• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh mulsa plastik perak hitam dalam budidaya kentang lalat pengorok daun, musuh alami, dan hasil panen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh mulsa plastik perak hitam dalam budidaya kentang lalat pengorok daun, musuh alami, dan hasil panen"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)

ABSTRAK

EDDY SUSIAWAN. Pengandl Mulsa Plastik Perak fitam dalan Budidaya Kentang terhadap Lalat Pengorok Daun, Musuh AlBmi, dan Hasil Panen. Dibimbing oleh AUNU RAUF sebagai Ketua Koinisi dan DJOKO PRIJONO sebagai Anggota.

Penelitian ini bertujuan mengevaluasi pengaruh penggunaan mulsa plastik perak hitsun terhadap keliinpahan lalat pengorok Ltrioniyza hurdohrensis (Blanchard) (Diptera: Agromyzidae), dan inusuh alaminya, serta terhadap hasil panen. Penelitian dilaksanakan pada pertanaman kentang di Desa Sukamanah, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Banding, Provinsi Jawa Barat, berlangsung sejak pertengahan bulan April sampai akhir Oktober 2001. Penelitian menggunakan rancangan faktorial dalain acak keloinpok dengan perlakuan (1) pertananan dengan hanya mudsa plastik, (2) pertanaman dengan hanya ajir, (3) pertanaman dengan mulsa plastik dan ajir, dan (4) pertananan tanpa inulsa plastik dan tanpa ajir. Setiap rninggu, imago L. h~idobren~sis dan predatornya diamati langsulng pada tajuk kentang, berlkut ken~sakan daun yalg ditiinbulkannya. Selain itu, dauil-daun contoh yang diyalani terinfestasi larva L. huidohrensrs instar-2 atau -3 diambil dan dishpan di laboratorium sampai imago parasitoid keluar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlahan mulsa plastik berpengand~ 'nyata terhadap kehnpahan populasi lalat L. hurdobrensi.~. Rataan keselimruha~~ popi~lasi lalat ini pada petak perlakuan inudsa plastik 2 - 3 kali lipat (1 7,O ekor per baris) leblh tingg daripada petak tanpa

mulsa (6,9 ekor per baris). Di sisi lain, perlakuan inulsa plastik tidak berpengaruh nyata terhadap intensitas kerusakan tanaman dan keliinpahan populasi lalat predator

(81)

PENGAKIJII

M(

11,SA P1,BSTIII: PEI<iIK 1

ll'l',4RI I)il\l,i\M

BlJDlDAYA

KENTANC TlSK1-IA41)AP

I,AI,ArI'

I'FNGOHOK

DAIIN,

R4tJSIlII ALAMI, DAN FIASII,

PANEN

l'csis

sebagai salah satu syarst untuk rtlenlperolell gelar Magistel- Sains

pada Program Stndi Elltomologi dan Fitopatologi

PROGRAM PASC1ASAlE.l

ANt-t

(82)

Dengan ini saya meilyatakan bahwa t e s ~ s yang berjutli~l

Pengaruh Mulsa PI;~stik Perak H~tam dala~n Butiidaya Kentang ter-hatlap Lalat Pengorok Daun, Miisuh Alam~, dan Has11 Pancn

adalah benas meriy~akan Ilas11 Lar-ya saya sendrrr tlatl bclum penla11 dtpubl~kasihan Seml~a siaiiber- data dnn info mas^ yang c i ~ g i ~ ~ ~ n k i ~ n telall d ~ ~ i ~ i ~ ~ i i l \ a ~ i sccal-a jelas da~i dapat diperiksa kebenar-annya

(83)

Jitdul Tesis : Petigaruh Mulsa I'lastlk l'e~xk t lltalll dalalll lludldnya l<c~itang terliadap Lalat Peugorok Daun, Musih Alam~, dan Hasil Pruien

Nama : Eddy Susiawan

Nomor Pokok : 99200

Prograrn Studi : Entomoiogi dan Fitopatologi

1 . Koinisi Pc~nbimbing ,

Prof. Dr. Ir. Atmu kauf, M.Sc.

Ketua Anggota

2 . Kehia Program Studi rograiii Pascasasjana Entomologi dan Fitopatologi

(84)

KlWAYAT HlD1JP

Penulis dilahirkan di Kelurallal~ Tainbak Kemeralcan, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur pada tanggal 3 Dese~nber 1954 sebagai anak pertama dari tujuh bersaudara keluarga Ibu Sulianah dan Ayah Sudigdo Usawan.

Penulis lnenyelesaikan pendidikan m,enengah di SMAN IX Surabaya pada tahum 1973. Pada tahum 1983 penulis .memperoleh gelar Sarjana Pertanian dari Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang. Sejak tallurn 1987 penulis tercatat sebagai PNS yang ditugaskan sebagai staf pengajar di Politekmk Pertanian Universitas Andalas Padang.

Penulis mendapat kesempatan mengikuti program Magister Sains (S2) di Institut Pertanian Bogor dengan beasiswa BPPS-DIKTI, dan terdaftar sebagai mahasiswa pada Program Studi Entomologi dan Fitopatologi sejak bulan September

(85)

PRAKATA

Segala puji dan syttkur bagi Allah yang telah memberikan rahmat kekuatan dan kemampuan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul "Pengaruh Mtdsa Plastik Perak Hitam dalam Budidaya Kentang terhadap Lalat Pengorok Dam, M u s h Alami, dan Hasil Panen".

Pada kesempatan ini penulis meiiyampaikan pengliargaan dan terunakasili kepada Prof. Dr. Ir. Aimu Rauf, M.Sc. atas kesediaan beliau menjadi-Ketua Koinisi peinbimbing. Bimbingannya yang cennat, teliti, terarah, dan penuh kesabaran, terasa sangat membantii dala~n penajaman analisis, sintesis, serta pengambilan keputusati dalam pemecalian permasalahan secara sistematik. Penulis juga mengucapkan teriinakasili atas d~lkungati dana dari beliau serta fasilitas yaiig disediakan di lapangan, sehingga memperlancar pelaksanaan penelitian dan peiiyelesaian tesis ini. Rasa terimakasih dan pengliargaan yang setinggi-tingginya juga disampaikan kepada Ir. Djoko Prijono, MAgrSc. atas kesediaan beliau ~inhik menjadi Anggota Komisi Penibimbing, yang banyak lnemberikan arahan dan koreksi dalan ha1 perancangan percobaan, analisis statistika, dan pendisan tesis ini.

Kepada Rektor clan Direktur Politeknik Pertanian Universitas Andalas tak lupa p d a disarnpaikan ucapan terimakasih atas 'iljin dan keseinpatan yang diberikan kepada penulis luituk merigikuti program Magister Sains (S2) di Itistitut Pertania~l Bogor. Rasa bangga dan teriii~akasili juga penulis sampaikan kepada Direktur Pascasarjana IPB, Ketua Program Studi Entomologi dari Fitopatologt, serta Tim Pengelola Beasiswa BPPS-DIKTI Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republk Indonesia atas kesempataii maupun dukungan biaya yang diberikan sehingga proses pendidikan ini dapat b e r j a l ~ lancar. Terima kasih pula kepada FA0 dan Clemson University1 USAID yaiig telali memberikan dukungan dana penelitian, serta Tim Petani Pemandu PHT Pangalengan (TP4) atas partisipaslliya dalam pelaksanaan penelitian. Selanjutnya terimakasili atas kebaikan budi keluarga Bapak dan Ibu Dodo di Pangalengan, Enjang, Kuse, Ade Ali, Isep, Kustiwa, serta Bapak Pepen PHP, juga kepada semua pill& yaiig terlibat dan tak inuingkin dissbutkan satu per satu.

Alcllirnya, penulis berterimakasili sedalam-dalamnya kepada yang inulia Ibtmda Sulia~~ah dan Ayahanda Sudigdo Usawan beserta keluarga besar, atas segala bentuk pengorbanan dan doa sucinya selama ini. Seinoga persembahan karya ilmiali ini bermanfaat bagi para pembacanya.

(86)

Halainan . . .

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR . . . x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi I'ENIIAI IUL. [JAN . . . I

Latar Belakang ... 1 . . . . . .

Tujuan Penelitian

:

4

Manfaat Penelitiaii . . . 5 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

Liriomyza spp ... 6 L. irio)nyza hzridohren.sis (Blanchard) (Diptera: Ab~ornyzidae) ... 6

Cahaya Matahari . . . 18 Manfaat Mulsa Plastik dalain Pertariian . . . 22

. . .

Pemanfaatan Mullsa Plastik pada Tanaman Kentang 24 . . .

Pengaruli Mulsa Plastik terhadap Perkembangan I.rrron~?i,- a spp 24 BAHAN DAN METODE ... 26

... Penyiapan dai Perawatan Tananan

... Pengamatan Kelirnpahan Lalat Pengorok Daun dan Predator

... Pengamatan Tingkat Parasitisasi

... Pengamatan Intensitas Kerusakan Tana'maii

...

Pengamatan Hasil Panen

Analisis Usahatani ... Analisis Data ...

HASIL DAN PEMBAHASAN ... ...

Kelimpahan Imago Lalat L. huidohrensis

. . . .

Kelimpahan Imago Lalat Predator (: humi1i.s

(87)

Halainan Intensitas Kerusakan Tanaman ... 33

Hasil panen ... 35 Analisis Usallatani ... 38 KESIMPULAN DAN SARAN ... 41 DMTAR PUSTAKA ... 42

(88)

DAFTAR TABEL

Halanlan I Kelimpahan populasi lalat 1,. hurdohrensis pada tajuk hentang

(ekor/6,5 m baris tananan) ... 30

2 Keli~npahan populasi lalat predator C. huntilis pada tajuk kentang

(ekor/6,5 m baris tanaman) ... 3 1

3 Tingkat parasitisasi I,. hzliciohrensis ole11 parasitoid Opizrs sp. . . 33

. . .

4 lntensitas kenlsakan da~m pada tajuk bagian . atas . 35 5 Intensitas kenlsakan d a m pada tajuk bagian bawa11 ... 3 5

6 Rekapitulasi hasil analisis usahatani kentang berdasarkan beberapa

(89)

DAFTAR GAMBAR

(90)

DAFTAR

LAMPIRAN

Halaman 1 Analisis sidik ragatn kelimpahan popillasi I,. hzric/ohre/~.si.s satii musim

tan a111 . .

.

.

. .

. .

. .

, . .

.

. . .

. .

. . . 5 0 2 Analisis sidik ragatn produksi ulnbi . .

.

. . . 5 0

3 Analisis sidik ragan tingkat parasitisasi I,. hzri~iohrcnsi.~ ole11 Opius sp. .. 5 0

4 Analisis usahatani kentang perlakuan hanya ;nenggunakan mulsa plastik

perak hitam . . .

.

. . .

.

.

. .

.

.

. . .

. .

. .

.

. .

.

. . . , . 5 1

5 Analisis usahatani kentang perlakuan nlenggi~nakan mulsa plastik dan

ajir . . . 5 2 6 Analisis i~sahatani kentang pcslakuan hanya ~nenggxlnillian a-jtr- . . . 5 3 7 Analisis usahatani kenta~~g pcrlakuan tanpa mulsa plasdli darl tanpa

ajlr . . . . . . 5 4 8 Foto budidaya kentang rnengunakan 1ni11sa plastik . . . . . . 5 5

(91)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kentang telah lama dikenal ole11 masyarakat di berbagai negara baik dalan bentuk wnbi mentali maupin liasil olahan. Tanaman ini merupakan komoditas sayuran umbi-umbian yang bernilai tinggi, tetapi mudah rusak atau metnbusrrk, serta biaya prodiksinya tinggi (Ewe11 el al. 1997). Manfaat kentang bagi kesehatui manilsia antara lain karena banyak mengandw~g protein nabati, karboliidrat, vitamin A, B l , B2, B3, B6, B12, C, D, E , K, dan mineral (Pradhan 1995).

Luas areal dan prodtlksi tanaman kentang di Indonesia cendenlng meningkat dari taliurn ke talmn. Nan11111 demikian, prodliksi di tingkat petani umumnya relatif masih rendah yakni sekitar 7 - 17 tonka, jauh lebili rendall dibandingkan dengan hasil budidaya secara intensif atau pada skala penelitian ya.ng bisa mencapai 21 - 30

tonha (Ridwan 1980). Se~nentara itu potensi liasil kentang di daerali berikliln sedang dilaporkan dapat mencapai 30 -- 40 tonnia. Kendala yang sering menyebabkan

prod~ksi kentang rendah antara lain cara budidaya serta penanganan pra dan pascapanen yang kiurang memadai, sulit memperoleh varietas imggul dan bibit bennutir, gangguan alam, serta serangan llama-penyakit mairpim gulma (Sahat 1995)

(92)

2 (Lamont 1993). Caliaya yang dipantulka~i ole11 per~iiukaan mulsa plastik juga dilaporkan dapat inemnpengaruhi kolonisasi pertanaman oleh hama seperti kutudaun dan kutuputih (Adlerz & Everett 1968; Wolfenbarger & Moore 1968; Shands & Silnpson 1972; Nawrocka el a / . 1975; Antigius et nl. 1996; Costa & Robb 1999; B n ~ s t 2000; Smith el a / . 2000).

Dala~n dua taliun belaka~igaii ini petani yang tergabung dalam Tim Petani Pematidu PHT Pangalengan (TP4) Kabupaten Randilng imulai memelopori petiggmaan mulsa pada pertanaman kentang. Faktor yang mendorong penggunaan mulsa ini adalah meningkatnya hasil panen kentang, walailpi~n data kuantitatif yang menditki~ng ha1 itu beliun tersedia. Di piliak lain, penggunaan mi~lsa plastik diduga dapat berpengaruli terhadap kompoiien biot~k penyusun agroekosistem. Sebagai bagian dari upaya mengembangkan pengendalian llama terpadii (PHI') pada tanaman kentang, setiap perubalian dala~ii praktik budidaya tanaman per111 diantisipasi pengaruhnya terliadap llama dan iiii~si~li alami. Salali satu jen~s hama ymg diduga dapat terpengarih ole11 penggunaan mulsa plastik adalah lalat pengorok daun kentang

I,irromyza huidohrens~s (Blanchard) (Diptera: Agomyzidae) . Pada pertanatnan kentang, serangan haina ini dapat inenyebabkan kehilangan hasil panen hingga 70% (Rauf et al. 2000).

(93)

al. 2000). Serangannya bisa terjadi sepanjang tahun baik ~ n u s i ~ n kemarau mailpun penghiljan.

Berbagai tnacaln teknik pengendalian telah diterapkan dala~n upaya menekan perke~nbangan populasi I,. hzrrtfohrensrs sel-ta kerugian yang ditirnbukannya antara lain penggunaan pestisida, pendayagiu~aan parasitoid, penggunaan nematoda, perangkap kuning berperekat, dan secara kultur teknik. lJpaya pengendalian tersebut hasilnya dirasakan masill belu~n 1ne11111askan sehingga pcrlu dilie~~~bangkan lebih lanji~t.

lnsektisida translaminar seperti siro~nazin dan abalnektin telah diteliti serta direko~nendasikan cilkilp efektlf untuk pengendalian serangga pengorok daim !ermasuk I,. h ~ ~ t i o h r " ~ ' ~ i . \ ~ . v ('Tl-ulnble 1985; Scliilster 1994; Weintraub 200 1 ). Namun belakangan diketaliui dan disadari bahwa cara kimiawi, yang biasanya cendering diaplikasikan secara berjadwal, irasioual dan kurang bijaksana, tidak mampu menyelesaikan masalah bahkan justru menciptakan persoalan baru yakni ~nunculnya generasi h a n a yang resisten set-ta peinbengkakan biaya yroduksi i~sahatani (Ewell et al. 1 997).

Budidaya tananan lneiiggunakan mulsa plastik reflektif adalal~ salah satu contoh pengendalian secara kultilr teknik (Shands & Si~npson 1972; Pinese et a/.

(94)

4

Tujuan Penelitian

(95)

Manfaat Penelitian

(96)

TINJAIJAN PUSTAKA

Liriomyzu spp.

Serangga berbentuk lalat ini dikelompokkan ke dala~n fainili Agromyzidae (Diptera). Perta~na kali genus ini tercatat dalam literatur menjelang akhir abad XVIl ketika Beckmann pada tahiun 168 1 mengenalkan dan mendisl<usikan serangga llama tersebut yang menyerang tanaman ceri di 1;rankfiu-1, Jermari (Spencer 1973).

Llrioni.yzn merupakan salah satu genus yang me~niliki 23 spesies penting yang dapat menyebabkan kerusakan ekonomi pada berbagai komoditas pertanian terutama sayirran dan tanaman hias (Rauf et al. 2000), bahkan sa~npai tanaman industri sepe~ti kapas (Paluinbo 1992). Kerusakan ini terutama diakibatkan ole11 aktivitas larva yang mengxok pada mesofil daun bagian atas ataupun bagian bawah (Parrella 1987).

Lalat ini disebut sevpentine leqfnimer karena liang korokannya berkelak-kelok ~ne~lyerupai bentul< ular yang bagiail awalnya ~nenye~npit kemudian berangsur-angsur membesar dengan berbagai variasi sesuai fase pertumbuhan tanaman ulangnya (Parrella 1987). Pada sehelai dam yang terserang berat bisa ditemikan 5 - 13 ekor

larva L. huldobrensis (Spencer 1973). Laju fotosiiltesis daun tomat yang terkorok larva Lir~on?yzu sutlvue Blanchard bisa berkurang hingga 62% dibandingkan dengan daun yang tidak terserang (Jol~nson et ul. 1983).

L.. kziidobrensis (Blanchard) (Diptera : Agromyzidae)

Persebaran. Lalat pengorok daun ini berasal dari daerah berikli~n sedang di

(97)

(daerall beriklim sedang di Amerika Utara dan Greenland) serta neotropika (daerah tropik Karibia, Amerika Utara dan Selatan) (Spencer 1973; Parella & Bethke 1984).

I,. hu~dohrensl.~ telah diternukan sejak tahun 1940 di leinbah Caiiete (Peru), waktu it11 ~nasih belum men~pakan serangga hama penting karena populasinya senantiasa dapat dikendalikan ole11 musuh alaminya. Na~nun pada akhir tahun 1970, 1,.

hzr~u'ohrensis ben~bah status dari ha~na sekunder menjadi hama yang sangat merugikan tanaman kentang akibat musuh alalninya banyak mati terbunuh oleh insektisida konvensional (Ewell et a/. 1990). Sebenarnya aplikasi insektisida pada pertanaman kentang tersebut dimaksudkan iuntuk nrengendalikan t'hlhorin~aea operculella (Zeller) (Lepidoptera: Gelechiidae) dan Sc~roh~pnlpzrl~r ah.~oluta (Lepidoptera: Gelechiidae) yang keduanya menlpakan hama utama dan ~nenlsak tanaman dengan cara mengorok daun, tetapi efek sampingnya justn~ banyak ~nenimbdkan kematian musuh ala~ni I,. huidobren.sr.s. Penggunaan insektisida yang berlebihan, irasional, serta kurang bijaksana telall pula mengakibatkan ha~na ini menjadi resisten dan mei~gubah perilaku petani seakan kecanduan pestisida @e.st~crck treadmrll) (Parella & Keil 1984; Ewell et a/. 1990). Sejak tah~m 1989 generasi lalat pengorok daun yang telah resisten ini kemudian Inenyebar dan berkembang ke berbagai negara di Europa, Afrika, dan Asia melalui at-us perdagangan kornoditas tanaman hias serta produk sayuran segar (Weintrat~b & Horowitz 1998).

(98)

8 kali meledak hingga menimbulkan kerusakan berat pada pertanaman kentang di Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Saat ini serangannya telah menyebar luas ke daerah-daerah penghasil tanaman hias (Rauf 1999) dan kentang dataran tinggi seperti Jawa Barat (Lernbang, Pangalengan, Garut, dan Cipanas), Jawa Tengah (Banjarnegara dan Magelang), Jawa Timur (Batu dan Pegunungan Tengger-Broino), Surnatera Barat (Alahan Panjang), Sumatera Utara (Brastagi), dan Sulawesi Selatan (Malino) (Rauf e/ ul. 2000). Selanjutnya dilaporkan bahwa akibat serangan I,. l~uiu'ohrenLsi.s dapat menyebabkan kehilangan hasil panen 30 - 70%.

Tanaman inang. L. huidobre~zsis tnemiliki tanaman inang cukup banyak

antara lain kentang, kacang, kapri, bawang, caisin, horenso, buncis, brokoli, kubis, selada, wortel, semangka, ketimun, bayam, tomat, gambas, labu, melon, turnip, alfafa, artichoke, kedelai, cabe rawit, tanaman hias (bunga-bungaan), dan berbagai jenis gulma tanaman pangan maupun perkebunan '(spencer 1973; Minkenberg 1990; Rauf

et ul. 2000).

Gejala kerusakan. Secara visual, serangan hama ini ditandai dengan adanya

(99)

Rainbiit-rambut llalus berkelenjar yang tiunbiih pada epidennis daun (glar~dzilar trichonzes) bisa berfungsi sebagai alat pertahatlan tanaman dari g a n g p a l serangga fitofag (Quiring el al. 1992). Ole11 sebab ihi daun kentang yang masih ~nuda (beIuin berkernbatlg sempilnla) jarang terinfestasi I,. hzridohrcns~s karena ganggiiai rambut yang tiunbih eiikup rapat pada pennukaan daun tersebut (Supartha 1998). Pada saat kelimnpaha~l populasi rendah, gejala korokati hanya dijutnpai pada dam- daun bagian bawah tajuk tanaman. Apabila serangan meningkat, liampir setiap lie la^ daun pe~luh dengan bintik-bintik serta liang-iiang korokarl yang menyatu sehingga menlsakkan sebagian besar jaringan dan membuatnya menjadi kering (nekrosis) berwarna coklat seperti terbakar mirip gejala serangan I'hytol~hthora 1nf2stan.s (Rauf 1995; Setiawati 1998). Intensitas kenlsakan tanaman yang terserang terganhng pada umur dan cara makan larva, bagian tanaman yang terserang, fase pertiunbul~an tanaman saat terjadi infestasi, dan kepadatan populasi serangga llama (Spencer 1973; Supartha 1998). Luka jaringan tanaman akibat serangan hama tersebut dapat tnerangsang terjadinya kerusakan sekunder oleh infeksi cendawan meskipun korelasinya tidak selalu positif sehingga aspek ini tnemerlukan penelitian lebih la~ijuit. Apabila kondisi nonnal, 1,. hlrrdohrcn.v~.s dalam satu tahun bisa ~nenghasilkan keturtltlan sebanyak lima sa~npai enaln getlerasi (Spencer 1973).

Biologi L. Ituidobrensis. Imago berupa lalat kecil dengan kepala benvarna

(100)

mm). Lama hidr~p imago betina rata-nlta 10,3 hari darl imago jantan 6,0 liari

(Supartha 1 998).

Siklus hidup I,~rion~yza spp. dari telur sa~npai lnenjadi imago sangat beragam tergantung teruta~na pada jenis dan kondisi tanaman inang, temperatus dan kele~nbaban udara (Parella & Bethke 1984; Parrella 1987). Pada tana~nan kentang, I,. huihhrensis meinbutuhkan waktu 19 - 35 hari intuk ~nenyelesaikan siklus hidupnya

dari telur hingga menjadi dewasa dan bertelut- kembali (Supartha 1998). Imago bersifat fototaksis positif terutarna tertarik pada spektn~m cahaya wanla kuning, aktif pada pagi hari pi~kul 08:OO - 1 1:00 WIB dan siang hingga sore hari pukul 14:OO -

17:00 WIB.

Setiawati (1998) tnenjelaskan bahwa imago betina yang ban1 muncul langsung melakukan aktivitas dengan ~nenusukl~nelu~kai bagian atas ataupun bawah permukaan da~ul dengan menggimakan ovipositornya guna ~nelnastiltan kesesuaian tanaman inang dan ~nengisap cairan karbol~idrat sebagai makana11 yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup telur yang aka11 diletakkan. Minkenberg (1 990) melaporkan bahwa luka bekas hlsukan ovipositor berukuran 0,30 - 0,50 min. Rata- rata dalam satu hari seekor imago bisa menghasilkan I I9 tusukan. Persentase jumlah telur yang diletakkan di pennukaan bawah daum (69,1%) lebih banyak daripada di pennukaan atas dam (30,9%) (Supartha 1998). Sela~na hidupnya, seekor imago betina bisa inenghasilkan telur sebanyak 160 - 300 butir.

(101)

permukaan bawah, dengan irktran 0,15 x 0,28 .mm. Lama stadium telur pada suhu 16,9

-

20,l "C dan kelembaban udara 83 - 90,8% adalah 2,9 hari (Parella 1987; Supartha 1998). Parella & Bethke (1 984) melaporkan bahwa lama stadi~un telur pada suhu 26,7 k 0,5 ('C dan kelembaban udara 50. .- 60% adalah 2,9 - 3,O hari.

Larva I,. huidobrensis berbentuk silindris dengan bagian ujung depan ~nengecil rnenyerupai tempayak, anterionlya pipih dan ujung posteriornya seperti terpancung (truncate), warnanya putih bening atau agak kekimingan. Larva melewati tiga instar dan setiap kali ganti kulit selalu meninggalkan kait mulublya yang benvarna hitam dan keras dalam liang korokan. Kait mulut ini dapat dig~lnakan i n t i k penentuan instar larva karena ukurannya berbeda-beda pada tiap instar. Cara lain penenhlan illstar bisa dilakukan dengall berpedoman pada lebar liang korokan. Ukilran panjang larva instar-1, -2, dan -3 berkisar 0,33 - 3,2S mm (Setiawati 1998;

(102)

Pupa I,. I i ~ r d o h ~ i r bcrwarna kuniilg kecoklatan, bcrrlkilran sekitar 3,25 mm, dan lama stadium pupa berkisar 8 - 11 hari (Supartha 1998). Pada tanaman

kentang biasanya pupa terbentilk di dala~n tanah, sedangkan pada ~nenti~nun dan kacang merah, pupa kebanyakan ditemukan di penniikaan bawali dauin, balikan pada bawang merah sering dijitnpai menernpel pada pennukaan bagian dala~n rongga daiin (Direktorat Rina Perlindungan Tanaman 1998).

Pengendalian. Upaya pengembangan pengendalian hama pengorok daim telah baiiyak dilakikan, antara lain ( I ) penggiunaar? pestisida (Oatman & Kennedy 1976; Tnimble 1985; Schuster 1994; Weintraub & Horowitz 1998), (2) pendayagii~laan parasitoid (Parella et 01. 1987; Minkenberg 1990; Patel &

Schuster 199 1 ; Schuster & Wl~arton 1993; Paluinbo el al. 1994), (3) pengbynaali nematoda (Harris et al. 1990; Broadbent & Oltliof 1995; Yulensri el nl. 2000), serta (4) secara kultur teknik (Shands & Simpson 1972; Erb et nl. 1993; Pinese el crl.

1994). Walaupun demikian, lningga saat ini penggiinaan irisektisida inasill ~nenjadi andalal utana petani dala~n menglladapi pennasalalian llama pengorok daiin I, huidohrensis (Raiif 1999). Petani ~nasih sangat tergantung pada pertolongan pestisida, padahal mereka sering lnerasa tidak puas terhadap hasil pengendalian yang dilakukai. Hal ini sangat erat kaitannya dengan sifat da~t perilaku petani yang u~~nuunnya tidak mail ~nenga~nbil risiko terlladap kegagalan panen karena faktor iiiodal terbatas serta beban keluarga (Untimg 1986). Meniiriit Pimelitel et al. (1980), petani

. .

(103)

13 resurjensi, ledakan lia~na sekinder, peiicemaraii lingkungan hidup, keraciman kimia, serta kerugiaii secara sosial-ekonomi.

Sampai saat ini berbagai penelitian, ekobiologi llama pengorok daun dan teknik pengendalianiiya inasili terus dikembangkan (Harwatito 2002; Subaidi 2002). Suatu pendekatan pengelolaaii haina secara terpadu telah diipayakan dengan ~nelibatkan petani secara langsung inelalui pelatilian-pelatilia11 khusus seperti SLPHT dan lainnya, yaiig lebih menekaiikan pada aspek pemaliaman ekologi Iia~na serta peiigurangan ataupun penghapusan pemakaian bahan ki~nia beracim atau pestisida berspektnl~n luas yang bisa menyebabkan kematiaii parasitoid, predator, inaupun biota lainnya (Oka 1998; Sastrosiswojo 1995).

(104)

dipertanggungjawabkan, (4) secara teknik bisa dilaksanakan, dan (5) tidak menimbulkan pennasalahan sosial-budaya (Setiawati & Asandhi 1994).

Beberapa taktik yang bisa diterapkan sebagai komponen dalam pengendalian lalat pengorok daun L. hurdohrens~s antara lain pengelolaan ekosistem melalid berbagai cara bercocok tanam, penggunaan perangkap kuning berperekat, penggunaan musilh alarni, dan penggunaan insektisida selektif (Sztiawati 1998). Dijelaskan bahwa pengelolaan ekosistem dengan cara bercocok tanam adalah suatil bentuk usaha inelnanipulasi lingkungan agroekosiste~n scde~nikian rupa sehingga mernberikan keuntungan bagi pertumbuhan dan perkeinbangan tanaman, dan sebaliknya rnerugikan atau tidak sesuai bagi liehidupan suatu haina. Penggunaan bibit kentang sehat dan penilnbunan daun terserang dengan tanah merupakan salah satu upaya lnengurangi serangan I,. Ii~~r~iohi~en.vi.v. Tanaman sehat dan tumbuh subur memiliki kemainpuan bertahan terhadap efek negatif serangan I,. Izurtk)hren.sr.s

terutarna pada fase pertumbuhan vegetatif. Pcrtumbuhan sel-sel daun yang cepat akan rnampu melepaskanl mengeluarkan telur lalat yang diletakkan di lapisan epidermis daun. Selain itu lnalnpu mematikan jaringan sel daun di sekitar telur sehingga menyebabkan tidak bisa menetas.

(105)

Penggunaan varietas atau kultivar resisten nlerul.>akan cara ideal dan paling efektif dalam pengendalian llama karena mampu metiekan populasi hingga di bawali batas ambang kerusakan. Cara ini diriilai paling liannonis serta sesuai bila dikomnbinasikan deligall cara pengendalian lainnya. Meskipun dalatn pemuliaan tanaman proses penemuan varietas atau kultivar resisten mernerlukan waktu lama, beberapa kloti kentang yang telali dinyatakan resisten karena tnerniliki rarnbut trikoma berkelenjar yakni CIP 86- 1 36 dan CIP 87, sedangkan klon CIP 387.3 1 5- 1 5, 1 .1085, dan CIP 2-43.3 tergolong agak tahan (Setiawati 1 998). Supartlia (1 998) lnenyebutkan kloli kentang yang me~niliki sifat ketahanan antisenosis terl~adap I,. htridohren.si.s yakni K.419.8 G T , selnentara K.432.5 GT dan CIP 387.169.14 ~netlunjukkan sifat ketahanan anti biosis.

Pengendalian lalat 1,. Iiuru'ohr.en.vl.r.ohnsr dengan mengglnakan perangkap kuning berperekat (yellow strcky [raps) telali terbtikti memberikan liasil cilki[p memuaskan (Lologau 1998). Cara ini dirancang atas dasar perilaku lalat tersebut yang tertarik pada spektrum caliaya wanla kuning. Kelebilian cara pengendalian ini adalali cukiip efektif, mirah, dati mudah dilaksar~akan. Cara ini sebeluinnya dipakai untuk ~nemantau persebaran imago di lapangan (Zoebiscli ct a/. 1993), tetapi kemudian berkelnbang menjadi alat pengendaliati yang ~nemiliki poterisi untuk lnengurangi populasi lalat pengorok daun (Herbert e/ ul. 1984). Pemasangan GO - 80 buah

(106)

Ballan yang digunakan bisa berupa kertas nianila wama kiming bzntuk le~nbaran atau tabung silinder yang dilapisi plastik beniiig dengan bagian luai~iya diolesi oli ~nesin.

Dala~n pelaksanaan PHT, pengendalian liayati (nonkiiniawi) inerupakan komponen yaiig wajib diuta~nakan. Pendayagunaan inusuh alaini dengan inetode pelepasan secara ai~grnentasi dilaporkan sukses mengendalika~i beberapa jenis hama sayiaan yang diusaliakaii dalam riunah kaca di Eropa (van Lenteren KL Woets 1988). Di Indonesia, upaya pemanfaatan musuh alami scpe~ti parasitoid, predator, dan patogen untuk mengendnlikaii llama tanaman sayuran iiiasili beliun ~nenii~i.jitkkaii 11asil yang memuaskan. Meskipun dernikian, hasil sirvei intensif pada beberapa jetiis tananan inang yang terinfestasi lalat 1,. hzlic/ohren.vis telah menemukan I I spesies parasitoid Hymenoptera antara lain 10 Eulopliidae ,4sccou'crs sp., (.'hrj~socli~rris sp.,

(,'~rrospillus an1hrg2itl.s (Hansson & LaSalle), ('1o.slcvocer1r.s sp., Henirp/ar.senu,s varicornis (Girault), Ncochrysocharrs ,fi,vniosa (Westwood), Ncochrysocharrs sp.,

t'nigalro sp., Qziadrc1,slrc/71rs sp., Z~rgrarnn~osoma sp., dan satu Eucoilidae yakni

Gronotomn sp. (Rauf et al. 2000). Tingkat parasitisasi bervariasi menurut jenis tanarnan inang d a i ~nusim, tetapi seringkali rendah. Keliinpalian popiilasi H. varicornis seringkali ditemukan paling tinggi terutama pada tanaman kentang.

(107)

~neng~aangi keliinpahan populasi musuli alaini. lnsektisida dengan balian aktif metomil, pennetrin, dati metainidofos, sangat beracun terliadap seinua fase liidup parasitoid (Schuster 1 994).

H. varicornis adalah spesies parasitoid yang banyak diju~npai di laparigan sejak taliun 1995 dan potensial iliituk merigendalikan . . . populasi lalat pengorok daim

I,. hzlidohrensis. Warna imago hijail ~netalik k e b i n ~ a ~ i dengan ukuran panjang sekitar 1,8 mm. Serangga jantaii dapat dibedakaii dengan betina inelalui bentuk aiitenaiiya y n g lneiniliki percabangan seperti sisir. 11. ~~uricorni.s adalall ektoparasit yang meletakkan telur-telurnya di dekat larva lalat f,. huidohrensis yang sebeluinnya telali diluinpulikan dengan alat penycngitiiya. Setelah ~nenetas, larva parasitoid segera ~nene~npel darl ine~nakan isi tubill1 larva lalat pengorok dailii tersebut.

, .

Pestisida yang meripakan bahan ki~nia beracun masili menjadi aiidalan itta~na sebagian besar petani sayuran dalam iiiengatasi masalali organis~ne penggangg~~ tanamall. Beberapa liasil penelitian menunjukkaii abamektin (Hamdani et 01. 200 1 )

dan siroinazin (Rrrnomo et 01. 2001) efektif tmttk lnengeiidalikan populasi lalat I,. hurdohrensrs pada tanaman liias dari kentang.

Aba~nektin men~pakan pestisida hayati yang mengandung fungi Strc>ptomycc).v avemlt~lrs dengan kolnposisi

>

80% averinektin B1,, (koinponen R = Cz1-f5) dan

<

20% avennektin B l b (ltomponen R = CH;) (Feely & Wislock~ 1991) Adapun

(108)

Insektisida berbalian aktif klorfluozuron, bensultap, amitraz., dimetoat, dan profenofos telah terdaftar u~ituk digu~iakan dala111 pengendaliau I, hilrtkohrensrs

(Setiawati 1998; Direktorat Rina Perlindungan Tanamall 1998), tetapi da~npaknya terliadap musuli ala~ni perlu penelitia~i lebili laiijut.

Cahaya Matahari

Menurut Akliadi (2000), nlatahari ineriipakan siunber radiasi gelo~nbang cahaya elektromagnetik yaki~i radiasi yang tersusu~i atas medan map111 da11 medal1 listrik yaug kernampiran merambatnya sama dengan kecepatan cahaya serta ~ n e r n ~ l ~ k ~ sifat saina pula dengan caliaya (liipotesis James Clark Maxwell 1864 dan diperkuat

hasil percobaa~l Hei~iricli Ki~dolph i i e ~ t z ) . Kadiasi elektromagnetik ini merlrpakan perjalaiian atau perambatan medan listrik dan 1neda11 maglet yang satu salna lainnyn saling tegak lurus. Am11 medan listrik dan medal1 magnet jirga tegak lurus terliadap arah perjalanan radiasi elektromagnetik. Kuinpulan dari berbagai Jenis radiasi elektromagnetik inembeutu~k spektriun elektrornagietik.

(109)

Y macron

c-n n,>nonc:cr m . m r l r r -,, n ~ l l , n t c , o n k ? , b # l o r c ! c r

Frequency, 3 x l o n Hz

Gambar 1 Spektnlln cailaya elektromagietik (NAS 197 1 )

Dari sejuinlali spektrum caliaya elektromagietik tersebut ada tigz jenis yang sangat berpenganih terliadap kehidu~pan tanainan daii serangga yaitu (1) caliaya infrainerah ((,b.vorhed and trunnsn~~tted), (2).cahaya tanpak (vr.srhle Irght), dan (3) caliaya ultraviolet (ah.vort7ed arid trunsnlrtled). Radiasi tennal infiairierah lnenlpakan sumber panas atau lcalori terpenting dengan kisaraii panjang gelombang 7000 - 7400

angstrom. Cahaya matdiari yang talnpak oleli lnata manusia memiliki kisaran panjalig gelornbang 4000 - 7000 angstrom; sedangkan siriar ultraviolet ~ne~niliki

kisaraii panjang gelombang 2920 - 4000 angstrom. Sinar ultraviolet yang berasal

dari matahari agak sulit dideteksi manilusia karena s e b a ~ ~ a n besar telali diserap ole11 atrnosfir buini .

[image:109.568.128.462.73.340.2]
(110)

serangga terhadap cahaya erat liilbingannya dengan lingkungan hidupnya. Seratigga yang tergolong Ilana gudang selalu menyukai ruang tertiltup dan bercaliaya gelap; sebaliknya imago penggerek batang padi lebih tertarik pada cahaya terang. Beberapa jenis seraugga llama diketaliui ~nemiliki sifat ketergantilligan pada si~iar ultraviolet g n a mengarahkan dirinya sewaktu melakiikan aktivitas penerbangan. Selain itu, refleksi sinar illtraviolet juga digiaiakan sebagai isyarat dalam mengenali tanaman hang dan jenis bimga yang diinginkan (Costa gi Robb 1 Adaptasi scrnngga

terhadap kondisi cahaya cli lingkimgannya dapat diwijudkan dalam bentuk pesilaku hidupnya. Selain itu juga dapat dimanifestasikan ke dalam perubahan-perubahan fisiologi, anatomi-morfologi, indera pengliliatan, serta wama tubuli yang bervariasi. Efek negatif dari kepekaan makhluk liidirp tennasuk serangga terliadap perubahan radiasi gelombang elektroinagnetik yang diteriina sangat bervariasi, dapat berwijud iritasi ringari sampai berakibat fatal beripa kematian (Valenzeno & Tarr 1995).

Saitou el 01. ( 1 993) menyebutkan baliwa spektrum cahaya 11c.nr-li1trtr1~/olct

(350-400 ~un), biru (440-460 nm), dan merali (600-680 nm) berperan efektif dala~n pembentukan kunci~p atail tunas-tunas baru pada iljimg tanaman dan akar. Hal ini berhibungan dengan kerja pignen fitokro~n yang terkandung dalam organ tanalnan

(111)

promotif spektrurn caliaya merali, birii, dan nc?ar-lll1~a1)1olet pada tanaman

A. r.ustrca,ia menunin drastis jika diikuti dcngan speLtnun caliaya merah-.jauh (730 nm).

Hasil penelitian Fortniim et 01. (1997) menunjukkai baliwa mi~lsa plastik polietilen wania putili memantulkan caliaya radiasi aktif fotosintesis dala~n ~~niilali lebih banyak dari nisbah caliaya merali-.jai~li terliadap cahaya merali (/<'I( N-ratio)

lebili rendali dibaliding mulsa plastik warna merali. Peningkatan jiuiilah caliaya yang dipantiilkan ~niilsa plastik cvanla p~~tili ataupim merah , menunjiikkan peran

(112)

pada bagian-bagian tertentu dari organ tanaman yang mengalami pertumbihan diferensial.

Manfaat Mulsa Plastik dalam Pertanian

Leinbaran plastik atau mulsa reflektif seperti silver polyelhylene mulch, aluminuni ,fi,il mulch, dan red polye/hylcne in~ilch, telali banyak dipakai secara luas sebagai ko~nponen budidaya berbagai jenis tanaman di rumah kaca maupun di lalian terbuka. Jenis tanaman yang dimaksud antara lain: melon, tomat, cabai, kentang,

. .

selada, labu siam, brokoli, zttkini, dan kacang gude (Adlerz & Everett 1968; Wolfenbarger & Moore 1968; Sliands & Simpson 1972; Nawrocka el 01. 1975; Wyman et al. 1979; Costello 1994; Pinese et al. 1994; Antignus et al. 1996; Costa & Robb 1999; Smith et al. 2000).

Penggiuiaan mulsa plastik reflektif, selain untuik keperluan meningkatkan hasil ~unbi dan kualitas buah (Kasperbauer & Hunt 1998), dapat berperan pula sebagai alat pengendalian harna-penyakit (Wolfenbarger & Moore 1968; Nawrocka

(113)

inemperbanyak jiunlah cahaya yang sampai ke daun seliiiigga liasil fotosiiitesis ineningkat (Green ct nl. 1 995).

Beberapa peneliti telah melakukan percobaan penggunaan leinbaran mulsa plastik yang mampu menyerap, menyebarkan, serta meinantulkan sinar ulltraviolet daii infi-amera11 dikaitkan dengan perkembangan llama-penyakit tertentu. Hasilnya men~~njtikkan bahwa tingkat seraiigan beberapa jenis kutudaim yang kebanyakan berperan sebagai vektor virus berkitrang secara nyata. I'antulan cahaya yang berasal dari lapisan permukaan atas mulsa plastik (perak dan alicmmum forl) mampu menglialau berbagai jenis llama berukwan kecil terutaina jenis kutudaun dan trips serta nematoda Melordogyne (Fortnun el al. 1997) yang biasa inenyerang tanaman sayllran dan buah-buahan di r~unali kaca inaupim di lalian terbuka. Dilaporkaii pula bahwa Hen~rsra tahaci (Gennadius) (Hoinoptera Aleyrodidae), Aphrs gos,syprr

Glover. (Homoptera: Aphididae), dan 1~i.cxnklr~irelln occr dentalw (Pergande) (Thysanoptera: Thripidae) sangat tertarik pada siilar ultraviolet (Antignus et al.

1996). Penggulaan ballan plastik penyerap dan pemantul siriar ultraviolet dapat menunmkan tingkat seraiigan ketiga jenis llama tersebut secara nyata. Pengaruh radiasi illt~aviolet dengan pailjang gelombailg pendek (frekuensi tinggi) dapat menglialau k~ltudaun saat melakukan penerbangan pemencaran. Infonnasi lainnya inenyebutkan bahwa pendlambatan dan penyerapan spektrum cahaya ultraviolet ole11 lapisan plastik polietilen dan villi1 berpengaruh terliadap perilaku penerbangari

Hemr.v/a a r p l ~ f i l ~ i Bellow & l'erring (EIomoptera: Aleyrodidae) dan I+'. occ.rden/alr.s

(114)

24

Pemanfaatan Mulsa Plastik pada Tanaman Kentang

Mulsa plastik yang dipakai pada budidaya tanainan bennanfaat dalam konservasi air, unsur hara tanali, dan menekan pertimbulian gidma. Selain itu, paltulan caliaya dari permukaaii mulsa plastik berwania putili dai merah telah diketahui perannya sebagai fitorebxllator pada pertumb~ilian tanaman dengan cara inelnpenganihi kerja piginen titokrom dalain pengalokasian fotosintat ke tunas, perakaran, serta buah/u~mbi (Saitou el al. 1993); Fortnuln et al. 1997).

Pada tananan kentang yang iuniunnya diusahakaii pada lalian terbika dengan areal yang relatif luas, tradisi pengunaan mulsa plastik masill sangat langka. Dalam beberapa literahu-, pemakaian inulsa plastik reflektif tetah terbukti dapat menguirangi tingkat serangan organisme pengganggu tanainan kentang. Sebagai contoh, Shands & Simpson (1972) telali melakukan percobaan unhk mengetaliui efek alzli?zrnut?i .for1 nzzilches terhadap kelimpahan kitudaun pada tanaman kentang. Hasil percobaannya ~nenunjt~kkan bahwa inulsa plastik reflektif yang inenutup 50% inaupun 9 5% luas permukaan petak perlakuan dapat rneningkatkan hasil panen umbi serta menuu-unkan jumlah kutudaun Aphrs nasturtir Kaltenbach (Hoinoptera: Aphiddae) dan

Macroslphum euphorhrac? (Thomas) (Hornoptera: Aphididae) secara nyata.

Pengaruh Mulsa Plastik terhadap Perkembangan Lirionzyza spp.

(115)

Llnoniyza spp. Sebaliknya Webb & Smith (1 973) menyatakan inulsa plastik reflektif (&-aft@ paper-hack al~rrn~n~lni ,fi,,l dan gre-v alurn~nlrr,~-pa~ntcd pr~l~vcih,vlene) yang digunakan pada budidaya kacang bumcis inenyebabkan peningkatan populasi

(116)

.. . .

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di Desa Silkamanah, Kecalnatan Pangalengan, Kabilpaten Banding, Provinsi Jawa Barat, dan berlangsimg sejak bulan April sainpai dengan Oktober 2001. Perlakuaii terdiri dari: ( 1 ) pertanainan deiigaii hanya inulsa plastik, (2) pertaiia~na~i dengan hanya ajir, (3) pertanainan dengan mulsa plastik dan ajir, dan (4) pertanaman tanpa miilsa plastik dan tanpa ajir. Setiap perlakuan diulang tiga kali. Rancangan yang dijgmakan adalall faktorial dalan acak kelotnpok.

Penyiapan dan Perawatan Tanaman

Untuk keperluan penelitian, lalian seluas 750 m' diolah hingga siap tatiam dan selanjutnya dilakukan pemetakan. Selulrill~ perlakuan terdiri dari 12 petak, yaitu masing-masing tiga petak (ulangan) untuk tiap perlakuan. Jarak antar petak perlakuan 1.0 m, sedangkarl jarak antar petak iulangan 1.5 m. Setiap petak berikuran 6.50 m x 6.50 m, yang tersusin dari enaln guludan dengan arah itara-selatan. Lebar guludan 1.0 m (sesuai lebar mulsa plastik) dan tinggi 30 - 40 cm, sedangkan jarak

antar gilludan 0.75 cm. Tiap guludan terdiri atas dua baris tanainan, dengan jarak tanam antar baris 75 cin dan jarak tanam dalam barisan 35 cm. Tiap baris terdiri dari

18 tanaman, sehingga pada setiap guludan terdapat 36 tanaman kentang.

(117)

budidaya setempat, kecuali bahwa selama percobaan berlangsung tidak digunakan insek5sida.

Pengamatan

Pengatnatan dilakukan setiap minggu sej& tanaman berumur tujuh minggi setelah tanarn (7 MST) hingga menjelang panen. Peubah yang diamati meliputi kelimpallan lalat L. htiidobren.sis dan lalat predator C. humilis, tingkat parasitisasi, intensitas kenlsakan tanaman, dan hasil panen.

Kelimpahan lalat pengorok daun dan predator. Pengamatan dilakukan

secara langsuing pada tajuk kentang. Untuk maksud tersebut, pada satu baris tanaman (6.5 m) dhitung banyaknya lalat pengorok d a h dan lalat predator yang terdapat pada tajuk kentang. Pengamatan dilakukan pada periode pk. 07:OO - 10:OO WIB. Agar

konsisten pengainatan berlangsung selama 5 rnenit per baris tanaman contoh.

Tingkat parasitisasi. Setiap minggu dari tiap petak perlakuan diambil

sebanyalc 20 anak daun yang diyakini terinfestasi larva L. huidobrensis instar-2 atau

-

3. D a m contoh lalu dimasukkan ke dalam kantong plastik dan selanjutnya disimpan dalam wadah pendmgin (ice box). Di laboratoritlm, permukaan atas dan bawah daun dibersihkan secara perlahan dengan kuas halus. Hal ini dimaksudkan untuk

(118)

Intensitas kerusakan tanaman. Pada setiap petak ditentukan 10 tanaman contoh yang letaknya tersebar merata. Untuk pengamatan daiun, tajuk dibagi ke dalam dua bagian yaih~ atas dan bawal~. Pada tiap bagian tajuk dipilih empat rangkaian dam primer yang mewakili empat arah mata angin. Pada tiap rangkaian daun primer, sebanyak lima helai anak daun yang dimulai dari ujung dipilih sebagai daun contoh. Intensitas kenisaka11 dam didasarkan pada proporsi luas permukaan dam yang terkorok. Besarnya intensitas ken~sakan tanaman ditentukan berdasarkan rataan intensitas kerusakan dari seluruh daun yang diamati.

Hasil panen. Pengartlh perlakuan terhadap hasil panen didasarkan pada

bobot uunbi per petak percobaan. Untuk maksud itu, pada saat panen umbi digali dan dibersihkan dari tanah yang menempel dau kelnudian ditimbang.

Analisis Usahatani

Prodilktivitas, kelayakan, serta keilntimgan atau penerllnaan bersih masing- masing perlakuan dhtung dengan analisis usahatani serta KC-ratio yakni nisball pendapatan kotor (revenue) terhadap biaya total (cost).

Analisis Data

(119)

NASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis statistika meniunjiikkan bahwa perlakuan mulsa plastik perak liitam berpenganlh nyata terhadap kelimpahan populasi lalat I,. hu~tkohrensrs

(F = 23,l; db = 1, 6; P = 0,0030) dan terhadap hasil panen (F = 8,17; db = I, 6 ;

P = 0,0289) (Lampiran 1 dan 2), sedangkan perlakuan ajir belpengaruli terhadap

tingkat parasitisasi 0pr1r.s sp. (F = 12,06; db = 1 , 6; P = 0,O 133) (Lampiran 3). Tidak

terdapat interaksi antara perlakuan mulsa plastik perak hitam dengan ajir pada semua peubah yang diamati.

Kelimpahan Imago lalat L. hilidohrertsis

Kelimpahan lalat I,. h~clc/obrensrs leblh tinggi pada petak kentang yang menggunakan mulsa plastik, khususnya pada saat tananan bennnur 7 - 9 lninggu

setelah tanam (MS?') (Tabel 1). Hal ini bisa terjadi karena pengaruli caliaya yang dipantulkan oleh pennirkaan mulsa plastik terhadap perilaku serangga lebih efektif pada awal pertumbnhan tanaman dan berangsur-angsir menilrun sampai tajilk tanaman saling menaungi. Tiadanya perbedaan yang nyata pada 10 dan 1 I MST diduga terkait dengan rendahnya kelimpahan lalat pada i m i r tersebut. Berdasarkan total rataan keseluruhan (kolom terakliir), peningkatan populasi lalat pengorok daun pada petak yang diberi millsa plastik sekitar 2 - 3 kali lipat lebih tinggi dari pada

petak yang tidak menggunakan mulsa (hanya-ajir atau tanpa-mulsa/ ajir).

(120)

mulsa. Oattnan & Michelbacher (1958) dan Smith ci al. (1 970) melaporkan baliwa lalat perigorok dauri tertarik pada cahaya. Dalain kunmgan peinbiakan rnassal di Laboratoriuin Ekolog dan Pengelolaan Haina

-

IPB, lalat I,. htr~dohrensls seriiig diteinukaii inenernpel pada dinding bagan atas k~~ri~iigan yaiig terbuat dari plastik bening .

1 abel 1 Kelimpaliaii populasi lalat I,. I ~ z ~ ~ c / o h r ~ e t ~ . s ~ pada taji~k kentang (ekor /6,5 in baris tanamaii)

Perlakuan Minggu setelali taiiam" Total rataan

7 8 9 10 1 1 keseliruhan

Hanya mulsa 6,40 a 6,90 a 4,70 a 0,53 a 0,13 a 18,67 a Mulsa 4- ajir 4,83 a 5,40 a 4,23, a 0,67 a 0,17 a 15,30 a Hanya ajir 3.03b 1,17b 2,13b 0,27a 0,13a 6,73 b Tanpa rnulsa 2,93 b 1,47 b 2,03 b 0,47 a 0,07 a 6,97 b dan ajir

"

Angka sekolom yang diikuti huruf yang salila tidak berbeda inei~urut uji jarak berganda Duncan ( a = 0,OS)

Kelimpaban Imago Lalat Predator C. kumilis

Berbeda dengan terliadap lalat pengorok dam, penggtinaan mulsa plastik tidak berpengaruh nyata terhadap keliinpahan lalat predator ('. hun~rlrs (F = 3,46;

db = 1, 6; P = 0,1123) (Tabel 2). Walaupim demikian, secara urnL1rn kelimpahan lalat

predator pada 7 - I I MST ceiiderung lebili tiilgg pada petak yang diberi perlakuaii mulsa plastik. Sifat aktif lalat predator ('. hzm~rlrs yang memiliki gerakan gesit

(121)

predator generalis dapat menlpakan f?ktor lain penyebab ketiadaan perbedaan pengaruh perlakuan.

Kelimpahan predator sangat rendah pada 10 dan 11 MST; ha1 ini tampaknya berhubungan dengan kondisi tanaman yang mulai mengering dan menurunnya populasi lalat pengorok dam sebagai mangsa..tamanya.

Tabel 2 Kelimpahan populasi lalat predator C. hunlilis pada tajuk kentang (ekor 1 6,5 m baris tanaman)

Perlakuan Minggu setelah t a n a d Total rataan

7 8 ' 9 10 1 1 keseluruhan

Hanya mulsa 0,63 0,80 0,40 0,lO 0,lO 2,03

Mulsa

+

ajir 0,77 1,OO 0,50 0,07 0,13 2,47

Hanya ajir 0,47 0,27 0,13 0,07 0,17 1,lI

Tanpamulsa dan ajir 0,60 0,53 0,40 0,27 0,33 2,13

a Tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan

Tingkat Parasitisasi

Opius

sp.

Berdasarkan penjynpulan daun-da& yang terserang larva L,. huidobrensis

selama percobaan berlangsung, rataan tingkat parasitisasi berkisar 80 - 90%.

Parasitoid yang keluar dari daun contoh adalah Opius sp. (Hymenoptera: Braconidae)

dm H. varicomis (Girault) (Hymenoptera: Eulophidae). Selma penelitian

(122)

32

oleh Rauf et al. (2000) yang jarang menemukan parasitoid Opius sp. Tampaknya . .

dalam dua tahun belakangan ini telah terjadi pergeseran dominasi spesies parasitoid dari H. varicornis ke Opius sp. Kecendeningan yang sama dilaporkan pula oleh Purnomo et al. (200 1).

Karena kelimpahan parasitoid H. varicornls sangat rendah, maka hanya data tingkat parasitisasi Opius sp. yang disajikan. Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan rnulsa plastik tidak berpengaruh terhadap parasitoid Opius sp., seperti tampak dari tingkat parasitisasi pada petak perlakuan hanya-mulsa dan tanpa- mulsa/ajir yang tidak berbeda nyata (F = 0,16; db = I , 6; P = 0,7002) (Tabel 3, kololn terakhir, data baris ke-1 dan -4). Di piliak lain, pemasangan ajir meni~nlnkan tingkat parasitisasi (Tabel 3). Secara biologis peniirunan ini, yang besamya sekitar 6 - 7%,

inungkin tidak akan berdampak nyata terhadap penekanan populasi hama. Price & Poe (1976) juga melaporkan terjadinya penilnlnan tingkat parasitisasi Opius sp. pada

I,. sativae Blancliard (Diptera: Aby-omyzidae) pada pertanaman tomat yang . .

(123)
[image:123.568.83.493.141.360.2]

Tabel 3 Tingkat parasitisasi I, huidohre~lsis oieh parasitoid Oprus sp.

Perlakuan Bany aknya Bany aknya Bany aknya Rataan daun yang imago I,. imago Opius parasitisasi dik~unpulkan huldobrensis SP . Yang (%)a

(helai) yang muncul m~mcul

-

Hanya mulsa 240 4 8 388 87.88 a

Mullsa + ajir 240 94 338 80.60 b

Hanya ajir 240 9 1 292 80.56 b

Tanpa mulsa dan ajir

a Angka sekolom yang diikuti hurif yang'saina tidak berbeda menurut uji jarak berganda Duncan (a = 0,05)

Intensitas Kerusakan Tanaman

Walaupun kelimpahan lalat I,. huidohren.srs lebih tinggi pada petak yang menggunakan mulsa plastik seperti disebutkan sebelumnya, intensitas kerilsakan daun pada petak perlakuan ini tidak berbeda dengan pada petak perlakuan lainnya. Intensitas kenlsaka11 dam pada tajuk bagan bawah pada pengamatan terakhir (I 0 MST) sekitar 90%, sedangkan pada tajuk bagian atas sekitar 50 - 60% (Tabel 4 dan 5). Pengarih perlakuan terhadap intensitas kerusakan daun tampak nyata hanya pada 7 MST (F = 1 1,26; db = 1, 6; P = 0,0153) untuk tajuk bagian atas, serta pada

pengamatan 7 MST (F = 6,19; db = 1, 6; P = 0,0473) dan 8 MST (F = 18,43;

db = 1, 6; P = 0,051) untuk tajuk bagian bawah. Hal ini diduga karena pengaruh

(124)

matahari masili bisa menembus hingga ke penntikaan mulsa dalam jumlah banyak dan dipantulkan kembali ke atmosfir. Selnenjak tajuk tanaman mulai rimbun, cahaya matahari yang dipantulkan pennikaan mulsa seinakln sedik~t sehingga kurang berpenganlh terhadap aktivitas maupiln perilaku serangga.

Selain faktor imur tanaman, penyebab tidak terdeteksinya perbedaan pengaruh antar perlakuan tenltama pada 9 MST dan 10 MST mingkin juga ada liubungannya dengan serangan penyakit busiik datun. Fungisida yang diaplikasikan setiap minggu tidak cttkup lnampu menekan serangan penyakit. Tanaman kentang umtunnya diserang secara bersamaan oleh kedua jenis organisme tadi, dengan gejala di lapangan yang sering sulit untuk dibedakan. Balikan Deadman et al. (2000) rnendapatkan korelasi positif antara serangall l.,r~o~,~yza ir!foIrr dengan kerusakan daun oleh patogen Alternarra alternata pada tanaman kentang. Kiranya perlu penelitian tentang kemungkinan interaksi antara serangan 1,. hurdohren.s~.s dengan infeksi penyakit busttk daun l'hytophthoru rnfe.~tuns rnaupiul Alternar~a solanr.

(125)

Tabel 4 Intensitas kerusakan dauul (%) pada tajuk bagian atas

Perlakuan Minggu setelah tanam"

Hanya mulsa 2,7 a 7,3 a 15,O a 56,9 a

Mulsa + ajir 4,4 a 7,2 a 16,l a 57,O a

Hanya ajir 1,O b 5,3 a 12,9 a 54,s a

Tanpa lnulsa dan ajir 2,3 b 5,3 a 13,4 a 55,3 a

"

Angka sekolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda inenunlt ilji jarak

berganda Duncan (a = 0,05)

Tabel 5 Intensitas kerusakan daim (%) pada tajuk bagian bawah Perlakuan Minggu setelah tanain"

Hanya mulsa 44,6 a 82,5 a 80,l a 92,3 a

Mulsa + ajir 49,9 a 87,s a 85,2 a 93,9 a

Hanya ajir 35,4 b 62,4 b 69,3 a 86,5 a

Tanpamulsadanajir 37,8b 64,2 b 80,3 a 93,4 a

"

Angka sekolom yang diikuti huruf yatig sama tidak berbeda menun~t uji jarak

berganda Duncan (a = 0,05)

Hasil Panen

(126)

(Gambar I). Shand & Simpson (1972) melaporkan hasil panen yang lebili banyak pada pertanainan kentang yang menggunakan ~nulsa kertas aluminiiun. Secara LlrnLun penggunaan mulsa plastik maupun aluminium pada berbagai jenis sayuran lainnya seperti pumpkin, zukini, stroberi, cabe, kaca~ig tanali, toinat (Brust 2000; Karsidi 1987; Daos 1992; Giani 2000; Fortnu~n et al. 1997) dapat meningkatkan hasil panen.

a

h

~JI 140

a

s

b

3

120

C

.

.. ,:,.':($ ,. :.:..:a ;:,' b

d) ;. 2;i\:,4::b:

roo

. i . *:B,:rail

d) a

. 3

40 1 a

1 . . -- 1 ~ - - -

Hanya mulsa Mulsa + Ajir Hanya aj ir Tanpa mi~lsa & aj ir Perlakuan

Gambar 2 Hasil panen u~nbi kentang dari empat lnacam perlakuan (Data yang diikuti huruf yang saina tidak berbeda liyata ~ n e n ~ m ~ t uji Duncan a = 0,05; garis vertkal menunjukkan

nilai simpangan baku).

[image:126.568.77.501.253.756.2]
(127)

37 pada petak yang menggunakan mulsa plastik, dan intensitas kerusakan tanaman tidak dipengaruhi ole11 perlakuan ini. Meningkatnya hasil paneri pada petak rnulsa plastik diduga lebih karena terjadinya perlibahan, baik yang berlangsing dalam tanah maupun di atas pennukaan tanah, yang berl~ubiuigan dengan keberadaan ~nulsa plastlk.

Pengamatan lapangan meniu~jikkan bahwa tanaman kentang pada petak yang menggunakan lnulsa plastik tainpak lebih subi~r dari pada yang tumbuh pada petak yang tidak ada mulsa plastknya. Hal ini tampaknya berkaitan dengan tiadanya gulma pada petak dengan mulsa plastik, dan sebagai akibatnya persaingan untuk ~nendapatkan hara berkurang. Selain itu, pemasangan mulsa plastik dapat mempertahankan kelembaban tanali (Shands & Simpson 1972). Walaulpiin pada penelitian di Pangalengan tidak dilaktlkan pengukuran, banyak laporan menunjukkan bahwa suhu dalam tanah meningkat dengan digunakannya mulsa plastik sehingga tanaman tumbih lebih cepat (Bnist 2000; Fortnwn et a/. 1997; Kasperbauer & Hunt

(128)

sebesar 40% pada tanaman ape1 yang diberi mulsa plastik reflektif. Selain akibat radiasi yang direfleksikan, Sanders (2001) iiieiiduga bahwa peningkataii hasil panen disebabkan ole11 efek cerobong. Gas C 0 2 yang dillasilkan dalam tanah tidak mudali terlepas ke atmosfer karena tertahan lapisan plastik. Akibatnya gas aka11 terakiunulasi di bawah permukaan mulsa. Secara perlalian dan terus-menerus gas ini keluar inelalui lubang tanam ke arah tajtlk. Dengan demikian, daun akan inendapatkan C 0 2 dalam jtunlah yang berlimpah.

Analisis Usahatani

(129)

Tabel 6 Rekapitulasi hasil analisis usahatani kentang berdasarkan beberapa perlakuan yang dicobakan

Perlakuan

Biaya produksi . . Pendapatan Pendapatan

atau kotor hasil bersili

I< C-ratio

pengeluaran penjualan keuntungan -

(Rp) (RPY (Rp)

Hanya tnulsa 36.749.625,- 57.828.000,- 2 1.078.375,- 1,6 Mulsa dan ajir 40.007.000,- 55.3 15.800,- 15.308.800,- 1,4

Hanya ajir 37.059.000,- 48.964.200,- 11.905.200,- 1,3

Tanpa mulsa dan tanpa 33,727,375,- 38.725.800,- 4.998.425,-

ajir - 1 ,I

"

Harga jual umbi kentang pada saat panen rata-rata Rp 2000,- per kilogram. U

Pendapatan bersih yang menipaka~i keuntungan usahatani adalali selisih antara pendapatan kotor dari hasil penjualan 'umbi dikurangi biaya produksi atau pengeluaran usahatani (Hernanto 1989; Soekartawi 1995; Soekartawi cJt al. 1986).

(130)

sebagai usahatani yang mengilntilngkan. Secara benautan nilai

K

('-ralio setiap perlakuan dapat dituliskan sebagai berikit: hanya mulsa (l,6) > lnulsa dan ajir ( I ,4) > hanya ajir ( l , 3 ) > tanpa mulsa dan tanpa ajir ( 1 , I ).

Dalarn prakteknya, petani TP4 di Pangalengan iunumnya 1 n e l ~ g ~ ~ l l ~ k a I I mulsa ini inttik budidaya tomat dan kemudian dimanfaatkan iinti~k kentang atau sebaliknya.

Karena adanya pengaruh positif dari miilsa plastik terliadap liasil panen, kini mulsa plastik diprodtiksi dalarn berbagai macaln warna dengan tingkat manfaat yang berbeda pula. Pada tomat, misalnya, dilaporkan baliwa hasil panen lebih tinggi pada inulsa plastik tnerali dari pada mulsa plastik hitam (Decoteau el al. 1989; Kasperbauer & Hmit 1998). Percobaan pendalii~luan di Guatemala meniuljukkan baliwa kelimpahan lalat L. hu~dohre~~.sis lebih rendah pada kapri yang mengginakan mulsa plastik merah (Calderon e/ al. 1996)

(131)

KESIMPULAN

DAN

SARAN

(132)

Adlerz WC, Everett PH. 1968. Aluminum foil and white polyethylene mulches to repel aphids and control watermelon mosaic. J Econ Entomol 6 1 : 1276-1 279. Akhadi M. 2000. Dasar-dasar Proteksi Radiasi. Jakarta: Rineka Cipta.

Antignus Y, Mor N, Joseph RB, Lapidot M, Cohen S. 1996. Ultraviolet-absorbing plastic sheets protect crops from insect pests and from virus diseases vectored by insects. Environ Ento~nol 25:9 191924.

Broadbent AB, Olthof ThHA. 1995. Foliar application of Sternernemu carpocupsue

(Rhabditida: Steinernematidae) to control L,irromy=a trlfolii (Diptera: Agromyzidae) larvae in chrysanthemums. Environ Entomol24:43 1-435. Brust GE. 2000. Reflective and black mulches increase yield in pumpkins under virus

disease pressure. J Econ Entomol93: 828-833.

Calderon L, Morales R, Salguero V, Dardon D. 1996. Effect of different colors of polyethylene mulch on snow pea pests and yield. IPM CRSP Third Annual Report.

Costa HS, Robb KL. 1999. Effects of ultraviolet-absorbing greenhouse plastic films on flight behavior of Hemisia argentlfolii (Homoptera: Aleyrodidae) and

t.iankliniellu occidentalis ( ~ h ~ s a n o ~ t e r a : Thripidae). J Econ Entomol 92: 557-562.

Costello MJ. 1995. Spectral reflectance from a broccoli crop with vegetation or soil as background: influence on immigration by Hrevicoryne hrassicae and

Myzus persicue. Entomol Exp Appl 75: 109- 1 1 8.

Daos A. 1992. Pengaruh penggunaan sisa tegakan jagung dan berbagai jenis mulsa pada tanaman cabai keriting (CapLsicum annuurn Var. Longum) [skripsi]. Bogor: Jurusan BDP Faperta, Institut Pertanian Bogor.

Deadrnan ML, Thacker JRM, Khan IA, Al-Habsi

IS,

Al-Adawi S. 2000. Interactions between the leafminer L,lriomyzu tr!follz and the plant pathogen Alternarzu ulternutu in the development of leaf necrosis on potato in Oman. BBCPC Conference: 22 1-226.
(133)

Direktorat Bina Perlindungan Tanaman. 1998. Pengenalan dan Pengendalian Hama Pengorok Daun: Liriornyzu huidohrensw. Jakarta: Ditjen Tanaman Pangan dan Hortikuitura.

Erb WAY Lindquist RK, Flickinger NJ, Casey ML. 1993. Resistance of selected of interspecific Lycorpersicon Hybrids to I,~rzomyzu trfblr~ (Diptera: Agromyzidae). J Econ Entomol 86: 100-1 09.

Ewell PT, Fano H, Raman KV, Alcazar J, Palacios M, Carhuamaca J. 1990. Farmer management of potato insect pests in Peru. Lima: CIP.

Ewell PT, Fuglie KO, Raman KV. 1997. Farmers perspectives on potato pest management in developing countries: interdisciplinary research at the international potato center (CIP). In: Zehnder GW, Powelson ML, Jansson RK, Raman KV, editor. Advances in Potato Pest Biologi and Management. Minnesota: APS Press.

Feely WF, Wislocki PG. 199 1. Avemectin B I;, in celery: acetone-unextractable residues. J Agric Food Chem 39:963-967.

Fortnum BA, Decoteau DR, Kasperbauer MJ. 1997. Colored mulches affect yield of fresh-marked tomato infected with Mc>lordom~lc. rncogtzr/(c. .I Nematol 29: 538-546.

Giani

D.

2000. Dampak penggunaan mulsa lembar plastik perak terhadap iklim mikro, penyebaran PStV (Peanut ,Vlrrpe virus), dan produktivitas kacang tanah (Aruclzrs hypogeu L.) [skripsi]. Bogor: Jurusan Geofisika dan Meteorologi F-MIPA, Institut Pertanian Bogor.

Green SR, McNaughton KG, Greer DH, McLeod DJ. 1995. Measurement of the increased PAR and net all-wave radiation absorption by an apple tree caused by applying a reflective ground covering. Agric and Forest Meteor 76:

163-1 83.

Hamdani, Prijono D, Rauf A. 2001. Keefektifan insektisida alami terhadap pengorok daun Liriomyzu huidohrensis (Blanchard) (Diptera: Agromyzidae) pada tanaman hias. Makalah disampaikan pada seminar Prograin Pascasarjana IPB, Bogor, 15 Januari 200 1.

Harris MA, Begley J W, Warkentip WI,. 1 990. L,iriomyzu (rfol~i (Diptera: Agromyzidae) suppression with .foliar application of Steinernemu carpocupsue (Rhabditida: Steinernematidae) and abamectin. J Econ Entomol 83:2380-2384.

(134)

pengaruh budidaya tanaman [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Heinz KM, Nunney L, Parrella MP. 1993. Toward predictable biological control of

Liriomyza trfolii (Diptera: Agromyzidae) infesting greenhouse cut

chrysanthemums. Environ Entomol 22: 12 1 7-1 233.

Herbert HJ, Smith RF, McRae KB. 1984. Evaluation of non-insecticidal methods to reduce damage to chrysanthemums by the leafminer I,zrromyzu tr~fbliz

(Diptera: Agromyzidae). Can Entomol 1 16: 1 259- 1266. Hernanto F. 1989. Ilmu usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya.

Huffaker CB, Messenger PS. 1976. Theory and practice of biological control. New York, London: Academic Press.

Johnson MW, Welter SC, Toscano NC, Ting IP, Trumble JT. 1983. Reduction of tomato leaflet photosynthesis rates by mining activity of I,irion?v,-u satrvuc.

(Diptera: Agromyzidae). J Econ Entomol 76: 1 06 1

-

1 063.

Johnson MW, Hara AH. 1987. Influence of host crop on parasitoids (Hymenoptera) of 1,iriomy;u spp. (D

Gambar

Gambar 1 Spektnlln cailaya elektromagietik (NAS 197 1 )
Tabel 3 Tingkat parasitisasi I, huidohre~lsis oieh parasitoid Oprus sp.
Gambar 2 Hasil panen u~nbi kentang dari empat lnacam perlakuan

Referensi

Dokumen terkait

Dengan strategi penjelasan menggunakan prinsip-prinsip Islam yang bernama Hadhari itu, dijangka golongan yang tidak faham itu akan kembali tampil kemuka untuk

Menurutnya lagi, kumpulan masyarakat awam, terutama sekali kumpulan wanita, telah melahirkan rasa bimbang mereka terhadap impak negatif dan diskriminasi dari sistem dua

Oda Nobunaga memimpin dengan cara yang kejam sehingga akhirnya ia tewas dibunuh oleh bawahannya sendiri. Toyotomi Hideyoshi mengambil alih melanjutkan visi menyatukan seluruh

Merupakan rangkaian yang digunakan untuk mereset mikrokontroler. Karena rangkaian ini pada saat pertama kali catu daya di hidupkan, akan mereset rangkaian

• Permen jeli susu terbaik dihasilkan dari perlakuan penambahan kadar kalsium karbonat 3,06% dengan nilai tingkat kesukaan (organoleptik) terhadap warna 5,77; rasa 5,20; tekstur

Seluruh pengurus TU Jurusan Teknik Industri yang telah banyak membantu selama penulis menyelesaikan masa studi di Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik

Jika Gubernur Jawa Timur selaku Kepala Daerah dan Pemerintah membentuk suatu produk hukum yang akan menjadi payung bagi penyelenggaraan pendidikan menengah

Pada perlakuan Dolomit dan konsentrasi MOL bonggol pisang dengan dosis yang semakin tinggi menjadikan tanah yang bersifat masam berubah menjadi netral sehingga