• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan pH dan Aktivitas Enzim Amilase Air Liur pada Perokok Filter dan Nonfilter di Kalangan Penarik Becak Bermotor di Kota Medan Tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbandingan pH dan Aktivitas Enzim Amilase Air Liur pada Perokok Filter dan Nonfilter di Kalangan Penarik Becak Bermotor di Kota Medan Tahun 2011"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN pH DAN AKTIVITAS ENZIM AMILASE AIR LIUR PADA PEROKOK FILTER DAN NONFILTER DI KALANGAN PENARIK

BECAK BERMOTOR DI KOTA MEDAN TAHUN 2011

Oleh :

INDAH PUSPITA SARI PANE 080100077

NIM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERBANDINGAN pH DAN AKTIVITAS ENZIM AMILASE AIR LIUR PADA PEROKOK FILTER DAN NONFILTER DI KALANGAN PENARIK

BECAK BERMOTOR DI KOTA MEDAN TAHUN 2011

Oleh :

INDAH PUSPITA SARI PANE 080100077

NIM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERBANDINGAN pH DAN AKTIVITAS ENZIM AMILASE AIR LIUR PADA PEROKOK FILTER DAN NONFILTER DI KALANGAN PENARIK

BECAK BERMOTOR DI KOTA MEDAN TAHUN 2011

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

INDAH PUSPITA SARI PANE NIM: 080100077

NIM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(4)
(5)

ABSTRAK

Latar belakang. Efek konsumsi rokok sangat berbahaya bagi kesehatan baik bagi perokok itu sendiri maupun orang yang berada di sekitarnya. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa merokok merupakan faktor resiko dari berbagai jenis penyakit. Salah satu efek rokok di rongga mulut adalah terganggunya pH dan aktivitas enzim amilase air liur yang merupakan enzim yang berfungsi untuk mencerna karbohidrat. Berbagai upaya pencegahan dilakukan untuk meminimalisir efek rokok bagi kesehatan. Salah satunya adalah penggunaan filter pada ujung rokok. Namun apakah penggunaan filter tersebut efektif, terutama untuk meminimalisir gangguan pH dan aktivitas enzim amilase air liur. Objektif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pH dan aktivitas enzim amilase air liur pada perokok filter dan nonfilter.

Metode. Metode penelitian ini adalah analitik komparatif dan didesain dengan desain cross sectional. Sampel penelitian adalah para perokok dengan populasi

terjangkau adalah penarik becak bermotor di Kota Medan. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling dan besarnya sampel ditentukan

dengan perkiraan penghitungan sampel menggunakan rumus uji hipotesa dua kelompok independen. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara menggunakan kuesioner, dan pemeriksaan di laboratorium. Analisis data dilakukan dengan program SPSS (Statistic Package for Social Science) dengan uji

hipotesis Chi-Square dengan nilai α=0,05.

Hasil. Responden yang merupakan perokok filter dengan pH normal sebanyak 44,7% dan aktivitas enzim amilase air liur normal normal sebanyak 42,1% dibandingkan pada perokok nonfilter dengan pH normal sebanyak 40,5% dan aktivitas enzim amilase yang normal 24,3%.

Diskusi. Hasil penelitian menunjukkan tidak didapati perbedaan bermakna secara statistik antara pH (p-value=0,713) dan aktivitas enzim amilase air liur ( p-value=0,102) pada perokok filter dan perokok nonfilter. Hal ini disebabkan

adanya kompensasi yang dilakukan perokok filter yang mungkin menyebabkan berkurangnya efektifitas filter pada rokok.

(6)

ABSTRACT

Background. Smoking is very dangerous for health, including the smokers themselves and people around them. Many studies showed that smoking is a risk factor for many kinds of diseases. Smoking affected many organ functions, one of them was oral cavity. In oral cavity, smoking altered salivary pH and amylase activity, an enzyme for breaking carbohydrate into monosacaryda. Many prevention efforts was done in minimizing health effects of smoking. One of them was the usage of filter in cigarrette. However the usage of filter in cigarrette was still questionated for its effectiveness, such us minimizing pH alteration and amylase enzyme activity in saliva.

Objective. The aim of this study is to obtain differences between salivary pH with its amylase enzyme activityin filter cigarrette and nonfilter cigarrette smoker.

Methods. This study used the analytic comparative method with cross sectional design which took smokers who work as motor rickshaw drivers as participants in this study. The sampling technique carried out is consecutive sampling in which the number of sample size is calculated by use the hipotesis test sample formula in two groups. The instrument that used in this study are questionair and study in laboratorium. Data analysis was performed using SPSS program with Chi-square test (CI 95%, α = 0,05) .

Results. Respondents who smoke the cigarrette nonfilter with altered salivary pH (59,5%) and its amylase enzyme activity (75,67%) is more than in cigarrette filter smokers.

Discussion. The study shows that there are no difference in statistic result in salivary pH (p-value=0,713) and its amylase enzyme activity (p-value=0,102) in filter cigarrette and nonfilter cigarrette smokers. This problem maybe caused by compensation which is done by filtered cigarrette smoker that can decrease the effectiveness of filter in cigarrettes.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyelesaian karya tulis ilmiah yang berjudul “Perbandingan pH dan Aktivitas Enzim Amilase Air Liur pada Perokok Filter dan Nonfilter di Kalangan Penarik Becak Bermotor di Kota Medan Tahun 2011” ini saya banyak menerima bimbingan, pengarahan, saran-saran dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dekan FK USU, Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter di FK USU Medan.

2. dr. Almaycano Ginting, M. Kes selaku dosen pembimbing saya yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pemikirannya dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

3. Dosen penguji, dr. Surjit Singh, Sp.F .DFM dan dr. Muhammad Ali, Sp.A(K) yang telah memberikan saran-saran untuk menyempurnakan karya tulis ilmiah ini.

4. Departemen IKK (Ilmu Kedokteran Komunitas) Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara serta segenap dosen yang terlibat yang telah membimbing secara teknis dalam penyusunan proposal penelititan.

5. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah membesarkan penuh kasih sayang dan tiada bosan-bosannya memberikan dukungan lahir dan batin kepada saya untuk menyelesaikan pendidikan.

(8)

7. Para penarik becak bermotor di Kota Medan yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini

8. Saudara Mirzal Fuadi yang telah banyak memberikan dukungan luar biasa selama penyusunan karya tulis ilmiah ini.

9. Teman-teman seperjuangan, Dita Arfina, Afra Amira, Indah Soleha, Wilhelmina Olivia dan seluruh teman-teman angkatan 2008, penulis mengucapkan terima kasih.

Saya menyadari bahwa proposal penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saya mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun agar proposal ini dapat dilanjutkan ke tahap penelitian.

Medan, Desember 2011 Penulis,

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... x

Daftar Lampiran ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Rokok ... 4

2.1.1 Definisi dan Sejarah Rokok ... 4

2.1.2 Jenis Rokok ... 4

2.1.3 Kandungan Rokok ... 5

2.1.4 Efek Rokok Terhadap Kesehatan ... 8

2.1.5 Penggunaan Filter pada Rokok ... 9

2.1.6 Definisi Perokok dan Kategori Perokok ... 10

2.2 Air Liur (Saliva)... 10

(10)

2.2.2 Sekresi Saliva ... 12

2.2.3 Sistem Penyangga dan pH air Liur ... 14

2.3 Enzim Amilase Air Liur ... 14

2.3.1 Definisi Enzim ... 14

2.3.2 Fungsi Enzim... 14

2.3.3 Klasifikasi Enzim ... 15

2.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Enzim... 15

2.3.5 Fungsi Enzim Amilase Air Liur ... 16

2.3.6 Perubahan pH dan Aktivitas Enzim Amilase Saliva ... 17

2.3.6 Pengukuran Aktivitas Enzim Amilase Liur ... 17

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 19

3.1 Kerangka Konsep ... 19

3.2 Variabel dan Definisi Operasional ... 20

3.3 Hipotesis ... 22

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 23

4.1 Jenis Penelitian ... 23

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 23

4.3 Populasi dan Sampel ... 23

4.4 Ethical Clearence ... 25

4.5 Teknik Pengumpulan Data ... 25

4.6 Alat dan Bahan ... 25

4.7 Prosedur Kerja ... 26

4.8 Pengolahan dan Analisis Data ... 27

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 28

5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 28

5.2 Karakteristik Responden ... 28

5.3 Hasil Analisis Data ... 30

(11)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 35

6.1 Kesimpulan ... 35

6.2 Saran ... 35

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 3.1 Variabel dan Definisi Operasional ... 20 Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden ... 29 Tabel 5.2 Perbandingan pH dan Aktivitas Enzim Amilase Air Liur

Berdasarkan Jenis Rokok ... 30 Tabel 5.3 Perbandingan pH dan Aktivitas Enzim Amilase Air Liur

(13)

DAFTAR GAMBAR

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup Peneliti Lampiran 2. Kuesioner Penelitian

Lampiran 3. Lembar Penjelasan Kuesioner Penelitian

Lampiran 4. Lembar Pernyataan Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) Kesediaan Mengikuti Penelitian

Lampiran 5. Ethical Clearence

(15)

ABSTRAK

Latar belakang. Efek konsumsi rokok sangat berbahaya bagi kesehatan baik bagi perokok itu sendiri maupun orang yang berada di sekitarnya. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa merokok merupakan faktor resiko dari berbagai jenis penyakit. Salah satu efek rokok di rongga mulut adalah terganggunya pH dan aktivitas enzim amilase air liur yang merupakan enzim yang berfungsi untuk mencerna karbohidrat. Berbagai upaya pencegahan dilakukan untuk meminimalisir efek rokok bagi kesehatan. Salah satunya adalah penggunaan filter pada ujung rokok. Namun apakah penggunaan filter tersebut efektif, terutama untuk meminimalisir gangguan pH dan aktivitas enzim amilase air liur. Objektif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pH dan aktivitas enzim amilase air liur pada perokok filter dan nonfilter.

Metode. Metode penelitian ini adalah analitik komparatif dan didesain dengan desain cross sectional. Sampel penelitian adalah para perokok dengan populasi

terjangkau adalah penarik becak bermotor di Kota Medan. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling dan besarnya sampel ditentukan

dengan perkiraan penghitungan sampel menggunakan rumus uji hipotesa dua kelompok independen. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara menggunakan kuesioner, dan pemeriksaan di laboratorium. Analisis data dilakukan dengan program SPSS (Statistic Package for Social Science) dengan uji

hipotesis Chi-Square dengan nilai α=0,05.

Hasil. Responden yang merupakan perokok filter dengan pH normal sebanyak 44,7% dan aktivitas enzim amilase air liur normal normal sebanyak 42,1% dibandingkan pada perokok nonfilter dengan pH normal sebanyak 40,5% dan aktivitas enzim amilase yang normal 24,3%.

Diskusi. Hasil penelitian menunjukkan tidak didapati perbedaan bermakna secara statistik antara pH (p-value=0,713) dan aktivitas enzim amilase air liur ( p-value=0,102) pada perokok filter dan perokok nonfilter. Hal ini disebabkan

adanya kompensasi yang dilakukan perokok filter yang mungkin menyebabkan berkurangnya efektifitas filter pada rokok.

(16)

ABSTRACT

Background. Smoking is very dangerous for health, including the smokers themselves and people around them. Many studies showed that smoking is a risk factor for many kinds of diseases. Smoking affected many organ functions, one of them was oral cavity. In oral cavity, smoking altered salivary pH and amylase activity, an enzyme for breaking carbohydrate into monosacaryda. Many prevention efforts was done in minimizing health effects of smoking. One of them was the usage of filter in cigarrette. However the usage of filter in cigarrette was still questionated for its effectiveness, such us minimizing pH alteration and amylase enzyme activity in saliva.

Objective. The aim of this study is to obtain differences between salivary pH with its amylase enzyme activityin filter cigarrette and nonfilter cigarrette smoker.

Methods. This study used the analytic comparative method with cross sectional design which took smokers who work as motor rickshaw drivers as participants in this study. The sampling technique carried out is consecutive sampling in which the number of sample size is calculated by use the hipotesis test sample formula in two groups. The instrument that used in this study are questionair and study in laboratorium. Data analysis was performed using SPSS program with Chi-square test (CI 95%, α = 0,05) .

Results. Respondents who smoke the cigarrette nonfilter with altered salivary pH (59,5%) and its amylase enzyme activity (75,67%) is more than in cigarrette filter smokers.

Discussion. The study shows that there are no difference in statistic result in salivary pH (p-value=0,713) and its amylase enzyme activity (p-value=0,102) in filter cigarrette and nonfilter cigarrette smokers. This problem maybe caused by compensation which is done by filtered cigarrette smoker that can decrease the effectiveness of filter in cigarrettes.

(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut hasil survey dari WHO, sepertiga penduduk dunia terutama populasi dewasa adalah perokok, 57% di antaranya adalah laki-laki dan 43% di antaranya adalah perempuan. Pada saat ini, satu dari sepuluh kematian di dunia adalah akibat rokok dan jumlah kematian mencapai 5 juta orang per tahun. Dalam setiap enam detik terdapat satu kematian akibat rokok (WHO, 2008).

Telah banyak bukti bahwa dengan mengonsumsi rokok berdampak pada status kesehatan seperti katarak, pneumonia, acute myeloid leukaemia, abdominal aortic aneurysm, kanker lambung, kanker pankreas, kanker leher rahim, kanker

ginjal dan penyakit lainnya. Penyakit-penyakit ini menambah panjangnya daftar penyakit yang ditimbulkan oleh konsumsi rokok seperti: kanker paru-paru, vesicle

esofagus, laring, mulut dan tenggorokan ; chronic pulmonary disease, emfisema

dan bronkitis; stroke, serangan jantung dan penyakit kardiovaskuler lainnya. Hampir 90% kanker paru-paru disebabkan oleh konsumsi tembakau yang merupakan bahan dasar rokok. Tembakau juga dapat merusak sistem reproduksi, yang berkontribusi kepada keguguran, premature delivery, low birth weight, sudden infant death, dan penyakit-penyakit pada anak-anak, seperti attention deficit hyperactivity disorders (Gondodiputro, 2007).

Efek rokok juga berdampak pada rongga mulut yang merupakan tempat pertama yang terpapar asap rokok yang dihisap oleh perokok. Efek rokok pada ronga mulut berupa penebalan epitel mulut, stomatitis, lesi prakanker seperti leukoplakia, bahkan karsinoma mukosa mulut (Ruslan, 1996). Rata-rata risiko terjadinya kanker mulut dan faring pada perokok laki-laki adalah sepuluh kali lebih tinggi dan pada perokok wanita adalah lima kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan orang yang tidak merokok (WHO, 2010).

(18)

mempunyai hubungan yang bermakna dengan perubahan kadar pH air liur perokok (Nazira, 2010). Jumlah batang rokok yang dikonsumsi per hari mempengaruhi pH air liur dan aktivitas enzim amilase air liur (Nazira, 2010).

Asap rokok menyebabkan sekresi bikarbonat air liur menurun sehingga menyebabkan pH menurun. Hal ini disebabkan berkurangnya produksi air liur akibat paparan asap rokok (Trudgill, 1998). Perubahan pH pada air liur tersebut akan menentukan aktivitas enzim amilase yang terkandung di dalamnya. Aktivitas enzim optimal terjadi di antara nilai pH 5 sampai 9. pH mempengaruhi aktivitas enzim dengan cara mengubah struktur enzim tersebut (Murray, 2009).

Penggunaan filter diyakini dapat mengurangi efek paparan dari zat-zat berbahaya yang dikandung rokok . Studi epidemiologi sebelumnya menyatakan bahwa mengganti jenis rokok dari rokok non-filter ke rokok filter dapat mengurangi resiko kanker paru-paru daripada meneruskan pemakaian rokok non-filter, dengan jumlah batang rokok yang sama atau lebih sedikit setiap harinya (US Surgeon General, 1981, dalam Augustine, 1989). Penelitian yang dilakukan Shin (2008) mendapatkan bahwa penggunaan filter pada rokok dapat mengurangi jumlah tar yang dihisap dari asap rokok aliran utama.

Namun pada penelitian sebelumnya tidak disebutkan bagaimana perbandingan perubahan pH dan aktivitas enzim amilase pada penggunaan rokok filter dan non-filter. Apakah ada perbedaan diantara keduanya sehingga salah satunya dapat dijadikan alternatif bagi perokok yang tidak dapat meninggalkan kebiasaan merokok, sehingga setidaknya dapat mengurangi efek rokok terutama terhadap pH dan aktivitas enzim amilase air liur. Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini.

1.2 Rumusan Masalah

(19)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pH dan aktivitas enzim amilase air liur pada perokok filter dan perokok nonfilter di kalangan penarik becak bermotor di Kota Medan Tahun 2011.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan-tujuan penelitian ini antara lain:

1. Ditemukannya perbedaan efek rokok filter dan nonfilter terhadap pH air liur berdasarkan lama merokok

2. Ditemukannya perbedaan efek rokok filter dan nonfilter terhadap pH air liur berdasarkan jumlah rokok yang dihisap perhari

3. Ditemukannya perbedaan efek rokok filter dan nonfilter terhadap aktivitas enzim amilase berdasarkan lama merokok

4. Ditemukannya perbedaan efek rokok filter dan nonfilter terhadap aktivitas enzim amilase berdasarkan jumlah rokok yang dihisap perhari.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk:

1. Menambah khasanah ilmu pengetahuan dan memberikan informasi efek-efek buruk dari kebiasaan merokok.

2. Mengisi data dasar tentang perbedaan pengaruh antara rokok filter dan rokok nonfilter terhadap aktivitas enzim amilase.

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rokok

2.1.1 Definisi dan Sejarah Rokok

Rokok merupakan salah satu bentuk olahan dari tembakau yang sediaannya berbentuk gulungan tembakau (rolls of tobacco) yang dibakar dan dihisap.

Contohnya adalah bidi, cigar, cigarette. Sigaret/Cigarette merupakan sediaan

yang paling dikenal dan paling banyak digunakan (Gondodiputro, 2007).

Merokok pertama kalinya dilakukan manusia di dunia yaitu oleh suku Bangsa Indian di Amerika yang bertujuan untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad 16, ketika bangsa Eropa menemukan benua Amerika, sebagian dari para penjajah Eropa ikut mencoba menghisap rokok dan kemudian membawa tembakau ke Eropa. Pada abad ke 17, kebiasaan merokok mulai tersebar dan masuk ke negara-negara Islam.

2.1.2 Jenis Rokok

Rokok yang dikonsumsi masyarakat Indonesia beragam jenisnya. Jenis-jenis rokok ini dibedakan berdasarkan bahan pembungkus rokok, bahan baku atau isi rokok, dan penggunaan filter pada rokok.

Rokok berdasarkan bahan pembungkusnya dibagi menjadi 4 yaitu rokok Klobot (rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung), rokok Kawung (rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren), rokok sigaret (rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas), rokok cerutu (rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau).

(21)

terbuat dari daun jagung kering yang diisi dengan daun tembakau murni dan cengkeh.

Di Indonesia pada tahun 1800 telah dikenal rokok kretek, yang merupakan campuran tembakau dan cengkeh, yang diperkenalkan oleh Studebacher Hock. 80% konsumsi rokok di indonesia adalah rokok kretek (WHO, 2010).

Rokok yang digunakan pada masyarakat umumnya terbagi atas rokok putih (filter) dan rokok kretek (nonfilter), dimana pada pangkal rokok filter terdapat gabus sedangkan rokok non filter tidak menggunakan gabus.

2.1.3 Kandungan Rokok

Tembakau mengandung kurang lebih 4000 elemen dan setidaknya 200 diantaranya berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada tembakau adalah tar, nikotin, dan CO. Selain itu, dalam sebatang tembakau juga mengandung bahan-bahan kimia lain yang tak kalah beracunnya. Zat-zat beracun yang terdapat dalam tembakau antara lain: Hydrogen cyanide, amonia, toluen, aseton, metanol,

naftalen, karbon monoksida, vinil klorida, dimetilnitrosamin, arsenik, DDT (insektisida), uretan, dibenzakridin, piren, kadmium, benzopiren, naftilamin, butan, fenol, polonium-210 dan toluidin.

1. Karbon Monoksida (CO)

(22)

aterosklerosis (penyempitan). Penyempitan pembuluh darah dapat terjadi di pembuluh darah di seluruh tubuh.

2. Nikotin

Nikotin yang terkandung dalam rokok adalah sebesar 0.5-3 nanogram, dan semuanya diserap sehingga di dalam cairan darah ada sekitar 40-50 nanogram nikotin setiap 1 ml-nya. Nikotin bukan merupakan komponen karsinogenik. Hasil pembusukan panas dari nikotin seperti dibensakridin, dibensokarbasol, dan nitrosamin lah yang bersifat karsinogenik. Pada paru-paru, nikotin akan menghambat aktivitas silia. Selain itu, nikotin juga memiliki efek adiktif dan psikoaktif. Perokok akan merasakan kenikmatan, kecemasan berkurang, toleransi dan, keterikatan fisik. Hal inilah yang menyebabkan mengapa kebiasaan merokok susah untuk dihentikan. Efek nikotin menyebabkan perangsangan terhadap hormon katekolamin (adrenalin) yang bersifat memacu jantung dan tekanan darah. Jantung tidak diberikan kesempatan istirahat dan tekanan darah akan semakin tinggi, yang mengakibatkan timbulnya hipertensi. Efek lain adalah merangsang berkelompoknya (agregasi) trombosit. Trombosit akan menggumpal dan akan menyumbat pembuluh darah yang sudah sempit akibat CO.

3. Tar

Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru. Kadar tar dalam tembakau antara 0.5-35 mg/ batang. Tar merupakan suatu zat karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada saluran napas dan paru-paru.

4. Kadmium

Kadmium adalah zat yang dapat merusak jaringan tubuh terutama ginjal. 5. Amoniak

(23)

racun yang ada pada ammonia sehingga jika masuk sedikit ke dalam peredaran darah akan mengakibatkan seseorang pingsan atau koma. 6. HCN (Asam Sianida)

HCN merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak memiliki rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan, mudah terbakar, dan sangat efisien untuk menghalangi pernapasan dan merusak saluran pernapasan.

7. Nitric Oxide

Nitric Oxide merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, dan bila

terhisap dapat menyebabkan hilangnya kesadaran dan rasa sakit. zat ini pada awalnya digunakan sebagai obat bius dalam pelaksanaan operasi. 8. Formaldehid

Formaldehid adalah sejenis gas dengan bau tajam. Gas ini tergolong sebagai pengawet dan pembasmi hama. Gas ini sangat beracun terhadap semua organisme hidup.

9. Fenol

Fenol adalah campuran dari kristal yang dihasilkan dari distilasi beberapa zat organik seperti kayu dan arang, serta diperoleh dari tar arang.Zat ini beracun dan membahayakan karena fenol terikat pada protein sehingga menghalangi aktivitas enzim.

10. Aseton

Aseton adalah hasil pemanasan aldehid dan mudah menguap dengan alkohol.

11. H2S (Asam Sulfida)

Asam sulfida adalah sejenis gas yang beracun yang mudah terbakar dengan bau yang keras. Zat ini menghalangi oksidasi enzim.

12. Piridin

(24)

13. Metil Klorida

Metil Klorida adalah campuran dari zat-zat bervalensi satu dengan hidrokarbon sebagai unsur utama. zat ini adalah senyawa organik yang beracun.

14. Metanol

Metanol adalah sejenis cairan ringan yang mudah menguap dan mudah terbakar. Meminum atau menghisap methanol mengakibatkan kebutaan bahkan kematian.

15. Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAH)

Senyawa hidrokarbon aromatik yang memiliki cincin dideskripsikan sebagai Fused Ring System atau PAH. Beberapa PAH yang terdapat

dalam asap tembakau antara lain Benzo (a) Pyrene, Dibenz (a,h) anthracene, dan Benz(a)anthracene.Senyawa ini merupakan senyawa

reaktif yang cenderung membentuk epoksida yang metabolitnya bersifat genotoksik. Senyawa tersebut merupakan zat yang bersifat karsinogenik. 16. N-nitrosamina

N-nitrosamina dibentuk oleh nirtrasasi amina. Asap tembakau mengandung 2 jenis utama N-nitrosamina, yaitu Volatile N-Nitrosamina (VNA) dan Tobacco N-Nitrosamina. Hampir semua Volatile N- Nitrosamina ditahan oleh sistem pernapasan pada inhalasi asap tembakau. Jenis asap tembakau VNA diklasifikasikan sebagai karsinogen yang potensial (Gondodiputro, 2007).

2.1.4 Efek Rokok Terhadap Kesehatan

Telah banyak penelitian yang membuktikan bahwa merokok dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan. Rokok mempengaruhi hampir semua sistem di dalam tubuh dan menyebabkan berbagai macam penyakit.

(25)

penyakit paru interstisial. Merokok juga menyebabkan penurunan sistem imun, gangguan seksual, dan dapat mengganggu kehamilan. Selain itu merokok dapat meningkatkan risiko munculnya penyakit kardiovaskular seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah perifer, bahkan stroke (WHO, 2010).

Pada rongga mulut, yang merupakan tempat pertama yang terpapar asap rokok yang dihisap oleh perokok (main stream), dapat terjadi berbagai penyakit

mulut dan gigi. Penyakit ini bervariasi mulai dari kebersihan mulut yang buruk, gigi yang mudah tanggal, karies pada gigi, halithosis, smoker’s melanosis, smokers’ palate, periodintitis, lesi prekanker seperti leukoplakia, sampai kanker

(Warnakulasuriya, 2010).

Merokok juga dapat meningkatkan salivary flow rate dan meningkatkan

mineralisasi air liur (Pejčić, 2007). Menurut penelitian Trudgill (1998), konsumsi rokok harian yang meningkat berdampak terhadap penurunan sekresi air liur dan kandungan bikarbonat di dalamnya. Rokok yang dikonsumsi per hari adalah minimal 5 batang dan periode merokok minimal 1 tahun untuk menimbulkan efek ini. Menurut Kjellen (1978) dan Kahrillas (1989) dalam Trudgill (1998), merokok dapat menyebabkan terganggunya sekresi bikarbonat air liur. Penurunan bikarbonat tersebut akan menurunkan pH saliva yang mrnyebabkan berkurangnya aktivitas enzim amilase air liur (Nazira, 2010 dan Weiner, 2008).

2.1.5 Penggunaan Filter pada Rokok

Penggunaan filter pada rokok mulai dilakukan pada awal tahun 1950. Hal yang melatarbelakangi pemakaian filter ini adalah sebagai respon atas adanya tuntutan agar asap rokok aliran utama yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan rokok yang tidak menggunakan filter (Shin, 2008).

(26)

aldehid dengan berat molekul rendah (formaldehida, asetaldehida, akrolein, dan aseton) dalam asap rokok aliran utama secara signifikan, dimana komponen rokok yang dapat mengurangi aktivitas enzim amilase adalah senyawa aldehid (Weiner, 2008).

2.1.6 Definisi Perokok dan Kategori Perokok

Berdasarkan definisi WHO tentang prevalensi perokok sekarang untuk dewasa (usia 15 tahun dan lebih). Definisi WHO untuk perokok sekarang adalah mereka yang merokok setiap hari untuk jangka waktu minimal 6 bulan selama hidupnya dan masih merokok pada saat survey dilakukan (Kementrian Kesehatan RI, 2004).

Menurut Smet (1994), klasifikasi perokok menurut banyaknya rokok yang dihisap adalah:

1. Perokok ringan: yang menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari 2. Perokok sedang: yang menghisap 5-14 batang rokok dalam sehari 3. Perokok berat: yang menghisap lebih dari 15 rokok dalam sehari

2.2 Air Liur (Saliva)

Air liur adalah hasil sekresi kelenjar eksokrin yang terdiri dari 99% air dan 1% komponen elektrolit (natrium, kalium, klorida, magnesium, bikarbonat, fosfat), protein (enzim, imunoglobulin dan antimikroba lain, glikoprotein, albumin, polipeptida, oligopeptida), glukosa, urea, dan amonia. Komponen-komponen tersebut berinteraksi dan berkontribusi terhadap berbagai fungsi dari air liur (de Almeida, 2008).

2.2.1 Fungsi Saliva

Menurut Sherwood (2001), terdapat beberapa fungsi air liur terkait dengan kandungannya, yaitu :

(27)

2. Air liur mempermudah proses menelan dengan membasahi partikel-partikel makanan sehingga saling menyatu, dan dengan menghasilkan pelumas yaitu mukus yang kental dan licin.

3. Air liur memiliki efek antibakteri melalui efek ganda, pertama oleh lisozim, suatu enzim yang melisiskan atau menghancurkan bakteri tertentu, dan kedua dengan membilas bahan yang dapat digunakan bakteri sebagai sumber makanan. Dalam de Almeida (2008) disebutkan bahwa Imunoglobulin A adalah komponen imunoglobulin yang paling banyak terdapat pada air liur, sisanya adalah IgG dan IgM. Sedangkan komponen non-imunoglobulin yang mempunyai efek antibakteri adalah enzim (lisozim, laktoferin, peroksidase), glikoprotein musin, aglitinin, histatin, protein kaya prolin, staterin, dan cistatin.

4. Air liur berfungsi sebagai pelarut untuk molekul-molekul yang dapat merangsang papil pengecap. Hanya molekul dalam larutan yang dapat bekerja pada reseptor papil pengecap.

5. Air liur membantu proses berbicara dengan mempermudah gerakan bibir dan lidah.

6. Air liur berperan penting dalam higiene mulut dengan membantu menjaga kebersihan mulut dan gigi. Aliran air liur yang terus menerus membantu membilas sisa-sisa makanan, melepaskan sel epitel, dan benda asing di dalam rongga mulut.

7. Penyangga bikarbonat di air liur berfungsi untuk menetralkan asam di makanan serta asam yang dihasilkan oleh bakteri di mulut.

Selain itu saliva memiliki fungsi dalam perbaikan jaringan yang rusak. Dikatakan bahwa bleeding time pada mukosa mulut lebih pendek dibandingkan

(28)

2.2.2 Sekresi Air Liur

Air liur berasal dari flltrasi darah dari kapiler menuju ruang interstisial sebagai cairan interstisial pada kelenjar air liur. Pada awalnya cairannya berupa cairan isotonik dan pada akhirnya menjadi cairan hipotonik dan dialirkan ke duktus-duktus hingga ke rongga mulut.

Air liur diproduksi oleh tiga pasang kelenjar air liur utama, yaitu kelenjar sublingual, submandibula, dan parotis, yang terletak di luar rongga mulut dan menyalurkan air liur melalui duktus-duktus pendek ke dalam mulut. Selain itu, terdapat kelenjar liur minor, yaitu kelenjar bukal yang berada di lapisan mukosa pipi (Sherwood, 2001). Menurut Tenovuo (1997) dalam Puy (2006), kelenjar-kelenjar ini berada di tiap regio di mulut, kecuali gusi dan bagian depan dari palatum durum. Kontribusi tiap-tiap kelenjar pada saat tidak ada stimulasi ialah 20% berasal dari kelenjar parotis, 65-70% berasal dari kelenjar submandibularis, 7-8% berasal dari kelenjar sublingualis, dan <10% berasal dari kelenjar air liur minor (de Almeida, 2008).

Secara rata-rata, sekitar 1 sampai 2 liter air liur disekresikan per hari, berkisar dari kecepatan basal spontan yang konstan sebesar 0,5 ml/menit sampai kecepatan maksimum sebesar 5 ml/menit sebagai respons terhadap rangsangan kuat, misalnya ketika makan jeruk lemon. Sekresi air liur yang bersifat spontan dan kontinu, bahkan tanpa ada rangsangan yang jelas, terjadi akibat stimulasi konstan tingkat rendah ujung-ujung saraf parasimpatis yang berakhir di kelenjar liur. Sekresi basal ini penting untuk menjaga agar mulut dan tenggorokan tetap basah setiap waktu (Sherwood, 2001).

Sekresi air liur adalah satu-satunya sekresi pencernaan yang seluruhnya berada di bawah kontrol saraf. Semua sekresi pencernaan lainnya diatur oleh refleks sistem saraf dan hormon.

Menurut de Almeida beberapa faktor yang dapat mempengaruhi sekresi dan komposisi air liur adalah:

1. Hidrasi

(29)

3. Siklus sirkadian dan sirkannual

4. Obat-obatan. Menurut Mariette (2004) dalam Puy (2006), terdapat obat-obatan yang mempengaruhi sekresi air liur antara lain:

a. Antikonvulsan : Gabapentin

b. Antidepresan : Amitriptyline, imipramine, sertraline, fluoxetine c. Antiemetik : Meclizine

d. Antihistamin : Loratadine

e. Antiparkinson : Biperidene, selegiline f. Antipsiktotik : Clozapine, chlorpromazine g. Bronkodilator : Ipratropium, albuterol h. Dekongestan : Pseudoephedrine i. Diuretik : Spironolactone j. Relaksan otot : Baclofen

k. Analgesik : Meperidine, morphine l. Sedatif : Flurazepam

m. Antihipertensi : Prazosin hydrocloride n. Ansiolitik : Lorazepam, diazepam

5. Berpikir mengenai makanan dan stimulasi visual meningkatkan sekresi air liur.

6. Ukuran kelenjar liur dan berat badan

7. Salivary flow index

8. Kontribusi tiap kelenjar air liur. dominasi sekresi dari kelenjar parotis menyebabkan air liur menjadi lebih serous.

9. Latihan fisik

10. Alkohol dapat mengurangi aliran sekresi dari air liur

11. Menurut Dodds (2005) dalam Puy (2006), penyakit-penyakit yang dapat mempengaruhi sekresi air liur antara lain: hipertensi, depresi, malnutrisi, diabetes mellitus, dan Sindrom Sjögren

12. Stimulasi sekresi saliva meningkat pada saat nausea 13. Umur

(30)

2.2.3 Sistem Penyangga dan pH Air Liur

Derajat keasaman air liur dalam keadaan normal antara 5,6-7,0 dengan rata-rata pH 6,7 dan berhubungan langsung dengan pH darah terutama kadar CO2. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan pH air liur anatara lain rata-rata kecepatan sekresi air liur, mikroorganisme rongga mulut, dan kapasitas

buffer air liur (Som, 2003).

Perubahan nilai pH dalam waktu singkat pada organisme dicegah oleh sistem penyangga. Sistem penyangga adalah campuran asam lemah dengan basa terkonyugasi atau basa lemah dengan asam terkonjugasinya (Koolman, 2001). Menurut Edgar (2004) dalam Almeida (2008), sistem penyangga yang terpenting pada air liur adalah bikarbonat.

Kaufman (2002) menjelaskan bahwa peningkatan sekresi air liur dapat merubah pH dengan meningkatkan sekresi bikarbonat. Jadi, semakin banyak air liur yang dihasilkan, semakin baik sistem penyangga yang terjadi.

2.3. Enzim Amilase Liur 2.3.1 Definisi Enzim

Enzim adalah biokatalisator, artinya zat-zat yang mempunyai asal biologi, yang dapat mempercepat perubahan kimia. Kelangsungan proses metabolisme yang diorganisasi hanya dapat terjadi apabila setiap sel mempunyai sendiri perlengkapan enzim yang ditetapkan secara genetik (Koolman, 2001). Sedangkan menurut Murray (2009), enzim merupakan polimer biologik yang mengkatalisis lebih dari satu proses dinamik yang memungkinkan kehidupan seperti yang kita kenal sekarang ini.

2.3.2 Fungsi Enzim

(31)

dan akhirnya menggunakan energi tersebut untuk menggerakkan sel. Semua ini dapat terjadi dengan adanya kerja enzim-enzim yang dikoordinasikan secara cermat.

2.3.3 Klasifikasi Enzim

Menurut Murray (2009), enzim diklasifikasikan berdasarkan tipe dan mekanisme reaksi. Berikut adalah tata cara penamaan dari suatu enzim, yaitu:

1. Reaksi dan enzim yang mengatalisis reaksi tersebut membentuk enam kelas, masing-masing mempunyai 4-13 subkelas.

2. Nama enzim terdiri dari 2 bagian. Nama pertama menunjukkan substrat. Nama kedua, yang berakhir dengan akhiran –ase, menyatakan tipe

reaksi yang dikatalisis.

2.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Enzim

Menurut Murray (2009), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim amilase, di antaranya adalah:

1. pH

Ketika aktivitas enzim diukur pada berbagi nilai pH, aktivitas optimal secara khas terlihat di antara nilai-nilai pH 5 dan 9. pH dapat mempengaruhi aktivitas enzim dengan mengubah struktur atau dengan mengubah muatan residu fungsional pada pengikatan substrat atau katalisis. pH juga berpengaruh dalam perubahan konformasi enzim. Oleh karena itu, pH yang tidak sesuai dengan enzim tertentu, akan mempengaruhi aktivitas dari enzim tersebut.

2. Suhu

(32)

sekunder-tersiernya. Pada suhu ini terutama terjadi denaturasi, disertai hilangnya aktivitas katalitik secara cepat.

3. Konsentrasi substrat

Kecepatan reaksi akan bertambah seiring dengan meningkatnya konsentrasi substrat hingga tercapai suatu keadaan yang enzimnya dikatakan ”jenuh” oleh substrat.

4. Konsentrasi enzim

Konsentrasi enzim selalu sebanding dengan kecepatan awal suatu reaksi yang dikatalisisnya. Kecepatan awal suatu reaksi adalah kecepatan yang diukur sebelum produk terbentuk dalam jumlah yang cukup untuk memungkinkan terjadinya reaksi balik.

5. Inhibitor

Inhibisi terjadi pada tapak pengikatan substrat (katalitik). Struktur kimia sebuah inhibitor analog substrat umumnya menyerupai struktur kimia substrat. Oleh karana itu substrat dan inhibitor akan saling bersaing memperebutkan tapak pengikatan yang sama pada permukaan enzim.

2.3.5 Fungsi Enzim Amilase Liur

Air liur mengandung enzim amilase, yang dihasilkan oleh kelenjar parotid sebanyak 80%, sedangkan sisanya dihasilkan oleh kelenjar submandibular. Protein yang terkandung di dalam air liur 40% di antaranya mengandung enzim ini.

(33)

2.3.6 Perubahan pH Aktivitas Enzim Amilase Air Liur

Perubahan pH air liur selain dapat mempengaruhi aktivitas enzim amilase air liur, dapat menyebabkan perubahan pada mikroorganisme yang berada di dalam rongga mulut terutama peningkatan bakteri plak anaerobik. Perubahan pH saliva menjadi asam akan melarutkan mineral pada gigi yang mempermudah proses karies (Pejčić, 2007).

Sedangkan gangguan aktivitas enzim amilase air liur dapat menyebabkan terganggunya proses pencernaan karbohidrat atau maldigesti karbohidrat. Pencernaan karbohidrat yang tidak optimal akan menyebabkan proses absorbsi glukosa menurun sehingga terjadi sindrom malabsorbsi, dengan gejala utama distensi abdomen dan frekuensi flatus meningkat akibat peningkatan produksi gas yang dihasilkan oleh bakteri yang menguraikan karbohidrat dalam saluran cerna. Absorbsi karbohidrat yang terganggu juga dapat menyebabkan penurunan berat badan (Barrett, 2011).

Selain itu enzim amilase saliva mempunyai peranan penting sebagai antibakteri dalam rongga mulut, sehingga gangguan aktivitas enzim amilase saliva dapat mempengaruhi pertumbuhan bakteri dalam rongga mulut (Schenkels, 1995).

2.3.7 Pengukuran Aktivitas Enzim Amilase Liur

Pengukuran aktivitas enzim amilase liur dapat dibuktikan dengan menggunakan tes Benedict. Prosedurnya adalah sebagai berikut:

a. Siapkan larutan enzim amilase yang merupakan campuran dari 1 ml air liur, 9 ml air yang telah disaring, dan 60 ml NaCl 0,5 %.

b. Teteskan 2 ml larutan enzim pada setiap tabung

c. Teteskan 2 ml larutan amilum 2 % pada setiap tabung dan campurkan d. Letakkan tabung tersebug pada waterbath bersuhu 37 derajat celcius

selama 10 menit

e. Ambil tabung tersebut dari waterbath dan teteskan 2 ml regensia

(34)

f. Perhatikan warna yang terbentuk :

(35)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang diteliti dapat digambarkan sebagai berikut :

[image:35.595.153.462.301.713.2]

Gambar 3.1. Kerangka Konsep pH air liur

Merokok

Rokok Filter Rokok Nonfilter

Aktivitas enzim amilase

(36)
[image:36.842.131.779.166.500.2]

3.2 Variabel dan Definisi Operasional

Tabel 3.1 Variabel dan Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Jenis Rokok Jenis rokok yang dikonsumsi responden

Wawancara Kuesioner -rokok dengan filter -rokok tanpa filter

Nominal Dikotom

pH air liur Skala darajat

keasaman (pH) yang diukur pada air liur responden

Percobaan di laboratorium

Indikator pH universal

 7: normal

 < 7/ > 7:tidak normal

Nominal Dikotom

Aktivitas enzim amilase air liur

Kemampuan enzim amilase untuk mengubah substrat (polisakarida: amilum) menjadi produk(disakarida:ma ltosa) dalam air liur

Percobaan di laboratorium

Tes Benedict Warna larutan yang terbentuk:  Biru, hijau, kuning, orange, merah: enzim amilase tidak bekerja maksimal

 Merah: enzim amilase bekerja maksimal

(37)

Jumlah

konsumsi rokok per hari

Banyaknya batang rokok yang

dikonsumsi responden dalam sehari

Wawancara Kuesioner  1-14 batang per hari: ringan-sedang

 ≥15 batang per hari: berat

Ordinal

Periode merokok

Jangka waktu antara usia awal merokok sampai dengan umur responden saat sampel diambil

Wawancara Kuesioner  1-3 tahun: jangka pendek  > 3 tahun: jangka panjang

(38)

3.3 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

(39)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik komparatif, yang bertujuan membandingkan antara variabel yang berupa faktor risiko (penggunaan rokok filter dan nonfilter) terhadap variabel hasil (pH dan aktivitas enzim amilase air liur) (Sastroasmoro, 2008).

Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional, dimana

pengumpulan data atau variabel yang akan diteliti dilakukan sebanyak satu kali pada waktu yang bersamaan (Sastroasmoro, 2008).

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan mulai awal Bulan Januari sampai akhir Bulan Desember 2011. Pengumpulan data telah dilakukan pada Bulan Juni-Juli 2011.

4.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biokimia FK USU, dengan pertimbangan sarana laboratorium dapat digunakan dalam penelitian ini. Air liur yang dikumpulkan langsung diuji untuk menghindari kesalahan pada saat pengumpulan data.

4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi

(40)

4.3.2 Sampel

Sampel dipilih secara consecutive sampling dengan perkiraan besar sampel

minimum dan subjek yang diteliti dipakai rumus uji Hipotesa dua kelompok independen :

Dimana :

Zα = 1,96 dimana α = 0,05 Zβ = 0,842 dimana β = 0,20

Zα = Nilai batas normal dari tabel Z yang besar nya tergantung pada nilai α yang ditentukan. Untuk α = 0,05 dan Zα = 1,96.

Zβ = Nilai batas normal dari tabel Z yang besar nya tergantung pada nilai β yang ditentukan. Untuk β = 0,20 dan Zβ = 0,842

P1= 0,69 (proporsi perokok filter yang dengan aktivitas enzim amilase terganggu).

P1-P2= 0,25

Besar sampel untuk masing – masing kelompok minimal adalah 37 orang.

Kriteria inklusi :

1. Penarik becak bermotor di kota Medan Tahun 2011

2. Merokok ≥1 batang per hari dan periode merokok ≥6 bulan. 3. Usia responden minimal 20 tahun

(41)

Kriteria eksklusi :

1. Sedang mengonsumsi obat-obatan atau bahan lain yang mempengaruhi sekresi dan pH air liur.

2. Sedang menderita penyakit sistemik dan atau penyakit lokal di rongga mulut yang dapat mempengaruhi sekresi dan pH air liur.

3. Jumlah air liur tidak mencukupi 4. Data-data tidak lengkap

4.4 Ethical Clearence

Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan dari Komisi Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4.5 Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer yang meliputi jumlah rokok per hari yang dikonsumsi dan periode merokok diperoleh dengan menggunakan teknik wawancara dengan alat kuesioner. Data primer yang meliputi kadar pH dan aktivitas enzim amilase air liur responden diperoleh melalui percobaan di laboratorium.

4.6 Alat dan Bahan

1. Larutan enzim amilase (air liur yang telah diencerkan) 2. Reagensia Benedict

(42)

12. Pengaduk 13. Stopwatch

4.7 Prosedur Kerja

Pengumpulan air liur subyek mulai dilakukan pada pukul 08.00 WIB. Air liur yang diambila adalah air liur tanpa stimulasi. Subyek tidak diperbolehkan untuk mengkonsumsi makanan, minuman dan rokok sebelum dilakukan proses pengumpulan. Pada proses pengumpulan, subyek tidak dipaparkan dengan bau-bauan serta pemandangan-pemandangan yang berpengaruh pada produksi air liurnya. Air liur yang diambil adalah air liur yang pertama dihasilkan dan hanya sekali proses pengambilan pada tiap subyek.

Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan indikator pH universal yang dilakukan sebelum pengukuran aktivitas enzim amilase.

Pengukuran aktivitas enzim amilase liur dapat ditentukan dengan menggunakan prinsip tes Benedict. Prosedurnya adalah sebagai berikut:

1. Siapkan larutan enzim amilase yang merupakan campuran dari 1 ml air liur, 9 ml air yang telah disaring, dan 60 ml NaCl 0,5 %.

2. Teteskan 2 ml larutan enzim tersebut pada tabung reaksi

3. Teteskan 2 ml larutan amilum 2 % pada setiap tabung dan campurkan 4. Letakkan tabung tersebut pada waterbath bersuhu 37 derajat celcius

selama 10 menit

5. Ambil tabung tersebut dari waterbath dan teteskan 2 ml regensia

Benedict ke tiap tabung dan letakkan dalam air yang mendidih selama 5 menit.

6. Perhatikan warna yang terbentuk :

i. Biru : maltosa (-), amilase tidak bekerja ii. Hijau : maltosa (+), amilase bekerja iii. Kuning : maltosa (++), amilase bekerja iv. Orange : maltosa (+++), amilase bekerja

(43)

Pembuatan regensia Benedict:

1. Larutkan 173 gr natrium sitrat dan 100 gram natrium karbonat ke dalam 600 ml air suling.

2. Panaskan hingga larut, kemudian saring

3. Larutkan 17,3 gr kupri sulfat ke dalam 150 ml air suling

4. secara perlahan-perlahan tambahkan larutan kupri sulfat ke dalam larutan natrium sitrat-natrium karbonat. Aduk terus-menerus

5. tambahkan air suling mencapai volume 1 liter.

4.8 Pengolahan dan Analisa Data

Analisis data, pengolahan dan analisis data dilakukan secara statistik dengan bantuan program SPSS (Statistical Product and Service Solution). Data disajikan

(44)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biokimia FK USU yang beralamat di Jl. Dr. Mansyur No. 5 Medan, dengan pertimbangan laboratorium tersebut memiliki fasilitas yang lengkap yang dapat digunakan dalam penelitian ini. Air liur dikumpulkan dengan mendatangi beberapa pangkalan becak bermotor di Kota Medan yaitu: di sekitar jalan dr. Mansyur, jalan Jamin Ginting, Jl.Iskandar Muda, dan Medan Petisah. Pengumpulan dilakukan pada pukul 08.00 kemudian dibawa ke Laboratorium FK USU untuk diperiksa sesegera mungkin untuk menghindari kesalahan dalam pengukuran.

5.2 Karakteristik Responden

Responden yang diteliti dalam penelitian ini sebanyak 75 orang, dimana responden diambil air liurnya untuk diperiksa pH dan aktivitas enzim amilase air liur. Kemudian responden dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok perokok filter dan kelompok perokok nonfilter. Dari 75 orang responden diperoleh gambaran berdasarkan umur, jenis rokok, jumlah konsumsi rokok perhari, periode merokok, pH air liur, dan aktivitas enzim amilase air liur.

5.2.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

(45)
[image:45.595.114.518.127.483.2]

5.2.2 Distribusi Karakteristik Responden

Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden

Variabel Frekuensi Persentase

Jenis Rokok Filter

Nonfilter

Kategori Perokok

Ringan-Sedang (≤14 batang/hari) Berat (≥15 batang/hari)

Periode Merokok Jangka Pendek Jangka Panjang pH Air Liur Normal (7)

Tidak Normal (<7/ >7)

Aktivitas Enzim Amilase Air Liur Normal (Merah)

Tidak Normal (Jingga, Kuning, Hijau, Biru)

38 37 40 35 4 71 32 43 25 50 50,7 49,3 53,3 46,7 5,3 94,7 42,7 57,3 33,3 66,7

Berdasarkan tabel di atas, jumlah responden yang mengonsumsi rokok filter adalah 38 orang (50,7%) dan yang mengonsumsi rokok nonfilter adalah 37 orang (49,3%). Sedangkan berdasarkan kategori perokok didapatkan jumlah responden yang merupakan perokok ringan sampai sedang adalah 40 orang (53,3%), dan jumlah responden yang termasuk kategori perokok berat sebanyak 35 orang (46,7%).

(46)

Responden dengan aktivitas enzim amilase air liur yang normal adalah 25 orang (33,3%), dan responden dengan aktivitas enzim amilase saliva yang tidak normal adalah 50 orang (66,7%).

5.3 Hasil Analisis Data

5.3.1 Perbandingan pH dan Aktivitas Enzim Amilase Air Liur Berdasarkan Jenis Rokok

Tabel 5.2 Perbandingan pH dan Aktivitas Enzim Amilase Air Liur Berdasarkan Jenis Rokok

Perokok Filter Perokok Nonfilter p-value pH Normal Tidak Normal 17 21 15

22 0,713

Aktivitas Enzim Amilase Air Liur Normal Tidak Normal 16 22 9

28 0,102

Berdasarkan tabel di atas perokok filter yang mempunyai pH air liur normal adalah 17 orang (44,7%) sedangkan perokok filter dengan pH air liur tidak normal berjumlah 21 orang (55,26%). Perokok nonfilter yang memiliki pH normal adalah 15 orang sedangkan dengan pH yang tidak normal adalah 22 orang (59,46%).

Setelah dianalisis dengan menggunakan uji statistik Pearson Chi-Square Test didapati p-value 0,713 (p>0,05). Yang berarti tidak didapati perbedaan yang

bermakna antara pH saliva pada perokok filter dan perokok nonfilter.

(47)

Analisis dengan menggunakan uji statistik Pearson Chi-Square Test

didapatkan p-value 0,102 (p>0,05). Yang berarti tidak didapati perbedaan yang

bermakna antara aktivitas enzim amilase saliva pada perokok filter dan perokok nonfilter.

5.3.2 Perbandingan pH dan Aktivitas Enzim AmilaseAir Liur Berdasarkan Kategori Perokok dan Periode Merokok

Tabel 5.3 Perbandingan pH dan Aktivitas Enzim AmilaseAir Liur Berdasarkan Kategori Perokok dan Periode Merokok

Kategori Perokok Periode Merokok

Ringan-Sedang

Berat p-value Jangka Pendek Jangka Panjang p-value

pH Air Liur Normal Tidak Normal

17 23

15

20 0,975

0 4

32

39 0,076 Aktivitas Enzim

Amilase Air Liur Normal

Tidak Normal

15 25

10

25 0,413

1 3

24

47 0,716

Tabel di atas menunjukkan tidak didapati perokok jangka pendek dengan pH normal, sedangkan dengan pH tidak normal berjumlah 4 orang (100%). Perokok jangka panjang dengan pH normal berjumlah 32 orang (45%), sedangkan sisanya sebesar 55% (39 orang) mengalami gangguan pH. Setelah dianalisis menggunakan Pearson Chi Square Test didapatkan p-value=0,076 (p>0,05). Hal

ini berarti tidak didapatinya perbedaan pH air liur pada perokok jangka panjang dan perokok jangka pendek.

(48)

normal dan sisanya (66,2%) mengalami gangguan aktivitas enzim amilase. Analisis menggunakan Pearson Chi Square Test didapatkan p-value=0,716 yang

berarti tidak didapati perbedaan yang bermakna pada aktivitas enzim amilase antara perokok jangka panjang dan perokok jangka pendek.

Tabel menggambarkan distribusi pH responden berdasarkan konsumsi rokok, dimana didapatkan jumlah perokok yang merupakan perokok ringan sampai sedang dengan pH normal sebanyak 17 orang (42,5%) dan 23 orang (57,5%) mengalami gangguan pH. Sedangkan perokok berat yang mengalami gangguan pH sebanyak 20 orang (57,1%) dan dengan pH normal sebanyak 15 orang (42,9%). Setelah dianalisis menggunakan Pearson Chi Square Test

didapatkan p-value=0,975, yang berarti tidak ada perbedaan bermakna antara pH

air liur pada perokok ringan-sedang dan perokok berat.

Jumlah perokok ringan-sedang dengan aktivitas enzim amilase normal sebanyak 37,5% sedangkan 62,5 % mengalami gangguan aktivitas enzim amilase. Perokok berat dengan aktivitas enzim amilase normal sebanyak 10 orang (28,6%), sedangkan dengan gangguan aktivitas enzim amilase sebanyak 25 orang (71,4%). Setelah dianalisis menggunakan Pearson Chi Square Test didapatkan p-value=0,413, yang berarti tidak didapati perbedaan bermakna antara aktivitas

enzim amilase air liur pada perokok ringan-sedang dan perokok berat.

5.4 Pembahasan

Hasil analisis data dengan menggunakan uji statistik Pearson Chi-Square Test menunjukkan tidak didapatinya perbedaan yang bermakna secara statistik

antara pH air liur pada perokok filter dan perokok nonfilter dengan p-value: 0,713.

Namun ditemukan bahwa jumlah responden yang merupakan perokok filter dengan pH air liur normal lebih banyak (17 orang) dibandingkan perokok nonfilter dengan pH normal (15 orang), sedangkan perokok filter dengan pH air liur tidak normal berjumlah 21 orang sedangkan perokok nonfilter dengan pH yang tidak normal adalah 22 orang.

Hasil analisis menggunakan statistik Pearson Chi-Square Test

(49)

aktivitas enzim amilase air liur pada perokok filter dan perokok nonfilter (p-value:

0,102). Namun didapatkan bahwa perokok filter dengan aktivitas enzim amilase normal berjumlah 16 orang. Hasil ini lebih banyak dibandingkan dengan responden yang merupakan perokok nonfilter dengan aktivitas enzim amilase normal (9 orang). Demikian pula dengan aktivitas enzim amilase pada perokok filter yang tidak normal berjumlah 22 orang sedangkan pada perokok nonfilter berjumlah 28 orang.

Walaupun hasil uji statistik didapatkan tidak bermakna, namun tidak dapat diabaikan. Pada penelitian ini jumlah responden yang merupakan perokok nonfilter dengan gangguan pH dan atau gangguan aktivitas enzim amilase air liur lebih banyak dibandingkan dengan perokok filter yang mengalami gangguan pH dan atau aktivitas enzim amilase air liur. Begitu juga keseluruhan responden yang mengalami gangguan pH maupun aktivitas enzim amilase baik yang merupakan perokok filter maupun nonfilter lebih banyak jumlahnya dibandingkan yang normal.

Dari hasil penelitian didapatkan tidak didapatkan hubungan yang bermakna secara statistik antara pH (p-value=0,076) dan aktivitas enzim amilase

air liur (p-value=0,716) pada perokok jangka pendek maupun perokok jangka

panjang, hal ini sejalan dengan penelitian Nazira (2010) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara periode merokok dengan pH air liur. Hasil analisis statistik dari penelitian ini juga tidak mendapatkan perbedaan yang bermakna secara statistik pada pH (p-value=0,975) dan aktivitas enzim amilase air

liur (p-value=0,413) antara perokok ringan-sedang dan perokok berat, hal ini

berbeda dengan hasil penelitian yang didapatkan oleh Nazira (2010) yang mendapatkan adanya hubungan yang bermakna antara pH air liur dengan jumlah konsumsi rokok per-hari. Hal ini mungkin disebabkan karena berbedanya sampel yang digunakan, dimana pada penelitian Nazira (2010) sampel yang digunakan adalah perokok filter.

(50)

menurun. Sedangkan Menurut Weiner (2008,2009) menurunnya aktivitas enzim amilase air liur diakibatkan terjadinya reaksi antara gugus –SH pada enzim amilase air liur dengan reactive nitrogen species yang dihasilkan ketika merokok,

ataupun efek langsung dari aldehid (terutama unsaturated aldehyds) yang

terkandung dalam rokok.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Shin (2009) yang mendapatkan terjadinya penurunan senyawa karbonil yang merupakan indikator penurunan senyawa sitotoksik potensial (formaldehyde, acetaldehyde, acetone, acrolein, propionaldehyde, crotonaldehyde, methyl ethyl ketone, dan

butyraldehyde) dari asap aliran utama rokok (mainstream) pada rokok dengan

filter karbon dan filter selulosa asetat dibandingkan rokok nonfilter.

(51)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan uraian-uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara pH dan aktivitas enzim amilase air liur pada perokok filter dan nonfilter.

6.2 Saran

Dari seluruh proses yang telah dijalani peneliti dalam penyelesaian penelitian ini, dapat diberikan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Filter pada rokok tidak mampu mencegah efek rokok terhadap gangguan pH dan aktivitas enzim amilase air liur, sehingga lebih baik menghentikan merokok dari pada mengganti jenis rokok.

2. Perlu dilaksanakan penyuluhan tentang tidak adanya manfaat filter pada dalam mencegah terjadinya gangguan pH dan aktivitas enzim amilase air liur.

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Augustine, A., Harris R.E., Wynder E.L., 1989. Compensation as a Risk Factor for Lung Cancer in Smokers Who Switch from Nonfilter to Filter

Cigarettes. American Health Foundation, American Journal of Public

Health 79:188-191.

Banoczy , J., Gintner, Z., Dombi, C., 2001. Tobacco use and oral leukoplakia. Dalam: Pejčić, A., Obradović, R., Kojović, D., 2007. Smoking and Periodontal Disease a Review. Department for Periodontology and Oral

Medicine, Medical Faculty, University of Niš, Serbia:53 – 59.

Barrett,M.L., Udani, J.K., 2011. A proprietary alpha-amylase inhibitor from white bean (Phaseolus vulgaris): A review of clinical studies on weight loss and

glycemic control. BioMed Central:1-10.

de Almeida, P.D.V., Grégio, A.M.T., Machado, M.Â.N., de Lima, A.A.S., Azevedo, L.R., 2008. Saliva Composition and Functions: A Comprehensive Review. J Contemp Dent Pract:072-080.

Gondodiputro, S., 2007. Bahaya Tembakau dan Bentuk-bentuk Tembakau. Bagian

Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung:1-2.

Kaufman, E., Lamster, I.B., 2002. The diagnostic applications of saliva- a review. Dalam: Rooban, T., Mishra, G,. Elizabeth, J., Ranganathan, K,. Saraswathi,

T.R. 2006. Effect of Habitual Arecanut Chewing on Resting Whole Moutg Salvary Flow Rate and pH. Department of Oral and Maxillofacial

(53)

Kementrian Kesehatan Republik Indonesa, 2004. The Tobacco Source Book Data to support a National Tobacco Control Strategy English translation.

Available from:

http://www.tobaccofreecenter.org/files/pdfs/reports_articles/tobaccosource

book_indonesia.pdf. [Accesed 30 March 2011].

Koolman, J., 2000. Atlas Berwarna dan Teks Biokimia. Jakarta: Hipokrates.

Kozlowski, L. T., O’Connor R. J.,2002. Cigarette filter ventilation is a defective design because of misleading taste, bigger puffs, and blocked vents.

Biobehavioral Health, The Pennsylvania State University. Downloaded from tobaccocontrol.bmj.com on March 6, 2011.

Murray, R.K., 2009. Biokimia Harper. 25th ed. Jakarta: EGC.

Nazira, S., 2010. Pengaruh Merokok Terhadap pH dan Aktivitas Enzim Amilase Air Liur pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara (FK USU) Angkatan 2007. Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara.[unpublish]

Pejčić, A., Obradović R., Kesić L., Kojović D., 2007. Smoking and Periodontal Disease a Review. Department for Periodontology and Oral Medicine,

Medical Faculty, University of Niš, Serbia. Series: Medicine and Biology Vol.14, No 2 pp:53 – 59.

Puy, C.L., 2006. The rôle of saliva in maintaining oral health and as an aid to diagnosis. Primary Health Care Dentist. Department 9. Valencian Health

(54)

Ruslan, G., 1996, Efek Merokok terhadap Rongga Mulut. Rumah Sakit Umum

Daerah Muara Teweh, Kalimantan Tengah. Available from:

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/14EfekMerokokterhadapRonggaMul

ut113.pdf/14EfekMerokokterhadapRonggaMulut113.html [Accesed 2

March 2011].

Schenkels, L.C., Veerman, E.C., Nieuw Amerongen, A.V.,1995. Biochemical composition of human saliva in relation to other mucosal fluids. Crit Rev Oral Biol Med, 6(2), 161-75.

Sherwood, L., 2001. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. 2nd ed. Jakarta: EGC.

Shin, H.J.et al, 2009. Effect of cigarette filters on the chemical composition and in vitro biological activity of cigarette mainstream smoke. KT&G Central

Research Institute, Laboratory of Biochemistry, 302 Shinseong-Dong, Yuseong-Gu, Daejeon 305-805, Republic of Korea. Food and Chemical Toxicology 47:192–197.

Smet, B., 1994. Psikologi Kesehatan. Semarang: PT. Gramedia.

Som, P.M. dan Brandwein, M.S., 2003. Salivary Glands: Anatomy and Pathology.

Mosby, Inc.:2005-2133.

Sostroasmoro, S dan Ismael S., 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis

Edisi ke-3. Jakarta: Sagung Seto.

Trudgill, N.J., Smith, L.F., Kershaw, J,. Riley, S.A, 1998. Impact of Smoking Cessation on Salivary Function in Healthy Volunteers. Department of

(55)

US Surgeon General: The Health Consequences of Smoking: A: Report of the Surgeon General. Washington, 1981. DC: US Department of Health and

HumanServices, Public Health Services, Office of Smoking and Health.

Wahyuni, A.S., 2007. Statistika Kedokteran. Jakarta: Bamboedea

Communication.

Warnakulasuriya, S. et al, 2010. Oral health risks of tobacco use and effects of cessation. World Dental Press 0020-6539/10/01007-24. International

Dental Journal 60:7-30.

Weiner, D., Levy Y., Khankin E.V, Reznick A.Z., 2008. Inhibition of Salivary Amylase Activity by Cigarette Smoke Aldehydes. Department of Anatomy

and Cell Biology, The Bruce Rappaport Faculty of Medicine, Technion, Haifa, Israel:727-737.

Weiner, D., Levy Y., Khankin E.V, Reznick A.Z., 2009. Effects Of Cigarette Smoke Borne Reactive Nitrogen Species On Salivary A-Amylase Activity

And Protein Modifications. Department of Anatomy and Cell Biology, The

Bruce Rappaport Faculty Of Medicine, Technion, Haifa, Israel. Journal Of Physiology And Pharmacology 2009, 60, Suppl 5, 127-132.

WHO REPORT on the global TOBACCO epidemic, 2008. Available from:

http://www.who.int/tobacco/mpower/mpower_report_full_2008.pdf

[Accesed 4 March 2011].

WHO, 2010. Tobacco free initiative manual- helping people quit tobacco.a manual for dctors and dentist. Available from:

(56)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Indah Puspita Sari Pane Tempat/Tanggal Lahir : Sibolga, 18 Mei 1990

Agama : Islam

Alamat : Jl.Padangsidimpuan KM.6 No.97 Tapanuli Tengah Sumatera Utara.

Riwayat Pendidikan : 1. TK Aisiyah Busthanul Athfal Sibolga, Tahun Lulus 1996

2. SD Negeri 086738 Sibolga, Tahuh Lulus 2002 3. SMPS Al-Muslimin Pandan, Tahun Lulus 2005 4. SMA Negeri 1 Matauli Pandan, Tahun Lulus 2008 Riwayat Pelatihan : 1. Workshop Resusitasi Jantung Paru dan Otak (RJPO)

dan Traumatologi TBM FK USU, 29 Maret 2009 2. Pra TBM Camp dan TBM Camp Tim Bantuan Medis FK USU 2009

Riwayat Organisasi : 1. Organisasi Siswa Intra Sekolah SMA Negeri 1 Matauli Pandan

2. Anggota Tim Bantuan Medis Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2009-Sekarang) 3. Bendahara Kepanitiaan Seminar dan Workshop Advance Cardiopulmonary Resuscitation TBM FK

(57)

Lampiran 2

KUESIONER PENELITIAN

PERBEDAAN pH DAN AKTIVITAS ENZIM AMILASE AIR LIUR PADA PEROKOK FILTER DAN NONFILTER DI KALANGAN PENGENDARA

BECAK MOTOR

No. Responden : ………

I. Data Responden

Nama : ……….

Umur : ………...

Suku : ……….

Agama : ………...

II. Pertanyaan

Petunjuk pengisian : Berilah tanda check list (tanda centang) pada salah satu

jawaban yang paling tepat menurut Anda. 1. Apakah Anda merokok?

o Ya

o Tidak

2. Jenis rokok apa yang Anda konsumsi? o Filter

o Non filter

(58)

o 1-4 batang o 5-14 batang o ≥ 15 batang

4. Berapa tahun jangka waktu antara usia awal merokok dengan umur Anda saat ini (periode merokok)?

o <1 tahun o 1-3 tahun o > 3 tahun

5. Apakah Anda menderita penyakit tertentu seperti hipertensi, depresi, malnutrisi/kurang gizi, diabetes mellitus, dan Sindrom Sjögren, alergi, sesak napas, atau epilepsi? Apakah anda mengkonsumsi obat-obatan untuk penyakit anda tersebut?

6. Apakah Anda sedang mengkonsumsi obat-obat seperti yang dibawah ini? o Obat anti muntah (antiemetik)

(59)

Lampiran 3

LEMBAR PENJELASAN

Assalamualaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita semua,

Pertama-tama, saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas kesediaanya meluangkan waktu untuk mengisi surat persetujuan ini.

Pertama-tama, izinkan saya memperkenalkan diri. Nama saya Indah Puspita Sari Pane. Saya sedang menjalani kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU) angkatan 2008. Saat ini saya sedang mengerjakan penelitian guna melengkapi Karya Tulis Ilmiah yang menjadi kewajiban saya untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran.

Adapun judul penelitian saya adalah “Perbandingan pH dan Aktivitas Enzim Amilase Air Liur pada Perokok Filter dan Nonfilter di Kalangan Penarik Becak Bermotor di Kota Medan Tahun 2011”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan pH dan aktivitas enzim amilase air liur antara perokok filter dan perokok nonfilter.

Untuk itu saya memohon kesediaan Anda untuk ikut serta dalam penelitian ini, yaitu sebagai responden. Saya akan menanyakan beberapa hal seputar kebiasaan merokok yang meliputi jumlah rokok per hari yang dikonsumsi, periode merokok, dan jenis rokok yang Anda konsumsi. Saya juga memohon kesediaan Anda untuk mengumpulkan air liur yang akan digunakan untuk percobaan. Partisipasi Anda dalam penelitian ini adalah bebas dan tanpa paksaan, Anda berhak menolak berpartisipasi tanp

Gambar

Gambar 3.1. Kerangka Konsep
Tabel 3.1 Variabel dan Definisi Operasional
Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden

Referensi

Dokumen terkait

SATUAN KERJA PEN GEMBANGAN PENYEHATAN GEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNG LINGKUNG AN PERMUKIMAN JABODETAB AN PERMUKIMAN JABODETAB PT... T5?a/ Pejabat Pembuat +mitmen Pejabat

Pada tanggal 15 Juli 2016, Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa menyetujui peningkatan Modal Disetor dan Modal Ditempatkan Perseroan melalui penambahan modal Perseroan dengan

membantu memberikan dukungan doa dan semangat hingga penulis menyelesaikan skripsi ini. Kepada semua teman-teman dan sahabat-sahabatku yang telah membantu memberikan

KEDUA : Hasil pertanian yang beredar di Indonesia baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri tidak boleh mengandung residu pestisida melebihi batas

Tahap awal yang dilakukan manajemen pajak yaitu dengan mengadakan dokumentasi dan pemeriksaan atas peraturan perpajakan supaya mampu diseleksi bentuk tindakan

Model farmakokinetik ini berguna untuk: memprakirakan kadar obat dalam plasma, jaringan dan urin pada berbagai pengaturan dosis; menghitung pengaturan dosis optimum untuk

• Dalam hal Anda menarik seluruh dana pada Nilai Akun yang ada dalam Polis, maka Anda dianggap melakukan penebusan Polis dan Penanggung akan membayarkan Nilai Tebus yang ada

istem Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi (campuran kasar) Sistem Koloid ini mempunyai sifat-sifat khas yang berbeda dari sifat larutan atau