• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Pembayaran Pajak Resoran Di Dinas Pendapatan Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Pembayaran Pajak Resoran Di Dinas Pendapatan Kota Medan"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM PEMBAYARAN PAJAK RESORAN DI DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN

OLEH :

NAMA : AKHBAR HABIBI NIM : 092600074

Untuk memenuhi salah satu syarat menamatkan studi pada Program Diploma III

Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, berkah serta hidayah NYA kepada penulis sehingga penulis

dapat menyelesaikan laporan praktik kerja lapangan mandiri ini sebagai salah satu

syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Administrasi

Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih serta penghargaan

yang sebesar-besarnya kepada ayahanda Drs. Marasi Tambunan dan ibunda tersayang

Eli Serimastati Siregar, S.pd yang telah membimbing dengan penuh cinta dan kasih

sayang, memelihara dan memperhatikan penulis sejak kecil serta selalu mencukupi

segala keperluan baik secara moril maupun materil hingga akhirnya penulis mampu

menyelesaikan laporan tugas akhir ini.

Selanjutnya penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan

yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, baik

secara moril dan materil dalam menyelesaikan laporan praktik kerja lapangan mandiri

ini, terutama sekali kepada :

1. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Sumatera Utara, Bapak

(3)

2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara,Msi Selaku Ketua Jurusan Program Studi

Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU, Bapak Dan Ibu Dosen Serta

Staf Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Arlina, SH, M.hum selaku dosen pembimbing saya yang telah

membimbing untuk menyelesasikan tugas Akhir ini.

4. Seluruh Staf Jurusan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FISIP USU.

5. Bapak H. Ahmad Buchori Siregar Kepala Dinas Pendapatan Pengelolan

Keuangan Dan Asset Daerah Kota Padangsidimpuan.

6. Bapak Alfian, S,sos Selaku Supervisor Lapangan yang telah membantu

penulis dalam memberikan data-data yang berhungan dengan penyelesaian

laporan tugas akhir penulis ini.

7. Buat Mbungku tercinta Septi Rulisni Pulungan yang selalu bisa memberi

semangat dan dukungan kepada penulis.

8. Buat Adik-Adikku Tersayang Dinda, Rian Dan Lola yang telah memberikan

semangat kepada penulis dalam penyelesaian laporan tugas akhir ini.

9. Buat Kakanda Hari Surya Darma yang membantu dalam penyelesaian Tugas

Akhir ini.(tkns ya bg)

10.Buat Tulang Rahmat Bahagia Siregar, Tulang Lokot Ahmad Enda Siregar,

Dan Tulang Lukman Hakim Siregar yang selalu membimbing dan

(4)

Terimakasih banyak ya tulang.. semoga aiy bisa menjadi orang yang berhasil

seperti tulang dan bisa membahagiakan mama.

11.Buat Roni Rahmat dan seluruh teman-teman angkatan 2009 yang selama ini

telah menjadi keluarga dan sahabat penulis . love you all guys….

Laporan ini sudah selesai, namun penulis menyadari bahwa masih ada

kekurangan didalamnya karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan

penulis. Untuk itu diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

perbaikan dan penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi

semua yang membaca sebagai wacana dalam memperluas cakrawala

pengetahuan.

Kiranya Allah SWT memberikan hidayah NYA kepada kita semua sehingga

sukses dalam menggapai cita-cita yang diinginkan. Amin.

Medan,05 Agustus 2012

Penulis,

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI...iv

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri...1

B. Tujuan Dan Mamfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri...4

1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri...4

2. Mamfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri...5

C. Uraian Teoritis ...6

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri...9

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM )...9

F. Metode Pengumpulan Data...11

BAB II : GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MEDAN A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Kota Medan………...15

(6)

C. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi Dinas Pendapatan

Kota Medan………...19

D. Gambaran Jumlah Pegawai Dinas Pendaptan Kota Medan……...31

E. Jumlah Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan berdasarkan

golongan………32

BAB : III GAMBARAN DATA PAJAK RESTORAN

A. Defenisi Pajak Restoran………33

B. Objek Pajak Restoran………34

C. Cara Perhitungan Pajak Restoran………..35

D. Mekanisme Pemungutan Pajak Restoran Di Dinas Pendapatan

Kota Medan………...36

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI

A. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Restoran Di Kota Medan……..39

B. Faktor-Faktor Yang Menghambat Penerimaan Pajak Restoran…42

C. Upaya-Upaya yang dilakukan untuk Meningkatkan Penerimaan

Pajak Restoran………..43

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan………..45

(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah

disebutkan bahwa Pemerintah Daerah memiliki sumber pendapatan asli Daerah,

berasal dari hasil pajak Daerah, hasil retribusi Daerah dan Hasil Pengelolaan

Kekayaan Daerah yang dipisahkan dan lain-lain Pendapatan Daerah yang sah.

Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 juga menjelaskan tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah bersumber dari Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara. Pendatan Asli Daerah yang antara lain berupa Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah, diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan

penyelenggaraan Pemerintah dan Pembangunan Daerah, untuk meningkatkan dan

meratakan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, daerah mampu

melaksanakan otonomi, yaitu mampu mengatur dan mengurus rumah tangganya

(8)

Berdasarkan kutipan tersebut jelas diketahuai salah satu sumber

pendapatan asli daerah berasal dari Pajak Daerah. Pajak Daerah adalah pungutan

daerah menurut peratuan yang di tetapkan guna pembiayaan pengeluaran daerah

sebagai badan hukum publik yang di atur dalam Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2009 sebagai perubahan atas Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000

tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dimana Pajak Daerah terbagi menjadi

dua jenis, yaitu pajak provinsi yang terdiri dari :

1. Pajak Kenderaan Bermotor

2. Bea Balik Naman Kenderaan Bermotor

3. Pajak Bahan bakar kederaan bermotor

4. Pajak Air Permukaan

5. Pajak Rokok

Pajak Kabupaten dan Kota yang terdiri dari :

Pajak hotel

1. Pajak Restoran

2. Pajak Hiburan

3. Pajak Reklame

4. Pajak Penerangan Jalan

5. Pajak Parkir

6. Pajak Air Tanah

(9)

8. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

Pajak Rstoran adalah salah satu pajak yang dikelola langsung oleh

Pemerintah Daerah, yang memberikan kontribusi terhadap pendapatan asli

daerah guna mendukung kesinambungan kota Medan. Pajak restoran juga

sangat potensial dalam meningkatkan penerimaan daerah, maka dalam

menyelenggarakan Pajak Restoran tersebut, Pemerintah Daerah mealau Dinas

Pendapatan Daerah kota Medan harus mengawasi proses pelaksanaan pajak

Restoran ini sesuai dengan peraturan Pemerintah dan Peraturan Daerah yang

telah di tetapkan.

Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan mempunyai peranan yang

sangat besar dalam menyelenggarakan Pajak Restoran di Kota Medan.

Bagaimana sebenarnya tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar dan

melaporkan Pajak Restor pada Dinas Pendapatan Kota Medan, dimana pihak

Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan harus melakukankegiatan yang lebih

intensif dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah ( PAD)

Dalam pelaksanaan Pajak Restoran tersebut tentunya masih banyak di

temukan permasalahan-permasalahan dan hambatan-hambatan terutama bagi

Pemerintah Daerah. Oleh karena itu, petugas yang berwenang dalam

pelaksanaan Pajak Restoran ini harus lebih meningkatkan kinerjanya,

(10)

tersebut dapat diatasi, tentunya akan dapat meningkatkan Penerimaan Daerah,

yang nantinya akan dapat digunakan sebagai pembangunan daerah.

Hal inilah yang menjadikan penulis tertarik dalam memilih kantor Dinas

Pendapatan Daerah Kota Medan sebagai tempat Praktik Kerja Lapangan

Mandiri ( PKLM ), dan “Tingkat Kepatuhan Dalam Pembayaran Pajak Restoran Di Dinas Pendapatan Daerah Kota medan” sebagai objek pajak yang menarik untuk di jadikan wadah praktik kerja lapangan.

B. Tujuan dan Mamfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) merupakan suatu kegiatan

penerapan ilmu yang di peroleh mahasiswa selama bangku perkuliahan agar

mengenal situasi dunia kerja sekaligus untuk meningkatkan kualitas mahasiswa

itu sendiri. Kegiatan PKLM ini memiliki beberapa tujuan dan mamfaat bagi

mahasiswa, pihak universitas, instansi atau badan yang dijadikan tempat

melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri tersebut.

Adapun tujuan diadakannya PKLM, yaitu:

1.1Untuk mengetahui tingkat kepatuhan wajib pajak dalam pembayaran

Pajak Restoran di Dinas Pendapatan Kota Medan.

1.2Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat penerimaan

penerimaan Pajak Restoran dalam meningkatkan pendapatan asli Daerah

(11)

1.3Untuk mengetahui upaya-upaya untuk mengoptimalkan penerimaan Pajak

Restoran Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah pada Dinas

Pendapatan daerah Kota Medan.

2. Mamfaat Praktik kerja Lapangan Mandiri

2.1Mamfaat Bagi mahasiswa yaitu :

a. Dapat mempraktikkan teori yang telah diperoleh di bangku kuliah ke

dalam dunia kerja.

b. Dapat melaksanakan observasi tentang pengelolaan Pajak Restoran.

c. Mengetahui dan memahami cara Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

dalam meningkatkan pendapatan asli daerah khusunya Pajak Restoran.

d. Menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa menyangkut sistem dan

prosedur dalam pelaksanaan pemungutan Pajak Restoran di Dinas

Pendapatan Kota Medan.

2.2 Mamfaat bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan yaitu :

a. Menambah hubungan kerjasama antar Universitas khususnya Program

Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dengan Pemerintah Kota

Medan Khususnya Dinas Pendapatan Kota Medan.

b. Mempromosikan Sumber Daya Manusia yang potensial di Program Studi

Diploma III administrasi Perpajakan.

2.3 Mamfaat Bagi Instansi Pemerintah Khusunya di Dinas Pendapatan Daerah

(12)

a. Diharapkan dapat memberi masukan dan saran bagi penyempurnaan

sistem administrasi dan pemungutan Pajak Restoran di Dinas Pendapatan

Daerah Kota Medan.

b. Dapat meningkatkan hubungan baik dan kerja sama dengan pihak

Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

c. Agar dapat membantu Dinas Pendapat Daerah Kota Medan dalam hal

mensosialisasikan pentingny Pajak Restoran terhadap pembangunan Kota

Medan Kepada Masyarakat.

C. Uraian Teoritis 1. Defenisi pajak

1.1Berdasarkan Undang-Undang No. 28 tahun 2007 Tentang Ketentuan

Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak adalah konstribusi wajib

kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi dan badan yang

bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan

negara sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

1.2Menurut Prof.DR.Rochmat Soemitro, SH, Pajak adalah iuaran kepada

kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)

dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontrapretasi) yang langsung

dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

(13)

1.3Berdasarkan Undang-Undang No. 28 tahun 2009 tentang Pajak

Daerah, Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang

terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan

secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

1.4Berdasarkan Perda Kota Medan No. 12 tahun 2003, Pajak Restoran

adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Restoran

adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut

bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung,

bar dan sebagainya termasuk jasa boga/katering.

2. Objek dan Subjek Pajak Restoran

Berdasarkan Perda Kota Medan No. 12 tahun 2003 adapun yang menjadi

objek dan subjek Pajak Restoran yakni meliputi:

2.1Objek Pajak Restoran

Objek Pajak Restoran adalah setiap pelayanan yang disediakan dengan

pembayaran di restoran termasuk rumah makan, kafetaria, kantin,

warung, bar dan sejenisnya termasuk jasa boga/katering dan meliputi

pelayanan penjualan makanan dan/atau minuman yang dikonsumsi

oleh pembeli, baik dikonsumsi di tempat pelayanan maupun di tempat

lain.

(14)

a. Pelayanan yang disediakan oleh restoran yang nilai

penjualannya tidak melebihi Rp.600.000

b. Penjualan makanan dan/atau minuman di tempat yang

disertai dengan fasilitas penyantapan di hotel.

2.2Subjek Pajak

a. Subjek pajak Restoran adalah orang pribadi atau badan yang

melakukan pembayaran atas pelayanan restoran.

b. Wajib Pajak restoran adalah penguasa restoran.

3. Tarif Pajak Restoran

3.1Dasar pengenaan Pajak Restoran adalah jumlah pembayaran yang

dilakukan kepada restoran.

3.2Tarif Pajak Restoran adalah sebesar 10% (sepuluh persen)

3.3Besarnya pokok Pajak Restoran dihitung dengan cara mengalikan tarif

pajak dengan dasar pengenaan Pajak Restoran.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun yang menjadi ruang lingkup Praktik kerja lapangan Mandiri yaitu:

1. Tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam pembayaran Pajak Restoran.

2. Data penerimaan Pajak Restoran pada dinas pendapatan daerah Kota

Medan tahun 2007-2011

3. Peran dan upaya yang dilakukan Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

dalam mengoptimalkan kepatuhan Wajib Pajak dalam pembayaran Pajak

(15)

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun yang menjadi metode dalam melaksanakan praktik kerja

lapangan mandiri ini, penulis akan melakukan metode-metode terapan yang

telah dibuat sesuai dengan ketentuan Program Studi Diploma III Administrasi

Perpajakan yaitu:

1. Tahapan Persiapan

Tahap persiapan yang akan dilakukan penulis adalah mencari judul yang

tepat. Kemudian mengajukan judul untuk mendapatkan persetujuan dari

Ketuan Jurusan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

2. Persiapan Studi Literatur

Persiapan studi literatur yang akan dilakukan penulisan adalah persiapan

dalam mencari dan mempersiapkan sesuatu yang berhubungan dan dapat

dijadikan sumber oleh penulis dalam menjalankan praktik kerja lapangan

mandiri ini.

3. Observasi Lapangan

Penulis dalam melakukan observasi lapangan sesuai dengan peraturan

yang berlaku, dimana dalam observasi ini penulis mencari data dan

informasi pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan. Serta mempelajari

data-data yang berhubungan dengan masalah-masalah yang akan dibahas

(16)

4. Pengumpulan Data

Dalam hal ini yang menjadikan laporan penulis sesuai adalah data yang

diperoleh, darimana dan bagaimana data tersebut diperoleh. Dengan

memperlihatkan lokasi, penulis mengadakan praktik kerja lapangan

mandiri dan sumber-sumber yang digunakan penulis untuk penambahan

data, misalnya buku-buku mengenai materi yang akan dibahas, wawancara

yang akan dilakukan penulis, dan lainnya.

Penulis melakukan pengumpulan data melalui:

4.1Data Primer : data yang diperoleh melalui wawancara terhadap

orang-orang yang dianggap mampu memberikan masukan dan

informasi serta observasi penulis di lapangan tempat objek Praktik

Kerja Lapangan mandiri.

4.2Data Sekunder : data/informasi yang dioeroleh melalui studi

literatur seperti sumber-sumber pustaka, Undang-Undang,

dokumentasi maupun literatur lain yang berhubungan dengan

objek Praktikum Kerja Lapangan Mandiri.

5. Analisa Data dan Evaluasi

Data yang berhasil dikumpulkan oleh penulis, terlebih dahulu dianalisis

untuk mengetahui kebenaran akan data tersebut, dan sesuai atau tidaknya

dengan materi. Pengamatan data ini akan dilakukan dengan evaluasi akan

sumber data dan banyaknya data yang akan diperoleh.

(17)

Pengumpulan data yang akan dilakukan penulis masih berdasarkan prosedur yang yang ditetapkan, yaitu dengan cara memaparkan hal-hal yang

akan dibawakan. Untuk mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan

dalam praktik kerja lapangan mandiri ini, penulis menggunakan 3 (tiga)

teknik pengumpulan data, yaitu:

1. Daftar wawancara, yaitu dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan

pada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap masalah yang diteliti.

2. Daftar observasi, yaitudengan cara pengamatan dan pencatatan langsung

terhadap fenomena yang terjadi di Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan.

3. Daftar dokumentasi, yaitu data yang berisikan dokumentasi yang didapat

oleh penulis selama melakukan praktik kerja lapangan mandiri di tempat

yang ditentukan.

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Untuk mempermudah pembahasan maka sistematika penulisan laporan

PKLM ini dibuat dalam 5 (lima) bab yang terdiri dari:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah PKLM,

tujuan dan manfaat PKLM, uraian teoritis, serta ruang lingkup, metode

praktik kerja lapangan mandiri dari sistematika penulisan laporan

PKLM.

(18)

Pada bab ini diberikan gambaran umum mengenai lokasi penulis

melakukan praktik kerja lapangan mandiri. Dalam bab ini juga akan

diuraikan mengenai struktur ortanisasi, tugas dan fungsi dari Kantor

Dinas Pendapatan Kota Medan.

BAB III : GAMBARAN DATA PKLM

Pada bab ini diuraikan dan dideskripsikan mengenai tingkat

kepatuhan wajib Pajak membayar Pajak restoran serta peran dan upaya

yang dilakukan Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan untuk

mengoptimalkan Pajak Restoran di Kota Medan

BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI DATA

Pada bab ini penulis menganalisis dan mengevaluasi masalah yang

dihadapi mengenai masalah yang timbul dan alternatif pemecahan

masalah tersebut.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini merupakan kesimpulan dari semua yang telah diuraikan

pada bab-bab sebelumnya, dan akan diberikan saran-saran terhadap

(19)

BAB II

GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MEDAN

A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Kota Medan

Pada mulanya Dinas Pendapatan Kota Medan adalah suatu Sub Bagian pada Bagian Keuangan yang mengelolah bidang penerimaan dan pendapatan Daerah. Pada

sub ini tidak terdapat lagi sub seksi, karena pada saat ini Wajib Pajak/Wajib Pajak

Retribusi yang berdomisili di daerah Kota Medan belum begitu banyak.

Mempertimbangkan perkembangan pembangunan dan laju pertumbuhan

penduduk di kota Medan melalui Peraturan Daerah sub bagian keuangan tersebut di

ubah menjadi bagian IX/Pendapatan. Pada Bagian IX/Pendapatan dibentuklah

beberapa seksi yang mengelola Penerimaan Pajak dan Retribusi Daerah yang

merupakan para Wajib Pajak / Wajib Pajak Retribusi Daerah Kota Medan

Sehubungan dengan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor

KUPD/7/12/41-10 tentang penyeragaman struktur organisasi Dinas Pendapatan Daerah diseluruh

Indonesia, maka Pemerintah Daerah Kota Medan berdasarkan PERDA Nomor 12

tahun 1987, menyesuaikan atau membentuk struktur organisasi Dinas Pendapatan

(20)

Bagian Tata Usaha terdiri dari 3 Kepala Sub Bagian. Peningkatan penerimaan

pendapatan daerah melalui Sub Sektor Perpajakan, Retribusi Daerah, Pendapatan

Daerah lainnya serta peningkatan pemungutan Pajak Parkir yang merupakan

kontribusi yang cukup penting bagi Pemerintah Daerah.

Meningkatnya Pendapatan Daerah hendaknya tidak harus ditempuh dengan

cara menaikkan tarif saja, tetapi yang lebih penting dengan memperbaiki atau

menyempurnakan administrasi, sistem dan prosedur serta organisasi dari Dinas

Pendapatan Daerah yang ada sekarang. Namun kondisi saat ini dirasakan tuntutan

untuk perlunya meninjau kembali dan penyempurnaan Manual Pendapatan Daerah

(MAPATDA) dimaksud seiring dengan tuntutan gerak pembangunan yang sedang

berjalan terutama dari pola pendekatan yang selama ini dilakukan secara sektorat

perlu diubah secara fungsional dan disesuaikan dengan kebijaksanaan pemerintah

yang paling akhir dibidang Perpajakan, maka penyempurnaan telah dilaksanakan

secara sungguh-sungguh sehingga berhasil disusun Manual Pendapatan Daerah

(MAPATDA).

Adapun penyempurnaan dimaksudkan dituangkan didalam :

1. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 973/442 Tahun 1988 tanggal 26

Mei 1988, tentang Sistem dan Prosedur Perpajakan, Retribusi Daerah dan

Pendapatan Daerah lainnya serta pemungutan Pajak Parkir diseluruh

Indonesia

2. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 10 tanggal 26 Mei 1988, tentang

(21)

3. Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 1988, tentang pelaksanaan

organisasi dan tata kerja Dinas Pendapatan Kota Medan.

Penyempurnaan sistem dan prosedur perpajakan dan Organisasi Pendapatan Kota

Medan atau Manual Pendapatan Daerah (MAPATDA) yang dilaksanakan bertahap

dan penyempurnaan ini merupakan berdasarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri

Nomor 061/1867/PUOD, tanggal 2 Mei 1988, Instruksi Gubernur Kepala Daerah

Tingkat I Sumetera Utara Nomor 188.342.20/1991, tanggal 11 Maret 1991, yang

terakhir diubah dengan Surat Keputusan Walikota Medan Nomor

188.342/790/SK/1991, tentang pelaksanaan PERDA Nomor 16 tahun 1991 tentang

susunan organisasi dan tata cara kerja Dinas Pendapatan Kota Medan.

B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan

Untuk memperlancar dan mengatur kegiatan-kegiatan dalam melaksanakan

aktifitasnya, Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan telah membuat struktur

organisasi. Stuktur organisasi merupakan salah satu sarana untuk mencapai tujuan

yang efektif yakni terciptanya garis koordinasi yang baik serta adanya hubungan yang

baik antara pimpinan dengan bawahan.

Untuk menunjang seluruh kegiatan yang ada pada Dinas Pendapatan Kota

Medan dan untuk pencapaian tujuan maka diadakan pembagian tugas dan fungsi

masing-masing sehingga memudahkan mengawasi pekerjaan. Dengan adanya

pembagian tugas yang dituangkan dalam struktur organisasi akan memberikan

(22)

Struktur organisasi yang digunakan untuk Dinas Pendapatan Kota Medan

adalah bentuk organisasi garis dimana bentuk tersebut menggunakan sistem

koordinasi mengalir dari pimpinan ke bawahan secara langsung dimana pihak

bawahan bertanggung jawab kepada pimpinan atas pekerjaaan yang diberikan

kepadanya.

Adapun susunan organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan terdiri dari :

1. Dinas

2. Sekretariat, membawahkan :

1.1.Sub Bagian Umum

1.2.Sub Bagian Keuangan

1.3.Sub Bagian Penyusunan Program

3. Bidang Pendapatan dan Penetapan,

3.1.Seksi Pendatann dan Pendaftaran

3.2.Seksi Pemeriksaan

3.3.Seksi Penetapan

3.4.Seksi Pengolahan dan Informasi

4. BidangPenagihan, Membawahkan:

4.1.Seksi Pembukuan dan Vertifikasi

4.2.Seksi Penagihan dan Perhitungan

4.3.Seksi Pertimbangan dan Restitusi

5. Bidang Bagi Hasil Pendapatan, Terdiri Atas:

(23)

5.2.Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak

5.3.Seksi Penatausahaan Bagi Hasil

5.4.Seksi Peraturan Perundang-undangan dan Pengkajian Pendapatan

6. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah, Terdiri Atas:

6.1.Seksi Pengembangan Pajak

6.2.Seksi Pengembangan Retribusi

6.3.Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-lain

7. Unit Pelaksanaan Teknis (UPT)

8. Kelompok Jabatan Fungsional

C. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan Adapun susunan organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan berdasarkan

Keputusan Walikota Medan Nomor 1 tahun 2010, pasal 2 tentang Rincian Tugas

Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan.

Dalam Peraturan Walikota, yang dimaksud yaitu :

1. Daerah adalah Kota Medan

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Medan

3. Walikota adalah Walikota Medan

4. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kota Medan

5. Dinas adalah Dinas Pendapatan Kota Medan

(24)

7. Unit Pelaksana Teknis (UPT) adalah unsure pelaksan teknis pada Dinas yang

berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas

8. Kelompok Jabatan Fungsional adalah pemegang jabatan fungsional yang

tugasnya didasarkan pada keahlian dan atau keterampilan tertentu sesuai

kebutuhan daerah.

Adapun tugas pokok dari Kepala Dinas Dinas dan masing-masing seksi pada

Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan adalah sebagai berikut :

1. Dinas

Dinas merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah, yang dipimpin oleh

Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota

melalui Sekretaris Daerah. Dinas mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian

urusan pemerintahan daerah di bidang pendapatan daerah berdasarkan asas otonomi

dan tugas pembantuan.

Dalam melaksanakan tugas pokok, Dinas menyelenggarakan fungsi :

1.1. Perumusan kebijakan teknis di bidang pendapatan.

1.2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang pendapatan.

1.3. Pembinaan dan pelaksanaan tgas di bidang pendapatan.

(25)

2. Sekretariatan

Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris, yang berada di bawah dan bertanggung

jawab kepada kepala Dinas. Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan

sebagian tugas Dinas lingkup kesekretariatan meliputi pengelolaan administasi

umum, keuangan dan penyusunan program.

Adapun fungsi sekretarian adalah sebagai berikut:

2.1. penyusunan rencana, program, dan kegiatan kesekretariatan.

2.2. pengkoordinasian penyusunan perencanaan program Dinas.

2.3. pelaksanaan dan penyelenggaraan pelayanan administrasi kesekretariatan

Dinas yang meliputi administrasi umum, kepegawaian, keuangan, dan

kerumahtanggaan Dinas.

2.4. pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan

organisasi, dan ketatalaksanaan.

2.5. pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas-tugas Dinas.

2.6. penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian.

2.7. pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan kesekretariatan.

2.8. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

Bagian sekretariatan terdiri dari beberapa sub dan tugas-tugas pokok, yaitu:

(26)

Sub Bagian Umum mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas

sekretariat lingkup administrasi Umum.

b. Sub Bagian Keuangan

Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas

sekretariat lingkup pengelolaan administrasi keuangan.

c. Sub Bagian Penyusunan Program

Sub Bagian Penyusunan Program mempunyai tugas pokok melaksanakan

sebagian tugas sekretariatlingkup penyusunan program dan pelaporan.

3. Sub Bidang Pendataan dan Penetapan

Bidang Pendataan dan Penetapan dipimpin oleh Kepala Bidang,yang berada

di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

Bidang Pendataan dan Penetapan mempunyai tugas dan fungsi, yaitu :

3.1. Bidang Pendataan dan Penetapan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pendataan, pendaftaran, pemeriksaan

penetapan, dan pengolahan data informasi.

3.2. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Pendataan dan Penetapan menyelenggarakan fungsi :

a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pendataan dan

Penetapan.

b. penyusunan petunjuk teknis ruang lingkup pendataan, pendaftaran,

(27)

c. melaksanakan pendaftaran dan pendataan seluruh wajib pajak, wajib

retribusi dan pendapatan daerah lainnya.

d. pelaksanaan pengolahan dan informasi baik dari Surat Pemberitahuan

Pajak Daerah (SPTPD), Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah

(SPTRD), hasil pemeriksaan dari instansi yang terkait.

e. pelaksanaan proses penetapan pajak daerah, retribusi daerah dan

pendapatan daerah lainnya.

f. perencanaan dan penatausahaan hasil pemeriksaan terhadap Wajib

Pajak dan Wajib Retribusi.

g. pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang

pendataan dan penetapan.

h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

Adapun Bidang pendataan dan pendaftaran terdiri dari beberapa seksi

dan tugas-tugas pokok, yaitu:

a. Seksi pendataan dan pendaftaran

Seksi ini mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas

bidang pendataan dan penetapan lingkup pendataan dan pendaftaran.

b. Seksi pemeriksaan

Seksi ini mempunyai tugas pokok sebagian bidang pendataan dan

penetapan lingkup pemeriksaan.

(28)

Seksi ini mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas

bidang pendataan dan penetapan pokok pajak daerah / pokok retribusi

daerah.

d. Seksi pengolahan data

Seksi ini mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas

bidang pendataan dan penetan lingkup data dan informasi.

4. Bidang Penagihan

Bidang Penagihan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada dibawah dan

bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

Bagian Penagihan mempunyai tugas dan fungsi, yaitu :

4.1.Bidang Penagihan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas

Dinas lingkup pembukuan, verifikasi, penagihan, perhitungan, pertimbangan,

dan restitusi.

4.2.Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Penagihan mempunyai tugas dan

fungsi yaitu :

a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Penagihan.

b. penyusunan petunjuk teknis lingkup pembukuan, verifikasi,

penagihan, perhitungan, pertimbangan dan restitusi

c. pelaksanaan pembukuan dan verifikasi atas pajak daerah, retribusi

(29)

d. pelaksanaan penagihan dan tunggakan pajak daerah, retribusi daerah

dan pendapatan daerah lainnya.

e. pelaksanaan perhitungan restitusi dan atau pemindahbukuan atas pajak

daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya.

f. pelaksanaan telaan dan saran pertimbangan terhadap keberatan wajib

pajak atas permohonan wajib pajak.

g. pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang

penagihan.

h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepada Kepala Dinas

sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Adapun bidang pelaksanaan terdiri dari beberapa seksi dan tugas-tugas

pokok, yaitu :

a. Seksi Pembukuan dan Verifikasi

Seksi Pertimbangan dan Restitusi mempunyai tugas pokok

melaksanakan sebagian tugas Bidang Penagihan lingkup pertimbangan

dan restitusi.

b. Seksi Penagihan dan Perhitungan

Seksi Penagihan dan Perhitungan mempunyai tugas pokok

melaksanakan tugas Bidang Penagihan dan Perhitungan.

(30)

Seksi Pertimbangan dan Restitusi mempunyai tugas pokok

melaksanakan sebagian tugas Bidang Penagihan lingkup pertimbangan

dan restitusi.

5. Bidang Bagi Hasil Pendapatan

Bidang Bagi Hasil Pendapatan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di

bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

Bidang Bagi Hasil Pendapatan mempunyai tugas pokok dan fungsi, yaitu:

5.1.Bidang Bagi Hasil Pendapatan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup bagi hasil pajak dan bukan pajak,

penatausahaan bagi hasil dan perundang-undangan dan pengkajian

pandapatan .

5.2.Dalam melaksanakan tugas pokok Bidang Bagi Hasil Pendapatan menyelenggarakan fungsi :

a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Bagi Hasil Pendapatan.

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bagi hasi pajak dan bukan

pajak, penata usahaan bagi hasil dan perundang-undangan dan

pengkajian pendapatan.

c. pelaksanaan penatausahaan bagi hasil pendapatan pajak dan bukan

(31)

d. pelaksanaan koordinasi dengan instansi pemberi bagi hasil pajak dan

bukan pajak, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang sah.

e. pelaksanaan perhitungan penerimaan dari dana bagi hasil pajak/ bukan

pajak provinsi dan dana bagi hasil pajak/bukan pajak pusat, DAU,

DAK, dan lain-lain pendapatan yang sah.

f. pelaksanaan pengkajian pelaksanaan peraturan perundang-undangan

dan pengkajian hasil pendapatan daerah dibidang dana perimbangan,

dan lain-lain pendapatan yang sah.

g. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang

bagi hasil pendapatan.

h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai

dengan tugas dan fungsinya .

Adapun bidang pelaksanaan terdiri dari beberapa seksi dan tugas-tugas

pokok, yaitu:

a. Seksi Bagi Hasil Pajak

Seksi Bagi Hasil Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan

sebagian tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup bagi hasil pajak.

b. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak

Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan

sebagian tugas Bidang Hasil Pendapatan lingkup bagi hasil bukan

pajak.

(32)

Seksi Penatausahaan Bagi Hasil mempunyai tugas pokok

melaksanakan sebagian tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup

penatausahaan bagi hasil.

d. Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan

Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan

mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Bagi

Hasil Pendapatan lingkup peraturan perundang-undangan dan kajian

pendapatan.

6. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah

Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah dipimpin oleh Kepala Bidang,

yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah mempunyai tugas pokok dan

fungsi, yaitu:

6.1. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pengembangan pajak, retribusi

dan pendapatan lain-lain.

6.2. Dalam melaksanakan tugas pokok Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah menyelenggarakan fungsi :

(33)

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan pajak,

retribusi dan pendapatan lain-lain.

c. pelaksanaan pengkajian potensi pajak daerah, retribusi daerah dan

pendapatan lainnya.

d. penghitungan potensi pajak dan retribusi daerah.

e. pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaoran lingkup bidang

pengembangan pendapatan daerah.

f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

Adapun bidang pelaksanaan terdiri dari beberapa seksi beserta

tugas-tugas pokok, yaitu :

a. Seksi Pengembangan Pajak

Seksi Pengembangan Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan

sebagian tugas Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah lingkup

pengembangan pajak.

b. Seksi Pengembangan Retribusi

Seksi Pengembangan Retribusi mempunyai tugas pokok melaksanakan

sebagian tugas Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah lingkup

pengembangan retribusi.

(34)

Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-lain memiliki tugas pokok

melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengembangan Pendapatan

lain-lain.

7. Unit Pelaksana Teknis

Pembentukan, nomenklatur, tugas pokok dan fungsi Unit Pelaksana Teknis

ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

8. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian

tugas Dinas sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.

Adapun peraturan yang berlaku, yaitu :

8.1. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang diatur dan ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

8.2. Setiap Kelompok Jabatan Fungsional, dipimpin oleh Tenaga Fungsional Senior yang ditunjuk.

8.3. Jumlah tenaga kerja fungsional, ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.

(35)

D. Gambaran Jumlah Pegawai Dinas Pendaptan Kota Medan

NO Bagian/ Subdis/ Bendahara/ Swakelola Jumlah

1 Sekretariat 71 Orang

Dinas 1 Orang

Bagian Umum /Keuangan/Penyusunan Program 36 Orang

Bendahara Penerimaan/Pengeluaran 20 Orang

Penyimpan Barang Berharga, Penyimpan Barang

& Pengurus Barang

14 Orang

2 Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah 26 Orang

3 Bidang Penagihan 49 Orang

4 Bidang Pendataan dan Penetapan (DATAP) 77 Orang

5 Bidang Bagi Hasil Pendapatan (BHP) 85 Orang

6 Unit Pelaksana Teknis (UTS) 336 Orang

7 Security 18 Orang

(36)

E. Jumlah Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan berdasarkan golongan

No Golongan Jumlah

1 IV/b 1 orang

2 IV/a 5 orang

3 III/d 35 orang

4 III/c 37 orang

5 III/b 62 orang

6 III/a 70 orang

7 II/d 8 orang

8 II/c 17 orang

9 II/b 6 orang

10 II/a 51 orang

Jumlah Keseluruhan 292 orang

Keterangan:

Pegawai Negeri Sipil : 292 orang

Pegawai Honor : 59 orang

Yang dikaryakan : 1 orang

Pegawai Outsourcing : 310 orang

(37)

BAB III

GAMBARAN DATA PAJAK RESTORAN

A. Definisi Pajak Restoran

Berdasarkan Perda Kota Medan No. 12 tahun 2003, Pajak Restoran

adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran, Restoran adalah

Fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang

mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya

termasuk jasa boga /katering.

Dasar hukum Pemungutan pajak restoran pada suatu kabupaten atau kota adalah

sebagai mana di bawah ini :

1. Undang - Undang No.34 Tahun 2000 yang merupakan perubahan atas

Undang – Undang No. 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan

Retribusi daerah.

2. Peraturan Pemerintah No.65 Tahun 2001 Tentang Pajak Daerah.

3. Keputusan Menteri Keuangan No.43 Tahun 1999 Tentang Sistem dan

Prosedur Administrasi Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Penerimaan

Pendapatan lain-lain.

4. Peraturan Daerah No.12 Tahun 2003 Tentang Pajak Daerah Kota Medan.

5. Undang-Undang No.28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi

(38)

6. Keputusan Bupati/Walikota yang mengatur tentang Pajak Restoran sebagai

aturan Pelaksanaan peraturan daerah tentang Pajak Restoran pada

Kabupaten/Kota di maksud.

B. Objek dan Subjek Pajak Restoran

Berdasarkan Perda Kota Medan No.12 tahun 2003 adapun yang menjadi

objek dan subjek Pajak Restoran yakni meliputi :

1.1Objek Pajak Restoran

Objek Pajak Restoran adalah setiap pelayanan yang disediakan dengan

pembayaran di restoran termasuk rumah makan, kafetaria, kantin,

warung, bar dan sejenisnya serta meliputi pelayanan penjualan makanan

dan/atau minuman yang dikomsumsi oleh pembeli, baik di komsumsi di

tempat pelayanan maupun di tempat lain.

Dikecualikan dari objek Pajaka Restoran adalah :

a. Pelayan jasa boga/katering (berdasarkan UU No.28 Tahun 2009

Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pelayanan jasa

boga/katering sudah termasuk objek pajak.

b. Pelayanan yang disediakan oleh restoran yang nilai penjualannya

tidak melebihi Rp.600.000.

c. Penjualan makanan dan atau minuman ditempat yang disertai

dengan fasilitas penyantapan di hotel.

(39)

a. Subjek pajak restoran adalah orang pribadi atau badan yang

melakukan pembayaran atas pelayanan restoran.

b. Wajib Pajak Restoran adalah Pengusaha restoran

C. Cara Penghitungan Pajak Restoran 1.1Cara Perhitungan

Besarnya pajak yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif

dengan dasar pengenaan pajak

Secara umum perhitungan pajak restoran adalah sebagai berikut :

Pajak Terutang = Tarif pajak x Dasar Pengenaan Pajak

= Tarif Pajak x Jumlah Pembayaran yang dilakukan

Pada Restoran

Misalnya dasar pengenaan pajaknya sebesar 1.000.000,00 dikali dengan

Tarif pajak restoran sebesar 10%

Besar pajak = Rp. 1.000.000,00 x 10%

= Rp. 100.00,00

1.2Masa pajak adalah jangka waktu yang lama 1 ( satu ) bulan tahun takwim

1.3Pajak terutang dalam masa pajak terjadi atau timbul pada saat kegiatan

pelayanan di restoran dilakukan.

Setiap wajib pajak wajib mengisisurat pemberitahuan Pajak Daerah

(SPTPD). SPTPD tersebut harus di isi dengan jelas, benar dan lengkap serta

(40)

kepada Dispenda selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari setelah berakhirnya

masa pajak.

D. Mekanisme Pemungutan Pajak Restoran Di Dinas Pendapatan Kota Medan

Pemungutan pajak restoran adalah suatu rangkaian mulai dari

penghimpunan data objek pajak restoran dan subjek pajak restoran, dengan

penentuan besarnya pajak restoran yang terutang sampai kegiatan menerima

pembayaran pajak restoran tersebut dari wajib pajak. Untuk itu wajib pajak

terlebih dahulu melaporkan jenis usahanya kepada Dinas Pendapatan Daerah

dengan mekanisme sebagai berikut :

1.1Pengukuhan Wajib Pajak

Wajib pajak restoran wajib mendaftarkan usahanya kepada Dinas

Pendapatan Daerah Kota medan dalam jangka waktu tertentu

selambat-lambatnya 30 (tiga Puluh ) hari sebelum dimulainya kegiatan usaha, untuk di

kukuhkan dan diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWPD). Jangka waktu ini

sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan bupati atau walikota dimana pajak

restoran dipungut. Surat keputusan pengukuhan yang dikeluarkan kepala dinas

pendapatan daerah tidak merupakan dasar untuk menentukan mulai saat pajak

tentang pajak restoran, tetapi hanya merupakan sarana administrasi dan

pengawasan bagi petugas dinas pendapatan daerah. Apabila pengusaha restoran

atau rumah makan tidak mendaftarkan usahanya dalam jangka waktu yang di

(41)

sebgai wajib pajak secara jabatan. Penetapan secara jabatan dimaksudkan untuk

pemberian nomor pengukuhan dan NPWPD dan bukan merupakan penetapan

besarnya pajak terutang. Tata car pelaporan dan pengukuhan wajib pajak di

tetapkan oleh bupati/walikota dengan surat keputusan.

1.2Pendaftaran dan pendataan

Untuk mendapatkan data wajib pajak dilaksanakan pendaftaran dan

pendataan terhadap wajib pajak. Kegiatan pendataan dan pendaftaran diawali

dengan mempersiapkan dokumen yang diperlukan, berupa formulir pendataan

dan pendaftaran, kemudian diberi kepada wajib pajak. Setelah dokumen di

sampaikan kepada wajib pajak mengisi formulir pendaftaran dengan jelas

lengkap serta mengembalikan kepada petugas pajak. Selanjutnya petugas pajak

mencatat formulir pendataan dan pendaftaran yang dikembalikan oleh waib pajak

dalam daftar induk wajib pajak berdasarkan nomor urut yang digunakan sabagai

dasar untuk menerbitkan NPWPD.

1.3Pelaporan Pajak dan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (STPD)

Wajib pajak restoran wajib melaporkan kepada bupati/walikota, dalam

praktiknya kepada kepala dinas pendapatan daerah kabupaten/kota tentang

perhitungan pembayaran pajak restoran yang terutang. Wajib pajak yang telah

memiliki NPWPD setiap awal masa pajak wajib mengisi SPTPD. SPTPD diisi

dengan jelas, lengkap dan benar serta di tanda tangani oelh wajib pajak atau

(42)

sesuai dengan jangka waktu yang di tentukan. Umumnya SPTPD harus

disampaikan selambat-lambatnya lima belas hari (15) setelah berakhirnya masa

pajak. Seluruh data perpajakan yang diperoleh dari daftar isian tersebut dihimpun

dicatat atau dituangkan dalam berkas kartu data yang merupaka hasil, yang akan

di jadika sebagai dasar dalam perhitungan dan penetapan pajak terutang.

Ketentuan dan dokumen harus dicantumkan dan atau dilampirkan pada SPTPD

di tetapkan oleh walikota medan.

1.4Penetapan Pajak Restoran

Berdasarkan SPTPD yang di sampaikan oleh wajib pajak dan pendataan

yang dilakukan oleh petugas dinas pendapatan daerah, walikota atau pejabat yang

ditunjuk menetapkan pajak restoran yang terutang dengan menerbitkan surat

ketetapan pajak daerah (SKPD). SKPD harus dilunasi oleh wajib pajak paling

lama tiga puluh hari sejak diterimanya SKPD oleh wajib pajak atau jangka waktu

lain yang telah di tetapkan walikota. Apabila setelah lewat waktu yang di

tentukan wajib pajak tidak atau kurang membayar pajak terutang dalam SKPD,

wajib pajak dikenakan sangsi.

1.5Pembayaran Pajak Restoran.

Pajak restoran terutang dilunasi dalam jangka waktu ditentukan dalam

peraturan daerah. Penentuan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran

pajak ditetapkan oleh walikota. Pembayaran pajak restoran yang terutang

dilakukan ke kas daerah, bank, atau tempat lain yang telah di tunjuk oleh

(43)

Pembayaran pajak dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak

(SSP). Pembayaran harus dilakukan sekaligus atau lunas. Kepada wajib pajak

yang telah melakukan pembayaran pajak diberikan tanda bukti pembayaran dan

(44)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

A. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Restoran Di Kota Medan

Pajak restoran meruapaka salah satu komponen dari pendapatan asli daerah.

Pajak restoran memberikan kontribusi yang besar bagi PAD kota medan, dimana

pajak restoran dipergunakan untuk mendukung dan membiayai penyelengaraan

pemerintahan dan pembangunan kota medan.

Berikut ini tabel jumlah wajib pajak restoran dan target serta realisasi pajak

[image:44.612.109.507.441.692.2]

restoran.

TABEL 3

Jumlah Wajih Pajak Restoran Pada Dinas Pendapatan Kota Medan Tahun Anggaran 2011 S/D Mei 2012

Jenis Pajak Restoran

Wajib Pajak

jumlah Self assessment Official assessment

1 Restoran cepat saji 83 - 83

2 Restoran nasional 157 - 157

3 Restoran khas daerah 74 - 74

4 War, nasi, kopi dll - 1.357 1.357

(45)

hiburan

jumlah 353 1.357 1.710

[image:45.612.107.507.112.181.2]

Sumber : Dinas Pendapatan Kota Medan TABEL 4

Target dan realisasi Pajak Restoran Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Tahun 2007-2011

Tahun Target Realisasi Persentase (%)

2007 36.756.400.000 37.430.647.555,98 101.11

2008 38.594.220.000 43.026.546.385,34 111.11

2009 45.750.127.000 48.513.407.067,68 106.04

2010 71.772.950.000 63.001.970.875,10 87.78

2011 96.209.441.389 70.485.458.322,22 73,26

Sumber : Dinas Pendapatan Kota Medan

Berdasarkan tabel di atas dapat dianalisa bahwa pada tahun 2007 target penerimaan pajak restoran yang di tetapkan APBD adalah sebesar

Rp.36.756.400.000 dengan realisasi sebesar Rp. 37.430.647.555,98. Artinya

penerimaan pajak restoran tahun 2007 dapat di capai dengan persentase sebesar

101,11% ini menunjukkan bahwa penerimaan pajak restoran tealh memenuhi

(46)

Pada tahun 2008 realisasi penerimaan pajak restoran adalah

Rp.43.026.546.385,34. Realisasi ini juga melebihi target yang tealh di tentukan

APBD yakni sebesar Rp.38.594.220.000 dengan kata lain penerimaan tahun ini

melebihi target sebesar Rp.4.432.326.385,34.

Pada tahun 2009 realisasi penerimaan pajak restoran mencapai

Rp.45.750.127.000 dengan realisasi sebesar Rp.48.513497.067,68. Disini bisa

kita lihat, walaupun target yang di tetapkan APBD naik sebesar hampir 19% dari

target pada tahun sebelumnya namun realisasi penerimaan pajak restoran masih

dapat melewati target yang di tetapkan, bahkan persentase kelebihannya

mencapai 6,04%.

Kemudian pada tahun 2010, target yang ditentukan APBD adalah sebesar

Rp.71.772.950.000, sementara realisasi penerimaan pajaknya hanya

Rp.63.001.970.875,10. Presentasi yang dicapai pada tahun ini hanya 87,78% dari

target yang ditetapkan atau dengan kata lain target yang ditetapkan tidak dapat

dipenuhi. Salah satu faktor utama sehingga tercapainya target adalah, penetapan

target yang terlalu besar oleh APBD, dari tabel di atas dapat kita analisa, bahwa

kenaikan target dari tahun 2009-2010 hampir sekitar Rp 25 milyar, walaupun

jumlah wajib pajak tiap tahunnya terus bertambah namun target ini masih terlalu

besar untuk direalisasikan, karena pertambahan wajib pajak tiap tahunnya lebih

(47)

cepat saji yang notabene sebagai wajib pajak dengan jumlah pajak yang besar

setiap tahunnya.

Selanjutnya tahun 2011 realisasi penerimaan pajak restoran adalah

Rp.70.485.458.322,22. Realisasi kurang dari target yang telah ditetapkan APBD

yakni sebesar Rp.96.209.441.389,00 dengan kata lain target yang ditetapkan

tidak dapat dipenuhi.

Dari data dan uraian di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa tingkat

kepatuhan wajib pajak Restoran dari tahun anggaran 2007-2011 berada pada

level yang bagus (patuh) mengacu daripada realisasi yang hampir disetiap

tahunnya meningkat dan melebihi target yang ada. Peningkatan jumlah

pendapatan pajak Restoran ini juga disebabkan oleh bertambahnya objek pajak

Restoran di daerah kota Medan.

B. Faktor-Faktor Yang Menghambat Penerimaan Pajak Restoran

Masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan pemungutan pajak

restoran yang ada di kota Medan adalah:

1. Masih terdapatnya Wajib Pajak yang menyampaikan SPTPD-nya

tidak tepat waktu.

2. Masih terdapatnya Wajib Pajak yang belum menyampaikan SPTPD,

(48)

3. Masih terdapatnya Wajib Pajak yang belum sepenuhnya melaporkan

dan membayarkan Pajak Restoran yang terutang.

4. Wajib Pajak yang menutup usahanya dan tidak melaporkannya ke

Dispenda.

C. Upaya-Upaya yang dilakukan untuk Meningkatkan Penerimaan Pajak Restoran.

Agar penerimaan Pajak Restoran selalu mencapai target yang ditentukan,

maka diperlukan upaya-upaya yang dilakukan demi peningkatan penerimaan

Pajak Restoran. Upaya-upaya tersebut antara lain:

1. Melaksanakan pendataan ulang terhadap potensi atau aset wajib pajak

yang sudah terdaftar, serta melakukan upaya ekstensifikasi untuk

mendata calon-calon Wajib Pajak baru.

2. Melaksanakan upaya pendekatan persuasif kepada Wajib Pajak yang

melaksanakan pembayaran tidak sesuai dengan nilai yang tercantum

dalam SKPD.

3. Mengembalikan SPTPD yang belum sepenuhnya menggambarkan

potensi atau aset yang dimiliki oleh wajib pajak.

4. Menyampaikan surat teguran kepada Wajib Pajak yang belum

(49)

5. Melaksanakan pemeriksaan langsung terhadap Wajib Pajak.

6. Melaksanakan penagihan langsung kepada Wajib Pajak yang belum

menyetorkan pajak sesuai dengan yang dilaporkan serta memberikan

sanksi bagi wajib pajak yang menghindar dari beban pajaknya.

7. Mengarahkan dan meningkatkan kinerja petugas lapangan untuk

dapat bekerja optimal dengan cara memberikan pembinaan dan

pelatihan khusus.

8. Memberikan penyuluhan dan sosialisasi mengenai Pajak Daerah

(50)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari penyajian yang disampaikan penulis di dalam laporan akhir ini

maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran.

Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman denga

dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin,

warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa boga/katering.

2. Sistem yang dilakukan dalam pemungutan pajak restoran adalah self

assesment dan official assesment system.

3. Dispenda kota medan merupaka unsur pelaksana pemerintah daerah dalam

melaksanakan kewenangan dan tanggung jawab walikota medan dibidang

pengelolaan dan pendapatan daerah.

4. Tingkat kepatuhan wajib pajak restoran berada dalam tahap aman (patuh)

karena dalam priode 2006-2009, realisasi penerimaan pajak restoran selalu

melebihi target yang di tetapkan APBD, namun pada tahun 2010 realisasi

yang ada tidak mencapai target yang telah di tetapkan karena tingginya

(51)

B. Saran

Dari kesimpulan yang telah dibuat maka penulis dapat memberikan

beberapan saran yakni sebagai berikut :

1. Para pegawai dinas pendapatan kota medan hendaknya lebih

meningkatkan kinerja dan disiplin agar dapat mengoptimalkan

penerimaan pajak daerah.

2. Dispenda kota medan hendaknya lebih meningkatkan pengawasan

terhadap objek pajak restoran dan pendataan terhadap potensi-potensi

objek pajak baru agar dapat lebih meningkatkan penerimaan dari sektor

pajak restoran.

3. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam hal ini para pegawai dispenda kota

medan, perlu ditingkatkan lagi kualitas dan disiplin kerjanya dengan

diberikan pelatihan-pelatihan khusus dan intensif dalam bidang

perpajakan.

4. Dispenda kota medan harus lebih meningkatkan sosialisasi dan

penyuluhan kepada masyarakat mengenai pajak daerah.

5. Dispenda kota medan hendaknya lebih tegas dalam memberikan sanksi

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Resmi, Siti. 2008. pPerpajakan: Teori dan Kasus Edisi $. Jakarta: salemba Empat. Siahaan, Marihot. P. 2005. Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah . PT.Grafindo Persada Jakarta

PERATURAN PERUNDANG - UNDANGAN Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah

Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daearah dan Retribusi daerah

Gambar

TABEL 3
TABEL 4 Target dan realisasi Pajak Restoran Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota

Referensi

Dokumen terkait

Kelompok Kerja Pokja ULP Pengadaan Barang/Jasa Bidang Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, telah melakukan Penjelasan (Aanwijzing) Dokumen di website

ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014.. PARTAI

(3) Buku teks pelajaran biologi sekolah menengah atas (SMA) dan madrasah aliyah (MA), sebagaimana tercantum dalam Lampiran III Peraturan Menteri ini, memenuhi syarat kelayakan

ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014.. PARTAI

(7) Buku teks pelajaran sosiologi sekolah menengah atas (SMA) dan madrasah aliyah (MA), sebagaimana tercantum dalam Lampiran VII Peraturan Menteri ini, memenuhi syarat

i) Rancangan keamanan logika (logic). 5.3.2 Sistem jaringan pendukung aplikasi, meliputi kegiatan:.. 1) Penyusunan dan pendokumentasian rancangan tingkat. tinggi dengan mengacu

Dengan demikian, perlu dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi positif antara gaya kognitif field dependent dan pemahaman

pendidikan yang paling banyak mengalami penurunan daya ingat lansia adalah. tingkat pendidikan SD yaitu sebanyak 28