SOSIALISME ABAD 21
(Studi Kasus: Kebijakan Politik Hugo Chavez)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
DISUSUN OLEH:
NURHIDAYAT
050906062
DEPARTEMEN ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAKSI
Sejarah ternyata belum berakhir. Semenjak berakhirnya perang dingin, nyaris perdebatan yang bersifat ideologis tidak lagi kelihatan. Semuanya telah mengadopsi konsep dan ideologi yang seragam dengan menerima developmentalisme sebagai arus utama kebijakannya, tanpa sedikit pun melakukan penolakan terhadap rezim pasar bebas. Sosialisme Abad 21 yang ditawarkan Chavez merupakan bentuk dari sosialisme di masa kini. Sosialisme Amerika Latin yang membedakannya dengan praktek-praktek sosialisme yang pernah ada di Eropa. Sosialisme yang dilakukan oleh seorang perwira menengah militer dengan organisasi yang dibangunnya. Dengan mengambil inspirasi dari tokoh perjuangan lokal yang sangat inspiratif dalam menentang imperialisme kolonial Eropa yang telah mengeksploitasi benua tersebut. Sosialisme yang direbut dengan mengikuti mekanisme pemilihan umum elektoral, akan tetapi melakukan bentuk-bentuk revolusioner dalam setiap kebijakannya. Sosialisme yang memberikan gambaran bahwasanya masih ada alternatif lain dalam melakukan pembangunan didunia ini yang lebih berkeadilan dan berkemanusiaan. Berangkat dari pemahaman akan gerakan sosialisme yang ada tersebut, maka penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian dan kajian terhadap bentuk dan kebijakan dari ideologi tersebut. Adapun rumusan masalah yang penulis coba temulan jawabannya dari penelitian ini adalah : “Hal apakah yang melatarbelakangi keputusan Chavez mengarahkan kebijakannya menuju sosialisme serta model kebijakan sosialisme seperti apakah yang diambil oleh Chavez”.
Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Yaitu penelitian yang bersifat memberikan gambaran mengenai kondisi yang terjadi dalam usaha-usaha untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi, melakukan kajian kepustakaan terhadap dokumen-dokumen yang ada melalui buku, jurnal, koran harian, website dan media pendukung lainnya.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh penulis, secara teoritik ideologi sosialisme abad 21 Chavez adalah ideologi sosialisme yang bercirikan tradisional, memasukkan unsur perjuangan kolektive kebangsaan dalam semangat anti-imperialisme dan anti-kapitalisme yang melatar belakangi lahirnya sosialisme abad 21. Bentuk sosialismenya adalah keinginan menciptakan keadilan dan kemanusiaan dengan cara merebut kekuasaan bukan melalui revolusi proletariat akan tetapi melalui proses elektoral serta keluar dari doktrin dogmatis sosialisme.
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, Penguasa segala Ruh
dan Alam Semesta ini atas segala nikmat iman, kesehatan dan kekayaan
intelektual yang telah diberikannya selama ini semoga kita semua mampu
memperbaiki diri agar lebih baik lagi untuk kedepannya. Semoga penulis
termasuk orang-orang yang bisa bersyukur. Shalawat beriring salam dihantarkan
kepada Nabi Muhammad SAW, Seorang Revolusioner Sejati yang mampu
merubah peradaban kelam ummat manusia menjadi peradaban yang berakhlak dan
mulia. Yang telah membimbing kita menuju jalan kebenaran sejati untuk
mendapatkan ridho Illahi. Amiinnn.
Skripsi ini disusun sebagai aplikasi secara teoritis dan pengembangan
kemampuan intelektual saya yang telah ditempuh selama aktif di perkuliahan dan
akan menjadi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana pada Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang berjudul “ Sosialisme Abad 21 (Studi Kasus :
Kebijakan Politik Hugo Chavez).
Skripsi ini penulis persembahkan kepada Bapak Saya Mulyono, yang telah
memberikan pelajaran berarti di setiap kritikan-kritikan dan “amarahnya”. Kepada
Ibu Saya (Alm. Farida Hanum) yang begitu setia dan sabar dalam mendidik dan
membimbing diri saya, hingga menjelang akhir hayatnya penulis belum mampu
membahagiakannya…, semoga beliau tersenyum melihat penulis ketika Wisuda
nanti. Amiinn. Kakak pertama saya Yenny Mulyono, Alhamdulillah Kak akhirnya
aku tamat juga, Makasi ya kak atas bantuannya selama ini… Abang saya yang
juga sudah tiada, Alm. Sanjaya (Bang Kiki) yang selama masa hidupnya terus
nasehat-nasehat yang selalu penulis ingat hingga saat ini… Abang Kedua Saya,
Ardiansyah Ramadhan (Bang Andi), Hahaha… Bang tamat juga akhirnya aku…
makasi yang bang atas bantuan dan dukungannya selama ini… serta Kak Sarah,
kakak terakhir penulis yang saat ini sedang jauh berada dari penulis.
Skripsi ini saya persembahkan juga kepada My Special One _Weni
Fikarunisa_… Yang telah membantu saya dengan penuh kasih dan cinta…
hehehehe… mendampingi dan memberikan perhatian yang begitu besar terhadap
saya baik itu hal yang bersifat materi hingga dukungan moril yang tidak mungkin
bisa tergantikan… Makasi telah mendampingiku hingga saat ini… U’re My Only
One… Hehehe… Juga untuk keluarga besar Pak Munir (Ayahanda Weni
Fikarunisa)… Terutama Ibundaku Nery Surya dan Pak Munir yang juga begitu
banyak membantu dan memberikan perhatian kepada penulis. Mas Dana dan
Mbak Ani… Doakan selalu ya semoga penulis sukses selalu…
Skripsi ini juga saya persembahkan kepada para revolusioner dan
pejuang-pejuang keadilan, serta siapa saja yang hari ini sangat benci terhadap keangkuhan
kapitalisme, semoga Keadilan meraih kemenangannya di dunia ini. Selanjutnya
kepada semua pihak yang selama ini membantu penulis dalam perkuliahan dan
penyusunan skripsi ini, saya hendak menyampaikan terima kasih dan penghargaan
kepada :
Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Ibu Dra. T. Irmayani, M.Si, selaku
Ketua Departemen Ilmu Politik. Terima kasih atas semua perhatian dan
kebijaksanaan serta motivasi yang telah diberikan. Bapak Drs. Anthonius Sitepu,
perhatian dan kebijaksanaan serta motivasi yang telah Bapak berikan selama
perkuliahan. Bapak Drs. Heri Kusmanto, MA selaku dosen pembimbing yang
banyak membantu saya selama pengerjaan skripsi ini dan memberikan hal-hal
yang baru dalam menulis karya ilmiah. Serta seluruh Staff Pengajar dan Pegawai
FISIP USU khususnya Departemen Ilmu Politik yang telah memberikan bekal
ilmu pengetahuan dan wawasan hingga saat ini.
Keluarga besar HMI Komisariat FISIP USU, tempat dimana saya banyak
sekali memperoleh ilmu, dan belajar banyal hal didalamnya, semoga semua
perjuangan dan perkaderan yang dilakukan dilandaskan dengan hati yang ikhlas
semata-mata hanya mengharap ridho dari Allah SWT. Semoga suatu saat ini
regenerasi Revolusioner di masa datang akan mampu menghancurkan tembok
besar Kapitalisme dan menegakkan keadilan di muka bumi ini. Amiinn…
Untuk Sahabat dan kawan-kawanku semua stambuk 2005 di HMI
komisariat FISIP USU, The Best For The Lom’s End Pa’dex. Ayo Ketua… cepat
dikit, si Lomang mau kejar target tuch… Hahahaha… truss ada Bedoel si ada
sikit… Agung “PB” gak jelas kau… Mas Jack yang diam2 ternyata si
entrepreneur… Anti dan Nia yang udah mapan, enaklah kelen… Ama yang
tukang merepet… Tika Si “Sartikem” heheh… Mirina Si “Micha” End Mimi
Cenyo Si “Michi”… Riri yang lagi ngelanjutin sekolahnya, Kak Lia Ndut End
Siska yang udah meried… Wasekum aku dulu Dina Endriana, semoga sukses
dirimu disana y… Lia “Eden” yang resek gak pernah diam dan udah balek ke
kampungnya… rindu juga samamu ya yak… hahaha… Truss Juga ada Coen-coen,
Bang Roby Iskandar Pohan, “Bang” Wina Vahluvi… hehehe… Kak Andien
dan kawan-kawan yang lainnya… Kita punya memori indah kawan… dan itu tak
kan terlupakan…
Truss ada kawan2 stambuk 05 Ilmu Politik thanks atas masukan-masukan
dan idenya selama ini kepada aku kawan… Nanda Ozzom Gembung, Asola
Akbar, Fildza Azmi, Saipul Arifin, yang sama-sama berjuang hingga saat ini
bersama saya… yang masuk dalam kategori Kloter Terakhir… Hehehe… Ayo
Kawan… Pokoknya Kita Harus Tamat… Hahahaha…
Kawan-kawan stambuk 06 Ismeher Remedhen… si hehehe… Kapan Kita
Jalan-jalan lagi… ??? Jgn ke Siantar lagi lah… Ntah ke Bali Kek… Tapi jangan
parah kalilah kau… Hahaha… Ketua Ryan… Amardin Hrp… Bang Mustakim…
Bang Regar… Ikhwanul Tandamato, gak jadi kita kempingnya Y… Adel yang
sekolah lagi… Bang Ryan Sos… Ayies Bukan Anyies… Ulfah M Nur… Kak
Diah Winarsih… Desi “Bejo”… Afif Azhari rangkuti… Rezani… dan yang
lainnya yang belum ditulis disini… makasi banyak atas dukungan dan
kebersamaannya selama ini… dan tunjukkan bahwa kalian lah Is The Best…
Roland dan kawan-kawannya… Ada Akbar “Gembul”, Arief Ya
Sudahlah… “AA” Ara Auza… Rrrrrooozzziii, hehehe… Amir, Bang Dika & Kak
Miftah, Achong, Bang Ridho, Budi Irwansyah, Ferdi Gober, Edo, Ojan, Topik
AN, “Babe” Yoga, Dedi, Afdhal, Indri “Kocik, Nenda, Kiki, Tri Yunita, Wirdha,
Firdha, Herlina “Ayink”, Siti Maryam, Ika-ika Bakso, Rini, Wandha, Sari, Fauzi
Antro, Bang Boy dan Ovi Semangat Adinda-adinda… Semoga menjadi terbaik
kedepannya…
Adinda-adinda Pengurus HMI Komisariat Fisip USU yang sekarang,
Randa Sinaga… yang udah ngasih pinjam laptopnya disaat-saat terakhir, makanya
bisa nulis kata pengantar ini… Makasi ya Bang Randa… Truss ada adinda-adinda
departemen Afghan, Sandhy, Aga Prima Aries, Said furqon, Jhoni Gayo, Hotang,
Moly, Martua, Franky, Hamzah, Dudunk, Teguh, Melly, Zulfah, Ocik, Citra, Kak
Via, Dan tentunya Bang Amri “Kanjen” Band… Manusia Antik yang banyak
membantu penulis juga dalam penyelesaian skripsi ini… tanpa Bang Amri
mungkin skripsi ini belum tentu selesai… Hehehe… Sory ya Bang Amri
Ikan-ikan Mengelepar… Disini aja ditulisnya y… The Best lah untuk Bang Amri..
Wkwkwkwkw… Dan kawan2 lainnya yang gak dimasukin disini namanya…
Makasi y…
Kawan-kawan Ku yang ada di kos sekarang, Untuk Bang Two-pik kawan
sekamarku… sering tempat bertukar pikiran… Semangat adindaku… Dirimu pasti
bisa menaklukkan dunia ini… Iphin Si “Sariphin” Pergi Ke Pasar… Hehehe…
Sukses Selalu Youw… Adinda Nanda, Eghi, Adith, End Bastian God Bless U
Adinda… Thanks Y untuk dukungan dan hiburannya… hahaha...
Pengurus dan Kakanda-kakanda zaman dahulu, Bang Taufan Damanik,
Bang Dadang, Bang Hendry Saragih, Mas Dho”, Bang Densi, Bang Ridwan
Rangkuti, Bang Lagut, Bang Iin, Bang Zacky, Bang Topik Ramadhan, Bang
Sutan, Bang Naldi, Bang Mike, Bang Haris, Bang Doni, Mas Pur End Bang Didi,
Bang Brem, Bang Wawan, Bang Phyan, Bang Zulham, Bang Amek. Dan
abang-abang lainnya beserta rombongannya…
Kakanda-kakanda Di stambuk 03, Bang Fuad Ginting dan Bang Tata
Bang “Anyar”, Bang Veni, Bang Fandi, Bang Miqdad, Bang Dika, Irsan… Dan
abang-abang lainnya beserta rombongannya…
Untuk My Inspiring People : Muhammad SAW, Imam Hassan dan
Hussein, Fatimah Az-zahra, Ibnu Rusyid, Ibnu Sina, Imam Khomeinei, Ali’
Syariati, Ahmadinejad, Ernesto Che Guevara, Fidel Castro, Subcommandante
Marcos, Hugo Chavez, Evo Morales, Paulo Freire, Franzt Fanon, Ir. Soekarno,
Hatta, Tan Malaka, Syahrir, Soe Hok Gie, dan Muhammad Natsir… Semoga
kalian bisa terus menginspirasi generasi muda di dunia ini…
Medan, 13 Februari 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Kata pengantar ...i
Daftar Isi...viii
Abstraksi...ix
BAB I. PENDAHULUAN……...1
A. Latar Belakang Masalah...1
B. Perumusan Masalah...9
C. Tujuan Penelitian...10
D. Manfaat Penelitian...10
E. Operasional Variabel...10
F. Metode Penelitian...17
BAB II. SEJARAH REPUBLIK BOLIVARIAN VENEZUELA DAN GERAKAN KIRI BARU...18
A. Sejarah Berdirinya Negara Venezuela...18
B. Revolusi Bolivarian...21
C. Letak Geographis dan Geopolitik Venezuela...………..28
D. Gerakan Kiri Baru…..……….29
E . Konfigurasi Kekuatan Di Venezuela…...………..34
BAB III. LATAR BELAKANG KEBIJAKAN POLITIK CHAVEZ MENGARAH KE SOSIALISME...39
B. Kebijakan Chavez Mengarah Ke Sosialisme...46
BAB IV. MODEL SOSIALISME ABAD 21 CHAVEZ………...……...54
A. Sosialisme dan Variannya….……...54
A.1. Sosialisme Ilmiah Karl Marx …..……...55
A.2. Sosialisme Demokrat ...73
B. Sosialisme Abad 21 Chavez...……...79
C. Kebijakan Politik Hugo Chavez...85
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN...108
ABSTRAKSI
Sejarah ternyata belum berakhir. Semenjak berakhirnya perang dingin, nyaris perdebatan yang bersifat ideologis tidak lagi kelihatan. Semuanya telah mengadopsi konsep dan ideologi yang seragam dengan menerima developmentalisme sebagai arus utama kebijakannya, tanpa sedikit pun melakukan penolakan terhadap rezim pasar bebas. Sosialisme Abad 21 yang ditawarkan Chavez merupakan bentuk dari sosialisme di masa kini. Sosialisme Amerika Latin yang membedakannya dengan praktek-praktek sosialisme yang pernah ada di Eropa. Sosialisme yang dilakukan oleh seorang perwira menengah militer dengan organisasi yang dibangunnya. Dengan mengambil inspirasi dari tokoh perjuangan lokal yang sangat inspiratif dalam menentang imperialisme kolonial Eropa yang telah mengeksploitasi benua tersebut. Sosialisme yang direbut dengan mengikuti mekanisme pemilihan umum elektoral, akan tetapi melakukan bentuk-bentuk revolusioner dalam setiap kebijakannya. Sosialisme yang memberikan gambaran bahwasanya masih ada alternatif lain dalam melakukan pembangunan didunia ini yang lebih berkeadilan dan berkemanusiaan. Berangkat dari pemahaman akan gerakan sosialisme yang ada tersebut, maka penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian dan kajian terhadap bentuk dan kebijakan dari ideologi tersebut. Adapun rumusan masalah yang penulis coba temulan jawabannya dari penelitian ini adalah : “Hal apakah yang melatarbelakangi keputusan Chavez mengarahkan kebijakannya menuju sosialisme serta model kebijakan sosialisme seperti apakah yang diambil oleh Chavez”.
Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Yaitu penelitian yang bersifat memberikan gambaran mengenai kondisi yang terjadi dalam usaha-usaha untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi, melakukan kajian kepustakaan terhadap dokumen-dokumen yang ada melalui buku, jurnal, koran harian, website dan media pendukung lainnya.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh penulis, secara teoritik ideologi sosialisme abad 21 Chavez adalah ideologi sosialisme yang bercirikan tradisional, memasukkan unsur perjuangan kolektive kebangsaan dalam semangat anti-imperialisme dan anti-kapitalisme yang melatar belakangi lahirnya sosialisme abad 21. Bentuk sosialismenya adalah keinginan menciptakan keadilan dan kemanusiaan dengan cara merebut kekuasaan bukan melalui revolusi proletariat akan tetapi melalui proses elektoral serta keluar dari doktrin dogmatis sosialisme.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Walaupun kapitalisme saat ini masih menemukan kejayaannya, akan tetapi
benih-benih kehancuran terhadap ideologi ini semakin mendekati. Ditandai
dengan semakin memudarnya peranan Amerika Serikat di negara-negara dunia
ketiga. Bahkan, hampir seluruh wilayah di Amerika Latin sudah melakukan
perlawanan terhadap Amerika Serikat sebagai simbol dari kapitalisme
internasional. Pengalaman pahit yang pernah terjadi di Amerika Latin menjadi
pelajaran yang berharga bagi mereka. Kini Amerika Latin bergerak menuju arah
“kiri”, menemukan bentuk pemerintahannya sendiri serta membuat kebijakan
sendiri tanpa didasari intervensi yang dilakukan oleh pihak asing.
Berbagai “resep” neo-liberalisme yang diterapkan diwilayah tersebut
semakin memperburuk kondisi perekonomian di wilayah tersebut semenjak abad
19. Memberikan efek negative bagi Amerika Serikat dan negara-negara
kapitalisme lainnya. Kemudian menjelma menjadi suatu ruh baru dalam
melakukan pembebasan dari cengkeraman hegemoni kapitalisme, dan
perusahaan-perusahaan multinasional. Mengeluarkan kebijakan yang pro rakyat,
seperti melaksanakan program pembaharuan agraria dengan merampas tanah dari
perusahaan multinasional dan membagikannya kepada rakyat, melakukan
nasionalisasi asset-aset public serta membangun blok kekuatan bersama di
Amerika Latin.
Hugo Chavez adalah seorang mantan perwira menengah di Venezuela yang
ketertindasan. Melalui sejarah yang cukup panjang, Chavez akhirnya berhasil
menjadi seorang Presiden melalui proses pemilu elektoral di negara tersebut.
Dalam setiap kebijakan politik yang dikeluarkannya, Chavez terlihat sangat
“sosialis” dan anti terhadap Amerika Serikat sebagai simbol dari kedigdayaan
kapitalisme.
Sosialisme Abad 21 adalah sebuah frase yang dipopulerkan oleh Chavez,
ditandai dengan proses inisiasi sosialisme yang dilakukannya di wilayah Amerika
Latin.1 Membangun konsolidasi diantara sesama wilayah negara Amerika Latin
dalam upaya mengatasi kertergantungan terhadap Amerika Serikat, memperkuat
hubungan bilateral dan perekonomian wilayah, yang diberi nama Alternative
Bolivarian Untuk Amerika Latin (ALBA). Sebuah bentuk boikot terhadap FTAA
- Free Trade Area Of The America’s - yang disponsori oleh Amerika Serikat.
Gerakan ekonomi politik yang dibangun ialah mendorong blok perdagangan
berorientasi sosial, egaliter dan keadilan bagi kemanusian. Sangat kontras
perbedaannya dengan FTAA ataupun blok-blok kekuatan ekonomi politik yang
lain. Jika FTAA dan lainnya berorientasi untuk kepentingan modal internasional
dan mengejar liberalisasi mutlak dari perdagangan barang, jasa, dan investasi,
ALBA menekankan pada perjuangan melawan kemiskinan dan ekslusi social.
Tujuan ALBA adalah membangun masa depan Latin Amerika yang sejahtera,
menghancurkan ketidaksetaraan social yang menjijikkan dan menjadikan wilayah
ini sebagai kekuatan yang mempu menjalankan model perekonomian sendiri di
tengah dunia yang mengglobal, melalui strategi ekonomi alternatifyang juga
1
memajukan lapangan budaya, lingkunganhidup, politik, masyarakat, dan ekonomi
dari kekayaan yang ada di kawasan Amerika Latin.2
Kebijakan politik Hugo Chavez diawal menjabat terlihat sangat demokratis
dengan dilibatkannya rakyat dalam proses penentuan nasib mereka. Hal pertama
yang dilakukan oleh pemerintahan Chavez adalah perubahan konstitusi yang
lama, yang merupakan warisan dari pemerintahan oligarki lama dan hanya
menguntungkan kaum kapitalis dan pemilik tanah besar di Venezuela. Dibutuhkan
sebuah konstitusi yang perancangan dan penyetujuannya dilakukan oleh seluruh
rakyat Venezuela, sebuah konstitusi yang berpihak pada rakyat miskin.
Untuk mewujudkan hal itu, dibutuhkan legitimasi dari rakyat melalui proses
referendum yang dilaksanakan pada tanggal 19 April 1999. Referendum pertama
adalah untuk memutuskan perlu atau tidaknya melangsungkan sidang Majelis
Konstituante untuk merancang konstitusi yang baru, dengan hasil 92% masyarakat
setuju3
Dalam waktu 6 Bulan tepatnya di bulan Desember 1999, rancangan
konstitusi baru telah selesai dan dilakukan pemungutan suara untuk menyetujui
konstitusi itu. Untuk pertama kalinya rakyat miskin Venezuela dapat menentukan
konstitusi mereka sendiri. Sebanyak 71,8% suara menyetujui konstitusi tersebut,
dengan abstensi 55,6% suara.4
Konstitusi baru atau lebih popular dengan nama Konstitusi 1999, terdiri atas
350 artikel dan menjadi konstitusi terpanjang di dunia. Banyak
perubahan-perubahan signifikan dalam konstitusi baru. Antara lain, perubahan-perubahan nama negara,
2
Nurani Soyomukti, Hugo Chavez: Revolusi Bolivarian dan Politik Radikal, Yogyakarta, Resist Book, 2007, hal 138
3
Opcit, hal 103.
4
dari "Republik Venezuela" menjadi “Republik Bolivarian Venezuela”. Selain itu
juga terdapat perubahan struktur negara, dan salah satunya adalah bahwa presiden
dapat ‘direcall’ (diberhentikan) melalui referendum, satu pasal yang benar-benar
demokratis. Kalau rakyat sudah tidak puas dengan kinerja presiden, mereka tidak
perlu menunggu sampai masa jabatan sang presiden berakhir. Presiden tersebut
dapat langsung diberhentikan oleh rakyat sendiri melalui referendum popular.
Pada tahun 2004 pemerintahan Chavez memperbolehkan referendum ini
setelah pihak oposisi berhasil mengumpulkan 20% tandatangan. Namun Chavez
memenangkan referendum tersebut, dengan 59% suara mendukungnya.
Akan tetapi perubahan yang benar-benar menyentuh rakyat miskin adalah
bahwa konstitusi baru ini menjamin pelayanan kesehatan gratis bagi rakyat. Selain
itu, isu gender juga menjadi bagian yang penting dalam perubahan ini, dimana
konstitusi baru, menjamin kesetaraan antara pria dan wanita. Lebih dari itu,
konstitusi baru, menjamin hak-hak ibu rumahtangga dan memberikan jaminan
keamanan sosial, karena pekerjaan rumah tangga merupakan bagian dari
nilai-nilai sosial yang mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran.
Itulah beberapa perubahan penting yang termaktub dalam konstitusi baru.
Rakyat, kini lebih dilibatkan dalam menjalankan roda pemerintahan. Mereka
dapat berpartisipasi langsung dalam mengawasi, mencegah peyelewengan
kekuasaan yang dilakukan lembaga-lembaga negara. Bahkan rakyat Venezuela
juga mampu menjatuhkan sanksi. Konstitusi baru, merupakan jembatan dari
tatanan kekuasaan lama menuju revolusi Bolivarian.
Di pertengahan tahun 2000, Chavez mengeluarkan dekrit untuk menaikkan
perubahan konstitusi. Hasil pemilu tersebut memnangkan kembali Chavez
menjadi Presiden dengan perolehan suara sekitar 59.76% suara dan menjadikan
Chavez presiden pertama setelah perubahan konstitusi.
November 2000, lewat Majelis Nasional, Chavez menerbitkan
undang-undang Ley Habilitante. Undang-undang-undang ini memberikan kebebasan kepada
presiden untuk mengeluarkan dekrit dalam jangka waktu satu tahun. Sampai di
tahun 2001, melalui dekrit itu, Chavez menerbitkan 49 undang-undang yang
berpihak pada buruh, tani, nelayan, dan kaum miskin tanah.
Dari 49 UU tersebut, ada tiga undang-undang yang benar-benar membuat
gusar kaum oligarki Venezuela dan imperialis asing. Yang pertama adalah
undang-undang pertanahan, termasuk reformasi agraria. Undang-undang itu
bermaksud menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh petani miskin. Pemerintah
akan membatasi kepemilikan tanah perusahaan-perusahaan swasta dan tuan tanah
besar. Selain itu, pemerintah juga akan mendayagunakan tanah-tanah lebih dan
tanah-tanah yang tidak berpenghuni, bahkan ekspropriasi tanah untuk kebutuhan
rakyat yang tidak memiliki tanah. Dekrit tanah ini langsung menyerang basis dari
oligarki Venezuela.
Lalu, undang-undang yang kedua adalah undang-undang minyak yang
meningkatkan pajak terhadap investor asing yang beroperasi di sektor minyak
bumi dan gas dari 16,6% ke 30%. Sektor minyak dan gas mencakup 80% ekspor
Venezuela dan 50% pendapatan negara. Undang-undang ini juga menetapkan
bahwa negara harus memiliki minimum 51% saham dari perusahaan-perusahaan
minyak dan gas, dan negara harus memperoleh royalti 30% dari semua gas dan
Yang ketiga adalah undang-undang perikanan yang melarang penggunakan
kapal trawl besar dalam area 500 meter dari pesisir pantai. UU ini jelas
melindungi nelayan kecil yang kerap tidak mampu bersaing dengan kapal-kapal
penangkap ikan besar yang meraup semua ikan dan menghancurkan ekosistem
laut.
Kebijakan ini mendapat reaksi yang keras dari pihak kapitalis Venezuela
yang merasa terancam oleh Undang-undang tersebut. Puncak reaksi kaum borjuis
terjadi di tahun 2001-2002. Mereka mulai mencari celah untuk menjatuhkan
kekuasaan demokratik Chavez. Dimulai sejak Desember 2001, asosiasi bisnis
terbesar di Venezuela, Fedecamaras, dan serikat buruh “korup” yang dipimpin
oleh partai-partai politik oposisi, CTV (Federasi Buruh Venezuela), menyerukan
untuk melakukan pemogokan umum dan lockout. Mereka memprotes 49
undang-undaang yang telah dikeluarkan Cavez dan menuntut agar pemerintah segera
melakukan amandemen. Kelompok oposisi ini dipimpin oleh presiden
Fedecamaras, Pedro Carmona Estanga.
Beberapa kebijakan politik yang ditempuh oleh Hugo Chavez dilandaskan
pada upaya untuk mengembalikan hak-hak ekonomi, politik dan kebudayaan pada
rakyat. Yang utama adalah bagaimana asset-aset dan sumber daya ekonomi dapat
direbut dari tangan pemodal yang digunakan untuk menumpuk keuntungannya
sendiri, dan kemudian dikuasai negara untuk membiayai program-program social
dan public terutama masalah kesehatan, perumahan, pendidikan dan
pelayanan-pelayanan public lainnya.
Terpenuhinya semua hak dari masyarakat tersebut adalah buah dari
Venezuela) dari para oligarki menjadi milik negara dengan basis dukungan politik
demokrasi rakyat.
Alasan mendasar mengapa Chavez melakukan nasionalisasi terhadap
perusahaan PDVSA disebabkan karena PDVSA merupakan perusahaan negara
yang paling besar dan paling banyak mempekerjakan buruh, eksportir minyak
kelima terbesar bagi belahan dunia barat serta terbesar ketiga bagi Amerika
Serikat. Industri minyak memberikan sepertiga penuh GDP Venezuela, serta
control terhadap PDVSA bukan hanya control terhadap keuntungan Venezuela,
akan tetapi juga control terhadap pasar minyak dunia.
Kebijakannya dalam menjamin kesejahteraan rakyat dilakukan dengan
membuat gerakan ekonomi rakyat yang telah berhasil melahirkan 70.000 Badan
Usaha Milik Rakyat (BUMR), dari jumlah semula yang hanya 762 BUMR ketika
pertama sekali menjabat tahun 1998. BUMR ini kemudian menjalankan
proyek-proyek sub kontrak dengan dengan BUMN yang ada. Demi tercapainya misi
kesejahteraan tersebut, maka system operasinalnya dilakukan dengan membuat
misi-misi khusus yang bertugas manangani bidang-bidang public. Misalnya, Misi
pemberantasan buta huruf, pembangunan sekolah gratis bagi orang miskin,
pembangunan pusat kesehatan di lingkungan kumuh, program pembuatan tanda
identitas gratis serta program pemastian makanan dan sembako murah bagi rakyat
miskin.5
Di daerah pedesaan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat
dilakukan dengan mengeluarkan kebijakan distribusi tanah yang tak digunakan
(menganggur), untuk lahan pertanian bagi rakyat tak bertanah yang termaktub
5
dalam Ley de Tierras (Undang-undang Tanah), setelah sebelumnya melalui dekrit
yang dikeluarkan pada bulan November 2001. Kemudian menegakkan reformasi
agrarian (land reform) bagi pertanian Venezuela, mengenakan pajak bagi
pengguna tanah, mengambil alih tanah-tanah milik swasta yang tak digunakan,
dan memberikan tanah bagi petani-petani kecilsecara kolektif. Rasionalitas
program ini adalah bagian dari upaya untuk mewujudkan ketahanan pangan (food
security) bagi rakyat, sebuah upaya agar tidak hanya melakukan impor makanan
dari luar negeri.
Dibidang kebudayaan pengakuan terhadap warga pribumi ditegaskan dalam
konstitusi yang baru (Konstitusi Bolivarian). Mission Guaicaipuro, yang dibentuk
tahun 2003 merupakan suatu misi dalam rangka untuk melindungi hak-hak
penduduk pribumi Venezuela dan melibatkan penduduk pribumi kedalam
misi-misi lainnya, serta dibentuknya Mission Culture pada Juli 2005 yang bertugas
untuk membantu adanya insiatif budaya yang muncul dari komunitas-komunitas
local. Dhampir sekitar 30.000 orang dilatih untuk mengorganisir misi-misi di
berbagai daerah untuk menciptakan kesempatan munculnya berbagai macam
kegiatan kebudayaan.
Perempuan juga menjadi perhatian besar bagi pemerintahan Chavez, selain
diakuinya hak-hak dasar perempuan baik social, budaya maupun dalam dunia
polititk. Perhatian khusus untuk memajukan perekonomian perempuan dilakukan
dengan mendirikan Bank Pembangunan Perempuan yang memberikan kredit bagi
komunitas kaum perempuan yang berproduksi dengan bunga tahunan 12% atau
Selain itu, sistem kerja yang diterapkan dalam perburuhan di Venezuela
tidak bersifat eksploitatif dan berorientasi keuntungan belaka. Akan tetapi,
pemerintah dengan tegas menerapkan bahwa bekerja pada perusahan-perusahan
negara akan menghilangkan karakter alienasi (keterasingan) dan kerja yang
dilakukan justru haruslah menjadi sebuah unsur (pembentukan) kesadaran, dengan
harga jual produk yang bersifat solidaritas. Hal ini kembali ditegaskan Chavez
dalam pidatonya yang melantik para pemimpin perusahaan di negara tersebut,
menyatakan bahwa Perusahaan Produksi Sosial, akan bekerja menuju
penghapusan hierarki dan ketidaksetaraan di tempat kerja, yang bertolak belakang
dengan kapitalisme.6
Chavez juga mendorong rakyat untuk berorganisasi dan memperjuangkan
hak-hak mereka. Partai politik bukanlah jaminan terbaik bagi partisipasi rakyat
dalam proses demokrasi, karena kecendrungannya yang menjadi ajang kompetisi
bagi kepemimpinan organisasi (partai politik).
Organisasi terbesar yang ada di Venezuela adalah Lingkaran Bolivarian.
Lingkaran Bolivarian inilah yang mengawal proses perjalanan Revolusi
Bolivarian yang dijalankan oleh Chavez. Organisasi ini memiliki karakter yang
kuat dan prinsip yang tegas dalam setiap kebijakannya. Lingkaran ini tidak secara
eksplisit mendukung Chavez, tapi lebih utama adalah mendukung ide-ide
Bolivarian Amerika Latin dan pemberdayaan masyarakat. Hal ini yang
menjadikan Lingkaran Bolivarian memiliki jaringan lingkaran di negara-negara
Amerika Latin, termasuk Chile, Argentina, Nicaragua, El-Salvador dan Lainnya.
Sedangkan posisi Chavez, tidak diletakkan sebagai tokoh dimana orang dapat
6
tergantung sepenuhnya pada dia tanpa pertimbangan rasional dan demokratis.
Alasan inilah yang menjadi ancaman besar Amerika Serikat, bahwa revolusi
Bolivarian Chavez berusaha keras menyatukan negara-negara Amerika Latin
secara ekonomi politik, yang akan memungkinkan benua itu melawan tirani
ekonomi Amerika Serikat dan perusahaan-perusahaan multinasionalnya.7
Politik Anti Imperialisme yang dikeluaran Chavez merupakan kebijakan
luar negeri yang bersifat populer dan radikal. Chavez menganggap bahwa politik
anti imperialis adalah politik anti perang, karena secara hakiki imperialismelah
yang menyebabkan perang. Chavez pun kemudian mengungkapkan dukungannya
terhadap negara Palestina. Sikap tegasnya menarik duta besar di Israel metupakan
reaksi terhadap serangan Israel pada Juli hingga Agustus 2006 yang akhirnya
membuat Amerika Serikat dan Israel semakin berang. Chavez melihat bahwa
serangan Israel adalah perluasan dari dorongan imperialism untuk mendominasi
dunia demi keuntungan perusahaan-perusahaannya dan Israel adalah salah satu
instrument tersebut.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang yang telah penulis uraikan diatas,
maka penelitian ini memfokuskan perumusan masalah pada :
1.Hal apa yang melatarbelakangi keputusan Chavez mengambil
kebijakan kearah Sosialisme setelah kegagalan kudeta terhadap
dirinya.
Sebagai seorang mantan perwira menengah militer, pada awalnya Chavez
bukanlah seorang sosialis ataupun penganut ideology kiri manapun.
7
Kebijakan Chavez yang pro-rakyat diawali ketika melihat penderitaan
rakyat yang semakin parah dan tertindas oleh Presiden Carlos Andres Peres.
Pada saat itu Chavez hanya berinisiatif dan menginginkan kondisi
masyarakat yang lebih baik dan sejahtera, akan tetapi Chavez masih tidak
bisa menafikan peranan dari kapitalisme dalam sebuah negara. Inilah
ideology jalan ketiga yang dianut Chavez pada saat itu.
2.Model kebijakan sosialisme seperti apa yang diambil oleh Chavez
Seperti Apakah model kebijakan yang diajukan oleh Chavez ketika dia
mulai menyatakan bahwa revolusi yang dilakukan dan arah kebijakan
politik Venezuela bersifat sosialisme. Siapa saja dan bagaimanakah peranan
dari kekuatan-kekuatan politik yang ada di Venezuela
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui proses pengambilan kebijakan politik sosialisme
2. Untuk mengetahui model sosialisme yang diterapkan oleh Chavez
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Penulis, untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan kemampuan
menulis karya ilmiah serta agar dapat menyelesaikan pendidikan di Strata
Satu Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara.
3. Secara Individu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti
lain yang ingin meneliti bagaimana proses pengambilan dan arah kebijakan
sosialisme di abad 21 ini.
E. Kerangka Teori
Dalam melakukan penelitian, kerangka teori merupakan suatu unsur penting
yang menjadi acuan dasar untuk menjelaskan suatu bentuk fenomena sosial yang
terjadi. Di dalam penelitian ini penulis akan menjelaskan teori-teori yang relevan
dengan masalah yang diteliti yang dapat dijadikan landasan berpikir.
1. Idiosincrecy
Pada Prinsipnya Sosialisme adalah ideologi yang menginginkan terciptanya
masyarakat yang egalitarian tanpa ada kelas yang dominan dan menindas kelas
yang lain. Sosialisme merupakan reaksi perlawanan masyarakat terhadap kondisi
yang menindas sejak masa feudal hingga sistem kapitalisme. Sebagai anak
kandung dari modernisasi, sosialisme mulai menampakkan wujudnya menjadi
sebuah ideologi perlawanan terhadap eksploitasi yang berlebihan dan
berkelanjutan, baik yang dilakukan oleh penguasa feudal maupun borjuis
kapitalis.
Sosialisme, sebagai ideologi dan bentuk perubahan sosial yang akan dituju
oleh Venezuela diungkapkan Chavez ketika Dia menyadari bahwa Rakyat sangat
mendukungnya pada saat Chavez dicoba kudeta pada April 2002. Dengan
kekuatan rakyat (people power) Venezuela, Chavez berhasil dikembalikan ke
Istana Milaflores.
Hal ini disebabkan karena latar belakang Chavez bukanlah seorang sosialis,
memiliki paham “kiri”. Chavez merupakan seorang perwira menengah yang
dididik secara militer di kesatuan dan memiliki kemampuan berperang yang baik.
Pada saat masa kepemimpinan presiden Carlos Andres Perez, Chavez berpangkat
Kapten.
Awal mula kesadaran Chavez berubah ketika pada saat itu kekuatan
imperialisme Amerika Serikat dan negara-negara sekutu di Venezuela semakin
membawa kehancuran di negara tersebut. Kebijakan meliberalisasikan sector
public kepada perusahaan-perusahaan TNC (Transnasional Corporation) dan
MNC (Multinasional Corporation) akhirnya memicu timbulnya kenaikan
harga-harga kebutuhan dasar dan BBM, semakin tingginya tingkat pengangguran serta
pengeksploitasian kekayaan alam besar-besaran Venezuela oleh negara-negara
kapitalisme yang dipimpin oleh Amerika Serikat. Hal ini memicu reaksi rakyat
Venezuela yang menginginkan Presiden Carlos Andres Perez segera mundur dari
jabatan. Gejolak kerusuhan massal besar-besaran di Venezuela tidak terelakkan
dan sulit untuk diredam. Dengan menggunakan kekuatan militer, presiden Carlos
Andres Perez memerintahkan untuk melakukan penembakan ditempat terhadap
para demonstran. Tak ayal lagi, korban yang berjatuhan begitu banyak, hal ini
kemudian membuat sebagian militer berpikir ulang dan berubah membela rakyat,
dan terjadi perpecahan di kubu militer. Chavez merupakan satu dari sebagian
militer yang “membelot” dan membantu para demonstran ketika menggulingkan
Presiden Carlos Andres Perez. Chavez kemudian dipenjarakan bersama dengan
sebagian perwira lainnya.
Bersama rekannya sesama perwira menengah, Chavez membangun dan
bergerilya dan melakukan advokasi terhadap masyarakat. Terinsiprasi dari Simon
Bolivar, seorang pejuang pembebasan Amerika Latin dari tangan penjajah
Spanyol dan ingin menyatukan Amerika Latin. Kelompok ini bertujuan untuk
mengambil alih kekuasaan dan meneruskan perjuangan Simon Bolivar untuk
membebaskan Venezuela dari imperialisme. Selama perjalanannya hidup bersama
rakyat, Chavez kemudian mulai memahami kondisi masyarakat dan bertekad
untuk menjadi ‘Simon Bolivar” berikutnya.
Ketika Chavez berhasil memenangkan pemilu dan menjadi presiden, dia
mengeluarkan kebijakan yang pro terhadap rakyat. Perubahan terhadap konstitusi
dengan melakukan amandemen terhadap Undang-Undang, membuat rakyat
Venezuela menaruh simpati kepadanya. Akan tetapi hal ini bukan menjadi
landasan bahwa Chavez sudah menganut sosialisme. Chavez masih belum
meyakini bahwa sosialisme akan menjadi solusi terhadap perubahan social di
Venezuela, dan meyakini bahwa sector pasar masih memiliki peranan dalam
membangun perekonomian Venezuela. Chavez kemudian menganut Jalan Ketiga
(Third Way) yang dikemukakan oleh mantan perdana menteri dan politisi Inggris
Tony Blair. “Third Way” merupakan ideology yang menjembatani ataupun
menengahi antara sosialisme dan kapitalisme. Atau dengan kata lain ideology
yang tetap mengangungkan pasar bebas, akan tetapi tetap melakukan tanggung
jawab social terhadap masyarakat.
Setelah percobaan kudeta terhadap dirinya digagalkan rakyat, bersamaan
dengan berdirinya organisasi lingkaran Bolivarian yang memiliki ideology “kiri’
yang melakukan pengawalan terhadap revolusi Bolivarian akhirnya Chavez
dibangun dan diperjuangkannya bersama rakyat dengan ciri khas tersendiri dan
menjadi ‘icon’ anti kapitalisme didunia dan menjadi inspirasi bagi negara-negara
di belahan Amerika Latin.
Beberapa factor diatas menjelaskan bahwa Chavez “tidak sengaja” bertemu
dengan sosialisme dan menjadi seorang yang sangat sosialis disebabkan oleh
kondisi rakyat yang semakin parah dengan kepercayaan penuh rakyat yang
diberikan kepadanya. Serta lahirnya kelompok Lingkaran Bolivarian yang
mengawal dan bersama dengan Chavez berjuang melawan Imperialisme
kapitalisme dunia.
2. Teori Struktur
Teori struktural Marxis mengungkapkan bahwa dunia terbagi menjadi dua
kelas sosial yang selalu berada pada konflik yang terus berlangsung. Kelas sosial
tersebut terbentuk sebagai akibat paling logis dari ketidakadilan itu sendiri. Ketika
orang mulai mengambil hasil lebih yang diproduksi orang lain, tidak bisa tidak hal
itu akan membelah masyarakat.8 Proses produksi yang terjadi pada industri
kapitalis sesuai dengan mode produksinya menyebabkan adanya sekelompok
orang yang bekerja dan diperintah, dengan sekelompok orang yang menikmati
hasil lebih kerja dari pekerja tersebut. Hal ini terjadi karena sebagian kecil orang
yang menikmati hasil kerja tersebut ialah orang yang berstatus memiliki ‘alat
produksi’. Alat produksi inilah yang akhirnya memecah masyarakat menjadi dua
kelas yang selalu berkontradiksi, yaitu kelas borjuis sebagai pemilik alat produksi
serta kelas proletar sebagai pekerja.
8
Di Venezuela, penguasaan atas alat produksi ini dikontrol oleh kaum
oligarki. Semenjak abad 20 ditandai dengan kekuasaan tunggal yang kejam dan
korup. Kekuasaan mutlak kaum oligarki semakin kuat setelah Perang Dunia I,
orientasi ekonomi Venezuela berubah dari pertanian kemudian bertumpu pada
industri minyak untuk ekspor. Inilah awal dari masuknya Venezuela menjadi
industri modern. Pertentangan kelas pun terjadi ketika para konglomerat swasta
yang menguasai perusahaan minyak untuk kepentingannya sendiri. Kondisi ini
kemudian menyediakan basis bagi ketidakpuasan rakyat yang kemudian
memunculkan gerakan revolusioner di negara Venezuela.9
Namun Karl Marx juga tidak menafikan adanya kelas-kelas sosial lain yaitu
para pengusaha kecil, para pedagang kelontong, kaum artisan (seniman bebas),
dan kaum tani sebagai “kelas menengah ke bawah”. Para preman, tukang palak,
para criminal dan “sampah masyarakat” digolongkan kedalam “kelas yang
berbahaya”. “Kelas menengah kebawah” itu kini lazim disebut petty bourgeoisie
atau borjuis kecil dan “kelas berbahaya” tersebut dengan sebutan
lumpenproletariat atau der Lumpen dalam bahasa Jerman yang berarti “kain
gombal”. Marx menempatkan kelas-kelas tersebut dalam kategori kelas
non-pokok. Kelas non-pokok ini merupakan sisa dari sistem produksi yang terdahulu.
Karena kelas-kelas non-pokok tersebut merupakan sisa dari sistem lama, sistem
yang baru – kapitalisme – harus menempanya menjadi sesuai dengan sistemnya
sendiri. Tidaklah mengherankan bahwa kelas-kelas non-pokok ini terus
termarginalkan, tersingkirkan, oleh kapitalisme melalui suatu proses yang dikenal
dengan istilah proletarisasi.
9
Melalui proses proletarisasi tersebut, kaum borjuis kecil tersebut dengan
cepat kehilangan hak miliknya yang hanya sedikit tersebut. Kondisi kehidupan
yang sedemikian rupa ini akhirnya menyiapkan mereka ada yang menjadi
kaki-tangan bayaran dari intrik kaum borjuasi dan ada yang berjuang melawan
ketidakadilan tersebut bersama dengan kekuatan revolusioner proletariat. Namun
watak konflik yang terbangun antara kaum borjuis kecil tersebut dengan
kapitalisme tidak revolusioner dan bersifat konservatif dalam spectrum politik
dengan cara mempertahankan pola kehidupan lama yang tidak cocok dengan
“kemajuan zaman”.10 Hal ini kemudian terjadi pada gerakan-gerakan populis di
Venezuela yang telah berlangsung semenjak awal 1990-an. Gerakan ini terbangun
sebagai reaksi terhadap kondisi sosial dan perekonomian Venezuela yang semakin
terpuruk. Puncak dari perlawanan rakyat yang semakin besar ini terjadi ketika
presiden Carlos Andres Perez mulai menempuh paket atau program neoliberal
yang disponsori oleh IMF. Kerusuhan massif pun tidak dapat dihindarkan dan
berakhir dengan pembunuhan sekitar 2000 orang oleh polisi dan militer untuk
mengatasi kekacauan. Gambaran pergolakan perlawanan dari rakyat Venezuela ini
bukan hanya terdiri dari kaum proletar yang dirampas haknya, tetapi juga bersama
dengan kekuatan-kekuatan borjuis kecil yang terkena proses proletarisasi
tersebut. Sehingga gerakan tersebut menjadi tercerai-berai, dan belum menyentuh
akar persoalan dan mudah dipatahkan.
Kesadaran akan kondisi ekonomi yang semakin menyiksa di Venezuela,
belumlah menyentuh akar persoalan yang ada. Kesadaran kelas haruslah tercipta
dengan baik agar proses perlawanan struktural, politik dan aksi massa mencapai
10
tingkat keberhasilan melalui proses-proses politik yang berlangsung. Proses
reifikasi yang dilakukan oleh organisasi maupun partai revolusioner sangat
diperlukan. Suatu peranan yang dilakukan dari kesadaran dan praxis bahwasanya
pengalaman menjadikan realisasi “objek” dalam hal ini struktur-struktur sosial
dan ekonomi, merupakan suatu produk manusia dan bahwa manusia pada
gilirannya diproduksikan oleh produk-produknya, dibentuk oleh masyarakat yang
mereka hasilkan.11 Sehingga manusia haruslah memiliki kesadaran untuk secara
kolektif mengontrol organisasi dan struktur sosialnya sendiri dan menghancurkan
sistem yang menjadikan mereka sebagai objek. Hal inilah yang dilakukan oleh
Organisasi Lingkaran Bolivarian di Venezuela. Kelas ini haruslah mendapatkan
kesadaran revolusioner agar perlawanan mereka terhadap kapitalisme tidak
bersifat pragmatis ataupun populis.
Masih kuatnya struktur oligarki Venezuela pada masa pemerintahan
Chavez, kerap melakukan gerakan-gerakan yang hendak menumbangkan Chavez.
Puncaknya pada percobaan kudeta yang dilakukan oleh kekuatan penguasa lama
yang didukung oleh militer pada tahun 2002, namun gagal karena bukan hanya
tidak didukung oleh rakyat, akan tetapi kudeta tersebut digagalkan oleh rakyat.
Sangat jelas terlihat, konflik yang timbul di Venezuela ialah cerminan dari
“konflik kelas”. Kekuatan kelas borjuis Venezuela yang melakukan
gerakan-gerakan oposisi adalah orang-orang kanan yang pro-kapitalisme. Terdiri dari
partai-partai tradisional yang telah ada sebelum Chavez berkuasa seperti COPEI
dan Democratic Action Party, kelompok-kelompok kanan yang terdiri dari para
pekerja kerah putih seperti Venezuelan Project dan Justice First, para pengusaha,
11
LSM, para jenderal yang setia pada pemerintahan lama, para pemimpin serikat
buruh, dan beberapa organisasi mantan gerilya seperti Mas dan Bandera Roja.12
Adapun kekuatan kelas proletariat ataupun kelas yang mendukung Chavez terdiri
dari rakyat miskin Venezuela, serikat buruh Union Nacional de los Trabajadores
(UNT, Serikat Buruh Nasional) yaitu federasi serikat buruh yang terbentuk dan
diorganisir oleh para buruh yang mendukung Chavez, dan Organisasi Lingkaran
Bolivarian.
F. Metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif. Yaitu penelitian yang bersifat memberikan gambaran mengenai kondisi
yang terjadi dalam usaha-usaha untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi.
Tekhnik Pengumpulan Data
Adapun tekhnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah tekhnik pengumpulan data kepustakaan. Dengan mengumpulkan informasi
sebanyak mungkin yang berkaitan dengan judul dan permasalahan penelitian dari
berbagai literature, seperti buku, jurnal, artikel, situs internet dan bentuk litreratur
lainnya yang terkait.
Tekhnik Analisa Data
Adapun tekhnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tekhnik analisi data kualitatif , dimana tekhnik ini melakukan analisa atas masalah
yang ada sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang akan diteliti
dan kemudian dilakukan penarikan kesimpulan.
12
BAB II
SEJARAH REPUBLIK BOLIVARIAN VENEZUELA
DAN GERAKAN KIRI BARU
A. Sejarah Berdirinya Negara Venezuela
Cristopher Columbus menemukan Venezuela pada saat pelayarannya yang
ketiga menuju dunia baru. Pada tanggal 1 Agustus 1498 Columbus tercatat
sebagai orang Eropa pertama yang menginjakkan kakinya didaratan utama
Amerika Selatan. Kemudian Ia menghabiskan waktu dua minggu untuk meneliti
daerah delta Rio Orinoco. Colombus mempercayai bahwa yang ditemukannya
adalah “Taman Eden” (Garden of Eden) setelah dia kagum terhadap
sumber-sumber alam yang membentang, air yang segar dan bersih, serta
perhiasan-perhiasan mutiara yang dipakai penduduk setempat.13
Ekspedisi Spanyol yang kedua, selang satu tahun kemudian, dipimpin oleh
Alfonso de Ojeda dan Amerigo Vespuci. Mereka berlayar kearah barat menyusuri
pantai Tierra Firme (Sebagaimana kemudian dikenal sebagai Amerika Selatan)
sejauh Lago de Maracaibo. Disana, gubuk-gubuk orang pribumi dibangun diatas
gundukan batu diatas danau yang kemudian dikenang sebagai Vespucci of Venice,
itulah yang menyebabkan ia memberikan nama daerah penemuannya sebagai
Venezuela atau Little Venice.14 Dengan cepat berita ini menyebar ke seluruh
dataran Spanyol dan ekspedisi-ekspedisi selanjutnya dilakukan secara rutin,
dikendalikan oleh nafsu untuk menguasai, mencari kekuasaan dan kekayaan.
Penyebabnya tak lain adalah mutiara-mutiara indah serta hasil pertambangan
lainnya, dan dimulailah penjajahan di benua tersebut.
13
Opcit, Nurani Soyomukti, Hal 65
14
Konon, perampasan Venezuela oleh bangsa Spanyol berjalan lambat dan
sulit, tetapi berangsur-angsur mereka berhasil merebut kawasan itu dan
membangun jaringan kota. Pada tahun 1528, Charles V Raja Spanyol dan Kaisar
Romawi Suci, melimpahkan hak menempati dan mengembangkan Venezuela
kepada Perusahaan Bank Welser Jerman. Administrasi Welser melakukan banyak
hal, tetapi tindakan itu menimbulkan permusuhan rakyat sehingga pada tahun
1556 Raja Spanyol membatalkan konsesi Welser. Pengendalian Venezuela
kembali ketangan Spanyol, yang kemudian mengambilalih tugas mengkolonisasi
Venezuela. Caracas dibangun pada tahun 1567 dan menjadi ibukota pada tahun
1577.
Selama masa penjajahan, Venezuela diperintah oleh perwakilan kerajaan
Spanyol. Para birokrat kerajaan memegang pucuk pemerintahan, sedangkan para
pastur Spanyol memegang jabatan gereja tertinggi. Golongan Criollos, kulit putih
kelahiran Amerika, memiliki lahannya dan mengendalikan politik dan agama,
tetapi hanya pada tingkat lokal.
Golongan Mestizo ditempatkan pada posisi yang lebih rendah oleh
golongan minoritas kulit putih. Suku Indian yang hidup di pedalaman benar-benar
terpisah dari kehidupan sosial dan budaya Eropa, sedangkan golongan Negro
dipekerjakan sebagai budak di perkebunan pantai Karibia. Karena rasa tidak puas,
baik dari golongan Kreol yang paling kaya maupun yang amat miskin, terjadilah
gerakan untuk kemerdekaan. Keinginan untuk memerintah sendiri bertambah kuat
setelah revolusi di Amerika Serikat pada tahun 1776 dan di Perancis pada tahun
1789 berhasil. Masa akhir penjajahan akhirnya tiba setelah pada bulan April 1810,
menyingkirkan gubernur Spanyol di Caracas dari jabatannya dan membentuk
dewan mengambil alih pemerintahan.
Kemerdekaan Venezuela diproklamirkan pada tanggal 5 Juli 1811 dengan
negara yang berbentuk suatu konfederasi. Pernyataan itu meledakkan suatu perang
dasawarsa antara patriot Kreol melawan kerajaan yang berakhir dengan
kemenangan yang menentukan bagi patriot di pertempuran Carabobo pada tanggal
24 Juni 1821. Akhirnya Venezuela melepaskan rantai kolonialisme yang
mengikatnya atas Spanyol.
Dua tokoh perlawanan Venezuela adalah putera Caracas, Simon Bolivar
(negarawan prajurit besar Amerika Selatan) dan Fransisco de Miranda (nenek
moyang gerakan kemerdekaan). Simon Bolivar adalah pembebas bukan hanya
bagi negerinya sendiri, tetapi juga bagi Kolumbia, Ekuador, Peru, dan Bolivia.
Dari Republic Venezuela, Granada Baru, Ekuador, dan yang sekarang menjadi
Republik Panama, ia menempa republic KolumbiaRaya. namun impiannya
tentang gabungan yang kuat negara-negara ini tidak terwujud. Berbagai negara itu
tidak saling sependapat dan pada tahun 1830 Venezuela menarik diri dan tegak
berdiri sendiri sebagai sebuah republik yang merdeka.
Ia adalah presiden pertama Bolivia ketika negara tersebut merdeka dari
penjajahan Spanyol pada tahun 1824. Ia menikah dengan Maria Teresa Rodriguez
del Toro y Alaysa. Bolivar meninggal karena penyakit demam (fever). Simon
Bolivar juga dikenal sebagai George Washingtonnya Amerika Latin. Di Spanyol
dia dikenal sebagai “ El Libertrador’. Ia dilahirkan di Caracas yang sekarang
menjadi Ibukota Venezuela. Tokoh inilah yang mengilhami gerakan revolusioner
Dari tahun 1830 hingga akhir abad 19, republik Venezuela mengalami
krisis besar yang berturut-turut. Negara itu hanya mempunyai sedikit pengalaman
tentang pemerintahan sendiri, maka tahun-tahun kemerdekaannya dikacaukan
oleh berbagai perang saudara berdarah, diktator kejam, pameran kekuasaan
golongan, dan ketidakacuhan terhadap azas politik serta partai politik. Namun,
kendati terjadi berbagai keributan, Venezuela selamat dan berhasil menegakkan
dasar organisasi politiknya, untuk menciptakan sebuah pola bagi struktur
sosialnya, dan untuk meningkatkan ekonominya.
Abad ke-20 ditandai oleh masa panjang kekusasaan tunggal yang kejam
dan korup, seperti dicerminkan oleh Kediktatoran Capriano Castro (1899-1908)
dan Juan Vicente Gomez (1908-1935). Pemerintahan Gomez dilukiskan sebagai
bentuk kediktatoran yang paling kasar. Ia meninggal pada tahun 1935, setelah 27
tahun dengan kekuasaan mutlak. Ia membiarkan negeri tanpa politik, lembaga
perwakilan atau kebebasan masyarakat. Berbagai upaya untuk mendirikan
pemerintahan demokratis memperoleh hasil cukup baik ketika Romulo Gallegos
terpilih menjadi presiden pada tahun 1948.
Sayang, 10 bulan kemudian ia didesak pergi oleh dewan militer. Maka
militerpun memegang kembali pemerintahan hingga tahun 1952. Kolonel Marcos
Perez Jimenez mulai memerintah pada akhir tahun 1952 dan mengepalai suatu
pemerintahan yang juga amat korup. Ia digulingkan pada tahun 1958 dan
terpilihnya bekas presiden Romulos Betancourt pada tahun itu mengantarkan
Venezuela ke jaman baru pemerintahan demokrasi yang jujur. Ia merupakan
presiden pilihan rakyat pertama yang menyelesaikan masa jabatannya.
pertama yanmg mengambil alih kepresidenan secara damai. Sejak saat itu
Venezuela mempunyai pergantian pemeintahan secara teratur dan demokratis
sampai paling akhir pada tahun 1984 ketika Jaime Lusinchu dilantik sebagai
sebagai presiden.
B. Revolusi Bolivarian
Revolusi adalah sebuah bentuk klimaks dari proses evolusi serangkaian
peristiwa pergolakan yang terjadi. Proses panjang revolusi melalui
tahapan-tahapan yang didalamnya terdapat keberanian, sikap tegas dan tindakan strategis
dan taktis dalam menghancurkan tembok tirani kekuasaan yang kokoh. Melawan
arogansi dan represifitas penguasa yang mengakibatkan banyaknya timbul korban
jiwa dan harta demi sebuah perubahan. Dan sejarah adalah akumulasi dari
kejadian-kejadian yang dibuat oleh manusia.
Pola historisitas tersebut juga dialami oleh Venezuela. Setelah mengalami
fase perang saudara yang panjang, proses penggulingan pemerintahan melalui
kudeta-kudeta hingga kepemimpinan yang berkiblat pada Neo-liberalisme.
Menjalankan “resep-resep” busuk Neoliberalisme yang mengakibatkan hancurnya
stabilisasi perekonomian di negara tersebut. Pengeksploitasian dan penghisapan
yang dilakukan oleh Kapitalisme yang dimotori oleh Amerika Serikat yang sangat
berlebihan menyebabkan rakyat semakin tertindas.
Hampir semua negara di belahan bumi selatan Amerika mengalami nasib
serupa, sebagai bagian dari konsekwensi logis penerapan imperialisme yang
dilakukan dengan cara-cara baru, melalui berbagai macam propaganda mengenai
mitos pasar bebas. Setidaknya, ada tiga komponen utama Neoliberalisme.
ekonomi dan mediasi arus barang dan modal (melalui penghapusan bantuan dan
patokan harga, perdagangan bebas, nilai tukar yang ditentukan pasar, dll). Kedua,
meningkatkan peran dan lingkup serta hak milik sektor swasta (melalui
swastanisasi, deregulasi, dll). Ketiga, menggembar-gemborkan ide “kebijakan
ekonomi yang kuat” melalui anggaran berimbang, fleksibilitas pasar tenaga kerja,
inflasi rendah, dll. 15
Dalam ranah politik, Neoliberalisme memiliki mitos akan memajukan
demokrasi, pemerintahan yang baik, kebijakan ekonomi yang kuat di
negara-negara berkembang dengan berbagai cara. Pertama, kebebasan ekonomi yang
berkaitan dengan ekonomi pasar akan meruntuhkan otokrasi dan kleptokrasi.
Kedua, investor internasional umumnya menghindari negara korup atau
pemerintahan otokrasi. Ketiga, Neoliberalisme menggabungkan pemerintah dan
swasta dalam komunitas global, sehingga mendorong penggabungan
norma-norma manajemen kebijakan dengan praktik bisnis.16
Ternyata mitos ini juga terbantahkan, bahkan Neoliberalisme meruntuhkan
beberapa aspek penting, seperti akuntabilitas, pluralisme, dan otonomi negara.
Pertama, sistem pasar cocok dengan berbagai macam struktur politik, mulai dari
pemerintahan represif hingga demokratis. Kedua, Neoliberalisme global
mengancam demokrasi dengan menganugrahi para investor dan perusahaan dunia
‘hak veto’ atas pilihan kebijakan domestik yang mereka tentang. Aspek
fundamental pemerintahan demokratis adalah hak berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan terhadap mereka yang dipengaruhi oleh kebijakan.
Namun, dibawah payung neoliberal, pemilik faktor produksi berskala
15
Ha-Joon Chang & Ilene Grabel, Membongkar Mitos Neolib : Upaya Merebut Kembali Makna Pembangunan, Yogyakarta, Insist Press, 2008, Hal 12
16
internasional (khususnya investor besar dan kaum borjuis) memiliki ‘hak veto’
yang kian besar atas wilayah politik dan legislative. Ketiga, Neoliberalisme
memperburuk kesenjangan dalam negeri dan antar bangsa. Neoliberalisme telah
menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang tidak merata dan menciptakan
ketidaksetaraan internasional. hal ini disebabkan arus modal swasta cenderung
terkonsentrasi di negara-negara yang telah memiliki siklus pertumbuhan,
investasi, dan produktivitas yang baik, dalam hal ini negara-negara maju.17
Bahkan, pengalaman sejarah membuktikan bahwa “pasar bebas” yang
terbentuk di Amerika Latin secara sangat baik sebagai reaksi terhadap
keberhasilan reformasi sosial dan dibangun diatas landasan intervensi politik
dengan kekerasan.18 Washington bersama-sama dengan militer Amerika Latin
menggulingkan pemerintah-pemerintah yang dipilih secara demokratis, Chile,
Argentina, Brasil dan Uruguay. Diktator-diktator baru yang didukung
lembaga-lembaga keuangan internasional, kemudian membongkar rintangan-rintangan
sosial dan proteksionis, mendenasionalisasikan sektor-sektor industri dan
perbankan, serta memprivatisasi sektor-sektor publik.19
Upaya penggulingan dan kudeta terhadap pemerintahan demokratis Chavez
juga pernah dilakukan pada bulan April 2002. Militer yang dipimpin oleh
Panglima Angkatan Darat Jenderal Efrain Vasquez dan Kepala Kamar Dagang
Industri Venezuela Pedrio Carmona Estranga menuntut Chavez mundur,
menangkap dan membawanya ke markas Angakatan Darat di Fort Tiuna lalu
dipindahkan ke suatu pulau di lepas pantai Venezuela. Membubarkan parlemen,
17
Opcit, Ha-Joon Chang & Ilene Grabel, Hal 20
18
James Petras & Henry Veltmeyer, Imperialisme Abad 21, Yogyakarta, Kreasi Wacana, 2002, Hal 139
19
mahkamah agung , komisi pemilihan umum, serta semua pemerintah negara dan
provinsi.20 Keterlibatan Washington sangat jelas terlihat ketika ada klaim bahwa
dua orang perwira angkatan laut AS terlihta bersama-sama para pemimpin kudeta
di Fort Tiuna pada malam tanggal 11-12 April. Disertai dengan keterlibatan
Media Asing seperti Associated Press, kantor berita yang memasok 90% berita
tentang Venezuela, ternyata berpihak tanpa syarat pada kelas borjuasi yang sedang
berjuang untuk menggulingkan Chavez.21 Pada Agustus 2006, Washington juga
mengucurkan dana puluhan juta dolar AS kepada pihak oposisi dengan tujuan
mewujudkan “program pro-demokrasi’.22 Dana ini disalurkan melalui Lembaga
United States Agency for International Development (USAID). Sekitar 26 juta
dolar AS mengalir ke berbagai kelompok dalam negeri yang memusuhi Chavez.
Sehingga sangat meyakinkan bahwa semua dana yang disalurkan Washington
tidak lebih dari upaya penggantian pemerintahan Chavez, dan tak ada keraguan,
pemerintah AS menjadikan misi kemanusiaan yang terhormat sekedar topeng
belaka bagi niat jahatnya.23
Hal inilah yang menjadi bukti bahwa mitos yang selama ini digulirkan oleh
Rezim Neo-Liberal dalam menumbuhkembangkan iklim demokrasi pada
negara-negara berkembang hanyalah kedok dan kebohongan yang sangat jelas terlihat.
Sebagaimana sengitnya intervensi dan usaha-usaha penggulingan yang dilakukan
oleh Amerika Serikat terhadap Chavez sebagai seorang pemimpin yang
demokratis dan dipilih secara demokratis pula.
20
Opcit, Nurani Soyomukti, Hal 88
21
Opcit, Nurani Soyomukti, Hal 95
22
Mohammad Shoelhi, Diambang Keruntuhan Amerika, Jakarta, Grafindo Khazanah Ilmu, Hal 143
23
Gerakan revolusioner Venezuela dipicu oleh kebijakan rezim Neo-liberal
Presiden Carlos Andres Perez pada tahun 1989 yang menjalin kerjasama dengan
International Monetary Fund (IMF). Kerjasama itu dilakukan dengan dalih
memajukan perekonomian Venezuela yang tidak stabil akibat korupsi dan
birokratisasi. Sejak itu reformasi ekonomi neoliberal mulai dijalankan. Semua
sektor-sektor perekonomian yang tadinya dikendalikan oleh negara mulai
diserahkan kepada swasta. Instabilitas dalam negeri semakin melonjak di segala
bidang. Harga-harga naik tak terkendali, sistem kerja kontrak mulai diterapkan,
perusahaan-perusahaan asing dibebaskan untuk membawa 100% keuntungan
mereka ke negara asalnya, pengangguran mencapai 14%, inflasi mencapai 80,7%,
dan lebih dari 80% massa rakyat Venezuela hidup dalam kemiskinan.24
Rakyat yang semakin sadar dengan kondisi ketertindasan mereka,
meluapkan amarah, menjadi sebuah energi besar yang meledak dalam bentuk
kerusuhan terbesar yang pernah terjadi dalam sejarah Venezuela. Presiden Carlos
Andres Perez menyikapi kerusuhan tersebut dengan memerintahkan polisi dan
tentara untuk menembaki rakyat dengan peluru tajam. Hingga korban yang
berjatuhan diprediksi mencapai 3.000 jiwa. Pemantik kerusuhan tersebut adalah
kebijakan pemerintah Carlos Andres Perez yang menaikkan tarif bus 30% dan
harga BBM sebesar 100%. Peristiwa ini dikenal dengan Kerusuhan Caracazo (El
Caracazo). Ini adalah bab gelap dalam sejarah Venezuela dan menjadi cikal bakal
dari Revolusi Bolivarian.
Peristiwa Caracazo ternyata membawa dampak terhadap kesatuan di dalam
angkatan bersenjata. Para tentara yang diperintahkan untuk menembaki rakyat
24
jelata mulai mempertanyakan pemerintahan mereka, dan para tentara pun terbelah
dua. Sekelompok perwira junior yang berpangkat Kapten kemudian membentuk
Pergerakan Revolusioner Bolivarian 200, atau MBR-200. Kelompok ini terdiri
dari Felipe Acosta Carlos, Jesus Urdaneta Hernandez, Rafael Baduel dan Hugo
Chavez Frias. Mereka berkomitmen membentuk gerakan revolusioner untuk
membebaskan Venezuela dari belenggu penindasan.
Gerakan MBR-200 dimulai dalam bentuk kelompok diskusi, serta
pengorganisiran tentara-tentara generasi yang baru lahir yang kebanyakan berasal
dari kaum tani dan kelas pekerja miskin. Sejak transformasi tahun 1971, mereka
tidak lagi mengenyam pendidikan di Fort Benning AS, melainkan di Akademi
Militer Nasional Caracas. Karena itu ada ikatan organik antara tentara dan kaum
tani miskin, berbeda jika mereka berkiblat pada militer Amerika Serikat seperti
militer Indonesia. Hingga terlahirlah kekuatan militer organik yang berinisitaif
untuk melakukan kudeta dan perebutan kekuatan dari rezim Neo-liberal.25
Kudetapun dilakukan oleh Chavez dan kawan-kawan pada tanggal 4
Februari 1992. Namun, pemberontakan tersebut masih bisa digagalkan dan
Chavez pun menyerah dengan syarat mendapat kesempatan berpidato di depan
televisi nasional. Dengan baret merah, Chavez menyatakan tanggungjawabnya
atas kudeta tersebut, sebelum dipenjara selama dua tahun.26 Saat Chavez dipenjara
gerakan rakyat menolak neoliberalisme semakin menguat. Meski, berada dalam
penjara, Chavez tetap membangun kontak dengan kalangan pergerakan.
Menjelang pemilu tahun 1993 di Venezuela, para politisi menggunakan
isu-isu populis untuk meraih dukungan rakyat. Bahkan kudeta militer yang terjadi di
25
Opcit, Nurani Soyomukti, Hal 59
26
tahun 1992 menjadi isu yang diangkat ke permukaan untuk mendongkrak
perolehan suara. Pemilu 1993 mengantarkan Rafael Caldera meraih kursi
kepresidenan. Ia mendapat dukungan dari partai-partai kiri, sosial demokrat dan
kelompok sayap kanan-tengah. Dan tahun 1994, Caldera membebaskan mereka
yang terlibat dalam percobaan kudeta tahun 1992, termasuk Hugo Chavez.
Caldera diwarisi pemerintahan yang bobrok dari masa kepemimpinan
sebelumnya. Kondisi perekonomian Venezuela semakin tidak stabil akibat krisis
di tahun 1994 yang membuat gejolak pada rakyat. Krisis kapitalisme di Venezuela
semakin dalam dan memaksa Bank Sentral Venezuela menyelamatkan sedikitnya
14 bank yang bangkrut. Di sisi lain, pemasukan keuangan pemerintah semakin
menurun drastis karena harga minyak yang terjun bebas. Walau pemilu telah
menghasilkan kepemimpinan baru, namun rezim belum berubah. Caldera, beserta
kelompok-kelompok kiri yang mendukung pemerintahannya, tidak memiliki
alternatif untuk membebaskan massa rakyat dari krisis. Untuk menutupi defisit
yang dialami, maka pemerintahan Venezuela, di bawah kepemimpinan Rafael
Caldera melanjutkan kebijakan-kebijakan seperti yang diarahkan oleh IMF.
Perusahaan-perusahaan milik negara diprivatisasi dalam jumlah yang lebih besar,
salah satunya yaitu perusahaan besi dan baja SIDOR (Orinoco Steel).
Sejak dibebaskan dari tahanan, Chavez bersama MBR-200 mulai bergerak
ke pelosok-pelosok negeri untuk menghimpun kekuatan rakyat dengan
membentuk komite-komite Bolivarian dan menyerukan pembentukan Majelis
Konstituante. Bersama gerakannya, Chavez melakukan program-program yang
tersusun secara sistematis untuk mengetahui harapan dan keinginan rakyat, serta
tahun 1998, Chavez berhasil memenangkan pemilihan presiden dengan perolehan
suara sebesar 59 %. Sedangkan dua partai kanan lainnya hanya kebagian 9% suara
setelah selama 40 tahun meraih sekitar 90% suara saat menghadapi Partai
Republik Kelima Chavez.
Revolusi yang pertama sekali dilakukan oleh Chavez adalah perubahan
konstitusi yang berpihak kepada rakyat. Dengan melibatkan patisipasi seluruh
rakyat melalui mekanisme pemilu dalam menentukan persetujuan rakyat terhadap
konstitusi hasil perubahan tersebut. Chavez sangat memahami bahwa setiap
revolusi membutuhkan konstitusi sebagai upaya mengatur dasar-dasar
pengelolaan negara dan bagaimana ia harus dijaga dengan kekuatan aktif dari
bawah. Konstitusi baru, merupakan jembatan dari tatanan kekuasaan lama menuju
revolusi Bolivarian.
C. Letak Geographis dan Geopolitik Venezuela
Venezuela adalah negara republik bekas jajahan Spanyol yang terletak di
pantai utara Amerika Selatan sepanajang Laut Karibia. Negara ini berbatasan
dengan Kolombia di Barat, Guyana di Timur, dan Brazil di Selatan. Luas Wilayah
Venezuela sekitar 912.050 kilometer persegi dengan Ibukota Caracas. Sebuah
kota terbesar dan termodern di Venezuela. Nama Venezuela diberikan oleh
penjelajah Spanyol yang pertama kali mencapai benua Amerika Selatan. Saat itu
mereka menemukan perkampungan Indian berdiri diatas danau, yang
mengingatkan mereka pada perkampungan yang berdiri diatas sungai di Venezia
di Italia. Venezuela dalam bahasa Spanyol yang berarti Venezia Kecil.
Keadaan alam Venezuela terletak diujung barat laut Amerika Selatan,
dibagian utara dan selatan, sementara dibagian tengah berupa dataran rendah. Pola
pegunungan ini membagi Venezuela menjadi empat daerah, yaitu : Lembah
Maracaibo, Dataran Tinggi Andean, daerah Lianos, dan Dataran Tinggi Guiana.
Lembah Maracaibo terletak di bagian barat laut, disini terdapat danau Maracaibo
yang luasnya 3.512 kilometer persegi dan merupakan danau terbesar di Amerika
Selatan. Di daerah ini juga terdapat lading minyak terbesar di Amerika Selatan.
Dataran Tinggi Andean yang terbentang dari barat daya lembah Maracaibo, terdiri
atas Pegunungan Merida, Dataran Tinggi Tengah dan Dataran Tinggi Timur Laut
dengan puncak yang tertinggi adalah Puncak Pico Bolivar.
D. Gerakan Kiri Baru
Sejak tahun 1930-an sampai pertengahan 1970-an, imperialisme Amerika
Serikat di Amerika Latin senantiasa ditantang oleh rezim-rezim gerakan-gerakan
nasionalis, populis, dan sosialis demokratik.27 Secara umum, tantangan-tantangan
ini bersifat reformis daripada revolusioner, dimana mereka mempertanyakan
elemen-elemen proyek imperialis, dan bukannya sistem secara keseluruhan.
Gerakan perlawanan terhadap neoliberalisme di kawasan Amerika Latin
bukan tanpa sebab. Akar sejarah ekonomi-politik negara-negara Amerika Latin
yang mengalami ketergantungan terhadap penetrasi kekuatan kapitalisme global,
sesungguhnya tidak berbeda jauh dengan kondisi negara dunia ketiga lainnya.
Proses globalisasi yang di “back-up” proyek neoliberalisme (Washington
Consensus) ternyata justru melahirkan berbagai persoalan sosial-politik dan
27