• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PELAJARAN FISIKA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PELAJARAN FISIKA."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS

PADA PEMBELAJARAN FISIKA

Oleh :

Sri Muliati 4123321050

Program Studi Pendidikan Fisika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

i

RIWAYAT HIDUP

(4)

iii

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training terhadap KPS siswa lebih tinggi daripada pembelajaran konvensional pada materi Suhu dan Kalor di kelas X Semester II di SMAN 4 Kisaran Kabupaten Asahan T.A. 2015/2016.

Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X Semester genap SMAN 4 Kisaran yang terdiri dari lima kelas. Sampel penelitian ini diambil dua kelas yaitu kelas X-4 (kelas eksperimen) berjumlah 30 siswa dan kelas X-3 (kelas kontrol) yang berjumlah 32 siswa yang ditentukan dengan teknik Cluster Random Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Kemudian diberikan perlakuan yang berbeda, kelas eksperimen dengan model pembelajaran inquiry training dan kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional. Penilaian yang digunakan adalah penilaian KPS siswa. Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tes esai, jumlah soal 7 item yang telah divalidkan oleh validator dan juga di validitas ramalan pada kelas X SMA SWASTA DIPONEGORO Kisaran yang telah mempelajari materi Suhu dan Kalor.

Dari hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata pretes kelas eksperimen adalah 49,94 dan kelas kontrol adalah 48,03, setelah pembelajaran selesai diberikan postes dengan hasil rata-rata kelas eksperimen 88,57 dan kelas kontrol 66,08. Dari hasil uji t diperoleh thitung = 11,09 sedangkan ttabel = 1,67. Karena thitung > ttabel (11,09>1,67) maka Ho ditolak. Melalui uji t tersebut diperoleh hasil signifikan bahwa hasil belajar menggunakan model pembelajaran inquiry training terhadap KPS siswa lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional.

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan nikmat yang dikaruniakan-Nya kepada penulis hingga penelitian ini dapat selesai tepat pada waktunya.

Skripsi berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training

terhadap Keterampilan Proses Sains pada Pembelajaran Fisika.” Adapun skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan..

(6)

v

Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada Ayahanda Sartono dan Ibunda tercinta Iriani yang terus memberikan motivasi, dukungan, serta kasih sayang yang tak pernah henti, dan doa yang tulus kepada penulis dalam menyelesaikan studi di UNIMED hingga selesainya skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada abangda Dian Al-Islamy, kakak Sri Dharmayanti, kakak Ayu Fipta Hardi yang telah memberi dukungan dan masukan pada bungsu mereka, terimakasih kepada keponakan Ahmad Lutfi Abdillah sebagai penghibur dalam kepenatan. Terimakasih kepada sahabat-sahabat terdekat penulis, terutama Agustika, Yuna Winanda, Nita Agustari, Rizki Rino, Azhari, Habibi Azka, Abdi Suanda yang telah memberikan dorongan, motivasi, dan arti dari persahabatan yang tulus pada penulis. Terimakasih kepada bg Irpan, bg Rajo, bg Budi, bg Jefri, kak Zahra, kak Erlina dan kak Mai yang telah menyumbangkan masukkannya kepada penulis. Terima kasih juga kepada keluarga besar Fisika Ekstensi B 2012, kakak dan abang stambuk di Fisika UNIMED, keluarga besar PPLT Unimed 2015 SMAN 4 Kisaran terutama kamar 03, dan terimakasih kepada kakak dan adek penghuni kos Jl.Gurila No.11 Medan yang telah berganti-ganti selama 4 tahun yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan.

Medan, Juni 2016 Penulis,

Sri Muliati

(7)

vi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7

2.1 Kerangka Teoritis 7

2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran 7

2.1.2 Pengertian Model Pembelajaran Inquiry Training 7 2.1.3 Tujuan Pembelajaran Inquiry Training 9 2.1.4 Langkah-Langkah Pembelajaran Inquiry Training 9

2.1.5 Peran / Tugas Guru 11

2.1.6 Dampak Intruksional 12

2.1.7 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Inquiry Training 12

2.1.8 Keterampilan Proses Sains 13

2.1.9 Teori Behaviorisme 15

2.1.10 Teori Bandura 17

2.1.11 Pembelajaran Konvensional 17

2.2 Belajar dan Pembelajaran 18

3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 21

3.2 Populasi dan Sampel 21

3.3 Variabel Penelitian 21

3.4 Jenis dan Desain Penelitian 21

(8)

vii

3.4.2 Desain Penelitian 22

3.5 Prosedur Penelitian 22

3.6 Alat dan Pengumpulan Data 25

3.7 Validitas Tes 26

3.8.1 Menghitung Mean dari Pretes dan Postes 30

3.8.2 Uji Normalitas 30

3.8.3 Uji Homogenitas 31

3.8.4 Uji Hipotesis 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 35

4.1 Hasil Penelitian 35

4.1.1 Data Hasil Penelitian 35

4.1.2 Hasil Belajar KPS Aspek Pengetahuan Kelas Eksperimen 37 4.1.3 Hasil Belajar KPS Aspek Pengetahuan Kelas Kontrol 38 4.1.4 Uji Persyaratan Analisis Data 38

4.1.5 Pengujian Hipotesis 39

4.1.6 Hasil Belajar 41

4.2 Observasi 44

4.3 Pembahasan 45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 50

5.1 Kesimpulan 50

5.2 Saran 50

(9)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1 : Skema Rancangan Penelitian 22 Gambar.4.1 : Nilai Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 36 Gambar.4.2 : Nilai Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 37 Gambar.4.3 : Hasil belajar terhadap KPS Kelas Eksperimen dan

Kontrol 41

(10)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 : Langkah-langkah Model Pembelajaran Inquiry Training 10 Tabel 2.2 : Komponen dan Indikator KPS 14 Tabel 3.1 : Two Group Pretest-Postest Desain 20 Tabel 3.2 : Spesifikasi Tes Hasil Belajar 23 Tabel 4.1 : Hasil pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol 35 Tabel 4.2 : Hasil postes kelas eksperimen dan kelas kontrol 36 Tabel 4.3 : Ringkasan Hasil Perhitungan Nilai Rata-Rata,

Standar Deviasi dan Varians 37

Tabel 4.4 : Ringkasan Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol 38

Tabel 4.5 : Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Kedua Kelas 39 Tabel 4.6 : Ringkasan Perhitungan Uji Hipotesis Kemampuan

Awal / Pretes Siswa 39

(11)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 53

Lampiran 2 : Bahan Ajar 75

Lampiran 3 : Lembar Kerja Siswa (LKS ) 85 Lampiran 4 : Instrumen Keterampilan Proses Sains Siswa 93 Lampiran 5 : Soal Pretes dan Postes Siswa 98

Lampiran 6 : Tabel Validitas Tes 100

Lampiran 7 : Perhitungan Validitas Tes 103 Lampiran 8 : Tabel Reliabilitas Tes 105 Lampiran 9 : Perhitungan Reabilitas Tes 108 Lampiran 10 : Tabel Tingkat Kesukaran Tes 110 Lampiran 11 : Perhitungan Tingkat Kesukaran Tes 113 Lampiran 12 : Tabel Daya Beda Tes 114 Lampiran 13 : Perhitungan Daya Beda Tes 116 Lampiran 14 : Perhitungan Rata-Rata, Standar Deviasi, Varians 118 Lampiran 15 : Rekapitulasi Pretes Kelas Eksperimen 121 Lampiran 16 : Rekapitulasi Postes Kelas Eksperimen 123 Lampiran 17 : Rekapitulasi Pretes Kelas Kontrol 125 Lampiran 18 : Rekapitulasi Postes Kelas Kontrol 127 Lampiran 19 : Data Pretes dan Postes Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol 129

Lampiran 20 : Uji Normalitas 131

Lampiran 21 : Uji Homogenitas 133

Lampiran 22 : Uji Hipotesis 136

Lampiran 23 : Lembar Penilaian Sikap Siswa Kelas Eksperimen 140 Lampiran 24 : Lembar Penilaian Keterampilan Kelas Eksperimen 142 Lampiran 25 : Lembar Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen 144 Lampiran 26 : Lampiran Hasil Belajar KPS Aspek Pengetahuan 153 Lampiran 27 : Rekapitulasi Observasi Aktifitas Belajar Siswa 155

Lampiran 27 : Dokumentasi 157

(12)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan oleh berbagai pihak. Upaya tersebut dilandasi akan kesadaran betapa pentingnya pendidikan dalam pengembangan SDM. Seiring dengan perkembangan masyarakat dan kebutuhan yang meningkat, pemerintah harus berupaya untuk meningkatkan dunia pendidikan. Hal yang harus dilakukan oleh dunia pendidikan tentunya harus mempersiapkan sumber daya manusia yang kreatif, mampu memecahkan persoalan yang aktual dalam kehidupan dan mampu menghasilkan teknologi baru yang merupakan perbaikan dari sebelumnya. Faktor penting dalam keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan adalah faktor guru. Sebagai fasilitator, guru berperan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses belajar (Sanjaya, 2008).

Proses pembelajaran pada anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari (Sanjaya, 2011). Peristiwa belajar akan berlangsung lebih efektif jika siswa berhubungan langsung dengan objek yang sedang dipelajari dan ada di lingkungan sekitar. Pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa jika guru bisa memberikan keterampilan-keterampilan tertentu dalam kegiatan pembelajaran fisika. Salah satu keterampilan dalam pembelajaran fisika adalah Keterampilan Proses Sains (KPS).

(13)

2

sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Pada konsep suhu dan kalor siswa dituntut untuk dapat mengamati perubahan suhu pada termometer, membuat hipotesis mengenai perpindahan kalor, menginterpretasi data antara suhu dan waktu yang menyebabkan perubahan wujud dan mengkomunikasikan grafik perubahan wujud tersebut. Pada materi suhu dan kalor ini guru jarang memberikan praktikum kepada siswa. Seharusnya pengetahuan atau pengertian dibentuk oleh siswa secara aktif, bukan hanya diterima secara pasif dari guru mereka.

Berdasarkan pengalaman penulis saat melakukan Program Pengalaman Lapangan (PPL) beberapa guru fisika SMA Negeri 4 Kisaran mengatakan bahwa keaktifan siswa cenderung pasif, siswa kurang tertarik mempelajari fisika, nilai-nilai ulangan siswa pada pelajaran fisika lebih rendah dibanding nilai-nilai mata pelajaran lain, jarangnya guru menggunakan laboratorium, KPS siswa tidak diperhatikan guru dalam praktikum, penilaian yang dilakukan guru adalah penilaian hasil belajar siswa.

Hal ini juga diperkuat dari hasil observasi yang dilakukan penulis pada 18 Desember 2015 dengan memberikan angket kepada 43 siswa kelas X SMA Negeri 4 Kisaran dimana hanya 14 siswa yang menyukai pelajaran fisika, 5 siswa yang menganggap fisika mudah, dan 23 siswa menganggap guru yang mengajar fisika lebih banyak mencatat dan memberi contoh soal tetapi kurang praktikum. Dengan kata lain proses pembelajaran fisika masih cenderung berbasis hafalan teori, konsep-konsep dan rumus serta tidak didasarkan pada pengalaman siswa, guru tidak menilai KPS siswa karena instrumen yang digunakan guru belum menuju pada KPS siswa. KPS siswa tidak dapat diajarkan hanya dengan menggunakan metode ceramah. Guru masih menggunakan metode ceramah karena metode ini mudah untuk dilaksanakan baik dari segi persiapan, waktu dan peralatan.

(14)

3

dalam suatu rangkaian proses pembelajaran memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar yang beragam dan relatif lebih bermakna (Yurahly, dkk, 2014).

Menurut Harlen dan Elstgeest (1992) keterampilan proses dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu KPS dasar dan KPS terpadu. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan kognitif sekaligus mengembangkan KPS.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan diatas adalah dengan menerapkan model pembelajaran inquiry training dalam pengajaran fisika. Menurut Joyce, dkk., (2009) model pembelajaran inquiry training dirancang untuk membawa siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah

melalui latihan-latihan yang dapat memadatkan proses ilmiah tersebut ke dalam periode waktu yang singkat. Tujuannya adalah membantu siswa mengembangkan displin dan mengembangkan keterampilan intelektual yang diperlukan untuk mengajukan pertanyaan dan menemukan jawabannya berdasarkan rasa ingin tahunya.

Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training memiliki pengaruh signifikan pada pelajaran fisika (Sirait, 2012).

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis akan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training terhadap Keterampilan Proses Sains pada Pembelajaan Fisika“.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Proses pembelajaran fisika masih cenderung berbasis hafalan teori, konsep-konsep dan rumus serta tidak didasarkan pada pengalaman siswa yang menyebabkan rendahnya KPS siswa.

(15)

4

3. Sedikit siswa yang menyukai pelajaran fisika yaitu 32%.

4. Hasil belajar fisika siswa kurang maksimal dibanding mata pelajaran lain.

5. Penggunaan laboratorium di sekolah masih belum efektif.

1.3Batasan Masalah

Luasnya permasalahan dan keterbatasan kemampuan, waktu, dan biaya maka penulis perlu membuat batasan masalah dalam penelitian ini. Adapun yang menjadikan batasan masalah dalam penelitian di kelas X SMA Negeri 4 Kisaran semester II Tahun Pelajaran 2015/2016 sebagai berikut:

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran

inquiry training terhadap KPS siswa.

2. Materi yang akan di berikan adalah materi pokok Suhu dan Kalor.

3. Hasil belajar yang diukur adalah keterampilan proses sains siswa

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas maka rumusan masalah penelitian di kelas X SMA Negeri 4 Kisaran semester II Tahun pelajaran 2015/2016 materi suhu dan kalor ini adalah:

1. Bagaimana KPS siswa dengan menggunakan model pembelajaran

inquiry training ?

2. Bagaimana KPS siswa dengan menggunakan pembelajaran

konvensional ?

3. Apakah KPS siswa yang diajar dengan model pembelajaran inquiry

training memiliki pengaruh lebih tinggi dari pada siswa yang diajar

dengan pembelajaran konvensional?

1.5Tujuan Penelitian

(16)

5

1. Untuk mengetahui KPS siswa dengan menggunakan model

pembelajaran inquiry training.

2. Untuk mengetahui KPS siswa dengan menggunakan pembelajaran

konvensional.

3. Untuk mengetahui KPS siswa yang diajar dengan model pembelajaran

inquiry training memiliki pengaruh lebih tinggi dari pada siswa yang

diajar dengan pembelajaran konvensional.

1.6Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan setelah penelitian ini selesai dilaksanakan adalah:

Manfaat Praktis :

1. Bagi siswa, dengan penggunaan model pembelajaran inquiry training ini

siswa terlibat untuk meningkatkan pertanyaan-pertayaan dan pencarian

jawaban yang terpendam dari rasa keingintahuan mereka.

2. Bagi guru dan sekolah agar lebih membuka wawasan guru akan

keberagaman model pembelajaran yang dapat dipilih dan dimanfaatkan

dalam proses pembelajaran.

Manfaat Teoritis :

1. Bagi peneliti, memotivasi dan menambah wawasan untuk

mengembangkan penelitian dalam pembelajaran fisika.

2. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat dimanfaatkan

sebagai bahan perbandingan ataupun referensi bagi penelitian yang

relevan.

1.7Defenisi Operasional

Untuk memperjelas istilah yang digunakan dalam penelitian ini maka dibuat suatu defenisi operasional sebagai berikut:

(17)

6

training memanfaatkan eksplorasi kegairahan alami siswa, memberikan

siswa arahan-arahan khusus sehingga siswa dapat mengeksplorasi bidang-bidang baru secara efektif (Joyce, dkk., 2009).

(18)

50

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan uji statistik serta pembahasan maka disimpulkan sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan model inquiry training sebelum diberikan perlakuan rata-rata pretes sebesar 49,94 dan setelah diberikan perlakuan rata-rata postes siswa sebesar 88,57, dan dalam kategori cukup. Nilai postes dari kelas eksperimen mencapai KKM yaitu 78.

2. Pembelajaran secara Konvensional sebelum diberikan perlakuan rata-rata pretes sebesar 46,2 dan setelah diberikan perlakuan rata-rata postes siswa sebesar 66,28, dan termasuk dalam katerogi kurang.

3. Dari hasil uji hipotesis didapat hasilnya signifikan, sehingga hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran inquiry training memiliki pengaruh yang lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka sebagai tindak lanjut dari penelitian ini disarankan beberapa hal sebagai berikut :

1. Hendaknya peneliti selanjutnya lebih menguasai sintaks dalam pembelajaran inquiry training dan melakukan simulasi sebelum mencobakan model ini

terhadap siswa agar siswa lebih memahami dan terlatih dengan cara kerja model pembelajaran ini ketika melakukan penelitian, sehingga model pembelajaran inquiry training ini bisa diselesaikan tepat waktu.

2. Hendaknya peneliti selanjutnya lebih memperhatikan kesesuaian indikator KPS dengan instrumen penelitian.

(19)

51

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R. I., (2009), Belajar untuk Mengajar (Learning To Teach) Buku 2 Edisi 9, Pustaka Belajar, Yogyakarta.

Arikunto, S., (2006), Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta.

Dahar, R. W., (2006), Teori – teori Belajar dan Pembelajaran, Erlangga, Jakarta. Dimyati & Mujdiono, (2009), Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta. Hamid, A., (2011), Teori Belajar dan Pembelajaran, Media Persada, Medan. Harahap, F., & Sinuraya, J., (2013), Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry

Training terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Suhu dan Pengukuran Kelas VII Semester I MTs N 2 Medan. Jurnal INPAFI. Vol 1 (1) Hal : 34-40.

Harlen, W., & Elsgeest, J., (1992), ENESCO Sourcebook for Science in the Primary School, Imprimerie de ls Manutention, France.

Hayati, dan Suyanti. R.D., (2013), Efek Model Pembelajaran Inquiry Training Berbasis Multimedia dan Motivasi terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa. Jurnal Online Pendidikan Fisika. Vol 2 (1) Hal : 24-33.

Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E., (2009), Model-model Pembelajaran Edisi Delapan, Pustaka Belajar, Yogyakarta.

Kangenan, M., (2015), Fisika Kelas X, Erlangga, Jakarta.

Ngalimun, M., (2013), Strategi dan Model Pembelajaran, Aswaja Pressindo, Yogyakarta.

Pandey, A., Nanda, G.K., & Ranjan,V., (2011), Effectiveness of Inquiry Training Model over Conventional Teaching Method on Academic Achievement of Science Students in India, Journal of Innovative Research in Education. Vol 1 (1) Hal : 7-20.

Purwanto, (2009), Evaluasi Hasil Belajar, Pustaka Belajar, Surakarta.

Sanjaya, W., (2008), Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta.

(20)

52

Sirait, R., (2012), Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Usaha dan Energi Kelas VIII MTs N 3 Medan, Jurnal Pendidikan Fisika. Vol 1 (1) Hal: 21-26.

Slameto, (2010), Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta.

Sudjana, (2005), Metode Statistika, Tarsito, Bandung.

Sudjana, N., (2010), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Trisno, Kendek, Y., dan Pasaribu, M., (2012), Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training terhadap Hasil Belajar pada Pokok Bahasan Kalor Siswa SMP N 9 Palu, Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako.Vol 2 (1) Hal: 14-20.

Gambar

Gambar 3.1 : Skema Rancangan Penelitian    Gambar.4.1 : Nilai Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Gambar.4.2 : Nilai Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Tabel 2.2 : Komponen dan Indikator KPS Tabel 2.1 : Langkah-langkah Model Pembelajaran Tabel 3.1 : Two Group Pretest-Postest Desain

Referensi

Dokumen terkait

apabila Saudara tidak hadir sesuai jadwal tersebut diatas dengan alasan yang tidak dapat diterima, maka perusahaan Saudara beserta pengurusnya dimasukkan ke dalam Daftar Hitam

Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang

HUBUNGAN MOTOR ABILITY DENGAN KETERAMPILAN TEKNIK DASAR (PASSING_STOPPING, DRIBBLING DAN SHOOTING) PADA CABANG OLAHRAGA FUTSAL.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dengan berkembangnya bidang jasa Event Organizer pada saat perusahaan akana. menyelenggarakan suatu event maka semua penyedia jasa event akan

Pada suhu 70°c, warna tempe yang dihasilkan adalah coklat dengan tekstur kering rnerata. Jenis

[r]

Tesis yang berjudul : “ PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ACCELERATION SPRINT DAN HOLLOW SPRINT TERHADAP PRESTASI SPRINT 100 METER DITINJAU DARI RASIO PANJANG

Gambarlah hewan yang kamu lihat saat ke sekolah.. Kuda