• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lexical Semantic In Angkola Language

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Lexical Semantic In Angkola Language"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

181 Telangkai Bahasa dan Sastra, April 2014, 181-193

Copyright ©2014, Program Studi Linguistik FIB USU, ISSN 1978-8266

This writing discusses about lexical relation in Angkola language. The lexical semantic that is observed are homonimy, polisemy, sinonimy, antonimy, hiponimy, and meronimy. The method applied in this writing is descriptive qualitative. The sources of the data is taken from Angkola two native speakers in Perumahan Pendopo III Bandar Setia and Angkola texts. The method of analysis is the componential analysis that is every word has been analyzed based on understanding the meaning which has the characteristic and lexical meaning relational. The result of this analysis shows that in Angkola language, there is semantic relation or meaning relation in terms of homonimy, polisemy, sinonimy, hiponimy, and meronimy.

Keywords: Lexical semantic, semantic, Angkola language

PENDAHULUAN

Semantik merupakan cabang linguistik yang mengkaji makna dalam suatu bahasa. Sejalan dengan pendapat tersebut, Lyons (dalam Djajasudarma, 1999:5) menyebutkan bahwa mengkaji atau memberikan makna suatu kata ialah memahami kajian kata tersebut yang berkenaan dengan hubungan-hubungan makna yang membuat kata tersebut berbeda dari kata-kata lain. Arti dalam hal ini menyangkut makna leksikal dari kata-kata itu sendiri, yang cenderung terdapat di dalam kamus, sebagai leksem.

Semantik dapat dibedakan berdasarkan tataran atau bagian dari bahasa itu yang menjadi objek penyelidikannya. Kalau yang menjadi objek penyelidikannya adalah leksikal dari bahasa itu, maka jenis semantiknya disebut semantik leksikal. Dalam semantik leksikal diselidiki makna yang ada pada leksikon-leksikon bahasa yang bersangkutan.

Semantik leksikal adalah ilmu yang menyelidiki makna yang ada pada leksikon – leksikon bahasa. Makna leksikal dimiliki oleh unsur – unsur bahasa yang terlepas dari penggunaan atau konteksnya (Kridalaksana, 1984:120). Leksikal adalah bentuk adjektif yang diturunkan dari bentuk nomina leksikon (vokabuler, kosa kata, perbendaharaan kata). Satuan – satuan dari leksikon adalah kata yang merupakan satuan bentuk bahasa yang bermakna. Semantik leksikal mengkaji makna pada tataran kata. Makna kata – kata ternyata membentuk pola tersendiri yaitu pola tautan semantik.

Makna leksikal disebut juga lexical meaning, semantic meaning, dan external meaning. Makna leksikal adalah makna yang terdapat pada kata yang berdiri sendiri

(2)

182

(terpisah dari kata yang lain), baik dalam bentuk dasar maupun dalam bentuk kompleks atau turunan, dan makna yang ada relatif tetap seperti apa yang dapat kita lihat di dalam kamus.

Relasi makna antar kata yang ditulis sama atau dilafalkan sama, tetapi maknanya berbeda, polisemi adalah kata yang mempunyai makna lebih dari satu dengan kata lain; polisemi merupakan frase yang memiliki beberapa makna; sinonimi relasi makna antar kata yang maknanya sama atau mirip, antonimi adalah relasi antar kata yang bertentangan atau berkebalikan maknanya, hiponimi sebagai makna yang berkaitan dengan peliputan makna spesifik dalam rangka generik, dan meronimi adalah relasi makna bagian dengan keseluruhan.

Tulisan ini mengidentifikasi relasi semantik atau relasi makna mencakup homonimi, polisemi, sinonimi, hiponimi, antonimi dan meronimi bahasa Angkola. Metode yang digunakan dalam analisis adalah metode deskriptif. Data tulisan ini diambil dari penutur bahasa Angkola yang ada di Perumahan Pendopo III Bandar Setia dan teks – teks berbahasa Angkola dengan menggunakan metode analisis komponensial, yaitu setiap kata dianalisis berdasarkan pengertian makna yang dimilikinya sehingga ditemukan ciri dan hubungan makna leksikal.

KAJIAN PUSTAKA

Seperti kita ketahui dalam setiap bahasa sering ditemukan adanya relasi makna atau hubungan kemaknaan antara sebuah kata atau satuan bahasa lainnya dengan kata atau satuan bahasa lainnya. Relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa lainnya. Satuan bahasa di sini dapat berupa kata, frase, maupun kalimat; dan relasi semantik itu dapat menyatakan kesamaan makna, pertentangan makna, ketercakupan makna, kegandaan makna, atau juga kelebihan makna. Relasi semantik atau relasi makna mencakup homonimi, polisemi, sinonimi, hiponimi, antonimi dan meronimi bahasa Angkola. Semantik leksikal mengkaji makna pada tataran kata. Makna kata-kata ternyata membentuk pola tersendiri, yaitu pola tautan semantik. Tautan semantik tersebut akan diuraikan dalam butir-butir sebagai berikut.

Homonimi

Kata homonim berasal dari bahasa Yunani kuno, onoma artinya ‘nama‘ dan homo artinya ‘sama‘. Kata-kata yang sama bunyi dan bentuknya, tetapi mengandung makna dan pengertian yang berbeda. Dengan kata lain, homonim merupakan ungkapan (berupa kata, frase, atau kalimat) yang bentuknya sama dengan ungkapan lain (kata, frase, atau kalimat) tetapi maknanya berbeda.

Chaer (1994:302) mengatakan, homonimi adalah dua buah kata atau satuan ujaran yang bentuknya ―kebetulan‖ sama; maknanya tentu saja berbeda, karena masing -masing merupakan kata atau bentuk ujaran yang berlainan. Selanjutnya, Chaer (1998:385) mengatakan, homonimi adalah dua buah kata atau lebih yang sama bentuknya tetapi maknanya berlainan.

Alwasilah (1993:164) mengatakan, homonim ialah beberapa kata diucapkan persis sama tetapi artinya berbeda. Relasi ini disebut homonimi. Sementara itu, Djajasudarma (1999:43) mengatakan, homonimi ialah gejala kesamaan tulisan dan lafal dua kata yang berbeda. Dengan demikian, homonimi adalah hubungan makna dan bentuk bila dua buah makna atau lebih dinyatakan dengan sebuah bentuk yang sama.

(3)

183

Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-8, No 1, April 2014

Polisemi

Polisemi adalah kata yang mempunyai makna lebih dari satu. Dengan kata lain, polisemi adalah kata atau frase yang memiliki beberapa makna. Contoh: kata alir mangandung makna: 1) bergerak maju, 2) meleleh, dan 3) berpindah tempat secara beramai-ramai.

Chaer (1994:301) mengatakan, polisemi adalah sebuah kata atau satuan ujaran yang mempunyai makna lebih dari satu. Selanjutnya, Chaer (1998:386) mengatakan, polisemi adalah kata-kata yang maknanya lebih dari satu, sebagai akibat terdapatnya lebih dari sebuah komponen konsep makna pada kata-kata tersebut.

Alwasilah (1993:164) mengatakan, polisemi ialah satu kata mempunyai lebih dari satu arti, atau lebih tepat satu leksem mempunyai beberapa makna. Relasi ini disebut polisemi yang berarti banyak makna. Sementara itu, Djajasudarma (1999:43) mengatakan, polisemi menunjukkan bahwa suatu kata memiliki lebih dari satu makna.

Sinonimi

Kata sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma berarti ‘nama‘ dan syn berarti ‘tempat‘. Secara harafiah kata sinonim berarti nama lain untuk benda atau hal yang sama.

Chaer (1994:297) mengatakan, sinonimi adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satu satuan ujaran dengan satuan ujaran lainnya. Selanjutnya, Chaer (1998:388) mengatakan, sinonimi adalah dua buah kata atau lebih yang maknanya kurang lebih sama.

Alwasilah (1993:164) mengatakan, sinonimi ialah beberapa kata (leksem) yang berbeda mempunyai arti yang sama. Relasi ini dinamai sinonimi, sedangkan sinonim sendiri diajukan pada kata-kata yang bersamaan arti. Sementara itu, Djajasudarma (1999:36) mengatakan, sinonimi digunakan untuk menyatakan kesamaan arti. Jika dua kata atau lebih memiliki makna yang sama, maka perangkat kata itu disebut sinonim. Sininimi ialah relasi makna antarkata yang maknanya sama atau mirip.

Antonimi

Antonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma ‘nama‘, anti ‘melawan‘. Secara harafiah antonim berarti nama lain untuk benda lain. Jadi, antonim ialah dua kata yang mengandung makna berlawanan.

Chaer (1994:299) mengatakan, antonimi adalah hubungan semantik antara dua buah satuan ujaran yang maknanya menyatakan kebalikan, pertentangan, atau kontras antara yang satu dengan yang lain. Selanjutnya, Chaer (1998:392) mengatakan, antonimi adalah dua buah kata yang maknanya dianggap berlawanan.

(4)

184 Hiponimi

Kata hiponim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma berarti ‘nama‘ dan hypo ‘di bawah‘. Hiponim ialah semacam relasi makna antara kata yang berwujud atas bawah, atau dalam suatu makna terkandung sejumlah komponen yang lain. Kelas atas mencakup sejumlah komponen yang lebih kecil, sedangkan kelas bawah merupakan komponen-komponen yang tercakup dalam kelas atas. Kelas atas disebut superordinat (hipernim) dan kelas bawah disebut kohiponim.

Chaer (1994:305) mengatakan, hiponimi adalah hubungan semantik antara sebuah bentuk ujaran yang maknanya tercakup dalam makna bentuk ujaran yang lain. Selanjutnya, Chaer (1998:387) mengatakan, hiponimi adalah kata atau ungkapan yang maknanya termasuk di dalam makna kata atau ungkapan lain.

Djajasudarma (1999:48) mengatakan, hiponimi adalah hubungan makna yang mengandung pengertian hierarki. Bila sebuah kata memiliki semua komponen makna kata lainnya, tetapi tidak sebaliknya, maka perhubungan itu disebut hiponimi. Hiponimi ialah relasi makna yang berkaitan dengan peliputan makna spesifik dalam makna generik. Meronimi

Meronimi merupakan bagian dari pemeringkatan atau hierarki kata bercabang. Hubungan itu disebut pula hubungan bagian–keseluruhan. Secara hierarkis, kata yang mengandung makana keseluruhan dianggap memiliki peringkat yang lebih tinggi daripada kata bagiannya atau makna keseluruhan dianggap meliputi makna bagian, seperti rumah memiliki bagian atap, dinding, jendela, pintu, dan lantai.

Meronimi ialah relasi makna bagian dengan keseluruhan. Relasi makna ini memiliki kemiripan dengan hiponimi karena relasi maknanya bersifat hierarkis, tetapi tidak menyiratkan pelibatan searah.

METODOLOGI

Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode deskriptif. Metode ini menetapkan persyaratan bahwa suatu tulisan yang merupakan hasil dari penelitian harus dilakukan atas dasar fakta yang ada sehingga pemerian yang diberikan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Metode ini akan mendasari tulisan ini dalam pengumpulan dan penganalisisan data. Sumber data diperoleh dari hasil wawancara bahasa Angkola yang ada di Perumahan Pendopo III Bandar Setia dan teks-teks berbahasa Angkola. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara terstruktur. Data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode analisis komponensial, yaitu setiap kata dianalisis berdasarkan pengertian makna yang dimilikinya sehingga ditemukan ciri dan hubungan makna leksikal. Analisis yang dilakukan dengan menunjukkan dua kata yang sama namun mempunyai makna yang berbeda, begitu juga sebaliknya dua kata yang berbeda namun mempunyai makna yang sama, kemudian dilakukan mencari relasi makna leksikal dan ciri yang ada didalam kedua kata tersebut. Adanya relasi makna leksikal dapat dilihat dari pengertian makna dalam satu kata dengan kata yang lainnya, berikut sebagai contoh pada sinonimi ialah relasi makna antarkata yang maknanya sama atau mirip.

(5)

185

Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-8, No 1, April 2014

Lolot = leleng = honok (lama)

Sadia lolot ho di Bandung --- Sadia leleng ho di Bandung Berapa Adv. kau di Bandung Berapa Adv. kau di Bandung ‗Berapa lama kau di Bandung‘ ---‗Berapa lama kau di Bandung‘

- Dari penjelasan contoh di atas memperlihatkan bahwa adanya hubungan (relasi) leksikal antar kedua kata tersebut di atas ‗ lolot = leleng‘, penulisan kedua kata tersebut berbeda namun mempunyai makna yang sama. Data ini memperlihatkan bahwa adanya proses relasi leksikal yang terjadi pada kedua kata tersebut.

ANALISIS

Tulisan ini merupakan Semantik Leksikal yang biasa disebut sebagai lexical meaning, semantic meaning, dan external meaning adalah makna yang terdapat pada kata, baik dalam bentuk dasar, maupun dalam bentuk kompleks atau turunan, seperti makna tetap yang terdapat di dalam kamus. Pada analisis ini dapat ditemukan adanya relasi makna atau relasi semantik yang merupakan hubungan semantik atau kemaknaan yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa lainnya.Relasi semantik ini dapat menyatakan kesamaan makna, pertentangan makna, ketercakupan makna, dan kegandaan makna. Dalam bahasa Angkola ini ditemukan relasi semantik atau relasi makna berupa: homonimi, polisemi, sinonimi, antonimi, hiponimi, dan meronimi. Berikut akan dijelaskan pada analisis dibawah ini:

1. Homonimi ialah relasi makna antarkata yang ditulis sama atau dilafalkan sama, tetapi maknanya berbeda.

Contoh: 1. bagas

mulak tu bagas aek na bagas pulang ke N(noun) sungai yang Adj.(adjektif)

‘pulang ke rumah‘ ‘sungai yang dalam

- Data ini memperlihatkan adanya perubahan makna yang terjadi pada pengertian makna kata dari kalimat kedua dengan kata ‗bagas‘, perubahan dari Noun ke Adjektif menyebabkan adanya perubahan makna leksikal.

2. sude

sude halak martata sude ibaen ia panganon i Num orang tertawa Adj dibuat ia makanan itu (Number)

(6)

186

- Data ini memperlihatkan adanya perubahan makna yang terjadi pada pengertian makna kata dari kalimat kedua dengan kata ‗sude‘, perubahan dari Num. ke Adj. menyebabkan adanya perubahan makna leksikal.

3. anggo

anggo jolo mangga i anggo sompat ro pe au V dulu mangga itu Adv. sempat datang aku

’cium dulu mangga itu‘ ‘kalau sempat aku datang‘

- Data ini memperlihatkan adanya perubahan makna yang terjadi pada pengertian makna kata dari kalimat kedua dengan kata ‗anggo‘, perubahan dari V ke Adv. menyebabkan adanya perubahan makna leksikal.

4. bujing

ro bujing sian Sipirok anak boru na bujing datang N dari Sipirok perempuan yang Adj.

‘tante datang dari Sipirok‘ ‘perempuan yang cantik‘

- Data ini memperlihatkan adanya perubahan makna yang terjadi pada pengertian makna kata dari kalimat kedua dengan kata ‗bujing‘, perubahan dari N ke Adj. menyebabkan adanya perubahan makna leksikal.

5. dabu

dabu tasnia tu bondar dabu rohangku mambege barita i V tasnya ke got Adj hatiku mendengar berita itu

‘tasnya jatuh ke got‘ ‘hatiku lega mendengar berita itu‘

- Data ini memperlihatkan adanya perubahan makna yang terjadi pada pengertian makna kata dari kalimat kedua dengan kata ‗dabu‘, perubahan dari V ke Adj. menyebabkan adanya perubahan makna leksikal.

2. Polisemi ialah suatu kata yang memiliki lebih dari satu makna.

Contoh: 1. batu

tarantul patnia tu batu ramos noma batu ni lancat i terantuk kakinya ke N lebat sekali N langsat itu

‘kakinya terantuk ke batu’ ‘lebat sekali buah langsat itu‘

- Data ini memperlihatkan adanya perubahan makna yang terjadi pada pengertian makna kata dari kalimat kedua dengan kata ‗batu‘, perubahan dari N ke N menyebabkan adanya perubahan makna leksikal.

2. ulu

mahancit ulu ulu ni kareta api

sakit N N kereta api

‘sakit kepala‘ ‘kepala kereta api‘

(7)

187

Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-8, No 1, April 2014

- Data ini memperlihatkan adanya perubahan makna yang terjadi pada pengertian makna kata dari kalimat kedua dengan kata ‗ulu‟, perubahan dari N ke N menyebabkan adanya perubahan makna leksikal.

3. aek

aek milas maridi tu aek

N panas mandi ke N

’air panas‘ ‘mandi ke sungai‘

- Data ini memperlihatkan adanya perubahan makna yang terjadi pada pengertian makna kata dari kalimat kedua dengan kata ‗aek‟, perubahan dari N ke N menyebabkan adanya perubahan makna leksikal.

4. jolo

pataru jolo on tu pasar hami juguk di jolo antar Adv ini ke pasar kami duduk di Adv

‘antar dulu ini ke pasar‘ ‘kami duduk di depan

- Data ini memperlihatkan adanya perubahan makna yang terjadi pada pengertian makna kata dari kalimat kedua dengan kata ‗jolo‟, perubahan dari Adv. ke Adv. menyebabkan adanya perubahan makna leksikal.

5. godang

bagas godang sipatu na godang arga

rumah Adj sepatu Adj harga

‘rumah besar’ ‘sepatu mahal harga‘

- Data ini memperlihatkan adanya perubahan makna yang terjadi pada pengertian makna kata dari kalimat kedua dengan kata ‗godang‟, perubahan dari Adv. ke Adv. menyebabkan adanya perubahan makna leksikal.

3. Sinonimi ialah relasi makna antarkata yang maknanya sama atau mirip. Contoh :

1. pistar = malo

danak i pistar danak i malo

anak itu Adj anak itu Adj

‘anak itu pintar’ ‘anak itu pandai’

(8)

188 2. ambur = lumpat

ambur tu jolo lumpat tu jolo V ke depan V ke depan

’lompat ke depan‘ ’lompat ke depan‘

- Data ini memperlihatkan adanya perubahan makna yang terjadi pada pengertian makna kata dari kalimat kedua dengan kata ‗ lumpat‟, perubahan dari Adv. ke Adv. menyebabkan adanya perubahan makna leksikal.

3. butuha = boltok

mahancit butuha mahancit boltok

sakit N sakit N

‘sakit perut’ ‘sakit perut

- Data ini memperlihatkan adanya perubahan makna yang terjadi pada pengertian makna kata dari kalimat kedua dengan kata ‗ lumpat‟, perubahan dari Adv. ke Adv. menyebabkan adanya perubahan makna leksikal.

4. ihan = gulaen

manangkup ihan di tobat manangkup gulaen di tobat menangkap N di kolam menangkap N di kolam

‘menangkap ikan di kolam‘ ‘menangkap ikan di kolam‘

- Data ini memperlihatkan adanya perubahan makna yang terjadi pada pengertian makna kata dari kalimat kedua dengan kata ‗gulaen, perubahan dari Adv. ke Adv. menyebabkan adanya perubahan makna leksikal.

5. lolot = leleng = honok

sadia lolot ho di Bandung sadia leleng ho di Bandung berapa Adv kau di Bandung berapa Adv kau di Bandung

‘berapa lama kau di Bandung‘ ‘berapa lama kau di Bandung‘

sadia honok ho di Bandung berapa Adv kau di Bandung ‘berapa lama kau di Bandung‘

- Data ini memperlihatkan adanya perubahan makna yang terjadi pada pengertian makna kata dari kalimat kedua dengan kata ‗leleng dan honok‟, perubahan dari Adv. ke Adv. menyebabkan adanya perubahan makna leksikal.

(9)

189

Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-8, No 1, April 2014

Hubungan makna antara dua kata yang bersinonim bersifat dua arah. Apabila kata pistar ‘pintar‘ bersinonim dengan kata malo ‘pandai‘, maka kata malo ‘pandai‘ bersinonim dengan kata pistar ‘pintar‘.

4. Antonimi (oposisi) ialah relasi antarkata yang bertentangan atau berkebalikan maknanya.

Contoh: 1. milas x ngali

aek milas aek ngali

air Adj air Adj

‘air panas’ ‘air dingin‘

- Data ini memperlihatkan adanya perubahan makna yang terjadi pada pengertian makna kata dari kalimat kedua dengan kata ‗ngali‟, perubahan dari Adv. ke Adv. menyebabkan adanya perubahan makna leksikal.

2. pistar x oto

danak na pistar danak na oto

anak yang Adj anak yang Adj

‘anak yang pintar‘ ‘anak yang bodoh

- Data ini memperlihatkan adanya perubahan makna yang terjadi pada pengertian makna kata dari kalimat kedua dengan kata ‗oto‟, perubahan dari Adv. ke Adv. menyebabkan adanya perubahan makna leksikal.

3. arian x borngin

marangkat arian do hami marangkat borngin do hami berangkat Adv kami berangkat Adv kami

‘kami berangkat siang’ ‘kami berangkat malam

- Data ini memperlihatkan adanya perubahan makna yang terjadi pada pengertian makna kata dari kalimat kedua dengan kata ‗borngin‟, perubahan dari Adv. ke Adv. menyebabkan adanya perubahan makna leksikal.

(10)

190 4. godang x menek

ihan mas na godang ihan mas na menek

ikan mas yang Adj ikan mas yang Adj

‘ikan mas yang besar’ ‘ikan mas yang kecil’

- Data ini memperlihatkan adanya perubahan makna yang terjadi pada pengertian makna kata dari kalimat kedua dengan kata ‗borngin‟, perubahan dari Adv. ke Adv. menyebabkan adanya perubahan makna leksikal.

5. gadis x tobusi

umak manggadis unte di pasar umak manobusi unte di pasar ibu V jeruk di pasar ibu V jeruk di pasar

‘ibu menjual jeruk di pasar‘ ‘ibu membeli jeruk di pasar‘

- Data ini memperlihatkan adanya perubahan makna yang terjadi pada pengertian makna kata dari kalimat kedua dengan kata ‗manobusi‟, perubahan dari Adv. ke Adv. menyebabkan adanya perubahan makna leksikal.

Kata yang berantonim bersifat berlawanan arah. Jadi, apabila kata milas ‘panas‘ berantonim dengan kata ngali ‘dingin‘, maka hubungan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

5. Hiponimi relasi makna yang berkaitan dengan peliputan makna spesifik dalam makna generik. Contoh:

1. sayur ‘sayur‘

siarum ‘bayam‘ silalat ‘daun ubi‘ sabi ‘sawi‘

- Data ini memperlihatkan adanya relasi makna pada kata beragam yang terlihat pada kata sayur (sayur). Makna kata „sayur‟ ditentukan dengan jenis sayur yang disebutkan.

2. buah ‘buah‘

lancat unte botik honas salak ‘langsat‘ ‘jeruk‘ ‘pepaya‘ ‘nenas‘ ‘salak‘

milas

ngali

(11)

191

Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-8, No 1, April 2014

- Data ini memperlihatkan adanya relasi makna pada kata yang beragam yang terlihat pada kata buah (buah). Makna kata ‗buah‟ ditentukan dengan jenis buah yang disebutkan.

3. unggas ‘burung‗

amporik balom barapati tampua anduhur

‘gelatik‘ ‘balam‘‘merpati‘ ‘tempua‘ ‘ketitiran‘

- Data ini memperlihatkan adanya relasi makna pada kata yang beragam yang terlihat pada kata unggas (burung). Makna kata „unggas‟ ditentukan dengan jenis burung yang disebutkan.

4. ihan ‘ikan‘

mera aso-aso tingkalang timpi balanak ‘jurung‘ ‘gembung‘ ‘lele‘ ‘tongkol‘ ‘belanak‘

- Data ini memperlihatkan adanya relasi makna pada kata yang beragam yang terlihat pada kata ihan (ikan). Makna kata ‗ihan‘ ditentukan dengan jenis ikan yang disebutkan.

5. dai ‘rasa‘

ancim tonggi macom paet siak ‘asin‘ ‘manis‘ ‘asam‘ ‘pahit‘ ‘pedas‘

- Data ini memperlihatkan adanya relasi makna pada kata yang beragam yang terlihat pada kata dai (rasa). Makna kata ‗dai‘ ditentukan dengan jenis rasa yang disebutkan.

6. warna ‘warna‘

(12)

192

- Data ini memperlihatkan adanya relasi makna pada kata yang beragam yang terlihat pada kata warna (warna). Makna kata „warna‟ ditentukan dengan jenis warna yang disebutkan.

6. Meronimi ialah relasi makna bagian dengan keseluruhan. Relasi makna ini memiliki kemiripan dengan hiponimi karena relasi maknanya bersifat hierarkis, tetapi tidak menyiratkan pelibatan searah. Contoh:

1. bagas ‘rumah‘

tarup jandela dingding pintu pantar ‘atap‘ ‘jendela‘ ‘dinding‘ ‘pintu‘ ‘lantai‘

- Data ini memperlihatkan adanya relasi makna pada tiap – tiap bagian rumah. Makna kata „bagas‟ (rumah) meliputi makna dari keseluruhan atap, jendela, dinding, pintu, dan lantai.

2. pamatang ‘badan‘

ulu andora tolonan tangan butuha ‘kepala‘ ‘dada‘ ‘leher‘ ‘tangan‘ ‘perut‘

- Data ini memperlihatkan adanya relasi makna pada tiap – tiap bagian pematang. Makna kata „pematang‟ (badan) meliputi makna dari keseluruhan kepala, dada, leher, tangan, dan perut.

3. ulu ‘kepala‘

obuk bohi mata igung pinggol ‘rambut‘ ‘kening‘ ‘mata‘ ‘hidung‘ ‘telinga‘

- Data ini memperlihatkan adanya relasi makna pada tiap – tiap bagian ulu. Makna kata „ulu‟ (kepala) meliputi makna dari keseluruhan rambut, kening, mata, hidung, dan telinga.

4. roti ‘roti‘

(13)

193

Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-8, No 1, April 2014

- Data ini memperlihatkan adanya relasi makna pada tiap – tiap bagian roti. Makna kata „roti‟ (roti) meliputi makna dari keseluruhan tepung, gula, telur, dan mentega.

5. motor ‘mobil‘

masin sitiur ban pelak kanalpot parsineling ‘mesin‘ ‘stir‘ ‘ban‘ ‘pelek‘ ‘knalpot‘ ‘persneling‘

- Data ini memperlihatkan adanya relasi makna pada tiap – tiap bagian motor. Makna kata „motor‟ (mobil) meliputi makna dari keseluruhan mesin, stir, ban, pelek, knalpot, dan persneling.

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa dalam bahasa Angkola ditemukan relasi semantik atau relasi makna berupa: homonimi, polisemi, sinonimi, antonimi, hiponimi, dan meronimi. Perubahan makna bisa disebabkan oleh berbagai sebab, diantaranya; 1) sebab – sebab yang bersifat kebahasaan, 2) sebab – sebab historis yang menyangkut tentang benda, lembaga, gagasan, dan konsep ilmiah, 3) sebab – sebab sosial, 4) faktor psikologis, 5) pengaruh asing, dan 6) kebutuhan akan makna baru.

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A. Chaedar. 1993. Linguistik Suatu Pengantar. Bandung: Angkasa. Aminuddin, 2001. Semantik: Pengantar Studi Tentang Makna. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 1998. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Darmojuwono, Setiawati. 2006. Semantik: Pengantar Konsep-konsep Dasar dan Kajian Semantis. Makalah. Jakarta: FIB Universitas Indonesia.

Djajasudarma, T. Fatimah. 1999. Semantik 1 Pengantar ke Arah Ilmu Makna. Bandung: Refika Aditama.

Pateda, Mansoer. 1986. Semantik Leksikal. Ende-Flores: Nusa Indah. Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa.

(14)

194 Telangkai Bahasa dan Sastra, April 2014, 194-202

Copyright ©2014, Program Studi Linguistik FIB USU, ISSN 1978-8266

AN ANALYSIS OF CONJUNCTION USED IN ARLENE JAMES’ WORK ― A MEETING OF HEARTS‖

TINA RIA ZEN

Universitas Muslim Nusantara Medan ria.tina@ymail.com

Abstract

This paper deals with the conjunction used in Arlene James‟ work “ A

Meeting of Hearts”. And the conjunction which is analyzed here focus on co

-ordinating and sub-ordinating conjunction. The objective of this paper is to analyze the types, functions and positions of the conjunction used in the novel. This paper refers to Chomsky‟s theory, where the contents of the theory is very related with the problem that will be analyzed. And this theory has important rule in analyze linguistic, especially in languages.The analysis of language here is more focus on written language and the advantages of it in communication. The method that used in this research is qualitatif research. So in doing this research, it is using descriptive analysis to analyze all the data by learning all of them one by one.In order to get the needed result, the data are taken from the story of the novel. From the analysis, it is found two types of the conjunction used are co-ordinating and subordinating conjunction.

Keywords: conjunction, co-ordinating conjunction, subordinating conjunction.

INTRODUCTION

The problem of analysis

Chomsky in his theory says,‖ there are two types of languages, they are oral spoken language and written language. For example of spoken language is oral communication. Why? Because the language here used to make communication one another in expressing the personal reaction of situation also to get the information and add the knowledge. And for example of written language, novel can used as the media.The writers of novel are using the written language to tell and state their thought, feelings, ideas, gestures or situation and condition to the readers in their works. By that way, the readers can comprehend what the writers mean easily. Beside that, the novel writers use objective and subjective style in writing.While the language that they used is Formal language, that is a language that used by a reputable writer or speaker.

(15)

195

Based on the statement above, it is realized that language is very needed in human life, in order to make understand each other. Not only for direct communication but also indirect ;like the language that we find in the novel. Cause the topic that want to analyzed is novel, so Warriners (1986) statement quoted,‖ in order to speak and write correctly in English, we must follow the rules of the language; they are part of speech and part of the sentence, while language is a system of speech sound‖. Part of speech itself is divided into eight parts such as noun, pronoun, adjective,verb, adverb, preposition, conjunction and interjection.

The objective of analysis

The objective of this research is to analyze how the conjunction used in the novel. And in this paper the analysis of conjunction will be analyzed any further because as we know, still few of people has analyzed this topic. Maybe caused of private opinion of each. Really, if we see at glance, we thought that conjunction is conjunction only, which is very simple subject to analyze and looks like very easy to discuss. But after analyzing the data, it prooved that its rather difficult. At fact, it has many types with different functions and position of each. That‘s why in this research this subject is very interesting to analyze.

The Related Literature

In designing this research, the writer refers to some information applied in some book to support the idea of analysis.

Geoffrey Leech (1982:241) in his book says:‖conjunction, like prepositions are introductory linking words, but they often introduce clauses rather than phrases.‖

Marcella Frank (1972:206) mentions: ― like prepositions the conjunctions are member of a small class that have no characteristic form.‖

Dr.Erhans Anggawirya (1995:159) mentions: ―Conjunction is a word that joins words or group of words.

JJ. Lambert (1972:276) explains: ― among the structural element of English are several sets of words and phrases sometimes called ―connective‖. They relate various words, phrases and sentences to each other. In the conventional grammars, they are classified under different headings, most familiarly as prepositions and conjunctions, but also as some of adverbs and a few of pronouns.

Aurner and Burtsness (1970:139) state that there are four main types of function words serve as connectors, they are co-ordinating conjunction, lingking adverbs, subordinating conjunction and relative pronouns.

THE METHODOLOGY

In doing the analysis, this paper applies a descriptive analysis. In order to get the data for this paper,the qualitative research used as the method. The data are taken from the English novel.

The first step in collecting the data is by read the novel from the beginning until the end. Then comprehend the implicit and explicit meaning of that novel. After that, see one by one carefully, which sentences use the conjunction. Taking some them to make as the

(16)

196

Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-8, No 1, April 2014

samples and note them one by one.The second is grouped or classified them suitable with types, functions and positions. After all steps above are done well, so the last step is analyze on the line of the sentences one by one.

ANALYSIS AND FINDING A Brief Description of Conjunction

Before discussing conjunction any further, it is better to define it because it has various definitions based on different theory from linguists and grammarians.

Basically, conjunction word was from Latin word that is ‗conjunctionem‘ which has meaning ‗a joining together‘. But beside that, there are several rather same defenition from different expert‘s opinions, like:

1. Bernard (1993) says in his book: A Short Guide To Traditional Grammar,that conjunctions are words which join other words or groupof words.

2. Anggawirya has same opinion with Bernard that says conjunction is a words that jon words or group of words.

All of question words like: who, which, whom, whose, what, where, when, why and how can be form as conjunctions which join a noun and has meaning ‗ yang ‗ in Indonesian.

The Types of Conjunction

Conjunction is divided into two types, they are co-ordinating conjunction and subordinating conjunction.

* Co-ordinating conjunction

Tine Thoburan (1987) in his book MacMillan English states that a co- ordinating conjunction is a single word used to connect part of sentence such as words, phrases or clauses. And words thay usually used are and, but, or, for, and nor.

According to Bernard, conjunction is words that used to join another words or group of words which has the same type. They are and, but, or or .

For example:

For word : Noun + conjunction + Noun :Cup and plate.

For phrase : I try to find the meaning of the words in dictionary or in my note book.

For clause : My friend went to Bali and I went to Jakarta.

While Wishon (1980) states that co-ordinate conjunctions are words which is used to join equal sentence parts. And words that used to join it are and, or, nor, but, for, so and yet, which mean distinct.

a. And here has function to show argumentation

For example : Dogs are friendly animal and they are intelligent also.

(17)

197 For examples:

 Her daughter moved away, but she stayed in town.

c. Or and Nor to show contrast/ alternation

For examples:

 Are you going to beach, or will you stay home?  I do not write Arabic, nor do I speak it very well.

d. For and So to show reason

For examples:

 That student failed, for he was very lazy in this year.  The books were cheap, so I bought all of them.

* Subordinating conjunction

A subordinating conjunction is a word or group of words that joins a subordinate to a main clause in a sentence ( Thoburan: 1987: 11). The words used as subordinating conjunction are after, although, as, because, before,if, since, than, through, unless, until, when,whenever, where, whereas and while.

And Sydney Greenbaumn (1992) notes in her book that subordinators introduce subordinate clauses. There are some common subordinators, like after, although, as, because, before, if, since, that, till, until, unless, when, where and while.

While Erhans Anggawirya (1995) states that subordinating conjunction joins the main clause with the subordinate clause becauseit depens on the main clause. This way is called ―modes of defences” which has nine kinds. They are: apposition, cause or reason, result or effect, purpose or intention, condition, concession, comparison, level or way and time.

The subordinate conjunction which used as conjunction in : a. Apposition : that

b. Cause or reason : because, as since c. Result or effect : that

d. Purpose or Intention : that, in order, so, e. Condition : if, unless, as if, whether f. Concession :eventough, although g. Comparison : as....as , more ... than h. Way or Level : according to, as far as i. Time : as as soon as, while, in

For examples in sentences:

 She made a promise that she would come soon. (apposition)  I couldn‘t go because I was sick. (cause or reason)

 He walked so slowly that he made himself late. ( result or effect)  He walked so slowly that he is right be late. (purpose or intention)  She talks as if she was drunk. (condition)

(18)

198

Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-8, No 1, April 2014

 She can answer all of the question in the exam although she didn‘t study last night. (concession)

 She is as beautiful as you. (comparison)  She is more beautiful than you. (way or level)

The Positions of Conjunction

In general, all conjunction stand between sentence patterns and it may stands either between the patterns or at the end of the second pattern or in the middle of the second pattern.

For examples:

a. We asked Sam to join us; however he was too tired. b. We asked Sam to join us; he was too tire, however. c. We asked Sam to join us; he was, however, too tired.

More over, the clause co-ordinators are restricted to initial position in the clause and the clauses beginning the co-ordinator cannot be moved in front of the clauses. For examples: * Jhon plays the guitar and his sister plays the piano.

* They are living in England or they are spending a vacation there. * Or they are spending a vacation there, they are living in England.

But a few sometimes as subordinators and sometimes as sentence connectors. For examples:

* Though he didn‘t want to do it, he had it. * He did it; he didn‘t want to, though. * He did it, though he didn‘t want to.

The Functions of Conjunction

Most of conjunctions have functions as the connectors which are divided into four main types:

1. Co-ordinating conjunction may connect two or more elements of equal rank. Thus, they form pairs or series of items with the same grammatical structure. For examples: * The director dictated the reply, and his secretary typed it at once.

* The equipment had been wrapped carefully, but it was damaged by careless handling.

* The clerk took hours on that job, for he didn‘t finish it until now.

2. Movable clause connectors or Linking adverb such as therefore, thus, consequently, hence, nevertheless,nonetheless, accordingly, however, yet, furthermore, connect sentences or independent clauses in a compound sentence. For examples:

(19)

199

* The monthly report will be late; nevertheless, these changes must be made.

* Two additional clerts will be required, therefore advertise for them in the morning newspaper.

3. Subordinating conjunctions connect dependent clauses to different parts of a sentences. Dependent clauses introduced by subordinating conjunctions may serve various functions.

For example, they may serve as: a. Modifiers

* When the mail arrived, it was taken directly to the comptroller.(adverbial modifiers) * The plant where this suggestion originated is located in Albany. (adjective

modifiers) b. Subject

* That the plan would succeed was a foregone conclusion. c. Appositives

* The idea that profit- sharing will encourage employees to work appealed to president.

d. Direct object

* The designer said (that) color would improve the interior. e. Predicate nouns

* Our agent‘s comment was than the new clients were pleased with our service.

4. Relative pronouns connect adjective clauses to substantive and intoduce noun clauses. Examples: The car that eugene bought had been driven only 14.500 miles.

The Analysis of Conjunction Used in ―A Meeting of Hearts‖

The previous section described the conjunction which is divided into subordinating and co-ordinating.Then these two types were used as the point of analyzing the data obtained from the novel ― A Meeting of Hearts‖.

The data was analyzed is classified into two types . After being classified, it was found that the data were classified based on function and position.

The Types of Conjunction

The conjunction used in the novel are classified into :co-ordinating and subordinating. * Co-ordinatings are divided into four types; cummulative, alternative,adversative and

ilative.

1. conjunctions which included in cummulative are and, now. Example of cummulative:

(20)

200

Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-8, No 1, April 2014

b. Here it come, he thought, now she would really lay into him. 2. conjunctions which included into alternative are neither, either, or.

Example of alternative:

a. No matter what she did or where she went,... b. I can‘t bring myself to do either one.

c. To cap it off, she got two offers for the appaloosa, neither from the barry brothers...

3. conjunction which included into adversative are but, still, yet, however,while, only. Example of adversative:

a. She called lousy timing, but i didn‘t keep him from throwing... b. Yet, When she paused a moment to get her bearing,...

c. ‖Suddenly he learned forward again, his long, strong fingers still claspen together‖. 4. conjunctions which included into ilative are so, for.

Example of ilative:

a. I‘m tied up this evening, so we‘ll just have to make it another time. b. One thing could be said for the cassle....

*Subordinatings are divided into six types, they are apposition, result, effect, reason,condition, and temporal.

1. conjunction which included into apposition, result/effect, purpose/intention is that. Examples :

a. She saw suddenly that had been very stupid indeed. b. She knew from experience that he would not surface...

2. conjunctions which included into cause/reason are because, as, since. Examples:

a. As she climbed the porch steps he vaulted up....

b. It got to willow, and that made her mad because the last thing she wanted to.... 3. conjunctions which included intocondition are if, as if, whether.

Examples:

a. Her breath clouded upon the air as if she had breathed...

b. There had been a time when farlow had wondered if she would ever laugh in quite that way.

c. He could darned well take his coffee black, whether he liked it that....

(21)

201 Examples:

a. Since you called this meeting, mr. cassle, you had better...

b. He planted it firmly over hers and kept it there until she stopped twisting... c. She walked the horse in a circle before leading him slowly toward the gate...

The Functions of Conjunction

Conjunction as connectors has various functions based on its usage in the sentence.

Co-ordinating conjunctions

a. Cummulative conjunctions: and and now here have functions as:

1. to connect words, clauses and sentences. eg:William and Farlow shot married... 2. to tell the time.eg:To be started running, and a second later willow heeled... 3. a consequence of the fact.eg: Now you have asked your question, ....

4. an adverb at the present time in the present circumtances. eg:He had the seent now...

5. to indicate the mood of speaker. eg: Now, how this for a real man‘s hat, hmmm?

b. Alternative conjunctions: neither, either and or here have functions:

1. to introduce the first alternative of two or more. eg: Either she had missed something vital....

2. to introduce a word that explains or means the same as another. c. Adversative conjunctions have functions:

1. to join two indenpendent clauses and two sentences found in the conversion also two phrases.

2. As an adverb which has meaning at this time. d. Ilative conjunctions have functions as:

1. conjunction which meaning is with the result or consequence that.

2. conjunction which meaning are since, reason, proof, eplaination and being that.

Subordinating conjunctions

a. Apposition conjunctions have functions as apposition, result or effect and purpose or intention.

b. Cause or reason conjunctions have function to express cause or reason.

c. Condition conjunction have functions to show condition, to introduce a clauseof manner and to introduce one alternative.

d. Temporal conjunctions have functions:

1. to introduce adverb clauses of time which meaning at the time. 2. to show the time which meaning are in advance time.

(22)

202

Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-8, No 1, April 2014

The Positions of Conjunction

From the analysis, the position of conjunction can be found after preposition,after a negative if- clause and after a negative phrases . In the sentences conjunction can put in the beginning of sentence, in the middle and in the end.

CONCLUSIONS

In the previous section, it has discussed the conjunction which is divided into co-ordinating and subco-ordinating. These types are used as the point of analyzing the data.

After classifiying the all of the conjunction, found that co-ordinating conjunction is divided into four types, while subordinating is divide into six types. Both of conjunctions have a different functions and positions of each.

The conclussions show that after analyzing the data, it is found that analysis conjuncion is not easily like define its meaning. As a matter of fact, it is rather difficult because it must be carefully and patient in determine which sentences can be classified to the classification of two types above. Then , analysis is doing sentence by sentence. So finally the problem of analysis cn be found and analysis easily.

BIBLIOGRAPHY

James, Arlene. 1984. A Meeting of Hearts. Australia : Silhoutte Books Publishing

Frank, Marcella. 1972. Modern English: A Practical Reference Guide. New york Precentice

Allsop,F.J and Hunt,O.W. 1967 Using Better English. Sidney: Angus & Robertson Ltd Leech, Geoffrey: et al. 1982. English Grammar for Today, Hongkong: Mac Milan publisher

Lambert, JJ. 1972. A Short Introduction To English Usage Arizona: Tempe Arizona Anggawirya, Erhans. 1995. Penguasaan Tata Bahasa Inggris Lengkap. Surabaya: Indah Warriners, Jhon E. 1986. English Grammar and Composition. Oralando Florida: Harcourt Brace Jovince

Wishon, George.E & Burks.Julia M. 1980. Let‘s write english.New york: Litton Educational publishing Internatinal

Aurner, Robert.R & Burtness, Paul.S. 1970. Effective English For Business Communication. Oho: South- Western Publishing

Referensi

Dokumen terkait

Gejala komodifikasi atas jilbab ini membuat perempuan yang mengenakan jilbab tidak selalu berhasil membangun klaim heroik bahwa jilbab yang dikenakannya adalah

Apabila si pewaris tidak mewasiatkan kepada keturunan dari anak laki- lakinya yang telah meninggal dunia lebih dahulu, atau meninggal secara bersamaan, maka cucu

Keuntungan metode granulasi basah yaitu meningkatkan kohesifitas dan kompaktibilitas serbuk, zat aktif yang kompaktibilitasnya rendah dalam dosis yang tinggi harus

Oleh karena itu, pada pengerjaan proyek akhir ini diusulkan aplikasi yang diharapkan dapat membantu warga dalam menyalurkan pengajuan izin kegiatannya, membantu

Oleh karena itu, dibutuhkan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengkomunikasikan CB31Artspace sebagai media pamer karya bagi seniman lokal Semarang kepada

Motivasi petani menanam cabe di Kecamatan Lembah Gumanti kabupaten Solok ini disebabkan oleh petani cabe supaya cabenya lebih bagus dan menghasilkan produksi cabe

Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada bcrbagai pihak yang membantu terlaksananya penelitian ini, terutama pada Proyek Peningkat'ul Penelitian dan

Judul yang diambil dalam penelitian ini adalah ““ Pengaruh Dosis Kompos Bulu Ayam (dengan Metode Perebusan) pada Pertumbuhan Bibit Lada ( Piper nigrum L.) Tiga Ruas di