tugas-tugas dengan kekomplekan tinggi (membaca dan aritmatika) juga cenderung untuk berkinerja buruk pada tugas-tugas dengan kekomplekan rendah (lateralitas, arah, garis tengah). Namun, keterkaitan ini belum terbukti menjadi penyebab, dan oleh karena itu harus dianggap menjadi penyebab.

5. Kemampuan-kemampuan intramodal berkembang sebelum kemampuan-kemampuan intermodal. Ini berarti bahwa anak-anak belajar untuk menggunakan setiap indera secara terpisah sebelum mereka menghubungkannya dan menggunakan lebih dari satu mode sekaligus.

(21)

lebih mode pada waktu yang sama. Yaitu, anak-anak kemungkinan akan belajar lebih banyak jika informasi diberikan secara kinestetis, secara visual dan secara audio pada saat yang sama daripada jika diberikan hanya melalui satu mode sekaligus.

7. Tidak semua anak berada pada tingkat perseptual yang sama ketika memasuki kelas satu. Perkembangan perseptual adalah suatu proses kematangan dan pengalaman, dan oleh karena itu anak-anak berkembang pada kecepatan individunya.

8. Persepsi yang memadai (audio, visual, sentuh-kinestetis) adalah prasyarat untuk berhasil di sekolah. Persepsi-persepsi yang tidak akurat dapat menyebabkan kesulitan-kesulitan dalam pembentukan konsep akademik. Kesiapan perseptual adalah aspek penting dari kesiapan keseluruhan untuk belajar.

9. Kemampuan-kemampuan perseptual mungkin meningkat melalui pelatihan khusus.

10. Penilaian sebelumnya terhadap keterampilan-keterampilan perseptual-motorik mungkin berguna pada tingkat pra sekolah atau taman kanak-kanak sebagai cara untuk memberikan petunjuk-petunjuk subjektif untuk ketertinggalan kesiapan pada anak-anak.

11. Program-program aktifitas fisik berbasis perkembangan memberikan banyak pengalaman gerakan yang meningkatkan kemampuan-kemampuan perseptual-motorik anak.

Kesimpulannya, ketika kita mengatakan bahwa seorang anak itu “siap” untuk belajar, kita pada kenyataannya mengacu pada suatu titik waktu ketika anak, melalui kematangan dan pembelajaran, telah mengembangkan kemampuan-kemampuan perseptual dan motorik untuk diuntungkan dari tugas-tugas perseptual dan kognitif tingkat tinggi.

RINGKASAN

(22)

jasmani perkembangan reguler. Tujuan-tujuan dari setiap program secara jelas berbeda. Tujuan utama dari program aktifitas fisik perkembangan adalah untuk meningkatkan kontrol gerakan melalui praktek dan instruksi dalam beragam keterampilan gerakan, sementara tujuan dari program perseptual-motorik adalah untuk meningkatkan kualitas-kualitas perseptual-motorik melalui praktek dan instrksi daam beragam aktifitas gerakan. Program-program pelatihan perseptual-motorik yang berusaha untuk meningkatkan prestasi akademik atau meningkatkan kesiapan khusus untuk tugas sekolah berada di tengah-tengah kontroversi dan kurang akan dukungan penelitian. Testimoni dan opini publik telah berfungsi selama bertahun-tahun sebagai dasar dukungan untuk program-program pelatihan perseptual-motorik. Hal ini tidaklah cukup. Namun, nilai dari pengalaman-pengalaman perseptual-motorik untuk keadaan umum kesiapan tidak seharusnya ditiadakan. Peningkatan kesadaran tubuh, spatial, arah dan temporal sebagai alat untuk menuntun anak terhadap kontrol gerakan yang meningkat dan efisiensi dalam gerakan penting adalah berguna. Praktek dalam aktifitas-aktifitas perseptual-motorik mungkin dibawah kondisi-kondisi tertentu, meningkatkan kemampuan perseptual-motorik. Apakah kemampuan-kemampuan tersebut memiliki efek langsung terhadap kinerja akademik sangatlah dipertanyakan. Namun, kita dapat menjadi yakin bahwa kemampuan-kemampuan tersebut memainkan peran penting dalam mengembangkan dan memperhalus kemampuan-kemampuan gerakan anak.

Perbandingan fase-fase perkembangan motorik Gallahue hinga runtunan perkembangan Kephart dan fase-fase perkembangan Piaget disajikan pada tabel 13.2. Ulasan yang cermat terhadap model-model ini mengungkapkan sifat yang berinterelasi dari proses-proses perseptual, motorik, dan kognitif. Besarnya hubungan dan kondisi ini penting untuk pemungsian yang meningkat dalam setiapo area menunggu penelitian ilmiah yang dikontrol dengan baik.

ISTILAH-ISTILAH UTAMA UNTUK DIINGAT

Kesadaran Tubuh. Kapasitas yang berkembang untuk secara akurat mendiskriminasikan bagian-bagian tubuh dan memperoleh pemahaman yang lebih besar mengenai sifat dari tubuh.

Persepsi Kedalaman. Proses dimana seseorang melihat secara tiga-dimensi melalui penggunaan petunjuk-petunjuk kedalaman monokular dan binokular.

(23)

Persepsi Objek-Latar. Kemampuan untuk memisahkan suatu objek (visual, sentuh, rasa, dst) dari latar belakangnya.

Persepsi. Proses dimana kita menjadi sadar akan sekeliling kita melalui penggunaan satu atau lebih modalitas sensorik kita.

Perseptual-Motorik. Proses menghimpun informasi yang datang dengan informasi yang disimpan yang menuntun pada respon gerakan.

Pelatihan Perseptual-Motorik. Program-program remedial dan kesiapan yang dirancang untuk meningkatkan perkembangan perseptual-motorik pada anak-anak. Irama. Pengulangan sinkron peristiwa-peristiwa yang berhubungan dalam suatu cara sehingga membentuk pola-pola yang dapat dikenali.

Kesadaran Spatial. Pemahaman akan seberapa banyak ruang yang diduduki oleh tubuh dan kemampuan untuk memproyeksikan tubuh secara efektif kedalam ruang luar.

Kesadaran Temporal. Perolehan struktur waktu yang memadai pada seseorang. Ketajaman Visual. Kemampuan untuk membedakan detil dalam objek. Ketajaman visual adalah fenomena yang statis dan dinamis.

(24)
[image:24.595.85.526.113.767.2]

TABEL 13.2. Perbandingan Fase-Fase dan Tahap-Tahap Perkembangan Piaget, Kephart dan Gallahue

PERKIRAAN USIA

KRONOLOGIS

FASE DAN TAHAP KOGNITIF PIAGET RUNTUNAN-RUNTUNAN PERKEMBANGAN KEPHART

FASE DAN TAHAP PERKEMBANGAN MOTORIK

GALLAHUE 0 hingga 6 bulan

6 hingga 12 bulan

1 higga 2 tahun

2 hingga 4 tahun

4 hingga 6 tahun

7 hingga 10 tahun

Fase sensorimotorik Penggunaan refleks Reaksi-reaksi sirkuler primer Koordinasi menggenggam/reaksi -reaksi sirkuler sekunder. Skemata sekunder Menemukan cara-cara baru, reaksi-reaksi sirkuler tersier

Memulai penglihatan dan hubungan sebab/akibat

Fase Berpikir Pra operasional

Berorientasi secara perseptual, periode dari prilaku memuaskan diri sendiri hingga prilaku sosial dasar. Kesadaran akan hirarki konseptual. Permulaan kognisi. Permulaan abstraksi. Fase Operasi Konkret. Tahap Reflektif Tahap Motorik Perkembangan pola-pola motorik dasar

Keseimbangan Penerimaan dan penolakan

Bentuk globular

Tahap Perseptual-Motorik

Lateralitas

Koordinasi tangan-mata

Perkembangan pola motorik kasar Bentuk sinkretis Pengenalan bentuk Tahap Motorik-Perseptual Arah

Koordinasi mata-tangan Tahap Perseptual Persepsi bentuk. Bentuk konstruksif Reproduksi bentuk Tahap Kognitif Perseptual Fase Reflektif Tahap encoding Tahap decoding Fase dasar

Tahap penghambatan refleks

Tahap pra kontrol

Fase Gerakan Fundamental

Tahap awal Tahap dasar

Tahap matang

(25)

11 tahun lebih

Komposisi auditif. Reversibilitas. Identitas asosiativitas Penalaran deduktif Hubungan

Klasifikasi

Fase Operasi Formal Kematangan

intelektual Operasi simbolis Berpikir abstrak Berpikir proposional

Tahap Perseptual Kognitif

Tahap Kognitif

Tahap aplikasi

Gambar

TABEL 13.1. Aspek-Aspek Perkembangan Yang Dipilih dari Persepsi Visual Anak-
Gambar  13.1  menyajikan  ulasan  mengenai  beragam  jenis  program  pelatihan
TABEL 13.2. Perbandingan Fase-Fase dan Tahap-Tahap Perkembangan Piaget,

Referensi

Dokumen terkait

Alat ini menggunakan regulator 5V sebagai input untuk melakukan proses switching yang berfungsi untuk mendeteksi tegangan listrik dari PLN yang mengalir pada sistem yang

memegang peranan yang menentukan dalam perkembangan koperasi, tanpa partisipasi anggota, koperasi tidak akan dapat bekerja secara efisien dan efektif. Koperasi merupakan

“Logika Hubungan Internasional,” (1992):276, dikutip oleh Hafid Adam Pradana, Persepsi Soeharto dan Perubahan Kebijakan Luar Negeri Indonesia Terhadap Cina pada Awal

ini memperl:ust 1;eberad.aan p~ometri Fano dengan tetap man,qasumsikan rmpat akaioala. parla gwis yang sarna.. Mimekin dalam ha1 ini pembacx dapat memikirkan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan tentang Petunjuk Pelaksanaan

[r]

Hubungan Hasil U.1i Tusuk Kulit Alergen Nyarnuk Terhadap Keparahan Klinis Dermarftis Atopik di.. RSUP Dr. Moharnmad Hoesin

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektifitas ekstrak klika faloak sebagai chelator bagi radikal FeS yang terkandung dalam organ hati ikan nila