• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DAN SELF EFFICACY SISWA MELALUI PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E DI SMA MUHAMMADIYAH 8 KISARAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DAN SELF EFFICACY SISWA MELALUI PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E DI SMA MUHAMMADIYAH 8 KISARAN."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAH DAN SELF EFFICACY

CYCLE 5E

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SELF EFFICACY SISWA MELALUI PEMBELAJARAN

5EDI SMA MUHAMMADIYAH 8 KISARAN

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

SYARIMAH SIREGAR NIM: 8146171085

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN 2016

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i ABSTRAK

SYARIMAH SIREGAR. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika dan Self Efficacy Siswa Melalui Pembelajaran Learning Cycle 5E di SMA Muhammadiyah 8 Kisaran. Tesis. Medan : Program Studi Pendidikan Matematika Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan. 2016

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Menganalisis peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajarkan melalui model pembelajaran learning cycle 5e, (2) Menganalisis peningkatan self efficacy siswa yang diajarkan melalui model pembelajaran learning cycle 5e, (3) Menganalisis interaksi antara pembelajaran dan kemampuan awal matematika terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, (4) Menganalisis interaksi antara pembelajaran dan kemampuan awal matematika terhadap self efficacy siswa, (5) Menganalisis kesalahan-kesalahan apa yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan permasalahan matematika. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperiment. Instrumen yang digunakan terdiri dari : (1) tes kemampuan pemecahan masalah matematika, (2) angket self efficacy. Analisis data dilakukan dengan analisis varians (ANAVA) dua jalur. Hasil penelitiaan menunjukkan (1) Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa SMA melalui pembelajaran learning cycle 5e lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan pembelajaran biasa. (2) Peningkatan self efficacy siswa SMA melalui pembelajaran learning cycle 5e lebih tinggi daripada peningkatan self efficacy siswa dengan pembelajaran biasa. (3) Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal siswa terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. (4) Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal siswa terhadap peningkatan self efficacy siswa. (5) Kesalahan penyelesaian jawaban siswa dalam menyelesaikan masalah kemampuan pemecahan masalah matematika terdapat pada langkah ke 2 yaitu siswa sering tidak menuliskan perencanaan penyelesaian dan pada langkah ke 4 yaitu tidak melakukan pemeriksaan kembali (looking back).

(7)

ABSTRACT

SYARIMAH SIREGAR. The Increasing of Mathematics Problem Solving Ability and Self Efficacy Students Through Learning Cycle 5E In SMA Muhammadiyah 8 Kisaran. Thesis. Medan: Postgraduate of Study Mathematics

ducation Program, State University of Medan. 2016.

The purpose of this study is to determine: (1) To analyze in problem solving ability of mathematics students through learning cycle 5e, (2) To analyze in Self fficacy senior high school students through a learning cycle 5e, (3) To analyze the interaction between the learning with prior knowledge of mathematics students to improving the problem solving ability of mathematics, (4) To analyze the interaction between the learning with prior knowledge of mathematics students to rise to an increase in Self fficacy students, (5) To analyze the students mistakes when they do mathematics problem. This research is a quasi experiment. The instrument used consisted of: (1) Test the mathematical problem solving ability, (2) Self fficacy questionnaire. ata were analyzed by analysis of variance (ANOVA) two lanes. Research results showed (1) Improving the ability of mathematical problem solving senior high school students through learning cycle 5e higher than the increase in problem solving ability math students with exceptional learning. (2) Increasing Self fficacy junior high school students through a realistic problem solving ability higher than the increase in Self fficacy students with exceptional learning. (3) There is no interaction between the learning ability of students to the beginning of improvement of problem solving ability mathematics students. (4) There is no interaction between the learning ability of students beginning to increase students' Self fficacy. (5) The mistakes do the students to answere mathematic problem is there is no devising a plan in step 2 and there is no looking back in step 4.

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika dan Self Efficacy Siswa Melalui Pembelajaran Learning Cycle 5E di SMA

Muhammadiyah 8 Kisaran” dapat diselesaikan. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Edy Syahputra, M.Pd selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED ditengah-tengah

kesibukannya telah memberikan bimbingan dan selalu mampu memberikan motivasi bagi penulis sehingga terselesaikannya tesis ini.

2. Bapak Dr. Mulyono, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED yang telah banyak membantu dalam memberikan arahan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

3. Bapak Dapot Tua Manullang, SE selaku Staf Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED yang telah banyak memberikan semangat dan membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini

(9)

memberikan bimbingan, arahan dengan sabar dan kritis terhadap berbagai permasalahan, dan selalu mampu memberikan motivasi bagi penulis.

. Ayahanda tercinta Muhammad Nurdin Siregar dan Ibunda Nuraini Lubis serta abangda Rahmat Taufik Siregar, yang senantiasa memberikan motivasi dan do’a.

. Sahabat seperjuangan terkhusus angkatan 2 14 Prodi Matematika A1 yang telah memberikan dorongan, semangat, serta bantuan lainnya kepada penulis. . Teman-teman dan adik-adikku tersayang Nazri Alwi arahap, Siti azar

Sitorus, Elvina Aprilia Sinaga, Dinda Pratiwi Lubis dan Fitri Wirdani Rambe yang senantiasa selalu bersama didalam suka maupun duka.

Semoga Allah membalas semua yang telah diberikan Bapak Ibu serta saudara i, kiranya kita semua tetap dalam lindungan-Nya. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan khususnya matematika. Mungkin masih terdapat kekurangan kelemahan dalam penyusunan tesis ini, untuk itu penulis mengharapkan sumbangan berupa pemikiran yang terbungkus dalam saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini.

Medan, September 2 1 Penulis

(10)

v DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 19

1.3 Batasan Masalah ... 20

1.4 Rumusan Masalah ... 20

1.5 Tujuan Penelitian ... 21

1.6 Manfaat Penelitian ... 22

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 23

2.1 Kemampuan Pemecahan Masalah ... 23

2.1.1 Masalah Dan Pemecahan Masalah ... 23

2.1.2 Kemampuan Pemecahan Masalah ... 25

2.1.3 Pemecahan Masalah untuk Siswa SMA ... 32

2.2 Kemampuan Self Efficacy ... 35

2.3 Model Pembelajaran Learning Cycle 5E ... 40

2.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Learning Cycle 5E ... 40

2.3.2 Langkah Model Pembelajaran Learning Cycle 5E ... 42

2.3.3 Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Learning Cycle 5E ... 48

2.4 Pembelajaran Biasa ... 48

2.5 Kemampuan Awal Matematika ... 52

2.6 Penelitian yang Relevan ... 52

2.7 Teori Belajar yang Mendukung Pembelajaran Learning Cycle 5E... 54

2.8 Materi Trigonometri ... 58

2.9 Kerangka Konseptual ... 60

2.10Hipotesis Penelitian ... 66

BAB III METODE PENELITIAN ... 67

3.1 Jenis Penelitian ... 67

(11)

3.3 Populasi dan Sampel... 67

3.4 Desain Penelitian ... 69

3.5 ariabel Penelitian ... 69

3.6 Tekhnik Pengumpulan Data ... 72

3.7 ji Coba Instrumen ... 77

3.8 Tekhnik Analisis Data ... 83

3.9 Prosedur Penelitian ... 95

3.10Jadwal Kegiatan... 98

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 4.1 Hasil Penelitian ... 99

4.1.1 Deskripsi Kemampuan Awal Matematika KAM Siswa ... 99

4.1.2 Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa ... 101

4.1.3 Deskripsi Skala Self Efficacy Siswa ... 107

4.1.4 Pengujian Hipotesis ... 113

4.1.5 Analisis Kesalahan Penyelesaian Jawaban Siswa ... 120

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 129

4.2.1 Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa ... 129

4.2.2 Peningkatan Self Efficacy Siswa ... 132

4.2.3 Interaksi antara Pembelajaran dengan Kemampuan Awal Matematika terhadap Peningkatan Pemecahan Masalah Siswa ... 134

4.2.4 Interaksi antara Pembelajaran dan Kemampuan Awal Matematika terhadap Peningkatan Self Efficacy Siswa ... 135

4.2.3 Keterbatasan Penelitian ... 136

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 13

5.1 Kesimpulan ... 139

5.2 Implikasi ... 141

5.3 Saran ... 142

DAFTAR PUSTAKA ... 1

(12)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Sintaks Model Pembelajaran LC 5E ... 46

2.2 Sintaks Model Pembelajaran Biasa ... 50

3.1 Rancangan Penelitian... 68

3.2 Weiner Keterkaitan Antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat ... 70

3.3 Kriteria pengelompokan kemampuan siswa berdasarkan KAM ... 72

3.4 Kisi-kisi Tes Pemecahan Masalah Matematika ... 72

3.5 Pedoman Penyekoran Tes Pemecahan Masalah Matematika ... 73

3.6 Kisi-kisi Instrumen Self Efficacy ... 75

3.7 Skor Alternatif Jawaban Skala Self Efficacy ... 75

3.8 Hasil Uji Validitas Setiap Butir Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ... 79

3.9 Hasil Uji Reliabilitas Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ... 80

3.10 Hasil Perhitungan Daya Pembeda Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ... 81

3.11 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ... 82

3.12 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal Matematika Siswa ... 86

3.13 Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Awal Matematika Siswa ... 87

3.14 Analisis Ragam Klasifikasi Dua Arah Dengan Interaksi ... 91

3.15 Keterkaitan Antara Rumusan Masalah, Hipotesis Data Alat Uji dan Uji Statistik ... 93

3.16 Kriteria Proses Penyelesaian Jawaban Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ... 94

3.17 Kategori Proses Penyelesaian Jawaban Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 95

3.18 Jadwal Kegiatan Penelitian Yang Direncanakan ... 98

4.1 Hasil Rata-rata dan Simpangan baku KAM ... 100

4.2 Sebaran Sampel Penelitian ... 101

4.3 Deskripsi Pretest Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Berdasarkan Pembelajaran ... 102

4.4 Deskripsi Posttest Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Berdasarkan Pembelajaran ... 103

4.5 Rata–rata dan Standar Deviasi Data Indeks N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ... 104

4.6 Rata-rata Data Indeks N-Gain Pemecahan Masalah Matematika Siswa Setiap Indikator ... 105

(13)

4.8 Deskripsi Self Efficacy Siswa Berdasarkan Pembelajaran Sebelum Diberi Perlakuan ... 108 4.9 Deskripsi Self Efficacy Siswa Berdasarkan Pembelajaran Setelah

Diberi Perlakuan ... 109 4.10 Rata-rata dan Standar Deviasi Data Indeks N-Gain Self Efficacy Siswa 110 4.11 Rata-rata Data Indeks N-Gain Self Efficacy Siswa Setiap Indikator ... 111 4.12 Rata-rata Data Indeks N-Gain Self Efficacy Siswa Berdasarkan KAM . 113 4.13 Hasil Uji Hipotesis Pertama dengan Anava Dua Jalur ... 114 4.14 Hasil Uji Hipotesis Kedua dengan Anava Dua Jalur ... 116 4.15 Hasil Uji Interaksi Hipotesis Ketiga Menggunakan ANAVA Dua Jalur 117 4.16 Hasil Uji Interaksi Hipotesis Keempat Menggunakan ANAVA Dua

(14)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Penyelesaian Soal 1 yang Dibuat oleh Siswa pada Tes Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematik ... 8

1.2 Penyelesaian Soal 2 yang Dibuat oleh Siswa pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 9

1.3 Hubungan Antara Model Pembelajaran, Kemampuan Pemecahan Masalah dan Self Efficacy Siswa ... 18

2.1 Fase Model Pembelajaran Learning Cycle 5E... 41

3.1 Prosedur Penelitian ... 97

4.1 Diagram Kemampuan Awal Matematika ... 100

4.2 Diagram Rata-rata dan Standar Deviasi Data Pretest Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa ... 102

4.3 Diagram Rata-rata dan Standar Deviasi Data Posttest Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa ... 103

4.4 Diagram Rata-rata dan Standar Deviasi Indeks N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa ... 105

4.5 Diagram Rata-rata Data Indeks N-Gain Pemecahan Masalah Matematika Siswa Setiap Indikator ... 106

4.6 Diagram Rata-rata Data Indeks N-Gain Pemecahan Masalah Matematika Siswa Berdasarkan KAM ... 107

4.7 Diagram Rata-rata dan Standar Deviasi Data Self Efficacy Siswa Sebelum Diberi Perlakuan ... 108

4.8 Diagram Rata-rata dan Standar Deviasi Self Efficacy Siswa Setelah Diberi Perlakuan ... 109

4.9 Diagram Rata-rata dan Standar Deviasi Data Indeks N-Gain Self Efficacy Siswa ... 111

4.10 Diagram Rata-rata Data Indeks N-Gain Self Efficacy Siswa Setiap Indikator ... 112

4.11 Diagram Rata-rata Data Indeks N-Gain Self Efficacy Siswa Berdasarkan KAM ... 113

4.12 Grafik Interaksi antara Pembelajaran dan KAM terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa ... 118

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan wadah kegiatan yang dapat dipandang sebagai pencetak sumber daya manusia yang bermutu tinggi. Menurut Trianto (2009:1) “pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan”. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju dan kompleks, manusia dituntut untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun pendidikan informal.

Menurut Buchori (dalam Trianto, 2009:5) menyatakan bahwa “pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk suatu profesi atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari”. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan sangat penting dan dibutuhkan oleh manusia dalam menjalani kehidupannya untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, selain itu tumbuh dan majunya suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh kualitas dan kompetensi pendidikan yang dibangun oleh negara tersebut.

(16)

2

meningkatkan kualitas pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu bentuk proses belajar mengajar. “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya” (Slameto, 2010:2).

Seperti yang dikemukakan oleh eorge J. Mouly (dalam Trianto, 2009:9) bahwa “belajar pada dasarnya adalah proses perubahan tingkah laku seseorang berkat adanya pengalaman”. Belajar adalah peristiwa yang kompleks, banyak faktor dan kondisi terlibat didalamnya. Tiap faktor berkaitan erat dengan faktor lainnya dan secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri turut menentukan bagaimana proses belajar berlangsung dan bagaimana tingkat hasil belajar yang dicapai. Pengaruh dari faktor-faktor itu, tidak saja pada proses berlangsungnya kegiatan belajar tetapi juga mempengaruhi hasil belajar itu sendiri. Sebab dari proses pelaksanaan belajar itulah nantinya akan diperoleh hasil belajar.

(17)

memberikan keterampilan tinggi dalam berpikir logis, sistematis, dan kreatif untuk memecahkan masalah. al tersebut adalah modal utama dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menghadapi persaingan global. Selain itu matematika juga dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam dunia nyata.

Dewasa ini, pelajaran matematika adalah pelajaran yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Matematika juga selalu digunakan dalam mengembangkan ilmu lainnya. Pembelajaran matematika pada kurikulum 200 untuk tingkat SD, SMP, SMA, dan SM bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan (Depdiknas, 200 : 88) sebagai berikut:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep, atau algoritma secara luwes, aktual, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat-sifat, melakukan

manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. . Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami

masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam

kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap percaya diri dalam pemecahan masalah.

(18)

Sriyanto (dalam Soekisno, 2008:1) menyatakan bahwa “sikap negatif tersebut muncul karena adanya persepsi bahwa pelajaran matematika yang sulit”. Mereka menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit dan membosankan. Masalah-masalah yang dihadapi siswa tidak hanya disebabkan oleh siswa itu sendiri, melainkan kurangnya kemampuan guru untuk menciptakan situasi yang dapat memberikan ketertarikan pada siswa terhadap matematika.

Russeffendi (dalam Soekisno, 2008:1) menyatakan bahwa “kelemahan matematika pada siswa indonesia, karena pelajaran matematika di sekolah ditakuti bahkan dibenci siswa”. Sehingga banyak siswa yang mengatakan bahwa guru matematika itu adalah guru killer. al itu terjadi karena pelajaran yang sulit dipahami ditambah lagi proses pembelajaran yang dilakukan guru terlalu monoton. Banyak faktor yang menyebabkan matematika dianggap pelajaran yang sulit, diantaranya adalah karakteristik materi matematika yang bersifat abstrak, logis, sistematis, dan penuh dengan lambang-lambang dan rumus-rumus yang membingungkan siswa. Selain itu pengalaman belajar matematika bersama guru yang kurang menyenangkan selama proses pembelajaran berlangsung. Proses pembelajaran yang digunakan guru masih bersifat satu arah dan siswa pasif dalam pembelajaran.

Senada dengan itu, Soedjadi (dalam Trianto, 2009:18) meyatakan bahwa: Dalam kurikulum sekolah di Indonesia terutama pada mata pelajaran eksak (Matematika, Fisika, imia) dan dalam pengajarannya selama ini terpatri pada kebiasaan dengan urutan sajian pembelajarannya sebagai berikut: (1) diajarkan teori/teorema/definisi, (2) diberikan contoh-contoh, dan ( ) diberikan bentuk latihan soal-soal.

(19)

5

digunakan kurang menarik perhatian siswa dalam proses pembelajaran, sehingga suasana pembelajaran yang terjadi di kelas terkesan pasif. Didapat temuan sebagai berikut: (1) guru masih menggunakan metode ceramah; (2) siswa diberi soal uraian saat latihan, namun masih kesulitan dalam memahami isi dan perintah soal; dan ( ) berdasarkan soal uraian yang diberikan saat observasi, kemampuan siswa untuk menjelaskan langkah yang dikerjakan masih rendah akibatnya nilai ulangan harian matematika siswa yang masih rendah (di bawah M); ( ) dan mereka kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

Ada beberapa elemen penting dalam pembelajaran matematika. etiga elemen ini terangkum dalam kurikulum bidang studi matematika sebagaimana yang dikemukakan oleh enner (dalam ibowo, 2009:25 ) bahwa “kurikulum bidang studi matematika hendaknya mencakup elemen (1) konsep, (2) keterampilan, ( ) pemecahan masalah”.

(20)

Pemecahan masalah merupakan proses menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya pada situasi baru dan berbeda. NCTM (2000: 52) mengungkapkan tujuan pengajaran pemecahan masalah secara umum adalah: ”(1) membangun pengetahuan matematika baru, (2) memecahkan masalah yang muncul dalam matematika dan di dalam konteks-konteks lainnya, ( ) menerapkan dan menyesuaikan bermacam strategi yang sesuai untuk memecahkan permasalahan dan ( ) memantau dan merefleksikan proses dari pemecahan masalah matematika.” emampuan pemecahan masalah sangat diperlukan siswa sebagai bekal dalam memecahkan masalah dan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. emampuan pemecahan masalah amatlah penting bukan saja bagi mereka yang kemudian hari akan mendalami matematika, melainkan juga bagi mereka yang akan menerapkannya baik dalam bidang studi lain maupun dalam kehidupan sehari-hari. emampuan ini sangat penting, karena dalam kehidupan sehari-hari setiap orang selalu dihadapkan pada berbagai masalah yang harus dipecahkan dan menuntut pengetahuan untuk menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapinya.

(21)

perhatian khusus mengingat perannya yang sangat penting dalam mengembangkan potensi intelektual siswa

enyataan dilapangan menunjukkan bahwa masalah matematik siswa masih rendah

isaran. al ini sesuai dengan hasil observasi awal IPA terhadap siswa

kemampuan pemecahan mas terhadap 2 soal trigonometri

“Sebuah pesawat terbang dari kota A ke kota B menempuh jarak 150 km.

emudian berbelok dengan sudut 5 (perhatikan gambar di samping

a. Berdasarkan masalah dan gamabar di atas, tulislah informasi yang diketahui dan yang ditanya ?

b. angkah apa yang akan kamu lakukan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut!

c. Berapa jarak dari kota A ke kota C?

d. Dengan sudut

seharusnya pilot

membelokkan pesawatnya di kota C untuk kembali lagi ke

kota A? Coba bandingkan dengan jawaban temanmu!

ambar di bawah ini adalah salah satu bentuk penyelesaian yang dibuat oleh siswa terhadap soal penyelesaian masalah di atas.

perhatian khusus mengingat perannya yang sangat penting dalam mengembangkan potensi intelektual siswa.

enyataan dilapangan menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematik siswa masih rendah, khususnya di SMA Muhammadiyah 8

. al ini sesuai dengan hasil observasi awal yang dilakukan

terhadap siswa SMA Muhammadiyah 8 isaran dimana rendahnya kemampuan pemecahan masalah tersebut dapat dilihat pada hasil kerja siswa

trigonometri yang diberikan sebagai berikut:

Sebuah pesawat terbang dari kota A ke kota B menempuh jarak 150 km. emudian berbelok dengan sudut 5 0 menuju kota C, yang jaraknya 100 km

di samping).”

Berdasarkan masalah dan gamabar di atas, tulislah informasi yang diketahui dan yang ditanya ?

angkah apa yang akan kamu lakukan untuk menyelesaikan permasalahan

Berapa jarak dari kota A ke

Dengan sudut berapa

seharusnya pilot

membelokkan pesawatnya di kota C untuk kembali lagi ke

Coba bandingkan dengan jawaban temanmu!

ambar di bawah ini adalah salah satu bentuk penyelesaian yang dibuat oleh siswa terhadap soal penyelesaian masalah di atas.

perhatian khusus mengingat perannya yang sangat penting dalam

kemampuan pemecahan , khususnya di SMA Muhammadiyah 8 yang dilakukan di kelas I dimana rendahnya alah tersebut dapat dilihat pada hasil kerja siswa

Sebuah pesawat terbang dari kota A ke kota B menempuh jarak 150 km. menuju kota C, yang jaraknya 100 km

Berdasarkan masalah dan gamabar di atas, tulislah informasi yang

angkah apa yang akan kamu lakukan untuk menyelesaikan permasalahan

(22)

8

Gam ar 1.1 Penyelesaian al 1 yang Di uat leh iswa ada es Kemam uan Peme ahan Masalah Matematika

Pada soal ke dua yang diberikan, juga terlihat hal yang sama seperti pada soal yang pertama dimana siswa belum sepenuhnya dapat menjawab apa yang diminta pada soal dan tidak memenuhi indikator dari kemampuan pemecahan masalah seperti yang ditunjukkan pada soal dan penyelesaian berikut ini:

“Sebuah tiang bendera berdiri tegak pada tepian sebuah gedung bertingkat. Dari suatu tempat yang berada di tanah, titik pangkal tiang bendera terlihat dengan sudut elevasi 00 dan titik ujung tiang bendera terlihat dengan sudut elevasi 00. Jika jarak horizontal dari titik pengamatan ke tepian gedung sama dengan 10 meter, berapa meterkah tinggi tiang bendera tersebut?”

a. Dari masalah diatas, tulislah hal-hal yang diketahui dan ditanya?

b. Jika kamu berdiri sebagai pengamat, bagaimana cara kamu untuk menghitung tiang bendera tersebut? (ilustrasikan dalam bentuk gambar)

Tidak mencoba memeriksa kembali jawaban yang ada

Melakukan perhitungan tetapi masih salah dalam perhitungan

Memahami masalah (menuliskan apa yang diketahui dan ditanya)

(23)

9

c. itunglah tinggi tiang bendera tersebut berdasarkan pengamatan yang kamu lakukan?

d. Menurut Yuli tinggi tiang bendera adalah m, bagaimana dengan pendapatmu?

ambar di bawah ini adalah salah satu model penyelesaian yang dibuat oleh siswa terhadap soal pemecahan masalah di atas.

Gam ar 1.2 Penyelesaian al 2 yang Di uat leh iswa ada es Kemam uan Peme ahan Masalah Matematika

Dari hasil analisis jawaban yang di berikan kepada 2 orang siswa yang berkaitan dengan soal kemampuan pemecahan masalah matematik khususnya pada materi trigonometri di atas terdapat orang siswa (22,2%) yang menjawab dengan benar sesuai perintah soal yang diberikan, 11 orang siswa ( 0,8%) yang memberikan jawaban benar namun tidak lengkap, dan 10 orang siswa ( %) memberikan jawaban salah. al ini menunjukkan bahwa rendahnya kemampuan

Tidak mencoba memeriksa kembali jawaban yang ada

Tidak melakukan perhitungan

Memahami masalah (menuliskan apa yang diketahui dan ditanya)

Merencanakan

(24)

10

pemecahan masalah matematik siswa khususnya di SMA Muhammadiyah 8 isaran pada materi trigonometri.

Selain dari hasil observasi diatas, hasil pengukuran oleh hird yang saat ini rensd International in Mathematics and cience tudy (TIMMS) menunjukkan bahwa “kemampuan matematika peserta didik berada diurutan dari 8 negara, dan kemampuan IPA berada diurutan ke- 2 dari 8 negara”. Sedangkan Programme for International tudent Assesment (PISA) terakhir, menunjukkan bahwa kemampuan literasi matematika siswa Indonesia sangat rendah. Indonesia menmpati peringkat ke- 1 dari 5 negara peserta.

Senada dengan itu berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Simamora (2011: 0) terhadap siswa SMA kelas dimana materi yang diberikan yaitu soal-soal matriks, sebagian siswa tidak memahami soal-soal yaitu tidak mengetahui apa yang diketahui dan apa yang ditanya pada soal. Sebagai contoh soal : Disuatu toko harga ½ kg kopi dan 2 kg gula Rp.2 .000,00 sedangkan harga ¼ kg kopi dan kg gula Rp. 2 .000,00. Tentukan harga ½ kg kopi dan 2 kg gula pada toko tersebut!

(25)

11

seharusnya adalah ଵ x + 2y = 2 .000 dan ଵ x + y = 2 .000. Sehingga siswa

kewalahan mendapatkan pemecahannya.

asil penelitian Pratiwi (2015:5) menunjukkan bahwa “berdasarkan hasil tes yang dilakukan terhadap siswa SMP N Tanjung Balai dimana kemampuan memahami masalah 51, %, kemampuan merencanakan pemecahan masalah 1, %, kemampuan menyelesaikan masalah berdasarkan rencana ,9% dan kemampuan memeriksa hasil 1, %, dimana hanya orang (19, %) siswa yang dinyatakan tuntas”. Dari hasil persentase tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa sangat rendah.

Dari beberapa uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa belum mencapai taraf ketuntasan belajar. Dari hasil observasi awal juga terlihat bahwa kegagalan menguasai matematika dengan baik diantaranya disebabkan siswa kurang menggunakan nalar dalam menyelesaikan masalah. Dalam menjawab soal tersebut siswa juga diharuskan menjawab secara individu. Fakta ini menunjukkan bahwa siswa yang belajar secara individu kurang memiliki kemampuan memecahkan masalah serta memilih strategi yang tepat dalam memecahkan masalahnya. al inilah yang menjadi alasan peneliti untuk mengangkat kemampuan pemecahan masalah sebagai salah satu kemampuan matematik yang sangat penting untuk di teliti.

(26)

12

udojo (dalam Trianto, 2009:19)menyatakan “sistem pembelajaran yang baik itu mempunyai ciri-ciri: (a) siswa terlibat aktif dalam belajarnya. Siswa belajar materi (pengetahuan) secara bermakna dengan bekerja dan berpikir, dan (b) informasi baru harus dikaitkan dengan informasi sebelumnya sehingga menyatu dengan skemata yang dimiliki siswa”. Ini berarti peserta didik sendiri ikut menentukan rendah tingginya hasil belajar matematika.

Di samping itu aspek afektif merupakan salah satu penunjang yang menjadikan seseorang berhasil dalam menyelesaikan tugas dengan baik. Oleh karena itu, aspek afektif siswa didalam pembelajaran juga harus diperhatikan dengan seksama sebagai komponen yang menunjang dalam proses pembelajaran. lpah (201 : 8) menyatakan bahwa “ada faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran siswa, yaitu: keyakinan, sikap, dan emosi”. Faktor keyakinan akan berpengaruh pada saat siswa melakukan suatu proses penyelidikan yang tergambar pada tindakan, upaya ketekunan, fleksibilitas dalam perbedaan, dan realisasi tujuan. Salah satu bagian dari keyakinan siswa adalah keyakinan diri mereka terhadap kemampuan mereka atau self efficacy.

elf efficacy merupakan suatu keyakinan yang harus dimiliki siswa agar

(27)

1

self efficacy harus dikembangkan dalam diri siswa agar dapat memaknai proses

pembelajaran matematika dalam kehidupan nyata, sehingga proses pembelajaran terjadi secara optimal, dan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika.

Menurut ail dan insburg (dalam lpah, 201 :8) “banyak guru yang berfokus pada pemindahan pengetahuan kepada siswa, sementara banyak siswa yang mempunyai masalah dengan faktor-faktor non-kognitifnya seperti self efficacy atau sikap”. Sikap adalah bagian dari kepribadian yang merupakan cara

menempatkan atau membawa diri, atau cara merasakan, jalan pikiran, dan perilaku. Tanpa disertai dengan pemahaman yang baik tentang perilaku siswa atau tepatnya kepribadian siswa, akan sulit mewujudkan interaksi edukatif. eberhasilan dan kegagalan yang dialami siswa dapat dipandang sebagai suatu pengalaman belajar. Pengalaman belajar ini akan menghasilkan self efficacy siswa dalam menyelesaikan permasalahan sehingga kemampuan belajarnya akan meningkat, diperlukan self efficacy yang positif dalam pembelajaran agar siswa dapat mencapai tujuan pelajarannya dan mencapai prestasi belajar yang maksimal.

(28)

1

untuk menjawab masalah tersebut, sehingga mereka banyak yang tidak mampu menyelesaikannya. al tersebut sesuai dengan data yang peneliti peroleh dari pemberian angket kemampuan self efficacy berupa skala angket tertutup yang berisikan butir pernyataan dengan pilihan jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS) kepada siswa kelas II E SMP Negeri 2 Medan yang berjumlah 0 siswa pada tanggal 20 Juli 2012. Dari hasil angket yang diberikan ternyata mengindikasikan kemampuan self efficacy siswa rendah.

Saat ini dapat dilihat bahwa sebagian besar pola pembelajaran masih bersifat transmisif, pengajar mentransfer dan menerapkan konsep-konsep secara langsung pada peserta didik. Dalam pandangan ini, siswa secara pasif menyerap struktur pengetahuan yang diberikan guru atau yang terdapat dalam buku pelajaran. Pandangan konstruktivisme memberikan perbedaan yang kontras terhadap pandangan tersebut. Menurut Suparno (dalam Trianto, 2009:18) “prinsip dasar konstruktivisme itu antara lain: (1) pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, (2) pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke siswa kecuali dengan keaktifan siswa menalar, ( ) siswa aktif mengkonstruksi terus-menerus, ( ) guru berperan sebagai fasilitator”.

(29)

15

Siswa jarang berdiskusi dan bekerja sama dengan siswa lain yang mengakibatkan siswa menjadi pasif, keterampilan proses sains tidak berkembang, dan sikap ilmiah siswa kurang. Berdasarkan pernyataan–pernyataan tersebut maka diperlukan suatu inovasi dalam pembelajaran berupa model pembelajaran yang mampu membuat siswa lebih aktif dan membantu siswa dalam penguasaan konsep Matematika. Salah satu model pembelajaran tersebut adalah dengan pembelajaran learning cycle 5e.

ena (2011:1 0) menyatakan “pembelajaran siklus (learning cycle merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis”. Model pembelajaran learning cycle 5e itu sendiri dikembangkan dari ide konstruktivisme pada kejadian dan fakta dalam Matematika. Pada awalnya Model pembelajaran learning cycle hanya dibagi menjadi fase yaitu: eksplorasi exploration , pengenalan konsep concept introduction , dan penerapan konsep (concept application . Tiga fase ini sekarang telah berkembang menjadi lima fase (learning cycle 5e) yang terdiri atas tahap pembangkitan minat engagement , eksplorasi eksploration , penjelasan eksplanation , elaborasi

elaboration/ekstention , dan evaluasi evaluation .

(30)

1

menemukan dan menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari”. Dengan harapan penerapan model learning cycle 5e ini dapat menciptakan suasana belajar yang aktif, kreatifitas dan dapat memotivasi siswa untuk menemukan suatu konsep dalam pembelajaran khususnya dalam pemecahan masalah. Model pembelajaran ini juga dapat memberi kesempatan siswa untuk mengaplikasikan materi, membangun pengetahuannya dan bekerja dalam kelompok sehingga dapat mengembangkan sikap ilmiahnya, selain siswa dapat penguasaan konsep, keterampilan proses sainsnya juga dapat meningkat.

Adapun hal yang membedakan pembelajaran learning cycle 5e dengan model pembelajaran lain dimana pembelajaran ini lebih akurat dalam merefleksikan proses inkuiri ilmiah, bagi siswa tahap konkrit operasional pembelajaran siklus belajar lebih tinggi dalam perolehan perkembangan intelektual. Selain itu pembelajaran ini merupakan strategi pengajaran yang efektif dalam mempertinggi pemahaman dalam pemecahan masalah.

Dengan demikian dapat dinyatakan hubungan variabel-variabel dalam penelitian ini. Saat ini dapat dilihat bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih tergolong rendah yang terlihat dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya bahwa proses penyelesaian jawaban siswa dalam menjawab soal yang diberikan kurang bervariasi. al itu juga yang akan mempengaruhi self efficacy seseorang.

(31)

1

untuk melakukan penilaian tentang kemampuan seseorang secara objektif, melainkan suatu penilaian tentang apa yang dapat dicapai seseorang dengan keterampilan yang dimilikinya”. etika siswa tidak dapat menjawab soal yang diberikan guru, maka secara langsung minat siswa untuk menjawab soal-soal lain yang diberikan akan menurun. al ini disebabkan oleh kepercayaan diri siswa self efficacy yang juga menurun terhadap jawaban mereka. Dengan demikian kurangnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika akan mempengaruhi minat siswa terutama self efficacy nya.

Namun penggunaan model learning cycle 5e dalam proses belajar mengajar dapat memberikan peluang yang lebih besar kepada siswa untuk memperoleh prestasi belajar yang baik karena siswa dituntut untuk bisa bekerja secara berkelompok maupun individual, khususnya pada mata pelajaran Matematika. Selain itu, dapat memberikan kesempatan penuh kepada siswa untuk mengungkapkan kemampuan dan keterampilan untuk membuat sendiri dalam mengembangkan proses berpikirnya. Menurut Priyanto (dalam ena, 2011:198-199) “siswa yang sebelumnya terbiasa bersikap pasif setelah menggunakan pembelajaran kooperatif akan terpaksa berpartisipasi secara aktif agar bisa diterima oleh anggota kelompoknya”. Anggapan yang dimaksud diatas tentu perlu dibuktikan kebenarannya. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan mendapatkan gambaran tentang pengaruh model learning cycle 5e terhadap hasil belajar siswa pada materi Trigonometri.

(32)

18

konsep-konsep dasar Trigonometri yang bersifat abstrak dan rumit, sehingga siswa dapat lebih memahami dan menguasai aplikasi trigonometri serta meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan self efficacy siswa. Dari keterkaitan ketiga variabel tersebut maka dapat digambarkan seperti yang tertera pada gambar 1. sebagai berikut:

Gama ar 1. Hu ungan Antar M del Pem elajaran, Kemam uan

Peme ahan Masalah Dan Self Efficacy iswa

Dalam pembelajaran matematika yang paling penting ditekankan adalah keterampilan dalam proses berpikir. Siswa dilatih untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir logis, analitis, matematis, sistematis, dan konsisten. al ini diharapkan dapat mengoptimalkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan self efficacy siswa.

Oleh sebab itu agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dalam belajar matematika, seorang pengajar harus memperhatikan model pembelajaran ataupun strategi pembelajaran yang sesuai untuk digunakan selama proses pembelajaran berlangsung. Cara mengajar guru yang baik merupakan kunci dan prasarat bagi siswa untuk dapat belajar dengan baik. Namun guru juga harus benar-benar

M del Pem elajaran Leraning Cycle 5e

Kemam uan

(33)

19

menguasai bagaimana menciptakan suasana kelas yang nyaman di dalam kelasnya. Trianto (2009:1 ) mengatakan bahwa “salah satu tolak ukur bahwa siswa telah belajar dengan baik ialah jika siswa itu dapat mempelajari dan paham apa yang seharusnya dipelajari, sehingga indikator hasil belajar yang diinginkan dapat dicapai oleh siswa”.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan Kemam uan Peme ahan Masalah Matematika dan Self Efficacy iswa Melalui M del

Pem elajaran Learning Cycle 5E di MA Muhammadiyah 8 Kisaran”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Matematika merupakan mata pelajaran yang tidak diminati sebagian siswa di SMA Muhammadiyah 8 isaran

2. Penggunaan model pembelajaran yang kurang bervariasi di kelas SMA Muhammadiyah 8 isaran

. Belum adanya penerapan model pembelajaran learning cycle 5e untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa di SMA Muhammadiyah 8 isaran

. egiatan pembelajaran di kelas masih terpusat pada guru di SMA Muhammadiyah 8 isaran

(34)

20

. Self efficacy siswa di SMA Muhammadiyah 8 isaran tergolong rendah karena kurang aktifnya siswa di dalam kelas

. urangnya interaksi antara guru dan siswa di SMA Muhammadiyah 8 isaran dalam proses pembelajaran matematika sehingga suasana pembelajaran yang terjadi di kelas terkesan pasif

8. Proses penyelesaian jawaban dalam menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah matematika di kelas SMA Muhammadiyah 8 isaran belum bervariasi.

1. Batasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas banyak permasalahan yang muncul dan membutuhkan penelitian tersendiri untuk memperjelas dan mengarahkan apa yang akan menjadi fokus penelitian, oleh karena itu batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Penggunaan model pembelajaran learning cycle 5e.

2. emampuan pemecahan masalah matematika dan self efficacy siswa dengan menggunakan pembelajaran learning cycle 5e.

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka masalah penelitian yang akan diselidiki dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

(35)

21

2. Apakah peningkatan self efficacy siswa yang diajarkan melalui model pembelajaran learning cycle 5e lebih tinggi daripada siswa yang diajarkan melalui pembelajaran biasa?

. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dan kemampuan awal matematika terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa?

. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dan kemampuan awal matematika terhadap self efficacy siswa?

5. esalahan-kesalahan apa saja yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan permasalahan matematika?

1. ujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. ntuk menganalisis peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajarkan melalui model pembelajaran learning cycle 5e.

2. ntuk menganalisis peningkatan self efficacy siswa yang diajarkan melalui model pembelajaran learning cycle 5e.

. ntuk menganalisis interaksi antara pembelajaran dan kemampuan awal matematika terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

. ntuk menganalisis interaksi antara pembelajaran dan kemampuan awal matematika terhadap self efficacy siswa.

(36)

22

1. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan harapan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Sebagai bahan pengembangan wawasan dan ilmu pengetahuan bagi penulis, khususnya dalam dunia penelitian.

2. Sebagai bahan masukan bagi guru bidang studi matematika dalam melakasanakan proses pembelajaran.

(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian tentang peningkatan kemampuan

pemecahan masalah matematika dan self efficacy siswa yang diajar dengan

pembelajaran learning cycle 5e dan pembelajaran biasa, maka diperoleh beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

1. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar

dengan pembelajaran learning cycle 5e lebih tinggi dari siswa yang diajar

dengan pembelajaran biasa. Hal ini dapat dilihat pada perhitungan gain

ternormalisasi pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas

kontrol.

2. Peningkatan self efficacy siswa yang diajar dengan pembelajaran learning

cycle 5e lebih tinggi dari siswa yang diajar dengan pembelajaran biasa. Hal

ini dapat dilihat pada perhitungan gain ternormalisasi pada kelas eksperimen

lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.

3. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dan kemampuan awal

matematika terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa. Hal ini juga diartikan bahwa interaksi antara pembelajaran

(pembelajaran learning cycle 5e dan pembelajaran biasa) dan kemampuan

awal matematika siswa (tinggi, sedang dan rendah) tidak memberikan

pengaruh secara bersama-sama yang signifikan terhadap peningkatan

(38)

140

kemampuan pemecahan masalah matematika disebabkan oleh perbedaan

pembelajaran yang digunakan bukan karena kemampuan awal matematika

siswa.

. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dan kemampuan awal

matematika terhadap peningkatan self efficacy siswa. Hal ini juga diartikan

bahwa interaksi antara pembelajaran (pembelajaran learning cycle 5e dan

pembelajaran biasa) dan kemampuan awal matematika siswa (tinggi, sedang

dan rendah) tidak memberikan pengaruh secara bersama-sama yang

signifikan terhadap peningkatan self efficacy siswa. Perbedaan peningkatan

self efficacy siswa disebabkan oleh perbedaan pembelajaran yang digunakan

bukan karena kemampuan awal matematika siswa.

. Kesalahan penyelesaian jawaban siswa dalam menyelesaikan masalah

kemampuan pemecahan masalah matematika terdapat pada langkah ke 2 yaitu

siswa sering tidak menuliskan perencanaan penyelesaian dan pada langkah ke

yaitu tidak melakukan pemeriksaan kembali (looking back). Hal ini dapat

ditemukan dari hasil kerja siswa baik yang diajarkan dengan pembelajaran

learning cycle 5e maupun pembelajaran biasa. Kategori analisi kesalahan

penyelesaian untuk kemampuan pemecahan masalah matematika hampir

semua siswa yang mendapat pembelajaran learning cycle 5e memenuhi

kategori rapi, langkah-langkah berurutan dan penyelesaian benar namun tidak

melakukan pemeriksaan kembali (looking back), sedangkan siswa yang

memperoleh pembelajaran biasa ada yang memenuhi kriteria rapi,

langkah-langkah berurutan dan penyelesaian benar, langkah-langkah-langkah-langkah berurutan namun

(39)

141

dengan tidak berurutan, dan ada yang tidak berurutan tetapi hasilnya benar

tanpa melakukan pemeriksaan kembali (looking back).

5. Implikasi

Penelitian ini berfokus pada peningkatan kemampuan pemecahan

masalah matematika dan self efficacy siswa melalui model pembelajaran learning

cycle 5e. Karakteristik pembelajaran learning cycle 5e yang dilakukan mengacu

pada keaktifan siswa baik secara kelompok atau individu dan siswa saling

bertukar pendapat pada kegiatan kelompok belajar, maka tiap-tiap siswa dalam

kelompok belajar saling berlomba untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

Hasil penelitian ini sangat sesuai untuk digunakan sebagai salah satu

alternatif dalam meningkatkan kualitas pendidikan matematika. Oleh karena itu

kepada guru matematika di Sekolah Menengah Atas diharapkan memiliki

pengetahuan teoritis maupun keterampilan menggunakan model pembelajaran

learning cycle 5e dalam proses pembelajaran. Pembelajaran learning cycle 5e ini

belum banyak dipahami oleh sebagian besar guru matematika terutama para guru

senior, oleh karena itu kepada para pengambil kebijakan dapat mengadakan

pelatihan maupun pendidikan kepada para guru matematika yang belum

memahami model pembelajaran learning cycle 5e.

Penerapan pembelajaran learning cycle 5e yang terjadi di kelas

berlangsung antar lain melalui: sajian LAS berupa soal pemecahan masalah yang

menarik dan menantang, memaksimalkan kontribusi siswa, interaksi antar siswa

dan kelompok belajar. Beberapa impilkasi yang perlu diperhatikan bagi guru

sebagai akibat dari pelaksanaan proses pembelajaran dengan pembelajaran

(40)

142

1. Diskusi dalam pembelajaran learning cycle 5e merupakan salah satu sarana

bagi siswa untuk peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika

dan self efficacy siswa yang mampu menumbuhkembangkan suasana kelas

menjadi lebih dinamis, interaktif dan menimbulkan rasa senang dalam

belajar matematika.

2. Peran guru sebagai teman belajar, mediator, dan fasilitator membawa

konsekuensi keterdekatan hubungan guru dan siswa. Hal ini berakibat guru

lebih memahami kelemahan dan kekuatan dari bahan ajar serta karakteristik

kemampuan individu siswa.

5. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas maka penulis

menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Berdasarkan Temuan Penelitian

Berdasarkan temuan penelitian yang telah dilakukan maka diharapkan kepada

guru untuk lebih memberikan pemahaman kepada siswa dalam

menyelesaikan soal kemampuan pemecahan masalah terutama pada langkah

keempat yaitu pemeriksaan kembali (looking back).

2. Bagi Para Guru Matematika

a. Keterbatasan waktu berdampak pada hasil penelitian yang kurang

maksimal, sebab penerapan pembelajaran learning cycle 5e membutuhkan

waktu yang lama agar siswa dapat melaksanakan secara optimal setiap

proses pembelajaran tersebut. Oleh sebab itu, disarankan bagi peneliti

berikutnya untuk merencanakan pembelajaran dengan lebih baik

(41)

143

b. Pembelajaran learning cycle 5e hendaknya dijadikan sebagai alternatif

untuk melatih dan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa serta meningkatkan self efficacy siswa khususnya pada

materi trigonometri. Guru hendaknya menambah wawasan tentang

teori-teori, model, dan pendekatan pembelajaran yang inovatif agar dapat

melaksanakan pembelajaran matematika secara bervariasi sesuai dengan

materi dan ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung.

c. Guru hendaknya mempersiapkan rancangan pembelajaran dengan lebih

baik lagi. Dengan bimbingan atau pertanyaan-pertanyaan yang diberikan

dapat terjangkau oleh siswa, sehingga siswa lebih mudah memahami

masalah-masalah yang diberikan.

3. Bagi Para Peneliti Selanjutnya

a. Peneliti selanjutnya hendaknya melakukan penelitian lanjutan dengan

sampel yang lebih banyak dan mencakup beberapa sekolah di beberapa

daerah yang berbeda.

b. Peneliti selanjutnya hendaknya mengkaji variabel lain misalnya

penalaran dan komunikasi, koneksi matematis, komunikasi matematis,

representasi matematis, kualitas pembelajaran, kadar aktivitas, respon

siswa dan lain sebagainya.

c. Peneliti hendaknya merancang perangkat pembelajaran dan instrumen

penelitian yang lebih efektif dan efisien dengan memperhatikan

karakteristik dari pendekatan atau model pembelajaran yang diterapkan.

. Bagi Lembaga Terkait

Lembaga terkait hendaknya mengadakan sosialisasi, pelatihan dan

(42)

144

Pembelajaran learning cycle 5e sehingga dapat dikenal dan diterapkan dengan

baik oleh semua tenaga pendidik dan tenaga kependidikan dalam

(43)

1

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

______. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Baharuddin. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Bandura, A. 1997. Self Efficacy: The Exercise of Control. An outline composed by Gio Valiante. (http://www.des.emory.edu/mfp/effbook4.html di akses tanggal 15 Pebruari 2016).

Depdiknas, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah.

Hasratuddin. 2015. Mengapa Harus Belajar Matematika?. Perdana Publishing: Medan.

Hastuti, Sri Noer. 2015. Self-Efficacy Mahasiswa Terhadap Matematika. Disajikan pada Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika FMIPA UNY Yogyakarta, 10 November 2015.

Herlambang. 2013. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VII-A SMP Negeri 1 Kepahiang Tentang Bangun Datar Ditinjau Dari Teori Van Hiele. Tesis. Bengkulu: Program Pascasarjana Universitas Bengkulu.

Ibrahim. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle (5E) Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Ditinjau dari Kemampuan Awal Siswa SMA Negeri 1 Seyegan. Yogyakarta: Universitas Mercu Buana. Jurnal AgriSains Vol. 5 No. 2, September 2014.

Istarani, Muhammad Ridwan. 2015. 50 Tipe, Strategi Dan Teknik Pembelajaran Kooperatif. Medan: Media Persada.

Jaya, Indra. 2010. Statistik Penelitian Untuk Pendidikan. Bandung: Citapustaka Media Perintis.

L. Feltz, D dan D. Lirgg, C. 2001. Self-efficacy Beliefs of Athletes, Teams, and Coaches. In R. N. Singer, H. A. Hausenblas, & C. Janelle (Eds.), Handbook of Sport Psychology, 2nd ed . (pp. 340-361). New York: John

Wiley & Sons. Tersedia: [online]:

(http://web.cfa.arizona.edu/sites/jsr/wpcontent/docs/SelfEfficacyandTeachi ngEffectivenes s.pdf di akses tanggal 15 Pebruari 2016).

(44)

1

Kuasi Di Kelas Sekolah Menengah Atas Laboratorium Universitas Pendidikan Indonesia). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. NCTM. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. Reston: NCTM

Peraturan Menteri Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan.

Polya. 1973. How To Solve It, Second Edition. New Jersey: Princeton University Press.

Pratiwi, Sary. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 5E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Pada Materi Prisma dan Limas Di Kelas VIII SMP N 4 Tanjung Balai. Medan: Jurusan Matematika FMIPA UNIMED.

Pujiadi. 2008. Pengaruh Model Pembelajaran Matematika Creative Problem Solving (CPS) Berbantuan CD Interaktif Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Siswa Sma Kelas . Tesis tidak diterbitkan. Semarang: Program Pascasarjana UNNES.

Rohantizani. 2014. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Komunikasi Matematis Siswa SMP N Lhoksukon Melalui Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Program Pascasarjana UNIMED.

Russefendi, E.T. 1991. Pengantar Kepada Membantu uru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Simamora, Yumira. 2011. Perbedaan Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Pemecahan Masalah Matematika Antara Siswa ang Diberi Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Pengajaran Langsung. Tesis. Medan: Program Pascasarjana UNIMED.

Siswono, T. Y. E. 2004. Pengembangan Kriteria Tingkat Berpikir Kreatif Siswa dalam Matematika. Surabaya: Jurusan Matematika FMIPA UNESA. Slameto. 2010. Belajar Dan aktor- aktor ang Mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta.

Soekisno, Bambang Aryan. 2008. Bentang Pengajen. h. 1. (http://guntaram.files.wordpress.com di akses tanggal 15 Pebruari 2016). Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. Sudjana. 1991. Desain dan Analisis Eksperimen. Bandung: Tarsito.

______. 2001. Metode statistika. Bandung: Tarsito.

(45)

1

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.

Ujung, Gusrini. 2013. Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berfikir Kreatif Matematika Antara Siswa yang Diajar Pendekatan Open- Ended dengan Siswa yang Diajar Pembelajaran Konvensional di Kelas VII MTs Al-Hasanah Medan Tahun Pelajaran 2 12 2 13.

Ulpah, Maria. 2013. Peningkatan Kemampuan Penalaran Statistis Dan Self-Efficacy Siswa Madrasah Aliyah Melalui Pembelajaran Kontekstual. Tesis. Bandung: Program Pascasarjana UPI.

Wena, Made. 2011. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.

Wibowo, Ari. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Siklus Belajar (Learning Cycle) 5-E Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi. Laporan Penelitian. Bandung: FPMIPA UPI.

Widhiarso, Wahyu. 2011. Aplikasi Analisis Kovarian Dalam Penelitian Eksperimen. Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Winkel, W.S. 2004. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, temuan dan pembahasan yang diperoleh dari hasil studi pendahuluan serta hasil analisis ujicoba terbatas dan

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka beberapa saran yang diajukan dalam upaya peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani antara lain: (1) petani dapat

Marjin tataniaga dihitung berdasarkan pengurangan harga penjualan dengan harga pembelian pada setiap tingkat lembaga tataniaga atau perbedaan harga yang diterima

[r]

We discuss the existence of combined dark and antidark soliton forms or combined solitons in the generalized coupled mode equations of a nonlinear optical Bragg grating.

Penelitian ini menggunakan analisis RCA dan EPD untuk mengetahui daya saing komparatif dan daya saing kompetitif serta analisis gravity model untuk mengetahui

Part marks will be awarded only if relevant work is shown in the space provided in the answer booklet.. In the diagram, ABCD is a

[r]