INVENTARISASI JAMUR PENYEBAB PENYAKIT DAUN
PALEM RAJA (Roystonea elata Bartr.)
TAMAN KOTA MEDAN
SKRIPSI
OLEH :
SARAH VALENTINA N. 080302033
HPT
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
INVENTARISASI JAMUR PENYEBAB PENYAKIT DAUN
PALEM RAJA (Roystonea elata Bartr.)
TAMAN KOTA MEDAN
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di
ABSTRACT
Sarah Valentina N. 2013. Inventarization fungus which is caused diseases on leaf Roystonea elata Bartr. in Medan city garden. Guided by Mukhtar Iskandar Pinem and Lahmuddin Lubis. The research aim to know and to inventary fungus that caused leaf Roystonea elata Bartr. disesases in Medan city garden. The research conducted at Laboratory of Plant Pathology Faculty of Agriculture, University of North Sumatera with altitude ±25 m asl. This research using survey method. The Result of this research showed that fungus caused leaf Roystonea elata Bartr. diseases which in A. Yani garden’s and G. Mada garden’s is Bipolaris sp., Pestalotiopsis palmarum, Curvularia spp., Fusarium sp. whereas Roystonea elata Bartr. which in M. Walk garden’s and Teladan garden’s is Bipolaris sp., Pestalotiopsis palmarum, Curvularia spp.
ABSTRAK
Sarah Valentina N. 2013. Inventarisasi jamur penyebab penyakit daun palem raja (Roystonea elata Bartr.) Taman Kota Medan. Di bawah bimbingan Mukhtar Iskandar Pinem dan Lahmuddin Lubis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menginventarisasi jamur penyebab penyakit pada daun palem raja (Roystonea elata Bartr.) Taman Kota Medan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl. Hasil penelitian didapat jamur yang menyebabkan penyakit pada daun palem raja di taman A. yani dan taman G. Mada adalah Bipolaris sp., Pestalotiopsis palmarum, Curvularia spp., Fusarium sp. sedangkan untuk daun palem raja di taman M. Walk dan taman Teladan adalah Bipolaris sp., Pestalotiopsis palmarum, Curvularia spp.
RIWAYAT HIDUP
Sarah Valentina N lahir pada 17 Desember 1989 di Lubuk Pakam,
Sumatera Utara. Merupakan anak pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak
Marojahan Nainggolan dan Ibu Udur Pakpahan.
Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :
− Lulus dari SD RK 2 Lubuk Pakam pada tahun 2001
− Lulus dari SMP RK Lubuk Pakam pada tahun 2004
− Lulus dari SMA Negeri 2 Lubuk Pakam pada tahun 2007
− Tahun 2008 diterima di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan,
Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan melalui jalur UMB.
Semasa kuliah penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan yakni
menjadi anggota Ikatan Mahasiswa Perlindungan Tanaman (IMAPTAN)
(2008-2013). Penulis juga pernah menjadi asisten laboratorium pada beberapa
praktikum yaitu, Dasar Perlindungan Tanaman Sub-Hama (2012), Pengelolaan
Hama dan Penyakit Terpadu (2012), Pestisida dan Teknik Aplikasi (2012) dan
Hama dan Penyakit Tanaman Perkebunan Sub-Hama (2012). Penulis melakukan
Praktik Kerja Lapangan (PKL) di PTPN IV Air Batu pada tahun 2011 dan
melaksanakan penelitian di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun
judul dari skripsi ini adalah “Inventarisasi Jamur Penyebab Penyakit Daun Palem
Raja (Roystonea elata Bartr.) Taman Kota Medan”, yang merupakan salah satu
syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Program Studi
Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada komisi
pembimbing Bapak Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M.Agr. selaku ketua dan Bapak
Ir. Lahmuddin, MP selaku anggota, yang telah banyak memberikan bimbingan
dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan
banyak terima kasih.
Medan, September 2013
DAFTAR ISI
Bercak Cokelat Helminthosporium spiciferum (Baimer) Nicot Biologi patogen ... 7Gejala serangan ... 9
Faktor yang mempengaruhi Penyakit... 11
Bercak Cokelat Curvularia spp. Biologi patogen ... 11
Gejala serangan ... 13
Faktor yang mempengaruhi Penyakit... 14
Bercak Kelabu (Pestalotiopsis palmarum) (Cooke) Steyaert Biologi patogen ... 14
Gejala serangan ... 16
Faktor yang mempengaruhi ... 17
Penyakit layu (Fusarium oxysporum Schlecht.) Biologi patogen ... 18
Gejala serangan ... 19
Faktor yang mempengaruhi ... 20
BAHAN DAN METODE
Tempat dan waktu penelitian ... 22
Bahan dan alat ... 22
Metode penelitian ... 22
Pelaksanaan penelitian ... 23
Pemilihan lokasi taman ... 23
Penetapan sampel tanaman ... 23
Isolasi jamur ... 24
Identifikasi jamur ... 24
Peubah amatan ... 24
Gejala serangan yang terjadi pada tanaman palem di lapangan .. 24
Pengamatan jamur secara mikroskopis ... 25
Pengamatan jamur penyebab penyakit secara makroskopis ... 25
Jamur endofit yag ikut terdapat pada daun palem ... 25
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan jamur secara mikroskopis ... 26
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
DAFTAR GAMBAR
5. Gejala bercak cokelat Curvularia pada daun kelapa ... 14
6. Konidia Pestalotiopsis palmarum ... 15
7. Gejala serangan Pestalotiopsis palmarum pada daun kelapa ... 17
8. Fusarium oxysporum ... 19
9. Gejala Serangan Fusarium sp. pada pohon kelapa sawit ... 19
10. Gejala serangan Pestalotiopsis palmarum ... 27
11. Konidia Pestalotiopsis palmarum ... 28
12. Gejala Serangan Bipolaris sp. ... 28
13. Gejala serangan Curvularia maculans ... 29
14. Konidia Bipolaris sp ... 29
15. Curvularia spp.. ... 30
16. Gejala Serangan Fusarium sp.. ... 31
17. Mikrokonidia Fusarium sp.. ... 32
18. Makrokonidia Fusarium sp.. ... 32
19. Klamidospora Fusarium sp. ... 32
20. Pestalotiopsis palmarum pada media PDA ... 34
21. Bipolaris sp. pada media PDA ... 35
22. Curvularia spp. Pada media PDA ... 35
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1. Foto Jamur Saprofit yang ditemukan ... 42
2. GPS setiap taman ... 45
3. Tabel Suhu dan Kelembaban udara... 47
ABSTRACT
Sarah Valentina N. 2013. Inventarization fungus which is caused diseases on leaf Roystonea elata Bartr. in Medan city garden. Guided by Mukhtar Iskandar Pinem and Lahmuddin Lubis. The research aim to know and to inventary fungus that caused leaf Roystonea elata Bartr. disesases in Medan city garden. The research conducted at Laboratory of Plant Pathology Faculty of Agriculture, University of North Sumatera with altitude ±25 m asl. This research using survey method. The Result of this research showed that fungus caused leaf Roystonea elata Bartr. diseases which in A. Yani garden’s and G. Mada garden’s is Bipolaris sp., Pestalotiopsis palmarum, Curvularia spp., Fusarium sp. whereas Roystonea elata Bartr. which in M. Walk garden’s and Teladan garden’s is Bipolaris sp., Pestalotiopsis palmarum, Curvularia spp.
ABSTRAK
Sarah Valentina N. 2013. Inventarisasi jamur penyebab penyakit daun palem raja (Roystonea elata Bartr.) Taman Kota Medan. Di bawah bimbingan Mukhtar Iskandar Pinem dan Lahmuddin Lubis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menginventarisasi jamur penyebab penyakit pada daun palem raja (Roystonea elata Bartr.) Taman Kota Medan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl. Hasil penelitian didapat jamur yang menyebabkan penyakit pada daun palem raja di taman A. yani dan taman G. Mada adalah Bipolaris sp., Pestalotiopsis palmarum, Curvularia spp., Fusarium sp. sedangkan untuk daun palem raja di taman M. Walk dan taman Teladan adalah Bipolaris sp., Pestalotiopsis palmarum, Curvularia spp.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman hias sebagai salah satu barang kebutuhan tersier mengalami
peningkatan permintaan seiring dengan timbulnya kebutuhan terhadap hal yang
dapat memberikan kesegaran dan kenyamanan manusia. Di dalam negeri, potensi
kebutuhan akan tanaman hias tersebut belum merata sehingga potensi pasar yang
cukup besar itu baru berkisar di kota-kota besar saja, seperti Jakarta, Bandung,
Medan, Surabaya, Malang, Denpasar dan Ujung Pandang. Untuk memenuhi
permintaan tanaman hias yang sangat beragam, tanaman hias kadang – kadang
harus didatangkan dari tempat lain yang kadang jaraknya cukup jauh dari tempat
yang membutuhkan (Siagian, 2002).
Selain untuk memenuhi permintaan dalam negeri, usaha tanaman hias
banyak dilakukan karena memiliki prospek pasar luar negeri yang cukup baik,
sehingga berpotensi besar untuk meningkatkan devisa negara. Hal itu berkaitan
dengan usaha pemerintah untuk mengurangi ketergantungan negara terhadap
minyak dan gas bumi dengan cara meningkatkan ekspor non migas. Permintaan
tanaman hias khas tropis dibeberapa negara Korea Selatan dan Jepang selalu
meningkat dari tahun ke tahun. Tanaman hias yang banyak diminati antara lain
Aglonema (sri rejeki), Ananas (nanas hias), puring, pakis, Dieffenbachia,
Dracaena, Ficus, dan palem (BPS, 2001).
Palem (Palmae) merupakan kelompok tanaman yang sangat menarik
baik dari segi ilmu tumbuh-tumbuhan maupun dari segi keindahan bentuk,
sebagai salah satu tanaman hias yang banyak diminati. Banyak jenis palem yang
sudah dimanfaatkan untuk tanaman hias jalan maupun taman, misalnya Palem
kipas (Livistona chinensis) , Palem wregu (Raphis excels) dan Palem raja
(Roystonea elata) yang mempunyai harga yang cukup tinggi (Siagian, 2002).
Banyak faktor yang menjadi masalah dalam budidaya tanaman palem.
Salah satunya adalah tingkat ketahanan tanaman terhadap serangan penyakit.
Beberapa penyakit yang ditularkan melalui tanah atau udara diketahui
mempunyai tingkat serangan yang sangat merugikan. Pengetahuan petani
tanamam hias tentang penyakit tanaman hias, kususnya Palem masih sangat
kurang. Hal ini disebabkan tidak tersedianya informasi macam penyakit Palem di
Indonesia (Semangun, 2000). Sebaliknya, kecenderungan permintaan tanaman
palem di Indonesia semakin meningkat khususnya juga terjadi di Sumatera untuk
taman kota.
Sebagai salah satu tanaman hias yang selalu mengisi ruang lingkup taman
kota Medan, petugas taman kota Medan banyak mengeluhkan kendala dalam
proses budidaya. Salah satu kendalanya adalah tingginya serangan penyakit.
Namun informasi tentang jenis-jenis jamur apa saja yang menginfeksi palem di
daerah ini belum ada. Padahal informasi ini sangat penting agar didapat cara
metode pengendalian yang tepat. Oleh karena itu dilakukan penelitian ini yang
bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis penyakit yang disebabkan oleh jamur di
Taman Kota Medan sehingga diharapkan dengan diketahuinya jenis-jenis jamur
penyebab penyakit yang menyerang tanaman palem baik petani maupun petugas
taman kota Medan dapat mengetahui tindakan pengendalian yang lebih efektif dan
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi jamur-jamur penyebab
penyakit daun pada palem raja (Roystonea elata Bartr.) di taman di kota Medan.
Hipotesa Penelitian
Terdapat beberapa jamur penyebab penyakit pada daun palem raja
(Roystonea elata Bartr.) dibeberapa taman kota Medan.
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program
Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,
Medan.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Palem
Menurut Steenis (1975), adapun klasifikasi dari tanaman palem raja
(Roystonea elata Bartr.) adalah sebagai berikut
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Ordo : Arecales
Family : Arecaceae
Genus : Roystonea
Species : Roystonea elata (Bartram) F. Harper (syn. R. regia) Kunth
Palem merupakan tumbuhan monokotil (berkeping satu) yang berbatang
tunggal maupun berumpun. Tinggi batangnya sangat bervariasi dan ada
yang mencapai 100 meter. Berdasarkan tinggi batang, palem dapat digolongkan
sebagai palem yang berupa pohon tinggi lebih dari 10 meter, pohon sedang
(2-10 meter) maupun semak kurang dari 2 meter (Gambar 1). Batang palem
ada yang tumbuh tegak ada pula yang merambat pada pohon lain sebagai liana
bentuk yang demikian terutama dari spesies-spesies Hyphaena dan Dypsis
Gambar 1. Tanaman Palem Raja
Sumber
Palem memiliki akar serabut yang pendek dan tumbuh menyebar tidak jauh
dari tanama
bercabang tetapi biasanya tumbuh banyak dan masif (padat). Meskipun pendek,
akar palem ini mampu menyangga dengan kuatnya batang yang tumbuh tegak
(Nazaruddin, 1997).
Daun palem menyirip (palem menyirip) dengan pelepah daun atau pangkal
tangkai daun yang melebar. Karangan bunga (tongkol bunga) kerap kali pada
ketiak daun, kadang-kadang terminal, yang muda kerap kali keseluruhannya
dikelilingi oleh satu seludang atau lebih. Bunga duduk pada cabang yang
berdaging tebal atau kerap kali tenggelam didalamnya, berkelamin 1, jarang
berkelamin 2, kerapkali banyak menghasilkan madu. Buah buni atau buah batu,
kadang-kadang tiap daun buah tumbuh terpisah menjadi sebuah yang berbiji.
(Steenis,1975).
Genus Roystonea memiliki empat spesies, yaitu : R. elata (Florida), R. regia
(Kuba), R. borinquena (Puerto Rico) dan R. oleracea (Karibia). Pada R. elata
panjang daripada R. regia, dan tumbuh didataran rendah. Batang R. regia berkisar
antara 15 – 25 meter, tandan bunga lebih pendek, buah berbentuk lonjong dan
biasanya tumbuh di dataran tinggi. Palem yang banyak tumbuh di dataran Puerto
Rico hampir sama dengan R. regia, namun batang lebih pendek dan daun serta
anak daun lebih pendek. Pada R. borinquena, benih bewarna coklat kekuningan
(Currach, 1970 dalam Nurmailah 1999).
Syarat Tumbuh
Palem memerlukan suhu rata-rata tahunan 25-17°C, curah hujan 2000 mm –
2500 mm pertahun dengan rata-rata hujan turun 120 – 140 hari dalam setahun dan
kelembaban relatif 80%. Untuk pertumbuhan palem juga memerlukan cahaya, dan
cahaya yang sampai kedasar hutan berbeda-beda sehingga menjadi ciri tersendiri
untuk menentukan pertumbuhan suatu spesies palem (Siregar, 2005).
Palem dapat tumbuh dengan baik pada tipe tanah yang berpasir,
tanah gambut, tanaha kapur, dan tanah berbatu. Palem juga dapat tumbuh
pada berbagai kemiringan dari tanah datar, tanah berbukit, dan belereng terjal
(Witono, et al., 2000).
Jamur penyebab penyakit pada tanaman palem
Penyakit-Penyakit Tanaman Palem
Seperti halnya pada tanaman lain, tanaman palem tidak lepas dari serangan
penyakit. Adanya penyakit pada tanaman tersebut akan bersifat merugikan karena
dapat mengurangi nilai estetika dari tanaman sehingga perlu adanya pengendalian
Bercak Daun
Penyebab bercak daun adalah jamur Fusarium sp., Pestalotia sp.,
Gloesporium sp. dan lain-lain.Gejala serangan pada daun tua atau muda terdapat
bercak berbagai bentuk berwarna kuning atau hijau yang akan menghilang.
Bercak ini meninggalkan bekas terang berwarna hitam, abu-abu dan coklat.
Bagian tersebut kemudian kering. Serangan berat seluruh tajuk kering dan daun
menutup. Buah akan rontok (Deptan, 2010).
Layu pucuk
Layu pucuk dapat disebabkan oleh jamur Thielaviopsis sp.,
Botrydiploidia sp., Fusarium sp., Chlaraopsis sp., Erwinia sp., dan
Pseudomonas sp.. Gejala pada tanaman palem yang mengalami layu pucuk
adalah daun mahkota layu secara tiba-tiba, daun menjadi kusam, pelepah
daun bergantungan dan gugur. Kematian terjadi dengan cepat (1-3 bulan)
(Bappenas, 2012).
Penyakit Akar
Penyebab jamur parasit dan nematoda. Perubahan yang terjadi pada daun,
ujung daun mengkerut dan kering. Gejalanya dapat menyebar ke pangkal daun.
(Bappenas, 2012).
Patogen Penyebab Penyakit
1. Bercak Cokelat Helminthosporium spiciferum (Baimer) Nicot
Biologi Patogen
Penyakit bercak cokelat pada daun tanaman palem raja (Roystonea elata)
Adapun taksonomi dari jamur Helminthosporium spiciferum (Baimer) Nicot
menurut Alexopoulos dan Charles (1979) adalah sebagai berikut,
Kingdom : Mycetea
Species :Helminthosporium spiciferum (Baimer) Nicot (Bipolaris spicifera)
Genus Bipolaris terdiri dari 45 spesies yang sebagian besar di daerah
subtropis dan menjadi parasit tanaman di daerah tropis. Namun beberapa
spesies, terutama B. australiensis, B. hawaiiensis, dan B. spicifera menjadi
patogen bagi manusia (Ellis, et al., 2007).
Koloni yang sedang berkembang pesat, yang akan mengeluarkan warna
abu-abu sampai coklat kehitaman. Morfologi mikroskopis menunjukkan
perkembangan pucuk dari konidia berpigmen coklat pucat, mempunyai
pseudoseptate pada genicula. Konidia diproduksi melalui pori-pori pada dinding
konidiofor (poroconidia), fusiform ellipsoid, pada kedua ujungnya bulat, halus
kasar, berkecambah hanya dari ujung-ujung (bipolar) (Ellis, et al., 2007).
Soliter atau dalam kelompok kecil, lurus atau bergelombang, pucat untuk
Gambar 2. Bipolaris sp.
Sumber. http://www.ijpmonline.org/viewimage.asp
Konidia lurus atau melengkung, lonjong dengan ujung bulat, kecoklatan, lembut,
20 – 35 x 7 – 13 µm. Konidia kadang berkecambah oleh bibit dari satu ujung dan
dari ujung konidiaspora yang lain. Pada medium kultur konidia bervariasi dalam
ukuran dan warna.(National Plant Quarantine Service, 2004).
Konidia dari jamur Bipolaris sp. ini memiliki viabilitas yang tinggi, dapat
berkecambah dalam jangka panjang. Menurut Fagan (1987), 43% konidia
berkecambah 90 hari setelah produksi, 62% berkecambah 59 hari dan 90%
berkecambah 24 hari, perkecambahan tinggi dapat diekstrapolasi dengan
kondisi dilapangan, dimana dari konidia dapat berkecambah pada daun tanaman
dari pohon sampai tiga bulan, memberikan kerusakan kecil pada daun tua
(Brown, 1975 dalam Modesto dan Fenille, 2004).
Di Panama, pengamatan lapangan menunjukkan bahwa spesies pohon
palem hias Roystonea regia, Washington robusta, Washington dan Pritc Hardia
sangat rentan terhadap serangan B. incurvata, terutama pada tanaman muda
dibawah 3 tahun. Spesies ini telah telah menghancurkan pembibitan palem di
Gejala Serangan
B. spicifera menyebabkan bintik-bintik pada daun dan daun membusuk
besar disebut dengan hawar. Penyakit ini dimulai dari adanya noda bintik-bintik
kecil. Jamur terus tumbuh dan membesar di dalam jaringan daun. Setelah dua
minggu rata-rata diameter bintik-bintik 9,5-3,5 mm, bentuknya oval atau
tidak teratur dan menguning. Bintik-bintik coklat muda dengan tepi yang lebih
gelap (Gambar 3). Sebagai jaringan yang sakit, lubang terbentuk, daun melepuh
merupakan gejala yang tidak biasa juga terbentuk pada permukaan bawah daun
dalam cuaca basah. Tangkai selubung dan daun pelindung bunga juga terlihat
dengan warna coklat redup untuk bintik keunguan-merah. Pada daun muda
menghasilkan daun yang cacat dan untuk daun dewasa kelihatan suram. Pada
tahap lanjut, penyakit ini akan membuat daun menjadi tidak beraturan dan
berwarna coklat (Sewake dan Uchida, 2012).
Gambar 3. Gejala serangan B. spicifera Sumber
Jamur B. spicifera menyebabkan lesi daun bulat atau oval. Awalnya
Untuk gabungan yang menjadi satu tempat akan menyebabkan daun menjadi
kering dapat membunuh bibit (Pitta, et al., 1990).
Dalam pembibitan merekomendasikan penghapusan dan penghancuran
tanaman yang terserang, untuk menghilangkan sumber inokulum di tanaman
dewasa, pemangkasan daun yang terkena, diikuti oleh penarikan dari lokasi tanam
yang sama, juga menghilangkan sumber inokulum dan menginfestasikan tanaman
yang sehat (Russomanno dan Kruppa, 2007).
Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit
Jamur B. spicifera ini menghasilkan spora di permukaan daun tanaman
palem. Produksi ratusan konidiofor yang muncul dari kulit daun kelapa. Disertai
dengan kelembaban tinggi atau kelembaban yang berkesinambungan dalam
pembentukan spora oleh konidiofor. Suhu yang lebih rendah (20°C)
mendukung pembentukan spora sementara pada suhu yang lebih tinggi (31°C)
meyebabkan pertumbuhan spora yang tidak optimal atau tidak kondusif
(Uchida, 2012).
Kelembaban terus-menerus selama minimal 24 jam, spora jamur ini
diproduksi pada permukaan jaringan yang sakit. Angin dan percikan spora
bergerak pada air di daun permukaan yang sehat. Gerakan daun dan kontak
dengan daun yang sakit selama operasi lapangan juga mengganggu tanaman,
menyebabkan pemencaran spora. Mengingat kelembaban spora berkecambah
menembus permukaan daun, dan memulai bercak baru. Spora bipolaris bewarna
gelap dengan memiliki dinding yang menebal, menjadi karakteristik yang
membantu kelangsungan hidup jamur. Hewan dapat membawa sporangia, baik
2. Bercak Cokelat Curvularia spp.
Biologi Patogen
Menurut Alexopoulos dan Charles (1979), klasifikasi dari patogen
penyebab penyakit bercak cokelat adalah :
Kingdom : Mycetea
Divisio : Myxomiceta
Sub-divisio : Deutromycotina
Class : Deutromycetes
Ordo : Pleosporales
Family : Pleosporaceae
Genus : Curvularia
Species : Curvularia spp.
Didalam laboratorium koloni Curvularia spp. tumbuh bewarna kecoklatan
sampai dengan kehitaman dan berfilamen. Konidia bewarna gelap, berdinding
tipis, dan mempunyai ukuran (lebar sampai 14 µm dan panjang sampai 35 µm),
dengan sejumlah septa yang berbeda sesuai dengan spesiesnya. Sebagai sel pusat
konidia lebih besar dan lebih gelap daripada yang lainnya (Gambar 4). Konidia
mempunyai karakteristik seperti kurva atau tikungan yang jelas dengan usia yang
Gambar 4. Curvularia spp.
Sumber
Jumlah septa di konidia, bentuk konidia (lurus atau melengkung), warna
dari konidia (gelap atau coklat pucat), keberadaan tengah septa gelap, dan
keunggulan pola pertumbuhan geniculate adalah fitur mikroskopis utama yang
membantu dalam diferensiasi Curvularia spp. antara satu sama lain. Misalnya,
konidia Curvularia lunata memiliki 3 septa dan 4 sel, sedangkan yang Curvularia
geniculata kebanyakan memiliki 4 septa dan 5 sel (Boedijn, 1933).
Gejala Serangan
Mula-mula pada daun yang baru saja membuka terjadi bercak kecil bulat,
bewarna kuning (Gambar 5). Bercak membesar dan warnanya berubah menjadi
cokelat tua. Pada waktu ini bercak berbentuk jorong atau memanjang.
Bercak-bercak dapat bersatu membentuk bercak besar yang bentuknya tidak
teratur, dengan pusat nekrotik (mati) bewarna cokelat tua atau cokelat kelabu
(Semangun, 2008).
Bercak cokelat yang disebabkan oleh masing-masing jamur ini
sulit dibedakan tanpa mempergunakan mikroskop. Tetapi pada umumnya
bercak cokelat karena Curvularia warnanya lebih muda (cokelat muda),
yang jelas. Dalam banyak kejadian banyak penyakit bercak cokelat
timbul bersama-sama dengan penyakit bercak kelabu (Pestalotipsis palmarum)
(Tey dan Chan, 1978 dalam Semangun, 2008).
Gambar 5. Gejala serangan Curvularia pada daun kelapa Sumber
Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit
Penyakit lebih banyak terdapat pada tanaman yang kurang baik
pertumbuhannya, misalnya karena tanah yang kurus, kekurangan atau kelebihan
air dan kekurangan hara tanaman. Di Sumatera Utara pada varietas yang rentan
penyakit dapat timbul dengan berat di kebun yang terletak di tanah hidromorfik
yang miskin, strukturnya jelek (lempung berat), dan air tanahnya tinggi,
sehingga kebun terendam air yang mengakibatkan kurangnya berkembang akar
(Suyoto, 1983 dalam Semangun, 2008).
3. Bercak Kelabu (Pestalotiopsis palmarum) (Cooke) Steyaert
Biologi Patogen
Penyakit bercak kelabu pada daun tanaman palem raja (Roystonea elata)
disebabkan oleh jamur Pestalotiopsis palmarum (Cooke) Steyaert. Adapun
taksonomi dari jamur Pestalotiopsis palmarum (Cooke) Steyaert menurut
Alexopoulos dan Mims, (1979) adalah sebagai berikut,
Divisio : Myxomiceta
Species : Pestalotiopsis palmarum (Cooke) Steyaert
Pestalotiopsis sp. merupakan penyakit yang disebabkan oleh jamur.
Penyakit ini menyerang dedaunan yang telah terluka atau melemah karena cuaca
yang kurang baik. Biasanya dedaunan yang akan mati adalah daun yang dekat
dengan pangkal tanaman dan daun yang paling rimbun. Penyakit ini biasanya
menyerang dimulai dari ujung daun dan berkembang kearah pangkal daun. Warna
daun berubah dari hijau menjadi kekuning-kuningan, kemudian ke coklat gelap
atau hampir hitam (Schuster, 2012).
Jamur ini memiliki konidium berbentuk kumparan, bersekat 4,
mempunyai 3 seta apical, berukuran 25-28 x 6-7,5 µm (Gambar 6). Merupakan
parasit lemah yang menginfeksi luka-luka. Spora jamur (konidium) dipencarkan
oleh angin. Untuk jarak dekat spora dapat terbawa oleh percikan air dan serangga
(Sumardiyono dan Triharso (1985) dalam Semangun, 2008).
Konidia berukuran 84.6-96.8 µm x 26.7-33.5 µm dan terdiri atas lima sel
yang berjajar. Biasanya jajaran sel lurus, kadang-kadang agak membentuk
lengkungan dengan salah satu ujungnya terbentuk setula. Tiga sel tengah (sel
urutan kedua sampai keempat yang dihitung mulai dari sel tempat setula
berpangkal) berwarna amber dengan dua sel (sel kedua dan ketiga) berwarna lebih
gelap dari sel keempat. Sel tengah (sel ketiga) berukuran \paling lebar
dibandingkan sel-sel lainnya. Sel terujung atau sel apikal (sel kesatu) hialin agak
memanjang atau menyempit ke ujung; sedang sel pangkal atau sel basal (sel
kelima) hialin agak silindrik. Setula hialin yang terletak di ujung sel apikal
berjumlah 2-3 dengan panjang 92,3-107,1 µm, posisinya agak melengkung;
setula tampaknya mudah lepas dari pangkalnya. Pedisel hialin terletak di ujung
sel basal (tampak seperti ekor konidia) dengan panjang 18,1-22,7 µm. Semua
bagian konidiospora yang hialin yaitu sel apikal, sel basal, dan setula mudah
berubah bentuk yaitu agak kisut bila disimpan lama (lebih dari 6 bulan)
(Sutarman, et al., 2001).
Gejala Serangan
Pada daun yang terserang timbul bintik kecil berwarna cokelat muda.
Bercak-bercak dapat bersatu, sehingga terjadi bercak cokelat besar. Apabila
terjadi serangan berat daun menjadi kering seperti terbakar. Pada bercak terdapat
bintik-bintik hitam yang merupakan badan buah (aservulus) dari cendawan
Gambar 7. Gejala serangan Pestalotiopsis palmarum pada daun kelapa Sumber. http://www.biodiversidadvirtual. Pestalotiopsis-palmarum.html
Timbul bercak-bercak yang tembus cahaya pada daun-daun dan kemudian
berubah warna menjadi coklat kekuning-kuningan sampai kelabu. Bagian yang
kelabu ini dikelilingi oleh tepi coklat tua. Bercak-bercak bersatu membentuk
bercak yang lebih besar yang terdapat bintik-bintik yang terdiri dari acervuli
cendawan. Berbeda dengan bercak daun yang disebabkan oleh jamur lain, bercak
karena Pestalotiopsis pada umumnya tidak dikelilingi oleh jamur klorotik (halo).
Bercak-bercak dapat bersatu sehingga terjadi bercak yang besar (Sunanto, 2002).
Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit
Penyakit ini lebih banyak terdapat pada tanaman yang kurang baik
pertumbuhannya, misalnya yang tumbuh di tanah yang kurus , kekurangan air dan
miskin unsur hara khususnya kalium. Sebaliknya kelebihan nitrogen pun
menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan (Sunanto, 2002).
4. Penyakit layu (Fusarium oxysporum Schlecht.)
Biologi Patogen
Menurut Alexopoulos dan Charles (1979), klasifikasi dari patogen
penyebab penyakit layu adalah :
Kingdom : Fungi
Kelas : Deuteromycetes
Ordo : Moniliales
Famili : Tuberculariaceae
Genus : Fusarium
Spesies : Fusarium oxysporum Schlecht.
Umumnya mikrokonidia tidak mempunyai sekat, tetapi ada diantaranya
yang bersekat 2, mempunyai ragam bentuk dan ukuran. Umumnya mikrokonidia
berbentuk ovoid-elips sampai silindris, lurus atau sedikit membengkok, dan
berukuran (5,0-12,0)×(2,2-3,5) µm dan terdapat dalam jumlah yang banyak
(Gambar 8). Konidiofor tidak bercabang atau fialid. Pada konidiofor ini terdapat
mikrokonidia dengan jumlah yang banyak dam membentuk pola melingkar
(Gandjar et al., 1999).
Pada beberapa strain jarang terdapat makrokonidia. Makrokonidia
terbentuk pada phialid, yang terdapat pada konidiofor bercabang atau dalam
sporodokhia. Makrokonidia bersepta 3-5, berbentuk fusiform, sedikit
membengkok, meruncing pada kedua ujungnya. Klamidospora terdapat dalam
hifa atau dalam konidia, berwarna hialin, berdinding halus atau agak kasar,
berbentuk semi bulat dengan diameter 5,0-15 µm (Gandjar et al., 1999).
Gejala Serangan
Fusarium sp. menyebabkan layu pada pohon palem. Tanda-tanda layu
adalah daun layu. Kehilangan kilau hijau daun dan akhirnya mati. Setelah pohon
terinfeksi, tidak ada obat yang dapat diberikan sehingga dianjurkan untuk
menebang tanaman yang telah terserang oleh penyakit ini (Toptropicals, 2013).
Gambar 9. Gejala Serangan Fusarium sp. pada pohon kelapa sawit Sumber. Toptropicals.com/html/img/disease.htm
Pada medium Potato Dextrose Agar (PDA) miselium mula-mula berwarna
putih, dalam keadaan tertentu berwarna merah muda agak ungu. Semua Fusarium
yang menyebabkan layu dan berada dalam pembuluh (vascular disease)
dikelompokkan dalam satu jenis (spesies), yaitu F. oxysporum Sclecht. Jenis ini
mempunyai banyak bentuk (forma) yang mengkhususkan diri pada jenis
tumbuhan tertentu (Djaenuddin, 2011)
Faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit
Penyakit yang disebabkan oleh jamur Fusarium yang jenisnya belum
dapat ditentukan. Jamur membentuk banyak konidium pada jaringan yang
terserang jika udara sangat lembab. Spora disebarkan oleh percikan air, baik
air hujan maupun air siraman, khususnya jika bibit diatur terlalu rapat
Jamur saprofit
Sebagai organisme saprofit, jamur hidup dari benda-benda atau
bahan-bahan organik mati. Saprofit menghancurkan sisa-sisa bahan-bahan tumbuhan dan
hewan yang kompleks menjadi bahan yang lebih sederhana. Hasil penguraian ini
kemudian dikembalikan ke tanah sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah
(Kusnadi,2013).
Keanekaragaman hayati secara tidak langsung berarti keanekaragaman
senyawa kimia. Kemampuan bertahan hidup dengan tingkat kompetisi yang tinggi
menyebabkan tanaman beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi.
Hal ini menyebabkan tanaman menghasilkan senyawa-senyawa yang unik secara
biologi dan strukturnya. Keanekaragaman yang tinggi menyebabkan saprofit juga
menghasilkan produk alami aktif yang lebih banyak. Saprofit di daerah tropis
dengan jumlah yang tinggi menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang aktif
dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan saprofit tanaman-tanaman
yang ada di daerah subtropis. Jadi tanaman inang mempengaruhi metabolisme
saprofitnya (Siadari, 2010).
Jamur saprofit yang dihasilkan dari tumbuhan inang dapat menghasilkan
jenis isolat yang berbeda-beda dan jumlah bervariasi. Isolasi jamur saprofit dari
bagian tanaman yang berbeda dari satu tumbuhan inang, mengandung jenis isolat
yang berbeda pula. Hal ini merupakan mekanisme adaptasi dari saprofit terhadap
mikroekologi dan kondisi fisiologis yang spesifik dari masing-masing tumbuhan
inang. Bahkan dari satu jaringan hidup suatu tumbuhan dapat diisolasi lebih dari 1
Kehadiran jenis saprofit dihubungkan dengan kondisi mikrohabitat
tanaman inang dan kecocokan genotip antara tanaman inang dan saprofit,
sehingga akan berpengaruh terhadap perbedaan dalam komposisi koloni saprofit
dan tingkat infeksi tanaman inang yang di tempati oleh jamur saprofit pada lokasi
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Taman Kota Ahmad Yani, Taman Lapangan
Merdeka, Taman Stadion Teladan, dan Taman Gajah Mada Medan dan di
Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
Medan dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl. Penelitian dilaksanakan pada bulan
Februari 2013 sampai dengan Agustus 2013 .
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah daun tanaman yang
terserang jamur pada beberapa jenis tanaman yang ada di Taman Ahmad Yani
Taman Lapangan Merdeka, Taman Stadion Teladan, Taman Gajah Mada Medan,
kertas koran, media PDA (Potato Dextrose Agar), alkohol 96%, methylene blue,
minyak imersi.
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah kamera, GPS, jarum
inokulasi, gelas ukur, oven, inkubator, autoclave, laminar air flow (LAF),
mikroskop compound Olympus CX21dan inkubator.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan cara
mengamati langsung di lapangan tanaman palem yang daunnya terserang
penyakit. Tanaman yang menunjukkan gejala terserang penyakit diambil
dimasukkan ke plastik transparan dan dibawa ke laboratorium untuk diisolasi dan
Pelaksanaan Penelitian
1. Pemilihan Lokasi Taman
Pemilihan lokasi taman berdasarkan keseragaman tanaman palem raja
yang terbanyak dan yang termasuk kedalam taman kota besar di kota Medan.
Setiap tanaman yang akan menjadi sampel didata satu persatu. Data – data
yang diambil yaitu lokasi taman, populasi tanaman di taman, umur tanaman,
perawatan tanaman.
2. Penetapan Sampel Tanaman
Sampel tanaman palem diambil dari empat lokasi yang berbeda, yaitu:
- Lokasi 1 : Taman Ahmad Yani
Kemudian sampel dimasukkan ke dalam kantong plastik transparan dan
diberi label tanggal dan lokasi pengambilan sampel. Selanjutnya sampel dibawa
ke laboratorium untuk di isolasi dan di identifikasi.
3. Pengamatan Jamur di Laboratorium
1. Pembuatan Potato Dextrose Agar (PDA)
PDA dehydrat diambil sebanyak 39 g dan dididihkan dalam 1 liter
ditutup dengan kapas steril dan ditutup lagi dengan menggunakan alumunium
foil. Kemudian disterilisasi di dalam autoclave selama ± 30 menit pada suhu
121-124 oC pada tekanan 2 atm. Setelah itu, PDA dikeluarkan dan dibiarkan
hingga dingin (10-20 oC), kemudian dituangkan ke dalam cawan petri.
2. Isolasi Jamur
Bagian daun yang terinfeksi diambil, kemudian dibersihkan dengan
menggunakan aquadest, dipotong persegi, lalu disterilkan dengan chlorox 0,1 %
selama ± 1-3 menit lalu potongan tersebut diambil dengan menggunakan pinset
dan dicuci dengan aquadesr dan dikeringanginkan di atas tissue steril. Selanjutnya
bagian tersebut dibiakkan dalam media PDA dan dibiarkan sampai miselium
jamur tumbuh pada media biakan tersebut. Lalu diisolasi kembali sampai di dapat
biakan murni dari tiap warna biakan untuk memperoleh biakan murni jamur yang
telah dibiakkan. Hal ini dilakukan berkali-kali sampai diperoleh biakan yang
benar-benar murni.
3. Identifikasi Jamur
Biakan murni jamur diamati di bawah mikroskop compound dengan
perbesaran 10×10, 10×20, 10×40 dan 10×100. Identifikasi dilakukan dengan
mengambil miselium jamur pada biakan murni dengan menggunakan selotip
kemudian diletakkan di atas objek glass yang sebelumnya telah ditetesi methylen
blue dan kemudian dilihat di mikroskop sesuai dengan perbesaran yang didapat.
Peubah Amatan
1. Gejala serangan yang terjadi pada tanaman palem di lapangan
Pengamatan gejala penyakit pada daun dengan mengamati secara visual
2. Pengamatan jamur secara mikroskopis
Pengamatan mikroskopis dilakukan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan
dengan mengidentifikasi jenis jamur dari biakan murni yang telah diisolasi dari
daun tanaman palem di lapangan. Identifikasi dilakukan berdasarkan buku
Barnett (1972). Pengamatan mikroskopis dengan mengamati ukuran dan bentuk
dari bagian-bagian jamur penyebab penyakit.
3. Pengamatan jamur penyebab penyakit secara makroskopis
Pengamatan makroskopis yaitu dengan cara melihat secara visual bentuk
dari biakan murni jamur tersebut meliputi, warna koloni, bentuk tepi koloni,
permukaan koloni dan pertumbuhan koloni di media PDA.
4. Jamur saprofit yang teridentifikasi pada daun palem raja di lapangan
Pengamatan jamur saprofit dilakukan dengan cara mengidentifikasi jenis
jamur dari biakan murni yang telah diisolasi dari daun tanaman palem dilapangan.
Identifikasi dilakukan berdasarkan buku Barnett (1972).
Data Pendukung
Sebagai data pendukung akan dilakukan pengamatan suhu taman,
pengamatan suhu dalam penyimpanan jamur di laboratorium, dan tanaman di
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Pengamatan jamur secara mikroskopis
Banyak jenis penyakit yang menyerang tanaman palem. Diantaranya penyakit
yang disebabkan oleh jamur atau cendawan. Dari hasil pengamatan gejala
penyakit oleh jamur yang menyerang tanaman palem di keempat taman sampel
a
Dari Tabel 1 terlihat di keempat lokasi pengambilan sampel daun tanaman
palem terdapat jamur Pestalotiopsis palmarum. Dari hasil pengamatan gejala
P. palmarum terdapat bercak kelabu pada daun. Bagian yang kelabu ini dikelilingi
oleh cokelat tua (Gambar 10). Pada daun yang terserang terjadi bercak-bercak
yang tembus cahaya, kering seperti terbakar. Bercak yang disebabkan
P. palmarum tidak dikelilingi oleh jalur klorotik (halo). Bercak-bercak dapat
bersatu sehingga membentuk bercak yang besar (Gambar 11). Deptan (2012)
menyatakan apabila terjadi serangan berat daun menjadi kering seperti terbakar
dan terdapat bintik-bintik hitam yang merupakan badan buah (aservulus) dari
cendawan.
Gambar 10. Gejala serangan Pestalotiopsis palmarum
(a) (b)
Gambar 11. (a) Gejala Serangan P. palmarum rusak ringan (b) Gejala serangan P. palmarum rusak parah
Dari hasil pengamatan mikroskopis diketahui bahwa konidium
apical (Gambar 12). Ukuran konidium ± 15-17 x 3-4 µm. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Sumardiyono dan Triharso (1985) dalam Semangun (2008) yang
menyatakan bahwa konidium jamur P. palmarum berbentuk kumparan, bersekat
4, mempunyai 3 seta (rambut) apical.
Gambar 12. Pestalotiopsis palmarum (perbesaran 400x)
(a) sel basal (b) sel apical dan (c) setula (rambut) apical
Dari Tabel 1 juga didapat gejala serangan jamur Bipolaris sp. Yang
terdapat diempat lokasi. Dari pengamatan gejala serangan jamur Bipolaris sp.
Pada daun terdapat bercak-bercak bulat memanjang kuning yang dikelilingi oleh
halo yang jelas (Gambar 13). Pada tingkat serangan berat bercak dapat bersatu dan
membentuk bercak yang besar.
a b
Penyakit bercak cokelat yang disebabkan oleh Bipolaris sp. ini hampir
sama dengan yang disebabkan oleh Curvularia maculans. Hanya saja pada
serangan jamur C. maculans, bercak pada daun lebih lebar yang juga dikelilingi
oleh halo yang jelas (Gambar 14). Pada tingkat serangan yang berat, bercak juga
dapat bersatu membentuk bercak yang besar.
Gambar 14. Gejala serangan C. maculans
Dari hasil pengamatan mikroskopis diketahui bahwa konidia Bipolaris sp.
lurus atau melengkung, lonjong dengan ujung bulat (Gambar 15). Mempunyai 2-4
distoseptate, dengan ukuran panjang ± 10-13 µm dan lebar ± 2-3 µm. Hal ini
sesuai dengan litaratur National Plant Quarantine Service (2004), yang
menyatakan bahwa konidia Bipolaris sp. lurus atau melengkung, lonjong dengan
ujung bulat.
Dari hasil pengamatan mikroskopis diketahui bahwa konidia
Curvularia spp. bersepta, hifa bewarna cokelat, mempunyai bentuk yang agak
membengkok pada bagian tengahnya (Gambar 16) dengan ukuran ± 22-25 µm
dan 8-11 µm. Hal ini sesuai dengan literatur Liu (2011) yang menyatakan Konidia
bewarna gelap, mempunyai ukuran (lebar sampai 14 µm dan panjang
sampai 35 µm), dimana sebagai sel pusat konidia lebih besar dan lebih gelap
daripada yang lainnya. Konidia mempunyai karakteristik seperti kurva atau
tikungan yang jelas dengan usia yang lebih tua.
Gambar 16. Curvularia spp. (perbesaran 400x)
Selain dari ketiga jamur yang ditemukan pada keempat lokasi taman, pada
lokasi 1 dan lokasi 2 (Taman A. Yani dan G. Mada) juga ditemukan jamur
Fusarium sp. yang menyebabkan daun tanaman palem menjadi layu, kehilangan
(a) (b) (c)
Gambar 17 : (a) dan (b) Gejala Serangan Fusarium sp. pada daun (c) Gejala Serangan Fusarium sp. pada pelepah daun
Dari hasil pengamatan mikroskopis Jamur Fusarium sp. mempunyai 2
jenis konidia yaitu, makrokonidia dan mikrokonidia. Makrokonidia berbentuk
memanjang dan membengkok dengan ujung yang meruncing bersel 3-6 dengan
ukuran ± 20-25 µm x 1,5-2,0 µm (Gambar 18). Sedangkan mikrokonidia
mempunyai ukuran ± 8-12 µm x 2-4 µm. Mikrokonidia rata-rata tidak
mempunyai sekat,tapi ada yang mempunyai dua sekat, berbentuk elips lurus atau
sedikit melengkung (Gambar 19). Mikrokonidia terdapat dalam jumlah yang
sangat banyak. Selain mikrokonidia, dari hasil pengamatan mikroskopis juga
dapat dilihat klamidospora (Gambar 20) yang berukuran ± 4-10 µm. Hal ini sesuai
dengan literatur Gandjar et al. (1999) yang menyatakan bahwa mikrokonidia
umumnya tidak mempunyai sekat tetapi ada yang bersekat dua, terdapat dalam
jumlah yang banyak sekali, berbentuk ovoid-elips sampai silindris, lurus atau
Gambar 20. Makrokonidia Fusarium sp. (Perbesaran 400x)
Gambar 19. Mikrokonidia Fusarium sp. (Perbesaran 400x) (a) Tanpa sekat (b) dua sekat
Gambar 20. Klamidospora Fusarium sp. (Perbesaran 400x) b
Fusarium sp. merupakan jamur yang menyebabkan gejala penyakit layu
Fusarium dimana tanaman menjadi layu dan daun bagian bawah menguning. Pada
Tabel 2. juga dapat dilihat bahwa warna miselium jamur ini adalah berwarna putih
dan tampak warna ungu muda pada saat tertentu. Hal tersebut di atas merupakan
ciri dari Fusarium sp. Hal ini sejalan dengan literatur Djaenuddin (2011) yang
menyatakan bahwa, semua Fusarium yang menyebabkan layu dan berada dalam
pembuluh (vascular disease) dikelompokkan dalam satu jenis (spesies), yaitu
F. oxysporum Sclecht. Pada medium Potato Dextrose Agar (PDA) miselium
mula-mula berwarna putih, dalam keadaan tertentu berwarna merah muda agak ungu.
Tabel 1 menunjukkan terdapat perbedaan jumlah jenis jamur yang didapat
pada keempat areal pertamanan yang menjadi lokasi pengambilan sampel pada
penelitian ini. Pada areal pertamanan di Taman A. Yani dan Taman G. Mada
(lokasi 1 dan lokasi 2) terdapat empat jenis jamur yaitu Bipolaris sp., P.
palmarum, Curvularia spp. dan Fusarium sp., sedangkan areal pertamanan di
Taman M. Walk dan Taman Teladan (lokasi 3 dan 4) terdapat tiga jenis jamur
yaitu Bipolaris sp., P. palmarum, dan Curvularia spp. Perbedaan jumlah jamur
yang menginfeksi palem dari ke-4 lokasi ini disebabkan oleh faktor fisik
lingkungan pada masing-masing areal pertanaman.
Keadaan fisik lingkungan sangat mempengaruhi keberadaan jamur pada
masing-masing areal pertamanan. Banyaknya populasi dan jenis tanaman yang
terdapat dalam satu taman mempengaruhi kelembaban yang terdapat dalam taman
tersebut. Jika populasi dan jenis tanaman lebih banyak dalam satu taman, maka
tanaman akan saling menutupi satu sama lain, sehingga mengurangi sinar
suhu dalam taman tersebutpun rendah dengan kelembaban yang lebih tinggi. Hal
inilah yang membuat jamur Fusarium sp. dapat berkembang di Taman A. Yani
dan Taman G. Mada.
Selain dari populasi dan jenis tanaman yang terdapat pada masing-masing
taman tersebut, jarak tanam sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan jamur
dilapangan. Jarak tanam yang jauh akan mengakibatkan suhu di taman tersebut
menjadi lebih tinggi disbanding dengan jarak tanam dekat. Suhu yang lebih tinggi
memungkinkan kurangnya pertumbuhan dan perkembangan jamur. Hal inilah
yang membuat jamur Fusarium sp. tidak berkembang di Taman M. Walk dan
Taman Teladan.
2. Pengamatan Jamur Penyebab Penyakit Secara Makroskopis
Tabel 2. Pengamatan jamur secara makroskopis
No Jenis Jamur Warna Koloni Bentuk Tepi Koloni
2 Bipolaris sp. Bagian atas koloni berwarna putih dan
3 Curvularia spp. Bagian atas koloni
putih dengan
Tabel 3. Pertumbuhan jamur pada media PDA
Jenis Jamur Luas pertumbuhan (cm2)
1hsi 2hsi 3hsi 4hsi 5hsi 6hsi 7hsi 8hsi
Dari Tabel 2 dapat dilihat warna, bentuk tepi dan permukaan koloni dari
masing-masing jamur pada media PDA. Untuk jamur Pestalotiopsis palmarum
dapat dilihat biakan murni bewarna putih yang lama kelamaan akan
muncul bintik-bintik hitam dengan bagian bawah bewarna kuning kecoklatan
(Gambar 21 ). Bentuk tepi koloni bulat kasar. Pertumbuhan Jamur P. palmarum
pada media PDA terlihat menutupi seluruh petridish pada hari kedelapan dengan
luas pertumbuhan 59,41 cm² (Tabel 3).
(a) (b)
Gambar 21. Pestalotiopsis palmarum pada media PDA (a) tampak atas (b) tampak bawah
Jamur Bipolaris sp. yang menyerang daun palem memilki warna koloni
putih pada bagian atas dan bewarna kekuning-kuningan pada bagian bawah koloni
bagian atas agak cembung (Gambar 22). Pertumbuhan jamur ini sangat lambat
dibandingkan dengan jamur lain yang didapat pada penelitian ini. dimana sampai
pada hari kedelapan petridish belum juga dipenuhi oleh koloni jamur ini .
Pertumbuhan jamur Bipolaris sp. pada hari kedua adalah 2,26 cm² dan pada hari
kedelapan adalah 12,56 cm² (Tabel 3).
(a) (b)
Gambar 22. Bipolaris sp. pada media PDA (a) tampak atas (b) tampak bawah
Jamur Curvularia spp. yang menyerang daun palem pada bagian atas
bewarna putih keabu-abuan pada media PDA dan bewarna coklat dengan
pertengahan keabu-abuan pada bagian bawah (Gambar 23). Dengan permukaan
seperti kapas dengan elevasi convex atau mencembung. Pertumbuhan jamur ini
merupakan pertumbuhan jamur yang tercepat diibanding dengan pertumbuhan
jamur-jamur yang lain pada penelitian ini. Luas pertumbuhan pertumbuhan jamur
(a) (b) Gambar 23. Curvularia spp. Pada media PDA
(a) Tampak atas (b) tampak bawah
Jamur Fusarium sp. yang meyerang daun dan pelepah daun palem
memiliki bentuk tepi koloni yang bulat rata dan permukaan koloni yang cukup
halus. Koloni jamur berwarna putih pada awalnya kemudian setelah beberapa hari
inkubasi koloni menjadi berwarna ungu mulai dari bagian tengah. Pada bagian
bawah tampak berwarna putih dan kemudian menjadi keruh setelelah beberapa
hari (Gambar 24). Pertumbuhan jamur Fusarium sp sampai pada hari ke delapan
adalah sebesar 46,11 cm2 (Tabel 3).
(a) (b)
3. Jamur saprofit teridentifikasi pada daun palem raja
Tabel 4. Jenis jamur saprofit yang teridentifikasi pada daun tanaman palem raja (Roystonea elata)
No Jenis Jamur terdapat di
Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa di kempat lokasi tempat pengambilan
sampel terdapat beberapa jenis jamur saprofit . Dimana pada Taman A. Yani,
Taman G. Mada dan Taman Teladan terdapat jenis jamur Aspergillus niger dan
Penicillium sp. sedangkan pada Taman M. Walk terdapat jenis jamur Aspergillus
niger dan Vertiicillium tenerum. Perbedaan jenis jamur saprofit yang terdapat
taman tersebut dikarenakan ada perbedaan mikrohabitat tanaman inang dan
kecocokan genotip antara tanaman inang dan endofit pada taman yang berbeda.
Hal ini sesuai dengan literatur Noverita et al.(2009) yang menyatakan bahwa
kehadiran jenis endofit dihubungkan dengan kondisi mikrohabitat tanaman inang
dan kecocokan genotip antara tanaman inang dan saprofit.
Dalam satu daun palem yang diidentifikasi di setiap taman kota dapat
menghasilkan lebih dari satu jamur saprofit. Hal ini merupakan mekanisme
adaptasi dari saprofit terhadap mikroekologi dan kondisi fisiologis yang
spesifik dari masing-masing tumbuhan inang. Hal ini sesuai dengan literatur
Noverita et al. (2009) yang menyatakan bahwa jamur saprofit yang dihasilkan
dari tumbuhan inang dapat menghasilkan jenis isolat yang berbeda-beda dan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Jamur yang diidentifikasi pada daun palem (Roystonea elata Bartr.)
di Taman A. Yani dan Taman G. Mada adalah sama yaitu Bipolaris sp.,
Pestalotiopsis palmarum, Curvularia spp. dan Fusarium sp., sedangkan yang
diidentifikasi di Taman M. Walk dan Taman Teladan adalah Bipolaris sp.,
Pestalotiopsis palmarum, dan Curvularia spp.
2. Jamur yang pertumbuhannya paling luas hingga terendah pada media PDA
berturut-turut adalah Curvularia spp., Pestalotiopsis palmarum, Fusarium sp.
dan Bipolaris sp.
3. Jamur saprofit yang diidentifikasi di Taman A. Yani, Taman G. Mada dan
Taman Teladan adalah Aspergillus niger dan Penicillium, sedangkan pada
Taman M. Walk adalah Aspergillus niger dan Verticillium tenerum.
Saran
Perlu dilakukan pembudidayaan yang lebih baik dalam merawat tanaman
DAFTAR PUSTAKA
Alexopoulos dan Mims, 1979. Introductory Mycology. Third Edition, Published simultaneously in Canada.
Alexopoulos, J. C. dan Charles, W. M., 1979. Introductory Mycology 3rd Edition. John wiley & sons, New York.
Bappenas., 2012. Palem. Diunduh dari
Maret 2012.
Barnett, H. L. 1972. Illustrated Genera of Imperfect Fungi. Burgess Publishing Company, West Virginia.
Djaenuddin, N. 2011. Bioekologi Penyakit Layu Fusarium Fusarium oxysporum. Seminar dan Pertemuan Tahunan XXI PFI Komda Sulawesi Selatan dan Dinas Perkebunan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Hlm. 67.
Deptan, 2010. Pengenalan dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) pada Tanaman Rhapis (Rhapis excelsea). Diunduh dari
Deptan, 2012. Bercak kelabu. Diunduh dari
Maret 2012.
Eduardo, 2009. Observaciones Sobre El Tizon Foliar De Las Palmeras, Causado Por Bipolaris Incurvata (Fungi, Pleosporaceae) En Panama. Diakses da
Ellis, D., Davis, S., Alexiou, H., Handke, R., dan Bartley R. 2007. Description of medical Fungi. School of Moleculer & Biomedical Science University of Adelaide, Australia.
Gandjar, I., Robert, A. S., Karin, V., Ariyanti, O., Iman, S. 1999. Pengenalan Kapang Tropik Umum. Universitas Indonesia, Depok.
Kusnadi, 2013. Buku Saku Biologi SMA. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Modesto dan Fenille, 2004. Controle Químico Da Helmintosporiose (Bipolaris Incurvata) Em Coqueiro Cultivar ‘Anão-Verde’ Em Condições De Campo1. Rev. Bras. Frutic., Jaboticabal - SP, v. 26, n. 2, p. 354-355.
National Plant Quarantine Service, 2004. Illustrated Manual on Identification of Seed-Borne Fungi. Anyang, Korea.
Nazaruddin, S. A., 1997. Palem Hias. Penebar Swadaya. Jakarta
Noverita, D. Fitria, dan E. Sinaga, 2009. Isolasi dan Uji Aktivitas Antibakteri Jamur Endofit dari Daun dan Rimpang Zingiber ottensii. Universitas Nasional, Jakarta.
Nurmailah, ES. 1999. Teknik Pengadaan dan Produksi Bibit Koleksi Tanaman Palem di Kebun Raya Bogor. IPB-Press, Bogor.
Pitta, G.B.P., Cardoso, R.M.G., Cardoso, E.J.B.N. 1990.Doenças das plantas ornamentais, São Paulo: Instituto Brasileiro do Livro Científico. 186p.
Russomanno, O.M.R., dan Kruppa, P.C. 2007. Divulgação Técnicadoenças Fúngicas Em Palmeiras Ornamentais. Instituto Biológico, Centro de Pesquisa e Desenvolvimento de Sanidade Vegetal, Instituto Biológico, Av. Cons. Rodrigues Alves, 1252, CEP-04014-002, São Paulo, SP, Brasil.
Siadari, M. H
Schuster J., 2012. Pestalotiopsis Blight. University of Illinois at Urbana, Champaign.
Semangun, H. 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
___________. 2008.Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia (Edisi kedua). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Sewake, K. T., dan Uchida J. Y., 2012. Diseases of Heliconia in Hawaii. Associate County Extension Agent and Associate Professor of Plant Pathology respectively,University of Hawaii, CTAHR.
Siagian, J. A. M., 2002. Identifikasi Bakteri Patogen Rhizosfer pada Palem Raja (Roystonea elata Bartr.). IPB-Press, Bogor.
Sunanto, 2002. Hama dan Penyakit Tanaman Perkebunan. Kanisius. Jakarta
Sutarman, Achmad dan Soetrisno H. 2001. Penyakit Hawar Daun Jarum Bibit Pinus Merkusii Di Pesemaian (Needles Blight Disease Of Pinus Merkusii Seedlings On Nursery). Diunduh dari images.soemarno.multiply.multiplycontent.com/.../J-Sutarman.doc?,
pada tanggal 28 maret 2012.
Steenis, C.G.J.V. 1975. Flora. PT Paradiya Paramita. Jakarta.
Uchida Janice Y
.
,2012. Bipolaris incurvata. University of Hawaii, CTAHR.Lampiran 1. Jamur Saprofit yang teridentifikasi
(a) (b)
(c) (d) Gambar. Aspergillus niger
A. niger di media PDA (a) tampak atas (b) tampak bawah (c) dan (d) A. niger (perbesaran 400x)
(c) (d)
(e) (f)
Gambar. Penicillium sp.
Penicillium sp. Di media PDA (a)tampak atas (b)tampak bawah (c ), (d) dan (e) dan (f) Penicillium sp. (perbesaran 400x)
(a) (b)
(c) (d)
Gambar. Verticillium tenerum
Lampiran 2. GPS Setiap Taman
Taman A. Yani (Lokasi 1)
Taman M. Walk (Lokasi 3)
Lampiran 3. Tabel Suhu dan Kelembaban udara
a. Tiap Taman Kota
Lokasi Waktu Suhu Kelembaban
Taman A. Yani Pagi Out: 29,0°C 69%
Waktu Suhu Kelembaban
Pagi Out: 30,0°C 65 %
In : 30,8°C
Sore Out : 29,1°C 69%
Lampiran 4 Foto Taman
Taman Teladan (Lokasi 4)