• Tidak ada hasil yang ditemukan

Inventarisasi Jamur Penyebab Penyakit Daun Palem Raja (Roystonea elata Bartr.) Taman Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Inventarisasi Jamur Penyebab Penyakit Daun Palem Raja (Roystonea elata Bartr.) Taman Kota Medan"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

INVENTARISASI JAMUR PENYEBAB PENYAKIT DAUN

PALEM RAJA (Roystonea elata Bartr.)

TAMAN KOTA MEDAN

SKRIPSI

OLEH :

SARAH VALENTINA N. 080302033

HPT

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

INVENTARISASI JAMUR PENYEBAB PENYAKIT DAUN

PALEM RAJA (Roystonea elata Bartr.)

TAMAN KOTA MEDAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di

(3)

ABSTRACT

Sarah Valentina N. 2013. Inventarization fungus which is caused diseases on leaf Roystonea elata Bartr. in Medan city garden. Guided by Mukhtar Iskandar Pinem and Lahmuddin Lubis. The research aim to know and to inventary fungus that caused leaf Roystonea elata Bartr. disesases in Medan city garden. The research conducted at Laboratory of Plant Pathology Faculty of Agriculture, University of North Sumatera with altitude ±25 m asl. This research using survey method. The Result of this research showed that fungus caused leaf Roystonea elata Bartr. diseases which in A. Yani garden’s and G. Mada garden’s is Bipolaris sp., Pestalotiopsis palmarum, Curvularia spp., Fusarium sp. whereas Roystonea elata Bartr. which in M. Walk garden’s and Teladan garden’s is Bipolaris sp., Pestalotiopsis palmarum, Curvularia spp.

(4)

ABSTRAK

Sarah Valentina N. 2013. Inventarisasi jamur penyebab penyakit daun palem raja (Roystonea elata Bartr.) Taman Kota Medan. Di bawah bimbingan Mukhtar Iskandar Pinem dan Lahmuddin Lubis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menginventarisasi jamur penyebab penyakit pada daun palem raja (Roystonea elata Bartr.) Taman Kota Medan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl. Hasil penelitian didapat jamur yang menyebabkan penyakit pada daun palem raja di taman A. yani dan taman G. Mada adalah Bipolaris sp., Pestalotiopsis palmarum, Curvularia spp., Fusarium sp. sedangkan untuk daun palem raja di taman M. Walk dan taman Teladan adalah Bipolaris sp., Pestalotiopsis palmarum, Curvularia spp.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Sarah Valentina N lahir pada 17 Desember 1989 di Lubuk Pakam,

Sumatera Utara. Merupakan anak pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak

Marojahan Nainggolan dan Ibu Udur Pakpahan.

Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :

− Lulus dari SD RK 2 Lubuk Pakam pada tahun 2001

− Lulus dari SMP RK Lubuk Pakam pada tahun 2004

− Lulus dari SMA Negeri 2 Lubuk Pakam pada tahun 2007

− Tahun 2008 diterima di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan,

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan melalui jalur UMB.

Semasa kuliah penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan yakni

menjadi anggota Ikatan Mahasiswa Perlindungan Tanaman (IMAPTAN)

(2008-2013). Penulis juga pernah menjadi asisten laboratorium pada beberapa

praktikum yaitu, Dasar Perlindungan Tanaman Sub-Hama (2012), Pengelolaan

Hama dan Penyakit Terpadu (2012), Pestisida dan Teknik Aplikasi (2012) dan

Hama dan Penyakit Tanaman Perkebunan Sub-Hama (2012). Penulis melakukan

Praktik Kerja Lapangan (PKL) di PTPN IV Air Batu pada tahun 2011 dan

melaksanakan penelitian di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas berkat dan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun

judul dari skripsi ini adalah “Inventarisasi Jamur Penyebab Penyakit Daun Palem

Raja (Roystonea elata Bartr.) Taman Kota Medan”, yang merupakan salah satu

syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Program Studi

Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada komisi

pembimbing Bapak Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M.Agr. selaku ketua dan Bapak

Ir. Lahmuddin, MP selaku anggota, yang telah banyak memberikan bimbingan

dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat

kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan

banyak terima kasih.

Medan, September 2013

(7)

DAFTAR ISI

Bercak Cokelat Helminthosporium spiciferum (Baimer) Nicot Biologi patogen ... 7

Gejala serangan ... 9

Faktor yang mempengaruhi Penyakit... 11

Bercak Cokelat Curvularia spp. Biologi patogen ... 11

Gejala serangan ... 13

Faktor yang mempengaruhi Penyakit... 14

Bercak Kelabu (Pestalotiopsis palmarum) (Cooke) Steyaert Biologi patogen ... 14

Gejala serangan ... 16

Faktor yang mempengaruhi ... 17

Penyakit layu (Fusarium oxysporum Schlecht.) Biologi patogen ... 18

Gejala serangan ... 19

Faktor yang mempengaruhi ... 20

(8)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan waktu penelitian ... 22

Bahan dan alat ... 22

Metode penelitian ... 22

Pelaksanaan penelitian ... 23

Pemilihan lokasi taman ... 23

Penetapan sampel tanaman ... 23

Isolasi jamur ... 24

Identifikasi jamur ... 24

Peubah amatan ... 24

Gejala serangan yang terjadi pada tanaman palem di lapangan .. 24

Pengamatan jamur secara mikroskopis ... 25

Pengamatan jamur penyebab penyakit secara makroskopis ... 25

Jamur endofit yag ikut terdapat pada daun palem ... 25

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan jamur secara mikroskopis ... 26

(9)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

(10)

DAFTAR GAMBAR

5. Gejala bercak cokelat Curvularia pada daun kelapa ... 14

6. Konidia Pestalotiopsis palmarum ... 15

7. Gejala serangan Pestalotiopsis palmarum pada daun kelapa ... 17

8. Fusarium oxysporum ... 19

9. Gejala Serangan Fusarium sp. pada pohon kelapa sawit ... 19

10. Gejala serangan Pestalotiopsis palmarum ... 27

11. Konidia Pestalotiopsis palmarum ... 28

12. Gejala Serangan Bipolaris sp. ... 28

13. Gejala serangan Curvularia maculans ... 29

14. Konidia Bipolaris sp ... 29

15. Curvularia spp.. ... 30

16. Gejala Serangan Fusarium sp.. ... 31

17. Mikrokonidia Fusarium sp.. ... 32

18. Makrokonidia Fusarium sp.. ... 32

19. Klamidospora Fusarium sp. ... 32

20. Pestalotiopsis palmarum pada media PDA ... 34

21. Bipolaris sp. pada media PDA ... 35

22. Curvularia spp. Pada media PDA ... 35

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Foto Jamur Saprofit yang ditemukan ... 42

2. GPS setiap taman ... 45

3. Tabel Suhu dan Kelembaban udara... 47

(12)

ABSTRACT

Sarah Valentina N. 2013. Inventarization fungus which is caused diseases on leaf Roystonea elata Bartr. in Medan city garden. Guided by Mukhtar Iskandar Pinem and Lahmuddin Lubis. The research aim to know and to inventary fungus that caused leaf Roystonea elata Bartr. disesases in Medan city garden. The research conducted at Laboratory of Plant Pathology Faculty of Agriculture, University of North Sumatera with altitude ±25 m asl. This research using survey method. The Result of this research showed that fungus caused leaf Roystonea elata Bartr. diseases which in A. Yani garden’s and G. Mada garden’s is Bipolaris sp., Pestalotiopsis palmarum, Curvularia spp., Fusarium sp. whereas Roystonea elata Bartr. which in M. Walk garden’s and Teladan garden’s is Bipolaris sp., Pestalotiopsis palmarum, Curvularia spp.

(13)

ABSTRAK

Sarah Valentina N. 2013. Inventarisasi jamur penyebab penyakit daun palem raja (Roystonea elata Bartr.) Taman Kota Medan. Di bawah bimbingan Mukhtar Iskandar Pinem dan Lahmuddin Lubis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menginventarisasi jamur penyebab penyakit pada daun palem raja (Roystonea elata Bartr.) Taman Kota Medan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl. Hasil penelitian didapat jamur yang menyebabkan penyakit pada daun palem raja di taman A. yani dan taman G. Mada adalah Bipolaris sp., Pestalotiopsis palmarum, Curvularia spp., Fusarium sp. sedangkan untuk daun palem raja di taman M. Walk dan taman Teladan adalah Bipolaris sp., Pestalotiopsis palmarum, Curvularia spp.

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman hias sebagai salah satu barang kebutuhan tersier mengalami

peningkatan permintaan seiring dengan timbulnya kebutuhan terhadap hal yang

dapat memberikan kesegaran dan kenyamanan manusia. Di dalam negeri, potensi

kebutuhan akan tanaman hias tersebut belum merata sehingga potensi pasar yang

cukup besar itu baru berkisar di kota-kota besar saja, seperti Jakarta, Bandung,

Medan, Surabaya, Malang, Denpasar dan Ujung Pandang. Untuk memenuhi

permintaan tanaman hias yang sangat beragam, tanaman hias kadang – kadang

harus didatangkan dari tempat lain yang kadang jaraknya cukup jauh dari tempat

yang membutuhkan (Siagian, 2002).

Selain untuk memenuhi permintaan dalam negeri, usaha tanaman hias

banyak dilakukan karena memiliki prospek pasar luar negeri yang cukup baik,

sehingga berpotensi besar untuk meningkatkan devisa negara. Hal itu berkaitan

dengan usaha pemerintah untuk mengurangi ketergantungan negara terhadap

minyak dan gas bumi dengan cara meningkatkan ekspor non migas. Permintaan

tanaman hias khas tropis dibeberapa negara Korea Selatan dan Jepang selalu

meningkat dari tahun ke tahun. Tanaman hias yang banyak diminati antara lain

Aglonema (sri rejeki), Ananas (nanas hias), puring, pakis, Dieffenbachia,

Dracaena, Ficus, dan palem (BPS, 2001).

Palem (Palmae) merupakan kelompok tanaman yang sangat menarik

baik dari segi ilmu tumbuh-tumbuhan maupun dari segi keindahan bentuk,

(15)

sebagai salah satu tanaman hias yang banyak diminati. Banyak jenis palem yang

sudah dimanfaatkan untuk tanaman hias jalan maupun taman, misalnya Palem

kipas (Livistona chinensis) , Palem wregu (Raphis excels) dan Palem raja

(Roystonea elata) yang mempunyai harga yang cukup tinggi (Siagian, 2002).

Banyak faktor yang menjadi masalah dalam budidaya tanaman palem.

Salah satunya adalah tingkat ketahanan tanaman terhadap serangan penyakit.

Beberapa penyakit yang ditularkan melalui tanah atau udara diketahui

mempunyai tingkat serangan yang sangat merugikan. Pengetahuan petani

tanamam hias tentang penyakit tanaman hias, kususnya Palem masih sangat

kurang. Hal ini disebabkan tidak tersedianya informasi macam penyakit Palem di

Indonesia (Semangun, 2000). Sebaliknya, kecenderungan permintaan tanaman

palem di Indonesia semakin meningkat khususnya juga terjadi di Sumatera untuk

taman kota.

Sebagai salah satu tanaman hias yang selalu mengisi ruang lingkup taman

kota Medan, petugas taman kota Medan banyak mengeluhkan kendala dalam

proses budidaya. Salah satu kendalanya adalah tingginya serangan penyakit.

Namun informasi tentang jenis-jenis jamur apa saja yang menginfeksi palem di

daerah ini belum ada. Padahal informasi ini sangat penting agar didapat cara

metode pengendalian yang tepat. Oleh karena itu dilakukan penelitian ini yang

bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis penyakit yang disebabkan oleh jamur di

Taman Kota Medan sehingga diharapkan dengan diketahuinya jenis-jenis jamur

penyebab penyakit yang menyerang tanaman palem baik petani maupun petugas

taman kota Medan dapat mengetahui tindakan pengendalian yang lebih efektif dan

(16)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi jamur-jamur penyebab

penyakit daun pada palem raja (Roystonea elata Bartr.) di taman di kota Medan.

Hipotesa Penelitian

Terdapat beberapa jamur penyebab penyakit pada daun palem raja

(Roystonea elata Bartr.) dibeberapa taman kota Medan.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program

Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,

Medan.

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Palem

Menurut Steenis (1975), adapun klasifikasi dari tanaman palem raja

(Roystonea elata Bartr.) adalah sebagai berikut

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Magnoliophyta

Class : Liliopsida

Ordo : Arecales

Family : Arecaceae

Genus : Roystonea

Species : Roystonea elata (Bartram) F. Harper (syn. R. regia) Kunth

Palem merupakan tumbuhan monokotil (berkeping satu) yang berbatang

tunggal maupun berumpun. Tinggi batangnya sangat bervariasi dan ada

yang mencapai 100 meter. Berdasarkan tinggi batang, palem dapat digolongkan

sebagai palem yang berupa pohon tinggi lebih dari 10 meter, pohon sedang

(2-10 meter) maupun semak kurang dari 2 meter (Gambar 1). Batang palem

ada yang tumbuh tegak ada pula yang merambat pada pohon lain sebagai liana

bentuk yang demikian terutama dari spesies-spesies Hyphaena dan Dypsis

(18)

Gambar 1. Tanaman Palem Raja

Sumber

Palem memiliki akar serabut yang pendek dan tumbuh menyebar tidak jauh

dari tanama

bercabang tetapi biasanya tumbuh banyak dan masif (padat). Meskipun pendek,

akar palem ini mampu menyangga dengan kuatnya batang yang tumbuh tegak

(Nazaruddin, 1997).

Daun palem menyirip (palem menyirip) dengan pelepah daun atau pangkal

tangkai daun yang melebar. Karangan bunga (tongkol bunga) kerap kali pada

ketiak daun, kadang-kadang terminal, yang muda kerap kali keseluruhannya

dikelilingi oleh satu seludang atau lebih. Bunga duduk pada cabang yang

berdaging tebal atau kerap kali tenggelam didalamnya, berkelamin 1, jarang

berkelamin 2, kerapkali banyak menghasilkan madu. Buah buni atau buah batu,

kadang-kadang tiap daun buah tumbuh terpisah menjadi sebuah yang berbiji.

(Steenis,1975).

Genus Roystonea memiliki empat spesies, yaitu : R. elata (Florida), R. regia

(Kuba), R. borinquena (Puerto Rico) dan R. oleracea (Karibia). Pada R. elata

(19)

panjang daripada R. regia, dan tumbuh didataran rendah. Batang R. regia berkisar

antara 15 – 25 meter, tandan bunga lebih pendek, buah berbentuk lonjong dan

biasanya tumbuh di dataran tinggi. Palem yang banyak tumbuh di dataran Puerto

Rico hampir sama dengan R. regia, namun batang lebih pendek dan daun serta

anak daun lebih pendek. Pada R. borinquena, benih bewarna coklat kekuningan

(Currach, 1970 dalam Nurmailah 1999).

Syarat Tumbuh

Palem memerlukan suhu rata-rata tahunan 25-17°C, curah hujan 2000 mm –

2500 mm pertahun dengan rata-rata hujan turun 120 – 140 hari dalam setahun dan

kelembaban relatif 80%. Untuk pertumbuhan palem juga memerlukan cahaya, dan

cahaya yang sampai kedasar hutan berbeda-beda sehingga menjadi ciri tersendiri

untuk menentukan pertumbuhan suatu spesies palem (Siregar, 2005).

Palem dapat tumbuh dengan baik pada tipe tanah yang berpasir,

tanah gambut, tanaha kapur, dan tanah berbatu. Palem juga dapat tumbuh

pada berbagai kemiringan dari tanah datar, tanah berbukit, dan belereng terjal

(Witono, et al., 2000).

Jamur penyebab penyakit pada tanaman palem

Penyakit-Penyakit Tanaman Palem

Seperti halnya pada tanaman lain, tanaman palem tidak lepas dari serangan

penyakit. Adanya penyakit pada tanaman tersebut akan bersifat merugikan karena

dapat mengurangi nilai estetika dari tanaman sehingga perlu adanya pengendalian

(20)

Bercak Daun

Penyebab bercak daun adalah jamur Fusarium sp., Pestalotia sp.,

Gloesporium sp. dan lain-lain.Gejala serangan pada daun tua atau muda terdapat

bercak berbagai bentuk berwarna kuning atau hijau yang akan menghilang.

Bercak ini meninggalkan bekas terang berwarna hitam, abu-abu dan coklat.

Bagian tersebut kemudian kering. Serangan berat seluruh tajuk kering dan daun

menutup. Buah akan rontok (Deptan, 2010).

Layu pucuk

Layu pucuk dapat disebabkan oleh jamur Thielaviopsis sp.,

Botrydiploidia sp., Fusarium sp., Chlaraopsis sp., Erwinia sp., dan

Pseudomonas sp.. Gejala pada tanaman palem yang mengalami layu pucuk

adalah daun mahkota layu secara tiba-tiba, daun menjadi kusam, pelepah

daun bergantungan dan gugur. Kematian terjadi dengan cepat (1-3 bulan)

(Bappenas, 2012).

Penyakit Akar

Penyebab jamur parasit dan nematoda. Perubahan yang terjadi pada daun,

ujung daun mengkerut dan kering. Gejalanya dapat menyebar ke pangkal daun.

(Bappenas, 2012).

Patogen Penyebab Penyakit

1. Bercak Cokelat Helminthosporium spiciferum (Baimer) Nicot

Biologi Patogen

Penyakit bercak cokelat pada daun tanaman palem raja (Roystonea elata)

(21)

Adapun taksonomi dari jamur Helminthosporium spiciferum (Baimer) Nicot

menurut Alexopoulos dan Charles (1979) adalah sebagai berikut,

Kingdom : Mycetea

Species :Helminthosporium spiciferum (Baimer) Nicot (Bipolaris spicifera)

Genus Bipolaris terdiri dari 45 spesies yang sebagian besar di daerah

subtropis dan menjadi parasit tanaman di daerah tropis. Namun beberapa

spesies, terutama B. australiensis, B. hawaiiensis, dan B. spicifera menjadi

patogen bagi manusia (Ellis, et al., 2007).

Koloni yang sedang berkembang pesat, yang akan mengeluarkan warna

abu-abu sampai coklat kehitaman. Morfologi mikroskopis menunjukkan

perkembangan pucuk dari konidia berpigmen coklat pucat, mempunyai

pseudoseptate pada genicula. Konidia diproduksi melalui pori-pori pada dinding

konidiofor (poroconidia), fusiform ellipsoid, pada kedua ujungnya bulat, halus

kasar, berkecambah hanya dari ujung-ujung (bipolar) (Ellis, et al., 2007).

Soliter atau dalam kelompok kecil, lurus atau bergelombang, pucat untuk

(22)

Gambar 2. Bipolaris sp.

Sumber. http://www.ijpmonline.org/viewimage.asp

Konidia lurus atau melengkung, lonjong dengan ujung bulat, kecoklatan, lembut,

20 – 35 x 7 – 13 µm. Konidia kadang berkecambah oleh bibit dari satu ujung dan

dari ujung konidiaspora yang lain. Pada medium kultur konidia bervariasi dalam

ukuran dan warna.(National Plant Quarantine Service, 2004).

Konidia dari jamur Bipolaris sp. ini memiliki viabilitas yang tinggi, dapat

berkecambah dalam jangka panjang. Menurut Fagan (1987), 43% konidia

berkecambah 90 hari setelah produksi, 62% berkecambah 59 hari dan 90%

berkecambah 24 hari, perkecambahan tinggi dapat diekstrapolasi dengan

kondisi dilapangan, dimana dari konidia dapat berkecambah pada daun tanaman

dari pohon sampai tiga bulan, memberikan kerusakan kecil pada daun tua

(Brown, 1975 dalam Modesto dan Fenille, 2004).

Di Panama, pengamatan lapangan menunjukkan bahwa spesies pohon

palem hias Roystonea regia, Washington robusta, Washington dan Pritc Hardia

sangat rentan terhadap serangan B. incurvata, terutama pada tanaman muda

dibawah 3 tahun. Spesies ini telah telah menghancurkan pembibitan palem di

(23)

Gejala Serangan

B. spicifera menyebabkan bintik-bintik pada daun dan daun membusuk

besar disebut dengan hawar. Penyakit ini dimulai dari adanya noda bintik-bintik

kecil. Jamur terus tumbuh dan membesar di dalam jaringan daun. Setelah dua

minggu rata-rata diameter bintik-bintik 9,5-3,5 mm, bentuknya oval atau

tidak teratur dan menguning. Bintik-bintik coklat muda dengan tepi yang lebih

gelap (Gambar 3). Sebagai jaringan yang sakit, lubang terbentuk, daun melepuh

merupakan gejala yang tidak biasa juga terbentuk pada permukaan bawah daun

dalam cuaca basah. Tangkai selubung dan daun pelindung bunga juga terlihat

dengan warna coklat redup untuk bintik keunguan-merah. Pada daun muda

menghasilkan daun yang cacat dan untuk daun dewasa kelihatan suram. Pada

tahap lanjut, penyakit ini akan membuat daun menjadi tidak beraturan dan

berwarna coklat (Sewake dan Uchida, 2012).

Gambar 3. Gejala serangan B. spicifera Sumber

Jamur B. spicifera menyebabkan lesi daun bulat atau oval. Awalnya

(24)

Untuk gabungan yang menjadi satu tempat akan menyebabkan daun menjadi

kering dapat membunuh bibit (Pitta, et al., 1990).

Dalam pembibitan merekomendasikan penghapusan dan penghancuran

tanaman yang terserang, untuk menghilangkan sumber inokulum di tanaman

dewasa, pemangkasan daun yang terkena, diikuti oleh penarikan dari lokasi tanam

yang sama, juga menghilangkan sumber inokulum dan menginfestasikan tanaman

yang sehat (Russomanno dan Kruppa, 2007).

Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit

Jamur B. spicifera ini menghasilkan spora di permukaan daun tanaman

palem. Produksi ratusan konidiofor yang muncul dari kulit daun kelapa. Disertai

dengan kelembaban tinggi atau kelembaban yang berkesinambungan dalam

pembentukan spora oleh konidiofor. Suhu yang lebih rendah (20°C)

mendukung pembentukan spora sementara pada suhu yang lebih tinggi (31°C)

meyebabkan pertumbuhan spora yang tidak optimal atau tidak kondusif

(Uchida, 2012).

Kelembaban terus-menerus selama minimal 24 jam, spora jamur ini

diproduksi pada permukaan jaringan yang sakit. Angin dan percikan spora

bergerak pada air di daun permukaan yang sehat. Gerakan daun dan kontak

dengan daun yang sakit selama operasi lapangan juga mengganggu tanaman,

menyebabkan pemencaran spora. Mengingat kelembaban spora berkecambah

menembus permukaan daun, dan memulai bercak baru. Spora bipolaris bewarna

gelap dengan memiliki dinding yang menebal, menjadi karakteristik yang

membantu kelangsungan hidup jamur. Hewan dapat membawa sporangia, baik

(25)

2. Bercak Cokelat Curvularia spp.

Biologi Patogen

Menurut Alexopoulos dan Charles (1979), klasifikasi dari patogen

penyebab penyakit bercak cokelat adalah :

Kingdom : Mycetea

Divisio : Myxomiceta

Sub-divisio : Deutromycotina

Class : Deutromycetes

Ordo : Pleosporales

Family : Pleosporaceae

Genus : Curvularia

Species : Curvularia spp.

Didalam laboratorium koloni Curvularia spp. tumbuh bewarna kecoklatan

sampai dengan kehitaman dan berfilamen. Konidia bewarna gelap, berdinding

tipis, dan mempunyai ukuran (lebar sampai 14 µm dan panjang sampai 35 µm),

dengan sejumlah septa yang berbeda sesuai dengan spesiesnya. Sebagai sel pusat

konidia lebih besar dan lebih gelap daripada yang lainnya (Gambar 4). Konidia

mempunyai karakteristik seperti kurva atau tikungan yang jelas dengan usia yang

(26)

Gambar 4. Curvularia spp.

Sumber

Jumlah septa di konidia, bentuk konidia (lurus atau melengkung), warna

dari konidia (gelap atau coklat pucat), keberadaan tengah septa gelap, dan

keunggulan pola pertumbuhan geniculate adalah fitur mikroskopis utama yang

membantu dalam diferensiasi Curvularia spp. antara satu sama lain. Misalnya,

konidia Curvularia lunata memiliki 3 septa dan 4 sel, sedangkan yang Curvularia

geniculata kebanyakan memiliki 4 septa dan 5 sel (Boedijn, 1933).

Gejala Serangan

Mula-mula pada daun yang baru saja membuka terjadi bercak kecil bulat,

bewarna kuning (Gambar 5). Bercak membesar dan warnanya berubah menjadi

cokelat tua. Pada waktu ini bercak berbentuk jorong atau memanjang.

Bercak-bercak dapat bersatu membentuk bercak besar yang bentuknya tidak

teratur, dengan pusat nekrotik (mati) bewarna cokelat tua atau cokelat kelabu

(Semangun, 2008).

Bercak cokelat yang disebabkan oleh masing-masing jamur ini

sulit dibedakan tanpa mempergunakan mikroskop. Tetapi pada umumnya

bercak cokelat karena Curvularia warnanya lebih muda (cokelat muda),

(27)

yang jelas. Dalam banyak kejadian banyak penyakit bercak cokelat

timbul bersama-sama dengan penyakit bercak kelabu (Pestalotipsis palmarum)

(Tey dan Chan, 1978 dalam Semangun, 2008).

Gambar 5. Gejala serangan Curvularia pada daun kelapa Sumber

Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit

Penyakit lebih banyak terdapat pada tanaman yang kurang baik

pertumbuhannya, misalnya karena tanah yang kurus, kekurangan atau kelebihan

air dan kekurangan hara tanaman. Di Sumatera Utara pada varietas yang rentan

penyakit dapat timbul dengan berat di kebun yang terletak di tanah hidromorfik

yang miskin, strukturnya jelek (lempung berat), dan air tanahnya tinggi,

sehingga kebun terendam air yang mengakibatkan kurangnya berkembang akar

(Suyoto, 1983 dalam Semangun, 2008).

3. Bercak Kelabu (Pestalotiopsis palmarum) (Cooke) Steyaert

Biologi Patogen

Penyakit bercak kelabu pada daun tanaman palem raja (Roystonea elata)

disebabkan oleh jamur Pestalotiopsis palmarum (Cooke) Steyaert. Adapun

taksonomi dari jamur Pestalotiopsis palmarum (Cooke) Steyaert menurut

Alexopoulos dan Mims, (1979) adalah sebagai berikut,

(28)

Divisio : Myxomiceta

Species : Pestalotiopsis palmarum (Cooke) Steyaert

Pestalotiopsis sp. merupakan penyakit yang disebabkan oleh jamur.

Penyakit ini menyerang dedaunan yang telah terluka atau melemah karena cuaca

yang kurang baik. Biasanya dedaunan yang akan mati adalah daun yang dekat

dengan pangkal tanaman dan daun yang paling rimbun. Penyakit ini biasanya

menyerang dimulai dari ujung daun dan berkembang kearah pangkal daun. Warna

daun berubah dari hijau menjadi kekuning-kuningan, kemudian ke coklat gelap

atau hampir hitam (Schuster, 2012).

Jamur ini memiliki konidium berbentuk kumparan, bersekat 4,

mempunyai 3 seta apical, berukuran 25-28 x 6-7,5 µm (Gambar 6). Merupakan

parasit lemah yang menginfeksi luka-luka. Spora jamur (konidium) dipencarkan

oleh angin. Untuk jarak dekat spora dapat terbawa oleh percikan air dan serangga

(Sumardiyono dan Triharso (1985) dalam Semangun, 2008).

(29)

Konidia berukuran 84.6-96.8 µm x 26.7-33.5 µm dan terdiri atas lima sel

yang berjajar. Biasanya jajaran sel lurus, kadang-kadang agak membentuk

lengkungan dengan salah satu ujungnya terbentuk setula. Tiga sel tengah (sel

urutan kedua sampai keempat yang dihitung mulai dari sel tempat setula

berpangkal) berwarna amber dengan dua sel (sel kedua dan ketiga) berwarna lebih

gelap dari sel keempat. Sel tengah (sel ketiga) berukuran \paling lebar

dibandingkan sel-sel lainnya. Sel terujung atau sel apikal (sel kesatu) hialin agak

memanjang atau menyempit ke ujung; sedang sel pangkal atau sel basal (sel

kelima) hialin agak silindrik. Setula hialin yang terletak di ujung sel apikal

berjumlah 2-3 dengan panjang 92,3-107,1 µm, posisinya agak melengkung;

setula tampaknya mudah lepas dari pangkalnya. Pedisel hialin terletak di ujung

sel basal (tampak seperti ekor konidia) dengan panjang 18,1-22,7 µm. Semua

bagian konidiospora yang hialin yaitu sel apikal, sel basal, dan setula mudah

berubah bentuk yaitu agak kisut bila disimpan lama (lebih dari 6 bulan)

(Sutarman, et al., 2001).

Gejala Serangan

Pada daun yang terserang timbul bintik kecil berwarna cokelat muda.

Bercak-bercak dapat bersatu, sehingga terjadi bercak cokelat besar. Apabila

terjadi serangan berat daun menjadi kering seperti terbakar. Pada bercak terdapat

bintik-bintik hitam yang merupakan badan buah (aservulus) dari cendawan

(30)

Gambar 7. Gejala serangan Pestalotiopsis palmarum pada daun kelapa Sumber. http://www.biodiversidadvirtual. Pestalotiopsis-palmarum.html

Timbul bercak-bercak yang tembus cahaya pada daun-daun dan kemudian

berubah warna menjadi coklat kekuning-kuningan sampai kelabu. Bagian yang

kelabu ini dikelilingi oleh tepi coklat tua. Bercak-bercak bersatu membentuk

bercak yang lebih besar yang terdapat bintik-bintik yang terdiri dari acervuli

cendawan. Berbeda dengan bercak daun yang disebabkan oleh jamur lain, bercak

karena Pestalotiopsis pada umumnya tidak dikelilingi oleh jamur klorotik (halo).

Bercak-bercak dapat bersatu sehingga terjadi bercak yang besar (Sunanto, 2002).

Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit

Penyakit ini lebih banyak terdapat pada tanaman yang kurang baik

pertumbuhannya, misalnya yang tumbuh di tanah yang kurus , kekurangan air dan

miskin unsur hara khususnya kalium. Sebaliknya kelebihan nitrogen pun

menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan (Sunanto, 2002).

4. Penyakit layu (Fusarium oxysporum Schlecht.)

Biologi Patogen

Menurut Alexopoulos dan Charles (1979), klasifikasi dari patogen

penyebab penyakit layu adalah :

Kingdom : Fungi

(31)

Kelas : Deuteromycetes

Ordo : Moniliales

Famili : Tuberculariaceae

Genus : Fusarium

Spesies : Fusarium oxysporum Schlecht.

Umumnya mikrokonidia tidak mempunyai sekat, tetapi ada diantaranya

yang bersekat 2, mempunyai ragam bentuk dan ukuran. Umumnya mikrokonidia

berbentuk ovoid-elips sampai silindris, lurus atau sedikit membengkok, dan

berukuran (5,0-12,0)×(2,2-3,5) µm dan terdapat dalam jumlah yang banyak

(Gambar 8). Konidiofor tidak bercabang atau fialid. Pada konidiofor ini terdapat

mikrokonidia dengan jumlah yang banyak dam membentuk pola melingkar

(Gandjar et al., 1999).

Pada beberapa strain jarang terdapat makrokonidia. Makrokonidia

terbentuk pada phialid, yang terdapat pada konidiofor bercabang atau dalam

sporodokhia. Makrokonidia bersepta 3-5, berbentuk fusiform, sedikit

membengkok, meruncing pada kedua ujungnya. Klamidospora terdapat dalam

hifa atau dalam konidia, berwarna hialin, berdinding halus atau agak kasar,

berbentuk semi bulat dengan diameter 5,0-15 µm (Gandjar et al., 1999).

(32)

Gejala Serangan

Fusarium sp. menyebabkan layu pada pohon palem. Tanda-tanda layu

adalah daun layu. Kehilangan kilau hijau daun dan akhirnya mati. Setelah pohon

terinfeksi, tidak ada obat yang dapat diberikan sehingga dianjurkan untuk

menebang tanaman yang telah terserang oleh penyakit ini (Toptropicals, 2013).

Gambar 9. Gejala Serangan Fusarium sp. pada pohon kelapa sawit Sumber. Toptropicals.com/html/img/disease.htm

Pada medium Potato Dextrose Agar (PDA) miselium mula-mula berwarna

putih, dalam keadaan tertentu berwarna merah muda agak ungu. Semua Fusarium

yang menyebabkan layu dan berada dalam pembuluh (vascular disease)

dikelompokkan dalam satu jenis (spesies), yaitu F. oxysporum Sclecht. Jenis ini

mempunyai banyak bentuk (forma) yang mengkhususkan diri pada jenis

tumbuhan tertentu (Djaenuddin, 2011)

Faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit

Penyakit yang disebabkan oleh jamur Fusarium yang jenisnya belum

dapat ditentukan. Jamur membentuk banyak konidium pada jaringan yang

terserang jika udara sangat lembab. Spora disebarkan oleh percikan air, baik

air hujan maupun air siraman, khususnya jika bibit diatur terlalu rapat

(33)

Jamur saprofit

Sebagai organisme saprofit, jamur hidup dari benda-benda atau

bahan-bahan organik mati. Saprofit menghancurkan sisa-sisa bahan-bahan tumbuhan dan

hewan yang kompleks menjadi bahan yang lebih sederhana. Hasil penguraian ini

kemudian dikembalikan ke tanah sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah

(Kusnadi,2013).

Keanekaragaman hayati secara tidak langsung berarti keanekaragaman

senyawa kimia. Kemampuan bertahan hidup dengan tingkat kompetisi yang tinggi

menyebabkan tanaman beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi.

Hal ini menyebabkan tanaman menghasilkan senyawa-senyawa yang unik secara

biologi dan strukturnya. Keanekaragaman yang tinggi menyebabkan saprofit juga

menghasilkan produk alami aktif yang lebih banyak. Saprofit di daerah tropis

dengan jumlah yang tinggi menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang aktif

dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan saprofit tanaman-tanaman

yang ada di daerah subtropis. Jadi tanaman inang mempengaruhi metabolisme

saprofitnya (Siadari, 2010).

Jamur saprofit yang dihasilkan dari tumbuhan inang dapat menghasilkan

jenis isolat yang berbeda-beda dan jumlah bervariasi. Isolasi jamur saprofit dari

bagian tanaman yang berbeda dari satu tumbuhan inang, mengandung jenis isolat

yang berbeda pula. Hal ini merupakan mekanisme adaptasi dari saprofit terhadap

mikroekologi dan kondisi fisiologis yang spesifik dari masing-masing tumbuhan

inang. Bahkan dari satu jaringan hidup suatu tumbuhan dapat diisolasi lebih dari 1

(34)

Kehadiran jenis saprofit dihubungkan dengan kondisi mikrohabitat

tanaman inang dan kecocokan genotip antara tanaman inang dan saprofit,

sehingga akan berpengaruh terhadap perbedaan dalam komposisi koloni saprofit

dan tingkat infeksi tanaman inang yang di tempati oleh jamur saprofit pada lokasi

(35)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Taman Kota Ahmad Yani, Taman Lapangan

Merdeka, Taman Stadion Teladan, dan Taman Gajah Mada Medan dan di

Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

Medan dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl. Penelitian dilaksanakan pada bulan

Februari 2013 sampai dengan Agustus 2013 .

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah daun tanaman yang

terserang jamur pada beberapa jenis tanaman yang ada di Taman Ahmad Yani

Taman Lapangan Merdeka, Taman Stadion Teladan, Taman Gajah Mada Medan,

kertas koran, media PDA (Potato Dextrose Agar), alkohol 96%, methylene blue,

minyak imersi.

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah kamera, GPS, jarum

inokulasi, gelas ukur, oven, inkubator, autoclave, laminar air flow (LAF),

mikroskop compound Olympus CX21dan inkubator.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan cara

mengamati langsung di lapangan tanaman palem yang daunnya terserang

penyakit. Tanaman yang menunjukkan gejala terserang penyakit diambil

dimasukkan ke plastik transparan dan dibawa ke laboratorium untuk diisolasi dan

(36)

Pelaksanaan Penelitian

1. Pemilihan Lokasi Taman

Pemilihan lokasi taman berdasarkan keseragaman tanaman palem raja

yang terbanyak dan yang termasuk kedalam taman kota besar di kota Medan.

Setiap tanaman yang akan menjadi sampel didata satu persatu. Data – data

yang diambil yaitu lokasi taman, populasi tanaman di taman, umur tanaman,

perawatan tanaman.

2. Penetapan Sampel Tanaman

Sampel tanaman palem diambil dari empat lokasi yang berbeda, yaitu:

- Lokasi 1 : Taman Ahmad Yani

Kemudian sampel dimasukkan ke dalam kantong plastik transparan dan

diberi label tanggal dan lokasi pengambilan sampel. Selanjutnya sampel dibawa

ke laboratorium untuk di isolasi dan di identifikasi.

3. Pengamatan Jamur di Laboratorium

1. Pembuatan Potato Dextrose Agar (PDA)

PDA dehydrat diambil sebanyak 39 g dan dididihkan dalam 1 liter

(37)

ditutup dengan kapas steril dan ditutup lagi dengan menggunakan alumunium

foil. Kemudian disterilisasi di dalam autoclave selama ± 30 menit pada suhu

121-124 oC pada tekanan 2 atm. Setelah itu, PDA dikeluarkan dan dibiarkan

hingga dingin (10-20 oC), kemudian dituangkan ke dalam cawan petri.

2. Isolasi Jamur

Bagian daun yang terinfeksi diambil, kemudian dibersihkan dengan

menggunakan aquadest, dipotong persegi, lalu disterilkan dengan chlorox 0,1 %

selama ± 1-3 menit lalu potongan tersebut diambil dengan menggunakan pinset

dan dicuci dengan aquadesr dan dikeringanginkan di atas tissue steril. Selanjutnya

bagian tersebut dibiakkan dalam media PDA dan dibiarkan sampai miselium

jamur tumbuh pada media biakan tersebut. Lalu diisolasi kembali sampai di dapat

biakan murni dari tiap warna biakan untuk memperoleh biakan murni jamur yang

telah dibiakkan. Hal ini dilakukan berkali-kali sampai diperoleh biakan yang

benar-benar murni.

3. Identifikasi Jamur

Biakan murni jamur diamati di bawah mikroskop compound dengan

perbesaran 10×10, 10×20, 10×40 dan 10×100. Identifikasi dilakukan dengan

mengambil miselium jamur pada biakan murni dengan menggunakan selotip

kemudian diletakkan di atas objek glass yang sebelumnya telah ditetesi methylen

blue dan kemudian dilihat di mikroskop sesuai dengan perbesaran yang didapat.

Peubah Amatan

1. Gejala serangan yang terjadi pada tanaman palem di lapangan

Pengamatan gejala penyakit pada daun dengan mengamati secara visual

(38)

2. Pengamatan jamur secara mikroskopis

Pengamatan mikroskopis dilakukan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan

dengan mengidentifikasi jenis jamur dari biakan murni yang telah diisolasi dari

daun tanaman palem di lapangan. Identifikasi dilakukan berdasarkan buku

Barnett (1972). Pengamatan mikroskopis dengan mengamati ukuran dan bentuk

dari bagian-bagian jamur penyebab penyakit.

3. Pengamatan jamur penyebab penyakit secara makroskopis

Pengamatan makroskopis yaitu dengan cara melihat secara visual bentuk

dari biakan murni jamur tersebut meliputi, warna koloni, bentuk tepi koloni,

permukaan koloni dan pertumbuhan koloni di media PDA.

4. Jamur saprofit yang teridentifikasi pada daun palem raja di lapangan

Pengamatan jamur saprofit dilakukan dengan cara mengidentifikasi jenis

jamur dari biakan murni yang telah diisolasi dari daun tanaman palem dilapangan.

Identifikasi dilakukan berdasarkan buku Barnett (1972).

Data Pendukung

Sebagai data pendukung akan dilakukan pengamatan suhu taman,

pengamatan suhu dalam penyimpanan jamur di laboratorium, dan tanaman di

(39)

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pengamatan jamur secara mikroskopis

Banyak jenis penyakit yang menyerang tanaman palem. Diantaranya penyakit

yang disebabkan oleh jamur atau cendawan. Dari hasil pengamatan gejala

penyakit oleh jamur yang menyerang tanaman palem di keempat taman sampel

(40)

a

Dari Tabel 1 terlihat di keempat lokasi pengambilan sampel daun tanaman

palem terdapat jamur Pestalotiopsis palmarum. Dari hasil pengamatan gejala

P. palmarum terdapat bercak kelabu pada daun. Bagian yang kelabu ini dikelilingi

oleh cokelat tua (Gambar 10). Pada daun yang terserang terjadi bercak-bercak

yang tembus cahaya, kering seperti terbakar. Bercak yang disebabkan

P. palmarum tidak dikelilingi oleh jalur klorotik (halo). Bercak-bercak dapat

bersatu sehingga membentuk bercak yang besar (Gambar 11). Deptan (2012)

menyatakan apabila terjadi serangan berat daun menjadi kering seperti terbakar

dan terdapat bintik-bintik hitam yang merupakan badan buah (aservulus) dari

cendawan.

Gambar 10. Gejala serangan Pestalotiopsis palmarum

(a) (b)

Gambar 11. (a) Gejala Serangan P. palmarum rusak ringan (b) Gejala serangan P. palmarum rusak parah

Dari hasil pengamatan mikroskopis diketahui bahwa konidium

(41)

apical (Gambar 12). Ukuran konidium ± 15-17 x 3-4 µm. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Sumardiyono dan Triharso (1985) dalam Semangun (2008) yang

menyatakan bahwa konidium jamur P. palmarum berbentuk kumparan, bersekat

4, mempunyai 3 seta (rambut) apical.

Gambar 12. Pestalotiopsis palmarum (perbesaran 400x)

(a) sel basal (b) sel apical dan (c) setula (rambut) apical

Dari Tabel 1 juga didapat gejala serangan jamur Bipolaris sp. Yang

terdapat diempat lokasi. Dari pengamatan gejala serangan jamur Bipolaris sp.

Pada daun terdapat bercak-bercak bulat memanjang kuning yang dikelilingi oleh

halo yang jelas (Gambar 13). Pada tingkat serangan berat bercak dapat bersatu dan

membentuk bercak yang besar.

a b

(42)

Penyakit bercak cokelat yang disebabkan oleh Bipolaris sp. ini hampir

sama dengan yang disebabkan oleh Curvularia maculans. Hanya saja pada

serangan jamur C. maculans, bercak pada daun lebih lebar yang juga dikelilingi

oleh halo yang jelas (Gambar 14). Pada tingkat serangan yang berat, bercak juga

dapat bersatu membentuk bercak yang besar.

Gambar 14. Gejala serangan C. maculans

Dari hasil pengamatan mikroskopis diketahui bahwa konidia Bipolaris sp.

lurus atau melengkung, lonjong dengan ujung bulat (Gambar 15). Mempunyai 2-4

distoseptate, dengan ukuran panjang ± 10-13 µm dan lebar ± 2-3 µm. Hal ini

sesuai dengan litaratur National Plant Quarantine Service (2004), yang

menyatakan bahwa konidia Bipolaris sp. lurus atau melengkung, lonjong dengan

ujung bulat.

(43)

Dari hasil pengamatan mikroskopis diketahui bahwa konidia

Curvularia spp. bersepta, hifa bewarna cokelat, mempunyai bentuk yang agak

membengkok pada bagian tengahnya (Gambar 16) dengan ukuran ± 22-25 µm

dan 8-11 µm. Hal ini sesuai dengan literatur Liu (2011) yang menyatakan Konidia

bewarna gelap, mempunyai ukuran (lebar sampai 14 µm dan panjang

sampai 35 µm), dimana sebagai sel pusat konidia lebih besar dan lebih gelap

daripada yang lainnya. Konidia mempunyai karakteristik seperti kurva atau

tikungan yang jelas dengan usia yang lebih tua.

Gambar 16. Curvularia spp. (perbesaran 400x)

Selain dari ketiga jamur yang ditemukan pada keempat lokasi taman, pada

lokasi 1 dan lokasi 2 (Taman A. Yani dan G. Mada) juga ditemukan jamur

Fusarium sp. yang menyebabkan daun tanaman palem menjadi layu, kehilangan

(44)

(a) (b) (c)

Gambar 17 : (a) dan (b) Gejala Serangan Fusarium sp. pada daun (c) Gejala Serangan Fusarium sp. pada pelepah daun

Dari hasil pengamatan mikroskopis Jamur Fusarium sp. mempunyai 2

jenis konidia yaitu, makrokonidia dan mikrokonidia. Makrokonidia berbentuk

memanjang dan membengkok dengan ujung yang meruncing bersel 3-6 dengan

ukuran ± 20-25 µm x 1,5-2,0 µm (Gambar 18). Sedangkan mikrokonidia

mempunyai ukuran ± 8-12 µm x 2-4 µm. Mikrokonidia rata-rata tidak

mempunyai sekat,tapi ada yang mempunyai dua sekat, berbentuk elips lurus atau

sedikit melengkung (Gambar 19). Mikrokonidia terdapat dalam jumlah yang

sangat banyak. Selain mikrokonidia, dari hasil pengamatan mikroskopis juga

dapat dilihat klamidospora (Gambar 20) yang berukuran ± 4-10 µm. Hal ini sesuai

dengan literatur Gandjar et al. (1999) yang menyatakan bahwa mikrokonidia

umumnya tidak mempunyai sekat tetapi ada yang bersekat dua, terdapat dalam

jumlah yang banyak sekali, berbentuk ovoid-elips sampai silindris, lurus atau

(45)

Gambar 20. Makrokonidia Fusarium sp. (Perbesaran 400x)

Gambar 19. Mikrokonidia Fusarium sp. (Perbesaran 400x) (a) Tanpa sekat (b) dua sekat

Gambar 20. Klamidospora Fusarium sp. (Perbesaran 400x) b

(46)

Fusarium sp. merupakan jamur yang menyebabkan gejala penyakit layu

Fusarium dimana tanaman menjadi layu dan daun bagian bawah menguning. Pada

Tabel 2. juga dapat dilihat bahwa warna miselium jamur ini adalah berwarna putih

dan tampak warna ungu muda pada saat tertentu. Hal tersebut di atas merupakan

ciri dari Fusarium sp. Hal ini sejalan dengan literatur Djaenuddin (2011) yang

menyatakan bahwa, semua Fusarium yang menyebabkan layu dan berada dalam

pembuluh (vascular disease) dikelompokkan dalam satu jenis (spesies), yaitu

F. oxysporum Sclecht. Pada medium Potato Dextrose Agar (PDA) miselium

mula-mula berwarna putih, dalam keadaan tertentu berwarna merah muda agak ungu.

Tabel 1 menunjukkan terdapat perbedaan jumlah jenis jamur yang didapat

pada keempat areal pertamanan yang menjadi lokasi pengambilan sampel pada

penelitian ini. Pada areal pertamanan di Taman A. Yani dan Taman G. Mada

(lokasi 1 dan lokasi 2) terdapat empat jenis jamur yaitu Bipolaris sp., P.

palmarum, Curvularia spp. dan Fusarium sp., sedangkan areal pertamanan di

Taman M. Walk dan Taman Teladan (lokasi 3 dan 4) terdapat tiga jenis jamur

yaitu Bipolaris sp., P. palmarum, dan Curvularia spp. Perbedaan jumlah jamur

yang menginfeksi palem dari ke-4 lokasi ini disebabkan oleh faktor fisik

lingkungan pada masing-masing areal pertanaman.

Keadaan fisik lingkungan sangat mempengaruhi keberadaan jamur pada

masing-masing areal pertamanan. Banyaknya populasi dan jenis tanaman yang

terdapat dalam satu taman mempengaruhi kelembaban yang terdapat dalam taman

tersebut. Jika populasi dan jenis tanaman lebih banyak dalam satu taman, maka

tanaman akan saling menutupi satu sama lain, sehingga mengurangi sinar

(47)

suhu dalam taman tersebutpun rendah dengan kelembaban yang lebih tinggi. Hal

inilah yang membuat jamur Fusarium sp. dapat berkembang di Taman A. Yani

dan Taman G. Mada.

Selain dari populasi dan jenis tanaman yang terdapat pada masing-masing

taman tersebut, jarak tanam sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan jamur

dilapangan. Jarak tanam yang jauh akan mengakibatkan suhu di taman tersebut

menjadi lebih tinggi disbanding dengan jarak tanam dekat. Suhu yang lebih tinggi

memungkinkan kurangnya pertumbuhan dan perkembangan jamur. Hal inilah

yang membuat jamur Fusarium sp. tidak berkembang di Taman M. Walk dan

Taman Teladan.

2. Pengamatan Jamur Penyebab Penyakit Secara Makroskopis

Tabel 2. Pengamatan jamur secara makroskopis

No Jenis Jamur Warna Koloni Bentuk Tepi Koloni

2 Bipolaris sp. Bagian atas koloni berwarna putih dan

3 Curvularia spp. Bagian atas koloni

putih dengan

(48)

Tabel 3. Pertumbuhan jamur pada media PDA

Jenis Jamur Luas pertumbuhan (cm2)

1hsi 2hsi 3hsi 4hsi 5hsi 6hsi 7hsi 8hsi

Dari Tabel 2 dapat dilihat warna, bentuk tepi dan permukaan koloni dari

masing-masing jamur pada media PDA. Untuk jamur Pestalotiopsis palmarum

dapat dilihat biakan murni bewarna putih yang lama kelamaan akan

muncul bintik-bintik hitam dengan bagian bawah bewarna kuning kecoklatan

(Gambar 21 ). Bentuk tepi koloni bulat kasar. Pertumbuhan Jamur P. palmarum

pada media PDA terlihat menutupi seluruh petridish pada hari kedelapan dengan

luas pertumbuhan 59,41 cm² (Tabel 3).

(a) (b)

Gambar 21. Pestalotiopsis palmarum pada media PDA (a) tampak atas (b) tampak bawah

Jamur Bipolaris sp. yang menyerang daun palem memilki warna koloni

putih pada bagian atas dan bewarna kekuning-kuningan pada bagian bawah koloni

(49)

bagian atas agak cembung (Gambar 22). Pertumbuhan jamur ini sangat lambat

dibandingkan dengan jamur lain yang didapat pada penelitian ini. dimana sampai

pada hari kedelapan petridish belum juga dipenuhi oleh koloni jamur ini .

Pertumbuhan jamur Bipolaris sp. pada hari kedua adalah 2,26 cm² dan pada hari

kedelapan adalah 12,56 cm² (Tabel 3).

(a) (b)

Gambar 22. Bipolaris sp. pada media PDA (a) tampak atas (b) tampak bawah

Jamur Curvularia spp. yang menyerang daun palem pada bagian atas

bewarna putih keabu-abuan pada media PDA dan bewarna coklat dengan

pertengahan keabu-abuan pada bagian bawah (Gambar 23). Dengan permukaan

seperti kapas dengan elevasi convex atau mencembung. Pertumbuhan jamur ini

merupakan pertumbuhan jamur yang tercepat diibanding dengan pertumbuhan

jamur-jamur yang lain pada penelitian ini. Luas pertumbuhan pertumbuhan jamur

(50)

(a) (b) Gambar 23. Curvularia spp. Pada media PDA

(a) Tampak atas (b) tampak bawah

Jamur Fusarium sp. yang meyerang daun dan pelepah daun palem

memiliki bentuk tepi koloni yang bulat rata dan permukaan koloni yang cukup

halus. Koloni jamur berwarna putih pada awalnya kemudian setelah beberapa hari

inkubasi koloni menjadi berwarna ungu mulai dari bagian tengah. Pada bagian

bawah tampak berwarna putih dan kemudian menjadi keruh setelelah beberapa

hari (Gambar 24). Pertumbuhan jamur Fusarium sp sampai pada hari ke delapan

adalah sebesar 46,11 cm2 (Tabel 3).

(a) (b)

(51)

3. Jamur saprofit teridentifikasi pada daun palem raja

Tabel 4. Jenis jamur saprofit yang teridentifikasi pada daun tanaman palem raja (Roystonea elata)

No Jenis Jamur terdapat di

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa di kempat lokasi tempat pengambilan

sampel terdapat beberapa jenis jamur saprofit . Dimana pada Taman A. Yani,

Taman G. Mada dan Taman Teladan terdapat jenis jamur Aspergillus niger dan

Penicillium sp. sedangkan pada Taman M. Walk terdapat jenis jamur Aspergillus

niger dan Vertiicillium tenerum. Perbedaan jenis jamur saprofit yang terdapat

taman tersebut dikarenakan ada perbedaan mikrohabitat tanaman inang dan

kecocokan genotip antara tanaman inang dan endofit pada taman yang berbeda.

Hal ini sesuai dengan literatur Noverita et al.(2009) yang menyatakan bahwa

kehadiran jenis endofit dihubungkan dengan kondisi mikrohabitat tanaman inang

dan kecocokan genotip antara tanaman inang dan saprofit.

Dalam satu daun palem yang diidentifikasi di setiap taman kota dapat

menghasilkan lebih dari satu jamur saprofit. Hal ini merupakan mekanisme

adaptasi dari saprofit terhadap mikroekologi dan kondisi fisiologis yang

spesifik dari masing-masing tumbuhan inang. Hal ini sesuai dengan literatur

Noverita et al. (2009) yang menyatakan bahwa jamur saprofit yang dihasilkan

dari tumbuhan inang dapat menghasilkan jenis isolat yang berbeda-beda dan

(52)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Jamur yang diidentifikasi pada daun palem (Roystonea elata Bartr.)

di Taman A. Yani dan Taman G. Mada adalah sama yaitu Bipolaris sp.,

Pestalotiopsis palmarum, Curvularia spp. dan Fusarium sp., sedangkan yang

diidentifikasi di Taman M. Walk dan Taman Teladan adalah Bipolaris sp.,

Pestalotiopsis palmarum, dan Curvularia spp.

2. Jamur yang pertumbuhannya paling luas hingga terendah pada media PDA

berturut-turut adalah Curvularia spp., Pestalotiopsis palmarum, Fusarium sp.

dan Bipolaris sp.

3. Jamur saprofit yang diidentifikasi di Taman A. Yani, Taman G. Mada dan

Taman Teladan adalah Aspergillus niger dan Penicillium, sedangkan pada

Taman M. Walk adalah Aspergillus niger dan Verticillium tenerum.

Saran

Perlu dilakukan pembudidayaan yang lebih baik dalam merawat tanaman

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Alexopoulos dan Mims, 1979. Introductory Mycology. Third Edition, Published simultaneously in Canada.

Alexopoulos, J. C. dan Charles, W. M., 1979. Introductory Mycology 3rd Edition. John wiley & sons, New York.

Bappenas., 2012. Palem. Diunduh dari

Maret 2012.

Barnett, H. L. 1972. Illustrated Genera of Imperfect Fungi. Burgess Publishing Company, West Virginia.

Djaenuddin, N. 2011. Bioekologi Penyakit Layu Fusarium Fusarium oxysporum. Seminar dan Pertemuan Tahunan XXI PFI Komda Sulawesi Selatan dan Dinas Perkebunan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Hlm. 67.

Deptan, 2010. Pengenalan dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) pada Tanaman Rhapis (Rhapis excelsea). Diunduh dari

Deptan, 2012. Bercak kelabu. Diunduh dari

Maret 2012.

Eduardo, 2009. Observaciones Sobre El Tizon Foliar De Las Palmeras, Causado Por Bipolaris Incurvata (Fungi, Pleosporaceae) En Panama. Diakses da

Ellis, D., Davis, S., Alexiou, H., Handke, R., dan Bartley R. 2007. Description of medical Fungi. School of Moleculer & Biomedical Science University of Adelaide, Australia.

Gandjar, I., Robert, A. S., Karin, V., Ariyanti, O., Iman, S. 1999. Pengenalan Kapang Tropik Umum. Universitas Indonesia, Depok.

Kusnadi, 2013. Buku Saku Biologi SMA. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

(54)

Modesto dan Fenille, 2004. Controle Químico Da Helmintosporiose (Bipolaris Incurvata) Em Coqueiro Cultivar ‘Anão-Verde’ Em Condições De Campo1. Rev. Bras. Frutic., Jaboticabal - SP, v. 26, n. 2, p. 354-355.

National Plant Quarantine Service, 2004. Illustrated Manual on Identification of Seed-Borne Fungi. Anyang, Korea.

Nazaruddin, S. A., 1997. Palem Hias. Penebar Swadaya. Jakarta

Noverita, D. Fitria, dan E. Sinaga, 2009. Isolasi dan Uji Aktivitas Antibakteri Jamur Endofit dari Daun dan Rimpang Zingiber ottensii. Universitas Nasional, Jakarta.

Nurmailah, ES. 1999. Teknik Pengadaan dan Produksi Bibit Koleksi Tanaman Palem di Kebun Raya Bogor. IPB-Press, Bogor.

Pitta, G.B.P., Cardoso, R.M.G., Cardoso, E.J.B.N. 1990.Doenças das plantas ornamentais, São Paulo: Instituto Brasileiro do Livro Científico. 186p.

Russomanno, O.M.R., dan Kruppa, P.C. 2007. Divulgação Técnicadoenças Fúngicas Em Palmeiras Ornamentais. Instituto Biológico, Centro de Pesquisa e Desenvolvimento de Sanidade Vegetal, Instituto Biológico, Av. Cons. Rodrigues Alves, 1252, CEP-04014-002, São Paulo, SP, Brasil.

Siadari, M. H

Schuster J., 2012. Pestalotiopsis Blight. University of Illinois at Urbana, Champaign.

Semangun, H. 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

___________. 2008.Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia (Edisi kedua). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Sewake, K. T., dan Uchida J. Y., 2012. Diseases of Heliconia in Hawaii. Associate County Extension Agent and Associate Professor of Plant Pathology respectively,University of Hawaii, CTAHR.

Siagian, J. A. M., 2002. Identifikasi Bakteri Patogen Rhizosfer pada Palem Raja (Roystonea elata Bartr.). IPB-Press, Bogor.

(55)

Sunanto, 2002. Hama dan Penyakit Tanaman Perkebunan. Kanisius. Jakarta

Sutarman, Achmad dan Soetrisno H. 2001. Penyakit Hawar Daun Jarum Bibit Pinus Merkusii Di Pesemaian (Needles Blight Disease Of Pinus Merkusii Seedlings On Nursery). Diunduh dari images.soemarno.multiply.multiplycontent.com/.../J-Sutarman.doc?,

pada tanggal 28 maret 2012.

Steenis, C.G.J.V. 1975. Flora. PT Paradiya Paramita. Jakarta.

Uchida Janice Y

.

,2012. Bipolaris incurvata. University of Hawaii, CTAHR.

(56)

Lampiran 1. Jamur Saprofit yang teridentifikasi

(a) (b)

(c) (d) Gambar. Aspergillus niger

A. niger di media PDA (a) tampak atas (b) tampak bawah (c) dan (d) A. niger (perbesaran 400x)

(57)

(c) (d)

(e) (f)

Gambar. Penicillium sp.

Penicillium sp. Di media PDA (a)tampak atas (b)tampak bawah (c ), (d) dan (e) dan (f) Penicillium sp. (perbesaran 400x)

(a) (b)

(58)

(c) (d)

Gambar. Verticillium tenerum

(59)

Lampiran 2. GPS Setiap Taman

Taman A. Yani (Lokasi 1)

(60)

Taman M. Walk (Lokasi 3)

(61)

Lampiran 3. Tabel Suhu dan Kelembaban udara

a. Tiap Taman Kota

Lokasi Waktu Suhu Kelembaban

Taman A. Yani Pagi Out: 29,0°C 69%

Waktu Suhu Kelembaban

Pagi Out: 30,0°C 65 %

In : 30,8°C

Sore Out : 29,1°C 69%

(62)

Lampiran 4 Foto Taman

(63)
(64)
(65)
(66)

Taman Teladan (Lokasi 4)

Gambar

Gambar 1. Tanaman Palem Raja
Gambar 2. Bipolaris sp.
Gambar 3. Gejala serangan B. spicifera Sumber. http://www.extento.hawaii.edu
Gambar 4. Curvularia spp.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bakteri endofit diisolasi dari batang, daun, akar dari tanaman yang sehat sedangkan jamur patogen diisolasi dari semangka yang terinfeksi anthraknos.. Uji antagonis

Jenis-jenis jamur yang menyerang daun Araceae belum banyak diketahui dan di Bandar Lampung belum banyak dilakukan penelitian mengenai keanekaragaman jamur pada daun

Jamur patogen pada buah jeruk yang terdapat di pasar tradisional terutama jamur yang tidak berasal dari lapangan lebih banyak jenis dan lebih tinggi persentasenya daripada jeruk

Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura (2006) melaporkan bahwa gejala serangan dari patogen ini adalah tanaman layu, daun menguning mulai dari daun bagian bawah merambat

1) Terdapat 4 spesies jamur patogen penyebab penyakit busuk batang tanaman buah naga merah di Desa Banuroja yaitu jamur Fusarium sp., Cladosporium sp., Geotrichum sp.,

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja jenis jamur makro yang terdapat di Blok Koleksi Kawasan Taman Hutan Raya Bung Hatta Kota Padang Sumatera Barat.

Uji Antagonisme Jamur Patogen Phytophthora infestans Penyebab Penyakit Busuk Daun dan Umbi Tanaman Kentang Dengan Menggunakan Trichoderma spp..

Bakteri endofit diisolasi dari batang, daun, akar dari tanaman yang sehat sedangkan jamur patogen diisolasi dari semangka yang terinfeksi anthraknos.. Uji antagonis