• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Kepribadian Anak Pada Masa Pubertas Di Homeschooling Primagama

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perkembangan Kepribadian Anak Pada Masa Pubertas Di Homeschooling Primagama"

Copied!
181
0
0

Teks penuh

(1)

1 PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK PADA MASA

PUBERTAS DI HOMESCHOOLING PRIMAGAMA DI MEDAN (STUDI ETNOGRAFI)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Syarat mendapatkan Gelar Sarjana Ilmu Sosial dalam Bidang Antropologi

OLEH : SRI MAULIANI

NIM : 110905033

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL MEDAN

(2)

i UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PERNYATAAN ORIGINALITAS

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN PADA MASA PUBERTAS DI

HOMESCHOOLING PRIMAGAMA DI MEDAN

(STUDI ETNOGRAFI) SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak pernah saya nyatakan di sini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap meninggalkan gelar kesarjanaan saya.

Medan, Mei 2015

(3)

ii ABSTRAK

Sri Mauliani 2015, judul skripsi: Perkembangan Kepribadian Anak Pada Masa Pubertas Di Homeschooling Primagama. Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 151 halaman, 7 daftar tabel, 3 daftar gambar, daftar pustaka, daftar informan dan lampiran.

Skripsi ini mendeskripsikan: “Perkembangan Kepribadian Pada Masa Pubertas Di Homeschooling khususnya di Homeschooling Primagama”. Kajian ini menjelaskan tentang aktivitas dan kegiatan remaja di lingkungan sekolah dan lingkungan luar sekolah serta segala yang berhubungan dengan perkembangan kepribadiannya. Unsur kepribadian yang dilihat yaitu kognitif, perasaan/emosi dan dorongan naluri serta respon seorang remaja terhadap perubahan yang dialaminya dalam masa pubertas dan pengaruh model pembelajaran

homeschooling serta peran budaya terhadap perkembangan kepribadian remaja. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang kehidupan remaja pada masa pubertas di homeschooling dan untuk mengetahui respon/tanggapan remaja saat mengalami masa pubertas serta untuk melihat pengaruh model pembelajaran homeschooling dan peran budaya terhadap perkembangan kepribadian seorang remaja pada masa pubertas di homeschooling.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif bersifat deskriptif dengan metode observasi dan wawancara mendalam menggunakan pedoman wawancara. Peneliti mencari data dengan mengikuti secara langsung aktivitas atau kegiatan para informan saat di jam belajar atau berada di lingkungan sekolah maupun saat sedang berada di luar lingkungan sekolah selama waktu yang ditentukan dengan harapan data yang didapat lebih akurat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran homeschooling

sangat berpengaruh dalam pembentukkan kepribadian pada masa pubertas, karena dihomeschooling seorang anak berhak belajar sesuai dengan keinginan dan kemampuan yang dimilikinya. Itu yang membuat seorang anak pada masa pubetas di homeschooling tidak mengalami masa badai/labil dan tekanan seperti anak remaja pada umumnya. Hal ini disebabkan karena remaja homeschooling

mempunyai kebebasan, bebas dalam dunia pendidikan maupun di luar dunia pendidikan (bebas terarah).

Dalam hal sosialisasi, meski homeschooling adalah sekolah informal yang belajar sendiri di dalam rumah, tetapi anak homeschooling juga mempunyai teman, walau konsep pertemanan remaja homeschooling dengan remaja pada umunya berbeda, tergantung pada kepribadian seorang anak tersebut.

(4)

iii UCAPAN TERIMAKASIH

Alhamdulillahirobbil ‘Alamiin. Puji dan syukur atas kehadiran Allah SWT dengan rahmat dan ridho Allah saya bisa menyelesaikan skripsi ini. Serta junjungan Nabi besar Muhammad SAW. Pada bulan ini selesai tugas akhir perkuliahan atau dengan nama lain skripsi. Dimana skripsi ini merupakan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana S-I bidang Antropologi Sosial di Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik Universitas Sumatera Utara. Perjuangan selama 4 tahun perkuliahan akhirnya terselesaikan dengan waktu yang diinginkan.

Skripsi ini membahas tentang Perkembangan Kepribadian Pada Masa Pubertas Di Homeschooling Primagama di Medan. Skripsi ini dibuat selama 4 bulan. Selama proses penulisan skripsi ini yang dengan susah payah saya menyelesaikannya. Namun dukungan, masukan, semangat, dan bimbingan yang mengalir untuk saya dari orang-orang yang saya sayangi dan yang berada di sekeliling saya, saya ucapkan banyak-banyak terima kasih yang sebesar-besarnya.

(5)

iv saya Sri Yuriani dan Sri Puspita serta abang saya Muhammad Gamal yang telah mendoakan saya agar dapat dimudahkan dalam pembuatan skripsi ini, serta memberikan semangat dan selalu mendukung saya. Saya ucapkan banyak-banyak terima kasih, dan untuk seluruh keluarga besar saya terima kasih atas semua support dan dukungan yang kalian berikan kepada saya, karena berkat doa dan dukungan kalianlah skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya saya berikan kepada ibu Nita Savitri M,Hum yang dengan sabar membimbing saya dalam proses pembuatan skripsi dan banyak membantu serta memberikan masukan kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Ibu telah banyak memberikan ilmu kepada saya. Saya ucapkan banyak-banyak terima kasih dan mungkin saya tidak dapat membalas apa yang telah ibu berikan kepada saya, yang saya bisa lakukan adalah mengerjakan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Hanya Allah yang dapat membalas semua yang ibu berikan kepada saya.

Ucapkan terima kasih juga saya berikan kepada kak Rytha Tambunan M,Si yang telah memberikan banyak ide-ide kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini sampai akhir. Tema awal penelitian ini tentang “Pubertass Di Homeschooling” dan itu dari kak Rytha, makasih banyak kak atas idenya.

(6)

v skripsi saya. Selanjutnya, kepada kak Nur dan kak Sofie saya ucapkan terima kasih telah bersedia membantu kelancaran semua berkas yang saya butuhkan dari masa perkuliahan sampai skripsi ini.

Terima kasih kepada sahabat-sahabat saya terutama kepada Richa Meliza, Rini Rezeki Utami, Suci Wulansari, dan Rama Shita Husna, tanpa terasa 4 tahun sudah kita bersama sebagai “Sahabat” dari awal semester satu sampai saat ini kalian selalu ada buat saya, selalu membantu saya, selalu orang yang saya repotin, makasih banyak atas supoort dan dukungannya terutama kepada Rini dan Richa yang bersedia menjadi pembanding dalam seminar hasil saya, dan maaf kalau terkadang saya membuat kesalahan. Semoga tidak ada kata akhir dalam pertemanan ini.

Ucapkan terima kasih saya berikan kepada teman-teman Antropologi stambuk 2011, Fai, Jayanti, Deny, Asrul, Tyo, Nopi, laila dan untuk semuanya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu karena jumlahnya cukup banyak. Terimakasih juga saya berikan kepada Rizki Yuwidarma adik kelas saya stambuk 2013 yang bersedia menjadi salah satu pembangding saya dalam seminar hasil, terimakasih atas saran dan masukkannya.

Terima kasih juga saya ucapkan buat bapak Emil Salim, ST selaku kepala sekolah di Homeschooling Primagama, buat Ibu Ayu selaku receptionis di skeolah

homeschooling dan untuk semua guru yang mengajar di homeschooling

(7)

vi sebutkan satu-persatu, serta buat Angel dan Geby dan para remaja lainnya seperti Mira, Ikhsan yang menjadi informan penulis dalam skripsi ini.

Akhir kata penulis sekali lagi mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada semua yang telah pendukung penulis dalam penulisan skripsi ini.

Medan, Mei 2015

Penulis

(8)

vii RIWAYAT HIDUP

SRI MAULIANI, lahir pada tanggal 29 Agustus 1993 di Medan, Sumatera Utara, Beragama Islam. Penulis merupakan anak ke-empat dari Bapak Satria Rizal dan Ibu Rahayu. Mempunyai dua orang kakak bernama Sri Yuriana dan Sri Puspita, serta mempunyai seorang abang bernama Muhammad Gamal Seprian dwi Putra, SE.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK Islam pada tahun 1999, kemudian penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) Negeri 060814 pada tahun 2005, selain Sekolah Dasar atau SD penulis juga belajar di Madrasah Ibtidaiyah Al-Muhajirin selama lima tahun dan tamat di tahun 2006, lalu menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Swasta Dwiwarna Medan pada tahun 2008, kemudian pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 5 Medan pada tahun 2011. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi dan lulus di Universitas Sumatera Utara Departemen Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

(9)

viii 1. Juara harapan 1 pada lomba Pidato Bahasa Inggris Tingkat SMP

2. Juara 3 lomba Cerdas cermat bersama Ultra tingkat SMP 3. Peserta masa orientasi siswa (MOS) di SMA Negeri 5 Medan

4. Peserta kegiatan pendidikan dan latihan HAPRABA yang dilaksanakan Palang Merah Remaja Indonesia pada tahun 2008

5. Panitia kegiatan pendidikan dan latihan Hapraba yang dilaksanakan Palang Merah Remaja Indonesia PMR WIRA 007 SMA N 5 Medan pada tahun 2009

6. Berpartisipasi dalam Kegiatan Program Pemerintah Mewujudkan Indonesia Bebas Ancaman Narkoba tahun 2010 dari yayasan Lembaga Terpadu Pemasyarakatan Anti Narkoba Indonesia

7. Peserta Inisiasi Antropologi pada tahun 2011

8. Peserta dalam acara Seminar Nasional dan Deklarasi Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Sumatera Utara pada tahun 2011

9. Peserta Seminar Draft Buku Sejarah Berdirinya Kabupaten Pakpak Bharat pada tahun 2013

10.Peserta Training Of Fasilitator (TOF) Tingkat Dasar Angkatan IV Departemen Antropologi Sosial pada tahun 2013

11.Panitia Seksi ADM.KESEK pada acara Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) Departemen Antropologi pada tahun 2013

12.Panitia pada acara Ulang Tahun Antropologi pada tahun 2013

(10)

ix 14.Peserta pada acara Bedah buku “Toba Mengubah Dunia” pada tahun 2014 15.Panitia pada acara Hari HAM Internasional, Book Lounching

“Menemukan Kembali Indonesia, Panel Diskusi Kritis dan Pemutaran Film SENYAP-The Look Of Silence, Universitas Sumatera Utara pada tahun 2014

16.Panitia Kord.ADM.KESEK pada acara Rapat Kerja Nasional Jaringan Kekerabatan Antropologi Sei-Indonesia (RAKERNAS) pada tahun 2015.

Pengalaman Organisasi :

1. Anggota OSIS SMA Negeri 5 Medan pada tahun 2009-2010

2. Anggota Palang Merang Remaja (PMR) 007 SMA Negeri 5 Medan 3. Anggota UKMI FISIP USU Pada tahun 2012.

Ema

(11)

x KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena dengan kehadirat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul skripsi ini adalah tentang “ Perkembangan Kepribadian Anak Pada Masa Pubertas Di Homeschooling Primagama Di Medan (Studi Etnografi)”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Departemen Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini berisi kajian tentang hasil dari wawancara penulis serta hasil dari observasi pada remaja usia pubertas di Homeschooling Primagama di Kota Medan. Pada skripsi ini penulis fokus membahas mengenai perkembangan kepribadian pada masa pubertas di Homeschooling. pembahasan ini akan diuraikan dari Bab I sampai Bab V.

(12)

xi Bab 2, Mendeskripsikan jenis pendidikan informal yang ada di Kota Medan khususnya homeschooling. dibab ini juga menjelaskan tentang gambaran umum homeschooling mulai dari sejarah, pengertian dan karakteristik

homeschooling serta perkembangan homeschooling di kota Medan (jumlah

homeschooling di Kota Medan). Di khususkan mengenai homeschooling

Primagama yang berisikan tentang lokasi, visi dan misi, sejarah, sistem belajar, landasan hukum, kurikulum dan sistem ujian serta izajah, dan yang terakhir program dalam pembelajaran di homeschooling primagama.

Bab 3, Mendeskripsikan tentang perkembangan kepribadian pada masa pubertas di homeschooling yang berkaitan dengan kognitif atau pengetahuan remaja homeschooling dilihat dari proses belajar dan melalui tes psikologi, selanjutnya melihat bagaimana perasaan/emosi remaja homeschooling dan dorongan naluri seorang remaja untuk bergaul atau berinteraksi (sosialisasi). Selanjutnya juga mendeksripsikan tentang pengaruh budaya terhadap pendidikan, pengaruh budaya terhadap kepribadian dan peran pendidikan terhadap pembentukkan kepribadian khususnya bagi seorang remaja, pada bab ini mendeskripsikan tentang kehidupan remaja homeschooling yang berkaitan dengan aktivitas di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah, juga dibahas mengenai respon remaja homeschooling terhadap masa pubertas yang berkaitan dengan perubahan dari segi fisik maupun nonfisik.

Bab 4, Mendeskripsikan pengaruh model pembelajaran homeschooling

(13)

xii berkaitan dengan interaksi remaja tersebut dengan orangtua, guru dan teman sebayanya, selanjutnya terdapat beberapa kasus informan yang dituang dalam bab ini.

Bab 5, Penutup yang berisikan tentang kesimpulan dan saran, bab ini menyimpulkan kembali isi keseluruhan hasil penelitian dan saran yang penulis rasa berguna.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga isi skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Penulis tahu banyak kekurangan dari isi skripsi ini, kritik yang membangun sangat penulis harapkan.

Medan, Mei 2015 Penulis

(14)

xiii DAFTAR ISI

PERNYATAAN ORIGINALITAS ... i

ABSTRAK ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

KATA PENGANTAR ... vii

RIWAYAT HIDUP ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Tinjauan Pustaka ... 14

1.3Perumusan Masalah... .. 30

1.4Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 30

1.4.1 Tujuan ... 31

1.4.2 Manfaat ... 31

1.5Kerangka Penulisan ... 31

1.6Metode Penelitian... .. 34

1.6.1 Teknik Pengumpulan Data... 35

1.6.2 Studi Lapangan 1.6.2.1Observasi ... 36

1.6.2.2Wawancara ... 36

1.6.2.3Studi Kepustakaan... .. 37

1.6.2.4Dokumentasi ... 38

1.6.2.5Analisis Data ... 38

1.7Pengalaman Penelitian... 38

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 2.1Gambaran Umum Homeschooling ... 58

2.1.1 Sejarah Singkat Homeschooling ... 58

2.1.2 Pengertian dan Karakteristik Homeschooling ... 60

2.1.3 Perkembangan Homeschooling Di Indonesia ... 62

2.1.4 Jumlah Siswa Homeschooling Di Indonesia ... 65

2.2Jumlah Homeschooling Di Kota Medan ... 65

2.3Homeschooling Primagama di Medan ... 67

2.3.1 Lokasi Homeschooling Primagama... 67

2.3.2 Visi dan Misi ... 68

(15)

xiv

2.3.4 Sistem Belajar di Homeschooling primagama ... 69

2.3.5 Landasan Hukum ... 69

2.3.6 Kurikulum dan Sistem Ujian Serta Izajah HSPG ... 71

2.3.7 Program Homeschooling primagama ... 74

BAB IIIPERKEMBANGAN KEPRIBADIAN PADA MASA PUBERTAS 3.1 Perkembangan Kepribadian Remaja (Pubertas) ... 76

3.1.1 Kognitif/Pengetahuan Remaja Homeschooling ... 79

3.1.2 Perasaan/Emosi Remaja homeschooling... .... 90

3.1.3 Dorongan Naluri... 94

3.2 Peran Budaya Dalam Kehidupan Seorang Anak Pada Masa Pubertas ... 97

3.3 Perkembangan kepribadian Remaja Dalam Pendidikan.... .... 105

3.4Kehidupan Remaja Homeschooling ... 107

3.4.1Aktivitas Remaja di Lingkungan Sekolah... 107

3.4.2Aktivitas Remaja di Luar Lingkungan Sekolah ... 113

3.5 Respon Anak terhadap Masa Puber ... 114

3.5.1 Perubahan Fisik... .... 114

3.5.2 Perubahan Non-Fisik... .... 117

BAB IVPENGARUH MODEL PEMBELAJARAN HOMESCHOOLING TERHADAP PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN REMAJA 4.1 Proses Pembelajaran Homeschooling... 123

4.2 Sosialisasi Remaja di Homeschooling... .. 129

4.2.1 Interaksi dengan Orang Tua... .... 131

4.2.2 Interaksi dengan Guru... .... 133

4.2.3 Interaksi dengan Teman/lingkungan... ... 137

4.3 Kasus Informan... .. 139

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 149

5.2 Saran... .. 156 DAFTAR PUSTAKA

(16)

xv DAFTAR TABEL

(17)

xvi DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Peta Lokasi Penelitian ... 67

Gambar 2: Informan (Geby) Sedang Belajar ... 99

Gambar 3: Informan (Angel) Sedang Belajar ... 108

(18)

ii ABSTRAK

Sri Mauliani 2015, judul skripsi: Perkembangan Kepribadian Anak Pada Masa Pubertas Di Homeschooling Primagama. Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 151 halaman, 7 daftar tabel, 3 daftar gambar, daftar pustaka, daftar informan dan lampiran.

Skripsi ini mendeskripsikan: “Perkembangan Kepribadian Pada Masa Pubertas Di Homeschooling khususnya di Homeschooling Primagama”. Kajian ini menjelaskan tentang aktivitas dan kegiatan remaja di lingkungan sekolah dan lingkungan luar sekolah serta segala yang berhubungan dengan perkembangan kepribadiannya. Unsur kepribadian yang dilihat yaitu kognitif, perasaan/emosi dan dorongan naluri serta respon seorang remaja terhadap perubahan yang dialaminya dalam masa pubertas dan pengaruh model pembelajaran

homeschooling serta peran budaya terhadap perkembangan kepribadian remaja. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang kehidupan remaja pada masa pubertas di homeschooling dan untuk mengetahui respon/tanggapan remaja saat mengalami masa pubertas serta untuk melihat pengaruh model pembelajaran homeschooling dan peran budaya terhadap perkembangan kepribadian seorang remaja pada masa pubertas di homeschooling.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif bersifat deskriptif dengan metode observasi dan wawancara mendalam menggunakan pedoman wawancara. Peneliti mencari data dengan mengikuti secara langsung aktivitas atau kegiatan para informan saat di jam belajar atau berada di lingkungan sekolah maupun saat sedang berada di luar lingkungan sekolah selama waktu yang ditentukan dengan harapan data yang didapat lebih akurat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran homeschooling

sangat berpengaruh dalam pembentukkan kepribadian pada masa pubertas, karena dihomeschooling seorang anak berhak belajar sesuai dengan keinginan dan kemampuan yang dimilikinya. Itu yang membuat seorang anak pada masa pubetas di homeschooling tidak mengalami masa badai/labil dan tekanan seperti anak remaja pada umumnya. Hal ini disebabkan karena remaja homeschooling

mempunyai kebebasan, bebas dalam dunia pendidikan maupun di luar dunia pendidikan (bebas terarah).

Dalam hal sosialisasi, meski homeschooling adalah sekolah informal yang belajar sendiri di dalam rumah, tetapi anak homeschooling juga mempunyai teman, walau konsep pertemanan remaja homeschooling dengan remaja pada umunya berbeda, tergantung pada kepribadian seorang anak tersebut.

(19)

1 BAB 1

PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Setiap manusia akan mengalami perkembangan sejak masa bayi, periode kanak-kanak, masa pubertas atau masa remaja yang kemudian berkembang menjadi dewasa. Kehidupan sebagai remaja merupakan salah satu periode dalam rentang kehidupan manusia menurut Jhon W Santrock (2003:26) bahwa “ remaja diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial emosional1

Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada anak perempuan ataupun perubahan suara pada anak laki-laki, secara biologis anak-anak tersebut mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk bereproduksi. Pada masa pubertas hormon seseorang menjadi aktif. Pertumbuhan secara cepat pada hormon-hormon tersebut diatas merubah sistem biologis seorang anak terutama pada anak perempuan. Anak perempuan dalam masa pubertas melewati tiga tahap yaitu, pembesaran pada buah dadanya kemudian tumbuhnya bulu-bulu halus di daerah tertentu dan selanjutnya menstruasi sebagai

”.

Selama masa remaja seluruh tubuh mengalami perubahan baik dibagian luar maupun dibagian dalam tubuh, baik dalam struktur tubuh maupun fungsinya. Remaja pada tingkat sekolah menengah pertama berada pada tingkat perkembangan yang disebut “masa remaja atau pubertas”.

1

(20)

2 pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Bentuk fisik anak-anak akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawanya pada dunia remaja. Disamping itu, perubahan fisik tersebut akan memperngaruhi pula keadaan psikis, kognitif dan sosial anak. Ketidaknyamanan pada tubuh yang dirasakannya, dan ketidakpahaman anak dalam menghadapi perubahan tersebut akan menimbulkan perilaku-perilaku baru seperti mudah marah, melawan, bingung, berprilaku yang beresiko, problem sekolah, terdapat banyak keluhan dan aktivitas seksual.

Menurut Garrison (dalam Mappiare, 1982) individu memiliki kebutuhan-kebutuhan yang khas, seperti kebutuhan-kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan-kebutuhan akan dihargai dan kebutuhan akan penerimaan orang lain. Salah satu hubungan interpersonal yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan psikologis-sosiologis pada anak pubertas adalah pertemanan. Kehadiran teman pada anak perempuan khususnya pada masa pubertas akan sangat berarti bagi hidupnya. Mappiare (1982) mengatakan jika teman-teman sebayanya hanya sedikit yang mau menerima kehadiran dirinya maka anak tersebut akan merasa kekurangan teman untuk bergaul2

Membina pertemanan dengan sesama jenis atau dengan lawan jenis merupakan salah satu bentuk pengembangan hubungan interpersonal. Oleh sebab itu anak pada masa pubertas memerlukan seseorang untuk dapat dijadikan kawan berbincang dan tempat curahan suka dukanya, kawan untuk berbagi rasa kecemasan dan permusuhan serta kawan untuk memikul rahasia dan rasa sedih.

.

2

(21)

3 Dengan membagi ataupun mencurahkan beban dalam hati serta pikiran itulah maka akan terasa oleh para anak pubertas bahwa penderitaan atau kecemasan akan sedikit terungkit lepas.

Seorang anak dapat mengenal dirinya sendiri atau mengetahui kepribadianya melalui hubungan dengan teman-teman disekitarnya khususnya teman sebanyanya atau pada kelompok sosial. Karena standart kelompok sosial dijadikan konsep dasar remaja mengenai kepribadian yang ’ideal’3

Hurlock (1990) menegaskan bahwa teman memberikan pengaruh paling besar dalam kehidupan individu

.

4

Pengelompokkan-pengelompokkan pada bertemanan seorang anak pada umumnya didapat di sekolah formal, karena menurut Santrock (1998) anak usia pubertas pada umumnya cendrung menghabiskan waktu di lingkungan sekolah dengan lingkungan teman sebanyanya dan cendrung berkurang waktu si anak di lingkungan keluarga

. Pertemanan mengandung unsur spesifik seperti kepercayaan, keterbukaan, saling berbagi suka duka, dan belajar mengatasi konflik. Anak pada masa pubertas berusaha mempunyai teman untuk berbagi rasa dengan yang lain. Oleh karena itu, pada masa pubertas timbul pengelompokkan-pengelompokkan, salah satunya adalah Chums yaitu kelompok dimana anak berteman karib dengan ikatan pertemanan yang sangat kuat dan biasanya terdiri dari dua sampai tiga teman dekat (Mappiare, 1982).

5

3Kepribadian yang sehat 4

Elisabeth B.Hurlock dalam buku “Psikologi Perkembangan” 1990, hal:186

5

Jhon W. Santrock dalam buku “Masa Perkembangan Anak I” 2003,hal:98

(22)

4 sekolah rumah (Homeschooling) karena Pendidikan tidak hanya terbatas belajar di sekolah, demikian pula sistem pendidikan tidak hanya ada dalam bentuk formal sebagaimana yang umumnya dikenal dan berkembang di masyarakat. Ada bentuk-bentuk pendidikan lain yang dikenal dan diakui dalam sistem pendidikan nasional, salahsatunya sistem pendidikan jalur informal yang merupakan jalur pendidikan keluarga dan lingkungan, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Sekolah Rumah (homeschooling)6

Pendidikan di rumah bukanlah sebuah hal yang baru, karena para bangsawan zaman dahulu biasa mengundang guru privat untuk mengajar anak-anaknya, itulah salah satu jejak homeschooling pada masa dahulu. Namun pada dasarnya filosofi berdirinya sekolah rumah adalah “manusia pada dasarnya makhluk belajar dan senang belajar”(Jhon Cadlwell Holt,1964)

.

7

. Sedangkan menururt Dr. Seto Mulyadi dalam majalah Umi Edisi 1 Tahun 2004, mengatakan bahwa belajar adalah proses mengubah, menambah, dan membentuk suatu perilaku. Perilaku yang dimaksud tentu saja berkaitan dengan semua aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik8.Selanjutnya dikatakan pula bahwa anak tidak mesti datang ke sekolah untuk belajar.“Jika belajar dikaitkan dengan proses pendidikan maka pendidikan yang sebenarnya justru dalam keluarga tidak

dilembagakan9

6

legalitas pendidikan informal pasal 27 UU 2003

7

Jhon Cadlwell Holt dalam buku How Children Fail,1964 hal:13

8Kognitif : ranah yang mencakup kegiatan mental/otak. Afektif : ranah yang mencakup watak dan

perilaku. Psikomotorik : ranah yang mencakup keterampilan/skill.

9

Seto Mulyadi dalam buku homeschooling keluarga kak Seto,2007

(23)

5 belajar.Mendidik anak harus sampai bisa (efektif), sementara sistem pembelajaran di sekolah berkejaran dengan waktu dan target-target (efisien).

Homeschooling yang lebih dikenal dengan sekolah rumah merupakan fenomena yang ramai diperbincangkan oleh masyarakat, golongan pendidik, orangtua dan pemerhati pendidikan dalam 3-4 tahun terakhir. Terutama setelah liputan media massa banyak membahas mengenai homeschooling, munculnya berbagai macam komunitas homeschooling. Ramainya fenomena ini dibicarakan diantaranya berkaitan dengan kepribadian remaja jika ia belajar dirumah, materi yang disajikan dalam pendidikan dirumah, kesanggupan orangtua mengajari anak, proses evaluasi dan penilaian keberhasilan belajar anak, tingkat pendidikan anak dari waktu ke waktu, izajah, danakhirnya berkaitan dengan lapangan pekerjaan yang kelak ditekuni anak. Pertanyaan-pertanyaan ini bermuara pada hasil akhir: apakah pendidikan rumah sanggup menghasilkan individu dengan kompetensi spesifik, serta mampu berelasi dengan orang banyak.

Pendidikan sangat berpengaruh dalam membentuk kepribadian dan pendidikan juga mempengarhi perubahan pada kebudayaan. Pendidikan mempengaruhi perkembangan kepribadian maksudnya dalam hal ini pendidikan memiliki peran dalam perkembangan kepribadian individu, karena dalam dunia pendidikan tidak hanya dijabarkan bagaimana cara individu memahami suatu materi tetapi juga membentuk karakter10

10

Karakter atau watak ialah struktur batin manusia yang nampak dalam tindakan tertentu.

(24)

6 pendidikan di sekolah sangat mempengaruhi perubahan kebudayaan (adanya transmisi kebudayaan11

Menurut Margareth Mead (1992) mengenai pendidikan dalam masyarakat sederhana, di mana ia membedakan antara Learning Cultures (kebudayaan belajar) dan Teaching Cultures (kebudayaan mengajar)

).

12

Apa sesungguhnya yang dimaksud dengan homeschooling, dan perbedaan apa saja yang mendasar antara homeschooling dengan sekolah yang selama ini kita kenal, yakni jenjang SD (6 tahun), SMP (3 tahun) dan SMA (3 tahun)? Salah seorang praktisi homeschooling, Sumardiono

. Dimana, dalam golongan pertama, warga masyarakatnya belajar dengan cara yang tidak resmi, yaitu dengan berperan serta dalam rutin kehidupan sehari-hari untuk memperoleh segala pengetahuan, kemampuan dan keterampilan. Dalam golongan kedua, warga masyarakat mendapat pelajaran dari warga-warga lain yang dianggap lebih tahu, yang seringkali dilakukan dalam pranata-pranata pendidikan yang resmi, di mana mereka memperoleh segala pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang mereka perlukan.

13

11

Transmisi budaya adalah suatu upaya atau proses dalam menyampaikan sikap, keyakinan, nilai-nilai, pengetahuan dan juga keterampilan dari satu genearsi ke generasi selanjutnya.

12

Margareth Mead dalam buku “Sejarah Teori Antropologi II” hal:48. 2007

13

www.sumardiono.com. Diakses Sabtu, 29 maret 2014.

(25)

7 pendidikannya. Di sini orangtua bertanggung jawab secara aktif atas proses pendidikan anaknya. Bertanggung jawab secara aktif ini maksudnya adalah orangtua terlibat penuh pada proses penyelenggaraan pendidikan, mulai dalam hal penentuan arah dan tujuan pendidikan, nilai yang ingin dikembangkan, kecerdasan dan ketrampilan yang hendak diraih, kurikulum dan materi pembelajaran hingga metode belajar serta praktik belajar keseharian anak.

Perbedaan yang paling mendasar antara remaja di homeschooling dengan remaja sekolah pada umumnya tentu saja berkaitan dengan berangkat ke sekolah. Remaja homeschooling tidak perlu berangkat ke sekolah 6 hari perminggu, mereka juga tidak mengenal beragam liburan berkaitan dengan kalender pendidikan, mereka tidak mengenakan seragam dan mereka hanya menjalani ujian jika memang model homeschooling yang mereka tempuh bekerja sama dengan sekolah,jika tidak ada kerja sama maka remaja homeschooling tidak akan menempuh ujian layaknya di sekolah biasa. Jumlah jam belajar mereka sehari berbeda dari anak sekolah umum, dan materi yang diajarkan dapat saja berbeda dengan yang diajarkan di sekolah umum. Berkaitan dengan materi, sejak awal

homeschooling dirancang untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarganya, sehingga materi yang diajarkan di sesuaikan dengan minat dan kebutuhan belajar anak pada saat itu14

14

Homeschooling, Rumah Kelasku Dunia Sekolahku. Kumpulan Artikel. 2012 .

Berbicara tentang materi yang diajarkan, dalam proses belajar-mengajar di

(26)

8 1. Metode homeschooling Charlotte Mason, dalam metode ini anak membaca buku kemudian menceritakan kembali dengan bahsanya sendiri. Hal ini memastikan bahwa mereka mengerti apa yang dibacanya.

2. Metode homeschooling Klasik, metode ini terdiri atas konsep grammar, logic dan rhetoric atau dapat juga diartikan pengetahuan, pengertian dan kebijakan tahapan grammar (sampai usia 12) adalah saat anak menerima dan mengumpulkan informasi dan pengetahuan. Anak belajar menerima fakta walaupun belum memahaminya namun sejalan dengan bertambahnya usia, mereka mulai mencerna fakta tersebut.

Tahapan logic (usia 13-15) adalah usia saat pemahaman anak mulai matang. Mereka mulai mengerti sebab akibat dan pengetahuan tentang logika.

Tahapan rhetoric (usia 16-18) adalah saat anak bisa menggunakan pengethauan dan logika untuk berkomunikasi, menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari dan berdiskusi serta berdebat. Setiap mata pelajaran mempunyai 3 tahapan yaitu peserta didik menerima fakta, belajar mengerti, dan diuji dalam pemahaman mereka.

3. Metode Eclectic, metode ini melakukan hal-hal yang disukai dari berbagai kurikulum yang ada dengan menggunakan sumber-sumber informasi dari internet, perpustakaan atau menciptakan kurikulum sendiri.

(27)

9 dewasa tidak perlu mengatur anak, tetapi cukup dengan membantu anak belajar dari lingkungannya dalam situasi natural maupun kelompok yang tidak dibatasi oleh umur.

5. Metode Unschooling, anak belajar materi yang mereka sukai. Unschooling sangat tidak terstruktur tapi sering cocok untuk sebagian anak, terutama anak kecil.

6. Metode Unit Studies, semua mata pelajaran terpadu menjadi satu tema. Sebagai contoh dari sebuah buku anak dapat belajar sejarah, seni, ilmu pengetahuan alam, matematika, semua melalui buku tersebut.

7. Metode Belajar Jarak Jauh

8. Metode homeschooling Waldorf, konsep pengajaran Waldrof bertumpu pada anak secara keseluruhan (the whole child) yang meliputi kepala, hati dan tangan. Metode ini menekankan dongeng (storytelling) dan seni (art). Metode ini tidak berusaha untuk menamamkan materi intelektual kepada anak, tetapi membangkitkan kemampuan anak untuk mencari pengetahuan dan menikmati proses belajar.

(28)

10 yang disampaikan kepadanya, memicu munculnya homeschooling ditengah-tengah pendidikan formal15

Disisi lain masih terdapat kekhawatiran terhadap kelemahan

homeschooling, dimana anak-anak yang belajar di homeschooling kurang berinteraksi dengan teman sebayanya dari berbagai status sosial yang dapat memberikan pengalaman berharga untuk belajar hidup di masyarakat. Padahal interaksi sosial dengan teman sebaya merupakan bagian penting bagi kehidupan seseorang. Anak-anak yang mengikuti homeschooling (homeschooler) kurang berinteraksi dengan teman sebaya dikarenakan lingkungan belajar mereka yang tertutup dengan lingkungan luar dan karena kebiasaan mereka yang lebih senang bergaul dengan orang yang dikenal saja sehingga menyebabkan anak

homeschooling sulit berinteraksi dengan orang lain bahkan dengan teman sebaya mereka yang mengikuti homeschooling

.

16

. Langeveld mengatakan bahwa pegaulan adalah lapangan yang tersedia bagi pendidikan, jadi dari pergaulan yang baik dapat diselenggarakan pendidikan yang sebaik-baiknya17

Di pandang dari sisi positif dan negatifnya, homeschooling memiliki beberapa pertimbangan penting. Dilihat dari sisi positifnya yang pertama

homeschooling mengakomodasikan potensi kecerdasan anak secara maksimal karena setiap anak memiliki keberagaman dan kekhasan minat, bakat dan keterampilan yang berbeda-beda. Potensi ini akan bisa dikembangkan secara

.

15

Menurut data Asah Pena(Asosiasi Sekolah Rumah dan Pendidikan Alternatif) pada tahun 2009.

16Wina kartika Br.Ginting S.SOS, dalam skripsi “realitas keluarga pelajar yang mengikuti

homeschooling”2011.

17

(29)

11 maksimal bila keluarga memfasilitasi suasana belajar yang mendukung di rumahnya sehingga anak didik benar-benar merasa di rumah dalam proses pembelajaran, hal ini sesuai dengan prinsip pendidikan yang bersifat informal. Dengan metode homeschooling ini anak didik tidak lagi dibatasi oleh empat tembok kelas yang sesak dan mereka bisa memilih tema pembelajaran yang diinginkan mereka. Yang kedua, metode ini mampu menghindari pengaruh buruk lingkungan negatif yang mungkin dihadapi oleh anak disekolah umum. Pergaulan bebas, tawuran, rokok dan obat-obat terlarang yang terus menghantui para orang tua, sementara mereka tidak dapat mengawasi putra-putrinya sepanjang waktu18

Persoalan legalitas secara prinsip tidak ada masalah, sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dalam pasal 27 ayat(1) dikatakan kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Lalu pada ayat(2) dikatakan bahwa hasil pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan. Jadi secara hukum kegiatan persekolahan di rumah dilindungi oleh Undang-Undang

.

19

Saat ini, jumlah yang melaksanakan homeschooling terus mengalami peningkatan, tetapi data pasti jumlah homeschooling sulit untuk didapat karena model pendidikan ini bersifat informal. Di Indonesia sendiri menurut perkiraan Ella Yulaelawati, Direktur Pendidikan Kesetaraan Depdiknas ada sekitar

1.000-.

18Wina kartika Br.Ginting S.Sos, dalam skripsi “realitas keluarga pelajar yang mengikuti

homeschooling”.

19

(30)

12 1.500 siswa homeschooling. Di Jakarta ada sekitar 600 siswa, sebagian besar diantaranya sekitar 500 orang adalah siswa homeschooling majemuk. Jumlah yang sebenarnya tidak diketahui pasti, tapi diperkirakan masih lebih besar lagi. Sebagaimana yang kita ketahui bahwasanya jumlah sekolah formal yang ada di Indonesia bahkan di Medan sudah cukup banyak. Namun semakin banyaknya sekolah formal, sekolah informal seperti homeschooling pun semakin marak dan semakin banyak diminati. Tingkat pendidikan formal di Kota Medan cukup baik tentunya tidak terlepas dari tersedianya prasarana dan sarana pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak, taman bermain, taman bacaan, playgroup20

20

Data dinas pendidikan (2013)

.

Walaupun diketahui bahwa sekolah formal cukup banyak namun masih saja ada beberapa keluarga memilih pendidikan informal untuk anak-anak mereka, hal ini terlihat dengan munculnya sekolah-sekolah informal seperti

homeschooling. Homeschooling di Medan tidak segencar homeschooling di Jakarta namun tetap saja pendidikan informal seperti homeschooling ini mulai sangat diminati oleh banyak keluarga. Perkembangan homeschooling yang pesat di berbagai wilayah sebagian besar karena orangtua berpendapat bahwa

homeschooling berhasil memenuhi kebutuhan-kebutuhan pendidikan yang mereka rencanakan. Kebutuhan orangtua itu beragam dan homeschooling berusaha memenuhi kebutuhan pendidikan yang spesifik dari keluarga karena

(31)

13 Beragam pendapat negatif berkaitan dengan kepribadian remaja di

homeschooling.Pendapat yang umum diutarakan adalah bahwa dengan

homeschooling, remaja kehilangan jati diri dan kesempatan untuk bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya21

Manusia sejak lahir ke dunia akan mengalami perkembangan dan pertumbuhan. Manusia tidak dapat hidup sendiri karena harus saling melengkapi dan saling membutuhkan untuk bertahan hidup. Anak membutuhkan orang lain dalam perkembangannya, orang yang paling utama yang harus dekat dengannya adalah orangtua. Tanpa orangtua perkembangan seorang anak mungkin tidak bisa . Dikhawatirkan pula bahwa remaja kehilangan kesempatan bergaul dengan lingkungan yang sangat heterogen, dimana dalam lingkungan tersebut ia akan mempelajari banyak hal terutama perbedaan tingkahlaku di setiap individu, perbedaan status, perbedaan kebiasaan serta perbedaan latar belakang.

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, peneliti bermaksud melakukan penelitian untuk mengetahui tentang perkembangan kepribadian pada remajapubertas di homeschooling. Hal ini untuk melihat dan menggambarkan bagaimana sebenarnya jalur pendidikan informal, dan perbedaan apa saja yang mendasari antara homeschooling dengan sekolah yang selama ini kita kenal (jalur formal).

1.2 Tinjauan Pustaka

21

(32)

14 dipastikan seorang anak bertumbuh dengan baik atau malah mereka tidak paham dengan pertumbuhan mereka.

Perkembangan manusia dianggap sebagai perubahan pada fisik (biologi), kognitif, psikologis, dan sosial emosional atau perubahan perilaku sosial yang dialami oleh individu selama rentang kehidupannya dari lahir sampai mati. Dalam masa perkembangan manusia yang paling diperlukan adalah sosialisasi, karena perkembangan manusia dan proses sosial terjadi selama manusia itu masih hidup22

Perkembangan dan sosialisasi anak tergantung pada orang yang berinteraksi dengan anak, tempat mereka menghabiskan waktu bersama, dan peran permainan anak-anak (Whiting & Whiting, 1975)

.

23

William Starn mengatakan bahwa perkembangan manusia itu selain ditentukan oleh pembawaan juga ditentukan oleh pendidikan dan lingkungan, lingkungan yang pertama adalah lingkungan keluarga. Fungsi keluarga yang dapat memberikan rasa aman pada anak, rasa aman ini sangat penting bagi perkembangan anak. Anak dapat mengadakan eksplorasi, anak dapat mengembangkan bakat-bakatnya, anak dapat memupuk hobi sebaik-baiknya dengan seleluasa mungkin tanpa gangguan rasa takut, karena semua kebutuhan telah dipenuhi oleh orangtuanya

.

24

22

Eric B. Shiraev & David A.Levy dalam buku “Psikologi Lintas Kultural”, hal:280

23

Whiting & Whiting, 1975 (dalam buku “Psikologi Lintas Kultural – Eric B. Shiraef dan David A Levy)”, 2012hal: 282

24

William Starn (dalam buku dinamika psikologi sosial – Drs.H.Koestoner Partowisastro), 1893 hal:50

(33)

15 Perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “perkembangan: adalah perihal perkembangan selanjutnya, kata berkembang berarti mekar terbuka atau membentang menjadi besar, luas dan banyak, serta menjadi bertambah sempurna dalam hal kepribadian, kepribadian memiliki tiga unsur penting yaitu: pengetahuan, perasaan, dan dorongan naluri. Tiga unsur inilah yang berperan dalam pembentukan kepribadian tiap-tiap manusia25

Pengetahuan (Kognitif), unsur yang mengisi akal dan jiwa orang yang sadar terkandung didalamnya otak secara sadar, dalam ilmu Antropologi seluruh proses akal manusia sadar disebut “Persepsi”, tetapi sebelum melahirkan suatu persepsi, maka ada yang dinamakan sebagai proses dimana sel penerima dibangkitkan dan mentransmisikan informasi kepusat otak “Sensasi”. Sensasi dan persepsi merupakan prinsip dasar dari proses kognitif manusia. Persepsi yang tetap sangat dipengaruhi oleh pengalaman belajar karena melalui proses belajar seseorang akan mengetahui keterampilan mana yang meningkat dan keterampilan mana yang tidak berkembang

.

26

Kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki seseorang, dan jenis pengetahuan apa yang lebih dikuasainya, semua itu turut menentukan kepribadiannya. Pengetahuan yang dimiliki seseorang memainkan peranan

.

25

Koentjaraningrat dalam buku “Pengantar Antropologi, hal: 99

26

(34)

16 penting di dalam pekerjaan/jabatan maupun dalam proses belajar dan dalam pergaulan.

Homeschooling merupakan salah satu tempat proses belajar, namun di

Homeschooling ada sedikit hal yang berbeda dalam hal materi pembelajaran. Di

Homeschooling materi pembelajaran yang disampaikan kepada anak sesuai dengan minat dan bakat anak tersebut, jadi jarang sekali terlihat keterampilan yang tidak berkembang pada anak homeschooling.

Berbicara tentang pengetahuan/kognitif tidak terlepas dari yang namanya “Inteligensi” dideskripsikan sebagai seperangkat kemampuan mental, kapasitas untuk mendapatkan dan menggunakan pengetahuan, keterampilan memecahkan masalah dan pengetahuan tentang dunia. Inteligensi adalah tindak mengetahui dan memahami realitas, kemudian kebanyakan definisi memberi perhatian pada pemecahan problem, yang menimbulkan asumsi bahwa kecerdasan adalah seperangkat keterampilan mental yang membantu kita untuk mencapai tujuan. Selain itu, kecerdasan juga merupakan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan dan keterampilan guna mengatasi rintangan. Dan terakhir inteligensi membantu kita dalam beradaptasi dengan kondisi yang berubah27

Kecerdasan atau inteligensi merupakan unsur yang paling penting dalam membentuk kepribadian, termasuk di dalamnya kewaspadaan, kemampuan belajar, kecepatan berfikir, kesanggupan untuk mengambil keputusan yang tepat,

.

27

(35)

17 kepandaian menangkap dan mengolah kesan-kesan atau masalah, dan kemampuan mengambil kesimpulan.

Inteligensi seseorang dapat diukur melalui beberapa tes inteligensi dengan tiga keterampilan menurut Thurstone (1938) yaitu intelektual verbal, matematika dan spasial28. Dalam mempelajari diversitas perilaku manusia dan capaiannya. Gardner (2007) mengatakan bahwa selain intelektual verbal, matematika, dan spesial yang diukur dengan tes psikometri, ada jenis inteligensi lain yakni musik, kinestetis jasmani, dan inteligensi personal (kemampuan seseorang untuk memahami dirinya sendiri dan orang lain29

Sejak awal studi empiris tentang inteligensi, kultur di klaim sebagai “kontributor” penting karena Vygotsky, Psikologi Rusia (1978) percaya bahwa inteligensi tidak dapat dipahami tanpa mempertimbangkan lingkungan kultural dimana seseorang itu tinggal dan juga lingkungan ekternalnya yaitu lingkungan pedidikan

.

30

28

Loius Leon Thurstone 1938 (dalam buku Teori Inteligensi Ganda – Paul Suparno dan Konsius) 2003, hal:22

29

Howard Gardner 1980 (dalam buku Teori Inteligensi Ganda – Paul Suparno dan Konsius) 2003, hal: 24

30

Vygotsky 1978 (dalam buku Psikologi Lintas Kultur – Eric B Shiraef dan David A Levis) 2012 hal:170

(36)

18 informal/homeschooling, seperti yang penulis jelaskan di latar belakang

homeschooling adalah jenis pendidikan informal yang melakukan kegiatan proses belajar mengajar di rumah dengan satu orang guru dan seorang murid, dengan materi yang disampaikan berdasarkan minat dan bakat seorang anak tersebut. Sulit rasanya mengetahui kemampuan pada seorang anak yang mengikuti program

homeschooling karena tidak bisa melihat kemampuan seorang anak jika anak tersebut belajar sendiri tanpa ada anak lain.

Menurut Howard Gardner, salah satu teori pendidikan yang berpengaruh dalam perkembangan homeschooling adalah teori Inteligensi Ganda (Multiple Intelligences, 1983). Selain intelektual verbal dan Matematika ada 8 jenis inteligensi (kecerdasan) manusia yaitu: (1) Linguistik; (2) Ruang (visual); (3) Kinestetis (badan); (4) Musikal; (5) Interpersonal; (6) Intrapersonal; (7) Lingkungan; dan (8) Matematika. Teori Gardner ini memicu para orangtua untuk mengembangkan potensi-potensi inteligensi yang dimiliki anak, kerapkali sekolah formal tidak mampu mngembangkan inteligensi anak31

Perasaan atau Emosi adalah respon evaluatif yang biasanya mencakup kombinasi kebangkitan psikologis, pengalaman subjektif (postif, negatif atau ambivalen), dan ekspresi Behavioral. Kegembiraan dan kekecewaan, kesedihan dan keterkejutan, iri dan bangga, dan lusinan emosi lainnya sering menemani kehidupan kita sehari-hari, dimanapun kita berada atau apapun bahasa yang kita gunakan. Kita sudah mulai menunjukkan emosi itu sejak lahir, kita belajar emosi dari orang disekitar kita, buku yang kita

.

31

(37)

19 baca, film yang kita tonton karena pengungkapan emosi pada manusia diperoleh dalam proses sosialisasi32

William James (1884) yang menyatakan bahwa teori emosi ada di dalam pengalaman ragawi. Pengalaman fisik menyebabkan seseorang bangkit secara psikologis dan kebangkitan ini menstimulasi pengalaman subjektif seperti kecemasan, kegembiraan, dan sebagainya

.

33

Anak pubertas akan merasa cemas apabila dirinya tidak mempunyai teman. Karena pengaruh masa puber yang berpengaruh pada perubahan kondisi fisik juga menimbulkan kecemasan. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya teman sebaya yang berkunjung ke rumah atau kelompok teman sebanyanya yang akan mengajak pergi bermain bersama. Kartono (1990) mengemukakan bahwa kecemasan adalah rasa ragu, gemetar/tidak berani terhadap hal-hal yang konkrit, semu ataupun tidak jelas, selalu penuh dengan ketegangan emosionil. Sedangkan Lazarus (1993) berpendapat bahwa kecemasan didefinisikan sebagai keadaan psikologis yang ditandai oleh adanya tekanan, ketakutan, kegalauan dan ancaman yang berasal dari lingkungan

.

34

Di dalam interaksinya dengan dunia luar, manusia dapat mengalami bermacam-macam perasaan, baik yang mengenai perasaan senang maupun yang tidak menyenangkan. Berbagai perasaan dalam diri manusia itu dapat digolongkan

.

32

Jhon W Berry, Ype H Poortinga, Marshall H Segall, Pierre R Dasen, dalam buku “Psikologi Lintas Budaya (Riset dan Aplikasi), 1999 hal: 162

33

William james 1884(dalam buku Psikologi Lintas Kultural – Eric B Shiraef dan David A Levy) 2012 hal: 213

34

(38)

20 ke dalam beberapa jenis salah satunya adalah perasaan sosial (kemasyarakatan) yaitu perasaan yang menyertai pendapat seseorang tentang orang lain dan pengalaman-pengalaman seseorang dengan orang lain. Perasaan-perasaan sosial Menurut Ekman dan Friesen (1969) ada enam kategori emosi yaitu: kebahagian, kesedihan, kemarahan, ketakutan, kekagetan atau kejijikan, pengalaman emosi dapat dipengaruhi oleh norma sosial atau espektasi populer35

Dorongan Naluri. Kesadaran manusia menurut para ahli psikologi juga mengandung berbagai perasaan lain yang tidak ditimbulkan kerena dipengaruhi oleh pengetahuannya, tetapi karena memang sudah terkandung di dalam organismenya, khususnya dalam gennya, sebagai naluri. Kemauan yang sudah merupakan naluri disebut “dorongan”.

.

Kekuatan Bawah Sadar : Psikoanalisis. Konsep sentral dari psikoanalisis yang dikembangkan pertama kali oleh Sigmund Freud (1983) adalah alam bawah sadar. Bawah sadar adalah level kesadaran yang memuat pikiran, perasaan, dan memori yang mempengaruhi kita tanpa kita sadari36

Menurut Freud (1983), pribadi manusia itu terbentuk dari dorongan-dorongan nafsu-nafsu, dengan dorongan-dorongan inilah berarti adanya suatu energi yang harus dapat memenuhi kebutuhannya atau kepuasannya. Juga dikemukakan olehnya ada tiga sistem dalam pembentukkan pribadi manusia yang disebut Id,

. Semua manusia dilahirkan dengan membawa dua dorongan dasar yaitu insting hidup dan keinginan mati.

35Ekman dan Friesen (dalam buku Psikologi Lintas Kultural – Eric B Shiraev dan David A Levy) 2012

hal:215

36

(39)

21

Ego dan Super-ego37. Inilah yang menurut Freud prinsip kesenangan yang memiliki fungsi untuk menyalurkan energi untuk segera meniadakan ketegangan (menuntut kepuasan), kerana ketegangan merupakan pokok yang dapat menimbulkan suatu penderitaan. Bila ada selalu mengalami ketegangan/kecemasan terus menerus, maka suatu saat ketegangan atau kecemasan itu akan meledak dalam bentuk-bentuk tindakan yang agresif38

Perkembangan dan pertumbuhan dalam pengertian secara konsepsional memang dapat dibedakan, tapi keduanya menjadi satu kesatuan dalam proses perubahan individu sepanjang kehidupannya. Perkembangan adalah peristiwa perubahan biologis yang terjadi pada makhluk hidup, berupa perubahan ukuran yang bersifat ireversibel

.

39

Masa remaja adalah usia dimana individu berintelegensi

. Dalam kehidupannya manusia akan mengalami masa perkembangan dari bayi menjadi orang orang dewasa, tapi sebelum menjadi dewasa anak-anak akan mengalami masa remaja.

40

37Id, komponen personalitas yang mengandung dorongan bawaan lahir (keinginan kematian dan

insting kehidupan), ego adalah level personalitas yang beradaptasi dengan realitas eksternal dengan membuat kompromi antara ide, superego dan lingkungan, superego level personalitas yang bertindak sebagai pedoman yang membatasi implus awal

38

Freud dalam buku dinamika psikologi sosial, hal:39

39

Ireversibel artinya tidak berubah kembali ke asal karena adanay tambahan substansi, dan perubahan bentuk yang terjadi saat proses pertumbuhan berlangsung pada makhluk hidup

40

Intelegensi: suatu konsep mengenai kemampuan umum individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

(40)

22 - Masa remaja sebagai periode peralihan

- Masa remaja sebagai periode perubahan

Tingkat perubahan dalam sikap perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik.

Masa Remaja seringkali dikenal dengan masa mencari jati diri, oleh Sigmund Freud dan Erickson disebut dengan identitas Ego (Ego Identity)41

41

Identitas ego: kesadaran seseorang akan bagaimana Ia dikenali

.Ini terjadi karena masa remaja merupakan peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa.Ditinjau dari segi fisiknya mereka bukan anak-anak lagi melainkan sudah seperti orang dewasa, tetapi jika mereka diperlakukan sebagai orang dewasa, ternyata belum dapat menunjukkan sikap dewasa.

Jika digolongan berdasarkan usia, menurut Mappiare (1982), berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi perempuan, dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi laki-laki. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12-13 tahun sampai dengan 17-18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17-18 tahun sampai dengan 21-22 tahun adalah remaja akhir.

Istilah remaja dalam bahasa Inggris disebut sebagai adolescence, yang berasal dari bahasa latin “adolescare” atau diartikan sebagai tumbuh kearah kematangan. Kematangan disini tidakhanya berarti kematangan fisik tetapi terutama kematangan psikologi kepribadiannya.

(41)

23

• Masa Pubertas

• Masa Adolesen

Pubertas berasal dari kata latin yaitu usia kedewasaan. Sebuah periode dalam rentang perkembangan ketika anak berubah dari makhluk aseksual menjadi seksual. Dapat juga diartikan bahwa pubertas adalah usia dimana seseorang mengalami perubahan pada fisik dan perilaku, serta masa pubertas disebut masa bangkitnya kepribadian ketika minatnya lebih ditujukan kepada perkembangan pribadi sendiri. Ada beberapa sifat yang menonjol pada masa ini, yang tidak sama kuatnya pada semua remaja, diantaranya yaitu: (1) pendapat lama ditinggalkan, (2) keseimbangan jiwanya terganggu, (3) suka menyembunyikan isi hati, (4) masa bangunnya perasaan kemasyarakatan. Pubertas dianggap sebagai periode sensitif yang memiliki pengaruh sangat besar bagi kehidupan individu. Periode ini menandai perpindahan dari tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa. Memang dalam masa remaja tidak seluruhnya berada dalam goncangan, tapi pada bagian akhir dari masa remaja ini kebanyakan individu sudah berada dalam kondisi yang stabil. Dapat dikatakan juga masa pubertas adalah masa pematangan fungsi seksual.

(42)

24 anak tidak selalu harus berhubungan terus menerus dengan kedua orangtuanya, tetapi juga mendapat kesempatan untuk berhubungan secara bebas dengan anggota kerabat yang lain.

Pubertas secara umum menurut Santrock (1998) sesungguhnya di kelilingi oleh tiga lingkungan yang berbeda, yakni keluarga, teman sebaya dan lingkungan sekolah. Ketiga lingkungan ini membawa dampak yang berbeda-beda terhadap tumbuh kembang anak.

- Lingkungan keluarga: pada usia akhir, waktu anak-anak bersama keluarganya cenderung berkurang karena anak lebih banyak di sekolah dan atau bermain dengan teman-teman sebayanya.

- Teman sebaya: pada anak usia akhir, mereka memang lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman sebayanya. Teman bagi anak usia akhir memiliki enam fungsi yakni: persahabatan, stimulus/mendorong,

physical support, ego support, untuk perbandingan sosial, keintiman/relasi afeksi. Adanya kesamaan dan perasaan dekat/intim merupakan dua hal penting dalam sebuh relasi pertemanan dengan teman sebaya.

- Lingkungan sekolah: lingkungan ini memberikan dampak yang cukup besar bagi siswa karena anak-anak menghabiskan sebagian waktunya di sekolah. Guru memiliki peran penting mempengaruhi perkembangan anak. Selain itu di sekolah anak mempelajari perbedaan-perbedaan antara dirinya dengan teman-temannya yang sangat beragam.

(43)

25  Membaca

 Berinteraksi dengan teman sebayanya  Anak-anak yang memiliki prsetasi

 Peralihan peran untuk menjalani peran baru, misalnya perubahan “anak

rumah” (homechild) menjadi “anak sekolah” (schoolchild)

 Pemahaman diri berubah secara pesat dari mendefinisikan diri melalui

karakteristik eksternal menjadi mendefinisikan melalui karakteristik internal. Misalnya seorang anak mengatakan dirinya cukup lumayan kuatir terus menerus, suka marah tetapi sudah lebih baik sekarang.

Ada beberapa ciri perkembangan remaja yang dilihat dari berbagai aspek salah satu aspeknya yaitu aspek kepribadian, dimana Masa remaja merupakan saat berkembang self identity ( kesadaran akan identitas atau jati diri), remaja dihadapkan kepada berbagai pertanyaan, seperti: siapa saya ?, apa peran saya..?, mengapa saya harus melakukan..?.

Kepribadian merupakan susunan faktor-faktor biologis, psikologis dan sosial yang menjadi dasar dari kelakuan kita. Untuk keseimbangan kepribadian kita, perlu adanya integrasi dan kerja sama yang harmonis antara faktor-faktor tersebut. Kepribadian itu harus terbentuk sedemikian rupa sehingga orang dapat bergaul dengan sesamanya, karena manusia sebagai makhluk sosial tidak mungkin hidup sendiri secara terasing.

(44)

26 dimaksudkan adalah bahwa orang tersebut mempunyai beberapa ciri watak yang diperlihatkan secara lahir, konsisten dan konskuen dalam tingkah lakunya sehingga tampak bahwa individu tersebut memiliki identitas khusus yang berada dari individu-individu. (Koetjaraningrat, 1985:102).

Menurut ilmu Antropologi, kepribadian ditentukan oleh akal dan jiwa manusia itu sendiri. Susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap individu manusia atau keseluruhan cara seseorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain, itulah yang disebut sebagai kepribadian atau personality. Hal itu memberikan suatu identitas sebagai individu yang khusus kepada masing-masing manusia. Selain unsur-unsur kepribadian diatas tersebut terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kepribadian yaitu:

- Faktor biologis - Faktor sosial - Faktor kebudayaan

(45)

27 tersebut memainkan peranan penting pada kepribadian seseorang, apalagi jika seseorang tersebut sedang mengalami masa pubertas, dimana pada masa pubertas terliat perubahan-perubahan yang terjadi pada fisik seseorang ditandai dengan menstruasi dan sebagainya, yang menyebabkan hormon seseorang menjadi aktif serta menjadikan seseorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk bereproduksi.

Faktor sosial yang dimaksud di sini adalah masyarakat, yakni manusia-manusia lain disektar individu yang bersangkutan. Termasuk juga kedalam faktor sosial seperti tradisi, adat istiadat, peraturan-peraturan, bahasa dan sebagainya yang berlaku di masyarakat itu.

Sejak dilahirkan, anak mulai bergaul dengan orang-orang disekitarnya . dengan lingkungan yang pertama adalah keluarga, dalam perkembangan anak peranan keluarga sangat penting dan menentukan bagi perkembangan kepribadian selanjutnya. Keadaan dan suasana keluarga yang berlainan memberikan pengaruh yang bermacam-macam pula terhadap perkembangan kepribadian anak. Keluarga yang besar atau banyak anggotanya berlainan pengaruh dari pada keluarga yang kecil, keluarga yang lebih berpendidikan lain pula pengaruhnya dengan keluarga yang kurang berpendidikan. Demikian pula halnya dengan keluarga yang kaya dan yang miskin.

(46)

28 pengaruh yang diterima anak masih terbatas jumlah dan luasnya, intensitas pengaruh itu sangat tinggi karena berlangsung terus menerus, serta umumnya pengaruh itu diterima dalam suasana bernada emosional. Kemudian semakin besar seorang anak maka pengaruh yang diterima dari lingkungan sosial makin besar dan meluas. Ini dapat diartikan bahwa faktor sosial mempunyai pengaruh terhadap perkembangan dan pembentukan kepribadian.

Faktor kebudayaan, perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri masing-masing orang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di mana seseorang itu dibesarkan. Beberapa aspek kebudayaan yang sangat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan kepribadian antara lain:

- Nilai-nilai, di dalam setiap kebudayaan terdapat nilai-nilai hidup yang dijunjung tinggi oleh manusia-manusia yang hidup dalam kebudayaan itu. Untuk dapat diterima sebagai anggota suatu masyarakat, kita harus memiliki kepribadian yang selaras dengan kebudayaan yang berlaku di masyarakat itu.

- Adat dan tradisi, yang berlaku disuatu daerah, di samping menentukan nilai-nilai yang harus ditaati oleh anggota-anggotanya, juga menentukan pula cara-cara bertindak dan bertingkah laku yang akan berdampak pada kepribadian seseorang.

(47)

29 pengetahuan yang berlainan, dari pengetahuan yang rendah sampai kepada pengetahuan yang tinggi dan luas.

- Bahasa, di samping faktor-faktor kebudayaan yang telah diuraikan di atas, bahasa merupakan salah satu faktor yang turut menetukan ciri-ciri khas dari suatu kebudayaan. Betapa erat hubungan bahasa dengan kepribadian manusia yang memiliki bahasa itu. Karena bahasa merupakan alat komunikasi dan alat berfikir yang dapat menunjukkan bagaimana seseorang itu bersikap, bertindak dan bereaksi serta bergaul dengan orang lain.

- Milik kebendaan, semangkin maju kebudayaan suatu masyarakat/bangsa, makin maju dan modern pula alat-alat yang dipergunakan bagi keperluan hidupnya. Hal ini semua sangat mempengaruhi kepribadian manusia yang memiliki kebudayaan itu.

Dari penjelasan di atas, penulis tertarik untuk melihat bagaimana perkembangan kepribadian seorang remaja pubertas di homeschooling dengan mengamati bagaimana kehidupan sehari-hari remaja tersebut, tingkah lakunya serta cara remaja tersebut berinteraksi atau bersosialisasi dengan orang lain.

1.3Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana kehidupan sehari-hari remaja yang mengikuti kegiatan

homeschooling?

(48)

30 3. Bagaimana perkembangan kepribadian seorang remaja pada masa

pubertas di homeschooling?

4. Apakah ada pengaruh pembelajaran model homeschooling terhadap perkembangan kepribadian remaja pada masa pubertas?

5. Apakah faktor budaya berperan penting dalam kehidupan seorang anak pada masa pubertas dan dalam proses pembelajaran seorang anak?

1.4Tujuan dan Manfaat

Setiap penelitian tentunya memiliki tujuan dan manfaat yang sangat penting, karena melalui tujuan dan manfaat itulah, maka suatu penelitian dapat dimengerti oleh si peneliti maupun ketika nantinya dibaca oleh publik.

1.4.1 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalahPertama, untuk mengetahui bagaimana para anak homeschooling merespon masa pubertasnya dan untuk menggambarkan atau mengungkapkan bagaimana kegiatan sehari-hari remaja yang mengikuti

homeschooling, serta menjelaskan tentang bagaimana perkembangan kepribadian seorang remaja yang sedang mengalami masa pubertas, bagaimana Ia berhubungan dengan teman sebayanya, serta ingin mengetahui apakah ada pengaruhnya model pembelajaran homeschooling dengan perkembangan kepribadian remaja pubertas tersebut, dan apakah ada faktor budaya yang berperan dalam kehidupan seorang anak pada masa pubertas.

(49)

31 Manfaat dari penelitian ini adalah Sebagai bahan referensi bagi masyarakat dikalangan akademis, mahasisiwa, dan lain sebagainya, khususnya bagi mereka yang berlatarbelakang disiplin Ilmu Antropologi yang ingin mengkaji lebih dalam tentang jalur pendidikan informal yaitu homeschooling terutama masalah kepribadian remaja pada masa-masa pubertas. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini diharapkan menjadi sebuah sarana pengembangan diri untuk lebih paham akan ruang Lingkup kajian Antropologi.

1.5Kerangka Penulisan

Bab 1 Pendahuluan yang berisi latar belakang, tinjauan pustaka, perumusan masalah, tujuan dan manfaat, metode penelitian, dan pengalaman penelitian. Adapun yang menjadi latar belakang masalahnya adalah, mengenai alasan peneliti mengambil tema penelitian tentang kepribadian pada pubertas di

homeschooling, homeschooling merupakan jenis pendidikan informal/nonformal, perbedaan homeschooling dengan sekolah formal, legalitas homeschooling, beragam pendapat negartif dan positif tentang homeschooling yang peneliti baca sebelumnya melalui jurnal, kehidupan remaja serta tugas-tugas perkembangan perkembangan masa remaja pada umumnya.

(50)

32 Rumusan Masalah, berisi tentang apa-apa saja yang ingin di cari tahu oleh peneliti (dalam bentuk pertanyaan) di lapangan mengenai kepribadian pada masa pubertas di homeschooling, berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka.

Tujuan dan Manfaat, berisi tentang tujuan akhir dari peneliti ini dan manfaat dari penelitian ini. Selanjutnya Metode Penelitian, cara peneliti mengambil dan mengumpulkan data di lapangan dengan beberapa teknik pengumpulan data seperti observasi, wawancara mendalam, dokumentasi, dan studi kepustakaan serta cara bagaimana peneliti menganalisis data tersebut. Di dalam metode penelitian juga terdapat lokasi penelitian.

Isi terakhir dari bab I yaitu tentang Pengalaman Penelitian, yang berisi tentang kejadian peneliti selama berada di lapangan atau saat melakukan penelitian, setiap kejadian tersebut peneliti menjadikannya sebuah pengalaman selama berada dilapangan.

Bab II : Deskripsi Lokasi Penelitian, yang berisi mengenai kependudukanya termasuk di dalamnya tentang jumlah penduduk, jumlah penduduk yang bersekolah, jumlah saranan pendidik di kota Medan, dan jumlah pendidikan usia sekolah. Serta tentang gambaran umum Homeschooling, jumlah

Homeschooling di Kota Medan dan tentang Homeschooling Primagama di Medan.

Gambaran umum Homeschooling berisikan tentang sejarah singkat

Homeschooling, pengertian dan karakteristik Homeschooling, dan perkembangan

(51)

33

Homeschooling Primagama di Medan bersisikan tentang, lokasinya, visi dan misinya, sejarah singkat, sistem belajarnya, landasan hukum, kurikulum, sistem ujian serta izajah dan program Homeschooling Primagama.

Bab III : Perkembangan Kepribadian Pada Masa Pubertas di

homeschooling, berisi tentang peran budaya dalam kehidupan seseorang anak pada masa pubertas yaitu peran budaya dalam pendidikan, peran budaya dalam perkembangan kepribadian serta peran pendidikan dalam membentuk kepribadian.

Selanjutnya di bab III tentang perkembangan kepribadian remaja yaitu tentang kognitif atau pengetahuan remaja di homeschooling, perasaan atau emosinya serta tentang dorongan naluri remaja tersebut.

Kehidupan remaja homeschooling, baik itu aktifitas di lingkungan sekolah maupun aktifitas di lingkungan luar sekolah yang dilihat yaitu jenis kegiatannya, apa-apa saja yang dilakukan remaja pada saat dia belajar maupun di rumah dan di masyarakat, bagaimana tingkah lakunya, bagaimana sikap dan sifatnya dan selanjutnya mengenai tentang respon remaja terhadap masa yang dialaminya yaitu masa pubertas, semuanya ada di dalam Bab III.

(52)

34 beberapa kasus yang peneliti dapat selama di lapangan yang berkaitan dengan informan penelitian ini.

Bab V : Kesimpulan dan Saran, yaitu kesimpulam peneliti dari hasil penelitian serta saran peneliti kedepannya untuk homeschooling khususnya untuk remaja di homeschooling.

1.6Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara-cara dan prosedur yang dilakukan untuk mengumpulkan data secara bertanggungjawab sesuai dengan masalah yang diteliti dan disiplin ilmu pengetahuan yang bersangkutan, sehingga dalam ilmu Antropologi penelitian ini akan diarahkan menjadi penelitian kualitatif bersifat deskriptif, yaitu data akan menjelaskan atau menggambarkan makna serta proses-proses suatu fenomena atau gejala sosial suatu masyarakat yang diteliti (Koentjaraningrat, 1981:30)

Untuk mendeskripsikan secara rinci maka peneliti melakukan penelitian lapangan (field research) selama dua bulan. Selama dua bulan tersebut peneliti mencoba memahami kehidupan sehari-hari remaja yang mengikuti

homeschooling. Jika kemudian ada data yang belum lengkap maka peneliti akan datang kembali guna melengkapi data tersebut.

(53)

35 informan masih pelajar setingkat Sekolah Mengenah Pertama (SMP) di sekolah formal. Dan informan merupakan siswa yang melaksanakan homeschooling

tunggal.

1.6.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan berupa pengumpulan data primer yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi terhadap informan.Namun disamping itu juga sebelum melakukan penelitian dilapangan, peneliti melakukan pengumpulan data sekunder yakni pengumpulan data dari beberapa buku, jurnal dan majalah.Maka dengan demikian, peneliti melakukan 2 teknik pengumpulan data; primer dan sekunder.

1.6.2 Studi Lapangan

1.6.2.1 Observasi

(54)

36 dengan orangtuanya serta melihat hubungan antara siswa dengan teman sebayanya.

1.6.2.2 Wawancara

Wawancara merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara pewawancara dan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial (Bungin, 2007:107).

Wawancara yang akan peneliti lakukan adalah wawancara mendalam (depth interview) dengan menggunakan pedoman wawancara serta instrumen wawancara, karena keterbatasan daya ingat maka perlu dilakukan pencatatan hasil lapangan (Field note) serta merekam dan mencatat hasil wawancara akan digunakan alat seperti Handphone.

Dalam penelitian ini yang diwawancarai adalah guru/tentor yang menjadi staff pengajar di homeschooling, orangtua Siswa dan terakhir dua orang remaja yang berusia sekitar 12-15 tahun yang melaksanakan homeschooling tunggal. Adapun yang ingin peneliti tanyakan mengenai bagaimana cara Homeschooling

(55)

37 bagaimana si anak merespon masa pubertasnya. Serta masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang tertuang di dalam interview quide.

1.6.2.3Studi Kepustakaan

Untuk melengkapi data yang diperoleh dari lapangan, peneliti akan mencari data kepustakaan yang terkait dengan masalah penelitian berupa, buku-buku, jurnal, surat kabar, skripsi, serta bahan-bahan yang relevan dengan masalah penelitian.

1.6.2.4 Dokumentasi

Selain observasi dan wawancara, maka untuk memperkuat data hasil wawancara dan observasi tersebut maka penulis menggunakan teknik dokumentasi berupa kamera.

1.6.2.5Analisis Data

Semua data-data yang peneliti dapat dari lapangan kemudian di analisis. Proses analisis data dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan on going analysis

(56)

38 dari pengamatan peneliti sendiri, dan kemudian dilanjutkan setelah pengumpulan data selesai. Analisis data tersebut dilakukan secara kualitatif.Data-data yang telah terkumpul kemudian di analisis dengan pendekatan antropologi psikologi khususnya membahas mengenai masalah kepribadian.

1.7 Pengalaman Penelitian

Penelitian ini dimulai sejak bulan november 2014. Pada saat itu penulis hanya melakukan pra surve lapangan untuk pembuatan proposal penelitian, pertama kali penulis berkunjung di Homeschooling Primagama, penulis berkenalan dengan receptionisnya, receptionisnya bernama Siti Ayu Nurhidayati S.S atau biasa dipanggil dengan ibu Ayu. penulis berkenalan dengan ibu Ayu, orangnya sangat ramah dan kemudian penulis minta izin untuk melakukan penelitian di homeschooling, namun pada saat itu karena penulis belum memiliki surat izin dari kampus, jadi penulis belum bisa terlalu dalam melakukan pengamatan karena pada saat itu penulis hanya bisa mengamati sekolah

homeschooling dan para komunitas homeschooling. Pada saat i

Gambar

Tabel 1: Peringkat kecerdasan Angel betdasarkan Tes DMI
Tabel 2: Peringkat kecerdasan Geby berdasarkan tes DMI
Gambar 2: Informan (Geby) sedang belajar
Gambar 3: Informan (Angel) sedang belajar
+2

Referensi

Dokumen terkait

Fokus penelitian pada interaksi (proses komunikasi) yang terjadi dalam penyampaian informasi mengenai dampak kerusakan lingkungan akibat pertambangan illegal

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan terhadap penelitian efektivitas model pembelajaran POE dalam meningkatkan kemampuan berpikir luwes siswa pada materi

Dengan hasil penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat bagi BCA dalam mengetahui seberapa besar pengaruh citra merek dan nilai yang dirasa terhadap word of mouth

6/2014 tentang Desa, maka, kondisi ini diyakini dapat dijadikan landasan governance sounds Musrenbang Desa untuk menghasilkan RPJM Desa dan RKP Desa yang berkualitas ---

Dalam kegiatan ekonomi terdapat tiga pelaku yaitu, Negara/pemerintah,pihak swasta/investor dan masyarakat, yang masing- masing mempunyai posisi tawar

Hasil : Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara dukungan suami dengan tingkat kecemasan pada wanita yang menjelang menopause di Kelurahan Pakuncen RW 05

Sebuah penelitian observasi klinik telah dilakukan di Klinik Saintifikasi Jamu “Hortus Medicus” Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawangmangu

41 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam , hlm.. dikelas harus memperhatikan anak didiknya baik dari dalam diri anak didik itu sendiri maupun dari luar dirinya. Di