• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Curahan Tenaga Kerja Dan Pendapatan Petani Dafep Pada Usaha Tani Padi Sawah(Studi Kasus : Desa Karang Anyer, Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Curahan Tenaga Kerja Dan Pendapatan Petani Dafep Pada Usaha Tani Padi Sawah(Studi Kasus : Desa Karang Anyer, Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun)"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS CURAHAN TENAGA KERJA DAN PENDAPATAN PETANI DAFEP PADA USAHATANI PADI SAWAH

(Studi Kasus: Desa Karang Anyer, Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun)

SKRIPSI

OLEH :

TUTI SIMANJUNTAK 020309022 SEP / PKP

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2007

Tuti Simanjuntak : Analisis Curahan Tenaga Kerja Dan Pendapatan Petani Dafep Pada Usaha Tani Padi Sawah (Studi Kasus : Desa Karang Anyer, Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun), 2007

(2)

ANALISIS CURAHAN TENAGA KERJA DAN PENDAPATAN PETANI DAFEP PADA USAHATANI PADI SAWAH

(Studi kasus: Desa Karang Anyer, Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun)

SKRIPSI

OLEH :

TUTI SIMANJUNTAK 020309022 SEP / PKP

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Komisi Pembimbing:

Ketua Anggota

(Ir. A.T. Hutajulu, MS.) (Ir, Hasudungan Butar-butar MSi.) NIP. 130.877.998 NIP.130.679.095

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

RINGKASAN

TUTI SIMANJUNTAK (020309022/PKP) dengan judul skripsi “ANALISIS CURAHAN TENAGA KERJA DAN PENDAPATAN PETANI DAFEP[ PADA USAHATANI PADI”. Studi kasus penelitian dilakukan di Desa Karang Anyer, Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir.A.T.Hutajulu, MS sebagai ketua komisi pembimbing dan bapak Ir.Hasudungan Butar-butar.MSi sebagai anggota komisi pembimbing.

Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah ecara purposive, yaitu penentuan daerah dan sampel dipilih dengan berdasarkan pada pertimbangan dan tujuan tertentu. Metode analisis yang digunakan yaitu metode diskriptif dan analisis uji beda rata-rata dua variabel (t-test). Hasil penelitian diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Kegiatan antara lembaga irigasi Raja Bondar dengan lembaga irigasi P3A Jangga hampir sama, hanya pada lembaga irigasi Raja Bondar masih

mempertahankan sistem upacara keagamaan menjelang musim tanam dimulai. 2. Tidak terdapat perbedaan pekerjaan usahatani padi sawah antara petani irigasi

Raja Bondar dengan petani irigasi P3A Jangga.

3. a. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata biaya sarana produksi usahatani padi sawah antara petani irigasi Raja Bondar dengan petani irigasi P3A Jangga per musim tanam dan per tahun, dimana rata-rata biaya sarana produksi untuk petani padi sawah irigasi Raja Bondar lebih besar daripada petani padi sawah irigasi P3A Jangga.

b. Tidak terdapat perbedaan yang nyata antara rata-rata curahan tenaga kerja usahatani padi sawah antara petani irigasi Raja Bondar dengan petani irigasi P3A Jangga per musim tanam dan per tahun, dimana rata-rata curahan tenaga kerja untuk petani padi sawah irigasi Raja Bondar lebih besar daripada petani padi sawah irigasi P3A Jangga.

c. Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata biaya tenaga kerja usahatani padi sawah antara petani irigasi Raja Bondar dengan petani irigasi P3A Jangga per musim tanam dan per tahun, dimana rata-rata biaya tenaga kerja untuk petani padi sawah irigasi P3A Jangga lebih besar daripada petani padi sawah irigasi Raja Bondar.

d. Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata total biaya produksi usahatani padi sawah antara petani irigasi Raja Bondar dengan petani irigasi P3A Jangga per musim tanam dan per tahun, dimana rata-rata total biaya produksi untuk petani padi sawah irigasi P3A Jangga lebih besar daripada petani padi sawah irigasi Raja Bondar.

4. a. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata produktivitas usahatani padi sawah antara petani irigasi Raja Bondar dengan petani irigasi P3A Jangga per musim tanam dan per tahun, dimana rata-rata produktivitas usahatani untuk petani padi sawah irigasi Raja Bondar lebih besar daripada petani padi sawah irigasi P3A Jangga.

(4)

5. a. Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata harga jual usahatani

padi sawah antara petani irigasi Raja Bondar dengan petani irigasi P3A Jangga per musim tanam dan per tahun, dimana rata-rata harga jual untuk

petani padi sawah irigasi Raja Bondar lebih besar daripada petani padi sawah irigasi P3A Jangga.

b. Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata penerimaan usahatani

padi sawah antara petani irigasi Raja Bondar dengan petani irigasi P3A Jangga per musim tanam dan per tahun, dimana rata-rata penerimaan

usahatani untuk petani padi sawah irigasi Raja Bondar lebih besar daripada petani padi sawah irigasi P3A Jangga.

c. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata pendapatan bersih usahatani padi sawah antara petani irigasi Raja Bondar dengan petani irigasi P3A Jangga per musim tanam dan per tahun, dimana rata-rata pendapatan bersih usahatani untuk petani padi sawah irigasi Raja bondar lebih besar daripada petani padi sawah irigasi P3A Jangga.

d. Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata pendapatan tenaga kerja usahatani padi sawah antara petani irigasi Raja Bondar dengan petani irigasi P3A Jangga per musim tanam dan per tahun, dimana rata-rata pendaptan tenaga kerja untuk petani padi sawah irigasi Raja Bondar lebih besar daripada petani padi sawah irigasi P3A Jangga.

e. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata pendapatan keluarga usahatani padi sawah antara petani irigasi Raja Bondar dengan petani irigasi P3A Jangga per musim tanam dan per tahun, dimana rata-rata pendapatan keluarga usahatani untuk petani padi sawah irigasi Raja Bondar lebih besar daripada petani padi sawah irigasi P3A Jangga.

6. Terdapat beberapa masalah yang dihadapi oleh petani (anggota) dan pengurus pada lembaga irigasi Raja Bondar dan lembaga irigasi P3A Jangga adalah kurangnya partisipasi anggota dan pengurus, pemberian tanggung jawab yang tidak sesuai dengan kemampuan, tidak tersedianya tempat musyawarah, dan dana untuk pemeliharaan terbatas.

(5)

RIWAYAT HIDUP

TUTI SIMANJUNTAK, lahir di Lintongnihuta pada tanggal 29 Pebruari 1984, sebagai anak kedua dari lima bersaudara, putri dari Bapak H. Simanjuntak dan Ibu L. Panjaitan.

Jenjang Pendidikan

1. Tahun 1996, menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 2 Onanrunggu.

2. Tahun 1999, menyelesaikan pendidikan sekolah menengah pertama di SLTP Negeri 2 Sipahutar.

3. Tahun 2002, menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMU Negeri 1 Sipahutar.

4. Tahun 2002, melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) diterima di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian.

5. Tahun 2006, mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Janji, Kecamatan Dolok Sanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan. 6. Tahun 2007, melakukan penelitian Skripsi di Desa Karang Anyer,

(6)

Tuti Simanjuntak : Analisis Curahan Tenaga Kerja Dan Pendapatan Petani Dafep Pada Usaha Tani Padi Sawah (Studi Kasus : Desa Karang Anyer, Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun), 2007

USU Repository © 2008

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Skripsi ini.

Adapun judul skripsi ini adalah ““ANALISIS CURAHAN TENAGA KERJA DAN PENDAPATAN PETANI DAFEP PADA USAHATANI PADI SAWAH”. Studi kasus di Desa Karang Ayer Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada Kesempatan ini, dengan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Ir.A.T.Hutajulu, MS., selaku Ketua Komisi Pembimbing.

2. Bapak Ir. Hasudungan Butar-butar, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing.

3. Bapak Ir. Luhut Sihombing, M.Si., selaku Ketua Departemen Sosial Ekonomi Pertanian.

4. Ibu Dr. Ir. Salmiah MS., selaku Sekretaris Departemen Sosial Ekonomi Pertanian.

5. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh instansi yang terkait dengan penelitian ini, atas bantuannya selama penulis mengambil data penelitian.

7. Bapak R. Manurung selaku Kepala DesaKarang Anyer, atas bantuan selama penelitian beserta keluarga.

Segala hormat dan terima kasih secara khusus penulis ucapkan kepada Ayahanda H. Simanjuntak dan Ibunda L. Panjaitan., atas kasih sayang dan doanya. Buat Abang dan keluarga ( Rizen Simanjuntak SSi, L.Pangaribuan SPd), adek saya Denni, Dewi dan Rinto.,juga kepada bang Erman yang selalu memotivasi. Terima kasih juga kepada seluruh teman-teman SEP’02 (Agri dan PKP) dan SEP EXT’02 atas bantuan dan doa-doanya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada responden yang menjadi sampel dari penelitian dan lembaga-lembaga yang telah membantu penulis dalam memberikan ata dan informasi.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, April 2008

(7)

DAFTAR ISI

Hal.

RINGKASAN ... i

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR... x

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Kegunaan Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka... 8

2.2. Landasan Teori ... 12

2.3. Kerangka Pemikiran ... 17

2.4. Hipotesis Penelitian ... 20

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 21

3.2. Metode Pengambilan Sampel ... 21

3.3. Metode Pengumpulan Data... 21

3.4. Metode Analisis Data ... 22

3.5. Defenisi dan Batasan Operasional ... 25

3.5.1. Definisi ... 25

3.5.2. Batasan Operaasional ... 26

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL 4.1. Deskripsi Daerah Penelitian ... 27

4.1.1. Luas dan Letak Geografis ... 27

4.1.2. Keadaan Penduduk... 27

4.1.3. Penggunaan Tanah. ... 30

4.2. Karakteristik Sosial-Ekonomi Petani Sampel ... 31

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Padi Sawah Perbedaan Curahan Tenaga Kerja Pria dan Wanita Petani DAFEP Dalam Setiap Tahapan Kerja Pada Usahatani………... 40

(8)

5.3. Pengaruh Luas lahan, Total Pendapatan Keluarga, Jumlah Tanggungan dan Potensi Tenaga Kerja Terhadap Besarnya Curahan Tenaga Kerja Pada Uasahatani Padi Sawah ... 44 5.4. Pengaruh Luas lahan, Curahan Tenaga Kerja, dan Biaya Sarana Produksi

Terhadap Produktivitas Pada Usahatani Padi Sawah ... 47 5.5. Pengaruh Luas lahan, Curahan Tenaga Kerja dan Biaya Sarana Produksi

Terhadap Pendapatan Bersih Pada Usahatani Padi Sawah ... 50 5.6.Total Pendapatan Keluarga Petani DAFEP Ditinjau dari Garis Kemiskinan

Menurut Sajogyo (1988) ... 53

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ... 57 6.2. Saran ... 59 DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

No Judul

Hal. 1. Daerah Yang Difasiitasi DAFEP Disetiap Kecamatan Kabupaten

Simalungun Tahun 2006 ... 4

2. Data Jumlah Petani Yang Dilatih Tahun 2006 ... 5 3. Jumlah Populasi dan Sampel Peserta Sistem DAFEP ... 21 4. Spesifikasi Pengumpulan Data ... 22 5. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Karang Anyer

Tahun 2007 ... 28 6. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Karang

Anyer Tahun 2007 ... 29 7. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Karang

Anyer Tahun 2007 ... 30 8. Distribusi Penggunaan Lahan di Desa Karang Anyer Tahun 2007 ... 30 9. Karakteristik Petani Sampel di Desa Karang Anyer Tahun 2007 ... 31 10. Kegiatan FMA Dalam Usahatani Padi Sawah di Desa Karang Anyer

Tahun 2007 ... 33 11. Rata-rata Curahan Tenaga Kerja Dalam Keluarga dan Luar Keluarga Tiap Tahapan Usahatani Padi Sawah Per Petani Per Musim Tanam...37

12. Rata-rata Curahan Tenaga Kerja Dalam Keluarga dan Luar Keluarga Tiap Tahapan Usahatani Padi Sawah Per Ha Per Musim Tanam ...38

13.Analisis Perbedaan Curahan Tenaga Kerja Pria dan Wanita Pada Usahatani Padi Sawah Per Petani dan Per Ha Per Musim Tanamdi Desa Karang Anyer Tahun 2007 ...40 14. Rata-rata Curahan Tenaga Kerja (HKP) Per Ha/Musim Tanam Antara

Petani Irigasi Raja Bondar dan P3A Jangga ... 53 15.Analisis Uji Beda Rata-rata Curahan Tenaga Kerja (HKP) Per

(10)

16.Rata-rata Biaya Tenaga Kerja (Rp) Per Ha/Musim Tanam Antara

Petani Irigasi Raja Bondar dan P3A Jangga ... 56 17.Analisis Uji Beda Rata-rata Biaya Tenaga Kerja (Rp) Per Ha/Musim

TanamAntara Petani Irigasi Raja Bondar dan P3A Jangga ... 59

18. Rata-rata Total Biaya Produksi (Rp) Per Ha/Musim Tanam

Antara Petani Irigasi

Raja Bondar dan P3A Jangga ... 60

19.

Analisis Uji Beda Rata-rata Total Biaya Produksi (Rp) Per

Ha/Musim Tanam Antara Petani Irigasi

Raja Bondar dan

P3A Jangga ... 61

20.

Analisis Uji Beda Rata-rata Hasil Produktivitas Usahatani

Per Ha/Musim Tanam Antara Petani Irigasi

Raja Bondar

dan P3A Jangga ... 62

21.

Analisis Uji Beda Rata-rata Hasil Produktivitas Tenaga

Kerja Per Ha/Musim Tanam Antara Petani Irigasi

Raja

Bondar dan P3A Jangga. ... 63

22.Analisis Uji Beda Rata-rata Harga Jual (Rp) Per Ha/Musim Tanam Antara Petani Irigasi Raja Bondar dan P3A Jangga ... 64 23.Analisis Uji Beda Rata-rata Penerimaan Usahatani (Rp) Per

Ha/Musim TanamAntara Petani Irigasi Raja Bondar dan P3A Jangga . 65 24. Analisis Uji Beda Rata-rata Pendapatan Bersih (Rp) Per Ha/Musim

TanamAntara Petani Irigasi Raja Bondar dan P3A Jangga... 66 25. Analisis Uji Beda Rata-rata Pendapatan Tenaga Kerja (Rp) Per

Ha/Musim TanamAntara Petani Irigasi Raja Bondar dan P3A Jangga . 67 26.Analisis Uji Beda Rata-rata Biaya Pendapatan Keluarga (Rp) Per

Ha/Musim TanamAntara Petani Irigasi Raja Bondar dan P3A Jangga . 68 27.Perbedaan Usahatani Padi Sawah Antara Petani Sistem Kelembagaan

(11)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal.

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara pertanian yang artinya bahwa pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk dan tenaga kerja yang hidup atau bekerja dari sektor pertanian atau dari produk nasional yang berasal dari pertanian. (Mubyarto, 1994: 8)

Saat ini sekitar 75 % penduduk Indonesia tinggal di wilayah pedesaan. Jumlah tersebut lebih dari 54 % menggantungkan hidup mereka kepada sektor pertanian dengan tingkat pendapatan yang relatif rendah, apabila dibandingkan dengan mereka yang tinggal di daerah perkotaan. Perbedaan pendapatan tersebut berkaitan erat dengan produktivitas petani Indonesia, sementara hal itu tidak dapat dilepaskan dari berbagai faktor, antara lain: lahan yang dimiliki, kebijakan pemerintah, intensif petani, dan lain sebagainya (Loekman, 1998: 7).

(13)

yang beroriantasi agribisnis dan berwawasan lingkungan guna meningkatkan pendapatan ( Anonimous, 2001: 16 – 23).

Dafep adalah kegiatan yang mengutamakan petani (farmer first), mengutamakan arus bawah (bottom up), dengan melibatkan petani dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan penyuluhan di desa melalui Participatory Rural Appraisal ( PRA ). Kegiatan ini juga diselenggarakan oleh balai informasi dan penyuluhan pertanian yang bekerjasama dengan instansi dan lembaga yang terkait di tingkat kabupaten. Dafep juga memberikan wawasan gender dan memberikan perhatian pada generasi muda pertanian dan kehutanan ( Anonimous, 2003:23).

Pembangunan pertanian dapat terlaksana jika pengetahuan dan ketrampilan para petani terus – menerus menerima metode baru, cara merekapun berubah. Mereka mengembangkan suatu sikap baru yang berbeda terhadap pertanian, terhadap alam sekitar mereka dan terhadap diri mereka sendiri. Sukses yang mereka alami dalam meningkatkan produksi, meningkatkan rasa percaya diri sendiri. Hubungan dan transaksi yng makin meningkat antara mereka dengan saudagar dan instansi pemerintah, membawa mereka kepada perkenalan yang lebih erat dengan luar desa mereka ( Mosher, A.T., 1991; 16)

(14)

membimbing petani menjadi subjek pembangunan dalam transformasi structural, apalagi sumber daya manusia pertanian didominasi tenaga kerja berpendidikan rendah. Melihat hal ini maka untuk mambangun citra pertanian yang tangguh dan modern upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia pertanian merupakan persoalan yang sangat mendasar. Hal ini dapat dilihat hasil evalusi studi bank dunia (1996) yang menyebutkan bahwa: (1) Peran serta petani dalam perencanaan penyuluhan pertanian sangat diperlukan; (2) penyelenggaraan harus dibedakan berdasarkan kebutuhan system usahatani yang berdasarkan kebutuhan system usahatani yang berdasarkan spesifik lokalita; (3) pendekatan “top down” semata harus diubah menjadi pendekatan “bottom up” yang diserasikan dengan “top down” serta system penyampaian informasi penyuluhan yang lebih bersifat desentralisasi; (4) Pelayanan penyuluhan pertanian yang rumit memerlukan waktu pengembangannya; (5) biaya penyuluhan pertanian adalah sangat penting dianggarkan; dan (6) mata rantai riset yang cocok dengan penyuluhan serta keterlibatan petani harus diarahkan pada sistem usahatani.

(Gunawan, S,. 2001; 42 – 47)

(15)

( Kantor Informasi Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan) dalam memberdayakan petani dan petugas penyuluh menerapkan sistem penyuluhan partisipatif yang dikembangkan DAFEP. Berdasarkan Tabel 1 berikut ini akan diperlihatkan data daerah yang difasilitasi DAFEP di setiap kecamatan Kabupaten Simalungun. Tabel 1. Daerah yang Difasilitasi DAFEP di setiap Kecamatan

Kabupaten Simalungun

Jumlah Desa No. Kecamatan

2001 2002 2003 2004

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13 Bandar Bandar Masilam Pematang Bandar Gunung Malela Gunung Maligas Panombean Panei Panei Purba Pematang Sidamanik Sidamanik Dolok Panribuan Tanah Jawa Hutabayu Raja 4 3 4 4 3 1 2 4 1 2 5 3 4 4 3 4 4 3 1 2 4 1 2 5 3 4 4 3 4 4 3 1 2 4 1 2 5 3 4 4 3 4 4 3 1 2 4 2 1 5 3 4

Jumlah 40 40 40 40

Sumber : KIPPK Kabupaten Simalungun Tahun 2006

Proyek DAFEP telah melakukan sejumlah kegiatan yaitu: a. Kegiatan pelatihan untuk penyuluhan

b. Kegiatan penyuluhan yang dikelola oleh Project Managemen Unit (PMU) di tingkat kabupaten

c. Kegiatan pembelajaran yang dikelola sendiri oleh petani (FMA).

(16)

pemandu yang dilakukan dikantor kepala desa, ini dilaksanakan 2 dan 3 kali dalam sebulan yang dihadiri oleh petani DAFEP dan anggota keluarga lainnya.

Kegiatan penyuluhan ini dilaksanakan di 13 kecamatan dan 40 desa di Kabupaten Simalungun. Tabel 2 berikut ini menjelaskan data jumlah petani yang dilatih dalam Sistem DAFEP.

Tabel 2. Data Jumlah Petani Yang Dilatih

Jumlah Petani Yang Dilatih (kumulatif) No. Desa

2003 2004

Lk Pr Jumlah Lk Pr Jumlah

1. Karang Sari 33 2 35 74 14 88

2. Karang Anyer 31 4 35 85 87 172

3. Karang Rejo 32 3 35 60 12 72

Sumber :KIPPK Kabupaten Simalungun 2006

Dari Tabel 2 dapat dijelaskan bahwa jumlah petani yang dilatih di Kecamatan Gunung Maligas yakni, untuk Desa Karang Sari jumlahnya sebanyak 88 orang, Desa Karang Anyer sebanyak 172 orang, dan Desa Karang Rejo sebanyak 72 orang.

Identifikasi Masalah

1. Bagaimana perbedaan curahan tenaga kerja pria dan wanita petani DAFEP dalam setiap tahapan kerja pada usahatani padi sawah?

2. Seberapa besar kesempatan kerja yag tercipta pada usahatani DAFEP ?

3. Faktor sosial ekonomi apa saja yang mempengaruhi besarnya curahan tenaga kerja pada usahatani padi sawah?

(17)

5. Faktor-faktor sosial ekonomi apa saja yang mempengaruhi besarnya pendapatan bersih dan pendapatan keluarga dari hasil usahatani padi sawah? 6. Seberapa besar total pendapatan keluarga petani DAFEP ditinjau dari garis

kemiskinan Sajogyo?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah maka tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perbedaan curahan tenaga kerja pria dan wanita petani DAFEP dalam setiap tahapan kerja pada usahatani padi sawah.

2. Untuk mengetahui seberapa besar kesempatan kerja yang tercipta pada usahatani DAFEP.

3. Untuk mengetahui faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi besarnya curahan tenaga kerja pada usahatani padi sawah.

4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas pada usahatani padi sawah.

5. Untuk mengetahui faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi besarnya pendapatan bersih dan pendapatan keluarga dari hasil usahatani padi sawah.

6. Untuk mengetahui seberapa besar total pendapatan keluarga petani DAFEP ditinjau dari garis kemiskinan Sajogyo.

(18)

Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai:

1. Bahan pertimbangan bagi “ Policy Maker “ didalam mengambil kebijaksanaan khususnya dalam pengembangan sistem DAFEP untuk menyusun program penyuluhan pertanian di masa yang akan datang.

2. Bahan pertimbangan bagi pihak PPL dalam menyusun dan menyampaikan informasi bagi petani sistem DAFEP.

(19)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

Tumbuhan padi sawah adalah tumbuhan yang tergolong tanaman air (Water Plant). Tumbuhan padi sawah dikatakan sebagai tanaman air bukan berarti bahwa tanaman padi itu hanya bisa tumbuh di atas tanah yang terus menerus digenangi oleh air, baik itu penggenangan secara alamiah yang terjadi pada rawa-rawa, maupun penggenangan itu disengaja terjadi pada tanah-tanah sawah. Padi juga dapat tumbuh di tanah kering asalkan curah hujan mencukupi kebutuhan tanaman akan air (Utomo, M dan Nazaruddin, 2003: 35).

Penduduk Indonesia sangat bergantung pada beras, maka apabila sedikit saja terjadi gangguan terhadap produksi beras, maka pasokan akan terganggu dan harga jual akan meningkat. Pemerintah sudah mengusahakan segala upaya dan pemerintah juga berobsesi untuk berswasembada beras (Andoko, 2002: 12).

DAFEP (Decentralized Agricultural and Forestry Ektension Project) adalah sebuah konsep model desentralisasi penyelesaian penyuluhan pertanian dan kehutanan secara terpadu yang terstruktur dan terkemas dalam administrasi proyek yang meliputi aspek kelembagaan, ketenagaan, sarana/ prasarana dan biaya serta tata laksana penyuluhan terbangun. Adapun program – program DAFEP yang biasa dilaksanakan yaitu, pelatihan pengurus UPKG, pelatihan petani pemandu, pelatihan identifikasi dan penanggulangan penyakit ternak kambing, SLPHT dan pemupukan padi sawah, SL pembenihan ikan mas, SL

(20)

Pemberlakuan desentralisasi/otonomi daerah mempunyai arti penting bagi pambangunan pertanian, karena akan membawa wewenang pengambilan keputusan lebih dekat kepada masyarakat dan sumberdaya setempat, sehingga lebih responsif terhadap kebutuhan setempat. Desentralisasi hendaknya tidak dilihat atas dasar kewenangan pemerintahan saja, namun juga sikap dan perilaku otonom dan aparat, petani dan masyarakat berdasarkan keunggulan komparatif wilayah dan efesien dalam penggunaan sumberdaya. Dengan demikian, penyuluhan dengan otonomi oleh aparat, petani dan masyarakat di kabupaten tanpa banyak ketergantungan pada sumberdaya dan bantuan dari propinsi dan pusat, dan dilaksanakan sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan petani.

(Anonimous, 1999; 1 )

(21)

satu wadah kelembagaan petani di desa yaitu UPKG (Unit Pengelola Kegiatan Gabungan ) (Anonimous, 2003 ; 45 ).

Penyuluhan pertanian merupakan sarana kebijaksanaan yang dapat digunakan pemerintah untuk mendorong pembangunan pertanian. Petani mempunyai kebebasan untuk menerima atau menolak saran yang diberikan agen penyuluhan pertanian. Penyuluhan hanya dapat memcapai sasarannya jika perubahan yang diinginkan menyentuh kepentingan petani. Agen penyuluhan pertanian harus ahli pertanian yang berkompeten, disamping bisa berkomunikasi secara efektif dengan petani serta dapat mendorong minat belajar mereka. Penyuluhan marupakan keterlibatan seorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat sehingga bisa membuat keputusan yang benar.

( Van den Ban dan Hawkins, 1999; 37-38 ).

(22)
(23)

Landasan Teori

Tenaga kerja usahatani merupakan faktor produksi kedua selain tanah, modal dan pengelolaan. Jenis tenaga kerja lain tenaga kerja manusia, ternak dan mekanik. Kadangkala tenaga kerja merupakan faktor produksi utama. Hal ini menunjukkan posisi petani pada usahataninya. Petani bukan hanya mengelola usahatani, tetapi juga tulang punggung keluarga sebagai sumber tenaga kerja utama usahataninya. Petani akan mengupayakan sebagian tambahan tenaga kerja luar keluarga (Fadholi,H., 1989; 66).

Peningkatan intensitas tenaga kerja dalam kenyataanya dapa muncul dalam tiga bentuk, yakni:

1. Intensitas tenaga kerja yang tidak mempengaruhi produksi, justru mengurangi hasil bersih.

2. Peningkatan intensitas penggunaan tenaga kerja yang sejajar dengan peningkatan produksi.

(Kaslan, A. T., 1982 : 300)

(24)

Pemberdayaan petani diartikan sebagai proses memfasilitasi petani meningkatkan kemampuan dan kemandiriannya menganalisis potensi dan masalah yang dihadapi, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pemecahan masalah- masalah dengan kreativitasnya sediri dlam memperbaiki kehidupannya. Dasar proses pemberdayaannya adalah pengalaman dan pengetahuan masyarakat tentang keberadaanya yang sangat luas dan berguna, serta kemauan mereka untuk menjadi lebih baik. Prinsip pemberdayaan adalah petani didorong untuk berperan serta dalam semua aspek perencanaan dan penerapan kegiatan agar mampu berkembang secara mandiri dan mengakses sumber daya yang dibutuhkan baik local maupun dari luar (Anonimous, 2002 ; 8).

(25)

lini diharapkan dapat menumbuhkan partisipasi aktif keluarga sebagai anggota kelompok maupun masyarakat untuk memecahkan masalah usahanya.

(Anonimous, 2002 ; 1-4 ).

Ada beberapa alasan mengapa petani dianjurkan berpartisipasi dalam keputusan yang berkaitan dengan program penyuluhan :

1. Mereka memiliki informasi yang sangat penting untuk merencanakan program yang berhasil termasuk tujuan, situasi, pengetahuan serta pengalaman mereka dengan teknologi dan penyuluhan serta struktur sosial masyarakat mereka. 2. Mereka akan lebih termotivasi untuk bekerja sama dalam program penyuluhan

jika ikut bertanggungjawab di dalamnya.

3. Masyarakat yang demokrasi secara umum menerima bahwa rakyat yang terlibat berhak berpartisipasi dalam keputusan mengenai tujuan yang mereka capai.

4. Banyak permasalahan pembangunan pertanian, seperti pengendalian erosi tanah, perolehan sistem usaha tani yang berkelanjutan dan pengelolaan pndekatan komersial pada pertanian, tidak mungkin lagi dipecahkan dengan pengambilan keputusan perorangan

( Van den Ban dan Hawkins, 1999 ; 258-259 ).

(26)

Prinsip- prinsip dasar pelaksanaan FMA :

a. Partisipasi : kegiatan penyuluhan pertanian dan kehutanan harus melibatkan petani untuk berperan secara aktif dalam setiap pengambilan keputuusan dan pelaksaan kegiatan penyuluhan pertanian dan kehutanan, partsipasi akan berkembang dalam berbagai cara sesuai keadaan spesifik, sehingga tidak ada satu cara pemecahan yang berhasil untuk semua keluarga tani.

b. Demokratis : setap keputusan dibuat melalui musyawarah atau kesepakatan sebagian besar petani untuk menjamin adanyan dukungan dan rasa memiliki dari masyarakat seluruh kegiatan produksi, dri perencanaan sampai evaluasi dilaksanakan dengan prinsip dari petani ke petani dan untuk petani.

c. Desentralisasi : kegiatan penyuluhan pertanian dan kehutanan direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan kebutuhan petani (laki-laki dan perempuan). Untuk memperbaiki dan mengembangkan usahataninya dan meningkatkan rasa memiliki terhadap pelaksanaan dan hasil- hasil dari kegiatan penyuluhan. d. Keterbukaan : Manajemen dan administrasi penggunaan dan desa diketahui

dan diumumkan ke seluruh masyarakat desa.

e. Akuntabilitas : pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian kehutanan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada petani.

(27)

g. Kemandirian : keluarga dan masyrakat tani ( laki-laki dan perempuan) memiliki ksempatan dan kemampuan untuk menemukan usahatani yang menguntungkan dan berkelanjutan tanpa harus bergantung kepada penyuluh pertanian. Proses partisipasi dan kemandirian jarang terjadi secara spontan, maka perlu simulasi dengan bimbingan para fasilitator.

(28)

Kerangka Pemikiran

Petani adalah setiap orang yang melakukan kegiatan usahatani sebagai mata pengaharian pokoknya. Banyak persoalan yang dihadapi oleh petani baik yang berhubungan dengan produksi dan pemasaran hasil usahataninya maupun masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari - hari. Apabila kegiatan pennyuluhan dilaksanakan oleh para petani sendiri , maka penyuluhan akan lebih menyentuh kebutuhan petani, karena merekalah yang sebenarnya paling mengetahui permasalahan yang dihadapinya potensi dimiliki, serta harapan- harapan yang ingin dicapai, sehingga penyuluhan yang dirancang benar-benar menyangkut hal- hal yang menjadi kebutuhan dan prioritas dalam mendukung kegiatan usaha tani yang sedang atau yang akan dilaksanakan.

Sistem DAFEP adalah salah satu proyek penyuluhan yang bertujuan untuk memberdayakan petani, dalam pelaksanaannya menerapkan prinsip-prinsip partisipatif, demokratis, keterbukaan, kemitraan, kemandirian. Sistem DAFEP juga merupakan suatu metode yang digunakan dalam meningkatkan produktivitas hasil pertanian. Sistem ini dikelola oleh petani (FMA/ Farmer Managed Activities) petani akan difasilitatori Tim Penyuluh Lapangan (TPL) yang merupakan suatu tim penyuluhan di tingkat kecamatan yang terdiri dari tenaga penyuluh dan tenaga lainnya yang sudah dilatih termasuk yang berasaldari petani itu sendiri yang akan mendampingi para petani dengan menerapkan prinsip belajar sambil melaksanakan.

(29)
(30)

Skema Kerangka Pemikiran

Petani padi sawah

CTK luar keluarga CTK dalam

keluarga

Penerimaan Produktivitas

Pendapatan keluarga petani

DAFEP Produksi

Faktor-faktor yang mempengaruhi - Luas lahan - CTK

- Biaya sarana produksi

Curahan Tenaga kerja

Tidak menggunakan sistem DAFEP Menggunakan

sistem DAFEP

[image:30.595.114.510.118.633.2]

Lingkungan Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan :

(31)

Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan identifikasi masalah maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Ada perbedaan curahan tenaga kerja pria dan wanita petani DAFEP dalam setiap tahapan kerja pada usahatani padi sawah.

2. Ada kesempatan kerja yang tercipta pada usahatani DAFEP.

3. Ada pengaruh faktor sosial ekonomi (luas lahan, pendapatan keluarga, jumlah tanggungan, dan potensi tenaga kerja) terhadap besarnya curahan tenaga kerja pada usahatani padi sawah.

4. Ada pengaruh faktor-faktor (luas lahan, curahan tenaga kerja, dan biaya sarana produksi) terhadap produktivitas pada usahatani padi sawah.

5. Ada pengaruh faktor-faktor sosial ekonomi (luas lahan, curahan tenaga kerja, dan biaya sarana produksi) terhadap besarnya pendapatan bersih dan pendapatan keluarga dari hasil usahatani padi sawah.

(32)

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ini ditentukan secara sengaja (purposive sampling) yaitu Desa Karang Anyer, Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun. Alasan peneliti memilih daerah tersebut adalah karena daerah penelitian ini merupakan salah satu daerah yang menerapkan sistem DAFEP di Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungan dan para petani di Desa Karang Anyer aktif mengikuti penerapan sistem DAFEP.

Metode Penentuan Sampel

[image:32.595.118.434.311.387.2]

Jumlah penduduk Desa Karang Anyer sebanyak 3594 jiwa dengan jumlah KK sebanyak 629 KK. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta yang mengikuti kegiatan Sistem DAFEP sebanyak 172 orang. Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan metode Stratified Random Sampling yaitu sebanyak 30 orang petani peserta. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini:

Tabel 3. Jumlah Populasi dan Sampel Peserta Sistem DAFEP

Strata Luas lahan (Ha) Populasi (KK) Sampel (KK)

I < 0,5 55 10

II > 0,5-1 117 20

(33)

Metode Pengumpulan Data

[image:33.595.120.498.304.454.2]

Data yang diperoleh dalam penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan respon di daerah penelitian dan menggunakan pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu, sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi yang terkait seperti kantor kecamatan Maligas, KIPPK (Kantor Informasi Penyuluhan dan Kehutanan) Kabupaten Simalungun dan buku- buku pendukung.

Tabel 4.Spesifikasi Pengumpulan Data

No Jenis Data Sumber Data Metoda Alat Yang Digunakan

1 Identitas petani Petani Wawancara Kuesioner

2 Luas lahan Petani Wawancara Kuesioner

3 Jenis kegiatan Petani Wawancara Kuesioner

4 Monografi desa Kantor Kepala Desa

Wawancara Observasi

5 Curahan tenaga kerja Petani Wawancara Kuesioner

Metode Analisis Data

Untuk hipotesis 1 dilakukan dengan uji beda rata-rata dengan rumus:

⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ + ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − + + − − − = 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 1 1 1 2 ) 1 ( ) 1 ( n n n n S n S n X X th Keterangan: 1

X = rata-rata curahan tenaga kerja luar keluarga

2

X = rata-rata curahan tenaga kerja dalam keluarga

1

S = Standar deviasi curahan tenaga kerja luar keluarga pada usahatani padi sawah.

2

(34)

1

n = jumlah sampel usahatani padi sawah yang menggunakan tenaga kerja luar keluarga.

2

n = jumlah sampel usahatani padi sawah yang menggunakan tenaga kerja dalam keluarga.

Dengan kriteria:

th – hit < t – tab ...hipotesis H0 diterima th – hit > t – tabel ... hipotesis H0 ditolak

Hipotesis 2, 3,4 dianalisis dengan menggunakan model multipel regresi berganda, dengan rumus:

= a+a1X1+a2X2 +a3X3 Dimana:

= Curahan tenaga kerja dalam keluarga a = Koefisien Intercept

3 2 1,a ,a

a = Koefisien regresi

1

X = Luas lahan

2

X = Potensi tenaga kerja atau HKP

3

(35)

Variabel-variabel bebas berpengaruh terhadap curahan tenaga kerja dalam keluarga diuji dengan uji-F, yakni:

) 1 )(

1 (

2

− − − =

k n r

k r F

Dimana:

2

r = Koefisien determinasi n = Jumlah sampel

k = Derajat bebas pembilang n-k-1 = Derajat bebas penyebut

Untuk menguji hipotesis 5 dianalisis dengan membandingkan pendapatan petani rata-rata dengan literatur garis kemiskinan Sajogyo(1988).

a. Jika pendapatan rata-rata petani >garis kemiskinan Sajogyo maka hipotesis diterima.

b. Jika pendapatan rata-rata petani <garis kemiskinan Sajogyo maka hipotesis ditolak.

(36)

Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi

1. Petani adalah setiap orang yang melakukan kegiatan usahatani sebagai mata pencaharian pokoknya.

2. Desentralisasi Penyuluhan dan Kehutanan (DPPK/DAFEP) adalah proyek yang memfasilitasi kegiatan penyuluhan yang dikelola oleh petani (FMA ) yang bertujuan untuk memberdayakan petani di daerah penelitian

3. Curahan tenaga kerja adalah penggunaan tenaga kerja manusia adlam kegiatan usahatani padi sawah dengan satuan hari pria (HKP) baik yang berasal dari dalam keluarga maupun dari luar keluarga.

4. Tenaga kerja dalam keluarga adalah tenaga kerja yang bersumber dari dalam petani yakni kepala keluarga beserta istri dan anak.

5. Tenaga kerja luar keluarga adalah tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga yang dibayar dengan tingkat upah yang berlaku dalam satu hari kerja (HKP) dengan jam kerja 8 jam sehari dengan konversi:

- tenaga kerja pria berumur > 15 tahun = 1 HKP - tenaga kerja wanita berumur > 15 tahun = 0,8 HKP - tenaga kerja anak-anak berumur 10 – 15 tahun = 0,5 HKP 6. Produksi adalah hasil dari usahatani petani yang mengikuti kegiatan-

kegiatan Sistem DAFEP.

7. Penerimaan adalah perkalian antara produksi dengan harga jual

(37)

9. Garis kemiskinan menurut Sajogyo (1988) menetapkan garis kemiskinan sebagai berikut:

- Batas tingkat pendapatan/kapita/tahun kurang dari 240 Kg setara beras/kapita/tahun tergolong miskin sekali.

- Pendapatan antara 240 Kg-320 Kg setara beras/kapita/tahun digolongkan miskin.

- Pendapatan antara 320 Kg-480 Kg setara beras/kapita/tahun digolongkan nyaris miskin.

- Tingkat pendapatan diatas standar >480 Kg digolongkan kecukupan.

Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah Desa Karang Anyer, Kecamatan Maligas, Kabupaten Simalungun.

2. Waktu penelitian adalah 2007.

(38)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

SAMPEL

Deskripsi Daerah Penelitian Letak dan Luas Geografis

Desa Karang Anyer terletak di Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun, Propinsi Sumatera Utara. Desa Karang Anyer berjarak 10 km dari Ibukota Kabupaten Simalungun, 8 km dari Ibukota Kecamatan Gunung Maligas, dan 115 km dari Ibukota Propinsi Sumatera Utara (Medan). Daerah ini bertopografi rendah dengan luas wilayah 284 Ha. Secara administrasi Desa Karang Anyer mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kecamatan Gunung Maligas Sebelah Selatan : Ibukota Pematang Siantar Sebelah Barat : Desa Karang Sari

Sebelah Timur : Desa Karang Rejo Keadaan Penduduk

Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor lepala desa Karang Anyer jumlah penduduk didaerah penelitian sebanyak 3.594 jiwa dengan perincian laki –laki berjumlah 1625 jiwa dan perempuan berjumlah 1969 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga 629 KK.

Keadaan Penduduk menurut Umur

(39)
[image:39.595.114.513.124.387.2]

Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Karang Anyer Tahun 2007.

NO Kelompok Umur (Tahun)

Jumlah Penduduk (jiwa)

Persentase (%)

1 0-4 233 6,50

2 5-9 465 12,93

3 10-14 805 22,40

4 15-19 765 21,30

5 20-24 255 7,10

6 25-30 153 4,25

7 34-35 165 4,60

8 36-39 215 5,10

9 40-44 120 3,33

10 45-49 113 3,14

11 50-54 125 3,50

12 55-59 95 2,64

13 60-65 55 1,53

14 >65 30 0,83

Jumlah 3594 100,00

Sumber : Data Monongrafi Desa Karang Anyer Tahun 2007

Dari Tabel 5 menunjukkan bahwa penduduk Desa Karang Anyer yang paling besar adalah penduduk kelompok usia 10-14 tahun yaitu sebanyak 805 jiwa (22,40 %) dan yang paling sedikit adalah penduduk yang berusia >65 tahun yaitu sebanyak 30 jiwa (0,83 %).

Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

(40)
[image:40.595.115.514.127.278.2]

Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Karang Anyer Tahun 2007

NO Tingkat Pendidikan (Tahun)

Jumlah Penduduk (Jiwa)

Persentase (%)

1 TK 212 6,00

2 SD 973 27,07

3 SLTP 1.124 31,27

4 SLTA 862 23,98

5 Akademi (D1-D3) 20 0,55

6 Sarjana 12 0,33

7 Pernah sekolah tetapi tidak tamat

391 10,80

Jumlah 3594 100,00

Sumber : Data monografi Desa Karang Anyer Tahun 2007

Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk Desa Karang Anyer menurut tingkat pendidikan yang terbesar adalah tamat SLTP sebanyak 1124 jiwa (31,29 %), selebihnya tamat TK sebanyak 212 jiwa (6,00 % ), tamat SD sebanyak 979 jiwa (27,07 %), tamat SLTA sebanyak 862 jiwa (23,98 %),tamat akademi (D1-D3) sebanyak 20 jiwa (0,55 % ),pernah sekolah tetapi tidak tamat aebanyak 391 jiwa (0,33 % ) dan jumlah yang terkecil adalah tamat Sarjana sebanyak 12 jiwa (0,33%).

Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian

(41)
[image:41.595.125.507.123.244.2]

Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Karang Anyer Tahun 2007

No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah ( Jiwa ) Persentase (%)

1. Petani 915 78,90

2. Buruh bangunan 98 8,44

3. Burh tani 45 3,87

4 Petenak 55 4,47

5. PNS dan pensiunan 38 3,27

6. Pedagang 9 0,78

Jumlah 1160 100,00

Sumber : Data Monografi Desa Karang Anyer 2007

Berdasarkan Tabel 7, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk dengan mata pencaharian bekerja sebagai Petani sebanyak 915 jiwa (78,90 %), Buruh bangunan 98 jiwa (8,44 %),Buruh tani sebanyak 45 jiwa (3,87 %), Peternak sebanyak 55 jiwa (4,47), PNS dan Pensiunan sebanyak 38 jiwa (3,27), dan Pedangang sebanyak 9 jiwa (0,78 %).

Penggunaan Lahan

Desa karang Anyer mempunyai luas wilayah 284 Ha. Penggunaan lahan menurut fungsinya terdiri atas Pemukiman, Sawah, Ladang, Kolam, Tegal, Kuburan, Taman Rekreasi dan penggunaan lainnya. Gambaran luas wilayah Desa Karang Anyer berdasarkan pengggunaan lahan dapat dilihat pada tabel 8 berikut :

Tabel. 8. Distribusi Penggunaan Lahan Desa Karang Anyer 2007

No

Jenis Penggunaan Lahan

Luas Areal (Ha) Perentase (%)

1

Sawah

204 71,84

2 Ladang 46 16,19

3 Pemukiman 18 6,33

4 Kolam 8 2,81

5 Penggunaan lainnya 8 2,81

Jumlah 284 100, 00

[image:41.595.114.508.573.701.2]
(42)

Berdasarkan Tabel 8, diketahui bahwa penggunaan lahan lebih banyak digunakan untuk Sawah yaitu sebesar 204 Ha (71,84 %), selebihnya untuk Ladang 46 Ha (16,19 %), Pemukiman 18 Ha (6,33 %), Kolam 8 Ha (2,81 %), dan untuk penggunaan lainnya 8 Ha (2,81%).

Karakteristik Petani Sampel

[image:42.595.116.508.403.516.2]

Karakteristik yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi karakteristik sosial ekonomi petani yang terdiri dari Umur, Tingkat Pendidikan, Jumlah tanggungan, Jumlah anggota keluarga produktif, Pengalaman bertani, dan luas lahan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 9 dibawah ini .

Tabel 9. Karakteristik Petani Sampel di Desa Karang Anyer 2007

No Karakteristik Sosial Ekonomi Satuan Range Rataan

1 Umur Tahun 31-60 47,20

2 Tingkat Pendidikan Tahun 6-12 10,00 3 Pengalaman Bertani Tahun 5-30 13,4

4 Jumlah Tanggungan Jiwa 2-5 3,23

5 Jumlah Anggota Keluarga Produktif Jiwa 2-6 3,60

Luas Lahan Ha 0,12-0,98 0,55

Sumber : Data Primer Diolah Dari Lampiran 1

Umur rata-rata petani sampel berkisar antara 31-60 tahun dengan rataan 47,20 tahun, dari rataan dapat dilihat bahwa petani sampel masih berada dalam kategori usia produktif sehingga masih besar potensi tenaga kerja yang dimiliki oleh petani tersebut dalam mengelola usaha taninya.

(43)

Pengalaman bertani petani sampel berkisar antara 5-30 tahun dengan rataan 13,4 tahun. Dari rataan tersebut dapat diasumsikan bahwa pengalaman bertani petani sampel sudah cukup lama sehingga memiliki pengetahuan dan wawasan yang sangat baik dalam mengelola usahatani padi sawah.Walaupun pendidikan rata-rata tamat SLTP namun, pengalaman membantu petani untuk lebih baik dalam mengelola usahataninya.

Jumlah tanggungan petani sampel berkisar antara 2-5 jiwa dengan rataan 3,23 jiwa. Dengan demikian dapat diketahui bahwa jumlah tanggungan petani sampel tidak begitu besar sehingga pendapatan usahatani dapat dimanfaatkan untuk hal lain yang lebih diperlukan.

Jumlah anggota keluarga produktif berkisar 2-6 jiwa dengan rataan 3,60 jiwa. Dengan demikian dapat diketahui bahwa jumlah anggota keluarga produktif petani sampel mencukupi untuk mengelola usahatani padi sawah.

(44)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Keterlibatan Petani Dalam Sistem DAFEP

[image:44.595.114.507.537.753.2]

Keterlibatan petani dalan sistem DAFEP ditujukan agar petani mampu menumbuhkan partisipasi aktif keluarga sebagai anggota kelompok atau masyarakat untuk memecahkan masalah usahataninya serta kegiatan tersebut dapat mencapai sasaran. Petani secara bersama dalam kelompok yang difasilitasi penyuluh pertanian mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi dalam usahataninya serta memilih dan menyepakati langkah-langkah pemecahannya baik yang dilakukan sendiri, secara bersama dalam kelompok atau mendapat bantuan dari para penyuluh atau pihak lainnya. Salah satu kegiatan proyek yang berbeda dengan kegiatan-kegiatan lainnya adalah FMA ( Farmer Management Extension Activity) diamana kegiatan ini penyuluhan pertanian dikelola oleh petani sendiri, mulai dari merencanakan kebutuhan belajar, menetapkan metoda, dan proses mengajar serta penilainnya dilakukan secara partisipatif dalam kelompok. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 10 berikut.

Tabel 10. Kegiatan FMA Dalam Usahatani Padi Sawah di Desa Karang Anyer.

No Program Keterangan Kegiatan

1 Materinya Sesuai kebutuhan Pemupukan padi sawah dan pemberantasan hama dan penyakit

2 Metode Dengan cara kelompok Penyampaian materi secara bottom up

3 Cara mengajar

Secara lisan Penyuluh dan para petani melakukan diskusi kemudian langsung dipraktekkan oleh petani dan keluarganya.

4 Penilaian Dilihat dari keberhasilan program

(45)

Budidaya Padi Sawah Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan biasanya dilakukan bersamaan dengan proses pembibitan. Tanah diolah sampai menjadi gembur dengan menggunakan bajak, cangkul, atau dengan menggunakan hand tracktor (jetor) agar lebih mudah dan cepat dalam pengerjaannya. Lamanya pengolahan lahan tergantung pada besarnya luas lahan, alat yang digunakan, dan banyaknya tenaga kerja.

Pembibitan

Pembibitan merupakan langkah awal bertanam padi. Bibit yang digunakan biasanya adalah bibit yang diberikan dari program DAFEP. Dimana bibit tersebut merupakan bibit unggul yang mutunya sudah terjamin. Menurut dosis anjuran kebutuhan bibit berkisar 3-4 kg per rante atau sekitar 90-100 kg per ha. Sebelum disemaikan, terlebih dahulu bibit direndam dalam air selama 5-6 jam hal ini dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan bibit. Kemudian bibit tersebut disemaikan di lahan persemaian yang sudah diolah terlebih dahulu dengan air yang sangat sedikit. Lamanya persemaian berkisar 22-25 hari. Selama disemai, bibit diberi pupuk dan disemprot dengan insektisida untuk mengendalikan serangan hama.

Penanaman

(46)

agar bibit dapat lebih mudah untuk ditanam. Bibit ditanam secara berbaris agar terlihat rapi dan memudahkan proses pemupukan, penyiangan, dan penyemprotan. Jarak tanam yang digunakan adalah 25 x 25 cm.

Pemupukan

Pemupukan pertama dilakukan 15 hari setelah penanaman dengan jenis pupuk yang diberikan adalah Urea dengan dosis 40 kg per rante. Dilanjutkan dengan pemupukan kedua 40 hari setelah tanam dengan jenis pupuk yang diberikan adalah ZA dan KCL dengan dosis untuk ZA 10 kg per rante dan untuk pupuk KCL 35 kg per rante. Pupuk diberikan untuk mencukupi kebutuhan hara. Pupuk yang diberikan ada beberapa macam tergantung kemampuan petani dan kebutuhan lahan. Jenis pupuk yang diberikan yaitu Urea, KCl, dan ZA. Pemupukan dilakukan dengan cara menyebarkan pupuk secara merata ke seluruh tanaman.

Penyiangan

(47)

Pemberantasan Hama dan Penyakit

Pemberantasan hama dan penyakit dilakukan dengan menyemprotkan obat-obatan (insektisida atau pestisida) tergantung hama apa yang menyerang. Biasanya hama yang sering menyerang tanaman padi adalah ulat-ulat dan wereng. Penyemprotan dilakukan lebih dari sekali, bahkan bisa sampai tiga atau empat kali tergantung besarnya serangan hama.

Panen

Panen adalah tahap akhir dalam bercocok tanam padi sawah. Panen dapat dilakukan apabila padi sudah menguning demikian juga dengan daun dan malainya, tangkai sudah kelihatan menunduk, dan gabah sudah berisi dan keras. Biasanya panen dilakukan oleh petani itu sendiri dan ada juga yang mengupahkan kepada orang lain.

Pencurahan Tenaga Kerja Usaha Tani Padi Sawah

Petani di desa Karang Anyer dalam mengelola usaha tani padi sawah menganut pola tanam 2 kali tanam dalam setahun. Kegiatan-kegiatan usahatani ini akan menentukan besar kecilnya curahan tenaga kerja yang dicurahkan. Tahapan kegiatan tersebut antara lain : pengolahan lahan, pembibitan, penanaman, pemupukan, penyiangan, pengendalian hama dan penyakit, dan panen.

(48)

setiap jenis tahapan pekerjaan dalam usaha tani adalah berbeda, misalnya pekerjaan mengolah tanah yang memerlukan tenaga kerja yang keras kebanyakan dilakukan oleh kaum pria. Sebaliknya pekerjaan menanam banyak dilakukan oleh kaum wanita.

Untuk melihat besarnya curahan tenaga kerja dalam dan luar keluarga pada tiap kegiatan usahatani padi sawah per petani dapat dilihat pada Tabel 11 berikut:

Tabel 11. Rata-Rata Curahan Tenaga Kerja Dalam Keluarga dan Luar Keluarga Tiap Tahapan Usahatani Padi Sawah Per Petani Per Musim Tanam

Curahan Tenaga Kerja (HKP)

Strata I Strata II

Rataan No Tahapan

Kegiatan

DK LK DK LK DK LK

Total

1

Pengolahan

Lahan 12,30 0,00 21,71 0,00 17,00 0 17,00

2 Persemaian 0,58 0,00 1,98 0,00 1,28 0 1,28

3 Penanaman 5,08 0,00 14,53 0,00 9,80 0 9,80

4 Pemupukan 1,04 0,00 2,55 0,00 1,79 0 1,79

5 Penyiangan 1,30 0,00 3,10 0,00 2,2 0 2,2

6

Pengendalian

H/P 0,62 0,00 1,37 0,00 0,99 0 0,99

7 Panen 14,06 0,30 34,15 1,10 24,10 0,7 24,80

Jumlah 34,98 0,30 79,39 1,10 57,16 0,7 57,86

Sumber : Data Primer diolah dari Lampiran 2

(49)

,pengendalian H/P sebesar 0,99 dan panen sebesar 24,10. Untuk luar keluarga yaitu panen sebesar 0,7.

Keistimewaan sistem DAFEP dalam hal pencurahan tenaga kerja adalah lebih cepat prosesnya karena lebih mengandalkan alat-alat teknologi yaitu pada tahap pengolahan lahan, penyiangan, dan pengendalian hama dan penyakit sedangkan yang manual yaitu pada tahap persemaian, penanaman, pemupukan,dan panen.

[image:49.595.116.509.344.599.2]

Untuk mengetahui curahan tenaga kerja rata-rata dalam setiap tahapan kegiatan usahatani padi sawah per hektar dapat dilihat pada Tabel 12 berikut:

Tabel 12. Rata-Rata Curahan Tenaga Kerja Dalam Keluarga dan Luar Keluarga Tiap Tahapan Usahatani Padi Sawah Per Ha Per Musim Tanam

Curahan Tenaga Kerja (HKP)

Strata I Strata II

Rataan No Tahapan

Kegiatan

DK LK DK LK DK LK Total

1

Pengolahan

Lahan 48,14 0,00 32,12 0,00 40,13 0 40,13

2 Persemaian 2,09 0,00 2,94 0,00 2,51 0 2,51

3 Penanaman 17,74 0,00 21,56 0,00 19,65 0 19,65

4 Pemupukan 3,63 0,00 3,70 0,00 3,66 0 3,66

5 Penyiangan 4,60 0,00 4,60 0,00 4,60 0 4,60

6

Pengendalian

H/P 2,16 0,00 2,00 0,00 2,08 0 2,08

7 Panen 49,14 1,66 24,57 1,17 36,85 1,41 38,16

Jumlah 127,50 1,66 91,49 1,17 109,49 1,41 110,9

Sumber : Data Primer diolah dari Lampiran 3

(50)

penanaman sebesar 19,65 , untuk pemupukan sebesar 3,66 , penyiangan sebesar 4,60 ,pengendalian H/P sebesar 2,08 dan panen sebesar 36,85. Untuk luar keluarga yaitu panen sebesar 1,41.

1. Analisis Perbedaan Curahan Tenaga Kerja Pria dan Wanita Petani DAFEP Dalam Setiap Tahapan Kerja Pada Usahatani Padi Sawah

Pencurahan tenaga kerja pria dan wanita dalam usahatani padi sawah di daerah penelitian yang dicurahkan dalam kegiatan pengolahan lahan, persemaian, penanaman, pemupukan, penyiangan, pengendalian hama dan penyakit, panen. Diasumsikan terdapat perbedaan curahan tenaga kerja pria dan wanita dalam setiap tahapan kerja usahatani padi sawah.

Untuk melihat perbedaan tenaga kerja pria dan wanita digunakan uji beda rata-rata (uji t-test). Data yang didapat di lapangan ditabulasikan sesuai kebutuhan dan dianalisis dengan uji statistik tersebut di atas.

(51)

Tabel 13. Analisis Perbedaan Curahan Tenaga Kerja Pria dan Wanita Pada Usahatani Padi Sawah Per Petani dan Per Ha Per Musim Tanam di Desa Karang Anyer Tahun 2007.

Curahan Tenaga Kerja (HKP)

Strata I Strata II

Rataan

No. Tahapan

Kegiatan

P W P W P W Total Pengolahan

Lahan

a. Per Petani 12,30 0,00 21,71 0,00 17,00 0 17,00 1

b. Per Ha 48,14 0,00 32,12 0,00 40,13 0 40,13

Persemaian

a. Per Petani 0,58 0,00 1,98 0,00 1,28 0 1,28 2

b. Per Ha 2,09 0,00 2,94 0,00 2,51 0 2,51

Penanaman

a. Per Petani 0,00 5,08 0,00 14,53 0 9,80 9,80 3

b. Per Ha 0,00 17,74 0,00 21,56 0 19,65 19,65

Pemupukan

a. Per Petani 1,04 0,00 2,55 0,00 1,79 0 1,79 4

b. Per Ha 3,63 0,00 3,70 0,00 3,66 0 3,66

Penyiangan

a. Per Petani 1,30 0,00 3,10 0,00 2,20 0 2,20 5

b. Per Ha 4,60 0,00 4,60 0,00 4,60 0 4,60

Pemberantas an H/P

a. Per Petani 0,62 0,00 1,37 0,00 0,99 0 0,99 6

b. Per Ha 2,16 0,00 2,00 0,00 2,08 0 2,08

Panen

a. Per Petani 14,36 0,00 35,25 0,00 24,80 0 24,80 7

b. Per Ha 50,80 0,00 25,74 0,00 38,27 0 38,27 Total

a. Per Petani 30,20 5,08 65,96 14,53 48,06 9,80 57,86

b. Per Ha 111,42 17,74 71,10 21,56 91,26 19,65 110,9

(52)

Berdasarkan Tabel 13 dapat dikemukakan bahwa :

1. Pencurahan tenaga kerja pria dalam usahatani padi sawah lebih tinggi daripada tenaga kerja wanita, yakni pria 111,47 HKP/Ha dan wanita 17,74 HKP/Ha pada strata I. Sedangkan pada strata II curahan tenaga kerja pria lebih tinggi dari tenaga kerja wanita, yakni pria 71,10 HKP/Ha dan wanita 21,56 HKP/Ha. 2. Pengolahan lahan merupakan kegiatan usahatani padi sawah yang banyak

menggunakan tenaga kerja (20,07 HKP/Ha) bila dibandingkan dengan kegiatan panen (19,14 HKP/Ha), penanaman (9,13 HKP/Ha), penyiangan (2,30 HKP/Ha), pemupukan (1,83 HKP/Ha), persemaian (1,26 HKP/Ha) dan pemberantasan hama dan penyakit (1,04 HKP/Ha).

3. Tenaga kerja pria umumnya dominan pada kegiatan pengolahan lahan, persemaian, pemupukan, penyiangan, pemberantasan hama dan penyakit, dan panen. Sedangkan tenaga kerja wanita lebih dominan pada kegiatan penanaman.

(53)

2. Kesempatan Kerja Yang Tercipta Pada Usahatani DAFEP

(54)
[image:54.595.121.509.122.556.2]

Tabel 14. Jumlah Petani Yang Mengikuti Program DAFEP di Desa Karang Anyer. No Program DAFEP Manfaat Jumlah Petani Yang Mengikuti Persentase (%) 1 SLPHT dan

Pemupukan Padi Sawah

Petani dapat menangani penyakit dan hama yang menyerang tanaman padi

sawah dengan memberikan obat- obatan

dan in sektisida sesuai yang dianjurkan dan juga cara- cara pemupukan yang tepat. 133 77,33 2 Pelatihan identifikasi dan penanggulangan penyakit ternak kambing

Adanya perkembangan ternak yang lebih cepat dan jarang terjadi serangan penyakit ternak.

20 11,63

3 SLPHT kakao Produksi tanaman kakao lebih meningkat dari sebelumnya.

10 5,81

4 SL pembenihan ikan mas

Produksi dari ikan mas meningkat.

9 5,23

(55)

3. Pengaruh Luas Lahan, Total Pendapatan Keluarga, Jumlah Tanggungan dan Potensi Tenaga Kerja Terhadap Besarnya Curahan Tenaga Kerja Pada Usahatani Padi Sawah

Salah satu faktor yang berperan dalam usahatani adalah luas lahan yang diusahakan oleh petani. Luas lahan ini mencakup luas areal pertanaman padi sawah yang diusahakan oleh petani. Luas lahan yang dimiliki oleh petani pada umumnya tergantung dari jumlah keluarga yang ada. Jumlah keluarga yang banyak, akan menyebabkan kepemilikan tanah akan semakin sempit, sementara luas lahan yang dimiliki tetap. Anggota keluarga usia produktif adalah anggota keluarga yang berusia 15 sampai 65 tahun. Anggota keluarga usia produktif berpotensi sebagai sumber tenaga kerja bagi petani dalam mengusahakan usahataninya. Total pendapatan keluarga adalah pendapatan bersih petani dari usahataninya ditambah dengan total pendapatan lain yang diperoleh keluarga petani di luar usahataninya.

Dalam hipotesis dinyatakan bahwa luas lahan, potensi tenaga kerja, jumlah tanggungan, dan total pendapatan keluarga mempunyai pengaruh terhadap besarnya curahan tenaga kerja dalam usahatani padi sawah. Untuk melihat pengaruh luas lahan, potensi tenaga kerja, jumlah tanggungan, dan total pendapatan keluarga terhadap besarnya curahan tenaga kerja dalam usahatani padi sawah dapat dianalisis dengan metode analisis Regresi Linier Berganda.

(56)

Tabel 15. Pengaruh Luas Lahan, Total Pendapatan Keluarga, Jumlah Tanggungan dan Potensi Tenaga Kerja Terhadap Besarnya Curahan Tenaga Kerja Pada Usahatani Padi Sawah

Variabel Koefisien Regresi t - hitung

Intercept 124, 540 11,732

X1 (Luas Lahan) - 34,335 - 3,115 X2 (Jlh. Tanggungan) 2,672 0,739 X3 (Potensi Tenaga Kerja) 0,415 0,146 X4 (Total Pendapatan) 5,768E-07 0,528 Multiple R = 0, 603

R – Square = 0, 363 F – hitung = 3, 567 t – tabel (α0,05) = 1, 701 F – tabel (α0,05) = 2, 76

Sumber : Data Primer Diolah dari Lampiran 17 Persamaan Regresi Linier Berganda :

= 124,540 – 34,335 X1 + 2,672 X2 + 0,415 X3 + 5,768 X4 Dimana :

= Curahan tenaga kerja pada usahatani padi sawah X1 = Luas lahan (ha)

(57)

Dari analisis Regresi Linier Berganda maka diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Secara serempak variabel luas lahan (X1), jumlah tanggungan (X2), potensi

tenaga kerja (X3), dan total pendapatan keluarga (X4), mempunyai pengaruh terhadap curahan tenaga kerja pada usahatani padi sawah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai F-hitung sebesar 3,567 > F-Tabel sebesar 2,76, dengan R squared persamaan linier regresi sebesar 0,363.

2. Secara parsial, variabel Luas Lahan (X1) tidak berpengaruh terhadap curahan tenaga kerja pada usahatani padi sawah, di mana t-hit = - 3,115 < t-tabel (α0,05) = 1,701. Hal ini terjadi disebabkan karena petani di daerah penelitian lebih banyak menggunakan tenaga kerja dalam keluarga daripada tenaga kerja luar keluarga.

3. Jumlah tanggungan keluarga (X2) tidak berpengaruh terhadap curahan tenaga kerja pada usahatani padi sawah, di mana t-hit = 0,739 < t-tabel (α0,05) = 1,701. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga ikut serta dalam pengelolaan usahatani padi sawah.

4. Potensi tenaga kerja (X3) tidak berpengaruh terhadap curahan tenaga kerja pada usahatani padi sawah, di mana t-hit = 0,146 < t-tabel (α0,05) = 1,701. Hal ini menunjukkan karena sebagian dari petani umurnya sudah tua dan memiliki aggota keluarga yang masih pada tingkat pendidikan formal maka curahan tenaga kerja akan menurun.

(58)

Adanya hipotesis yang menyatakan bahwa luas lahan, potensi tenaga kerja, jumlah tanggungan, dan pendapatan keluarga berpengaruh secara serempak terhadap curahan tenaga kerja keluarga diterima atau H0 ditolak dan H1 diterima. Hipotesis yang menyatakan secara parsial luas lahan, potensi tenaga kerja, jumlah tanggungan dan pendapatan keluarga tidak berpengaruh terhadap curahan tenaga kerja keluarga ditolak atau H0 diterima dan H1 ditolak.

4. Pengaruh Luas Lahan, Curahan Tenaga Kerja, dan Biaya Sarana Produksi Terhadap Produktivitas Pada Usahatani Padi Sawah

Produktivitas usahatani padi sawah adalah total produksi padi sawah per satuan luas lahan yang digunakan dalam usahatani padi sawah dengan satuan kg/ha. Faktor yang tidak kalah pentingnya dalam meningkatkan produksi padi sawah per satuan luas adalah besar kecilnya sarana produksi yang digunakan. Untuk memperoleh sarana produksi tersebut dibutuhkan biaya sarana produksi yang mencakup biaya pembelian bibit, pupuk, obat-obatan, dan peralatan. Dalam tiap tahapan kegiatan usahatani padi sawah dibutuhkan curahan tenaga kerja. Tenaga kerja tersebut dapat berasal dari dalam keluarga dan luar keluarga.

(59)

Untuk lebih jelasnya mengetahui pengaruh variabel X1 (luas lahan), X2 (curahan tenaga kerja), dan X3 (biaya sarana produksi) terhadap variabel Y (produktivitas usahatani padi sawah) dapat dilihat pada Tabel 16 berikut ini: Tabel 16.Pengaruh Luas Lahan, Curahan Tenaga Kerja, dan Biaya Sarana

Produksi Terhadap Produktivitas Usahatani Padi Sawah Variabel Koefisien Regresi t – hitung

Intercept 5335,716 19,263

X1 (Luas Lahan) -163,047 -0,505 X2 (Curahan Tenaga kerja) 1,948 0,991 X3 (Biaya Sarana Produksi) 1,122E-04 0,337 Multiple R = 0,313

R – Square = 0,098 F – hitung = 0,944 T – tabel (α0,05) = 1, 701 F – tabel(α0,05) = 2,98

Sumber : Data Primer Diolah dari Lampiran 19 Persamaan Regresi Linier Berganda :

= 5335,716 – 163,047 X1 + 1,948 X2 + 1,122E-04 X3 Dimana :

= Produktivitas usahatani padi sawah X1 = Luas lahan (ha)

(60)

Dari analisis Regresi Linier Berganda maka diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Secara serempak variabel luas lahan (X1), curahan tenaga kerja (X2), dan

biaya sarana produksi (X3) tidak mempunyai pengaruh terhadap produktivitas usahatani padi sawah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai F- hitung sebesar 0,944 < F- tabel sebesar 2,98, dengan nilai R squared persamaan regresi sebesar 0.098.

2. Secara parsial, variabel Luas Lahan (X1) tidak berpengaruh terhadap produktivitas usahatani padi sawah, di mana t-hit = -0,505 < t-tabel (α0,05) = 1,701. Tanda variabel pada t-hitung menunjukkan bahwa semakin besar pertambahan luas lahannya maka produktivitas usahatani akan semakin menurun.

3. Curahan tenaga kerja (X2) tidak berpengaruh terhadap produktivitas usahatani padi sawah, di mana t-hit = 0,991 < t-tabel (α0,05) = 1,701. Hal ini disebabkan karena curahan tenaga kerja tidak berfungsi sebagai pelaksana kegiatan-kegiatan uasahatani sehingga tidak berpengaruh bagi kelangsungan produksi. 4. Biaya sarana produksi (X3) tidak berpengaruh terhadap produktivitas pada

(61)

Adanya hipotesis yang menyatakan bahwa luas lahan, curahan tenaga kerja, dan biaya sarana produksi tidak berpengaruh secara serempak terhadap produktivitas usahatani padi sawah ditolak atau H0 diterima dan H1 ditolak. Hipotesis yang menyatakan bahwa secara parsial luas lahan, curahan tenaga kerja, dan biaya sarana produksi tidak berpengaruh terhadap produktivitas usahatani padi sawah ditolak atau H0 ditolak dan H1 diterima.

5. Pengaruh Luas Lahan, Curahan Tenaga Kerja, dan Biaya Sarana Produksi Terhadap Pendapatan Bersih Pada Usahatani Padi Sawah

Pendapatan bersih adalah total penerimaan usahatani padi sawah dikurangi biaya produksi selama melakukan usahatani padi sawah.

Dalam hipotesis dinyatakan bahwa luas lahan, curahan tenaga kerja, dan biaya sarana produksi mempunyai pengaruh terhadap pendapatan bersih dalam usahatani padi sawah. Untuk melihat pengaruh luas lahan, curahan tenaga kerja, dan biaya sarana produksi terhadap pendapatan bersih dalam usahatani padi sawah dapat dianalisis dengan metode analisis Regresi Linier Berganda.

(62)

Tabel 17.Pengaruh Luas Lahan, Curahan Tenaga Kerja, dan Biaya Sarana Produksi Terhadap Pendapatan Bersih Usahatani Padi Sawah

Variabel Koefisien Regresi t – hitung

Intercept 2.571.597 4,372

X1 (Luas Lahan) 9.302.450 13,575 X2 (Curahan Tenaga kerja) -11637,8 - 2,789 X3 (Biaya Sarana Produksi) - 1,032 -1,459 Multiple R = 0,994

R – Square = 0,988 F – hitung = 694,065 T – tabel(α0,05) = 1, 701 F – tabel(α0,05) = 2,98

Sumber : Data Primer Diolah dari Lampiran 18 Persamaan Regresi Linier Berganda :

= 2571597 + 9302450 X1 - 11637,8 X2 - 1,032 X3 Dimana :

= Pendapatan bersih usahatani padi sawah X1 = Luas lahan (ha)

X2 = Curahan tenaga kerja (HKP/Ha) X3 = Biaya sarana produksi (Rp)

Dari analisis Regresi Linier Berganda maka diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Secara serempak variabel luas lahan (X1), curahan tenaga kerja (X2), dan

(63)

2. Secara parsial, variabel Luas Lahan (X1) berpengaruh terhadap pendapatan bersih usahatani padi sawah, di mana t-hit = 13,575 > t-tabel (α0,05) = 1,701. Pada t-hit menunjukkan bahwa semakin besar pertambahan luas lahan maka pertambahan pendapatan bersih akan semakin naik. Hal ini terjadi karena semakin besar luas lahannya maka biaya produksi akan semakin besar sedangkan produktivitas usahatani cenderung menurun sehingga pertambahan pendapatan bersih akan semakin berkurang.

3. Curahan tenaga kerja (X2) tidak berpengaruh terhadap pendapatan bersih usahatani padi sawah, di mana t-hit = -2,789 < t-tabel (α0,05) = 1,701. Hal ini terjadi disebabkan karena pertambahan curahan tenaga kerja akan menambah biaya produksi sehingga akan mengurangi pertambahan pendapatan bersih usahatani padi sawah.

4. Biaya sarana produksi (X3) tidak berpengaruh terhadap pendapatan bersih pada usahatani padi sawah, di mana t-hit = - 1,459 < t-tabel (α0,05) = 1,701. Hal ini disebabkan karena biaya sarana produksi merupakan salah satu komponen dari total biaya produksi yang mempengaruhi besarnya pendapatan bersih usahatani padi sawah.

(64)

dan biaya sarana produksi tidak berpengaruh terhadap pendapatan bersih usahatani padi sawah ditolak atau H0 diterima dan H1 ditolak.

5. Total Pendapatan Keluarga Petani DAFEP Ditinjau Dari Garis kemiskinan Menurut Sajogyo (1988)

Total pendapatan keluarga adalah pendapatan usahatani padi sawah dan pendapatan usaha sampingan .

a. Usahatani Padi Sawah

[image:64.595.112.509.348.734.2]

Usahatani padi sawah di daerah penelitian diusahakan dalam 2 kali musim tanam. Untuk lebih jelasnya pendapatan keluarga petani dapat dilihat pada Tabel 18 berikut ini:

Tabel 18. Analisis Pendapatan Keluarga Petani DAFEP di Desa Karang Anyer Tahun 2007

I II

No

Uraian

MT I & MT

II

(Rp)

MT I & MT

II

(Rp)

Rataan

Produksi

Per Petani 3.164,00 7.580,00 5.372,00

1

Per Ha 1.1140,84 11..049,50 11.095,17

Biaya Produksi

Per Petani 1.428.426,4 5.065.605.6 3.247.016

2

Per Ha 10.059.340,85 14.768.529,45 12.413.935,15

Pendapatan Bersih

(65)

Per Ha 23.363.647 24.152.590,7 23.758.118,85

4 Pendapatan

Keluarga

6.481.573,6 13.884.394,4 10.182.984

Sumber : Data Primer diolah dari Lampiran 9

Berdasarkan Tabel 15 di atas dapat dilihat bahwa rataan

produksi per petani sebesar 5.372 kg dan per Ha sebesar 11.095,17 kg,

rataan biaya produksi per petani sebesar Rp 3.247.016 dan per Ha

sebesar Rp 12.413.935,15, rataan pendapatan bersih per petani sebesar

Rp 10.182.984 dan per Ha sebesar Rp 23.758.118,85, dan rataan

pendapatan keluarga adalah sebesar Rp 10.182.98.

b.

Usaha Sampingan

Usaha sampingan adalah pendapatan petani di luar padi sawah.

Adapun yang menjadi usaha sampingan petani DAFEP adalah

pedagang, buruh bangunan, buruh tani, dan peternak. Untuk melihat

lebih jelasnya tentang usaha sampingan keluarga petani padi sawah

[image:65.595.112.514.85.164.2]

dapat dilihat pada Tabel 19 berikut ini:

Tabel 19. Usaha Sampingan Petani DAFEP di Desa Karang

Anyer Tahun 2007

(66)

Pekerjaan Jumlah

(Jiwa)

(Rp)

Jumlah

(Jiwa)

(Rp) Rataan

1 Pedagang 3 1.400.000 4 750.000 1.075.000

2 Buruh Bangunan 2 300.000 2 150.000 225.000

3 Buruh Tani 1 200.000 1 100.000 150.000

4 Beternak 5 1.500.000 6 750.000 1.125.000

Sumber : Data Primer diolah dari Lampiran 10

Berdasarkan Tabel 19 di atas, dapat dilihat bahwa jenis usaha

sampingan petani DAFEP di Desa Karang Anyer yang paling besar

Gambar

Tabel 1. Daerah yang Difasilitasi DAFEP di setiap Kecamatan                Kabupaten Simalungun
Tabel 2. Data Jumlah Petani Yang Dilatih
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Tabel 3. Jumlah Populasi dan Sampel Peserta Sistem DAFEP
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pernyataan tersebut didukung oleh hasil penelitian Luqman Haqi (2015: 74) bahwa terdapat pengaruh komunikasi antara guru dengan siswa terhadap motivasi belajar

Penelitian ini dilatar belakangi oleh guru yang lulusan SMA dan Sarjana dalam memberikan pendidikan ke anak usia dini terutama mencakup kompetensi pedagogik

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh profesionalisme yang dicerminkan dalam lima dimensi sebagai variabel independen dengan pertimbangan tingkat materialitas

Penulisan dan penelitian yang bertema tentang kondisi Kota Mojokerto pada masa pemerintahan Walikota Samioedin mengacu pada pembangunan bidang sosial, ekonomi, dan

Dengan diumumkannya PEMENANG kepada peserta lelang diberikan kesempatan untuk mengajukan sanggahan, apabila masih terdapat kesalahan di dalam penetapan pemenang

Hasil penelitian dan pembahasan menentukan bahwa akad murabahah pada Bank Muamalat Cabang Bandar Lampung menggunakan akad wakalah yaitu memberikan kuasa kepada nasabah

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus dengan kasih dan berkatNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul Identifikasi

Show that the time required for one half of the radioactive material to decay must be 0.693/k.