UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
Interaksi Sosial Warga Kompleks Perumahan
(Studi Deskriptif di Perumahan Bukit Johor Mas, Kelurahan Pangkalan Masyhur Kecamatan Medan Johor)
SKRIPSI
Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara Oleh:
Ryan Parlindungan Nasution Nim : 060901016
DEPARTEMEN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Skripsi ini berawal dari sebuah pertanyaan “Bagaimana Interaksi Sosial Warga Komplek Perumahan Bukit Johor Mas?”. Komplek perumahan adalah suatu bangunan perumahan yang dikelilingi oleh tembok dan adanya tapal batas yaitu gerbang perumahan sebagai akses masuk dimana manusia tinggal didalamnya dan melangsungkan kehidupannya. Disamping itu, rumah juga merupakan tempat dimana berlangsung proses sosialisasi pada saat seorang individu diperkenalkan kepada norma dan adat kebiasaan yang berlaku di dalam suatu masyarakat, rumah juga tempat individu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Salah satu kebutuhan manusia adalah rasa nyaman dan aman. Hubungan sosial yang terjalin diantara warga komplek perumahan Bukit Johor Mas berjalan sangat terbatas. Hal ini terjadi karena faktor pekerjaan, mereka kebanyakan bekerja dari pagi hinga sore hari. Nuansa kehidupan perkotaan juga turut mewarnai kehidupan warga komplek perumahan Bukit Johor Mas karena lokasi perumahan tersebut berada dekat dengan keramaian kota, kehidupan egois dan individualis masih sangat terasa. Misalnya sesama tetangga bisa tidak saling mengenal.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah pendekatan deskriptif dimana penulis mencari fakta-fakta, fenomena tentang interaksi sosial warga komplek perumahan Bukit Johor Mas, keberadaan, karakteristik dan kegiatan yang dilakukan setiap hari serta interaksi yang terjadi antara warga komplek perumahan dengan masyarakat luar komplek, dan antar sesama warga komplek dalam kehidupan sehari-hari.Warga komplek perumahan Bukit Johor Mas adalah masyarakat yang hidup menetap di dalam komplek perumahan Bukit Johor Mas, oleh sebab itu penelitian dilakukan di Penelitian ini dilakukan di komplek perumahan Bukit Johor Mas Kelurahan Pangkalan Mansyur Kec. Medan Johor Kota Medan. Adapun alasan pemilihan lokasi di komplek perumahan bukit johor mas karena: 1). Bukit Johor Mas di Kelurahan pangkalan mansyur adalah tempat tinggal para warga komplek perumahan Bukit Johor Mas, 2). Lokasi tersebut mudah dijangkau oleh peneliti sehingga dapat menghemat tenaga, waktu dan biaya.
DAFTAR ISI
Abstraksi ... i
Kata Pengantar ... ii
Daftar Isi ... v
Daftar Tabel ... vii
BAB I : PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II : KAJIAN PUSTAKA 2.1. Interaksi Sosial... 8
2.1.1. Pengertian Interaksi Sosial11 2.1.2. Aspek-Aspek Interaksi Sosial. ... 13
2.1.3. Macam-macam Interaksi Sosial ... 15
2.1.4. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam Interaksi Sosial...16
2.1.5. Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial ………..18
2.1.6. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial ………...22
2.2. Kelompok Sosial ... 24
2.3. Teori Mengenai Komplek Perumahan ………25
2.4. Definisi Konsep ………..29
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ………..32
3.2. Lokasi Penelitian ………....34
3.3. Unit Analisis dan Informan ………34
3.5. Interpretasi Data ……….38
3.6. Jadwal Kegiatan ……….39
3.7. Keterbatasan Penelitian ………..40
BAB IV : DESKRIPSI LOKASI DAN INTERPRETASI DATA 4.1. Deskripsi Lokasi ……….41
4.1.1. Kelurahan Pangkalan Masyhur dan Gambaran Umum Penduduk………...41
4.1.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis………...42
4.1.3.Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama………..…..43
4.1.4.Komposisi Penduduk Berdasarkan TingkatPendidikan...44
4.1.5.Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian …...45
4.2.Sarana dan Prasarana Sosial di Kelurahan Pangkalan Masyhur…47 4.2.1.Sarana Pendidikan ………...47
4.2.2. Sarana Kesehatan ………...48
4.2.3.Sarana Peribadatan ………...….49
4.3.Komplek Perumahan Bukit Johor Mas ………...50
4.4. Alasan Informan Bermukim di Komplek Perumahan Bukit Johor Mas ………..…...51
4.5.Kodisi Sosial Komplek Perumahan Bukit Johor Mas…………....54
4.6.Profil Informan………...55
4.7. Interaksi Sosial Warga Komplek Perumahan Bukit Johor Mas...59
4.8. Interaksi Sosial Warga Komplek Perumahan Bukit Johor Mas Dengan Masyarkat Sekitar Komplek Perumahan ………...63
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ... …79
5.2. Saran ... …83
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
Skripsi ini berawal dari sebuah pertanyaan “Bagaimana Interaksi Sosial Warga Komplek Perumahan Bukit Johor Mas?”. Komplek perumahan adalah suatu bangunan perumahan yang dikelilingi oleh tembok dan adanya tapal batas yaitu gerbang perumahan sebagai akses masuk dimana manusia tinggal didalamnya dan melangsungkan kehidupannya. Disamping itu, rumah juga merupakan tempat dimana berlangsung proses sosialisasi pada saat seorang individu diperkenalkan kepada norma dan adat kebiasaan yang berlaku di dalam suatu masyarakat, rumah juga tempat individu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Salah satu kebutuhan manusia adalah rasa nyaman dan aman. Hubungan sosial yang terjalin diantara warga komplek perumahan Bukit Johor Mas berjalan sangat terbatas. Hal ini terjadi karena faktor pekerjaan, mereka kebanyakan bekerja dari pagi hinga sore hari. Nuansa kehidupan perkotaan juga turut mewarnai kehidupan warga komplek perumahan Bukit Johor Mas karena lokasi perumahan tersebut berada dekat dengan keramaian kota, kehidupan egois dan individualis masih sangat terasa. Misalnya sesama tetangga bisa tidak saling mengenal.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah pendekatan deskriptif dimana penulis mencari fakta-fakta, fenomena tentang interaksi sosial warga komplek perumahan Bukit Johor Mas, keberadaan, karakteristik dan kegiatan yang dilakukan setiap hari serta interaksi yang terjadi antara warga komplek perumahan dengan masyarakat luar komplek, dan antar sesama warga komplek dalam kehidupan sehari-hari.Warga komplek perumahan Bukit Johor Mas adalah masyarakat yang hidup menetap di dalam komplek perumahan Bukit Johor Mas, oleh sebab itu penelitian dilakukan di Penelitian ini dilakukan di komplek perumahan Bukit Johor Mas Kelurahan Pangkalan Mansyur Kec. Medan Johor Kota Medan. Adapun alasan pemilihan lokasi di komplek perumahan bukit johor mas karena: 1). Bukit Johor Mas di Kelurahan pangkalan mansyur adalah tempat tinggal para warga komplek perumahan Bukit Johor Mas, 2). Lokasi tersebut mudah dijangkau oleh peneliti sehingga dapat menghemat tenaga, waktu dan biaya.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya mempunyai kebutuhan–
kebutuhan, baik kebutuhan material maupun spiritual. Kebutuhan itu bersumber dari
dorongan-dorongan alamiah yang dimiliki setiap manusia semenjak dilahirkan.
Lingkungan hidup merupakan sarana di mana manusia berada sekaligus menyediakan
kemungkinan-kemungkinan untuk dapat mengembangkan kebutuhan-kebutuhan.
Oleh karena itu, antara manusia dengan lingkungan hidup terdapat hubungan
yang saling mempengaruhi. Hubungan-hubungan sosial yang terjadi secara dinamis
yang menyangkut hubungan antara individu dengan individu, individu dengan
kelompok, atau kelompok dengan kelompok dan berhubungan satu dengan yang lain
disebut dengan interaksi sosial (Gillin dan Gillin: 1954).
Interaksi sosial adalah syarat utama bagi terjadinya aktifitas sosial dan
hadirnya kenyataan sosial, kenyataan sosial didasarkan pada motivasi individu dan
tindakan-tindakan sosialnya. Ketika berinteraksi seorang individu atau kelompok
sosial sebenarnya tengah berusaha atau belajar bagaimana memahami tindakan sosial
seorang individu atau kelompok sosial lain, perilaku sosial adalah hal yang dilakukan
seorang individu atau kelompok sosial di dalam interaksi dan dalam situasi tertentu.
Interaksi sosial akan berjalan dengan tertib dan teratur dan anggota masyarakat bisa
berfungsi secara normal, yang diperlukan bukan hanya kemampuan untuk bertindak
secara objektif perilaku pribadinya dipandang dari sudut social masyarakatnya
(Narwoko, 2004:21).
Masyarakat kota memiliki ciri–ciri yang khas yaitu cara hidup yang
cenderung sekuler dengan berorientasi pada kehidupan duniawi yang dominan, jalan
fikiran manusianya sangat rasional dan menggunakan waktu yang sangat teliti dan
cermat. Adapun perilaku individual masyarakat kota sangat dominan dengan pola
interaksi yang didasarkan pada faktor kepentingan dari pada faktor pribadi atau
komunal (Soekanto, 2001:170-171).
Kehidupan kota memiliki daya tarik yang cukup besar bagi masyarakat di
daerah sekitarnya, karena masyarakat kota dianggap sebagai pusat perekonomian,
sehingga masyarakat desa menganggap mudah mencari uang dan mudah mencari
pekerjaan yang sesuai dengan pendidikannya. Selain itu, menurut Goede dalam
(Ilhami : 1990) daya tarik kota yang lain adalah banyaknya fasilitas berupa sarana dan
prasarana baik berupa fasilitas pendidikan, hiburan, transformasi, komunikasi
maupun tempat-tempat rekreasi.
Pertumbuhan kota yang cenderung cepat mengakibatkan kota tidak mampu
menyediakan sarana dan prasarana yang layak dan memadai bagi kehidupan
masyarakat, seperti sarana kesehatan, penerangan, terutama perumahan.
Ketidakmampuan pemerintah menyediakan sarana perumahan yang memadai ini
menimbulkan adanya pemukiman–pemukiman kumuh ( Slum Area ) dan juga
menimbulkan adanya gagasan untuk mendirikan rumah susun ( flat ) dan Komplek
Perumahan (Gated Community), yang di usahakan untuk meningkatkan derajat
Di Sumatera Utara ada lebih dari empat puluh komplek perumahan. Gaya
komplek ini bermacam-macam dari yang terdiri dari rumah saja sampai komplek
eksklusif yang termasuk fasilitas bersenam dan berbelanja. Setiap tahun komplek
perumahan terus berkembang. Komplek perumahan ini dibangun untuk menemuhi
permintaan pasar.
Perkembangan komplek perumahan kian pesat, hampir di seluruh sudut kota
Medan komplek perumahan mulai bermunculan. Kebutuhan masyarakat terhadap
tempat tinggal yang nyaman, tanpa mau repot memikirkan proses pembangunannya
dimanfaatkan pengembang sebagai ceruk usaha yang potensial. Berbagai jenis kluster
perumahan pun berdiri, baik di kota maupun kawasan pinggiran.
Komplek Perumahan adalah suatu bangunan perumahan yang dikelilingi oleh
tembok di mana manusia tinggal didalamnya dan melangsungkan kehidupannya. Di
samping itu, rumah juga merupakan tempat di mana berlangsung proses sosialisasi
pada saat seorang individu diperkenalkan kepada norma dan adat kebiasaan yang
berlaku di dalam suatu masyarakat, juga tempat individu untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Maka tidak mengherankan apabila masalah perumahan menjadi
masalah yang sangat penting bagi setiap individu.
Komplek perumahan yang umumnya dihuni masyarakat dari beragam latar
belakang memaksa penghuninya untuk tetap menjaga jarak. Mereka tidak saling
kenal sebelumnya sehingga belum saling percaya. Mereka sukar bertamu atau
menerima tamu kecuali untuk keperluan tertentu. Desain perumahan yang minim
membuat hubungan yang terbangun antar pemilik rumah hanya hubungan lahiriah
konsekuensi logis dari persinggungan yang tidak disengaja. Sedangkan tradisi tegur
sapa, senda gurau dan kerjasama tidak terbentuk karena mereka merasa mandiri
secara ekonomi. Pandangan seperti ini sering dianggap terjadi di komplek
perumahan.
Fenomena tinggal di komplek perumahan juga memunculkan kekhawatiran
terkait pergaulan antar penghuninya. Masyarakat yang tinggal di komplek perumahan
sering kali terbatasi ruang interaksi sosialnya karena desain perumahan kurang
mendukung. Sebagai barang dagangan, komplek perumahan dibangun dengan
pertimbangan efektif dan efisien. Sebab efisiensi lebih menguntungkan pengembang.
Selain itu, selera masyarakat modern pada sesuatu yang instan, praktis, dan efisien
membuat pengembang menyediakan komplek perumahan yang didesain untuk
memenuhi kebutuhan dasar tempat tinggal.
Sikap permisif bisa saja akan terbangun di komplek perumahan, tentunya ini
akan punya dampak besar terhadap rapuhnya struktur sosial masyarakat. Kerekatan
sosial yang sejak ratusan tahun menjadi ciri khas bangsa Indonesia akan terkikis oleh
proses sosial seperti ini. Masing-masing pemilik rumah tenggelam dalam keasyikan
mengurus keperluan pribadi tanpa peduli urusan warga lain.
Pemukiman berpagar dan kota di dalam kota (yang diurus oleh developer)
dapat memisahkan penduduk setempat dengan para pendatang. Hal ini dikhawatirkan
akan menimbulkan kesenjangan dan kerawanan sosial. Memang mengejutkan bahwa
masyarakat kota (yang bukan miskin) menyenangi kalau pemukimannya berpagar dan
di tembok yang keamanannya dijaga oleh satpam. Developer sangat
daerah tidak mampu menyediakan kebutuhan mereka akan keamanan, kenyamanan
dan penyediaan sarana pemukiman yang baik
Realita yang terjadi di kecamatan Medan Johor telah berkembang fenomena
klaster-klaster perumahan (terutama elite) yang cenderung memisahkan diri dari
lingkungan sekitarnya. Salah satunya adalah perumahan Bukit Johor Mas.
Keterpisahan tersebut bukan sekedar karena hak pemilikan properti, lebih-lebih juga
didorong oleh intensi para developer yang melihat privacy sebagai sebuah nilai jual
yang mahal, khususnya bagi kalangan elit (orang kaya). Begitu kuatnya makna nilai
privacy ini sampai-sampai developer mengembangkan konsep "kota di dalam
kota". Hal ini di satu sisi memprihatinkan, Karena dapat terjadi separasi kelompok
masyarakat secara alamiah lewat bantuan developer yang menangkap dengan cerdas
komoditas elitis itu untuk dijual demi keuntungan ekonomis.
Berangkat dari latar belakang seperti yang telah diuraikan di atas maka
diangkat sebuah skripsi dengan judul "Interaksi Sosial Warga Komplek Perumahan
Bukit Johor Mas, (Studi Deskriptif di Komplek Perumahan Bukit Johor Mas,
Kecamatan Medan Johor).
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka permasalahan yang
dijadikan sebagai obyek penelitian interaksi sosial warga komplek perumahan Bukit
Johor Mas dan masyarakat sekitar komplek perumahan Bukit Johor Mas. Maka
Bagaimana interaksi sosial antar warga komplek perumahan Bukit Johor Mas
dan warga komplek perumahan Bukit Johor Mas dengan masyarakat sekitar komplek
perumahan Bukit Johor Mas?
1.3. Tujuan Penelitian
Mengacu kepada masalah yang telah dirumuskan, maka penelitian ini
bertujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui interaksi sosial antar warga komplek perumahan Bukit
Johor Mas dan warga komplek perumahan dengan masyarakat sekitar
komplek perumahan Bukit Johor Mas
2. Mengungkapkan mengenai interaksi sosial antar warga kompleks
perumahan Bukit Johor Mas dan warga Komplek perumahan Bukit Johor
Mas dengan masyarakat sekitar komplek perumahan Bukit Johor Mas
dengan didasarkan pada pendekatan sosiologis.
1.4. Manfaat Penelitian
Signifikansi penelitian ini adalah : (1) pentingnya pemahaman tentang
perkembangan kota dan perkembangan kehidupan masyarakat yang menyertainya, (2)
memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang sisi lain kehidupan perkotaan
kepada para pembaca dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam mengambil
kebijakan pembangunan dan penataan kota. Maka, manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Secara teoritis manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
a. Memperoleh gambaran yang jelas mengenai interaksi sosial warga komplek
b. Memberikan penjelasan tentang kehidupan warga komplek perumahan Bukit
Johor Mas.
c. Hasil penelitian ini diharapkan menambah khasanah ilmu pengetahuan sosial
khususnya Sosiologi Perkotaan.
d. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi refleksi, sehingga dapat dibaca oleh
siapa saja yang berminat untuk mengetahui interaksi sosial warga komplek
perumahan dan warga komplek perumahan dengan masyarakat sekitar.
2. Manfaat praktis :
a. Untuk lebih memahami permasalahan-permasalahan sosiologis yang muncul di
tengah masyarakat.
b. Sebagai bahan masukan dalam pengambilan kebijakan oleh pemerintah dalam
penanganan permasalahan yang timbul sebagai dampak dari perkembangan kota
terutama dalam pembanguan kompleks perumahan.
c. untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berpikir penulis melalui
karya ilmiah sekaligus penerapan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh yang
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Interaksi Sosial
Dalam kehidupan bersama, antar individu satu dengan individu lainnya terjadi
hubungan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Melalui hubungan itu
individu ingin menyampaikan maksud, tujuan, dan keinginannya masing-masing.
Untuk mencapai keinginan tersebut biasanya diwujudkan dengan tindakan melalui
hubungan timbal balik, hubungan inilah yang disebut dengan interaksi. Menurut
Gillin & Gillin (1954:489) interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis,
menyangkut hubungan antara individu, antara kelompok maupun antara individu
dengan kelompok.
Interaksi terjadi apabila seorang individu melakukan tindakan, sehingga
menimbulkan reaksi dari individu-individu yang lain, karena itu interaksi terjadi
dalam suatu kehidupan sosial. Interaksi pada dasarnya merupakan siklus
perkembangan dari struktur sosial yang merupakan aspek dinamis dalam kehidupan
sosial. Perkembangan inilah yang merupakan dinamika yang tumbuh dari pola-pola
perilaku individu yang berbeda menurut situasi dan kepentingannya masing-masing,
yang diwujudkannya dalam proses hubungan sosial. Hubungan-hubungan sosial itu
pada awalnya merupakan proses penyesuaian nilai-nilai sosial dalam kehidupan
sosial. Kemudian meningkat menjadi semacam pergaulan yang tidak hanya sekedar
pertemuan secara fisik, melainkan merupakan pergaulan yang ditandai adanya saling
hubungan sosial tersebut. Sudah menjadi hukum alam dalam kehidupan individu
bahwa keberadaan dirinya adalah sebagai makhluk individu sekaligus sosial.
Kebutuhan dasar individu untuk melangsungkan kehidupannya membutuhkan
makanan, minuman untuk menjaga kesetabilan suhu tubuhnya dan keseimbangan
organ tubuh yang lain, (kebutuhan biologi), individu membutuhkan juga perasaan
tenang dari ketakutan, keterpencilan, kegelisahan, dan berbagai kebutuhan kejiwaan
lainnya. Kebutuhan individu yang mendasar juga di perlukan ialah kebutuhan untuk
berhubungan dengan individu lain, kebutuhan untuk melanjutkan keturunan,
kebutuhan untuk membuat pertahanan diri agar terhindar dari musuh, kebutuhan
untuk belajar kebudayaan dari lingkungan agar dapat diterima atau diakui
eksistensinya oleh warga masyarakat setempat. Di dalam kehidupan bermasyarakat,
setiap individu terikat dalam struktur-struktur sosial yang ada dalam masyarakatnya.
Masing-masing struktur sosial mengatur kedudukan masing-masing individu dalam
kaitannya dengan kedudukan-kedudukan dari individu yang lain yang secara
keseluruhannya memperhatikan corak corak tertentu yang berada dari struktur sosial
yang lain. Adanya kedudukan-kedudukan yang diatur oleh struktur sosial tersebut
menuntut dan menghasilkan adanya peranan-peranan yang sesuai dengan
kedudukan-kedudukan yang dimiliki masing-masing individu.
Kebutuhan individu akan individu lain mendorong dirinya untuk belajar
pola-pola, rencana-rencana, dan strategi untuk bergaul dengan individu yang lain. Individu
pun mulai belajar memainkan peranan sesuai dengan status yang diakui oleh
lingkungan sosialnya. Status dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu status yang
keras atau diusahakan (achieved status). Ascribed status atau status otomatis adalah
status yang diterima individu secara otomatis sejak individu itu dilahirkan, hal ini
biasanya terjadi karena kedudukan orang tuanya sebagai orang yang terpandang atau
bangsawan. Achieved status atau status disengaja merupakan status yang dicapai
individu melalui usaha-usaha yang disengaja, hal ini tampak dalam usaha pencapaian
cita-cita atau profesi sebagai guru, dokter dan banyak lainnya (Sunarto: 2000).
Interaksi sosial mempunyai korelasi atau hubungan dengan status yaitu bahwa
status memberi bentuk atau pola interaksi. Status dikonsepsikan sebagai posisi
individu atau kelompok individu sehubungan dengan kelompok atau individu lainnya,
status merekomendasikan perbedaan martabat, yang merupakan pengakuan
interpersonal yang selalu meliputi paling sedikit satu individu, yaitu siapa yang
menuntut dan individu lainnya yaitu siapa yang menghormati tuntutan itu. Gejala ini
terlihat misalnya pada hubungan antara atasan dengan bawahannya atau pada
hubungan antara orang tua dengan anak-anak atau yang lebih muda, antara tuan tanah
dengan penggarap, antara orang kaya dengan orang miskin. Dalam hal ini status
memberi bentuk atau pola tertentu dalam interksi sosial. Sebagai mahluk individu
manusia dilahirkan sendiri dan memiliki ciriciri yang berbeda antara yang satu
dengan yang lain.
Perbedaan ini merupakan keunikan dari manusia tersebut. Sebagai mahluk
sosial manusia membutuhkan individu lain untuk memenuhi segala kebutuhannya,
dari sinilah terbentuk kelompok-kelompok yaitu suatu kehidupan bersama individu
dalam suatu ikatan, di mana dalam suatu ikatan tersebut terdapat interaksi sosial dan
proses sosial, interaksi sosial merupakan sarana dalam melakukan hubungan dengan
lingkungan sekitarnya.
2.1.1. Pengertian Interaksi Sosial
Sebagai makhluk individu dan sosial, individu membentuk interaksi sosial
(hubungan sosial) dengan individu lain. Ciri-ciri Hubungan sosial pada masyarakat
khususnya masyarakat kota memiliki hubungan sosial yang longgar, hal ini karena
kota merupakan pemukiman yang relatif besar, padat dan permanen, dihuni oleh
orang-orang yang heterogen keduduka n sosialnya, selain hubungan sosial yang
longgar ciri-ciri hubungan sosial yang lain adalah solidaritas organik (rasa bersatu
atas dasar kontrak atau perjanjian), pembagian kerja komplek, dan sanksi sosial
berdasarkan hukum.
Dalam hal ini interaksi menurut pendapat Young (Gunawan, 2000:31) adalah
kontak timbal balik antara dua orang atau lebih. Sedangkan menurut Psikologi
Tingkahlaku (Behavioristic Psychology), interaksi sosial berisikan saling
perangsangan dan pereaksian antara kedua belah pihak individu.
Dengan adanya ciri-ciri tersebut, hubungan sosial masyarakat juga tidak
terlepas dari corak hubungan kerjasama, hubungan persaingan, dan corak hubungan
konflik. Ketiga corak hubungan itu akan mewarnai kehidupan masyarakat kota yang
cenderung tidak saling mengenal satu dengan yang lain karena
kepentingan-kepentingan yang berbeda. Individu hanya mempunyai hubungan sosial dengan
individu-individu tertentu karena individu tersebut mempunyai kepentingan yang
sama. Dalam kehidupan sosial yang terkecil, seorang individu terjerat dalam
berada pada lingkungan sosial tersebut. Pada tingkat berikutnya, hubungan sosial
diperluas menjadi hubungan bertetangga yang tinggal berdekatan dengan rumahnya.
Hubungan bertetangga di kota besar tidak seintim hubungan sosial pada masyarakat
desa yang cenderung saling mengenal satu dengan yang lain, serta mempunyai rasa
bersatu yang biasanya dikuatkan dengan sentimen-sentimen kelompok. Dalam hal ini,
hubungan sosial bertetangga diartikan sebagai kesatuan tempat tinggal yang
menempati suatu wilayah tertentu yang batas-batasnya ditentukan luasnya jaringan
sosial di lingkungan tempat tinggal yang berdekatan yang dalam hal ini ialah
komplek perumahan. Pola-pola hubungan (interaksi) sosial yang teratur dapat
terbentuk apabila ada tata kelakuan atau perilaku dan hubungan yang sesuai dengan
situasi dan kondisi masyarakat. Sistem itu merupakan pranata sosial yang didalamnya
terdapat nilai-nilai dan norma-norma yang dipedomani serta ada lembaga sosial yang
mengurus pemenuhan kebutuhan masyarakat sehingga interaksi sosial dalam
masyarakat dapat berjalan secara teratur.
Dalam hal ini interaksi menurut Susanto (1983 : 32) ialah akibat dari adanya
proses komunikasi, yaitu saling mempengaruhi antara individu satu dengan individu
yang lain di dalam masyarakat yang mengakibatkan terjadinya perubahan dalam
masyarakat ataupun proses sosial. Bonner (Gerungan, 1988 : 57) menyatakan bahwa
interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu yang saling
mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan antar individu yang satu
dengan individu yang lainnya. Bintarto (1983 : 61) berpendapat bahwa, interaksi
sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara
dengan kelompok yang lain. Menurut Bales dan Homans dalam Santoso (2004:10),
pada hakekatnya manusia memiliki sifat yang dapat digolongkan ke dalam :
a. Manusia sebagai makhluk individual,
b. Manusia sebagai makhluk sosial, dan
c. Manusia sebagai makhluk berkebutuhan.
Menurut Kimbal Young dan Raymond dalam Soekanto (1970:192)
mengatakan bahwa interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh
karena itu tanpa interaksi sosial tak akan mungkin ada kehidupan bersama.
Bertemunya orang perorang secara badaniah belaka tidak akan menghasilkan
pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup semacam itu baru
akan terjadi apabila orang-orang, perorangan atau kelompok-kelompok manusia
bekerjasama, saling berbicara dan seterusnya untuk mencapai suatu tujuan bersama,
mengadakan persaingan, pertikaian dan lain sebagainya.
Selanjutnya dalam penelitian skripsi ini yang dimaksud dengan interaksi
sosial adalah suatu proses hubungan sosial yang dinamis baik dilakukan oleh
perorangan maupun kelompok manusia sehingga terjadi hubungan yang timbal balik
antara individu atau kelompok yang satu dengan yang lain agar terjadi perubahan di
dalam lingkungan masyarakat.
2.1.2 Aspek-Aspek Interaksi Sosial
Setiap individu yang berhubungan dengan individu yang lain, baik hubungan
sosial antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok
dengan kelompok, hubungan sosial itu memiliki aspek-aspek sebagai berikut :
Setiap interaksi sudah barang tentu terjadi karena adanya hubungan antara
individu dengan individu maupun antara individu dengan kelompok, serta hubungan
antara kelompok dengan kelompok. hubungan antara individu dengan individu
ditandai antara lain dengan tegur sapa, berjabat tangan, dan bertengakar. Contoh
seorang warga komplek perumahan Bukit Johor Mas yang bertegur sapa dengan
warga lainnya, dua orang warga komplek perumahan yang saling berjabat tangan.
Hubungan timbal-balik antara individu dengan kelompok, misalnya seorang Lurah
yang sedang berpidato di depan warganya, ketua perkumpulan pengajian yang sedang
ceramah. Hubungan timbal balik antara kelompok dengan kelompok, misalnya rapat
antar RT, pertandingan untuk acara 17 Agustus antar RT.
b. Ada individu
Setiap interaksi sosial menuntut tampilnya individu-individu yang
melaksanakan hubungan. Hubungan sosial itu terjadi karena adanya peran serta dari
individu satu dan individu lain, baik secara person atau kelompok.
c. Ada tujuan
Setiap interaksi sosial memiliki tujuan tertentu seperti mempengaruhi individu
lain. Misalnya,seorang ibu rumah tangga yang sedang berbelanja untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya di warung atau toko dan menawar barang yang akan dibelinya,
hal itu adalah salah satu fungsi untuk mempengaruhi individu lain agar mau menuruti
apa yang dikehendaki oleh ibu pembeli tersebut.
Interaksi sosial yang ada hubungan dengan struktur dan fungsi kelompok ini
terjadi karena individu dalam hidupnya tidak terpisah dari kelompok. Di samping itu,
tiap-tiap individu memiliki fungsi dalam kelompoknya. Individu di dalam
kehidupannya tidak terlepas dari individu yang lain, oleh karena itu individu
dikatakan sebagai makhluk sosial yang memiliki fungsi dalam kelompoknya. Hal lain
yang dapat dilihat, seorang Lurah yang memiliki fungsi untuk membentuk anggota
masyarakatnya menjadi masyarakat yang damai, tertib aman dan sejahtera, dan untuk
mewujudkan hal tersebut di butuhkan pula keikutsertaan dari setiap anggota
masyarakatnya. Jadi dalam hal ini setiap individu ada hubungannya dengan struktur
dan fungsi sosial (Santoso, 2004 : 11)
Dengan demikian konsep interaksi sosial yang digunakan di dalam tulisan ini
adalah konsep dari Soerjono Soekanto bahwa interaksi sosial merupakan sarana
dalam melakukan hubungan dengan lingkungan sekitarnya. Karena interaksi
merupakan kunci dari semua kehidupan sosial itu sendiri, tanpa interaksi sosial tidak
mungkin ada kehidupan bersama. Dan Bonner (Gerungan, 1988 : 57) menyatakan
bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu yang
saling mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan antar individu yang
satu dengan individu yang lainnya.
2.1.3. Macam-macam Interaksi Sosial
Upaya manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya dilaksanakan
melalui proses sosial yang disebut interaksi sosial, yaitu hubungan timbal balik antara
kelompok dalam masyarakat. Dalam kenyataan sehari-hari terdapat tiga macam
interaksi sosial (Rahman D dkk, 2000: 21-22).
a. Interaksi antara individu dan individu
Pada interaksi ini individu yang satu memberi pengaruh, rangsangan, atau
stimulus kepada individu yang lainnya. Sedangkan individu yang terkena pengaruh
akan memberikan reaksi, tanggapan atau respon. Dalam interaksi antara individu dan
individu dapat berwujud dalam bentuk berjabat tangan, saling menegur,
bercakap-cakap atau mungkin bertengkar.
b. Interaksi antara individu dan kelompok
Interaksi antara individu dan kelompok secara konkrit dapat dilihat pada
seorang warga komplek perumahan dengan kelompok pengajian di lingkungan
Kelurahan Pangkalan Masyhur. Selain itu dapat dilihat seorang orator sedang
berpidato di depan orang banyak. Bentuk interaksi ini menunjukkan bahwa
kepentingan seorang individu berhadapan dengan kepentingan kelompok.
c. Interaksi antara kelompok dan kelompok
Bentuk interaksi antara kelompok dan kelompok menunjukkan bahwa
kepentingan individu dalam kelompok merupakan satu kesatuan, berhubungan
dengan kepentingan individu dalam kelompok yang lain. Dalam interaksi ini setiap
tindakan individu merupakan bagian dari kepentingan kelompok misalnya kelompok
pengajian komplek perumahan Bukit Johor Mas dengan kelompok pengajian .
2.1.4. Faktor-faktor yang Berpengaruh dalam Interaksi Sosial
Dalam interaksi sosial terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi
(Santoso, 2004:12). Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi sosial sebagai
berikut:
a. Situasi sosial
b. Kekuasaan norma kelompok
c. Tujuan pribadi masing-masing individu
d. Interaksi sesuai dengan kedudukan dan kondisi setiap individu
e. Penafsiran situasi
Dari faktor-faktor di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Situasi sosial, memberi bentuk tingkah laku terhadap individu yang berada
dalam situasi tersebut. Misalnya, apabila berinteraksi dengan individu lainnya yang
sedang dalam keadaan berduka, pola interaksi yang dilakukan apabila dalam keadaan
yang riang atau gembira, dalam hal ini tampak pada tingkah laku individu yang harus
dapat menyesuaikan diri terhadap situasi yang dihadapi.
b. Kekuasaan norma-norma kelompok, sangat berpengaruh terhadap
terjadinya interaksi sosial antar individu. Misalnya, individu yang menaati
norma-norma yang ada dalam setiap berinteraksi individu tersebut tak akan pernah berbuat
suatu kekacauan, berbeda dengan individu yang tidak menaati norma-norma yang
berlaku, individu itu pasti akan menimbulkan kekacauan dalam kehidupan sosialnya,
dan kekuasaan norma itu berlaku untuk semua individu dalam kehidupan sosialnya.
c. Ada tujuan kepribadian yang dimiliki masing-masing individu sehingga
berpengaruh terhadap pelakunya. Misalnya, dalam setiap interaksi individu pasti
Bukit Johor Mas berinteraksi dengan seorang pedagang, ia memiliki tujuan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
d. Setiap individu berinteraksi sesuai dengan kedudukan dan kondisinya yang
bersifat sementara. Pada dasarnya status atau kedudukan yang dimiliki oleh setiap
individu adalah bersifat sementara, misalnya seorang warga yang biasa berinteraksi
dengan ketua RT, maka dalam hubungan itu terlihat adanya jarak antara seorang yang
tidak memiliki kedudukan yang menghormati orang yang memiliki kedudukan dalam
kelompok sosialnya.
e. Ada penafsiran situasi, dimana setiap situasi mengandung arti bagi setiap
individu sehingga mempengaruhi individu untuk melihat dan menafsirkan situasi
tersebut. Misalnya, apabila ada teman yang terlihat murung atau suntuk, individu lain
harus bisa membaca situasi yang sedang dihadapainya, dan tidak seharusnya individu
lain tersebut terlihat bahagia dan cerita dihadapannya. Bagaimanapun individu harus
bisa menyesuaikan diri dengan keadaan dengan keadaan yang sedang dihadapi dan
berusaha untuk membantu menfsirkan situasi yang tak diharapkan menjadi situasi
yang diharapkan.
2.1.5. Syarat-syarat terjadinya interaksi sosial
Interaksi dapat berlangsung apabila individu berhubungan dengan individu
yang lain dan melibatkan hubungan sosial. Dalam interaksi sosial harus ada dua
syarat yang harus dipenuhi, yaitu:
a. Kontak sosial
Adapun masing-masing syarat interaksi sosial tersebut penjelasannya adalah
sebagai berikut:
a. kontak sosial
Kata kontak terdapat dua buah kata yang berasal dari bahasa Latin yaitu Con
atau Cum yang artinya bersama-sama dan tango yang artinya menyentuh (Soekanto,
2001 : 64). Sehingga kontak dapat diartikan menyentuh bersama-sama. Namun
sebagai gejala sosial, kontak dapat dilakukan tanpa harus dengan menyentuhnya,
seperti berbicara dengan orang lain. Lebih lanjut Soekanto menyatakan bahwa kontak
sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu :
1. Antara individu dengan individu, hubungan timbal balik antara individu dan
individu ditandai antara lain dengan tegur sapa, berjabat tangan, dan
bertengkar. Contohnya adalah dua orang sahabat yang saling berjabat tangan.
2. Antara individu dengan kelompok, contoh hubungan timbal balik antara
individu dengan kelompok adalah seorang Lurah yang sedang berpidato di
depan warga masyarakatnya, seorang kyai yang sedang berceramah di depan
jemaahnya.
3. Antara kelompok satu dengan kelompok yang lain, contoh hubungan timbal
balik antara kelompok dengan kelompok adalah pertandingan sepak bola antar
RT, rapat antar RT.
b. Komunikasi
Komunikasi adalah setiap proses pembagian informasi, gagasan, atau
perasaan yang tidak saja dilakukan secara lisan dan tertulis melainkan melalui bahasa
makna (Walstrom, 1992:8). Proses pembagian ini yang dinamakan interaksi sosial di
lingkungan masyarakat sebagai suatu proses sosial.
Oleh Soekanto pengertian komunikasi difokuskan pada tafsiran seseorang
terhadap kelakuan orang baik berupa pembicaraan, gerak-gerik, badan maupun sikap
guna menyampaikan pesan yang diinginkannya. Orang tersebut kemudian memberi
reaksi terhadap perasaan orang lain tersebut. Adapun yang mendorong terjadinya
interaksi sosial menurut Gerungan (1988:58) berdasarkan pada beberapa faktor, yaitu:
1) Faktor peniruan atau imitasi.
2) Faktor sugesti
3) Faktor identifikasi
4) Faktor simpati
Dari ke empat macam faktor ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Faktor peniruan atau imitasi
Faktor imitasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses interaksi
sosial. Salah satu segi positifnya adalah bahwa interaksi dapat mendorong seseorang
untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku. Namun demikian, imitasi
mungkin pula mengakibatkan terjadinya hal-hal yang negatif dimana misalnya yang
ditiru adalah tindakan-tindakan yang menyimpang kecuali dari pada itu imitasi juga
dapat melemahkan atau bahkan mematikan pengembangan daya kreasi seseorang
(Soekanto, 2002:63). Dalam penelitian ini selanjutnya yang dimaksud dengan imitasi
adalah tindakan seseorang untuk meniru orang lain, baik dalam sikap maupun
a) Imitasi positif, misalnya sikap hemat, berpakaian rapi, dan menghargai
waktu.
b) Imitasi negatif, misalnya mabuk-mabukan, sikap tidak peduli dan
individualis.
2) Faktor Sugesti
Sugesti dalam ilmu jiwa sosial dapat dirumuskan sebagai suatu proses dimana
seorang individu menerima suatu cara pengelihatan atau pedoman tingkah laku dari
orang lain tanpa kritik terlebih dahulu (Gerungan, 1988:6). Sugesti merupakan
tindakan seseorang untuk memberi pandangan atau sikap yang kemudian diterima.
Oleh pihak lain, sugesti mungkin terjadi jika orang yang memberi pandangan adalah
orang yang berwibawa atau bersikap otoriter, orang tersebut merupakan bagian dari
kelompok yang bersangkutan. Contoh dalam menyelesaikan masalah sosial,
kebersihan atau gotong royong.
3) Faktor identifikasi
Identifikasi merupakan suatu kecendurungan-kecendurungan atau
keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain
(Soekanto, 2002:63). Menurut kamus istilah sosiologi identifikasi adalah menerima
kepercayaan dan nilai orang lain atau kelompok lain sebagai kepercayaan dan nilai
sendiri (Soekanto, 1993:198). Timbulnya identifikasi sebagai dasar interaksi sosial
menurut Freud, bahwa setiap individu mempunyai nafsu untuk menempatkan diri
pada situasi tertentu ketika individu itu berada bersama-sama individu lain tetapi
tidak semua individu dapat menempatkan diri sehingga sukar untuk berperilaku dan
ingin mempelajari tingkah laku maupun perilaku individu lain meskipun tanpa
disadari sebelumnya dan baru disadari apabila proses ini telah membawa hasil.
4) Faktor Simpati
Simpati adalah perasaan yang terdapat dalam diri seseorang individu yang
tertarik dengan dengan individu lain. Prosesnya berdasarkan perasaan semata-mata
tidak melalui penilaian yang berdasarkan resiko, dengan kata lain simpati adalah
suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain (Soekanto, 2001:70).
Faktor-faktor inilah yang mendorong dalam proses interaksi sosial yang terjadi pada
tiap kelompok pergaulan hidup. Dalam penelitian ini selanjutnya yang dimaksud
dengan simpati adalah suatu proses dimana seseorang merasa tertarik untuk
memahami orang lain dan berkeinginan untuk bekerja sama dengannya, misalkan ada
seorang tetangga yang sedang membenahi rumahnya lalu ada bapak-bapak yang
melihatnya merasa tertarik untuk membantu.
2.1.6. Bentuk-bentuk interaksi sosial
Interaksi sosial adalah bentuk utama dari proses sosial, yaitu pengaruh
timbal-balik antara berbagai bidang kehidupan bersama. Menurut Soekanto (2001:76-107)
interaksi sosial merupakan bentuk yang tampak apabila orang saling mengadakan
hubungan, baik secara individu maupun secara kelompok. Adapun bentuk-bentuk
interaksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan (competition),
pertentangan atau pertikaian (conflict) dan juga akomodasi (accomodation). Adapun
lebih jelasnya masing-masing hal tersebut dapat diterangkan sebagai berikut:
Kerja sama (cooperation), kerjasama dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama
Kerja sama timbul karena adanya orientasi para individu terhadap kelompoknya
(yaitu in-group-nya) dan kelompok lainnya (yang merupakan outgroup- nya).
Persaingan (competition), adalah suatu perjuangan dari pihak-pihak tertentu untuk
mencapai suatu tujuan dengan cara menyingkirkan pihak lawan secara damai atau
tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.
Pertentangan (conflict), merupakan salah satu bentuk dari interaksi dimana
penafsiran makna perilaku tidak sesuai dengan maksud pihak pertama (yang
melakukan aksi), sehingga menimbulkan ketidakserasian diantara
kepentingankepentingan orang lain karena tidak terjadi keserasian ini, maka untuk
dapat mencapai tujuan yang dikehendaki dilakukan dengan cara mengenyahkan atau
menyingkirkan pihak lain yang menjadi penghalang (Soekanto, 2001:76-107).
Akomodasi (accomodation), istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti yaitu
untuk menunjuk pada suatu keadaan dan untuk menunjuk pada suatu proses (Young
dan Raymond, 1959:146). Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan, berarti
adanya suatu keseimbangan (equilibrium) dalam interaksi antara orang perorangan
atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma-norma sosial dan
nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Sebagai suatu proses, akomodasi
menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu
usaha-usaha untuk mencapai kesetabilan. Akomodasi sebenarnya merupakan suatu
cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga
lawan tidak kehilangan kepribadiannya (Soemardjan, 2002:75-76). Pelbagai macam
bentuk interaksi ini sering terjadi dalam lingkungan masyarakat, sehingga di dalam
aktivitas sosial itu terjadi karena adanya aktivitas dari individu dalam hubungannya
dengan individu yang lain.
2.2. Kelompok Sosial
Kelompok sosial sangat penting karena sebagian besar kegiatan manusia
berlangsung di dalamnya. Tanpa kita sadari sejak lahir hingga ajal kita menjadi
anggota berbagai jenis kelompok. Dengan menggunakan tiga kriteria, yakni
kesadaran jenis, hubungan satu sama lain, ikatan organisasi. Bierstedt dalam
(Sunarto: 2000) membedakan empat jenis kelompok: kelompok asosiasi, kelompok
sosial, kelompok kemasyarakatan, dan kelompok statistik.
Menurut Merton dalam (Ibid: hal 89) kelompok merupakan sekelompok orang
yang saling berinteraksi sesuai dengan pola-pola yang telah mapan sedangkan
kolektifitas merupakan orang-orang yang mempunyai rasa solidaritas karena berbagi
nilai bersama dan yang telah memiliki rasa kewajiban moral umtuk menjalankan
harapan peranan. Konsep lain yang diajukan Merton ialah konsep kategori sosial.
Merton mengamati bahwa kadang-kadang perilaku seseorang mengacu pada
kelompok lain yang dinamakan kelompok acuan. Di kala seseorang berubah
keanggotaan kelompok, ia sebelumnya dapat menjalani perubahan orientasi, yaitu
suatu proses yang oleh Merton diberi nama sosialisasi antisiaporis.
Durkheim membedakan antara kelompok yang didasarkan pada solidairtas
mekanis, dan kelompok yang didasarkan pada solidaritas organis. Solidaritas mekanis
merupakan cirri yang menandai masyarakat yang sederhana, sedangkan solidaritas
mengenal pembagian kerja yang rici dan diperastukan oleh kesalingtergantungan
antar bagian(Ibid: hal 90).
Toennies mengadakan perbedaan antara dua jenis kelompok: Gemeinschaft
dan Gesellschaft. Gemeinschaft merupakan kehidupan bersama yang intim, pribadi
dan eksklusif; suatu keterikatan yang dibawa sejak lahir. Gesellschaft merupakan
kehidupan publik, yang terdiri atas orang-orang yang kebetulan hadir bersama tetapi
masing-masing tetap mandiri dan bersifat sementara dan semu(Ibid: hal 91).
Cooley memperkenalkan konsep kelompok primer. Sejumlah ahli sosiologi
menciptakan konsep kelompok sekunder, yakni suatu konsep yang tidak kita jumpai
dalam karya Cooley. Suatu kalidifikasi lain yaitu suatu pembedaan antara kelompok
luar dan kelompok dalam, di dasarkan pada pemikiran Sumner. Sumner
mengemukakan bahwa di kalangan anggota kelompok dalam dijumpai persahabatan,
kerjasama, keteraturan, dan kedamaian sedangkan hubungan antara kelompok dalam
dengan kelompok luar cenderung ditandai kebencian, permusuhan, perang, dan
perampokan(Ibid: hal 91)
2.3. Kompleks Perumahan
Ada persetujuan umum bahwa teori mengenai kompleks perumahan belum
dikembangkan secara lengkap (Grant dan Mittelsteadt, 2004; Rotiman, 2005).
Meskipun begitu beberapa penulis sudah mulai menambah ke penciptaan pembahasan
teori. Blandy (2006) mengenali tiga pembahasan dominan yang digunakan untuk
menerangkan pertumbuhan kompleks perumahan, yaitu:
Pemisahan secara fisik ini menimbulkan pemisahan sosial atau kerenggangan
sosial. Warga kompleks perumahan tidak usah berinteraksi dengan masyarakat
umum. Sebagai akibat dua kelompok diciptakan, yang dalam (kita) dan yang luar
(mereka). Keeksklusifan ini dapat mengakibatkan perasaan tak terikat tehadap
masyarakat umum yang dapat menimbulkan frustrasi dan kecemburuan. Perasaan ini
dapat menciptakan keadaan yang kurang aman dan menambah kemungkinan
kekerasan (Thuillier, 2005: 264).
Keterpisahan tersebut bukan sekedar karena hak pemilikan properti,
lebih-lebih juga didorong oleh intensi para developer yang melihat privacy sebagai sebuah
nilai jual yang mahal, khususnya bagi kalangan elit (orang kaya).
Deregulasi ekonomi memungkinkan peran swasta dalam "pembangunan"
perumahan membuat kebutuhan akan perumahan dipenuhi oleh para pengembang
yang lazim disebut dengan istilah developer. Mereka mengiklankan
produk-produknya dengan giat di media massa, lengkap dengan jargon-jargon andalan
masing-masing. Salah satu kekurangan kompleks perumahan yang sering dibahas
adalah kemungkinan bermukim di sana akan mengakibatkan pemisahan secara sosial
dan fisik. Secara fisik, pagar dan satpam yang melindungi perumahan merupakan
pemisah antara warga perumahan dan masyarakat umum. Pagar dan batasan ini dapat
menghindari perjalanan orang dan mobil.
b. Preferensi konsumen,
Identitas dan Konsumsi Dalam la société de Consommation Jean Baudrillard
mengatakan bahwa masyarakat konsumeris merupakan tatanan manipulasi tanda.
dengan demikian arena konsumsi adalah sebuah arena sosial. Media massa, dalam hal
ini iklan perumahan merupakan sebuah mekanisme sosial yang akan merangsang
calon konsumen untuk membeli. Artikel dalam media massa juga dapat
merepresentasikan realita dari sudut pandang surat kabar dan kebutuhan konsumen.
Keamanan dan keselamatan merupakan salah satu alasan utama mengapa
orang memilih bermukim di kompleks perumahan. Dewasa ini tingkat kriminalitas
lebih tinggi daripada sepuluh tahun yang lalu. Melalui proses urbanisasi semakin
banyak orang berpindah ke kota. Akibatnya, tingkat kejahatan meningkat. Menurut
Glasner (dalam Manzi & Smith-Bowers, 2005: 347) terdapat “budaya ketakutan”
(culture of fear) di mana ketakutan persoalan sosial diperkuat oleh media massa.
Karena adanya “budaya ketakutan” ini orang cenderung bereaksi berdasarkan
persepsi bahaya kejahatan yang digambarkan oleh media daripada keadaan
sebenarnya. Faktor-faktor tersebut mengakibatkan sebagian masyarakat, khususnya
mereka yang tinggal di kota, merasa gelisah dan kurang aman. Untuk sebagian
masyarakat ini kompleks perumahan merupakan tempat untuk mencari perlindungan
dari persoalan sosial, termasuk kejahatan. Lingkungan perumahan biasanya aman,
teratur dan dapat diprediksi (Atkinson & Blandy, 2005). Karena itu di kompleks ini
semua aspek kehidupan warganya dapat dikuasai dan diatur.
Gengsi dan Status Sosial Kompleks perumahan sering diidentikkan dengan
kekayaan (Roitman, 2005). Walaupun sekarang ada bermacam-macam tipe
perumahan, termasuk untuk kelas bawah, persepsi itu tetap ada.
Fasilitas yang disediakan oleh kompleks perumahan merupakan salah satu
dengan fasilitas lengkap seperti Perumahan Malibu, Taman Setia Budi Indah(Tasbih)
dll. Di dalam komplek perumahan ada super market tempat belanja, pusat kebugaran,
café, dan fasilitas swasta lainnya seperti listrik, air, dan keamanan.
c. Teori club goods.
Teori club goods adalah teori yang dikembangkan oleh Glasze. Menurut teori
ini kompleks perumahan merupakan cara efektif untuk menyediakan jasa yang tidak
disediakan oleh pemerintah lokal. Warga perumahan membayar “uang keanggotaan”
dan sebagai anggota “klub” (yaitu perumahan) mereka berhak menggunakan “harta
benda swasta” secara kolektif.
Roitman (2005) memperdebatkan bahwa ada alasan struktur (structural)
maupun subjektif mengapa orang ingin bermukim di komplek perumahan. Alasan
struktur dipengaruhi oleh keadaan sosial, politik dan ekonomi. Alasan semacam ini
termasuk perasaan takut terhadap tindak kejahatan, ketidaksamaan yang terus
meningkat dan pengaruh globalisasi. Alasan subjektif merupakan hasil tujuan dan
keinginan pelaku, misalnya keinginan status sosial dan keeksklusifan. Rotiman juga
memajukan teori structuation oleh Giddens sebagai satu cara untuk menguraikan
gejala kompleks perumahan. Menurut teori ini pelaku-pelaku memiliki kemampuan
mengambil keputusan sendiri dan mempengaruhi masyarakat. Akan tetapi keadaan
masyarakat itu juga dapat mempengaruhi kelakuan pelaku. Sebagai contoh pelaku
dapat dipengaruhi oleh tingkat kejahatan, tetapi pelakulah yang akan mengambil
keputusan untuk bermukim di perumahan.
2.4. Definisi Konsep
Konsep adalah istilah yang terdiri dari satu kata atau lebih yang
menggambarkan suatu gejala atau menyatakan suatu ide gagasan (Iqbal Hasan
2002:17). Untuk mendapatkan batasan yang jelas dari masing-masing konsep yang
dikemukakan, maka penulis memberikan definisi konsep sebagai berikut:
Interaksi Sosial
Bentuk umum dari proses sosial adalah interaksi sosial yang merupakan syarat
utama dalam aktivitas-aktivitas sosial (Soekanto, 1990:67). Dengan interaksi sosial
maka terjadi hubungan dalam masyarakat. H. Bonner (Gerungan, 1988:57)
menyatakan bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih
individu manusia atau yang saling mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki
kelakuan antar individu yang satu dengan individu yang lainnya. Dengan demikian
antar individu tersebut terjadi hubungan timbal balik.
Dalam interaksi sosial bukan hanya antar individu saja tetapi dapat pula antara
individu dengan kelompok atau bahkan antara kelompok yang satu dengan kelompok
yang lainnya. Di sini individu atau kelompok tersebut terdapat kemungkinan
menyesuaikan diri dengan yang lain, dapat meleburkan diri, atau bahkan dapat pula
mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan individu (Walgito, 2003). Dalam proses
interaksi ada yang mempengaruhi dan ada yang dipengaruhi. Interaksi sosial adalah
kunci dari semua kehidupan sosial yang akan menciptakan kehidupan bersama.
Dalam interaksi sosial bukan hanya pertemuan badaniah saja namun ditekankan pada
pergaulan, kerjasama, saling berbicara dan seterusnya untuk mencapai tujuan,
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
a. Adanya subjek yang berupa individu atau kelompok.
b. Adanya kontak antara individu atau kelompok tersebut.
c. Adanya alat komunikasi sebagai sarana interaksi.
d. Memiliki maksud tertentu.
Warga Komplek Perumahan Bukit Johor Mas : Warga komplek
perumahan menunjuk pada bagian masyarakat yang bertempat tinggal di suatu
wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu dimana faktor utama yang
menjadi dasar adalah keberadaannya dalam suatu tempat tinggal atau pemukiman.
Dengan demikian pengertian warga komplek perumahan johor mas adalah individu
yang hidup pada suatu wilayah kehidupan sosial yang berada di dalam pagar atau
tembok pembatas dengan kehidupan luar perumahan johor mas.
Proses coping atau perwujudan privasi yang berlebihan : bagaimana
manusia bertindak untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang terdapat
disekitar lingkungan mereka. Hidup dalam lingkungan perkotaan yang penuh dengan
kesesakan, macet, tingkat kejahatan yang tinggi serta polusi udara dan sebagainya
telah menyebabkan manusia berusaha untuk melakukan proses coping untuk
mengantisipasi semua permasalahan perkotaan tersebut.
Personal space : merupakan suatu batas maya yang mengelilingi manusia
yang tidak boleh dilalui oleh orang lain. Fungsi dari personal space ini adalah sebagai
alat komunikasi antara manusia. Banyak penelitian-penelitian yang dilakukan
beberapa penelitian-penelitian yang telah dilakukan ini diantaranya adalah manusia
dalam bersosialisasi dengan lingkungannya memerlukan jarak-jarak tertentu untuk
mencapai hasil yang maksimal.
Masyarakat sekitar kompleks : Masyarakat adalah kesatuan hidup
manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat
kontinu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama (Koentjaraningrat, 2000:135).
Suatu masyarakat sekitar komplek perumahan pasti mempunyai lokalitas atau tempat
tinggal (wilayah) tertentu. Mayarakat sekitar komplek perumahan yang mempunyai
tepat tinggal tetap dan permanen biasanya memiliki ikatan-ikatan solidaritas yang
kuat sebagai pengaruh kesatuan tempat tinggalnya. Fungsi masyarakat sekitar
komplek perumahan adalah sebagai ukuran untuk menggaris bawahi hubungan antara
hubungan-hubungan sosial dengan suatu wilayah geografis tertentu. Masyarakat
sekitar komplek perumahan berarti masyarakat yang tinggal di sekitar komplek
peruamahan mencakup masyarakat yang tergabung dalam satu wilayah territorial
tertentu yaitu sekitar perumahan bukit Johor Mas.
Teritorialitas : suatu pola tingkah laku yang ada hubungannya dengan
kepemilikan atau hak seseorang atau kelompok orang atas sebuah tempat atau lokasi
geografis, pola tingkah laku ini juga mencakup personalisasi dan pertahanan terhadap
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan
pendekatan yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah pendekatan
deskriptif dimana penulis mencari fakta-fakta, fenomena tentang interaksi sosial
warga komplek perumahan Bukit Johor Mas, keberadaan, karakteristik dan kegiatan
yang dilakukan setiap hari serta interaksi yang terjadi antara warga komplek
perumahan dengan masyarakat luar komplek, dan antar sesama warga komplek dalam
kehidupan sehari-hari.
Penulis sepakat tentang prosedur tepat pengumpulan data, analisis, dan
pelaporan data penelitian kualitatif yang di jelaskan oleh Marshall, Rossman, dan
Walcott(1990). Mereka menyarankan untuk membaca terlebih dahulu artikel-artikel
jurnal kualitatif dan jurnal topik penelitian. Sayangnya artikel-artikel dan jurnal
tersebut kebanyakan telah diringkas langkah-langkah dan prosedur penelitiannya
serta lebih menekankan hasil sesuai dengan batas panjang editorial yang
direkomendasikan.
Sebelum memulai penelitian ini, penulis mengandalkan saran dari dosen
pembimbing, menggunakan contoh-contoh dari jurnal, skripsi dan internet tentang
penelitian kualitatif dan topik tentang interaksi sosial warga komplek perumahan,
gated community, dan perkotaan, dan menggabungkannya dengan pengalaman
Prosedur penelitian ini dimulai dengan mengajukan asumsi penelitian
kualitatif, menetapkan jenis desain penelitian, lokasi penelitian, membahas
pengumpulan data, mengindentifikasi analisis data, menyebutkan langkah-langkah
penelitian dan menggambarkan hasil naratif penelitian.
Penulis memulai dengan meninjau asumsi-asumsi paradigma penelitian
kualitatif. Prosedur ini sangat berguna untuk menjelaskan alasan-alasan pemilihan
metode penelitian. Misalnya, Kirk dan Miller mengemukakan pengertian penelitian
kualitatif sebagai tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara
fundamental bergantung kepada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan
berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam
peristilahannya (Moloeng, 2006).
Nawawi (1994) mengemukakan bahwa Pendekatan kualitatif dapat di artikan
sebagai pendekatan yang mengahasilkan data, tulisan, dan tingkah yang dapat dilihat
dan diamati. Penelitian deskriptif kualitatif ini juga bertujuan untuk menggambarkan,
meringkaskan berbagai kondisi, situasi, sifat, model, tanda atau gambaran tentang
kondisi dan juga fenomena yang terjadi pada suatu daerah tertentu(bungin 2001;68).
Pandangan psikologis penulis, topik ini sangat menyenangkan dan prosedur
kualitatif yang tidak terikat aturan atau prosedur khusus yang ketat lebih memberikan
kebebasan dalam melakukan penelitian interaksi sosial warga komplek perumahan
Bukit Johor Mas. Meskipun demikian, penulis menyadari bahwa penelitian ini
membutuhkan waktu yang lama dan melelahkan, namun demikian toleransi tinggi
terhadap kerancuan yang dianut dalam paradigma penelitian kualitatif, sangat
3.2. Lokasi Penelitian
Warga komplek perumahan Bukit Johor Mas adalah masyarakat yang hidup
menetap di dalam komplek perumahan Bukit Johor Mas, oleh sebab itu penelitian
dilakukan di Penelitian ini dilakukan di komplek perumahan Bukit Johor Mas
Kelurahan Pangkalan Mansyur Kec. Medan Johor Kota Medan. Adapun alasan
pemilihan lokasi di komplek perumahan bukit johor mas karena: 1). Bukit Johor Mas
di Kelurahan pangkalan mansyur adalah tempat tinggal para warga komplek
perumahan Bukit Johor Mas, 2). Lokasi tersebut mudah dijangkau oleh peneliti
sehingga dapat menghemat tenaga, waktu dan biaya.
3.3. Unit Analisis dan Informan
Unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungakan sebagai subjek
penelitian (Arikunto, 2007). Adapun unit analisis dalam penelitin ini adalah warga
komplek perumahan Bukit Johor Mas Kelurahan Pangkalan Masyhur. Hal ini
dimaksudkan untuk memperoleh jawaban dan gambaran yang komprehensif
mengenai masalah penelitian.
Informan adalah individu-individu tertentu yang diwawancarai untuk
kepentingan informasi, informan yaitu orang yang dapat memberikan informasi atau
keterangan atau data yang diperlukan oleh peneliti. Informan ini dipilih dari beberapa
orang yang betul-betul dapat dipercaya dan mengetahui obyek penelitian. Informan
merupakan orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan
kondisi latar penelitian. Informan ini secara sukarela menjadi anggota penelitian
walaupun hanya bersifat informal. Informan memberikan pandangan dari segi orang
komplek perumahan Bukit Johor Mas yang menjadi latar penelitian setempat.
Informan dalam penelitian ini adalah para warga komplek perumahan Bukit Johor
Mas, satpam komplek perumahan Bukit Johor Mas, serta beberapa warga sekitar
komplek perumahan Bukit Johor Mas.
Informan pertama dalam penelitian ini adalah warga komplek perumahan
Bukit Johor Mas. Ada beberapa warga yang tinggal di komplek perumahan johor mas
menjadi informan peneliti. Alasan mengapa warga komplek perumahan johor mas
dijadikan informan adalah karena penelitian ini ditujukan pada interaksi sosial warga
komplek perumahan Bukit Johor Mas sehingga warga komplek perumahan Bukit
Johor Mas merupakan informan kunci dalam penelitian ini.
Informan kedua adalah masyarakat sekitar komplek perumahan Bukit Johor
Mas. Masyarakat sekitar komplek perumahan Bukit Johor Mas penting untuk
dijadikan informan karena dalam penelitian ini juga membahas bagaimana interaksi
warga komplek perumahan Bukit Johor Mas dengan warga sekitar komplek
perumahan Bukit Johor Mas. Selain itu masyarakat sekitar komplek perumahan Bukit
Johor Mas dianggap sebagai pihak yang mengetahui tentang bagaimana interaksi para
warga komplek perumahan Bukit Johor Mas di luar perumahan serta sikap mereka
dengan orang-orang sekitar mereka. Dalam penelitian ini masyarakat yang dijadikan
informan hanyalah beberapa warga yang tinggal di sekitar Perumahan, seperti warga
yang berdagang di sekitar komplek perumahan dan beberapa warga lainnya.
Informan ketiga adalah satpam komplek perumahan Bukit Johor Mas .
Alasannya adalah satpam komplek perumahan johor mas adalah orang yang setiap
diminta keterangannya tentang kehidupan sehari-hari para warga komplek perumahan
johor mas serta mengetahui hubungan mereka dengan masyarakat sekitar komplek
perumahan johor mas.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian ini digolongkan menjadi dua yaitu data primer dan data
sekunder.
a). Data Primer
1. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Teknik wawancara
adalah teknik yang paling sosiologis dari seluruh teknik penelitian sosial, karena
interaksi langsung secara verbal antara peneliti dengan responden atau informan.
Maksud digunakannya wawancara ini untuk menambah atau melengkapi data yang
belum didapat dari observasi. Teknik wawancara ini dilakukan secara terbuka, luwes,
akrab dan kekeluargaan. Hal ini dimaksudkan agar tidak terkesan kaku dan
keterangan informan tidak mengada-ada atau ditutup-tutupi, dengan demikian didapat
data yang optimal. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan pada warga komplek
perumahan Bukit Johor Mas, selain itu peneliti juga dapat mengadakan wawancara
dengan warga sekitar yang berada dilingkungan komplek perumahan Bukit Johor
Mas tersebut. Wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh
keterangan lebih rinci dan mendalam mengenai interaksi warga komplek perumahan
Bukit Johor Mas dan antara warga komplek perumahan Bukit Johor Mas dengan
warga sekitar komplek perumahan Bukit Johor Mas.
2. Observasi biasanya diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
Teknik ini dijadikan teknik yang utama karena peneliti langsung dapat melihat
keadaan atau kenyataan yang ada. Menurut M. Q. Patton dalam (Nasution, 2003:59–
60) menyatakan manfaat pengamatan adalah :
a. Peneliti memperoleh pandangan yang menyeluruh (holistik) sehingga mampu
memahami konteks data secara keseluruhan situasi,
b. Peneliti dapat menggunakan pendekatan induktif yang mungkin mendapat
penemuan baru, hal ini agar tidak dipengaruhi oleh konsep–konsep atau
pandangan sebelumnya,
c. Peneliti dapat melihat hal–hal yang kurang atau tidak diamati oleh orang lain
karena dianggap sudah biasa sehingga tidak perlu ditanyakan dalam wawancara,
d. Peneliti dapat mengungkap hal–hal yang dianggap sensitif atau ditutupi apabila
ditanyakan dalam wawancara,
e. Peneliti dapat memperoleh data yang komprehensif di luar persepsi informan,
f. Peneliti memperoleh kesan dan merasakan situasi sosial dari penelitiannya.
Dengan pengamatan ini dapat ditemukan hasil yang cukup baik dan valid
sebagai hasil penelitian kualitatif. Observasi dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana interaksi sosial warga komplek perumahan Bukit Johor Mas,
yaitu dengan mengadakan pengamatan secara langsung apa yang tampak pada
interaksi sosial warga komplek perumahan tersebut dengan cara melihat, mendengar
dan penginderaan lainnya.
b). Data Sekunder
Data sekuder yaitu semua data yang diperoleh secara tidak langsung dari
cara penelitian kepustakaan dan pencatatan dokumen, yaitu dengan mengumpulkan
data dan mengambil informasi dari buku-buku referensi, dokumen, majalah, jurnal,
dan data internet yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti, dalam hal ini
tentang komplek perumahan.
3.5. Interpretasi Data
Meriam (1988) dan Marshall and Rossman (1989) berpendapat bahwa
pengumpulan dan analisis data harus merupakan sebuah proses yang bersamaan
dalam penelitian kualitatif. Data yang dihasilkan melalui wawancara, pengamatan dan
penelitian dokumen-dokumen tentang interaksi sosial warga komplek perumahan
Bukit Johor Mas Kelurahan Pangkalan Masyhur sangat banyak, sebab analisis data
mengharuskan peneliti terbuka terhadap kemungkinan-kemungkinan dan melihat
pertentangan atau penjelesan alternatif temuan.
Schatzman dan Strauss (1973) menyatakan bahwa analisis data kualitatif
terutama bertujuan untuk mengelompokkan benda, orang, dan peristiwa serta
karakteristik-karakteristiknya. Penulis berusaha untuk mengindentifikasi dan
menggambarkan interaksi sosial warga komplek perumahan Bukit Johor Mas dari
sudut pandang warga komplek perumahan Bukit Johor Mas, lalu berusaha untuk
memahami dan menjelaskan interaksi sosial warga komplek perumahan Bukit Johor
Mas. Selama tahap analisis data, data disusun secara kategoris dan kronologis serta
ditinjau secara berulang-ulang. Penulis membuat daftar ide-ide penting yang muncul
Sesungguhnya proses analisis dalam penelitian ini telah dimulai sejak awal
penulisan proposal hingga selesainya penelitian ini yang menjadi ciri khas dari
analisis kualitatif. Proses analisis kualitatif ini disebut on going analisys.
3.6. Jadwal Kegiatan
Pengajuan judul skripsi merupakan tahap awal dari serangkain kegiatan
penelitian yang akan dilaksanakan. Setelah seminar proposal penelitian dilakukan,
revisi proposal penelitian dan pengurusan izin administrasi penelitian adalah tahapan
berikutnya untuk persiapan penelitian langsung kelapangan. Untuk lebih rinci,
kegiatan penelitian dapat dilihat pada jadwal kegiatan:
3.7. Keterbatasan Penelitian
Keterbasan dalam penelitian terkait erat dengan kelemahan instrument
wawancara mendalam. Dalam hal ini terdapat keraguan akan jawaban yang diberikan
informan, karena apa yang diinformasikan tentang situasi, kondisi, dan tindakan
apakah sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Kendala lain adalah keterbatasan
waktu saat melakukan wawancara dengan informan. Hal ini disebabkan kesibukan
informan. Faktor ini dapat dimengerti karena kesibukan akan pekerjaan informan
yang begitu banyak. Pada akhirnya hal ini dapat mempengaruhi kualitas data yang
diperoleh. Walaupun demikian, peneliti menyiasatinya dengan cara melakukan
wawancara saat-saat waktu luang dan hari libur. Awalnya informan terkesan tidak
peduli malah ada yang tidak bersedia untuk diwawancarai, seperti ada hal ketakutan
dalam diri informan. Menyikapi hal seperti itu, melalui interaksi yang akrab peneliti
meyakinkan informan bahwa kegiatan yang dilakukan merupakan bagian dari
kegiatan perkuliahan. Selain itu, adanya ketakutan dari pihak satpam perumahan akan
dimarahi oleh penghuni komplek perumahan membuat ruang gerak peneliti sedikit
terbatas. Terlepas dari permasalahan teknis penelitian dan kendala dilapangan,
peneliti menyadari masih terdapat keterbatasan dalam hal kemampuan dan
pengalaman dalam melakukan kegiatan penelitian ilmiah. Walaupun demikian,
peneliti tetap terus berusaha untuk melaksanakan rangkaian kegiatan penelitian
dengan sebaik mungkin agar hasil penelitian yang diperoleh dapat