• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Protokol Akta Notaris Digital

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Protokol Akta Notaris Digital"

Copied!
184
0
0

Teks penuh

(1)

INAYATULLAH

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis Perancangan Protokol Akta Notaris Digital, adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juli 2007

(3)

Heru T. Natalisa dan Sugi Guritman.

Perjanjian yang dikehendaki oleh para pihak biasanya dituangkan ke dalam bentuk akta. Untuk mengatasi kelemahan akta media kertas penelitian ini merancang sebuah protokol akta notaris media digital. Perancangan protokol memperhatikan berbagai aspek keamanan. Sebuah prototipe telah dibuat untuk menjalankan protokol ini. Akta digital dapat dibuat, tetapi dalam hukum yang berlaku di Indonesia belum dapat dilaksanakan.

(4)

Heru T. Natalisa and Sugi Guritman.

Agreement desired by the parties usually infused in the form of deed. To overcome the weakness of deed this research paper media design a notary deed protocol digital. Protocol scheme pay attention to various security aspect. A prototype have been made to run this protocol. Digital Deed can be made, but in applicable law in Indonesia not yet enforceable.

(5)

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007 Hak cipta dilindungi

(6)

INAYATULLAH

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Komputer

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

Program Studi : Ilmu Komputer

Disetujui Komisi Pembimbing

Ir. Heru T. Natalisa, M.Math Dr. Sugi Guritman Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Ilmu Komputer Institut Pertanian Bogor

Dr. Sugi Guritman Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS.

(8)

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T, karena atas segala karunia-Nya penulisan tesis dengan judul Perancangan Protokol Akta Notaris Digital dapat diselesaikan.

Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Komputer, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan perhargaan dan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. Heru T. Natalisa, M.Math. selaku ketua komisi pembimbing dan Dr. Sugi Guritman selaku anggota komisi pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

2. Bapak Ir. Agus Buono, M.Si., M.Kom. selaku dosen penguji yang telah memberikan arahan dan masukkan untuk perbaikan tesis ini.

3. Bapak Ir. Rusbandi, M.Eng. dan Bapak Alex Kurniawan yang telah memberikan kesempatan dan bantuan selama proses belajar.

4. Bapak Taufiqurrachman dan Bapak Danny Firdaus yang telah memberikan wawasan dan materi dalam ilmu hukum.

5. Staf Pengajar Program Studi Ilmu Komputer yang telah memberi bekal pengetahuan.

6. Staf Departemen Ilmu Komputer atas kerjasamanya selama studi dan penelitian.

7. Orang tuaku tercinta, yang selalu memberikan dukungan. 8. Istriku tercinta Henni , anakku Sabil dan Rina.

9. Rekan-rekan dan keluarga.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyajian tesis ini, Meskipun demikian penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi bidang ilmu komputer, ilmu hukum dan dunia pendidikan.

Bogor, Juli 2007

(9)

H. Arpah Tamin dan Ibu Hj. Fatimah. Penulis merupakan putra kelima dari enam saudara.

(10)

ix Syarat-Syarat Sahnya Perjanjian………... Masa Berlakunya Perjanjian……….……... Pengertian Akta...………... Fungsi Akta...………... Bentuk Akta...………... Akta Notaris...………... Sistematika Akta Notaris...………... Notaris………... Fungsi Notaris...………... Cap Jabatan Notaris dan Teranya………... Pelekatan (Penjahitan)…………...……….…...…...…... Arti Suatu Penandatanganan...……...………... Sidik Jari…...………...………... Bea Meterai……….………... Notaris Taufiqurrachman....…..………...……... Struktur Organisasi...………... Protokol... Fungsi Protokol... Jenis Protokol... Protokol Digital... Protokol Akta Notaris Digital…...………... Analisis Akta Notaris Media Kertas... Perancangan Prototol Akta Notaris Digital... Evaluasi Hasil Perancangan...

(11)

INAYATULLAH

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis Perancangan Protokol Akta Notaris Digital, adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juli 2007

(13)

Heru T. Natalisa dan Sugi Guritman.

Perjanjian yang dikehendaki oleh para pihak biasanya dituangkan ke dalam bentuk akta. Untuk mengatasi kelemahan akta media kertas penelitian ini merancang sebuah protokol akta notaris media digital. Perancangan protokol memperhatikan berbagai aspek keamanan. Sebuah prototipe telah dibuat untuk menjalankan protokol ini. Akta digital dapat dibuat, tetapi dalam hukum yang berlaku di Indonesia belum dapat dilaksanakan.

(14)

Heru T. Natalisa and Sugi Guritman.

Agreement desired by the parties usually infused in the form of deed. To overcome the weakness of deed this research paper media design a notary deed protocol digital. Protocol scheme pay attention to various security aspect. A prototype have been made to run this protocol. Digital Deed can be made, but in applicable law in Indonesia not yet enforceable.

(15)

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007 Hak cipta dilindungi

(16)

INAYATULLAH

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Komputer

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(17)

Program Studi : Ilmu Komputer

Disetujui Komisi Pembimbing

Ir. Heru T. Natalisa, M.Math Dr. Sugi Guritman Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Ilmu Komputer Institut Pertanian Bogor

Dr. Sugi Guritman Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS.

(18)

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T, karena atas segala karunia-Nya penulisan tesis dengan judul Perancangan Protokol Akta Notaris Digital dapat diselesaikan.

Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Komputer, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan perhargaan dan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. Heru T. Natalisa, M.Math. selaku ketua komisi pembimbing dan Dr. Sugi Guritman selaku anggota komisi pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

2. Bapak Ir. Agus Buono, M.Si., M.Kom. selaku dosen penguji yang telah memberikan arahan dan masukkan untuk perbaikan tesis ini.

3. Bapak Ir. Rusbandi, M.Eng. dan Bapak Alex Kurniawan yang telah memberikan kesempatan dan bantuan selama proses belajar.

4. Bapak Taufiqurrachman dan Bapak Danny Firdaus yang telah memberikan wawasan dan materi dalam ilmu hukum.

5. Staf Pengajar Program Studi Ilmu Komputer yang telah memberi bekal pengetahuan.

6. Staf Departemen Ilmu Komputer atas kerjasamanya selama studi dan penelitian.

7. Orang tuaku tercinta, yang selalu memberikan dukungan. 8. Istriku tercinta Henni , anakku Sabil dan Rina.

9. Rekan-rekan dan keluarga.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyajian tesis ini, Meskipun demikian penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi bidang ilmu komputer, ilmu hukum dan dunia pendidikan.

Bogor, Juli 2007

(19)

H. Arpah Tamin dan Ibu Hj. Fatimah. Penulis merupakan putra kelima dari enam saudara.

(20)

ix Syarat-Syarat Sahnya Perjanjian………... Masa Berlakunya Perjanjian……….……... Pengertian Akta...………... Fungsi Akta...………... Bentuk Akta...………... Akta Notaris...………... Sistematika Akta Notaris...………... Notaris………... Fungsi Notaris...………... Cap Jabatan Notaris dan Teranya………... Pelekatan (Penjahitan)…………...……….…...…...…... Arti Suatu Penandatanganan...……...………... Sidik Jari…...………...………... Bea Meterai……….………... Notaris Taufiqurrachman....…..………...……... Struktur Organisasi...………... Protokol... Fungsi Protokol... Jenis Protokol... Protokol Digital... Protokol Akta Notaris Digital…...………... Analisis Akta Notaris Media Kertas... Perancangan Prototol Akta Notaris Digital... Evaluasi Hasil Perancangan...

(21)

x

HASIL DAN PEMBAHASAN

(22)

xi

Halaman

1

2

Protokol akta notaris media kertas...

Protokol akta notaris digital... 39

(23)

xii

Enkripsi dan dekripsi dengan kunci simetri...

Enkripsi dan dekripsi dengan kunci asimetri...

Otentikasi dengan tandatangan digital menggunakan fungsi Hash... Kerangka umum pemikiran………...

Tahapan penelitian...

Alur protokol akta notaris media kertas...

(24)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1

2

3

4

Akta notaris media kertas...

Sistematika akta notaris media kertas...………...

Prototipe akta notaris digital...

Perancangan database prototipe akta notaris digital... 67

70

71

73

(25)

Latar Belakang

Dewasa ini hampir semua aspek kehidupan manusia tidak terlepas dari peran teknologi yang terus berkembang dengan pesat. Teknologi selalu berkembang sesuai dengan kebutuhan manusia, termasuk juga dengan teknologi komputer yang berkembang sangat cepat (Rahardjo 2005).

Perkembangan yang cepat di bidang teknologi komputer membuat kemampuan komputer untuk menyediakan dan mengakses data atau informasi secara cepat dan akurat menjadi sangat penting bagi sebuah organisasi, lembaga pemerintah atau individu. Peranan teknologi komputer bagi organisasi dapat digunakan untuk mencapai keunggulan kompetitif, sedangkan bagi perseorangan maka teknologi komputer dapat digunakan untuk mencapai keunggulan pribadi (Rahardjo 2005).

Dalam perkantoran, banyak sekali pekerjaan yang membutuhkan kemajuan teknologi. Dalam masalah pengetikan, dulu cukup dengan menggunakan mesin ketik manual kemudian meningkat menggunakan mesin ketik elektronik dan sekarang penggunaan komputer sudah tidak asing lagi dalam penyelesaian tugas-tugas kantor.

Teknologi komputer juga telah digunakan pada kantor–kantor notaris untuk membuat perjanjian. Perjanjian yang dikehendaki oleh para pihak biasanya suatu perjanjian dalam bentuk akta otentik. Pemanfaatan teknologi komputer diharapkan dapat mengubah media yang digunakan dalam membuat perjanjian, yaitu dari perjanjian tertulis diatas kertas menjadi perjanjian secara elektronik dalam bentuk digital. Perjanjian tertulis dalam bentuk kertas ini mempunyai kelemahan seperti sulit waktu melakukan pendistribusian, pengarsipan, penulisan (jika terjadi salah tulis akan terlihat bekasnya jika di hapus) dan sulit mengikuti perkembangan teknologi, oleh karena itu dirasa perlu untuk mengatasinya dengan membuat akta digital.

(26)

perjanjian yang dibuat secara elektronik dengan menggunakan data digital seperti menjaga keamanan isi dari data digital (Sugiarto 2005).

Perkembangan komputer khususnya jaringan internet tidak menutup kemungkinan suatu akta notaris nantinya dapat dibuat secara online khususnya di Indonesia. Pembuatan akta notaris secara online harus dapat menjamin kerahasiaan, keaslian, keutuhan dan nonrepudasi dari akta (Prigita 2004).

Dalam teknologi yang ada sekarangan ini, khususnya teknologi jaringan internet diharapkan nantinya pelanggan tidak perlu lagi datang kepada notaris untuk menghadap dalam pembuatan akta. Meskipun hal ini masih sulit dilakukan jika dihubungkan dengan hukum yang ada di Indonesia. Untuk melakukan pembuatan akta jarak jauh diperlukan sarana seperti protokol akta dalam bentuk digital.

Berkaitan dengan beberapa alasan yang telah dibahas diatas, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut. Bisakah Akta notaris dibuat secara digital ?. Berdasarkan masalah yang ada, peneliti mencoba untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang perjanjian, dengan judul perancangan protokol akta notaris digital.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah merancang protokol akta digital, yang diharapkan nantinya dapat menggantikan akta dalam media kertas dan juga dapat dimanfaatkan untuk pelayanan secara online untuk pihak-pihak yang berkepentingan.

Manfaat Penelitian

1.Dapat memberikan sumbangan pemikiran, dalam bidang ilmu komputer dan hukum.

2.Dapat menambah efisiensi waktu, tempat penyimpanan dan biaya dalam proses pembuatan akta.

(27)

Ruang Lingkup Penelitian

1. Perancangan protokol akta notaris digital menggunakan data akta notaris pembukaan cabang, untuk data akta notaris yang lain dapat dirancang secara sama karena akta notaris memiliki sistematika yang sama.

(28)

Perjanjian

Perjanjian berasal dari kata “janji“ yang mempunyai arti “persetujuan antara

dua pihak“ (masing-masing menyatakan kesediaan dan kesanggupan untuk berbuat

sesuatu). Definisi “perjanjian “ seperti terdapat pada pasal 1313 KUHPerdata yaitu:

“ Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau

lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih “.

Hukum perjanjian Indonesia memberikan kebebasan kepada para pihak untuk

menentukan bentuk suatu perjanjian. Perjanjian dapat dibuat secara lisan maupun

tertulis, baik dengan akta dibawah tangan maupun dengan akta otentik.

Syarat-Syarat Sahnya Perjanjian. Dalam pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata, untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan syarat-syarat sebagai berikut.

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, dimaksudkan bahwa para pihak yang mengadakan perjanjian itu harus bersepakat atau setuju mengenai hal-hal yang pokok

dari perjanjian yang diadakan itu. Apa yang menjadi kehendak pihak yang satu, juga

dikehendaki oleh pihak yang lain. Mereka menghendaki sesuatu yang sama secara

timbal balik.

2. Cakapan untuk membuat suatu perikatan, kecakapan untuk membuat suatu perikatan, hal ini mempunyai arti bahwa orang yang membuat suatu perjanjian harus

cakap menurut hukum. Pada asasnya setiap orang yang sudah dewasa dan sehat

pikirannya adalah cakap menurut hukum. Ketentuan mengenai kecakapan seseorang

diatur dalam pasal 1329 sampai dengan pasal 1331 KUHPerdata. Tentu saja bila

dipandang dari sudut rasa keadilan, perlulah bahwa orang yang membuat suatu

perjanjian yang pada akhirnya akan terikat oleh perjanjian itu, mempunyai cukup

kemampuan untuk menyadari benar-benar akan tanggung jawab yang dipikulnya

(29)

menerima tanggung jawab yang dipikul oleh seseorang yang mengadakan suatu

perjanjian. Orang yang ditaruh di bawah pengampunan menurut hukum tidak dapat

berbuat bebas dengan harta kekayaannya. Seseorang yang berada dibawah

pengampunan kedudukannya sama dengan seorang anak yang belum dewasa. Kalau

seorang belum dewasa harus diwakili oleh orang tua atau walinya.

3. Mengenai Suatu hal tertentu, sebagai syarat ketiga untuk sahnya suatu perjanjian. Suatu hal tertentu ini mengacu kepada apa (objek) yang diperjanjikan dalam perjanjian

tersebut. Barang atau objek tersebut paling sedikit harus ditentukan jenisnya. Bahwa

barang tersebut sudah ada atau sudah berada ditangannya si berutang pada waktu

perjanjian dibuat, tidak diharuskan oleh undang-undang.

4. Suatu sebab yang halal, tiada lain adalah isi dari perjanjian itu sendiri. Yang dimaksudkan dengan sebab atau causa dari suatu perjanjian adalah isi perjanjian itu

sendiri. Sebagai ilustrasi, dalam suatu perjanjian jual beli isinya adalah pihak yang

satu menghendaki uang dan pihak yang lain menginginkan hak milik atas barang

tersebut. Sebab tersebut merupakan sebab yang halal yang mempunyai arti bahwa isi

yang menjadi perjanjian tersebut tidak menyimpang dari ketentuan-ketentuan

perundang-undangan yang berlaku di samping tidak menyimpang dari norma-norma

ketertiban dan kesusilaan.

Masa Berlakunya Perjanjian. Terdiri dari terjadinya perjanjian dan berakhirnya

perjanjian. Suatu perjanjian lahir pada detik tercapainya kesepakatan atau persetujuan

antara kedua belah pihak mengenai hal-hal pokok dari apa yang menjadi objek

perjanjian.

Sepakat adalah suatu persesuaian paham dan kehendak antara dua pihak

tersebut. Apa yang dikehendaki oleh pihak yang satu, adalah juga dikehendaki oleh

pihak yang lain, meskipun tidak searah tetapi secara timbal balik. Kedua kehendak

tersebut akan bertemu satu sama lain. Dengan demikian, untuk mengetahui saat

lahirnya suatu perjanjian, harus dipastikan apakah telah tercapai kesepakatan antara

para pihak yang berjanji. Haruslah dipegang teguh tentang adanya suatu persesuaian

(30)

saling bertemu atau saling berselisih, tidak dapat dikatakan telah lahir suatu perjanjian.

Karena suatu perjanjian lahir pada detik tercapainya kesepakatan, maka ada madzhab

yang berpendapat bahwa perjanjian itu lahir pada detik diterimanya suatu penawaran

(oeffert) artinya dengan diterimanya suatu penawaran maka dapat disimpulkan bahwa kedua belah pihak telah mengetahui tentang adanya penawaran tersebut dan pihak

penerima penawaran melakukan penerimaan terhadap penawaran tersebut sehingga

lahirlah suatu perjanjian.

Berakhirnya perjanjian berdasarkan pasal 1381 KUHPerdata karena pembayaran,

karena penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan,

pembaharuan utang, pembebasan utang, musnahnya barang yang terutang,

pembatalan, berlakunya suatu syarat batal, dan lewatnya waktu.

Pengertian Akta

Sampai saat ini, masih belum terdapat keseragaman mengenai pengertian dari

akta. Dalam penulisan ini akan dikemukakan beberapa pendapat mengenai pengertian

akta (Prigita 2004):

1. berdasarkan pendapat A. Pitlo, dalam buku ”Pembuktian dan Daluwarsa menurut

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Belanda” yang dimaksud dengan akta adalah

suatu surat yang ditandatangani, diperbuat untuk dipakai sebagai bukti, dan untuk

dipergunakan oleh orang, untuk keperluan siapa surat itu dibuat.

2. akta adalah surat yang diberi tanda tangan, yang memuat peristiwa yang menjadi

dasar suatu hak atau perikatan, yang dibuat sejak semula dengan sengaja untuk

pembuktian (Mertukusumo 1998).

3. akta ialah suatu tulisan yang memang dengan sengaja dibuat untuk dijadikan bukti

tentang suatu peristiwa dan ditandatangani (Subekti 1981).

Berdasarkan berbagai pengertian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa

untuk dapat dikategorikan sebagai akta suatu surat harus memenuhi syarat-syarat

(31)

a. Surat itu harus ditandatangai, keharusan adanya tanda tangan dalam suatu akta ditentukan oleh pasal 1869 KUHPerdata. Dengan menaruh tanda tangannya, seseorang

dianggap menanggung tentang kebenaran apa yang ditulis dalam akta tersebut atau

bertanggung jawab tentang apa yang ditulis dalam akta itu. Keharusan adanya tanda

tangan bertujuan untuk membedakan akta yang satu dari akta yang lain atau dari akta

yang dibuat orang lain. Fungsi tanda tangan adalah untuk memberi ciri sebuah akta.

Sama halnya dengan tandatangan, seringkali sidik jari digunakan untuk

mengidentifikasi seseorang. Sidik jari digunakan sebagai pengganti tanda tangan

seseorang yang tidak dapat menulis (buta huruf) maupun karena tangannya cacat, atau

lumpuh. Dalam hal ini, biasanya diambil sidik jempol atau sidik jari. Dalam praktek

dan kebiasaan tidak disebut sidik jari, melainkan hanya cap jempol. Dalam pasal 1874

ayat 2 KUHPerdata dikatakan bahwa dengan penandatanganan sepucuk tulisan di

bawah tangan dipersamakan suatu cap jempol, dibubuhi dengan suatu pernyataan yang

bertanggal dari seorang notaris atau seorang pejabat lain yang ditunjuk oleh

undang-undang darimana ternyata bahwa ia mengenal si pembubuh cap jempol, atau bahwa

orang ini telah diperkenalkan kepadanya, bahwa isinya akta telah dijelaskan kepada

orang itu, dan bahwa setelah itu cap jempol tersebut dibubuhkan di hadapan pejabat

tadi.

b. Surat itu harus memuat peristiwa yang menjadi dasar sesuatu hak atau perikatan, peristiwa hukum yang disebut dalam surat dan yang dibutuhkan sebagai alat

pembuktian harus merupakan peristiwa hukum yang menjadi dasar dari suatu hak atau

perikatan. Jika surat itu sama sekali tidak memuat suatu peristiwa hukum yang dapat

menjadi dasar dari suatu hak atau perikatan, maka surat itu bukanlah akta karena tidak

mungkin digunakan sebagai alat bukti.

c. Surat itu diperuntukkan sebagai alat bukti, suatu akta dibuat dengan sengaja untuk dijadikan bukti. Dalam hal ini, belum tentu bahwa suatu akta pada suatu waktu akan

dipergunakan sebagai bukti di persidangan, akan tetapi suatu akta merupakan bukti

(32)

Fungsi Akta. Akta mempunyai fungsi sebagai berikut.

1. Akta merupakan syarat untuk adanya suatu perbuatan hukum, dengan tidak

adanya atau tidak dibuatnya akta, maka berarti perbuatan hukum itu tidak terjadi.

2. Akta sebagai alat bukti, dengan tidak adanya atau tidak dibuatnya akta maka

perbuatan hukum tersebut tidak dapat terbukti.

3. Akta menjamin kepastian hukum bagi pihak-pihak yang terlibat.

4. Akta sebagai pengikat perjanjian dari pihak-pihak yang terlibat, Pihak 1 dan

Pihak 2.

5. Akta memberikan kejelasan akan hak dan kewajiban dari Pihak 1 atau Pihak 2.

6. Akta memberikan kejelasan akan identitas dari Pihak 1 atau Pihak 2.

7. Akta sebagai dokumen yang disahkan oleh pejabat umum yang berwenang

untuk itu.

8. Akta dapat digunakan sebagai sarana informasi bagi pihak luar yang

berkepentingan.

Bentuk Akta. Suatu akta dibuat dengan sengaja untuk membuktikan suatu hal atau

peristiwa. Berdasarkan pasal 1867 KUHPerdata, akta otentik dan tulisan di bawah

tangan dianggap sebagai bukti tertulis. Dengan demikian, maka akta dapat dibedakan

sebagai berikut.

a. Akta otentik, menurut pasal 1868 KUHPerdata suatu akta otentik ialah suatu akta yang di buat dalam bentuk yang ditentukan oleh Undang-undang, dibuat oleh atau di

hadapan seorang pejabat umum yang berwenang untuk itu ditempat dimana akta itu

dibuatnya. Dengan demikian, apabila suatu akta hendak memperoleh stempel

otentisitas, maka akta yang bersangkutan harus memenuhi syarat-syarat sebagai

berikut.

1. Akta itu harus dibuat oleh atau di hadapan seorang pejabat umum, pasal 1868 KUHPerdata hanya menerangkan apa yang dinamakan akta otentik, namun

tidak menjelaskan siapa yang dimaksud dengan pejabat umum. Untuk

pelaksanaan dari pasal 1868 KUHPerdata tersebut, maka pembentuk

(33)

pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik. Pejabat umum

yang dimaksud dalam pasal 1868 KUHPerdata tersbut adalah notaris, hakim,

juru sita pada suatu pengadilan, pegawai catatan sipil, dan sebagainya. Dengan

demikian, maka suatu akta notaris, surat putusan hakim, surat proses verbal

yang dibuat oleh seorang juru sita pengadilan, dan surat perkawinan yang

dibuat oleh pegawai catatan sipil adalah otentik.

2. Akta itu harus dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, undang-undang tidak menentukan secara tegas mengenai bentuk dari akta

otentik. Undang-undang hanya menentukan secara tegas isi dari akta otentik,

yaitu isi atau apa-apa yang harus dimuat dalam akta tersebut. Berdasarkan itu,

maka seluruh akta sejenis mempunyai bentuk yang serupa.

3. Pejabat umum oleh atau di hadapan siapa akta itu dibuat harus mempunyai wewenang untuk membuat akta itu, dalam pasal 1PJN dikatakan bahwa notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan

kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang. Mengenai

semua perbuatan, perjanjian dan penetapan yang diharuskan oleh suatu

peraturan umum atau oleh yang berkepentingan dikehendaki untuk dinyatakan

dalam suatu akta otentik, menjamin kepastian tanggalnya, menyimpan aktanya

dan memberikan grosse, salinan atau kutipannya, semuanya sepanjang pembuatan akta itu oleh suatu peraturan umum tidak juga ditugaskan atau

dikecualikan kepada pejabat atau orang lain.

Berdasarkan pasal 1 PJN tersebut, notaris diberi kedudukan sebagai

pejabat umum yang satu-satunya berwenang membuat akta otentik sepanjang

pembuatan akta tersebut oleh suatu peraturan umum tidak juga ditugaskan atau

dikecualikan kepada pejabat atau orang lain. Dengan demikian, wewenang

notaris bersifat umum, sedangkan wewenang para pejabat lainnya untuk

membuat akta otentik hanya ada apabila undang-undang menyatakan secara

tegas bahwa selain notaris, mereka juga turut berwenang membuatnya, atau

untuk pembuatan suatu akta tertentu oleh undang-undang dinyatakan sebagai

(34)

b. Akta di bawah tangan, ialah akta yang sengaja dibuat untuk pembuktian oleh para pihak tanpa bantuan dari seorang pejabat. Undang-undang tidak merumuskan

pengertian akta di bawah tangan. Namun, dalam pasal 1869 KUHPerdata dikatakan

bahwa suatu akta, yang karena tidak berkuasa atau tidak cakapnya pejabat dimaksud di

atas atau karena suatu cacat dalam bentuknya, tidak dapat diperlakukan sebagai akta

otentik, namun demikian mempunyai kekuatan sebagai tulisan di bawah tangan jika ia

ditandatangani oleh para pihak. Dengan demikian, maka yang dimaksud dengan akta

di bawah tangan adalah akta yang bukan akta otentik. Artinya, akta tersebut tidak

memenuhi persyaratan-persyaratan yang terdapat dalam pasal 1868 KUHPerdata.

Menurut pasal 1875 KUHPerdata, suatu tulisan di bawah tangan yang diakui

oleh orang terhadap siapa tulisan itu hendak dipakai, atau yang dengan cara menurut

undang-undang dianggap sebagai diakui, memberikan terhadap orang-orang yang

menandatanganinya serta para ahli warisnya dan orang-orang yang mendapat hak

daripada mereka, bukti yang sempurna seperti suatu akta otentik, dan demikian pula

berlakulah ketentuan pasal 1871 KUHPerdata untuk tulisan itu. Dengan demikian,

maka akta di bawah tangan mempunyai kekuatan pembuktian seperti akta otentik,

yaitu bukti yang sempurna, apabila para pihak yang menandatangai akta di bawah

tangan tersebut mengakui dan tidak menyangkal tanda tangannya. Berdasarkan Pasal

1875 KUHPerdata tersebut, ada kemungkinan tandatangan dalam akta di bawah

tangan tak diakui atau diingkari.

Akta Notaris. Akta notaris adalah akta yang dibuat dihadapan notaris. Notaris

merupakan pejabat umum sebagaimana dimaksud dalam pasal 1868 KUHPerdata.

Oleh karena itu, akta notaris merupakan akta otentik. Menurut pasal 1868

KUHPerdata, apabila suatu akta hendak memperoleh stempel otentisitas, maka akta

tersebut harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.

1. Akta itu harus dibuat oleh atau dihadapan seorang pejabat umum, supaya suatu akta notaris memperoleh sifat otentik, maka merupakan suatu keharusan untuk

menjadikan notaris sebagai pejabat umum. Berdasarkan pasal 1 PJN, notaris

(35)

2. Akta itu harus dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, dalam menjalankan tugasnya yaitu membuat akta otentik, notaris berpedoman pada

ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam PJN. PJN telah mengatur mengenai

bentuk dari akta notaris.

Sistematika Akta Notaris. Akta notaris mempunyai sistematika berikut (Prigita 2004).

a. Kepala akta, diuraikan sebagai berikut.

1. Judul akta, akta disesuaikan dengan perbuatan hukum yang dibuktikan oleh akta yang dibuat, dengan ketentuan tidak terlampau umum. Dalam PJN tidak ada

ketentuan yang mengatur mengenai keharusan dicantumkannya judul dalam akta.

Dalam praktek pencantuman judul akta diperlukan berkaitan dengan kewajiban

notaris untuk mengadakan repertorium (laporan).

2. Nomor akta, Akta notaris diberi nomor sesuai nomor urut akta yang tercantum dalam repertorium, tanpa diberi bulan dan tahun pembuatan akta. Pencantuman

nomor pada setiap akta notaris penting sehubungan antara lain dengan pasal 36

dan pasal 37, yaitu mengenai kewajiban notaris untuk menyatukan dalam suatu

buku minuta-minuta yang mereka buat tiap-tiap bulan dan membuat daftar, dalam

mana dicatat menurut urutan pembuatan akta-aktanya.

3. Awal akta, diuraikan mengenai hari dan tanggal pembuatan serta notaris yang membuat akta yang bersangkutan. Hari dan tanggal pembuatan akta mutlak

dicantumkan dalam akta notaris sesuai dengan pasal 25 ayat 2 huruf d PJN.

Penulisan tanggal dalam akta notaris diatur dalam pasal 26 PJN, dimana

ditentukan bahwa angka yang menyebutkan angka dan jumlah harus ditulis dengan

huruf, baik diawali atau diakhiri dengan akta atau tidak. Dengan demikian,

penulisan tanggal mutlak harus dengan huruf. Berdasarkan pasal 25 ayat 1 PJN,

maka nama dan tempat kedudukan notaris harus dicantumkan dalam setiap akta

notaris. Berkaitan dengan pencantuman notaris membuat akta, maka dapat

dibedakan antara akta yang dibuat oleh notaris yang bersangkutan dan akta yang

dibuat oleh notaris pengganti, maka harus diterangkan yang menjadi dasar

(36)

b. Komparisasi, menunjukkan identitas dan kewenangan seseorang untuk bertindak dihadapan notaris. Berdasarkan Pasal 25 ayat 2 huruf a PJN, maka merupakan

keharusan untuk mencantumkan nama, pekerjaan atau jabatan, dan tempat tinggal

setiap penghadap dan yang diwakilinya (bila ada) dalam suatu akta notaris. Dalam hal

ini, komparisasi dapat dibedakan atas apakah seseorang bertindak untuk diri sendiri,

selaku kuasa atau dalam jabatan atau kedudukan tertentu.

c. Premmise, merupakan dasar atau pokok masalah yang akan diatur dalam suatu akta guna memudahkan pengertian apa yang dimaksud dengan dibuatnya akta itu.

d. Isi akta, merupakan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan dari perjanjian yang disetujui oleh pihak-pihak yang bersangkutan.

e. Pengenalan penghadap, sesuai dengan pasal 24 PJN, Para penghadap harus dikenal oleh notaris atau diperkenalkan kepada notaris oleh dua orang saksi pengenal (saksi

attesterend). Yang dimaksud dengan “dikenal oleh notaris“ bukan berarti notaris mengenal atau mengetahui secara fisik mengenai diri penghadap seperti pengertian

masyarakat pada umumnya. Dalam hal ini, pengertian “dikenal“ dalam pembuatan

suatu akta notaris berarti notaris mengetahui secara persis atau memperoleh keyakinan

berdasarkan surat-surat atau bukti-bukti yang ada bahwa apa yang diuraikan oleh

notaris di dalam aktanya adalah sesuai dengan keadaan sebenarnya sebagaimana

masyarakat mengetahui mengenai identitas dan kewenangan yang bersangkutan dalam

masyarakat.

Untuk menambah keyakinan bagi diri notaris mengenai identitas para

penghadap, hal tersebut dapat dilihat dari Kartu Tanda Penduduk atau bukti identitas

diri lainnya. Dengan adanya Kartu Tanda Penduduk tersebut bukan berarti bahwa

penghadap yang bersangkutan dikenal notaris. Apabila notaris merasa yakin bahwa

apa yang dicantumkan dalam akta yang dibuat berdasarkan keterangan penghadap dan

keterangan yang tercantum dalam Kartu Tanda Penduduk tersebut adalah sesuai

dengan identitas dan kewenangan yang bersangkutan dalam masyarakat sebagaimana

masyarakat mengenalnya, maka notaris dapat menyebutkan “Penghadap saya,

Notaris, Kenal“. Namun, apabila notaris merasa ragu maka dapat digunakan saksi

(37)

sepanjang sesuai untuk menjadi saksi menurut ketentuan undang-undang. Namun,

saksi pengenal tidak dapat dirangkap oleh mereka yang menjadi saksi dalam

pembuatan akta (saksi instrumenteir).

f. Akhir akta, suatu akhir akta notaris dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Saksi instrumenteir, adalah saksi yang menjadi instrumen (alat) guna terciptanya suatu akta otentik, yang bertugas menyaksikan pembuatan akta (pembacaan dan

penandatanganan) dan turut menandatangani akta yang bersangkutan. Syarat untuk

menjadi saksi ini ditentukan dalam pasal 22 dan pasal 23 PJN, antara lain bahwa

saksi tersebut harus dikenal oleh notaris atau identitas dan wewenangnya

diterangkan kepada notaris oleh seorang penghadap atau lebih dalam hal saksi

tidak dikenal oleh notaris, serta saksi tersebut bukan keluarga sedarah dan keluarga

semendah, baik dari notaris maupun penghadap sampai dengan derajat ketiga,

demikian juga pembantu rumah tangga dari notaris.

2. Pembacaan akta, sesuai dengan pasal 28 ayat 1 PJN, akta notaris harus dibacakan sendiri oleh notaris di hadapan semua penghadap dan para saksi. Pembacaan akta

merupakan bagian dari verlijden atau perjanjian, yang merupakan bagian dari tugas jabatan notaris sebagai pejabat umum. Dengan pembacaan akta yang

dilakukan oleh notaris yang bersangkutan, maka notaris akan memperoleh

keyakinan bahwa apa yang dibacakannya telah sesuai dengan keinginan para

penghadap yang diminta kepada notaris untuk dicantumkan dalam akta tersebut.

Selain itu, para penghadap memperoleh keyakinan bahwa apa yang ditandatangai

adalah sesuai dengan apa yang dibacakan oleh notaris, yang mereka minta kepada

notaris untuk dicantumkan dalam akta yang bersangkutan. Berdasarkan pasal 28

ayat 2 PJN, apabila ada penghadap yang tidak mengerti bahasa, dalam mana akta

dibuat maka isi akta harus diterangkan kepada penghadap oleh notaris atau

penterjemah dalam bahasa yang dimengerti oleh penghadap.

3. Penandatanganan akta, berdasarkan pasal 28 ayat 3 dan Pasal 28 ayat 5 PJN akta notaris harus ditandatangani oleh masing-masing penghadap, para saksi

instrumenteir dan notaris. Apabila dalam pembuatan akta notaris yang

(38)

akta tersebut dengan urutan setelah penghadap, seketika setelah akta dibacakan

oleh notaris.

Dari sistematika akta notaris tersebut, maka bagian awal akta, komparisasi,

pengenalan penghadap penghadap serta akhir akta telah diatur dalam PJN. Sehingga,

bagian-bagian tersebut harus memenuhi ketentuan-ketentuan dalam PJN. Pejabat

umum oleh atau dihadapan siapa akta dibuat harus mempunyai wewenang untuk

membuat akta itu. Notaris memiliki wewenang untuk membuat suatu akta otentik.

Notaris

Notaris adalah pegawai umum (openbaar ambtenaar) yang harus mengetahui (dalam arti menguasai atau faham betul) seluruh perundang-undangan yang berlaku,

yang dipanggil dan diangkat untuk membuat akta-akta dan kontrak-kontrak, dengan

maksud untuk memberikan kepadanya kekuatan dan pengesahan, menetapkan dan

memastikan tanggalnya, menyimpan asli atau minutanya dan mengeluarkan

grossenya, demikian juga salinannya yang sah dan benar (Andasasmita 1994).

Fungsi Notaris. Setiap masyarakat membutuhkan seseorang (figuur) yang keterangan-keterangannya dapat diandalkan, dapat dipercayai, yang tanda tanganya serta segelnya

(capnya) memberi jaminan dan bukti kuat, seorang ahli yang tidak memihak dan

penasihat yang tidak ada cacatnya (onkreukbaar atau unimpeachable), yang tutup mulut, dan membuat suatu perjanjian yang dapat melindunginya di hari-hari yang akan

datang. Sedikit gambaran tentang fungsi seorang notaris dalam beberapa lingkungan

dan situasi dalam kehidupan seorang anggota masyarakat (Tan 2000):

a. Dalam hubungan keluarga, sering kali terjadi bahwa rahasia keluarga antara para anggotanya terpaksa diungkapkan kepada seorang notaris, seperti seorang anak yang

pemboros, dalam hal membuat surat wasiat, perjanjian nikah, atau perseroan keluarga.

Dalam hal ini seorang notaris harus dapat membeda-bedakan hubungan keluarga dan

(39)

menyimpan rahasia. Dalam banyak hal nasihat sorang notaris dipertimbangkan oleh

masyarakat.

b. Dalam soal warisan, di sini peranan seorang notaris tidak kurang pentingnya. Keterangan seorang notaris dalam akta waris (certificaat van Erfrecht) cukup untuk mencairkan uang yang disimpan dalam rekening suatu bank yang tertulis atas nama

seseorang yang telah meninggal dunia, memastikan para ahli waris yang berhak

menjual harta dalam suatu warisan. Pekerjaan seorang notaris ini mendorong para

notaris untuk secara teliti memeriksa dan lebih tekun serta tetap mempelajari hukum

waris.

c. Dalam bidang usaha, notaris mempunyai fungsi sebagai berikut.

1. Pembuatan kontrak antara pihak-pihak, dalam hal itu suatu tindakan dimulai

serta diakhiri dalam akta, umpamanya suatu perjanjian jual-beli. Dalam hal ini

para notaris telah terampil dengan adanya model-model di samping mengetahui

dan memahami undang-undang.

2. Pembuatan kontrak yang justru memulai sesuatu dan merupakan dasar suatu

hubungan yang berlaku untuk jangka waktu agak lama. Dalam hal ini dibutuhkan

dari seorang notaris suatu penglihatan tajam terhadap materinya serta

kemampuan melihat jauh ke depan, apakah ada bahayanya, dan apa yang

mungkin terjadi.

Cap Jabatan Notaris dan Teranya. Pemakaian lambang negara (Bhinneka Tunggal

Ika) oleh notaris dan batas-batasnya. Memang benar para notaris diperkenankan oleh

ps. 19 PJN memakainya, namun hanya dalam cap (alat untuk membuat tanda) notaris.

Dengan kata lain, lambang itu tidak melekat pada nama seorang notaris, tetapi hanya

pada cap dan capnya harus diterakan pada pekerjaannya sebagai notaris, yaitu sebelah

tanda tangan notaris, dibawah suatu salinan akta autentik atau grosse yang dikeluarkannya.

(40)

“ Setiap notaris harus mempunyai cap yang memuat di dalamnya gambar lambang

negara Republik Indonesia dan di pinggir sekelilingnya huruf-huruf pertama nama,

jabatan, dan tempat kedudukan notaris ”.

Arti yuridis teraan cap itu bukanlah memberikan kekuatan autentik atau

eksekutorial, tetapi menunjukkan bahwa surat yang dikeluarkan itu benar-benar

berasal dari seorang notaris tertentu (Tan 2000). Pada Gambar 1 contoh cap jabatan

notaris.

Gambar 1 Contoh cap jabatan notaris

Pelekatan (Penjahitan). Suatu pelekatan secara kuno dilakukan oleh para notaris

sampai kurang lebih tahun 20-an. Dahulu (kurang lebih sampai tahun dua puluhan)

semua penjahitan (pelekatan) dalam praktek notaris dilakukan dengan bahan lak

(bahan yang terbuat atas damar) yang diberi warna merah. Suatu salinan akta bersama

kulit akta dijahit dengan sepotong benang dengan kedua ujungnya diikat mati dengan

simpul yang berakhir dengan ujung dua benang yang bebas dan ditaruh di atas kertas.

Kemudian sebatang lak dibakar, sehingga lak yang menjadi cair jatuh di atas benang

tepat di antara ujungnya yang tetap bebas dan simpul sehingga lak mengikat benang

dengan kertas. Sesudah lak yang cair agak tebal di atas kedua ujung benang, cap

notaris, yang dibuat dari kuningan atau logam lain, dengan huruf-huruf tenggelam

(bukan timbul seperti dalam stempel karet), ditekankan di atas lak yang masih lunak

dalam beberapa detik akan menjadi keras.

Dengan demikian kertas dan benang terikat oleh lak sedang huruf dan lambang

Negara dalam teraan itu timbul. Salinan akta dengan jahitan dan teraan cap dari bahan

itu tidak dapat dipalsukan tanpa merusak benang, kertas, dan atau segel. Kini

pelekatan dilakukan dengan sepotong kertas (diatasnya telah diterakan cap notaris

(41)

memakai lem. Kertas yang dilem itu mudah dilepas dan diganti, sehingga pelekatan

atau penyegelan cara sekarang tidak efektif menghindarkan suatu pemalsuan.

Arti Suatu Penandatanganan (Ondertekening). Masyarakat menganggap tanda

tangan atau sidik jari suatu tindakan yang penting. Orang-orang buta huruf atau yang

pendidikannya terbatas sekali bisa merasakannya. Membubuhkan sidik jari atau tanda

tangan oleh sementara masyarakat tidak hanya dirasakan penting sekali serta berbobot,

tetapi juga dianggap terikat dirinya terhadap apa yang ditandatangani atau dibawah

apa ia membubuhkan sidik jarinya.

Sidik Jari. Sidik jari yang memiliki alur-alur pilar yang membentuk gambar-gambar

tertentu mempunyai sifat sebagai berikut (Tan 2000).

1. Gambar jari yang dibentuk oleh alur-alur papilar pada setiap orang akan berbeda

meskipun mereka kakak beradik atau kembar sekalipun. Juga pada seorang saja

tidak akan ditemukan gambar-gambar jari yang sama satu dengan yang lain

diantara kesepuluh jarinya sendiri. Sifat ini sudah tetap dan berlaku tanpa

membeda-bedakan suku-suku bangsa yang ada di dunia ini.

2. Bentuk gambar jari pada seseorang tidak akan berubah dari lahir sampai mati

walaupun pada saat-saat tertentu kulit jari senantiasa mengalami perubahan

pembaruan (misalnya sesudah sakit keras, beberapa hari sesudah mencuci pakaian,

dll). Bentuk gambar-gambar ini dapat juga berubah hanya disebabkan oleh hal-hal

yang memaksa, misalnya terbakar, jari terpotong pisau atau rusak sedemikian rupa

sehingga bentuk papilar semula menjadi berubah.

Pengetahuan sidik jari ini dalam acara pidana mengambil tempat yang penting

karena hasil ketetapannya diakui dan dapat dianggap sebagai suatu alat bukti yang sah

terhadap salah tidaknya terdakwa dalam tindak pidana. Bagian penting sidik jari diberi

nama, seperti garis papilar pusat, delta. Pada Gambar 2 contoh cap jempol yang

(42)

Gambar 2 Cap jempol

Bagian paling penting dan harus nyata dalam sidik jari adalah garis papilar pusat.

Bagian ini terletak kurang lebih di pusat ruas atas suatu sidik jari.

Bea Meterai

Negara Republik Indonesia memberikan hak dan kewajiban sama kepada

semua warga negara untuk berperan serta dalam pembangunan nasional. Salah satu

cara dalam mewujudkan peran serta masyarakat tersebut adalah dengan memenuhi

kewajiban pembayaran atas pengenaan bea meterai terhadap dokumen-dokumen

tertentu yang digunakan.

Di dalam Pasal 1 UU. No. 13 tahun 1985 tentang bea meterai disebutkan:

1. dengan nama meterai dikenakan pajak atas dokumen yang disebut dalam

undang-undang ini.

2. dalam undang-undang yang dimaksud dengan:

a. dokumen adalah kertas yang berisikan tulisan yang mengandung arti dan

maksud tentang perbuatan, keadaan atau kenyataan bagi seseorang dan/atau

pihak-pihak yang berkepentingan.

b. benda meterai adalah meterai tempel dan kertas meterai yang dikeluarkan oleh

pemerintah Republik Indonesia.

c. tandatangan adalah tandatangan sebagaimana lazimnya dipergunakan,

termasuk pula paraf, teraan atau cap tanda tangan atau cap paraf, teraan cap

nama atau tanda lainnya sebagai pengganti tanda tangan.

d. pemeteraian kemudian adalah suatu cara pelunasan bea meterai yang dilakukan

oleh pejabat pos atas permintaan pemegang dokumen yang bea meterainya

(43)

Gambar 3 Meterai 6000

Meterai memiliki nilai diantaranya 3000 atau 6000. Pada Gambar 3 meterai

6000. Nilai meterai terdapat pada meterai. Dokumen yang mempunyai harga nominal

250.000 – 1.000.000 menggunakan meterai 3000. Untuk dokumen yang lebih harga

nominal dari 1.000.000 menggunakan meterai 6000.

Notaris Taufiqurrachman

Kantor Notaris/PPAT Taufiqurrachman disahkan dengan SK. MENKEH RI.

NO : C-510.HT.03.01-TH. 1998 tanggal 16 November 1998. SK. MENTERI

NEGARA AGRARIA / KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NO. 22-XI

-1999 tanggal 2 juni 1999.

Struktur Organisasi. Pada Gambar 4 struktur organisasi Notaris Taufiqurrachman.

Gambar 4 Struktur organisasi kantor Notaris Taufiqurrachman, S.H NOTARIS

ASISTEN

AKTA PPAT AKTA

(44)

Protokol

Dalam penulisan ini akan dikemukan beberapa pendapat mengenai pengertian

protokol:

1. protokol adalah suatu ilustrasi peri laku seorang notaris dalam jabatannya, baik

yang menyangkut pembuatan sesuatu akta maupun arsipnya (Andasasmita 1990).

2. protokol adalah standar menukar informasi antar dua sistem komputer atau dua

sarana komputer (Pfaffenberger 1994).

3. protokol adalah serangkaian langkah yang melibatkan dua pihak atau lebih dan

dirancang untuk menyelesaikan tugas (Schneier 1996).

Dari beberapa definisi dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Protokol memiliki urutan dari awal hingga akhir.

2. Setiap langkah harus dilaksanakan secara bergiliran.

3. Suatu langkah tidak dapat dikerjakan bila langkah sebelumnya belum selesai.

4. Diperlukan dua pihak atau lebih untuk melaksanakan protokol.

5. Protokol harus mencapai suatu hasil.

Selain itu protokol juga memiliki karakteristik sebagai berikut.

1. Setiap orang yang terlibat dalam protokol harus mengetahui terlebih dahulu

mengenai protokol dan seluruh langkah yang akan dilaksanakan.

2. Setiap orang yang terlibat dalam protokol harus menyetujui untuk mengikutinya.

3. Protokol tidak boleh menimbulkan kerancuan.

4. Protokol harus lengkap.

Fungsi Protokol. Sebuah protokol dipergunakan untuk proses komunikasi di antara

entiti pada sistem yang berbeda-beda (Stallings 2001). Protokol digunakan untuk

menggambarkan proses penyelesaian suatu tugas dari mekanisme yang digunakan.

Sebagai contoh interaksi antarmanusia yang dilakukan melalui jaringan komputer.

Komputer ini tentu saja memerlukan suatu protokol yang formal agar dapat melakukan

(45)

Dalam kehidupan sehari-hari terdapat banyak sekali protokol tidak resmi,

misalnya dalam permainan kartu. Dalam permainan kartu kita memerlukan protokol

untuk menghubungkan antara pemain sehingga dapat menyelesaikan permainan

Jenis Protokol (Schneir 1996). Jenis protokol dapat dibedakan sebagai berikut.

1. Arbitrated protocol adalah protokol yang memerlukan arbitrator. Arbitrator adalah Pihak ketiga yang tak memihak dan dapat dipercaya untuk menyelesaikan suatu

protokol.

Contoh: Alice menjual mobil kepada Bob yang tak dikenalnya. Bob ingin membayar

dengan cek tapi Alice tak tahu cara memastikan bahwa itu bukan cek kosong. Alice

ingin mencairkan cek itu dulu sebelum menyerahkan kepemilikan mobil, tapi Bob

tidak mau menyerahkan cek bila tidak menerima kepemilikan mobil. Datanglah

seorang Notaris sebagai arbitrator, lalu disetujui protokol berikut.

1. Alice menyerahkan kepemilikan mobil kepada notaris.

2. Bob memberikan ceknya kepada kepada Alice.

3. Alice ke Bank untuk mencairkan cek itu.

4. Jika cek cair , notaris mengalihkan mobil kepada Bob. Jika cek tidak cair

notaris mengembalikan kepemilikan mobil kepada Alice.

2. Adjudicated protocol adalah protokol yang melibatkan adjudicator sebagai Pihak ketiga. Protokol dibagi dalam dua subprotokol berikut.

1. Subprotokol dijalankan tanpa melibatkan arbitrator.

2. Untuk keadaan khusus subprotokol melibatkan arbitrator (disebut adjudicator)

dijalankan. Contoh adjudicator hakim.

Contoh

Subprototokol 1.

1. Alice dan Bob bernegosiasi dengan syarat yang dimiliki.

2. Alice setuju.

3. Bob setuju.

Subprotokol 2 (hanya jika ada sengketa).

(46)

5. Alice memberikan bukti-buktinya.

6. Bob memberikan bukti-buktinya.

7. Hakim memutuskan.

Perbedaan antara adjudicator dan arbitrator adalah adjudicator tidak selalu diperlukan.

3. Self-enforcing protocol adalah protokol yang tidak melibatkan arbitrator atau adjudicator. Protokol ini dibuat sehingga tidak mungkin timbul sengketa. Jika ada

pihak yang mencoba menipu, pihak lain akan segera tahu dan protokol berhenti. Ini

adalah protokol terbaik tapi sayang tidak semua situasi memiliki sebuah self-enforcing protocol, Contoh Internet Protokol (IP).

Protokol Digital. Protokol digital adalah serangkaian langkah yang melibatkan dua

pihak atau entitas atau lebih yang mengatur hubungannya dalam media digital atau

elektronik guna mencapai suatu tujuan tertentu. Entitas adalah kelompok orang,

tempat, objek, kejadian atau konsep tentang apa yang kita perlukan untuk menyimpan

data (Whitten JL 2004).

Protokol Akta Notaris Digital

Protokol akta notaris digital adalah protokol untuk membuat akta notaris

menggunakan data digital atau data elektronik. Untuk mengikuti perkembangan

teknologi diharapkan akta akan menggunakan data digital sebagai pengganti media

kertas. Akta digital dirancang hampir sama seperti akta dalam media kertas, akan

tetapi proses pembuatannya menggunakan data digital dan memperhatikan

faktor-faktor yang mempengaruhi seperti keamanan. Data digital merupakan data dengan

penggambaran dari suatu keadaan bilangan yang terdiri dari angka 0 dan 1atau off dan on (bilangan biner). Sistem komputer menggunakan sistem digital sebagai basis datanya.

Dalam bentuk digital, penyebaran dokumen dapat dilakukan lebih mudah.

Penduplikasian dan penyebaran dokumen akan menjadi lebih cepat dan murah

(47)

dokumen kertas, hasil duplikasi pada dokumen digital tidak akan berbeda dengan

dokumen aslinya. Oleh karena itu untuk menghindari publikasi dan distribusi

dokumen secara tidak sah dengan memberi pengamanan pada dokumen asli.

Pembuatan protokol akta notaris digital melalui beberapa tahap berikut.

1. Analisis protokol akta notaris dalam media kertas.

2. Perancangan protokol akta notaris digital.

3. Evaluasi hasil perancangan.

Analisis Akta Notaris Media Kertas. Dalam analisis akta notaris media kertas

melakukan beberapa kegiatan berikut.

1. Menguraikan akta media kertas sesuai sistematika akta supaya lebih mudah

dipahami.

2. Membuat protokol akta media kertas untuk mengetahui langkah-langkah

pembuatan akta dalam media kertas.

3. Membuat alur protokol akta notaris media kertas.

4. Analisis keamanan protokol akta notaris dalam media kertas, sebelum

perancangan protokol akta notaris digital dilakukan analisis keamanan protokol

akta notaris media kertas.

Hal-hal yang dapat menjadi bahan perhatian dalam analisis keamanan sebagai berikut.

1. Isi akta dapat diketahui oleh pihak-pihak yang berkepentingan, layanan ini

berhubungan dengan kerahasian (confidentiality).

2. Informasi yang ada dalam akta tidak bisa diubah-ubah setelah dibuat sehingga

keutuhannya (integrity) terjamin.

3. Pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi dapat diyakini keabsahannya

(authenticity).

4. Jika terjadi perselisihan, pihak-pihak yang terlibat tidak dapat menyangkal isi akta

(nonrepudiation). 5. Sertifikat notaris.

(48)

Perancangan Protokol Akta Notaris Digital. Dalam Perancangan protokol akta

notaris digital, akan memperhatikan informasi–informasi yang didapat dari hasil

analisis akta notaris dalam media kertas. Informasi–informasi yang didapat, dapat

menunjang perancangan supaya sesuai dengan yang di harapkan. Dalam perancangan

akta notaris melakukan tranformasi atau perubahan media dari kertas ke dalam bentuk

digital dengan memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi seperti

keamanan.

Faktor-faktor keamanan dapat diuraikan sebagai berikut.

A. Kerahasiaan, adalah layanan yang ditujukan untuk menjaga agar pesan tidak dapat dibaca oleh pihak-pihak yang tidak berhak. Kriptografi adalah ilmu dan seni untuk

menjaga keamanan pesan. Dalam kerahasiaan ada dua proses utama yaitu enkripsi

dan dekripsi. Enkripsi adalah teknik untuk membuat pesan menjadi tidak dapat

dibaca. Dekripsi adalah proses untuk mengembalikan pesan yang tidak dapat di

baca menjadi dapat terbaca. Pada Gambar 5 memperlihatkan enkripsi dan dekripsi.

Gambar 5 Enkripsi dan dekripsi

Dalam kriptografi nama lain untuk pesan adalah plaintext, untuk pesan yang telah disandikan atau telah di enkripsi disebut ciphertext. Konsep matematis yang mendasari algoritma kriptografi adalah relasi antara dua buah himpunan yaitu

himpunan yang berisi elemen-elemen plaintext dan himpunan yang berisi ciphertext. Enkripsi dan dekripsi merupakan fungsi yang memetakan elemen-elemen antara kedua himpunan tersebut. Misalkan P menyatakan plaintext dan C menyatakan ciphertext, maka fungsi enkripsi E memetakan P ke C,

(49)

Dan fungsi dekripsi D memetakan C ke P,

D(C) = P

Karena proses enkripsi kemudian dekripsi mengembalikan pesan ke pesan asal,

maka kesamaan berikut harus benar,

D(E(P)) = P

Enkripsi dan dekripsi dapat juga menggunakan kunci, kunci K biasanya berupa

string atau deretan bilangan. Fungsinya dapat ditulis sebagai berikut.

Ek(P) = C

Dk(C) = P

Kedua fungsi diatas memenuhi,

Dk(Ek(P)) = P

Dalam kriptografi kunci dapat dibedakan menjadi kunci simetri dan kunci asimetri.

Pada kunci simetri, kunci untuk enkripsi sama dengan kunci untuk dekripsi. Istilah

lain untuk kunci simetri adalah kunci private. Contoh enkripsi dengan kunci simetri: DES, Tripel DES dan Blowfish. Pada Gambar 6 memperlihatkan kunci simetri.

Gambar 6 Enkripsi dan Dekripsi dengan kunci simetri

Pada kunci asimetri, kunci untuk enkripsi tidak sama dengan kunci untuk dekripsi.

Istilah lain untuk kunci asimetri adalah kunci publik. Contoh enkripsi dengan

kunci asimetri: RSA. Pada Gambar 7 memperlihatkan kunci asimetri.

(50)

B. Keaslian atau otentikasi, suatu alat yang digunakan untuk menjamin bahwa entitas atau informasi yang sah belum dimanipulasi oleh pihak-pihak yang tidak

berwenang. Beberapa contoh tujuan keamanan otentikasi secara spesifik meliputi:

kontrol akses, otentikasi entitas, otentikasi pesan, integritas data, non repudiasi,

dan otentikasi kunci. Otentikasi merupakan salah satu bagian terpenting dari

suluruh tujuan keamanan informasi. Secara garis besar otentikasi dikelompokkan

menjadi dua, yaitu otentikasi entitas (identifikasi) dan otentikasi asal data

(otentikasi pesan). Otentikasi asal data secara implisit memberikan integritas data

alasannya jika pesan telah dimanipulasi selama transmisi maka pesan bukan lagi

berasal dari pengirim.

Skema umum, suatu identifikasi melibatkan penuntut (claimant) A dan pemeriksa (verifier) B. Pemeriksa dihadirkan dengan praduga sebelumnya bahwa penuntut mengakui identitas berasal darinya. Tujuannya adalah untuk

membuktikan bahwa identitas benar-benar dari A. Perbedaan utama antara

otentikasi entitas dan otentikasi pesan adalah otentikasi pesan tidak memberikan

jaminan rentang waktu diciptanya pesan, sedangkan otentikasi entitas mencakup

pembuktian identitas penuntut melalui komunikasi nyata oleh pemeriksa terkait,

selama eksekusi protokol di dalam waktu nyata (real time). Perbedaan lainnya adalah bahwa otentikasi pesan melibatkan pesan yang mempunyai makna,

sedangkan otentikasi entitas hanya sekedar membuktikan entitas tanpa melibatkan

pesan.

Dalam konteks komunikasi jaringan, otentikasi pesan mampu mencegah

serangan-serangan berikut.

1. Penyingkapan (disclosure), penyingkapan isi pesan atau kunci kriptografik kepada seseorang.

2. Analisis lalulintas (traffic analysis), pengungkapan pola lalulintas oleh partai-partai yang terlibat dalam transaksi informasi.

(51)

4. Modifikasi isi (content modification), manipulasi isi pesan oleh pihak yang tidak berwenang.

5. Modifikasi urutan (sequence modification), mengubah urutan pesan oleh pihak yang tidak berwenang.

6. Repudiasi sumber (source repudiation), pengingkaran transmisi pesan oleh pengirim.

7. Repudiasi tujuan (destinartion repudiation), pengingkaran penerimaan pesan oleh penerima.

Mekanisme otentikasi pada dasarnya mempunyai 2 level, level terendah berisi

fungsi yang digunakan untuk menghasilkan otentikator, nilai yang digunakan

untuk melakukan otentikasi. Fungsi ini yang digunakan sebagai dasar bagi

otentikasi pada level yang lebih tinggi untuk melakukan verifikasi dan secara garis

besar dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian berikut (Stalling 2001).

1. Enkripsi pesan, hasil enkripsi sebagai otentikator.

2. Message Authenticator Code (MAC), fungsi publik dan fungsi kunci untuk menghasilkan nilai dengan panjang tetap sebagai otentikator.

3. Fungsi Hash, yang memetakan pesan panjang sembarang dengan nilai hash panjang tetap yang digunakan sebagai otentikator.

C. Integritas data, adalah layanan yang menjamin bahwa pesan masih asli atau utuh atau belum pernah dimanipulasi ( Munir 2006 ). Fungsi Hash dapat di gunakan untuk menjaga keutuhan data atau integritas data sering disebut juga sebagai

fingerprint. Fungsi ini biasanya diperlukan bila kita menginginkan pengambilan sidik jari suatu pesan. Sebagaimana sidik jari manusia yang menunjukkan identitas

si pemilik sidik jari, fungsi ini diharapkan pula mempunyai kemampuan serupa

dengan sidik jari manusia, di mana sidik jari pesan diharapkan menunjuk ke satu

pesan dan tidak dapat menunjuk kepada pesan lainnya.

(52)

yakni pesan dan kunci. Fungsi hash adalah fungsi h yang mempunyai minimal dua sifat berikut.

1. Kompresi (compression), h memetakan input x dengan sembarang panjang bit yang berhingga, ke output h(x) dengan panjang bit tetap n.

2. Kemudahan komputasi (ease of computation), diketahui h dan suatu input x dan h(x) mudah dihitung.

Beberapa contoh fungsi hash yang sudah dibuat orang: MD2, MD4, MD5, Secure Hash Function (SHA) dan RIPMEND.

D. Nonrepudiasi, adalah layanan yang ditujukan untuk mencegah terjadinya pelanggaran kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya oleh masing-masing pihak

atau nirpenyangkalan (Munir 2006). Untuk mencegah nonrepudiasi menggunakan

tandatangan. Dalam perjanjian yang dibuat secara tertulis diatas kertas para pihak

membubuhkan tanda tangan di bawah perjanjian yang dibuatnya. Untuk dokumen

digital dapat digunakan tanda tangan digital sebagai pengganti tanda tangan atau

sidik jari.

Tandatangan digital adalah tanda tangan yang bersifat elektronik dan

mempunyai fungsi yang sama dengan tanda tangan manual. Tanda tangan digital

juga merupakan rangkaian bit yang diciptakan dengan melakukan komunikasi

elektronik. Tanda tangan digital bukan merupakan gambar digital dari tanda

tangan yang dibuat oleh tangan atau tanda tangan yang diketik (Menezes 1997).

Dalam tandatangan digital ada proses sebagai berikut.

1. Pembentukan tandatangan (Signature generation). 2. Pembuatan sepasang kunci (kunci private, kunci public). 3. Pemeriksaan keabsahan tandatangan (signature verification).

Pada Gambar 8 memperlihatkan penandatanganan dan verifikasi tandatangan.

Penjelasan langkah-langkah Gambar 8 sebagai berikut.

1. Pengirim mula-mula menghitung pesan M dengan menggunakan fungsi hash H, dihasilkan Message digest (MD).

(53)

2. Kemudian MD dienkripsi dengan menggunakan kunci privat KV si pengirim.

Hasil enkripsi ini dinamakan dengan tandatangan digital S.

S = Ekv(MD)

3. Selanjutnya tandatangan digital S dilekatkan dengan pesan M (dengan cara

menyambungkan atau append). Lalu keduanya dikirim melalui saluran komunikasi.

S || M

4. Penerima menerima pesan M dan tandatangan S, lalu penerima melakukan

verifikasi.

5. Tandatangan digital S didekripsi dengan menggunakan kunci publik KP

pengirim pesan, menghasilkan message digest (MD) semula. MD = Dkp(S)

6. Penerima kemudian mengubah pesan menjadi message digest (MD) menggunakan fungsi hash H.

MD’ = H(M)

7. Jika MD’ = MD berarti tandatangan yang diterima otentik dan berasal

dari pengirim yang benar.

(54)

Dua algoritma signature yang digunakan secara luas adalah RSA dan ElGamal. Pada bulan Agustus 1991, NIST ( The National Institute of Standard and Technology) menggunakan bakuan (standard) untuk tandatangan digital yang dinamakan Digital Signature Standard (DSS). DSS terdiri dari 2 komponen berikut.

1. Algoritma tandatangan digital disebut Digital Signature Algorithm (DSA). 2. Fungsi hash standard yang disebut Secure Hash Algorithm (SHA).

E. Sertifikat digital, dikeluarkan (issued) oleh pemegang otoritas sertifikasi (Certification Authority atau CA). CA biasanya adalah institusi keuangan (seperti bank) atau institusi yang terpercaya. Sertifikat digital adalah dokumen digital yang

berisi informasi sebagai berikut.

1. Nama subjek (perusahaan atau individu yang disertifikasi).

2. Kunci publik si subjek.

3. Waktu kadaluarsa sertifikat (expiredtime). 4. Nomor seri sertifikat, dll.

Sertifikat digital tidak rahasia, tersedia secara publik dan sertifikat tersebut

juga dimiliki oleh pemohon. Adanya atribut waktu kadaluarsa pada sertifikat

digital dimaksudkan agar pengguna mengubah kunci publik (kunci privat

pasangannya) secara periodik. Makin lama penggunaan kunci, makin besar

peluang kunci diserang .

Setelah perancangan protokol akta notaris digital dilanjutkan dengan membuat alur

protokol akta notaris digital. Pembuatan alur protokol berguna untuk membantu

dalam memahami langkah-langkah protokol akta notaris digitial.

Evaluasi Hasil Perancangan. Setelah dilakukan tahap pembuatan alur protokol, tahap

berikutnya adalah melakukan evaluasi terhadap hasil perancangan protokol akta

notaris digital yang telah dibuat. Evaluasi dilakukan dengan cara membandingkan

protokol akta notaris dalam media kertas dengan protokol akta notaris dalam media

(55)

METODE PENELITIAN

Kerangka Pemikiran

Kerangka umum dasar pemikiran perancangan protokol akta notaris digital dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9 Kerangka umum pemikiran

Kerangka umum dasar pemikiran ini adalah melakukan transformasi atau perubahan dari protokol akta notaris dalam media kertas menjadi protokol akta notaris dalam media digital. Dalam transformasi protokol akan memperhatikan faktor–faktor yang dapat mempengaruhi perubahan–perubahan tersebut, seperti faktor–faktor keamanan.

Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Gambar 10.

Protokol Akta Notaris

Dalam Media Kertas

Protokol Akta Notaris

Digital Proses Transformasi atau Perubahan Bentuk

(56)

Gambar 10 Tahapan penelitian

Secara garis besar penelitian memiliki tahapan sebagai berikut.

a. Analisis protokol akta notaris media kertas, dalam tahap ini melakukan analisis terhadap protokol akta notaris dalam media kertas yang dipakai sekarang ini. Dalam tahap analisis juga mempelajari faktor–faktor yang dapat mempengaruhi akta notaris tersebut seperti faktor keamanan. Tahapan dalam analisis protokol akta notaris media kertas sebagai berikut.

1. Menguraikan akta media kertas sesuai sistematika akta supaya lebih mudah dipahami.

Mulai

Studi Pustaka / Studi Lapangan /

Riset Jurnal

Identifikasi Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat

- Analisis Protokol Akta Notaris Dalam Media Kertas - Perancangan Protokol Akta Notaris digital - Evaluasi Protokol Akta Notaris Digital

Sesuai Harapan

Simpulan dan Saran

Selesai Y

(57)

2. Membuat protokol akta media kertas untuk mengetahui langkah-langkah pembuatan akta dalam media kertas.

3. Membuat alur protokol akta notaris media kertas.

4. Analisis keamanan protokol akta notaris dalam media kertas.

b. Perancangan protokol akta notaris digital, berdasarkan analisis protokol akta notaris media kertas perancangan protokol akta notaris digital dilaksanakan melalui langkah berikut.

1. Membuat protokol akta notaris digital untuk mengetahui langkah-langkah pembuatan akta digital.

2. Menambahkan faktor keamanan dalam protokol akta notaris digital berdasarkan informasi yang didapatkan dari analisis keamanan protokol akta notaris digital.

3. Membuat alur protokol akta notaris digital.

c. Evaluasi hasil perancangan, dalam tahapan ini dilakukan evaluasi terhadap perancangan protokol akta notaris digital yang telah dibuat. Evaluasi dilakukan dengan cara membandingkan protokol akta notaris media kertas dengan protokol akta notaris digital.

d. Simpulan dan saran, tahap terakhir dari penelitian ini adalah membuat simpulan dan saran berdasarkan hasil dari informasi–informasi yang telah di dapatkan dari semua tahapan-tahapan yang telah dilakukan di atas. Dalam saran akan diberikan masukan untuk penelitian lebih lanjut, berdasarkan informasi dari penelitian ini.

Alat Bantu

Alat bantu yang dipergunakan dalam perancangan protokol akta notaris digital seperti, perangkat lunak dan perangkat keras. Perangkat lunak yang dipakai adalah Ms. Word dan Ms. Visual Basic versi 6.0. Perangkat keras yang dipakai adalah PC Desktop Pentium III, 446 MHZ, RAM 128.

Tempat Pelaksanaan

(58)

dan untuk melakukan tindakan hukum dimaksud dalam akta ini, Direksi telah ---- mendapat persetujuan dari Komisaris PT CAHAYA ABADI, sebagaimana akan disebut dibawah ini; --- 2. Tuan Haji RAHMAT KARTOLO, Komisaris PT CAHAYA ABADI, --- bertempat tinggal di Palembang, Perindustrian 7 Lorong Manis Nomor 128, Rukun Tetangga 039, Rukun Warga 016, Kelurahan Sukarami, Kecamatan Sukarami; -(4)

menurut keterangannya dalam hal ini bertindak dalam jabatannya tersebut diatas, -- dan selaku demikian memberikan persetujuan kepada Direksi PT CAHAYA ABADI untuk melakukan tindakan hukum dimaksud dalam akta ini. ---

--- Para penghadap telah dikenal oleh saya, Notaris. --- - Para penghadap dalam kedudukannya sebagaimana tersebut menerangkan kepada saya, Notaris dengan ini membuka cabang perseroan di Palembang, --- sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka perseroan mengangkat: --- - Nyonya SANTI, Sarjana Hukum sebagai pimpinan cabang perseroan di daerah tersebut, dengan hak-hak/kekuasaan-kekuasaan dan larangan-larangan sebagai berikut: ---(5)

Gambar

Gambar 2  Cap jempol
Gambar 4 Struktur organisasi kantor Notaris Taufiqurrachman, S.H
Gambar 5 Enkripsi dan dekripsi
Gambar 6 Enkripsi dan Dekripsi dengan kunci simetri
+7

Referensi

Dokumen terkait