UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STRATA-1 MEDAN
PENGARUH HARI LIBUR KALENDER (HOLIDAY EFFECT) TERHADAP ANOMALI RETURN INDEKS SEKTORAL SAHAM
PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA
DRAFT SKRIPSI
SUFANY 060502148 MANAJEMEN
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Universitas Sumatera Utara Medan
ABSTRAK
Sufany, 2010. Pengaruh Hari Libur Kalender (Holiday Effect) Terhadap Anomali Return Indeks Sektoral Saham Perusahaan Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia. Dibawah bimbingan Dr. Muslich Lufti, Drs, MBA. Ketua Departemen Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, Msi. Dosen Penguji I Dr. Isfenti Sadalia, ME. Dosen Penguji II Syafrizal Helmi Situmorang, SE, Msi.
Holiday effect adalah salah satu bagian dari event effect. Satu atau lebih
liburan penting dalam kalender mengandung holiday effect dimana pendapatan saham di hari-hari menjelang libur jauh lebih tinggi dibanding hari-hari biasa.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh hari libur kalender (holiday effect) terhadap anomali return indeks sektoral secara parsial atau bersama-sama, dan untuk mengetahui sektor mana yang paling dominan terpengaruh oleh holdiay effect.
Populasi dalam penelitian ini adalah tahun sejak Bursa Efek di Indonesia berdiri yaitu tahun 1977 sampai dengan hari ini. Yang menjadi sampel di penelitian ini adalah periode tahun yaitu Januari 2007 sampai Oktober 2009.
Hasil penelitian tidak menunjukkan bahwa return indeks sektoral dipengaruhi oleh preferensi hari libur nasional baik sebelum hari libur nasional maupun setelah hari libur nasional terhadap hari perdagangan biasa.
Kata Kunci : Holiday Effect, Return Indeks Sektoral Saham, Bursa Efek
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan kesehatan, rezeki, kesabaran, ketekunan, serta doa dari kedua orangtua
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh
Hari Libur Kalender (Holiday Effect) Terhadap Anomali Return Indeks Sektoral
Saham Perusahaan Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia.”
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk
menjadikan skripsi ini lebih baik lagi.
Selama penulisan skripsi ini, penulis telah mendapat banyak bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, Msi selaku Ketua Departemen
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA selaku sekretaris Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Dr. Muslich Lufti, Drs. MBA selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak membimbing dan memberikan saran serta pengarahan dalam
5. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, ME selaku Dosen Penguji I penulis yang telah
banyak meluangkan waktu untuk memberikan saran dalam penulisan
skripsi ini.
6. Bapak Syafrizal Helmi Situmorang, SE, Msi selaku Dosen Penguji II
penulis yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan saran
dalam penulisan skripsi ini.
7. Bapak Tengku Moh. Chairal A, BBA, MBA as the man behind the scene
dari penulisan skripsi ini.
8. Ibu Dr. Khaira A. Fachruddin SE, MBA, Ak atas berbagai saran dalam
penulisan skripsi ini.
9. Ibu Magdalena Linda Leonita S, SE, Msi; Dr. Yeni Absah SE,Msi dan
dosen-dosen selama perkuliahan yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
10.Para pegawai di Jurusan S-1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
11.Kedua orangtua penulis: Bapak Wong Saw Kim dan Ibu Lim Njuk Khiun,
terima kasih yang tak terkira untuk doa, perhatian, dan dukungan kepada
penulis.
12.Sehabat-sahabat penulis selama perkuliahan : Teman seperjuangan (Anjeli
Tjendra dan Diana Tayras); Partner of competition (Anjeli in Bandung
2008, Yose Foejisanto in Bandung 2008 and Jakarta 2010); Fredy Nathang;
Jimmy Naga Winanto; Wiliani Halim; Theresia Natalia. B; dan Ika Pratiwi.
S; dan teman-teman S-1 Manajemen FE USU Stambuk 2006 yang tidak
13.Teman-teman penulis di luar kampus: Wynda Taniwan; Berliana Adriani;
dan Riang.
Dan berbagai pihak yang tidak tersebutkan yang telah banyak membantu
penulis selama ini, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1
B. Perumusan Masalah...6
C. Kerangka Konseptual...6
D. Hipotesis...7
E. Tujuan dan Mafaat Penelitian...7
1. Tujuan Penelitian...7
2. Manfaat Penelitian...7
F. Metode Penelitian...8
1. Batasan Operasional...8
2. Definisi Operasional Variabel...8
3. Lokasi dan Waktu Penelitian...9
4. Jenis dan Sumber Data...9
5. Populasi dan Sampel...10
5.1. Populasi...10
5.2. Sampel...10
6. Teknik Pengumpulan Data...10
7. Teknik Analisis Data...10
7.1. Analisis Deskriptif...10
7.2. Uji Asumsi Klasik...11
7.2.1. Uji Normalitas...11
7.2.2. Uji Multikolinearitas...11
7.3. Metode Analisis Regresi Linear Berganda...11
7.4. Uji Hipotesis...12
7.4.1. Koefisien Determinansi (R2)...12
7.4.2. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)...12
7.4.3. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)...13
BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu...14
B. Pengertian Pasar Modal...16
C. Saham...17
D. Indeks Harga Saham...18
1. Indeks Harga Saham Gabungan...20
2. Indeks Harga Saham Sektoral...21
F. Hipotesa Pasar Efisien...23
G. Anomali Pasar (Market Anomalies) ...25
H. Holiday Effect...28
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Bursa Efek Indonesia...29
B. Sektor Agriculture...32
C. Sektor Basic Industry and Chemical...33
D. Sektor Consumer Goods...33
E. Sektor Finance...34
F. Sektor Infrastructure and Transportation...35
G. Sektor Miscellaneous...36
H. Sektor Mining...37
I. Sektor Property...37
J. Sektor Trade and Services...38
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif...40
1. Pre Holiday dan Post Holiday...41
2. Sektor Agriculture...42
3. Sektor Basic Industry...43
4. Sektor Consumer ...44
5. Sektor Finance...45
6. Sektor Infrastructure...46
7. Sektor Manufacture...47
8. Sektor Mining...48
9. Sektor Property...49
10. Sektor Trade...50
B. Uji Asumsi Klasik...51
1. Uji Normalitas...51
2. Uji Multikolinearitas...52
2.1. Sektor Agriculture...52
2.2. Sektor Basic Industry...53
2.3. Sektor Consumer...53
2.4. Sektor Finance...54
2.5. Sektor Infrastructure...54
2.6. Sektor Manufacture...55
2.7. Sektor Mining...55
2.8. Sektor Property...56
2.9. Sektor Trade...56
C. Uji Hipotesis...57
1. Sektor Agriculture...57
2. Sektor Basic Industry...59
3. Sektor Consumer...60
4. Sektor Finance...62
6. Sektor Manufacture...65
7. Sektor Mining...66
8. Sektor Property...68
9. Sektor Trade...69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...72
B. Saran...73
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Ringkasan Anomali Pasar...26
Tabel 4.1 Analisis Deskriptif...40
Tabel 4.2 Deskriptif Pre Holiday dan Post Holiday...41
Tabel 4.3 Frekuensi Pre Holiday...41
Tabel 4.4 Frekuensi Post Holiday...41
Tabel 4.5 Desktiptif Sektor Agriculture...42
Tabel 4.6 Desktiptif Sektor Basic Industry...43
Tabel 4.7 Desktiptif Sektor Consumer...44
Tabel 4.8 Desktiptif Sektor Finance... ...45
Tabel 4.9 Desktiptif Sektor Infrastructure...46
Tabel 4.10 Desktiptif Sektor Manufacture...47
Tabel 4.11 Desktiptif Sektor Mining...48
Tabel 4.12 Desktiptif Sektor Property...49
Tabel 4.13 Desktiptif Sektor Trade...50
Tabel 4.14 Uji Normalitas...52
Tabel 4.15 Uji Multikolinearitas Sektor Agriculture...52
Tabel 4.16 Uji Multikolinearitas Sektor Basic Industry...53
Tabel 4.17 Uji Multikolinearitas Sektor Consumer...53
Tabel 4.18 Uji Multikolinearitas Sektor Finance...54
Tabel 4.19 Uji Multikolinearitas Sektor Infrastructure...54
Tabel 4.20 Uji Multikolinearitas Sektor Manufacture...55
Tabel 4.21 Uji Multikolinearitas Sektor Mining...55
Tabel 4.22 Uji Multikolinearitas Sektor Property...56
Tabel 4.23 Uji Multikolinearitas Sektor Trade...56
Tabel 4.24 Uji Koefisien Determinansi (R2) Sektor Agriculture...57
Tabel 4.25 Uji t Sektor Agriculture...58
Tabel 4.26 Uji F Sektor Agriculture...58
Tabel 4.27 Uji Koefisien Determinansi (R2) Sektor Basic Industry...59
Tabel 4.28 Uji t Sektor Basic Industry...59
Tabel 4.29 Uji F Sektor Basic Industry...60
Tabel 4.30 Uji Koefisien Determinansi (R2) Sektor Consumer...60
Tabel 4.31 Uji t Sektor Consumer...61
Tabel 4.32 Uji F Sektor Consumer...61
Tabel 4.33 Uji Koefisien Determinansi (R2) Sektor Finance...62
Tabel 4.34 Uji t Sektor Finance...62
Tabel 4.36 Uji Koefisien Determinansi (R2) Sektor Infrastructure...63
Tabel 4.37 Uji t Sektor Infrastructure...64
Tabel 4.38 Uji F Sektor Infrastructure...64
Tabel 4.39 Uji Koefisien Determinansi (R2) Sektor Manufacture...65
Tabel 4.40 Uji t Sektor Manufacture...65
Tabel 4.41 Uji F Sektor Manufacture...66
Tabel 4.42 Uji Koefisien Determinansi (R2) Sektor Mining...66
Tabel 4.43 Uji t Sektor Mining...67
Tabel 4.44 Uji F Sektor Mining...67
Tabel 4.45 Uji Koefisien Determinansi (R2) Sektor Property...68
Tabel 4.46 Uji t Sektor Property...68
Tabel 4.47 Uji F Sektor Property...69
Tabel 4.48 Uji Koefisien Determinansi (R2) Sektor Trade...69
Tabel 4.49 Uji t Sektor Trade...70
Tabel 4.50 Uji F Sektor Trade...70
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GRAFIK
ABSTRAK
Sufany, 2010. Pengaruh Hari Libur Kalender (Holiday Effect) Terhadap Anomali Return Indeks Sektoral Saham Perusahaan Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia. Dibawah bimbingan Dr. Muslich Lufti, Drs, MBA. Ketua Departemen Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, Msi. Dosen Penguji I Dr. Isfenti Sadalia, ME. Dosen Penguji II Syafrizal Helmi Situmorang, SE, Msi.
Holiday effect adalah salah satu bagian dari event effect. Satu atau lebih
liburan penting dalam kalender mengandung holiday effect dimana pendapatan saham di hari-hari menjelang libur jauh lebih tinggi dibanding hari-hari biasa.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh hari libur kalender (holiday effect) terhadap anomali return indeks sektoral secara parsial atau bersama-sama, dan untuk mengetahui sektor mana yang paling dominan terpengaruh oleh holdiay effect.
Populasi dalam penelitian ini adalah tahun sejak Bursa Efek di Indonesia berdiri yaitu tahun 1977 sampai dengan hari ini. Yang menjadi sampel di penelitian ini adalah periode tahun yaitu Januari 2007 sampai Oktober 2009.
Hasil penelitian tidak menunjukkan bahwa return indeks sektoral dipengaruhi oleh preferensi hari libur nasional baik sebelum hari libur nasional maupun setelah hari libur nasional terhadap hari perdagangan biasa.
Kata Kunci : Holiday Effect, Return Indeks Sektoral Saham, Bursa Efek
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasar modal merupakan alternatif bagi investor untuk menanamkan
modalnya. Dalam pasar modal yang efisien, analisis teknikal tidak dapat digunakan
untuk mendapat keuntungan karena harga semua sekuritas yang diperdagangkan
telah mencerminkan semua informasi yang tersedia, baik informasi di masa lalu
(misalnya laba perusahaan tahun lalu), informasi saat ini (misalnya rencana
kenaikan deviden tahun ini), maupun informasi yang bersifat pendapat yang
beredar di pasar yang bisa mempengaruhi harga sekuritas sehingga investor tidak
dapat memperoleh imbal hasil tidak normal (abnormal return). Abnormal return
adalah selisih antara return aktual dan return yang diharapkan yang dapat terjadi
sebelum informasi resmi diterbitkan atau telah terjadi kebocoran informasi.
(Samsul 2006:275)
Semanjak Fama (1970) mengemukakan hipotesis pasar efisien, muncul
berbagai perilaku ketidakteraturan atau penyimpangan dalam pasar modal.
Ketidakteraturan terus menerus hadir dan memberikan dampak yang cukup besar
disebut sebagai anomali pasar (market anomaly). Dalam anomali pasar, hasil yang
ditimbulkan berlawanan dengan hasil yang diharapkan pada posisi pasar modal
efisien. Beberapa hal yang dianggap sebagai anomali antara lain bahwa return
berhubungan dengan ukuran perusahaan (size effect), rasio nilai buku dan nilai
price ratio). Anomali jenis lain yang tidak berhubungan dengan faktor fundamental
perusahaan melainkan dengan penanggalan dan musim dikenal dengan istilah
anomali kalender (calendar anomalies).
Secara umum, anomali pada kalender dapat diklasifikasikan menjadi : (1)
Penerimaan atau pendapatan yang lebih tinggi di bulan Januari (January Effect); (2)
Penerimaan yang lebih rendah di hari Senin dibandingkan hari-hari yang lain
(Weekend Effect); (3) Pendapatan yang lebih tinggi di awal dan akhir bulan (Turn
Of The Month Effect); (4) Pendapatan yang lebih tinggi menjelang libur (The
Holiday Effect).
Di negara-negara Barat dikenal beberapa liburan yang mengakibatkan pasar
bursa istirahat, yaitu: Hari Buruh (Senin pertama bulan September), Memorial Day
(Senin terakhir bulan Mei), Hari Kemerdekaan, Hari Thanksgiving (Kamis ke
empat bulan November), Natal, dan Tahun Baru. Di Indonesia, pada Tahun 2009
kalender bursa mencatat beberapa libur antara lain:
Januari 1 Tahun Baru Masehi
2 Cuti Bersama Tahun Baru Masehi
26 Tahun Baru Imlek 2560
Maret 9 Maulid Nabi Muhammad SAW
26 Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1931
April 9 Cuti Bersama Pemilu 2009
10 Wafat Yesus Kristus
Mei 21 Kenaikan Yesus Kristus
20 Isra’Mi’raj Nabi Muhammad SAW
Agustus 17 Hari Kemerdekaan RI
September 18 Cuti Bersama Sebelum Hari Raya Idul Fitri
21–23 Idul Fitri 1 Syawal 1430 Hijriyah
November 27 Idul Adha 1430 Hijriyah
Desember 18 Tahun Baru 1431 Hijriyah
24 Cuti Bersama Sebelum Hari Raya Natal
25 Hari Raya Natal
31 Libur Bursa
Fenomena Holiday Effect di Indonesia bertolak belakang dengan fenomena
yang terjadi di Wall Street. Jika di Wall Street menjelang masuk libur akhir tahun
atau menjelang berakhirnya tutup buku yang bersamaan dengan tutup tahun, fund
manager sengaja melakukan pembelian saham agar harga saham naik dan nilai
portofolionya menjadi indah.
Sebaliknya di Indonesia, selain transaksi perdagangan sepi, juga telah
terjadi penurunan kinerja di Bursa Efek Indonesia (BEI). Di awal pekan Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka pada posisi 1075,9 dan pada akhir pekan
ditutup pada posisi 1058,3 atau turun 1,6%. Penelitian yang dilakukan pada BEI
dalam kurun waktu antara 1998 sampai 2003, umumnya menunjukkan sesudah
libur hari raya Idul Fitri, kinerja bursa sedikit membaik dibandingkan sebelum
Grafik 1.1
Sumber :
Grafik 1.1 menunjukkan pergerakan IHSG Desember 2008. Pada tanggal
17 Desember 2008 IHSG berada sedikit diatas 1350 kemudian semakin mendekati
libur Natal IHSG semakin menurun.
Fluktuasi harga saham tergantung pada informasi baru (new information)
yang akan diterima, tetapi infromasi tersebut tidak diketahui kapan akan diterima
sehingga informasi baru dan harga saham itu unpredictable. Perkiraan harga saham
esok dapat dilakukan pada hari ini berdasarkan informasi hari ini, tetapi tidak
menjamin kebenarannya. Harga saham di pasar saham merupakan harga konsensus
di antara para investor dengan rentang lebar antara harga pasar terendah dan harga
pasar tertinggi. Rentang harga pasar yang lebar mengindikasikan bahwa harga
pasar tidak mencerminkan semua informasi yang diperoleh investor atau dengan
kata lain, pasar tidak efisien. Dalam pasar yang efisien, fluktuasi harga sangat tipis.
Perbandingan antara harga saham di pasar dan nilai intrinsik saham mencerminkan
Kecenderungan terjadinya koreksi pasar menjelang liburan disebabkan oleh
penyebaran informasi yang tidak merata (asimetris information). Penjelasannya
sebagai berikut. Perubahan atau naik turunnya harga saham di pasar selalu
dipengaruhi oleh informasi yang penting dan relevan. Di hari libur—dimana pasar
tidak ada transaksi—pelaku pasar khawatir ada perkembangan informasi yang bisa
mengakibatkan turunnya harga saham. Karena itu, untuk menghindari
ketidakpastian dan mengurangi resiko, pelaku pasar bersikap lebih baik tidak
memegang saham saat liburan. Akibatnya mereka melepas saham sehingga
harganya di pasar terkoreksi.
Telaah teoritis dan beberapa penelitian empiris telah mencoba mengaitkan
antara peristiwa hari libur tertentu dengan kinerja pada bursa efek. Dampak dari
peristiwa hari libur kalender tertentu tersebut dinamakan Holiday Effect. Ada
beberapa faktor yang dapat dipertimbangkan untuk mengetahui pengaruh dari
peristiwa hari libur tertentu terhadap kinerja bursa antara lain perkembangan
transaksi (volume) perdagangan, nilai maupun perkembangan harga saham.
Perkembangan faktor-faktor itu dibandingkan selama periode pra libur dengan
pasca libur. Jika ada perbedaan yang signifikan antarwaktu itu, maka dapat
dikatakan hari libur kalender tertentu mempunyai pengaruh signifikan terhadap
kinerja bursa. Namun, penelitian seperti ini perlu dilakukan lebih intensif sehingga
menghasilkan penjelasan yang lebih lugas dan bisa menjadi pegangan bagi pelaku
pasar.
Berdasarkan uraian sebelumnya maka penulis tertarik untuk membuat
Terhadap Anomali Return Indeks Sektoral Saham Perusahaan Yang
Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia.”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh yang signifikan dari hari
libur kalender (holiday effect) terhadap return indeks sektoral saham.”
C. Kerangka Konseptual
Konsep dalam penelitian ini adalah mengetahui seberapa besar pengaruh
holiday terhadap return indeks sektoral. Menentukan apakah return indeks sektoral
di Bursa Efek Indonesia yang dihasilkan mengikuti preferensi hari libur baik pra
libur maupun pasca libur akan diuji dengan membandingkan return pada
masing-masing hari sebelum libur ataupun sesudah libur terhadap hari perdagangan biasa.
Yang dimaksud dengan hari libur adalah hari libur nasional dalam kalender
nasional Indonesia, tidak termasuk hari libur kerja Sabtu dan Minggu.
Holiday Effect
Pre Holiday (x1)
Return
Indeks Sektoral
Post Holiday (x2)
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang menerangkan fakta atau
kondisi yang diamati dan digunakan untuk langkah penelitian selanjutnya.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
H0 : Tidak ada pengaruh pre holiday dan post holiday terhadap return
indeks sektor.
H1: Pre holiday berpengaruh terhadap return sektor.
H2: Post holiday berpengaruh terhadap return sektor.
H3 : Pre holiday dan post holiday sama-sama berpengaruh terhadap return
sektor.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh hari
libur kalender (Holiday Effect) terhadap return indeks sektoral saham.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi praktisi/investor, penelitian ini diharapkan menjadi salah satu
informasi dalam mempertimbangkan pengambilan keputusan investasi di
sekitar periode liburan (holiday).
b. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat dalam memperluas wawasan dalam
hal pengaruh event effect terhadap harga saham khususnya event holiday.
c. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi
referensi untuk penelitian lanjutan pada ruang lingkup dan kajian yang
F. Metode Penelitian
1. Batasan Operasional
Penetapan batasan operasional penelitian adalah untuk menghindari
kesimpangsiuran dalam membahas dan menganalisis permasalahan. Batasan
operasional penelitian ini dibagi dalam:
- Objek dalam penelitian ini adalah indeks sektoral dari
perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007 – Oktober
2009.
- Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah return indeks sektoral
dan hari-hari libur tahunan dalam hal ini adalah libur Tahun Baru Masehi;
Tahun Baru Imlek; Maulid Nabi Muhammad SAW; Hari Raya Nyepi;
Wafat Yesus Kristus; Kenaikan Yesus Kristus; Isra’Mi’raj Nabi
Muhammad SAW; Hari Kemerdekaan; Hari Raya Idul Fitri; Idul Adha;
Tahun baru Hijriyah; dan hari Raya Natal.
2. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Variabel bebas (X1) : Pre holiday.
Dalam penelitian ini pre holiday adalah dua hari kerja sebelum hari libur
(t-2). Variabel ini akan diukur dengan dummy variabel untuk menandakan
hari-hari pre holiday. (Dummy_Pre = 1).
Dalam penelitian ini post holiday adalah dua hari kerja setelah hari libur
(t+2). Variabel ini akan diukur dengan dummy variabel untuk menandakan
hari-hari post holiday. (Dummy_Post = 1).
c. Variabel dependen (Y): Return indeks sektoral
Return sektor dapat dihitung berdasarkan data historis
Rumus
Dimana : Rt = return indeks sektor A pada hari ke t
Pt = closing index sektor A pada hari ke t
Pt-1 = closing index sektor A pada hari ke t-1
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui media internet
dengan situs http://finance.yahoo.com;
www.duniainvestasi.com/bei. Penelitian ini dilakukan dari bulan Oktober
sampai Maret 2010.
4. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang
bersumber dari data sekunder. Data sekunder diperoleh melalui media internet,
jurnal, buku-buku referensi, surat kabar, dan literatur ilmiah lainnya yang berkaitan
dengan topik bahasan dalam penelitian.
5.1. Populasi
Jumlah emiten yang terdaftar di BEI sampai dengan Desember 2008 adalah
sebanyak 396 perusahaan yang dibagi atas 9 sektor yaitu : perkebunan;
pertambangan; industri dasar dan kimia; aneka industri; industri barang konsumsi;
properti dan real estate; infrastruktur, utilitas dan transportasi; keuangan;
perdagangan, jasa, dan investasi. Tetapi yang menjadi populasi dalam penelitian ini
bukan jumlah perusahaan melainkan adalah tahun sejak Bursa Efek di Indonesia
berdiri yaitu tahun 1977 sampai dengan hari ini.
5.2. Sampel
Yang menjadi sampel di penelitian ini adalah periode tahun yaitu Januari
2007 sampai Oktober 2009.
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi
pustaka berupa literatur, jurnal, penelitian terdahulu, dan laporan-laporan yang
dipublikasikan untuk mendapat gambaran masalah yang akan diteliti serta melalui
data sekunder berupa laporan-laporan yang dipublikasikan oleh BEI.
7. Teknik Analisis Data
7.1. Analsisi Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan metode untuk menggambarkan data yang
dikumpulkan secara sederhana. Penyajiannya dapat berbentuk tabel atau grafik,
2007: 118). Data yang telah dikumpulkan dianalisis sehingga dapat diperoleh
gambaran yang sebenarnya mengenai variabel penelitian berdasarkan data.
7.2. Uji Asumsi Klasik
Setelah data dianalisis, model regresi linear berganda harus memenuhi
syarat asumsi klasik sebagai berikut :
7.2.1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regreasi, variabel dependen dan variabel independen mempunyai distribusi normal
atau tidak. Model regresi yang baik adalah berdistribusi normal atau mendekati
normal. Untuk melihat normalitas data digunakan pendekatan Kolmogorv-Smirnov.
7.2.2. Uji Multikolinearitas
Pengujian multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah pada model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Untuk mengetahuinya
dapat dilihat melalui Variance Inflation Factor (VIF). Menurut Uyanto (2006:58)
jika nilai VIF tidak lebih dari 5 maka model terbebas dari multikolinearitas.
7.3. Metode Analisis Regresi Linear Berganda
Penelitian ini akan menggunakan model regresi linear berganda yang
memasukkan variabel dummy untuk menentukan apakah terdapat perbedaan antara
return sebelum dan sesudah hari libur terhadap hari perdagangan biasa.
Secara umum model regresi berganda dapat dirumuskan seperti persamaan
Model yang digunakan untuk menganalisis informasi dalam penelitian ini adalah:
Y = α + b1 Dummy_Pre + b2 Dummy_Post + ε
Keterangan :
Y = return indeks sektoral. α = konstanta
b1, b2 = koefisien regresi
Dummy_Pre = return indeks sebelum hari libur nasional 1 untuk hari libur nasional
0 untuk lainnya
Dummy_Post = return indeks setelah hari libur nasional 1 untuk setelah hari libur nasional 0 untuk lainnya
ε
= error of term (variabel lain yang tidak diteliti)7.4. Uji Hipotesis
Jika model regresi sudah memenuhi syarat asumsi klasik diatas maka
dilanjutkan dengan analisis hipotesis sebagai berikut:
7.4.1. Koefisien Determinan (R2)
Pengujian ini digunakan untuk mengukur proporsi atau persentase variabel
bebas terhadap varians naik turunnya variabel dependen. Koefisien determinan
berkisar antara 0 – 1 (0 ≤ R2≤ 1). Bila R2 = 0 menunjukkan tidak adanya pengaruh
antara variabel bebas terhadap variabel dependen, bila R2 semakin mendekati 1
menunjukkan semakin kuat pengaruh variabel bebas terhadap variabel dependen.
7.4.2. Uji Signifikan Parsial (Uji t)
Uji ini menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel bebas secara parsial
terhadap variabel dependen. Bentuk pengujiannya :
H0 : b1, b2 = 0, artinya suatu variabel bebas secara parsial tidak berpengaruh
H1 : b1, b2 ≠ 0, artinya variabel dependen secara parsial berpengaruh terhadap
variabel dependen.
Kriteria pengambilan keputusan :
H0diterima jika t hitung < t tabel pada α = 5%
H1diterima jika t hitung > t tabel pada α = 5%
7.4.3. Uji Signifikan Simultan (Uji F)
Uji ini menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam
model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
Bentuk pengujiannya :
H0 : b1 = b2 = 0, artinya variabel bebas secara simultan tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen.
H1 : b1, b2 ≠ 0, artinya semua variabel independen secara simultan berpengaruh
terhadap variabel dependen.
Kriteria pengambilan keputusan:
H0diterima jika F hitung < F tabel pada α = 5%
H1diterima jika F hitung > F tabel pada α = 5%
BAB II
URAIAN TEORITIS
A. Penelitian Terdahulu
Satu atau lebih event penting dalam kalender mengandung holiday effect.
Detailnya, efek pra libur dimana pendapatan harga saham jauh lebih tinggi pada
beberapa hari menjelang liburan. Pertama kali dicetuskan oleh Fields (1934) maka
holiday effect dapat dikatakan sebagai salah satu efek tetap musiman yang tertua.
Penelitian oleh Lankonishok dan Smidt (1988) menunjukkan holiday effect
memberi pengaruh 30% - 50% terhadap total pendapatan pasar modal US pada
periode sebelum tahun 1987. Tingkat rata-rata pendapatan sebelum libur adalah
0,22% dibandingkan dengan pendapatan harian biasa yang tidak sampai pada
0,01%. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Ariel (1990) yang melakukan studi
penekanan persamaan CRSP dan penekanan nilai indeks dari tahun 1963-1982.
Kim dan Park (1994) serta Brockman dan Michayluk (1998) juga menemukan
holiday effect di AS dengan menggunakan indikator pasar dari New York Stock
Exchange (NYSE), AMEX, dan NASDAQ dari tahun 1963-1987 dan 1987-1993.
Tetapi penelitian terbaru di AS menyatakan bahwa holiday effect adalah
tidak ada. Vergin dan McGinnis (1999) meneliti kekuatan pra libur menggunakan
S&P500 dan indeks NYSE (untuk pendapatan saham perusahaan skala besar) dan
indeks NASDAQ dan AMEX (untuk pendapatan saham perusahaan yang lebih
telah hilang pada perusahaan-perusahaan besar tetapi tetap ada pada perusahaan
kecil.
Holiday effect juga mendapat perhatian di luar AS. Salah satu studi
internasional paling awal dilakukan oleh Cadsby dan Ratner (1992). Mereka
mengamati negara Kanada, Jepang, Hongkong, dan Australia dari tahun 1962-1989
untuk hari libur lokal dengan menggunakan indeks pasar masing-masing negara.
Hasilnya menyatakan bahwa signifikansi pra libur mempengaruhi semua sampel
pasar dengan pendapatan tertinggi terlihat pada beberapa hari menjelang
liburan.(dikutip dari Marret dan Worthington 2007).
Penelitian empiris mengenai Holiday Effect di pasar bursa Australia
1996-2006 oleh G.J Marrett dan A.C. Worthington dari Universitas Wollongong
menunjukkan bahwa holiday effect terdapat pada level pasar dengan pendapatan
lima kali lebih tinggi dibanding hari-hari lain. Kesimpulan umumnya adalah pasar
bursa Australia berada pada efisiensi tingkat lemah.
Penelitian oleh Al-Saad dan M.Khalid dengan judul “The Holiday Effect
and Stock Return in The Kuwait Stock Exchange” yang dipublikasikan oleh Global
Competitiveness (2005) menyimpulkan bahwa tidak ada holiday effect di pasar
bursa Kuwait. Penjelasannya adalah mengambil keuntungan dari anomali dengan
membeli dan menjual saham membutuhkan biaya transaksi dan pembelian saham
pada harga murah mengakibatkan kenaikan harga saham dan menghapus anomali.
Penelitian “Modelling Lunar Calendar Holiday Effect in Taiwan” oleh Jin Lung
Lin dan Tian Syh Liu dari Institute of Economics Academia Sinica Taipei juga
Penelitian oleh Octa Tri Aryanto dari Universitas Airlangga (2006) dengan
judul “Pengaruh Lebaran terhadap Pendapatan Abnormal Saham di Bursa Efek
Jakarta” menyimpulkan pada tahun 2000 periode uji t-4, t-3, t+1 dan t+3 terdapat
abnormal return yang cukup signifikan, pada tahun 2001 periode uji t-2 terdapat
abnormal return yang cukup signifikan dan pada tahun 2002 periode uji t-7, t+4,
dan t+6 terdapat abnormal return yang cukup signifikan disekitar libur lebaran.
Penelitian oleh Hendrawan dari Universitas Indonesia (2004) dengan judul
“Penelitian Anomali Efek Liburan Terhadap Imbal Hasil Indeks LQ45 di Bursa
Efek Jakarta” menyimpulkan bahwa pengujian tidak memberikan indikasi bahwa
return Indeks LQ45 dipengaruhi oleh preferensi hari sebelum hari libur nasional
maupun setelah hari libur nasional terhadap hari perdagangan biasa.
B. Pengertian Pasar Modal
Secara umum, pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya antara
permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang, umumnya
lebih dari 1 tahun. UU Pasar Modal No. 8 tahun 1995 mendefinisikan pasar modal
sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan
efek perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta
lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. (Samsul 2006: 43)
Instrumen pasar modal pada prinsipnya adalah semua surat berharga (efek)
yang umum diperjualbelikan melalui pasar modal. Efek adalah setiap surat
tanda bukti hutang, rights, warrants, opsi atau setiap derivatif dari efek atau setiap
instrumen yang ditetapkan oleh Bapepam sebagai efek.
C. Saham
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau
pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan
menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan
perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS).
Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling
populer. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika
memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain, saham merupakan
instrumen investasi yang banyak dipilih para investor karena saham mampu
memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Sebagai instrumen investasi, saham
memiliki risiko antata lain: capital loss yaitu suatu kondisi dimana investor
menjual saham lebih rendah dari harga beli; dan resiko likuidasi yaitu perusahaan
yang sahamnya dimiliki, dinyatakan bangkrut oleh pengadilan, atau perusahaan
tersebut dibubarkan. Dalam hal ini hak klaim dari pemegang saham mendapat
prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan dapat dilunasi. Jika tidak
terdapat sisa kekayaan perusahaan, maka pemegang saham tidak akan memperoleh
hasil dari likuidasi tersebut. Kondisi ini merupakan risiko yang terberat dari
Di pasar sekunder atau dalam aktivitas perdagangan saham sehari-hari,
harga-harga saham mengalami fluktuasi baik berupa kenaikan maupun penurunan.
Pembentukan harga saham terjadi karena adanya permintaan dan penawaran atas
saham tersebut. Dengan kata lain harga saham terbentuk oleh supply dan demand
atas saham tersebut. Supply dan demand tersebut terjadi karena adanya banyak
faktor, baik yang sifatnya spesifik atas saham tersebut (kinerja perusahaan dan
industri dimana perusahaan tersebut bergerak) maupun faktor yang sifatnya makro
seperti tingkat suku bunga, inflasi, nilai tukar dan faktor-faktor non ekonomi
seperti kondisi sosial dan politik, dan faktor lainnya.
D. Indeks Harga Saham
Indeks harga saham adalah suatu indikator yang menunjukkan pergerakan
harga saham. Indeks berfungsi sebagai indikator trend pasar, artinya pergerakan
indeks menggambarkan kondisi pasar pada suatu saat, apakah pasar sedang aktif
atau lesu.
Pergerakan indeks menjadi indikator penting bagi para investor untuk
menentukan apakah mereka akan menjual, menahan atau membeli suatu atau
beberapa saham. Karena harga-harga saham bergerak dalam hitungan detik dan
menit, maka nilai indeks pun bergerak turun naik dalam hitungan waktu yang cepat
pula.
Seperti halnya mayoritas bursa-bursa di dunia, indeks-indeks di BEI
saham tercatat (nilai pasar) atau Market Value Weighted Average Index. Formula
dasar perhitungan indeks adalah:
Nilai pasar adalah kumulatif jumlah saham tercatat dikali dengan harga
pasar. Nilai pasar disebut juga kapitalisasi pasar. Formula untuk menghitug nilai
pasar adalah:
Nilai Pasar = p1q1 + p2q2 + ... + pnqn
Dimana : p = closing price (harga yang terjadi) untuk emiten ke-i
q = jumlah saham yang digunakan untuk perhitungan indeks (jumlah
saham yang tercatat) untuk emiten ke-i
n = jumlah emiten yang tercatat di BEI
Nilai dasar adalah kumulatif jumlah saham pada hari dasar dikali dengan
harga pada hari dasar.
Di Bursa Efek Indonesia terdapat 6 (enam) jenis indeks, antara lain:
1. Indeks Individual, menggunakan indeks harga masing-masing saham
terhadap harga dasarnya, atau indeks masing-masing saham yang tercatat di
BEI.
2. Indeks Harga Saham Sektoral, menggunakan semua saham yang termasuk
dalam masing-masing sektor, misalnya sektor keuangan, pertambangan,
pertanian, pertambangan, industri dasar, aneka industri, konsumsi, properti,
infrastruktur, keuangan, perdagangan dan jasa, dan manufaktur.
3. Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG (Composite Stock Price Index),
menggunakan semua saham yang tercatat sebagai komponen penghitungan
indeks.
4. Indeks LQ 45, yaitu indeks yang terdiri 45 saham pilihan dengan mengacu
kepada 2 variabel yaitu likuiditas perdagangan dan kapitalisasi pasar.
Setiap 6 bulan terdapat saham-saham baru yang masuk kedalam LQ 45
tersebut.
5. Indeks Syariah atau JII (Jakarta Islamic Index). JII merupakan indeks yang
terdiri 30 saham mengakomodasi syariat investasi dalam Islam atau Indeks
yang berdasarkan syariah Islam. Dengan kata lain, dalam Indeks ini
dimasukkan saham-saham yang memenuhi kriteria investasi dalam syariat
Islam. Saham-saham yang masuk dalam Indeks Syariah adalah emiten yang
kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah.
1. Indeks Harga Saham Gabungan
Indeks harga saham gabungan pertama kali diperkenalkan tanggal 1 April 1983
sebagai indikator pergerakan harga saham yang tercatat di bursa. Hari dasar
perhitungan indeks adalah tanggal 10 Agustus 1982 dengan nilai 100. Sedangkan
jumlah emiten yang tercatat waktu itu adalah 13 emiten. IHSG diterbitkan oleh
indeks tersebut masih kalah manfaatnya dibanding indeks harga saham parsial.
(Samsul 2006: 185)
2. Indeks Harga Saham Sektoral
Indeks sektoral BEI adalah sub indeks dari IHSG. Semua saham yang tercatat
di BEI diklasifikasikan ke dalam sembilan sektor menurut klasifikasi industri yang
telah ditetapkan BEI yang diberi nama JASICA (Jakarta Industrial Classification).
Ke sembilan sektor tersebut adalah:
A. Sektor-sektor Primer (ekstraktif) • Sektor 1 : Pertanian
• Sektor 2 : Pertambangan
B. Sektor-sektor Sekunder (Industri Pengolahan / Manufaktur) • Sektor 3 : Industri Dasar dan Kimia
• Sektor 4 : Aneka Industri
• Sektor 5 : Industri Barang Konsumsi
C. Sektor-sektor Tersier (Industri Jasa / Non-Manufaktur) • Sektor 6 : Properti dan Real Estate
• Sektor 7 : Transportasi dan Infrastrukur • Sektor 8 : Keuangan
• Sektor 9 : Perdagangan, Jasa, dan Investasi.
Indeks sektoral diperkenalkan tanggal 2 Januari 1996 dengan nilai awal indeks
adalah 100 untuk setiap sektor dan menggunakan hari dasar tanggal 28 Desember
1995.
Pasar modal yang efisien adalah pasar modal yang berisi sekuritas yang
nilai pasarnya selalu menyesuaikan secara cepat dan langsung apabila terjadi
perubahan nilai intrinsik dari asset yang menjadi dasar dikeluarkannya
sekuritas tersebut. Jadi apabila saham suatu perusahaan tidak berubah harga
pasarnya padahal perusahaan tersebut mengalami suatu kondisi yang
mempengaruhi bisnisnya dan informasi tentang hal itu telah tersebar kepada
publik, berarti pasar modal itu tidak lah efisien. Pasar modal yang efisien
diasumsikan berisi investor yang selalu berusaha mengejar keuntungan
sebesar-besarnya, tidak mau melewatkan kesempatan sekecil apa pun untuk
memperoleh laba, serta cukup pintar dalam mengolah dan mengakses data
perusahaan sehingga apabila ada informasi yang dapat dipergunakannya untuk
memperoleh untung maka segera akan direalisasikan.lnformasi yang langsung
berkaitan dengan kondisi perusahaan adalah informasi penting yang menjadi
acuan utama dalam strategi investasinya. Informasi lain seperti adanya pola
berulang dari harga saham dapat pula digunakannya untuk meraup untung
sebesar-besarnya. Akibat adanya investor seperti di atas tercermin pada pola
pergerakan harga saham yang tak beraturan (random walk). Random walk
menjadi ciri pasar modal efisien. Secara umum, investor biasanya melakukan
teknikal analisis dalam memutuskan investasi saham. Charting, melihat pola
berulang harga saham, dikaitkan dengan faktor-faktor lain yang kadang tidak
masuk akal seperti pemilu presiden di Amerika, partai apa yang menang
F. Hipotesa Pasar Efisien
Bentuk efisiensi pasar tidak hanya dapat ditinjau dari segi ketersediaan
informasinya saja, tetapi juga dilihat dari kecanggihan pelaku pasar dalam
pengambilan keputusan berdasarkan analisis dari informasi yang tersedia. Pasar
efisien yang ditinjau dari sudut informasi saja disebut dengan efisiensi pasar secara
informasi. Sedangkan pasar efisien yang ditinjau dari sudut kecanggihan pelaku
pasar dalam mengambil keputusan berdasarkan informasi yang tersedia disebut
efisiensi pasar secara keputusan (decisionally efficient market).
Tiga macam bentuk utama dari efisiensi pasar berdasarkan bentuk
informasi, yaitu informasi masa lalu, informasi sekarang yang sedang
dipublikasikan, dan informasi privat sebagai berikut ini:
1. Efisiensi Pasar Bentuk Lemah (weak form)
Pasar dikatakan efisiensi dalam bentuk lemah jika harga dari sekuritas
tercermin secara penuh (fully reflect) informasi masa lalu. Informasi masa lalu ini
merupakan informasi yang sudah terjadi. Bentuk efisiensi pasar secara lemah ini
berkaitan dengan teori langkah acak (random walk theory) yang menyatakan
bahwa data masa lalu tidak berhubungan dengan nilai sekarang. Jika pasar efisien
secara bentuk lemah, maka nilai-nilai masa lalu tidak dapat digunakan untuk
memprediksi harga sekarang. Bila ini benar, maka segala bentuk Teknikal Analisis
tidak berguna sama sekali.
2. Efisiensi Pasar Bentuk Setengah Kuat (semi strong form)
Pasar dikatakan efisien setngah kuat jika harga sekuritas secara penuh
avaiable information) termasuk informasi yang berada di laporan-laporan
keuangan perusahaan. Laporan yang dipublukasikan dapat berupa :
a. Informasi yang dipublikasikan yang hanya mempengaruhi harga sekuritas
dari perusahaan yang mempublikasikan informasi tersebut. Informasi ini
umumnya berhubungan dengan peristiwa yang terjadi di perusahaan emiten
(corporate event) seperti pengumuman laba, pembagian deviden,
pengembangan produk baru, merger dan akuisisi, pergantian pemimpin
perusahaan dan lain sebagainya.
b. Informasi yang dipublikasikan yang mempengaruhi harga sekuritas
sejumlah perusahaan. Informasi yang dipublikasikan dapat berupa
peraturan pemerintah atau peraturan dari regulator yang hanya berdampak
pada harga sekuritas perusahaan-perusahaan yang terkena regulasi tersebut.
c. Informasi yang dipublikasikan yang mempengaruhi harga sekuritas semua
perusahaan yang terdaftar di pasar saham. Informasi ini dapat berupa
peraturan pemerintah atau peraturan dari regulator yang berdampak ke
semua perusahaan emiten.
Bila hal ini benar, maka semua bentuk Teknikal Analisis dan Fundamental
Analisis tidak bisa memberikan nilai tambah.
3. Efisiensi Pasar Bentuk Kuat (strong form)
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga sekuritas secara penuh
mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang tersedia termasuk informasi
dapat memperoleh keuntungan tidak normal (abnormal return) karena mempunyai
informasi privat.
G. Anomali Pasar (Market Anomalies)
Dalam membahas pengujian pasar efisien, maka tidak terlepas dari adanya
ketidak-teraturan (anomali) yang ada yang terkait dengan pasar efisien. Anomali
disini adalah salah satu bentuk dari fenomena yang ada di pasar. Pada anomali
ditemukan hal-hal yang seharusnya tidak ada bilamana dianggap bahwa pasar
efisien benar-benar ada. Artinya, suatu peristiwa (event) dapat dimanfaatkan untuk
memperoleh abnormal return. Dengan kata lain, seorang investor dimungkinkan
memperoleh abnormal return dengan mengandalkan suatu peristiwa tertentu.
Anomali yang ada, tidak hanya ditemukan pada satu jenis bentuk pasar efisien saja,
tetapi ditemukan pada bentuk pasar efisien yang lain. Artinya, bukti empiris
adanya anomali di pasar modal muncul pada semua bentuk pasar efisien, walaupun
kebanyakan ditemukan pada bentuk efisien bentuk semi kuat (semi strong).
Pengujian berbasis ada tidaknya anomali menggunakan model pendekatan uji ke
belakang (back tested method). Peneliti melakukan pengujian untuk menjawab
pertanyaan bagaimana data historis (hystorical price data) bergerak atau berubah
sebagai konsekuensi dari adanya kejadian atau pengamatan.
Dalam teori keuangan, dikenal sedikitnya empat macam anomali pasar.
Keempat anomali tersebut adalah anomali perusahaan (firm anomalies), anomali
musiman (seasonal anomalies), anomali peristiwa atau kejadian (event anomalies),
Tabel 2.1
Ringkasan Anomali Pasar
No Kelompok Jenis Khusus Keterangan 1 Anomali
Peristiwa
1. Analysts'
Recomendation
Semakin banyak analis
merekomendasikan untuk membeli suatu
saham, semakin tinggi peluang harga
akan turun.
2. Insider Trading Semakin banyak saham yang dibeli oleh
insiders, semakin tinggi kemungkinan
harga akan naik.
3. Listings Harga sekuritas cenderung naik setelah
perusahaan mengumumkan akan
melakukan pencatatan saham di bursa.
4. Value Line
Ratings Changes
Harga sekuritas akan terus naik setelah
Value Line menempatkan rating
perusahaan pada urutan tinggi.
2 Anomali
Musiman
1. January Harga sekuritas cenderung naik di bulan
Januari, khususnya di hari-hari pertama.
2. Week-end Harga sekuritas cenderung naik pada hari
Jumat dan turun hari Senin.
3. Time of Day Harga sekuritas cenderung naik di 45
menit pertama dan 15 menit terakhir
perdagangan.
4. End of Month Harga sekuritas cenderung naik di
hari-hari akhir tiap bulan.
5. Seasonal Saham perusahaan dengan penjualan
musiman tinggi cenderung naik selama
musim ramai.
6. Holidays Ditemukan return positif pada hari
Lanjutan...
No Kelompok Jenis Khusus Keterangan
3 Anomali
Perusahaa n
1. Size Return pada perusahaan kecil cenderung
lebih besar walaupun sudah disesuaikan
dengan resiko.
2. Closed-end
Mutual funds
Return pada close-end funds yang dijual
dengan potongan cenderung lebih tinggi.
3. Neglect Perusahaan yang tidak diikuti oleh
banyak analis cenderung menghasilkan
return lebih tinggi.
4. Institutional
Holdings
Perusahaan yang dimiliki oleh sedikit
institusi cenderung memiliki return yang
lebih tinggi.
4 Anomali
Akuntansi
1. P/E Saham dengan P/E ratio rendah
cenderung memiliki return yang lebih
tinggi.
2. Earnings
Surprise
Saham dengan capaian earnings lebih
tinggi dari yang diperkirakan cenderung
mengalami peningkatan harga.
3. Price/Sales Jika rasionya rendah cenderung
berkinerja lebih baik.
4. Price/Book Jika rasionya rendah cenderung
berkinerja lebih baik.
5. Devidend Yield Jika yield-nya tinggi cenderung
berkinerja lebih baik.
6. Earnings
Momentum
Saham perusahaan yang tingkat
pertumbuhan earnings-nya meningkat
cenderung berkinerja lebih baik.
H. Holiday Effect
Banyak peristiwa yang dapat mempengaruhi harga saham di pasar begitu
peristiwa itu terjadi. Peristiwa-peristiwa tersebut memiliki karakterisktik yang
berbeda. Peristiwa corporate action seperti split, right issue, waran, saham bonus,
saham deviden, dan deviden tunai mempunyai pengaruh terhadap harga saham
tetapi lamban. Peristiwa insidentil yang mencakup ledakan bom, kerusuhan massa
dalam pergantian Presiden, peperangan yang dilakukan oleh negara besar, embargo
ekonomi, dan kenaikan harga bahan bakar di pasar internasional berdampak drastis
terhadap harga saham. Investor yang banyak mempelajari dampak suatu peristiwa
terhadap harga saham akan bertindak cepat dalam mengambil keputusan jual atau
beli begitu peristiwa serupa terjadi. Besarnya dampak suatu peristiwa terhadap
setiap jenis saham tidaklah sama. Investor selalu menggunakan “return” sebagai
tolak ukurnya. (Samsul 2006: 274)
Holiday effect adalah salah satu bagian dari event effect. Satu atau lebih
liburan penting dalam kalender mengandung holiday effect dimana pendapatan
saham di hari-hari menjelang libur jauh lebih tinggi dibanding hari-hari biasa.
BAB III
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Bursa Efek Indonesia
Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar
modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada
tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia
Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC.
Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan
pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada
beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut
disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan
kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan
berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan
sebagimana mestinya.
Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun
1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring
dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.
Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat
sebagai berikut:
a. 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia
oleh Pemerintah Hindia Belanda.
c. 1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa
Efek di Semarang dan Surabaya
d. Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di
Semarang dan Surabaya ditutup.
e. 1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia
II
f. 1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar
Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman
Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo).
Instrumen yang diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950)
g. 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin
tidak aktif.
h. 1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.
i. 10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto.
BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal).
Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan
kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen
Cibinong sebagai emiten pertama.
j. 1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten
hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen
k. 1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang
memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran
Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.
l. 1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal
diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat
meningkat.
m. 2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola
oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan
organisasinya terdiri dari broker dan dealer.
n. Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES
88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan
beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.
o. 16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola
oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.
p. 13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan
Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.
q. 22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan
sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).
r. 10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan
mulai Januari 1996.
t. 2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai
diaplikasikan di pasar modal Indonesia.
u. 2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote
trading).
v. 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta
(BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
B. Sektor Agriculture
Perusahaan yang termasuk dalam sektor Agrikultur adalah:
1. Bisi International Tbk
2. Astra Agro Lestari Tbk
3. Bakrie Sumatra Plantations Tbk
4. Gozco Plantations Tbk
5. PP London Sumatera Tbk
6. Sampoerna Agro Tbk
7. SMART Tbk
8. Tunas Baru Lampung Tbk
9. Cipendawa Agroindustri Tbk
10. Multibreeder Adirama Ind. Tbk
11. Bahtera Adimina Samudra Tbk
12. Central Proteinaprima Tbk
13. Dharma Samudera Fishing
Industries Tbk
14. Inti Agri Resources Tbk
15. Bumi Teknokultura Unggul Tbk
C. Sektor Basic Industry and Chemical
Perusahaan yang termasuk dalam sektor Industri Dasar dan Kimia adalah :
1. Holcim Indonesia Tbk
2. Indocement Tunggal Prakasa
Tbk
3. Semen Gresik (Persero) Tbk
4. Arwana Citramulia Tbk
5. Asahimas Flat Glass Tbk
6. Intikeramik Alamasri Industri
Tbk
7. Keramika Indonesia Assosiasi
Tbk.
8. Mulia Industrindo Tbk
9. Surya Toto Indonesia Tbk
10. Alumindo Light Metal Industry
Tbk
11. Betonjaya Manunggal Tbk
12. Citra Tubindo Tbk
14. Itamaraya Gold Industri Tbk.
15. Jakarta Kyoei Steel Works Tbk
16. Jaya Pari Steel Tbk
17. Lion Metal Works Tbk
18. Lionmesh Prima Tbk
19. Pelangi Indah Canindo Tbk
20. Tembaga Mulia Semanan Tbk
21. Budi Acid Jaya Tbk
22. Duta Pertiwi Nusantara Tbk
23. Ekadharma International Tbk
24. Eterindo Wahanatama Tbk
25. Indo Acidatama Tbk
26. Intanwijaya Internasional Tbk
27. Sorini Agro Asia Corporinndo
Tbk
28. Tri Polyta Indonesia Tbk
29. Unggul Indah Cahaya Tbk
30. Aneka Kemasindo Utama Tbk
31. Argha Karya Prima Ind. Tbk
32. Asiaplast Industries Tbk
33. Berlina Tbk
34. Dynaplast Tbk
35. Kageo Igar Jaya Tbk
36. Leyand International Tbk
37. Sekawan Intipratama Tbk
38. Siwani Makmur Tbk
39. Titan Kimia Nusantara Tbk
40. Trias Sentosa Tbk
41. Tunas Alfin Tbk. (A)
42. Tunas Alfin Tbk. (B)
43. Yanaprima Hastapersada Tbk
44. Charoen Pokphand Indonesia
Tbk
45. JAPFA Comfeed Indonesia Tbk
46. Malindo Feedmill Tbk
47. Sierad Produce Tbk
48. Barito Pacific Tbk
49. Daya Sakti Unggul Corporation
Tbk
50. Sumalindo Lestari Jaya Tbk
51. Surya Dumai Industri Tbk *
52. Tirta Mahakam Resources Tbk
53. Fajar Surya Wisesa Tbk
54. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk
55. Kertas Basuki Rachmat Ind. Tbk
56. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk
57. Suparma Tbk
58. Surabaya Agung Industry Pulp
Tbk
59. Toba Pulp Lestari Tbk.
D. Sektor Consumer Goods:
Perusahaan yang termasuk dalam sektor barang-barang konsumsi adalah :
1. Ades Waters Indonesia Tbk
2. Aqua Golden Mississippi Tbk
3. Cahaya Kalbar Tbk
4. Davomas Abadi Tbk
5. Delta Djakarta Tbk
6. Indofood Sukses Makmur Tbk
7. Mayora Indah Tbk
8. Multi Bintang Indonesia Tbk
9. Prasidha Aneka Niaga Tbk
11. Sekar Laut Tbk
12. Siantar Top Tbk
13. Suba Indah Tbk *
14. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
15. Ultra Jaya Milk Tbk
16. BAT Indonesia Tbk
17. Bentoel International Investama
Tbk
18. Gudang Garam Tbk
19. HM Sampoerna Tbk
20. Bristol-Myers Squibb Indonesia
(PS) Tbk
21. Bristol-Myers Squibb Indonesia
Tbk
22. Darya-Varia Laboratoria Tbk
23. Indofarma Tbk
24. Kalbe Farma Tbk
25. Kimia Farma Tbk
26. Merck Tbk
27. Pyridam Farma Tbk
28. Schering Plough Indonesia Tbk
29. Tempo Scan Pacific Tbk
30. Mandom Indonesia Tbk
31. Mustika Ratu Tbk
32. Sara Lee Body Care Indonesia
Tbk
33. Unilever Indonesia Tbk
34. Kedaung Indah Can Tbk
35. Kedawung Setia Industrial Tbk
36. Langgeng Makmur Industri Tbk
E. Sektor Finance
Perusahaan yang termasuk dalam sektor Keuangan adalah :
1. Bank Agroniaga Tbk.
2. Bank Artha Graha Internasional
Tbk
3. Bank Bukopin Tbk
4. Bank Bumi Artha tbk
5. Bank Bumiputera Indonesia Tbk
6. Bank Capital Indonesia Tbk
7. Bank Central Asia Tbk
8. Bank Century Tbk
9. Bank CIMB Niaga Tbk
10. Bank Danamon Indonesia Tbk
11. Bank Ekonomi Raharja Tbk.
12. Bank Eksekutif Internasional
Tbk
13. Bank Himpunan Saudara 1906
Tbk
14. Bank International Indonesia
Tbk
15. Bank Kesawan Tbk
16. Bank Lippo Tbk
17. Bank Mandiri (Persero) Tbk
18. Bank Mayapada Tbk
19. Bank Mega Tbk
20. Bank Negara Indonesia Tbk
21. Bank OCBC NISP Tbk
22. Bank Nusantara Parahyangan
Tbk
23. Bank Pan Indonesia Tbk
25. Bank Rakyat Indonesia (Persero)
Tbk
26. Bank Swadesi Tbk
27. Bank Tabungan Pensiunan
Nasional Tbk
28. Bank UOB Buana Tbk
29. Bank Victoria International Tbk
30. Bank Windu Kentjana Int'l Tbk
31. Adira Dinamika Multi Finance
Tbk
32. BFI Finance Indonesia Tbk
33. Buana Finance Tbk
34. Clipan Finance Indonesia Tbk
35. Danasupra Erapacific Tbk
36. Duta Kirana Finance Tbk.
37. Indo Citra Finance Tbk
38. Mandala Multifinance Tbk
39. Trust Finance Indonesia Tbk
40. Verena Oto Finance Tbk
41. Wahana Ottomitra Multiartha
Tbk
42. Asia Kapitalindo Securities Tbk
43. HD Capital Tbk
44. J J NAB Capital Tbk
45. Kresna Graha Sekurindo Tbk
46. Panca Global Securities Tbk
47. Panin Sekuritas Tbk
48. Reliance Securities Tbk
49. Trimegah Securities Tbk
50. Yulie Sekurindo Tbk
51. Asuransi Bina Dana Arta Tbk
52. Asuransi Bintang Tbk
53. Asuransi Dayin Mitra Tbk
54. Asuransi Harta Aman Pratama
Tbk
55. Asuransi Jasa Tania Tbk
56. Asuransi Multi Artha Guna Tbk
57. Asuransi Ramayana Tbk
58. Lippo General Insurance Tbk
59. Maskapai Reasuransi Ind. Tbk
60. Panin Insurance Tbk
61. Panin Life Tbk
62. Arthavest Tbk
63. Bhakti Capital Indonesia Tbk
64. Capitalinc Investment Tbk
65. Equity Development Investama
Tbk
66. Lippo Securities Tbk
67. Pacific Utama Tbk
68. Pan Pacific International Tbk
69. Sinar Mas Multiartha Tbk
F. Sektor Infrastructure and Transportation
Perusahaan yang termasuk dalam sektor Infrastruktur dan Transportasi adalah :
1. Perusahaan Gas Negara (Persero)
Tbk
2. Citra Marga Nusaphala Persada
Tbk
3. Jasa Marga Tbk
4. Nusantara Infrastructure Tbk
5. Bakrie Telecom Tbk
7. Indosat Tbk
8. Infoasia Teknologi Global Tbk
9. Mobile-8 Telecom Tbk.
10. Telekomunikasi Indonesia Tbk
11. Arpeni Pratama Ocean Line Tbk
12. Berlian Laju Tanker Tbk
13. Centris Multi Persada Pratama
Tbk
14. Humpuss Intermoda
Transportasi Tbk
15. Indonesia Air Transport Tbk
16. Jasa Angkasa Semesta Tbk.
17. Mitra Rajasa Tbk
18. Panorama Transportasi Tbk
19. Pelayaran Tempuran Emas Tbk
20. Rig Tenders Tbk
21. Rukun Raharja Tbk
22. Samudera Indonesia Tbk
23. Steady Safe Tbk
24. Trada Maritime Tbk
25. Zebra Nusantara Tbk
26. Bukaka Teknik Utama Tbk.
27. Darma Henwa Tbk
28. Indika Energy Tbk
29. Truba Alam Manunggal
Engineering Tbk
G. Sektor Miscellaneous
Perusahaan yang termasuk dalam sektor Aneka Industri adalah :
1. Allbond Makmur Usaha
2. Astra International Tbk
3. Astra Otoparts Tbk
4. Gajah Tunggal Tbk
5. Goodyear Indonesia Tbk
6. Indo Kordsa Tbk
7. Indomobil Sukses Internasional
Tbk
8. Indospring Tbk
9. Multi Prima Sejahtera Tbk
10. Multistrada Arah Sarana Tbk
11. Nipress Tbk
12. Prima Alloy Steel Tbk
13. Selamat Sempurna Tbk
14. Apac Citra Centertex Tbk
15. Argo Pantes Tbk
16. Centex (Preferred Stock) Tbk
17. Centex Saham Seri B Tbk
18. Delta Dunia Petroindo Tbk
19. Eratex Djaja Tbk
20. Ever Shine Textile Industry Tbk
21. Hanson International Tbk
22. Hanson International Seri B Tbk
23. Indorama Synthetics Tbk
24. Karwell Indonesia Tbk
25. Nusantara Inti Corpora Tbk
26. Pan Brothers Tex Tbk
27. Panasia Filament Inti Tbk
28. Panasia Indosyntec Tbk
29. Polychem Indonesia Tbk
30. Polysindo Eka Perkasa Tbk
31. Ricky Putra Globalindo Tbk
32. Roda Vivatex Tbk
34. Teijin Indonesia Fiber Tbk
35. Texmaco Jaya Tbk
36. Unitex Tbk.
37. Primarindo Asia Infrastructur
Tbk
38. Sepatu Bata Tbk
39. Surya Intrindo Makmur Tbk
40. Jembo Cable Company Tbk
41. Kabelindo Murni Tbk
42. KMI Wire and Cable Tbk
43. Sucaco Tbk
44. Sumi Indo Kabel Tbk
45. Voksel Electric Tbk
46. Sat Nusapersada Tbk
47. Ratu Prabu Energi Tbk
H. Sektor Mining
Perusahaan yang termasuk dalam sektor Pertambangan adalah:
1. Adaro Energy Tbk.
2. ATPK Resources Tbk
3. Bayan Resources Tbk
4. Bumi Resources Tbk
5. Indo Tambangraya Megah Tbk
6. Perdana Karya Perkasa Tbk.
7. Petrosea Tbk
8. Resource Alam Indonesia Tbk
9. Tambang Batubara Bukit Asam
Tbk
10. Apexindo Pratama Duta Tbk
11. Elnusa Tbk.
12. Energi Mega Persada Tbk
13. Medco Energi International Tbk
14. Radiant Utama Interinsco Tbk
15. Aneka Tambang (Persero) Tbk
16. Cita mineral Investindo Tbk
17. International Nickel
IndonesiaTbk
18. Timah Tbk
19. Central Korporindo
Internasional Tbk
20. Citatah Industri Marmer Tbk
21. Mitra Investindo Tbk
I. Sektor Property
Perusahaan yang termasuk dalam sektor Properti adalah :
1. Alam Sutera Realty Tbk
2. Bakrieland Development
Tbk
3. Bekasi Asri Pemula Tbk
4. Bhuwanatala Indah Permai
Tbk
5. Bintang Mitra Semestaraya
Tbk
6. Bukit Darmo Property Tbk
7. Bumi Serpong Damai Tbk
8. Ciputra Development Tbk
10. Ciputra Surya Tbk
11. Citra Kebun Raya Agri Tbk
12. Cowell Development Tbk
13. Danayasa Arthatama Tbk.
14. Duta Anggada Realty Tbk
15. Duta Pertiwi Tbk
16. Fortune Mate Indonesia Tbk
17. Global Land Development
Tbk
18. Gowa Makassar Tourism
Development Tb
19. Indonesia Prima Property
Tbk
20. Intiland Development Tbk
21. Jaka Inti Realtindo Tbk
22. Jakarta Int'l Hotel & Dev.
Tbk
23. Jaya Real Property Tbk
24. Kawasan Industri Jababeka
Tbk
25. Laguna Cipta Griya Tbk.
26. Lamicitra Nusantara Tbk
27. Lippo Cikarang Tbk
28. Lippo Karawaci Tbk
29. Modernland Realty Ltd. Tbk
30. New Century Development
Tbk
31. Pakuwon Jati Tbk
32. Panca Wiratama Sakti Tbk
33. Perdana Gapuraprima Tbk
34. Ristia Bintang Mahkotasejati
Tbk
35. Royal Oak Development
Asia Tbk
36. Sentul City Tbk
37. Summarecon Agung Tbk
38. Suryainti Permata Tbk
39. Suryamas Dutamakmur Tbk
40. Adhi Karya (Persero) Tbk
41. Duta Graha Indah Tbk
42. Jaya Konstruksi Manggala
Pratama Tbk.
43. Surya Semesta Internusa
Tbk
44. Total Bangun Persada Tbk
45. Wijaya Karya (Persero) Tbk
J. Sektor Trade and Services
Perusahaan yang termasuk dalam sektor Perdagangan dan Jasa adalah :
1. AGIS Tbk
2. Akbar Indo Makmur Stimec Tbk
3. AKR Corporindo Tbk
4. Asia Natural Resources Tbk
5. Colorpak Indonesia Tbk
6. Dayaindo Resources
International Tbk
7. Enseval Putra Megatrading Tbk
8. FKS Multi Agro Tbk
9. Hexindo Adiperkasa Tbk
10. Inter Delta Tbk
11. Intraco Penta Tbk