• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Kulit Nanas Fermentasi Dalam Ransum Yang Mengandung Gulma Berkhasiat Obat Terhadap Perfoma Ayam Broiler.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penggunaan Kulit Nanas Fermentasi Dalam Ransum Yang Mengandung Gulma Berkhasiat Obat Terhadap Perfoma Ayam Broiler."

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN KULIT NANAS FERMENTASI DALAM RANSUM

YANG MENGANDUNG GULMA BERKHASIAT OBAT

TERHADAP PERFORMA AYAM BROILER

WASIR IBRAHIM

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Penggunaan Kulit Nanas Fermentasi dalam Ransum yang Mengandung Gulma Berkhasiat Obat terhadap Performa Ayam Broiler adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

(4)

RINGKASAN

WASIR IBRAHIM. Penggunaan Kulit Nanas Fermentasi dalam Ransum yang Mengandung Gulma Berkhasiat Obat terhadap Perfoma Ayam Broiler. Dibimbing Oleh RITA MUTIA dan NURHAYATI.

Potensi kulit nanas di Provinsi Jambi belum dimanfaatkan secara optimal, terutama sebagai sumber pakan ayam broiler. Namun demikian penggunaan kulit nanas sebagai pakan unggas harus dibatasi dalam ransum karena tingginya kandungan serat kasar (19.69%) dan protein kasar yang rendah (3.50%). Salah satu cara untuk meningkatkan kadar protein kasar dan menurunkan kadar serat kasar melalui fermentasi. Selain penggunaan yoghurt sebagai sumber bakteri, penambahan gulma berkhasiat obat sebagai feed aditif alami dalam ransum juga dilakukan untuk menjaga kesehatan ternak. Gulma berkhasiat obat seperti rumput mutiara (Hedyotis corymbosa atau Oldenlandia corymbosa L), sidaguri (Sida cor difolia), bandotan (Ageratum conyzoides L) dan patikan kebo (Euphorbia hirta L.). Penelitian ini secara bertujuan untuk mengetahui potensi kulit nanas difermentasi dengan yoghurt terhadap perfoma, lemak dada, lemak paha, kolesterol daging, kolesterol darah dan profil saluran pencernaan ayam broiler. Penelitian menggunakan Ayam Broiler DOC jantan umur 2 hari sebanyak 200 ekor strain cobb. Kandang yang digunakan pada penelitian ini adalah kandang berukuran 80 cm x 80 cm x 100 cm sebanyak 25 petak. Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : kulit nanas yang difermentasi dengan yoghurt sebanyak 3 ml/kg selama 24 jam, ransum komersil, jagung, dedak halus, tepung ikan dan bungkil kedele. Bahan aditif yang digunakan berasal dari kombinasi gulma berkhasiat obat yaitu rumput mutiara : sidaguri : bandotan : patikan kebo dengan perbandingan 1 : 2 : 2 : 2. Ransum disusun isoprotein dan isoenergi. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan.

Pengukuran peubah konsumsi nutrient, konsumsi ransum, Pertambahan bobot badan, konversi ransum, mortalitas, bobot potong, bobot pancreas, volume empedu, bobot proventrikulus, bobot ventrikulus, bobot jantung, bobot limpa, bobot hati, bobot usus halus dan usus besar, panjang usus halus, pH usus, proksimat lemak dada dan paha, kolesterol daging dan kolesterol darah. Penambahan tepung kulit nanas yang difermentasi dapat menurunkan dengan nyata (P<0.05) konsumsi nutrient ransum kecuali konsumsi serat kasar ransum, konsumsi ransum, PBB, bobot potong, pancreas, volume empedu dan jejenum. Pemberian tepung kulit nanas fermentasi meningkatkan dengan nyata (P<0.05) konversi ransum. Namun, perlakuan mampu menurunkan dengan nyata (P<0.05) kadar lemak paha sampai 1.55%. Perlakuan tidak memberikan respon berbeda pada bobot proventrikulus, bobot ventrikulus, bobot jantung, bobot limpa, bobot hati, bobot usus halus dan usus besar, panjang usus halus, pH usus, lemak daging dada, kolesterol daging dan kolesterol darah. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa penggunaan kulit nanas yang difermentasi dengan yoghurt dalam ransum pada taraf 15% tanpa mempengaruhi konsumsi nutrient, performa, lemak daging dan kolesterol ayam broiler.

(5)

SUMMARY

WASIR IBRAHIM. Use of fermented peel in the ration containing medicinal weeds on broiler chicken ferpormance. Supervised by RITA MUTIA and NURHAYATI.

The potential of pineapple such as skin content in Jambi never optimally utilized, and source of feed for broiler potentially. The high sugar content of pineapple peels can be improved energy for broiler. The limitation factor in pineapple peels in diets were high crude fiber (19,69%) and low crude protein (3.50%). One of the strategy to improve the protein content and lowered crude fiber by fermented. Exactly combine the yoghurt also supplemented medicinal weed as a feed additive to maintain of animal healt. The medicinal weed were used in this combining such as rumput mutiara (Hedyotis corymbosa Oldenlandia corymbosa or L), sidaguri (the eunuch cor difolia), bandotan (Ageratum conyzoides l.) and patikan kebo (Euphorbia hirta l.).

This research aims to know the potential of fermented yogurt with pineapple skin against performance, fat meat on the breast, fat meat on the thigh, meat cholesterol, blood cholesterol and profil organs in broiler. Two hundred male broiler chicken on 2 days old, cased in this study and kept in 25 cages 80 cm x 80 cm x 100 cm each. Feed and drinking water were of ad libitum the treatment were different feed which contained fermented pineapple peel meal by yoghurt as much of 3 ml/kg for 24 hours, a commercial ration BR1 on BR2, corn, polished, fish meal and soybean meal. A feed additive was a combination of pearls grass: sidaguri : goat grass : patikan kebo in 1 : 2 : 2 : 2. The treatment rations were composed isoprotein and isoenergy. The experiment was designed into completely randomized design (CRD) with 5 treatment and 5 replicates.

. The parameters were nutrient intake, total feed intake, average daily gain, feed conversion, trims weight, mortality, pancreas,volume of bile, proventrikulus weight, ventrikulus weight, liver weight, spleen weight, intestine weight, long intestine and pH of intestine, fat Meat chest and thighs, meat cholesterol and blood cholesterols. The result showed that treatment the use fermented pineapple peel meal decreased (P<0.05) nutrient consumption except crude fiber consumption, feed consumption, dairy body weight, trims weight, pancreas, volume of bile and jejunum. Used fermented pineapple peel meal increased (P<0.05) feed conversion. However treatment decreased (P<0.05) fat of thigh to 1.55%. treatment not give different respon of proventriculus weight, ventriculus weight, liver weight, spleen weight, intestine weight, long intestine and pH of intestine. It was concluded that the fermented pineapple peel meal up to 15% with addition medicinal weeds were not influenced nutrient intake, performance,fat meat and cholesterol of broiler chicken

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut merugikan kepentingan wajar IPB.

(7)

PENGGUNAAN KULIT NANAS FERMENTASI DALAM RANSUM

YANG MENGANDUNG GULMA BERKHASIAT OBAT

TERHADAP PERFORMA AYAM BROILER

WASIR IBRAHIM

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Ilmu Nutrisi Dan Pakan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan judul Penggunaan Kulit Nanas Fermentasi dalam Ransum yang Mengandung Gulma Berkhasiat Obat terhadap Performa Ayam Broiler dengan baik. Karya ilmiah ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Nutrisi dan Pakan, sekolah pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Proses publikasi sebagian data pada tesis sudah diterbitkan pada Jurnal Agripet Universitas Syah Kuala Aceh dengan judul Penggunaan Tepung Kulit Nanas Fermentasi yang Mengandung Gulma Berkhasiat Obat terhadap Lemak dan Kolesterol Ayam Broiler. Proses Publikasi sebagian data tesis ini juga sedang dalam proses telaah penyunting pada Jurnal Buletin Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor dan Proses Publikasi sebagian data dari tesis ini juga sedang dalam proses penyuting ahli pada Pakistan Journal Nutrition.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir Rita Mutia, MAgr. dan Dr Ir Nurhayati, MSc Agr. selaku komisi pembimbing tesis yang telah banyak memberikan masukan,arahan dan membantu penyusunan karya ilmiah dari tahap penyususnan prosal hingga tahap akhir penulisan tesis. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada tim penguji Prof Dr Ir Sumiati, MSc. dan Dr Ir Dwierra Evvyernie A, MS MSc. yang sudah banyak memberikan masukan dan arahan yang bermanfaat bagi penulis. Ucapan terima kasih juga kepada dosen dan pegawai program studi pascasarjana ilmu nutrisi dan pakan departemen ilmu nutrisi dan teknolgi pakan atas bimbingan dan batuannya. Terima kasih pula kepada DIKTI melalui Beasiswa Program Pascasarjana Dalam Negeri (BPPDN) 2013 yang telah memberikan dana Pendidikan Program Pascasarjana Penulis, serta melalui Penelitian Hibah Bersaing DIKTI 2014 yang telah membantu dana penelitian, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan penelitiannya dengan baik.

Ucapan terima kasih pula kepada Ayahanda Anang Seri dan Ibunda Jahiyu, keluarga besar penulis yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang selalu memberikan nasehat, dukungan, serta doanya untuk kesuksesan penulis. imbingan dalam pembuatan karya ilmiah ini. Terima kasih pula kepada teman – teman Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Nutrisi dan Pakan angkatan 2013 atas kebaikan dan kebersamaan yang luar biasa dan semua pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan baik materil maupun imateril. Penulis berharap karya ilmiah ini dapat berguna bagi para pembacanya.

Bogor, Agustus 2015

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR GRAFIK xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiiii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

MATERI DAN METODE PENELITIAN 3

Tempat dan Waktu Penelitian 3

Bahan dan Alat 3

Prosedur Penelitian 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Komposisi Nutrisi Kulit Nanas 9

Konsumsi Nutrient Phase Starter Dan Finisher 11

Performa Ayam Broiler 12

Pankreas dan Organ Pencernaan 16

Saluran Pencernaan 18

Lemak Dan Kolesterol 20

SIMPULAN DAN SARAN 21

DAFTAR PUSTAKA 23

LAMPIRAN 27

(13)

DAFTAR TABEL

1 Rataan kebutuhan zat-zat makanan ayam broiler 3 2 Komposisi dan kandungan zat makanan ransum perlakuan fase starter 3 3 Komposisi dan kandungan zat makanan ransum perlakuan fase finisher 4

4 Kandungan nutrisi kulit nanas 10

5 Pankreas, volume empedu dan organ pencernaan 17 6 Bobot usus halus, dan usus besar, panjang usus halus dan pH usus halus 20 Lemak daging dada dan paha, kolesterol daging dan kolesterol darah 21

DAFTAR GAMBAR

1 Proses pembuatan tepung gulma berkhasiat obat 5

2 Alur fermentasi tepung kulit nanas 6

DAFTAR GRAFIK

1 Konsumsi nutrien fase starter 11

2 Konsumsi nutrient fase finisher 12

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Gambar alur proses fermentasi kulit nanas 29 2 Gambar alur proses pembuatan tepung gulma berkhasiat obat 30 3 Gambar gulma berkhasiat obat, alat dan bahan 30 4 Analisis ragam terhadap perlakuan pertambahan bobot badan 31 5 Analisis ragam terhadap perlakuan bobot potong 31 6 Analisis ragam terhadap perlakuan pankreas 31 7 Analisis ragam terhadap perlakuan volume empedu 32 8 Analisis ragam terhadap perlakuan proventrikulus 32 9 Analisis ragam terhadap perlakuan ventrikulus 32 10 Analisis ragam terhadap perlakuan jantung 32 11 Analisis ragam terhadap perlakuan limpa 32

12 Analisis ragam terhadap perlakuan hati 33

(15)

1 (Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi, 2013). Menurut Nurhayati (2013) limbah kulit nanas yang dihasilkan dari industri pengolahan buah nanas di Provinsi Jambi mencapai 135 ribu ton setahun. Ini berarti bahwa potensi kulit nanas sebagai sumber pakan ternak cukup tinggi serta cukup menjanjikan. Menurut Raharjo et al. (2013) terdapat sekitar 596 ribu ton setahun limbah kulit nanas yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak alternatif. Namun potensi kulit nanas di Provinsi Jambi ini belum dimanfaatkan secara optimal, terutama sebagai sumber pakan ayam pedaging. Ginting et al. (2005) menyatakan bahwa kulit nanas mengandung nutrient yang cukup tinggi yaitu bahan kering 14.22%, bahan organik 81.90 %, abu 8.1%, protein kasar 3.50 %, serat kasar 19.69%, lemak kasar 3.49% dan neutral digestible fiber (NDF) 57.27% dan merupakan sumber energi dengan kandungan gross energi 4481 kkal. Nurhayati (2013) mendapatkan bahwa tepung kulit nanas masih memiliki nilai gizi yang baik yaitu bahan kering 88.9503%, abu 3.8257%, serat kasar 27.0911%, protein kasar 8.7809% dan lemak kasar 1.1544%. Selain itu kulit nanas juga mengandung gula reduksi sebanyak 13.65%.

Penggunaan kulit nanas sebagai pakan unggas diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi peternak karena harganya yang murah dan mudah didapatkan. Namun demikian penggunaan kulit nanas sebagai pakan unggas harus dibatasi dalam ransum karena kandungan protein kasar yang rendah tetapi serat kasarnya yang tinggi. Salah satu cara untuk meningkatkan kadar protein kasar dan menurunkan kadar serat kasar melalui fermentasi dengan memanfaatkan media mikroba seperti yoghut dimana yoghurt mengandung bakteri Bacillus sp. Yoghurt mengandung bakteri Streptococcus salivarius subsp. Thermophilus dan Lactobacillus delbrueckii subsp bulgaricus dan mengandung 450 mg kalsium (Wiliam 1999).

Yoghurt atau yogurt merupakan salah satu jenis minuman hasil fermentasi susu oleh bakteri asam laktat yang mempunyai khasiat bagi kesehatan dan pengobatan tubuh. Khasiat ini diperoleh karena adanya bakteri dalam yoghurt dan tingkat keasaman dari yoghurt sehingga pertumbuhan bakteri patogen yang merugikan dapat dihambat (Tamime dan Robinson 1999). Menurut Nastiti et al. (2013), fermetasi merupakan proses yang menggunakan mikroba sebagai fermentor atau inokulannya. Mansoub (2011) menyatakan bahwa yoghutrt dapat digunakan sebagai probiotik secara efektif karena mengandung bakteri Lactobacillus dan bakteri yang menguntungkan lainnya. Selain penggunaan yoghurt sebagai sumber bakteri, penambahan gulma berkhasiat obat sebagai feed aditif alami dalam ransum juga dilakukan untuk menjaga kesehatan ternak.

(16)

D-2

glukosida, asam ursolat, p-asam kumarat, flavonoid, tannin dan kumarin (Djauhariya dan Hernani, 2004). Nurhayati et al. (2006) melaporkan bahwa rumput mutiara mampu menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans. Nurhayati dan Latief (2009) melaporkan bahwa pemberian ekstrak rumput mutiara terkandung senyawa tersier butil isopropil keton yang aktif menghambat pertumbuhan E.coli secara in vitro. Hasil Analisis Laboratorium Makanan Ternak, Universitas Jambi, Rumput Mutiara mengandung 86.97 bahan kering, 20.99 serat kasar, 11.85 protein kasar, 4.50 lemak kasar. Gulma berkhasiat obat seperti Rumput sidaguri sudah lama dikenal masyarakat sebagai tanaman obat dan dari hasil analisis Laboratorium Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Jambi tepung sidaguri mengandung 87.57% bahan kering, 10.04% protein kasar, 2.03 % lemak kasar, 25.80% serat kasar dan 4.802.10 kkal/kg energi bruto.

Tanaman obat bandotan sering digunakan masyarakat sebagai obat demam, gangguan pencernaan, infeksi radang serta mengobati penyakit kulit. Tanaman obat patikan kebo banyak digunakan sebagai obat demam dan gangguan pencernaan. Hasil Analisis Laboratorium Makanan Ternak, Universitas Jambi mendapatkan bahwa tepung bandotan mengandung 72.21% bahan kering, 10.23% protein kasar, 2.68% lemak kasar, 16.25 serat kasar dan 4.640.33 kkal/kg energi bruto. Sedangkan untuk tanaman obat patikan kebo hasil analisis laboratorium. Hasil Analisis Laboratorium Makanan Ternak, Universitas Jambi mendapatkan tepung patikan kebo mengandung 72.48% bahan kering, 8.93% protein kasar, 2.72% lemak kasar, 18.18% serat kasar dan 5.258.17 kkal/kg energi bruto. Djauhariya dan Hermani, (2004) melaporkan bahwa patikan kebo mengandung senyawa alkaloid, komositin dan larasterol yang banyak digunakan untuk mengatasi gangguan pencernaan. Nurhayati et al. (2009) melaporkan bahwa gulma berkhasiat obat seperti bandotan, sidaguri dan patikan kebo dapat digunakan dalam ransum sebanyak 5 % tanpa mempengaruhi penampilan ayam broiler. Kombinasi dari keempat gulma berkhasiat obat didalam ransum diharapkan meningkatkan kualitas pakan karena efek sinergistas dari masing-masing senyawa aktif yang terkandung dalam tanaman tersebut.

Berdasarkan uraian ini pengunaan tepung kulit nanas yang difermentasi dengan yoghurt kedalam ransum yang mengandung gulma berkhasiat obat sebagai feed aditif diharapkan memberikan pengaruh positif terhadap perfoma ayam broiler.

Tujuan Penelitian

(17)

3

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan dikandang percobaan Fakultas Peternakan, Universitas Jambi dan Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Jambi dari tanggal 10 juni - 22 Oktober 2014.

Bahan Dan Alat

Ayam Broiler jantan umur 2 hari sebanyak 200 ekor strain cob digunakan dalam penelitian ini. Kandang yang digunakan pada penelitian ini adalah kandang berukuran 80 cm x 80 cm x 100 cm sebanyak 25 petak, setiap petak kandang dilengkapi dengan tempat makan dan tempat minum serta bola lampu listrik 25 watt sebagai pemanas, dan litter (serbuk gergaji) sebagai alas kandang.

Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : kulit nanas yang difermentasi dengan yoghurt sebanyak 3 ml/kg selama 24 jam, ransum komersil, jagung, dedak halus, tepung ikan dan bungkil kedele. Bahan aditif yang digunakan berasal dari kombinasi gulma berkhasiat obat yaitu rumput mutiara : sidaguri : bandotan : patikan kebo dengan perbandingan 1 : 2 : 2 : 2. Ransum disusun isoprotein dan isoenergi. Pakan dan air minum diberikan secara ad libitum .

Komposisi bahan penyusun ransum dapat dilihat pada Tabel 1. Komposisi dan kandungan zat makanan ransum perlakuan fase awal pada Tabel 2 dan fase akhir Tabel 3

Tabel 1 Rataan Kebutuhan Zat-zat Makanan Ayam Broiler

Zat Nutrisi Starter 1-18 Finisher 19-28

Protein Kasar (%) 23 18

Kalsium (%) 1 0.9

Pospor (%) 0,45 0,4

Energi Metabolisme(Kkal kg)-1 3200 2800

Metionin (%) 0.50 0.38

Sumber : NRC (1994)

Rancangan

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan yang akan diberikan yaitu :

P0 = 0% tepung kulit nanas fermentasi (TKNF) dalam ransum mengandung 0% gulma obat(GO), (kontrol positif)

P1 = 0% tepung kulit nanas fermentasi (TKNF) dalam ransum mengandung 2 % gulma obat (GO),( kontrol negatif).

P2 = 7.5% tepung kulit nanas fermentasi dalam ransum mengandung 2 % gulma berkhasiat obat.

P3 = 15% tepung kulit nanas fermentasi dalam ransum mengandung 2 % gulma berkhasiat obat.

(18)

4

P0 = 0% tepung kulit nanas fermentasi (TKNF) dalam ransum mengandung 0% gulma obat(GO), (kontrol positif). P1 = 0% tepung kulit nanas fermentasi (TKNF) dalam ransum mengandung 2 % gulma obat (GO), ( kontrol negatif). P2 = 7.5% tepung kulit nanas fermentasi dalam ransum mengandung 2 % gulma berkhasiat obat.

P3 =15% tepung kulit nanas fermentasi dalam ransum mengandung 2 % gulma berkhasiat obat. P4 = 22.5% tepung kulit nanas fermentasi dalam ransum mengandung 2 % gulma berkhasiat obat. *Hasil analisis Laboratorium Terpadu Fakultas Peternakan Universitas Jambi (2014)

(19)

5

Data yang diperoleh dari setiap parameter dianalisis ragam (ANOVA) menggunakan bantuan software SPSS 16.0 dengan model persamaan berikut: Yij = + αi + εij

i = 1, 2, 3, 4, 5 (banyaknya perlakuan) j = 1, 2, 3, 4 (banyaknya ulangan) Yij = Nilai Pengamatan yang diukur

= Pengaruh dari rata – rata peubah yang diamati αi = Pengaruh perlakuan ke – i

εij = Pengaruh Galat Percobaan ulangan ke– i dan perlakuan ke– j

Pengaruh perlakuan yang nyata terhadap parameter yang diamati dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (Steel dan Torrie, 1989).

Proses Pembuatan Tepung Gulma berkhasiat Obat

Gulma berkhasiat obat seperti rumput mutiara, sidaguri, bandotan dan patikan kebo yang sudah terkumpul, dicacah, dikeringkan dan ditepung, Tepung masing-masing gulma diaduk menjadi satu dengan perbandingan rumput mutiara : sidaguri : bandotan : patikan kebo = 1 : 2 : 2 : 2 Nurhayati et al. (2009) melaporkan bahwa gulma berkhasiat obat seperti rumput mutiara, bandotan, sidaguri dan patikan kebo dapat digunakan dalam ransum sebanyak 5 % . gulma berkhasiat obat dijadikan sebagai feed aditif dalam ransum.

Gambar 2. Proses Pembuatan Tepung Gulma Berkhasiat Obat Fermentasi Kulit Nanas

Fermentasi kulit nanas dilakukan mengacu kepada Nurhayati et al. (2014). Kulit nanas yang sudah dibersihkan kemudian dicacah, selanjutnya dikeringkan dalam oven pada suhu 60ºC. Setelah kulit nanas dalam keadaan kering selanjutnya dilakukan proses penepungan. Penambahan air kedalam tepung kulit nanas dengan perbandingan (2:1) atau dua liter air dan satu kg tepung nanas penambahan air

Gulma berkhasiat obat

Dicacah

Dikeringkan dengan Oven Suhu 60 ºC

Ditepung

(20)

6

dilakukan untuk mencapai kadar air 60–70%. pengukusan dilakukan selama 30 menit yang bertujuan untuk sterilisasi. Setelah itu, pendinginan dilakukan selama 10 menit sebelum proses fermentasi dengan yoghurt sebanyak 3ml/kg selama 24 jam.

Gambar 1. Alur Fermentasi Tepung Kulit Nanas Prosedur Penelitian

Persiapan Kandang serta Peralatan

Kandang disiapakan satu minggu sebelum ayam didatangkan, kandang terlebih dahulu dibersihkan dengan cara desinfektan dan pengapuran, kemudian persiapkan peralatan kandang seperti pencucian tempat air minum dan pencucian tempat pakan, kemudian lakukan pemasangan tirai plastik yang bertujuan untuk minimalisir panas dan dingin disaat hujan, pemasangan litter (serbuk gergaji) dilakukan satu hari sebelum ayam dimasukkan ke kandang. Pembersihan

Kulit Nanas

Dicacah

Disortir dan dibersihkan

Dikeringkan Dengan Oven 60ºC

Ditepungkan

Ditambahkan air dengan perbandingan 1 kg/bahan dengan 2 kg air (1:2)

Dikukus selama 30 menit (sterilisasi)

Diberi yoghurt 3 ml/kg bahan dan aduk sampai homogen

Didinginkan selama 10 menit dan penimbangan

per kg bahan

Difermentasi selama 24 jam

(21)

7

lingkungan sekitar kandang serta pemberian nomor pada masing-masing kandang serta pemasangan lampu.

Pemeliharaan Ayam Broiler

Pertama kali didatangkan anak ayam umur 2 hari diberihkan air gula sebagai penganti energi yang hilang selama pengangkutan dan perjalanan air gula yang digunakan 2 sendok per 1 liter air. Penimbangan bobot pertama ayam serta penempatan ayam secara acak. Pengecekan Pakan dilakukan setiap pagi dan sore untuk melihat ketersediaan pakan dan air minum diganti setiap dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore. Pembersihan manur dilakukan setiap seminggu sekali sedangkan untuk tirai kandang pada ditutup sepenuhnya baik siang maupun malam dan ketika berumur diatas satu minggu tirai kandang dibuka pada saat siang hari dan ditutup kembali pada saat malam hari. Untuk menjaga kondisi kesehatan ayam maka dilakukan pembersihan lingkungan sekitar kandang setiap pagi hari.

Pemotongan Ayam dan Pengambilan Sampel

Sebelum dilakukan pemotongan ayam terlebih dahulu dipuasakan sekitar 2 jam, pemuasaan bertujuan untuk mengosongkan saluran pencernaan agar memudahkan pada saat processing, pemotongan dilakukan dengan metode kosher style pada bagian occipito atlantis yaitu antara tulang kranial dengan tulang atlas. Setelah pemotongan ayam didiamkan sekitar 2 menit setelah ayam dinyatakan telah mati maka lakukan pencelupan ke dalam air panas dengan suhu 60 ºC selama 1 menit kemudian masukkan kedalam mesin pencabut bulu. Setelah ayam dibersihkan maka lakukan pembersihan ayam serta pengeluaran organ pencernaan.

Peubah yang Diukur

1. Analisis proksimat

Analisis proksimat ransum dianalisis menggunakan metode AOAC (2003) untuk mengetahui kualitas ransum. Peubah yang diukur terdiri dari bahan kering (BK), abu, lemak kasar (LK), protein kasar (PK), serat kasar (SK). 2. Konsumsi protein kasar (g/ekor/hari)

KPK= Konsumsi ransum × % PK ransum

Keterangan : KPK = Konsumsi Protein Kasar (g/ekor/hari) KSK= Konsumsi ransum × % SK ransum

Keterangan : KSK = Konsumsi Serat Kasar (g/ekor/hari) KLK= Konsumsi ransum × % LK ransum

Keterangan : KLK = Konsumsi Lemak Kasar (g/ekor/hari) 3. Konsumsi ransum

(22)

8

4. Konversi ransum

Perbandingan antara jumlah konsumsi ransum dengan pertambahan bobot badan selama pemeliharaan.

5. Pertambahan bobot badan

Merupakan selisih antara bobot badan awal dengan bobot badan akhir pemeliharaan, dibandingkan dengan lama pemeliharaan dinyatakan dalam (gram/ekor/hari)

6. Mortalitas

Angka kematian ternak yang dipelihara selama penelitian berlangsung. 7. Bobot Akhir

Hasil penimbangan ayam sebelum dipotong yang mana ayam dipuasakan selama 6 jam dinyatakan dalam satuan gram/ekor.

8. Organ Pencernaan

 Bobot Pancreas,Proventrikulus, Ventrikulus, Jantung, Limpa, Hati, Usus Halus dan Usus Besar. (AOAC. 1995)

Hasil penimbangan setelah bersihkan dari jaringan pengikat dan lemak yang menempel dinyatakan dalam persen dari bobot potong (bobot organ pencernaan/bobot potong x 100%)

 Volume Empedu (AOAC. 1995)

Empedu dipisahkan dari organ pencernaan lainnya kemudian empedu di injeksi untuk diambil cairan dalamnya kemudian ukur volume empedunya.

 Panjang Usus Halus (AOAC. 1995)

Pengukuran panjang usus halus dengan menggunakan pengaris dengan cara mengukur setiap unit usus dimulai dari duodenum, yeyenum,ileum,. Hasil yangdidapatkan akan dicatat dalam form yang sudah disediakan.

 pH usus (AOAC. 1995)

Sebanyak 5 gram sampel digerut halus kemudian dimasukkan kedalam beker glass. Lalu ditambahkan air dan dihomogenkan dengan mixer selama 1 menit nilai pH diukur dengan, pH meter yang digunakan terlebih distabilkan selama 15-30 menitkemudian dikalibrasi dengan larutan buffer pada pH dan 1 elektroda dibilas dengan aquades, dan dikeringkan dengan kertas pengering kemudian dicelupkan kedalam sampel dan dibiarkan hingga menunjukkan angka stabil.

9. Proksimat Lemak Daging dada dan paha (AOAC. 1995)

Penetapan kadar lemak ditentukan dengan metode ekstraksi sokhlet yang diawali dengan proses hidrolisis sebanyak 0,2 g sampel dimasukkan ke dalam labu berukuran 600 ml dan kemudian ditambahkan 20 ml H2O dan 30 ml HCL

(23)

9

dimasukkan kedalam selongsong pengekstrak (soxhlet) yang dipasang alat kondesor diatasnya dan labu lemak dibawahnya. Reflux dilakukan selama 5 jam sampai pelarut yang turun kembali ke labu lemak berwarna jernih. Pelarut yang ada di dalam labu lemak didestilasi dan pelarutnya ditampung. Labu yang berisi lemak hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven pada suhu 105 ºC sampai berat tetap dan didinginkan dalam desikator .labu dan berat lemaknya ditimbang, kemudian kadar lemak dihitung dengan rumus ;

Berat lemak

Kadar lemak (%) = x 100 Berat sampel (g)

10. Kolesterol daging (Apryantono 1989)

Timbang sampel ± 2 gram, keringkan dioven suhu 60 ºC ± 24 Jam, haluskan, masukkan dalam tabung reaksi yng sudah diberih kode, tambahkan alcohol: aseton (1:1) 5 ml (tutup dengan karet), aduk dengan vortex ± 1 menit, masukkan ke pemanas air suhu 60-70 ºC ± 10 menit, angkat (tutup rapat) pelarut mudah menguap, biarkan 30 menit dalam temperature ruang, sentrifus selama 3 menit dengan kecepatan 3000 rpm (setelah disentrifusaduk dengan batang pengaduk), pindahkan larutan kedalam tabung reaksi yang kering (yang diambil arutan,residu dibuang), uapkan kedalam pemanas sampai kering, tambahkan 3 ml asam asetat glacial, panaskan 30 menit di waterbath yang mendidih, setelah itu ambil larutan 1 ml, dan cairkan dengan asam asetat (0,2 ml larutkan sampel + 0,8 ml aam asetat glacial), tambahkan 2 ml larutan pewarna FeCl3, vortex kembali 15 menit dan diamkan hingga dingin. Ukur dengan spektro = 560 nm.

11. Kolesterol darah (Accu Check 2013 buatan Jerman)

(24)

10

HASIL DAN PEMBAHASAN

Komposisi nutrisi kulit nanas sebelum dan sesudah fermentasi

Fermentasi merupakan salah satu teknologi pengolahan bahan makanan secara biologis yang melibatkan aktivitas mikroorganisme guna memperbaiki nilai gizi pakan yang berkualitas rendah. Fermentasi dilakukan dengan tujuan untuk mengawetkan makanan, memberikan nilai tambah bahan pangan seperti menurunkan serat kasar dan meningkatkan protein kasar. Pada penelitian ini fermentasi tepung kulit nanas menggunakan yoghurt dengan mengandung bakteri Lactobacillus bulgaricus, Lactobacillus acidophilus, Streptococcus thermophilus. Pada saat ini, mikroorganisme yang banyak digunakan sebagai probiotik yaitu strain Lactobacillus, Bifidobacterium, Bacillus spp., Streptococcus, yeast dan Saccharomyces cereviceae. Mikroorganisme tersebut harus non-patogen, gram positif, strain yang spesifik, anti Escherichia coli, tahan terhadap cairan empedu, hidup, melekat pada mukosa usus, dan minimal mengandung 3 x 1010 cfu/g (Pal et al., 2006; Salminen et al., 1996).

Hasil analisis kandungan kadar abu, serat kasar, lemak kasar dan protein kasar kulit nanas sebelum fermentasi dan sesudah fermentasi.

Tabel 4 Kandungan Nutrisi Kulit Nanas

Sampel Per Perlakuan Abu (%) SK (%) LK (%) PK (%)

TKN 5.76 13.28 2.68 9.07

TKNF 7.69 12.27 2.41 14.71

Keterangan : TKN = Tepung kulit nanas, TKNF = Tepung kulit nanas fermentasi, SK = Serat kasar, LK = Lemak kasar, PK =Protein kasar. Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Jambi (2014).

Kandungan kadar abu biomassa kulit nanas mengalami peningkatan setelah difermentasi menggunakan yoghurt selama 24 jam (Tabel 4). Kandungan kadar abu sebelum fermentasi sebesar 5.76% menjadi 7.69% setelah proses fermentasi atau meningkat sebesar 1.93%. Tingginya kandungan abu menujukkan bahwa kandungan mineral yang tinggi didalam kulit nanas fermentasi, menurut Suhartono (2000) menyatakan bahwa kadar abu menunjukkan jumlah unsur anorganik atau mineral dalam suatu bahan. Kompiang et al., (1995), mengatakan bahwa terjadi peningkatan nilai energy metabolis setelah fermentasi dilakukan. Hal ini sebagai akibat terjadinya penurunan kadar serat kasar sehingga menyebabkan peningkatan kadar abu dari bahan, seiring dengan semakin banyaknya populasi bakteri pada tepung kulit nanas fermentasi.

(25)

11

pencernaan serat kasar. Selain itu sebagaimana dinyatakan oleh Bigelis (1993) bakteri dari Bacillus sp menghasilkan enzim glukanase yang mampu memecah β glukan menjadi glukosa, glukanase merupakan bagian dari hemiselullase, enzim hemiselulase dapat memecah hemiselulosa.

Kandungan lemak kasar biomassa kulit nanas mengalami penurunan setelah difermentasi menggunakan yoghurt selama 24 jam (Tabel 4). kandungan lemak kasar sebelum fermentasi sebesar 2.68% menjadi 2.41% setelah proses fermentasi atau menurun sebesar 0.27%. penurunan diduga oleh aktivitas enzim sehingga banyak lemak yang dirombak menjadi asam-asam lemak, baik lemak jenuh maupun tidak jenuh. Adriani (2008) menyatakan bahwa yoghurt mampu menurunkan kadar lemak.

Kandungan protein kasar biomassa kulit nanas mengalami peningkatan setelah difermentasi menggunakan yoghurt selama 24 jam (Tabel 4) Kandungan protein kasar sebelum fermentasi sebesar 9.07% menjadi 14.71 setelah proses fermentasi atau meningkat sebesar 5.01%. Hal ini diduga karena enzim yang dihasilkan oleh bakteri yoghurt bekerja secara maksimal dalam merombak protein sehingga nitrogen yang dihasilkan juga terbatas yang pada akibatnya akan mempengaruhi total protein kasar yang dihasilkan. Sudarmadji et al. (1989) menyatakan bahwa selama proses pertumbuhan, selain dihasilkan enzim, juga dihasilkan protein enzim ekstraselular sehingga terjadi peningkatan kadar protein kasar dan sejati.

Konsumsi nutrient phase starter dan finisher

Konsumsi protein kasar

Analisis ragam penggunaan tepung kulit nanas fermentasi dalam ransum memberikan pengaruh sangat nyata (P<0.05) terhadap penurunan konsumsi protein kasar. (Grafik 1) dan ( Grafik 2). Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan tepung kulit nanas fermentasi dalam ransum pada taraf penggunaan 22.5% menurunkan palatabilitas ternak unggas dalam mengkonsumsi, sehingga pakan yang terkonsumsi lebih dominan ke serat kasar dibandingkan dengan protein kasar. Sesuai dengan hasil bobot badan pada taraf penggunaan tepung kulit nanas 22.5% bobot badan mengalami penurunan hal ini sesuai dengan konsumsi protein yang menurun sehingga bobot badan juga mengalami penurunan.

(26)

12

Grafik 1 konsumsi nutrient fase starter protein kasar, serat kasar dan lemak kasar selama 2-21 hari pemeliharaan, P0 = 0% tepung kulit nanas fermentasi (TKNF) dalam ransum mengandung 0% gulma obat(GO), (kontrol positif). P1 = 0% tepung kulit nanas fermentasi (TKNF) dalam ransum mengandung 2 % gulma obat (GO), (kontrol negatif). P2 = 7.5% tepung kulit nanas fermentasi dalam ransum mengandung 2 % gulma berkhasiat obat.P3 = 15% tepung kulit nanas fermentasi dalam ransum mengandung 2 % gulma berkhasiat obat. P4 = 22.5% tepung kulit nanas fermentasi dalam ransummengandung 2 % gulma berkhasiat obat

Konsumsi serat kasar

(27)

13

Grafik 2 konsumsi nutrient fase finisher protein kasar, serat kasar dan lemak kasar selama 22-42 hari pemeliharaan. P0 = 0% tepung kulit nanas fermentasi (TKNF) dalam ransum mengandung 0% gulma obat(GO), (kontrol positif). P1 = 0% tepung kulit nanas fermentasi (TKNF) dalam ransum mengandung 2 % gulma obat (GO), (kontrol negatif). P2 = 7.5% tepung kulit nanas fermentasi dalam ransum mengandung 2 % gulma berkhasiat obat.P3 = 15% tepung kulit nanas fermentasi dalam ransum mengandung 2 % gulma berkhasiat obat. P4 = 22.5% tepung kulit nanas fermentasi dalam ransummengandung 2 % gulma berkhasiat obat

Konsumsi lemak kasar

Analisis ragam penggunaan tepung kulit nanas fermentasi dalam ransum memberikan pengaruh sangat nyata (P<0.05) terhadap penurunan konsumsi lemak kasar pada phase starter dan terjadi penurunan konsumsi lemak (P<0.05) pada phase grower. Peningkatan konsumsi lemak pada phase starter dikarenaka lemak yang ada pada masa pertumbuhan digunakan sebagai energy untuk bergerak atau untuk hidup pokok, sedangkan pada phase finisher konsumsi lemak kasar megalami penurunan karena hal ini disebabkan konsumsi serat kasar yang meningkat sehingga konsumsi lemak mengalami penurunan hal ini sejalan dengan pengaruh terhadap lemak daging pada paha mengalami penurunan.

Performa Ayam Broiler

(28)

14

(29)

15

Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertambahan Bobot Badan

Analisis ragam menunjukkan penggunaan tepung kulit nanas fermentasi yoghurt memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap bobot badan (P<0.05) (Grafik 4). Bobot badan ayam broiler mengalami penurunan secara signifikan pada taraf penggunaan tepung kulit nanas sebanyak 22.5% dibandingkan dengan perlakuan P0,P1,P2 dan P3 tidak memberikan pengaruh yang nyata. Hal ini menunjukkan bahwa pada perlakuan P4 dengan penggunaan tepung kulit nanas fermentasi 22.5% tingkat palatabilitas ayam terhadap ransum berkurang, maka makanan yang dikonsumsi menjadi sedikit dan akibatnya pertambahan bobot badan menurun. Semakin rendah palatabiltas unggas terhadap ransum ransum, maka semakin rendah juga pertambahan bobot badan dan sebaliknya semakin tinggi palatabilitas ransum maka semakin tinggi juga bobot badan. Abul et. al. (2012) dan Ao et. al. (2011) menunjukkan bahwa unggas yang mengkonsumsi pakan yang mengandung bahan-bahan fermentasi bisa mempengaruhi bobot organ. Dengan berpengarunya bobot organ maka akan berpengaruh juga terhadap pertambahan bobot badan. mengandung 2 % gulma berkhasiat obat. P3 = 15% tepung kulit nanas fermentasi dalam ransum mengandung 2 % gulma berkhasiat obat. P4 = 22.5% tepung kulit nanas fermentasi dalam ransum mengandung 2 % gulma berkhasiat obat.

Tinggi rendahnya pertambahan bobot badan disebabkan oleh jenis ransum yang digunakan, lingkungan dan strain ayam yang digunakan. Fadilah (2005) menyatakan bahwa salah satu yang mempengaruhi besar kecilnya pertambahan bobot badan ayam pedaging adalah konsumsi pakan dan terpenuhinya kebutuhan zat makanan ayam pedaging. Kartadisastra (1997) menyatakan bahwa bobot tubuh ternak senantiasa berbanding lurus dengan konsumsi ransum, makin tinggi bobotnya, maka makin tinggi pula tingkat konsumsinya terhadap ransum.

(30)

16

Pengaruh Perlakuan Terhadap Konversi Ransum

Analisis ragam menunjukkan penggunaan tepung kulit nanas fermentasi yoghurt memberikan pengaruh yang nyata terhadap konversi ransum (P<0.05) (Grafik 5). Uji lanjut berganda Duncan konversi ransum pada perlakuan P0, P1, P2 dan P3 tidak berpengaruh nyata (P>0.05), konversi ransum menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan pada taraf pengunaan tepung kulit nanas fermentasi 22.5% dibandingkan dengan pakan kontrol yang tidak diberikan tepung kulit nanas fermentasi. Meningkatnya konversi ransum pada perlakuan P4 dikarenakan palatabilitas ayam terhadap ransum yang meningkat dan pertambahan bobot badan juga menurun sehingga angka konversi menjadi meningkat. Nurhayati (2013) menyatakan bahwa semakin tinggi angka konversi ransum semakin rendah efisiensi penggunaan ransum. fermentasi dalam ransum mengandung 2 % gulma berkhasiat obat. P4 = 22.5% tepung kulit nanas fermentasi dalam ransum mengandung 2 % gulma berkhasiat obat.

Pengaruh Perlakuan Terhadap Mortalitas

Mortalitas atau angka kematian adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan usaha peternakan khususnya ayam pedaging. Selama penelitian ini angka mortalitas menunjukkan 2%. Sesuai dengan pendapat Moreno et al. (2009) angka mortalitas yang baik untuk ayam pedaging adalah kurang dari 3%. Setiap tingkat kematian lebih dari 6% maka kondisi peternakan dianggap serius dan harus segera diperhatikan oleh peternak. Pada penelitian ini tepung kulit nanas fermentasi yoghurt berjalan dengan baik dalam menjaga kesehatan hewan sebagaimana manusia juga dianjurkan untuk mengkonsumsi yoghurt dari usia dini yang tujuannya untuk menjaga kesehatan tubuh. Gulma berkhasiat obat juga berperan dengan baik sebagaimana fungsi dari gulma berkhasiat obat menjaga

(31)

17

kesehatan hewan, yang berarti penggunaan tepung kulit nanas fermentasi yoghurt dan penambahan gulma berkhasiat obat sebagai feed aditif berperan positif dalam menjaga kondisi kesehatan ternak khususnya ayam pedaging. Menurut Kresnanto (2013) faktor yang mepengaruhi kematian ternak diantaranya adalah tipe ayam, bibit yang digunakan, pakan, air minum, temperature dan sanitasi.

Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot akhir Umur 42 Hari Pemeliharaan Analisis ragam penggunaan tepung kulit nanas fermentasi dengan yoghurt hingga taraf 22.5% ke dalam ransum ayam broiler memberikan pengaruh sangat nyata (P<0.05) terhadap penurunan akhir potong ayam broiler (Grafik 6).

Grafik 6. Bobot akhir umur 42 hari pemeliharaan. P0 = 0% tepung kulit nanas fermentasi (TKNF) dalam ransum mengandung 0% gulma obat(GO), (kontrol positif). P1 = 0% tepung kulit nanas fermentasi (TKNF) dalam ransum mengandung 2 % gulma obat (GO), (kontrol negatif). P2 = 7.5% tepung kulit nanas fermentasi dalam ransum mengandung 2 % gulma berkhasiat obat. P3 = 15% tepung kulit nanas fermentasi dalam ransum mengandung 2 % gulma berkhasiat obat. P4 = 22.5% tepung kulit nanas fermentasi dalam ransum mengandung 2 % gulma berkhasiat obat

(32)

18

Pancreas, Volume Empedu dan Organ Pencernaan.

Pengaruh Perlakuan terhadap Pankreas

Analisis ragam menunjukkan penggunaan tepung kulit nanas fermentasi yoghurt berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap bobot relative pankreas ayam broiler selama penelitian (Tabel 5). Pankreas berfungsi sebagai tempat penting dalam pencernaan zat-zat makanan, dimana pankreas tersebut menghasilkan getah pankreas yang mengandung amilolitik, lipolitik dan proteolitik yang dapat menghidrolisis pati, lemak serta protein. Buah nanas mengandung enzim bromelin, (enzim protease yang dapat menghidrolisa protein, protease atau peptida). Ismail et al. (2013) menyatakan bahwa organ pencernaan seperti hati, pankreas dan empedu mempunyai hubungan dengan saluran pencernaan dengan adanya suatu duktus yang berfungsi sebagai saluran untuk mengekresikan material dari organ acetori ke saluran pencernaan yang berguna untuk kelancaran proses pencernaan, pakreas berperan rangkap yaitu sebagai kelenjar endokrin (menghasilkan enzim pencernaan) enzim-enzim yang dihasilkan oleh pakreas adalah amylase, lipase, typsin,chymatypsin dan dipeptidase. Bobot pancreas berkisar antara 0.22 – 0.28 % lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian Djunaidi et al. (2009) yang mendapatkan hasil 0.24 – 0.29 % ketika ayam yang diberi pakan limbah udang hasil fermentasi Bacillus sp.

Tabel 5 Pankreas, volume empedu dan Organ Pencernaan setiap perlakuan

Peubah Perlakuan

Keterangan : Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0.05). P0 = 0% tepung kulit nanas fermentasi (TKNF) dalam ransum mengandung 0% gulma obat(GO), (kontrol positif). P1 = 0% tepung kulit nanas fermentasi (TKNF) dalam ransum mengandung 2 % gulma obat (GO), (kontrol negatif). P2 = 7.5% tepung kulit nanas fermentasi dalam ransum mengandung 2 % gulma berkhasiat obat.P3 = 15% tepung kulit nanas fermentasi dalam ransum mengandung 2 % gulma berkhasiat obat. P4 = 22.5% tepung kulit nanas fermentasi dalam ransum mengandung 2 % gulma berkhasiat obat.

Pengaruh Perlakuan terhadap Volume Empedu

(33)

19

al (2003), pemberian pakan mengandung bakteri asam laktat dapat memperbaiki kecernaan, penyerapan dan ketersediaan zat makanan serta memberikan pengaruh positif terhadap aktivitas enzim dalam saluran pencernaan. Monsoub et al (2011) melaporkan bakteri L. acidophilus mampu mendekonjugasi asam glikokolat dan taurokolat dalam kondisi anaerob. Dekonjukasi yang terjadi pada asam empedu dapat meningkatkan kelarutan kolesterol dan mempengaruhi kolesterol serum sehingga membantu penyerapan kolesterol dari usus. Ressang (1984) menyatakan empedu merupakan alat eksresi kolesterol yang disekresikan ke hati dengan bantuan asam-asam empedu yang dikeluarkan oleh hati. Candra. (2014) menyatakan cairan empedu merupakan cairan garam berwarna kuning kehijauan yang mengandung kolesterol, fosfolipid, lesitin serta pigmen empedu.

Pengaruh Perlakuan Terhadap Proventrikulus

Analisis ragam menunjukkan penggunaan tepung kulit nanas fermentasi yoghurt dalam ransum tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap bobot proventrikulus (Tabel 5). Akoso (1993) menyatakan bahwa proventrikulus merupakan pelebaran dan penebalan dari ujung akhir esophagus. Hasil penelitian Tabel 5. Proventrikulus berkisar antara 0.49 - 0.54 % lebih tinggi dibandingakn dengan penelitian Moreno et al. (2009) yang mendapatkan bobot proventrikulus berkisar 0.74 – 0.82 % ketika ayam yang diberi pakan berserat. Akan tetapi lebih rendah dengan penelitian Jimenez et al. (2009) yang mendapatkan hasil bobot proventrikulus berkisar 0.40 – 0.44 % ketika ayam diberi pakan berserat

Pengaruh Perlakuan Terhadap Ventrikulus

Analisis ragam menunjukkan penggunaan tepung kulit nanas fermentasi yoghurt dalam ransum tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap bobot ventrikulus (Tabel 5). Tidak berpengaruhnya diduga sulitnya ventrikulus dalam mencerna tepung kulit nanas fermentasi yang ada dalam ransum. Menurut Nort and Bell (1990) menyatakan bahwa ventrikulus bekerja memecah dan mengiling pakan menjadi partikel yang lebih kecil terutama pakan yang mengandung serat, ventikulus terletak diantara tembolok dan batas teratas bagian otot yang kuat dan dapat menghasilkan kekuatan yang besar dan juga terdapat mukosa. Dalam penelitian ini berat ventrikulus berkisar 1.32-1.59.

Pengaruh Perlakuan Terhadap Jantung

Analisis ragam menunjukkan penggunaan tepung kulit nanas fermentasi yoghurt dalam ransum tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap bobot jantung (Tabel 5). Pada saat pengamatan Jantung masih dalam keadaan normal setelah diberikan pakan dengan menggunakan tepung kulit nanas fermentasi dalam ransum. Bobot Jantung dalam penelitian ini berkisar antara 0.41-0.48%..

Pengaruh Perlakuan Terhadap Limpa

(34)

20

dalam metabolism sel limfosit yang berhubungan dengan pembentukan antibody. Dalam penelitian ini berat limpa berkisar antara 0.16 – 0.21%. Lebih tinggi dari hasil yang didapatkan Hermana et al. (2008)yang mendapatkan bobot limpa berkisar antara 0.09 – 0.19 % ketika ayam diberi pakan tepung daun salam.

Pengaruh Perlakuan terhadap Hati

Analisis ragam menunjukkan penggunaan tepung kulit nanas fermentasi yoghurt dalam ransum tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap bobot hati (Tabel 5). Hasil ini sejalan dengan volume empedu dimana terdapat keterkaitan kerja antara empedu dan hati. Selain itu juga menunjukkan fermentasi kulit nanas aman untuk diberikan pada ayam broiler tanpa menimbulkan efek negatif penggunaannya terhadap kerja hati. Ressang (1984) menyatakan bahwa hati sangat berperan penting dalam tubuh karena memiliki beberapa fungsi diantaranya yaitu menghancurkan zat-zat yang berbahaya yang diserap dari usus atau bagian tubuh lainnya, kemudian membuangnya sebagai zat yang tidak berbahaya ke dalam empedu atau darah. Hati akan mengalami kerusakan dan pembengkakan apabila terjadi penyumbatan atau gangguan pada empedu. Bintang et al. (1999) menyatakan pemberian produk fermentasi sampai 15% dalam ransum itik tidak mengakibatkan gangguan kerja hati dan organ pencernaan lainnya. Kusuma et al. (2012) melaporkan pemberian bakteri asam laktat secara oral tidak mempengaruhi kerja hati dan tidak menyebabkan gangguan patologi hati.

Bobot hati berkisar antara 2,23%–2,49% (Tabel 5). Menurut Putnam (1991) persentase hati berkisar antara 1,70%–2,80%. Akmal (2008) menyatakan bobot hati berkisar 1,93%–2,18 % ketika ayam diberikan tepung daun sengon. Perbedaan bobot hati diduga dipengaruhi oleh jenis pakan yang digunakan. Menurut Whittow (1999) besar dan berat hati dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis hewan, besar tubuh, genetik serta pakan yang diberikan.

Saluran Pencernaan

Pengaruh perlakuan terhadap usus halus dan usus besar.

(35)

21

gastroinstinal lebih sehat. Menurut Winarsih (2005) menyatakan bahwa ayam yang memperoleh probiotik Bacillus sp dapat meningkatkan luas permukaan usus untuk dapat menyerap nutrient yang lebih efektif dan dapat menekan mikroorganisme yang merugikan sehingga zat-zat nutrisi yang terdegredasi lebih sedikit. Sebagaimana kita ketahui bahwa tempat penyerapan zat-zat makanan terbesar terjadi di usus halus khusunya yeyenum, Tilman (1991). menyatakan bahwa usus halus berfungsi sebagai tempat penyerapan utama zat-zat makanan tercerna dalam saluran pencernaan yang disebabkan karena permukaanya terdapat villi-villi sebagai tempat absorsi.

Tabel 6 Persentasi Usus Halus, Persentasi Usus Besar, Panjang Usus Halus dan pH Usus Halus setiap perlakuan. Yeyenum(%) 0.99±0.22ab 1.10±0.19a 0.88±0.21ab 0.86±0.19ab 0.81± 0.22b Ileum(%) 0.83± 0.21 0.98± 0.17 0.77± 0.10 0.83±0.21 0.75±0.24 Keterangan : Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0.05). P0 = 0% tepung kulit nanas fermentasi (TKNF) dalam ransum mengandung 0% gulma obat(GO), (kontrol positif). P1 = 0% tepung kulit nanas fermentasi (TKNF) dalam ransum mengandung 2 % gulma obat (GO), (kontrol negatif). P2 = 7.5% tepung kulit nanas fermentasi dalam ransum mengandung 2 % gulma berkhasiat obat.. P3 = 15% tepung kulit nanas fermentasi dalam ransum mengandung 2 % gulma berkhasiat obat. P4 = 22.5% tepung kulit nanas fermentasi dalam ransum mengandung 2 % gulma berkhasiat obat.

(36)

22

dengan bobot ileum (Tabel 6). Berkisar anatara 0.75 – 0.98 % lebih rendah dengan hasil penelitian Djunaidi et al. (2009) ketika ayam diberikan pakan limbah udang fermentasi bacillus sp.

Hasil analisis ragam menunjukkan penggunaan tepung kulit nanas fermentasi yoghurt dalam ransum tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap Bobot usus besar (caeca, colon), (Tabel 6). Menunjukkan Bobot caeca bekisar 0.59–0.68% lebih tinggi dengan hasil penelitian Moreno et al. (2009) yang mendapatkan bobot caeca berkisar 0.48 – 0.55 %. Sedangkan berat colon (Tabel 6). Berkisar antara 0.22 – 0.31%, lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian Mosami. (2011) yang mendapatkan hasil bobot colon sebesar 0.13 -0.16%.

Hasil analisis ragam menunjukkan penggunaan tepung kulit nanas fermentasi yoghurt dalam ransum tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap panjang usus halus (duodenum, yeyenum, ileum) (Tabel 6). Hasil antar perlakuan yang relative sama diduga karena pakan antar perlakuan telah mengalami proses pencernaan dan penyerapan yang dilakukan diusus halus terutama yeyenum sehingga tidak berpengaruh nyata terhadap bobot usus halus dan usus besar serta panjang usus halus dan usus besar kecuali pada bobot usus halus yeyenum. Memungkinkan juga bobot relative sama dikarenakan enzim pencernaan tidak bekerja maksimal pada parameter. (Tabel 6) Menunjukkan panjang usus halus duodenum berkisar antara 17- 19 cm lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian Mosami (2011) yang mendapatkan hasil panjang 29 – 31 cm. sedangkan panjang jejunum pada penelitian ini berkisar antara 40 – 47 cm lebih rendah dengan hasil penelitian Mosami (2011) yang mendapatkan hasil berkisar antara 63 – 73 cm. Ileum pada penelitian ini berkisar antara 43 – 47 cm. lebih rendah dari hasil Mosami (2011) yang mendapatkan hasil 63 – 76 cm.

Pengaruh Perlakuan Terhadap pH Usus Halus

Analisis ragam menunjukkan penggunaan tepung kulit nanas fermentasi yoghurt dalam ransum tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap pH usus halus (Duodenum, Yeyenum, Ileum). Tabel 6. Menunjukkan bahwa pH memberikan hasil yang baik yaitu memiliki rata-rata 5.3 menurut Akhardianto (2010) menyatakan bahwa bakteri saluran pencernaan membutuhkan pH sekitar 5.0 untuk berkembang biak.

Lemak dan Kolesterol

Pengaruh Perlakuan terhadap Lemak Daging Paha

(37)

23

Lemak daging paha pada penelitian ini berkisar 2.00%–3.55%. Hasil penelitian Daud (2006) mendapatkan hasil lemak daging paha ayam broiler berkisar 2.62%–4.97% ketika pakan diberi probiotik dan prebiotik dalam ransum. Hasil penelitian lebih rendah dibandingkan hasil Kucukyilmaz et al. (2012) yang mendapatkan pada paha ayam broiler yang dipelihara selama 42 memiliki rata-rata 6.54% lemak daging. Penelitian ini memperlihatkan tepung kulit nanas yang difermentasi dengan yoghurt dapat digunakan dalam campuran ransum untuk menurunkan lemak daging paha. Corcoran et al. (2005) mendapatkan pemberian bakteri asam laktat dalam ransum maupun air minum dapat menurunkan kadar lemak daging dan darah. Kenyataan ini sesuai dengan pen-dapat Sibuea (2002) yang dikutip Fenita, dkk (2009), bahwa air buah nanas mengandung serotonin yang berfungsi mengatasi stres dan me-nurunkan kadar kolesterol dalam darah yang akhirnya akan menurunkan kadar lemak. Mu-ramatsu (1986) dalam Santoso (1999) yang di-kutip Fenita, dkk (2009), menyatakan bahwa zat-zat aktif seperti Saponin, vitamin C, flavo-noid, dan tanin juga mampu menurunkan aku-mulasi lemak

Tabel 7 Lemak Daging Dada, Lemak Daging Paha, Kolesterol Daging dan

3.55±0.54a 2.94±1.14ab 2.07±0.74ab 2.21±0.32ab 2.00±0.90b

Lemak Daging Dada(%)

1.04±0.48 0.91±0.37 1.15±0.41 0.52±0.44 1.03± 0.73

Kolesterol Daging (mg100g -1)

148.80±19.42 139.63±10.94 142.53±8.43 144.40±8.79 136.68±12.09

Kolesterol Darah(mg/dl)

141.80±10.46 140.80±10.70 121.00±8.47 135.80±9.70 114.00±11.90

Keterangan : Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0.05). P0 = 0% tepung kulit nanas fermentasi (TKNF) dalam ransum mengandung 0% gulma obat(GO), (kontrol positif). P1 = 0% tepung kulit nanas fermentasi (TKNF) dalam ransum mengandung 2 % gulma obat (GO), (kontrol negatif). P2 = 7.5% tepung kulit nanas fermentasi dalam ransum mengandung 2 % gulma berkhasiat obat. P3 = 15% tepung kulit nanas fermentasi dalam ransum mengandung 2 % gulma berkhasiat obat. P4 = 22.5% tepung kulit nanas fermentasi dalam ransum mengandung 2 % gulma berkhasiat obat.

(38)

24

Pengaruh Perlakuan terhadap Kolesterol Darah

(39)

25

SIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan kulit nanas yang difermentasi dengan yoghurt dalam ransum yang mengandung gulma berkhasiat obat pada taraf 15% tanpa mempengaruhi konsumsi nutrient, performa, lemak daging dan kolesterol.

SARAN

(40)

26

DAFTAR PUSTAKA

Abul KK, Abbas AH, Lichtman S, Pillai. 2012. Cellular and molecular immunology. Seventh ed. Silver Sanders book aid international. USA. Adriani. 2008. Lactobacillus acidophilus and bifidobacterium activity on yoghurt

quality and inhibitory growth effect on helicobacter pylori. J. bio. Vol 10. (2) :129-140

Akhardianto S. 2010. Pengaruh pemberian probiotik, temban, biovet dan biolacta terhadap persentase karkas, bobot lemak abdomen dan organ dalam ayam broiler. J. sains tekn Indo. Vol,12. (1) : 53 - 59.

Akmal. 2008. Pengaruh pemberian daun sengon (Albizzia falcataria) hasil rendaman dengan larutan Ca(OH)2 terhadap bobot karkas dan bobot organ

pencernaan ayam pedaging . J. ilm pet. Vol. 11 (4) : 100- 107. Akoso B T. 1998. Kesehatan unggas. Kanisisus. Yogyakarta.

Ao XTX, Zhon HJ, Kim SM, Hong IH, Kim. 2011. Influence of fermented red ginseng extract on broiler and laying hens. Asian-Aust. J. Anim. Sci. 24: 993-1000

AOAC. 2003. official methods of analisis, association of official analitycal chemist. AOAC. In. Gaithers-burg.M.D. Washington DC. USA

Anita WY, Astuti I, Suharto. 2012. pengaruh Pemberian Tepung Daun Teh Tua dalam Ransum terhadap Performan dan Persentase Lemak Abdominal Ayam Broiler. J. trop anim husb. Vol. 1 (1) : 1-6

Astuti. 2004. Pemanfaatan tepung limbah ikan dalam ransum terhadap kolesterol daging ayam broiler. U: Proceeding seminar MIPA UMY. Agustus 2014. Yogyakarta.

Azizi BG, Sadeghi A, Karimi F, Abed. 2011. Effect of dietary energy and protein dilution and time of feed replacement from starter to grower on broiler chickens performance. J. Cent Euro Agric 12 (1) : 44 – 52.

Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi. 2014. Jambi dalam Angka 2014. BPS Provinsi Jambi, Jambi.

Badan Pusat Statistik. 2014. Produksi Buah-buahan dan Sayuran Tahunan di Indonesia, 1995 – 2013. Badan Pusat Statistik, Jakarta. http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&id_sub yek=55&notab=15.

Bintang IAK, Sinurat T, Murtisari T, Pasaribu T, Purwadaria dan Haryati. 1999. Penggunaan bungkil inti sawit dan produk fermentasinya dalam ransum itik sedang bertumbuh. J. pet. 4: 179–184

Bigelis R. 1993. Carbohydrases. In. T. Nagodawithana (eds). Enzymes In Food Processing. Academic Press. Inc.Unite State Of America. P. 144-145. Candra AA. 2014. Improvement of broiler production performance with addition

turmeneric extraction solvent ethanol. J. pen per ter. Vol. 14 (1): 64-69. Chaing W Q X S, Lu J K, Piao L, Gong and Thacher. 2010. Effect of feeding solid

(41)

27

Corcoran B C, Stanton G, Fitzgerald and Ross. 2005. Survival of probiotic lactobacilli in acidic environments is enhanced in the presence of metabolizable sugars. Appl. Environ. Microbiol. 71: 3060-3067.

Djauhari E, Hernani. 2004. Gulma berkhasiat obat. Seri Agrisehat. Penebar Swadaya, Jakarta.

Djunaidi IHY, Yuwanta T, Supadomo, Nurcahyono M. 2009. Performa dan bobot organ pencernaan ayam broiler yang diberi pakan limbah udang hasil fermentasi Bacillus sp. J. med pet. 32 (3) : 212-219.

Endens F, 2003. An alternative for antibiotic use in poultry: probiotics. Rev. Bras. Cienc. Avic. 5: 44 – 51. saccharomyces cervisia fermentation product on performance and gut characteristics of male turkey to market weight. J. poult Sci. 12: 141-143. Ginting S P R, Krisnan A, Tarigan. 2005. substitusi hijauan dengan limbah nanas

dalam pakan komplit kamplit. makalah disampaikan dalam seminar nasional teknologi peternakan dan veteriner. pusat penelitian dan pengembangan peternakan. Bogor. 12-13 september 2005.

Gonzalez, Alvarado JM, Jimenez, Moreno E, Lazaro R, Mateos GG. 2007. Effect of type and cereal, heat processing of the cereal, and inclusion of fiber in the diet on productive performance and digestive traits of broilers. Poult sci. 86:1705–1715.

Gultom SM, Suprtaman RdH, dan Abun. 2013. Pengaruh imbangan energy dan protein ransum terhadap bobot karkas dan bobot lemak abdominal ayam broiler umur 3-5 minggu. J. unpad. Vol. 1 (1) :1-5.

Hartoyo B, Irawan I, and Iriyanti. 2005. Pengaruh asam lemak dan kadar serat yang berbeda dalam ransum broiler terhadap kandungan kolesterol,HDL dan LDL serum darah. J. anim product. Vol 7 (1) : 27 – 33.

Hermana W, Puspitasari DI, Wiryawan KG, Saharti S, 2008. Pemberian tepung daun salam (Syzygium polyanthum(wight) walp) dalam ransum sebagai bahan antibakteri Escherichia coli terhadap organ dalam ayam broiler. med pet. Vol 31 (1) : 63 – 70. dan paha berbagai unggas. Animal production 5(2): 79-82. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto

Jimenez E, Gonzales JM, Coca AA. 2009. Effect of source of fibre on the development and pH of the Gastrointestinal Tract Broiler. J. Anim Feed Sci and Techn. 154: 93-101

(42)

28

Komot H. 1989. Tinjauan mengenai perlemakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penimbunan pada ayam pedaging. Tesis fakultas pertanian UNPAD. Bandung.

Kompiang I P A P, Sinurat S, Kompiang T, Purwadaria dan Darma., 1994. Nutrition Value of Protein Enriched Cassava: Cassapro. JITV 7(2): 22-25.

Kucukyilmaz KM, Bozkurt AU, Coth EN, Herken M, Cunar and Bintas E. 2012. Chemical composition, fatty acid profile and colour of broiler meat as affected by organic and conventional rearing systems S. Afr. J. anim sci. 42 (4) : 360 – 368.

Mansoub NH. 2011. Effect of Probiotic Bacteria Utilization on Serum Cholesterol and Triglycrides Contents and Performance of Broiler Chickens. Global veterinaria 5 (3): 184–186 .

Moreno BJ, Gonzalez AS, Lazaro R, Mateos GG. 2009. Effect of dietary fiber and fat on performance and digestive traits of broiler from one twenty-one days of age. Poult sci. 88. 2562 – 2574.

Mosami A. 2011. Effect of different inclusions of oat hull on performance carcass yield and gut development in broiler chicken. Department of animal nutrition and management. Swedish university of agricultural science. Swedish.

Nastiti U N, Lastuti NDR, Nurhajato T. 2013. The decreasing of crude fiber and the increasing of crude ptotein content of pineapple (ananas comosus L, merr) which fermented by cellulolytic bacteria (Actinobacillus sp. ML-08). J. agroveter. Vol.1 (2): 46-54.

NRC (National Research Council). 1984. Nutrition Requirement of Poultry. National Academy of Science. Washington. D.C.

Neisheim M C, Richard and lelie. 1979. Poultry Production. 12th Ed. Lea and febiger. Philadelphia.

North MO and Bell. 1990. Nutrient requirements of poultry. 9th edition. National academy press Washington, D. C.

Nurhayati dan Latief M. 2009. Isolasi senyawa uji antibakteri ekstrak etil asetat rumput mutiara (hedyotis cormbosa L (Lamk)) terhadap bakteri Escherichia. J. bah al indo 6(6): 243–246.

Nurhayati, Nelwida dan Handoko H. 2009. Pemberian Gulma Berkhasiat Obat dalam Ransum Terhadap Penampilan Ayam Broiler. Jurnal produksi ternak / Animal Production 11 (2) : 103 – 108.

Nurhayati, Nelwida, Berliana. 2014. Pengaruh tingkat yoghurt dan waktu fermentasi terhadap kecernaan in vitro bahan kering, bahan organic, protein dan serat kasar kulit nanas fermentasi. Bulletin peternakan 38 (3) : 182-188. Nurhayati. 2013. Penampilan ayam pedaging yang mengkonsumsi pakan mengandung kulit nanas disuplementasi dengan yoghurt. Agripet 13 (02) : 15-20.

Pal A, Ray and Chattophadhyay. 2006. Purification and immobilization of an Aspergillus terreusxylanase: Use of continuous fluidized column reactor. Ind. J. Biotechnol. 5: 163 – 168.

Putnam P A. 1991. Handbook of animal.science. academic press. San diego.

Raharjo. 2013. Effect of ratio of wild grass – concentrate on digestibilities of dry matter and organic matter by in-vitro. Jur ilm pet 1(3):796-803.

(43)

29

Salminen S E, Isolauri and Salminen. 1996. Clinical uses of probiotics for stabilizing the gut mucosal barrier: Successful strains and future challenges. Antonie van Leeuwenhoek 70: 347 – 358.

Sidadolog JHP dan Yuwanta. 2011. Pengaruh konsentrasi protein-energi pakan terhadap pertambahan berat badan, efisiensi energi dan efisiensi pada masa pertumbuhan ayam merwang. 1 : 15-22

Sudarmadji S R, Kasmidjo, Sardjono D, Wibowo S, Margino, dan endang. 1989. MikrobiologiPangan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Suhartono MT. 2000. Pemanfaatan limbah hasil laut. Bioteknologi hasil laut. Pusat kajian sumber daya pesisir dan kelautan. Institute pertanian bogor. Bogor. Stell RGD, dan torrie JH. 1989. Prinsip dan prosedur statistika. Diterjemahkan oleh

bambang sumantri. Gramedia pustaka. Jakarta.

Tillman A D AF, Siregar S, Rekso H, Prawiro dan Lebdosoekodjo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Uchewa EN, Onu PN. 2012.The effect of feed watting and fermented feed on the performance of broiler chick. Biochemistry 28: 433-439

Utami MMD, Agus A, Wihandoyo, Kurniasih. 2011. Efektivitas ekstrak bawang putih terhadap efek hepatotosik alfatoksin B1 pada ayam pedaging periode awal. J. vater. Vol 2 (3) : 241 – 246.

Whittow G, 2002. Strukies avian phsycology. 5th . academic press. USA.

Winarsih W. 2005. Pengaruh probiotik dalam pengendalian salmonellosis subklinis pada ayam : gambaran patologis dan performan, disertasi s3. Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Yulianti W, Marningsih dan Ismadi. 2013. Pengaruh penambahan sari jeruk nipis (Citrus auratifolin) dalam pakan terhadap profil lemak darah itik magelang jantan. Anim agric. 2(1) : 51-58.

(44)

30

LAMPIRAN

(45)

31

Lampiran 2. Gambar Alur Proses Pembuatan Tepung Gulma Berkhasiat Obat

(46)
(47)

33

Lampiran 4 Analisis sidik ragam terhadap perlakuan pertambahan bobot badan Sumber Derajat

Keterangan ** = berbeda sangat nyata (P<0.05)

Uji lanjut Duncan terhadap perlakuan pertambahan bobot badan Perlakuan Jumlah Rataan Standar

deviasi

Lampiran 5 Analisis sidik ragam terhadap perlakuan bobot potong Sumber Derajat

Galat 45 765200.000 17004.444 Total 49 1323552.000

Keterangan ** = berbeda sangat nyata (P<0.05) Uji lanjut Duncan terhadap perlakuan bobot potong

Perlakuan Jumlah Rataan Standar deviasi

Lampiran 6 Analisis sidik ragam terhadap perlakuan pancreas Sumber Derajat

(48)

34

Lampiran 7 Analisis sidik ragam terhadap perlakuan volume empedu Sumber Derajat

Keterangan ** = berbeda nyata (P<0.05)

Lampiran 8 Analisis sidik ragam terhadap perlakuan proventrikulus Sumber Derajat

Keterangan tn = tidak berbeda nyata (P>0.05)

Lampiran 9 Analisis sidik ragam terhadap perlakuan ventrikulus Sumber Derajat

Keterangan tn = tidak berbeda nyata (P>0.05)

Lampiran 10 Analisis sidik ragam terhadap perlakuan jantung Sumber Derajat

Keterangan tn = tidak berbeda nyata (P>0.05)

Lampiran 11 Analisis sidik ragam terhadap perlakuan limpa Sumber Derajat

(49)

35

Lampiran 12 Analisis sidik ragam terhadap perlakuan hati Sumber Derajat

Keterangan tn = tidak berbeda nyata (P>0.05)

Lampiran 13 Analisis sidik ragam terhadap bobot usus halus duodenum Sumber Derajat

Keterangan tn = tidak berbeda nyata (P>0.05)

Lampiran 14 Analisis sidik ragam terhadap perlakuan bobot usus halus yeyenum Sumber Derajat

Keterangan * = berbeda nyata (P<0.05)

Uji lanjut Duncan terhadap perlakuan bobot usus halus yeyenum Perlakuan Jumlah Rataan Standar

deviasi

Lampiran 15 Analisis sidik ragam terhadap perlakuan bobot usus halus ileum Sumber Derajat

(50)

36

Lampiran 16 Analisis sidik ragam terhadap perlakuan bobot usus besar seca Sumber Derajat

Keterangan tn = tidak berbeda nyata (P>0.05)

Lampiran 17 Analisis sidik ragam terhadap perlakuan bobot usus besar colon Sumber Derajat

Keterangan tn = tidak berbeda nyata (P>0.05)

Lampiran 18 Analisis sidik ragam terhadap perlakuan panjang usus halus duodenum

Keterangan tn = tidak berbeda nyata (P>0.05)

Lampiran 19 Analisis sidik ragam terhadap perlakuan panjang usus halaus yeyenum Sumber Derajat

Keterangan tn = tidak berbeda nyata (P>0.05)

Lampiran 20 Analisis sidik ragam terhadap perlakuan panjang usus halus ileum Sumber Derajat

(51)

37

Lampiran 21 Analisis sidik ragam terhadap perlakuan pH usus halus duodenum Sumber Derajat

Keterangan tn = tidak berbeda nyata (P>0.05)

Lampiran 22 Analisis sidik ragam terhadap perlakuan pH usus halus yeyenum Sumber Derajat

Keterangan tn = tidak berbeda nyata (P>0.05)

Lampiran 23 Analisis sidik ragam terhadap perlakuan pH usus halus ileum Sumber Derajat

Keterangan tn = tidak berbeda nyata (P>0.05)

Lampiran 24 Analisis sidik ragam terhadap perlakuan lemak pada paha Sumber Derajat

Keterangan * = berbeda nyata (P<0.05)

Uji lanjut Duncan terhadap perlakuan lemak pada paha Perlakuan Jumlah Rataan Standar

(52)

38

Lampiran 25 Analisis sidik ragam terhadap perlakuan lemak pada dada Sumber Derajat

bebas

Jumlah kuadrat

Kuadrat tengah

F hitung F tabel 0.05 0.01 perlakuan 4 1.174 0.293 1.149tn 2.866 4.430

galat 20 5.106 0.255 total 24 6.280

Keterangan tn : tidak berbeda nyata (P>0.05)

Lampiran 27Analisis sidik ragam terhadap perlakuan kolesterol daging Sumber Derajat

bebas

Jumlah kuadrat

Kuadrat tengah

F hitung F tabel 0.05 0.01 Perlakuan 4 34.492 0.833 0.483tn 2.866 4.430

Galat 20 37.824 1.725 Total 24 97.880

Gambar

Tabel 2 Komposisi Dan Kandungan Zat Makanan Ransum Perlakuan fase starter
Gambar 1. Alur Fermentasi Tepung Kulit Nanas
Grafik 1 konsumsi nutrient fase starter protein kasar, serat kasar dan lemak kasar  selama 2-21 hari pemeliharaan, P0 = 0% tepung kulit nanas fermentasi (TKNF) dalam ransum mengandung 0% gulma obat(GO), (kontrol positif)
Grafik 2  konsumsi nutrient fase finisher protein kasar, serat kasar dan lemak kasar
+5

Referensi

Dokumen terkait

dengan bersungguh-sungguh dalam pelbagai posisi ayat transitif bahasa Melayu. Secara khusus, kajian ini cuba mengemukakan penjelasan teoritis terhadap kehadiran

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah penulis lakukan sebelumnya, bahwasanya faktor yang mendorong mulainya perilaku menghisap lem pada anak remaja

Ada beberapa kesulitan yang sering dialami siswa dalam menulis puisi yaitu, sulitnya menyesuaikan pilihan kata dengan bahasa yang sesuai tema puisi, selain itu siswa

Sekolah Alam Bahasa Inggris yang diadakan di Desa Samberan, Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro merupakan Sekolah Alam yang bersifat informal dengan menggunakan

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini diketahui bahwa Kualitas Website (X) memiliki pengaruh positif signifikan terhadap Kepercayaan (Z) sebesar 0,868 dengan t hitung

Ditinjau dari penggunaannya maka secara keseluruhan ( general perspectives) wilayah perencanaan telah menunjukkan adanya vitalitas kawasan, percampuran kegiatan yang saling

Kriteria Hasil : Klien mampu melakukan batuk efektif, pernapasan pasien kembali normal, pasien dapat mengeluarkan sekret. Intervensi : 1) Kaji status pernapasan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antifungi ekstrak lengkuas merah, jahe, dan kunyit terhadap aktivitas jamur Candida albicans.. Selain itu juga