PENGARUH POTENSI BAHAYA TERHADAP RISIKO KECELAKAAN
KERJA DI UNIT PRODUKSI INDUSTRI MIGAS
PT. X ACEH
TESIS
Oleh
ADE IRMA SURYANI
097032127/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
THE INFLUENCE OF POTENTIAL HAZARD ON THE RISK OF
OCCUPATIONAL ACCIDENT IN THE PRODUCTION UNIT OF
GAS AND OIL INDUSTRY AT PT. X ACEH
THESIS
By
ADE IRMA SURYANI
097032127/IKM
MAGISTER OF PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM
FACULTY OF PUBLIC HEALTH
UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA
MEDAN
PENGARUH POTENSI BAHAYA TERHADAP RISIKO KECELAKAAN
KERJA DI UNIT PRODUKSI INDUSTRI MIGAS
PT. X ACEH
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)
dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Kesehatan Kerja
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Oleh
ADE IRMA SURYANI
097032127/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Tesis
: PENGARUH POTENSI BAHAYA TERHADAP
RISIKO KECELAKAAN KERJA DI UNIT
PRODUKSI INDUSTRI MIGAS PT. X ACEH
Nama
: Ade Irma Suryani
Nomor Induk Mahasiswa : 097032127
Program Studi
: S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi
: Kesehatan Kerja
Menyetujui
Komisi Pembimbing
(Dr. Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri) (
Ketua
Anggota
Eka Lestari Mahyuni, S.K.M., M.Kes)
Dekan
(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
Telah di uji
Pada tanggal : 22 Maret 2012
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua
: Dr. Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri
Anggota
: 1. Eka Lestari Mahyuni, S.K.M., M.Kes
2. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes
PERNYATAAN
PENGARUH POTENSI BAHAYA TERHADAP RISIKO KECELAKAAN
KERJA DI UNIT PRODUKSI INDUSTRI MIGAS
PT. X ACEH
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Maret 2012
ABSTRAK
Penelitian tentang pengaruh potensi bahaya terhadap risiko kecelakaan kerja
di unit produksi industri migas PT.X Aceh bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan
probabilitas potensi bahaya terhadap risiko kecelakaan kerja pada setiap aktivitas
tenaga kerja, peralatan/mesin, material kimia dan metoda kerja di unit produksi
industri migas PT. X Aceh. Penelitian ini bersifat explanatory study dengan
rancangan
cross sectional. Seluruh tenaga kerja pada unit produksi merupakan
populasi pada penelitian ini yaitu 140 tenaga kerja. Sampel berjumlah 57 tenaga kerja
dipilih secara
stratified random sampling berdasarkan unit kerja, yaitu 19 tenaga
kerja pada unit LNG Process, 18 tenaga kerja pada unit utility, 10 tenaga kerja pada
unit
storage and loading dan 10 tenaga kerja pada unit NSO (North Sumatera
Offshore). Pengamatan dan wawancara dilakukan untuk melihat pengaruh potensi
bahaya dan risiko kecelakaan kerja pada tenaga kerja, peralatan/mesin, material kimia
dan metoda kerja.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada unit LNG Process material kimia
(p= 0,009) memiliki pengaruh terhadap risiko kecelakaan kerja dengan probabilitas
risiko kecelakaan kerja tinggi sebesar 78% dan probabilitas risiko kecelakaan kerja
rendah sebesar 10%. Pada unit utility, diketahui peralatan/mesin (p= 0,008) memiliki
pengaruh terhadap risiko kecelakaan kerja dengan probabilitas risiko kecelakaan kerja
tinggi sebesar 92% dan probabilitas risiko kecelakaan kerja rendah sebesar 17%.
Tidak terdapat pengaruh variabel tenaga kerja dam metoda kerja di unit produksi
industri migas PT. X Aceh.
Disarankan perusahaan hendaknya melakukan kontrol dan evaluasi kembali
pada parameter pengukuran material kimia guna mengurangi bahaya terpaparnya
material kimia disekitar lingkungan industri migas PT. X Aceh dan menghindari
dampaknya terhadap kesehatan kerja. Serta perlunya melakukan kontrol dan evaluasi
kembali terhadap pemeliharaan peralatan/mesin yang terdapat di PT. X untuk
mengurangi risiko terjadinya kecelakaan kerja.
ABSTRACT
The Purpose of
Study the influence of hazardous potential to the risk of
workplace accident in the production units of oil and gas industry PT. X Aceh is to
know the influence and probability of hazardous potential to the activities of the
employees, the equipment / machinery, the chemical material and the method of work
to the risk of workplace accidents in the production units of oil and gas industry PT.
X Aceh. The type of this research is explanatory study with cross sectional design.
The population is 140 all of employees who works in the production unit. The sample
of research is 57 employees was taken by stratified random sampling based on the
work of unit, for LNG Process unit is 19 employees, utility unit is 18 employees,
storage and loading unit is 10 employees, and NSO (North Sumatera Offshore) is 10
employees. The data was collected through interviews and observation in the
workplace of production units to found the influence of hazardous potential and the
risk of workplace accidents for the employees, equipment / machinery, chemical
material and the method of work.
The result showed that the chemical material (p=0,009) in the LNG Process
unit has an influence on the risk of workplace accidents with probability of the high
risk of workplace accident 78% and probability of the low risk of workplace
accident10%. On the utility unit, is known that equipment / machinery (p=0,008) has
an influence on the risk of workplace accidents with probability of the high risk of
workplace accident 92% and probability of the low risk of workplace accident17%.
But, there is no influence on the risk workplace accidents to the employees and the
method of work in the production units of oil and gas industry PT. X Aceh.
It is recommended that the Companies should be control and re-evaluation of
the parametric chemical materials measurement in the production units of oil and gas
industry PT. X Aceh to reduce the chemical materials which exposed to the
environment in the production units of oil and gas industry PT. X Aceh and to avoid
the health of work effect. Also need to control and re-evaluation equipment/
machinery maintenance in the PT. X to decrease the risk of workplace an accident
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis
yang berjudul “Pengaruh Potensi Bahaya terhadap Risiko Kecelakaan Kerja di
Unit Produksi Industri Migas PT. X Aceh”. Tesis ini merupakan salah satu
persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Kerja pada Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.
Dalam penyusunan tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan, dorongan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, penulis inging menyampaikan
ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi – tingginya kepada :
1.
Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, D.T.M&H.,
M.Sc (CTM)., Sp.A, (K).
2.
Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Dr. Drs.
Surya Utama, M.S. atas kesempatan penulis menjadi mahasiswa Program
Studi S2 Ilmu kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Kerja.
3.
Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si dan Sekretaris Program Studi Dr. Ir.
Evawany Aritonang, M.Si.
banyak meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan kritik, masukan
serta motivasi yang sangat berarti kepada penulis dengan penuh kesabaran dan
keikhlasan sehingga tesis ini selesai.
5.
Tim Penguji Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes dan Dra. Lina Tarigan, Apt, M.S
yang telah banyak memberikan bimbingan, kritik serta saran yang sangat
membantu untuk kesempurnaan tesis ini.
6.
R&L Superintendent Bapak Abdy B yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk melakukan penelitian di PT. X Aceh.
7.
Seluruh staf Training Center PT. X yang telah banyak membantu penulis
selama berada di lokasi penelitian.
8.
Bapak Ibnu Abbas selaku Chemist di Laboratorium PT. X yang telah banyak
membantu menyelesaikan kesulitan – kesulitan penulis saat berada di lokasi
penelitian. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas
apresiasi dan bantuan selama ini kepada penulis.
9.
Seluruh pihak dan karyawan yang terkait di PT. X yang tidak bisa disebutkan
satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan tesis
ini.
10.
Para dosen , staf dan semua pihak yang terkait di lingkungan Program Studi
S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.
12.
Rasa terima kasih yang tak terhingga penulis tujukan kepada Ayahanda Safari
Abu Yusuf, Ibunda Wardiah Djafar Badal, adik – adik Ismanoe, Nuril Huda,
Harbul Fizar serta seluruh keluarga yang telah banyak memberikan dukungan
moril, do’a serta motivasi kepada penulis selama menjalani pendidikan.
13.
Teristimewa kepada dr. Apriza Prahatama atas motivasi dan semangat yang
diberikan hingga penulis menyelesaikan pendidikan.
14.
Teman – teman seperjuangan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
masyarakat, khususnya Minat Studi Kesehatan Kerja Universitas Sumatera
Utara atas bantuan dan dorongannya dalam penyusunan tesis ini.
Akhirnya penulis sangat menyadari keterbatasan tesis ini, oleh karena itu
kritik dan saran dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk kesempurnaannya,
dengan harapan semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Maret 2012
Penulis,
RIWAYAT HIDUP
Nama penulis Ade Irma Suryani, lahir di Batuphat Timur, Lhokseumawe pada
tanggal 30 September 1985, jenis kelamin perempuan, beragama Islam, anak
pertama dari empat bersaudara, dari pasangan Safari Abu Yusuf dan Wardiah Djafar
Badal. Saat ini penulis bertempat tinggal di Kota Lintang Atas Kuala Simpang Aceh
Tamiang.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...
i
ABSTRACT ...
ii
KATA PENGANTAR ...
iii
RIWAYAT HIDUP ...
vi
DAFTAR ISI ...
vii
DAFTAR TABEL ...
x
DAFTAR GAMBAR ...
xii
DAFTAR LAMPIRAN ...
xiii
BAB 1. PENDAHULUAN ...
1
1.1. Latar Belakang ...
1
1.2. Permasalahan ...
7
1.3. Tujuan Penelitian ...
7
1.4. Hipotesis ...
7
1.5. Manfaat Penelitian ...
8
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ...
9
2.1. Industri Migas (Minyak dan Gas Bumi) ...
9
2.1.1. Minyak dan Gas Bumi ...
9
2.1.2. Proses Pengolahan di Industri Migas
(Minyak dan Gas Bumi) ...
9
2.1.3. Beberapa Ragam Model Keselamatan Kerja Migas ...
11
2.2. Potensi Bahaya (Potential Hazard) ...
13
2.2.1. Sumber Bahaya yang Berasal dari Lingkungan Kerja ...
17
2.2.2. Sumber Bahaya yang Berasal
dari Pekerja (unsafe action) ...
21
2.2.3. Sumber Bahaya dari Bahan Kimia dan Peralatan ...
22
2.3. Kecelakaan Kerja ...
23
2.3.1. Klasifikasi Kecelakaan Kerja ...
25
2.3.2. Penyebab Kecelakaan Kerja ...
27
2.4. Prinsip Pencegahan Kecelakaan ...
29
2.4.1. Analisa Risiko Kecelakaan Kerja ...
30
2.5. Landasan Teori ...
31
BAB 3. METODE PENELITIAN ...
34
3.1. Jenis Penelitian ...
34
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ...
34
3.2.1. Lokasi Penelitian ...
34
3.2.2. Waktu Penelitian ...
34
3.3. Populasi dan Sampel ...
35
3.3.1. Populasi ...
35
3.3.2. Sampel ...
35
3.4. Metode Pengumpulan Data. ...
36
3.5. Variabel dan Definisi Operasional ...
37
3.5.1. Variabel Independen (Variabel Bebas) ...
37
3.5.2. Variabel Dependen (Variabel Terikat) ...
38
3.6. Metode Pengukuran ...
38
3.6.1. Pengukuran Variabel Independen (Bebas) ...
38
3.6.2. Pengukuran Variabel Dependen (Terikat) ...
39
3.7. Metode Analisis Data ...
40
3.7.1. Univariat ...
40
3.7.2. Bivariat ...
40
3.7.3. Multivariat ...
41
BAB 4. HASIL PENELITIAN ...
42
4.1. Deskripsi Industri Migas PT. X Aceh ...
42
4.2. Proses Kerja di Unit Produksi Industri Migas PT. X Aceh ...
44
4.3. Karakteristik Tenaga Kerja di Unit Produksi Industri
Migas PT. X Aceh ...
47
4.4. Potensi Bahaya di Unit Produksi Industri
Migas PT. X Aceh ...
49
4.4.1. Unit LNG Process ...
49
4.4.2. Unit Utility ...
50
4.4.3. Unit Storage and Loading ...
50
4.4.4. Unit NSO (North Sumatera Offshore) ...
51
4.5. Risiko Kecelakaan Kerja di Unit
Produksi Industri Migas PT. X Aceh ...
52
4.5.1. Unit LNG Process ...
52
4.5.2. Unit Utility ...
53
4.5.3. Unit Storage and Loading ...
54
4.5.4. Unit NSO (North Sumatera Offshore) ...
55
4.6. Hubungan Potensi Bahaya dengan Risiko
Kecelakaan Kerja di Unit Produksi Industri Migas
PT. X Aceh ...
56
4.6.2. Unit Utility ...
57
4.6.3. Unit Storage and Loading ...
58
4.6.4. Unit NSO (North Sumatera Offshore) ...
59
4.7. Pengaruh Potensi Bahaya terhadap Risiko Kecelakaan Kerja
di Unit Produksi Industri Migas PT. X Aceh ...
60
4.7.1. Unit LNG Process ...
61
4.7.2. Unit Utility ...
62
4.7.3. Unit Storage and Loading ...
63
4.7.4. Unit NSO (North Sumatera Offshore) ...
64
4.8. Probabilitas Pengaruh Potensi Bahaya terhadap Risiko Kecelakaan
Kerja di Unit Produksi Industri Migas PT. X Aceh ...
65
BAB 5. PEMBAHASAN ...
67
5.1.
Pengaruh Potensi Bahaya terhadap Risiko Kecelakaan Kerja
Berdasarkan Tenaga Kerja di unit Produksi Industri Migas
PT. X Aceh ...
67
5.2.
Pengaruh Potensi Bahaya terhadap Risiko Kecelakaan Kerja
Berdasarkan Peralatan/mesin di unit Produksi Industri Migas
PT. X Aceh ...
68
5.3.
Pengaruh Potensi Bahaya terhadap Risiko Kecelakaan Kerja
Berdasarkan Material Kimia di unit Produksi Industri Migas
PT. X Aceh ...
72
5.4.
Pengaruh Potensi Bahaya terhadap Risiko Kecelakaan Kerja
Berdasarkan Metoda Kerja di unit Produksi Industri Migas
PT. X Aceh ...
74
5.5. Probabilitas Pengaruh Potensi Bahaya terhadap Risiko Kecelakaan
Kerja di Unit Produksi Industri Migas PT. X Aceh ...
75
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ...
78
6.1. Kesimpulan ...
78
6.2. Saran ...
79
DAFTAR PUSTAKA ...
80
DAFTAR TABEL
No.
Judul
Halaman
1.1. Data Kecelakaan Kerja PT. X ... 6
2.1. Daftar Bahaya Potensial ... 15
3.1. Jumlah Sampel Berdasarkan Stratified Random Sampling ... 36
3.2. Aspek Pengukuran Variabel Bebas ... 39
3.3. Aspek Pengukuran Variabel Terikat ... 40
4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Tenaga Kerja di Unit Industri
Migas PT. X Aceh ... 48
4.2. Distribusi Frekuensi Potensi Bahaya di Unit LNG process
Industri
Migas PT. X Aceh ... 49
4.3. Distribusi Frekuensi Potensi Bahaya di Unit Utility
Industri Migas
PT. X Aceh... 50
4.4. Distribusi Frekuensi Potensi Bahaya di Unit Storage and Loading
Industri Migas PT. X Aceh ... 51
4.5. Distribusi Frekuensi Potensi Bahaya di Unit NSO (North Sumatera
Offshore) Industri Migas PT. X Aceh ... 52
4.6. Distribusi Frekuensi Risiko Kecelakaan Kerja di Unit LNG Process
Industri Migas PT. X Aceh ... 53
4.7.
Distribusi Frekuensi Risiko Kecelakaan Kerja di Unit Utility
Industri Migas PT. X Aceh ... 54
4.8. Distribusi Frekuensi Risiko Kecelakaan Kerja di Unit
Storage and
Loading Industri Migas PT. X Aceh ... 55
4.10. Distribusi Hubungan Potensi Bahaya dengan Risiko Kecelakaan Kerja
di Unit LNG Process Industri Migas PT. X Aceh ... 57
4.11. Distribusi Hubungan Potensi Bahaya dengan Risiko Kecelakaan Kerja
di Unit Utility Industri Migas PT. X Aceh ... 58
4.12. Distribusi Hubungan Potensi Bahaya dengan Risiko Kecelakaan Kerja
di Unit Storage and Loading Industri Migas PT. X Aceh ... 59
4.13. Distribusi Hubungan Potensi Bahaya dengan Risiko Kecelakaan Kerja
di Unit NSO (North Sumatera Offshore) Industri Migas PT. X Aceh .... 60
4.14. Distribusi Uji Bivariat Pada Unit
LNG Process Untuk Identifikasi
Variabel yang Akan Masuk Dalam Model dengan nilai p<0,25 ... 61
4.15. Distribusi Uji Multivariat Variabel Potensi Bahaya dengan Risiko
Kecelakaan Kerja di Unit LNG Process Industri Migas PT. X Aceh ... 62
4.16. Distribusi Uji Bivariat Pada Unit Utility Untuk Identifikasi Variabel
yang Akan Masuk Dalam Model dengan nilai p<0,25 ... 62
4.17. Distribusi Uji Multivariat Variabel Potensi Bahaya dengan Risiko
Kecelakaan Kerja di Unit Utility Industri Migas PT. X Aceh ... 63
4.18. Distribusi Uji Bivariat Pada Unit
Storage and Loading Untuk
Identifikasi Variabel yang Akan Masuk Dalam Model dengan nilai
p<0,25 ... 63
4.19. Distribusi Uji Multivariat Variabel Potensi Bahaya dengan Risiko
Kecelakaan Kerja di Unit Storage and Loading Industri Migas PT. X
Aceh ... 64
4.20. Distribusi Uji Bivariat Pada Unit
NSO (North Sumatera Offshore
Untuk Identifikasi Variabel yang Akan Masuk Dalam Model dengan
nilai p<0,25 ... 64
4.21. Distribusi Uji Multivariat Variabel Potensi Bahaya dengan Risiko
DAFTAR GAMBAR
No.
Judul
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Judul
Halaman
1. Kuesioner Penelitian ...
83
2. Kuesioner/Observasi Potensi Bahaya dan Risiko Kecelakaan di
Industri Migas PT. X Aceh ...
84
3. Hasil Kuesioner/Observasi Potensi Bahaya dan Risiko Kecelakaan di
Unit Produksi PT. X Aceh ...
89
4. Hasil Uji Probabilitas Variabel Material Kimia pada Unit LNG
ABSTRAK
Penelitian tentang pengaruh potensi bahaya terhadap risiko kecelakaan kerja
di unit produksi industri migas PT.X Aceh bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan
probabilitas potensi bahaya terhadap risiko kecelakaan kerja pada setiap aktivitas
tenaga kerja, peralatan/mesin, material kimia dan metoda kerja di unit produksi
industri migas PT. X Aceh. Penelitian ini bersifat explanatory study dengan
rancangan
cross sectional. Seluruh tenaga kerja pada unit produksi merupakan
populasi pada penelitian ini yaitu 140 tenaga kerja. Sampel berjumlah 57 tenaga kerja
dipilih secara
stratified random sampling berdasarkan unit kerja, yaitu 19 tenaga
kerja pada unit LNG Process, 18 tenaga kerja pada unit utility, 10 tenaga kerja pada
unit
storage and loading dan 10 tenaga kerja pada unit NSO (North Sumatera
Offshore). Pengamatan dan wawancara dilakukan untuk melihat pengaruh potensi
bahaya dan risiko kecelakaan kerja pada tenaga kerja, peralatan/mesin, material kimia
dan metoda kerja.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada unit LNG Process material kimia
(p= 0,009) memiliki pengaruh terhadap risiko kecelakaan kerja dengan probabilitas
risiko kecelakaan kerja tinggi sebesar 78% dan probabilitas risiko kecelakaan kerja
rendah sebesar 10%. Pada unit utility, diketahui peralatan/mesin (p= 0,008) memiliki
pengaruh terhadap risiko kecelakaan kerja dengan probabilitas risiko kecelakaan kerja
tinggi sebesar 92% dan probabilitas risiko kecelakaan kerja rendah sebesar 17%.
Tidak terdapat pengaruh variabel tenaga kerja dam metoda kerja di unit produksi
industri migas PT. X Aceh.
Disarankan perusahaan hendaknya melakukan kontrol dan evaluasi kembali
pada parameter pengukuran material kimia guna mengurangi bahaya terpaparnya
material kimia disekitar lingkungan industri migas PT. X Aceh dan menghindari
dampaknya terhadap kesehatan kerja. Serta perlunya melakukan kontrol dan evaluasi
kembali terhadap pemeliharaan peralatan/mesin yang terdapat di PT. X untuk
mengurangi risiko terjadinya kecelakaan kerja.
ABSTRACT
The Purpose of
Study the influence of hazardous potential to the risk of
workplace accident in the production units of oil and gas industry PT. X Aceh is to
know the influence and probability of hazardous potential to the activities of the
employees, the equipment / machinery, the chemical material and the method of work
to the risk of workplace accidents in the production units of oil and gas industry PT.
X Aceh. The type of this research is explanatory study with cross sectional design.
The population is 140 all of employees who works in the production unit. The sample
of research is 57 employees was taken by stratified random sampling based on the
work of unit, for LNG Process unit is 19 employees, utility unit is 18 employees,
storage and loading unit is 10 employees, and NSO (North Sumatera Offshore) is 10
employees. The data was collected through interviews and observation in the
workplace of production units to found the influence of hazardous potential and the
risk of workplace accidents for the employees, equipment / machinery, chemical
material and the method of work.
The result showed that the chemical material (p=0,009) in the LNG Process
unit has an influence on the risk of workplace accidents with probability of the high
risk of workplace accident 78% and probability of the low risk of workplace
accident10%. On the utility unit, is known that equipment / machinery (p=0,008) has
an influence on the risk of workplace accidents with probability of the high risk of
workplace accident 92% and probability of the low risk of workplace accident17%.
But, there is no influence on the risk workplace accidents to the employees and the
method of work in the production units of oil and gas industry PT. X Aceh.
It is recommended that the Companies should be control and re-evaluation of
the parametric chemical materials measurement in the production units of oil and gas
industry PT. X Aceh to reduce the chemical materials which exposed to the
environment in the production units of oil and gas industry PT. X Aceh and to avoid
the health of work effect. Also need to control and re-evaluation equipment/
machinery maintenance in the PT. X to decrease the risk of workplace an accident
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tenaga kerja merupakan tulang punggung suksesnya pembangunan bangsa
dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi
keselamatan dan kesehatannya dalam bekerja. Oleh sebab itu, setiap industri
seyogyanya pasti telah memberikan himbauan dan pengarahan bagi para pekerja agar
dapat menjalankan pekerjaannya dengan prosedur yang telah ditetapkan. Akan tetapi,
hanya sedikit yang memahami potensi bahaya yang terdapat di lingkungan kerja
sehingga sangat besar pengaruhnya terhadap keselamatan pekerja itu sendiri. Selain
itu, walaupun keselamatan dan kesehatan kerja telah diperkenalkan, namun dalam
pelaksanaannya tetap kurang memuaskan. Harus diakui, kecelakaan kerja yang masih
tinggi sebenarnya tak lepas dari proses industrialisasi yang berteknologi tinggi,
pemakaian bahan dan peralatan yang makin kompleks. Sementara hal tersebut tidak
diikuti oleh peningkatan kemampuan dan keterampilan para pekerjanya sehingga
dapat menimbulkan kecelakaan kerja.
kesehatan kerja (K3) juga merupakan suatu disiplin dengan ruang lingkup yang luas.
Dalam pengertian yang luas, K3 mengarah kepada pengendalian hazard
dan risiko
untuk meminimalkan terjadinya injury ataupun
accident, promosi dan pemeliharaan
derajat tertinggi dari fisik, mental dan kesejahteraan sosial pada pekerja di semua
tempat kerja, pencegahan pada pekerja terhadap efek buruk kesehatan yang
disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan terhadap para pekerja dalam
lingkungan kerja dari risiko yang berakibat kepada kesehatan yang buruk dan
adaptasi pekerjaan terhadap manusia (Anugrah, 2009).
Selama tahun 2010 di Indonesia, berdasarkan laporan dari daerah, terjadi
kasus kecelakaan kerja sebanyak 98.711 kasus. Sedangkan berdasarkan data semester
I Tahun 2011 jumlah kecelakaan kerja adalah 48.511 kasus. Ditinjau dari sumber
kecelakaan, penyebab terbesar adalah mesin, pesawat angkut dan perkakas kerja
tangan. Sementara berdasarkan tipe kecelakaan, yang terbanyak adalah terbentur,
bersinggungan dengan benda tajam yang mengakibatkan tergores, terpotong, tertusuk
dan sebagainya dan terpukul akibat terjatuh (Kemennakertrans, 2012).
International Labour Organization (ILO) memperkirakan sebanyak 337 juta
Di Provinsi Aceh jumlah kecelakaan kerja yang terjadi pada tahun 2003
sampai dengan 2007 mencapai 1.302 pekerja, diantaranya cacat 160 orang dan
meninggal 254 orang (Disnaker NAD, 2010).
Pada industri besar di sektor pertambangan memiliki risiko tinggi, misalnya di
pertambangan minyak dan gas bumi. Banyaknya kecelakaan yang terjadi di
pertambangan, seperti kebakaran, peledakan, pencemaran lingkungan, dan lainnya
menyebabkan industri migas memiliki potensi bahaya yang tinggi terhadap kejadian
kecelakaan kerja. Di Indonesia, khususnya di sektor minyak dan gas bumi setiap
pekerja disyaratkan untuk melakukan kajian resiko sebelum suatu kegiatan atau
fasilitas perminyakan di bangun dan dioperasikan, seperti melakukan identifikasi
bahaya yang ada disetiap aktivitas kerja, dan kemudian melakukan analisa dan
evaluasi (Ramli, 2010).
Sementara itu, kasus ledakan yang terjadi di sebuah sumur gas di kawasan
Chongqing, sebelah barat daya Cina
yang dipicu oleh kesalahan dalam menaksir
jumlah gas di dalam sumur dan tidak terkendalinya
blowout
dari dalam sumur gas,
dan pekerja gagal menyalakan gas
blowout
tersebut sehingga terakumulasi dan
menimbulkan ledakan hebat. Ledakan yang disusul kebakaran tersebut
mengakibatkan 243 orang tewas, dua diantaranya adalah karyawan perusahaan
pengeboran tersebut dan sisanya penduduk sekitar, 396 orang mengalami luka parah
dan harus mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit, 9.000 orang harus
menjalani perawatan medis, serta lebih dari 60.000 warga sekitar lokasi harus
pernah terjadi di Cina, yang nyata-nyata diakibatkan oleh buruknya faktor
keselamatan kerja (Migas, 2004).
Sebesar dan sekecil apapun potensi bahaya yang terjadi adalah tergantung
pada kondisi keselamatan kerja, seperti kondisi mesin, peralatan, lingkungan kerja,
dan bahan berbahaya lainnya. Oleh sebab itu, selain melakukan pengawasan terhadap
pekerja, perlu juga adanya identifikasi dan evaluasi terhadap potensi bahaya di tempat
kerja, dengan melakukan pengawasan terhadap mesin – mesin, peralatan kerja dan
bahan berbahaya lainnya (Hakim, 2001).
PT. X merupakan perusahaan industri yang bergerak di bidang pengolahan
gas. PT. X memiliki kilang LNG (Liquified Natural Gas) sebanyak enam train. Train
merupakan suatu plant/pabrik yang digunakan untuk mengolah gas mentah menjadi
LNG (gas alam cair). Pada proses produksinya, PT. X terdiri dari 4 bagian/unit
yakni,
LNG
Process,Utility, Storage and Loading
dan
NSO
(North Sumatera
Offshore). Masing – masing unit, setiap pekerja mengontrol jalannya proses produksi
dengan menggunakan monitor
control dan bekerja langsung di lokasi pabrik,
berhadapan dengan alat atau material yang digunakan dalam proses produksi. Oleh
karena itu, pada unit produksi industri migas PT. X Aceh diketahui memiliki potensi
bahaya yang berisiko mengakibatkan kecelakaan kerja. Baik di unit LNG
Process,Utility, Storage and Loading maupun
NSO (North Sumatera Offshore), pada
dan mesin – mesin yang berpotensi menghasilkan kebisingan dan getaran yang tinggi
serta alat – alat listrik yang bertegangan tinggi dan bahan – bahan kimia yang dapat
berpotensi menimbulkan ledakan dan pencemaran lingkungan. Bahaya – bahaya
tersebut dapat berisiko mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja. Misalkan pada
unit
LNG process terdapat bahaya pada proses pemisahan gas dengan pengotor
(impurities) sampai dihasilkan produk LNG (gas alam cair), bahaya – bahaya tersebut
seperti terpapar DEA (Dietil Amin) dan karbonat jika pipa – pipa/pompa mengalami
kebocoran, dan terpapar bising dari turbin. Pada unit utility terdapat bahaya seperti
radiasi pada generator listrik (power generation plant), paparan gas di flare system
serta
nitrogen plant. Pada unit
storage and loading bahaya berupa paparan yang
timbul akibat dari kebocoran pipa dan tangki pada pemuatan LNG (gas alam cair) dan
kondensat. Sedangkan pada unit NSO (North Sumatera Offshore), bahaya berupa
paparan sulfur dan gas serta bahaya panas yang terdapat pada reaktor H
2Tingkat keparahan (severity) kecelakaan kerja terbagi menjadi beberapa
kategori, yaitu tidak signifikan (first aid),
minor,
moderate (sedang), besar dan
bencana besar. Moderate yaitu kecelakaan yang mengalami cedera sedang,
memerlukan bantuan medis dan memiliki kerugian besar, seperti luka terkoyak, patah
tulang ringan, sakit/radang kulit dan cacat minor permanen. Minor, yaitu kecelakaan
yang mengalami cedera ringan dan kerugian kecil, seperti luka pada permukaan
tubuh, tergores, terpotong/tersayat kecil, bising, sakit kepala/pusing dan memar.
Sedangkan
first aid, yaitu kecelakaan yang tidak mengalami cedera dan kerugian
kecil, seperti iritasi mata, ketidaknyamanan, pegal – pegal dan lelah (Suardi, 2005).
Dari survei pendahuluan yang telah dilakukan, PT. X diketahui memiliki data
kecelakaan kerja dengan kategori moderate, minor dan first aid, sebagai berikut:
Tabel 1.1. Data Kecelakaan Kerja PT. X Aceh
Kategori Kecelakaan
Tahun
2008
2009
2010
Moderate
-
1
-
Minor
1
1
2
First aid
4
5
9
Jumlah
5
7
11
Sumber: PT. X Aceh
PT. X merupakan industri migas yang dalam pelaksaaannya telah melakukan
penerapan program keselamatan kerja. Namun, dari data yang diperoleh, PT. X
memiliki kecelakaan kerja sebanyak 23 kasus dari tahun 2008 sampai dengan 2010
dengan kategori moderate, minor, dan first aid.
Berdasarkan uraian data kecelakaan tersebut, peneliti ingin melihat adanya
pengaruh potensi bahaya yang memiliki risiko kecelakaan kerja di unit produksi PT.
X Aceh. Hal ini, mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan judul :
“Pengaruh Potensi Bahaya terhadap Risiko Kecelakaan Kerja di Unit Produksi
Industri Migas PT. X Aceh”.
1.2. Permasalahan
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk:
1.
Mengetahui pengaruh potensi bahaya yang meliputi faktor tenaga kerja,
peralatan/mesin, material kimia, dan metoda kerja yang terdapat pada unit
LNG
Process,Utility, Storage and Loading dan
NSO
(North Sumatera
Offshore) terhadap risko kecelakaan kerja di industri migas PT. X Aceh.
2.
Mengetahui kemungkinan (probabilitas) risiko kecelakaan kerja dari setiap
aktivitas kerja pada tenaga kerja, peralatan/mesin, material kimia dan metoda
kerja yang dilakukan pada unit LNG Process,Utility, Storage and Loading dan
NSO (North Sumatera Offshore) di industri migas PT. X Aceh.
1.4. Hipotesis
Ada pengaruh antara potensi bahaya terhadap risiko kecelakaan kerja di unit
produksi industri migas PT. X Aceh.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Bagi Perusahaan
mengendalikan potensi bahaya yang dapat berisiko menimbulkan kecelakaan
kerja.
1.5.2. Bagi Tenaga Kerja
Tenaga kerja memperoleh masukan mengenai bahaya yang terdapat pada setiap
aktivitas pekerjaan agar dapat meningkatkan kewaspadaan dengan menerapkan
keselamatan kerja dalam melakukan pekerjaan.
1.5.3. Bagi Penulis
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Industri Migas (Minyak dan Gas bumi)
2.1.1. Minyak dan Gas bumi
Minyak dan gas bumi merupakan bahan yang paling penting didunia dewasa
ini sebagai sumber energi. Minyak dan gas bumi merupakan sumber penggerak
berbagai mesin motor, mesin diesel, mesin jet untuk pesawat terbang, serta mesin –
mesin lain untuk penggerak industri.
Sifat cair dari minyak bumi menyebabkan cairan dari proses pemisahan
minyak bumi menjadi mudah di simpan dalam berbagai macam bentuk. Seperti
ditempatkan kedalam tanki kilang minyak dan mengalirkannya melalui pipa – pipa
untuk kemudian digunakan.
Gas bumi memiliki sifat gas yang juga mempunyai keunggulan daripada zat
padat, dan sebetulnya juga terhadap zat cair karena dapat dimampatkan, sehingga
volumenya dapat di perkecil. Selain itu, gas sangat mudah mengalir dan kebocoran
sulit diketahui, sehingga memerlukan teknologi lebih tinggi dalam penyimpanannya
(Koesoemadinata, 1990).
2.1.2. Proses Pengolahan di Industri Migas (Minyak dan Gas Bumi)
dilakukan oleh suatu kilang. Suatu operasi yang tentu dijumpai dalam semua kilang
adalah destilasi yang memisahkan minyak bumi ke dalam fraksi – fraksinya
berdasarkan titik didihnya. Operasi lainnya dapat sedikit atau banyak jumlahnya,
dapat sederhana atau kompleks, tergantung kepada produk – produk yang akan di
buat. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa tidak ada dua buah kilang minyak yang
mempunyai skema proses pengolahan yang sama. Dalam kenyataannya kilang
minyak terdiri dari unit – unit atau pabrik manufaktur yang berbeda, karena unit –
unit tersebut mengolah bahan minyak yang berbeda dan menghasilkan produk –
produk yang berbeda pula. Makin kompleks kilang minyak atau makin beragam unit
yang ada didalam kilang maka kilang akan semakin fleksibel, karena produk yang
tidak dapat dipasarkan dapat diubah kedalam produk yang dapat dipasarkan. Adanya
produk yang tidak dapat dipasarkan akan menyebabkan tangki produk pada suatu saat
akan penuh, sehingga operasi kilang terpaksa harus dihentikan.
Gambar 2.1. Diagram alir proses kilang minyak
2.1.3. Beberapa Ragam Model Keselamatan Kerja Migas
Lapangan kerja migas secara umum terbagi dua, yakni kegiatan offshore dan
kegiatan onshore.
1.
Keselamatan kerja transportasi laut.
2.
Keselamatan kerja discharge (pembongkaran) material diatas laut.
3.
Keselamatan kerja lifthing (pengangkatan) material.
4.
Keselamatan kerja di atas ketinggian (working at height).
5.
Keselamatan kerja di area terbatas (confine space).
6.
Keselamatan kerja perform welding (pengelasan).
7.
Keselamatan kerja penyelamatan di laut.
8.
Keelamatan kerja pendaratan chopper
(helicopter) di atas pad (titik
pendaratan).
9.
Keselamatan kerja pengapalan material di atas laut.
10.
Keselamatan kerja antisipasi kebakaran di laut.
Kemudian keselamatan kerja migas
onshore atau kegiatan pertambangan di darat,
sebagai berikut:
1.
Keselamatan kerja blasting (peledakan sumber minyak).
2.
Keselamatan kerja drilling (pengeboran).
3.
Keselamatan kerja discharge material di darat.
4.
Keselamatan kerja pengoperasian forklift.
5.
Keselamatan kerja pengoperasian crane truck/boom truck.
6.
Keselamatan kerja pencegahan atau penanganan kebakaran.
7.
Keselamatan kerja di ketinggian/scaffolding.
10.
Keselamatan kerja mechanical.
11.
Keselamatan kerja di kantor (Ahira, 2011).
2.2. Potensi Bahaya (Potential Hazard)
ILO (1986) dalam Anugrah (2009), mendefinisikan potensi bahaya atau
bahaya kerja (work hazard) adalah suatu sumber potensi kerugian atau suatu situasi
yang berhubungan dengan pekerja, pekerjaan dan lingkungan kerja yang berpotensi
menyebabkan gangguan/kerugian.
Potensi bahaya merupakan segala hal atau sesuatu yang mempunyai
kemungkinan mengakibatkan kerugian baik pada harta benda, lingkungan maupun
manusia. Di tempat kerja, potensi bahaya sebagai sumber risiko khususnya terhadap
keselamatan dan kesehatan di perusahaan akan selalu dijumpai, antara lain berupa:
a. Faktor fisik
: kebisingan, cahaya, radiasi, vibrasi, suhu
b. Faktor kimia
: solven, gas, asap, uap, debu
c. Faktor biologik
: tumbuhan, hewan, bakteri, virus
d. Aspek ergonomik : desain, sikap kerja,
e. Stresor
: tekanan produksi/beban kerja, monoton, kejemuan
f. Listrik dan sumber energi lainnya, mesin, peralatan kerja, tata rumah
tangga (house keeping), kebakaran, peledakan, kebocoran
proses produksi tersebut terjadi kontak antara manusia dengan mesin, material,
lingkungan kerja yang di akomodir oleh proses atau prosedur kerja. Karena itu,
sumber bahaya dapat berasal dari unsur – unsur produksi tersebut, yaitu manusia,
peralatan, material, proses serta sistem dan prosedur (Ramli, 2010).
Industri yang bergerak dalam bidang minyak dan gas bumi memiliki risiko
tinggi, yaitu pada kegiatan pengelolaan dan pengeboran. Selain itu, pada kegiatan
pengolahan dan distribusi juga memiliki risiko yang hampir sama dengan sektor hulu.
Risiko ini meliputi aspek finansial, kecelakaan, kebakaran, ledakan maupun penyakit
akibat kerja dan dampak lingkungan.
Secara umum bahaya yang timbul pada kilang minyak, meliputi:
a. Jenis pekerjaan, berhubungan dengan bahaya mekanik dan bahan kimia
b.Crude oil, berhubungan dengan bahaya uap gas, cairan yang mudah
meledak, keracunan sulfur
c. Cuaca, misalnya petir (Signage, 2010).
Tabel 2.1. Daftar Bahaya Potensial
No Uraian
Bahaya Potensial
1
Lingkungan kerja
1. Udara kotor
2. Temperatur ekstrim
a. Kontak dengan benda panas atau dingin
b. Terkena Lingkungan panas atau dingin
3. Tekanan mental
a. Gertakan/gangguan
b. Kekerasan
c. Kerja shift
2
Energi
1. Kebisingan
a. Bising tiba - tiba
b. Bising dalam waktu lama
3
Zat Kimia
1. Kontak dengan zat kimia
2. Kebakaran dan ledakan
3. Debu dan gas
4. Asap, uap dan kabut
4
Pekerjaan manual
Ergonomis (desain tempat kerja tidak baik)
(Suardi, 2005)
Menurut Syukri sahab (1997) dalam Hayati (2009), umumnya sumber bahaya
yang ada di tempat kerja atau didalam proses produksi berasal dari:
a.
Manusia
Pada suatu tempat kerja, hanya sejumlah kecil tenaga kerja mengalami
persentase kecelakaan yang tinggi. Tenaga kerja tersebut di pandang cenderung
menderita kecelakaan. Statistik kecelakaan menunjukkan bahwa 10-25% tenaga kerja
terlibat dalam 55-85% dari seluruh kecelakaan.
b.
Mesin dan peralatan
potensi bahaya dapat dipengaruhi oleh bentuk peralatan, ukuran, berat ringannya
peralatan, kenyamanan operator dan kekuatan yang diperlukan untuk menggunakan
atau mengoperasikan peralatan kerja dan mesin – mesin.
c.
Metode Kerja atau Cara Kerja
Cara kerja yang salah dapat membahayakan pekerja itu sendiri maupun orang
lain di sekitarnya. Cara kerja yang demikian antara lain:
1.
Cara mengangkat dan mengangkut
2.
Cara kerja yang mengakibatkan kecelakaan dan cedera terutama yang sering
terjadi adalah pada tulang punggung.
3.
Memakai Alat Pelindung Diri yang tidak semestinya dan cara pemakaiannya
salah.
d.
Lingkungan Kerja
Bahaya dari Lingkungan kerja dapat digolongkan atas berbagai jenis bahaya
yang dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja.
Bahaya tersebut antara lain berdasarkan:
1.
Faktor Lingkungan Fisik
Bahaya yang bersifat fisik seperti suhu yang panas, terlalu dingin, terpapar
bising, kurang penerangan, getaran yang berlebihan, dan adanya paparan
radiasi.
2.
Faktor Lingkungan Kimia
lingkungan kerja karena cara kerja yang salah, kerusakan atau kebocoran dari
peralatan atau instalasi yang digunakan dalam proses.
3.
Faktor Lingkungan Biologi
Bahaya biologi disebabkan oleh jasad renik, gangguan dari serangga maupun
dari binatang lainnya yang ada di tempat kerja.
4.
Faktor Ergonomi
Gangguan yang disebabkan oleh beban kerja yang terlalu berat, peralatan
yang digunakan tidak serasi dengan tenaga kerja atau tidak sesuai dengan
anthropometri tubuh tenaga kerja.
5.
Faktor Psikologi
Gangguan jiwa yang dapat terjadi karena keadaan lingkungan sosial tempat
kerja yang tidak sesuai dan menimbulkan ketegangan jiwa pada karyawan,
seperti berhubungan dengan atasan dan bawahan yang tidak harmonis.
2.2.1. Sumber Bahaya yang Berasal dari Lingkungan Kerja
Sumber bahaya yang berasal dari lingkungan kerja dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti faktor fisik, kimia, biologi, dan psikologi terhadap pekerja.
Beberapa sumber bahaya di lingkungan dan pengaruhnya terhadap pekerja, sebagai
berikut :
1. Suhu Kerja
menyebabkan tenaga kerja kedinginan atau tidak panas sehingga tenaga kerja tidak
gerah kepanasan biasanya kondusif tidak hanya untuk melaksanakan pekerjaan tetapi
juga untuk memperoleh hasil kerja yang baik. Pada kisaran suhu termonetral untuk
bekerja, terdapat suhu nyaman atau mendukung untuk bekerja. Untuk menentukan
suhu netral atau nyaman untuk bekerja perlu dilakukan angket.
Suhu nyaman bagi orang Indonesia adalah antara 24-26
oC. Suhu yang lebih
dingin katakan 20
oC (suhu paling cocok bagi penduduk sub tropis) mengurangi
efisiensi kerja dengan keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot. Suhu panas
terutama berakibat menurunkan prestasi kerja berfikir. Penurunan kemampuan
berfikir demikian sangat luar biasa terjadi sesudah suhu udara melampaui 32
oC. suhu
panas mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu reaksi dan memperlambat
waktu pengambilan keputusan, mengganggu kecermatan kerja otak, mengganggu
koordinasi syaraf perasa dan motoris, serta memudahkan emosi untuk dirangsang.
Orang Indonesia pada umumya beraklimatisasi iklim tropis, yang suhunya berkisar
28-32
oPekerja didalam lingkungan panas, seperti di sekitar boiler, oven, tungku atau
bekerja diluar ruangan seperti dibawah terik matahari dapat mengalami tekanan
panas. Tekanan panas memerlukan upaya tambahan pada anggota tubuh untuk
memelihara keseimbangan panas. Reaksi fisiologis tubuh (Heat Strain) oleh karena
peningkatan temperatur udara di luar comfort zone adalah seperti, vasodilatasi, denyut
jantung meningkat, temperatur kulit meningkat dan suhu inti tubuh pada awalnya
turun kemudian meningkat dan lain – lain. Selanjutnya apabiila pemaparan tekanan
panas terus berlanjut, maka risiko terjadi gangguan kesehatan juga akan meningkat.
Gangguan kesehatan akibat pemaparan suhu lingkungan panas yang berlebihan dapat
mengakibatkan :
a.
Gangguan perilaku dan performansi kerja seperti, terjadinya kelelahan, sering
melakukan istirahat curian, dan lain – lain.
b.
Dehidrasi, yaitu kehilangan cairan tubuh yang berlebihan yang disebabkan
baik oleh penggantian cairan yang tidak cukup maupun karena gangguan
kesehatan.
c.
Heat cramps, yaitu kejang – kejang otot tubuh (tangan dan kaki) akibat
keluarnya keringat yang menyebabkan kehilangan garam natrium dari tubuh
yang kemungkinan besar karena minum terlalu banyak dengan sedikit garam
natrium.
d.
Heat Syncope atau Fainting,
disebabkan karena aliran darah ke otak tidak
cukup karena sebagian besar aliran darah dibawa ke permukaan kulit atau
perifer yang disebabkan karena pemaparan suhu tinggi.
e.
Heat Exhaustion, keadaan ini tejadi apabila tubuh kehilangan terlalu banyak
3.
Kebisingan
Kebisingan menurut Kepmennaker adalah semua suara yang tidak
dikehendaki yang bersumber dari alat – alat proses produksi dan atau alat – alat kerja
yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Nilai Ambang
Batas (NAB) kebisingan ditempat kerja berdasarkan Kepmennaker Nomor PER.
13/MEN/X/2011, besarnya rata – rata adalah 85 dB untuk waktu kerja terus menerus
tidak lebih dari 8 jam per hari atau 40 jam seminggu.
Tarwaka (2004), pengaruh kebisingan Intensitas tinggi (berada diatas NAB),
yaitu mengalami gangguan kesehatan, seperti : meningkatkan tekanan darah dan
denyut jantung, risiko serangan jantung meningkat, gangguan pencernaan. Sedangkan
pengaruh kebisingan intensitas rendah (dibawah NAB), yaitu:
a.
Stress menuju keadaan cepat marah, sakit kepala, dan gangguan tidur.
b.
Gangguan reaksi psikomotorik.
c.
Kehilangan konsentrasi.
d.
Gangguan komunikasi antara lawan bicara.
e.
Penurunan performansi kerja yang kesemuanya itu akan bermuara pada
kehilangan efisiensi dan produktivitas kerja
2.2.2. Sumber Bahaya yang Berasal dari Pekerja (unsafe action)
baik di rumah, di tempat kerja, dalam perkumpulan sosial, maupun dalam kegiatan –
kegiatan diwaktu luang. Faktor manusia merupakan salah satu bagian dari ilmu
perilaku. Faktor – faktor manusia secara umum mencakup :
a.
Sikap pekerja terhadap pekerjaannya
b.
Hubungan antara pekerja dengan kelompok kerjanya
c.
Interaksi antara pekerja dengan pekerjaannya atau lingkungan
pekerjaannya
d.
Kemampuan kerja dan kekeliruan (human error)
e.
Perilaku setiap individu
f.
Cakupan pelatihan dan instruksi yang disediakan
g.
Desain kondisi pabrik dan perlengkapan
h.
Aturan – aturan dan sistem kerja yang tidak dapat diterima
Adapun, faktor negatif yang dapat mengakibatkan potensi bahaya pada industri
adalah:
a.
Minimnya pelatihan dan tugas – tugas
b.
Bersikap menentang terhadap aturan – aturan dan pengamanan
c.
Mengabaikan atau melewati pengamanan dan mengambil jalan pintas
untuk meningkatkan pendapatan
d.
Salah memahami prosedur pekerjaan yang akan dilakukan
f.
Desain dan tata letak pabrik dan perlengkapan yang buruk sehingga tidak
memperhitungkan keterbatasan manusia, baik secara fisikmaupun mental
(ergonomis)
Menghilangkan faktor negatif dan membangun faktor positif akan
memberikan sumbangan yang besar terhadap lingkungan kerja yang lebih aman dan
selamat (Ridley, 2008).
2.2.3. Sumber Bahaya dari Bahan Kimia dan Peralatan
Bahan berbahaya khususnya bahan kimia adalah bahan – bahan yang pada
suatu kondisi tertentu dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan pada setiap tingkat
pekerjaan yang dilakukan seperti penyimpanan, pengangkutan, pengguanaan,
pembuatan, dan pembuangan (Budiono, 2008).
Pada penggunaan bahan – bahan kimia, terdapat sejumlah tindakan yang
dilakukan untuk menghilangkan bahaya sehingga mencegah pekerja dari risiko
kecelakaan. Jika bahayanya tidak dapat dihilangkan, tindakan pengendalian harus
diimplementasikan untuk meminimalkan risiko dari bahan – bahan kimia yang
dihadapi pekerja. Dalam menangani zat – zat kimia, baik selama tahap pemasokan,
pemakaian atau pembuangan , haruslah mengikuti setiap prosedur untuk keselamatan
pekerja (Ridley, 2008).
Keselamatan penggunaan permesinan dapat ditinjau dari bahaya – bahaya
yang ditimbulkan oleh perlengkapan tertentu. Jika setiap bahaya – bahaya tersebut
dapat diidentifikasi, tindakan harus diambil untuk menghilangkan atau
meminimalkan risiko yang dihadapi oleh pekerja. Jika bahaya – bahaya tersebut tidak
dapat dihilangkan, suatu penilaian risiko perlu dilakukan untuk menentukan tingkat
pencegahan apa saja yang harus diambil. Pemeliharaan permesinan adalah suatu jenis
pekerjaan yang lebih berbahaya dan memerlukan perhatian khusus untuk menilai
risikonya, serta mempersiapkan pelaksanaan kerja yang aman (Ridley, 2008).
2.3. Kecelakaan Kerja
Keadaan hampir celaka, yang dalam istilah safety disebut dengan insiden
(incident), ada juga yang menyebutkan dengan istilah “near – miss” atau “near –
accident”, adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan dimana dengan
Ramli (2010), risiko K3 (Keselamatan dan kesehatan kerja) adalah risiko yang
berkaitan dengan sumber bahaya yang timbul dalam aktivitas bisnis yang
menyangkut aspek manusia, peralatan, material, dan lingkungan kerja. Umumnya
risiko K3 (keselamatan dan kesehatan kerja) dikonotasikan sebagai hal negatif
(negative impact) antara lain :
1.
Kecelakaan terhadap manusia dan asset perusahaan
2.
Kebakaran dan peledakan
3.
Penyakit akibat kerja
4.
Kerusakan sarana produksi
5.
Gangguan operasi.
Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan seseorang atau kelompok dalam
rangka melaksanakan kerja dilingkungan industri atau perusahaan. Kecelakaan kerja
biasanya timbul sebagai gabungan dari beberapa faktor, seperti faktor peralatan,
lingkungan kerja, dan pekerja itu sendiri. Dalam suatu pabrik, terkadang ada mesin
yang kurang baik, seperti tidak dilengkapi alat pengamanan yang cukup, maka
kondisi seperti ini dapat menjadi sumber risiko (Siahaan, 2009).
2.3.1.
Klasifikasi Kecelakaan Kerja
Klasifikasi kecelakaan kerja menurut ILO (1962), yaitu :
1.
Klasifikasi menurut jenis kecelakaan
a.
Terjatuh
b.
Tertimpa benda jatuh
d.
Terjepit oleh benda
e.
Gerakan – gerakan melebihi kemampuan
f.
Pengaruh suhu tinggi
g.
Terkena arus listrik
h.
Kontak dengan bahan – bahan berbahaya atau radiasi
i.
Jenis – jenis lain termasuk kecelakaan yang belum masuk klasifikasi tersebut.
2.
Klasifikasi menurut penyebab
a.
Mesin
Pembangkit tenaga terkecuali motor – motor listrik, mesin penyalur, mesin –
mesin unttuk mengerjakan logam, mesin – mesin pengolah kayu, mesin –
mesin pertanian, mesin – mesin pertambangan, mesin – mesin lain yang tidak
termasuk klasifikasi tersebut.
b.
Alat angkat dan angkut
Mesin pengangkat dan peralatannya, alat angkut diatas rel, alat angkut yang
beroda kecuali kereta api, alat angkut udara dan air, alat – alat angkut lainnya.
c.
Peralatan lain
Bejana bertekanan, dapur pembakar dan pemanas, instalasi pendingin,
instalasi listrik termasuk motor listrik kecuali alat – alat listrik (tangan), alat –
alat kerja dan perlengkapannya kecuali alat – alat listrik, tangga, peralatan lain
yang belum termasuk klasifikasi tersebut.
Bahan peledak, debu, gas, cairan, zat – zat kimia lainnya, benda – benda
melayang, bahan – bahan yang belum termasuk golongan tersebut.
e.
Lingkungan
Diluar bangunan, didalam bangunan, dibawah tanah.
f.
Penyebab – penyebab yang belum termasuk dalam golongan – golongan
tersebut.
3.
Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan
Patah tulang, renggang otot/urat, memar dan luka dalam lainnya, amputasi, gegar
dan remuk, luka bakar, luka di permukaan, keracunan akut, mati lemas, pengaruh
arus listrik dan radiasi, akibat cuaca dan lain – lain.
4.
Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh
Kepala, leher, badan, anggota gerak atas, anggota gerak bawah, banyak tempat,
kelainan umum, dan lain – lain (Notoadmodjo, 2003).
2.3.2. Penyebab Kecelakaan Kerja
Faktor – faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja, baik dari aspek
penyakit akibat kerja maupun kecelakaan kerja, dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya:
1.
Faktor fisik, yang meliputi penerangan, suhu udara, kelembapan, cepat rambat
udara, suara, vibrasi mekanis, radiasi, tekanan, dan lain – lain.
2.
Faktor kimia, yaitu berupa gas, uap, debu, kabut, asap, awan, cairan, dan benda –
benda padat.
3.
Faktor biologi, baik dari golongan hewan maupun tumbuh – tumbuhan.
4.
Faktor fisiologis, seperti konstruksi mesin, sikap, dan cara kerja.
5.
Faktor mental-psikologis, yaitu susunan kerja, hubungan diantara pekerja atau
dengan pengusaha, pemeliharaan kerja, dan sebagainya (Suardi, 2005).
Beberapa perilaku dan kondisi yang tidak aman sebagai penyebab tidak
langsung kecelakaan kerja yang sering ditemukan dalam aktivitas pertambangan
menurut H. W. Heinrich, yaitu:
A. Perilaku tidak aman (unsafe action)
1.
Mengoperasikan peralatan dengan kecepatan yang tidak layak.
2.
Mengoperasikan peralatan tanpa perintah.
3.
Menggunakan peralatan yang tidak layak.
4.
Menggunakan peralatan yang telah rusak atau cacat.
5.
Gagal memperingatkan pekerja dan peralatan.
6.
Tidak menggunakan alat pelindung diri.
8.
Bermain – main, bersenda gurau.
9.
Konsumsi alkohol.
10.
Konsumsi obat – obatan.
B. Kondisi tidak aman (unsafe conditions)
1.
Kurang pengawasan.
2.
Tidak tersedianya peralatan.
3.
Kurangnya sistem peringatan.
4.
Bahaya kebakaran dan peledakan.
5.
Kurangnya housekeeping
6.
Bahaya kondisi diudara (gas, kabut, debu, uap).
7.
Bising (excessive noise).
8.
Kurang penerangan.
9.
Kurang ventilasi.
10.
Terpapar radiasi (Heinrich, 1980).
2.4. Prinsip Pencegahan Kecelakaan
Tindakan pencegahan kecelakaan bertujuan untuk mengurangi peluang
terjadinya kecelakaan hingga seminimal mungkin. Beberapa pencegahan kecelakaan
dapat dilakukan seperti berikut :
c. Mengurangi bahaya hingga seminimal mungkin jika penghilangan bahaya
tidak dapat dilakukan
d. Melakukan penilaian risiko
e. Mengendalikan risiko (Ridley, 2008).
Dalam melakukan penelitian, prioritas yang harus kita lakukan adalah
memulai dari tindakan yang terbesar. Jika tidak dapat dilakukan maka kita
menurunkan tingkat pengendaliannya ke tingkat yang lebih rendah atau lebih mudah.
Tahapan – tahapan disajikan berdasarkan pertimbangan biaya. Semakin tinggi tingkat
kendali yang dipilih semakin tinggi pula biaya yang dibutuhkan. Tetapi, tingkat risiko
yang berkurang semakin besar pula (Suardi, 2005).
Ramli (2010), khusus untuk risiko K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
ada beberapa cara yang digunakan untuk mengidentifikasi bahaya, yaitu:
1.
Hazops (Hazards and Operability Study) adalah teknik identifikasi bahaya
dengan sistem yang sangat terstruktur dan sistematis sehingga dapat
mengahsilkan kajian yang komprehensif. Namun, kelemahan Hazops adalah
karena memerlukan waktu yang panjang, perlu tim ahli, dan sering
membosankan.
3.
Analisa pohon kegagalan (Fault Tree Analysis) yaitu metoda analisa yang bersifat
deduktif. Dimulai dengan menetapkan kejadian puncak (top event) yang mungkin
terjadi dalam suatu proses, misalnya kebakaran atau ledakan.
2.4.1. Analisa Risiko Kecelakaan Kerja
Banyak teknik yang dapat digunakan untuk melakukan analisa risiko. Baik
secara kualitatif, semi kuantitatif maupun kuantitatif. Probabilitas merupakan
kemungkinan terjadinya suatu peristiwa termasuk kekerapan/frekuenskinya. Dalam
hal ini, probabilitas merupakan teknik analisa risiko kuantitatif yang dicerminkan dari
kemungkinan yang ditimbulkannya.
Analisa risiko kuantitatif menggunakan perhitungan probabilitas kejadian atau
konsekuensinya dengan data numerik dimana besarnya risiko tidak berupa peringkat
seperti pada metoda semikuantitatif. Hasil perhitungan secara kuantitatif akan
memberikan gambaran tentang risiko suatu kegiatan atau bahaya (Ramli, 2010).
2.5. Landasan Teori
Menurut Ramli (2010), bahaya di tempat kerja terjadi ketika ada interaksi
antara unsur – unsur produksi yaitu manusia, peralatan, material, proses dan metoda
kerja. Siahaan (2009), kecelakaan kerja biasanya timbul sebagai gabungan dari
beberapa faktor, seperti faktor peralatan, lingkungan kerja, dan pekerja itu sendiri.
Risiko K3 (keselamatan dan kesehatan kerja) dikonotasikan sebagai hal
negatif
(negative impact) antara lain kecelakaan terhadap manusia dan asset
perusahaan, kebakaran dan peledakan, penyakit akibat kerja, kerusakan sarana
produksi dan gangguan operasi (Ramli, 2010)
Teori Wigglesworth (1972), mengemukakan bahwa dengan hanya melihat
adanya kesalahan (error), bahan berbahaya (hazards) maka kemungkinan akan terjadi
kecelakaan (accident) dan cedera (injury) dapat diprediksi (Budiono, 2008).
Berdasarkan teori Domino yang dikemukakan oleh Heinrich, faktor yang
menyebabkan terjadinya kecelakaan ditempat kerja yaitu: 1) Social Environment,
yaitu kondisi yang membuat seseorang harus mengambil atau menerima risiko. 2)
Undesirable Human Traits, yaitu kemarahan, kecerobohan, kelelahan, salah
pengertian, tidak sengaja. 3) Unsafe Acts or Conditions (mechanical or physical or
chemical hazard), yaitu perencanaan buruk, perilaku pekerja yang tidak aman dalam
2.6. Kerangka Konsep
Berdasarkan pada teori yang telah dikemukakan diatas, penulis membentuk
kerangka konsep penelitian untuk melihat adanya pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen seperti yang terlihat pada gambar berikut.
[image:53.612.117.530.232.333.2]Variabel Independen
Variabel Dependen
Gambar 2.2. Diagram Kerangka Konsep Penelitian
Kecelakaan kerja memiliki kaitan dengan sumber bahaya yang berada di
lingkungan kerja dan timbul dalam setiap aktivitas kerja yang menyangkut aspek
manusia, peralatan, material dan lingkungan kerja yang di akomodir oleh proses atau
prosedur kerja (Ramli, 2010). Dalam hal ini, lingkungan kerja diasumsikan telah
mewakili setiap aspek potensi bahaya dalam proses produksi seperti tenaga kerja,
peralatan/mesin, material dan metoda kerja. Faktor lingkungan fisik dapat berasal dari
peralatan/mesin, sedangkan faktor lingkungan kimia berasal dari material kimia
seperti gas H
2S, debu sulfur, cairan sulfinol, cairan
LNG, cairan karbonat, cairan
DEA (Dietil Amin), dan cairan kondensat (yang mengandung senyawa heksana).
Beberapa bahaya yang bersumber dari faktor lingkungan lain seperti psikologi dan
ergonomi berasal dari tenaga kerja dan metoda kerja. Misalkan pada unit LNG
process terdapat bahaya pada proses pemisahan gas dengan pengotor (impurities)
Potensi bahaya dalam proses produksi
a. Tenaga Kerja b. Peralatan/mesin c. Material Kimia d. Metoda Kerja
sampai dihasilkan produk LNG (gas alam cair), bahaya – bahaya tersebut seperti
terpapar DEA dan karbonat jika pipa – pipa/pompa mengalami kebocoran, dan
terpapar bising dari turbin. Pada unit utility terdapat bahaya seperti radiasi pada
generator listrik (power generation plant), paparan gas di flare system serta
nitrogen
plant Pada
storage and loading bahaya berupa paparan yang timbul akibat dari
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan survei analitik yang diarahkan untuk
menjelaskan suatu keadaan atau situasi yang disebut explanatory study. Rancangan
penelitian ini dilakukan dengan cross sectional, yaitu untuk mempelajari dinamika
korelasi antara variabel independen dengan variabel dependen, dengan cara
pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time
approach) (Notoadmodjo, 2010).
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di unit produksi PT. X yang bergerak dibidang industri
migas di Lhokseumawe Aceh.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2011 sampai dengan Januari 2012, di
unit produksi industri migas PT. X Lhokseumawe Aceh.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1.Populasi
3.3.2. Sampel
Pada penelitian ini, pengambilan sampel dilakukan berdasarkan unit kerja
secara
(Stratified Random Sampling). Namun, sebelum menghitung proporsi
pengambilan sampel per unit kerja, besar sampel terlebih dahulu dilakukan dengan
menggunakan rumus Lameshow dalam Murti (2010), sebagai berikut:
n =
pq
Z
N
d
pq
Z
N
.
)
1
(
.
.
2 / 1 2 2 2 / 1 2 α α − −+
−
n =
5
,
0
.
5
,
0
.
)
96
,
1
(
139
.
01
,
0
5
,
0
.
5
,
0
.
)
96
.
1
(
140
2 2+
n = 57,205
Keterangan:
N = besar populasi
n = besar sample yang akan diteliti
Z
1-α /2p = proporsi (0,5)
= tingkat kemaknaan (Z= 1,96,
α
= 0.05)
q = 1- p (1- 0,5 = 0,5)
d = presisi absolute = 0,1
Tabel 3.1. Jumlah Sampel Berdasarkan Stratified Random Sampling
Unit Kerja
Jumlah Populasi
Proporsi Sampel
Sapel
LNG Process
48
48/140 x 57,205 =19,61314
19
Utility
44
44/140 x 57,205 =17,9 787
18
Storage and Loading
24
24/140 x 57,205 = 9,80657
10
NSO
24
24/140 x 57,205 = 9,80657
10
Jumlah
140
57,204
57
3.4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data meliputi dua jenis, yaitu:
1.
Data Primer
Data primer diperoleh dari:
a.
Tenaga kerja langsung melalui wawancara dengan menggunakan
kuesioner.
b.
Pengamatan kondisi lingkungan kerja pada proses produksi
2.
Data sekunder
Jenis data ini diperoleh dari profil perusahaan mengenai jumlah tenaga kerja,
struktur organisasi, laporan perusahaan tentang kecelakaan kerja beserta upaya
pencegahan kecelakaan kerja industri dan gambaran umum tentang proses produksi.
3.5. Variabel dan Definisi Operasional
3.5.1. Variabel Independen (Variabel Bebas)
kerugian yang muncul dari proses produksi di unit produksi industri migas PT. X
Aceh, meliputi:
a.
Tenaga kerja, yaitu kondisi tenaga kerja yang harus menerima risiko bahaya di
lingkungan kerja unit produksi industri migas PT. X Aceh.
b.
Peralatan/mesin, yaitu tingkat kondisi peralatan/permesinan di unit produksi
industri migas PT. X Aceh yang dapat mendorong timbulnya bahaya seperti
pemeliharaan dan penggunaan peralatan selama melakukan proses produksi.
c.
Material Kimia, yaitu kondisi material yang digunakan baik sebagai bahan baku
dan hasil produksi yang mendorong timbulnya bahaya. Material kimia ini
mencakup cairan sulfinol, gas H
2d.
Metoda kerja, yaitu aturan kerja dan pelaksanaan kerja yang dapat berpotensi
menimbulkan bahaya di unit produksi industri migas PT. X Aceh.
S, debu sulfur, cairan karbonat, cairan DEA
(Dietilamin), cairan LNG, dan cairan kondensat (dominan mengandung senyawa
heksana serta senyawa – senyawa di atas heksana).
3.5.2. Variabel Dependen (Variabel Terikat)
3.6. Metode Pengukuran
3.6.1. Pengukuran Variabel Independen (Variabel Bebas)
Pengukuran variabel bebas pada penelitian ini yang meliputi tenaga kerja,
peralatan/mesin, material kimia dan metoda kerja dilakukan berdasarkan skala
Guttman dengan alternatif jawaban ya dan tidak. Penilaian/skor dilakukan pada setiap
pertanyaan masing – masing variabel di setiap unit sebagai berikut:
1.
Ya, dengan skor/nilai 1.
2.
Tidak, dengan skor/nilai 0.
[image:59.612.112.529.408.701.2]Kemudian dikategorikan menjadi tinggi dan rendah (Sugiyono, 2003).
Aspek pengukuran variabel bebas dapat dilihat pada Tabel 3.2. berikut:
Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Bebas
No
Unit
Variabel
Jumlah
Skor kategori
Skala
Ukur
Kerja
Pertanyaan Rendah Tinggi
1
LNG
1. Tenaga Kerja
5
< 2
≥ 2
Ordinal
Process
2. Peralatan/mesin
7
< 3
≥
3
Ordinal
3. Material Kimia
3
< 1
≥
1
Ordinal
4. Metoda Kerja
7
< 3
≥
3
Ordinal
2
Utility