FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA PRIA DI KECAMATAN STM HULU
KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2012
SKRIPSI
OLEH :
Y U N I T A NIM. 091000258
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMAKAIAN
ALAT KONTRASEPSI PADA PRIA DI KECAMATAN STM
HULUKABUPATEN DELI SERDANG
TAHUN 2012
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat
OLEH :
Y U N I T A NIM. 091000258
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul:
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA PRIA DI KECAMATAN STM HULU KABUPATEN
DELI SERDANG TAHUN 2012 Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh:
YUNITA NIM. 091000258
Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 27 Juli 2012 dan
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji
Ketua Penguji Penguji I
Asfriyati, SKM, M.Kes Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes NIP.19701220 199403 2 001 NIP. 19581202 199103 1 001
Penguji II Penguji III
Maya Fitria, SKM, M.Kes Drs. Heru Santosa, MS, Ph.D NIP.19761005 200912 2 003 NIP. 19581110 198403 1 001
Medan, Juli 2012 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara Dekan,
ABSTRAK
Pelayanan Keluarga Berencana ditujukan kepada pasangan usia subur yang berarti harus melibatkan kedua belah pihak yakni istri maupun suami. Dengan demikian pemakaian alat kontrasepsi tidak hanya ditujukan kepada perempuan saja melainkan juga pria. Tingkat pemakaian alat kontrasepsi pria dikecamatan STM Hulu tahun 2011 yaitu sebanyak (4,65%). Pencapaian tersebut masih cukup jauh bila dibandingkan dengan Perkiraan Permintaan Masyarakat (PPM) peserta KB aktif tahun 2011 yaitu 8,24%. Hal ini menunjukkan bahwa masih rendahnya keikutsertaan pria dalam pemakaian alat kontrasepsi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor yang memengaruhi pemakaian alat kontrasepsi pada pria di Kecamatan STM hulu tahun 2012. Penelitian ini menggunakan pendekatan survey. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pria yang merupakan pasangan usia subur dan tinggal di Kecamatan STM Hulu. Yang berjumlah 2379 dan sampel adalah 64 pria yang menggunakan alat kontrasepsi dan 64 orang pria yang tidak menggunakan alat kontrasepsi dan diambil secara
simple random sampling.
Hasil analisis regresi logistik ganda menunjukkan variabel pendidikan (p=0,016), jumlah anak (p=0,024), pengetahuan (p=0,054), sikap (p=0,028) dan akses pelayanan (p=0,001) berpengaruh secara signifikan terhadap pemakaian alat kontrasepsi (p < 0,05).
Dari hasil penelitian diharapkan agar petugas KB memotivasi pasangan usia subur terutama para suami agar memakai alat kontrasepsi dengan melibatkan para TOGA dan TOMA serta meningkatkan akses pelayanan KB dengan penyedian tempat pelayanan KB yang dekat dengan tempat tinggal masyarakat STM Hulu.
ABSTRACT
Family Planning service is intended for those reproductive couples involving the spouse. The use of contraseption is not only for wife, but also for husband. The use of contraseption for males in STM Hulu district in 2011 was for (4.65%). The achievement was still far from the expectation compared to Community Demand Estimation of active Family Planning participants in 2011 namely for 8.24%. It showed low participation of males to use the contraception.
This research was intended to know the predisposing factors for the use of contraception by males in STM Hulu district in 2012. This research used survey approach. The population was all males are reproductive couples residing in STM Hulu district. The total was 2379 and the sample was 64 males using the
contraception taken using simple random sampling.
The result of multiple logistic regression analysis showed that education variable (p=0.016), amount of children (p=0.024), knowledge (p=0.054), attitude (p=0.018), and service acces (p=0.001) have significant influence to the use of cantraception (p>0.05).
It is expected that those Family Planning officer motivate reproductive couple, and particularly those males to use contraception by involving TOGA and TOMA and to increase the access of Family Palnning survive by providing close Family Planning service centre with the residence of the community residing in STM Hulu district.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Yunita
Tempat/ Tanggal Lahir : Sialang, 15 Desember 1984
Agama : Islam
Alamat : Sialang Dusun II Kecamatan Bangun Purba
Kabupaten Deli Serdang
Riwayat pendidikan
1. Tahun 1990-1996 : SD Swasta Sialang Kecamatan Bangun Purba 2. Tahun 1996-1999 : Madrasah Tsanawiyah Petumbukan
3. Tahun 1999-2002 : SMU Negeri I Galang 4. Tahun 2002-2005 : AKBID Sehat Medan
5. Tahun 2009-2012 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara
Riwayat pekerjaan
1. Tahun 2005-2006 : Sebagai Bidan di Klinik Mitra Sehat Tanjung
Morawa
2. Tahun 2007-2008 : Sebagai Bidan Honorer di Puskesmas Bangun Purba
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor –
faktor yang Memengaruhi Pemakaian Alat Kontrasepsi Pada Pria di Kecamatan STM Hulu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012 ”.
Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini penulis banyak menemui
kesulitan dan hambatan namun berkat bimbingan, bantuan dan motivasi dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu kritik dan saran masih sangat
diperlukan demi kesempurnaan skripsi ini. Oleh sebab itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Bapak Surya Utama, Drs.,MS.,Dr. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen penasehat akademik yang telah memberrikan bimbingan dan motivasi selama melaksanakan perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Heru Santosa, Drs.,MS.,Ph.D selaku Kepala Departemen Kependudukan dan Biostatistik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara atas
kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.
3. Ibu Asfriyati, SKM, M.Kes. Selaku Dosen Pembimbing I skripsi yang telah meluangkan waktu serta penuh kesabaran dan kebijaksanaan memberikan
4. Bapak Abdul Jalil Amri Arma, Drs, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II skripsi
yang telah meluangkan waktu serta atas kesabaran dan pengertian dalam
memberikan bimbingan, kritik dan saran kepada penulis.
5. Seluruh dosen dan staf administrasi di Departemen Kependudukan dan Biostatistik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
6. PLKB dan Bidan desa yang bertugas di Kecamatan STM Hulu Kabupaten Deli Serdang yang telah membantu penulis dalam pemberian informasi untuk kesempurnaan skripsi ini.
7. Camat STM Hulu beserta staf yang telah membantu penulis dalam pemberian informasi untuk kesempurnaan skripsi ini.
8. Ayahanda (Yusdi) dan Ibunda (Semi) serta adik (Habib Restiardi, ST dan Agung Suharbillah) yang tersayang atas doa, semangat dan bantuan kepada penulis. 9. Untuk anakku tersayang(Atha Parayuda Wiryadafa) yang selalu menjadi
penyemangat buat Bunda.
10. Rekan-rekan sepeminatan Kesehatan Reproduksi Fakultas Kesehatan Reproduksi (Ita, Mova, Rizka, Nuraini, Sulis, Susi, Ira, Sri, Lina) dan semua
pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat
dan hidayahNya kepada kita semua.
Medan, Juni 2012 Penulis
DAFTAR ISI
2.3.5. Syarat – Syarat Standar yang Harus Dipenuhi oleh Kondom ... 12
2.3.6. Penerimaan/Akseptabilitas ... 13
2.3.7. Efek Non-Kontraseptif ... 14
3.4.4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 25
4.3.1. Hubungan Umur Dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi ... 41
4.3.2. Hubungan Jumlah Anak Dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi ... 42
4.3.3. Hubungan Pendidikan Dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi ... 42
4.3.4. Hubungan Pendapatan Dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi ... 43
4.3.5. Hubungan Pengetahuan Dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi ... 43
4.3.6. Hubungan Sikap Dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi ... 44
4.3.7. Hubungan Akses Pelayanan Dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi 44 4.4. Analisis Multivariat ... 45
BAB V : PEMBAHASAN ... 48
5.1. Pengaruh Umur Terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi ... 48
5.2. Pengaruh Jumlah Anak Terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi ... 49
5.3. Pengaruh Pendidikan Terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi ... 49
5.4. Pengaruh Pendapatan Terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi ... 51
5.5. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi ... 51
5.6. Pengaruh Sikap Terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi ... 53
5.7. Pengaruh Akses Pelayanan Terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi ... 55
BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN ... 57
6.1. Kesimpulan ... 57
6.2. Saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Jumlah Responden yang Memakai Alat Kontrasepsi dan Jumlah Sampel yang Diambil di Kecamatan STM Hulu ... 22 Tabel 3.2. Jumlah Responden yang Tidak Memakai Alat Kontrasepsi dan
Jumlah Sampel Yang diambil di Kecamatan STM Hulu ………. 23 Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Pengetahuan …….. 26 Tabel 3.4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Sikap ………. 26
Tabel 3.5. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Akses Pelayanan … 27 Tabel 4.1. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan
STM Hulu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012 Tahun 2012 ... 33 Tabel 4.2. komposisi PUS Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi di
Kecamatan STM Hulu Tahun 2012 ... 34 Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Umur Responden di Kecamatan STM Hulu
Tahun 2012 ………... 35 Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden di
Kecamatan STM Hulu Tahun 2012 ……….. 35
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Jumlah Anak Responden di Kecamatan
STM Hulu Tahun 2012 ……… 35
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Pendapatan Responden di Kecamatan STM Hulu Tahun 2012 ……….. 36
Tabel 4.7. Rincian Pengetahuan Tentang Alat Kontrasepsi Pria di
Kecamatan STM Hulu Tahun 2012 ………. 36
Tabel 4.8. Tingkat Pengetahuan Responden di Kecamatan STM Hulu
Tahun 2012 ……… 38
Tabel 4.9. Rincian Sikap Responden Terhadap Penggunaan Alat
Tabel 4.10. Sikap Responden Terhadap Penggunaan Alat Kontrasepsi di
Kecamatan STM Hulu Tahun 2012 ……… 39
Tabel 4.11. Rincian Tanggapan Responden Tentang Akses Pelayanan KB di Kecamatan STM Hulu Tahun 2012 ………. 40 Tabel 4.12. Akses Pelayanan KB di kecamatan STM Hulu Tahun 2012 …… 41 Tabel 4.13. Hubungan Umur dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi di
Kecamatan STM Hulu Tahun 2012 ……….. 41 Tabel 4.14. Hubungan Jumlah Anak dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi di
Kecamatan STM Hulu Tahun 2012 ……….. 42 Tabel 4.15. Hubungan Pendidikan dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi di
Kecamatan STM Hulu Tahun 2012 ……….. 42
Tabel 4.16. Hubungan Pendapatan dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi di Kecamatan STM Hulu Tahun 2012 ……….. 43
Tabel 4.17. Hubungan Pengetahuan dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi di Kecamatan STM Hulu Tahun 2012 ………. 43
Tabel 4.18. Hubungan Sikap dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi di
Kecamatan STM Hulu Tahun 2012 ………. 44
Tabel 4.19. Hubungan Akses Pelayanan dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi di Kecamatan STM Hulu Tahun 2012 ... 44
Tabel 4.20. Tingkat Kemaknaan Hasil Analisis Bivariat dengan Tingkat
Kemaknaan 25% ……….. 45 Tabel 4.21. Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda dengan Tingkat
ABSTRAK
Pelayanan Keluarga Berencana ditujukan kepada pasangan usia subur yang berarti harus melibatkan kedua belah pihak yakni istri maupun suami. Dengan demikian pemakaian alat kontrasepsi tidak hanya ditujukan kepada perempuan saja melainkan juga pria. Tingkat pemakaian alat kontrasepsi pria dikecamatan STM Hulu tahun 2011 yaitu sebanyak (4,65%). Pencapaian tersebut masih cukup jauh bila dibandingkan dengan Perkiraan Permintaan Masyarakat (PPM) peserta KB aktif tahun 2011 yaitu 8,24%. Hal ini menunjukkan bahwa masih rendahnya keikutsertaan pria dalam pemakaian alat kontrasepsi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor yang memengaruhi pemakaian alat kontrasepsi pada pria di Kecamatan STM hulu tahun 2012. Penelitian ini menggunakan pendekatan survey. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pria yang merupakan pasangan usia subur dan tinggal di Kecamatan STM Hulu. Yang berjumlah 2379 dan sampel adalah 64 pria yang menggunakan alat kontrasepsi dan 64 orang pria yang tidak menggunakan alat kontrasepsi dan diambil secara
simple random sampling.
Hasil analisis regresi logistik ganda menunjukkan variabel pendidikan (p=0,016), jumlah anak (p=0,024), pengetahuan (p=0,054), sikap (p=0,028) dan akses pelayanan (p=0,001) berpengaruh secara signifikan terhadap pemakaian alat kontrasepsi (p < 0,05).
Dari hasil penelitian diharapkan agar petugas KB memotivasi pasangan usia subur terutama para suami agar memakai alat kontrasepsi dengan melibatkan para TOGA dan TOMA serta meningkatkan akses pelayanan KB dengan penyedian tempat pelayanan KB yang dekat dengan tempat tinggal masyarakat STM Hulu.
ABSTRACT
Family Planning service is intended for those reproductive couples involving the spouse. The use of contraseption is not only for wife, but also for husband. The use of contraseption for males in STM Hulu district in 2011 was for (4.65%). The achievement was still far from the expectation compared to Community Demand Estimation of active Family Planning participants in 2011 namely for 8.24%. It showed low participation of males to use the contraception.
This research was intended to know the predisposing factors for the use of contraception by males in STM Hulu district in 2012. This research used survey approach. The population was all males are reproductive couples residing in STM Hulu district. The total was 2379 and the sample was 64 males using the
contraception taken using simple random sampling.
The result of multiple logistic regression analysis showed that education variable (p=0.016), amount of children (p=0.024), knowledge (p=0.054), attitude (p=0.018), and service acces (p=0.001) have significant influence to the use of cantraception (p>0.05).
It is expected that those Family Planning officer motivate reproductive couple, and particularly those males to use contraception by involving TOGA and TOMA and to increase the access of Family Palnning survive by providing close Family Planning service centre with the residence of the community residing in STM Hulu district.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk keempat
terbesar di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Hasil penelitian
UN-Deutsche Bank (2009), Indonesia menyumbang sekitar 6 persen penduduk di Asia.
Hal ini menunjukkan bahwa kuantitas penduduk Indonesia merupakan permasalahan
strategis. Salah satu permasalahan pembangunan kependudukan dan keluarga kecil
berkualitas yang dikemukakan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2004-2009 yaitu masih tingginya angka kelahiran penduduk
(Bappenas, 2010).
Berdasarkan data dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia/SDKI,
2007, diketahui bahwa angka kelahiran total sebesar 2,3. Sekitar 4 juta kelahiran
setiap tahunnya, dan jumlah kelahiran ini sama dengan jumlah total penduduk
Singapura pada tahun 2000 (World Bank). Kondisi ini menyebabkan tingginya laju
pertumbuhan dan jumlah penduduk karena tingkat kelahiran merupakan faktor utama
yang mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk di Indonesia (Bappenas, 2010).
Kesadaran akan pentingnya kontrasepsi sebagai upaya untuk pencapaian
program keluarga berencana di Indonesia masih perlu ditingkatkan guna mencegah
terjadinya ledakan penduduk. Ledakan jumlah penduduk merupakan salah satu
global, krisis ekonomi, dan masalah pangan serta menurunnya tingkat kesehatan
penduduk. Kekhawatiran akan terjadinya ledakan penduduk pada tahun 2015
mendorong pemerintah Indonesia membuat beberapa kebijakan penting karena
penduduk yang besar tanpa disertai dengan kualitas yang memadai justru menjadi
beban pembangunan dan menyulitkan pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan nasional (Emon, S, 2008).
Salah satu kunci kesuksesan program keluarga berencana nasional adalah
adanya keterlibatan semua pihak, baik dari institusi pemerintah, swasta maupun
masyarakat itu sendiri, dalam lingkup yang lebih kecil keterlibatan seluruh anggota
keluarga. Pelayanan keluarga berencana ditujukan kepada pasangan usia subur yang
berarti harus melibatkan kedua belah pihak yakni istri maupun suami. Namun pada
kenyataannya hanya perempuan saja yang dituntut untuk menggunakan alat
kontrasepsi, hal ini dapat dilihat dari data peserta KB yang lebih banyak wanita dari
pada pria (Siswosudarmo, dkk, 2001).
Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2002-2003,
diketahui bahwa partisipasi suami sebagai peserta KB masih sangat rendah, yaitu
1,3% yang terdiri dari pemakai kondom 0,9% dan vasektomi 0,4%. Persentase ini
tentu sangat rendah dibandingkan perempuan yang mencapai 59% dari total 60,3%
peserta KB (BPS, 2004).
Tingkat pemakaian kondom terutama pada pasangan usia subur di Sumatera
Utara dinilai masih rendah. Anthony (2011) yang merupakan Kepala Seksi Advokasi
Berencana Nasional (BKKBN), mengatakan bahwa pencapaian pemakaian kondom
di Sumatera Utara pada tahun 2011sekitar 20,20 % (15.718 orang) dari 60.000 target.
Anthony juga menyatakan bahwa salah satu penyebab rendahnya tingkat pemakaian
kondom di kalangan masyarakat diperkirakan karena berkurangnya kepuasan istri,
serta masih minimnya sosialisasi dari pemerintah daerah kabupaten/kota tentang
pentingnya penggunaan kondom.
Berbagai penelitian dan survey yang pernah dilakukan lembaga riset,
khususnya di pedesaan hingga saat ini menunjukkan bahwa kaum pria kurang
paham, tidak paham dan sama sekali tidak mau tahu soal-soal KB. Urusan yang
merepotkan dan terkadang harus mengorbankan nyawa seakan tidak terkait terhadap
pria (Hermansyah dan Perangin-angin, 2005).
Abdi, Z, (2008), menyatakan bahwa rendahnya kesadaran pria untuk ikut ber
KB terkait dengan kurangnya pemahaman kaum pria mengenai kontrasepsi pria,
rendahnya minat suami dalam mengakses informasi tentang KB dan kesehatan
reproduksi, peran tokoh agama yang masih kurang, dan sarana pelayanan KB bagi
pria yang masih perlu ditingkatkan dan terbatasnya pilihan alat kontrasepsi yang
tersedia. Pada masyarakat juga masih ada pandangan negatif yang muncul terhadap
pria ber KB berupa kenyamaan dengan pengebirian, disalahgunakan oleh pria untuk
penyimpangan seksual, memengaruhi kenikmatan berhubungan seksual dan
anggapan sulit untuk ereksi.
Kecamatan STM Hulu adalah salah satu Kecamatan di Kabupaten Deli
tetapi tingkat pemakaian alat kontrasepsi pria di Kecamatan STM Hulu masih sangat
sedikit bila dibandingkan dengan jumlah PUS yang ada, yaitu sebanyak 107 (4,65%)
dari 2.300 PUS. Pencapaian tersebut masih cukup jauh bila dibandingkan dengan
perkiraan permintaan masyarakat (PPM) peserta KB aktif tahun 2011 untuk
Kecamatan STM Hulu yaitu 8,24% (Badan KB Kabupaten Deli Serdang, 2011).
Rendahnya kesertaan pria dalam keluarga berencana di Kecamatan STM
Hulu dapat dikarenakan komunikasi mengenai kontrasepsi masih jarang dibicarakan,
banyak faktor yang menghambat masyarakat membicarakan hal tersebut. Faktor
sosial dan kultural merupakan salah satu penyebab yang menghambat diskusi
mengenai kontrasepsi ini, karena mereka menganggap pembicaraan mengenai seks,
dan kontrasepsi masih sangat tabu untuk dijadikan topik dalam pembicaraan
sehari-hari. Dari hasil survei awal di Kecamatan STM Hulu diketahui adanya keluhan dari
suami tentang layanan KB yang berkaitan dengan ketersediaan alat kontrasepsi yang
ingin digunakan. Mereka menyatakan bahwa ketersediaan alat kontrasepsi bagi pria
di Kecamatan STM Hulu sangat kurang, sehingga secara langsung berdampak pada
biaya yang harus dikeluarkan jika ingin menggunakan alat kontrasepsi.
Berdasarkan survei awal di Puskesmas STM Hulu, diketahui bahwa didalam
penyediaan alat dan obat kontrasepsi, puskesmas mendapat suplai dari kantor/dinas
KB di Kabupaten. Sehingga Puskesmas STM Hulu memiliki persediaan alat dan obat
kontrasepsi, namun persediaan alat dan obat kontrasepsi terbanyak di puskesmas
adalah pil dan suntik, dimana kondom laki-laki jarang tersedia di puskesmas dan
Hulu belum menjadi prioritas, sehingga puskesmas tidak memiliki strategi khusus
untuk mempromosikan dan meningkatkan layanan KB di puskesmas. Hal ini ditandai
dengan jumlah petugas KB di Kecamatan STM Hulu masing sangat kurang. Dengan
kurangnya sosialisasi dari pemerintah tentang program KB melalui pemakaian
kondom, dapat menyebabkan kurangnya pengetahuan suami tentang KB. Sehingga
hal tersebut membuat suami masih ada yang merasa bahwa KB merupakan urusan
para istri.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul faktor-faktor yang memengaruhi pemakaian alat kontrasepsi
pada pria di Kecamatan STM Hulu.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya keikutsertaan suami didalam
pemakaian alat kontrasepsi di Kecamatan STM Hulu.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pemakaian alat
kontrasepsi pada pria di Kecamatan STM Hulu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengaruh umur suami terhadap pemakaian alat kontrasepsi.
c. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan suami terhadap pemakaian alat
kontrasepsi.
d. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendapatan terhadap pemakaian alat
kontrasepsi.
e. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan suami terhadap pemakaian alat
kontrasepsi.
f. Untuk mengetahui pengaruh sikap suami terhadap pemakaian alat kontrasepsi.
g. Untuk mengetahui pengaruh akses pelayanan terhadap pemakaian alat
kontrasepsi.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan informasi bagi penduduk di Kecamatan STM Hulu terhadap
penggunaan alat kontrasepsi pria, sehingga meningkatkan jumlah pemakaian alat
kontrasepsi pada pria.
2. Sebagai bahan masukan bagi Badan Kependudukan, Catatan Sipil, KB dan Keluarga Sejahtera Kabupaten Deli Serdang untuk perencanaan Program
Keluarga Berencana (KB).
3. Sebagai referensi dan bahan masukan bagi tenaga kesehatan di Puskesmas Kecamatan STM Hulu dan PLKB (petugas lapangan keluarga berencana) untuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Keluarga Berencana
Keluarga Berencana (family planning) adalah kegiatan untuk melakukan pembatasan kelahiran baik untuk sementara agar dapat dicapai jarak antara dua
kelahiran, maupun untuk selamanya agar dapat dicegah bertambahnya anak. Paradigma baru program Keluarga Berencana telah diubah visinya selain untuk mewujudkan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera juga untuk mewujudkan
keluarga yang berkualitas tahun 2015, dimana keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal,
berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam paradigma baru program Keluarga Berencana ini, misinya sangat menekankan pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi, sebagai
upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga (DepKes RI, 2003).
2.2. Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata: Kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan sel telur (sel wanita) yang matang dengan sel
sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Tujuan dari kontrasepsi adalah untuk menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan sel
1. Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi.
2. Melumpuhkan sperma.
3. Menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma.
2.3. Kondom
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang tipis yang terbuat dari berbagai bahan di antaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produk
hewani) berwarna atau tidak berwarna yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual. Berbagai bahan telah ditambahkan pada kondom baik untuk meningkatkan efektivitasnya (misalnya penambahan spermicide) maupun sebagai aksesoris
aktivitas seksual. Modifikasi tersebut dilakukan dalam hal: bentuk, warna, pelumas, rasa, ketebalan, dan bahan (Hartanto, 2010).
2.3.1. Keuntungan
Menurut Hartanto (2010), keuntungan menggunakan kondom, yaitu 1. Mencegah kehamilan
2. Memberi perlindungan terhadap penyakit-penyakit akibat hubungan seks (PHS). 3. Dapat diandalkan
4. Relatif murah
5. Sederhana, ringan, disposable
6. Tidak memerlukan pemeriksaan medis, supervise atau follow-up.
7. Reversibel
2.3.2. Kerugian
Menurut Hartanto (2010), kerugian menggunakan kondom, yaitu
1. Angka kegagalan relatif tinggi
2. perlu menghentikan sementara aktivitas dan spontanitas hubungan seks guna memasang kondom
3. Perlu dipakai secara konsisten, hati-hati dan terus menerus pada setiap senggama. Keuntungan-keuntungan kontraseptif tersebut akan diperoleh kalau kondom dipakai secara benar dan konsisten pada setiap senggama, karena umumnya
kegagalan yang timbul disebabkan pemakaian yang tidak benar, tidak konsisten, tidak teratur atau tidak hati-hati.
2.3.3. Indikasi Kondom
Adapun indikasi dalam penggunaan kondom, yaitu (Hartanto, 2010): 1. Pria
a. Penyakit genitalia
b. Sensitivitas penis terhadap secret vagina c. Ejakulasi prematur
2. Wanita
a. Vaginitis, termasuk yang dalam pengobatan
b. Kontraindikasi terhadap kontrasepsi oral dan IUD, sedangkan pemasangan diafragma atau kap serviks secara anatomis atau psikologis tidak memungkinkan.
d. Metode temporer:
− Belum mengadakan senggama secara teratur
− Selama haid
− Selama mid-siklus pada pemakaian IUD
− Selama siklus pertama dari kontrasepsi oral dosis-rendah.
− Gagal memakai kontrasepsi oral secara benar/tepat.
− Selama periode awal post-partum.
− Keengganan psikologis untuk bersentuhan dengan semen.
− Keengganan psikologis atau religius untuk menggunakan suatu
kontraseptivum.
3. Pasangan Pria dan Wanita
a. Pengendalian dari pihak pria lebih diutamakan b. Senggama yang jarang
c. Penyakit kelamin (aktif atau tersangka).
d. Herpes genitalis atau kondiloma akuminata
e. Urethritis karena sebab apapun, termasuk yang sedang dalam terapi. f. Sistitis, disuria atau pyuria, sampai penyebabnya ditegakkan.
g. Metode sementara sebelum menggunakan kontrasepsi oral atau IUD.
2.3.4. Macam-Macam Kondom
Kondom terdapat dalam berbagai macam, yaitu (Hartanto, 2010):
1. Kulit
b. Tidak meregang atau mengkerut
c. Menjalarkan panas tubuh, sehingga dianggap tidak mengurangi
sensitivitas selama senggama. d. Lebih mahal.
e. Jumlahnya <1% dari semua jenis kondom
2. Lateks
a. Paling banyak dipakai b. Murah
c. Elastis 3. Plastik
a. Sangat tipis (0.025 – 0.035 mm) b. Juga menghantarkan panas tubuh. c. Lebih mahal dari kondom lateks
Untuk memenuhi kebutuhan psikologis dan fisiologis calon akseptor, kondom dibuat dalam aneka-ragam model:
− Opaque
− Transparant
− Berwarna (merah, hitam, biru, hijau, kuning, dan lain-lain)
− Berujung datar atau berujung-kantong/reservoir.
2.3.5. Syarat-Syarat Standar yang Harus Dipenuhi oleh Kondom
1. Test elektronik
a. Untuk menemukan lubang kecil/”lubang jarum” pada kondom. b. Dasar test ini: karet tidak menghantarkan arus listrik.
2. Test pengisian air (water volume tets)
a. Untuk menemukan ada tidaknya lubang pada kolom.
b. Kondom diisi dengan 300 cc air, diikat, dan diletakkan pada kertas absorbent atau kain.
3. Kekuatan kondom
a. Ini merupakan faktor terpenting dari kondom.
b. Untuk menentukan kekuatan kondom dilakukan: a) Test pengisian udara (Air burst test) :
- Kondom diisi dengan 20-25 liter udara.
- Test ini menguji kekuatan seluruh kondom. b) Tesile test :
- Sebagian kecil dari kondom direganggan dan diukur kekuatannya
sampai bagian tersebut pecah (minimal: 200 kg/cm2). - Test ini hanya menguji sebagian dari kondom.
4. “Umur” kondom (aging)
Dilakukan pemanasan dari kondom pada 70±20C selama 166±2 jam, lalu didiamkan pada suhu 23±50C selama 12-96 jam, lalu kondom dibuka dan
5. Kemasan kondom
a. Kemasan kondom harus kedap udara karena udara dapat merusak karet.
b. Demikian pula dengan panas dan cahaya, yang bila disertai adanya udara (O2) dapat mempercepat kerusakan karet.
6. Ukuran kondom
a. Ada 2 kelas ukuran kondom:
Kelas I : panjang 160 mm, lebar 52 ± 2 mm Kelas II : panjang 150 mm, lebar 48 ± 2 mm.
b. Umumnya ukuran standar kondom adalah: Panjang : minimal 160 mm
Lebar : 45-55 mm
Tebal : maksimal 0.07-0.16 mm
2.3.6. Penerimaan/Akseptabilitas
Sebab utama dari tidak efektifnya kondom adalah penggunaan yang tidak konsisten, dan ini disebabkan antara lain (Hartanto, 2010):
1. Berkurangnya sensitivitas pria, dan juga wanita, selama senggama.
2. Ketidaknyamanan metode ini (“merepotkan”).
3. Bayangan/reputasi yang kurang baik mengenai kondom (dihubungkan dengan
pelacuran, penyakit kelamin).
4. Adanya anggapan yang salah perihal efektivitas dan efek samping, misalnya adanya kepercayaan bahwa:
2.3.7. Efek Non-Kontraseptif
1. Perlindungan terhadap penyakit-penyakit akibat hubungan seks (PHS), yang
sedang hangat dewasa ini yaitu AIDS.
2. Perlindungan terhadap PID/infeksi cairan amnion (pada wanita hamil).
3. Kadang-kadang kondom dianjurkan untuk mengobati ejakulasi-prematur, karena
kondom mengurangi sensitivitas glans penis.
4. Penelitian akhir-akhir ini menunjukkan bahwa kondom mempunyai efek melindungi, dan mungkin juga efek terapeutik, terhadap timbulnya sel-sel serviks
yang abnormal (mungkin oleh Human Papilloma Virus = HPV), sehingga kemungkinan timbulnya cervical displasia ataupun karsinoma serviks menjadi
lebih kecil.
5. Terapi Infertilitas.
Pada wanita-wanita tertentu, ditemukan adanya antibody terhadap spermatozoa,
yang penyebab sampai sekarang belum diketahui.
Dengan memakain kondom, diharapkan titer/kadar antibody tersebut menurun. Dan setelah pemakaian jangka waktu tertentu, pada senggama biasa (tanpa
kondom yang diatur waktunya sekitar masa ovulasi, diharapkan dapat terjadi fertilitas.
2.4. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemakaian Alat Kontrasepsi pada Pria a. Umur
yang dimiliki dan jarak anak tiap kelahiran. Maka dari itu umur merupakan salah
satu faktor seseorang untuk menjadi akseptor KB, sebab umur berhubungan dengan
potensi reproduksi dan juga untuk menentukan perlu tidaknya seseorang melakukan
vasektomi dan tubektomi sebagai cara kontrasepsi (BKKBN, 2007). Sementara
menurut Suprihastuti (2000) dalam Ekarini (2008), diketahui bahwa umur pemakai
alat kontrasepsi pria cenderung lebih tua dibanding yang tidak pemakai alat kontrasepsi. Indikasi ini memberi petunjuk bahwa kematangan pria juga ikut mempengaruhi untuk saling mengerti dalam kehidupan keluarga.
b. Jumlah anak
Salah satu faktor yang menentukan keikutsertaan pasangan suami istri dalam gerakan Keluarga Berencana adalah banyaknya anak yang dimilikinya. Diharapkan pada pasangan yang memiliki jumlah anak lebih banyak, kemungkinan untuk memulai kontrasepsi lebih besar dibandingkan dengan pasangan yang mempunyai anak lebih sedikit. BKKBN (2007) menerangkan bahwa yang dimaksud keluarga kecil adalah keluarga yang jumlah anaknya paling banyak dua orang.
c. Pendidikan
Menurut Purwoko (2000), pendidikan merupakan salah satu faktor yang
dapat memengaruhi pengetahuan dan sikap tentang metode kontrasepsi. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional daripada mereka
yang berpendidikan rendah, lebih kreatif dan lebih terbuka terhadap usaha-usaha pembaharuan. Ia juga lebih dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan sosial. Secara langsung maupun tidak langsung dalam hal Keluarga Berencana (KB).
Semakin tinggi tingkat pendidikan pasangan yang ikut KB, makin besar pasangan
suami istri memandang anaknya sebagai alasan penting untuk melakukan KB,
sehingga semakin meningkatnya pendidikan semakin tinggi proporsi mereka yang mengetahui dan menggunakan kontrasepsi untuk membatasi jumlah anaknya.
Hasil penelitian Suprihastuti (2000) yang dikutip Ekarini (2008), diketahui
bahwa pria yang berpendidikan tinggi cenderung memilih kondom dibanding yang berpendidikan rendah. Dimana kelompok pria berkontrasepsi pendidikannya lebih tinggi, yaitu tamat SLTA dan Perguruan Tinggi dibanding yang tidak berKB yaitu
sebesar 11,4% dan 6,2%. Secara statistik ternyata tingkat pendidikan berpengaruh secara bermakna terhadap pemakaian kontrasepsi pria (p<0.05).
d. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengetahuan umumnya datang dari
pengalaman juga dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan orang lain, didapat dari buku, surat kabar, atau media massa, elektronik (Notoatmodjo, 2007).
Tingkat pengetahuan sangat berpengaruh terhadap proses menerima atau
menolak inovasi. Menurut Roger (1983) dalam Notoatmodjo (2007), prilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada prilaku yang tidak didasari
oleh pengetahuan. Roger mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadopsi prilaku baru, dalam diri seseorang tersebut terjadi proses berurutan, yaitu :
1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
2. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus tersebut, disini sikap subjek mulai
timbul.
3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.
4. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh stimulus.
5. Adoption, dimana subjek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung atau pun melalui pengalaman orang lain. Pengetahuan dapat ditingkatkan melalui penyuluhan baik
secara individu maupun kelompok untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan prilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Pengukuran pengetahuan dapat
dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan materi yang ingin diukur dari objek penelitian atau responden kedalam pengetahuan yang ingin diketahui (Notoatmodjo, 2007).
e. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap mencerminkan kesenangan atau
ketidaksenangan seseorang terhadap sesuatu. Sikap berasal dari pengalaman atau dari
f. Tingkat Pendapatan
Tingkat pendapatan adalah ukuran kelayakan seseorang dalam memperoleh
penghargaan dari hasil kerjanya yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Makin tinggi pendapatan seseorang dapat diasumsikan bahwa derajat kesehatannya akan semakin baik, karena akses untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan akan semakin mudah.Tingkat penghasilan akan mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi.
Hal ini disebabkan karena untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi yang
diperlukan akseptor harus menyediakan dana yang diperlukan. Seseorang pasti akan memilih kontrasepsi yang sesuai dengan kemampuan mereka mendapatkan
kontrasepsi tersebut.Sejak tahun 2008, pemerintah telah memantapkan penjaminan kesehatan bagi masyarakat miskin dengan menyediakan alat kontrasepsi gratis seperti suntik, susuk KB, kondom atau IUD termasuk memberikan layanan gratis
untuk akseptor yang ingin ber-KB secara permanen lewat operasi medis operatif. Kontrasepsi gratis yang disediakan diharapkan dimanfaatkan secara maksimal oleh pasangan usia subur (PUS) terutama dari kelompok keluarga prasejahtera dan
keluarga sejahtera I guna mengatur kelahirannya secara lebih baik. Dengan diberakukannya program tersebut, ada peningkatan terhadap partisipasi pria dalam
ber-KB walaupun hanya sedikit demi sedikit.
Sampai saat ini masih diberlakukan kondom yang dijual murah bagi masyarakat miskin khususnya di puskesmas dan ada pula fasilitas gratis bagi pria
menentukan tingkat pendapatan seseorang adalah dipandang dari besarnya UMK
(Ratih. P, 2011)
g. Akses Pelayanan
Akses berarti bahwa pelayanan kesehatan tidak terhalang oleh keadaan geografis, sosial, budaya, organisasi atau hambatan bahasa. Menurut BKKBN
(2007), keterjangkauan ini dimaksudkan agar pria dapat memperoleh informasi yang memadai dan pelayanan KB yang memuaskan. Keterjangkauan ini dapat meliputi :1) keterjangkauan fisik, yaitu dimaksudkan agar tempat pelayanan lebih mudah
menjangkau dan dijangkau oleh masyarakat sasaran, khususnya pria ; dan 2) keterjangkauan ekonomi, yaitu dimaksudkan agar biaya pelayanan dapat dijangkau
oleh klien. Biaya untuk memperoleh pelayanan menjadi bagian penting bagi klien. Biaya klien meliputi : uang, waktu, kegiatan kognitif dan upaya perilaku serta nilai yang akan diperoleh klien.
2.5. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
1. Umur 2. Jumlah anak 3. Pendidikan
4. Tingkat Pendapatan 5. Pengetahuan
6. Sikap
7. Akses Pelayanan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan survey. Menurut Kerlinger dalam Riduwan (2008) penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi
besar maupun kecil tetapi data yang dipelajari adalah data dan sampel yang diambil dari populasi tersebut sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan antar variabel.
Jenis penelitian adalah deskriftif analitik bertujuan untuk mengetahui pengaruh Umur, jumlah anak, pendidikan, tingkat pendapatan, pengetahuan, sikap,
dan akses pelayanan terhadap pemakaian kontrasepsi di Kecamatan STM Hulu tahun 2012.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan STM Hulu. Alasan pemilihan lokasi
penelitian ini karena Kecamatan STM Hulu merupakan salah satu Kecamatan di
Kabupaten Deli Serdang yang memiliki jumlah pencapaian peserta KB aktif yang
cukup besar, akan tetapi tingkat pemakaian alat kontrasepsi pria di Kecamatan STM
Hulu masih sangat sedikit bila dibandingkan dengan jumlah PUS yang ada, yaitu
sebanyak 107 (4,65%) dari 2.300 PUS. Pencapaian tersebut masih cukup jauh bila
dibandingkan dengan perkiraan permintaan masyarakat (PPM) peserta KB aktif
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2012.
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pria yang merupakan pasangan usia subur dan tinggal di Kecamatan STM Hulu. Perhitungan besar sampel ditetapkan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Sastroasmoro, 1995):
(
)
2Zα = Nilai baku normal berdasarkan α yang ditentukan (α = 0,05) → 1,96 Zβ = Nilai baku normal berdasarkan β yang ditentukan (β = 0,10) → 1,282
(
)
2Berdasarkan perhitungan besar sampel, maka besar sampel minimal yang dibutuhkan untuk responden yang memakai alat kontrasepsi dan tidak memakai alat
kontrasepsi masing-masing sebanyak 64 orang.
Responden yang memakai alat kontrasepsi dan tidak memakai alat kontrasepsi
diambil secara proporsional atau sebanding agar memperoleh sampel yang representatif. Sementara penarikan sampel dari masing-masing desa/kelurahan dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling) dengan tehnik undian.
Berikut ini adalah pengambilan responden yang memakai alat kontrasepsi secara
proportional sample.
Tabel 3.1. Jumlah Responden yang Memakai Alat Kontrasepsi dan Jumlah Sampel yang Diambil di Kecamatan STM Hulu Tahun 2011
No. Desa/Kelurahan Responden Memakai
Alat Kontrasepsi Jumlah Sampel
Tabel 3.1. (lanjutan)
No. Desa/Kelurahan Responden Memakai
Alat Kontrasepsi Jumlah Sampel
12. Sibunga-bunga 5 5/107*64 = 3
Berikut ini adalah pengambilan responden yang tidak memakai alat kontrasepsi secara proportional sample.
Tabel 3.2. Jumlah Responden yang Tidak Memakai Alat Kontrasepsi dan Jumlah Sampel yang Diambil di Kecamatan STM Hulu Tahun 2011 No. Desa/Kelurahan
Tabel 3.2. (lanjutan)
No. Desa/Kelurahan
Responden yang Tidak Memakai Alat Kontrasepsi
Jumlah Sampel
19. Liang Muda 4 4/231*64 = 1
20. Liang Pematang 2 2/231*64 = 1
Jumlah 231 64
Jumlah responden yang tidak memakai alat kontrasepsi sama dengan jumlah
responden yang memakai alat kontrasepsi pada setiap desa/kelurahan. Namun responden yang tidak memakai alat kontrasepsi diambil dengan kriteria bahwa istri bukan akseptor KB.
3.4. Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini terdiri dari: umur, jumlah anak, pendidikan, tingkat pendapatan, pengetahuan, sikap, dan akses pelayanan, dan pemakaian kontarsepsi yang diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder meliputi gambaran demografi dan letak geografis yang diperoleh dari Kantor Camat Kecamatan STM Hulu.
3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas
Kuesioner yang dijadikan instrumen pengumpulan data diuji terlebih dahulu dan uji validitas internal yaitu menguji validitas setiap butir pertanyaan. Pengujian validitas penelitian ini dilakukan di Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli
normal.
Pengujian validitas menggunakan koefisien korelasi pearson’s product moment coefficient of correlation. Dasar keputusan uji validitas dalam penelitian ini
adalah dengan membandingkan p-value kurang dari alpha 0,05 maka item pernyataan dikatakan valid, sebaliknya jika p-value lebih besar dari alpha 0,05 maka item
pernyataan tidak valid. Dasar pengambilan keputusan uji validitas juga dilakukan dengan membandingkan koefisien korelasi dengan angka kritis (r-tabel=0,361). Jika koefisien korelasi lebih besar dari r-tabel maka item pernyataan valid, sebaliknya jika
koefisien korelasi kurang dari r-tabel maka item pernyataan tidak valid.
Uji reliabilitas diukur dengan menggunakan Alpha Cronbach untuk
mengetahui konsistensi internal antar variabel dalam instrumen. Dengan kata lain, uji reliabilitas akan mengindikasikan apakah instrumen-instrumen yang dipergunakan dalam penelitian ini layak dan berkaitan atau tidak. Dalam metode Alpha Cronbach
telah ditentukan bahwa jika nilai Alpha Cronbach mendekati 1, maka hal ini menunjukkan bahwa alat ukur yang digunakan sudah sangat baik (reliable) atau jawaban responden akan cenderung sama walaupun diberikan kepada responden
tersebut dalam bentuk pertanyaan yang berbeda (konsisten), sedangkan jika berada di atas 0.8 adalah baik, tetapi bila berada di bawah nilai 0.6 tidak baik atau tidak
reliabel (Riduwan, 2008).
3.4.4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Pengetahuan
Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Pengetahuan
Pertanyaan Corrected Item
Total Correlation
Pertanyaan 1 0,442
Pertanyaan 2 0,557
Pertanyaan 3 0,638
Pertanyaan 4 0,537
Pertanyaan 5 0,756
Pertanyaan 6 0,379
Pertanyaan 7 0,461
Pertanyaan 8 0,653
Pertanyaan 9 0,414
Pertanyaan 10 0,555
Pertanyaan 11 0,523
Pertanyaan 12 0,655
Pertanyaan 13 0,695
Pertanyaan 14 0,664
Pertanyaan 15 0,594
Cronbach’s Alpha : 0,894
Berdasarkan tabel 3.3. terlihat hasil uji validitas menunjukkan semua pertanyaan valid karena r hitung > r tabel pada α= 0,05. Hasil pengujian terhadap reliabilitas kuesioner menghasilkan angka Cronbach’s Alpha ≥ 0,6, sehingga dapat
disimpulkan item pertanyaan variabel pengetahuan adalah baik atau reliabel. 2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Sikap
Hasil uji validitas dan reliabilitas variabel sikap dapat dilihat pada tabel 3.4.
Tabel 3.4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Sikap
Pertanyaan Corrected Item
Total Correlation
Pertanyaan 1 0,762
Pertanyaan 2 0,446
Pertanyaan 3 0,654
Pertanyaan 4 0,373
Pertanyaan 5 0,490
Pertanyaan 6 0,676
Pertanyaan 7 Pertanyaan 8
0,487 0,603
Tabel 3.4. (lanjutan)
Pertanyaan Corrected Item
Total Correlation
Pertanyaan 9 0,519
Pertanyaan 10 0,678
Cronbach’s Alpha : 0,865
Berdasarkan tabel 3.4. terlihat hasil uji validitas menunjukkan semua
pertanyaan valid karena r hitung > r tabel pada α= 0,05. Hasil pengujian terhadap reliabilitas kuesioner menghasilkan angka Cronbach’s Alpha ≥ 0,6, sehingga dapat disimpulkan item pertanyaan variabel pengetahuan adalah baik atau reliabel.
3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Akses Pelayanan KB
Hasil uji validitas dan reliabilitas variabel akses pelayanan KB dapat dilihat pada tabel 3.5.
Tabel 3.5. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Akses Pelayanan KB
Pertanyaan Corrected Item
Total Correlation
Pertanyaan 1 0,393
Pertanyaan 2 0,485
Pertanyaan 3 0,676
Pertanyaan 4 0,652
Pertanyaan 5 0,564
Pertanyaan 6 0,499
Pertanyaan 8 Pertanyaan 9 Pertanyaan 10
0,603 0,519 0,678 Cronbach’s Alpha : 0,865
Berdasarkan tabel 3.5. terlihat hasil uji validitas menunjukkan semua
pertanyaan valid karena r hitung > r tabel pada α= 0,05. Hasil pengujian terhadap
3.5. Definisi Operasional
a. Umur adalah lamanya hidup responden yang dihitung dari sejak dilahirkan
sampai ulang tahun terakhir.
b. Jumlah anak adalah jumlah keseluruhan anak responden yang hidup pada saat dilakukan penelitian.
c. Pendidikan adalah pendidikan formal tertinggi yang pernah ditempuh dan ditamatkan oleh responden.
d. Pendapatan keluarga adalah total seluruh penghasilan yang diperoleh semua
anggota keluarga setiap bulannya.
e. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang kontrasepsi,
yang meliputi: pengertian, fungsi, kelebihan, keterbatasan, penggunaan, dan efektivitas alat kontarsepsi pada pria.
f. Sikap adalah tanggapan responden terhadap metode kontrasepsi pria.
g. Akses Pelayanan adalah keterjangkauan responden dalam memperoleh informasi dan pelayanan KB yang memuaskan, dinilai dari pandangan responden.
h. Pemakaian kontrasepsi adalah keterlibatan pria dalam keluarga berencana
sebagai pengguna kontrasepsi.
3.6 Aspek Pengukuran a. Umur
Variabel umur dikelompokkan dalam 2 (dua) kategori, yaitu: 1. : < Median
3. Jumlah Anak
Untuk variabel jumlah anak dibedakan atas 2 kategori, yaitu:
1. : ≤ 2 orang 2. : > 2 orang
4. Pendidikan
Pendidikan, dikategorikan menjadi 2 kelompok yaitu: 1. Tinggi, jika ijazah terakhir minimal SLTA
2. Rendah, jika ijazah terakhir SLTP/sederajat
5. Tingkat pendapatan
Tingkat pendapatan keluarga per bulan dikategorikan berdasarkan upah
minimum regional (UMR) Propinsi Sumatera Utara tahun 2012. 1. Tinggi ≥ Rp 1.200.000,-
2. Rendah < Rp 1.200.000,-
e. Pengetahuan
Pengetahuan responden diukur melalui 15 pertanyaan. Bila responden dapat menjawab dengan benar diberi nilai 1, tetapi jika salah diberi nilai 0. Berdasarkan
jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 2 kategori, yaitu :
1. Baik : Jika skor total jawaban ≥ 65 %, atau dalam interval 10-15
2. Tidak baik : Jika skor total jawaban < 65 %, atau dalam interval 0-9
f. Sikap
Sikap responden diukur melalui 10 pertanyaan, dengan metode skoring.
sehingga diperoleh nilai tertinggi 20 dan terendah 0. Berdasarkan jumlah nilai yang
ada, sehingga sikap dapat diklasifikasikan dalam 2 kategori, yaitu :
1. Baik : Jika skor total jawaban ≥ 65 %, atau dalam interval 13-20 2. Tidak baik : Jika skor total jawaban < 65 %, atau dalam interval 0-12
g. Akses Pelayanan
Akses pelayanan diukur melalui 10 pertanyaan. Bila responden menjawab “ya” diberi nilai 1, dan kalau menjawab “tidak” diberi nilai 0. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 2 kategori, yaitu :
1. Mudah mengakses : Jika skor total jawaban ≥ 65 %, atau dalam interval 6-10 2. Sulit mengakses : Jika skor total jawaban < 65 %, atau dalam interval 0-5
h. Pemakaian Kontrasepsi
Untuk variabel pemakaian kontrasepsi dibedakan atas 2 kategori, yaitu: 1. Memakai
2. Tidak memakai
3.7. Metode Analisis Data
a. Analisis Univariat
Tujuan analisis univariat untuk menjelaskan distribusi frekuensi dari
b. Analisis Bivariat
Tujuan analisis bivariat untuk menjelaskan hubungan antara variabel
independen yang diduga kuat mempunyai hubungan bermakna dengan variabel dependen, dengan menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95%
(α : 5%). Bila hasil analsis bivariat mempunyai nilai p<0.25, maka variabel tersebut
dapat masuk kedalam analisis multivariat. a. Analisis Multivariat
Tujuan analisis ini untuk melihat faktor mana yang paling dominan pada
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Kecamatan STM Hulu 4.1.1. Geografi
Luas wilayah Kecamatan STM Hulu adalah 23.338 Ha (223,38 Km2), berada
sekitar 350 s.d. 600 meter di atas permukaan laut, dengan kondisi 30% datar, 45%
berbukit, dan 25% merupakan daerah pegunungan. Secara administratif Kecamatan
STM Hulu berbatasan dengan:
− Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan STM Hilir
− Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Gunung Meriah
− Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Bangun Purba
− Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tanah Karo
Sebagian besar penduduk mempunyai mata pencaharian di sektor pertanian, yaitu sebesar 80,50%, selebihnya karyawan swasta (15,51%), berdagang (2,43%),
pegawai negeri sipil dan TNI/POLRI (1,56%).
4.1.2. Demografi
Berdasarkan Profil Kecamatan STM Hulu tahun 2011 diketahui jumlah
Tabel 4.1. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan STM Hulu Tahun 2011
No Desa Laki – Laki Perempuan Total %
1 Tiga juhar 799 772 1.571 13,1
2 D IV Mbelang 297 321 618 5,0
3 Rumah Lengo 347 376 723 5,9
4 Gunung Manupak A 255 259 514 4,2
5 Tanah Gara Hulu 254 247 501 4,0
6 Sepinggan 292 310 602 4,8
7 Tanjung Bampu 301 297 598 4,1
8 Ranggitgit 255 380 735 5,9
9 Kutambelin 366 370 736 5,9
10 Gunung Manupak B 71 75 146 1,2
11 Durian Tinggung 296 315 611 5,0
12 Tanjung Timur 257 275 532 4,3
13 Bah Bah Buntu 266 240 506 4,0
14 Rumah Rih 288 363 651 5,3
15 Sibunga-bunga 254 255 509 4,1
16 Tanjung Raja 265 303 568 4,6
17 Tanjung Muda 138 149 287 2,3
18 Liang Muda 65 68 133 1,2
19 Liang Pematang 89 91 180 1,5
20 Rumah Sumbul 782 805 1.587 12,9
Total 6.037 6.271 12.308 100
Sumber : Profil Kecamatan STM Hulu Tahun 2011
Dari Tabel 4.1. diketahui bahwa jumlah penduduk yang paling banyak berada
di Desa Tiga Juhar yaitu 1.571 jiwa (13,1%) dan Jumlah terkecil di Desa Liang Muda yaitu 133 jiwa (1,2%).
4.1.3. Sarana Kesehatan
Kecamatan STM Hulu memiliki 21 sarana kesehatan yang meliputi: 1
4.1.4. Pencapaian KB di Kecamatan STM Hulu
Dari 2.300 PUS yang ada di kecamatan STM Hulu terdapat 1675 PUS (73%)
yang memakai alat Kontrasepi. Jumlah PUS peserta KB yang menggunakan alat kontrasepsi (peserta KB aktif) di kecamatan STM Hulu dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2. Komposisi PUS Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi di Kecamatan STM Hulu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011
No Desa Jlh
PUS
Peserta KB Aktif
Jlh %
Sumber : Badan KB dan PP Kabupaten Deli Serdang
Dari tabel 4.2 diketahui bahwa jumlah PUS yang memakai alat kontrasepsi terbanyak ada di desa Rumah Sumbul yaitu sebanyak 194 (8,4%) dan PUS yang
4.2. Analisis Univariat 4.2.1. Umur
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Umur Responden di Kecamatan STM Hulu Tahun 2012
No. Umur Frekuensi Persentase
1. < Median (< 36 Tahun) 70 54,7
2. ≥ Median (≥ 36 Tahun) 58 45,3
Total 128 100,0
Dari tabel 4.3 diketahui jumlah responden yang berumur < 36 tahun, yaitu
sebanyak 70 orang (54,7%) dan responden yang berumur ≥ 36 tahun sebanyak 58 orang (45,3%).
4.2.2. Pendidikan
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden di Kecamatan STM Hulu Tahun 2012
No. Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase
1. SD 4 3,1
2. SMP 40 31,2
3. SMA 66 51,6
4. Perguruan Tinggi 18 14,1
Total 128 100,0
Dari Tabel 4.4 diketahui bahwa mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan SMA (51,6%), sementara terendah adalah SD (3,1%).
4.2.3. Jumlah Anak
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Jumlah Anak Responden di Kecamatan STM Hulu Tahun 2012
No. Jumlah Anak Frekuensi Persentase
1. 1 orang 4 3,1
2. 2 orang 51 39,8
3. 3 orang 50 39,1
4. 4 orang 21 16,4
5. 5 orang 2 1,6
Dari Tabel 4.5. diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki jumlah
anak sebanyak 2 orang (39,8%) dan 3 orang (39,1%). Sementara yang paling sedikit
adalah responden dengan jumlah anak sebanyak 5 orang (1,6%).
4.2.4. Pendapatan
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Pendapatan Responden di Kecamatan STM Hulu Tahun 2012
No. Pendapatan Frekuensi Persentase
1. Tinggi ≥ Rp 1.200.000,- 99 77,3
2. Rendah < Rp 1.200.000,- 29 22,7
Total 128 100,0
Dari tabel 4.6 diketahui bahwa sebagian responden memiliki pendapatan ≥ 1.200.000,- sebanyak 99 orang (77,3%).
4.2.5. Pengetahuan
Pengetahuan responden terhadap kontrasepsi pada pria untuk seluruh
indikator dalam pengukuran pengetahuan dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7. Rincian Pengetahuan Tentang Alat Kontrasepsi pada Pria di Kecamatan STM Hulu Tahun 2012
No. Pertanyaan
Jawaban
Jumlah
Ya Tidak
n % n % n %
1. Alat kontrasepsi merupakan upaya untuk
mencegah kehamilan. 114 89,1 14 10,9 128 100,0 2. Upaya pencegahan kehamilan tidak hanya
dilakukan oleh wanita saja, tetapi dapat juga dilakukan oleh pria (suami)
99 77,3 29 22,7 128 100,0
3. Peran pria (suami) dalam perencenaan
jumlah anak tidak lebih baik dari wanita 96 75,0 32 25,0 128 100,0 4. Anggapan “KB adalah urusan perempuan”
menyebabkan sangat rendahnya jumlah peserta KB laki-laki.
88 68,8 40 31,3 128 100,0
5. Partisipasi suami sebagai peserta KB tergolong masih sangat rendah dibanding istri.
Tabel 4.7 (lanjutan)
No. Pertanyaan
Jawaban
Jumlah
Ya Tidak
n % n % n %
6. KB memerlukan tanggung jawab suami-istri,
bukan salah satu pihak saja. 99 77,3 29 22,7 128 100,0 7. Kondom merupakan alat kontrasepsi yang
diperuntukkan bagi pria. 87 68,0 41 32,0 128 100,0 8. Kondom merupakan sarung karet yang
dipasang pada alat kelamin saat berhubungan seksual
80 62,5 48 37,5 128 100,0
9. Kondom yang merupakan alat kontrasepsi
paling mudah dipakai. 96 75,0 32 25,0 128 100,0 10. Kondom tidak mengganggu kenyamanan
berhubungan seksual 81 63,3 47 36,7 128 100,0 11. Kondom dapat diperoleh di apotik atau di
toko obat 98 76,6 30 23,4 128 100,0
12 Kondom dapat digunakan tanpa adanya resep
dari tenaga kesehatan/dokter. 74 57,8 54 42,2 128 100,0 13. Bila istri tidak cocok dengan semua jenis alat
kontrasepsi, maka suami perlu menggunakan kondom sebagai alat kontrasepsi.
77 60,2 51 39,8 128 100,0
14. Kondom efektif digunakan pada saat istri
sedang dalam periode menyusui 82 64,1 46 35,9 128 100,0 15. Penggunaan kondom sebagai alat kontrasepsi
dipakai saat istri pada masa subur 99 77,3 29 22,7 128 100,0
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden dapat
menjawab dengan benar untuk setiap indikator (pernyataan) dalam pengukuran
pengetahuan, seperti: alat kontrasepsi merupakan upaya untuk mencegah kehamilan 89,1%), upaya pencegahan kehamilan dapat dilakukan oleh pria (77,3%), peran pria dalam perencanaan jumlah anak tidak lebih baik dari wanita (75,0%). Selain,
indikator-indikator tersebut, sebagian besar responden juga dapat menjawab dengan benar pada setiap indikator, seperti: partisipasi suami sebagai peserta KB tergolong masih sangat rendah dibanding istri (67,2%), KB memerlukan tanggung jawab
Berdasarkan hasil penelitian diketahui jumlah responden yang memiliki
pengetahuan kategori baik dan tidak baik, seperti yang terlihat pada Tabel 4.8 di
bawah ini.
Tabel 4.8. Tingkat Pengetahuan Responden di Kecamatan STM Hulu Tahun 2012
No. Pengetahuan Frekuensi Persentase
1. Baik 95 74,2
2. Tidak baik 33 25,8
Total 128 100,0
Dari Tabel 4.8. diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan kategori baik tentang kontrasepsi pada pria yaitu sebanyak 95 orang
(74,2%).
4.2.6. Sikap
Sikap responden terhadap penggunaan alat kontrasepsi untuk seluruh
indikator dalam pengukuran sikap dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9. Rincian Sikap Terhadap Penggunaan Alat Kontrasepsi di Kecamatan STM Hulu Tahun 2012
No. Pernyataan
Jawaban
Jumlah Setuju Kurang
Setuju
Tidak Setuju
n % n % n % n %
1. Penggunaan kondom dapat mencegah
kehamilan. 84 65,6 42 32,8 2 1,6 128 100,0
2. Pemakaian kondom tidak menurunkan
kenikmatan hubungan seksual. 47 36,7 73 57,0 8 6,3 128 100,0 3. Pemakaian kondom tidak memiliki
efek samping alergi pada alat kelamin. 66 51,6 56 43,8 6 4,7 128 100,0 4. Pemakaian kondom merepotkan 70 54,7 51 39,8 7 5,5 128 100,0
5. Pemakaian kondom menyebabkan
infeksi alat kelamin 62 48,4 59 46,1 7 5,5 128 100,0 6. Pemakaian kondom mudah sekali
Tabel 4.9 (lanjutan)
No. Pernyataan
Jawaban
Jumlah Setuju Kurang
Setuju
Tidak Setuju
n % n % n % n %
8. Seharusnya suami menjadi peserta KB, meskipun jenis alat kontrasepsi untuk laki –laki terbatas.
73 57,0 49 38,3 6 4,7 128 100,0
9. Kondom dapat mencegah penularan
penyakit kelamin. 80 62,5 42 32,8 6 4,7 128 100,0 10. Terbatasnya metode kontrasepsi bagi
laki-laki menjadi salah satu penyebab redahnya suami ber KB
87 68,0 33 25,8 5 6,3 128 100,0
Dari tabel 4.9 diketahui sebesar 65,6% responden setuju bahwa penggunaan kondom dapat mencegah kehamilan, 36,7% responden setuju bahwa pemakaian kondom tidak menurunkan kenikmatan hubungan seksual, 51,6% setuju bahwa pemakaian kondom tidak memiliki efek samping alergi pada alat kelamin. Dari hasil juga diketahui sebesar 54,7% responden setuju bahwa pemakaian kondom merepotkan, menyebabkan infeksi alat kelamin (48,4%), mudah sekali terjadi kebocoran (55,5%), tidak nyaman (64,8%), dan dapat mencegah penularan penyakit kelamin (62,5%).
Kategori sikap responden terhadap penggunaan alat kontrasepsi dapat dilihat
pada Tabel 4.10 di bawah ini.
Tabel 4.10. Sikap Suami Terhadap Penggunaan Alat Kontrasepsi di Kecamatan STM Hulu Tahun 2012
No. Sikap Frekuensi Persentase
1. Baik 84 65,6
2. Tidak baik 44 34,4
Total 128 100,0
4.2.7. Akses Pelayanan KB
Tanggapan responden terhadap akses pelayanan KB berdasarkan
masing-masing indikator dapat dilihat pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11. Rincian Tanggapan Responden Tentang Akses Pelayanan KB di Kecamatan STM Hulu Tahun 2012
No. Pertanyaan Jawaban Jumlah
Ya Tidak
n % n % n %
1. Bertempat tinggal dekat dengan pelayanan KB.
76 59,4 52 40,6 128 100,0
2. Tempat pelayanan KB mudah dijangkau dari rumah.
74 57,8 54 42,2 128 100,0
3. Alat transportasi menuju ke pelayanan KB mudah.
72 56,3 56 43,8 128 100,0
4. Mendapatkan pelayanan KB dari pemerintah. 55 43,0 73 57,0 128 100,0
5. Mendapatkan informasi tentang metode KB pria dari petugas KB.
47 36,7 81 63,3 128 100,0
6. Mendapatkan informasi tentang metode KB dari tenaga kesehatan (dokter atau bidan).
60 46,9 68 53,1 128 100,0
7. Mendapatkan informasi tentang metode KB dari tokoh agama atau tokoh masyarakat.
28 21,9 100 78,1 128 100,0
8. Mendapatkan informasi tentang tempat pelayanan KB dan biaya pelayanan KB dari petugas KB.
49 38,3 79 61,7 128 100,0
9. Mendapatkan informasi tentang tempat pelayanan KB dan biaya pelayanan KB dari tenaga kesehatan.
68 53,1 60 46,9 128 100,0
10. Mendapatkan pelayanan yang sama dengan akseptor KB wanita.
50 39,1 78 60,9 128 100,0
Dari tabel 4.11 diketahui sebesar 40,6% responden bertempat tinggal tidak dekat dengan pelayanan KB, 42,2% responden mengatakan tempat pelayanan KB
tidak mudah dijangkau dari rumah,43,8% responden mengatakan bahwa alat transportasi menuju ke pelayanan KB tidak mudah, dan sebesar 57,0% responden
metode KB dari petugas KB, 53,1% responden tidak mendapatkan informasi tentang
metode KB dari tenaga kesehatan (dokter atau bidan), dan sebesar 78,1% responden
tidak mendapatkan informasi tentang metode KB pria dari tokoh agama atau tokoh masyarakat.
Berdasarkan hasil penelitian juga dapat diketahui sebesar 61,7% responden
tidak mendapatkan informasi tentang tempat pelayanan KB dan biaya pelayanan KB dari petugas KB, 46,9% responden tidak mendapatkan informasi tentang tempat pelayanan KB dan biaya pelayanan KB dari tenaga kesehatan,
Kategori akses pelayanan KB dapat dilihat pada Tabel 4.12 di bawah ini.
Tabel 4.12. Akses Pelayanan KB di Kecamatan STM Hulu Tahun 2012
No. Akses Pelayanan KB Frekuensi Persentase
1. Mudah mengakses 42 32,8
2. Sulit mengakses 86 67,2
Total 128 100,0
Dari Tabel 4.12. diketahui bahwa sebagian besar responden (67,2%) memiliki akses pelayanan KB kategori sulit.
4.3. Analisis Bivariat
4.3.1. Hubungan Umur dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi
Tabel 4.13. Hubungan Umur dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi di Kecamatan STM Hulu Tahun 2012
Umur
Pemakaian alat kontrasepsi
Jumlah p value Mema
kai
Tidak Memakai
n % n % n %
0,478
< Median (< 36 Tahun) 33 47.1 37 52.9 70 100,0 ≥ Median (≥ 36 Tahun) 31 53.4 27 46.6 58 100,0
berumur ≥ 36 Tahun, diperoleh sebanyak 31 (53,4%) dari 58 responden memakai
alat kontrasepsi. Hasil chi-square diperoleh nilai p = 0,478, maka dapat disimpulkan
tidak ada hubungan secara signifikan antara umur dengan pemakaian alat kontrasepsi.
4.3.2. Hubungan Jumlah Anak dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi
Tabel 4.14. Hubungan Jumlah Anak dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi di Kecamatan STM Hulu Tahun 2012
Jumlah Anak
Pemakaian alat kontrasepsi
Jumlah p value
memakai alat kontrasepsi dengan jumlah anak ≤ 2 orang . Sementara diantara responden yang memiliki jumlah anak > 2 orang, diperoleh sebanyak 43 (58,1%) dari 74 responden memakai alat kontrasepsi. Hasil chi-square diperoleh nilai p = 0,032
maka dapat disimpulkan ada hubungan secara signifikan antara jumlah anak dengan pemakaian alat kontrasepsi.
4.3.3. Hubungan Pendidikan dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi
Tabel 4.15. Hubungan Pendidikan dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi di Kecamatan STM Hulu Tahun 2012
Pendidikan
Pemakaian alat kontrasepsi