• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kenaikan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Gabah per 1 Januari 2010 terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Kenaikan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Gabah per 1 Januari 2010 terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KENAIKAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH (HPP) GABAH PER 1 JANUARI 2010 TERHADAP

PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH

Studi Kasus : Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin,

Kabupaten Deli Serdang

SKRIPSI

OLEH :

DAHLAN SIJABAT

070309013

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENGARUH KENAIKAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH (HPP) GABAH PER 1 JANUARI 2010 TERHADAP

PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH

Studi Kasus : Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin,

Kabupaten Deli Serdang

SKRIPSI

OLEH :

DAHLAN SIJABAT

070309013

Diajukan Kepada Program Studi Agribisinis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Untuk Memenuhi Sebagian

Dari Syarat-Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing,

Ketua, Anggota,

(Ir. Asmi Tiurland Hutajulu, MS.) (Ir. Sinar Indra Kesuma Ginting, MSi.)

NIP:194606181980032001 NIP: 196509261993031002

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

Dahlan Sijabat (070309013), dengan judul skripsi “Pengaruh Kenaikan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Gabah per 1 Januari 2010 terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah”. Studi Kasus : Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang, dengan dibimbing oleh Ibu Ir. Asmi Tiurland Hutajulu M.S dan Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma Ginting M.Si.

Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah adalah besaran harga terendah yang ditetapkan oleh pemerintah terhadap gabah sesuai dengan kualitas gabah tersebut yang tujuannya untuk melindungi petani dengan adanya jaminan harga yang wajar. Kebijakan penetapan harga pembelian pemerintah ini diharapkan disamping untuk menjaga stabilitas harga, juga diharapkan dapat mendorong peningkatan produksi beras (padi) dan menjamin peningkatan pendapatan petani. Metode penelitian dilakukan secara purposive, metode penarikan sampel dilakukan dengan metode stratified random sampling. Metode analisis yang digunakan adalah diuji dengan menggunakan analisis deskriptif dan metode uji beda rata-rata menggunakan rumus t-hitung dengan uji 2 arah sebelum dan sesudah kenaikan HPP gabah (Paired Sample T-test).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Persentase kenaikan harga penjualan gabah petani dengan kenaikan HPP gabah per 1 Januari 2010 di daerah penelitian tergolong sedang yaitu sebesar 19,39 %. Ada perbedaan pendapatan usahatani petani padi sawah sebelum dan sesudah kenaikan HPP gabah 1 Januari 2010. Pendapatan sesudah kenaikan HPP gabah per 1 Januari 2010 meningkat sebesar Rp 2.327.290 (18,73 %) dari pendapatan sebelum kenaikan HPP gabah per 1 Januari 2010. Ada beberapa masalah yang dihadapi petani padi sawah di daerah penelitian dalam menjalankan kegiatan usahataninya yaitu Benih yang digunakan petani kualitasnya rendah, Serangan hama ulat penggulung daun, keong mas dan sundep menyebabkan produksi menurun. Harga jual gabah pada saat panen rendah. Dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi maka upaya-upaya yang dilakukan petani adalah Petani memilih benih sendiri walaupun benih yang digunakan tersebut bukan yang bersertifikat dengan melakukan perendaman sehingga benih yang kosong akan terapung. Upaya mengatasi serangan hama sundep dilakukan dengan penyemprotan dengan menggunakan insektisida Spontan secara teratur, keong mas diatasi dengan cara penyemprotan insektisida Molluscic secara teratur dan ulat penggulung daun diatasi dengan penyemprotan insektisida Match. Harga jual pada saat panen yang rendah maka upaya yang dilakukan petani hanya menjual gabahnya dengan jumlah tertentu cukup untuk membayar pengeluaran usahatani yang mendesak seperti membayar sewa lahan atau iuran irigasi dan lain-lain.

(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sibuntuon pada tanggal 15 Mei 1989 dari Ayah A. Sijabat dan alm. Ibu K. Sihotang. Penulis merupakan anak kesembilan dari sepuluh bersaudara.

Penulis mengikuti pendidikan sebagai berikut:

1. Sekolah Dasar di SD Negeri 177081 Sitaretareon, Samosir, masuk pada tahun 1995 dan lulus pada tahun 2001.

2. Sekolah Menengah Pertama di SMP Budi Mulia Pangururan, masuk tahun 2001 dan lulus pada tahun 2004.

3. Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Pangururan, masuk pada tahun 2004 dan lulus pada tahun 2007.

4. Tahun 2007 masuk di Departemen Agribisnis, Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasihNya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Kenaikan Harga Pembelian Pemerintah

(HPP) Gabah per 1 Januari 2010 terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah”.

Studi kasus: Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang. Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah Diajukan Kepada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian.

Pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Ir. Asmi Tiurland Hutajulu, M.S selaku ketua komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada Penulis dari mulai menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai ujian akhir.

2. Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma Ginting, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada Penulis dari mulai menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai ujian akhir.

3. Ibu Dr. Ir. Salmiah, M.Si selaku ketua Program Studi Agribisnis FP USU 4. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku sekretaris Program Studi

Agribisnis FP USU.

5. Kepada para dosen, staff pegawai Program Studi Agribisnis FP USU. 6. Bapak Sitohang selaku kepala desa, Desa Sidoarjo II Ramunia. 7. Para petani sampel di daerah penelitian.

8. Seluruh instansi terkait dalam penelitian, yang telah membantu Penulis dalam memperoleh data selama penulisan skripsi ini.

Dengan segala ketulusan dan kerendahan hati serta hormat, Penulis

(6)

materi yang diberikan kepada Penulis, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Juga kepada saudara-saudaraku yang telah memberi semangat, motivasi, doa dan harapan serta bantuannya selama ini serta kepada rekan seperjuangan stambuk 2007 FP USU, terlebih seluruh mahasiswa program studi Agribisnis yang tetap semangat dan berani untuk menghadapi tantangan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu Penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi tercapainya karya terbaru kedepannya.

Akhir kata, tak ada gading yang tak retak dan memaafkan dari hati yang tulus lebih berharga daripada sekotak emas. Semoga skripsi ini bermanfaat. Terima Kasih.

Medan, Agustus 2011

(7)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Kegunaan Penelitian ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka ... 11

2.2 Landasan Teori ... 15

2.3 Kerangka Pemikiran ... 21

2.4 Hipotesis Penelitian ... 25

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 26

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 26

3.3 Metode Pengumpulan Data... 27

3.4 Metode Analisis Data ... 28

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional 3.5.1 Defenisi ... 30

3.5.2 Batasan Operasional ... 31

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 32

4.2 Keadaan Penduduk ... 32

4.3 Penggunaan Tanah ... 34

(8)

4.5 Karakteristik Sampel ... 36

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Usahatani Padi Sawah di Daerah Penelitian 5.1.1 Pengolahan Lahan ... 38

5.1.2 Persemaian ... 38

5.1.3 Penanaman ... 39

5.1.4 Pengairan ... 40

5.1.5 Pemupukan ... 40

5.1.6 Penyiangan ... 41

5.1.7 Pemberantasan Hama dan Penyakit ... 41

5.1.8 Panen... 42

5.1.9 Pascapanen ... 43

5.2 Analisis Ekonomi Usahatani Padi Sawah Sebelum dan Sesudah Kenaikan HPP Gabah... 44

5.3 Analisis Persentase Kenaikan Harga Penjualan petani dibanding HPP Gabah per 1 Januari 2010 ... 49

5.4 Analisis Perbedaan Pendapatan Usahatani Padi sawah Sebelum dan Sesudah Kenaikan HPP Gabah ... 51

5.5 Masalah-masalah yang Dihadapi Petani Padi Sawah di Daerah Penelitian .... 53

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 55

6.2 Saran ... 55

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal.

1. Perkembangan Harga Pembelian Pemerintah Lima Tahun Terakhir ... 5 2. Luas Panen, Produksi, Produktivitas Tanaman Padi Sawah di Kabupaten

Deli Serdang Tahun 2009 ... 6 3. Luas Panen, Produksi, Produktivitas Padi Sawah di Kecamatan

Beringin Tahun 2009 ... 7 4. Jumlah Kepala Keluarga Menurut Komposisi Mata Pencaharian di Desa

Sidoarjo II Ramunia Tahun 2010 ... 8 5. Kriteria Kualitas Gabah ... 14 6. Distribusi Populasi dan Sampel Petani Padi Sawah berdasarkan Luas Lahan

di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010 ... 27 7. Spesifikasi Pengumpulan Data ... 28 8. Parameter untuk Mengukur Persentase Kenaikan Harga ... 29 9. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Sidoarjo II

Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010 ... 33 10. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Sidoarjo II

Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010 ... 34 11. Luas dan Jenis Penggunaan Tanah di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan

Beringin, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010 ... 34 12. Sarana dan Prasarana di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin,

Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010 ... 35 13. Rekapitulasi Karakteristik Petani Sampel di Desa Sidoarjo II Ramunia,

Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang ... 36 14. Jumlah Benih yang Digunakan Sebelum dan Sesudah Kenaikan HPP 1

Januari 2010 ... 39 15. Jumlah Pupuk yang Digunakan Sebelum dan Sesudah Kenaikan HPP di

Daerah Penelitia ... 41 16. Jumlah Obat-obatan yang Digunakan Sebelum dan Sesudah Kenaikan HPP

di Daerah Penelitian ... 42 17. Analisis Ekonomi Usahatani Padi Sawah di Desa Sidoarjo II Ramunia,

Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang ... 45 18. Distribusi Biaya Pupuk dan Obat-obatan Sebelum dan Sesudah Kenaikan

HPP di Daerah Penelitian ... 47 19. Analisis Persentase Kenaikan Harga Penjualan Petani Gabah Kering Giling

dibanding HPP per 1 Januari 2010 ... 49 20. Frekwensi Petani berdasarkan Persentase Kenaikan Harga Penjualan Gabah

dengan HPP Gabah per 1 Januari 2010 ... 51 21. Analisis Perbedaan Pendapatan Usahatani Padi Sawah Sebelum (April-Juli

2009) dan Sesudah (April-Juli 2010) Kenaikan HPP Gabah di Desa

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal.

1. Pola Tanam Padi Sawah di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lamp. Judul Hal.

1 Karakteristik Sampel Petani Padi Sawah ... 58 2 Distribusi Penggunaan Sarana Produksi Benih, Pupuk dan Pestisida per

Petani

per Musim Tanam pada Usahatani Padi Sawah di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009-2010 ... 59 3 Distribusi Penggunaan Sarana Produksi Benih, Pupuk dan Pestisida per

Hektar

per Musim Tanam pada Usahatani Padi Sawah di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009-2010 ... 60 4a Distribusi Biaya Penggunaan Sarana Produksi Benih, Pupuk dan Pestisida

per Petani per Musim Tanam Sebelum Kenaikan HPP Gabah (April-Juli 2009)

di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten

Deli Serdang (Rp.000) ... 61 4b Distribusi Biaya Penggunaan Sarana Produksi Benih, Pupuk dan Pestisida

per Hektar per Musim Tanam Sebelum Kenaikan HPP Gabah (April-Juli 2009)

di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten

Deli Serdang (Rp.000) ... 62 5a Distribusi Biaya Penggunaan Sarana Produksi Benih, Pupuk dan Pestisida

per Petani per Musim Tanam Sesudah Kenaikan HPP Gabah (April-Juli 2010)

di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten

Deli Serdang (Rp.000) ... 63 5b Distribusi Biaya Penggunaan Sarana Produksi Benih, Pupuk dan Pestisida

per Hektar per Musim Tanam Sesudah Kenaikan HPP Gabah (April-Juli 2010)

di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten

Deli Serdang (Rp.000) ... 64 6 Distribusi Curahan Tenaga Kerja Menurut Macam Kegiatan per Petani

per Musim Tanam pada Usahatani Padi Sawah di Desa Sidoarjo II

Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009-2010 ... 65 7 Distribusi Curahan Tenaga Kerja Menurut Macam Kegiatan per Hektar

(12)

Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009-2010 ... 66 8a Distribusi Biaya Tenaga Kerja Menurut Macam Kegiatan per Petani

per Musim Tanam Sebelum Kenaikan HPP (April-Juli 2009) pada Usahatani Padi Sawah di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan

Beringin, Kabupaten Deli Serdang (Rp.000) ... 67 8b Distribusi Biaya Tenaga Kerja Menurut Macam Kegiatan per Petani

per Musim Tanam Sesudah Kenaikan HPP (April-Juli 2010) pada Usahatani Padi Sawah di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan

Beringin, Kabupaten Deli Serdang (Rp.000) ... 68 9a Distribusi Biaya Tenaga Kerja Menurut Macam Kegiatan per Hektar

per Musim Tanam Sebelum Kenaikan HPP (April-Juli 2009) pada Usahatani Padi Sawah di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan

Beringin, Kabupaten Deli Serdang (Rp.000) ... 69 9b Distribusi Biaya Tenaga Kerja Menurut Macam Kegiatan per Hektar

per Musim Tanam Sesudah Kenaikan HPP (April-Juli 2010) pada Usahatani Padi Sawah di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan

Beringin, Kabupaten Deli Serdang (Rp.000) ... 70 10a Produksi dan Produktivitas Usahatani Padi Sawah per Musim Tanam

Sebelum Kenaikan HPP (April-Juli 2009) di Desa Sidoarjo II Ramunia,

Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang ... 71 10b Produksi dan Produktivitas Usahatani Padi Sawah per Musim Tanam

Sesudah Kenaikan HPP (April-Juli 2010) di Desa Sidoarjo II Ramunia,

Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang ... 72 11a Distribusi Penggunaan Alat dan Umur Ekonomis per Petani pada

Usahatani Padi Sawah di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan

Beringin, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009-2010 ... 73 11b Distribusi Nilai Alat dan Nilai Sisa per Petani pada Usahatani Padi sawah

di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009-2010 (Rp.000) ... 74 11c Distribusi Nilai Alat dan Penyusutan per Petani per Musim Tanam pada

Usahatani Padi sawah di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan

Beringin, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009-2010 (Rp.000) ... 75 12a Biaya Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan Usahatani Padi Sawah

per Petani per Musim Tanam Sebelum Kenaikan HPP Gabah

(April-Juli 2009) di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin,

(13)

per Petani per Musim Tanam Sesudah Kenaikan HPP Gabah

(April-Juli 2010) di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin,

Kabupaten Deli Serdang (Rp.000) ... 77 13a Biaya Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan Usahatani Padi Sawah

per Hektar per Musim Tanam Sebelum Kenaikan HPP Gabah

(April-Juli 2009) di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin,

Kabupaten Deli Serdang (Rp.000) ... 78 13b Biaya Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan Usahatani Padi Sawah

per Hektar per Musim Tanam Sesudah Kenaikan HPP Gabah

(April-Juli 2010) di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin,

Kabupaten Deli Serdang (Rp.000) ... 79 14a Total Biaya Produksi dan Tingkat BEP per Hektar per Musim Tanam

Sebelum kenaikan HPP Gabah (April-Juli 2009) di Desa Sidoarjo II

Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang ... 80 14b Total Biaya Produksi dan Tingkat BEP per Hektar per Musim Tanam

Sesudah kenaikan HPP Gabah (April-Juli 2010) di Desa Sidoarjo II

Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang ... 81 15 Persentase Kenaikan Harga Penjualan Petani (Gabah Kering Giling)

dibanding HPP Gabah per 1 Januari 2010 ... 82 16 Uji Beda Pendapatan Usahatani Padi Sawah per Petani per Musim Tanam

Sebelum dan Sesudah Kenaikan HPP Gabah di Desa Sidoarjo II

(14)

ABSTRAK

Dahlan Sijabat (070309013), dengan judul skripsi “Pengaruh Kenaikan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Gabah per 1 Januari 2010 terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah”. Studi Kasus : Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang, dengan dibimbing oleh Ibu Ir. Asmi Tiurland Hutajulu M.S dan Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma Ginting M.Si.

Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah adalah besaran harga terendah yang ditetapkan oleh pemerintah terhadap gabah sesuai dengan kualitas gabah tersebut yang tujuannya untuk melindungi petani dengan adanya jaminan harga yang wajar. Kebijakan penetapan harga pembelian pemerintah ini diharapkan disamping untuk menjaga stabilitas harga, juga diharapkan dapat mendorong peningkatan produksi beras (padi) dan menjamin peningkatan pendapatan petani. Metode penelitian dilakukan secara purposive, metode penarikan sampel dilakukan dengan metode stratified random sampling. Metode analisis yang digunakan adalah diuji dengan menggunakan analisis deskriptif dan metode uji beda rata-rata menggunakan rumus t-hitung dengan uji 2 arah sebelum dan sesudah kenaikan HPP gabah (Paired Sample T-test).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Persentase kenaikan harga penjualan gabah petani dengan kenaikan HPP gabah per 1 Januari 2010 di daerah penelitian tergolong sedang yaitu sebesar 19,39 %. Ada perbedaan pendapatan usahatani petani padi sawah sebelum dan sesudah kenaikan HPP gabah 1 Januari 2010. Pendapatan sesudah kenaikan HPP gabah per 1 Januari 2010 meningkat sebesar Rp 2.327.290 (18,73 %) dari pendapatan sebelum kenaikan HPP gabah per 1 Januari 2010. Ada beberapa masalah yang dihadapi petani padi sawah di daerah penelitian dalam menjalankan kegiatan usahataninya yaitu Benih yang digunakan petani kualitasnya rendah, Serangan hama ulat penggulung daun, keong mas dan sundep menyebabkan produksi menurun. Harga jual gabah pada saat panen rendah. Dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi maka upaya-upaya yang dilakukan petani adalah Petani memilih benih sendiri walaupun benih yang digunakan tersebut bukan yang bersertifikat dengan melakukan perendaman sehingga benih yang kosong akan terapung. Upaya mengatasi serangan hama sundep dilakukan dengan penyemprotan dengan menggunakan insektisida Spontan secara teratur, keong mas diatasi dengan cara penyemprotan insektisida Molluscic secara teratur dan ulat penggulung daun diatasi dengan penyemprotan insektisida Match. Harga jual pada saat panen yang rendah maka upaya yang dilakukan petani hanya menjual gabahnya dengan jumlah tertentu cukup untuk membayar pengeluaran usahatani yang mendesak seperti membayar sewa lahan atau iuran irigasi dan lain-lain.

(15)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kerangka pembangunan nasional, mandat utama sektor pertanian adalah sebagai penyedia pangan yang cukup bagi penduduknya dan pendukung perkembangan sektor-sektor lainnya. Pada masa mendatang mandat tersebut terasa semakin berat karena laju permintaan terhadap hasil-hasil pertanian terus meningkat sejalan dengan laju pertambahan penduduk dan perbaikan pendapatan perkapita. Permintaan terhadap hasil-hasil pertanian akan meningkat baik dalam jumlah, keanekaragaman, maupun kualitasnya (Suryana, 2003).

Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting karena selain bertujuan menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, juga merupakan sektor andalan penyumbang devisa negara dari sektor nonmigas. Besarnya kesempatan kerja yang dapat diserap dan besarnya jumlah penduduk yang masih bergantung pada sektor ini masih perlu terus ditumbuhkembangkan. Dibalik peranan sektor pertanian yang semakin penting, keadaan sumber daya manusia yang berada di sektor ini masih memprihatinkan karena sebagian besar masih tergolong berkualitas rendah. Sekitar 69 % penduduk yang berada disektor ini tergolong miskin, diantaranya 82 % berada di pedesaan (Noor, 1996).

(16)

produsen pangan dan petani adalah juga sekaligus kelompok konsumen terbesar yang sebagian masih miskin dan membutuhkan daya beli yang cukup untuk membeli pangan. Petani harus memiliki kemampuan untuk memproduksi pangan sekaligus juga harus memiliki pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka sendiri. Disinilah perlu sekali peranan pemerintah dalam melakukan pemberdayaan petani (Hardiaputra, 2009).

Sejauh petani memproduksi untuk dijual, maka perangsang baginya untuk menaikkan produksi tergantung kepada perbandingan antara harga yang akan diterimanya untuk hasil dan biaya untuk memproduksikan hasil itu. Biaya produksi ini dipengaruhi oleh harga barang-barang input yang harus dibelinya. Harga hasil usahatani baik tingkat maupun stabilitas harga hasil usahatani mempengaruhi sampai dimana harga itu dapat merangsang petani untuk menaikkan produksinya. Adapun syarat lain bagi pembangunan pertanian sudah tersedia, maka semakin tinggi harga yang ditawarkan kepada petani untuk suatu hasil usahatani tertentu, semakin banyak pula hasil yang akan ia produksikan dan dibawa ke pasar (Mosher, 1997).

(17)

pangan murah (cheap food policy) untuk mendukung industrialisasi tanpa akar yang kukuh. Desakan dana moneter internasional untuk membebaskan impor beras di tanah air yang semakin memperparah keadaan petani padi Indonesia, sebenarnya mempunyai dua tujuan ganda. Pada satu sisi, hal ini memungkinkan industrialis menekan upah riil, disisi lainnya kebijakan ini akan membuka pasar ekspor biji-bijian bagi negara maju (Saragih, 2004).

Kebijakan pemerintah dapat mempengaruhi kemampuan produksi padi oleh petani. Pemerintah terus berupaya mengamankan dan menjaga stabilitas harga gabah dan beras. Terhitung mulai tanggal 1 April 2007, melalui Instruksi Presiden RI, Pemerintah memberlakukan penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) terhadap Gabah Kering Panen (GKP) dalam negeri sebesar Rp 2.000/Kg di penggilingan dan gabah kering giling Rp 2.575/Kg di penyimpanan. Kebijakan penetapan harga pembelian pemerintah ini diharapkan disamping untuk menjaga stabilitas harga, juga diharapkan dapat mendorong peningkatan produksi beras (padi) dan menjamin peningkatan pendapatan petani (Syam, 2009).

(18)

yang semula diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani, tetapi kenyataannya justru menekan kehidupan petani (Sastraatmadja, 1991).

(19)

Tabel 1. Perkembangan Harga Pembelian Pemerintah Lima Tahun Terakhir

Instruksi Presiden Jenis Harga

(Rp/Kg) Keadaan

No. 13 Tahun 2005, Tgl 10 Oktober 2005, berlaku mulai 1 Januari 2006

GKP 1.730 Di Penggilingan

GKG 2.250 Di Gudang Penyimpanan 2.280 Di Penggilingan

BERAS 3.550 Di Gudang Penyimpanan No. 1 Tahun 2008, Tgl

22 April 2008, berlaku mulai 22 April 2008

GKP 2.200 Di Petani 2.240 Di Penggilingan GKG 2.800 Di Penggilingan

Di Gudang BULOG Di Gudang BULOG Di Petani

2.840

BERAS 4.300 No. 8 Tahun 2008, Tgl

24 Desember 2008, berlaku mulai 1 Januari 2009

GKP 2.400

2.440 Di Penggilingan GKG 3.000 Di Penggilingan

3.040 Di Gudang BULOG BERAS 4.600 Di Gudang BULOG No. 7 Tahun 2009, Tgl

29 Desember 2009 berlaku mulai 1 Januari 2010

GKP 2.640 Di Petani 2.685 Di Penggilingan GKG 3.300 Di Penggilingan

3.345 Di Gudang BULOG BERAS 5.060 Di Gudang BULOG Sumber: Dinas Pertanian Sumatera Utara, 2010

(20)

maksimal 3 % naik dari Rp 3.000/Kg menjadi Rp 3.300/Kg. Sedangkan GKG di Gudang Bulog naik dari Rp 3.040/ Kg menjadi Rp 3.345/Kg. Harga Pembelian Beras dengan kadar air maksimum 14 %, butir patah maksimum 20 %, kadar menir maksimum 2 %, dan derajat sosoh minimum 95 % adalah 5.060. Kenaikan HPP padi ini diharapkan dapat merangsang petani untuk lebih intensif mengusahakan usahatani padi sawah sehingga produktivitas lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya. Keadaan produktivitas padi sawah per kecamatan di Kabupaten Deli Serdang tahun 2008 dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Luas Panen, Produksi, Produktivitas Tanaman Padi Sawah di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009

NO Kecamatan Luas lahan (Ha)

Luas Panen (Ha)

Produksi (Ton)

Produktivitas (Ton/Ha)

1 Gunung Meriah 566 1.132 5.674 5,01

2 STM Hulu 666 1.332 6.651 4,99

3 Sibolangit 565 1.129 5.689 5,04

4 Kutalimbaru 960 1.919 9.772 5,09

5 Pancurbatu 383 766 3.873 5,06

6 Namorambe 772 1.543 7.951 5,15

7 Biru-biru 624 1.248 6.246 5,00

8 STM Hilir 720 1.440 7.291 5,06

9 Bangun Purba 183 365 1.825 5,00

10 Galang 1.001 2.002 10.130 5,06

11 T. Morawa 2.396 4.791 24.798 5,18

12 Patumbak 653 1.305 6.556 5,02

13 Deli Tua 21 42 211 5,02

14 Sunggal 2.495 4.989 26.041 5,22

15 H. Perak 5.376 10.751 56.021 5,21

16 Labuhan Deli 3.712 7.424 38.442 5,18

17 Percut Sei Tuan 4.844 9.688 51.170 5,28

18 Batang Kuis 800 1.600 7.986 4,99

19 Pantai Labu 3.765 7.529 39.146 5,20

20 Beringin 2.479 4.958 25.794 5,20

21 Lubuk Pakam 1.462 2.923 15.900 5,44

22 Pagar Merbau 2.349 4.698 25.101 5,34

Jumlah 36.685 73.369 381.955 5,21

(21)

Tabel 2 menunjukkan produktivitas padi sawah di Kabupaten Deli Serdang adalah 5,21 Ton dan Kecamatan Beringin memiliki produktivitas yang tertinggi urutan keenam sebagai daerah sentra produksi padi di Kabupaten Deli Serdang sebagai daerah sentra produksi padi sawah di Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan data produksi dan produktivitas padi sawah di Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan Beringin merupakan salah satu Kecamatan yang cukup berpotensi dengan luas lahan 2.479 Ha, produksi 25.794 Ton dan produktivitas sebesar 5,20 Ton/Ha. Selanjutnya keadaan luas panen, produksi dan produktivitas padi sawah di Kecamatan Beringin menurut desa dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Luas Panen, Produksi, Produktivitas Padi Sawah di Kecamatan Beringin Tahun 2009

NO Desa/ Kelurahan Lahan Luas (Ha)

Luas Panen

(Ha)

Produksi (Ton)

Produktivitas (Ton/ Ha)

1 Tumpatan 116,13 232 1.118 4,81

2 Emplasman Kuala Namo - - - -

3 Sidodadi Ramunia 419,93 840 4.263 5,08

4 Pasar V Kebun Kelapa 66,15 132 631 4,77

5 Aras Kabu 263,62 527 2.526 4,79

6 Serdang 254,31 509 2.514 4,94

7 Sidourip 123,97 248 1.216 4,91

8 Pasar VI Kuala Namu - - - -

9 Karang Anyar 406,70 813 4.221 5,19

10 Beringin 304,78 610 3.382 5,55

11 Sidoarjo II Ramunia 523,28 1.047 5.924 5,66

Jumlah 2.478,87 4.958 25.794 5,20

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, 2010

(22)

produktivitas sebesar 5,66 Ton/Ha. Keadaan data produksi tersebut akan lebih besar lagi dengan intensitas pertanaman ditingkatkan. Selanjutnya data tentang jumlah kepala keluarga menurut komposisi mata pencaharian di Desa Sidoarjo II Ramunia dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Kepala Keluarga Menurut Komposisi Mata Pencaharian di Desa Sidoarjo II Ramunia Tahun 2010

No Mata Pencaharian Jumlah (KK) Persentase

1 Pertanian 567 85 %

2 Buruh/ Karyawan 15 2 %

3 Perdagangan 50 7 %

4 PNS 30 4 %

5 Industri 8 1 %

Jumlah 670 100 %

Sumber : Kantor Kepala Desa Sidoarjo II Ramunia, 2010

Tabel 4 menunjukkan bahwa 85 % kepala keluarga yang ada di Desa Sidoarjo II Ramunia bermatapencaharian sebagai petani dan selanjutnya pola tanam di desa tersebut dapat dilihat pada gambar 1.

Gbr 1. Pola Tanam Padi Sawah di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang Tahun

Musim Tanam I Musim Tanam II

Bulan

Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar

Sumber: Kantor Kepala Desa Sidoarjo II Ramunia, 2010

Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa pola tanam padi sawah dalam setahun terdiri dari dua kali musim tanam padi sawah yaitu musim tanam pertama dimulai dari bulan April-Juli yang meliputi pembukaan lahan sampai panen. Setelah panen

(23)

kurang lebih dua bulan. Setelah itu, musim tanam kedua dimulai bulan Oktober- Januari yang meliputi pembukaan lahan sampai panen. Dan kurang

lebih dua bulan berikutnya yaitu setelah panen kedua pada bulan Januari, maka petani menanami lahannya dengan tanaman palawija untuk menunggu musim tanam berikutnya. Pola tanam dua kali setahun sudah lama dilakukan oleh petani dengan produktivitas padi sawah rata-rata 5,66 Ton/Ha namun sudah berada diatas produktivitas rata-rata Kabupaten Deli Serdang dengan asumsi pengunaan sarana produksi belum optimal. Dengan naiknya HPP padi sawah serta didukung penggunaan sarana produksi yang optimal diharapkan petani di Desa Sidoarjo II Ramunia dapat meningkatkan produktivitas padi sawah lebih tinggi. Kenaikan HPP berlaku mulai 1 Januari 2010, dimana telah berlangsung dua kali musim tanam dan setiap musim tanam petani menjual sebagian atau seluruhnya produksi padi sawah. Untuk itu perlu diteliti apakah kenaikan HPP berpengaruh terhadap pendapatan petani padi sawah menjadi perhatian dari penelitian ini. Disisi lain juga perlu diamati apakah kenaikan HPP padi yang ditetapkan oleh pemerintah telah memasyarakat dilingkungan petani masih mengandung pertanyaan.

1.2. Identifikasi Masalah

(24)

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan identifikasi masalah maka tujuan penelitian adalah untuk mengetahui seberapa besar persentase kenaikan harga penjualan gabah petani dibandingkan dengan persentase kenaikan HPP gabah mulai tahun 2006-2010 di daerah penelitian, untuk mengetahui perbedaan pendapatan usahatani bagi petani sebelum dan sesudah kenaikan HPP gabah di daerah penelitian.

1.4. Kegunaan Penelitian

(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1. Tinjauan Pustaka

Tanaman padi merupakan jenis tumbuhan semusim (annual) dengan sistematika atau taksonomi sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Class : Monocotyledoneae Ordo : Graminales

Family : Graminae Genus : Oryza

Spesies : Oryza sativa L (AAK, 1990).

Padi termasuk golongan tanaman semusim atau tanaman muda yaitu tanaman yang biasanya berumur pendek, kurang dari satu tahun dan satu kali berproduksi; setelah berproduksi akan mati atau dimatikan. Tanaman padi dapat dibedakan kedalam dua tipe yaitu, padi kering yang tumbuh pada lahan kering dan padi sawah yang memerlukan air menggenang.

Tanaman padi dapat dikelompokkan dalam dua bagian yaitu: 1. Bagian vegetatif

Akar

(26)

rambut, tajuk. Anakan pertama tumbuh setelah tanaman berumur 10 hari setelah tanam, maksimum 50-60 hari setelah tanam, tergantung varietasnya. Batang

Tanaman padi mempunyai batang yang beruas-ruas. Panjang batang tergantung pada jenisnya. Padi jenis unggul biasanya berbatang pendek atau lebih pendek daripada jenis lokal, sedangkan jenis padi yang tumbuh di tanah rawa dapat lebih panjang lagi, yaitu antara 2-6 meter. Rangkaian ruas-ruas pada batang padi mempunyai panjang yang berbeda-beda

Anakan

Tanaman padi membentuk rumpun dengan anakannya, biasanya anakan tumbuh pada dasar batang. Pembentukan anakan terjadi secara bersusun yaitu anakan pertama yang tumbuh pada batang pokok atau batang utama, anakan kedua tumbuh pada batang bawah anakan pertama, anakan ketiga dan seterusnya tumbuh pada buku pertama pada batang anakan kedua dengan betuk yang serupa dengan anakan pertama dan kedua.

Daun

Tanaman yang termasuk jenis rumput-rumputan mempunyai daun yang berbeda-beda, baik bentuk maupun susunan atau bagian-bagiannya.

2. Bagian Generatif Malai

(27)

Buah Padi

Gabah adalah

dipisahkan dari tangkainya

gabah. Dalam perdagangan komoditas, gabah merupakan tahap yang penting dalam pengolahan padi sebelum dikonsumsi karena perdagangan padi dalam partai besar dilakukan dalam bentuk gabah. Terdapat definisi teknis perdagangan untuk gabah, yaitu hasil tanaman padi yang telah dipisahkan dari tangkainya dengan cara perontokan.

(AAK, 1990).

Tanaman padi dapat tumbuh dengan baik di daerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Tanaman padi membutuhkan curah hujan yang baik, rata-rata 2000 mm/ bulan dengan distribusi selama 4 bulan. Sedangkan curah hujan yang dikehendaki pertahun adalah 1500-2000 mm. Suhu yang dikehendaki untuk tanaman padi adalah 230 C keatas. Pengaruh suhu tidak terasa di Indonesia, sebab suhunya hampir konstan sepanjang tahun. Ketinggian tempat yang cocok untuk tanaman padi adalah 0-65 m diatas permukaan laut (Suparyono, 1993).

Tanah yang baik untuk areal persawahan adalah tanah lumpur dengan kandungan ketida fraksi yaitu pasir, lempung, liat dengan perbandingan tertentu. Padi dapat tumbuh dengan baik pada pH antar 4-7 dengan kedalaman olah tanah 18 cm (Suparyono, 1993).

(28)

istilah-istilah khusus yang mengacu pada kualitas gabah sebagai referensi penentuan harga.

Tabel 5. Kriteria Kualitas Gabah

Kualitas Gabah

Kadar Air (%)

Butir Hampa/

Kotoran (%)

Hijau/ Mengapur

(%)

Kuning (%)

Merah (%) GabahKering

Panen (GKP)

18<KA<25 6<HK<10 7<HKp<10 0<BK<3 0<BM<3

Gabah Kering Simpan (GKS)

14<KA<18 3<HK<6 5<HKp<7 0<BK<3 0<BM<3

Gabah Kering Giling (GKG)

0<KA<14 0<HK<3 0<HKp<5 0<BK<3 0<BM<3

Sumber: Anonimous, 2010

Tabel 5 menunjukkan bahwa kriteria kualitas gabah terdiri dari :

1. Gabah Kering Panen (GKP), gabah yang mengandung kadar air lebih besar dari 18% tetapi lebih kecil atau sama dengan 25 % (18%<KA<25%), hampa/kotoran lebih besar dari 6 % tetapi lebih kecil atau sama dengan 10 % (6%<HK<10%), butir hijau/mengapur lebih besar dari 7 % tetapi lebih kecil atau sama dengan 10 % (7%<HKp<10%), butir kuning/rusak maksimal 3 % dan butir merah maksimal 3 %.

(29)

3. Gabah Kering Giling (GKG), adalah gabah yang mengandung kadar air maksimal 14 %, kotoran/hampa maksimal 3 %, butir hijau/mengapur maksimal 5 %, butir kuning/rusak maksimal 3 % dan butir merah maksimal 3 % (Anonimous, 2010).

Harga dasar sebagai instrumen untuk melindungi petani dari jatuhnya harga saat panen karena surplus musiman serta jaminan terhadap profitabilitas usahatani padi yang wajar masih diperlukan. Tingkat harga dasar perlu ditetapkan secara nasional. Ukuran yang dapat dipakai adalah seberapa besar peranan harga diharapkan menyumbang pendapatan petani, serta seberapa besar tingkat proteksi yang diberikan kepada petani terhadap harga beras dunia. Semakin tinggi kontribusi pendapatan dan proteksi yang diharapkan akan meningkatkan tingkat harga dasar (Sumodiningrat, 2001).

2.2. Landasan Teori

(30)

yang hanya 3,2 juta Ton. Pemerintah juga berharap dengan kenaikkan HPP GKP sebesar 10 %, pendapatan petani akan meningkat sekitar Rp 1 juta/ Ha. Jumlah itu dengan asumsi, biaya produksi petani tidak naik, kecuali pupuk. Namun demikian dalam usaha tani, pengeluaran petani untuk membeli pupuk hanya sekitar 7-10 % (Sinar tani, 2010).

Harga jual jarang mempunyai hubungan yang pasti dengan harga pokok, oleh karena persaingan dan elastisitas permintaan perlu juga diperhitungkan. Laba tergantung pada kombinasi yang memuaskan antara harga dan volume oleh karena itu volume harus dianggap sebagai faktor variabel dalam mengumpulkan data tentang biaya yang akan dipergunakan sebagai pedoman dalam penetapan harga jual (Soemarsono, 1990).

(31)

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya biaya dan pendapatan sangatlah kompleks. Namun demikian, faktor tersebut dapat dibagi ke dalam dua golongan sebagai berikut

1. Faktor internal (umur petani, pendidikan, pengetahuan, keterampilan, jumlah tenaga kerja keluarga, luas lahan, dan modal) dan faktor eksternal (input yang meliputi ketersediaan dan harga, output yang meliputi permintaan dan harga) 2. Faktor manajemen yaitu petani sebagai manajer harus dapat mengambil

keputusan dengan berbagai pertimbangan ekonomis sehingga diperoleh keputusan yang memberikan pendapatan yang maksimal. Petani sebagai jurutani harus dapat melaksanakan usahataninya dengan sebaik-baiknya, yaitu penggunaan faktor produksi dan tenaga kerja secara efisien sehingga akan diperoleh manfaat yang setinggi-tingginya.

(Suratiyah, 2006).

(32)

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produk yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut:

y n

i

P

Y

TR

.

1

=

=

Keterangan :

TR = Total Penerimaan

Y = Produksi yang diperoleh dalam usahatani Py = Harga Y

n = Jumlah macam tanaman yang diusahakan

Struktur usahatani bisanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu: Biaya tetap (Fixed Cost) dan Biaya tidak tetap (Variable Cost). Biaya tetap ini biasanya didefenisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Contoh biaya tetap adalah sewa tanah, pajak, alat pertanian, dan iuran irigasi.

Disisi lain biaya tidak tetap atau biaya variabel adalah biasanya didefenisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Contohnya biaya untuk sarana produksi, kalau menginginkan produksi yang tinggi maka tenaga kerja perlu ditambah, pupuk juga perlu ditambah dan sebagainya sehingga biaya ini sifatnya berubah-ubah tergantung dari besar kecilnya produksi yang diinginkan dan ketersediaan modal yang dimiliki petani.

Cara menghitung biaya tetap adalah

=

=

n

i

i

i

Px

X

FC

(33)

Keterangan :

FC = Biaya tetap

Xi = Jumlah fisik dari input yang membentuk biaya tetap

Pxi = Harga input

n = Macam input

Untuk menghitung nilai penyusutan dapat dihitung dengan metode garis lurus (straight line method)

ekonomis Umur

sisa Nilai Cost

tahun per

Penyusutan = −

Biaya total merupakan total biaya sarana produksi yang digunakan dalam usahatani selama proses produksi berlangsung. Pernyataan ini dapat ditulis sebagai berikut:

VC

FC

TC

=

+

Keterangan :

TC = Total Cost (Biaya total) FC = Fixed Cost (Biaya tetap)

VC = Variable Cost (Biaya tidak tetap) (Suratiyah, 2006).

(34)

Rumus ini ditulis sebagai berikut:

(

)

2 . . 5 , 1 AB P=

Keterangan:

P : Harga terendah untuk padi pada level usahatani

A : Harga CIF (Cost, Insurance and Freight) pupuk urea asal impor (dalam rupiah)

B : Kurs BE (bonus ekspor) yang berlaku di pasar bebas, dinyatakan dalam rupiah per US dolar.

(Puspoyo, 1999).

Cara perhitungan harga dasar dengan pendekatan Incremental Benefit Cost Ratio (IBCR). Besarnya kenaikan produksi dibandingkan dengan tambahan biaya karena mengikuti program Bimas dipakai sebagai patokan untuk menghitung seberapa besar harga minimum yang harus diterima petani. Formula IBCR dapat ditulis sebagai berikut:

(

)

c b a Q P

IBCR= . 1− −

Keterangan :

P : Harga padi dalam Rp/kg sebagai harga dasar yang dicari Q : Tambahan hasil (kg/ha)

a : Pajak b : Upah

(35)

Break Event Point (BEP) merupakan suatu keadaan impas atau kembali modal sehingga usaha tidak untung dan tidak rugi atau hasil penjualan sama dengan biaya yang dikeluarkan.

oduksi Total

oduksi Biaya

Total a

H BEP

Pr Pr arg =

Analisa BEP (analisa keseimbangan/ Break Event Point) adalah suatu metode untuk mempelajari hubungan penjualan, biaya, dan laba. Analisa ini mempunyai faedah atau kegunaan sebagai berikut:

1. Menunjukkan hubungan dengan penjualan, biaya produksi dan laba. 2. Menunjukkan pengaruh perubahan penjualan atas laba.

3. Dapat dipergunakan untuk membuat proyeksi akibat perubahan biaya atau laba.

4. Dapat dipergunakan untuk membuat prediksi jumlah penjualan tetapi dikehendaki laba konstan.

(Wasis, 1986).

Kerangka Pemikiran

(36)

Usahatani padi adalah sistem budidaya padi yang dijalankan oleh petani dengan memanfaatkan faktor produksi seoptimal mungkin yang bertujuan untuk menghasilkan produktivitas padi yang tinggi guna mengganti seluruh biaya yang telah dikorbankan mulai lahan diolah hingga padi siap untuk dipanen dan dijual. Usahatani disini dapat diartikan berupa usaha yang dilakukan oleh petani pemilik, penggarap, atau penyewa lahan pada sebidang lahan yang dikuasainya, tempat petani mengelola input produksi yang tersedia dengan segala pengetahuan dan kemampuannya untuk memperoleh hasil.

Penerimaan dapat diperoleh setelah produksi gabah dikalikan dengan harga yang berlaku. Besarnya penerimaan selain dipengaruhi oleh produksi juga sangat dipengaruhi oleh harga baik itu harga di petani, di penggilingan maupun di Bulog. Untuk melindungi petani maka pemerintah menetapkan harga pembelian pemerintah (HPP) terendah baik dipetani, dipenggilingan maupun di Bulog. Penerimaan tersebut bukanlah mutlak menjadi keuntungan atau pendapatan bagi petani. Untuk mendapatkan pendapatan bersih maka petani perlu melakukan analisis usahatani yaitu memperhitungkan seluruh biaya yang dikeluarkan mulai dari perencanaan sampai siap dipasarkan.

(37)
(38)

Lingkungan

Lingkungan Keterangan:

: Berpengaruh Langsung

Gbr 2. Kerangka Pemikiran

Petani

Usahatani Padi Sawah

Produksi Gabah

Produktivitas

Penerimaan Harga Jual Sebelum

Kenaikan HPP 1 Januari 2010

Harga Jual Setelah Kenaikan HPP 1 Januari 2010

Pendapatan Bersih

Sebelum Kenaikan HPP

Sesudah Kenaikan HPP

(39)

2.4. Hipotesis Penelitian

(40)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara Purposive Sampling (sengaja) yaitu di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang dengan pertimbangan bahwa daerah penelitian tersebut cukup potensial ditinjau dari segi luas areal, produksi dan produktivitas padi. Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa desa ini menduduki urutan pertama dari sembilan desa produsen padi sawah dari seluruh desa yang ada di Desa Sidoarjo II Ramunia dengan luas areal tanaman padi 523,28 Ha (21,11 % dari total luas areal padi sawah di Kecamatan Beringin) jumlah produksi 5.924 Ton (22,96 % dari total produksi padi sawah di Kecamatan Beringin) dan produktivitas sebesar 5,66 Ton/Ha.

3.2. Metode Penentuan Sampel

(41)
[image:41.595.113.505.141.234.2]

Tabel 6. Distribusi Populasi dan Sampel Petani Padi Sawah Berdasarkan Luas Lahan di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010

No Luas Lahan (Ha)

Populasi (KK)

Sampel (KK)

1 < 0,5 82 4

2 0,5-1 365 19

3 >1 120 7

Jumlah 567 30

Sumber: Kantor Kepala Desa Sidoarjo II Ramunia, 2010

3.3. Metode Pengumpulan Data

(42)
[image:42.595.118.510.115.365.2]

Tabel 7. Spesifikasi Pengumpulan Data

No Jenis Data Sumber Data Metode

1 Identitas Petani Petani Wawancara

2 Biaya Produksi Sebelum dan

Kenaikan HPP Gabah Petani

Pencatatan Data dan Wawancara

3 Produksi Sebelum dan Sesudah

Kenaikan HPP Gabah Petani

Pencatatan Data dan Wawancara

4 Pendapatan sebelum dan sesudah kenaikan HPP Gabah Petani

Pencatatan Data dan Wawancara

5 Deskripsi Daerah Penelitian Kantor Kepala Desa

Pencatatan Data dan Wawancara

6 Perkembangan HPP Lima

Tahun Terakhir Dinas Pertanian

Pencatatan Data dan Wawancara

7

Luas Areal dan Produksi Padi Sawah di Kabupaten Deli Serdang

BPS Kabupaten Pencatatan Data dan Wawancara

8 Strata Luas Lahan Petani Kelompok Tani Pencatatan Data dan Wawancara

3.4. Metode Analisis Data

Semua data yang diperoleh dari lapangan ditabulasi sesuai dengan kebutuhan. Kemudian dianalisis dengan menggunakan uji statistik.

Untuk masalah seberapa besar persentase kenaikan harga penjualan gabah petani dibandingkan dengan persentase kenaikan HPP gabah mulai tahun 2006-2010 di daerah penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dengan melihat rata-rata persentase kenaikan HPP mulai tahun 2006-2010 dibandingkan dengan persentase kenaikan harga penjualan gabah petani sesudah kenaikan HPP

per 1 Januari 2010 dengan asumsi HPP gabah kering giling (GKG) adalah Rp 3.300/kg di penggilingan namun di daerah penelitian harga penjualan GKG

(43)
[image:43.595.111.356.547.742.2]

Tabel 8. Parameter untuk Mengukur Persentase Kenaikan Harga

No Persentase Kenaikan

(%) Keterangan

1 < 15 Rendah

2 ≥15 Tinggi

Sumber : Data diolah dari Lampiran 17

Untuk masalah apakah ada perbedaan pendapatan usahatani padi sawah petani sebelum dan sesudah kenaikan HPP gabah di daerah penelitian dianalisis dengan metode uji beda rata-rata menggunakan rumus t-hitung dengan uji 2 arah sebelum dan sesudah kenaikan HPP gabah (Paired Sample T-test).

Jika:

H0 : µ1 = µ2 atau µ1 - µ2 =0

H1 : µ1≠ µ2 atau µ1 - µ2 ≠0

Keterangan :

µ1 = Pendapatan usahatani sebelum kenaikan HPP gabah

µ2 = Pendapatan usahatani sesudah kenaikan HPP gabah

Rumus:

Untuk sampel (n) ≤ 30.

(44)

Kriteria uji dengan 2 pihak:

-(t-tabel) ≤ th ≤ t-tabel Hipotesis H0 diterima

th < -(t-tabel) atau th > t-tabel Hipotesis H1 diterima

Keterangan:

1

x = rata-rata nilai variabel I

2

x = rata-rata nilai variabel II

S1 = rata-rata standar deviasi I

S2 = rata-rata standar deviasi II

n1 =Jumlah sampel variabel I

n2 = Jumlah sampel Variabel II

Xi1 = Nilai individu ke-i dari sebelum kenaikan HPP gabah

Xi2 = Nilai individu ke-i dari sesudah kenaikan HPP gabah

(Djarwanto, 1996).

3.5. Defenisi dan Batasan Operasional

Defenisi dan batasan operasional dibuat untuk menghindari kekeliruan dan kesalahpahaman dalam menafsirkan penelitian ini. Adapun defenisi dan batasan operasional yang dibuat adalah:

3.5.1. Defenisi

1. Usahatani padi sawah adalah suatu usaha yang dilakukan di atas media tanam (sebidang tanah sawah) yang diatasnya diusahakan tanaman padi sawah. 2. Petani sampel adalah petani yang mengusahakan padi sawah sebagai mata

(45)

3. Sarana produksi adalah input produksi yang meliputi bibit, pupuk, dan obat-obatan yang digunakan dalam usahatani padi sawah.

4. Gabah adalah hasil tanaman padi yang telah dilepaskan dari tangkainya. 5. Produksi adalah hasil tanaman padi yang berupa gabah kering (Kg)

6. Produktivitas adalah Jumlah hasil produksi per luas lahan yang dinyatakan dengan Ton/Ha.

7. Harga pembelian pemerintah adalah harga yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai garansi pasar atau produk petani.

8. Penerimaan adalah hasil perkalian antara jumlah produksi padi sawah dengan harga jual (Rp/MT)

9. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan biaya produksi.

10.Sebelum kenaikan HPP adalah keadaan usahatani (Pelaksanaan musim tanam April - Juli 2009.

11.Sesudah kenaikan HPP adalah keadaan usahatani (pelaksanaan musim tanam April – Juli 2010.

3.5.2. Batasan Operasional

1. Lokasi Penelitian adalah di Desa Sidoarjo II Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

2. Waktu penelitian adalah tahun 2010

(46)

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Desa Sidoarjo II Ramunia mempunyai luas wilayah sekitar 588,28 ha dan jumlah penduduk 3.776 jiwa. Desa Sidoarjo II Ramunia ini terletak pada ketinggian 8 km dpl dengan bertopografi daratan dengan curah hujan rata-rata 3.000 mm/tahun. Desa ini berjarak 5 km dari ibukota kecamatan (Beringin), 15 km dari ibukota kabupaten (Lubuk Pakam), dan 48 km dari ibukota provinsi (Medan).

Secara administrasi Desa Sidoarjo II Ramunia mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :

-

Sebelah Utara : Denai Lama/Desa Ramunia I/Desa Ramunia II Kec.P.Labu

-

Sebelah Selatan : Desa Karang Anyar Kec.Beringin

-

Sebelah Barat : Desa Beringin Kec.Beringin

-

Sebelah Timur : Sungai Ular Kab.Serdang Bedagai

4.2. Keadaan Penduduk

(47)
[image:47.595.114.509.181.273.2]

tangga (KK). Jumlah dan distribusi penduduk di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Distibusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin, Kab. Deli Serdang Tahun 2010

No Kelompok Umur

(Tahun)

Jumlah (Jiwa)

Persentase (%)

1 0-14 851 22,54

2 15-49 2.293 60,73

3 > 50 632 16,73

Total 3.776 100,00

Sumber : Kantor Kepala Desa Sidoarjo II Ramunia, 2011

Tabel 9 menunjukkan penduduk kelompok umur usia anak-anak (0-14 tahun) sebanyak 851 jiwa (22,54 %), kelompok umur usia produktif (15-49 tahun) sebanyak 2.293 jiwa (60,73 %) dan kelompok umur usia ≥ 50 tahun sebanyak 632 jiwa (16,73 %).

Pada umumnnya masyarakat Desa Sidoarjo II Ramunia saling mengenal satu sama lain sehingga keakraban dapat terjalin dengan baik. Bahasa komunikasi yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah bahasa Batak, Jawa dan Indonesia.

Jadi dapat disimpulkan bahwa daerah penelitian memiliki tenaga kerja yang cukup karena persentase jumlah penduduk pada usia produktif lebih tinggi yaitu sebesar 60,73%.

(48)
[image:48.595.113.517.123.279.2]

Tabel 10. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kec. Beringin, Kab. Deli Serdang Tahun 2010.

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Jiwa Persentase (%)

1 Buta Aksara 468 12,39

2 Tidak Tamat SD 1.200 31,78

3 Tamat SD 1594 42,21

4 Tamat SMP 217 5,75

5 Tamat SMA 201 5,32

6 Tamat Akademi (D1-D3) dan Sarjana 96 2,54

Total 3.776 100,00

Sumber : Kantor Kepala Desa Sidoarjo II Ramunia, 2011

Tabel 10 menunjukkan jumlah penduduk yang buta aksara sebanyak 468 jiwa (12,39 %), tidak tamat SD sebanyak 1.200 jiwa (31,78 %), tingkat pendidikan SD sebanyak 1.594 jiwa (42,21 %), tingkat pendidikan SMP sebanyak 217 jiwa (5,75 %), tingkat pendidikan SMA 201 jiwa (5,32 %), tingkat pendidikan akademi dan sarjana sebanyak 96 jiwa (2,54 %). Dengan demikian dapat diasumsikan tingkat pendidikan masyarakat di daerah penelitian masih relatif rendah.

4.3. Penggunaan Tanah

Luas Wilayah daerah penelitian adalah 588,28 ha dengan penggunaan tanah seperti terlihat pada tabel 11.

Tabel 11. Luas dan Jenis Penggunaan Tanah di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010

No. Jenis Penggunaan Tanah Luas (ha)

Persentase (%)

1 Persawahan 523,28 88,95

2 Pemukiman 40 6,80

3 Sosial 25 4,25

Jumlah 588,28 100,00

[image:48.595.117.509.140.281.2]
(49)

Tabel 11 menunjukkan penggunaan tanah yang paling luas adalah untuk lahan persawahan yaitu sebesar 523,28 ha (88,95 %), untuk pemukiman sebesar 40 ha (6,80 %) dan untuk sosial (jalan raya, kuburan, sekolah, gereja, dll) sebesar 25 ha (4,25 %). Data ini mengindikasikan bahwa daerah penelitian adalah daerah pertanian yang ditanami padi sawah.

4.4. Sarana dan Prasarana

[image:49.595.112.512.354.569.2]

Sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Sidoarjo II Ramunia dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel 12. Sarana dan Prasarana di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010

No. Uraian Jumlah

(Unit) 1. Pendidikan

-

SD

-

SMP

4 2 2. Sarana Ibadah

-

Gereja 7

3. Sarana Kesehatan

-

BKIA

-

Posyandu

1 4

6. Kilang Padi 7

7. Irigasi 1

[image:49.595.116.506.357.568.2]

Sumber: Kantor Kepala Desa Sidoarjo II Ramunia, 2011

(50)

4.5. Karakteristik Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah petani yang mengusahakan tanaman padi dalam lahan pertaniannya dan menjadi penghasilan utamanya. Karakteristik yang diamati antara lain umur, pendidikan formal, pengalaman bertani, jumlah tanggungan, dan luas lahan yang dikelola baik lahan itu milik sendiri maupun sewa. Rekapitulasi karakteristik petani sampel dapat dilihat pada tabel 13.

Tabel 13. Rekapitulasi Karakteristik Petani Sampel di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang

No Uraian Satuan Rataan Range

1. Umur Tahun 45,63 30-75

2. Pendidikan Formal Tahun 9,83 6-17

3. Pengalaman Bertani Tahun 19,87 5-55

4. Jumlah Tanggungan Jiwa 5,00 2-10

5. Luas Lahan Hektar 0,92 0,12-2,3

Sumber : Data diolah dari Lampiran 1

Tabel 13 menunjukkan bahwa rata-rata umur petani sampel adalah 45,63 tahun dengan range antara 30-75 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum petani sampel berada pada usia produktif meskipun ada yang sudah memasuki usia lanjut.

Tingkat pendidikan yang ditempuh petani sampel pada umumnya adalah rata-rata 9,83 tahun dengan range 6-17 tahun. Rata-rata tingkat pendidikan sampel sudah tergolong tinggi yaitu setara SMP dan bahkan ada sampel yang tingkat pendidikannya sudah sarjana.

[image:50.595.113.511.294.392.2]
(51)

sudah tergolong tinggi sehingga diasumsikan petani sampel telah mapan dalam mengatasi masalah yang dihadapi dalam usahataninya.

Rata-rata jumlah tanggungan petani sampel adalah 4,47 jiwa dengan range 2-10 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel memiliki jumlah tanggungan dikategorikan sedang.

(52)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Usahatani Padi Sawah di Daerah Penelitian

Pertanian merupakan sumber penghasilan utama di daerah penelitian dimana 85% jumlah KK yang ada didaerah penelitian bermatapencaharian petani. Yang menjadi komoditas utama adalah padi sawah dan selanjutnya pola tanam di desa tersebut dapat dilihat pada gambar 1.

5.1.1. Pengolahan Lahan

Pengolahan sawah atau pembajakan dilakukan lebih kurang satu bulan sebelum tanam dengan menggunakan jetor atau hand traktor. Petani dapat menyewa jetor dengan harga Rp 750.000/ ha atau sebesar Rp 30.000/rante. Biaya ini sudah termasuk biaya pembajakan dan perataan tanah. Setelah pembajakan pertama, kira-kira 21 hari lagi dilakukan perataan tanah dengan menggunakan jetor juga dan kemudian satu atau dua hari lagi dilakukan penanaman. Perataan tanah dilakukan untuk memecah bongkahan tanah hasil bajakan menjadi pecahan-pecahan tanah yang lebih kecil dan halus sekaligus untuk meratakan permukaan lahan. Di daerah penelitian biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk pengolahan lahan rata-rata Rp. 680.000 per petani untuk sebelum dan sesudah kenaikan HPP.

5.1.2. Persemaian

(53)

tempat yang telah dipersiapkan. Setelah bibit berumur ± 21 hari, bibit telah siap untuk di pindahtanamkan. Didaerah penelitian varietas yang digunakan adalah IR-64 dan Ciherang dengan umur tanaman ± 100 hari. Benih yang disemaikan oleh petani berasal dari benih sendiri yang dipersiapkan dari gabah yang berasal dari

panen sebelumnya. Banyaknya benih yang digunakan oleh petani rata-rata 69,97 Kg per petani atau 79,017 Kg per Ha. Keadaan ini menunjukkan bahwa

[image:53.595.115.510.457.573.2]

petani di daerah penelitian menggunakan benih dengan dosis 316 % melebihi dari dosis anjuran artinya penggunaan benih terlalu boros . Oleh karena itu sebaiknya jumlah benih dikurangi dengan ketentuan dosis sedikit diatas anjuran yaitu berkisar 30-35 Kg/ Ha, maka biaya untuk kebutuhan bibit dapat ditekan. Jumlah benih yang digunakan petani sebelum dan sesudah kenaikan HPP 1 Januari 2010 dapat dilihat pada tabel 14.

Tabel 14. Jumlah Benih yang Digunakan Sebelum dan Sesudah Kenaikan HPP 1 Januari 2010

Uraian Sebelum

Kenaikan HPP

Sesudah Kenaikan HPP

Anjuran Per Petani

a. Jumlah (Kg) b. Biaya Per Ha

a. Jumlah b. Biaya

69,97 230.490

79,017 264.160

69,97 262.610

79,017 299.080

23 - 25

-

Sumber: Data diolah dari lampiran 2;3;4a;4b;5a;5b

5.1.3. Penanaman

(54)

Dinas Pertanian penggunaan benih untuk lahan dengan sistem tanam legowo 4:1 adalah 25 kg/ha, jarak tanam 20 × 10 cm dan 1-3 batang per lubang tanam. Kelebihan penggunaan benih di daerah penelitian disebabkan oleh sistem penanaman padi masih konvensional. Banyaknya bibit yang digunakan per lubang tanam diakibatkan oleh serangan keong mas yang bisa menyebabkan matinya bibit yang telah ditanam. Jika bibit yang digunakan hanya 1-3 batang per lubang tanam petani mengantisipasinya dengan menambah jumlah bibit yang ditanam. Penanaman dilakukan oleh para wanita sebagai tenaga kerja dalam keluarga

ataupun luar keluarga. Sebelum kenaikan HPP upah menanam padi Rp 20.000/rante dan setelah kenaikan HPP 1 Januari 2010 menjadi Rp 22.000/rante.

5.1.4. Pengairan

Ketersediaan air adalah salah satu faktor utama yang mendukung keberhasilan dalam intensitas penggunaan lahan. Di daerah penelitian air tersedia sepanjang tahun. Pengairan berasal dari sungai ular yang bisa diandalkan sepanjang musim tanam. Dalam penggunaan air dari irigasi ini setiap petani dibebankan biaya sebesar 2 kg gabah kering giling/rante yang harus dibayar setelah panen.

5.1.5. Pemupukan

(55)
[image:55.595.109.511.226.308.2]

dilakukan dengan sistem legowo 4:1 jumlah pupuk yang dianjurkan adalah urea (150-300 kg/ha), SP36 (50-200 kg/ha), Phonska (300 kg/ha), Za (0-200 kg/ha). Banyaknya pupuk yang digunakan sebelum dan sesudah kenaikan HPP ternyata sama dan dapat dilihat pada tabel 15.

Tabel 15. Jumlah Pupuk yang Digunakan Sebelum dan Sesudah Kenaikan HPP di Daerah Penelitian

Uraian Sebelum Kenaikan HPP Sesudah Kenaikan HPP Per Petani Per Ha Per Petani Per Ha a. Urea (Kg)

b. SP36 (Kg) c. Phonska (Kg) d. Za (Kg)

168,80 102,45 98,10

94

187,177 113,159 109,699 101,812

168.80 102,45 98,10

94

187,177 113,159 109,699 101,812 Sumber : Data diolah dari lampiran 2;3

5.1.6. Penyiangan

Penyiangan dapat dilakukan dengan mencabut rumput-rumput liar disekitar tanaman padi yang dilakukan setelah padi berumur 3 minggu. Penyiangan dapat dilakukan dengan mencabut langsung. Di daerah penelitian penyiangan dilakukan dengan penyemprotan menggunakan Baycrab (500 ml), Ally 76 (100 gr), Sindak (100 gr) dan ada petani melakukan penyiangan dengan mencabut rumput secara langsung.

5.1.7. Pemberantasan Hama dan Penyakit

(56)

untuk mengendalikan hama sundep, Sherva digunakan untuk mengendalikan walang sangit, Molluscic digunakan untuk mengendalikan keong mas, Match digunakan untuk mengendalikan ulat daun, Score dan Policur digunakan untuk merangsang bulir padi dan untuk mencegah jamur; Baycrab, Ally 76 dan Sindak digunakan untuk mencegah gulma. Banyaknya obat-obatan yang digunakan

[image:56.595.116.512.304.482.2]

sebelum dan sesudah kenaikan HPP ternyata sama dan dapat dilihat pada tabel 16.

Tabel 16. Jumlah Obat-obatan yang Digunakan Sebelum dan Sesudah Kenaikan HPP di Daerah Penelitian

Uraian Sebelum Kenaikan HPP Sesudah Kenaikan HPP Per Petani Per Ha Per Petani Per Ha a. Bestock (250 ml)

b. Spontan (500 ml) c. Sherva (100 cc) d. Molluscic (50 Kg) e. Match (100 ml) f. Score (80 ml) g. Policur (80 ml) h. Baycrab (500 ml) i. Ally 76 (100 gr) j. Sindak (100 gr)

6,70 7,23 2,80 0,47 2,83 2,73 2,23 0,43 4,0 0,47 7,80 7,82 2,62 0,34 2,84 3,42 2,01 0,60 3,92 0,58 6,70 7,23 2,80 0,47 2,83 2,73 2,23 0,43 4,0 0,47 7,80 7,82 2,62 0,34 2,84 3,42 2,01 0,60 3,92 0,58 Sumber : Data diolah dari lampiran 2;3

5.1.8. Panen

(57)

Pemanenan dilakukan dengan sistem borong dengan upah 12:1 artinya jika hasil panen sebanyak 13 kg maka 12 kg menjadi milik petani dan 1 kg menjadi upah pemanen. Sistem pemberian upah ini sudah lama berlaku tanpa ada perubahan karena dengan upah 12:1 baik pemborong maupun petani sudah sama-sama diuntungkan. Namun upah yang diberikan kepada pemanen berupa uang yang setara dengan harga gabah kering panen. Pada tahun 2009 harga GKP di daerah penelitian adalah Rp. 2.800/ Kg sedangkan pada tahun 2010 harga GKP di daerah penelitian adalah Rp. 3.100/ Kg. Namun untuk tahun 2009 harga GKG di daerah penelitian adalah Rp. 3.523,33/ Kg sedangkan pada tahun 2010 harga GKG di daerah penelitian Rp. 3.940/ Kg.

Untuk mengangkut hasil panen dari lahan pertanian sampai ketempat pengeringan

dibutuhkan pengangkutan. Besar biaya yang dibebankan Rp2.000-Rp 3.000/karung (1 karung ±85 kg) tergantung jarak yang dilalui. Gabah

kering panen yang dikeringkan menjadi gabah kering giling mengalami penyusutan 16 %.

5.1.9. Pascapanen

(58)

5.2. Analisis Ekonomi Usahatani Padi Sawah Sebelum Dan Sesudah

Kenaikan Hpp Gabah

(59)
[image:59.595.119.521.110.687.2]

Tabel 17. Analisis Ekonomi Usahatani Padi Sawah di Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang

No Uraian Sebelum Kenaikan HPP Sesudah Kenaikan HPP Per Petani Per Ha Per Petani Per Ha

1 Luas Lahan (ha) 0,92 1 0,92 1

2 Sarana Produksi (Rp) a. Bibit b. Pupuk Urea SP36 Phonska ZA Total c. Obat-obatan Insektisida Fungisida Herbisida Total 230.490 267.200 169.120 206.070 159.830 802.220 694.830 197.300 44.700 1.969.550 264.160 297.250 185.660 231.730 169.300 883.940 718.620 215.480 53.530 2135.720 262.610 303.970 201.570 243.080 196.400 945020 753.900 202.53 48.720 2.212.790 299.080 338.030 222.700 273.650 210.650 1.045.030 789.780 224.140 58.360 2.416.390 3 Tenaga Kerja (Rp)

TKDK TKLK Total 523.460 2.904.870 3.428.340 690.860 3.073.750 3.764.610 588.650 3.202.220 3.790.870 775.390 3.388.680 4.164.070 4 Penyusutan Alat

(Rp)

138.350 151.470 138.350 151.470

5 Sewa Lahan (Rp) 1.469.830 1.813.760 1.649.500 2.032.180

6 PBB (Rp) 166.760 167.080 182.330 182.800

7 Transportasi (Rp) 198.280 210.800 206.780 220.300 8 Irigasi (Rp) 164.93 179.600 188.50 203.330

9 Total Biaya

Produksi (Rp)

7.536.050 8.422.800 8.369.120 9.370.540

10 Produksi GKG (Kg) 5.671,00 6.163,25 5.856,67 6.370,99

11 Harga Jual (Rp/kg) 3.523,33 - 3.940 -

(60)

Dari tabel 17 dapat dikemukakan bahwa rata-rata biaya untuk bibit yang

dikeluarkan oleh petani sebelum kenaikan HPP gabah adalah Rp 230.490 per petani atau Rp 264.160 per hektar lebih rendah dibandingkan

dengan sesudah kenaikan HPP gabah yaitu sebesar Rp 262.610 per petani dan Rp 299.080 per hektar. Di daerah penelitian seluruh petani sampel menggunakan benih sendiri atau membeli benih dari petani lain. Petani belum menggunakan benih yang bersertifikat seperti yang disarankan oleh pemerintah. Jadi perbedaan biaya bibit sebelum dan sesudah kenaikan HPP gabah didaerah penelitian disebabkan oleh harga benih sebelum kenaikan HPP gabah lebih rendah dibandingkan dengan harga benih sesudah kenaikan HPP gabah. Namun dari kuantitas benih yang digunakan sebelum dan sesudah kenaikan HPP gabah sama.

(61)
[image:61.595.120.517.130.358.2]

Tabel 18. Harga Pupuk dan Obat-obatan yang Digunakan Sebelum dan Sesudah Kenaikan HPP di Daerah Penelitian

Uraian Sebelum Kenaikan HPP Sesudah Kenaikan HPP a. Urea (Rp/Kg)

b. SP36 (Rp/Kg) c. Phonska (Rp/Kg) d. Za (Rp/Kg)

e. Bestock (Rp/botol) f. Spontan (Rp/botol) g. Sherva (Rp/botol) h. Molluscic (Rp/50 Kg) i. Match (Rp/botol) j. Score (Rp/botol) k. Policur (Rp/botol) l. Baycrab (Rp/botol) m. Ally 76 (Rp/100 gr) n. Sindak (Rp/100 gr)

1.600 1.600 2.000 1.900 28.000 34.000 20.000 150.000 38.000 38.000 40.000 34.000 5.000 14.000 1.800 2.000 2.400 2.200 30.000 40.000 22.000 150.000 38.000 40.000 40.000 38.000 5.000 17.000 Sumber : Data diolah dari lampiran 4a;4b;5a;5b

Harga sarana produksi tersebut merupakan harga rata-rata. Ada sebagian petani membeli sarana produksi tersebut dibawah atau diatas harga yang tertera diatas namun perbedaannya tidak begitu nyata sementara untuk tenaga kerja rata-rata

total penggunaan biaya tenaga kerja sebelum kenaikan HPP gabah adalah Rp 3.428.340 per petani atau Rp 3.764.610 per hektar lebih kecil dari total

(62)

Rata-rata Sewa lahan sebelum kenaikan HPP gabah Rp 1.469.830 naik menjadi Rp 1.649.500 setelah kenaikan HPP gabah. Sewa lahan yang dibebankan kepada petani penyewa adalah 50 kg gabah kering giling/rante. Jadi, perubahan harga gabah mengakibatkan besar kecilnya sewa lahan sementara irigasi harus dibayar oleh petani penyewa. PBB yang dibebankan kepada petani adalah 3 kg gabah kering giling/rante. Namun petani penyewa tidak lagi membayar PBB karena yang membayar PBB adalah pemilik lahan. Sementara pada iuran irigasi beban biaya yang ditetapkan adalah 2 kg gabah kering giling/rante dan semua petani wajib membayar iuran irigasi baik pemilik lahan maupun penyewa.

Jadi total biaya produksi sebelum kenaikan HPP gabah adalah Rp 7.536.050 per

petani dan Rp 8.422.800 per hektar naik menjadi Rp 8.369.120 per petani dan Rp 9.370.540 sesudah kenaikan HPP gabah. Produksi sebelum kenaikan HPP

(63)

5.3 Analisis Persentase Kenaikan Harga Penjualan Gabah Petani per

1 Januari 2010 dibanding dengan Rata-rata Persentase Kenaikan HPP

Gabah Mulai Tahun 2006-2010

[image:63.595.118.510.519.660.2]

Untuk mengetahui seberapa besar persentase kenaikan harga penjualan gabah petani per 1 januari 2010 dibanding dengan rata-rata persentase kenaikan HPP gabah mulai tahun 2006-2010 di daerah penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dengan melihat persentase kenaikan harga penjualan petani per 1 Januari 2010 dibanding dengan rata-rata persentase kenaikan HPP mulai tahun 2006-2010 (Tabel 8). Di daerah penelitian umumnya petani menjual gabahnya dalam bentuk gabah kering giling (GKG) yang langsung dijual ke penggilingan. Meskipun para petani menjual ketempat penggilingan, harga penjualan antara petani yang satu dengan yang lain berbeda. Harga bisa saja berbeda dalam kurun waktu satu hari. Analisis persentase kenaikan harga penjualan petani dibanding HPP gabah per 1 Januari 2010 dapat dilihat pada tabel 19.

Tabel 19. Analisis Persentase Kenaikan Harga Penjualan Petani (Gabah Kering Giling) dibanding HPP per 1 Januari 2010

No Uraian Rata-rata Range

1 2

3

4

Luas Lahan (ha)

Harga HPP 1 Januari 2010 (Rp/kg) (Tabel 8)

Rataan Harga Penjualan Petani (Rp/kg)

Persentase Kenaikan (%)

0,92 3.300

3.940

19,39

0,12-2,30 -

3.500 - 4.200

6,06 – 27,27 Sumber : Data diolah dari Lampiran 15

(64)

kenaikan harga penjualan petani tersebut tergolong kategori tinggi. Harga penjualan terendah gabah petani didaerah penelitian adalah Rp. 3.500 yang berarti

terjadi kenaikan sebesar 6,06 % dari HPP gabah per 1 Januari 2010 yaitu Rp. 3.300. Harga penjualan tertinggi gabah petani didaerah penelitian adalah Rp. 4.200 yang berarti terjadi kenaikan sebesar 27,27 % dari HPP gabah per 1

Januari 2010.

Harga jual rata-rata petani sampel sebelum kenaikan HPP gabah adalah Rp 3.523,33/kg sementara sesudah kenaikan HPP gabah menjadi Rp.3.940/kg

dimana harga jual gabah petani tidak sama karena :

1. Waktu penjualan tidak sama antara petani yang satu dengan yang lain walaupun pada kilang padi yang sama.

2. Harga penjualan bisa berbeda karena tempat penjualan/ kilang padi tidak sama.

3. Harga penjualan petani adalah harga pasar sesuai dengan waktu penjualan artinya harga yang diberikan oleh kilang bisa berubah-ubah.

Dari 30 petani sampel ternyata terdapat 27 KK (90 %) yang menjual gabahnya

≥ 15 % dari rata –rata persentase kenaikan HPP GKG mulai tahun 2006-2010,

(65)

Gambar

Tabel 1. Perkembangan Harga Pembelian Pemerintah Lima Tahun                  Terakhir
Tabel 2. Luas Panen, Produksi, Produktivitas Tanaman Padi Sawah di   Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009 Produktivitas
Tabel 3. Luas Panen, Produksi, Produktivitas Padi Sawah di Kecamatan                  Beringin Tahun 2009
Tabel 4 menunjukkan bahwa 85 % kepala keluarga yang ada di Desa Sidoarjo II
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun pendapatan total rumahtangga pertanian merupakan penjumlahan dari seluruh nilai hasil usahatani padi sawah, non usahatani, dan usahatani non padi sawah yang akan

Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi petani terhadap teknologi sistem tanam jajar legowo pada tanaman padi, keuntungan usahatani padi sawah dengan

Stabilitas harga Gabah Kering Panen (GKP) dan Gabah Kering Giling (GKG) pada Musim Tanam 1 (MT1) dan pada Musim Tanam 2 (MT2) mengalami fluktuasi yang lebih tinggi, sehingga harga

Sedangkan pendapatan rumahtangga yang berasal dari usahatani padi sawah merupakan pendapatan yang memiliki kontribusi yang paling rendah yaitu 8,12% terhadap

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui besarnya kontribusi pendapatan usahatani padi sawah, usahatani non padi sawah , dan non usahatani terhadap pendapatan keluarga

Hasil analisis efisiensi penggunaan input usahatani padi sawah di Subak Guama, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan pada satu musim tanam dari bulan Maret- Juni 2011 menunjukkan

rata-rata pendapatan yang diperoleh petani responden musim tanam pertama pada usahatani padi sawah di Kampung Matang Ara dengan rata-rata luas lahan 0,35 hektar

Ruang lingkup dari penelitian ini dibatasi untuk kegiatan usahatani padi sawah pada musim tanam bulan Juli-Oktober 2016, yaitu untuk mengetahui sistem agribisnis padi