• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kelayakan Usaha Bunga Mawar Potong pada PT Agro Dwipa Investindo Cipanas, Kabupaten Cianjur.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kelayakan Usaha Bunga Mawar Potong pada PT Agro Dwipa Investindo Cipanas, Kabupaten Cianjur."

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUNGA MAWAR POTONG

PADA PT AGRO DWIPA INVESTINDO

CIPANAS, KABUPATEN CIANJUR

YESICA FIRMEIANTI SANTOSO

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRAK

YESICA FIRMEIANTI SANTOSO. Analisis Kelayakan Usaha Bunga Mawar Potong pada PT Agro Dwipa Investindo Cipanas, Kabupaten Cianjur. Dibimbing oleh YUSALINA.

Permintaan bunga mawar potong semakin meningkat seiring dengan peningkatan pendapatan dan perubahan gaya hidup masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji kembali kelayakan usaha bunga mawar potong pada PT Agro Dwipa Investindo setelah usaha tersebut mengalami kerusakan akibat bencana alam. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk aspek non finansial dan analisis kuantitatif dengan dua skenario untuk aspek finansial. Berdasarkan aspek non finansial perusahaan layak untuk dijalankan, sedangkan dari aspek finansial, pada skenario III lebih layak jika dibandingkan dengan skenario I karena hasil dari perhitungan kriteria investasi skenario II lebih besar, yaitu NPV Rp2 478 014 378; IRR 32 persen; Net B/C sebesar 2.90, payback period selama 4 tahun, 6 bulan, 14 hari. Berdasarkan analisis sensitivitas, diperoleh hasil komponen yang memberikan dampak paling besar terhadap kelayakan usaha adalah penurunan produksi bunga mawar potong.

Kata kunci: analisis kriteria investasi, analisis sensitivitas, bunga mawar potong.

ABSTRACT

YESICA FIRMEIANTI SANTOSO. Feasibility Analysis of Hybrid Tea Roses in

PT. Agro Dwipa Cipanas, Kabupaten Cianjur. Supervised by YUSALINA.

Demand of hybrid tea roses is growing along with the increasing income and lifestyle changing in the society. The purpose of this research is to review the feasibility of hybrid tea roses business in PT. Agro Dwipa Investindo after it suffered from damaged of the natural disaster. This study uses the descriptive analysis for examining non-financial aspect and quantitative analysis with two scenarios for financial aspect. The result from the non-financial aspect shows that the company is feasible to run. Furthermore, according to the financial aspect, the second scenario is more feasible than the first scenario. It is because the calculation result from the investment criteria of the second scenario demonstrates higher values, which are NPV Rp2 478 014 378; IRR 32 percent; Net B/C 2.90; 4 years, 6 month, 14 days payback period. Moreover, based on the sensitivity analysis, the most influential component to the feasibility of the business is the reduction of hybrid tearoses production.

(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan Usaha Bunga Mawar Potong pada PT Agro Dwipa Investindo Cipanas, Kabupaten Cianjur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Yesica Firmeianti Santoso

NIM H34114006

(4)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUNGA MAWAR POTONG

PADA PT AGRO DWIPA INVESTINDO

CIPANAS, KABUPATEN CIANJUR

YESICA FIRMEIANTI SANTOSO

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2013 sampai Agustus 2013 ini ialah kelayakan investasi, dengan judul Analisis Kelayakan Usaha Bunga Mawar Potong pada PT Agro Dwipa Investindo Cipanas, Kabupaten Cianjur.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dra Yusalina, MSi. selaku dosen pembimbing. Di samping itu, penghargaan disampaikan kepada Mr Christ selaku pemilik dari PT Agro Dwipa Investindo, Ibu Betty Handayani sebagai manager operasional PT Agro Dwipa Investindo, serta seluruh staf PT Agro Dwipa Investindo, Balai Penelitian Tanaman Hias Cianjur, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ibu, serta seluruh keluarga, atas doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2014

(6)
(7)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR iv

DAFTAR LAMPIRAN iv

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 5

Manfaat Penelitian 5

Ruang Lingkup 6

TINJAUAN PUSTAKA 6

Peranan dan Perkembangan Tanaman Hias di Indonesia 6

Perkembangan Bunga Mawar Potong di Indonesia 7

Analisis Kelayakan Usaha 8

Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu 9

KERANGKA PEMIKIRAN 10

Kerangka Pemikiran Teoritis 10

Studi Kelayakan Proyek dan Bisnis 10

Aspek-Aspek Studi Kelayakan 10

Teori Biaya dan Manfaat 14

Analisis Kelayakan Investasi 14

Cashflow Bisnis 14

Kerangka Pemikiran Operasional 16

METODE PENELITIAN 18

Lokasi Dan Waktu 18

Data dan Instrumentasi 18

Metode Pengumpulan Data 18

Metode Pengolahan Data 18

Aspek Non Finansial 19

Aspek Finansial 20

Asumsi yang digunakan 22

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 24

Sejarah dan Perkembangan Perusahaan 24

Organisasi dan Manajemen PT Agro Dwipa Investindo 25

Aspek Sumberdaya Perusahaan 28

HASIL DAN PEMBAHASAN 30

Analisis Aspek Non Finansial 30

Analisis Aspek Pasar dan Pemasaran 30

Aspek Teknis dan Teknologi 34

(8)

Aspek Lingkungan 51

Aspek Hukum 53

Analisis Aspek Finansial 54

Arus Penerimaan (Inflow) 54

Arus Pengeluaran (Outflow) 56

Perolehan Modal 60

Proyeksi Laporan Laba Rugi 61

Analisis Kelayakan Finansial 62

Analisis Sensitivitas 65

KESIMPULAN DAN SARAN 66

Kesimpulan 66

Saran 67

DAFTAR PUSTAKA 68

(9)

DAFTAR TABEL

1. Perkembangan produktivitas komoditi florikultura tahun

2007 – 2012 di Indonesia 2

2. Perkembangan produksi tanaman hias di Cianjur tahun

2007-2011 3

3. Sumberdaya fisik PT Agro Dwipa Investindo tahun 2013 28 4. Gaji karyawan PT Agro Dwipa Investindo 2013 29 5. Varietas mawar potong pada PT Agro Dwipa Investindo

tahun 2013 32

6. Harga bunga PT Agro Dwipa Investindo tahun 2013 32 7. Jumlah bedengan dalam greenhouse pada PT Agro Dwipa

Investindo 2013 36

8. Penerimaan penjualan bunga mawar potong skenario I pada

PT Agro Dwipa Investindo 54

9. Penerimaan penjualan bunga mawar potong skenario II

pada PT Agro Dwipa Investindo 55

10. Penerimaan penjualan bunga mawar potong skenario III

pada PT Agro Dwipa Investindo 56

11. Perincian biaya okulasi yang dikeluarkan PT Agro Dwipa

Investindo 57

12. Biaya Investasi bunga mawar potong skenario I pada PT

Agro Dwipa Investindo 57

13. Biaya tetap budidaya bunga mawar potong skenario I pada

PT Agro Dwipa Investindo 58

14. Biaya variabel budidaya bunga mawar potong pada PT

Agro Dwipa Investindo 59

15. Perincian pinjaman modal usaha bunga mawar potong

skenario I pada PT Agro Dwipa Investindo 60

16. Perincian pinjaman modal usaha bunga mawar potong

skenario II pada PT Agro Dwipa Investindo 60

17. Perincian pinjaman modal usaha bunga mawar potong

skenario III pada PT Agro Dwipa Investindo 61

18. Proyeksi laporan laba rugi budidaya bunga mawar potong

skenario I pada PT Agro Dwipa Investindo 61

19. Proyeksi laporan laba rugi budidaya bunga mawar potong

skenario II pada PT Agro Dwipa Investindo 62

20. Proyeksi laporan laba rugi budidaya bunga mawar potong

skenario III pada PT Agro Dwipa Investindo 63

21. Kriteria kelayakan usaha bunga mawar potong pada PT

Agro Dwipa Investindo 64

22. Hasil perhitungan analisis sensitivitas budidaya bunga

(10)

DAFTAR GAMBAR

1 Pertumbuhan produksi bunga mawar potong di Indonesia

tahun 2007 – 2011 2

2 Jumlah produksi bunga mawar potong pada PT Agro Dwipa

Investindo Tahun 2007 – 2012 4

3 Grafik NPV dan IRR 15

4 Kerangka pemikiran operasional analisis kelayakan pengembangan usaha bunga mawar potong pada PT Agro

Dwipa Investindo 17

5 Struktur organisasi PT. Agro Dwipa Investindo tahun 2013 26 6 Saluran Pemasaran PT Agro Dwipa Investindo 33 7 Layout bedengan dalam Greenhouse pada PT Agro Dwipa

Investindo 36

8 Bedengan dalam Greenhouse PT Agro Dwipa Investindo

tahun 2013 37

9 Pencampuran media tanam di PT Agro Dwipa Investindo

tahun 2013 38

10 Hasil okulasi pada PT Agro Dwipa Investindo tahun 2013 39 11 Layout bedengan pada PT Agro Dwipa Investindo tahun

2013 40

12 Penanaman hasil okulasi pada PT Agro Dwipa Investindo

tahun 2013 40

13 Penyemprotan pestisida pada PT Agro Dwipa Investindo

tahun 2013 45

14 Teknik pemotongan bunga mawar potong 46

15 Pengangkutan hasil panen pada PT Agro Dwipa Investindo

tahun 2013 47

16 Perautan daun mawar potong pada PT Agro Dwipa

Investindo tahun 2013 47

17 Penyusunan bunga mawar potong sasil grading pada PT

Agro Dwipa Investindo tahun 2013 48

18 Pembungkusan hasil grading pada PT Agro Dwipa

Investindo tahun 2013 48

19 Penyusunan bunga mawar di dalam ruang pendingin pada

PT Agro Dwipa Investindo tahun 2013 49

20 Pengangkutan bunga mawar potong pada PT Agro Dwipa

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner penelitian pada PT Agro Dwipa Investindo tahun

2013 Error! Bookmark not defined.

2. Spesifikasi syarat mutu mawar bunga potong 70 3. Jenis-jenis bunga mawar potong pada PT Agro Dwipa

Investindo 71

4. Denah lokasi Greenhouse pengusahaan mawar potong

LeandraRenata pada PT Agro Dwipa Investindo, 2011 73

5. Jadwal kegiatan usaha mawar potong skenario I pada PT

Agro Dwipa Investindo 75

6. Jadwal kegiatan usaha mawar potong skenario II pada PT

Agro Dwipa Investindo 76

7. Biaya investasi bersama, penyusutan, dan joint cost 76 %

pada PT Agro Dwipa Investindo 77

8. Rincian biaya investasi dan penyusutan skenario I pada PT

Agro Dwipa Investindo 78

9. Rincian biaya investasi dan penyusutan skenario II pada PT

Agro Dwipa Investindo 79

10. Rincian biaya investasi dan penyusutan skenario II pada PT

Agro Dwipa Investindo 80

11. Cashflow skenario I pada PT Agro Dwipa Investindo 81 12. Cashflow skenario II pada PT Agro Dwipa Investindo 82 13. Cashflow skenario III pada PT Agro Dwipa Investindo 83 14. Cashflow analisis sensitivitas penjualan turun pada Skenario

I PT Agro Dwipa Investindo 84

15. Cashflow Analisis sensitivitas kenaikan harga pupuk pada

skenario I PT Agro Dwipa Investindo 85

16. Cashflow analisis sensitivitas penurunan produksi pada

skenario I PT Agro Dwipa Investindo 86

17. Cashflow analisis sensitivitas penjualan turun pada skenario

II PT Agro Dwipa Investindo 87

18. Cashflow analisis sensitivitas kenaikan harga pupuk pada

skenario II PT Agro Dwipa Investindo 88

19. Cashflow analisis sensitivitas penurunan produksi pada

skenario II PT Agro Dwipa Investindo 89

20. Cashflow analisis sensitivitas penurunan penjualan pada

skenario III PT Agro Dwipa Investindo 90

21. Cashflow analisis sensitivitas kenaikan harga pupuk pada

skenario III PT Agro Dwipa Investindo 91

22. Cashflow analisis sensitivitas penurunan produksi pada

skenario III PT Agro Dwipa Investindo 92

23. Proyeksi laporan laba rugi penjualan turun pada skenario I

(12)

24. Proyeksi laporan laba rugi kenaikan harga pupuk skenario I

pada PT Agro Dwipa Investindo 93

25. Proyeksi laporan laba rugi penurunan produksi skenario I

pada PT Agro Dwipa Investindo 93

26. Proyeksi laporan laba rugi penjualan turun pada skenario II

pada PT Agro Dwipa Investindo 94

27. Proyeksi laporan laba rugi kenaikan harga pupuk skenario II

pada PT Agro Dwipa Investindo 94

28. Proyeksi laporan laba rugi penurunan produksi skenario II

pada PT Agro Dwipa Investindo 94

29. Proyeksi laporan laba rugi penurunan penjualan skenario III

pada PT Agro Dwipa Investindo 95

30. Proyeksi laporan laba rugi kenaikan harga pupuk skenario

III pada PT Agro Dwipa Investindo 95

31. Proyeksi laporan laba rugi penurunan produksi skenario III

pada PT Agro Dwipa Investindo 95

(13)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Indonesia memiliki kekayaan alam dan keanekaragaman hayati yang sangat melimpah. Sejak dahulu kala, Indonesia dikenal sebagai negara agraris di mana sektor pertanian memiliki peranan yang besar dalam memberikan devisa bagi negara. Berdasarkan data statistik, sektor pertanian berada pada peringkat kedua setelah industri pengolahan dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional (BPS, 2012). Salah satu sub-sektor pertanian yang memberikan kontribusi penting dalam perekonomian nasional adalah hortikultura. Secara garis besar, komoditas hortikultura terdiri dari kelompok tanaman sayuran (vegetables), buah (fruits), tanaman obat (medicinal plants), dan tanaman hias (ornamental plants) termasuk di dalamnya tanaman air dan bunga potong. Hortikultura telah berperan nyata di berbagai negara termasuk Indonesia. Tidak hanya berguna sebagai menjaga kenyaman lingkungan, hortikultura juga berguna dalam mempercepat pengentasan kemiskinan petani, menciptakan lapangan kerja, dan mendorong investasi di pedesaan.

Salah satu komoditi hortikultura yang sedang berkembang pada saat ini adalah florikultura. Direktorat Jendral Hortikultura (2012), menargetkan adanya peningkatan produksi florikultura mencapai 352 juta tangkai/ha dan produktivitasnya mencapai 177 125 tangkai/ha. Hal tersebut diseimbangkan dengan adanya alokasi dana APBN sebesar Rp 5 039 Milyar untuk komoditi florikultura. Selain itu, Ketua Bidang Produksi Asosiasi Bunga Indonesia (Asbindo) James Lumbanraja mengatakan usaha florikultura atau tanaman hias di dalam negeri pada tahun 2012 diprediksi mengalami peningkatan dibandingkan dua tahun sebelumnya, yakni tahun 2011 dan tahun 20101.

Florikultura termasuk di dalamnya bunga potong telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia dan banyak digunakan oleh masyarakat di berbagai event, seperti acara kelahiran, upacara keagamaan, dan ulang tahun kemerdekaan. Pemakaian bunga potong telah meluas, tidak hanya sebagai dekorasi ruangan pesta-pesta perkawinan dan elemen ritual keagamaan saja, melainkan sebagai alat komunikasi ataupun bersosialisasi dalam bermasyarakat. Bunga potong dimanfaatkan sebagai hadiah, ungkapan atau ucapan terima kasih, ucapan bela sungkawa bahkan bagi sebagian masyarakat kepemilikan bunga potong dijadikan sebagai tingkat gengsi seseorang.

Semakin meningkatnya volume ekspor dan impor bunga-bungaan di Indonesia, maka semakin terbukanya prospek wirausaha bagi para pengusaha dan petani bunga di Indonesia. Terdapat tiga komoditi utama bunga-bungaan di Indonesia yaitu bunga krisan, anggrek dan mawar. Rata-rata pertumbuhan volume ekspor bunga mawar dari tahun 2007 hingga tahun 2011 memiliki tingkat pertumbuhan tertinggi yaitu mencapai 259 persen, sedangkan pertumbuhan volume ekspor bunga krisan hanya 20 persen dan bunga anggrek memiliki volume

1

(14)

pertumbuhan ekspor yang cenderung turun sekitar 20 persen. Rata-rata pertumbuhan volume impor tertinggi dari tahun 2007 hingga 2011 terjadi juga pada komoditas bunga mawar yaitu mencapai 254 persen, sedangkan bunga krisan berada pada peringkat kedua sebesar 167 persen dan diikuti bunga anggrek yang memiliki rata-rata pertumbuhan volume impor yang juga cenderung menurun sebesar -19 persen (Dirjen Hortikultura, 2012)

Selain dilihat dari pertumbuhan volume ekspor dan impor ketiga jenis bunga-bungaan tersebut, potensi usaha dapat dilihat juga dari tingkat pertumbuhan produktivitasnya. Berdasarkan Biro Pusat Statistik (2012), dari ribuan jenis bunga potong, bunga mawar, krisan dan anggrek merupakan tiga komoditi utama yang memiliki tingkat produktivitasnya tertinggi. Pada Tabel 1 dapat dilihat tingkat produktivitas dari tiga komoditi utama bunga potong di Indonesia. Bunga mawar potong memiliki tingkat produktivitas tertinggi dibandingkan dengan bunga krisan, anggrek dan sedap malam.

Tabel 1. Perkembangan produktivitas komoditi florikultura tahun 2007 – 2012 di Indonesia

Komoditi Produktivitas (tangkai/ m

2

) Rata-rata

pertumbuhan (%)

2009 2010 2011 2012

Anggrek 12.39 7.68 7.96 12.63 8.10

Krisan 11.07 17.58 34.71 40.36 57.51

Mawar 8.25 14.13 22.34 84.91 136.49

Sedap malam 7.89 23 21.11 32.56 79.17

Sumber: Biro Pusat Statistik, 2013

Tidak hanya dari produktivitasnya saja, potensi usaha dapat dilihat pada jumlah produksinya. Pada Gambar 1, dapat dilihat bunga potong yang paling banyak dibudidayakan dari tahun ke tahun adalah bunga krisan, kemudian diikuti dengan bunga mawar dan anggrek. Sentra bunga potong di Indonesia diantaranya terletak di Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Sumatera Utara, Bali, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan Sumatera Utara. Jawa Barat merupakan provinsi yang memiliki jumlah produksi tanaman hias tertinggi dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain di Indonesia (Biro Pusat Statistik, 2013)

Gambar 1. Jumlah produksi bunga mawar potong di Indonesia tahun 2007 – 2011

(15)
(16)

dari dua greenhouse modern dan lima greenhouse tradisional yang ditanami 17 varietas mawar dengan perbandingan varietas lokal sebanyak 59 persen yang dikembangkan dengan metode okulasi dan varietas asli Holland sebanyak 41 persen.

Perumusan Masalah

PT Agro Dwipa Investindo tertarik untuk mengusahakan bunga mawar potong karena melihat besarnya peluang pada komoditi tersebut. Sejak tahun 2000 perusahaan tersebut sudah memulai usahanya, dan selama usaha berlangsung banyak sekali perkembangan yang sudah diperoleh, baik dari segi materi maupun dari segi perluasan wilayah usaha. Pada bulan Februari 2012, PT ADI mengalami kerugian besar-besaran karena perubahan cuaca yang begitu ekstrim. Angin besar menghancurkan lima greenhouse bambu yang dimiliki oleh PT ADI. Saat ini hanya tersisa dua greenhouse kaca untuk memproduksi bunga mawar potong. Pada Gambar 2, dapat dilihat jumlah produksi bunga mawar potong PT ADI dari tahun 2007 hingga tahun 2012 setelah terjadi bencana.

Gambar 2. Jumlah produksi bunga mawar potong pada PT Agro Dwipa Investindo tahun 2007 – 2012

Sumber: PT Agro Dwipa Investindo, 2013

Kejadian angin ribut yang menghancurkan kelima greenhouse tersebut menyebabkan banyaknya lahan di lokasi usaha menjadi tidak produktif karena hampir seluruh tanaman bunga mawar potong menjadi rusak. Hal tersebut mengakibatkan turunnya jumlah produksi sebesar 70 persen. Selain itu, PT ADI hampir kehilangan seluruh karyawan-karyawan terbaiknya karena para karyawannya menganggap PT ADI sudah tidak dapat melanjutkan usahanya.

(17)

yang letaknya di belakang dan posisinya dekat dengan tebing menggunakan

greenhouse yang terbuat dari kaca dan besi karena struktur bangunannya yang lebih kokoh.

Keterbatasan dana menjadi kendala utama dalam memperbaiki kondisi usaha tersebut. Dana yang sangat besar akan dibutuhkan untuk memulihkan usaha seperti sebelumnya. Pembangunan greenhouse baru, tanaman mawar yang rusak dan kebutuhan-kebutuhan lainnya sangat penting untuk diperhitungkan. Pemilihan tipe greenhouse yang sesuai dengan keadaan lokasi budidaya juga sangat penting untuk diperhitungkan agar greenhouse yang akan dibangun lebih tahan lama dan sesuai dengan perencanaan. Selain itu, perlu diperhitungkan juga waktu pengembalian kembali dari jumlah dana yang dikeluarkan untuk reinvestasi usaha PT ADI.

Namun, di sisi lain produk bunga mawar yang dihasilkan sudah dikenal oleh pelanggannya berbeda dengan bunga mawar potong yang berada di pasaran. PT ADI memiliki karyawan-karyawan yang sudah paham sangat baik mengenai teknik budidaya bunga mawar. Kelebihan bunga mawar potong yang dimiliki oleh PT ADI antara lain diameter bunga yang besar, kelopak bunga dan daun yang bersih serta memiliki batang yang panjang dan kokoh. PT ADI sudah memiliki pasar tersendiri, di mana hotel-hotel bintang empat dan sekolah perangkai bunga di Kota Jakarta menjadi pelanggannya. Menghentikan usaha bukanlah pilihan yang baik karena PT ADI sudah sangat berpengalaman di bidang bunga mawar potong. Oleh karena itu, PT ADI membutuhkan investasi dari para pemilik modal atau lembaga keuangan untuk mengembalikan kondisi usahanya seperti semula.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian, yaitu:

1. Apakah setelah pengembangan kembali usaha bunga mawar potong pada PT ADI dengan menggunakan tiga skenario (skenario I menggunakan greenhouse bambu, skenario II dengan greenhouse kaca dan skenario III dengan mengkombinasikan keduanya) dinyatakan layak jika dilihat dari aspek finansial dan aspek non finansial?

2. Bagaimana sensitivitas dari pengembangan kembali usaha bunga mawar potong terhadap penurunan penjualan, kenaikan harga pupuk dan penurunan produksi?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis kelayakan pengembangan kembali usaha bunga mawar potong pada PT ADI dengan menggunakan tiga skenario dilihat dari aspek finansial dan aspek non finansial.

2. Menganalisis kepekaan (sensitivitas) dari pengembangan kembali usaha bunga mawar potong

Manfaat Penelitian

(18)

1. Penulis dapat menerapkan ilmu studi kelayakan bisnis sekaligus referensi bisnis yang dapat dilakukan di sektor hortikultura

2. Perusahaan memiliki pertimbangan dalam pelaksanaan bisnis dan referensi analisis kelayakan usaha dalam pencarian investor.

3. Investor dapat menambah referensi dalam penanaman modal usaha pada budidaya bunga mawar potong yang tepat.

Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan pada satu perusahaan dengan hanya menganalisis lima dari tujuh greenhouse yang dimiliki. Penelitian ini sebagai pembanding usaha-usaha sekitarnya dengan bidang yang sama. Perusahaan pemberi informasi budidaya bunga mawar potong adalah PT Agro Dwipa Investindo, sebagai produsen bunga mawar potong yang sudah memiliki Standar Operasional usaha.

TINJAUAN PUSTAKA

Peranan dan Perkembangan Tanaman Hias di Indonesia

Dahulu tanaman hias diartikan sebagai tanaman bunga-bungaan atau segala bentuk tanaman yang menghasilkan bunga. Saat ini, sejalan dengan perkembangan jaman dan kemajuan peradaban manusia, tanaman hias diartikan sebagai segala jenis tanaman yang memiliki nilai hias (bunga, batang, tajuk, cabang, daun, akar, aroma dsb) yang menimbulkan kesan indah (artistik) atau kesan seni (Santo, 2008). Tanaman hias (florikultur) merupakan bagian dari holtikultura yang juga menjadi unggulan dari sektor pertanian. Terdapat berbagai jenis tanaman hias di Indonesia, hal ini didukung oleh sumber daya alam yang sangat besar dan tersebar di seluruh Indonesia (Arbianto, 2006).

Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, tanaman hias termasuk bunga potong di dalamnya semakin digemari penggunaannya. Pemanfaatan tanaman hias biasanya hanya digunakan pada acara ritual keagamaan maupun budaya beberapa suku bangsa seperti sesajen, bunga tabur pada acara kematian maupun keperluan acara pengantin, namun kini digunakan juga sebagai alat komunikasi ataupun bersosialisasi dalam masyarakat (Santo, 2008). Sementara itu, menurut Waty (2010), tanaman hias juga dapat memberikan suasana indah mempesona, melembutkan pandangan,dan memberikan kecemerlangan sepanjang waktu. Berbagai tanaman hias umumnya ditanam untuk menghijaukan dan mempercantik suatu taman atau sebagai tanaman hias pot yang ditempatkan di meja ataupun areal rumah, perkantoran, hotel, restoran atau apartemen.

(19)

Perkembangan Bunga Mawar Potong di Indonesia

Mawar merupakan tanaman bunga hias berupa herba dengan batang berduri. Mawar dikenal dengan nama bunga ros atau "Ratu Bunga" merupakan simbol atau lambang kehidupan religi dalam peradaban manusia. Mawar berasal dari dataran Cina, Timur Tengah dan Eropa Timur. Dalam perkembangannya, menyebar luas di daerah-daerah beriklim dingin (sub-tropis) dan panas (tropis). Mawar mempunyai nilai ekonomi yang tinggi karena memiliki manfaat sebagai tanaman hias kebun atau taman, tanaman hias pot, bunga potong, bunga tabur, bahan baku parfum dan bahan baku obat serta sebagai bahan baku makanan, minuman atau zat aditif bagi makanan olahan. Mawar merupakan tanaman hias yang paling diminati masyarakat karena memiliki warna yang bervariasi dan kelopak bunga yang indah.

Salah satu negara produsen bunga-bungaan terbesar di dunia adalah Belanda. Diantara sepuluh jenis bunga potong Belanda, mawar menempati urutan teratas dan paling besar dalam perolehan devisa negara tersebut. Pada tahun 1988 nilai ekspor bunga mawar Belanda baru mencapai 521 738 000 gulden, kemudian naik menjadi 562 228 000 gulden pada tahun 1989, dan mencapai 825 000 000 gulden pada tahun 1991. Peningkatan permintaan pun dirasakan pula oleh Indonesia, karena selama periode tahun 1985 – 1991 ekspor komoditas tersebut meningkat dari 476 ton (US $180 000) menjadi 4 881 ton (US $ 1.1 juta). Permintaan yang cukup tinggi membuat bunga mawar potong menjadi komoditas utama yang mendapatkan prioritas utama dalam penelitian dan pengembangan sampai saat ini (Rukmana, 1995).

Permintaan bunga mawar di pasar dalam negeri (domestik) cenderung meningkat, terlebih di kota-kota besar. Jakarta menyerap bunga-bunga terbesar dengan omzet dan peredaran uang mencapai Rp 25,8 miliar per tahun. Permintaan bunga mawar kurang lebih 20 000 kuntum per hari, hal ini memberikan gambaran cerah bagi kalangan wirausahawan di berbagai daerah (wilayah) di Indonesia untuk mengelola agribisnis bunga mawar, terutama yang memiliki lokasi strategis dengan kota-kota besar (Rukmana, 1995).

Pada umumnya budidaya tanaman bunga mawar potong biasa dilakukan di dalam rumah kaca atau greenhouse. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kualitas dan menciptakan lingkungan yang terpadu pada proses pembudidayaannya. Budidaya tanaman hias juga cenderung menggunakan media tanam dengan campuran dari tanah, sekam dan pupuk kandang sehingga mudah penanganannya. Media tanam tersebut merupakan teknik budidaya pertanian yang mengandalkan substrat sebagai media penyedia unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Substrat sebagai berjangkarnya akar tanaman dan sebagai penyangga tegaknya tanaman.

(20)

pemanenan. Selain itu, dapat menghindari dehidrasi pada saat proses pendistribusian.

Analisis Kelayakan Usaha

Adelita, Hubeis M, dan Kadarisman D (2010), menganalisis pemanfaatan lahan yang tidak terpakai dalam kompleks perumahan di Bekasi. Lahan tersebut ditanami berbagai jenis tanaman hias Adenium. Terdapat empat area usaha dengan luas lahan yang berbeda, yaitu 50 m2, 20 m2, 40 m2, dan 35 m2. Kegiatan usaha tersebut layak dijalankan karena dapat memberikan keuntungan di mana dengan luas tanah 50 m2 dari usaha pekebun Manda mendapat laba Rp3 991 663 pada periode pengembalian 7.47 bulan; pekebun Saih dengan luas tanah 20 m2 mendapatkan laba Rp658 333 pada periode pengembalian 22 bulan; pekebun Jaja dengan luas tanah 40 m2 mendapatkan laba Rp3 813 750 pada periode pengembalian 4.95 bulan dan usaha pekebun Bambang dengan luas tanah usaha 35 m2 mendapatkan laba Rp3 121 665 pada periode pengembalian 7.75 bulan.

Pada tahun 2009, Mardikasari meneliti bunga mawar potong varietas Grand Galla. Usaha budidaya bunga mawar potong dilakukan dengan menggunakan

Greenhouse tradisional, dengan perawatan yang intensif, umur bisnis ditentukan selama empat tahun dengan tingkat kegagalan sebesar 10 persen. Hasil analisis kelayakan keuangan dengan menggunakan indikator NPV, IRR dan Net B/C Ratio diperoleh hasil bahwa usaha pengembangan bisnis bunga mawar potong

varietas Grand Galla layak diusahakan dengan nilai NPV positif sebesar Rp124 687 350.18, IRR sebesar 60 persen dan nilai Net B/C Ratio sebesar 2.09.

Hasil analisis switching value menjelaskan perubahan maksimum yang masih dapat ditolerir jika terjadi penurunan produksi adalah sebesar 21.88 persen dan perubahan kenaikan pupuk masih dapat ditolerir jika terjadi kenaikan pupuk sebesar 200.23 persen.

Pada tahun yang sama Dharmika (2009), menganalisis tentang bunga potong krisan dan membagi analisis kelayakan finansial ke dalam tiga skenario. Skenario pertama membahas perusahaan hanya memproduksi krisan tipe standar, skenario kedua membahas bunga krisan yang diproduksi adalah tipe spray dan skenario ketiga membahas kombinasi produksi tipe standar dan tipe spray. Rencana pengembangan bisnis yang akan dilakukan untuk peningkatan kapasitas produksi bunga potong krisan adalah penambahan greenhouse pada Pri’s Farm.

(21)

Sari (2008), meneliti bunga potong krisan dan menyatakan bahwa permintaan bunga krisan ke Loka Farm mencapai 2 600 ikat per minggunya. Namun Loka Farm hanya mau memenuhi permintaannya sebesar 38.46 persen yang diajukan oleh CV Setia Mitra. Hasil analisis kelayakan aspek finansial menunjukkan bahwa kedua skenario yaitu modal pinjaman dari Koperasi Mabes TNI (skenario I) dan modal pinjaman dari Bank Syariah untuk pengusahaan bunga potong krisan Loka Farm layak untuk dijalankan. Hal ini dikarenakan kedua skenario sudah memenuhi kriteria kelayakan proyek, di antaranya yaitu nilai NPV lebih dari nol, nilai NetB/C lebih dari satu, IRR lebih dari tingkat diskonto yang digunakan tiap-tiap skenario dan PP berada sebelum batas habis proyek. Bila dibandingkan dari kedua skenario, skenario I lebih layak daripada skenario II karena nilai NPV, nilai NetB/C nya lebih besar daripada skenario II. Berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial dan analisis switching value, terlihat bahwa skenario I lebih layak untuk dijalankan dibandingkan skenario II.

Santo (2008), meneliti usaha pembungaan dan pengembangan produk perawatan tanaman anggrek dendrobium. Berdasarkan analisis usaha diperoleh hasil bahwa dari total biaya sebesar Rp5 528 500,- dalam waktu 3 bulan telah diperoleh total penerimaan Rp5 938 000,- dengan perolehan keuntungan sebesar Rp409 500,-. Analisis kelayakan usaha dilihat dari berbagai sisi yaitu dengan BEP harga sebesar Rp21 938,- , Payback periode 2 bulan 8 hari, B/C ratio sebesar 0.074 dan R/C ratio 1.074. Berdasarkan analisis kelayakan usaha tersebut diketahui bahwa usaha ini layak untuk dilanjutkan dan dikembangkan. Kesimpulan yang diperoleh dari usaha ini antara lain; adanya usaha baru dan telah mampu menjual kepada konsumen baik konsumen akhir maupun pedagang tanaman hias, serta telah memberikan keuntungan finansial, bertambahnya pengetahuan dan keterampilan. Terbentuknya suatu mitra usaha baru, yaitu dengan adanya kerjasama dengan pekebun senior dan skala usaha yang lebih besar, pengadaan sarana produksi, serta dengan pedagang.

Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, maka terdapat persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah metode analisis yang digunakan. Kelayakan investasi dilihat dari dua aspek, yakni aspek finansial dan aspek non finansial. Aspek non finansial yang dianalisis terdiri dari aspek hukum, aspek lingkungan, aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, dan aspek manajemen dan sumber daya manusia, sedangkan untuk aspek finansial menggunakan kriteria kelayakan investasi yang antara lain NPV, IRR, Net B/C Ratio dan Payback Period.

(22)

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangkan pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini menjadi koridor terhadap permasalahan yang ada dalam penelitian.

Studi Kelayakan Bisnis

Suliyanto (2010) menyatakan bisnis dalam arti luas didefinisikan sebagai keseluruhan kegiatan yang direncanakan dan dijalankan oleh perorangan atau kelompok secara teratur dengan tujuan mencari keuntungan maupun tidak bertujuan mencari keuntungan. Berdasarkan definisi tersebut bisnis dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bisnis yang berorientasi keuntungan adalah bisnis yang didirikan semata-mata bertujuan memperoleh keuntungan untuk meningkatkan kesejahteraan pemilik dan karyawannya serta untuk mengembangkan usaha lebih lanjut. Bisnis yang tidak beorientasi keuntungan adalah bisnis yang didirikan dengan tujuan utama untuk kepentingan sosial. Selain itu, Suliyanto (2010) mengemukakan bahwa studi kelayakan bisnis merupakan penelitian yang bertujuan untuk memutuskan apakah sebuah ide bisnis layak untuk dilaksanakan atau tidak. Sebuah ide bisnis dinyatakan layak untuk dilaksanakan jika ide tersebut dapat mendatangkan manfaat yang lebih besar bagi semua pihak (stake holder) dibandingkan dampak negatif yang ditimbulkan.

Nurmalina et al. (2009) menyatakan studi kelayakan bisnis merupakan penelaah atau analisis tentang apakah suatu kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan. Tujuan dari studi kelayakan dalam pengembangan usaha adalah memperbaiki pemilihan investasi atas sumber daya yang terbatas, sehingga dapat menentukan prioritas investasi.

Aspek-Aspek Studi Kelayakan

Menurut Suliyanto (2010), aspek-aspek kelayakan bisnis diantaranya aspek hukum, aspek lingkungan, aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen dan sumber daya manusia serta aspek keuangan. Melakukan studi kelayakan perlu memperhatikan aspek-aspek yang terkait dalam bisnis. Oleh karena itu, kesalahan atau ketidakcermatan pada satu aspek akan berpengaruh terhadap hasil analisis studi kelayakan secara keseluruhan.

Aspek Non Finansial

1. Aspek Hukum

(23)

Suliyanto (2010), menyatakan bahwa analisis aspek hukum dilakukan dengan tujuan untuk menjawab pertanyaan “apakah bisnis yang akan dijalankan dapat memenuhi ketentuan dan perizinan di suatu wilayah ?”. Berdasarkan aspek hukum, suatu ide bisnis dinyatakan layak jika ide bisnis tersebut sesuai dengan ketentuan hukum dan mampu memenuhi segala persyaratan perizinan diwilayah tersebut. Secara spesifik analisis aspek hukum pada studi kelayakan bisnis bertujuan untuk:

 Menganalisis ketepatan bentuk badan hukum dengan ide bisnis yang akan dilaksanakan

 Menganalisis jaminan-jaminan yang bisa disediakan jika bisnis akan dibiayai dengan pinjaman

2. Aspek Lingkungan

Suliyanto (2010), menyatakan analisis aspek lingkungan tidak hanya membahas tentang kesesuaian lingkungan dengan bisnis yang akan dijalankan, tetapi juga membahas dampak bisnis terhadap lingkungan serta pengaruh perubahan lingkungan yang akan datang terhadap bisnis. Oleh karena itu, analisis pada aspek lingkungan memerlukan kemampuan analisis yang lebih komprehensif. Analisis kesesuaian lingkungan bertujuan untuk menganalisis menganalisis apakah kondisi lingkungan mendukung untuk menjalankan suatu ide bisnis atau tidak, sedangkan analisis dampak bisnis bertujuan untuk menganalisis apakah bisnis tersebut akan memberikan dampak positif yang lebih besar dibandingkan dengan dampak negatifnya atau tidak.

Lingkungan memiliki pengertian yang sangat luas sehingga analisis aspek lingkungan dalam studi kelayakan dapat dibagi menjadi beberapa ruang lingkup lingkungan. Meskipun aspek lingkungan terdiri dari beberapa ruang lingkup, namun dalam praktiknya tidak semua ruang lingkup pada lingkungan bisnis harus dianalisis secara mendalam. Beberapa ruang lingkup yang terdapat dalam lingkungan bisnis adalah sebagai berikut:

 Lingkungan operasional

Lingkungan operasional merupakan lingkungan yang paling dekat dengan aktivitas perusahaan. Lingkungan operasional perusahaan meliputi pesaing, kreditor, pelanggan, pemasok dan pegawai

 Lingkungan industri

Lingkungan industri merupakan lingkungan yang meliputi kelompok yang memproduksi produk atau jasa yang sama atau barang pengganti yang dekat. Lima faktor persaingan dalam lingkungan industri, yaitu masuknya pendatang baru, ancaman produk substitusi, daya menawar pembeli, daya tawar-menawar pemasok dan persaingan.

Suatu ide bisnis dinyatakan layak berdasarkan aspek lingkungan jika kondisi lingkungan sesuai dengan kebutuhan ide bisnis dan ide bisnis tersebut mampu memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dampak negatifnya diwilayah tersebut. Secara spesifik analisis aspek lingkungan dalam studi kelayakan bertujuan untuk:

 Menganalisis kondisi lingkungan operasional dan lingkungan industri

(24)

3. Aspek Pasar dan Pemasaran

Suliyanto (2010), menyatakan bahwa aspek pemasaran menganalisis apakah produk yang dihasilkan dapat memberikan nilai lebih tinggi kepada pelanggan dibandingkan dengan produk pesaing. Jika produk yang dihasilkan dan dibutuhkan oleh konsumen dalam jumlah yang besar, tetapi harga lebih tinggi, kualitas tidak lebih baik dibandingkan produk pesaing, dan tidak mudah didapatkan oleh konsumen maka produk tersebut akan ditinggalkan oleh pelanggan.

Suatu ide bisnis dinyatakan layak berdasarkan aspek pasar dan pemasaran jika ide bisnis tersebut dapat menghasilkan produk yang dapat diterima pasar dengan tingkat penjualan yang menguntungkan. Secara spesifik analisis aspek pasar dan pemasaran dalam studi kelayakan bertujuan untuk:

 Menganalisis permintaan atas produk yang akan dihasilkan

 Menganalisis penawaran atas produk sejenis

 Menganalisis ketersediaan rekanan atas pemasok faktor produksi yang dibutuhkan

 Menganalisis ketepatan strategi pemasaran yang akan digunakan

Pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli, atau saling bertemunya antara kekuatan permintaan dan penawaran untuk membentuk suatu harga (Umar, 2005).

4. Aspek Teknis dan Teknologi

Berkaitan dengan kelayakan suatu bisnis, aspek teknis dan teknologi merupakan pilihan secara teknis mengenai teknologi yang digunakan, sehingga rencana bisnis dapat dilaksanakan dengan layak atau tidak, baik pada saat pembangunan proyek maupun operasional secara rutin. Hal ini meliputi proses pemilihan teknologi produksi, perencanaan produk, penentuan kapasitas produksi, dan lay out shading house (Umar, 2005).

Menurut Kasmir dan Jakfar (2003), secara umum ada beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam penilaian aspek teknis/operasi yaitu:

 Agar perusahaan dapat menentukan lokasi yang tepat, baik untuk lokasi pabrik, gudang, cabang maupun kantor pusat.

 Agar perusahaan dapat menentukan lay out yang sesuai dengan proses produksi yang dipilih, sehingga dapat memberikan efisiensi.

 Agar perusahaan dapat menentukan teknologi yang paling tepat dalam menjalankan produksinya.

(25)

 Menganalisis kelayakan lokasi

 Menganalisis besarnya skala produksi untuk mencapai tingkatan skala ekonomis

 Menganalisis kriteria pemilihan mesin peralatan dan teknologi untuk menjalankan proses produksi

5. Aspek Manajemen dan Sumber Daya manusia

Aspek manajemen merupakan landasan untuk mengetahui apakah pembangunan dan implementasi bisnis dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan sehingga, rencana bisnis dapat dikatakan layak atau sebaliknya. Aspek ini meliputi perencanaan bisnis, pengorganisasian, dan pengendalian manajemen yang akan digunakan (Umar, 2005).

Aspek manajemen dan organisasi merupakan aspek yang cukup penting dianalisis untuk kelayakan suatu usaha. Walaupun suatu usaha telah dinyatakan layak untuk dilaksanakan tanpa didukung dengan manajemen dan organisasi yang baik, bukan tidak mungkin akan mengalami kegagalan (Kasmir dan Jakfar, 2003).

Suliyanto (2010), menyatakan analisis aspek manajemen dan sumber daya manusia terdiri dari dua bahasan yang penting yaitu sub aspek manajemen dan sub aspek sumber daya manusia. Analisis sub aspek manajemen lebih menekankan pada proses dan tahap-tahap yang harus dilakukan pada proses pembangunan bisnis, sedangkan analisis sub aspek sumber daya manusia menekankan pada ketersediaan dan kesiapan tenaga kerja baik mutu maupun jumlah sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis. Kesalahan pada analisis kelayakan sumber daya manusia dapat menyebabkan bisnis tidak bisa dijalankan karena tidak dikelola oleh orang-orang kompeten sesuai kebutuhan.

Suatu ide bisnis dinyatakan layak jika terdapat kesiapan tenaga kerja untuk menjalankan bisnis dan bisnis tersebut dapat dibangun sesuai waktu yang telah diperkirakan. Secara spesifik analisis aspek manajemen dan sumber daya manusia pada studi kelayakan bertujuan untuk:

 Menganalisis penjadwalan pelaksanaan pembangunan bisnis

 Menganalisis jenis-jenis pekerjaan dan waktu yang diperlukan untuk pembangunan bisnis

 Menganalisis struktur organisasi yang cocok untuk menjalankan bisnis

Aspek Finansial

(26)

manajemen dan sumber daya manusia berkaitan dengan biaya perencanaan dan pembangunan bisnis serta biaya operasional untuk membayar tenaga kerja.

Suliyanto (2010) menyatakan analisis aspek keuangan dilakukan untuk menjawab pertanyaaan “bagaimana kesiapan permodalan yang akan digunakan untuk menjalankan bisnis dan apakah bisnis yang akan dijalankan dapat memberikan tngkat pengembalian yang menguntungkan?”. Suatu ide bisnis dapat dinyatakan layak jika bisnis tersebut mampu memberikan tingkat pengembalian yang menguntungkan.

Cashflow Bisnis

Aliran penerimaan dan pengeluaran dikenal dengan istilah aliran kas (cashflow), yaitu aktivitas keuangan yang mempengaruhi posisi atau kondisi kas pada suatu periode tertentu (Nurmalina et al. 2009). Cash flow merupakan arus manfaat bersih sebagai hasil pengurangan arus biaya terhadap arus manfaat. Suatu

cash flow terdiri dari beberapa unsur yang nilainya disusun berdasarkan tahap-tahap kegiatan bisnis. Unsur-unsur tersebut terdiri dari inflow (arus penerimaan),

outflow (arus pengeluaran), manfaat bersih (net benefit), dan manfaat bersih tambahan (incremental net benefit). Komponen-komponen yang termasuk ke dalam inflow antara lain: nilai produksi total, penerimaan pinjaman, grant

(bantuan-bantuan), dan nilai sewa. Komponen-komponen yang terdapat dalam arus kas keluar (outflow) diantaranya adalah biaya investasi, biaya produksi, biaya pemeliharaan, biaya tenaga kerja, tanah, bahan-bahan, debt service (bunga dan pinjaman pokok) dan pajak (Nurmalina et al. 2009).

Teori Biaya dan Manfaat

Tujuan analisa dalam proyek harus disertai dengan definisi biaya-biaya dan manfaat-manfaat. Biaya dapat diartikan segala sesuatu yang mengurangi suatu tujuan, dan suatu manfaat adalah segala sesuatu yang membantu tujuan (Gittinger, 1986). Biaya yang diperlukan suatu proyek dapat dikategorikan sebagai berikut; 1. Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat

jangka panjang, seperti tanah, bangunan, pabrik dan mesin.

2. Biaya operasional merupakan kebutuhan dana yang diperlukan pada proyek mulai dilaksanakan, seperti bahan baku dan tenaga kerja.

3. Biaya lainnya, seperti: pajak, bunga dan pinjaman.

Manfaat juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan kontribusi terhadap suatu proyek. Manfaat proyek dapat dibedakan menjadi: 1. Manfaat langsung yaitu manfaat secara langsung yang dapat diukur dan dapat

dirasakan sebagai akibat dari investasi, seperti: peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja.

2. Manfaat tidak langsung, yaitu manfaat yang secara nyata diperoleh dengan tidak langsung dari proyek dan bukan merupakan tujuan utama proyek, seperti rekreasi.

3. Manfaat yang tidak dapat dilihat dan sulit dinilai dengan uang (intangible effect), seperti: perbaikan lingkungan hidup, perbaikan distribusi pendapatan.

Analisis Kelayakan Investasi

(27)

dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan perhitungan berdiskonto dan tidak berdiskonto. Perbedaannya terletak pada konsep time Value of Money

yang diterapkan pada perhitungan berdiskonto. Perhitungan diskonto merupakan suatu teknik yang dapat menurunkan manfaat yang diperoleh pada masa yang akan datang dan arus biaya menjadi nilai biaya pada masa sekarang. Perhitungan tidak berdiskonto memliki kelemahan umum, yaitu ukuran-ukuran tersebut belum mempertimbangkan secara lengkap mengenai lamanya arus manfaat yang diterima (Gititinger, 1986).

Menurut Nurmalina et al (2009), Compounding Factor (F/P) digunakan untuk menghitung nilai di waktu yang akan datang (F), jika telah diketahui sejumlah uang di saat sekarang (P) untuk suatu periode tertentu (n). Nilai dimasa yang akan datang (Future Value) F=P(1+i)n. Kriteria analisis finansial terdiri dari: 1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) atau nilai bersih sekarang merupakan perbandingan antara PV kas bersih (PV of proceed) dengan PV investasi (capital outlays) selama umur investasi. Selisish antara nilai nilai kedua PV tersebutlah yang dikenal dengan NPV (Kasmir dan Jakfar, 2003). Menurut Nurmalina et al.

(2009), Net Present Value adalah selisih antara total Present Value manfaat dengan total Present Value biaya.

2. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat Discount Rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan nol. IRR menunjukkan seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. Sebuah bisnis dikatakan layak apabila IRR-nya lebih besar dari opportunity cost of capital-nya (DR) (Nurmalina et al. 2009).

Gambar 3. Grafik NPV dan IRR

Sumber: Investment Decisions-Capital Budgeting, 23 Juni 2013

3. Benefit-Cost Ratio (B/C Ratio)

Benefit-Cost Ratio (B/C Ratio) adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif (Nurmalina et al. 2009).

4. Payback Period (PP)

Payback Period (PP) untuk mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali. Bisnis yang memiliki PP singkat atau cepat pengembaliannya termasuk kemungkinan besar akan dipilih (Nurmalina et al. 2009).

NPV

NPV (k)

NPV (k2)

k1

k2 IRR

(28)

Kerangka Pemikiran Operasional

Semakin meningkatnya kesejahteraan masyarakat yang diikuti dengan meningkatnya pola konsumsi, ternyata berdampak pada pergeseran pemenuhan kebutuhan barang-barang primer menjadi kebutuhan barang-barang sekunder. Masyarakat kini tidak hanya melihat produk dari kebutuhan dasarnya saja namun juga menuntut adanya keindahan dan kenyamanan. Kondisi demikian, menyebabkan meningkatnya konsumsi florikultura yang digunakan masyarakat sebagai sarana untuk menciptakan keindahan.

Perkembangan usaha florikultura khususnya bunga mawar potong menunjukkan perubahan yang nyata. Hal ini tidak hanya terjadi pada peningkatan areal produksi, namun juga pada jenis produksi, teknologi yang digunakan dan volume penjualan yang dihasilkan. Kebutuhan pasar dalam negeri Indonesia untuk bunga potong cukup tinggi, termasuk permintaan hotel yang belum terpenuhi. Kondisi ini sesuai dengan adanya peningkatan kepedulian masyarakat terhadap nilai estetika.

Mawar merupakan jenis bunga potong yang memiliki potensi untuk dikembangkan secara intensif dengan pola komersial. Prospek dan nilai ekonomi mawar termasuk urutan kedua dari delapan jenis bunga potong komersial uang diperdagangkan di dalam negeri. Situasi ini memberikan peluang yang cerah bagi produsen bunga potong khususnya bunga mawar. PT Agro Dwipa Investindo (ADI) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang potong khususnya bunga mawar. Bunga mawar dipilih berdasarkan potesi pasar bunga mawar potong yang semakin meningkat. PT ADI telah memiliki beberapa pelanggan yang sudah menjadi pelanggan tetap. Pelanggan tetap tersebut meliputi, hotel, florist, distributor, sekolah perangkai bunga dan konsumen rumah tangga.

Saat ini PT ADI telah membudidayakan tujuh belas varietas bunga mawar potong dengan beragam warna. PT ADI menghasilkan produk yang berkualitas, yaitu memiliki kelopak bunga dan daun yang bersih, tangkai bunga panjang dan kokoh, vase life yang cukup lama serta kelopak bunga yang tidak akan rontok meskipun sudah layu. Hal tersebut membuat PT ADI mampu bersaing dengan produsen lainnya dan hasil produksinya pun diterima baik oleh pasar.

Perkembangan PT ADI bergerak dengan cepat dari tahun ke tahun. Awal berdiri PT ADI hanya memiliki satu buah greenhouse modern asli konstruksi Belanda. Hingga tahun 2010, PT ADI memiliki tujuh greenhouse yang terdiri dari dua greenhouse modern dan lima greenhouse bambu (tradisional) dengan total luas keseluruhan sebesar hampir satu hektar. Namun, pada awal tahun 2012 cuaca di lokasi perusahaan tidak kondusif, hal tersebut menyebabkan PT ADI mengalami bencana yang menghancurkan kelima greenhouse bambu yang dimilikinya. Kejadian tersebut mengakibatkan hasil produksi bunga mawar potong menjadi gagal. Kerugian perusahaan hampir mencapai 70 persen akibat gagalnya produksi bunga mawar potong. Oleh karena itu, mengingat bisnis dari budidaya bunga mawar potong masih memiliki potensi yang besar dan PT ADI sendiri sudah memiliki pelanggan-pelanggan tetap yang berada di ibu kota maka menutup perusahaan bukanlah menjadi pilihan yang tetap.

(29)

tersebut. Analisis bisnis dilakukan dengan studi kelayakan bisnis. Penelitian ini menggunakan studi kelayakan bisnis dengan analisis finansial berupa penilaian

NPV, IRR, Net B/C Ratio, dan Payback Period. Sedangkan analisis non finansial yang digunakan antara lain: aspek hukum, aspek lingkungan, aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen dan sumber daya manusia. Hasil penilaian kemudian akan dianalisis kembali dengan analisis sensitivitas untuk menghitung tingkat kepekaan usaha terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam usaha.

Gambar 4. Kerangka pemikiran operasional analisis kelayakan pengembangan usaha bunga mawar potong pada PT Agro Dwipa Investindo

1. Kerusakan greenhouse akibat angin besar 2. Permintaan bunga mawar potong yang belum terpenuhi

3. Peningkatan produksi bunga mawar potong

Pemulihan usaha bunga mawar potong pada PT Agro Dwipa Investindo

Analisis Kelayakan Non Finansial

Analisis Kelayakan Finansial

 Aspek Pasar dan Pemasaran

 Aspek Teknis dan Teknologi

 Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia

 Aspek Hukum

 Aspek Lingkungan

 Nilai bersih

 Tingkat pengembalian

 Manfaat bersih

 Waktu pengembalian

Layak Tidak Layak

Usaha tidak dijalankan

Analisis sensitivitas:

 Penurunan produksi

 Kenaikan pupuk

 Penurunan penjualan

(30)

METODE PENELITIAN

Lokasi Dan Waktu

Penelitian dilakukan di PT Agro Dwipa Investindo (ADI) yang berlokasi di Cipanas, Kabupaten Cianjur, provinsi Jawa Barat. PT ADI dipilih menjadi tempat penelitian karena sudah mengusahakan bunga mawar potong selama sepuluh tahun dan memiliki hasil produksi yang sesuai dengan Standar Operasional yang dikeluarkan oleh Dirjen Hortikultura. Selain itu, PT ADI berada di kota Cianjur yang menjadi salah satu sentra penanaman bunga potong di Jawa Barat. PT ADI memiliki jarak yang sangat dekat dengan target pasar yaitu DKI Jakarta yang memiliki permintaan bunga mawar potong yang sangat tinggi.

Lokasi PT ADI merupakan salah satu perusahaan bunga mawar potong terbesar di Kabupaten Cianjur. Lokasi PT ADI sangat sesuai untuk dilakukan pembudidayaan bunga mawar potong karena cocok baik dari segi suhu, ketinggian, kelembaban maupun luas wilayah. Lahan kosong masih tersedia, banyak industri input dan tenaga kerja yang dimilikinya serta lembaga-lembaga yang dapat mendukung kegiatan usaha bunga mawar potong seperti BALITHI (Balai Penelitian Tanaman Hias). Potensi-potensi inilah yang menjadi dasar penelitian dilakukan di Cipanas. Penelitian akan dilakukan selama tiga bulan yaitu Mei hingga Juli 2013.

Data dan Instrumentasi

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Data primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara dan melakukan diskusi langsung dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada karyawan-karyawan perusahaan PT ADI. Data sekunder merupakan data pelengkap dari data primer, yang diperoleh dari studi literatur yang didapatkan dari sumber-sumber buku di perpustakaan yang relevan, baik yang berasal dari perusahaan maupun dari instansi yang terkait lainnya, seperti data dari Badan Pusat Statistik, dari instansi pemerintah seperti kelurahan dan kabupaten, Balai Penelitian Pertanian, dinas-dinas terkait dan Departemen Pertanian. Instrumentasi adalah alat pengumpul data. Pada penelitian ini akan menggunakan kuisioner, daftar pertanyaan, alat perekam, dan alat pencatat.

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan sendiri dengan melibatkan karyawan setempat, baik yang berada di lokasi budidaya maupun di kantor pusat PT ADI yang berada di Jakarta. Beberapa teknik yang akan digunakan pada penelitian ini ialah wawancara langsung, observasi, studi dokumentasi, diskusi, internet dan lainnya.

Metode Pengolahan Data

(31)

kuantitatif. Data kualitatif membahas aspek-aspek non finansial seperti aspek hukum, aspek lingkungan, aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, serta aspek manajemen dan sumber daya manusia. Data kuantitatif membahas aspek finansial dengan mengunakan indikator kelayakan investasi meliputi Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost

Rasio (Net B/C Rasio), dan Payback Period (PP).

Aspek Non Finansial

Aspek Hukum

Pengolahan data yang dilakukan pada aspek hukum secara kualitatif, yaitu dengan membandingkan secara kualitatif antara ketentuan-ketentuan hukum dengan kemampuan pelaku bisnis dalam memenuhi ketentuan tersebut, persyaratan perizinan dan kemampuan memenuhi persyaratan tersebut serta persyaratan jaminan dan kemampuan memenuhi jaminan jika bisnis dengan pinjaman (Suliyanto, 2010).

Kriteria kelayakan yang digunakan dalam menguji kelayakan aspek hukum adalah jika ide bisnis mampu memenuhi ketentuan hukum, persyaratan perizinan, dan jaminan yang diperlukan jika bisnis dibiayai dengan pinjaman maka bisnis tersebut dinyatakan layak. Sebaliknya, jika ide bisnis tidak mampu memenuhi ketentuan yang ada maka dinyatakan tidak layak (Suliyanto, 2010).

Aspek Lingkungan

Proses pengolahan data dilakukan secara kualitatif, dilakukan berdasarkan temuan di lapangan, studi dokumentasi, observasi maupun wawancara tentang kondisi lingkungan dan dampak positif serta dampak negatif serta usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak negatif yang akan muncul dari ide bisnis tersebut (Suliyanto, 2010).

Aspek lingkungan dilakukan dengan menganalisis tingkat kesesuaian lingkungan dengan ide bisnis serta menganalisis perbandingan dampak negatif dan dampak positif bisnis bagi lingkungan. Sebuah ide bisnis akan dinyatakan layak berdasarkan aspek lingkungan jika lingkungan ide bisnis minimal sesuai dengan kondisi lingkungan dan memiliki dampak positif yang lebih besar terhadap lingkungan dibandingkan dengan dampak negatifnya (Suliyanto, 2010).

Aspek Pasar dan Pemasaran

Pengolahan data pada aspek pasar dan pemasaran dilakukan dengan cara kualitatif. Secara kualitatif dengan mendeskripsikan kondisi pasar dan strategi pemasaran yang akan dijalankan. Aspek pasar dan pemasaran dilakukan dengan menganalisis tingkat kemampuan perusahaan untuk mencapai volume penjualan yang menguntungkan (Suliyanto, 2010).

Aspek Teknis dan Teknologi

(32)
(33)

Internal Rate Return (IRR)

(34)

I V

Payback Period (PP)

Payback Period (PP) adalah mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali. Dirumuskan sebagai berikut (Nurmalina et al. 2009)

Payback Period (PP) = I tahun Ab Keterangan:

PP = Jumlah waktu (tahun/ periode) yang diperlukan untuk mengembalikan modal investasi.

I = Jumlah biaya investasi yang diperlukan.

Ab = Manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya.

Apabila manfaat bersih setiap tahunnya sama maka payback period dari suatu investasi dapat dihitung dengan cara membagi jumlah investasi dengan manfaat bersih tetapi jika manfaat bersih mempunyai nilai yang tidak sama setiap tahunnya maka dihitung akumulasi manfaat bersih terlebih dahulu.

Laporan Laba/Rugi Bisnis

Laporan laba/rugi berisi tentang total penerimaan, pengeluaran dan kondisi keuangan yang diperoleh suatu perusahaan dalam satu tahun akuntansi atau produksi. Laporan laba/rugi juga dipakai untuk menaksir pajak yang akan dimasukkan ke dalam arus kas (cash flow) studi kelayakan (Nurmalina et al.

2009). Komponen yang terdapat pada rugi laba ini adalah total penerimaan, biaya tetap, biaya penyusutan dan biaya variabel. Menurut Soekartawi (1986), rugi/laba suatu bisnis dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

П = TR – TC Keterangan:

П = Keuntungan

TR = Total Revenue (Total pendapatan) TC = Total Cost (Total biaya)

Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan berdasarkan fakta yang terjadi atau data dimasa lalu. Variabel yang akan dianalisis dalam penelitian bunga mawar potong ialah turunnya penjualan, kenaikan harga pupuk dan obat-obatan serta turunnya jumlah produksi bunga mawar potong. Variabel tersebut sangat mempengaruhi penerimaan perusahaan karena memiliki komponen paling besar. (Nurmalina et al. 2009). Pemilihan variabel ini berdasarkan kenyataan bahwa harga input maupun harga output merupakan faktor penting bagi setiap bisnis.

Asumsi yang digunakan

(35)
(36)

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

PT Agro Dwipa Investindo (ADI) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang agribisnis tanaman hias khususnya bunga mawar potong. PT ADI adalah salah satu perusahaan yang berada dalam naungan kelompok bisnis Kreshna Group yang dipimpin oleh Ir. Bambang Riyadi Soegama sebagai salah satu pemegang saham pada PT ADI. PT ADI berdiri pada awal tahun 2000 dengan luas lahan kurang lebih sekitar satu hektar. Perusahaan menggunakan lahan milik Bapak Yoga Soegama yang merupakan ayah dari Pak Bambang.

Perusahaan ini didirikan oleh empat orang yaitu Ir. Bambang Riyadi Soegama, Mr. Peet seorang investor dari Belanda, Hoedani, dan Hanny Hoellah. Keempat orang tersebut menanamkan modalnya dalam bentuk saham dan mendapatkan keuntungan sesuai dengan besarnya presentase saham yang ditanamkan (dividen). Usaha bunga mawar potong ini tidak hanya berawal dari

hobby melainkan menitikberatkan pada bisnis. Pada awalnya, jenis mawar yang dipilih untuk dibudidayakan ditentukan oleh pemilik perusahaan tetapi seiring dengan perkembangan usaha ini perusahaan mulai melihat permintaan pasar.

Pada saat pertama usaha berjalan, PT ADI hanya memiliki satu buah

greenhouse kaca (GH 1) dengan konstruksi asli Belanda dengan luas 900 m2 yang ditanami dengan jenis mawar Black Magic dan Grand Galla sebanyak 7 000 tanaman. PT ADI membeli bibit bunga tersebut pada perusahaan Olij Rozen yang berada di Belanda dengan harga Rp15 000,- /pohon. Sebelum ditanam, varietas tersebut diteliti terlebih dahulu di BALITHI (Balai Penelitian Tanaman Hias) dengan tujuan apakah varietas tersebut dapat dikembangkan di Indonesia atau tidak. Pada tahun 2001, PT ADI membangun kembali satu buah greenhouse

tradisional (GH 2) seluas 600 m2 yang digunakan sebagai greenhouse percobaan yang ditanami tiga jenis mawar, yaitu Osiana, Viviana dan Akito. Satu tahun berikutnya, PT ADI membangun greenhouse kaca (GH 3) seluas 1 100 m2 dengan jumlah tanaman sebanyak 5 570 untuk mawar Milano dan 1 393 tanaman Black Magic.

Seiring dengan meningkatnya permintaan terhadap mawar potong, pada tahun 2008 PT ADI membangun kembali dua buah greenhouse tradisional (GH 4 dan GH 5). Pada GH 4 ditanami mawar lokal yaitu Tropical Amazone, sedangkan GH 5 ditanami mawar asli Belanda yaitu Ice Land, Brazil dan Blue Lagoon. PT ADI terus mengalami perkembangan, September 2009 PT ADI kembali membangun greenhouse tradisional (GH 6) dengan luas 45 m x 50 m dan dibagi menjadi dua bagian yaitu GH 6A dan GH 6B karena lahan yang digunakan sangat luas. Satu tahun kemudian membangun kembali greenhouse tradisional (GH 7) dengan luas sekitar 1 000 m2 dan jenisnya adalah Bella Phyta, Mohana, dan

Univers.

(37)

Phyta sedangkan varietas asli Belanda yaitu Black Magic, Grand Galla, Blushing Akito, Green Tea, Milano, Ice Land dan Brazil. Mawar varietas Blue Lagoon

tidak dapat dibudidayakan kembali karena varietas tersebut mudah terkena hama dan penyakit. Berdasarkan varietas-varietas tersebut jenis mawar merahlah yang paling banyak disukai oleh konsumen yaitu Sexy Red, Black Magic dan Grand Galla, dan jenis tersebut merupakan brand image PT ADI di mata pelanggan.

Dalam mencapai tujuan perusahaan, PT ADI memiliki visi dan misi sebagai acuan dan identitas perusahaan. Visi dari perusahaan ini adalah Menjadikan PT Agro Dwipa Investindo sebagai produsen bunga mawar potong yang tangguh dan terbesar di Indonesia. Misi PT ADI yaitu:

1. Selalu melakukan pembelajaran guna meningkatkan kualitas dan kuantitas bunga mawar potong.

2. Menjamin kualitas dan kuantitas bunga mawar potong kepada pelanggan. 3. Menjamin kontinuitas ketersediaan produk bagi pelanggan.

4. Meningkatkan kesejahteraan bagi pengusaha maupun karyawan.

Perusahaan yang berlokasi di Jalan Hanjawar Palasari, Kecamatan Cipanas ini pada awalnya memiliki perusahaan mitra yang dibagi menjadi mitra tetap dan mitra lepas. Mitra tetap PT ADI yaitu Magister Manajemen Universitas Gadjah Mada (MM UGM) dan PT Stella Mandiri. Perusahaan mitra tersebut memiliki beberapa greenhouse yang masih terletak dalam lingkup wilayah PT ADI. Pada awalnya perusahaan mitra MM UGM membudidayakan mawar potong jenis

Grand Galla, sedangkan PT Stella Mandiri membudidayakan mawar jenis

Avalance, Sexy Red, Bella Phyta, Yellow Iland, Cool Water dan Renata. Namun, pada bulan Maret 2009, PTStella Mandiri sudah tidak lagi menjadi mitra PT ADI. Saat ini mitra tetap PT ADI hanya satu yaitu MM UGM, di mana terdapat perjanjian antara PT ADI dengan MM. Perjanjian tersebut adalah jenis mawar yang akan dibudidayakan oleh MM harus melalui persetujuan PT ADI, pemasaran MM dilakukan oleh PT ADI dan adanya kesepakatan harga jual antara PT ADI dengan MM. Sekarang MM membudidayakan bunga mawar potong Grand Galla

dan Sexy Red. PT ADI memiliki satu mitra lepas dengan sistem kerjasama konsinasi, di mana PT ADI hanya membeli bunga mawar potong ke mitra tersebut jika mengalami kekurangan.

Organisasi dan Manajemen PT Agro Dwipa Investindo

PT ADI merupakan usaha yang berskala besar sehingga memiliki struktur organisasi yang kompleks. Pengadaan sumber daya manusia pada PT ADI untuk karyawan posisi manajemen atas dan menengah dilakukan dengan membuka lowongan pekerjaan dengan standarisasi tertentu, sedangkan untuk karyawan manajemen bawah lebih mengutamakan masyarakat sekitar lokasi usaha yang sudah berpengalaman.

Berdasarkan struktur organisasi tersebut, masing-masing karyawan di PT ADI memiliki tugas-tugas tertentu yang menjadi tanggung jawabnya. Struktur organisasi dapat dilihat pada Gambar 5. Berikut merupakan deskripsi kerja yang terdapat di PT ADI untuk setiap bagian- bagiannya:

1) Direktur Utama

(38)

mengawasi serta mengelola jalannya kegiatan perusahaan secara menyeluruh, Membuat kebijakan dan keputusan strategis untuk perusahaan

Gambar 5. Struktur organisasi PT. Agro Dwipa Investindo tahun 2013

Sumber: PT Agro Dwipa Investindo, 2013

2) Direktur Operasional

Manager operasional merupakan salah satu bagian yang vital dalam struktur organisasi PT ADI, untuk bagian ini direktur operasional bertanggung jawab atas seluruh kegiatan operasional yang berhubungan dengan perusahaan serta mengatur pemberian gaji yang akan diberikan kepada karyawan

3) Marketing

Keberhasilan suatu perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya dilhat dari pemasaran yang dimilikinya, dalam pengelolaan pemasaran yang dilakukan PT ADI tak terlepas dari manajer pemasaran terkait fungsinya yaitu melakukan antisipasi terhadap perubahan pasar yang terjadi pada bunga mawar, melakukan koordinasi dengan bidang operasional untuk mengetahui jumlah bunga mawar potong yang tersedia untuk dipasarkan, mengambil tindakan penetrasi pasar untuk pemasaran hasil produksi, menjaga hubungan baik dengan konsumen, mengajukan biaya promosi dan biaya lain yang berhubungan dengan pemasaran dan yang terakhir mengontrol pengiriman produk dari kebun ke kantor pusat ataupun langsung kepada konsumen

4) Accounting

Bagian accounting menjadi bagian yang vital dalam perusahaan karena seluruh arus kas perusahaan baik itu yang masuk maupun keluar perusahaan dicatat secara terperinci. Adapun beberapa fungsi bagian ini yaitu membuat laporan bulanan keuangan yang terdiri dari cashflow, laba/rugi, dan neraca,

Maintenance

Komisaris

Delivery Marketing Direktur Utama

Accounting

Direktur Operasi

Kepala Kebun

PJ Green House Wakil kepala kebun (adm)

Karyawan Harian

Karyawan Harian Tetap

Gambar

Gambar 4.  Kerangka pemikiran operasional analisis kelayakan pengembangan
Gambar 5. Struktur organisasi PT. Agro Dwipa Investindo tahun 2013
Tabel 3. Sumberdaya fisik PT Agro Dwipa Investindo tahun 2013
Tabel 4.  Gaji karyawan PT Agro Dwipa Investindo 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

li. Kata -kata sapaan di atas juga dipergunakan untuk menyapa suami ka- kak kandung perempuan dan o rang laki-laki lain di luar kerabat yangseta- raf atau sebaya

Tetapi hanya perlu tanda tangan surat diatas materai yang berada didalam perjanjian waralaba yang telah di buat oleh Franchisor dan Perizinan untuk mewaralabakan

Bila datang sebentar lagi waktu shalat, dan kita tahu siapa yang bakal turun ke langit dunia (yaitu Allah), sedang kita masih di jalan tol misalnya… bersyukurlah bila

Sebagaimana contoh pada bab terdahulu, batas fasa ditetapkan sebesar 50 0.. Diinginkan untuk merancang

Hasil penelitian menunjukkan kualitas lapisan yang paling baik pada rapat arus 0,3 A/dm 2 dan dengan penambahan p-vanilin 0,050 g/L, hasil karakterisasi berat

Jika kedua cara tersebut tidak dapat dilakukan, kita menggunakan cara intervensi.Intervensi diberikan dalam waktu yang relatif lebih singkat tetapi harus

Untuk menentukan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan linear dua variabel dapat dilakukan dengan empat metode, yaitu metode gra À k, metode substitusi, metode eliminasi,

Padahal pelajaran IPA ini adalah salah satu pelajaran yang penting dan dijadikan Ujian Akhir Nasional (UAN) dalam pendidikan. Banyak siswa sekolah dasar menganggap jika IPA