• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Terpaan Informasi Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala Kota Medan Tahun 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Terpaan Informasi Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala Kota Medan Tahun 2009"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TERPAAN INFORMASI TERHADAP PENGETAHUAN

IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS MANDALA KOTA MEDAN

TAHUN 2009

SKRIPSI

Oleh :

Fitriani Pramita Gurning

NIM. 041000345

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan Judul

PENGARUH TERPAAN INFORMASI TERHADAP PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS MANDALA KOTA MEDAN TAHUN 2009

Yang Dipersiapkan Oleh FITRIANI PRAMITA GURNING

NIM. 041000345

Telah Diuji Dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 6 Januari 2010 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji :

Ketua Penguji Penguji I

dr. Heldy BZ, M.P.H Siti Khadijah Nst, SKM, M.Kes

NIP. 19520601 198203 1 003 NIP. 19730803 199903 2 001

Penguji II Penguji III

Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si dr. Fauzi, SKM NIP. 19680320 199308 2 001 NIP. 140052649

Medan, 6 Januari 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(3)

ABSTRAK

Untuk mendapatkan gizi yang baik pada bayi baru lahir, ibu harus segera menyusui bayinya karena ASI sangat berperan penting untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi. Oleh karena itu bayi yang berumur 0-6 bulan dianjurkan untuk diberikan ASI saja tanpa pengganti ASI ataupun makanan tambahan. Berdasarkan data Profil Dinas Kesehatan kota Medan pada tahun 2008 Puskesmas Mandala merupakan salah satu puskesmas yang menduduki urutan terendah dalam hal pemberian ASI eksklusif. menunjukkan angka pemberian ASI Eksklusif yaitu 0 %, angka ini jauh di bawah yang diharapkan sebesar 80%.

Jenis penelitian ini adalah explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh terpaan informasi melalui Presentational Media (tatap muka atau verbal), Representational Media (media cetak) dan Mechanical Media (media elektronik) terhadap tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif. Populasi adalah ibu yang memiliki anak usia 0 sampai 12 bulan. Uji statistik yang digunakan adalah regresi linear ganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Ekslusif adalah terpaan informasi presentational media (tatap muka/ Verbal) (p=0,000) dan mechanical media (media elektronik) (p=0,001), sedangkan representational media (media cetak) tidak memiliki pengaruh (p>0,05).

Berdasarkan hasil penelitian, maka petugas kesehatan di Puskesmas Mandala perlu melakukan penyuluhan tentang ASI Eksklusif secara berkesinambungan dalam upaya meningkatkan pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif serta dampak pemberian susu formula yang terlalu dini pada bayi.

(4)

ABSTRACT

In order to obtain good nutrition for the newborn babies, mother should breastfeed their babies as soon as possible because it plays an important role in surviving the babies’ health. The babies in age of 0-6 months should be breastfed by mother without other substitutive milk or supplement foods. Based on the profile data of Medan District of Health in 2008 Mandala Health Centre is one of health centre which is on the lowest rank in exclusive breastfeeding program, it showed that giving exclusive breastfeeding was on 0%.. It is still far from expectation (80%).

This explanatory research was aimed to explain the influence of exposure of information was presentational, representational and mechanical media on level of knowledge about exclusive breastfeeding. The population of this study were mothers who have babies in age of 0 – 12 months old. Multiple linier regression was applied to analyze data.

The result of research revealed that the variable which had significantly influenced on level of mother’s knowledge about exclusive breastfeeding were the exposure of information of presentational media (p=0,000) and mechanical media (p=0,001), while representational media didn’t show any influence (p>0,05).

Based on the result of research, health-officers at Mandala Health Centre have to do health promotion about exclusive breastfeeding in an afford to continuously improve mother’s knowledge on exclusive breastfeeding and the effect of giving formula milk on their babies earlier.

(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : FITRIANI PRAMITA GURNING

Tempat/ Tanggal Lahir : Medan, 11 Juni 1986

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Jumlah Anggota Keluarga : 4 (anak ke-1 dari 4 bersaudara) Alamat Rumah : Jl. Pasar III No. 77 Krakatau Medan Riwayat Pendidikan :

1. 1991 – 1992 : TK Nurul Furqon Jakarta Timur 2. 1992 - 1998 : SD Muhammadiyah 30 Medan 3. 1998 - 2001 : SLTP Harapan 2 Medan 4. 2001 – 2004 : SMU Negeri 18 Medan

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas kehendaknya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: Pengaruh Terpaan Informasi Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala Kota Medan Tahun 2009, guna memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa dorongan dan bimbingan dari baerbagai pihak, skripsi ini tidak akan dapat selesai. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si, selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Penguji skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, motivasi, saran dan masukan kepada penulis.

(7)

4. Ibu Siti Khadijah Nasution, SKM, M.Kes, selaku Pembimbing Skripsi II atas bantuan kesediaan waktu, motivasi, semangat, bimbingan dan pengarahan untuk kesempurnaan skripsi ini.

5. Bapak dr. Fauzi, SKM, selaku Penguji Skripsi atas bantuan kesediaan waktu, motivasi, bimbingan dan pengarahan untuk kesempurnaan skripsi ini.

6. Ibu dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes, selaku Dosen Penasehat Akademik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak dr. H. Erwin Hakim Lubis, selaku Kepala Puskesmas Mandala yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

8. Para Dosen dan Staf di FKM USU, khususnya Departemen AKK yang telah membimbing selama perkuliahan.

9. Sahabat-sahabat terbaikku: Lidya, Ruri, Mala, Endah, Anas, Roni, Ari yang selalu mengingatkan, mendoakan, membantu tanpa pamrih, tempat berbagi, dan yang selalu menemani disaat sedih dan senang. Kalian adalah sahabat dan saudara terbaik.

10. Saudara-saudara kedua penulis : Abang Novandi, Kakak Sisca, Abang Ahmad, Abang Afif, Kakak Diah, Evi, inur, Tania, Ratna, Rina Pabol, Rina Gayo yang menyemangati dan menginspirasi penulis dengan kekuatan dan perjuangan. 11. Teman-teman seperjuangan di Departemen AKK : Mita, Imel, Fira, Dita, Ade,

(8)

12. Keluarga Besar HMI Komisariat FKM USU, adik-adik pengurus Afdol, Juli, Shinta, Irma, Amel, Linda, Winda, Hilma dan Putri, yang selalu menyemangati dan membantu penulis.

13. Seluruh Pegawai S2 IKM FKM USU, Kakak Iin, Ibu Nur, Abang Husni, Abang Rosihan, Fauzi dan Kakak Wati yang telah membantu dan memberikan izin waktu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

14. Rekan-rekan stambuk 2004 dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Secara khusus penulis mengucapkan terimakasih yang tiada terhingga kepada kedua orang yang paling Fitri sayangi dan hormati, Prof. Dr. Busmin Gurning, M.Pd dan Dra. Effi Aswita, M.Pd, M.Si, atas segala doa, kekuatan, kasih sayang, kesabaran dan bimbingan yang diberikan dengan segenap hati yang tulus selama ini. Selanjutnya kepada adik-adikku tersayang Ully, Riris, dan Ina yang selalu mendoakan dan menemani hari-hari penuh perjuangan. Terimakasih atas semua perhatian dan cinta yang diberikan keluarga kepada penulis.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi siapa saja serta untuk kemajuan ilmu pengetahuan Amin.

Medan, Januari 2010 Penulis

(9)

DAFTAR ISI

2.5. Konsep Perilaku Kesehatan ... 22

2.6. Kerangka Konsep ... 26

2.7. Hipotesis Penelitian ... 28

BAB III. METODE PENELITIAN ... 29

3.1. Jenis Penelitian ... 29

3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian... 29

3.3. Populasi dan Sampel ... 29

3.3.1. Populasi ... 29

3.3.2. Sampel ... 29

3.4. Metode Pemgumpulan ... 30

3.5. Definisi Operasional... 31

(10)

3.5.2. Variabel Terikat ... 31

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 34

4.2. Data Geografis dan Demografis ... 34

4.3. Sarana dan Tenaga Kesehatan ... 37

4.4. Deskripsi Karakteristik Responden ... 37

4.5. Keterpaparan Informasi ... 40

4.6. Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif ... 45

4.7. Hasil Analisa Statistik Bivariat ... 48

4.8. Hasil Uji Statistik Multivariat ... 50

BAB V. PEMBAHASAN ... 52

5.1. Pengaruh Presentational Media (Tatap muka/ Verbal) Terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif ... 52

5.2. Pengaruh Representational Media (Media Cetak) Terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif ... 56

5.3. Pengaruh Mechanical Media (Media Elektronik) Terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif ... 57

5.4. Pemberian ASI Eksklusif ... 58

Lampiran 1 Surat Keterangan Telah Selesai Pengumpulan Data dari Instansi Terkait Lampiran 2 Surat Izin Penelitian

Lampiran 3 Kuesioner

(11)

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 1.1. Jumlah Bayi yang Diberi ASI Eksklusif ... 4 Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas ... 32 Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat ... 32 Tabel 4.1. Distribusi Penduduk di Wilayah Kerja Pusklesmas Mandala Tahun

2009 ... 35 Tabel 4.2. Distribusi Penyebaran Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di

Wilayah Kerja Puskesmas Mandala Tahun 2009 ... 35 Tabel 4.3. Distribusi Penyebaran Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Wilayah

Kerja Puskesmas Mandala Tahun 2009 ... 36 Tabel 4.4. Distribusi Penyebaran Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Wilayah

Kerja Pusklesmas Mandala Tahun 2009 ... 36 Tabel 4.5. Distribusi Identitas Responden Wilayah Kerja Puskesmas Mandala

Tahun 2009 ... 39 Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Pertanyaan Terpaan

Informasi Presentational Media di Wilayah Kerja Puskesmas

Mandala Tahun 2009 ... 43 Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Terpaan Informasi

di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala Tahun 2009 ... 44 Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban terhadap

Pertanyaan Pengetahuan Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala

Tahun 2009 ... 46 Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan di

Wilayah Kerja Puskesman Mandala Tahun 2009 ... 47 Tabel 4.10. Distribusi Normalitas Responden Berdasarkan Kategori Terpaan

Media dan Pengetahuan di Wilayah Kerja Puskesman

(12)

Tabel 4.12. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Pengaruh Terpaan Informasi

(13)

DAFTAR GAMBAR

(14)

ABSTRAK

Untuk mendapatkan gizi yang baik pada bayi baru lahir, ibu harus segera menyusui bayinya karena ASI sangat berperan penting untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi. Oleh karena itu bayi yang berumur 0-6 bulan dianjurkan untuk diberikan ASI saja tanpa pengganti ASI ataupun makanan tambahan. Berdasarkan data Profil Dinas Kesehatan kota Medan pada tahun 2008 Puskesmas Mandala merupakan salah satu puskesmas yang menduduki urutan terendah dalam hal pemberian ASI eksklusif. menunjukkan angka pemberian ASI Eksklusif yaitu 0 %, angka ini jauh di bawah yang diharapkan sebesar 80%.

Jenis penelitian ini adalah explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh terpaan informasi melalui Presentational Media (tatap muka atau verbal), Representational Media (media cetak) dan Mechanical Media (media elektronik) terhadap tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif. Populasi adalah ibu yang memiliki anak usia 0 sampai 12 bulan. Uji statistik yang digunakan adalah regresi linear ganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Ekslusif adalah terpaan informasi presentational media (tatap muka/ Verbal) (p=0,000) dan mechanical media (media elektronik) (p=0,001), sedangkan representational media (media cetak) tidak memiliki pengaruh (p>0,05).

Berdasarkan hasil penelitian, maka petugas kesehatan di Puskesmas Mandala perlu melakukan penyuluhan tentang ASI Eksklusif secara berkesinambungan dalam upaya meningkatkan pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif serta dampak pemberian susu formula yang terlalu dini pada bayi.

(15)

ABSTRACT

In order to obtain good nutrition for the newborn babies, mother should breastfeed their babies as soon as possible because it plays an important role in surviving the babies’ health. The babies in age of 0-6 months should be breastfed by mother without other substitutive milk or supplement foods. Based on the profile data of Medan District of Health in 2008 Mandala Health Centre is one of health centre which is on the lowest rank in exclusive breastfeeding program, it showed that giving exclusive breastfeeding was on 0%.. It is still far from expectation (80%).

This explanatory research was aimed to explain the influence of exposure of information was presentational, representational and mechanical media on level of knowledge about exclusive breastfeeding. The population of this study were mothers who have babies in age of 0 – 12 months old. Multiple linier regression was applied to analyze data.

The result of research revealed that the variable which had significantly influenced on level of mother’s knowledge about exclusive breastfeeding were the exposure of information of presentational media (p=0,000) and mechanical media (p=0,001), while representational media didn’t show any influence (p>0,05).

Based on the result of research, health-officers at Mandala Health Centre have to do health promotion about exclusive breastfeeding in an afford to continuously improve mother’s knowledge on exclusive breastfeeding and the effect of giving formula milk on their babies earlier.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Untuk mencapai Indonesia sehat 2010 tantangan yang dihadapi Bangsa Indonesia cukup berat. Dalam hal keadaan gizi masyarakat, meskipun terdapat kemajuan tetapi masalah gizi utama yang sejak lama ada sampai saat ini masih merupakan agenda yang belum terselesaikan. Keadaan gizi masyarakat merupakan basis dan persyaratan bagi pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang optimal (Depkes RI, 2005)

Upaya kesehatan dan gizi yang mencakup seluruh kehidupan diperlukan sejak anak dalam kandungan karena terkait erat dengan kelangsungan hidup anak (child survive), perkembangan anak (child development) dan perlindungan anak (child

protection). Anak menjadi titik sentral, karena sebagai generasi penerus anak harus

berkualitas dan siap untuk melahirkan generasi yang lebih berkualitas lagi. Oleh karena itu peningkatan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sebagai makanan paling sempurna bagi bayi merupakan suatu upaya nyata dalam mewujudkan kesehatan dan gizi masyarakat khususnya bayi dan anak Balita (Depkes RI, 2005).

(17)

Menurut Depkes RI (2002), modal dasar pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak dalam kandungan disertai dengan pemberian ASI sejak usia dini, terutama pemberian ASI Eksklusif yaitu pemberian hanya ASI kepada bayi sejak lahir sampai berusia 6 bulan. Menyusui telah dikenal dengan baik, sebagai cara untuk melindungi, meningkatkan dan mendukung kesehatan bayi dan anak usia dini. ASI memelihara pertumbuhan dan perkembangan otak bayi, sistem kekebalan dan faal tubuh secara optimal, dan merupakan faktor yang vital untuk pencegahan penyakit terutama diare dan infeksi saluran nafas (termasuk pneumonia), infeksi telinga dan saluran kencing. Menyusui menyebabkan pengeluaran hormon pertumbuhan, meningkatkan perkembangan mulut yang sehat dan membangun hubungan saling percaya antara ibu dan bayi.

Menurut Siregar (2004), dari berbagai studi dan pengamatan menunjukkan bahwa dewasa ini terdapat kecenderungan penurunan penggunaan ASI dan beralih pada susu formula di masyarakat. Dengan kenaikan tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja dan peningkatan sarana komunikasi dan transportasi yang memudahkan periklanan susu buatan serta luasnya distribusi susu buatan terdapat kecenderungan menurunnya kesediaan menyusui maupun lamanya menyusui baik di perdesaan dan di perkotaan. Meskipun menyadari pentingnya pemberian ASI tetapi budaya modern dan kekuatan ekonomi yang semakin meningkat telah mendesak para ibu untuk segera menyapih anaknya dan memilih air susu buatan (susu formula) sebagai jalan keluarnya.

(18)

peningkatan yaitu sebesar 21,2%, angka ini masih di bawah jumlah target ASI Eksklusif yang ingin dicapai yakni, sebesar 80%.

Rendahnya pemberian ASI Eksklusif di keluarga menjadi salah satu pemicu rendahnya status gizi bayi dan balita. Data Survey Kesehatan Nasional (SUSENAS) di Propinsi Sumatera Utara pada tahun 2007 menunjukkan distribusi pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0 sampai 6 bulan yaitu, bayi berumur 0 bulan sebanyak 55,1%, 1 bulan 70,3%, 2 bulan 54,1%, 3 bulan 40,5%, 4 bulan 42,3%. Pada umur 5 bulan terjadi penurunan pemberian ASI Eksklusif, karena banyak ibu yang telah memberikan makanan tambahan pada bayinya, menjadi 20,3%. Jadi total pemberian ASI Eksklusif pada tahun 2007 hanya mencapai 44,6%, angka ini jauh di bawah yang diharapkan.

Departemen kesehatan pada saat diadakannya pekan ASI bulan Agustus tahun 2007 dengan tema menyusui 1 jam pertama dapat menyelamatkan lebih dari 1 juta bayi. Hal ini juga didukung dengan ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan nomor 450/Menkes/SK/1V/2004 tentang pemberian Air Susu secara Eksklusif pada bayi di Indonesia. Untuk meningkatkan pemberian ASI Eksklusif Departemen Kesehatan melakukan Trainning of Trainer (TOT) untuk bidan dan tim konseling (Depkes RI, 2004).

The World Alliance for Breastfeeding Action (WABA) memperkirakan 1 juta

(19)

gizi adalah ibu hamil, bayi, remaja, dan usia lanjut. Depkes memperkirakan, dari 10 ibu hamil di Indonesia, kira-kira ada empat ibu yang menderita anemia zat besi, dan dua ibu yang kekurangan gizi. Pada balita, dari 10 balita, sekitar dua sampai tiga balita menderita kekurangan gizi (www.mediaindonesia.com, 2008).

Di kota Medan berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Kota Medan tahun 2008, jumlah bayi yang diberi ASI Eksklusif di masing-masing wilayah kerja puskesmas juga masih jauh di bawah yang diharapkan, hanya sebesar 3,00%. Tabel berikut merupakan uraian jumlah bayi yang diberi ASI Eksklusif berdasarkan puskesmas di kota Medan.

Tabel 1.1. Jumlah Bayi yang Diberi ASI Eksklusif

NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH

(20)

Lanjutan Tabel 1.1

Sumber : Profil Kesehatan Kota Medan Tahun 2008

(21)

berdasarkan data yang ada masih sangat rendah (Profil Dinas Kesehatan Kota Medan, 2008).

Data yang diperoleh peneliti dari Puskesmas Mandala, pada tahun 2008 jumlah sasaran bayi di wilayah kerja Puskesmas Mandala yaitu sebesar 2674, sedangkan jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif masih sangat rendah hanya 5 bayi (KIA Puskesmas Mandala, 2008).

Menurut hasil survei pendahuluan yang dilakukan peneliti, kurangnya informasi atau paparan media seperti poster tentang ASI yang terdapat di Puskesmas Mandala, antara lain merupakan salah satu penyebab rendahnya pemberian ASI. Poster yang terdapat di puskesmas sudah terlihat usang sehingga tidak mempunyai daya tarik untuk dibaca. Petugas KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) Puskesmas Mandala yang diwawancara mengakui bahwa, mereka kurang dalam memberikan informasi kepada ibu tentang ASI. Informasi merupakan unsur pembentukan pengetahuan manusia.

Selain itu juga masyarakat di wilayah kerja puskesmas sangat beragam ekonomi keluarga, pendidikan, sosial budaya dan Puskesmas Mandala adalah salah satu puskesmas mempunyai wilayah kerja yang luas, karena letaknya yang berada di daerah daerah Deli Serdang.

(22)

memengaruhi perilaku ibu menyusui terhadap pemberian ASI, dan faktor pendorong di mana dukungan petugas kesehatan memengaruhi perilaku ibu menyusui terhadap pemberian ASI.

Demikian juga halnya penelitian yang dilakukan oleh Padang (2007) tentang Analisis Faktor yang Memengaruhi ibu dalam Pemberian MP-ASI Dini di Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah, hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh sikap, keterpaparan media dan dukungan keluarga terhadap pemberian MP-ASI. Variabel yang tidak berpengaruh adalah umur, paritas, pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, jarak pelayanan kesehatan dan dukungan petugas kesehatan terhadap pemberian MP-ASI.

Green dalam Notoatmodjo (2005) mengatakan perilaku terbentuk dari 3 faktor, yaitu faktor predisposisi (predisposing factors) yang terdiri atas pengetahuan, sikap, kepercayaan/ keyakinan, nilai-nilai/ tradisi. Faktor pemungkin (enabling factors) yang terdiri atas lingkungan fisik (tersedia atau tidak tersedianya fasilitas)

sarana dan prasarana yang terdapat di pelayanan kesehatan dalam rangka untuk menunjang seseorang berperilaku. Dan faktor penguat (reinforcing factors) yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku para petugas, keluarga dan anggota masyarakat.

(23)

Pengetahuan masyarakat yang rendah tentang makanan bayi dapat mengakibatkan terjadinya kekurangan gizi pada bayi. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan sekaligus mengubah perilaku masyarakat dalam pemberian MP-ASI adalah dengan promosi kesehatan melalui terpaan informasi seperti penyuluhan, poster-poster, leaflet dan lain-lain.

Dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada pengaruh terpaan informasi terhadap pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Mandala tahun 2009.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian yaitu apakah ada pengaruh terpaan informasi terhadap pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Mandala pada tahun 2009.

1.2.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh terpaan informasi terhadap pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Mandala pada tahun 2009 .

1.4. Manfaat Penelitian

1. Dapat menjadi masukan bagi Puskesmas untuk menentukan langkah-langkah dalam meningkatkan pemberian ASI Eksklusif.

(24)

3. Sebagai bahan masukan bagi pengelola program ASI Eksklusif di Puskesmas Mandala dalam rangka melaksanakan kebijakan pemerintah tentang Pola Peningkatan ASI di puskesmas.

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Terpaan Informasi

Menurut kamus umum Bahasa Indonesia pengertian terpaan adalah suatu hal yang mengenai sesuatu. Pengertian informasi menurut Oxfoord English Dictionary, adalah that of which one is apprised or told: intelligence, news yaitu informasi adalah salah satu yang dapat memberitahukan di mana menyangkut kecerdasan dan berita. Kamus lain menyatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui. Namun ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu istilah informasi juga memiliki arti yang lain sebagaimana diartikan oleh RUU (Rancangan Undang-undang) teknologi informasi yang mengartikannya sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisa, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu. Sedangkan informasi sendiri mencakup data, teks, gambar, suara, kode, program komputer, database (www.ensiklopedia.com, 2008).

Wilbur Schramm dalam Rakhmad (1992) mendefinisikan informasi sebagai segala sesuatu yang mengurangi segala ketidakpastian atau mengurangi jumlah alternatif dalam situasi.

(26)

a. Sifat-sifat informasi

Untuk dapat menyajikan informasi yang terpilih maka harus diketahui sifat-sifat informasi adalah sebagai berikut:

1. Informasi relevan dan tidak relevan, yang dimaksud dengan informasi yang relevan adalah informasi yang ada hubungannya atau ada kepentingannya bagi si penerima, sedangkan informasi yang tidak ada atau sedikit sekali kepentingan bagi si penerima.

2. Informasi dapat berguna dan kurang berharga

3. Informasi dapat tepat waktunya dapat pula tidak tepat waktunya. Informasi dikatakan tepat waktunya apabila dapat mencapai si penerima sebelum ia melakukan pengambilan keputusan, tetapi apabila informasi tersebut terlambat datangnya setelah keputusan diambil, maka informasi tersebut tidak tepat waktunya.

4. Informasi dapat valid dan dapat tidak valid. Apabila informasi yang diberikan kepada seseorang merupakan informasi keliru, maka informasi tersebut merupakan informasi yang tidak valid, sebaliknya bila informasi itu benar maka informasi itu valid

b. Faedah Informasi

(27)

dipercayakan kepadanya, karena tindakannya secara tidak langsung bersifat untung-untungan, yang kemungkinan suksesnya kecil.

c. Tingkat hubungan dalam penyampaian informasi

Informasi dapat disebut pesan. Pesan terjadi karena ada penyampaian pesan dan penerima pesan. Terjadi informasi membuat terjalinnya hubungan antara penyampai pesan dan penerima pesan (Widjaja, 2008).

Shore dalam Rakhmad (1992) menjelaskan terpaan media tidak hanya menyangkut apakah seseorang secara fisik cukup dekat dengan kehadiran media massa, tetapi apakah seseorang itu cukup terbuka terhadap pesan-pesan media tersebut. Terpaan media merupakan kegiatan mendengarkan, melihat dan membaca pesan media massa ataupun mempunyai pengalaman dan perhatian terhadap pesan tersebut, yang dapat terjadi pada tingkat individu ataupun kelompok. Terpaan media dapat diukur memakai parameter-parameter baku seperti frekuensi, durasi dan atensi konsumen.

2.1.1. Media dalam Informasi

Penyampaian informasi dilakukan melalui suatu media, Fiske dalam Liliweri (2007) membagi media dalam tiga kelompok utama yang disebut sebagai berikut:

1. Presentational media, adalah tampilan wajah, suara, atau alat komunikasi tubuh (anggota tubuh) atau dalam ketegori pesan maka media ini dimasukkan dalam pesan verbal dan non verbal dalam komunikasi tatap muka.

(28)

komposisi musik, arsitektur, dan lain-lain. Semua jenis media ini memiliki konvensi estetika baik secara teknis maupun praktis.

3. Mechanical media, adalah radio, televisi, video, film, surat kabar dan majalah, telepon yang digunakan untuk memperkuat dua media di atas. Misalnya surat kabar merekam tampilan wajah atau memuat foto seseorang, televisi merekam wajah dan suara, dan video merekam suatu komposisi musik.

Upaya dan usaha apapun harus dilakukan oleh petugas kesehatan dalam rangka memperkenalkan program kesehatan pada khalaknya. Untuk itu maka petugas kesehatan harus dapat memilih media yang tepat dalam rangka pelaksanaan tugas seefektif mungkin dan dengan tenaga serta biaya dan waktu yang seefisien mungkin (Widjaja, 2008).

Menurut Gans dan Gitlin dalam Liliweri (2007) adapun hakikat pesan dari suatu informasi kesehatan, yaitu:

1. Content/ isi adalah kelengkapan jumlah (kuantitas) dan kualitas informasi verbal dan visual mengenai kesehatan yang didistribusikan oleh komunikator atau media.

2. Jumlah/ kuantitatif isi merujuk pada jumlah waktu yang digunakan dalam detik, menit, jam untuk memuat berita, film, dan lain-lain. Atau jumlah kolom surat kabar/ majalah yang memuat berita, opini, gambar, cerpen, berita daerah, kolom, dalam satu kali terbitan.

(29)

Perkembangan yang semakin cepat di bidang teknologi komunikasi menyebabkan pengaruh yang besar terhadap kegiatan penyebarluasan informasi atau gagasan. Ini berarti pula berpengaruh besar terhadap kegiatan hubungan masyarakat. Media massa (pers, radio, televisi dan film) sangat membantu kegiatan hubungan masyarakat. Dengan menggunakan media massa penyebarluasan informasi bukan saja sangat luas tetapi juga cepat dan serentak (Widjaja, 2008).

Membahas masalah media dalam hubungan masyarakat, sebenarnya yang menjadi permasalahan ialah bagaimana memilih media yang tepat dalam kegiatan hubungan masyarakat, agar dengan seefisien mungkin tercapai hasil yang efektif sehingga tujuan dari kegiatan hubungan masyarakat yang dilakukan dapat tercapai.

Menurut Widjaja (2008) media publikasi terdiri dari: 1. Media Audio

Dengan media audial dimaksudkan ialah media publisitas yang dapat ditangkap dengan indera telinga, atau tegasnya yang dapat didengar, misalnya: radio, tape recorder, telepon, wawancara, konferensi pers dan lain-lain.

2. Media Visual

Dengan media visual dimaksudkan sebagai media publisitas yang dipergunakan untuk mengadakan hubungan dengan publik, yang dapat ditangkap dengan indera mata. Dengan perkataan lain dapat dilihat. Misalnya: pameran-pameran foto, slide, surat kabar, buletin, poster, leaflet, bendera dan lain-lain.

(30)

surat, sebelumnya supaya memperhatikan beberapa unsur, agar dapat mencapai hasil yang maksimal.

a. Pendekatan (approach), surat harus dapat merebut hati pembacanya. Penerima harus dapat kesan baik dengan melihat surat tersebut.

b. Isi harus jelas, bahasanya harus baik dan sopan, tidak sombong, tidak bertele-tele, tetapi cukup sederhana, mudah dimengerti, dapat melukiskan tepat apa yang dimaksudkan.

c. Bentuk luar, harus terlihat menarik.

d. Waktunya, hendaknya pengiriman dapat diperkirakan sedemikian rupa. 3. Media Audio Visual

Dengan media audio visual dimaksudkan sebagai media yang menyiarkan berita yang dapat ditangkap baik dengan indera mata maupun dengan indera telinga. - Film (motion picture)

Cara yang sangat efektif dalam memengaruhi penontonnya. Ini merupakan kombinasi dari drama dengan paduan suara dan musik.

- Televisi

- Pertemuan-pertemuan

Pertemuan dengan mengadakan diskusi untuk mengetahui perbedaan dan hubungan sekedarnya, sebagai berikut:

(31)

2.2. Pengertian ASI Eksklusif

ASI eksklusif adalah memberikan hanya ASI saja tanpa memberikan makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai bayi berumur 6 bulan, kecuali obat dan vitamin (Dinkes Propsu, 2005).

Exclusive Breastfeeding is requires that the infant receive breast milk, does

not allow the infant to receive anything else, and allows the infant to receive drop,

syrups (vitamin, minerals, medicine), yaitu bayi menerima ASI saja tidak menerima

apapun, dan memungkinkan bayi untuk menerima tetes, sirup (vitamin, mineral dan obat-obatan) (WHO, 1991).

ASI eksklusif telah terbukti menjadi sumber nutrisi terbaik untuk bayi terutama yang berumur kurang dan 6 bulan (www.liverpooljohnmoore university- universitasatmajaya.com, 2005).

(32)

Pada tahun 1999, setelah pengalaman 9 tahun, UNICEF memberikan klarifikasi tentang rekomendasi jangka waktu pemberian ASI ekslusif. Rekomendasi terbaru UNICEF bersama World Health Assembly (WHA) dan banyak negara lainnya adalah menetapkan jangka waktu pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan.

Air Susu Ibu (ASI) adalah bahan makanan ideal untuk bayi, bahan yang tiada duanya, merupakan bahan makanan yang terbaik bagi bayi yang dilahirkan, bahkan tidak satu jenis susu buatan yang semutu atau bahkan mendekati dengan ASI. ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan garam-garam organik yang disekresi oleh dua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi (Soetjitningsih, 1997).

ASI adalah makanan terbaik untuk bayi, tidak satupun makanan lain yang dapat menggantikan ASI, karena ASI mempunyai kelebihan yang meliputi tiga aspek yaitu aspek gizi, aspek kekebalan dan aspek kejiwaan berupa jalinan kasih sayang penting untuk perkembangan mental dan kecerdasan anak (Depkes RI, 2005).

Berdasarkan KepMenkes RI No.450/ Menkes/ SK/ IV/ 2004 tentang pemberian ASI Ekslusif pada bayi di Indonesia terdapat 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM) yaitu:

1. Sarana pelayanan kesehatan mempunyai kebijakan secara tertulis dalam Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu (PP-ASI) yang dikomunikasikan kepada semua petugas.

(33)

3. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan penatalaksanaannya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir sampai umur 2 tahun termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui.

4. Membantu ibu menyusui bayinya selama 30 menit setelah melahirkan,

5. Membantu ibu mengetahui cara menyusui yang benar dan cara mempertahankan menyusui meskipun ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis.

6. Tidak memberikan makan dan minum apa pun selain ASI kepada bayi baru lahir.

7. Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24 jam sehari.

8. Membantu ibu menyusui semau bayi, tanpa membatasi lama dan frekuensi menyusui.

9. Tidak memberikan dot atau kompeng terhadap bayi yang diberi ASI.

10. Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI) dan merujuk ibu pada kelompok tersebut ketika pulang bersalin (DepKes RI, 2004)

2.3. Manfaat ASI

(34)

selanjutnya. ASI yang keluar beberapa hari setelah persalinan disebut kolostrum (Depkes RI, 2005).

Kolostrum mengandung zat kekebalan, vitamin A yang tinggi, lebih kental dan berwarna kekuning-kuningan. Oleh karena itu, kolostrum harus diberikan kepada bayi. Sekalipun produksi ASI pada hari-hari pertama baru sedikit, namun mencukupi kebutuhan bayi. Pemberian air gula, air tajin dan masakan pralaktal (sebelum ASI lancar diproduksi) lain harus harus dihindari (Depkes RI, 2005).

Menurut Roesli (2000) banyak manfaat pemberian ASI khususnya ASI eksklusif yang dapat dirasakan. Berikut manfaat terpenting yang diperoleh bayi antara lain adalah sebagai berikut :

2.3.1. ASI sebagai Nutrisi

(35)

2.3.2. ASI Meningkatkan Daya Tahan Tubuh Bayi

Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat imunoglobulin (zat kekebalan tuhuh) dari ibu melalui ari-ari. Namun, kadar zat ini akan cepat sekali menurun segera setelah bayi lahir. Badan bayi sendiri baru membuat zat kekebalan cukup banyak sehingga mencapai kadar protektif pada waktu berusia sekitar 9 sampai 12 bulan. Pada saat kadar zat kekebalan bawaan menurun, sedangkan yang dibentuk oleh badan bayi belum mencukupi maka akan terjadi kesenjangan zat kekebalan pada bayi.

Kesenjangan akan hilang atau berkurang apabila bayi diberikan Asi, karena ASI adalah cairan hidup yang mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, parasit, dan jamur.

Bayi ASI eksklusif ternyata akan lebih sehat dan lebih jarang sakit dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif. Anak yang sehat tentu akan lebih berkembang kepandaiannya dibandingkan dengan anak yang sering sakit terutama bila sakitnya berat.

2.3.3. ASI Eksklusif Meningkatkan Kecerdasan

(36)

Hasil penelitian Lukas (1993) terhadap 300 bayi prematur membuktikan bahwa bayi-bayi prematur yang diberi ASI eksklusif mempunyai IQ yang lebih tinggi secara bermakna (8,3 point lebih tinggi) dibandingkan bayi prematur yang tidak diberi ASI. Pada penelitian Riva (1997) ditemukan bahwa bayi yang diberi ASI eksklusif, ketika berusia 9,5 tahun mempunyai tingkat IQ 12,9 point lebih tinggi dibanding anak yang ketika bayi tidak diberi ASI eksklusif.

2.3.4. ASI Eksklusif Meningkatkan Jalinan Kasih Sayang

Bayi yang berada dalam dekapan ibu karena menyusu akan merasakan kasih sayang ibunya, ia juga akan merasa aman dan tenteram, terutama karena masih dapat mendengar detak jantung ibunya yang telah ia kenal dalam kandungan. Perasaan terlindung dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan dan dasar spiritual yang baik.

2.4. Pengetahuan

2.4.1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, rasa dan raba. Tetapi sebagian besar melalui proses yaitu proses belajar dan membutuhkan suatu bantuan misalnya buku. (Notoatmodjo, 2003)

(37)

jika seorang ibu hamil tidak pernah mendapatkan informasi atau penyuluhan mengenai pemberian ASI ekslusif dapat berpengaruh dalam memberikan ASI ekslusif pada bayinya di kemudian hari.

2.4.2. Tingkatan Pengetahuan

Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa pengetahuan memiliki enam tingkatan, yaitu :

a. Tahu

Adalah sesuatu kemampuan dalam mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, yang termasuk dalam tingkatan pengetahuan ini adalah mengingat kembali terhadap suatu hal spesifik yang dipelajari dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur pengetahuan ini adalah: menguarían, mengidentifikasi, menyatakan dan lain-lain. Misalnya ibu dapat menyebutkan pengertian imunisasi.

b. Paham

(38)

c. Aplikasi

Aplikasi adalah suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi-situasi dan kondisi yang sebenarnya. Mengaplikasikan dapat diartikan dengan menggunakan hukum- hukum, rumus-rumus, metode, atau prinsip dalarn konteksatau situasi yang lain. Misalnya ibu dapat mengaplikasikan cara untuk merawat anak akibat reaksi dari pernberian imunisasi.

d. Analisis

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu saran lain. Kemampuan menganalisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti: menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan lain-lain.

e. Sintesis

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain mensintesa adalah kemampuan untuk menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan, terhadap suatu rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi

(39)

2.5. Konsep Perilaku Kesehatan

Perilaku terbentuk didalam diri seseorang dari dua faktor utama yakni: stimulus merupakan faktor dari luar diri seseorang tersebut (faktor eksternal), dan respons merupakan faktor dari dalam diri seseorang yang bersangkutan (faktor internal). Faktor eksternal atau stimulus adalah faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, maupun non fisik dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi, polotik, dan sebagainya. Dari penelitian-penelitian yang ada faktor eksternal paling besar perannya dalam membentuk perilaku manusia adalah faktor sosial dan budaya, dimana seseorang tersebut berada. Sedangkan faktor internal yang menentukan seseorang itu merespons stimulus dari luar adalah perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi, sugesti dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005).

Menurut Green dalam Notoatmodjo (2005), membedakan adanya dua determinan masalah kesehatan tersebut yakni behavioral factor (faktor perilaku), dan non behavioral factors (faktor non perilaku). Selanjutnya Green menganalisis, bahwa

faktor perilaku sendiri ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu:

(40)

2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan, yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, misalnya Puskesmas, Posyandu, rumah sakit, tempat olah raga, makanan bergizi, uang dan sebagainya. Sebuah keluarga yang sudah tahu masalah kesehatan, mengupayakan keluarganya untuk menggunakan air bersih, buang air besar di WC, makan makanan yang bergizi, dan sebagainya, tetapi apabila keluarga tersebut tidak mampu untuk mengadakan fasilitas itu semua, maka dengan terpaksa buang air besar di kali/ kebun, menggunakan air kali untuk keperluan sehari-hari, makan seadanya, dan sebagainya.

3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors), adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang, meskipun seseorang tahu dan mampu untuk berprilaku sehat, tetapi tidak melakukannya. Seorang ibu hamil tahu manfaat periksa hamil, karena ibu lurah dan ibu-ibu tokoh lain tidak pernah periksa hamil, namun anaknya tetap sehat. Hal ini berarti, bahwa untuk berperilaku sehat memerlukan contoh dari para tokoh masyarakat.

Snehandu B. Kar menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik tolak bahwa perilaku merupakan fungsi dari:

a. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatannya (behavior intention)

(41)

c. Ada atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan (accessibility of information)

d. Otonomi pribadi yang bersangkutan dalam hal ini mengambil tindakan atau keputusan (personal autonomi)

e. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak (action situation).

Anderson dalam Notoatmodjo (2005) menggambarkan model kesehatan (health system model) yang berupa model kepercayaan kesehatan. Didalam model Anderson ini terdapat 3 kategori utama dalam pelayanan kesehatan yaitu :

1. Karakteristik Predisposisi (predisposing characteristics)

Karaktiristik ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa tiap individu mempunyai kecenderungan untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena adanya ciri-ciri individu, yang digolongkan ke dalam 3 kelompok.

a. Ciri-ciri demografi, seperti jenis kelamin dan umur

b. Struktur sosial, seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, kesukuan atau ruas dan sebagainya.

c. Manfaat-manfaat kesehatan, seperti keyakinan bahwa pelayanan kesehatan dapat menolong proses penyembuhan penyakit. Selanjutnya Anderson percaya bahwa:

(42)

- Setiap individu mempunyai perbedaan struktur sosial, mempunyai perbedaan gaya hidup dan akhirnya mempunyai perbedaan pola penggunaan pelayanan kesehatan

- Individu percaya adanya kemanjuran dalam penggunaan pelayanan kesehatan

2. Karakteristik Pendukung (enabling characteristics)

Karakteristik ini mecerminkan bahwa meskipun mempunyai prediposisi untuk menggunakan pelayanan kesehatan, ia tak akan bertindak untuk menggunakannya, kecuali bila ia mampu menggunakannya. Penggunaan pelayanan kesehatan yang ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar.

3. Karakteristik Kebutuhan (need characteristics)

Faktor predisposisi dan faktor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhan. Dengan kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan pelayanan kesehatan, bilamana tingkat predisposisi dan enabling itu ada. Kebutuhan (need) disini dibagi menjadi 2 kategori, dirasa atau preceived (subject assesment) dan evaluated (clinical diagnosis).

2.6. Kerangka Konsep

(43)

Gambar 2.1. Kerangka konsep Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep penelitian dapat didefenisikan beberapa variabel sebagai berikut :

1. Terpaan Informasi yaitu dapatnya suatu pesan (informasi), yang telah disebarluaskan kepada orang lain. Artinya diharapkan dari penyampaian informasi itu, para penerima informasi akan mengetahui sesuatu yang ingin diketahuinya. Terpaan Media dapat dihitung melalui sumber informasi, frekuensi informasi dan isi informasi tersebut.

- Presentational Media, yaitu sumber informasi verbal, tampilan wajah, suara atau komunikasi anggota tubuh, seperti bersumber dari petugas kesehatan, ibu, suami, mertua, tetangga dan teman.

- Representational Media, yaitu media yang diciptakan oleh kreasi manusia, seperti: leaflet, poster-poster, fotografi, buku, spanduk dan brosur-brosur. - Mechanical Media, yaitu media elektronik seperti radio, televisi, video dan

film.

2. Pengetahuan yaitu hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

3. ASI Eksklusif yaitu ibu memberikan ASI saja dari usia bayi 0 sampai 6 bulan. Terpaan Informasi

- Presentational Media - Representational Media - Mechanical Media

(44)

2.9. Hipotesis Penelitian

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian ini adalah survei penjelasan atau explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh terpaan informasi

terhadap pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Mandala Medan tahun 2009.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di wilyah kerja Puskesmas Mandala yang didasarkan atas pencapaian program ASI Eksklusif jauh di bawah target pada tahun 2007. Waktu penelitian dilakukan pada bulan September 2009.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

(46)

3.3.2. Sampel

Mengingat berbagai keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti baik berupa tenaga, waktu, maupun biaya maka peneliti menetapkan sampel dengan menggunakan rumus yang terdapat pada buku Notoatmodjo (2003) sebagai berikut :

N n = 1 + N (d²) Keterangan:

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

d = Derajat ketepatan yang diinginkan (sebesar = 0,1) Maka:

1448 1448

n = = = 95,5 96 1 + 1448 (0,1²) 1 + 14,48

Berdasarkan perhitungan di atas jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 94 ibu yang mempunyai balita. Pengambilan sampel menggunakan cara Simple Random sampling di Puskesmas Mandala.

3.4. Metode Pengumpulan Data

1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dengan menggunakan metode wawancara semi terbuka, dengan menggunakan kuesioner.

(47)

3.5. Definisi Operasional 3.5.1. Variabel Bebas

 Terpaan Informasi adalah informasi yang didapat ibu dari media tentang ASI

Eksklusif. Penyampaian informasi dilakukan melalui suatu media yang meliputi presentational media, yaitu penyampaian informasi dalam pesan verbal dan non

verbal dalam komunikasi tatap muka (penyuluhan petugas kesehatan, informasi dari keluarga atau tetangga), representational media yaitu media yang diciptakan olej kreasi manusia (poster, leaflet, buku, dll) dan mechanical media, yaitu media elektronik yang digunakan untuk memperkuat dua fungsi media yang lain (TV, radio, video, film, dll). Fiske dalam Liliweri (2007) membagi media dalam tiga kelompok utama yang disebut sebagai berikut:

4. Presentational media, adalah tampilan wajah, suara, atau alat komunikasi tubuh (anggota tubuh) atau dalam ketegori pesan maka media ini dimasukkan dalam pesan verbal dan non verbal dalam komunikasi tatap muka.

5. Representational media, adalah media yang diciptakan oleh kreasi manusia, yang termasuk dalam kelompok ini adalah tulisan, gambar, fotografi, komposisi musik, arsitektur, dan lain-lain. Semua jenis media ini memiliki konvensi estetika baik secara teknis maupun praktis.

(48)

3.5.3. Variabel Terikat

Pengetahuan yaitu segala sesuatu yang diketahui atau dijawab oleh responden tentang pemberian ASI eksklusif, yang dilakukan ibu pada bayi baru lahir sampai berumur 6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Mandala Medan.

3.6. Aspek Pengukuran 3.6.1. Variabel Bebas

Variabel bebas meliputi keterpaparan informasi dengan skala pengukurannya adalah interval. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.1. sebagai berikut

Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas

3.6.3. Variabel Terikat

Variabel terikat meliputi skala pengukuran nominal dan kategori penilaian baik, kurang dan buruk. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 3.2. sebagai berikut:

No. Variabel Jumlah

(49)

Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat

No. Variabel Jumlah

Indikator Kategori

3.7. Teknik Analisa Data

Analisis data yang dilakukan secara univariat, bivariat dan multivariat. Sebelum malakukan analisis bivariat maka terlebih dahulu data berdistribusi normal dengan nilai p<0,05, setelah itu analisis bivariat untuk dengan memakai uji Pearson Product Moment, untuk mengetahui variabel bebas yang paling dominan

pengaruhnya dengan variabel terikat, dipakai analisis multivariat dengan menggunakan uji statistik regresi linier berganda, yaitu untuk menguji pengaruh terpaan informasi terhadap pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif dengan taraf uji nyata (α) = 0,05.

Y = a + b1X1 + b2X2 Keterangan :

Y = Nilai yang menguji pengaruh terpaan informasi terhadap pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif

a = Harga Y bila X = 0 (harga konstan)

b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan dari pengaruh terpaan informasi.

(50)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Mandala adalah merupakan salah satu puskesmas yang menjadi pusat pembangunan, pembinaan dan pelayanan kesehatan. Puskesmas ini melayani kesehatan masyarakat di 4 (empat) kelurahan yaitu : Kelurahan Bandar Selamat, Kelurahan Bantan, Kelurahan Bantan Timur dan kelurahan Tembung.

Pada wilayah kerja Puskesmas Mandala, terdapat 2 buah Puskesmas Pembantu (PUSTU) yang terletak di Kelurahan Bantan dan Kelurahan Tembung. Dalam melaksanakan kegiatannya, Puskesmas Mandala melayani 4 (empat) kelurahan seluas 384 ha yaitu :

- Kelurahan Bandar Selamat : 90 ha. - Kelurahan Bantan : 151 ha. - Kelurahan Bantan Timur : 89 ha. - Kelurahan Tembung : 64 ha.

4.2. Data Geografis dan Demografis

Puskesmas Mandala terletak di Kelurahan Tembung, Kecamatan Medan Tembung, Kodya Medan dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Timur : Berbatas dengan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

(51)

- Sebelah Utara : Berbatas dengan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

Puskesmas ini mencakup 4 kelurahan, 48 lingkungan, 11.007 kepala keluarga dengan jumlah penduduk 77.150 jiwa. Adapun distribusi penduduk di wilayah kerja Puskesmas Mandala dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut:

Tabel 4.1

Distribusi Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala Tahun 2009

Sumber : Profil Puskesmas Mandala

Berdasarkan data tabel di atas diketahui bahwa jumlah penduduk terbanyak pada Kelurahan Bantan yaitu sebanyak 28.556 jiwa, jumlah KK terbanyak terdapat pada Kelurahan Bantan yaitu sebanyak 6670 KK dan jumlah lingkungan terluas terdapat pada Kelurahan Bantan Timur yaitu sebanyak 16 lingkungan.

Distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin di wilayah kerja Puskesmas Mandala dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut:

Tabel 4.2

Distribusi Penyebaran Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala Tahun 2009

Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah

Bandar Selamat 8.878 9.008 17.886

Bantan 14.246 14.310 28.556

Bantan Timur 10.120 10.009 20.129

Tembung 5.252 5.327 10.579

Jumlah 38.496 38.654 77.150 Sumber : Profil Puskesmas Mandala

(52)

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada jumlah penduduk laki-laki yaitu sebesar 38.564 jiwa.

Distribusi penduduk berdasarkan pekerjaan di wilayah kerja Puskesmas Mandala dapat dilihat pada Tabel 4.3 sebagai berikut:

Tabel 4.3

Distribusi Penyebaran Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala Tahun 2009

Pekerjaan

Pedagang 674 937 2.282 1.068 4.961

Petani - 9 - 22 31

Pensiunan 149 126 122 97 494

Jumlah 3.112 3.258 7.851 1.907 16.128

Sumber : Profil Puskesmas Mandala

Berdasarkan data tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Mandala dengan pekerjaan wiraswasta terbanyak sebesar 8.765 jiwa. Dan terkecil adalah petani sebesar 31 jiwa.

(53)

Tabel 4.4

Distribusi Penyebaran Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Wilayah Kerja Pusklesmas Mandala Tahun 2009

Kelurahan Agama Jumlah

Islam Kristen Budha Hindu

Bandar Selamat 18130 1069 - - 19195

Bantan 22371 3252 4941 56 30620

Bantan Timur 9049 2562 4723 54 16388

Tembung 9880 307 - 5 10192

Jumlah 59430 7186 9664 115 76395

Sumber : Profil Puskesmas Mandala

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa distribusi penduduk berdasarkan agama adalah yang terbesar agama islam yaitu sebesar 59430, yang kedua yaitu agama kristen sebesar 7186.

4.3. Sarana dan Tenaga Kesehatan

Sarana di Puskesmas Mandala adalah gedung puskesmas yang permanen, fasilitas sumber daya manusia, fasilitas alat-alat kesehatan (alat pemeriksaan, suntik, alat2 P3K, set dental unit, alat-alat laboratorium,lemari pendingin penyimpan bahan-bahan imunisasi dan timbangan), fasilitas obat-obatan, fasilitas administrasi dan fasilitas imunisasi. Adapun tenaga kesehatan yang terdapat di Puskesmas Mandala adalah :

Dokter Umum : 2 orang Dokter Gigi : 2 orang

Bidan : 7 orang

Perawat : 6 orang

(54)

Asisten apoteker : 2 orang Petugas gizi : 1 orang

Analis : 1 orang

Tata usaha : 1 orang

4.4. Deskripsi Karakteristik Responden

Secara umum dapat digambarkan mengenai gambaran responden berdasarkan usia bayi, jumlah anak, usia ibu, pekerjaan dan pendidikan ibu. Pengelompokkan umur responden dikelompokkan menjadi 3 kelompok yang terdiri dari muda 15 – 24 tahun, dewasa 25 – 49 tahun dan tua ≥ 50 tahun. Pengelompokkan tersebut didapat

distribusi responden berdasarkan pengelompokkan umur 15 – 24 tahun sebanyak 25 responden (26,0 %), pada kelompok umur 25 – 49 tahun sebanyak 71 responden (100,0 %), sedangkan kelompok umur ≥ 50 tahun tidak ada.

Jika diperhatikan berdasarkan tingkat pendidikan, distribusi responden dengan tingkat dasar (SD) sebanyak 3 responden (3,1 %), pada tingkat pertama (SMP) sebanyak 22 responden (22,9%), pada tingkat menengah 39 responden (40,6%), dan pada pendidikan tingkat tinggi (D-III s/d S1) sebanyak 30 responden (31,3%). Distribusi responden berdasarkan pekerjaan diperoleh responden yang tidak bekerja sebanyak 74 responden (77,1%) sedangkan responden yang bekerja hanya 22 responden (22,9%).

(55)

responden berdasarkan usia bayi, jumlah responden dengan usia bayi ≤ 6 bulan sebanyak 48 responden (48,0%) dan jumlah responden dengan usia bayi ≥ 7 bulan

sebanyak 48 responden (48,0%). Untuk lebih jelas tentang gambaran identitas responden dapat dilihat pada Tabel 4.5 sebagai berikut:

Tabel 4.5.

Distribusi Identitas Responden Wilayah Kerja Puskesmas Mandala Tahun 2009

No. Identitas Responden Jumlah Responden Persentase 1. Umur

- Perguruan Tinggi

(56)

 

Responden dalam penelitian ini berjumlah 96 orang ibu menyusui yang mempunyai bayi berusia 0 – 12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Mandala tahun 2009.

4.5. Keterpaparan Informasi

Variabel keterpaparan informasi merupakan variabel bebas yang akan diteliti pada 96 responden. Pada variabel terpaan informasi terbagi 3 bagian, yaitu: Presentational media (Tatap muka/ Verbal), Representational media (Media Cetak),

dan Mechanical media (Media Elektronik). Presentational informasi penyampaian

(57)

media, yaitu sumber informasi tentang ASI Eksklusif yang diperoleh responden

berasal dari televisi dan radio.

Khusus untuk Presentational media diperoleh jawaban responden terhadap 10 pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner. Berdasarkan 10 pertanyaan tersebut diperoleh jawaban responden terhadap pertanyaan (1) terpaan informasi presentational media bahwa 81 responden (84,4%) yang mendapatkan penerangan

tentang pemberian ASI dari petugas kesehatan, hal ini menunjukkan bahwa 15 responden (15,5%) tidak mendapatkan penerangan tentang pemberian ASI dari petugas kesehatan. Pertanyaan (2) terpaan informasi presentational media bahwa 78 responden (81,3%) yang mendapatkan penerangan tentang pemberian ASI dari petugas kesehatan ketika ibu (responden) baru melahirkan, hal ini menunjukkan bahwa 18 responden (18,7%) yang tidak mendapat penerangan tentang pemberian ASI dari petugas kesehatan ketika ibu (responden) baru melahirkan.

Pada pertanyaan (3) terpaan informasi presentational media bahwa 71 responden (74%) mendapatkan saran dari petugas kesehatan agar memberikan kolostrum kepada bayinya, hal ini menunjukkan bahwa 25 responden (26 %) tidak pernah mendapatkan saran dari petugas kesehatan agar memberikan kolostrum kepada bayinya.

(58)

Pertanyaan (5) terpaan informasi presentational media bahwa hanya 20 responden (20,8%) orangtua pernah menyarankan untuk ASI Eksklusif, hal ini menunjukkan 76 responden (78,2%) orangtua tidak pernah menyarankan untuk ASI Eksklusif. Pertanyaan (6) terpaan informasi presentational media bahwa hanya 31 responden (32,3%) suami pernah menyarankan untuk ASI Eksklusif, hal ini menunjukkan 65 responden (67,7%) suami tidak menyarankan untuk ASI Eksklusif. Pertanyaan (7) terpaan informasi presentational media bahwa hanya 11 responden (11,5%) suami pernah menyarankan untuk ASI Eksklusif, hal ini menunjukkan 85 responden (88,5%) mertua tidak menyarankan untuk ASI Eksklusif.

Pada pertanyaan (8) terpaan informasi presentational media bahwa 72 responden (75,0%) orang tua tidak menyarankan untuk memberi makanan tambahan pada bayi, hal ini menunjukkan 24 responden (25,0%) orang tua menyarankan untuk memberi makanan tambahan pada bayi. Pada pertanyaan (9) terpaan informasi presentational media bahwa hanya 61 responden (63,5%) suami tidak menyarankan

untuk memberi makanan tambahan pada bayi, hal ini menunjukkan 35 responden (36,5%) 5 responden. Pertanyaan (10) terpaan informasi presentational media bahwa hanya 63 responden (65,6%) mertua tidak menyarankan untuk memberi makanan tambahan pada bayi, hal ini menunjukkan 33 responden (33,4%) mertua menyarankan untuk memberi makanan tambahan pada bayi.

(59)

terpaan informasi representational media bahwa 59 responden (61,5%) mendapatkan informasi tentang pemberian ASI Eksklusif dari gambar-gambar yang ditempel di tempat pelayanan kesehatan, hal ini menunjukkan 37 responden (38,5%) tidak mendapatkan informasi tentang pemberian ASI Eksklusif dari gambar-gambar yang ditempel di tempat pelayanan kesehatan. Pertanyaan (13) terpaan informasi representational media bahwa hanya 26 responden (27,1%) mendapatkan informasi

tentang manfaat pemberian ASI Eksklusif dari media cetak, hal ini menunjukkan 70 responden (73,0%) tidak mendapatkan informasi tentang manfaat pemberian ASI Eksklusif dari media cetak.

Pada pertanyaan (14) terpaan informasi mechanical media bahwa hanya 44 responden (45,8%) mendapatkan informasi manfaat pemberian ASI Eksklusif dari televisi, hal ini menunjukkan 52 responden (54,2%) mendapatkan informasi manfaat pemberian ASI Eksklusif dari televisi. Pada pertanyaan (15) terpaan informasi mechanical media bahwa hanya 11 responden (11,5%) mendapat informasi manfaat

pemberian ASI Eksklusif dari radio, hal ini menunjukkan 85 responden (88,5%) tidak mendapat informasi manfaat pemberian ASI Eksklusif dari radio.

(60)

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Pertanyaan Terpaan Informasi Presentational Media di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala Tahun 2009

No. Terpaan Informasi Ya Tidak

n % n %

Presentational Media (Tatap muka/ Verbal)

1. Penerangan tentang pemberian ASI dari petugas kesehatan

81 84,4 15 15,5 2. Petugas kesehatan pernah memberikan

penerangan tentang pemberian ASI Ketika responden baru melahirkan

78 81,3 18 18,5

3. Petugas kesehatan pernah menyarankan agar memberikan kolostrum kepada bayi

71 74,0 25 26,0

4. Petugas kesehatan pernah menyarankan untuk memberikan ASI saja sampai umur 6 bulan

75 78,0 21 22,0

5. Orang tua menyarankan memberikan ASI saja sampai usia 6 bulan

20 20,8 76 78,2 6. Suami menyarankan memberikan ASI saja

sampai usia 6 bulan

31 32,3 65 67,7 7. Mertua menyarankan memberikan ASI saja

sampai usia 6 bulan

11 11,5 85 88,5 8. Orang tua menganjurkan memberi makanan

tambahan selain ASI sebelum usia bayi 6 bulan

72 75,0 24 25,0

9. Suami menganjurkan memberi makanan tambahan selain ASI sebelum usia bayi 6 bulan

61 63,5 35 36,5

10. Mertua menganjurkan memberi makanan tambahan selain ASI sebelum usia bayi 6 bulan

63 65,6 33 33,4

Representational Media (Media Cetak)

11. informasi tentang manfaat pemberian ASI Eksklusif dari brosur-brosur

36 37,5 60 62,5 12. informasi tentang pemberian ASI Eksklusif

dari gambar-gambar yang ditempel di tempat Pelayanan Kesehatan

59 61,5 37 38,5

13. Informasi tentang manfaat pemberian ASI Eksklusif dari Media cetak

(61)

Lanjutan Tabel 4.6.

Mechanical Media (Media Elektronik)

14. Informasi manfaat pemberian ASI Eksklusif dari televisi

44 45,8 52 54,2 15. Informasi manfaat pemberian ASI

Eksklusif dari radio

11 11,2 85 88,5

Berdasarkan hasil penelitian, 96 responden (100%) menyatakan bahwa distribusi keterpaparan informasi berkategori sedang yaitu 46 responden (47,9%), sedangkan distribusi terkecil berkategori baik, yaitu 18 responden (18,8%), sebagian responden tidak mendapatkan informasi tentang Asi Eksklusif atau berkategori buruk 32 responden (33,3%), disebabkan masih kurangnya informasi yang diperoleh responden tentang ASI Eksklusif, baik bersumber dari presentational media, representational media maupun mechanical media (Tabel 4.7).

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Terpaan Informasi di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala Tahun 2009

No. Terpaan Informasi Jumlah %

1. Baik 18 18,8

2. Sedang 46 47,9

3. Buruk 32 33,3

Jumlah 96 100

4.6. Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif

(62)

(2,1%) yang memberikan ASI sehari setelah melahirkan. Pada pertanyaan (2) pengetahuan ibu 66 responden (68,8%) yang tau bahwa memberikan ASI sesuka bayi. Pada pertanyaan (3) pengetahuan ibu bahwa 68 responden (70,8%) yang tau manfaat ASI sedangkan yang belum tau manfaat ASI sebanyak 5 responden (5,2%). Dan pada pertanyaan (4) pengetahuan ibu bahwa 79 responden (82,3%) yang tau agar ASI tetap lancar.

Jika dilihat pada pertanyaan (5) pengetahuan ibu bahwa sebanyak 50 responden (52,1%) yang mengetahui apa kolostrum sedangkan yang tidak tau apa kolostrum sebanyak 7 orang (7,3%). Pada pertanyaan (6) pengetahuan ibu 78 responden (81,3%) yang mengetahui bahwa kolostrum harus diberikan pada bayi, sedankan yang tidak mengetahu bahwa kolostrum harus berikan sebanyak 12 responden (12,5%). Pada pertanyaan (7) pengetahuan ibu 72 responden (75,0%) yang mengetahui manfaat kolostrum, sedangkan responden yang tidak tahu manfaat kolostrum sebanyak 16 responden (16,7%).

(63)

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban terhadap Pertanyaan Pengetahuan Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala Tahun 2009

No. Pertanyaan Pengetahuan Jumlah %

1. Kapan ASI pertama kali diberikan pada bayi

a. Segera setelah lahir 94 97,9

b. Sehari setelah lahir 2 2,1

c. Tidak tahu 0 0

2. Kapan memberikan ASI pada bayi

a. Sesuka bayi 66 68,8

b. Saat menangis 28 29,2

c. Sekali sehari 2 2,1

3. Manfaat pemberian ASI

a. ASI mempunyai sumber zat gizi yang sempurna sesuai dengan kebutuhan bayi dan mudah diserap oleh alat pencernaan bayi serta meningkatkan daya tahan tubuh bayi, mudah disajikan dan aman buat bayi

68 70,8

b. ASI mudah disajikan dan aman buat bayi 23 24,0

c. ASI tidak perlu dibeli 5 5,2

4. Yang dilakukan agar ASI tetap keluar lancar

a. Ibu perlu makan dan minum lebih banyak 79 82,3

b. Makan seperti biasa 16 16,7

c. Mengurangi porsi makan 1 1,0

5. Pengertiaan Kolostrum

a. Susu yang pertama kali keluar pada saat melahirkan

50 52,1

b. Susu yang berwarna kuning 39 40,6

c. Susu basi 7 7,3

6. Kolostrum sebaiknya diberikan pada bayi

a. Ya 78 81,3

b. ragu-ragu 6 6,3

c. Tidak 12 12,5

7. Manfaat pemberian kolostrum

a. Menambah atau meningkatkan daya tahan tubuh bayi dan mengandung zat anti infeksi

72 75,0 b. Dapat mengurangi rasa haus dan lapar pada bayi 8 8,3

c. Membuat bayi menjadi kuning 16 16,7

8. Ibu sampai usia berapa bayi mendapat ASI

a. Sampai 24 bulan 63 65,6

b. 6-12 bulan 23 24,0

c. < 5 bulan 10 10,4

9. Pengertian ASI Eksklusif

(64)

diselingi dengan makanan/ minuman lain mulai dari bayi lahir sampai bayi berumur 6 (enam) bulan

b. ASI yang diberikan kepada bayi bersamaan dengan makanan dan minuman

0 0

c. Tidak tahu 31 31,2

10. Kerugian pemberian Pengganti ASI (PASI)

a. Bayi mudah sakit karena PASI mudah tercemar oleh kuman

30 31,3 b. Bayi yang mendapat PASI sering mengalami

masalah pencernaan

21 21,9

c. PASI harus dibeli/ harga mahal 45 46,9

Berdasarkan tingkat pengetahuan dengan kategori baik, sedang dan buruk diperoleh, responden dengan tingkat pengetahuan kategori baik sebanyak 71 responden (74,0%), sedangkan responden dengan tingkat pengetahuan kategori sedang, sebanyak 22 responden (22,9%), dan responden dengan tingkat pengetahuan kategori buruk sebanyak 3 responden (3,1%).

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan di Wilayah Kerja Puskesman Mandala Tahun 2009.

No Kategori Pengetahuan Jumlah %

1. Baik 71 74,0

2. Sedang 22 22,9

3. Buruk 3 3,1

Jumlah 96 100,0

(65)

Tabel 4.10. Distribusi Normalitas Responden Berdasarkan Kategori Terpaan Media dan Pengetahuan di Wilayah Kerja Puskesman Mandala Tahun 2009.

No. Variabel Asymip Sig (2 Tailed) Kolmogorov - Smirnorv 1.

2.

Total PM + RM + MM Pengetahuan Ibu

0,323 0,328

0,954 0,950

Dari hasil yang didapat diketahui bahwa muncul uji kenormalan data dengan uji kormogorov Smirnov. Uji kormogorov menghasilkan p (p value) untuk terpaan media sebesar 0,323 dan pengetahuan ibu sebesar 0,328. Ho = distribusi terpaan informasi dan pengetahuan berbentuk normal, Ha = distribusi terpaan informasi dan pengetahuan berbentuk tidak normal. Jadi p value > alpha (Ho diterima), berarti distribusi variabel terpaan informasi dan pengetahuan berbentuk normal.

4.7. Hasil Uji Statistik Bivariat

Untuk mengetahui hubungan variabel bebas (terpaan informasi: Presentational media, Representational media, dan Mechanical media) dengan

variabel terikat (pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif) dilakukan uji bivariat dengan menggunakan uji Pearson Product Moment pada tingkat kemaknaan nilai p<0,05, dengan hasil sebagai berikut:

(66)

2. Pada karakteristik responden, variabel Representational media (p=0,000), menunjukkan hubungan secara signifikan dengan tingkat pengetahuan responden tentang ASI Eksklusif karena nilai p<0,05.

3. Pada karakteristik responden, variabel Mechanical media (p=0,000), menunjukkan hubungan secara signifikan dengan tingkat pengetahuan responden tentang ASI Eksklusif karena nilai p<0,05.

4. Berdasarkan acuan Calton dalam Hastono (2001) mengenai tingkat kekuatan/ keeratan hubungan, dapat ditarik kesimpulan dari hasil korelasi Pearson sebagai berikut:

a. Hubungan variabel Presentational media dengan tingkat pengetahuan responden tentang ASI Eksklusif menunjukkan hubungan yang kuat (r=0,555) dan berpola positif, artinya semakin tinggi Presentational media responden maka akan terjadi peningkatan pengetahuan responden tentang ASI Eksklusif. b. Hubungan variabel Representational media dengan tingkat pengetahuan

responden tentang ASI Eksklusif menunjukkan hubungan yang sedang (r=0,429) dan berpola positif, artinya semakin tinggi Representational media responden maka akan terjadi peningkatan pengetahuan responden tentang ASI Eksklusif.

c. Hubungan variabel Mechanical media dengan tingkat pengetahuan responden tentang ASI Eksklusif menunjukkan hubungan yang sedang (r=0,436) dan berpola positif, artinya semakin tinggi Mechanical media responden maka akan terjadi peningkatan pengetahuan responden tentang ASI Eksklusif.

Gambar

Tabel 1.1. Jumlah Bayi yang Diberi ASI Eksklusif
Gambar 2.1. Kerangka konsep Penelitian
Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas
Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan Pendidikan Ibu Menyusui yang Mempunyai Bayi Berusia 0-12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Amplas Tahun 2009 dengan Pemberian ASI Eksklusif ....

Ó¿ ²º¿¿¬ л²»´·¬·¿² òòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòò ì ÞßÞ ××

Kriteria inklusi yaitu bayi tinggal bersama ibunya di wilayah Puskesmas Getasan, ibu tidak bekerja, bayi tidak cacat bawaan, bayi tidak lahir dengan berat badan rendah, pendidikan

Kata yang terucap pertama kali ketika penulis meyelesaikan karya tulis ilmiah ini adalah Alhamdulillah segala puji syukur penulis panjatkankepada Allah SWT, yang telah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksk lusif dengan pemberian MP ASI dini pada bayi

Penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan Andarsari (2011) didapatkan bahwa sebagian besar pengetahuan Ibu bekerja tentang ASI eksklusif dalam

hal ini dapat disebabkan karena adanya faktor lain yang berpengaruh lebih kuat seperti faktor kekerabatan sosial atau gotong royong didalam budaya jawa yang mana pengaruh

Dari data yang dianalisis menyimpulkan bahwa secara statistik variabel terpaan pemberitaan adanya Bakteri Sakazakii dalam Susu Formula di Media Internet atau Online “Viva news