• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI TATA TERTIB SEKOLAH DALAM PENANAMAN BUDAYA DISIPLIN SISWA: Studi Deskriptif di SMPN I Tanjungsiang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI TATA TERTIB SEKOLAH DALAM PENANAMAN BUDAYA DISIPLIN SISWA: Studi Deskriptif di SMPN I Tanjungsiang."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

No. Daftar FPIPS: 17858/UN.40.2.2/PL/2013

Tanti Reni Puspita, 2013

IMPLEMENTASI TATA TERTIB SEKOLAH DALAM PENANAMAN BUDAYA

DISIPLIN SISWA

(Studi Deskriptif di SMPN I Tanjungsiang)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh:

Tanti Reni Puspita 0901156

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

Tanti Reni Puspita, 2013

Implementasi Tata Tertib Sekolah dalam Penanaman Budaya Disiplin Siswa (Studi Deskriptif di SMP N I Tanjungsiang)

Oleh Tanti Reni Puspita

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Tanti Reni Puspita 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

No. Daftar FPIPS: 17858/UN.40.2.2/PL/2013

Tanti Reni Puspita, 2013

LEMBAR PENGESAHAN

Tanti Reni Puspita 0901156

IMPLEMENTASI TATA TERTIB SEKOLAH DALAM PENANAMAN BUDAYA

DISIPLIN SISWA

(Studi Deskriptif di SMPN I Tanjungsiang)

Disetujui dan Disahkan Oleh:

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed NIP. 19630820 198803 1 001

Pembimbing II

Dr. Kokom Komalasari, M. Pd NIP. 1972001 200112 2 001

Mengetahui,

Ketua Jururan Pendidikan Kewarganegaraan

(4)

Tanti Reni Puspita, 2013

Skripsi ini telah diuji pada :

Hari, tanggal : Rabu, 30 Oktober 2013

Tempat : Gedung FPIPS UPI Bandung

Panitia ujian terdiri dari :

1. Ketua :

Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si.

NIP. 19700814 199402 1 001

2. Sekretaris :

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed. NIP. 19630820 198803 1 001

3. Penguji :3.1

Prof. Dr. H. Aim Abdulkarim, M.Pd. NIP. 19590714 198601 1 001

3.2

Dr. Dadang Sundawa, M.Pd NIP. 19600515 198803 1 002

3.3

(5)

vi Tanti Reni Puspita, 2013

ABSTRAK

IMPLEMENTASI TATA TERTIB SEKOLAH DALAM PENANAMAN BUDAYA DISIPLIN SISWA (Studi Deskriptif di SMPN I Tanjungsiang)

(6)

vi Tanti Reni Puspita, 2013

ABSTRACT

IMPLEMENTATION PROCEDURES IN THE CONDUCT OF INVESTMENT CULTURE SCHOOL STUDENT DISCIPLINE (Descriptive Study on SMP I Tanjungsiang)

School is an important element in the formation of student discipline. Discipline and order are two things that can not be separated. Both have an important role in the creation of a school environment that is highly dynamic, harmonious and prosperous. However, the implementation of such rules does not always run smoothly so frequent violations of the student in school. So here the schools are required to fix the situation so as to reduce the number of offenses committed students that will be the realization that baik.Pertanyaan discipline in this study include: 1). How to discipline students in school? 2) How does the implementation rules for discipline 3) What are the factors inhibiting research, during and after the data was collected. Analysis of the data will also result in a conclusion and suggestions that can be recommended to the object under study as problem solving. The results of the study revealed that: 1). Conditions of student discipline has been good with a 9:1 ratio, although there are students who violate 2). Implementation rules have been good considering the students familiar with the applicable rules as for students who violate but still said to be reasonable because it only related to minor offenses and sanctions are set according to the number of cumulative points sanksi.3). Inhibiting factor is related to the student's own consciousness, the environment and the elderly. While supporting factor is the cooperation between the school and the students. 4). The role of the school community are very important in the cultivation of a culture of discipline among other students with unrelenting warn students about the importance of discipline, hold the control exercised by the Guidance and Counseling in learning more mengajar.Untuk improve student discipline planting culture in SMP I Tanjungsiang, the school must be supported by the various parties. For example, schools should be further enhanced ketauladan provision of leadership, teachers and their staff in implementing the regulations. In addition, the principal should be more innovative as a leader in the manufacture of the event activities.

(7)
(8)
(9)

Tanti Reni Puspita, 2013

DAFTAR ISI

PERNYATAAN... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ...x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang Tata Tertib... 9

1. Pengertian Tata Tertib... 9

2. Indikator Tata Tertib ... 10

3. Peranan Tata Tertib ... 11

B. Tinjauan Umum tentang Disiplin... 18

1. Pengertian Unsur-unsur Disiplin dan Indikator ... 18

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin ... 22

3. Proses Pembentukan Sikap Disiplin ... 25

C. Penanaman Kedisiplinan Siswa di Sekolah ... 30

D. Cara Menanamkan Kedisiplin Pada Siswa ... 33

E. Penelitian Terdahulu ... 37

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 40

B. Desain Penelitian ... 42

(10)

Tanti Reni Puspita, 2013

D. Definisi Operasional ... 45

E. Instrumen Penelitian ... 48

F. Teknik Pengumpulan Data ... 49

G. Analis Data ... 53

H. Validitas Data ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Lokasi Penelitian ... 58

1. Profil SMPN I Tanjungsiang ... 57

2. Guru dan Personalia ... 59

3. Kegiatan Intrakulikuler dan Ekstrakulikuler ...59

4. Sarana dan Prasarana ...60

5. Data Siswa ...60

6. Tata Tertib Sekolah ...61

7. Data Pelanggaran Tata Tertib ...63

B. Laporan Hasil Penelitian ... 64

1. Hasil Observasi ... 64

2. Hasil Wawancara ... 66

3. Hasil Dokumentasi... 71

C. Analisis Hasil Penelitian ... 71

1. Kondisi Kedisiplinan Siswa di Sekolah ...71

2. Implementasi Tata Tertib dalam Penanaman Disiplin...74

3. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Tata Tertib dalam Penanaman Disiplin ...77

4. Peran Warga Sekolah dalam Penanaman Budaya Disiplin...80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 85

B. Saran ... 86

Daftar Pustaka………...……..90

(11)

Tanti Reni Puspita, 2013

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 ... 48

(12)

Tanti Reni Puspita, 2013

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 ... 59

Tabel 4..2 ... 60

Tabel 4.3 ... 60

Tabel 4..4 ... 63

(13)

1

Tanti Reni Puspita, 2013

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pada era globalisasi dan modernisasi yang sedang berjalan pada saat ini,

memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan. Perubahan tersebut meliputi

beberapa aspek seperti politik, sosial, budaya. Sebenarnya, bila kita cermati

kemajuan zaman tersebut tidak seharusnya menimbulkan dampak yang tidak baik.

Kita sebut saja dampak dari kemajuan zaman itu yang terlihat sangat jelas adalah

menyangkut menurunnya kedisiplinan.Seperti halnya di Negara kita, disiplin itu

terkesan tidak diindahkan lagi. Padahal, disiplin itu memiliki peranan penting

dalam pembentukan karakter setiap insan manusia. Perilaku yang terlihat konkrit

yang sering terjadi di negara kita yaitu bisa kita lihat dari media massa atau pun

elektronik, dimana sosok atau figur dari para penguasa saja yang sudah

seharusnya menjadi panutan memiliki perilaku yang tidak mengindahkan disiplin.

Seperti anggota dewan menonton video pada saat rapat, dan mengobrol.

Logikanya, bagaimana bisa rakyat kecil menjunjung tinggi disiplin kalau para

penguasa di atas pun tidak bisa memberikan suri tauladan yang baik. Kita tidak

harus selalu menyorot problematika yang menyangkut kedisiplinan dalam lingkup

berbangsa dan bernegara, akan tetapi haruslah memperhatikan kehidupan dan

lingkungan yang lebih kecil dan yang paling dekat dengan kehidupan sekitar kita.

Lingkungan tersebut yaitu sekolah.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal merupakan komponen yang

sangat penting dalam mengembangkan sikap disiplin siswa.Perilaku siswa

terbentuk dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor lingkungan,

keluarga dan sekolah. Tidak dapat dipungkiri bahwa sekolah merupakan salah

satu faktor dominan dalam membentuk dan mempengaruhi perilaku siswa. Di

sekolah seorang siswa berinteraksi dengan para guru yang mendidik dan

mengajarnya. Sikap, teladan, perbuatan dan perkataan guru tentulah menjadi

hal-hal yang dijadikan acuan oleh siswa karena mereka melihat dan mendengar

(14)

2

Tanti Reni Puspita, 2013

pendidiknya seringkali lebih besar pengaruhnya dari apa yang dikatakan atau

diajarkan orang tuanya di rumah. Sikap dan perilaku yang ditampilkan guru

tersebut merupakan bagian dari pendisiplinan siswa di sekolah. Komponen

penting lainnya selain sekolah yaitu tata tertib dan guru, dimana guru mempunyai

peranan besar dalam membentuk karakter disiplin siswa.

Mengapa kedisiplinan harus diperhatikan di sekolah? Hal tersebut

dikarenakan bahwa sekolah pada umumnya memiliki fungsi mengembangkan

potensi peserta didik dari berbagai aspek, seperti mental. Seorang siswa dalam

mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan terlepas dari berbagai peraturan

dan tata tertib yang diberlakukan di sekolahnya, dan setiap siswa dituntut untuk

dapat berperilaku sesuai dengan aturan yang sesuai dengan peraturan dan tata

tertib di sekolahnya. Kepatuhan dan ketaatan siswa di sekolah terhadap tata tertib

dapat dikatakan dengan disiplin siswa. Disiplin siswa adalah salah satu usaha

sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang dan dan dapat

mendorong siswa untuk berperilaku sesuai norma, peraturan dan tata tertib yang

berlaku di sekolah.

Menurut Wikipedia (1993) bahwa disiplin sekolah “refers to students

complying with a code of behaviour often known as the school rules”. Yang

dimaksud dengan aturan sekolah tersebut, seperti tata cara berpakaian yang baik

dan sopan, ketetapan waktu dan etika pelajar. Penetapan dari peraturan sekolah

juga berfungsi dan memiliki tujuan sebagai pemberian hukuman (sanksi) bagi

setiap siswa yang tidak mengindahkan peraturan yang berlaku.

Berkenaan dengan tujuan disiplin sekolah, Maman Rachman (1999) dalam

(faissalrohman.blogspot) mengemukakan bahwa tujuan disiplin sekolah adalah :

1. Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang.

2. Mendorong siswa melakukan hal yang baik dan benar.

3. Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan menjauhi dari hal-hal yang dilarang oleh sekolah.

(15)

3

Tanti Reni Puspita, 2013

Hal serupa dikemukakan oleh wikipedia (1993) bahwa tujuan disiplin

sekolah adalah untuk menciptakan keamanan dan lingkungan belajar yang

nyaman terutama di kelas. Di dalam kelas, jika seorang guru tidak mampu

menerapkan disiplin dengan baik maka siswa mungkin menjadi kurang

termotivasi dan memperoleh penekanan tertentu, suasana belajar menjadi kurang

kondusif untuk mencapai prestasi belajar siswa.Pentingnya kedisiplinan dan

ketertiban itu adalah untuk mecegah terjadinya pelanggaran disiplin yang

dilakukan siswa. Maka dari itu disiplin dan ketertiban perlu diatur oleh sebuah

tatanan yang disebut tata tertib. Membicarakan tentang kedisiplinan, peraturan

dan tata tertib merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan sejalan dengan yang

dipaparkan oleh Arikunto (1990:155) :

Peraturan dan tata tertib merupakan dua hal yang sangat penting bagi kehidupan sekolah sebagai sebuah organisasi yang menyelenggarakan pendidikan. Untuk menjaga berlakunya peratura dan tata tertib diperlukan kedisiplinan dari semua personil sekolah. Di dalam kehidupan sekolah, peraturan dan tata tertib dimaksudkan untuk menjaga terlaksananya kegiatan belajar-mengajar siswa disamping itu juga untuk memenuhi kebutuhan pribadi yang terlibat di dalamnya karena mereka adalah individu yang semestinya dipandang sebagai manusia seutuhnya.

Menelusuri lebih jauh mengenai disiplin sekolah, bahwa disiplin sekolah

tidak bisa dilepaskan dengan persoalan perilaku negatif siswa. Perilaku negatif

yang terjadi di kalangan siswa remaja pada akhir-akhir ini sangat

mengkhawatirkan, seperti : sex bebas, keterlibatan dalam barang-barang haram

(narkoba dan sejenisnya), geng motor, dan berbagai tindakan yang menjurus ke

arah tindkan kriminal lainnya), yang tidak hanya merugikan dirinya sendiri

bahkan dapat merugikan mayarakat umum. Di lingkungan internal (sekolah) juga

banyak terjadi pelanggaran-pelanggaran terhadap peraturan dan tata tertib yang

merentang dari pelanggaran ringan hingga berat , misalnya seperti : nyontek,

bolos, pemalakan, pencurian dan tawuran serta tindakan-tindakan yang

menyimpang lainnya. Tentu saja semua itu memerlukan upaya pencegahan dan

(16)

4

Tanti Reni Puspita, 2013

Terciptanya kedisiplinan juga merupakan salah satu dari tujuan pendidikan

karakter, dimana pendidikan karakter ini memiliki peranan yang sangat penting.

Namun, istilah Pendidikan karakter sendiri masih kurang difahami oleh banyak

kalangan sehingga kajian secara teoritis terhadap pendidikan karakter dapat

menyebabkan salah tafsir tentang makna pendidikan karakter. Menurut Kesuma,

(2011:5),beberapa masalah ketidaktepatan makna yang beredar dimasyarakat

mengenai makna pendidikan karakter dapat diidentifikasi diantaranya sebagai

berikut:

1) Pendidikan karakter = mata pelajaran agama dan Pkn, karena itu menjadi tanggung jawab guru agama dan Pkn.

2) Pendidikan karakter = mata pelajaran pendidikan budi pekerti.

3) Pendidikan karakter = pendidikan yang menjadi tanggung jawab keluarga, bukaan tanggung jawab sekolah.

4) Pendidikan karakter = adanya penambahan mata pelajaran baru dalam KTSP.

Berbagai makna yang kurang tepat tentang pendidikan karakter itu

bermunculan dan seringkali menempati pemikiran dikalangan orang tua, guru, dan

masyarakat umum sehingga menimbulkan beberapa asumsi tentang makna

pendidikan karakter.Menurut ahli pendidikan karakter seperti Megawangi

(2004:95) mendefinisikan Pendidikan karakter itu sebagai berikut “Sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan

mempraktikannya dalam kehidupan sehari-sehari, sehingga mereka dapat

memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya”.

Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa pendidikan karakter itu

adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak sehingga mereka dapat

memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya serta menjadikan

manusia sebagai mahluk yang berketuhanan dan mengemban amanah sebagai

pemimpin di dunia. Selain itu Pendidikan Karakter juga dapat membentuk siswa

berkarakter kuat salah satunya siswa mempunyai karakter disiplin yang sangat

baik sehingga mampu mengambil keputusan dengan bijak dan dapat

(17)

5

Tanti Reni Puspita, 2013

Karakter disiplin sangat diperlukan bagi berlangsungnya kehidupan suatu

bangsa. Dalam konteks kehidupan, disiplin itu merupakan sikap yang sangat

penting sehingga dapat mendukung kemajuan dan perkembangan suatu

masyarakat ke arah yang lebih baik namun dalam mewujudkan semua itu perlu

berbagai upaya yang harus dilakukan seperti membina, membentuk dan

mengembangkan karakter disiplin siswa baik dikehidupan individual, keluarga,

sekolah,masyarakat, bangsa dan Negara.

Sebagaimana yang di ungkapkan oleh Asy Mas’udi (2000:88): “Karakter

disiplin adalah Kebiasaan seseorang yang menjadi satu dalam prilaku kehidupan

dalam melakukan sesuatu pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan

peraturan-peraturaan yang berlaku dengan penuh tanggung jawab tanpa ada

paksaan dari siapapun”.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian terkait dengan implementasi tata tertib dalam pembentukan disiplin

siswa dan untuk mewujudkan kondisi sekolah yang kondusif ini mendorong saya

untuk mengangkat suatu judul “IMPLEMENTASI TATA TERTIB SEKOLAH

DALAM PENANAMAN BUDAYA DISIPLIN SISWA (STUDI

DESKRIPTIF DI SMP N I TANJUNGSIANG)

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahannya, adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana disiplin siswa di sekolah?

2. Bagaimana implementasi tata tertib untuk penanaman disiplin?

3. Apa saja faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan tata tertib untuk

penanaman disiplin ?

(18)

6

Tanti Reni Puspita, 2013

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jawaban dari permasalahan yang

dikemukakan diatas, yang secara umum adalah untuk memperoleh gambaran

secara faktual mengenai implementasi tata tertib sekolah dalam penanaman

budaya disiplin siswa.

2. Tujuan Khusus

Adapun tuju`an khusus dalam penelitian ini adalah

1. Mengetahui disiplin siswa di sekolah.

2. Mengetahui implementasi tata tertib untuk penanaman disiplin siswa di

sekolah.

3. Mengetahui faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan tata tertib

untuk penanaman disiplin.

4. Mengetahui peran warga sekolah dalam penanaman disiplin.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah bersifat teoretik

dan praktis. Adapun manfaat – manfaat tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Teoretik

Secara teoritik penelitian ini menekankan pada teori tentang

pembelajaran hukum, kesadaran hukum dalam penerapannya terhadap

tata tertib siswa di sekolah dan disiplin siswa, kompetensi guru,dan

manajemen sekolah dalam pendidikan karakter. Peneliti ini

mengharapkan guru dapat melakukan pengawasan atas implementasi

tata tertib dan melakukan pendekatan pada setiap siswa sehingga tidak

pernah terjadi perilaku meyimpang dan senantiasa disiplin.

2. Praktis

a. Bagi peneliti, penenelitian ini berguna sebagai acuan untuk

mendorong peneliti ketika telah menjadi seorang pendidik kelak

(19)

7

Tanti Reni Puspita, 2013

pengawasan sehingga peserta didik itu bisa senantiasa

menanamkan disiplin.

b. Bagi guru, penelitian ini berguna sebagai bahan evaluasi untuk

meningkatkan kualitas mengajarnya dan lebih meningkatkan

pengawasan terhadap peserta didiknya sehingga dapat memupuk

dan menanamkan disiplin sejak dini.

c. Bagi siswa, penelitian ini memiliki kegunaan untuk memberikan

pandangan kepada siswa-siswi mengenai pentingnya disiplin dalam

pembentukan karakter siswa. Sehingga siswa akan terhindar dari

perilaku-perilaku menyimpang dan siswa akan memiliki moralitas

yang tinggi dan senantiasa bertumpu pada nilai-nilai yang berlaku

sehingga akan mencetak warga negara yang baik (to be good

citizenship).

E. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi skripsi ini terdiri dari :

1. Bab I Pendahuluan

Bab ini terdiri dari :

a. Latar belakang menjelaskan alasan mengapa masalah tersebut

diteliti, pentingnya masalah itu diteliti dan pendekatan untuk

mengatasi masalah tersebut baik dari sisi teoritis maupun

praktis.

b. Rumusan masalah berisi rumusan dan analisis masalahh

sekaligus identifikasi variabel-variabel penelitian beserta

definisi operasionalnya,.

c. Tujuan penelitian menjelaskan hasil yang ingin dicapai setelah

dilakukannya penelitian.

d. Manfaat penelitian dapat dilihat dari berbagai aspek, misalnya

dari segi teori, segi kebijakan, segi praktik dan segi isu serta

(20)

8

Tanti Reni Puspita, 2013

e. Struktur organisasi skripsi berisi tentang rincian urutan

penulisan dari setiap bab dan bagian skripsi, mulai dari bab I

sampai bab terakhir.

2. Bab II Tinjauan Pustaka

Bab ini terdiri dari konsep-konsep utama dan turunannya sesuai

dengan masalah yang dikaji, didalamnya terdapat pula penelitian

terdahulu yang relevan dengan yang diteliti dan posisi teoritik peneliti

yang berkenaan dengan masalah yang diteliti, yang diturunkan dalam

sub judul.

3. Bab III Metode Penelitian

Bab ini penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian, termasuk

beberapa komponen seperti lokasi dan subjek/sampel penelitian,desain

penelitian, pendekatan dan metode penelitian, teknik pengumpulan

data dan analisis data.

4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini membahas mengenai pengolahan atau analisis data untuk

menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah yang berkaitan

dengan penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian dan

pembahasan atau analisis temuan.

5. Bab V Kesimpulan dan Saran

Bab ini membahas mengenai kesimpulan dari penelitian dan saran

(21)

40 Tanti Reni Puspita, 2013

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian menunjukkan pada pengertian tempat atau lokasi

penelitian, yang dicirikan oleh adanya unsur-unsur seperti pelaku, tempat dan

kegiatan yang dapat diobservasi. Adapun lokasi penelitian ini adalah SMP N I

Tanjungsiang. Sementara itu, yang menjadi pertimbangan dasar dipilihnya SMPN

I Tanjungsiang tersebut sebagai lokasi serta subjek dalam penelitian ini,

dikarenakan sekolah tersebut memiliki kedisiplinan yang cukup baik.

2. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini terlebih dahulu dijelaskan mengenai subjek penelitian,

S. Nasution (1992:32) menjelaskan bahwa “subjek penelitian yaitu sumber yang

dapat memberi informasi, dipilih secara purposif dan pertalian dengan tujuan

tertentu”. Oleh sebab itu yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini

adalah:

a. Kepala Sekolah,

b. Wakasek Kesiswaan,

c. Guru BP,

d. Guru PKn,

e. Siswa-siswi.

Subjek penelitian sebagaimana yang dikemukakan oleh Sugiyono (2011: 215)

bahwa:

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan “Social Situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen, yaitu tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis.Situasi sosial tersebut dapat dinyatakan

(22)

41

Tanti Reni Puspita, 2013

Jadi subjek penelitian kualitatif adalah pihak-pihak yang dapat memberikan

informasi secara purposif dan bertalian dengan tujuan yang hendak dicapai. Hal

ini senada dikemukakan oleh Nasution (1996:32) bahwa:

Dalam penelitian kualitatif yang dijadikan sample hanyalah sumber yang dapat memberikan informasi. Sampel dapat berupa hal, peristiwa, manusia, situasi yang diobservasi.Sering sampel dipilih secara “purposive” bertalian dengan purpose atau tujuan tertentu. Sering pula responden diminta untuk menunjuk orang lain yang dapat memberikan informasi kemudian responden ini diminta pula menunjuk orang lain dan seterusnya. Cara ini lajim disebut “snowball sampling” yang dilakukan secara serial atau berurutan.

Berdasarkan uraian di atas, maka subjek penelitian yang akan diteliti

ditentukan langsung oleh peneliti berkaitan dengan masalah serta tujuan

penelitian. Tujuan peneliti yakni untuk mengetahui sejauh mana tata tertib itu

diterapkan dalam penanaman karakter disiplin siswa di sekolah. Penentuan sampel

dianggap telah memadai jika telah sampai pada ketentuan atau batas informasi

yang ingin diperolehseperti yang dikemukakan oleh Nasution (1998:32-33) bahwa

“Untuk memperoleh informasi sampai dicapai taraf “redundancy” ketentuan atau kejenuhan artinya bahwa dengan menggunakan responden selanjutnya boleh

dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang dianggap berarti”.

Dari apa yang telah diungkapkan di atas, subjek penelitian kualitatif adalah

pihak-pihak yang menjadi sasaran penelitian atau sumber yang dapat memberikan

informasi dipilih secara purposive bertalian dengan tujuan tertentu. Berdasarkan

uraian tersebut, maka subjek yang diteliti akan ditentukan langsung oleh peneliti

berkaitan dengan masalah dan tujuan penelitian.

Dalam pengumpulan data, responden didasarkan pada ketentuan atau

kejenuhan data dan informasi yang diberikan. Jika beberapa responden yang

dimintai keterangan diperoleh informasi yang sama, maka itu sudah dianggap

cukup untuk proses pengumpulan data yang diperlukan sehingga tidak perlu

(23)

42

Tanti Reni Puspita, 2013

B.Desain Penelitian

Desain penelitian berdasarkan lokasi penelitian dan sumber data yang

dipilih berdasarkan teknik pengambilan sampel. Sukmadinata, (2010:52)

menjelaskan bahwa:

Suatu metode penelitian memiliki rancangan penelitian (research design) tertentu. Rancangan ini menggambarkan prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data dan kondisi arti apa data dikumpulkan, dan dengan cara bagaimana data tersebut dihimpun dan diolah.

Desain penelitian ini dibuat berdasarkan fokus kajian yang ingin diteliti

oleh peneliti. Dalam hal ini, peneliti melihat beberapa permasalahan terkait

dengan implementasi tata tertib. Penelitian terhadap permasalahan yang ada

kemudian diformulasikan dan difokuskan dalam sebuah fokus penelitian. Setelah

ditentukan fokus penelitian, peneliti melakukan observasi, wawancara dan studi

dokumentasi di lapangan dengan berbekal teori yang sudah dipelajari. Setelah

diperoleh data, maka data di klasifikasikan, di olah dan di analisis. Hasil

pengolahan data tersebut dijadikan sebagai temuan penelitian yang selanjutnya

dapat ditarik suatu kesimpulan penelitian, hingga bisa menghasilkan rekomendasi

bagi pihak-pihak terkait.

C. Pendekatan dan Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

kualitatif. Nasution (1996:3) mengemukakan bahwa “penelitian kualitatif pada

hakikatnya adalah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya,

berinteraksidengan mereka, berusaha untuk memahami bahasa dan tafsiran

mereka tentang dunia sekitarnya”.Dalam pendekatan kualitatif, proses penelitian

dan pemahaman berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena

sosial dan masalah manusia. Lebih lanjut menurut Bogdan dan Taylor (Moleong,

2007: 4), metode kualitatif adalah “prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

(24)

43

Tanti Reni Puspita, 2013

Penelitian kualitatif berusaha melihat kebenaran-kebenaran atau

membenarkan kebenaran, namun di dalam melihat kebenaran tersebut, tidak selalu

dapat dan cukup didapat dengan melihat sesuatu yang nyata, akan tetapi kadang

kala perlu juga melihat sesuatu yang bersifat tersembunyi, dan harus melacaknya

lebih jauh ke balik sesuatu yang nyata tersebut.

Moleong (2010:6) mengemukakan pengertian penelitian kualitatif, sebagai

berikut :

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subyek penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll, secara horistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini

didasarkan pada dua alasan. Pertama, permasalahan yang dikaji dalam penelitian

tentang implementasi tata tertib dalam penanaman disiplin siswa. Kedua,

pemilihan pendekatan ini didasarkan pada keterkaitan masalah yang dikaji dengan

sejumlah data primer dari subjek penelitian yang tidak dapat dipisahkan dari latar

belakang alamiahnya.Disamping itu, pendekatan kualitatif mempunyai

adaptabilitas yang tinggi, sehingga memungkinkan penulis untuk senantiasa

menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah-ubah yang dihadapi dalam

penelitian ini.

2. Metode Penelitian

Metode adalah proses, prinsip-prinsip dan prosedur yang digunakan untuk

mendekati masalah dan mencari jawaban. Menurut Sukmadinata (2010:52),

“metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan

penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosifis

dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi”. Mendasarkan diri pada

pengertian tersebut, pada penelitian yang dilakukan oleh penulis, maka metode

yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan yang digunakan

(25)

44

Tanti Reni Puspita, 2013

Metode deskriptif yaitu metode penelitian yang membuat gambaran

mengenai situasi atau kejadian, fenomena yang sedang terjadi dan berhubungan

dengan kondisi masa kini. Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang

diungkapkan oleh Suharsirni Arikunto (1993:25) bahwa:

Apabila peneliti bermaksud mengetahui keadaan sesuatu mengenai apa dan bagaimana, berapa bamyak, sejauh mana dan sebagainya, maka penelitiannya bersifat deskriptif, yaitu menjelaskan atau menerangkan peristiwa.

Menurut Sukardi (2004:57) “metode deskriptif berusaha menggambarkan dan menginterpretrasi objek sesuai dengan apa adanya”. Selain itu, Sukardi

(2004:157) mengatakan bahwa :

Penelitian deskriptif merupakan penelitiandi mana pengumpulan data untuk mengetespertanyaan penelitian atau hipotesis yang berkaitan dengan keadaan dan kejadian sekarang. Mereka melaporkan keadaan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya.

Menurut Surakhmad (1998:140), metode penelitian deskriptif secara

umum memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah masalah yang aktual.

2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan, dan kemudian dianalisa.

Berdasarkan pernyataan beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa

metode deskriptif semata-mata menerangkan atau mendeskripsikan kenyataan

fenonema sosial tertentu dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang

diteliti.

Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif karena disesuaikan

dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk mengetahui bagaimana

(26)

45

Tanti Reni Puspita, 2013

D. Definisi Operasional

Menurut Nazir, (1988:152) Definisi operasional adalah “suatu definisi

yang diberikan kepada suatu variabel atau konstruk dengan cara memberikan arti,

atau mempersepsikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang

diperlukan untuk mengukur konstruk atau variabel tersebut”.

Untuk menghindari terjadinya kesalahan persepsi dan kesamaan konsep

dalam mengartikan istilah dan memudahkan dalam menganalisis berkaitan dengan

judul “IMPLEMENTASI TATA TERTIB SEKOLAH DALAM

PENANAMAN BUDAYA DISIPLIN SISWA (STUDI DESKRIPTIF SMP N

I TANJUNGSIANG)”, agar terdapat keberagaman landasan berfikir antara peneliti dengan pembaca maka perlu dirumuskan pula definisi operasional dari

penelitian ini yaitu:

1. Tata Tertib di Sekolah

definisi dari tata tertib itu sendiri, menurut Starawaji dalam (http://wwwtatatertib.blogspot.com/2011/02/tata-tertib.html) menerangkan bahwa :

“Tata tertib merupakan kosakata yang terbentuk dengan mengunakan

imbuhan-imbuhan baru, pada awalnya tat tertib berasal dari dua kata, yaitu

kata “tata” yang artinya susunan, peletakan, pemasangan, atau bisa disebut juga sebagai ilmu, contohnya, tata boga, tata graham, dan lain sebagainya.

Dan kata yang kedua adalah kata “tertib” yang artinya teratur, tidak acak

-acakan, rapih. Dalam kosakata bahasa Indonesia kata “tata tertib”

mempunyai pengertian yang baru, tapi masih ada keterkaitan dengan arti dari kedua kata tersebut, jadi kosakata tata tertib artinya adalah sebuah aturan yang dibuat secara tersusun dan teratur, serta saling berurutan, denga tujuan semua orang yang melaksanakan peratauran ini melakukannya sesuai dengan urutan-urutan yang telah dibuat”

Sedangkan menurut Depdikbud (1989) menjelaskan bahwa “pengertian

tata tertib sekolah adalah aturan atau peraturan yang baik dan merupakan hasil

pelaksanaan yang konsisten (tatap azas) dari peraturan yang ada”. Selanjutnya,

Menurut Mulyono (2000) menyebutkan bahwa “tata tertib adalah kumpulan

aturan–aturan yang dibuat secara tertulis dan mengikat anggota masyarakat.

Aturan–aturan ketertiban dalam keteraturan terhadap tata tertib sekolah, meliputi

(27)

46

Tanti Reni Puspita, 2013

Tata tertib sekolah merupakan patokan atau standar untuk hal–hal tertentu.

Sesuai dengan keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

Nomor 158/C/Kep/T.81 Tanggal 24 September 1981 (Tim Dosen Jurusan

Administrasi Pendidikan FIP IKIP Malang, 1989:145) dalam

(http://www.psychologymania.com/2013/02/pengertian-tata-tertib-sekolah.html)

menerangkan bahwa “ketertiban berarti kondisi dinamis yang menimbulkan

keserasian, keselarasan dan keseimbangan dalam tata hidup bersama makhluk

Tuhan Yang Maha Esa. Ketertiban sekolah tersebut dituangkan dalam sebuah tata

tertib sekolah”.

Pada dasarnya tata tertib siswa di sekolah adalah sebagai berikut

sebagaimana yang diungkapkan oleh Suryosubroto (2004:82-83) dalam Aang

(2011)sesuai dengan instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.14 tahun

1974 adalah sebagai berikut:

a) Tugas dan kewajiban dalam kegiatan intra sekolah

1) Murid harus datang di seakolah sebelum jam pelajaran dimulai,

2) Murid harus sudah siap menerima pelajaran sesuai dengan jadwal sebelum pelajaran dimulai

3) Murid tidak dibenarkan tinggal di dalam kelas pada saat jam istirahat kecuali jika keadaan tidak mengijinkan misalnya hujan,

4) Murid boleh pulang jika pelajaran selesai,

5) Murid wajib menjaga kebersihan dan menjaga keindahan sekolah,

6) Murid wajib menjaga cara berpakaian sesuai dengan yang ditetapkan sekolah,

7) Murid harus juga memperhatikan kegiatan ekstrakulikuler : pramuka, kesenian, palang merah remaja dan sebagainya. b) Larangan-larang yang harus diperhatikan

1) Meninggalkan sekolah/jam pelajaran tanpa izin dari kepala sekolah atau guru yang bersangkutan,

2) Merokok di sekolah,

3) Berpakaian tidak senonoh dan bersolek berlebihan, 4) Kegiatan yang mengganggu jalannya pelajaran, c) Sanksi bagi murid dapat berupa :

1) Peringatan lisan secara langsung,

2) Peringatan tertulis dengan tembusan kepada orang tua, 3) Dikeluarkan sementara,

(28)

47

Tanti Reni Puspita, 2013

2. Disiplin

Disiplin merupakan istilah yang sudah memasyarakat di berbagai instansi

pemerintah maupun swasta. Kita mengenal adanya disiplin kerja, disiplin lalu

lintas, disiplin belajar dan macam istilah disiplin yang lain. Masalah disiplin yang

dibahas dalam penelitian ini hanya difokuskaan mengenai disiplin siswa. Disiplin

yang dimaksud dalam hal ini adalah disiplin yang dilakukan oleh para siswa

dalam kegiatan belajarnya baik di rumah maupun di sekolah.

Secara etimologis, istilah disiplin berasal dari kata discipline yang artinya

pengikut atau penganut, yakni seorang yang belajar dari atau secara sukarela

mengikuti seorang pemimpin. Dalam kehidupan sehari-hari istilah disiplin

biasanya dikaitkan dengan keadaan yang tertib, maksudnya suatu keadaan dimana

perilaku seorang mengikuti pola-pola tertentu yang telah ditetapkan terlebih

dahulu.

Menurut Anwar Yasin (1989) yang dikutip Lina F.R (2006:30) disiplin

digunakan dalam beberapa pengertian diantaranya:

1. Disiplin diartikan sebagai kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk pada pengawasan pengendalian.

2. Sebagai hasil latihan (pengendalian diri) perilaku tertib.

3. Sebagai latihan yang bertujuan mengembangkan watak agar perilaku tertib dan efisien.

Hal ini sejalan dengan pendapat Darmodihardjo dalam Usman Radiana

(1999:23) mengemukakan bahwa “Disiplin adalah sikap mental yang

mengandung kerelaan untuk memenuhi semua ketentuan, peraturan dan norma

yang berlaku dalam menunaikan tugas dan tanggung jawab”.

Dari beberapa pengertian disiplin yang telah dikemukakan diatas, pada

dasarnya sama yaitu menyatakan sikap tunduk dan patuh terhadap peraturan yang

berlaku. Kepatuhan terhadap peraturan itu ada yang timbul atas dasar tanggung

jawab dan kesadaran diri serta ada yang timbul atas dasar paksaan dan tekanan

(29)

48

Tanti Reni Puspita, 2013

Indikator disiplin antara lain adalah Menurut Arikunto (1990:137) dalam

Nurdin (2012) membagi tiga indikator kedisiplinan yaitu :

1. Perilaku kedisiplinan di dalam kelas

2. Perilaku kedisiplinan di luar kelas dan di lingkungan 3. Perilaku kedisiplinan di rumah

Selain itu juga Tu’u (2004:91) menjelaskan bahwa indikator yang

menunjukkan pergeseran atau perubahan hasil belajar siswa sebagai kontribusi

mengikuti da mentaatiperaturan sekolah adalah meliputi : dapat mengatur waktu

belajar di rumah, rajin dan teratur belajar, perhatian ketika belajar di kelas, da

ketertiban dalam belajar di kelas.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan hal yang paling penting dalam suatu

penelitian. Hal ini dikarenakan instrumen penelitian merupakan acuan peneliti

dalam melakukan penelitian. Satori (2007:9) mengemukakan bahwa “instrumen

penelitian merupakan tumpahan teori dan pengetahuan yang dimiliki si peneliti

mengenai fenomena yang diharapkan mampu mengungkap informasi-informasi

penting dari fenomena yang diteliti”.

Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen utama (key

instrument) dalam mengumpulkan data dan menginterpretasi data

dengandibimbing oleh pedoman wawancara dan pedoman observasi.Pendapat lain

dikemukakan Satori (2007:10) yang mengatakan bahwa:

Kategori instrumen yang baik dalam penelitian kualitatif adalah instrumen yang memiliki pemahaman yang baik akan metodologi penelitian, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan untuk memasuki objek penelitian, baik secara akademik maupun secara logistiknya.

Dalam penelitian ini, peneliti mengadakan observasi dan wawancara

mendalam, dengan asumsi bahwa hanya manusia yang dapat memahami makna

interaksi sosial, menyelami perasaan dan nilai-nilai yang terekam dalam ucapan

dan perilaku responden.Peneliti sendiri adalah sebagai pengkonstruksi realitas atas

(30)

49

Tanti Reni Puspita, 2013

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

sebuah penelitian, hal ini karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan

data. Beberapa macam teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif

menurut Sugiyono (2009:309) yaitu:

Gambar 3.1. Macam-macam teknik pengumpulan data (Sumber: Sugiyono,

(2009:309)

Dalam rangka kepentingan pengumpulan data, teknik yang digunakan

dapat berupa kegiatan:

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh peneliti dengan tujuan

untuk memperoleh informasi dan data tentang implementasi tata tertib sekolah

dalam penanaman disiplin siswa. Satori (2007:44) berpendapat bahwa:

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Wawancara

Observasi Macam-macam

teknik

pengumpulan data

Dokumentasi

(31)

50

Tanti Reni Puspita, 2013

Pendapat di atas menjelaskan bahwa wawancara dilakukan melalui proses

tanya-jawab lisan secara langsung. Senada dengan pendapat Satori, pendapat

serupa diungkapkan Moleong (2007:186) bahwa “wawancara adalah percakapan

dengan maksud tertentu. percakapan itu dilakukan oleh kedua pihak, yaitu

pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan

jawaban atas pertanyaan itu”.

Pada penelitian kualitatif, wawancara mendalam dapat dilakukan dengan

dua cara. Pertama, wawancara sebagai strategi dalam mengumpulkan data, pada

konteks ini catatan data lapangan yang diperoleh berupa transkrip wawancara.

Kedua, wawancara sebagai penunjang teknik lain dalam mengumpulkan data,

seperti analisis dokumen dan studi literatur. Berkaitan dengan hal tersebut, Danial

(2009: 71) menjelaskan bahwa:

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan dialog, tanya jawab antara peneliti dan responden secara sungguh-sungguh. Wawancara dapat dilakukan di mana saja selama dialog masih bisa dilakukan, misalnya sambil berjalan, duduk santai disuatu tempat, di lapangan, di kantor, di kebun, di bengkel, atau di mana saja.

Berdasarkan hal ini, peneliti harus mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan

yang akan diajukan, disesuaikan dengan keadaan dan ciri yang unik dari

responden. Adapun langkah-langkah wawancara yang dikemukakan Lincoln dan

Guba (dalam Sugiyono, 2009:322) yaitu:

a. Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan

b. Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan

c. Mengawali atau membuka alur wawancara d. Melangsungkan alur wawancara

e. Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara ke dalam catatan lapangan

f. Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh

Dalam hal ini, pewawancara harus penuh perhatian terhadap apa yang

diungkapkan, berusaha bertanya secara rinci kepada responden, menghindari

pertanyaan yang kemungkinan hanya dijawab "ya" atau "tidak", dan berusaha

menghubungkan keseluruhan hasil wawancara melalui persiapan pertanyaan

(32)

51

Tanti Reni Puspita, 2013

responden lebih bebas dan terbuka, sebingga pertanyaan/proses tanya jawab

mengalir seperti pada percakapan sehari-hari.

Adapun manfaat mengadakan wawancara, seperti ditegaskan oleh

Nasution (2003:114-115), yaitu:

Melalui tanya jawab kita dapat memasuki alam fikiran orang lain sehingga kita memperoleh gambaran tentang dunia mereka. jadi wawancara dapat berfungsi deskriptif, yaitu melukiskan dunia kenyataan seperti dialami oleh orang lain. Selain itu, wawancara berfungsi eksploratif, yaitu bila masalah yang kita hadapi masih samar-samar karena belum diselidiki secara mendalam oleh orang lain.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara semistruktur

dilakukan dengan tanya jawab dengan responden penelitian yaitu kepala sekolah,

wakasek kesiswaan,guru BP, siswa-siswi. Tujuan wawancara dalam penelitian ini

adalah untuk memperoleh data mengenai implementasi tata tertib sekolah dalam

penanaman budaya disiplin siswa.

2. Studi Dokumentasi

Moleong dalam (Satori, 2007:90) mengatakan bahwa dokumen merupakan

sumber informasi yang bukan manusia (non human resources), sedangkan studi

dokumentasi adalah teknik pengumpulan data. Secara harafiah dokumen dapat

diartikan sebagai catatan kejadian yang sudah lampau.

Data yang digunakan dalam penelitian kualitatif seringkali diperoleh dari

sumber manusia melalui observasi dan wawancara.Akan tetapi ada pula data yang

bersumber dari dokumen dan seringkali data dokumen kurang dimanfaatkan.

Arikunto (1998:236) mengatakan bahwa “metode dokumentasi merupakan salah

satu cara mencari datamengenai hal-hal atau variabel berupa catatan transkrip,

buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan

(33)

52

Tanti Reni Puspita, 2013

Studi dokumentasi dilakukan dengan cara pengumpulan, menganalisis

dokumen-dokumen, catatan-catatan yang penting dan berhubungan serta dapat

memberikan data-data untuk memecahkan permasalahan dalam penelitian.

Berkaitan dengan hal tersebut, Danial. E (2009: 79) mengungkapkan bahwa:

Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian, seperti peta, data statistik, jumlah dan nama pegawai, data siswa, data penduduk; grafik, gambar, surat-surat, foto, akte, dan sebagainya.

Studi dokumentasi merupakan salah satu sumber data penelitian kualitatif

yang sudah lama digunakan karena sangat bermanfaat. Teknik ini dilakukan

dengan cara melihat dan menganalisa data-data yang berupa dokumentasi yang

berkaitan dan menunjang penelitian tentang implementasi tata tertib. Contohnya

seperti catatan dalam buku pelanggaran tata tertib, catatan atau dokumen yang

dipegang oleh guru BP dan lain-lain. Seperti yang dijelaskan oleh Sukmadinata

(2010:221) yang mengungkapkan bahwa: “studi documenter (documentary study)

merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis

dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.

3. Studi Literatur

Studi literatur yaitu alat pengumpul data untuk mengungkapkan berbagai

teori yang relevan dengan permasalahan yang sedang dihadapi atau dtieliti sebagai

bahan pembahasan hasil penelitian. Teknik ini dilakukan dengan cara membaca,

mempelajari buku-buku dan lain-lain. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh

data teoritis yang sekiranya dapat mendukung kebenaran data yang diperoleh

melalui penelitian dan menunjang pada kenyataan yang berlaku pada penelitian.

Pada tahapan ini, peneliti melakukan apa yang disebut dengan kajian pustaka,

yaitu mempelajari buku-buku referensi dan hasil penelitian terdahulu yang sejenis

yang pernah dilakukan oleh orang lain. Tujuannya ialah untuk mendapatkan

landasan teori mengenai masalah yang akan diteliti. Teori merupakan pijakan bagi

peneliti untuk memahami persoalan yang diteliti dengan benar dan sesuai dengan

(34)

53

Tanti Reni Puspita, 2013

Peneliti mendapatkan referensi dari buku, skripsi terkait tentang kajian

kedisiplinan siswa, internet.

G. Analisis Data

Setelah keseluruhan proses penelitian telah diselesaikan, maka selanjutnya

peneliti mulai melakukan pengelolaan data dan analisis data yang diperoleh dari

hasil wawancara, observasi, studi litelatur. Analisis data merupakan rangkaian

kegiatan yang disusun secara sistematis untuk mengatur, mengurutkan ,

mengelompokkan sehingga memperoleh temuan-temuan yang di dapat selama

penelitian. Dalam hal analisis data kualitatif, Bodgan (dalam Sugiyono, 2009:334)

menyatakan bahwa:

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.

Proses analisis data dalam penelitian kualitatif berlangsung sebelum

peneliti terjun ke lapangan, selama di lapangan, dan yang paling utama adalah

analisis setelah peneliti menyelesaikan kegiatan pengumpulan data di lapangan.

Setelah data diperoleh di lapangan, selanjutnya peneliti menguraikannya ke dalam

bentuk tertulis dan dirangkum ke dalam bentuk tulisan. Sehingga data yang

diperoleh dapat dijadikan penelitian selanjutnya. Susan Stainback (dalam

Sugiyono, 2009:335) mengemukakan bahwa “Analisis data merupakan hal yang

kritis dalam proses penelitian kualitatif. Analisis digunakan untuk memahami

hubungan dan konsep dalam data sehingga hipotesis dapat dikembangkan dan

dievaluasi”.

Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat dikemukakan bahwa analisis data

adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari

hasil wawancara, studi literatur dan studi dokumentasi, dengan cara

mengorganisasikan data kemudian membuat kesimpulan sehingga mudah

(35)

54

Tanti Reni Puspita, 2013

Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono, (2009:337) mengemukakan

bahwa:

Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display,

dan conclusion drawing/verification.

Terdapat beberapa tahapan aktivitas dalam melakukan analisis data pada

penelitian kualitatif, yaitu:

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang diperoleh ditulis dalam bentuk laporan atau data yang

terperinci.Laporan yang disusun berdasarkan data yang diperoleh direduksi,

dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting.

Data hasil mengihtiarkan dan memilah-milah berdasarkan satuan konsep, tema,

dan kategori tertentu akan memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil

pengamatan juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data sebagai

tambahan atas data sebelumnya yang diperoleh jika diperlukan.

2. Data Display(Penyajian Data)

Data yang diperoleh dikategorisasikan menurut pokok permasalahan dan

dibuat dalam bentuk matriks sehingga memudahkan peneliti untuk melihat pola-pola

hubungan satu data dengan data lainnya.

3. Conclusion drawing/verification.

Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono, (2009:345) langkah ketiga

dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan

verifikasi.Kesimpulan yang di dapat masih bersifat sementara, dan tidak menutup

kemungkinan akan mengalami perubahan apabila tidak ditemukan bukti-bukti

yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

Dalam penelitian kualitatif, kesimpulan mungkin dapat menjawab

rumusan masalah yang telah dirumuskan peneliti sejak awal, tetapi mungkin juga

tidak dapat menjawab rumusan masalah, karena seperti telah dikemukakan bahwa

masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat

(36)

55

Tanti Reni Puspita, 2013

penelitian kualitatif, kesimpulan diharapkan merupakan temuan baru yang

sebelumnya belum pernah ada.

Berikut adalah skema mengenai komponen-komponen analisis data Miles

dan Huberman dalam Sugiyono, (2009:338)

Gambar 3.2 Model interaktif dalam analisis data Miles and Huberman

Sumber: Sugiyono, 2009:338

H. Validitas Data

Hasil penelitian kualitatif seringkali diragukan karena dianggap tidak

memenuhi syarat validitas dan reabilitas, oleh sebab itu ada cara-cara memperoleh

tingkat kepercayaan yang dapat digunakan untuk memenuhi kriteria kredibilitas

(validitas internal). Menurut Nasution (1996: 114-118) cara yang dapat dilakukan

untuk mengusahakan agar kebenaran hasil penelitian dapat dipercaya yaitu antara

lain:

1. Memperpanjang masa observasi

Pada saat melakukan observasi diperlukan waktu untuk betul-betul mengenal

suatu lingkungan, oleh sebab itu peneliti berusaha memperpanjang waktu

penelitian dengan cara mengadakan hubungan baik dengan orang-orang

disana, dengan cara mengenal kebiasaan yang ada dan mengecek kebenaran

informasi guna memperoleh data dan informasi yang valid yang diperlukan

dalam penelitian ini.

Data collection

Data Reduction

Conclusions :drawing/verifying

(37)

56

Tanti Reni Puspita, 2013

Peneliti memperpanjang masa observasi di SMP N I Tanjungsiang karena

peneliti harus menambah data dari narasumber/informan guna keprluan

penelitian.

2. Pengamatan yang terus menerus

Dengan pengamatan yang dilakukan secara terus menerus atau kontinu

peneliti dapat memperhatikan sesuatu secara lebih cermat, terinci dan

mendalam. Melalui pengamatan yang kontinu peneliti akan dapat memberikan

deskripsi yang cermat dan terinci mengenai apa yang sedang diamatinya, yang

berkaitan dengan implementasi tata tertib siswa dalam penanaman disiplin

siswa.

3. Triangulasi

Tujuan triangulasi ialah mencek kebenaran data tertentu dengan

membandingkannya dengan data-data yang diperoleh dari sumber lain. Dalam

penelitian ini triangulasi data dilakukan terhadap informasi yang diberikan

oleh responden yang satu dengan lainnya dan informan lain yang dapat

mendukung penelitian guna memperoleh kebenaran informasi yang

diinginkan.

4. Membicarakan dengan orang lain (peer debriefing)

Pembicaraan ini antara lain bertujuan untuk memperoleh kritik,

pertanyaan-pertanyaan tajam, yang menantang tingkat kepercayaan akan kebenaran

penelitian. Selain itu pembicaraan ini memberi petunjuk tentang

langkah-langkah yang akan dilakukan selanjutnya.

5. Menggunakan bahan referensi

Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan kepercayaan akan kebenaran

data, peneliti menggunakan bahan dokumentasi yakni hasil wawancara dengan

subjek penelitian atau bahan dokumentasi yang diambil dengan cara tidak

mengganggu atau menarik perhatian informan, sehingga informasi yang

didapatkan memiliki validitas yang tinggi.

6. Mengadakan member check

Salah satu cara yang sangat penting ialah melakukan member chek pada akhir

(38)

57

Tanti Reni Puspita, 2013

responden memperbaiki bila ada kekeliruan, atau menambahkan apa yang

masih kurang. Tujuan member chek ialah agar informasi yang penulis peroleh

dan gunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh

(39)

86 Tanti Reni Puspita, 2013

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian yang telah dilaksanakan

mengenai studi tentang “Implementasi Tata Tertib Sekolah dalam Penanaman Budaya Disiplin Siswa” (Studi Deskriptif di SMPN 1 Tanjungsiang ) dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

A. Kesimpulan

1. Kesimpulan Umum

Untuk mencapai suatu implementasi tata tertib dalam penanaman budaya

disiplin siswa yang baik di SMPN 1 Tanjungsiang Kabupaten Subang diperlukan

kesadaran dari siswa itu sendiri mengingat pelaksanaan dari tata tertib tersebut

memberikan manfaat yang sangat banyak dan memudahkan semua pihak baik itu

dari pihak sekolah ataupun siswa mencapai tujuan pembelajaran serta tercapainya

suatu tujuan nasional pendidikan.Selain itu, dibutuhkan adanya kerjasama antara

beberapa elemen seperti Kepala Sekolah, Guru beserta staff sehingga terciptanya

suatu komunikasi yang baik dan memudahkan untuk saling berinteraksi

melakukan suatu pembiasaan terhadap pelaksanaan tata tertib tersebut.

2. Kesimpulan Khusus

Secara Khusus hasil penelitian ini dapat dirumuskan kedalam beberapa

kesimpulan yaitu sebagai berikut:

1. Kondisi kedisiplinan siswa di SMPN 1 Tanjungsiang Kab. Subang sudah

baik. Pelanggaran yang terjadi hanya sebatas pelanggaran disiplin ringan

dan dalam tahap wajar seperti: datang terlambat ke sekolah dan masuk

kelas, tidak memakai atribut lengkap,bolos.Penyebab pelanggaran

kurangnya kesadaran dan disiplin diri, pengaruh keluarga dan lingkungan.

2. Implementasi tata tertib di sekolah ini sudah cukup baik, siswa telah faham

akan tata tertib. Walaupun sebagian kecil dari mereka masih ada yang

melanggar. Hal trsebut sangat manusiawi mengingat pelanggaran pasti saja

(40)

87

Tanti Reni Puspita, 2013

dari mereka mentaati peraturan karena takut ataupun tidak, mereka harus

mentaatinya karena semata-mata terikat dengan suatu kewajiban.

3. Dalam implementasi tata tertib, ditemui beberapa faktor penghambat dan

pendorong terlaksananya suatu penanaman budaya disiplin yang baik.

Diantaranya adalah faktor penghambatnya yaitu kurangnya kesadaran

dalam diri siswa mengenai pentingnya tata tertib, faktor lingkungan dan

keluarga. Sedangkan yang menjadi faktor pendukung dalam implementasi

tata tertib adalah faktor kebersamaan dari beberapa elemen sekolah

sehingga terciptanya suatu komunikasi yang baik dan memudahkan

penanaman budaya disiplin tersebut tumbuh dan berkembang di

lingkungan sekolah. Adanya kontrol dari pihak sekolah dengan cara

adanya KBM dengan muatan materi yang diberikan oleh pihak Bimbingan

dan Konseling.

4. Peran serta pihak sekolah dalam penanaman budaya disiplin siswa adalah

dengan cara melalui berbagai tahapan diantaranya adalah : melakukan

pembiasaan pada siswa mengingat pentingnya penanaman budaya disiplin

siswa di sekolah, bergerak langsung di lapangan dengan cara memberikan

contoh/tauladan kepada siswa, mengingatkan dan menegur siswa apabila

mereka melakukan pelanggaran dengan sistem pemberian sanksi/teguran

berdasarkan jumlah komulatif point pelanggaran.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian yang diuraikan diatas maka melalui

skripsi ini penulis akan mengemukakan beberapa saran kepada pihak-pihak yang

terkait dengan hasil penelitian ini, terutama pihak-pihak yang berkepentingan

dengan pembelajaran yaitu sebagai berikut:

1. Untuk Sekolah

a. Lebih ditingkatkan lagi ketauladanan dari pimpinan sekolah dan guru

dalam melaksanakan berbagai aturan sekolah sehingga terbentuknya

(41)

88

Tanti Reni Puspita, 2013

b. Lebih ditingkatkan lagi kerjasama antara dewan sekolah, pimpinan

sekolah, guru dan orangtua dalam membentuk karakter disiplin siswa.

2. Untuk Kepala Sekolah

Terus berupaya untuk lebih membangun kebiasaan disiplin pada diri siswa

khususnya di lingkungan sekolah dengan menambah strategi yaitu:

a. Kepala sekolah harus lebih berinovasi dalam membuat rencana kegiatan

dalam rangka membina kedisiplin demi terbentuknya budaya disiplin

siswa.

b. Lebih ditingkatkan lagi dalam melakukan kerjasama dengan berbagai

pihak seperti orangtua, murid, dan tenaga kependidikan lainnya dalam

memecahkan masalah yang dihadapi tentang pelanggaran kedisiplinan.

c. Memberikan kesempatan kepada guru-guru dalam pelatihan atau diklat

serta seminar-seminar dalam rangka meningkatkan kualitas dan

profesional guru khususnya dalam pembinaan karakter disiplin siswa.

3. Untuk seluruh staf guru khususnya guru PKn

Guru memegang peranan sentral dalam keberhasilan dalam pembelajaran

dan ketertiban lingkungan sekolah, maka dari itu guru diharapkan terus

melakukan pembinaan, pengarahan, dan inovasi dalam pembelajaran supaya dapat

tetap memberikan keteladanan khususnya dalam kedisiplinan yang selama ini

ditanamkan dan dibentuk pada diri siswa. Selain itu untuk menciptakan suasana

kelas dan sekolah yang kondusif, guru PKn diharuskan:

a. Lebih dapat menciptakan suasana belajar yang serius tapi santai,

hangat, terbuka, humoris, demokratis, dan penuh kekeluargaan, supaya

siswa tidak merasa jenuh, bosan, dan lebih termotivasi pada saat

pelajaran PKn, serta terjalinnya keakraban yang baik antara guru dan

siswa.

b. Jangan sering memakai hukuman pada siswa dengan hukuman fisik

karena dapat menimbulkan kesan yang negatif dari siswa bukan

(42)

89

Tanti Reni Puspita, 2013

c. Guru harus memberikan ketauladan kepada anak dengan cara guru

selalu datang ke sekolah tepat waktu.

4. Untuk Siswa

Siswa diharapkan terus belajar dengan tekun dan penuh disiplin demi

meningkatkan prestasi belajar. Biasakanlah diri kita untuk senantiasa tepat waktu,

dalam melakukan kegiatan sesuai dengan petunjuk guru dan peraturan sekolah,

membiasakan bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan, berhati-hati

dalam memilih teman pergaulan karena dapat memberikan pengaruh pada diri

kita.

5. Untuk Peneliti

Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber inspirasi

bagi peneliti lainnya yang respek terhadap permasalahan pengembangan

pendidikan, khususnya yang berhubungan optimalisasi peranannya dalam

(43)

Tanti Reni Puspita, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Buku .

Asy Mas’udi. 2000. Pendidikan Pancasiladan Kewarganegaraan.Yogyakarta:

PT.Tiga Serangkai

Danial, E. Dan Wasriah. 2009. Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan. FPIPS. Universitas Pendidikan Indonesia.

Djahiri, K. (2006). Pendidikan Nilai Moral dalam Dimensi Pendidikan

Kewarganegaraan. Bandung: Lab PKn UPI Bandung.

Djojonegoro,W.(1996). Lima Puluh Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia. Jakarta: Depdikbud

Gordon,T. (1996). Mengajar Anak Berdisiplin Diri di Rumah dan di Sekolah. Jakarta:PT.Gramedia Utama.

Hurlock, Elizabeth B. (1990). Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta:Airlangga.

Indrakusuma.(1995). Ilmu Pendidikan. Surabaya:Usaha Nasional.

Kalsid,E.(1987).Disiplin Suatu Media Komunikasi Hati Nurani.Makalah (Tidak diterbitkan) IKIP Bandung.

Kesuma,D.Pendidikan Karakter:Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya Offset.

Megawangi,R (2004). Pendidikan Karakter Solusi yang Tepat untuk Membangun Bangsa.Bogor:Indonesia Heritage Foundation

Moleong, L.J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif (edisirevisi). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Nasution. 1992. Teknik Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Purwanto, Ngalim (1990).Psikologi Pendidikan.Jakarta: Aneka cipta

Satori, Djam’an. 2007. Metode Penelitian Kualitatif (mata kuliah Analisis Penelitian Kualitatif). Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI.

Soekanto, Soerjono. (1986) Pengantar Penelitian Hukum.Jakarta:Universitas Indonesia Press.

Sugiyono. 2009. MetodePenelitianPendidikanPendekatanKuantitatif, Kualitataif,

dan R&D. Bandung: Alfabeta

(44)

Tanti Reni Puspita, 2013

Sukmadinata, Nana syaodih. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. RemajaRosdakarya.

Surakhmad, W. 1998. PengantarPenelitianIlmiah. Bandung: Tarsito

Sutadipura, Balnadi. (1982).Aneka Problema Keguruan.Bandung:Angkasa.

Tu’u, T. (2004). Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi.Jakarta:PT.Gramedia Indonesia

Usman,M.U (2009).Menjadi Guru Profesional.Bandung:Remaja Rosdakarya.

Yusuf,S. (2008).Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.Bandung:PT.Remaja Rosdakarya.

Dokumen, Skripsi dan undang-undang

Undang- Undang Dasar 1945

Lina FR.(2006) Studi tentang Pelaksanaan Pemberian Sanksi Hukuman untuk

Meningkatkan Kedisiplinan Siswa di Sekolah. Skripsi pada Program

Sarjana. UPI Bandung:Tidak diterbitkan

Sumardi,Nirmala.(2012) Kajian tentang Penerapan Ta’zir dalam membina

kedisipinan Santri Sebagai Warga Negara Muda Indonesia. Skripsi pada

Program Sarjana. UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Jungjunan,Ricky (2012). “Peranan Guru PKn dalam Membentuk Karakter

Disiplin Siswa”.Skripsi pada Program Sarjana. UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Website

Aang. (2011). Bab II Skripsi Aang [online], Tersedia di (http://aangarifudinsoleh.blogspot.com/2011/09/bab-ii-skripsi-aang.html)

Depdikbud (1989). Pengertian Tata Tertib. [online] tersedia di

http://www.psychologymania.com/2013/02/pengertian-tata-tertib-sekolah.html

Haryanto (2010). Macam-macam Motivasi Belajar. [online], Tersedia di (http://belajarpsikologi.com/macam-macam-motivasi-belajar/)

(45)

Tanti Reni Puspita, 2013

Mulyono (2000).Pengertian Tata Tertib [online], Tersedia di (http://www.psychologymania.com/2013/02/pengertian-tata-tertib-sekolah.html)

Nurdin (2012). Angket Kedisiplinan Siswa, [online] Tersedia di (http://nurdinkhan.wordpress.com/2012/30/angket-kedisiplinan-siswa/)

Rissahanny (2012). Kedisiplinan Siswa di Sekolah. [online] Tersedia di (http://my.opera.com/rissahanny/blog/2012/10/30/disiplin-siswa-di-sekolah-dalam-kehidupan)

Starawaji (2012). Tata Tertib Sekolah, [online]. Tersedia di

(http://www.tatatertib.blogspot.com/2011/02/tata-tertib.html

Tim Dosen Jurusan FIP IKIP Malang (1989:145). Pengertian Tata Tertib Sekolah. [online], Tersedia di (http://www.psychologymania.com/2013/02/pengertian-tata-tertib-sekolah.html

Ummi Athifi (2011). Indikator Disiplin [online]. Tersedia di

Gambar

Gambar 3.2 ............................................................................................................................
Tabel 4..2 ................................................................................................................................
Gambar 3.1. Macam-macam teknik pengumpulan data (Sumber: Sugiyono,
Gambar 3.2 Model interaktif dalam analisis data Miles and Huberman

Referensi

Dokumen terkait

Tata tertib sekolah yang sudah dibuat harus ditaati oleh siswa sebagaimana Suryosubroto (2010: 82) menyebutkan “kewajiban menaati tata tertib sekolah adalah hal

Faktor penghambat penanaman pendidikan karakter disiplin dan tanggung jawab melalui tata tertib sekolah yaitu dari penanaman karakter disiplin Jarak rumah yang jauh dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk tata tertib, ciri-ciri ketaatan hukum siswa pada pelaksanaan tata tertib sekolah, dan pemberian sanksi bagi siswa yang

Perilaku melanggar tata tertib sekolah sering kali disebut juga perilaku tidak disiplin terhadap tata tertib sekolah. Melalui analisa data dapat disimpulkan bahwa perilaku

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Penerapan Tata Tertib Sekolah Sebagai Salah Satu Upaya Pembinaan Karakter Disiplin Siswa di SMK Sumpah Pemuda, Joglo

Saran yang dapat diberikan kepada peneliti selanjutnya adalah menerapkan tata tertib kelas sebagai upaya untuk membentuk disiplin belajar siswa. Penerapan ini

Ada beberapa kendala yang dihadapi dalam pembentukan karakter disiplin siswa melalui tata tertib dan pembelajaran PPKn di SMA Negeri 1 Waingapu yaitu: masih banyak siswa yang belum

CIVIC EDUCATION AND SOCIAL SCIENCE JOURNAL CESSJ Volume 5 Nomor 1 Edisi Bulan Juni 2023 Peranan Tata Tertib Universitas dalam Menanamkan Perilaku Disiplin Mahasiswa Anugrance