• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Merokok Terhadap PH Dan Aktivitas Enzim Amilase Air Liur Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU) Angkatan 2007.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Merokok Terhadap PH Dan Aktivitas Enzim Amilase Air Liur Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU) Angkatan 2007."

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MEROKOK TERHADAP pH DAN AKTIVITAS ENZIM AMILASE AIR LIUR PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA (FK USU) ANGKATAN 2007

Oleh:

SYARIFAH NAZIRA 070100181

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010

(2)

PENGARUH MEROKOK TERHADAP pH DAN AKTIVITAS ENZIM AMILASE AIR LIUR PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA (FK USU) ANGKATAN 2007

KARYA TULIS ILMIAH SYARIFAH NAZIRA

NIM: 070100181

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH MEROKOK TERHADAP pH DAN AKTIVITAS ENZIM AMILASE AIR LIUR PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (FK USU) ANGKATAN 2007

Nama : Syarifah Nazira NIM : 070100181

Pembimbing Penguji

(dr. Alamaycano Ginting, M.Kes ) (dr. Erjan Fikri, Sp.BA (K))

(4)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya ucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala rahmat dan karunianya sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran.

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, saya telah banyak mendapat bimbingan, pengarahan, saran-saran dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini dengan kerendahan hati saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. dr. Almaycano Ginting, M. Kes selaku dosen pembimbing saya yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pemikirannya dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

2. dr. Erjan Fikri, Sp.BA dan dr. Alfred, Sp. F yang telah menguji karya tulis ilmiah saya ini.

3. Rasa hormat dan terima kasih yang tiada terhingga saya persembahkan kepada kedua orang tua saya, ayahanda Alm. Said Saleh dan ibunda Hj. Syarifah Yusra atas doa, perhatian, dan dukungan yang tak putus-putusnya sebagai bentuk kasih sayang kepada saya. Serta kepada abang dan kakak saya, Refa Alaydrus, S. Farm.,Apt, Iqbal Alaydrus, Syarifah Nahrisya, ST, dan Syarifah Alia, Skg yang tersayang, semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.

4. Seluruh teman-teman angkatan 2007 yang mau bertukar pikiran dengan saya, yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Akhir kata saya berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat ikut memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi Ilmu Kedokteran.

Medan, 14 November 2010

(5)

ABSTRAK

Merokok dapat menyebabkan berbagai perubahan dalam tubuh manusia, termasuk air liur. Dari studi literatur dikatakan bahwa merokok dapat menyebabkan pH liur menjadi lebih asam, dan pH yang asam menyebabkan aktivitas enzim yang terkandung di dalamnya tidak bekerja optimal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan merokok terhadap pH liur dan hubungan pH tersebut terhadap aktivitas enzim amilase liur.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan desain cross

sectional. Sample yang digunakan adalah 32 perokok yang merokok minimal 5 batang

per hari dengan periode merokok minimal 1 tahun. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober-November 2010 di laboratorium biokimia FK USU. Pengambilan sampel dengan cara total sampling, data responden diambil dengan menggunakan kuesioner dan air liur subyek diukur secara langsung dengan pH-meter dan tes Benedict oleh peneliti. Kemudian hasil penelitian di analisis dengan menggunakan uji statistic chi-square (X²) dengan bantuan program SPSS.

Dari uji analisis statistik diperoleh nilai p-value < 0,05 (p-value jumlah rokok yang dikonsumsi terhadap pH = 0,006 ; p-value pH terhadap aktivitas enzim amilse liur = 0,002) yang menandakan terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah rokok yang dikonsumsi dengan pH liur serta pH terhadap aktivitas enzim amilase liur. Namun, didapatkan pula p-value > 0,05 (p-value=0,946) pada hubungan periode merokok dengan pH liur. Hal ini menandakan tidak ada hubungan yang berarti antara periode merokok dengan pH liur.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah jumlah batang rokok yang dikonsumsi berpengaruh terhadap pH liur dan pH liur berpengaruh pada aktivitas enzim amilasenya.

Kata kunci: pH air liur, aktivitas enzim amilase, perokok.

(6)

ABSTRACT

Smoking causes several changes in human body parts, including saliva. Literature study shows that smoking can turn salivary pH becomes more acidic and acidic pH causes enzyme that belongs to it works improperly. The goal of this research is to identify the effect of smoking to the salivary pH and the relationship between this salivary pH with its amylase enzyme activity

This cross-sectional study was conducted in analytical descriptive method, with 32 respondents were chosen, every each of them smoking a minimum 5 cigarettes a day for at least 1 year. It was conducted between October – November 2010 at the biochemistry laboratory of Medicine Faculty of North Sumatera University. Sample chosen with the total sampling method using questionnaire, and subject’s saliva directly measured using pH meter and Benedict test by the researcher. Results of the study analyzed with the statistical chi-square (X²), using SPSS software.

From the statistic analysis test, p - value is < 0.05 (total cigarretes consumption a day with the salivary pH shows p - value = 0,006; salivary pH with the activity of salivary amilase anzyme shows p - value = 0,002). It is shown that there is a significant correlation between total cigarettes consumption a day with salivary pH and salivary pH with the activity of salivary amylase enzyme. However, it is found that there is no correlation between the period of smoking with the salivary pH. With the p-value > 0,05 (p-value= 0,946) shows that there is no a significant relation between the period of smoking and salivary pH.

In conclusion therefore, there is a correlation between total cigarettes consumption and salivary pH and salivary pH affects the activity of amylase enzyme that belongs to it.

(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

2.1.1. Kandungan Rokok ……… 3

2.1.2. Jenis Rokok ... 4

2.1.3. Epidemiologi Merokok ……… 4

2.1.4. Efek Merokok ………... 5

2.2. Air Liur... 5

2.2.1. Pendahuluan. ……….... 5

2.2.2. Fungsi... 6

2.2.3. Seksresi Air Liur... 6

2.2.4. Sistem Penyannga pada Air Liur... 9

2.3. Enzim Amilase Liur ………... 9

2.3.1.Definisi Enzim……….... 9

2.3.2. Fungsi-Enzim ………... 10

2.3.3. Klasifikasi Enzim………... 10

2.3.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi………... 10

2.3.5. Fungsi Enzim Amilase Liur... 11

2.3.6. Pengukuran Aktivitas Enzim Amilase Liur... 11

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ………. 13

3.1. Kerangka Konsep ……… 14

3.2. Variabel dan Definisi Operasional ……….. 14

3.3 Hipotesa ... 16

BAB 4 METODE PENELITIAN ………. 17

4.1. Jenis Penelitian ……… 17

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ……… 17

4.3. Populasi dan Sampel ……….. 17

4.4. Teknik Pengumpulan Data ………. 18

(8)

4.5 Prosedur Kerja... 18 4.6. Pengolahan dan Analisa Data ………. 20 4.7 Ethical Clearance... 20

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 21 5.2. Karakteristik Individu

5.2.1 Distribusi Karakteristik Responden……… 21 5.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Rokok……… 22 5.2.3.Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah

Konsumsi Rokok per Hari………... 22 5.2.4. Distribusi Responden Berdasarkan Periode Merokok………... 22

5.2.5. Distribusi Responden Berdasarkan pH Air Liur……….23 5.2.6. Distribusi Responden Berdasarkan Aktivitas Enzim Amilase Liur………. 23

5.3. Hasil Analisis Data………...24 5.3.1. Distribusi pH Air Liur berdasarkan Jumlah Konsumsi

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan...28 6.2. Saran... 28

DAFTAR PUSTAKA...29 LAMPIRAN

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.2 Variabel Definisi Operasional ... 14 5.2.1 Distribusi Krakteristik Responden... ... 21 5.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Rokok... 22 5.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah

Konsumsi Rokok per Hari... 22 5.2.4 Distribusi Responden Berdasarkan Periode

Merokok………. 23

5.2.5 Distribusi Responden Berdasarkan pH Air Liur……… 23 5.2.6 Distribusi Responden Berdasarkan

Aktivitas Enzim Amilase Liur……… 24 5.3.1 Distribusi pH Air Liur berdasarkan Jumlah

Konsumsi Rokok per Hari………. 24 5.3.3 Distribusi Aktivitas Enzim Amilase

Liur Berdasarkan pH Air Liur………. 25 5.4.1 Distribusi pH Air Liur berdasarkan

Jumlah Konsumsi Rokok per Hari……….. 25 5.4.2 Distribusi ph Air Liur berdasarkan

Periode Merokok……… 26

5.4.3 Distribusi Aktivitas Enzim Amilase Liur

Berdasarkan pH Air Liur………. 27

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Lampiran 1 Riwayat Hidup Peneliti Lampiran 2 Kuesioner

Lampiran 3 Informed Consent

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian Lampiran 5 Data Induk

(12)

ABSTRAK

Merokok dapat menyebabkan berbagai perubahan dalam tubuh manusia, termasuk air liur. Dari studi literatur dikatakan bahwa merokok dapat menyebabkan pH liur menjadi lebih asam, dan pH yang asam menyebabkan aktivitas enzim yang terkandung di dalamnya tidak bekerja optimal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan merokok terhadap pH liur dan hubungan pH tersebut terhadap aktivitas enzim amilase liur.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan desain cross

sectional. Sample yang digunakan adalah 32 perokok yang merokok minimal 5 batang

per hari dengan periode merokok minimal 1 tahun. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober-November 2010 di laboratorium biokimia FK USU. Pengambilan sampel dengan cara total sampling, data responden diambil dengan menggunakan kuesioner dan air liur subyek diukur secara langsung dengan pH-meter dan tes Benedict oleh peneliti. Kemudian hasil penelitian di analisis dengan menggunakan uji statistic chi-square (X²) dengan bantuan program SPSS.

Dari uji analisis statistik diperoleh nilai p-value < 0,05 (p-value jumlah rokok yang dikonsumsi terhadap pH = 0,006 ; p-value pH terhadap aktivitas enzim amilse liur = 0,002) yang menandakan terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah rokok yang dikonsumsi dengan pH liur serta pH terhadap aktivitas enzim amilase liur. Namun, didapatkan pula p-value > 0,05 (p-value=0,946) pada hubungan periode merokok dengan pH liur. Hal ini menandakan tidak ada hubungan yang berarti antara periode merokok dengan pH liur.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah jumlah batang rokok yang dikonsumsi berpengaruh terhadap pH liur dan pH liur berpengaruh pada aktivitas enzim amilasenya.

(13)

ABSTRACT

Smoking causes several changes in human body parts, including saliva. Literature study shows that smoking can turn salivary pH becomes more acidic and acidic pH causes enzyme that belongs to it works improperly. The goal of this research is to identify the effect of smoking to the salivary pH and the relationship between this salivary pH with its amylase enzyme activity

This cross-sectional study was conducted in analytical descriptive method, with 32 respondents were chosen, every each of them smoking a minimum 5 cigarettes a day for at least 1 year. It was conducted between October – November 2010 at the biochemistry laboratory of Medicine Faculty of North Sumatera University. Sample chosen with the total sampling method using questionnaire, and subject’s saliva directly measured using pH meter and Benedict test by the researcher. Results of the study analyzed with the statistical chi-square (X²), using SPSS software.

From the statistic analysis test, p - value is < 0.05 (total cigarretes consumption a day with the salivary pH shows p - value = 0,006; salivary pH with the activity of salivary amilase anzyme shows p - value = 0,002). It is shown that there is a significant correlation between total cigarettes consumption a day with salivary pH and salivary pH with the activity of salivary amylase enzyme. However, it is found that there is no correlation between the period of smoking with the salivary pH. With the p-value > 0,05 (p-value= 0,946) shows that there is no a significant relation between the period of smoking and salivary pH.

In conclusion therefore, there is a correlation between total cigarettes consumption and salivary pH and salivary pH affects the activity of amylase enzyme that belongs to it.

Key words: salivary pH, amylase enzyme activity, smokers

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Merokok dewasa ini menjadi suatu aktivitas yang sangat umum di kalangan masyarakat Indonesia, termasuk di kalangan mahasiswa. Indonesia menempati urutan kelima di antara negara-negara dengan tingkat konsumsi tembakau tertinggi di dunia (USDA, 2002). Begitu juga data dari survei WHO tahun 2002, Indonesia menempati

urutan ke lima negara pengkonsumsi rokok terbanyak di dunia. Urutan pertama hingga keempatnya adalah Cina, Amerika Serikat, Jepang dan Rusia. Prevalensi perokok di Indonesia usia 15 tahun ke atas adalah 31,5 % (Susenas, 2001). Berdasarkan data survei kesehatan rumah tangga tahun 2004, sebanyak 59,04% laki-laki dan 4,83% perempuan merokok. Bila dilihat dari jumlah penduduk (laki-laki dan perempuan), total perokok di Indonesia sebanyak 31,4%. Artinya, sebanyak 62,8 juta orang merokok. Data ini juga berhasil dikumpulkan oleh Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok (LM3).

Menurut Nagler (2000) dalam Weiner (2008), rokok mengandung lebih dari 4000 senyawa kimia dan 400 diantaranya terbukti karsinogenik. Menurut Salaspuro (2006) dalam Weiner (2008), rokok merupakan penyebab utama dari kanker, bronkitis kronik, emfisema, penyakit kardiovaskular, dan merupakan penyebab utama kematian di dunia.

Namun, bukan hanya itu saja bahaya rokok terhadap tubuh manusia. Terdapat bagian-bagian lain dalam tubuh manusia yang dipengaruhinya, termasuk mulut. Asap rokok yang masuk ke dalam mulut perokok dapat menyebabkan perubahan pada aktivitas enzim amilase air liur (Weiner, 2008). Namun, dalam penelitian ini tidak disebutkan peran rokok terhadap perubahan pH air liur yang merupakan faktor penting yang menentukan aktivitas enzim amilase.

(15)

dalamnya. Aktifitas enzim optimal terlihat di antara nilai-nilai pH 5 dan 9. pH dapat mempengaruhi aktivitas dengan mengubah struktur enzim tersebut (Murray, 2000). Jadi, perlu diteliti lebih lanjut hubungan merokok dengan aktivitas enzim amilase air liur terkait dengan efeknya terhadap perubahan pH.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan suatu masalah dalam penelitian ini, yaitu “Bagaimana pengaruh merokok terhadap pH dan aktivitas enzim amilase air liur pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Sumatera Utara (FK USU) angkatan 2007”

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan merokok dengan pH dan aktivitas enzim amilase air liur pada mahasiswa FK USU angkatan 2007.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Memperoleh gambaran pH air liur pada mahasiswa FK USU angkatan 2007 yang merokok

2. Memperoleh hubungan pH terhadap aktivitas enzim amilase air liur pada mahasiswa FK USU angkatan 2007 yang merokok

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan untuk masyarakat ilmiah mengenai efek-efek buruk dari merokok

2. Mengisi data dasar tentang hubungan merokok dengan pH dan aktivitas enzim amilase air liur.

3. Sebagai referensi bagi dunia pendidikan tentang efek rokok terhadap pH dan aktivitas enzim amilase air liur

(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Merokok

2.1.1 Kandungan Rokok

Menurut Nagler (2000) dalam Weiner (2008), rokok mengandung lebih dari 4000 senyawa kimia dan 400 diantaranya terbukti karsinogenik. Senyawa-senyawa karsinogenik tersebut diantaranya adalah amino aromatik, nitrosamin, oksidan, dan aldehid.

Menurut Banoczy (2001) dalam Pejcic (2007), rokok mengandung nikotin yang menyebabkan kecanduan untuk mengonsumsinya. Menurut Napier (1996) dalam Pejcic (2007), nikotin secara cepat terabsorpsi ke aliran darah dan 30% sisanya tetap dalam bentuk bebas. Zat ini dapat berpenetrasi ke membran sel dan berefek hampir ke seluruh organ pada tubuh manusia.

2.1.2 Jenis Rokok

Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Pembedaan ini didasarkan atas

Rokok berdasarkan bahan pembungkus:

a.

b.

c.

d.

Rokok berdasarkan bahan baku atau isi:

a.

b.

(17)

c. Rokok Klembak: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh, da tertentu.

Rokok berdasarkan proses pembuatannya:

a.

Nikotin dan tar yang masuk ke tubuh dapat dimodifikasi oleh tipe bahan pembungkus yang digunakan pada rokok. Bahan pembungkus yang lebih menyerap akan melewatkan lebih banyak udara ke dalam rokok, menipiskan asap dan mengurangi jumlah dan nikotin yang masuk ke dalam paru-paru perokok. Filter dibuat oleh selulosa asetat dan menghalangi tar dan partikel-partikel rokok terinhalasi oleh perokok. Filter juga mendinginkan rokok secara perlahan sehingga lebih mudah diinhalasi.

2.1.3. Epidemiologi Merokok

Merokok dewasa ini menjadi suatu aktivitas yang sangat umum di kalangan masyarakat Indonesia, termasuk di kalangan mahasiswa. Indonesia menempati urutan kelima di antara negara-negara dengan tingkat konsumsi tembakau tertinggi di dunia (USDA, 2002). Begitu juga data dari survei WHO tahun 2002, Indonesia menempati urutan ke lima negara pengkonsumsi rokok terbanyak di dunia. Urutan pertama hingga keempatnya adalah Cina, Amerika Serikat, Jepang dan Rusia. Prevalensi perokok di Indonesia usia 15 tahun ke atas adalah 31,5 % (Susenas, 2001). Berdasarkan data survei kesehatan rumah tangga tahun 2004, sebanyak 59,04% laki-laki dan 4,83% perempuan merokok. Bila dilihat dari jumlah penduduk (laki-laki dan perempuan), total perokok di Indonesia sebanyak 31,4%. Artinya, sebanyak 62,8 juta orang merokok. Data ini juga berhasil dikumpulkan oleh Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok (LM3).

(18)

2.1.4 Efek Merokok

Menurut Salaspuro (2006) dalam Weiner (2008), rokok merupakan penyebab utama dari kanker, bronkitis kronik, emfisema, penyakit kardiovaskular, dan merupakan penyebab utama kematian di dunia. Jenis-jenis kanker yang dapat disebabkan oleh rokok antara lain adalah kanker rongga mulut, traktus pernafasan atas, paru-paru, dan traktus pencernaan atas.

Rokok juga mempunyai efek yang buruk terhadap kesehatan rongga mulut. Menurut penelitian Trudgill (1998), konsumsi rokok harian yang meningkat berdampak terhadap penurunan sekresi air liur dan kandungan bikarbonat di dalamnya. Rokok yang dikonsumsi per hari adalah minimal 5 batang dan periode merokok minimal 1 tahun untuk menimbulkan efek ini. Menurut Kjellen (1978) dan Kahrillas (1989) dalam Trudgill (1998), merokok dapat menyebabkan terganggunya sekresi bikarbonat air liur. Menurut Benowitz (1986) dalam Jones (1992), merokok dapat menyebabkan penurunan sekresi prostaglandin. Nikotin yang terkandung di dalamnya dapat meningkatkan agregasi platelet, vasokonstriksi dan meningkatkan konsentrasi katekolamin. Karbon monoksida yang terkandung di dalamnya dapat mengurangi transpor oksigen. Menurut

Trauth (2001) dalam Pejčić (2007), nikotin dapat menstimulasi saraf simpatis untuk

memproduksi neurotransmiter termasuk katekolamin. Hal ini menimbulkan efek pada reseptor alfa pada pembuluh darah yaitu berupa vasokonstriksi.

2.2 Air liur

2.2.1 Pendahuluan

(19)

2.2.2 Fungsi

Menurut Sherwood (2001), terdapat beberapa fungsi air liur terkait dengan kandungannya, yaitu :

1. Air liur memulai pencernaan karbohidrat di mulut melalui kerja amilase liur, suatu enzim yang memecah polisakarida menjadi disakarida.

2. Air liur mempermudah proses menelan dengan membasahi partikel-partikel makanan sehingga saling menyatu, serta dengan menghasilkan pelumasan karena adanya mukus, yang kental dan licin.

3. Air liur memiliki efek antibakteri melalui efek ganda, pertama oleh lisozim, suatu enzim yang melisiskan atau menghancurkan bakteri tertentu, dan kedua dengan membilas bahan yang mungkin digunakan bakteri sebagai sumber makanan. 4. Air liur berfungsi sebagai pelarut untuk molekul-molekul yang merangsang papil

pengecap. Hanya molekul dalam larutan yang dapat bereaksi dengan reseptor papil pengecap.

5. Air liur membantu berbicara dengan mempermudah gerakan bibir dan lidah. 6. Air liur berperan penting dalam higiene mulut dengan membantu menjaga

kebersihan mulut dan gigi. Aliran air liur yang terus menerus membantu membilas residu makanan, melepaskan sel epitel, dan benda asing. Kontribusi air liur dalam hal ini dirasakan oleh setiap orang yang pernah mengalami bau mulut saat sekresi air liur tertekan untuk sementara, misalnya saat demam atau keadaan cemas berkepanjangan.

7. Penyangga bikarbonat di air liur menetralkan asam di makanan serta asam yang dihasilkan oleh bakteri di mulut.

2.2.3. Sekresi Air Liur

Air liur diproduksi oleh tiga pasang kelenjar air liur utama, yaitu kelenjar sublingual, submandibula, dan parotis, yang terletak di luar rongga mulut dan menyalurkan air liur melalui duktus-duktus pendek ke dalam mulut. Selain itu, terdapat kelenjar liur minor, yaitu kelenjar bukal, dilapisan mukosa pipi (Sherwood, 2001). Menurut Tenovuo (1997) dalam Puy (2006), kelenjar-kelenjar ini berada di tiap region di mulut, kecuali gusi dan bagian depan dari palatum durum. Menurut Nauntofte (2003)

(20)

dalm Puy (2006), kelenjar air liur utama mensekresi 93% air liur, sedangakan 7% sisanya disekresi oleh kelenjar minor. Menurut Ten Cate (1985) dalam Eliasson (2006), air liur berasal dari flltrasi darah dari kapiler menuju ruang interstisial sebagai cairan interstisial pada kelenjar air liur. Pada awalnya cairannya berupa cairan isotonik dan pada akhirnya menjadi cairan hipotonik dan dialirkan ke duktus-duktus hingga ke rongga mulut.

Menurut Sherwood (2001) secara rata-rata, sekitar 1 sampai 2 liter air liur disekresikan per hari, berkisar dari kecepatan basal spontan yang konstan sebesar 0,5 ml/menit sampai kecepatan maksimum sebesar 5 ml/menit sebagai respons terhadap rangsangan kuat, misalnya ketika makan jeruk lemon. Sekresi air liur yang bersifat spontan dan kontinu, tanpa bahkan ada rangsangan yang jelas, disebabkan oleh stimulasi konstan tingkat rendah ujung-ujung saraf parasimpatis yang berakhir di kelenjar liur. Sekresi basal ini penting untuk menjaga agar mulut dan tenggorokan tetap basah setiapwaktu.

Selain sekresi yang bersifat konstan dan sedikit tersebut, sekresi air liur dapat ditingkatkan melalui dua jenis refleks air liur yang berbeda, yaitu refleks air liur sederhana, atau tidak terkondisi dan refleks air liur didapat, atau terkondisi. Refleks air liur sederahana (tidak terkondisi) terjadi sewaktu kemoreseptor atau reseptor tekanan di dalam rongga mulut berespons terhadap adanya makanan. Sewaktu diaktifkan, reseptor-reseptor tersebut memulai impuls di serat saraf aferen yang membawa informasi ke pusat air liur di medula batang orak. Pusat air liur tersebut kemudian mengirim impuls melalui saraf otonom ekstrinsik ke kelenjar air liur untuk meningkatkan sekresi air liur. Tindakan-tindakan gigi mendorong sekresi air liur walaupun tidak terdapat makanan karena adanya manipulasi terhadap reseptor tekanan yang terdapat di mulut.

Pada refleks air liut didapat (terkondisi), pengeluaran air liur terjadi tanpa rangsangan oral. Hanya berpikir, melihat, membaui, atau mendengar suatu makanan yang lezat dapat memicu pengeluaran air liur melalui refleks ini. Refleks ini merupakan respons yang dipelajari berdasarkan pengalaman sebelumnya. Masukan yang berasal dari luar mulut dan dan secara mental berkaitan dengan kenikmatan makan bekerja melalui korteks serebrum untuk merangsang pusat air liur di medula.

(21)

respons simpatis dan parasimpatis di kelenjar air liur tidak saling bertentangan. Baik stimulasi simpatis dan parasimpatis, keduanya meningkatkan sekresi air liur, tetapi jumlah, karakteristik, dan mekanisme yang berperan berbeda. Rangsangan parasimpatis, yang berperan dominan dalam sekresi air liur, menyebabkan pengeluaran air liur encer dalam jumlah besar dan kaya enzim. Stimulasi simpatis, di pihak lain, menghasilkan volume air liur yang jauh lebih sedikit dengan konsentrasi kental dan kaya mukus. Karena rangsangan simpatis menyebabkan sekresi air liur dalam jumlah sedikit, mulut terasa lebih kering dari biasanya selama dalam keadaan saat sistem simpatis dominan, misalnya pada keadaan stres. Dengan demikian, orang merasa kering di mulutnya ketika merasa cemas akan berbicara di depan umum.

Sekresi air liur adalah satu-satunya sekresi pencernaan yang seluruhnya berada di bawah kontrol saraf. Semua sekresi pencernaan lainnya diatur oleh refleks sistem saraf dan hormon.

Menurut Mariette (2004) dalam Puy (2006), terdapat obat-obatan yang mempengaruhi sekresi air liur antara lain:

a. Antikonvulsan : Gabapentin

b. Antidepresan : Amitriptyline, imipramine, sertraline, fluoxetine c. Antiemetik : Meclizine

d. Antihistamin : Loratadine

e. Antiparkinson : Biperidene, selegiline f. Antipsiktotik : Clozapine, chlorpromazine g. Bronkodilator : Ipratropium, albuterol h. Dekongestan : Pseudoephedrine i. Diuretik : Spironolactone j. Relaksan otot : Baclofen

k. Analgesik : Meperidine, morphine l. Sedatif : Flurazepam

m. Antihipertensi : Prazosin hydrocloride n. Ansiolitik : Lorazepam, diazepam

(22)

Menurut Dodds (2005) dalam Puy (2006), penyakit-penyakit yang dapat mempengaruhi sekresi air liur antara lain:

a. Hipertensi b. Depresi c. Malnutrisi

d. Diabetes mellitus e. Sindrom Sjögren

2.2.4 Sistem Penyangga pada Air Liur

Menurut Linder (1991) dalam Soesilo (2006), derajat keasaman air liur dalam keadaan normal antara 5,6-7,0 dengan rata-rata pH 6,7. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan pH air liur anatara lain rata-rata kecepatan sekresi air liur, mikroorganisme rongga mulut, dan kapasitas buffer air liur.

Perubahan nilai pH dalam waktu singkat pada organisme dicegah oleh sistem penyangga. Sistem penyangga adalah campuran asam lemah dengan basa terkonyugasi atau basa lemah dengan asam terkonyugasinya (Koolman, 2001). Menurut Edgar (2004) dalam Almeida (2008), sistem penyangga yang terpenting pada air liur adalah bikarbonat. Kaufman (2002) dalam Rooban (2006) menjelaskan bahwa peningkatan sekresi air liur dapat merubah pH dengan meningkatkan sekresi bikarbonat. Jadi, semakin banyak air liur yang dihasilkan, semakin baik sistem penyangga yang terjadi.

2.3. Enzim Amilase Liur 2.3.1 Definisi Enzim

(23)

2.3.2 Fungsi Enzim

Menurut Murray (2000), sebagai determinan yang menentukan kecepatan berlangsungnya berbagai peristiwa fisiologik, enzim memainkan peranan sentral dalam masalah kesehatan dan penyakit. Pemecahan makanan untuk memasok energi serta unsur-unsur kimia pembangun tubuh, perakitan pembangun tubuh tersebut menjadi protein, membran sel serta DNA yang mengkodekan informasi genetik, dan akhirnya menggunakan energi tersebut untuk menggerakkan sel. Semua ini dimungkinkan dengan adanya kerja enzim-enzim yang dikoordinasikan secara cermat.

2.3.3 Klasifikasi Enzim

Menurut Murray (2000), enzim diklasifikasikan berdasarkan tipe dan mekanisme reaksi. Berikut adalah tata cara penamaan dari suatu enzim, yaitu:

• Reaksi dan enzim yang mengatalisis reaksi tersebut membentuk enam kelas, masing-masing mempunyai 4-13 subkelas

• Nama enzim terdiri dari 2 bagian. Nama pertama menunjukkan substrat. Nama kedua, yang berakhir dengan akhiran –ase, menyatakan tipe reaksi yang dikatalisis

2.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Enzim

Menurut Murray (2000), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim amilase, di antaranya adalah:

• pH

Ketika aktivitas enzim diukur pada berbagi nilai pH, aktivitas optimal secara khas terlihat di antara nilai-nilai pH 5 dan 9. pH dapat mempengaruhi aktivitas enzim dengan mengubah struktur atau dengan mengubah muatan residu fungsional pada pengikatan substrat atau katalisis. pH juga berpengaruh dalam perubahan konformasi enzim. Oleh karena itu, pH yang tidak sesuai denagn enzim tertentu, akan mempengaruhi aktivitas dari enzim tersebut.

• Suhu

Kecepatan reaksi mula-mula akan meningkat seiring meningkatnya suhu akibat peningkatan energi kinetik pada molekul-molekul yang bereaksi. Akan tetapi,

(24)

pada akhirnya, energi kinetik enzim akan melampaui rintangan energi untuk memutuskan ikatan hidrogen dan hidrofobik yang lemah, yang mempertahankan struktur sekunder-tersiernya. Pada suhu ini terutama terjadi denaturasi, disertai hilangnya aktivitas katalitik secara cepat.

• Konsentrasi substrat

Kecepatan reaksi akan bertambah seiring dengan meningkatnya konsentrasi substrat hingga tercapai suatu keadaan yang enzimnya dikatakan ”jenuh” oleh substrat.

• Konsentrasi enzim

Konsentrasi enzim selalu sebanding dengan kecepatan awal suatu reaksi yang dikatalisisnya. Kecepatan awal suatu reaksi adalah kecepatan yang diukur sebelum produk terbentuk dalam jumlah yang cukup untuk memungkinkan terjadinya reaksi balik.

• Inhibitor

Inhibisi terjadi pada tapak pengikatan substrat (katalitik). Struktur kimia sebuah inhibitor analog substrat umumnya menyerupai struktur kimia substrat. Oleh karana itu substrat dan inhibitor akan saling bersaing memperebutkan tapak pengikatan yang sama pada permukaan enzim.

2.3.5 Fungsi Enzim Amilase Liur

Air liur mengandung enzim amilase, yang dihasilkan oleh kelenjar parotid sebanyak 80%, sedangkan sisanya dihasilkan oleh kelenjar submandibular. Protein yang terkandung di dalam air liur 40% di antaranya mengandung enzim ini. Enzim amilase berfungsi untuk merubah polisakarida menjadi disakarida. Enzim ini dapat digunakan sebagai indikator normal atau tidaknya kerja dari kelenjar air liur seseorang dalam menghasilkan sekretnya (Almeida, 2008).

2.3.6 Pengukuran Aktivitas Enzim Amilase Liur

(25)

a. Siapkan larutan enzim amilase yang merupakan campuran dari 1 ml air liur, 9 ml air yang telah disaring, dan 60 ml NaCl 0,5 %.

b. Sediakan 3 tabung dan beri nomor 1,2, dan 3

c. Teteskan 2 ml larutan enzim tersebut pada setiap tabung

d. Teteskan 2 ml larutan amilum 2 % pada setiap tabung dan campurkan

e. Tambahkan 2 ml larutan asam pada tabung 1, 2 ml larutan netral pada tabung 2 dan 2 ml larutan basa pada tabung 3. Letakkan ketiga tabung tersebut pada

waterbath bersuhu 37 derajat celcius selama 10 menit

f. Ambil ketiga tabung tersebut dari waterbath dan teteskan 2 ml regensia Benedict ke tiap tabung dan letakkan dalam air yang mendidih selama 5 menit.

g. Perhatikan warna yang terbentuk :

Biru : maltosa (-), amilase tidak bekerja Hijau : maltosa (+), amilase bekerja Kuning : maltosa (++), amilase bekerja Orange : maltosa (+++), amilase bekerja Merah : maltosa (++++), amilase bekerja

(26)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang diteliti dapat digambarkan sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Aktivitas

enzim amilase

air liur

pH air liur Merokok

- Jumlah konsumsi rokok per hari

(27)

3.2 Variabel dan Definisi Operasional

Tabel 3.2 Variabel dan Definisi Operasional Variabel Definisi

Periode merokok Jangka waktu antara usia awal merokok sampai dengan umur responden saat ini

(28)

Aktivitas enzim amilase air liur

Kemampuan enzim amilase untuk

mempercepat reaksi substrat (polisakarida: amilum) menjadi produk(disakarida: maltosa) dalam air liur

Percobaan Tes Benedict Warna larutan yang terbentuk:

• Biru, hijau, kuning, orange, merah: enzim amilase tidak bekerja maksimal • Merah: enzim

amilase bekerja maksimal

(29)

3.3 Hipotesa

Hipotesa dalam penelitian ini adalah ”Ada pengaruh merokok terhadap pH dan aktivitas enzim amilase air liur pada mahasiswa FK USU angkatan 2007”

(30)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitik, yang bertujuan menggambarkan hubungan antara 2 variabel yang berupa faktor risiko (merokok ataupun tidak) dan efek atau hasil (pH dan aktivitas enzim amilase air liur) pada mahasiswa FK USU angkatan 2007 (Sastroasmoro, 2008).

Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional, dimana pengumpulan data atau variabel yang akan diteliti dilakukan secara bersamaan dalam satu waktu (Sastroasmoro, 2008).

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester VII. Pengumpulan data dilakukan pada bulan September-Oktober 2010.

4.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di FK USU, dengan pertimbangan FK USU memiliki laboratotium biokimia yang dapat digunakan dalam penelitian ini. Air liur yang dikumpulkan dari sampel juga dapat langsung diuji untuk menghindari kesalahan pada saat melakukan percobaan, berhubung sampel yang diambil merupakan mahasiswa dari FK USU sendiri.

4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi

(31)

4.3.2 Sampel

Sampel penelitian adalah subyek yang diambil dari populasi yang memenuhi kriteria penelitian yang diambil dengan metode total sampling, dimana terdapat jumlah populasi kurang dari 100 orang sehingga seluruh populasi dijadikan sampel (Notoatmodjo 2005). Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebesar 32 sampel.

Kriteria inklusi :

1. Merokok minimal 5 batang per hari dan periode merokok minimal 1 tahum 2. Mahasiswa bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian.

Kriteria eksklusi :

1. Mahasiswa dengan penyakit-penyakit sistemik yang dapat mempengaruhi seksresi air liur .

2. Mahasiswa yang sedang menkonsumsi obat-obatan yang mempengaruhi sekresi air liur .

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer yang meliputi jumlah rokok per hari yang dikonsumsi dan periode merokok pada responden diperoleh dengan menggunakan teknik wawancara dengan alat ukur kuesioner. Data primer yang meliputi kadar pH serta aktivitas enzim amilase air liur pada responden diperoleh melalui percobaan laboratorium.

4.5 Prosedur Kerja

Pengumpulan air liur subyek dilakukan pada pukul 07.00 WIB. Subyek tidak diperbolehkan untuk mengkonsumsi makanan, minuman dan rokok sebelum dilakukan proses pengumpulan. Pada proses pengumpulan, subyek tidak dipaparkan dengan bau-bauan serta pemandangan-pemandangan yang berpengaruh pada produksi liurnya. Liur yang diambil adalah liur yang pertama dihasilkan dan hanya sekali proses pengambilan per subyek.

Pengukuran pH menggunakan pH meter yang dilakukan sebelum pengukuran aktivitas enzim amilase.

(32)

Pengukuran aktivitas enzim amilase liur dapat dibuktikan dengan menggunakan tes Benedict. Prosedurnya adalah sebagai berikut:

1. Siapkan larutan enzim amilase yang merupakan campuran dari 1 ml air liur, 9 ml air yang telah disaring, dan 60 ml NaCl 0,5 %.

2. Sediakan 3 tabung dan beri nomor 1,2, dan 3

3. Teteskan 2 ml larutan enzim tersebut pada setiap tabung

4. Teteskan 2 ml larutan amilum 2 % pada setiap tabung dan campurkan

5. Tambahkan 2 ml larutan asam pada tabung 1, 2 ml larutan netral pada tabung 2 dan 2 ml larutan basa pada tabung 3. Letakkan ketiga tabung tersebut pada waterbath bersuhu 37 derajat celcius selama 10 menit

6. Ambil ketiga tabung tersebut dari waterbath dan teteskan 2 ml regensia Benedict ke tiap tabung dan letakkan dalam air yang mendidih selama 5 menit.

7. Perhatikan warna yang terbentuk :

i. Biru : maltosa (-), amilase tidak bekerja ii. Hijau : maltosa (+), amilase bekerja iii. Kuning : maltosa (++), amilase bekerja iv. Orange : maltosa (+++), amilase bekerja

v. Merah : maltosa (++++), amilase bekerja

Pembuatan regensia Benedict:

1. Larutkan 173 gr natrium sitrat dan 100 gram natrium karbonat ke dalam 600 ml air suling.

2. Panaskan hingga larut, kemudian saring

3. Larutkan 17,3 gr kupri sulfat ke dalam 150 ml air suling

4. secara perlahan-perlahan tambahkan larutan kupri sulfat ke dalam larutan natrium sitrat-natrium karbonat. Aduk terus-menerus

(33)

4.6 Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan dan analisis data akan dilakukan dengan bantuan program SPSS 17. Hasil penelitian akan ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dianalisa menggunakan uji statistik chi-square (X2).

4.7 Ethical Clearance

Penelitian ini telah memperoleh persetujuan pelaksanaan dari Komisi Etik FK USU.

(34)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di FK USU yang beralamat di Jl. Dr. Mansyur No. 5 Medan, dengan pertimbangan FK USU memiliki laboratorium biokimia yang dapat digunakan dalam penelitian ini. Air liur yang dikumpulkan dari sampel juga dapat langsung diuji untuk menghindari kesalahan pada saat melakukan percobaan, berhubung sampel yang diambil merupakan mahasiswa dari FK USU sendiri.

5.2. Karakteristik Individu

Tabel 5.2.1 Distribusi Karakteristik Responden

No. Karakteristik Jumlah %

1 Kelompok Umur (tahun) - ≤ 20

(35)

5.2.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Rokok

Tabel 5.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Rokok

Jenis Rokok Frekuensi %Frekuensi

Rokok Filter 32 100

Rokok non-Filter 0 0

Total 32 100

Berdasarkan tabel 5.2.2 dapat diketahui ternyata responden yang mengkonsumsi rokok filter berjumlah 32 orang (100 %) dan tidak ada responden yang mengkonsumsi rokok non filter (0 %).

5.2.3. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Konsumsi Rokok per Hari

Tabel 5.2.3. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Konsumsi Rokok per Hari Jumlah konsumsi

rokok per hari (batang)

Kategori Frekuensi %Frekuensi

5-10 Ringan 10 31,25

11-15 Sedang 16 50

>15 Berat 6 18,75

Total 32 100

Berdasarkan tabel 5.2.3 dapat diketahui ternyata responden yang dikategorikan sebagai perokok ringan (konsumsi rokok 5-10 batang per hari) sebanyak 10 orang (31,25 %), responden yang dikategorikan sebagai perokok sedang (konsumsi rokok 11-15 batang per hari) sebanyak 16 orang (50 %), dan responden yang dikategorikan sebagai perokok berat (konsumsi rokok >15 batang per hari) sebanyak 6 orang (18,75 %).

5.2.4. Distribusi Responden Berdasarkan Periode Merokok

Tabel 5.2.4.Distribusi Responden Berdasarkan Periode Merokok Periode Merokok

(tahun)

Kategori Frekuensi %Frekuensi 1-3 tahun Jangka pendek 15 46,88

>3 tahun Jangka panjang 17 53,12

Total 32 100

(36)

Berdasarkan tabel 5.2.4 dapat diketahui ternyata responden yang dikategorikan sebagai perokok jangka pendek (1-3 tahun) sebanyak 15 orang (46,88 %), dan responden yang dikategorikan sebagai perokok jangka panjang (>3 tahun) sebanyak 17 orang (53,12 %).

5.2.5. Distribusi Responden Berdasarkan pH Air Liur

Tabel 5.2.5.Distribusi Responden Berdasarkan pH Air Liur pH Air Liur Kategori Frekuensi %Frekuensi

7 normal 19 59,38

<7 / >7 tidak normal 13 40,62

Total 32 100

Berdasarkan tabel 5.2.5 dapat diketahui ternyata responden dengan pH air liur normal (7) sebanyak 19 orang (59,38 %), dan responden dengan pH air liur yang tidak normal (<7 / >7) sebanyak 13 orang (40,62 %).

5.2.6. Distribusi Responden Berdasarkan Aktivitas Enzim Amilase Liur

Tabel 5.2.6.Distribusi Responden Berdasarkan Aktivitas Enzim Amilase Liur Aktivitas

EnzimAmilase Liur (tes Benedict)

Kategori Frekuensi %Frekuensi

Terbentuk

(37)

5.3. Hasil Analisis Data

5.3.1. Distribusi pH Air Liur berdasarkan Jumlah Konsumsi Rokok per Hari Tabel 5.3.1.Distribusi pH Air Liur berdasarkan Jumlah Konsumsi Rokok per Hari

Jumlah

Normal Tidak Normal

N % N % N %

Ringan 10 100 0 0 10 31,25

Sedang 6 37,5 10 62,5 16 50

Berat 3 50 3 50 6 18,75

Total 19 59,4 13 40,6 32 100

Berdasarkan tabel 5.3.1.dapat diketahui ternyata responden yang dikategorikan sebagai perokok ringan didapati 10 orang (100 %) memiliki kadar pH air liur normal dan 0 orang (0 %) memiliki kadar pH air liur yang tidak normal. Dari responden yang dikategorikan sebagai perokok sedang didapati 6 orang (37,5 %) memiliki kadar pH air liur normal dan 10 orang (62,5 %) dengan kadar pH air liur yang tidak normal. Dari responden yang dikategorikan sebagai perokok berat didapati 3 orang (50 %) dengan kadar pH air liur normal dan 3 orang (50 %) dengan kadar pH air liur yang tidak normal.

5.3.2. Distribusi pH Air Liur berdasarkan Periode Merokok

Tabel 5.3.2. Distribusi pH Air Liur berdasarkan Periode Merokok Periode

Merokok

pH Air Liur

Jumlah Normal Tidak Normal

N % N % N %

Jangka Pendek 9 60 6 40 15 46,88

Jangka Panjang 10 58,8 7 41,2 17 53,12

Total 19 59,4 13 40,6 32 100

Berdasarkan tabel 5.3.2. dapat diketahui ternyata responden yang merokok dalam jangka pendek didapati 9 orang (60%) dengan kadar pH air liur normal dan 6 orang (40%) dengan kadar pH air liur yang tidak normal. Dari responden yang merokok dalam jangka panjang didapati 10 orang (58,8%) dengan kadar pH air liur normal dan 7 orang (41,2%) dengan kadar pH air liur yang tidak normal.

(38)

5.3.3. Distribusi Aktivitas Enzim Amilase Liur Berdasarkan pH Air Liur

Tabel 5.3.3.Distribusi Aktivitas Enzim Amilase Liur Berdasarkan pH Air Liur

pH Air Liur

Aktivitas Enzim Amilase Liur

Jumlah Bekerja

maksimal Tidak Bekerja Maksimal

N % N % N %

Normal 10 52,6 9 47,4 19 59,4

Tidak Normal 0 0 13 100 13 40,6

Total 10 31,25 22 68,75 32 100

Berdasarkan tabel 5.3.3.dapat diketahui ternyata responden dengan kadar pH air liur normal didapati 10 orang (52,6%) memiliki enzim amilase liur dengan kerja maksimal dan 9 orang (47,4%) memiliki enzim amilase liur dengan kerja yang tidak maksimal. Sedangkan responden dengan kadar pH air liur yang tidak normal didapati 0 orang (0%) memiliki enzim amilase liur dengan kerja maksimal dan 13 orang (100%) memiliki enzim amilase liur dengan kerja maksimal.

5.4 Pembahasan

5.4.1 Distribusi pH Air Liur berdasarkan Jumlah Konsumsi Rokok per Hari Tabel 5.4.1 Distribusi pH Air Liur berdasarkan Jumlah Konsumsi Rokok per Hari

Berdasarkan perhitungan, dapat diketahui ternyata responden yang dikategorikan sebagai perokok ringan didapati 10 orang (100 %) memiliki kadar pH air liur normal dan 0 orang (0 %) memiliki kadar pH air liur yang tidak normal. Dari responden yang dikategorikan sebagai perokok sedang didapati 6 orang (37,5 %) memiliki kadar pH air liur normal dan 10 orang (62,5 %) dengan kadar pH air liur yang tidak normal. Dari

Jumlah Normal Tidak Normal

N % N % N %

Ringan 10 100 0 0 10 31,25

Sedang 6 37,5 10 62,5 16 50

Berat 3 50 3 50 6 18,75

(39)

responden yang dikategorikan sebagai perokok berat didapati 3 orang (50 %) dengan kadar pH air liur normal dan 3 orang (50 %) dengan kadar pH air liur yang tidak normal.

Setelah dianalisis dengan menggunakan uji statistik Pearson Chi-Square Test didapati hubungan yang bermakna antara jumlah batang rokok yang dikonsumsi tiap hari dengan kadar pH air liur perokok tersebut, yaitu dengan p-value 0,006 (p<0,05). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Trudgill (1998) yang mendapatkan bahwa terdapat korelasi positif antara jumlah konsumsi batang rokok per hari dengan kadar pH air liur.

5.4.2. Distribusi ph Air Liur berdasarkan Periode Merokok

Tabel 5.4.2. Distribusi ph Air Liur berdasarkan Periode Merokok

Berdasarkan perhitungan, dapat diketahui ternyata responden yang merokok dalam jangka pendek didapati 9 orang (60%) dengan kadar pH air liur normal dan 6 orang (40%) dengan kadar pH air liur yang tidak normal. Dari responden yang merokok dalam jangka panjang didapati 10 orang (58,8%) dengan kadar pH air liur normal dan 7 orang (41,2%) dengan kadar pH air liur yang tidak normal.

Setelah dianalisis dengan menggunakan uji statistik Pearson Chi-Square Test tidak didapati hubungan yang bermakna antara periode merokok dengan kadar pH air liur perokok tersebut, yaitu dengan p-value 0,946 (p>0,05). Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Trudgill (1998) yang mendapatkan bahwa terdapat korelasi positif antara periode merokok dengan kadar pH air liur. Hal ini mungkin dikarenakan oleh perbedaan waktu pemeriksaan. Trudgill (1998) langsung memeriksakan air liur subyek setelah terkumpul, sedangkan pada penelitian ini air liur dikumpulkan pada pukul 07.00 WIB dan diperiksa pada pukul 14.00 WIB.

Periode Merokok

pH Air Liur

Jumlah Normal Tidak Normal

(40)

5.4.3 Distribusi Aktivitas Enzim Amilase Liur Berdasarkan pH Air Liur

Tabel 5.4.3 Distribusi Aktivitas Enzim Amilase Liur Berdasarkan pH Air Liur

Berdasarkan perhitungan, dapat diketahui ternyata responden dengan kadar pH air liur normal didapati 10 orang (52,6%) memiliki enzim amilase liur dengan kerja maksimal dan 9 orang (47,4%) memiliki enzim amilase liur dengan kerja yang tidak maksimal. Sedangkan responden dengan kadar pH air liur yang tidak normal didapati 0 orang (0%) memiliki enzim amilase liur dengan kerja maksimal dan 13 orang (100%) memiliki enzim amilase liur dengan kerja tidak maksimal.

Setelah dianalisis dengan menggunakan uji statistik Pearson Chi-Square Test didapati hubungan yang bermakna antara kadar pH air liur dengan aktivitas enzim amilase yang terkandung di dalamnya, yaitu dengan p-value 0,002 (p<0,05). Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Murray (2000) bahwa pH menentukan keoptimalan kerja suatu enzim.

p-value:

0,002 Ph Air

Liur

Aktivitas Enzim Amilase Liur

Jumlah Bekerja

maksimal Tidak Bekerja Maksimal

N % N % N %

Normal 10 52,6 9 47,4 19 59,4

Tidak Normal

0 0 13 100 13 40,6

(41)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian mengenai pengaruh merokok terhadap pH dan aktivitas enzim amilase liur pada mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU) angkatan 2007

,

maka dapat diambil

kesimpulan, yaitu :

a. Terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah batang rokok yang dikonsumsi per hari dengan kadar pH air liur (p-value=0,006).

b. Didapatkan pula hubungan yang bermakna antara kadar pH air liur dengan aktivitas enzim amilase yang terkandung di dalamnya (p-value=0,002).

c. Tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara periode merokok dengan kadar pH air liur pada perokok tersebut (p-value=0,946).

6.2. Saran

a. Kepada peneliti-peneliti berikutnya diharapkan untuk mengukur pH serta aktivitas enzim amilase liur subyek segera setelah pengumpulan air liur tersebut..

b. Diharapkan pula menggunakan jumlah sampel yang lebih besar untuk menghindari kesalahan-kesalahan dikemudian nanti.

c. Diharapkan pula penelitian ini menjadi bahan masukan untuk masyarakat ilmiah mengenai efek-efek buruk dari merokok

d. Penelitian ini agar menjadi data dasar tentang hubungan merokok dengan pH dan aktivitas enzim amilase air liur.

e. Penelitian ini dijadikan referensi bagi dunia pendidikan tentang efek rokok terhadap pH dan aktivitas enzim amilase air liur

(42)

Lampiran 1

RIWAYAT HIDUP PENELITI

Nama : Syarifah Nazira

Tempat / Tanggal Lahir : Lhokseumawe, 13 Juli 1989

Agama : Islam

Alamat : Jl. Tri Dharma No.42 Kampus USU

Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri 1 Cunda Lhokseumawe 2. SMP Negeri 11 Medan

3. SMP Negeri 111 Jakarta 3. SMA Negeri 78 Jakarta

Riwayat Pelatihan : Workshop RJPO dan Traumatologi TBM FK USU Riwayat Organisasi : 1. Organisasi Siswa Intra Sekolah SMP Negeri 111

Jakarta

(43)

Lampiran 2

KUESIONER PENELITIAN

PENGARUH MEROKOK TERHADAP pH DAN AKTIVITAS ENZIM AMILASE AIR LIUR PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA ANGKATAN 2007

No. Responden : ………

I.

NIM : ……….

Umur : ………...

Suku : ……….

Agama : ………...

Data Responden

II.

Petunjuk pengisian : Berilah tanda check list pada salah satu jawaban yang paling tepat menurut Anda.

Pertanyaan

1. Berapa batang rokok yang Anda konsumsi per hari? o 5-10 batang

o 11-15 batang o > 15 batang

2. Berapa tahun jangka waktu antara usia awal merokok dengan umur Anda saat ini (periode merokok)?

o 1-3 tahun o > 3 tahun

3. Jenis rokok apa yang ada konsumsi? o Filter

o Non filter

(44)

Lampiran 3

Assalamualaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita semua.

Pertama-tama, saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas kesediaanya meluangkan waktu untuk mengisi surat persetujuan ini.

Pertama-tama, izinkan saya memperkenalkan diri. Nama saya Syarifah Nazira. Saya berkuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU) angkatan 2007. Saat ini saya sedang mengerjakan penelitian guna melengkapi Karya Tulis Ilmiah yang menjadi kewajiban saya untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran.

Adapun judul penelitian saya adalah Pengaruh Merokok terhadap pH dan Aktivitas Enzim Amilase Air Liur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh rokok terhadap pH dan aktivitas enzim amilase air liur.

Untuk itu saya memohon kesediaan Anda untuk ikut serta dalam penelitian ini, yaitu sebagai responden. Saya akan menanyakan beberapa hal seputar kebiasaan merokok yang meliputi jumlah rokok per hari yang dikonsumsi, periode merokok, dan jenis rokok yang Anda konsumsi. Saya juga memohon kesediaan Anda untuk mengumpulkan air liur yang akan digunakan untuk percobaan.

Demikian saya beritahukan. Atas kesediaan Anda saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya. Semoga partisipasi Anda dalam penelitian ini membawa manfaat besar bagi kita semua.

Wassalamualaikum Wr. Wb. Syarifah Nazira

SURAT PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

NIM :

Dengan ini bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini, tanpa adanya paksaan dari pihak manapun. Saya akan menjawab seluruh pertanyaan yang diberikan oleh peneliti dengan jujur dan apa adanya, serta mengumpulkan air liur yang akan digunakan pada penelitian ini.

Medan, 2010

(45)

Lampiran 4

(46)
(47)
(48)
(49)

DAFTAR PUSTAKA

Banoczy , J., Gintner, Z.,Dombi, C.,2001. Tobacco use and oral leukoplakia. Dalam:

Pejčić, A., Obradović, R., Kojović, D. 2007. Smoking and Periodontal Disease a

Review. Department for Periodontology and Oral Medicine, Medical Faculty,

University of Niš, Serbia: 53 – 59

Benowitz ,N.L, 1986. Clinical pharmacology of nicotine. Dalam: Jones, P. D. E,. Hudson, N., Hawkey, C. J. 1992. Depression of Salivary Epidermal Growth

Factor by Smoking. Department of Therapeutics, University Hospital,

Nottingham: 304:480-1

de Almeida, P.D.V., Grégio, A.M.T., Machado, M.Â.N., de Lima, A.A.S., Azevedo, L.R. 2008. Saliva Composition and Functions: A Comprehensive Review. J Contemp Dent Pract : 072-080.

Dodds, M.W., Jonson, D.A., Yeh, C.K., 2005. Health benefits of saliva: a review. Dalam: de Almeida, P.D.V., Grégio, A.M.T., Machado, M.Â.N., de Lima, A.A.S., Azevedo, L.R. 2008. Saliva Composition and Functions: A Comprehensive

Review. J Contemp Dent Pract : 072-080

Edgar ,W.M.,1992. Saliva: its secretion, composition and functions. Dalam: de Almeida, P.D.V., Grégio, A.M.T., Machado, M.Â.N., de Lima, A.A.S., Azevedo, L.R. 2008. Saliva Composition and Functions: A Comprehensive Review. J Contemp Dent Pract : 072-080.

Ferrari, M.E.G., Munõz, A.C., 2006. Histologia e embriologia bucodental. Dalam: de Almeida, P.D.V., Grégio, A.M.T., Machado, M.Â.N., de Lima, A.A.S.,

Azevedo, L.R. 2008. Saliva Composition and Functions: A Comprehensive

Review. J Contemp Dent Pract : 072-080.

Kahrilas, P.J. ,Gupta, R.R.,1989. The effect of cigarette smoking on salivation and esophageal acid clearance. Dalam: Trudgill, N.J., Smith, L.F., Kershaw, J,. Riley, S.A. 1998. Impact of Smoking Cessation on Salivary Function in Healthy

Volunteers. Department of Gastroenterology, Northern General Hospital,

Sheffield, England: 568–571

(50)

Kaufman, E., Lamster, I.B., 2002. The diagnostic applications of saliva- a review.

Dalam: Rooban, T., Mishra, G,. Elizabeth, J., Ranganathan, K,. Saraswathi, T.R.

2006. Effect of Habitual Arecanut Chewing on Resting Whole Moutg Salvary Flow

Rate and pH. Department of Oral and Maxillofacial Pathology, Ragas Dental

College and Hospital Chennai: 197-212

Kjellen,G., Tibbling, L., 1978. Influence of body position, dry and water swallows, smoking and alcohol on esophageal acid clearing. Dalam: Trudgill, N.J., Smith, L.F., Kershaw, J,. Riley, S.A, 1998. Impact of Smoking Cessation on Salivary

Function in Healthy Volunteers. Department of Gastroenterology, Northern

General Hospital, Sheffield, England: 568–571

Koolman, J., 2000. Atlas Berwarna dan Teks Biokimia. Jakarta: Hipokrates

Linder ,M.C., 1991. Nutritional biochemistry and metabolism. Dalam: Soesilo, D., Santoso, R.E., Diyatri, I. 2005. Peranan Sorbitol dalam Mempertahankan

Kestabilan pH Saliva Proses Pencegahan Karies. Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Airlangga: 25–28

Mariette, X., 2004. Treatment of oral dryness in Sjogren’s syndrome. Dalam: Puy , C.L. 2006. The Role of Saliva in Maintaining Oral Health and as an Aid to Diagnosis. Primary Health Care Dentist. Department 9, Valencian Health Service, Lecturer in Preventive Dentistry, CEU Cardenal Herrera University: E449-555

Murray, R.K., 2003. Biokimia Harper. 25th ed. Jakarta: EGC

Nagler,R., Lischinsky, S., Diamond, E., Drigues, N., Klein, I., Reznick, A.Z., 2000. Effect of cigarette smoke on salivary proteins and enzyme activities. Dalam: Weiner, D. 2000. Inhibition of Salvary Amylase Activity by Cigarette Smoke

Aldehydes. Department of Anatomy and Cell Biology, The Bruce Rappaport

Faculty of Medicine,

Technion, Haifa, Israel: 727-737

Napier, K.,1996. Cigarettes: What the warning label doesn't tell you. Dalam: Pejčić, A.,

Obradović, R., Kojović, D. 2007. Smoking and Periodontal Disease a Review.

(51)

Nauntofte, B., Tenevuo, J.O., Lagerlöf, F., 2003. Secretion and composition of saliva.

Dalam: Puy , C.L,. 2006. The Role of Saliva in Maintaining Oral Health and as an Aid to Diagnosis. Primary Health Care Dentist. Department 9, Valencian

Health Service, Lecturer in Preventive Dentistry, CEU Cardenal Herrera University: E449-555

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta Salaspuro, V.J.,Hietala, J.M., Marvola, M.L,. Salaspuro, M.P.,2006. Eliminating

Carcinogenic Acetaldehyde By Cysteine From Saliva During Smoking. Dalam: Weiner, D. 2000. Inhibition of Salvary Amylase Activity by Cigarette Smoke

Aldehydes. Department of Anatomy and Cell Biology, The Bruce Rappaport

Faculty of Medicine, Technion, Haifa, Israel: 727-737 Sherwood, L., 1996. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. 2nd

USDA data on consumption for Indonesia is based on production, 2002. Available from: ed. Jakarta: EGC

Ten Cate, A.R., 1985. Oral histology. Development, structure and function. Dalam: Eliasson, L. 2006. On Minor Salivary Gland Secretion. Department of Cariology Institute of Odontology Sahlgrenska Academy at Göteborg University: 54-61 Tenovuo, J.O., 1997. Salivary parameters of relevance for assesing caries activity in

individuals and populations. Dalam: Puy , C.L,. 2006. The Role of Saliva in

Maintaining Oral Health and as an Aid to Diagnosis. Primary Health Care

Dentist. Department 9, Valencian Health Service, Lecturer in Preventive Dentistry, CEU Cardenal Herrera University: E449-555

Trauth, J.A., Seidler, F.J., Ali ,S.F., Slotkin ,T.A.,2001. Adolescent nicotine exposure produces immediate and long-term changes in CNS noradrenergic and dopaminergic function. Dalam: Pejčić, A., Obradović, R., Kojović, D. 2007.

Smoking and Periodontal Disease a Review. Department for Periodontology and

Oral Medicine, Medical Faculty, University of Niš, Serbia: 53 – 59

Trudgill, N.J., Smith, L.F., Kershaw, J,. Riley, S.A, 1998. Impact of Smoking Cessation

on Salivary Function in Healthy Volunteers. Department of Gastroenterology,

Northern General Hospital, Sheffield, England: 568–571

March 2009]

(52)

Weiner, D., 2000. Inhibition of Salvary Amylase Activity by Cigarette Smoke Aldehydes. Department of Anatomy and Cell Biology, The Bruce Rappaport Faculty of Medicine, Technion, Haifa, Israel: 727-737

Gambar

Gambar 3.1. Kerangka Konsep
Tabel 5.2.1 Distribusi Karakteristik Responden
Tabel 5.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Rokok
Tabel 5.2.5.Distribusi Responden Berdasarkan pH Air Liur
+5

Referensi

Dokumen terkait