• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kuantifikasi Kayu Sisa Pemanenan Menggunakan Metode Garis Intersek Di Pt Balikpapan Wana Lestari, Kalimantan Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kuantifikasi Kayu Sisa Pemanenan Menggunakan Metode Garis Intersek Di Pt Balikpapan Wana Lestari, Kalimantan Timur"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

KUANTIFIKASI KAYU SISA PEMANENAN MENGGUNAKAN

METODE GARIS INTERSEK DI PT BALIKPAPAN

WANA LESTARI, KALIMANTAN TIMUR

IMA MIRATUNNISA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kuantifikasi Kayu Sisa Pemanenan Menggunakan Metode Garis Intersek di PT Balikpapan Wana Lestari, Kalimantan Timur adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

Ima Miratunnisa

(4)

ABSTRAK

IMA MIRATUNNISA. Kuantifikasi Kayu Sisa Pemanenan Menggunakan Metode Garis Intersek di PT Balikpapan Wana Lestari, Kalimantan Timur oleh AHMAD BUDIAMAN.

Metode garis intersek merupakan metode yang menghitung volume dari semua kayu sisa pemanenan yang ditinggalkan di lapangan pada luasan tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung kuantitas kayu sisa pemanenan berdiameter ≥ 5 cm di petak tebang setelah kegiatan pemanenan, menganalisis pengaruh jarak intersek dan kelas diameter terhadap besarnya volume kayu sisa pemanenan. Penelitian ini dilakukan di petak tebang O48 RKT 2015 IUPHHK-HA PT Balikpapan Wana Lestari, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur pada bulan April - Mei 2015. Panjang garis intersek tidak selalu berbanding lurus dengan jumlah kayu sisa pemanenan. Volume kayu sisa pemanenan yang ditemukan di PT Balikpapan Wana Lestari sebesar 82.96 m3/ha. Jarak garis intersek

tidak mempengaruhi besarnya volume kayu sisa pemanenan. Diameter pohon yang ditebang mempengaruhi besarnya volume kayu sisa pemanenan.

Kata kunci : diameter, kayu sisa pemanenan, metode garis intersek, volume.

ABSTRACT

IMA MIRATUNNISA. Quantification of Forest Residues Using Line Intersect Method at PT Balikpapan Wana Lestari, East Kalimantan. Supervised by AHMAD BUDIAMAN.

Line intersect method is a method that calculates the volume of all the forest residues left on the ground in a certain area. This study aims to calculate the quantity of forest residues in diameter ≥ 5 cm at logging compartments after harvesting, analyze the effect of line distance and diameter classes to estimate the volume of forest residues. This study was conducted at O48 logging compartments of RKT 2015 IUPHHK – HA PT Balikpapan Wana Lestari, Penajam Paser Utara Regency, East Kalimantan in April-May 2015. Intersect line length is not always directly proportional with the amount of forest residues. The volume of forest residues found at PT Balikpapan Wana Lestari is 82.96 m3/ha. Intersect line distance did not

significantly affect the estimation of forest residues volume. Diameter classes of felled tree affect the estimation of the forest residues volume.

(5)

KUANTIFIKASI KAYU SISA PEMANENAN MENGGUNAKAN

METODE GARIS INTERSEK DI PT BALIKPAPAN

WANA LESTARI, KALIMANTAN TIMUR

IMA MIRATUNNISA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kuantifikasi Kayu Sisa Pemanenan Menggunakan Metode Garis Intersek di PT Balikpapan Wana Lestari, Kalimantan Timur”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr Ir Ahmad Budiaman, MSc FTrop sebagai dosen pembimbing skripsi yang selalu memberikan bimbingan, pengetahuan, saran, arahan, dan masukan kepada penulis. Terima kasih kepada Bapak Sugiyarto (Alm), Ibu Sawijiningsih dan keluarga yang selalu memberi semangat serta dukungan dalam belajar. Ucapan terima kasih juga ditujukan teman-teman wisma tutut, kakak tingkat dan teman-teman Departemen Manajemen Hutan yang tidak bisa disebutkan satu per satu dalam mendukung terlaksananya skripsi penulis, serta pihak lain yang turut mambantu dalam penyusunan skripsi ini. Pada penulisan skripsi ini penulis menyadari masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis berharap ada masukan, kritik dan saran yang bersifat membangun dan memotivasi penulis agar dapat menuliskan karya tulis yang lebih baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

Bogor, September 2015

(9)

5

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Tempat dan Waktu 2

Bahan dan Alat 2

Prosedur Penelitian 2

Jenis dan Sumber Data 2

Penentuan Jumlah Plot Contoh 2 Bentuk dan Pengukuran Plot Contoh 3 Pola dan Panjang Garis Intersek 4 Pengukuran Kayu Sisa Pemanenan 4

Analisis Data 5

Perhitungan Volume 5

Analisis Sidik Ragam 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Kondisi Umum Lokasi Penelitian 7

Panjang Garis Intersek 7

Volume Kayu Sisa Pemanenan 8 Pengaruh Jarak Garis Intersek terhadap Volume Kayu Sisa Pemanenan 9 Pengaruh Kelas Diameter Pohon Pusat terhadap Volume Kayu Sisa

Pemanenan 10

SIMPULAN DAN SARAN 11

Simpulan 11

Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 12

(10)

DAFTAR TABEL

1 Interval kelas diameter pohon pusat 3 2 Konstanta konversi volume kayu sisa pemanenan dengan metode

garis intersek 6

3 Panjang garis, jumlah dan volume kayu sisa pemanenan pada interval

garis intersek 8

4 Volume kayu sisa pemanenan berdasarkan kelas diameter pada jarak

garis intersek 9

5 Analisis keragaman pengujian pengaruh jarak intersek terhadap volume kayu sisa pemanenan 10 6 Panjang garis, jumlah dan volume kayu sisa berdasarkan kelas

diameter pohon pusat 10

7 Analisis keragaman pengujian pengaruh kelas diameter terhadap besarnya volume kayu sisa pemanenan 10 8 Hasil uji Duncan pengaruh kelas diameter terhadap besarnya volume

kayu sisa 11

DAFTAR GAMBAR

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pemanenan hutan merupakan usaha pemanfaatan kayu dengan mengubah pohon berdiri menjadi sortimen kayu bulat dan membawanya keluar hutan untuk dimanfaatkan sesuai kegunaannya. Pemanenan hutan yang dilakukan selama ini masih belum optimal, terutama pada kegiatan penebangan pohon dan pembagian batang, karena jumlah kayu yang dimanfaatkan lebih rendah dari volume yang ditebang, sehingga masih menghasilkan kayu sisa pemanenan yang besar (Budiaman dan Kartika 2004).

Kuantifikasi kayu sisa pemanenan selama ini menggunakan metode pohon penuh (whole tree method). Metode ini menghitung volume kayu sisa pemanenan

yang disebabkan oleh individu pohon yang ditebang saja, sementara volume total kayu sisa pemanenan di hutan, termasuk kayu sisa pemanenan yang dihasilkan dari pohon lain yang rusak akibat pohon yang ditebang, tidak dapat dihitung. Metode ini

juga membutuhkan waktu lama dalam pelaksanaannnya. Selain metode pohon penuh, terdapat metode kuantifikasi kayu lainnya yang dapat digunakan untuk menghitung volume kayu sisa pemanenan, yaitu metode garis intersek (line intersect method/LIM). Metode ini memiliki kelebihan dibandingkan metode

pohon penuh, yaitu membutuhkan waktu lebih singkat. Metode garis intersek membutuhkan waktu 1/5 sampai 1/3 dari waktu normal yang dibutuhkan untuk membuat plot (FDPM 1999).

Metode LIM pertama kali digunakan oleh Warren dan Olsen di New Zealand tahun 1964. Metode ini tidak hanya menghitung volume kayu sisa pemanenan yang disebabkan oleh individu pohon yang ditebang saja, namun juga menghitung volume kayu dari semua kayu sisa pemanenan yang ditinggalkan di lapangan pada luasan tertentu. Hasil penelitian di Malaysia menunjukkan bahwa volume kayu sisa pemanenan yang dihasilkan akibat pemanenan hutan alam tropis mencapai dua kali lipat volume kayu yang dimanfaatkan atau dikeluarkan dari petak tebang (Howard dan Ward 1972).

Penelitian kuantifikasi kayu sisa pemanenan menggunakan metode garis intersek di pengusahaan hutan di Indonesia telah dilakukan di Kalimantan dan Papua, dengan menghasilkan volume kayu sisa pemanenan sebesar 159.34 m3/ha

(Reza 2014) dan 114.37 m3/ha (Nurfadilah 2015). Pada penelitian-penelitian

tersebut hanya digunakan satu interval garis intersek, yakni 20 meter. Pada penelitian ini diuji pengaruh jarak interval garis intersek terhadap volume kayu sisa pemanenan.

Tujuan Penelitian

(12)

2

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai jumlah kayu sisa pemanenan di petak tebang hutan alam, sehingga dapat dijadikan pertimbangan oleh perusahaan dalam merencanakan sistem pemanenan kayu yang menghasilkan kayu sisa pemanenan optimal.

METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di petak tebang O48 Rencana Kerja Tahunan (RKT) 2015, IUPHHK – HA PT Balikpapan Wana Lestari (PT BWL), Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur pada bulan April - Mei 2015.

Bahan dan Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS, pita ukur, kompas, tambang, clinometer, parang, cat, tally sheet, alat tulis, Microsoft office (Ms. Word dan Ms. Excel), Minitab 16,dan SAS 9.2. Bahan yang digunakan adalah kayu sisa

pemanenan dengan diameter ≥ 5 cm di petak tebang O48.

Prosedur Penelitian

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan meliputi tinggi dan diameter pohon pusat serta kayu sisa pemanenan berdiameter ≥ 5 cm. Data sekunder meliputi data Laporan Hasil

Cruising (LHC) petak O48 RKT 2015dan kondisi umum perusahaan. Penentuan Jumlah Plot Contoh

Jumlah plot contoh pada penelitian ini ditentukan berdasarkan sebaran kelas diameter pohon yang ditebang yang diperoleh dari data LHC petak O48 RKT 2015. Jumlah plot contoh ditentukan menggunakan rumus (Cochran 1991) :

n

0

=

� α/ ,dbf S �� ȳ

(13)

3

Keterangan :

n0 = jumlah plot contoh

t(α/2,dbf) = nilai tabel t-student

Sy = simpangan baku contoh SE = sampling error

ȳ = rata-rata contoh

Berdasarkan LHC petak O48 RKT 2015 IUPHHK-HA PT BWL, diperoleh nilai rata-rata diameter pohon yang akan ditebang sebesar 58.11 cm, dengan simpangan baku 10.19. Sampling error yang digunakan dalam penelitian ini adalah

10 %, sehingga diperoleh jumlah pohon contoh sebanyak 12 pohon (hasil pembulatan). Kemudian masing-masing pohon contoh tersebut digunakan sebagai pohon pusat pada setiap plot contoh.

Pohon pusat merupakan pohon yang ditebang di lapangan. Pohon pusat pertama dipilih secara sengaja di lapangan. Pohon pusat pertama ditandai menggunakan cat dan diberikan penomoran pada batang pohon dan tunggak, kemudian diukur diameter dan tinggi pohon. Jarak pohon pusat selanjutnya ditentukan minimal empat kali tinggi pohon pusat sebelumnya. Diameter pohon pusat yang dipilih dikelompokkan ke dalam tiga kelas diameter, yaitu kecil, sedang, dan besar. Interval kelas diameter pohon pusat disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Interval kelas diameter pohon pusat

Kelas diameter Interval kelas (cm) Jumlah pohon

Kecil 52-59.8 4

Sedang 59.9-67.7 4

Besar 67.8-75.6 4

Bentuk dan Ukuran Plot Contoh

Plot contoh pada penelitian ini berbentuk lingkaran dengan titik tengah lingkaran plot berupa pohon pusat dan panjang jari-jari plot berukuran dua kali tinggi total pohon pusat atau dikenal dengan variable radius circular plot (plot

(14)

4

Gambar 1 Bentuk dan ukuran plot penelitian

Pola dan Panjang Garis Intersek

Metode garis intersek adalah metode jalur tanpa lebar. Garis contoh akan dibuat berdasarkan pola sistematik dengan jarak panjang garis intersek 5 m, 10 m, 15 m, 20 m, 25 m, 30 m. Pengukuran kayu sisa pemanenan pada jarak 5 m dilakukan pada semua garis intersek, pengukuran pada jarak garis intersek 10 m dilakukan pada garis 2 dan kelipatannya, pengukuran jarak garis intersek 15 m dilakukan pada garis 3 dan kelipatannya, pengukuran jarak garis intersek 20 m dilakukan pada garis 4 dan kelipatannya, pengukuran jarak garis intersek 25 m dilakukan pada garis 5 dan kelipatannya, pengukuran jarak garis intersek 30 m dilakukan pada garis 6 dan kelipatannya. Garis intersek pada penelitian ini dibuat pada plot contoh yang diawali dengan membuat garis intersek dari titik selatan (S) bergerak ke arah utara (U) untuk masing-masing jarak interval garis intersek (Gambar 2).

Gambar 2 Sistematika peletakan garis intersek

Pengukuran Dimensi Kayu Sisa Pemanenan

Pengukuran kayu sisa pemanenan dilakukan setelah rangkaian kegiatan pemanenan kayu selesai dilaksanakan atau semua kayu selesai disarad. Kayu sisa pemanenan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua kayu bulat di dalam plot contoh yang ditinggalkan di hutan atau yang tidak diangkut atau disarad. Batasan diameter kayu sisa pemanenan adalah sebesar ≥ 5 cm. Semua jenis kayu sisa pemanenan dihitung termasuk kayu patah, pecah, tercabut seratnya sampai

r = 2 x tinggi total

pohon

Pohon contoh pusat

S U

Garis 1 Garis 2

(15)

5

batas cabang, dan kayu sisa pemanenan yang menggantung di atas garis intersek (Warren dan Olesen 1996). Bagian kayu sisa pemanenan yang berpotongan dengan garis intersek diukur diameternya (Gambar 3a). Jika ditemukan kayu sisa pemanenan bercabang yang berpotongan dengan garis intersek, maka diameter cabang kayu sisa pemanenan tersebut yang diukur (Gambar 3b). Jika kayu sisa pemanenan menggantung (berada di atas kayu sisa pemanenan), maka diameter kayu tersebut juga diukur (Gambar 3c).

Gambar 3 Kayu sisa pemanenan yang berpotongan dengan garis intersek

Diameter kayu sisa pemanenan kemudian dikelompokkan ke dalam kelas diameter kayu sisa pemanenan yang ditentukan berdasarkan persamaan berikut (Supangat 1997) :

Analisis Data

Perhitungan Volume

Perhitungan volume kayu sisa pemanenan menggunakan data diameter kayu sisa pemanenan yang memotong garis intersek dan akumulasi panjang garis intersek dengan menggunakan rumus dasar dari Van Wagner (1968) :

� =�� ∑ �� (b) (a)

(c)

Garis intersek

Kayu sisa pemanenan

Diameter kayu sisa pemanenan yang berpotongan dengan garis intersek

P =

Keterangan : P = panjang kelas

R = diameter maksimal – diameter minimal b = jumlah kelas, diperoleh dari 1+3.3 log n n = jumlah volume kayu sisa pemanenan

(16)

6

Keterangan :

V = volume kayu sisa pemanenan per unit area (m3)

d = diameter kayu sisa pemanenan pada titik yang berpotongan (cm) L = panjang garis contoh (m)

Rumus dasar tersebut masih dalam satuan British, maka untuk menentukan

volume kayu sisa pemanenan persatuan luas dalam satuan metrik diperlukan konstanta untuk mengkonversi ke dalam satuan m3/ha. Konstanta konversi volume

kayu sisa pemanenan untuk metode garis intersek disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Konstanta konversi volume kayu sisa pemanenan dengan metode garis

intersek Satuan

diameter panjang Satuan volume Satuan Satuan berat Konstanta

cm m m3/m2 0.0001234

Berdasarkan Tabel 2 dihasilkan konversi rumus volume dari persamaan (1) menjadi satuan m3/ha, yaitu :

� = ∑�� Х

Keterangan :

V = volume kayu sisa pemanenan per unit area (m3/ha)

d = diameter dari kayu sisa pemanenan pada titik yang berpotongan (cm) L = panjang garis contoh (m)

K = konstanta konversi ke m3/ha, yang besarnya 1.234

Analisis Sidik Ragam

Pengaruh Jarak Garis Intersek dan Kelas Diameter terhadap Besarnya Volume Kayu Sisa Pemanenan

(17)

7

Bentuk umum dari model linier aditif dapat dituliskan sebagai berikut (Mattjik dan Sumertajaya 2013) :

Yij = µ + i + Ɛij

Keterangan :

i = 1, 2, . . . . , t dan j = 1, 2, . . . , r

Yij = pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = rataan umum

1 = pengaruh perlakuan ke-i

= µi- µ

Ɛij = pengaruh acak pada perlakuan ke-i ulangan ke-j

Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut :

H0 : 1 = . . . = 6 = 0, perlakuan tidak berpengaruh terhadap respon yang diamati

H1 : paling sedikit ada satu i diuengan i ≠ 0

Jika hasil analisis keragaman berbeda nyata, selanjutnya dilakukan uji beda nilai tengah antar perlakuan dengan uji Duncan pada taraf nyata (α) = 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Area kerja IUPHHK-HA PT BWL terletak di Desa Sotek, Kecamatan Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur. Secara geografis terletak pada koordinat 1160 01’ – 1160 45’ BT dan 000 42’ – 010 18’ LS.

Luas area konsesi sebesar 140 845. Rata - rata potensi tegakan per hektar untuk seluruh jenis berdiameter ≥ 40 cm sebesar 11 pohon/ha dengan volume 46.21 m3/ha.

Sistem pemanenan yang digunakan di PT BWL adalah sistem pemanenan secara mekanis, semua kegiatan dilaksanakan dengan menggunakan bantuan mesin. Penebangan pohon dilakukan dengan menggunakan gergaji rantai merk STIHL 070. Setelah pohon rebah, biasanya penebang hanya melakukan pembersihan cabang dan ranting, kemudian batang yang sudah bebas cabang disarad keluar. Sistem pembagian batang yang digunakan adalah sistem kayu panjang. Aturan

pembagian batang (bucking policy) PT BWL dipotong dengan panjang rata-rata

20 m. Kegiatan penyaradan kayu dari petak tebangan ke TPn dilakukan dengan menggunakan bulldozer merk CAT D7G.

Panjang Garis Intersek

(18)

8

30 m dengan panjang 2709 m. Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa panjang garis intersek tidak berbanding lurus dengan jumah kayu sisa yang ditemukan. Penelitian ini berbeda dengan penelitian Nurfadilah (2015) yang melaporkan bahwa panjang garis intersek memiliki korelasi positif dengan jumlah kayu sisa pemanenan.

Gambar 4 menyajikan data volume kayu sisa pemanenan berdasarkan jarak garis intersek. Volume kayu sisa pemanenan bervariasi dari 78.79-92.56 m3/ha.

Rata - rata volume kayu sisa pemanenan yang terdapat di petak tebang O48, RKT 2015, PT BWL sebesar 82.96 m3/ha. Volume kayu sisa pemanenan pada penelitian

ini lebih kecil dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan di PT Wijaya Sentosa yang besarnya mencapai 114.37 m3/ha (Nurfadilah 2015). Salah satu

penyebab perbedaan volume kayu ini adalah perbedaan kerapatan tegakan. Kerapatan tegakan di PT BWL sebesar 11 pohon/ha. Sementara di PT Wijaya Sentosa sebanyak 28.63 pohon/ha. Selain itu, area kelola PT BWL merupakan Log Over Area (LOA) penebangan rotasi ke-3, sedangkan PT Wijaya Sentosa pada

penebangan rotasi ke-2. Hal ini yang menyebabkan volume kayu sisa pemanenan di PT BWL lebih sedikit dibandingkan di PT Wijaya Sentosa.

Gambar 4 Volume kayu sisa pemanenan berdasarkan jarak garis intersek

(19)

9

Tabel 4 menyajikan volume kayu sisa pemanenan berdasarkan kelas diameter kayu sisa. Kayu sisa pemanenan yang ditemukan memiliki volume yang bervariasi, yaitu sebesar 1.32-23.45 m3/ha. Kayu sisa pemanenan yang tertinggal di petak

tebang sebagian besar terdiri atas kayu sisa pemanenan yang memiliki diameter < 31.6 cm, kayu sisa pemanenan ini sebagian besar terdiri atas cabang dan ranting. Hal ini disebabkan karena pohon yang ditebang akan menyisakan kayu bulat dengan diameter kecil dalam jumlah banyak. Sortimen kayu sisa pemanenan dengan diameter ≥ 31.6 cm terdiri atas bermacam jenis, bentuk, dan ukuran seperti potongan pendek, batang atas, maupun batang komersial yang kondisinya cacat maupun bagus. Penelitian ini selaras dengan penelitian Sari (2009) yang mendapatkan bahwa bentuk kayu sisa pemanenan terbesar pada kegiatan pemanenan kayu adalah cabang dan ranting.

Tabel 4 Volume kayu sisa pemanenan berdasarkan kelas diameter pada jarak garis intersek

Pengaruh Jarak Garis Intersek terhadap Volume Kayu Sisa Pemanenan

(20)

10

Tabel 5 Analisis keragaman pengujian pengaruh jarak intersek terhadap volume kayu sisa pemanenan

Sumber

keragaman Derajat bebas Jumlah kuadrat (JK)

Kuadrat

Pengaruh Kelas Diameter Pohon Pusat terhadap Volume Kayu Sisa Pemanenan

Tabel 6 menyajikan data panjang garis intersek, jumlah dan volume kayu sisa berdasarkan kelas diameter pohon pusat. Berdasarkan tabel ini terlihat bahwa panjang garis intersek terbesar terdapat pada kelas diamater besar dengan panjang 16 530 m, sementara panjang garis intersek terpendek terdapat pada kelas diameter kecil dengan panjang 11 671 m. Jumlah kayu sisa terbesar terdapat pada kelas diameter kecil sebesar 2981. Jumlah kayu sisa pemanenan berbanding lurus dengan volume kayu sisa pemanenan, namun menunjukkan tendensi yang meningkat dengan berkurangnya diameter pohon yang ditebang. Hasil ini menunjukkan bahwa pada kelas diameter kecil, jumlah kayu sisa yang ditinggalkan lebih besar dibandingkan pada kelas diameter besar ataupun sedang.

Tabel 6 Panjang garis, jumlah dan volume kayu sisa berdasarkan kelas diameter pohon pusat

Hasil pengujian pengaruh diameter pohon pusat (pohon yang ditebang) terhadap besarnya volume kayu sisa pemanenan disajikan pada Tabel 7. Berdasarkan data pada Tabel 8 diperoleh bahwa perlakuan berpengaruh sangat nyata dengan peluang nyata 0.0001 (<< α = 0.05). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kelas diameter pohon pusat mempengaruhi besarnya volume kayu sisa pemanenan.

Tabel 7 Analisis keragaman pengujian pengaruh kelas diameter terhadap besarnya volume kayu sisa pemanenan

Sumber

keragaman Derajat bebas

(21)

11

Berdasarkan pengujian, diperoleh bahwa kelas diameter pohon yang ditebang mempengaruhi besarnya volume kayu sisa pemanenan. Kelas diameter pohon pusat kecil menghasilkan rata-rata volume kayu sisa yang berbeda dengan kelas diameter pohon pusat sedang dan besar. Sementara kelas diameter pohon sedang dan besar tidak memiliki perbedaan terhadap terjadinya volume kayu sisa pemanenan (Tabel 8). Perbedaan ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah kerapatan pohon dan kebijakan perusahaan. Hasil ITSP di petak contoh menunjukkan bahwa pada kelas diameter pohon pusat kecil lebih tinggi dibandingkan dengan kelas diameter pohon pusat sedang dan besar. Teknis pemanfaatan kayu yang dilakukan oleh tenaga kerja sesuai dengan perusahaan yang memanfaatkan kayu bulat dengan panjang semaksimal mungkin, sehingga pohon berdiameter besar dapat menyisakan kayu sisa lebih sedikit dibandingkan dengan pohon berdiameter kecil yang mempunyai banyak percabangan.

Tabel 8 Hasil uji Duncan pengaruh kelas diameter terhadap besarnya volume kayu sisa pemanenan

Kelas diameter pohon pusat (cm) Volume kayu sisa pemanenan (m(x̅ ± SE) 3/ha)

Kecil 125.3 ± 15.1a

Sedang 71.5 ± 10.5b

Besar 59.78 ± 4.26b

Keterangan:

Angka pada kolom yang sama yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji t pada taraf nyata 5%;

x̅: rata-rata, SE: standard error.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Rata-rata volume kayu sisa pemanenan di PT BWL sebesar 82.96 m3/ha.

Pengukuran volume kayu sisa pemanenan menggunakan metode garis intersek tidak dipengaruhi oleh jarak garis intersek. Diameter pohon yang ditebang mempengaruhi besarnya volume kayu sisa pemanenan.

Saran

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Budiaman A, Kartika EC. 2004. Kuantifikasi kayu sisa pemanenan kayu pada pengusahaan hutan tanaman industri kayu pulp dengan metode kayu penuh (whole tree method) : studi kasus di HPHTI PT INHUTANI II Pulau Laut Kalimantan Selatan. Jurnal Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB. 17(2) : 92-99.

Cochran GW. 1991. Teknik Penarikan Sampel. Willey Jhon, Sons, penerjemah.

Jakarta (ID): UI Pr. Terjemahan dari : Sampling Technique.

[FDPM] Forestry Departement of Peninsular Malaysia. 1999. Quantification of forest residue and small dimension logs. Forest Departement Peninsular Malaysia, Trengganu State Goverment and Danish Corporation for Environtment.

Howard JO, Ward FR. 1972. Measurement of logging residue, alternative applications of the line intersect method. USDA Forest Service. Research Note. PNW-183.

Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2013. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Bogor (ID) : IPB Press.

Nurfadilah S. 2015. Kuantifikasi kayu sisa pemanenan penebangan dengan metode garis intersek (Line Intersect Method) di IUPHHK – HA PT Wijaya Sentosa,

Papua Barat. [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Reza CF. 2014. Kayu sisa pemanenan penebangan pohon dengan dua intensitas penebangan di IUPHHK-HA PT Inhutani II Malinau [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sari RM. 2009. Identifikasi dan pengukuran potensi kayu sisa pemanenan kayu. [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Simon H. 2007. Metode Inventarisasi Hutan. Yogyakarta (ID) : Pustaka Pelajar.

Supangat A. 1997. Statistika dalam Kajian Deskriptif, Inferensi, dan Nonparametrik. Jakarta (ID) : Prenada Media Group.

Van Wagner C.E. 1968. The line intersect method in forest fuel sampling. For. Sci.

14:20-26.

(23)

14

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Rembang pada tanggal 27 Mei 1994. Penulis sebagai anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Sugiyarto (Alm) dan Sawijiningsih. Pendidikan sekolah menengah ditempuh di SMA Negeri 1 Rembang pada program IPA dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan sarjana di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor (IPB). Selama kuliah, penulis mendapatkan beasiswa PPA dari pemerintah.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif mengikuti kegiatan kepanitiaan Himpunan Keluarga Rembang di Bogor (HKRB) pada tahun 2011 sampai 2013. Penulis juga aktif mengikuti berbagai kegiatan dan kepanitiaan dari Forest Management Student Club (FMSC), menjadi pengurus di divisi keprofesian tahun 2012 - 2013. Anggota Public relation IFSA 2012-2013. Prestasi yang diperoleh di bidang akademik yaitu Juara 3 kelas presentasi PKM-M PIMNAS XXVI di Unram tahun 2013, lolos didanai Dikti PKM-M 2014.

Gambar

Gambar 1 Bentuk dan ukuran plot penelitian
Gambar 3 Kayu sisa pemanenan yang berpotongan dengan garis intersek
Tabel 2 Konstanta konversi volume kayu sisa pemanenan dengan metode garis
Tabel 4 Volume kayu sisa pemanenan berdasarkan kelas diameter pada jarak garis
+3

Referensi

Dokumen terkait

sebuah game edukasi yang menarik, interaktif dan dapat membantu anak. berkebutuhan khusus tunagrahita mengenali

Baik kopi arabika biji tunggal (peaberry) maupun kopi arabika biji normal mengandung kafein yang dapat meningkatkan memori jangka pendek, namun saat ini belum ada penelitian

Uji SPT terdiri atas pemukulan tabung belah dinding tebal ke dalam tanah dan disertai pengukuran jumlah pukulan untuk memasukkan tabung belah sedalam 300 mm (1ft) vertikal.

Guru PAUD yang mempunyai kualifikasi akademik S1 pendidikan lain yang relevan, seperti PGSD, BK, PLB, dan PLS tidak mendapatkan bekal yang cukup tentang pengembangan keterampilan

dilakukan sekali, kompres dan dekompres dilakukan pada mobile device yang berbeda.Dengan adanya kebutuhan dan batasan tersebut, maka tugas akhir ini akan menggunakan metoda

Penulis melakukan penelitian dan pengamatan langsung pada PT PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Sumatera Unit Pelayanan Transmisi Padang, dengan

Pengenalan alat-alat yang akan dipergunakan dalam laboratorium ini sangat penting guna kelancaran percobaan yang dilaksanakan diantaranya adalah menghindari kecelakaan kerja

Dengan kata lain zakat produktif adalah dana zakat yang dikeluarkan dan diberikan kepada seseorang atau kelompok masyarakat untuk digunakan sebagai modal kerja demi