• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KASUS TENTANG ANAK YANG SERING MELANGGAR TATA TERTIB SEKOLAH PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 KARANGANOM KLATEN TAHUN 2009 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI KASUS TENTANG ANAK YANG SERING MELANGGAR TATA TERTIB SEKOLAH PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 KARANGANOM KLATEN TAHUN 2009 2010"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

STUDI KASUS TENTANG ANAK YANG SERING MELANGGAR TATA TERTIB SEKOLAH PADA SISWA KELAS VIII

SMP NEGERI 2 KARANGANOM KLATEN TAHUN 2009/2010

SKRIPSI

Oleh :

NOVITALIA ERY NURAGUSTA K3102507

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)

commit to user

STUDI KASUS TENTANG ANAK YANG SERING MELANGGAR TATA TERTIB SEKOLAH PADA SISWA KELAS VIII

SMP NEGERI 2 KARANGANOM KLATEN TAHUN 2009/2010

OLEH

NOVITALIA ERY NURAGUSTA K 3102507

SKRIPSI

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi

Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(3)

commit to user

(4)
(5)

commit to user

v ABSTRAK

Novitalia Ery Nuragusta. Studi Kasus Tentang Anak Yang Sering Melanggar Tata Tertib Sekolah Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Karanganom Klaten Tahun 2009/2010. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. September 2010.

Fokus penelitian ini adalah 1) Bagaimana bentuk perilaku siswa yang sering melanggar tata tertib sekolah, 2) Apakah faktor-faktor yang menyebabkan munculnya perilaku tidak disiplin terhadap tata tertib sekolah, 3) Bagaimana akibat dari perilaku siswa yang sering melanggar tata tertib sekolah, 4) Bagaimana pandangan pihak terkait tentang perilaku siswa yang melanggar tata tertib sekolah. Tujuan penelitian yang akan dicapai adalah 1) Untuk mendiskripsikan, mengungkapkan dan menjelaskan perilaku siswa yang sering melanggar tata tertib sekolah, 2) Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab perilaku melanggar tata tertib sekolah, 3) Untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan dari perilaku siswa yang tidak disiplin terhadap tata tertib sekolah, 4) Untuk mengetahui pandangan pihak-pihak terkait terhadap pelanggaran tata tertib sekolah oleh siswa.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang mengambil lokasi di SMP Negeri 2 Karanganom Klaten. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisa dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis induktif dengan model interaktif yang terdiri atas tahap pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan.

(6)

commit to user ABSTRACT

NovitaliaEryNuragusta. Case Studies About Children often Violating Ethics Junior High School Students in Class VIII KaranganomNegeri 2 Klaten Year 2009/2010. Thesis, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education SebelasMaret University in Surakarta. September 2010.

The focus of this research are 1) How to shape student behavior that is often violated school rules, 2) Are the factors that led to the emergence of undisciplined behavior on school discipline, 3) What was the result of student behavior that is often violated school rules, 4) How to view stakeholder behavior of students who violate school rules.

Research objectives to be achieved are: 1) To describe, express and explain the behavior of students who frequently violate the school rules, 2) To know the factors that cause the behavior violated school rules, 3) To determine the effect of the behavior of students who do not discipline against school rules , 4) To know the views of relevant parties for violations of school rules by students.

This research is a qualitative research approach of case studies that take a place at SMP Negeri 2 KlatenKaranganom. Data collection techniques in this study using interviews, observation and documentation. Technique analysis in this study using inductive analysis techniques with an interactive model which consists of stages of data collection, data reduction, data presentation, and conclusion.

Behavior violated school rules that is often called an undisciplined behavior towards school discipline. Through data analysis it can be concluded that the undisciplined behavior has the following characteristics: 1) Too late to class more than 10 minutes, 2) Do not go to school without a statement that called hooky, 3) Wearing a color other than black school shoes, 4) Impose color other than black belt, 5) Wearing a school uniform does not comply with applicable regulations in school, 6) No collecting duties / PR, 7) Too late to collect duties / PR, 8) Not following extra activities without permission, 9) fraud , 10) There is no notice as the teacher teaches (delay / kidding).

(7)

commit to user

vii MOTTO

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, hingga kaum itu sendiri yang mengubahnya” (Terjemahan Q.S Ar-Ra’ad : 11)

(8)

commit to user PERSEMBAHAN

Kupersembahkan kepada : 1. Orang tuaku tercinta 2. Keluarga kecilku

(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan ke Hadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya serta hanya kepada-Nya lah manusia memohon pertolongan atas segala urusan dunia, akherat dan agama. Semoga keselamatan dan kesejahteraan selalu dilimpahkan kepada Rasulullah SAW, keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya semua.

Berkat petunjuk dan pertolongan-Nya serta bimbingan dari Bapak dan Ibu Pembimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pendidikan dan akan menjadikan bahan pemikiran dalam rangka perbaikan mutu pengajaran di sekolah. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini telah banyak pihak-pihak yang turut memberikan bantuan, arahan, dan bimbingan sehingga pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan lmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk mengadakan penelitian dalam rangka menyusun skripsi.

2. Bapak Drs. R Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan lmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menyetujui dan mengesahkan judul skripsi yang telah diajukan.

3. Ibu Dra. Chadidjah HA, M.Pd selaku Ketua Program Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan lmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan arahan dalam penulisan skripsi.

(10)

commit to user

5. Bapak Drs. Joko Priyanto, M.Pd selaku kepala sekolah SMP Negeri 2 Karanganom Klaten yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMP Negeri 2 Karanganom Klaten. 6. Seluruh warga SMP Negeri 2 Karanganom Klaten yang telah memberikan

bantuan dan menjadi tempat penelitian dilaksanakan.

7. Ibunda dan adikku tersayang yang telah memberikan dorongan dan doanya. 8. Ghazyza semangatku.

9. Teman-temanku, Yuli khususnya atas motivasi dan bantuannya.

Penulis hanya mampu berdo'a semoga amal kebaikan Bapak Ibu dan teman-teman semua mendapat imbalan yang berlimpah dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan. Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua pembaca pada umumnya

Surakarta, September 2010

(11)

commit to user

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR BAGAN ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 4

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ... 7

1. Tata Tertib Sekolah ... 7

a. Pengertian Tata Tertib ... 7

b. Isi Tata Tertib Sekolah ... 8

c. Tugas Siswa Melaksanakan Tata Tertib Sekolah .... 9

2. Ketidakdisiplinan Terhadap Tata Tertib ... 9

a. Pengertian Tidak Disiplin ... 9

b. Ciri-ciri Ketidakdisiplinan ... 10

(12)

commit to user

d. Pengertian Kedisiplinan ... 11

e. Faktor yang Mempengaruhi Disiplin ... 12

f. Pembentukan Sifat Disiplin ... 14

g. Akibat Tidak Disiplin ... 18

h. Studi Kasus ... 20

B. Alternatif Penyelesaian Masalah ... 22

C. Kerangka Berfikir... 23

BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 26

B. Bentuk dan Strategi Penelitian ... 27

C. Data dan Sumber Data ... 28

D. Subyek Penelitian ... 28

E. Teknik Pengumpulan Data ... 29

F. Validitas Data... 32

G. Analisis Data ... 33

H. Prosedur Penelitian ... 34

BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Paparan Data Penelitian ... 37

1. Paparan Lokasi SMPN 2 Karanganom ... 37

2. Paparan Analisis Data ... 37

3. Papan Subjek Penelitian ... 38

4. Prosedur Penelitian ... 33

5. Analisis Data Penyebab Perilaku Tidak Disiplin ... 48

6. Temuan Hasil Penelitian ... 54

B. Pembahasan Temuan Hasil Penelitian ... 55

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 61

B. Implikasi ... 62

C. Saran ... 64

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR BAGAN

Halaman

(14)

commit to user DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kisi-kisi Pedoman Wawancara

Lampiran 2. Pedoman Wawancara Bagi Subyek

Lampiran 3. Pedoman Wawancara Bagi Guru BK

Lampiran 4. Pedoman Wawancara Bagi Wali Kelas

Lampiran 5. Pedoman Wawancara Bagi Teman Sekelas

Lampiran 6. Pedoman Wawancara Bagi Orang Tua

Lampiran 7. Jawaban Pertanyaan Pedoman Wawancara Bagi Subyek 1

Lampiran 8. Jawaban Pertanyaan Pedoman Wawancara Bagi Subyek 2

Lampiran 9. Jawaban Pertanyaan Pedoman Wawancara Bagi Guru BK

Lampiran 10. Jawaban Pertanyaan Pedoman Wawancara Bagi Wali Kelas Subyek 1

Lampiran 11. Jawaban Pertanyaan Pedoman Wawancara Bagi Wali Kelas Subyek 2

Lampiran 12. Jawaban Pertanyaan Pedoman Wawancara Bagi Teman Sekelas Subyek 1

Lampiran 13. Jawaban Pertanyaan Pedoman Wawancara Bagi Teman Sekelas Subyek 2

Lampiran 14. Jawaban Pertanyaan Pedoman Wawancara Bagi Orang Tua Subyek 1

(15)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan teknologi di bidang informasi yang sangat pesat menimbulkan berbagai pengaruh, baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif. Pengaruh yang bersifat positif antara lain, terbukanya jendela informasi di berbagai ilmu pengetahuan dari dalam maupun luar negeri, munculnya bermacam-macam media masa dan film yang sifatnya menambah pengetahuan. Pengaruh yang bersifat negatif antara lain munculnya tayangan di media cetak maupun elektronika yang tidak sesuai dengan berkembangan anak dan budaya bangsa Indonesia. Selain itu banyak film atau sinetron yang menayangkan cerita tentang siswa-siswa sekolah yang berperilaku melanggar tata tertib sekolah, juga berita tentang perilaku masyarakat yang menunjukkan perilaku anarkis dan tidak disiplin, misalnya pelanggaran yang terjadi pada hari Minggu tanggal 29 Mei 2009, 100 pendukung salah satu kontestan pemilu ditilang karena melanggar peraturan lalu lintas saat mengikuti kampanye terbuka di stadion Trikoyo Klaten. Selasa tanggal 3 Pebruari 2009 terjadi tindak anarkis saat massa melakukan demo menuntut pembentukkan Provinsi Tapanuli, massa melakukan perusakan bangunan yang kemudian berbuntut tewasnya ketua DPRD Sumatera Utara Abdul Aziz karena aksi pengeroyokan oleh massa, yang ditayangkan hampir disetiap stasiun telivisi dan surat kabar.

(16)

Sekolah merupakan tempat pendidikan formal yang mempunyai peranan penting yaitu menciptakan kepribadian yang mantap dan mandiri. Hal itu dapat berhasil apabila guru dapat mendorong dan mengarahkan anak didik dalam mengembangkan nilai-nilai sosial yang berlaku di sekolah maupun di masyarakat. Untuk mencapai hal tersebut, kedisiplinan terhadap tata tertib sangat menentukan dalam pembentukkan perilaku siswa agar siswa disiplin melaksanakan tata tertib yang diharapkan oleh sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Pentingnya pendidikan di sekolah membuat seluruh komponen yang ada di sekolah menyadari arti pentingnya tata tertib di sekolah. Tata tertib ini sangat bermanfaat untuk mengajarkan kedisiplinan kepada siswa. Meskipun begitu masih saja banyak siswa yang melakukan pelanggaran terhadap tata tertib sekolah. Elizabeth B Hurlock (1978:82) mengatakan bahwa disiplin merupakan cara masyarakat mengajar anak berperilaku moral yang disetujui kelompok.

Sesuai pengamatan di lapangan banyak siswa yang sering melanggar tata tertib sekolah, misalnya memakai seragam sekolah dengan atribut tidak lengkap, baju tidak dimasukkan, terlambat masuk kelas, tidak mengikuti upacara tanpa ijin, tidak mengikuti olahraga tanpa ijin, tidak mengerjakan tugas atau PR dan membolos. Perilaku-perilaku tersebut merupakan bentuk pelanggaran yang dilakukan siswa terhadap tata tertib sekolah, dengan kata lain siswa tersebut termasuk tidak disiplin. Apabila pelanggaran-pelanggaran tersebut tidak segera diatasi dikhawatirkan dapat merusak nama baik sekolah dan dapat menghambat proses belajar mengajar yang berdampak pada menurunnya prestasi siswa dan terganggunya sosialisasi guru dengan siswa.

(17)

commit to user

3

norma moral, dan sosial, serta berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Guru bersama guru BK selain berkewajiban melakukan pembelajaran terhadap siswa, juga dituntut untuk membantu membimbing siswa yang sering melanggar tata tertib sekolah menjadi siswa yang mematuhi tata tertib sekolah. Pemberian bimbingan terhadap siswa dibutuhkan pengelolaan yang baik, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dari pelaksanaan bimbingan dan konseling yang baik dan matang. Prayitno (1985:15) menjelaskan masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi dirinya sendiri dan orang lain dan perlu dihilangkan. Agar dapat memberi bantuan yang tepat guru perlu mengenali dan memahami siswanya yang sering melanggar tata tertib sekolah. Pengenalan dan pemahaman akan lebih mendalam bila dilakukan dengan penelitian.

Berdasarkan Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen memuat bahwa pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, dan beradab berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Berkaitan dengan pentingnya arti menumbuhkan manusia yang bertanggung jawab terhadap pembangunan bangsa dan Negara. Wawasan Wiyata Mandala (1995:77) memuat bahwa tugas siswa adalah, hadir dan pulang sekolah tepat waktunya, mengikuti program sekolah yang diperuntukkan baginya, meningkatkan disiplin diri baik didalam maupun diluar sekolah, memakai seragam sekolah menurut ketentuan yang berlaku, mematuhi dan melaksanakan semua peraturan yang berlaku di sekolah.

(18)

fungsi dan tugas edukatif yang meliputi tiga dimensi mendidik yang menghasilkan etika dalam pergaulan, mengajar, menghasilkan kecerdasan dan melatih menghasilkan keterampilan.

Pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku melanggar disiplin tata tertib sekolah dianggap sebagai perilaku menyimpang dan merupakan masalah. Disiplin tata tertib sekolah merupakan suatu upaya untuk membentuk pribadi anak yang mandiri dan bertanggung jawab. Fungsi atau manfaat disiplin menurut Elizabeth B. Hurlock (1978:97) diantaranya: 1) untuk mengajarkan anak bahwa perilaku tertentu selalu diikuti hukuman, namun yang lain akan diikuti pujian, 2) untuk mengajarkan anak suatu tingkatan penyesuaian yang wajar tanpa menuntut konformitas yang berlebihan, 3) membantu anak mengendalikan diri dan pengarahan diri sehingga anak dapat mengembangkan hati nurani untuk membimbing tindakannya. Untuk mewujudkan hal itu perlu keteladanan dari guru serta kerja sama antara guru dan komponen sekolah yang lain dengan orang tua maupun masyarakat.

Bertolak dari uraian tersebut di atas dan agar mencapai sasaran yang diharapkan perlu diadakan kajian secara mendalam dengan studi kasus. Studi kasus adalah pengkajian secara mendalam tentang suatu masalah. Penelitian di sini memilih judul “Studi Kasus Tentang Anak Yang Sering Melanggar Tata Tertib Sekolah Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Karanganom Klaten Tahun 2009/2010”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diajukan fokus penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk perilaku siswa yang sering melanggar tata tertib sekolah ?

2. Apakah faktor-faktor yang menyebabkan munculnya perilaku tidak disiplin terhadap tata tertib sekolah ?

(19)

commit to user

5

4. Bagaimana pandangan pihak terkait tentang perilaku siswa yang melanggar tata tertib sekolah ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan :

1. Untuk mendiskripsikan, mengungkapkan dan menjelaskan perilaku siswa yang sering melanggar tata tertib sekolah.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab perilaku melanggar tata tertib sekolah.

3. Untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan dari perilaku siswa yang tidak disiplin terhadap tata tertib sekolah.

4. Untuk mengetahui pandangan pihak-pihak terkait terhadap pelanggaran tata tertib sekolah oleh siswa.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang dilaksanakan diharapkan dapat diperoleh manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis.

1. Manfaat secara teoritis :

a. Memberikan masukkan kepada guru BK secara teoritis tentang bentuk-bentuk perilaku melanggar tata tertib sekolah dan dampak yang ditimbulkan bagi sekolah.

b. Memberikan masukan kepada sekolah perkembangan teori-teori tentang perilaku tidak disiplin di sekolah.

2. Manfaat secara praktis :

(20)

b. Memberikan masukkan tentang cara mendeskripsikan sebab terjadinya pelanggaran tata tertib sekolah oleh siswa.

(21)

commit to user

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

Siswa-siswa yang melakukan pelanggaran terhadap tata tertib sekolah

umumnya sering disebut sebagai siswa yang tidak disiplin terhadap tata tertib

sekolah.

1. Tata Tertib Sekolah

a. Pengertian Tata Tertib

Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah dalam Petunjuk Teknis Disiplin dan

Tata Tertib ( 1996 : 4 ) memuat bahwa tata tertib merupakan seperangkat peraturan

dan ketentuan yang harus ditaati oleh sejumlah komponen sekolah. Menegakkan tata

tertib sekolah harus dimulai dari sekolah itu sendiri, yaitu Kepala Sekolah, Guru,

semua siswa dan unsur masyarakat sebagai salah satu penentu kebijakan sekolah.

Departemen Pendidikan Nasional (2004:4) memuat bahwa tata tertib yaitu

seperangkat aturan atau ketentuan yang secara organisatoris mengikat setiap

komponen sekolah, baik murid, guru, Kepala Sekolah dalam rangka mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Sebagai lembaga pendidikan, sekolah mempunyai fungsi dan

tugas edukatif yang meliputi tiga dimensi yaitu mendidik yang menghasilkan etika,

dalam pergaulan, mengajar menghasilkan kecerdasan dan melatih menghasilkan

ketrampilan.

Sekolah merupakan tempat terjadinya kegiatan belajar mengajar, sebab itulah

interaksi antara guru dan murid merupakan proses perubahan sikap dan tingkah laku.

Pelaksanaan disiplin terhadap tata tertib mempunyai dampak secara langsung

terhadap kualitas hasil pelaksanaan kegiatan belajar mengajar itu sendiri.

Hubungannya dengan hal tersebut guru memegang peranan penting dan strategis.

(22)

Disiplin dan tata tertib merupakan dua hal yang saling terkait, sebab tata tertib

pada dasarnya perangkat untuk menegakkan disiplin. Disiplin dan tata tertib di

sekolah yang melaksanakan mempunyai dampak secara langsung terhadap kualitas

dan hasil pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM ) itu sendiri.

b. Isi Tata Tertib Sekolah

Tata tertib sekolah mengikat seluruh komponen sekolah yang meliputi Kepala

Sekolah, Guru, Siswa dan Penjaga Sekolah. Tata Tertib di sekolah dasar berpedoman

pada buku Petunjuk Teknis Disiplin dan Tata Tertib Sekolah Dasar yang dikeluarkan

oleh Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan tahun 1995/1996.

Tugas dan Kewajiban siswa dalam menegakkan disiplin dan

tanggungjawabnya yang tertuang dalam buku Petunjuk Teknis adalah sebagai berikut:

1) Menjaga nama baik diri sendiri, orang tua, keluarga dan sekolah;

2) Menghormati Kepala Sekolah, Guru, Penjaga Sekolah dan sesama

teman;

3) Menyampaikan alasan yang dapat diterima apabila tiap hari

berturut-turut tidak masuk sekolah;

4) Minta ijin kepada guru apabila hendak meninggalkan kelas;

5) Hadir disekolah 15 menit sebelum pelajaran dimulai, khusus petugas

piket hadir 30 menit sebelumnya;

6) Berpakaian seragam sekolah yang bersih dan rapi;

7) Berbaris dengan tertib sebelum masuk kelas;

8) Berdoa sebelum pelajaran pertama dimulai dan setelah pelajaran

terakhir selesai;

9) Mengikuti upacara hari senin dan upacara lainnya;

10) Tidak merokok, minum-minuman keras, menggunakan ganja atau

(23)

commit to user

9

membaca buku terlarang, berkelahi di dalam maupun di luar

kelas/sekolah.

c. Tugas Siswa Melaksanakan Tata Tertib Sekolah

Tata tertib dibuat sebagai upaya memperlancar kegiatan belajar mengajar di

sekolah dan pembentukan sikap siswa. Oleh karena itu semua siswa dan seluruh

komponen yang ada disekolah, wajib melaksanakan tata tertib sebaik mungkin.

Ketidakdisiplinan terhadap tata tertib dapat merugikan diri sendiri juga dapat

merugikan orang lain. Slameto ( 1995 : 67 ) menegaskan agar siswa dapat belajar

lebih maju, siswa harus disiplin dalam belajar. Dengan demikian bila siswa tidak

disiplin dalam belajar siswa tidak akan maju, dalam kata lain prestasi belajarnya

rendah. Karena disiplin merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

keberhasilan belajar. Siswa dalam jangka panjang dipersiapkan menjadi warga

masyarakat ataupun warga negara yang harus disiplin terhadap undang-undang

ataupun peraturan negara. Di masa anak-anak inilah siswa harus sudah ditanamkan

sikap disiplin terhadap tata tertib, agar mereka terbiasa untuk berperilaku disiplin baik

di sekolah maupun di luar sekolah.

2. Ketidakdisiplinan Terhadap Tata Tertib

a. Pengertian Tidak Disiplin

Dengan mengacu pada pengertian disiplin di atas maka pengertian

ketidakdisiplinan berarti kondisi yang berlawanan dengan hal-hal tersebut, yang

intinya adalah sebagai berikut : Ketidak disiplinan adalah sikap tidak taat yang

diwarnai oleh tidak adanya kesadaran dan keiklasan dalam melaksanakan tata tertib,

peraturan yang berlaku maupun kesepakatan bersama yang bersifat formal maupun

non formal yang berhubungan dengan tujuan yang akan dicapai, waktu dan

(24)

b. Ciri-ciri Ketidakdisiplinan

Siswa yang tidak memiliki kedisiplinan sangat berbeda dengan siswa yang

berdisiplin diri. Siswa yang tidak disiplin adalah siswa yang tidak memiliki

keteraturan diri berdasarkan nilai agama, nilai budaya, aturan-aturan pergaulan,

pandangan hidup dan sikap hidup yang bermakna bagi dirinya sendiri, masyarakat,

bangsa dan Negara. Secara umum ciri tingkah laku tidak disiplin yaitu tingkah laku

siswa yang tidak sesuai atau menyimpang dari peraturan atau tata tertib yang berlaku.

Khususnya dalam hubungannya dengan tata tertib sekolah, siswa tidak disiplin dapat

dilihat misalnya dalam hal berpakaian : tidak memakai seragam sekolah lengkap

dengan atributnya, baju tidak dimasukkan, memakai sepatu tanpa kaos kaki, tidak

memakai kaos waktu pelajaran olah raga, tidak memakai ikat pinggang, memakai

sepatu atau kaos kaki yang warnanya tidak sesuai dengan ketentuan di sekolah.

Dalam hal kegiatan belajar mengajar : membolos, tidak mengerjakan PR atau tugas,

terlambat datang ke sekolah, terlambat masuk kelas, keluar kelas tanpa ijin pada jam

pelajaran, bersenda gurau dan tidak memperhatikan guru pada waktu mengajar,

menyontek, tidur pada waktu jam pelajaran. Tingkah laku siswa tersebut biasanya

tidak diketahui olah orang tua, apabila tidak ada pemberitahuan dari pihak sekolah,

dan tingkah laku seperti itu sangat merugikan diri sendiri dan sekolah.

c. Faktor yang Mempengaruhi Ketidakdisiplinan Terhadap Tata Tertib Sekolah

Perilaku tidak disiplin melaksanakan tata tertib atau kaidah yang ada

merupakan sesuatu hal yang menghambat tujuan yang ingin dicapai dalam suatu

kegiatan pendidikan. Perilaku tersebut dapat terjadi karena adanya sesuatu hal yang

mempengaruhi (penyebab). Priyatno dan Amti (1994:61) menjelaskan kemungkinan

penyebab perilaku tidak disiplin melaksanakan tata tertib ada 5, yaitu:

1) Tidak begitu memahami kegunaan masing-masing aturan atau tata tertib yang

berlaku di sekolah, aturan tersebut tidak didiskusikan dengan siswa sehingga

(25)

commit to user

11

2) Siswa yang bersangkutan terbiasa hidup terlalu bebas, baik di rumah maupun

di masyarakat.

3) Tindakan yang dilakukan terhadap pelanggaran terlalu keras sehingga siswa

mereaksi secara tidak wajar (negatif).

4) Ciri khas perkembangan remaja yang agak “ sukar diatur ” tetapi “ belum

dapat mengatur diri sendiri “.

5) Ketidaksukaan terhadap mata pelajaran tertentu dilampiaskan pada tidak

disiplin melaksanakan tata tertib sekolah.

Menurut Bimo Walgito (2003:54) pelanggaran kedisiplinan terhadap tata

tertib sekolah seringkali disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal yang

terdapat dalam diri sendiri dan faktor ekternal dari pengaruh lingkungan luar. Secara

rinci dilihat dibawah ini :

1) Faktor internal misalnya, rasa malas yang timbul dari dalam diri sendiri,

kurangnya rasa tanggung jawab, ingin mencari perhatian dan kurang religius.

2) Faktor eksternal misalnya, lingkungan keluarga atau orang tua yang kurang

memperhatikan anak, orang tua bercerai, tinggal terpisah dengan orang tua,

lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat yang kurang baik juga sangat

mempengaruhi.

d. Pengertian kedisiplinan

Disiplin mempunyai berbagai arti, tergantung sudut pandang dan

kepentingannya. C.S.T Kansil (1995:215) mengartikan secara ringkas bahwa disiplin

ialah ketaatan atau kepatuhan pada peraturan, tata tertib dan sebagainya. Tata tertib

yang dimaksud di sini misalnya tata tertib sekolah, kemiliteran dan peraturan yang

berlaku di masyarakat.

Peraturan, tata tertib dan berbagai ketentuan lainnya yang berupaya mengatur

perilaku siswa disebut disiplin sekolah. Disiplin sekolah adalah usaha sekolah untuk

(26)

berperilaku sesuai dengan norma, peraturan dan tatatertib yang berlaku disekolah.

Menurut Wikipedia (1993) bahwa disiplin sekolah “refers to students complying with

a code of behavior often known as the school rules”. Aturan sekolah (school rule)

yang dimaksud, seperti aturan tentang standar berpakaian (standards of clothing),

ketepatan waktu, perilaku sosial dan etika belajar/kerja. Pengertian disiplin dalam

Lemhannas (1997:12) adalah berperilaku sesuai dengan tata peraturan yang berlaku,

baik formal non formal maupun yang disepakati. Pengertian disiplin di dalam

Departemen Pendidikan dan kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan

menengah (1993:3) adalah tingkat konsistensi dan konsekuen seseorang terhadap

suatu komitmen atau kesepakatan bersama yang berhubungan dengan tujuan yang

akan dicapai, waktu dan proses pelaksanaan suatu kegiatan. Pengertian disiplin

lainnya dalam Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (1985:34)

diartikan sebagai sikap mental yang mengandung kerelaan mematuhi semua

ketentuan, peraturan dan norma yang berlaku dalam menunaikan tugas dan tanggung

jawab.

Berbagai pengertian tentang disiplin di atas, dapat disimpulkan bahwa

disiplinadalah sikap taat melaksanakan dengan sdar dan ikhlas terhadap tata tertib,

peraturan yang berlaku maupun kesepakatan bersama baik yang bersifat formal

maupun non formal yang berhubungan dengan tujuan yang akan dicapai, waktu dan

pelaksanaan kegiatan.

e. Faktor yang Mempengaruhi Disiplin

Ensiklopedia Indonesia ( 1997 : 371 ) memuat bahwa disiplin bukan

merupakan bawaan, disiplin sepenuhnya merupakan faktor ajar atau faktor

pendidikan. Hal ini didukung olah teori tabularasa, bahwa manusia lahir itu bagaikan

kertas putih atau botol kosong. Akan menjadi seperti apa tergantung pendidikan yang

diberikan.

(27)

commit to user

13

apabila anak sudah dapat bertingkah laku sesuai dengan pola tingkah laku yang baik.

Hal ini menguatkan bahwa disiplin itu bukan faktor bawaan. Setelah anak bertingkah

laku, barulah ada dorongan untuk disiplin atau tidak disiplin. Dorongan yang

mempengaruhi disiplin, oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

(1985 : 34) digolongkan ada 2 jenis yaitu Pertama, dorongan yang datang untuk

berbuat disiplin. Kedua, dorongan yang datang dari luar yaitu perintah, larangan,

pengawasan, ujian. ancaman, ganjaran dan sebagainya.

Faktor pendidikan yang mempengaruhi kedisiplinan siswa itu tidak hanya dari

pendidikan formal saja, tetapi dari luar pengalaman hidup siswa dalam pergaulan.

Banyak hal yang memicu ketidakdisiplinan siswa, antara lain kondisi keluarga

dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak dan kurang harmonis, siswa

mempunyai masalah di sekolah dan pergaulan dalam lingkungan sosial yang kurang

sehat. Sekretaris Negara ( 1996 : 133 ) menjelaskan bahwa masalah disiplin nasional

bersumber dari masyarakat yang belum memahami pentingnya disiplin dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Masalah ketidakdisiplinan juga dipengaruhi oleh teman bergaul. Hal itu

sejalan dengan pendapat Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono ( 1990 : 87 ) yang

menyatakan teman bergaul berpengaruh sangat besar dan lebih cepat masuk dalam

jiwa anak. Apabila siswa suka bergaul dengan mereka yang tidak bersekolah, maka ia

akan malas belajar dan sekolah, sebab cara hidup anak yang tidak sekolah berlainan

dengan anak yang bersekolah.

Beberapa asumsi yang menjadikan lemahnya disiplin nasional di dalam

Lemhamnas ( 1997 :31 ) yaitu :

1) Berbagai peraturan dan perundangan yang berlaku di Indonesia kurang

sesuai dan kurang efektif atau penerapan dan sanksinya tidak

dilaksanakan secara konsisten.

2) Karena masyarakat sekarang lebih fermisif, dimana batas antara yang

baik dan yang buruk, benar dan salah sudah tidak begitu jelas atau

(28)

3) Otoritas para pejabat dan para pemimpin diberbagai lapisan masyarakat

kurang berbobot, pengaruhnya sudah pudar sehingga orang cenderung

berbuat semaunya.

4) Sistem pendidikan kurang merangsang para anak didik untuk mandiri,

kreatif dan bertanggung jawab.

Berbagai pandangan diatas dapat diketahui bahwa disiplin sepenuhnya didapat

dari faktor pendidikan. Sikap dan perilaku disiplin ini didapat dari pendidikan dalam

pergaulan, baik itu pergaulan dalam keluarga, sekolah maupun lingkungan sosial.

f. Pembentukan Sikap Disiplin

Pembentukan disiplin tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan melalui

proses belajar, dan pembentukannya selalu berlangsung dalam interaksi yang

berkenaan dengan obyek tertentu.

Di depan telah dipaparkan bahwa sikap disiplin tidak dibawa sejak lahir,

tetapi dibentuk sepanjang perkembangan individu yang bersangkutan. Y. Singgih D.

Gunarso ( 1981 :166 ) menjelaskan bahwa pembentukan disiplin diri erat

hubungannya dengan penerimaan dengan otoritas, anak yang menerima otoritas orang

tua akan melakukan tugas-tugas yang diinginkan daripadanya. Bila ia sudah terbiasa

akan “ kekuasaan ” orang tua maka pada umumnya otoritas guru di sekolah juga

dapat diterimanya.

Pembentukan sikap disiplin terjadi sepanjang perkembangan individu, maka

seharusnya pembentukan sikap disiplin ini dimulai sedini mungkin. E.G White dalam

terjemahan Sumarna ( 1994 : 22 ) memaparkan bahwa, pada saat seorang anak mulai

merintis kemauan dan jalannya, pada saat itulah pendidikannya dalam hal disiplin

harus dimulai. Zulkifi L (1987:85) mengemukakan bahwa anak yang berusia 12 atau

13 sampai 19 tahun sedang berada dalam pertumbuhan masa remaja. Masa remaja

merupakan masa yang sangat menentukan karena masa ini mengalami banyak

(29)

commit to user

15

sehingga mudah menyimpang dari norma-norma dan aturan yang berlaku. Goncangan

emosi pada masa remaja terjadi tidak hanya disebabkan oleh hormon seks dalam

tubuh tetapi juga akibat dari kondisi keluarga, lingkungan bermain disekolah dan

lingkungan masyarakat.

Menurut Zakiah Darojat (1994:35) perilaku remaja yanh tidak stabil, keadaan

emosinya goncang, mudah condong kepada ekstrim, sering terdorong barsemangat,

peka, mudah tersinggung, pemikiran dan perhatiannya berpusat pada dirinya. Melly

Sri Sulastri Rifai (1977:40) mengatakan bahwa pada masa remaja ada empat ciri

utama yang perlu diperhatikan dalam perkembangan kehidupan remaja, yaitu :

1) Adanya kesadaran akan adanya perubahan-perubahan dalam kenyataan

dirinya sebagai makhluk biologis. Terutama adanya

perubahan-perubahan bentuk tubuh sebagai akibat adanya perubahan-perubahan fisiologis

karena bakarjanya kelenjar tertentu menjadi lebih aktif.

2) Sejak masa anak sekolah sampai tiba masa remaja si anak yang menjadi

remaja merasakan adanya keterkaitan kepada kelompok sebayanya

dalam lingkup ”Heteroxualitas”

3) Timbulnya dorongan untuk mencapai ”kebebasan pribadi” dalam usaha

memantapkan status dirinya dalam lingkungan hidupnya sebagai

individu yang berdiri sendiri.

4) Adanya keinginan remaja untuk memantapkan filsafat hidupnya dan

pola hidup tertentu berdasarkan kesatuan norma kehidupan yang

dianutnya yang akan dijadikan pedoman di dalam ia bertingkah laku

dalam perkembangannya sebagai manusia dewasa.

M. Ngalim Purwanto (1980:149) mengatakan bahwa siswa sampai dengan

usia 18 tahun secara psikologis berada didalam keadaan sebab tidak menentu,

bimbang ragu, pemenang tapi juga petualang, pemilik tapi juga pelamun, pemberani

tetapi juga penakut, kadang-kadang optimis tetapi juga pesimis. Keadaan tersebut

(30)

lingkungan. Pengaruh ini tidak hanya pengaruh yang baik tetapi banyak sekali

pengaruh buruk.

Keluarga sebagai tempat pendidikan yang pertama bagi anak sangat

menetukan pembentukan sikap disiplin. Dengan kata lain bahwa pola asuh oaring tua

besar pengaruhnya terhadap pembentukan sikap disiplin anak. Moch Shochib

(1998:15) menjelaskan tentang pola asuh orang tua dan pengembangan disiplin

sebagai berikut : Pola asuh orang tua dalam membantu anak untuk mengembangkan

disiplin diri ini adalah upaya orang tua yang diaktualisasikan terhadap penataan :

1) Lingkungan fisik;

2) Lingkungan sosial;

3) Pendidikan internal dan eksternal;

4) Dialog dengan anak-anak;

5) Suasana psikologis;

6) Sosial budaya;

7) Perilaku yang ditampilkan pada saat terjadi “ pertemuan ” dengan anak

-anak;

8) Kontrol terhadap perilaku anak-anak;

9) Menentukan nilai-nilai moral sebagai dasar berperilaku dan yang

diupayakan kepada anak-anak.

Bagian lain, Moch Shochib ( 1998 : 16 ) menjelaskan pada keterkaitan pola

asuh orang tua dengan anak berdisiplin diri sebagai berikut : Keterkaitan pola asuh

orang tua dengan anak berdisiplin diri dimaksudkan sebagai orang tua dalam

meletakkan dasar-dasar disiplin diri kepada anak dan membantu mengembangkannya

sehingga anak memiliki disiplin diri. Itensitas kebutuhan anak untuk mendapatkan

bantuan dari orang tua bagi kepemilikan dan pengembangan dasar-dasar disiplin diri

menunjukkan adanya kebutuhan internal yaitu :

1) Tingkat rendah, manakala anak masih membutuhkan banyak bantuan

(31)

commit to user

17

2) Tingkat menengah, manakala anak-anak masih membutuhkan banyak

bantuan dari orng tua untuk memiliki dan mengembangkan dasar-dasar

disiplin diri ( berdasarkan nalar ) dan

3) Tingkat tinggi, mana kala anak sedikit sekali atau tidak lagi memerlukan

bantuan serta kontrol orang tua untuk memiliki dan mengembangkan

dasar-dasar disiplin diri ( berdasarkan kata hati )

Sekolah merupakan pendidikan formal, tidak kalah pentingnya dalam

berperan sebagai tempat pembentukan sikap disiplin. Sekolah harus lebih tegas dalam

menegakkan disiplin. Kepala Sekolah dan Guru bukan sekedar membuat contoh,

tetapi harus menjadi teladan dalam hal kedisiplinan, sehingga apa yang tidak

diperoleh anak dalam keluarga akan diperoleh disekolah. Tujuan disiplin sekolah

adalah: untuk memberikan dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak

menyimpang, mendorong siswa berperilaku yang baik dan benar, membantu siswa

memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan menjauhi

perilaku yang tidak sesuai dengan tata tertib sekolah, kemudian melatih siswa untuk

hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat bagi dirinya sendiri

serta lingkungannya.

Demikian upaya membentuk sikap disiplin anak, sekolah perlu menciptakan

suasana belajar yang kondusif. Upaya yang dapat dilakukan antara lain membuat tata

tertib yang harus ditaati bersama. Hal tersebut sependapat dengan apa yang ada di

dalam Lemhannas (Disiplin Nasional 1997:15) bahwa disiplin tidak terbentuk dengan

sendirinya, melainkan harus ditumbuhkan, dikembangkan dan diterapkan dalam

semua aspek, menerapkan sanksi serta dengan bentuk ganjaran dan hukuman sesuai

dengan amal perbuatan para pelaku. Slameto (1995 :67) juga menegaskan bahwa

kedisiplinan sekolah erat hubunganya dengan kerajinan dan kedisiplinan siswa dalam

sekolah dan juga dalam belajar. Seluruh staf sekolah yang mengikuti tata tertib dan

bekerja dengan disiplin membuat siswa menjadi disiplin pula.

Menurut Madson dalam Moch Shochib ( 1998 : 21 ) mengatakan bahwa

(32)

(1998:21) juga merangkum pendapat Craw tentang proses belajar dalam

pembentukan disiplin dapat dilakukan dengan cara melatih dan membiasakan diri

berperilaku sesuai dengan nilai-nilai berdasarkan acuan moral serta diperlukan

adanya kontrol orang tua untuk mengembangkannya.

Dengan demikian dalam pembentukan sikap disiplin pada anak sangat

diperlukan hal-hal sebagai berikut :

1) Adanya keteladanan baik dari staf sekolah maupun orang tua dalam

keluarga.

2) Melatih dan membiasakan diri berperilaku sesuai dengan nilai-nilai

berdasarkan acuan moral.

3) Adanya kontrol orang tua untuk mengembangkannya.

g. Akibat Tidak Disiplin

Ketidakdiisiplinan terhadap tata tertib yang berlaku dapat mengakibat

menghambat suatu tujuan dari kegiatan pembelajaran, nilai dari keefektifan dan

keefisienannya dapat berkurang sehingga dapat mempengaruhi pola keteraturan yang

telah dibentuk dan dijalankan, hal ini dapat pula mengganggu proses kegiatan

pembelajaran yang lainnya. Apabila perilaku tidak disiplin ini dibiarkan dan tidak ada

suatu kontrol atau pengawasan dan tindakan secara tegas dalam penanganannya,

maka dalam jangka panjang dapat mempengaruhi kredibilitas/ nama baik sekolah

secara keseluruhan baik bagi sekolah maupun penilaian dari masyarakat.

Bentuk-bentuk kerugian pada diri sendiri akibat tidak disiplin melaksanakan tata tertib itu

antara lain terhambat prestasinya, sering terkena sanksi, bisa dijauhi teman, tidak

disukai oleh guru, dimarahi orang tua kalau dilaporkan, tidak mandiri, dikeluarkan

dari sekolah, bisa celaka dan bila berlanjut sampai dewasa akan dikucilkan orang.

Elizabeth B. Hurlock (1978:105) menyatakan bahwa pelanggaran merupakan bahaya

yang serius bagi penyesuaian diri dan sosial.

(33)

commit to user

19

tangan jahil siswa-siswa yang suka mencorat-coret, nama baik sekolah dan orang tua

tercemar karena perbuatan siswa yang tidak terpuji, terjadi kecelakaan lalu lintas

akibat salah satu pihak melanggar peraturan lalu lintas, kelompok kerja kacau akibat

salah seorang anggota kelompok tidak disiplin, ada anak jatuh terpeleset karena ada

kulit pisang tidak dibuang pada tempatnya dan lain sebagainya.

Contoh diatas adalah akibat pelanggaran disipilin secara umum kerugiannya

ada yang kecil (ringan) dan ada yang besar, bahkan bisa kehilangan nyawa.

Sedangkan untuk pelanggaran disiplin tata tertib di sekolah biasanya diberi sanksi.

Adapun bentuk sanksi atau tindakan yang dikenakan kepada siswa yang tidak disiplin

itu juga tidak sama dan bertingkat, yaitu :

1) Teguran secara lisan;

2) Teguran secara tertulis sebagai peringatan sebanyak tiga kali;

3) Skors dan;

4) Pengeluaran dari sekolah.

Penerapan disiplin yang pelaksanaannya tercantum dalam tata tertib

pendidikan akan menghasilkan mental, watak, dan kepribadian siswa yang kuat dan

dinamis sesuai dengan taraf perkembangan siswa Sekolah Dasar. Hal tersebut

disebabkan pada jenjang sekolah dasar siswa harus sudah belajar disiplin, belajar

mencintai sesama, belajar hidup teratur dan menyesuaikan diri.

Pembudayaan disiplin tidak cukup hanya melalui peraturan tata tertib yang

diumumkan secara lisan atau tertulis saja. Tetapi diperlukan keteladanan, dorongan

serta bimbingan dalam bentuk-bentuk kongkrit dan keikutsertaan semua komponen

sekolah secara langsung. Oleh karena itu sangat diperlukan adanya kesadaran yang

penuh, kesiapan untuk melakukan serta langkah-langkah nyata dalam perbuatan dari

semua pihak warga sekolah agar disiplin siswa terhadap tata tertib sekolah dapat

(34)

h. Studi Kasus

Penelitian ini menggunakan studi kasus dengan alasan untuk mendapatkan

hasil penelitian yang mendalam mengenai pelanggaran kedisiplinan yang dilakukan

oleh siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Karanganom Klaten. Riset dengan metode kasus

menghendaki suatu kajian yang rinci, mendalam, dan menyeluruh atas objek tertentu

yang biasanya relatif kecil selama kurun waktu dan lingkungan tertentu. Studi kasus

merupakan sebuah metode penelitian yang dilakukan pada objek dan subjek di suatu

tempat dan waktu tertentu dengan melakukan pengamatan terhadap kejadian tertentu

untuk dilakukan studi analisa kasus yang diamati untuk diambil suatu tindakan,

dimana kaitannya dengan penelitian ini adalah tindakan untuk meningkatkan disiplin

siswa baik dengan membuat aturan baru untuk mengurangi pelanggaran kedisiplinan

di sekolah, hal ini dilakukan dengan tujuan menanamkan jiwa disiplin dalam diri

siswa. Penelitian ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan secara langsung

terhadap subjek pengamatan, dalam hal ini subjek yang diamati adalah siswa yang

berperilaku sering melanggar kedisiplinan terhadap tata tertib di SMP Negeri 2

Karanganom Klaten. Studi kasus yang dilakukan mempunyai tujuan melakukan

evaluasi terhadap suatu kejadian yang menjadi obyek penelitian untuk dilakukan

analisa dengan menggunakan metode tertentu yang nantinya dapat digunakan sebagai

pembelajaran. Robert K Yin (2008: 27) mengemukakan bahwa penelitian studi kasus

harus mempunyai desain penelitian, dan definisi dari desain penelitian adalah suatu

rencana tindakan untuk berangkat dari sini ke sana, dengan demikian maka tujuan

penelitian studi kasus harus jelas. Penelitian ini mempunyai tujuan khusus, yaitu:

1) Untuk mendiskripsikan, mengungkapkan dan menjelaskan perilaku siswa

yang sering melanggar tata tertib sekolah.

2) Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab perilaku melanggar tata tertib

sekolah.

3) Untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan dari perilaku siswa yang tidak

(35)

commit to user

21

4) Untuk mengetahui pandangan pihak-pihak terkait terhadap pelanggaran tata

tertib sekolah oleh siswa.

Pelaksanaan penelitian dan pelaksanaan pengumpulan data didasarkan pada

sumber-sumber bukti yang berlaian. Menurut Robert K Yin (2008: 103), sumber

bukti ini adalah dokumen, wawancara, dan observasi langsung. Langkah-langkah

studi kasus yang peneliti kerjakan ini adalah pengumpulan data, penafsiran data, dan

verifikasi data (Juhana Wijaya, 1988: 286).

Pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian,

karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui

teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang

memenuhi standar data yang ditetapkan. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam

berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari setting-nya,

data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting). Bila dilihat dari

sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer, dan

sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan

data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak

langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau

lewat dokumen.

Penafsiran data yang dimaksud adalah mengatahui data yang telah didapatkan

dalam tahap penelitian untuk selanjutnya ditampilkan dalam penyajian data sesuai

dengan bagian yang sesuai dengan hal yang dimaksud.

Pada tahap verifikasi data peneliti mengambil kesimpulan dari penelitian yang

telah dilakukannya dan kemudian data tersebut perlu diverifikasi. Analisis data

kualitatif ini merupakan upaya berulang terus menerus dan terjalin hubungan yang

saling terkait antara kegiatan reduksi data, penyajian data, serta penarikan

kesimpulan. Jika kesimpulan yang diambil masih kurang maka dilakukan

(36)

B. Alternatif Penyelesaian Masalah

Setelah melakukan observasi, wawancara dan pengolahan data diketahui

penyebab siswa tidak disiplin terhadap tata tertib sekolah, maka guru

pembimbing/BK dapat menerapkan tindakan untuk meningkatkan disiplin siswa

disekolah, dengan cara mengadakan pendekatan dengan siswa khususnya yang sering

melanggar disiplin, memberikan pengarahan dan motivasi untuk menaati tata tertib

yang berlaku disekolah, sekolah mengadakan pertemuan secara berkala dengan orang

tua siswa untuk saling bertukar informasi tentang siswa dan menyampaikan

pentingnya siswa untuk berperilaku disiplin. Selain itu sekolah harus tegas dalam

memberikan sanksi ataupun hukuman bagi siswa yang melanggar disiplin terhadap

tata tertib sekolah.

Reisman dan Payne (dalam E. Mulyasa 2003) mengemukakan strategi umum

merancang disiplin siswa, yaitu :

1. Konsep diri; untuk menumbuhkan konsep diri siswa sehingga siswa dapat

berperilaku disiplin, guru disarankan untuk untuk bersikap empatik,

menerima, hangat dan terbuka

2. Keterampilan berkomunikasi; guru terampil berkomunikasi yang efektif

sehingga mampu menerima perasaan perasaan dan mendorong kepatuhan

siswa

3. Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami; guru disarankan dapat

menunjukkan secara tepat perilaku yang salah, sehingga membantu siswa

dalam mengatasinya, memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari

perilaku yang salah

4. Klarifikasi nilai; guru membantu siswa dalam menjawab pertanyaannya

sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk sistem nilainya sendiri

5. Analisis transaksional; guru disarankan belajar sebagai orang dewasa terutama

(37)

commit to user

23

6. Terapi realitas; sekolah harus berupaya mengurangi kegagalan dan

meningkatkan keterlibatan. Guru perlu bersikap positif dan bertanggung

jawab

7. Disiplin yang terintegrasi; metode ini menekankan pengendalian penuh oleh

guru untuk mengembangkan dan mempertahankan peraturan

8. Modifikasi perilaku; perilaku salah disebabkan oleh lingkungan. Oleh karena

itu, dalam pembelajaran perlu diciptakan lingkungan yang kondusif

9. Tantangan bagi disiplin; guru diharapkan cekatan, sangat terorganisasi, dan

dalam pengendalian yang tegas.

Diatas merupakan strategi umum merancang disiplin yang diharapkan dapat

memberikan gambaran bagi guru untuk meningkat disiplin pada siswa.

C. Kerangka Pemikiran

Guru BK sebagai pembimbing dituntut memiliki kemampuan dan

keterampilan dalam memberikan bimbingan terhadap siswa yang bermasalah, agar

siswa yang bermasalah dapat mencapai prestasi belajar dengan baik.

Siswa yang tidak disiplin dapat dikategorikan siswa yang bermasalah, karena

dapat menghambat prestasi siswa itu sendiri dan menghambat pencapaian tujuan

pendidikan nasional . Tata tertib di ciptakan dalam rangka membetuk peserta didik

yang berkepribadian mantap, bertanggung jawab dan mandiri. Di sekolah peranan

guru dan guru BK sebagai pembimbing sangat diperlukan, karena bimbingan sebagai

bagian yang integral dari sistem pendidikan nasional. Terjadinya ketidakdisiplinan

pada diri anak dilatarbelakangi oleh berbagai sebab dan dapat berdampak negatif

sebagai akibat dari ketidakdisiplinan tersebut.

Penyebab ketidakdisiplinan pada diri anak itu ada beberapa faktor antara lain

pola asuh orang tua yang kurang benar, keadaan lingkungan anak yang memang

sudah menunjukan kurang disiplin, kurang adanya keteladanan dari orang-orang

(38)

membiasakan diri disiplin dan kurangnya kontrol dari orang tua. Akibat yang

mungkin timbul sebagai dampak ketidakdisiplinan antara lain: prestasi belajar anak

itu sendiri tidak optimal, teman-teman yang lain dapat terpengaruh, kegiatan belajar

mengajar dapat terganggu dan situasi kelas maupun sekolah menjadi tidak kondusif.

Berdasarkan uraian di atas dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut :

(39)

7

Bagan I : Kerangka Pemikiran

25

Siswa tidak disiplin terhadap tata tertib sekolah

Latar Belakang (sebab)

Tidak disiplin dalam

berpakaian

Tidak disiplin dalam kegiatan belajar mengajar

Tidak disiplin dalam mengikuti kegiatan di sekolah Bentuk

perilaku

19

Merusak nama baik sekolah

PBM terganggu

Prestasi belajar tidak

optimal

Tidak naik kelas

(40)

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Karanganom, yang terletak di

desa Jurang Jero, kecamatan Karanganom, kabupaten Klaten. Lokasi SMP Negeri 2

Karanganom cukup strategis, dekat dengan kota kecamatan yaitu Karanganom, dekat

dengan prasarana umum dan tempat rekreasi. Ekonomi orang tua siswa SMP Negeri

2 Karanganom rata-rata tergolong menengah ke bawah. Kebanyakan bekerja sebagai

petani dan buruh yang kurang mempunyai kesadaran dan kepedulian terhadap

pendidikan.

Alasan dipilihnya lokasi ini sebagai tempat penelitian adalah :

a. Banyak terjadi siswa-siwa yang tidakdisiplin terhadap tata tertib sekolah.

b. Prestasi belajar siswa tidak optimal dimungkinkan sebagai dampak dari

ketidakdisiplinan terhadap tata tertib sekolah.

c. Penelitian dimaksudkan untuk meningkatkan kedisiplinan siswa terhadap tata

tertib sekolah.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dimulai sejak pengajuan judul proposal, pengurusan ijin

penelitian, pelaksanaan penelitian, pengumpulan data, analisis data dan penyusunan

laporan hasil penelitian, tepatnya dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran

(41)

commit to user

27

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengungkap dan menjelaskan sebab serta

akibat siswa berperilaku tidak disiplin, atau melakukan pelanggaran terhadap tata

tertib sekolah, dengan fokus masalah tersebut jenis penelitian yang digunakan adalah

penelitian kualitatif. Objek kajian penelitian ini adalah perilaku tidak disiplin

terhadap tata tertib sekolah, faktor-faktor penyebab serta akibat yang ditimbulkannya.

Pada penelitian ini penulis ingin mengungkapkan “bagaimana” dan “mengapa”

tentang perilaku tidak disiplin. Untuk meperoleh jawaban tersebut penulis melakukan

pengkajian secara mendalam tentang masalah tersebut. Pendekatan penelitian yang

diterapkan adalah studi kasus. Pengertian kasus itu sendiri adalah masalah, sehingga

studi kasus adalah kegiatan penelaahan secara mendalam terhadap kasus atau masalah

yang dipandang sebagai suatu yang melanggar kedisiplinan yang menjadi aturan

sekolah. Dapat disimpulkan bahwa penelitian studi kasus lebih cocok untuk

menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan bagaimana, mengapa suatu peristiwa itu

terjadi, serta akibat yang ditimbulkan

2. Kehadiran Peneliti

Penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrument utama atau kunci

pengumpulan data di lokasi penelitian. Sebagai instrument kunci, peneliti harus

melakukan kontak langsung dengan subjek penelitian untuk memperoleh data yang

diperlukan dengan melakukan pengamatan dan wawancara. Melalui wawancara

langsung dengan siswa yang bersangkutan akan di dapatkan data primer, sedangkan

data sekunder bisa diperoleh dari sumber lain, seperti teman dekat, orang tua dan

(42)

C. Data dan Sumber Data

Penelitian akan memperoleh hasil yang baik apabila sumber data yang

digunakan dapat memberikan data yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berbentuk data kualitatif. Data kualitatif

tersebut dapat diperoleh dari sumber yang signifikan yang menjadi subjek penelitian.

Adapun sumber data tersebut adalah :

1. Sumber data primer yaitu subjek itu sendiri ( siswa yang tidak disiplin terhadap

tata tertib sekolah ). Data dari siswa ini untuk mengetahui sebab dan akibat siswa

tidak disiplin serta , bentuk-bentuk pelanggarannya. Data ini diperoleh melalui

pengamatan dan wawancara.

2. Sumber data sekunder yaitu ;

a. Orang tua kesehatan, hobby, kegiatan siswa dan saudara, untuk mendapatkan

informasi siswa meliputi dirumah, aktifitas belajar siswa, teman siswa di

rumah, serta pola asuh orang tua. Selain itu untuk mengetahui lebih dekat

keadaan sosial ekonomi dan kebiasaan dalam keluarga.

b. Guru, untuk mengetahui tingkah laku siswa dalam mengikuti proses belajar

mengajar dan kegiatan lain disekolah. Selain itu untuk mendapatkan informasi

tentang pelanggaran yang dilakukan siswa dan melakukan tata tertib sekolah

serta mengetahui prestasi belajar siswa.

c. Teman subjek, melalui teman bermain atau teman akrab diharapkan

mendapatkan informasi kegiatan yang dilakukan siswa baik ketika jam

pelajaran maupun diluar jam pelajaran.

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Karanganom Klaten

(43)

commit to user

29

seperti daftar presensi siswa, buku catatan yang dimiliki guru BK tentang siswa yang

melakukan pelanggaran tata tertib, observasi terhadap siswa kemudian wawancara

terhadap wali kelas dan guru mata pelajaran.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan diperoleh melalui informasi yang berasal dari sumber

data. Informasi tersebut dapat diperoleh secara lengkap apabila menggunakan sarana

pengumpulan data yang tepat sehingga data tersebut sesuai dengan kebutuhan,

kemudian diolah untuk memperoleh kesimpulan. Teknik yang digunakan untuk

mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah

1. Dokumentasi

Arikunto (2006:231) menjelaskan metode dokumentasi adalah mencari data

mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkip, buku, maupun agenda.

Moleong (2001:161) mengemukakan bahwa dokumen ialah setiap bahan tertulis

maupun film. Wujud dokumentasi yang digunakan peneliti dalam penelitian ini

adalah buku induk siswa, buku raport, daftar hadir, daftar nilai, buku pribadi siswa

serta catatan pelanggaran siswa. Data tersebut sangat berguna untuk dijadikan bahan

pengarahan tentang diri siswa. Data siswa yang telah di dokumentasikan perlu

dianalisis dengan cermat. Dokumentasi ini dijadikan sumber data :

a. Dokumentasi merupakan sumber data yang stabil.

b. Dokumentasi bersifat alamiah.

c. Dokumentasi relatif mudah dipelajari.

d. Tidak reaktif, sehingga tidak sukar ditemukan karena sudah tersedia di

sekolah.

Penggunaan dokumentasi dalam penelitian adalah untuk memperoleh identitas siswa

dan keaktifan kehadiran siswa dalam mengikuti pelajaran serta kegiatan sekolah

(44)

2. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati subjek

secara langsung maupun tidak langsung. Diamati adalah kegiatan subjek, ketika

mengikuti pelajaran maupun diluar jam pelajaran didalam lingkungan sekolah.

Melalui pengamatan tersebut dapat diungkap gejala-gejala yang ada pada subjek

penelitian beserta latar belakangnya. Muhammad Surya (1997:225) menjelaskan

bahwa observasi merupakan teknik pengumpul data yang dilakukan dengan

mengawasi dan mencatat data secara sistematis terhadap gejala perilaku yang

nampak. Observasi ini dilaksanakan untuk mengetahui:

a. Hubungan antara siswa dengan orang tua;

b. Hubungan sosial siswa di sekolah dengan teman-temannyayang dapat

menjadi penyebab munculnya perilaku melanggar disiplin terhadap tata

tertib di sekolah;

c. Kehadiran siswa di sekolah yang meliputi aktifitas mengikuti pelajaran,

upacara, melaksanakan tugas piket dan kegiatan-kegiatan lainnya;

d. Perilaku siswa dalam hal berpakaian, saat bertemu guru, saat berdoa dan

pada waktu diberi pekerjaan rumah oleh guru;

e. Bentuk-bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh siswa;

f. Frekwensi terjadinya pelanggaran.

g. Motif melakukan pelanggaran.

3. Wawancara

Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan

mengadakan komunikasi atau tanya jawab dengan sumber data. Wawancara

didefinisikan sebagai suatu percakapan, tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih

secara mendalam yang dapat dilakukan secara face to face dan diarahkan pada

penguakan masalah tertentu. Moleong (2001:135) mengemukakan wawancara adalah

(45)

commit to user

31

disiplin, teman dan orang tua siswa. Fungsi wawancara untuk mengungkap latar

belakang munculnya perilaku melanggar disiplin terhadap tata tertib sekolah serta

akibat yang dialami dari seringnya melakukan pelanggaran disiplin. Wawancara

digunakan sebagai alat pengumpul data karena terdapat beberapa kelebihan, yaitu :

a. Dapat dilaksanakan sewaktu-waktu tergantung kesiapan kedua belah

pihak.

b. Tidak terikat oleh kemampuan membaca dan menulis.

c. Dapat menjalin hubungan pribadi yang baik.

d. Dapat memperoleh data sesuai dengan kebutuhan.

e. Dapat mengungkap masalah secara mendalam.

4.Home Visit

Home Visit adalah kunjungan ke rumah subjek dengan maksud mengetahui

keadaan subjek di rumah dengan cara melakukan observasi dan wawancara.

Kunjungan rumah ini dilakukan dalam rangka mengumpulkan data untuk

mendapatkan gambaran secara langsung tentang latar belakang kehidupan keluarga

subjek. Data tersebut digunakan untuk melengkapi data yang telah diperoleh dari

dokumentasi, wawancara dan observasi di sekolah. Data-data yang diperoleh dari

pelaksanaan home visit antara lain, untuk mengetahui keadaan rumah dan orang tua

subjek, untuk mengetahui latar belakang kehidupan kehidupan subjek, mengetahui

kegiatan subjek dirumah dan untuk mengetahui hubungan subjek dengan orang

tuanya

Untuk melaksanakan home visitdilakukan beberapa tahap, sejak perencanaan

sampai analisis data. Tahap-tahap tersebut antara lain :

a. Mengajukan permohonan ijin kepada kepala sekolah untuk

melaksanakanhome visit.

b. Menyiapkan pedoman wawancara.

c. Melaksanakanhome visit.

(46)

e. Menganalisis hasil wawancara.

Home visit merupakan kegiatan terakhir dari seluruh rangkaian kegiatan

pengumpulan data, maka data hasil home visit dipadukan dengan data yang sudah ada

untuk dianalisis.

F. Validitas Data

Data yang telah terkumpul perlu diperiksa keabsahannya atau kebenarannya.

Data yang benar merupakan salah satu syarat penelitian ilmiah. Teknik pemeriksaan

keabsahan data yaitu dengan trianggulasi sumber dan trianggulasi metode.

1. Trianggulasi sumber

Menurut Patton dalam Moleong (2004:330-331) menyatakan trianggulasi

sumber adalah membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu

informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian

kualitatif, hal ini dapat dicapai dengan jalan :

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

b. Membandingkan pendapat klien dengan pendapat guru, temen subjek

dan orang tua subjek.

c. Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen seperti buku

pribadi siswa, buku absensi siswa dan rapot.

Apabila berbagai sumber menunjukkan data yang sama, maka data tersebut

dinyatakan valid.

2. Trianggulasi metode

Trianggulasi metode yaitu penelitian yang dilakukan dengan metode yang

berbeda guna memperoleh data yang sama dari satu subjek, apabila data yang

(47)

commit to user

33

G. Analisis Data

Setelah data terkumpul, selanjutnya diadakan analisis data. Analisis data

menurut Moleong (2001:103) adalah suatu proses pengorganisasian serta

mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat

ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang ada pada data.

Jenis analisis data yang digunakan adalah deskriptif analisa data kualitatif. Analisis

tersebut merupakan proses menganalisis data secara sistematis berdasarkan temuan

yang diperoleh melalui wawancara dan observasi dalam bentuk diskripsi, yaitu

penggambaran hasil penelitian melalui penjelasan-penjelasan yang menunjukkan

tentang ketidakdisiplinan siswa, yang sering melanggar tata tertib sekolah. Analisis

data kualitatif, terdiri dari tiga jalur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu

reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

1. Reduksi data

Reduksi data sebagai proses penelitian, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, dan tranformasi data dasar yang muncul dari

catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis

yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan

mengorganisasikannya, sehingga data siap disajikan sehingga dapat ditarik

kesimpulan finalnya dan selanjutnya diverifikasi.

2. Penyajian data

Setelah data yang terkumpul direduksi yakni dipilih yang dipentingkan di

buang yang tidak diperlukan dan digolongkan sesuai dengan kebutuhan, maka data

disajikan dalam bentuk sekumpulan informasi dari berbagai sumber dan metode.

Selanjutnya data yang tersusun dimungkinkan untuk dianalisis dan ditarik kesimpulan

(48)

3. Penarikan kesimpulan atau verifikasi

Menarik kesimpulan dan verifikasi hanyalah sebagian dari suatu kegiatan

konfigurasi yang utuh. Di dalam menarik kesimpulan harus juga diverifikasi

makna-makna yang muncul dari data yang harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan

kecocokannya agar dapat diperoleh data yang valid.

Bagan II : Analisis Data

H. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang ditempuh dalam penelitan studi kasus adalah:

1. Tahap Persiapan Penelitian

a. Konsultasi dengan kepala sekolah

Konsultasi dengan kepala sekolah dilakukan untuk minta ijin kepada kepala

sekolah tentang penelitian yang akan dilakukan dan waktu pelaksanaannya.

b. Konsultasi dengan guru BK

Konsultasi dengan guru BK dilakukan untuk memperoleh informasi tentang Pengumpulan

Data

Reduksi Data

Penyajian Data

(49)

commit to user

35

disiplin dalam berpakaian seragam, sering terlambat, tidak aktif dalam kegiatan

belajar mengajar, tidak ikut upacara, dan apatis terhadap kegiatan sekolah lainnya.

c. Konsultasi dengan wali kelas

untuk mengetahui keadaan siswa waktu di dalam kelas.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Tahap ini dilaksanakan teknik dokumentasi, observasi dan wawancara.

a. Teknik dokumentasi

Teknik dokumentasi dilaksanakan untuk memperoleh data tentang identitas

siswa kepribadian, kesehatan, kelakuan, perkembangan studi, prestasi belajarnya dan

kehadiran siswa di sekolah. Data tersebut diperoleh dari catatan yang ada pada buku

pribadi dan buku induk di sekolah.

b. Observasi terhadap siswa tidak disiplin terhadap tata tertib sekolah

Observasi yang dilakukan untuk mengungkap bentuk perilaku siswa tidak

disiplin saat kegiatan belajar mengajar maupun di luar kelas, misalnya dalam hal

berpakaian seragam, dalam hal melaksanakan tugas sekolah, maupun

kegiatan-kegiatan di sekolah, serta bentuk pelanggaran lain yang dilakukan siswa

c. Wawancara

Wawancara dilakukan terhadap informan-informan yang dapat mengungkap

tentang ketidakdisiplinan siswa, diantaranya :

1) Siswa itu sendiri sebagai subjek penelitian.

2) Teman dekat

3) Guru BK

4) Wali kelas

5) Orang tua

Data yang diperoleh dari teknik dokumentasi, observasi dan wawancara yang

(50)

3.Tahap Pelaporan Hasil

Setelah selesai tahap pelaksanakan penelitian, tahap berikutnya adalah

pelaporan hasil penelitian. Pada tahap ini peneliti merangkum semua hasil penelitian

yang berupa temuan-temuan di lapangan yang telah diperiksa validitasnya kemudian

(51)

commit to user

37

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Paparan Data penelitian

1. Paparan Lokasi SMP Negeri 2 Karanganom

Lokasi SMP Negeri 2 Karanganom berada di desa Bungkusan, Jurangjero,

Karanganom, Klaten. SMP Negeri 2 Karanganom terletak di posisi yang cukup

strategis, yaitu dekat dengan kantor balai desa Jurangjero, kantor kecamatan

Karanganom, Polsek karanganom dan dikelilingi oleh sarana umum lainnya, seperti

pasar Jurangjero, pertokoan, puskesmas, dan warnet. Selain itu SMP Negeri 2

Karanganom juga berdekatan dengan sekolah-sekolah lainnya yaitu SD Negeri 1

Jurangjero, SMP Negeri 1 Karanganom, SMP Negeri 4 Karanganom dan SMA Negeri

1 Karanganom.

2. Paparan Sarana dan Prasarana Pendidikan

Sarana dan prasarana pendidikan sangat dibutuhkan dalam menunjang proses

belajar mengajar dan kegiatan disekolah. Lebih-lebih untuk mencapai prestasi dan

meningkatkan mutu suatu sekolah, sangat diperlukan sarana dan prasarana yang

memadai. Sarana prasarana sekolah merupakan benda-benda atau material. Secara

garis besar dapat dibedakan menjadi

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “ KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK SELF-MANAGEMENT UNTUK MENINGKATKAN DISIPLIN TERHADAP TATA TERTIB SEKOLAH PADA SISWA KELAS

adanya musyawarah yang melibatkan kepala sekolah, wakasek kesiswaan, guru bimbingan konseling, dan guru, (2) Proses pensosialisasian tata tertib sekolah dilakukan penjelasan saat

Hasil penelitian (1) Proses perencanaan tata tertib sekolah dilakukan dengan adanya musyawarah yang melibatkan kepala sekolah, wakasek kesiswaan, guru bimbingan konseling, dan

Praktikan/Siswa dilarang membawa bahan yang tidak terkait dengan peralatan praktikkum pada hari yang bersangkutan.. “SANKSI BAGI YANG MELANGGAR TATA TERTIB MULAI DARI TEGURAN

1) Dinas pendidikan penerapan sanksi terhadap sisiwa yang melanggar tata tertib sekolah secara tidak lngsungmemberikan sanksi. Penerpan sanksi juga bertujuan untuk

c. Petunjuk, peringatan, dan larangan dalam berperilaku di sekolah/madrasah, serta pemberian sanksi bagi warga yang melanggar tata tertib. Peraturan diatas telah

Setiap siswa yang tidak mamatuhi aturan / tata tertib sekolah : Diberi ganjaran/hukuman.. yang sesuai dengan aturan apa yang

Pada penelitian ini peneliti fokus pada kepuasan porelehan layanan BK dengan kedisplinan menaati tata tertib sekolah sebagai peserta didik diharapkan untuk menanamkan perilaku yang