PROPORSI KANINUS MAKSILA YANG DIPREDIKSI IMPAKSI
BERDASARKAN ANALISIS FOTO PANORAMIK PASIEN
BERUMUR 9-12 TAHUN DI KLINIK
RSGMP – FKG USU
TESIS
Oleh :
EKA ADHAYANI S.
NIM : 077028002
PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS ORTODONTI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PROPORSI KANINUS MAKSILA YANG DIPREDIKSI IMPAKSI
BERDASARKAN ANALISIS FOTO PANORAMIK PASIEN
BERUMUR 9-12 TAHUN DI KLINIK
RSGMP – FKG USU
TESIS
Untuk memperoleh Gelar Spesialis Ortodonsia ( Sp.Ort )
Dalam Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ortodonsia
Pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
OLEH :
EKA ADHAYANI S.
077028002
PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS ORTODONTI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PERSETUJUAN TESIS
Judul Tesis : Proporsi Kaninus Maksila Yang Diprediksi Impaksi Berdasarkan Analisis Foto Panoramik Pasien Berumur 9-12 Tahun Di Klinik RSGMP FKG USU.
Nama Mahasiswa : Eka Adhayani Sembiring
Nomor Induk Mahasiswa : 077028002
Program Studi : Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis
Ortodonsia
Menyetujui Komisi Pembimbing
Pembimbing Utama Pembimbing Anggota
(Prof.H.Nazruddin,drg.,C.Ort.,Ph.D.,Sp.Ort) (Erna Sulistyawati,drg.,Sp.Ort (K)
Ketua Program PPDGS Ortodonsia
(
NIP : 19481230 197802 2 002
Telah diuji
Pada Tanggal : 17 Juni 2011
---
PANITIA PENGUJI TESIS
KETUA : Nurhayati Harahap, drg.,Sp.Ort (K)
ANGGOTA : Muslim Yusuf, drg.,Sp.Ort (K)
Amalia Oeripto, drg.,MS,Sp.Ort (K)
PERNYATAAN
PROPORSI KANINUS MAKSILA YANG DIPREDIKSI IMPAKSI
BERDASARKAN ANALISIS FOTO PANORAMIK PASIEN
BERUMUR 9-12 TAHUN DI KLINIK RSGMP – FKG USU
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka
Medan, Oktober 2011
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan karuniaNya,
penulis dapat menyelesaikan tulisan karya ilmiah dalam bentuk tesis ini yang diberi judul
Proporsi Kaninus Maksila Yang Diprediksi Impaksi Berdasarkan Analisis Foto
Panoramik Pasien Berumur 9-12 Tahun Di KLinik RSGMP-FKG USU. Tulisan ini
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar spesialis dalam Ilmu Ortodonti di
Departemen Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara / Rumah Sakit
Gigi dan Mulut Pendidikan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatra Utara.
Dalam menyelesaikan tesis ini penulis menyadari bahwa tulisan ini mungkin jauh
dari sempurna baik isi maupun bahasanya, dengan semua keterbatasan tersebut, penulis
berharap mendapat masukan yang bermanfaat demi kebaikan kita semua.
Dengan berakhirnya masa pendidikan, maka pada kesempatan yang berbahagia ini
perkenankanlah penulis menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
Yang terhormat Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr.Syahril
Pasaribu,DTMH,MSc(CTM),Sp.A(K) yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk
mengikuti Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis di Departemen Ortodonti Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Medan.
Yang terhormat Bapak Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
Prof. H. Nazruddin, drg.,C.Ort.,Ph.D.,SP.Ort yang telah membimbing dan mengarahkan saya
setinggi-tingginya atas waktu dan bimbingan yang telah diberikan selama dalam penelitian dan
penulisan tesis ini.
Yang terhormat Erna Sulistyawati,drg,Sp.Ort (K), selaku ketua Departemen Ortodonti
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan sebagai pembimbing anggota tesis,
yang telah banyak memberikan petunjuk, perhatian serta bimbingan sehingga saya dapat
menyelesaikan tesis ini.
Yang terhormat Nurhayati Harahap, drg, Sp.Ort (K) sebagai Ketua Program Studi
Pendidikan Dokter Gigi Spesialis di Departemen Ortodonti atas bimbingan dan dorongan
semangat yang diberikan sehingga menimbulkan rasa percaya diri, baik dalam bidang keahlian
maupun pengetahuan umum lainnya.
Yang terhormat seluruh staf pengajar di jajaran ortodonti Nurhayati Harahap,
drg.,Sp.Ort(K), MuslimYusuf,drg.,Sp.Ort(K), Erna Sulistyawati, drg.,Sp.Ort(K), F.SusantoA,
drg.,Sp.Ort (K), Amalia Oeripto,drg.,Sp.Ort (K), yang telah banyak memberikan bimbingan
dan pengarahan dalam penyelesaian laporan kasus dan dalam ilmu dan pengetahuan dibidang
Ortodonti, baik secara teori maupun keterampilan yang kiranya sangat bermanfaaat bagi
penulis di kemudian hari.
Yang tercinta kedua orang tuaku, Alm. Ayahanda R.M Sembiring, Ibunda A Surbakti
yang dengan segala daya upaya telah mengasuh, membesarkan dan membimbing dengan
penuh kasih sayang, semenjak kecil sehingga saya dewasa agar menjadi anak yang berbakti
kepada orang tua, agama, bangsa dan Negara, yang selalu memberi dukungan dan semangat
selama menjalani dan menyelesaikan pendidikan spesialis ini. juga terimaksih saya kepada
Ibunda mertua Hj. Maryani atas segala pengertian dan kasih sayang juga doa yang tulus
Terima kasih yang sebesar-besarnya buat suamiku tercinta Ir. H. Mahzar Husni, dan
anak-anakku tersayang Muhammad Farhan Alfariz dan Jihan Alya Safira atas dukungan,
doa, pengertian dan kasih sayangnya selama menjalani pendidikan dan juga saya
tujukan kepada kakak,abang dan adik yang telah memberikan dorongan semangat
selama ini.
Terima kasih pada semua teman-teman sejawat peserta pendidikan Ortodonti, yang
telah bersama-sama baik dalam suka maupun duka, saling membantu sehingga terjalin
rasa persaudaraan yang erat, semoga Allah SWT selalu memberkahi kita semua.
Akhirnya izinkanlah saya mohon maaf yang setulus-tulusnya atas kesalahan dan
kekurangan selama mengikuti pendidikan ini, semoga segala bantuan, dorongan,
petunjuk yang diberikan kepada penulis selama mengikuti pendidikan kiranya mendapat
balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT yang Maha Pengasih, Maha Pemurah dan
Maha Penyayang. Amin, amin ya robbal ‘alamin.
Medan, Oktober 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
PERSETUJUAN PERNYATAAN
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
ABSTRAK ... ix
ABSTRACT ... x
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………. 1
1.2 Permasalahan ………... 3
1.3 Tujuan Penelitian ……….... 4
1.4. Hipotesi ………... 4
1.5. Manfaat Penelitian …... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Impaksi Kaninus ... 6
2.2 Proses Erupsi Impaksi Kaninus ... 6
2.3 Etiologi Impaksi Kaninus ... 8
2.4 Metode Diagnosis Impaksi Kaninus ... 10
1. Pemeriksaan Klinis ... 10
2. Pemeriksaan Radiografi Panoramik ... 11
2.5 Perawatan Impaksi Kaninus ... 16
2.6 Kerangka Teori ... 18
2.7 Kerangka Konsep ... 19
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 20
3.2 Tempat dan Waktu ... 20
3.3 Populasi, Sampel dan Besar Sampel ... 20
3.4 Identifikasi Variabel ... 22
3.5 Definisi Operasional ... 23
3.6 Bahan dan alat ... 25
3.7 Cara penelitian ... 26
3.8 Metode Ananalisis Data ... 27
BAB IV. HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Karakteristik Sampel ... 28
BAB V. PEMBAHASAN 5.1 Pembahasan seluruh variabel... 38
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 43
6.2 Saran ... 44
DAFTAR KEPUSTAKAAN ... 46
LAMPIRAN ... 49
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Penelitian Ericson dan Kurol (1988 ) ... 12
Gambar 2. Pembagian sektor menurut Jeffrey Stewart (2001) ... 13
Gambar 3. Penilaian sektor lokasi kaninus menurut penelitian Lindauer ... 14
Gambar 4. Penilaian angulsi kaninus ( menurut Wardford Jr. 2003) ... 15
Gambar 5. Penilaian posisi antero-posterior apeks akar kaninus ... 15
Gambar 6. Posisi tinggi mahkota gigi kaninus terhadap insisivus lateral ... 16
Gambar 7.Bahan dan alat penelitian ... 26
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Proporsi besar sampel impaksi kaninus maksila berdasarkan umur dan jenis
kelamin... 28
Tabel 4.2 Proporsi kaninus maksila berdasarkan analisis foto panoramik pasien
berdasarkan umur 9-12 tahun dan jenis kelamin... 29 Tabel 4.3 Distribusi proporsi lokasi sektor kaninus maksila berdasarkan analisis
panoramik pasien berumur 9-12 tahun... 30 Tabel 4.4 Distribusi proporsi angulasi kaninus maksila berdasarkan analisis foto
panoramik pasien berumur 9-12 tahun ... 31 Tabel. 4.5 Distribusi proporsi posisi antero-posterior apek akar kaninus, kaninus
maksila berdasarkan analisis foto panoramik pasien berumur 9-12 tahun ... 31 Tabel 4.6 Distribusi proporsi posisi tinggi vertikal mahkota kaninus terhadap incisicus
Lateral berdasarkan analisis foto panoramik pasien berumur 9-12 tahun... 32 Tabel. 4.7 Distribusi proporsi prediksi impaksi kaninus maksila berdasarkan analisis
foto panoramik pasien berumur 9-12 tahun... 32 Tabel. 4.8 Distribusi proporsi lokasi sektor, sudut, posisi antero-posterior apeks akar
kaninus,tinggi mahkota kaninus dalam arah vertikal... 33 Tabel. 4.9 Distribusi proporsi lokasi sektor, sudut, posisi antero- posterior apeks
akar kaninus, tinggi mahkota kaninus dalam arah vertikal, prediksi impaksi kaninus maksila berdasarkan jenis kelamin pada analisis foto
panoramik pasien... 34 Tabel. 4.1 Distribusi proporsi lokasi sektor, sudut, posisi antero-posterior apeks akar
kaninus, tinggi mahkota kaninus dalam arah vertikal, prediksi impaksi kaninus maksila berdasarkan jenis kelamin dan umur pada analisis foto
DAFTAR LAMPIRAN
1. Alur Penelitian ... 49
2.Jadwal Penelitian ... 50
3.Daftar nama sampel ... 51
PROPORSI KANINUS MAKSILA YANG DIPREDIKSI IMPAKSI BERDASARKANANALISIS FOTO PANORAMIK PASIEN
BERUMUR 9-12 TAHUN DI KLINIK RSGMP – FKG USU
ABSTRAK
Impaksi kaninus maksila merupakan anomali gigi yang sering ditemui. Ortodontis penting untuk mengetahui kemungkinan kaninus akan mengalami impaksi atau tidak. Di antara prosedur diagnostik untuk memprediksi kaninus yang berpotensi mengalami impaksi yaitu pemeriksaan radiografi panoramik rutin dari gigi bercampur.Banyak metode penelitian terdahulu memprediksi impaksi kaninus. Dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan pengukuran sektor, angulasi, posisi antero-posterior apeks akar kaninus dan mahkota kaninus dalam arah vertikal berdasarkan analisis foto panoramik pasien berumur 9-12 tahun.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi kaninus maksila yang diprediksi impaksi berdasarkan keempat variabel diatas, faktor mana yang paling besar proporsinya pada pengukuran ke-empat variabel tersebut dan untuk mengetahui apakah ada perbedaan proporsi kaninus maksila yang diprediksi impaksi antara anak laki-laki dan perempuan.
Rancangan penelitian berbentuk observasional dengan pendekatan cross sectional dengan jumlah 70 sample foto panoramik, terdiri dari 35 pasien laki-laki dan 35 pasien perempuan berumur 9-12 tahun, Dari jumlah tersebut sampel berumur 9 tahun sebanyak 21 orang (30% ), berumur 10 tahun sebanyak 27 orang atau ( 38,57%), sampel berumur 11 tahun sebanyak 14 orang (20%) dan sampel berumur 12 tahun sebanyak 8 orang (11,42 %), lalu dilakukan penapakan sefalometri dilakukan 2 kali, kemudian melakukan pencatatan semua data, melalui program SPSS.
Pada hasil penelitian ini sebagian besar kaninus tidak memiliki potensi impaksi, sebanyak 109 gigi terletak pada sektor 1 atau sebesar 87,2%, dan yang memiliki potensi untuk impaksi hanya sebesar 16 gigi atau sebesar 12,8 %. Berdasarkan pengukuran sektor didapati bahwa sebanyak 16 gigi diprediksi impaksi ang tersebar pada sektor 2 dan 4.
Proporsi kaninus berdasarkan angulasi hanya 12 subyek gigi (9,6%) terletak pada sektor 2 dan 4 subyek gigi (3,2%) terletak pada sektor 4, artinya terdapat 16 gigi (12,8%) yang diprediksi impaksi berdasarkan penilaian angulasi.Adanya perbedaan proporsi kaninus yang berpotensi impaksi berdasarkan pengukuran posisi antero- posterior apeks akar gigi menunjukkan hanya 0,8 %, atau hanya 1 gigi yang diprediksi impaksi sedangkan posisi mahkota kaninus dalam arah vertikal proporsi kaninus yang diprediksi impaksi sebesar 26,4 % artinya bahwa terdapat sejumlah 33 gigi dari 125 subyek gigi yang diprediksi impaksi.
Pada penilaian keseluruhan didapat proporsi kaninus yang diprediksi impaksi 34,4% atau sejumlah 43 gigi yang mengalami impaksi dari 125 subyek gigi, dan didapat 82 gigi atau 65,6% proporsi gigi yang diprediksi tidak mengalami impaksi. Pada penelitian ini ditemukan bahwa dari keempat parameter yang diukur yang paling besar proporsinya adalah posisi mahkota kaninus dalam arah vertikal. Perbedaan proporsi impaksi kaninus antara anak laki-laki dan perempuan menunjukkan bahwa anak perempuan lebih tinggi proporsi impaksi kaninus sebesar 17,6% diandingkan anak laki-laki sebesar 16,8%.
IMPACTION PREDICTED MAXILLARY CANINE PROPORTION BASED ON THE ANALYSIS OF PANORAMIC PHOTOGRAPH IN THE PATIENTS OF 9–12 YEARS
OLDAT THE CLINIC OF RSGMP OF FACULTY OF DENTISTRY UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA
ABSTRACT
Maxillary canine impaction is a frequently found dental anomaly. Orthodontics is important to know the possibility whether or not canine will experience impaction. Among the diagnostic procedures to predict the canine which is potential to experience impaction is a routine panoramic radiography examination of mixed teeth. Many previous methods were used to predict canine impaction. In this study, prediction was conducted based on sector measurement, angulations, antero-posterior position of canine root apex and vertical canine crown hight based on panoramic photo analysis in the patients of 9 – 12 years old.
The purpose of this study was to find out the proportion of predicted maxillary canine impaction based on the four variables above, which factor that had the biggest proportion when measuring the four variables, and to find out whether or not there was different proportion of predicted maxillary canine impaction between boys and girls.
This is an observational study with cross-sectional approach. The samples were 70 panoramic photographs consisting of 35 photographs belonged to the boy patients and 35 belonged to the girl patients of 9 – 12 years old respectively. Of the 70 samples, 21 samples (30%) were 9 years old, 27 (38.57%) were 10 years old, 14 (20%) were 11 years olds and 8 (11.42%) were 12 years old. cephalometric action was done twice (2 times) and then all of the data were recorded by means of SPSS program.
The result of this study showed that most of the canine did not have potential impaction. 109 teeth (87.2%) were located at sector 1, and 16 teeth (12.8%) had potential for impaction. Based on sector measurement, it was found out that 16 teeth were predicted to have impaction which was spread at sector 2 and sector 4.
The proportion based on the angulations, only 12 teeth (subjects) (9.6%) which were located at sector 2, and 4 teeth (subjects) (3.2%) were located at sector 4, meaning that there were 16 teeth (12.8%) which were predicted to have impaction based on angulations evaluation. The existence of different proportion of canines which were potential for impaction based on the measurement of antero-posterior position of canine root- apex showed that only 1 tooth (0.8%) which was predicted to have impaction while the position of vertical canine crown hight in proportion which was predicted to have impaction was 26.4%, meaning there were 33 teeth of 125 teeth (subjects) which were predicted to have impaction.
Of the total evaluation, it was found out that the proportion of predicted canine impaction was 34.4% or 43 teeth experiencing impaction of 125 teeth (subjects), and there were 82 teeth (65.6%) of the predicted teeth proportion which did not experience impaction. In this study, it was found out that, of the four parameters measured, the position of vertical canine crow nhight in direction had the biggest proportion. Different proportion of canine impaction between the boys and the girls showed that the proportion of canine impaction of the girls was higher (17.6%) compared to that of the boys (16.8%).
PROPORSI KANINUS MAKSILA YANG DIPREDIKSI IMPAKSI BERDASARKANANALISIS FOTO PANORAMIK PASIEN
BERUMUR 9-12 TAHUN DI KLINIK RSGMP – FKG USU
ABSTRAK
Impaksi kaninus maksila merupakan anomali gigi yang sering ditemui. Ortodontis penting untuk mengetahui kemungkinan kaninus akan mengalami impaksi atau tidak. Di antara prosedur diagnostik untuk memprediksi kaninus yang berpotensi mengalami impaksi yaitu pemeriksaan radiografi panoramik rutin dari gigi bercampur.Banyak metode penelitian terdahulu memprediksi impaksi kaninus. Dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan pengukuran sektor, angulasi, posisi antero-posterior apeks akar kaninus dan mahkota kaninus dalam arah vertikal berdasarkan analisis foto panoramik pasien berumur 9-12 tahun.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi kaninus maksila yang diprediksi impaksi berdasarkan keempat variabel diatas, faktor mana yang paling besar proporsinya pada pengukuran ke-empat variabel tersebut dan untuk mengetahui apakah ada perbedaan proporsi kaninus maksila yang diprediksi impaksi antara anak laki-laki dan perempuan.
Rancangan penelitian berbentuk observasional dengan pendekatan cross sectional dengan jumlah 70 sample foto panoramik, terdiri dari 35 pasien laki-laki dan 35 pasien perempuan berumur 9-12 tahun, Dari jumlah tersebut sampel berumur 9 tahun sebanyak 21 orang (30% ), berumur 10 tahun sebanyak 27 orang atau ( 38,57%), sampel berumur 11 tahun sebanyak 14 orang (20%) dan sampel berumur 12 tahun sebanyak 8 orang (11,42 %), lalu dilakukan penapakan sefalometri dilakukan 2 kali, kemudian melakukan pencatatan semua data, melalui program SPSS.
Pada hasil penelitian ini sebagian besar kaninus tidak memiliki potensi impaksi, sebanyak 109 gigi terletak pada sektor 1 atau sebesar 87,2%, dan yang memiliki potensi untuk impaksi hanya sebesar 16 gigi atau sebesar 12,8 %. Berdasarkan pengukuran sektor didapati bahwa sebanyak 16 gigi diprediksi impaksi ang tersebar pada sektor 2 dan 4.
Proporsi kaninus berdasarkan angulasi hanya 12 subyek gigi (9,6%) terletak pada sektor 2 dan 4 subyek gigi (3,2%) terletak pada sektor 4, artinya terdapat 16 gigi (12,8%) yang diprediksi impaksi berdasarkan penilaian angulasi.Adanya perbedaan proporsi kaninus yang berpotensi impaksi berdasarkan pengukuran posisi antero- posterior apeks akar gigi menunjukkan hanya 0,8 %, atau hanya 1 gigi yang diprediksi impaksi sedangkan posisi mahkota kaninus dalam arah vertikal proporsi kaninus yang diprediksi impaksi sebesar 26,4 % artinya bahwa terdapat sejumlah 33 gigi dari 125 subyek gigi yang diprediksi impaksi.
Pada penilaian keseluruhan didapat proporsi kaninus yang diprediksi impaksi 34,4% atau sejumlah 43 gigi yang mengalami impaksi dari 125 subyek gigi, dan didapat 82 gigi atau 65,6% proporsi gigi yang diprediksi tidak mengalami impaksi. Pada penelitian ini ditemukan bahwa dari keempat parameter yang diukur yang paling besar proporsinya adalah posisi mahkota kaninus dalam arah vertikal. Perbedaan proporsi impaksi kaninus antara anak laki-laki dan perempuan menunjukkan bahwa anak perempuan lebih tinggi proporsi impaksi kaninus sebesar 17,6% diandingkan anak laki-laki sebesar 16,8%.
IMPACTION PREDICTED MAXILLARY CANINE PROPORTION BASED ON THE ANALYSIS OF PANORAMIC PHOTOGRAPH IN THE PATIENTS OF 9–12 YEARS
OLDAT THE CLINIC OF RSGMP OF FACULTY OF DENTISTRY UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA
ABSTRACT
Maxillary canine impaction is a frequently found dental anomaly. Orthodontics is important to know the possibility whether or not canine will experience impaction. Among the diagnostic procedures to predict the canine which is potential to experience impaction is a routine panoramic radiography examination of mixed teeth. Many previous methods were used to predict canine impaction. In this study, prediction was conducted based on sector measurement, angulations, antero-posterior position of canine root apex and vertical canine crown hight based on panoramic photo analysis in the patients of 9 – 12 years old.
The purpose of this study was to find out the proportion of predicted maxillary canine impaction based on the four variables above, which factor that had the biggest proportion when measuring the four variables, and to find out whether or not there was different proportion of predicted maxillary canine impaction between boys and girls.
This is an observational study with cross-sectional approach. The samples were 70 panoramic photographs consisting of 35 photographs belonged to the boy patients and 35 belonged to the girl patients of 9 – 12 years old respectively. Of the 70 samples, 21 samples (30%) were 9 years old, 27 (38.57%) were 10 years old, 14 (20%) were 11 years olds and 8 (11.42%) were 12 years old. cephalometric action was done twice (2 times) and then all of the data were recorded by means of SPSS program.
The result of this study showed that most of the canine did not have potential impaction. 109 teeth (87.2%) were located at sector 1, and 16 teeth (12.8%) had potential for impaction. Based on sector measurement, it was found out that 16 teeth were predicted to have impaction which was spread at sector 2 and sector 4.
The proportion based on the angulations, only 12 teeth (subjects) (9.6%) which were located at sector 2, and 4 teeth (subjects) (3.2%) were located at sector 4, meaning that there were 16 teeth (12.8%) which were predicted to have impaction based on angulations evaluation. The existence of different proportion of canines which were potential for impaction based on the measurement of antero-posterior position of canine root- apex showed that only 1 tooth (0.8%) which was predicted to have impaction while the position of vertical canine crown hight in proportion which was predicted to have impaction was 26.4%, meaning there were 33 teeth of 125 teeth (subjects) which were predicted to have impaction.
Of the total evaluation, it was found out that the proportion of predicted canine impaction was 34.4% or 43 teeth experiencing impaction of 125 teeth (subjects), and there were 82 teeth (65.6%) of the predicted teeth proportion which did not experience impaction. In this study, it was found out that, of the four parameters measured, the position of vertical canine crow nhight in direction had the biggest proportion. Different proportion of canine impaction between the boys and the girls showed that the proportion of canine impaction of the girls was higher (17.6%) compared to that of the boys (16.8%).
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Impaksi kaninus maksila merupakan anomali gigi yang sering ditemui dipraktek
ortodonti.1 Semua gigi dapat mengalami impaksi, namun gigi yang paling sering impaksi setelah molar ketiga adalah kaninus.1,2,3,4 Kaninus maksila 10 kali lebih sering mengalami impaksi dibanding kaninus mandibula. Kasus ortodonti dengan impaksi kaninus maksila
ditemukan dengan prevalensi secara umum 1% - 2%. Pada penelitian Ericson dan Kurol
1988 dilaporkan insidennya sebesar 1,7%. Insiden penyimpangan kaninus maksila ke
palatal sebanyak 85% lebih umum terjadi daripada penyimpangan labial 15% dan lebih
sering pada anak perempuan ( 1,17%) daripada anak laki-laki ( 0,51 % ). Impaksi unilateral
jauh lebih umum daripada impaksi bilateral, Mc.Connel dkk dan Sambataro melaporkan
bahwa 8% impaksi kaninus adalah bilateral. Kuftinec dkk melaporkan bahwa impaksi
kaninus unilateral lebih sering daripada bilateral dengan ratio 5:1.
Impaksi kaninus merupakan masalah yang sering ditemui ortodontis, dapat
mengakibatkan beberapa kemungkinan komplikasi seperti resorbsi dan kerusakan akar gigi
tetangga.
1,3,5
6
Kaninus berperan penting bagi fungsi oklusi dan secara estetik membentuk bagian
penting dari senyuman. Karena alasan tersebut ortodontis memiliki kewajiban untuk
mencoba memperoleh posisi ideal bagi ke empat kaninus. Ortodontis penting untuk
mengetahui kemungkinan kaninus akan mengalami impaksi atau tidak, sehingga dapat
dilakukan perawatan sedini mungkin dengan tujuan untuk menghindari gangguan lebih
resorpsi gigi tetangga dan hilangnya induksi atau perkembangan tulang akibat adanya
impaksi
Klinisi dapat melakukan pemeriksaan untuk deteksi dini impaksi kaninus dengan
menggunakan 3 metode yang simpel yaitu pemeriksaan visual, palpasi dan radiografi
6,7,8
7,11,15
Di
antara prosedur diagnostik untuk memprediksi kaninus yang berpotensi mengalami impaksi
yaitu pemeriksaan radiografi panoramik rutin dari gigi bercampur.1,7,9 Pemeriksaan radiografi telah banyak digunakan dalam penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian Ericson dan Kurol
1988, mengevaluasi lokasi mahkota kaninus terhadap gigi-gigi di sekitarnya dengan membuat
garis referensi horizontal (garis yang melalui bidang oklusal) dan vertikal (garis yang
membagi dua sumbu gigi insisivus sentral). Hasil penelitian menunjukkan jika kaninus
overlap dengan insisivus lateralis kurang dari separuh panjang akar, setelah pencabutan
kaninus desidui biasanya posisi kaninus permanen dapat erupsi normal 91%. Kaninus yang
overlap dengan insisivus lateral lebih dari separuh panjang akar, erupsi normal hanya terjadi
pada 64 %.20 Power dan Short 1993 mempelajari angulasi sebagai prediktor. Hasil penelitian menemukan jika kaninus membentuk sudut lebih dari 31° terhadap garis median,
kemungkinan erupsinya berkurang walaupun gigi kaninus desidui telah diekstraksi. Pada
penelitian Lindauer dkk 1992 menggunakan lokasi puncak tonjol kaninus dan hubungannya
dengan insisivus lateral di dekatnya untuk memprediksi impaksi kaninus maksila. Pada
penelitian Stivaros dan Mandall 2000 untuk menganalisis faktor-faktor radiografi yang
menentukan tingkat keparahan impaksi kaninus maksila sehingga mempengaruhi keputusan
ortodontis untuk menyingkap atau membuang kaninus impaksi tersebut 3,10
Penelitian Warford Jr. 2003 diprediksi impaksi kaninus berdasarkan pengukuran sektor
dan angulasi, lalu membandingkan di antara keduanya manakah yang paling akurat dalam
memprediksi impaksi kaninus.
3
mengenai proporsi impaksi kaninus berdasarkan pengukuran sektor, angulasi, posisi
antero-posterior apeks akar kaninus dan mahkota kaninus dalam arah vertikal berdasarkan analisis
foto panoramik pasien berumur 9-12 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa
besar proporsi impaksi kaninus maksila, faktor mana yang paling besar proporsinya dan
membandingkan proporsi antara kelompok anak laki-laki dan perempuan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Seberapa besar proporsi kaninus maksila yang diprediksi impaksi berdasarkan
pengukuran angulasi, lokasi sektor, posisi antero-posterior apeks akar kaninus dan
mahkota kaninus dalam arah vertikal berdasarkan analisis foto panoramik pasien
berumur 9- 12 tahun.
2. Dari ke empat faktor tersebut mana yang paling besar proporsinya, berdasarkan
analisis foto panoramik pasien berumur 9-12 tahun.
3. Apakah ada perbedaan proporsi kaninus maksila yang diprediksi impaksi antara
anak laki- laki dan perempuan.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui proporsi kaninus maksila yang diprediksi impaksi berdasarkan
pengukuran sektor, angulasi, posisi antero-posterior apeks akar gigi kaninus dan
posisi mahkota kaninus dalam arah vertikal pada kelompok umur 9- 12 tahun.
2. Untuk mengetahui faktor mana yang paling besar proporsinya pada pengukuran
ke-empat variabel tersebut berdasarkan analisis foto panoramik pasien berumur 9-12
3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan proporsi kaninus maksila yang
diprediksi impaksi antara anak laki-laki dan perempuan.
1.4 Hipotesis
1. Ada perbedaan proporsi kaninus maksila yang diprediksi impaksi berdasarkan
pengukuran lokasi sektor, angulasi, posisi antero-posterior apeks akar kaninus dan
posisi mahkota kaninus dalam arah vertikal berdasarkan analisis foto panoramik pada
pasien berumur 9-12 tahun.
2. Ada perbedaan proporsi kaninus maksila yang diprediksi impaksi berdasarkan analisis
foto panoramik pasien berumur 9-12 tahun antara anak laki-laki dan perempuan.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Memberi informasi kepada praktisi ortodonti mengenai proporsi kaninus maksila
yang diprediksi impaksi berdasarkan analisis foto panoramik pada pasien berumur
9-12 tahun.
2. Membantu menegakkan diagnosis yang tepat sedini mungkin didalam
melakukan perawatan, sehingga penatalaksanaan kaninus dapat tepat sasaran dan
meminimalkan perawatan pembedahan sehingga lama dan biaya perawatan dapat
dikurangi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Impaksi Kaninus
Gigi impaksi dapat didefinisikan sebagai gigi permanen yang terhambat untuk erupsi
keposisi fungsional normalnya oleh karena adanya hambatan fisik dalam jalur erupsi seperti
adanya tulang, gigi atau jaringan fibrous. Gigi impaksi dapat juga didefinisikan sebagai
penundaan waktu erupsi atau yang diperkirakan tidak akan erupsi dengan sempurna
berdasarkan pemeriksaan klinis dan radiografi.3,5,6,10 Menurut Kassander (1994 ) impaksi kaninus permanen merupakan kondisi dimana gigi tertanam dalam alveolus sehingga
erupsinya terhambat.12 Impaksi kaninus maksila yang tidak erupsi bisa menjadi ektopik atau impaksi. Kaninus ektopik yaitu kaninus yang mengalami erupsi di luar lengkung gigi oleh
karena kesalahan orientasi erupsi benih gigi. 5,11
2.2. Proses Erupsi Kaninus Permanen
Erupsi adalah proses perkembangan yang bertanggung jawab untuk menggerakkan
gigi dari posisi crypt ( terletak tinggi dalam tulang maksila) melalui prosesus alveolaris
hingga ke dalam rongga mulut menuju posisi oklusi akhir dengan gigi antagonis. Proses
erupsi ini merupakan proses fisiologis yang sangat mempengaruhi perkembangan normal
kraniofasial kompleks.10 Kalsifikasi kaninus dimulai saat umur 4-5 bulan dan selesai mendekati umur 6-7 tahun. Erupsi kaninus maksila sekitar umur 11-13 tahun dan kaninus
mandibula 10-12 tahun. Pembentukan akar selesai pada kaninus maksila sekitar umur13-15
tahun, kaninus mandibula selesai umur 12-14 tahun.6 Pada tahun 1962, Gron menunjukkan bahwa dalam keadaan normal, erupsi gigi dimulai bila ¾ panjang akar akhir telah terbentuk.
melebihi ¾ panjang akar terakhir yang diperkirakan.10,11. Selama erupsi gigi, banyak proses yang berjalan secara simultan, akar gigi memanjang, tinggi prosesus alveolaris meningkat,
gigi bergerak melalui tulang, kemudian terjadi proses resorpsi gigi desidui.10 Kaninus maksila pada awalnya terletak tinggi dalam tulang maksila pada usia 3 tahun dengan mahkota yang
mengarah ke mesial dan lingual. Adanya proses erupsi (migrasi intraboni) yang signifikan
membawa mahkota kaninus hingga berkontak dekat dengan aspek distal akar insisivus lateral.
Akibat tekanan yang dihasilkan mahkota kaninus terhadap akar insisivus lateral, ke empat
insisivus maksila menjadi flared dan memperlihatkan susunan insisivus yang khas dan dikenal
sebagai tahap ‘ugly duckling’. Selanjutnya kaninus tampak seperti terdefleksikan ke posisi
yang lebih vertikal namun gigi ini sering erupsi ke dalam rongga mulut dengan inklinasi ke
mesial yang menonjol.2,13,14 Kaninus umumnya dapat dipalpasi di sulkus bukal sekitar 18 bulan sebelum erupsi oral. Perbedaan perkembangan dapat mencapai 5-6 tahun antara anak
perempuan yang berkembang lebih cepat dari anak laki-laki yang lebih lambat berkembang
dalam usia kronologis yang sama.7 Menurut penelitian Hurme 80% kaninus maksila erupsi pada anak perempuan pada usia 12,3 tahun dan laki-laki pada usia 13,1 tahun. Perlu untuk
bersikap waspada mulai usia dental 8 atau 9 tahun untuk mendeteksi posisi ektopik kaninus
secara dini. Secara klinis kaninus yang erupsi secara normal harus dapat dipalpasi sebagai
suatu tonjolan di sulkus labial 12-18 bulan sebelum erupsi.6
2.3 Etiologi Impaksi Kaninus
Etiologi impaksi kaninus adalah bersifat multifaktor dan secara umum penyebab
kegagalan erupsi gigi dapat bersifat umum maupun lokal. Penyebab umum meliputi
defisiensi endokrin, penyakit dan radiasi. Penyebab paling sering untuk impaksi kaninus
seperti adanya penyimpangan ukuran gigi dan panjang lengkung, persistensi atau kehilangan
dini gigi desidui, posisi benih yang abnormal, ankylosis, adanya pembentukan kista,
neoplasma, dilaserasi akar dan iatrogenic 2,6,14,15. Menurut Jacoby dkk. faktor lokal seperti defisiensi panjang lengkung sebagai faktor etiologi impaksi kaninus dan dilaporkan 85%
impaksi kaninus palatal terjadi pada pasien dengan panjang lengkung yang adekuat.3 Penelitian menunjukkan bahwa 48% kasus dengan penyimpangan kaninus maksila permanen
ke palatal juga memiliki gigi insisivus lateral yang kecil, peg shape, atau tidak ada sama
sekali. Akar insisivus lateral yang kecil atau peg shape seringkali terhindar dari kerusakan
akibat penyimpangan impaksi kaninus . Brin dkk. menyatakan bahwa akar insisivus lateral
dengan bentuk yang lebih besar memiliki kemungkinan untuk menghambat jalur erupsi
kaninus, sehingga posisi kaninus menjadi menyimpang dan terjadi resorbsi.6 Etiologi impaksi kaninus maksila yang menyimpang ke palatal tidak mempunyai hubungan dengan fakor lokal,
seperti persistensi gigi desidui atau crowding. Terdapat bukti-bukti biologis dalam jumlah
signifikan yang mengarah ke faktor genetik sebagai sumber utama pada sebagian besar
penyimpangan palatal dan impaksi kaninus maksila. Impaksi kaninus kelabial, crowding
dianggap merupakan faktor etiologi, dan Jacoby menemukan diskrepansi panjang lengkung
pada 83% kasus, Mossey dkk. melaporkan impaksi kaninus pada kasus Klas II ½ P.
McConnel dkk menyebutkan defisiensi lebar maksila sebagai penyebab mekanis lokal dari
kaninus impaksi palatal. Jalur erupsi kaninus maksila yang panjang juga berperan dan
berpotensi untuk mengalami impaksi. Coulter dan Richardson menemukan bahwa kaninus
menempuh jarak sejauh 22 mm dalam jalur erupsinya. 6,14,16,17
Teori lain menyatakan etiologi kaninus impaksi dibagi 2 kategori yaitu guidence dan
genetics. Menurut guidence teori impaksi kaninus adalah akibat gangguan perjalanan erupsi
abnormal, rata-rata waktu erupsi yang abnormal, terlambatnya resorpsi gigi desidui. Menurut
genetics teori menyatakan kaninus impaksi terjadi karena gangguan pembentukan lamina
dentalis gigi kaninus saat perkembangan embrionik dan terkait autosomal dominan,seperti
jenis kelamin, ras, gigi supernumerary dan insisivus lateral yang kecil atau tidak ada secara
kongenital.18 Jenis kelamin berperan karena impaksi kaninus maksila terjadi dua kali lebih sering pada wanita dari pada pria. Impaksi kaninus maksila terjadi lima kali lebih sering pada
ras Kaukasia daripada Asia.3,5,19. Peck dkk melaporkan bahwa 33% pasien dengan impaksi kaninus juga mengalami ketiadaan gigi secara kongenital.3
Tahap terjadinya impaksi dikemukakan oleh Shafer dkk sebagai berikut, pertama
terjadi malposisi gigi impaksi ke labial atau palatal, lalu terjadi migrasi gigi tetangga dan
hilangnya panjang lengkung dan resorpsi internal, pembentukan kista dentigerous, kemudian
resorpsi akar eksternal dari gigi impaksi dan gigi tetangga, infeksi terutama dengan erupsi
parsial ( sebagian ) disertai dengan rasa sakit yang meluas. Diperkirakan 0,71 % anak-anak
dalam kelompok usia 10-13 tahun, insisivus permanen telah resorpsi karena erupsi ektopik
kaninus maksila. Disisi lain keberadaan impaksi juga dapat tidak menimbulkan efek samping
pada pasien.
2
2. 4 Metode Diagnosis Impaksi Kaninus
Deteksi dini kemungkinan adanya impaksi kaninus maksila dapat dilakukan pada
pasien mulai usia 9 atau 10 tahun. Metode diagnosis yang biasa dilakukan yaitu anamnese
mencakup riwayat keluarga, pemeriksaan klinis seperti visual, taktil / palpasi dan pemeriksaan
radiografi.7,19,20 Palpasi sulkus bukal secara klinis diatas akar kaninus desidui dapat mengungkap posisi kaninus permanen maksila pada pasien berumur 9 atau 10 tahun. Hal ini
melibatkan pemeriksaan klinis insisivus lateral permanen. Posisi dan angulasinya yang
abnormal dapat mengindikasikan pendefleksian kaninus yang berpotensi menjadi impaksi.
Mobiliti insisivus lateral permanen yang berlebihan dapat merupakan akibat resorpsi akar
yang disebabkan penyimpangan kaninus.3,21
2.4.1 Pemeriksaan klinis
Evaluasi klinis yang seksama pada pasien dengan impaksi kaninus penting untuk
memperoleh diagnosis yang akurat dan rencana perawatan yang tepat.14 Tanda-tanda klinis berikut dapat menjadi indikasi adanya impaksi kaninus seperti penundaan erupsi kaninus
permanen atau retensi kaninus desidui yang terlalu lama melebihi umur 14-15 tahun. Tidak
adanya penonjolan kaninus yang normal dilabial atau ditemui adanya asimetris penonjolan
kaninus saat palpasi alveolar, penonjolan dipalatal dan distal tiping atau migrasi insisivus
lateral. Perlu bersikap waspada mulai usia dental 9-10 tahun untuk mendeteksi posisi kaninus
secara dini, terutama bila ada riwayat keluarga atau bila insisivus lateral atasnya berukuran
kecil atau tidak ada.
2.4.2 Pemeriksaan radiografi
2.4.2.1 Panoramik
Radiografi panoramik biasanya diambil dalam pemeriksaan klinik rutin, sangat ideal
untuk mengevaluasi posisi gigi dan perkembangan akar gigi, memperkirakan waktu
kemunculan gigi kedalam rongga mulut.10,15,22,23. Dua kemungkinan prediktor bagi keberhasilan perawatan impaksi kaninus adalah lokasi mesiodistal mahkota dan angulasi gigi
yang diukur pada panoramik. Menurut penelitian retrospektif Erickson dan Kurol 1988,
referensi horizontal ( garis yang melalui bidang oklusal), vertikal ( garis yang membagi dua
sumbu gigi insisivus sentral ). Jumlah sample 46, berdasarkan posisi mesial mahkota kaninus
impaksi dibagi dalam 5 sektor pada bidang anterior. Terlihat pada gambar 1A. Hubungan
posisi mahkota kaninus impaksi terhadap insisivus pada dataran transversal diambil dari
axial-vertex radiografi, gambar 1B. Rata-rata sudut kaninus (α) yang dibentuk oleh sumbu
gigi kaninus dengan garis referensi vertikal. Jarak yang diambil dari dataran oklusal ke ujung
mahkota kaninus melalui sumbu gigi pada foto panoramix adalah ( d1), (Gambar 1C). Pasien
dengan kaninus yang overlap pada insisivus lateralis kurang dari separuh panjang akar pada
awal perawatan, setelah pencabutan kaninus desidui biasanya posisi kaninus permanen dapat
erupsi normal 91% dari jumlah pasien. Apabila kaninus overlap dengan insisivus lateral lebih
dari separuh panjang akar, erupsi normal hanya terjadi pada 64 % dari jumlah pasien (gambar
D). 24
Gambar 1.Penelitian Ericson dan Kurol (1988), berdasarkan angulasi, sektor dan distibusi gigi kaninus impaksi.25
Power dan Short mempelajari angulasi sebagai prediktor dan menemukan jika gigi
ekstraksi gigi desidui berkurang. Penelitian Jeffrey Steward menggunakan analisis Ericson
dan Kurol, untuk mengevaluasi lokasi mahkota kaninus terhadap gigi-gigi disekitarnya
dengan membuat garis referensi horizontal ( garis yang melalui bidang oklusal), dan midline,
untuk menentukan kemungkinan impaksi menurut lokasi puncak tonjol kaninus. Sektor 1
adalah daerah distal dari garis yang ditarik menyentuh kontur distal mahkota dan akar
insisivus lateral. Sektor 2 berada dimesial sektor 1 tetapi di distal dari garis yang membagi
dua dimensi mesiodistal insisivus lateral digaris aksis panjangnya. Sektor 3 di mesial sektor 2
tetapi di distal dari garis yang ditarik hingga kekontur mesial mahkota dan akar insisivus
lateral. Sektor 4 melibatkan semua daerah di mesial dari sektor 3. Sektor 5 adalah daerah di
mesial dari sektor 4 dan garis yang dibentuk kontur mahkota akar insisvus sentral.
Gambar 2. Pembagian sektor menurut penelitian Jeffrey Stewart 2001
11 ( adaptasi dari penelitian Ericson dan Kurol 1988 )
Menurut penelitian Lindauer dkk 1992 melaporkan bahwa hingga 78% kaninus yang
radiografi untuk menentukan tingkat keparahan impaksi kaninus atas sehingga
mempengaruhi keputusan ortodontis untuk menyingkap atau membuang kaninus impaksi.12 Metode yang digunakan Wardford Jr.dkk 2003 untuk memprediksi kaninus impaksi
adalah menggunakan pengukuran sektor dan angulasi. Banyak penelitian menyatakan bahwa
sektor merupakan prediksi yang baik untuk menentukan kaninus berpotensi impaksi atau
tidak. Pada penelitian Wardford Jr.dkk angulasi gigi kanius yang belum erupsi diukur dari
analisis foto panoramik dan ditambahkan ke sektor lokasi untuk melihat apakah kombinasi
ke dua faktor ini dapat memprediksi kaninus impaksi lebih akurat.
Pengukuran sektor pada penelitian Warford Jr. 2003 diambil dengan mengadaptasi
metode Ericson dan Kurol dan telah dimodifikasi oleh Lindauer 1992.
26
26
Definisi sektor 1
yaitu area di distal dari garis tangen kontur distal mahkota dan akar insisivus lateral. Sektor 2
yaitu area di mesial dari sektor 1 tetapi berbatasan sebelah distal aksis panjang insisivus
lateral permanen. Sektor 3 yaitu area di mesial dari sektor 2 dan di distal dari tinggi kontur
gigi insisivus lateral. Sektor 4 yaitu seluruh area di mesial dari sektor 3.26 ( Gambar 3 ).
Gambar 3. Penilaian sektor lokasi kaninus menurut penelitian Lindauer 3 1
2 3
Pengukuran sudut / angulasi pada gigi yang diprediksi impaksi pada penelitian
Warford Jr. dkk. berdasarkan garis referensi horizontal yang dibentuk dari bicondilar / nasal
floor dan garis aksis panjang kaninus pada sudut mesial (Gambar 4 ).
[image:30.595.122.469.164.354.2]
Gambar 4. Penilaian angulasi kaninus yang dibentuk dari garis horizontal melalui bicondilar dan aksis panjang gigi kaninus.( dikutip dari Warford Jr 2003) 26
Penilaian posisi antero-posterior apeks akar kaninus dibagi 3 grade,
grade 1: ujung apeks akar kaninus di regio kaninus, grade 2: ujung apeks akar diatas regio
premolar satu, grade 3: ujung apeks akar diatas premolar kedua.(Gambar 5).
Gambar 5. Penilaian posisi antero-posterior apeks akar kaninus ( dikutip dari Stivaros dan Mandall 2000)
Penilaian posisi mahkota kaninus terhadap insisivus lateral dalam arah vertikal,
dibagi 4 grade, grade 1: mahkota kaninus dibawah cemento enamel junction (CEJ) insisivus
insisivus lateral, grade 3: mahkota kaninus berada diantara setengah panjang akar dan ujung
akar, grade 4 : mahkota kaninus diatas akar gigi insisivus lateral ( Gambar 6).
Gambar 6. Posisi tinggi mahkota gigi kaninus terhadap insisivus lateral ( dikutip dari Stivaros & Mandall 2000) 10
2.5 Perawatan Impaksi Kaninus
Ada beberapa pilihan perawatan yang tersedia bagi pasien dengan impaksi kaninus
permanen. Pilihan perawatannya adalah perawatan interseptif yaitu mengupayakan gigi
kaninus erupsi normal sedini mungkin sehingga perawatannya tidak memerlukan traksi
ortodonti. Contohnya dengan pembuangan gigi kaninus desidui (Ericson dan Kurol 1988).
Dalam sebuah uji klinis prospektif, ekstraksi kaninus desidui dapat menjadi pilihan perawatan
dini bagi gangguan erupsi kaninus. Pada empat puluh enam kaninus maksila yang diprediksi
impaksi di palatal,dilakukan uji klinis pada pasien berumur 10-13 tahun, dengan melakukan
ekstraksi dini kaninus desidui. Pemeriksaan radiografi dilakukan setelah 6,12,18 bulan.
Sebesar 78% kaninus dengan posisi ektopik palatal kembali keposisi normal.
Pilihan perawatan berikutnya adalah melakukan observasi dengan evaluasi
perubahan patologis secara periodik, selanjutnya adalah tindakan pembedahan untuk
menyingkap mahkota kaninus diikuti perawatan ortodonti untuk membawa gigi ke posisi
ideal (Bishara1992). Pilihan perawatan terakhir yaitu ekstraksi impaksi kaninus diikuti oleh:
(a) menggerakkan gigi premolar pertama ke posisi kaninus dengan perawatan ortodonti, (b)
mengganti kaninus dengan protesa, (c) memasang implan osteointegrasi untuk mengganti
kaninus yang hilang, (d) melakukan osteotomi segmental posterior bagi pasien dewasa untuk
menggerakkan segmen bukal ke mesial, (e) autotransplantasi kaninus yang impaksi setelah
penyediaan ruang yang diperlukan dan mempertahankan gigi autotransplantasi agar tidak
Prediksi erupsi kaninus KERANGKA TEORI
Tidak Erupsi
Berpotensi Impaksi Tidak berpotensi Impaksi
Erupsi Normal Ektopik
Metode diagnostik: 1.Radiografi:
-Panoramik
-Sefalometri
2.Amamnesa 3.Pemeriksaan Klinis: Visual, Palpasi
Kerangka Konsep
Foto panoramik
Lokasi Sektor
Berdasarkan Angulasi
Posisi antero-posterior apeks akar kaninus
Posisi mahkota kaninus terhadap insisivus lateral dalam arah vertikal
Posisi benih kaninus
- Perbedaan proporsi kaninus maksila yang diprediksi impaksi - Perbedaan proporsi antara laki-laki
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Rancangan penelitian berbentuk observasional dengan pendekatan cross sectional
karena pengukuran variabel dilakukan pada satu saat, atau tiap subjek hanya diobservasi
saat pemeriksaan.
3.2 Tempat dan waktu
3.2.1 Tempat Penelitian : Klinik Ortodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Pendidikan FKG USU
3.2.2 Waktu Penelitian : 6 bulan
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi Penelitian
Populasi diambil dari pasien anak-anak umur 9-12 tahun di klinik RSGMP FKG
USU
3.3.2. Perkiraan besar sampel dilakukan dengan rumus :
Zα2
N = --- PQ
d 2 Keterangan :
N : Besar sampel
Zα : derivat baku α, dengan α = 0,55 = 1.96
P : Proporsi kaninus atas yang berpotensi impaksi 78 % = 0,78 Q : ( 1- P ) = ( 1- 0,78 = 0,22 )
Jadi besar sampel :
1,96 2
X 0,78 X 0,22
N = --- = 65,9 ( dibulatkan menjadi 66 )
0,1 2
Minimal sampel sebanyak 66, tapi pada penelitian ini digunakan sampel sebanyak 70
terdiri dari 35 laki-laki dan 35 perempuan.
3.4Kriteria Sampel
Kriteria Inklusi : - Pasien anak laki-laki dan perempuan yang berumur 9-
12 tahun yang datang di klinik ortodonsia RSGMP
FKG- USU
- Molar pertama atas dan insisivus permanen sudah
erupsi sempurna
- Kaninus permanen belum erupsi
- Bentuk insisivus lateral tidak peg shape
- Umur kronologis pasien 9-12 tahun
- Benih gigi permanen lengkap
- Belum pernah dilakukan perawatan ortodonti pada
kaninus permanen yang belum erupsi.
Kriteria Eksklusi : - Terdapat kelainan patologis yang mengganggu erupsi
kaninus seperti adanya kista, odontoma
3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1.1 Variabel Bebas
- Posisi benih kaninus yang dilihat pada ronsen foto panoramik 3.5.1.2 Variabel Tergantung
- Lokasi sektor mahkota kaninus terhadap insisivus lateral
- Sudut kaninus terhadap garis horizontal bicondilar dan aksis panjang
kaninus
- Posisi antero-posterior apeks akar kaninus
- Posisi tinggi kaninus terhadap insisivus lateral
3.5.1.3 Variabel Kendali
- Usia 9-12 tahun
- Jenis kelamin laki-laki dan perempuan
- Foto panoramik dari alat panoramik yang sama.
3.5.1.4 Variabel Tidak terkendali
-Ras
- Lama dan jarak pengambilan foto
- Hasil ronsen foto
3.5.1 Hubungan antar Variabel
Variabel Bebas
Posisi benih kaninus yang dilihat pada
Roentgen foto panoramik
Variabel tergantung
-Lokasi sektor mahkota kaninus
terhadap insisivus lateral - Sudut / Angulasi kaninus
- Posisi antero-posterior apeks
akar kaninus
- Tinggi mahkota kaninus
terhadap insisivus lateral dalam arah vertikal
Variabel Terkendali
-Umur 9-12 tahun -Jenis kelamin -foto panoramik dari
Variabel Takterkendali -Ras
3.5.2 Definisi Operasional
- Kaninus impaksi adalah gigi permanen yang terhambat untuk erupsi keposisi fungsional
normalnya oleh karena adanya hambatan fisik dalam jalur erupsinya seperti adanya
tulang, gigi atau jaringan fibrous. Gigi impaksi dapat juga didefinisikan sebagai
penundaan waktu erupsi atau yang diperkirakan tidak akan erupsi dengan sempurna
berdasarkan pemeriksaan klinis dan radiografi.
- Klasifikasi prediksi impaksi: ( Menurut penelitian Lindauer dkk, 1992 dan Warford
Jr 2003 ).
- Tidak impaksi : Jika posisi mahkota impaksi kaninus berada pada sektor 1
- Diprediksi impaksi : Jika posisi mahkota kaninus berada pada sektor 2-4.
- Sektor (Menrut penelitian Lindauer dkk, 1992 dan Warford Jr 2003 )
adalah pembagian area untuk menentukan lokasi mahkota kaninus terhadap insisivus lateral
dan gigi-gigi sekitarnya. Pembagian sektor dibagi menjadi empat bagian yaitu:
Sektor 1: area didistal dari garis tangen kontur distal mahkota dan akar inc lat.
Sektor 2: area dimesial dari sektor 1 dan didistal dari sumbu gigi insisivus lat.
Sektor 3: area dimesial dari sektor 2 dan di distal dari tinggi kontur inc. lateral
Sektor 4: seluruh area dimesial dari sektor 3.
-Angulasi kaninus impaksi adalah Sudut / angulasi pada gigi yang diprediksi impaksi berdasarkan pengukuran garis referensi horizontal yang dibentuk dari garis bicondilar / nasal floor dan garis aksis panjang kaninus pada sudut mesial.
(Gambar 4). Menurut penelitian Wardford Jr 2003 sudut sangat perlu dipertimbangkan
apabila kaninus berada di sektor 2, sedangkan apabila kaninus berada disektor 1 sudah pasti
kaninus tidak mengalami impaksi, dan apabila kaninus berada disektor 3 dan 4 besar
-Garis bicondylar / nasal floor yaitu garis horizontal yang dibentuk dengan menghubungkan
titik paling superior condylus kiri ke condylus kanan.
- Aksis panjang kaninus : Garis yang ditarik dari ujung mahkota ke ujung apeks
akar kaninus.
-Posisi antero-posterior apeks akar kaninus ( Menurut penelitian Stivaros dan
Mandall 2000 )
adalah posisi yang menggambarkan posisi apeks akar kaninus yang terletak dari
regio kaninus hinggga ke regio premolar dua, dimana areanya dibagi 3 grade
yaitu : Grade 1 : ujung apeks akar kaninus diregio kaninus
Grade 2 : ujung apeks akar diatas regio premolar satu.
Grade 3 : ujung apeks akar diatas premolar kedua.
-Posisi tinggi mahkota kaninus terhadap insisivus lateral dalam arah vertikal
( Menurut penelitian Stivaros dan Mandall 2000 )
adalah posisi yang menggambarkan ujung mahkota kaninus yang berada pada
area dari regio dibawah cemento enamel junction hingga diatas ujung akar gigi.
Dibagi 4 grade ( Gambar 6 ) yaitu:
Grade 1: mahkota kaninus dibawah cemento enamel junction (CEJ) inc.lateral.
Grade 2: mahkota kaninus berada diatas CEJ tapi kurang dari setengah panjang
akar insisivus lateral.
Grade 3: mahkota kaninus berada diantara setengah panjang akar dan ujung akar
Grade 4: mahkota kaninus diatas akar insisivus lateral.
Klasifikasi impaksi : ( Menurut penelitian Stivaros dan Mandall 2000 )
Posisi antero-posterior apeks akar kaninus dan Posisi tinggi mahkota kaninus terhadap
insisivus lateral dalam arah vertikal.
- Diprediksi impaksi : Jika posisi mahkota kaninus berada pada sektor 3 – 4
3.6Bahan, Alat dan Cara
3.5.1 Bahan dan alat
1. Foto panoramik pasien yang datang diklinik ortodonsia FKG-USU
2. Kertas acetat tracing ( tebal 0,003 Inchi, 8x10 inchi ) merek ortho
organizer
3. TracingBox
4. Pinsil 4 H, penghapus faber castel
B
A B
C D
Gambar 7. Bahan dan alat penelitian A: TracingBox
B: Pinsil 4 H, Penghapus faber castel, penggaris dan busur derajat (cephalometri protractor)
C : Kertas acetat tracing ( tebal 0,003 Inchi, 8x10 inchi ) D : Foto panoramik
3.7Cara Penelitian
Pengumpulan foto roentgen panoramik di Klinik Ortodonsia Rumah Sakit Gigi dan
Mulut Pendidikan FKG USU berdasarkan kriteria inklusi pada anak-anak umur 9-12 tahun
dari mesin panoramik yang sama pada laboratorium klinik Pramita. Melakukan penomoran A
:1-35 ( untuk anak permpuan ) dan B 1-35 ( untuk anak laki-laki ). Penapakan roentgen
foto panoramik dilakukan dua kali, pertama oleh operator sendiri, yang kedua oleh operator
dengan selang waktu sepuluh hari. Melakukan uji interoperator pengukuran pertama (T1) ke
pengukuran ke dua (T2) sebanyak 20 sampel yang diambil secara acak untuk melihat
keakuratan peneliti menilai foto panoramik. Penapakan pada foto panoramik dilakukan
berdasarkan pengukuran sektor, angulasi, posisi antero-posterior apeks akar dan mahkota
kaninus terhadap insisivus lateral dalam arah vertikal, menurut definisi operasional.
Kemudian melakukan pencatatan semua data, lalu pengolahan data dan membuat kesimpulan
dari seluruh data yang diolah melalui program SPSS
3.8Metode Analisis Data
Seluruh data dianalisa dengan menggunakan program SPSS.
3.9 Masalah Etika
Permintaan etik ( ethical clerance ) pada penelitian ini sedang dalam pengurusan. Etik
ini berguna sebagai pengawasan terhadap penelitian bahwa penelitian yang dilakukan tidak
menyimpang dari norma-norma etik yang berlaku, sehingga hasil penelitian dapat
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Karakteristik Sampel
Jumlah sample pada penelitian ini sebanyak 70 sample foto panoramik, terdiri dari 35
pasien laki-laki dan 35 pasien perempuan berumur 9-12 tahun, diambil dari pasien yang
datang ke klinik RSGMP-FKG USU, yang dilakukan dari bulan juli-desember. Dari jumlah
tersebut sampel berumur 9 tahun sebanyak 21 orang (30 % ), berumur 10 tahun sebanyak 27
orang atau ( 38,57%), sampel berumur 11 tahun sebanyak 14 orang (20%) dan sampel
[image:43.595.107.513.426.584.2]berumur 12 tahun sebanyak 8 orang (11,42 %), sepeti terlihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Proporsi besar sampel impaksi kaninus maksila berdasarkan umur dan jenis kelamin
Jenis Kelamin Umur Jumlah
9 Thn 10 Thn 11 Thn 12 Thn Sampel (orang)
Laki-laki 15 14 5 1 35 (50%) orang
Perempuan 6 13 9 7 35 (50%) orang
Jumlah Subyek 21 27 14 8 70 Orang
Persentase 30% 38,57% 20 % 11,42% 100 %
Seluruh sampel sebanyak 70 sampel foto panoramik dilakukan penapakan arah erupsi
kaninus dengan melihat lokasi sektor, angulasi, posisi antero-posterior apeks akar kaninus
dan mahkota kaninus dalam arah vertikal. Sebelum dilakukan penelitian dilakukan terlebih
dahulu uji interoperator untuk melihat seberapa besar tingkat keakuratan peneliti didalam
tersebut, sebanyak 20 sampel yang diambil secara acak, kemudian dilakukan uji statistik
dengan T-test. Hasil diantara ke dua pengukuran diperoleh angka 0,92 menunjukkan bahwa
pengukuran pertama tidak jauh berbeda dengan pengukuran kedua.
Dari penapakan sampel sebanyak 70 foto panoramik didapat 125 subyek gigi kaninus
kanan dan kiri yang akan diukur untuk melihat distribusi proporsi masing-masing keempat
variabel, dengan proporsi masing-masing berdasarkan umur dan jenis kelamin terlihat pada
[image:44.595.104.522.339.466.2]tabel 4.2.
Tabel 4.2 Proporsi kaninus maksila berdasarkan analisis foto panoramik pasien umur 9-12 tahun dan jenis kelamin.
Jenis Kelamin Umur Jumlah
9 Tahun 10 Thn 11 Thn 12 Thn Subyek (gigi )
Laki-laki 30 26 9 2 67 (53,6%) gigi
Perempuan 11 22 16 9 58 (46,4% ) gigi
Jumlah Subyek 41 48 25 11 125 gigi Persentase 32,8 % 38,4 % 20 % 8,8 % 100 %
Dari 125 subyek gigi kaninus maksila kanan dan kiri yang memenuhi kriteria inklusi,
sebanyak 67 gigi kaninus maksila dari kelompok laki-laki, dan 58 gigi dari kelompok
perempuan. Proporsi terbesar berasal dari kelompok laki-laki berumur 9 dan 10 tahun,
sebanyak 30 dan 26 kaninus. Sebanyak 41 gigi (32,8%) dari kelompok umur 9 tahun, 48 gigi
kaninus (38,4%) dari kelompok umur 10 tahun, 25 gigi ( 20%) dari kelompok umur 11 tahun
dan hanya 11 gigi dari kelompok umur 12 tahun.
Pengolahan data dilakukan dengan program SPSS, dilakukan untuk memberikan
impaksi atau tidak. Parameter tersebut adalah lokasi sektor, angulasi, posisi antero-posterior
[image:45.595.77.544.180.376.2]apeks akar kaninus dan mahkota kaninus dalam arah vertikal.
Tabel 4.3 Distribusi proporsi lokasi sektor kaninus maksila berdasarkan analisis foto panoramik pasien berumur 9-12 tahun.
Variabel Jenis Kelamin Total
Laki-laki Perempuan
Sektor
Total
1
2
3
4
60 ( 48,0% )
7 ( 5,6 % )
0 ( 0 % )
0 ( 0 % )
67 ( 53,6% )
49 (39,2 % )
5 ( 4,0% )
0 ( 0 % )
4 ( 3,2 % )
58 ( 46,4%)
109 (87,2 %)
12 ( 9,6% )
0 ( 0 % )
4 ( 3,2 %)
125 ( 100%)
Proporsi lokasi sektor pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa sektor 1 dengan proporsi
tertinggi pada laki-laki yaitu sebesar 60 subyek gigi ( 48,0 % ), dan perempuan sebanyak 49
gigi ( 39,2 % ), Lokasi sektor 3 tidak dijumpai baik pada laki-laki maupun wanita. Pada
sektor 4 hanya terdapat pada kelompok sampel perempuan sebanyak 4 gigi kaninus (3,2%).
Tabel 4.4 Distribusi proporsi angulasi kaninus maksila berdasarkan analisis foto panoramik pasien berumur 9-12 tahun.
Variabel Hasil ukur Proporsi
Angulasi kaninus thdp garis bicondylar
[image:45.595.82.489.556.702.2]Terlihat bahwa angulasi kaninus yang terdapat pada sektor 1, rata-ratanya yaitu
81,76º dengan jumlah proporsi 87,2%, dan pada sektor 2 rata-rata angulasi 73,5º dengan
jumlah proporsi 9,6%, dan tidak dijumpai angulasi kaninus pada lokasi sektor 3, dan pada
lokasi sektor 4 ditemui rata-rata angulasi kaninus 45 º sebanyak 3,2%.
Tabel 4.5 Distribusi proporsi posisi antero-posterior apek akar kaninus maksila berdasarkan analisis foto panoramik pasien berumur 9-12 tahun.
Variabel Jenis Kelamin Total
Grade Laki-laki Perempuan
Posisi antero-posterior apeks akar kaninus
Total
1
2
3
57 ( 45,6% )
10 ( 8,0 % )
0 ( 0 % )
67 ( 53,6% )
45 (36,0 % )
12 ( 9,6% )
1 (0,8 % )
58 ( 46,4%)
102 (81,6 %)
22 (17,6%)
1 (0,8 % )
125 ( 100% )
Gambaran posisi antero-posterior apeks akar kaninus grade 1 pada laki-laki sebanyak
57 (45,6 % ), pada perempuan sebanyak 45 (36% ), grade 2 pada laki-laki sebanyak 10 ( 8%),
pada perempuan sebanyak 12 (9,6%), sementara pada grade 3 pada pria tidak dijumpai dan
[image:46.595.88.536.534.719.2]pada perempuan hanya 1 (0,8 %).
Tabel 4.6 Distribusi proporsi posisi tinggi vertikal mahkota kaninus terhadap insisivus lateral, berdasarkan analisis foto panoramik pasien berumur 9-12 tahun.
Variabel Jenis Kelamin Total
Laki-laki Perempuan
Posisi tinggi vertikal mahkota C terhadap Inc. lateral Total 1 2 3 4
4 ( 3,2 % )
47 (37,6 %)
15 ( 12,0 % )
1 ( 0,8%)
67 ( 53,6% )
13 (10,4 % )
28 ( 22,4% )
16 (12,8 % )
1 ( 0,8%)
58 ( 46,4%)
17 (13,6 %)
75 (60 %)
31 (24,8 % )
2 (1,6%)
Posisi tinggi vertikal mahkota kaninus terhadap insisivus lateral terlihat grade 1 pada
pria sebanyak 4 subyek ( 3,2%), pada wanita 13 subyek (10,4%), grade 2 pada laki-laki
menunjukkan 47 subyek ( 37,6% ) dan perempuan menunjukkan 28 subyek ( 22,4% ), grade 3
pada laki-laki sebanyak 12% dan perempuan 12,8% dan grade 4 pada laki-laki dan
[image:47.595.72.554.278.392.2]perempuan menunjukkan proporsi yang sama yaitu masing-masing 0,8 %.
Tabel 4.7 Distribusi proporsi prediksi impaksi kaninus maksila berdasarkan analisis foto panoramik pasien berumur 9-12 tahun.
Variabel Jenis Kelamin Total
Laki-laki Perempuan
Prediksi impaksi kaninus
Total
Tidak impaksi
Impaksi
46 (36,8 %)
21 ( 16,8 % )
67 ( 53,6% ) 36 ( 28,8% )
22 (17,6 % )
58 ( 46,4%)
82 (65,6%)
43 (34,4 % )
125 ( 100% )
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa dari 125 subyek gigi kaninus pada foto panoramik
terlihat bahwa kaninus maksila yang diprediksi tidak impaksi lebih besar dibandingkan
kaninus yang diprediksi impaksi yaitu sebesar 82% dan 43%. Jika dilihat gigi yang diprediksi
impaksi pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki yaitu sebesar 17,6%
Tabel 4.8 Distribusi proporsi lokasi sektor, sudut, posisi antero - posterior
apeks akar kaninus, tinggi mahkota kaninus dalam arah vertikal, prediksi impaksi kaninus maksila pada analisis foto panoramik pasien berumur 9-12 tahun.
Variabel Hasil ukur Proprsi
Lokasi sektor 1 87,2% 2 9,6% 3 0 4 3,2%
Angulasi Min : 35º Max : 96º Mean : 77,55 º
Posisi antero-posterior apek akar kaninus 1 64% 2 35,2% 3 0,8%
Posisi tinggi mahkota kaninus thdp Inc.lateral 1 13,6% 2 60 %
3 24,8% 4 1,6%
Proporsi impaksi kaninus Tidak impaksi 65,6% Impaksi 34,4%
Posisi kaninus Kanan 52%
Kiri 48%
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa sebagian besar posisi mahkota kaninus berada
pada sektor 1 yaitu dengan proporsi sebesar 87,2% dan tidak ada posisi mahkota kaninus
(sektor) pada sektor 3. Sudut rata-rata kaninus yang diukur dari garis horizontal bicondylar
melalui aksis panjang gigi menunjukkan mean 77,55 º , dimana sudut terkecil 35º dan sudut
terbesar 96º. Posisi antero-posterior apeks akar kaninus sebagian besar pada grade 1 (64%)
dan yang terendah pada grade 3 ( 0,8% ) dan posisi tinggi mahkota kaninus terhadap insisivus
34,4% dan yang tidak impaksi sebesar 65,6% serta posisi kaninus kanan lebih besar
[image:49.595.77.488.209.554.2]dibandingkan kiri yaitu sebesar 52%.
Tabel 4.9 Distribusi proporsi lokasi sektor, sudut, posisi antero -posterior
apeks Akar kaninus, tinggi mahkota kaninus dalam arah vertikal, prediksi impaksi kaninus maksila berdasarkan jenis kelamin pada analisis foto panoramik pasien.
Variabel Hasil analisis Laki-laki Perempuan
Lokasi sektor 1 48% 39,2% 2 5,6% 4 % 3 0 0 4 0 3,2 %
Angulasi Mean:79,43 º Mean:77,56º Max: 96º Max: 95º Min: 62º Min: 35º
Posisi antero-posterior apek akar C 1 37,6% 26,4 % 2 16 % 19,2 %
3 0 0,8 %
Posisi tinggi mahkota kaninus
thdp Inc.lateral 1 3,2 % 10,4 % 2 37,6 % 22,2 %
3 12 % 12,8 % 4 0,8 % 0,8 %
Proporsi impaksi kaninus Tidak impaksi 36,8% 28,8% Impaksi 16,8% 17,6%
Dari tabel diatas terlihat bahwa sebagian besar kelompok laki-laki dan perempuan
terlihat pada lokasi sektor 1, namun persentasenya lebih tinggi (48%) dibanding perempuan
(39,2 % ), sektor 2 menunjukkkan hal yang sama laki-laki lebih besar dari permpuan, namun
pada laki-laki tidak dijumpai posisi kaninus berada pada sektor 4 dan pada perempuan
dijumpai sebesar 3,2% hal ini menunjukkan bahwa posisi ujung mahkota kaninus overlapping
menunjukkakan proporsi yang lebih besar pada laki-laki (37,6%) dan perempuan 26,4%,
namun pada grade 2 proporsinya lebih tinggi pada perempuan sebesar 19,2% dan laki-laki
16% dan grade 3 hanya dijumpai pada perempuan 0,8%. Berbeda dalam hal posisi tinggi
mahkota kaninus terhadap insisivus lateral pada grade 1 pada perempuan lebih tinggi 10,4%
dari laki-laki hanya 3,2 %, tetapi pada grade 2 laki-laki jauh lebih tinggi dari permpuan.
Proporsi impasi kaninus pada perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki terlihat bahwa
Tabel 4.10 Distribusi proporsi lokasi sektor, sudut, posisi antero - posterior
apeks akar kaninus, tinggi mahkota kaninus dalam arah vertikal, prediksi impaksi kaninus maksila berdasarkan jenis kelamin dan umurpada analisis foto panoramik pasien.
Variabel Hasil Analisis
Umur (tahun)
Jenis Kelamin
9 10 11 12 Laki-laki Perempuan
Jumlah sampel gigi
41 48 25 11 67 58
Lokasi sektor 1 2 3 4 38(30,4%) 3 (2,4%) 0% 0% 42(33,6) 5(4%) 0 % 1(0,8%) 21(16,8%) 3 (2,4% ) 0 % 1(0,8%) 8(6,4%) 1(0,8%) 0% 2(1,6%)
60( 48 %) 7 (5, 6%) 0 % 0 %
49 (39,2%) 5 (4,0%) 0 % 4 (3,2 %) Angulasi
rata-rata kaninus
78,86 º Max: 90º Min: 57 º
79,27 º Max: 96º Min: 35 º
79,88 º Max: 90º Min:62 º 71,40 º Max:87º Min:35º 79,43 º