• Tidak ada hasil yang ditemukan

Stek Pucuk Binuang Bini (Octomeles Sumatrana Miq.) Dengan Perlakuan Media Tanam Dan Pemberian Zat Pengatur Tumbuh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Stek Pucuk Binuang Bini (Octomeles Sumatrana Miq.) Dengan Perlakuan Media Tanam Dan Pemberian Zat Pengatur Tumbuh"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

STEK PUCUK BINUANG BINI (

Octomeles sumatrana

Miq.)

DENGAN PERLAKUAN MEDIA TANAM DAN

PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH

KARINA DEMASTITI

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Stek Pucuk Binuang Bini (Octomeles sumatrana Miq.) dengan Perlakuan Media Tanam dan Pemberian Zat Pengatur Tumbuh adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Karina Demastiti

(4)

ABSTRAK

KARINA DEMASTITI. Stek Pucuk Binuang Bini (Octomeles sumatrana Miq.) dengan Perlakuan Media Tanam dan Pemberian Zat Pengatur Tumbuh. Dibimbing oleh IRDIKA MANSUR.

Octomeles sumatrana atau yang sering disebut binuang bini adalah jenis tanaman cepat tumbuh yang berpotensi dalam pembangunan hutan tanaman. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui respon pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) terhadap pertumbuhan stek pucuk O. sumatrana serta mendapatkan media yang baik bagi pertumbuhan stek pucuk O. sumatrana. Penelitian berlangsung selama satu bulan sejak Januari 2015 - Februari 2015, bertempat di rumah kaca laboratorium ekologi, Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dua faktor yaitu faktor media tanam dan ZPT. Hasil yang diperoleh menunjukkan rata-rata persen hidup sebesar 50.37% dan rata-rata persen berakar sebesar 25.19%. Pemberian zat pengatur tumbuh rapid root 10 000 ppm menunjukkan hasil optimal terhadap persen berakar dan penggunaan media tanam tanah berpengaruh nyata terhadap berat kering akar stek pucuk O. sumatrana. Perlakuan ZPT rapid root 10 000 ppm dapat digunakan untuk mempercepat pertumbuhan akar.

Kata kunci: jenis cepat tumbuh, O. sumatrana, rapid root, stek pucuk.

ABSTRACT

KARINA DEMASTITI. Shoot Cutting of Binuang Bini (Octomeles sumatrana

Miq.) with Rooting Media and Hormone. Supervised by IRDIKA MANSUR.

Octomeles sumatrana or often called binuang bini is a fast-growing species that can be potentially in forest plantation development. The purpose of this study was to determine the response of growth hormone as well as getting a good medium for the growth of O. sumatrana propagation effort (cuttings). The study lasted for one month since January 2015 - February 2015, housed in a greenhouse ecology laboratory, Department of Silviculture, Faculty of Forestry. The methods that used in this research is Completely Randomized Design (CRD) two factors (media and hormone). The results showed that percent live of the cuttings with an average 50.37% and percent rooted with an average 25.19%. Rapid root growth regulator 10 000 ppm showed optimal results towards percent rooted and the use of land planting medium significantly affected the shoot cuttings root dry weight

O. sumatrana. Treatment hormone of rapid root 10 000 ppm can be used to accelerate the growth of roots.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Silvikultur

STEK PUCUK BINUANG BINI (

Octomeles sumatrana

Miq.)

DENGAN PERLAKUAN MEDIA TANAM DAN

PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH

KARINA DEMASTITI

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul “Stek Pucuk Binuang Bini (Octomeles sumatrana Miq.) dengan Perlakuan Media Tanam dan Pemberian Zat Pengatur Tumbuh” berhasil diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2015 hingga Februari 2015 bertempat di rumah kaca laboratorium ekologi, Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, IPB.

Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak Dr Ir Irdika Mansur, MForSc selaku pembimbing, yang telah banyak memberi saran. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Dr Ir Tutut Sunarminto, MSi selaku dosen penguji dan Dr Ir Elis Nina Herliyana, MS selaku ketua sidang atas kritik dan sarannya. Ungkapan terima kasih juga saya sampaikan kepada keluarga tercinta Ibu Essy Limastuti, Bapak Budi Sudarmasto, kakak Karlita Darmastuti atas segala doa dan kasih sayangnya, Saiful Kahfi, Wardah, Winda, Citra, Roisatuz, Ersya, Vivi, Fitri, Sulis, Heni, Putri, Nadia dan keluarga besar Fahutan 48 serta teman-teman Silvikultur 48 serta pihak lain yang telah membantu memberikan dukungan dalam penyelesaian studi ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 1

METODE 2

Waktu dan Tempat Penelitian 2

Alat dan Bahan 2

Rancangan Percobaan 2

Analisis Data 3

Prosedur Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Persentase Hidup 9

Persentase Berakar 10

Panjang Akar Primer 12

Jumlah Akar Primer dan Sekunder 12

Berat Kering Akar 14

SIMPULAN DAN SARAN 15

Simpulan 15

Saran 15

DAFTAR PUSTAKA 16

LAMPIRAN 18

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Rancangan percobaan komposisi perlakuan yang diberikan pada stek pucuk binuang bini (Octomeles sumatrana) 2 Tabel 2 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh pemberian zpt dan

media tanam terhadap perakaran stek pucuk binuang bini

(Octomelessumatrana) 9

Tabel 3 Persentase hidup stek binuang bini (Octomeles sumatrana)

pada setiap perlakuan dan media tanam 9

Tabel 4 Panjang akar primer stek pucuk binuang bini (Octomeles sumatrana) dengan perlakuan media tanam dan ZPT 12 Tabel 5 Jumlah akar primer stek pucuk binuang bini (Octomeles

sumatrana) dengan perlakuan media tanam dan ZPT 13 Tabel 6 Jumlah akar sekunder stek pucuk binuang bini (Octomeles

sumatrana) dengan perlakuan media tanam dan ZPT 13

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Bedeng bersungkup (2x0.5x0.5) m stek pucuk binuang bini

(Octomeles sumatrana) 4

Gambar 2 Kebun pangkas binuang bini (Octomeles sumatrana)

berumur 2 tahundi SEAMEO BIOTROP 4

Gambar 3 Hasil uji Duncan pengaruh zat pengatur tumbuh terhadap persentase berakar stek pucuk binuang bini (Octomeles

sumatrana) 11

Gambar 4 Hasil uji Duncan pengaruh pemberian media tanam terhadap berat kering akar stek pucuk binuang bini (Octomeles

sumatrana) 14

Gambar 5 Perkembangan akar stek pucuk binuang bini (Octomeles sumatrana) pada media tanam (1) tanah, (2) arang

sekam+pasir dan (3) cocopeat+pasir 15

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Sidik ragam pengaruh pemberian zpt dan media tanam terhadap panjang akar primer stek pucuk binuang bini

(Octomeles sumatrana) 18

Lampiran 2 Sidik ragam pengaruh pemberian zpt dan media tanam terhadap jumlah akar primer stek pucuk binuang bini

(11)

Lampiran 3 Sidik ragam pengaruh pemberian zpt dan media tanam terhadap jumlah akar sekunder stek pucuk binuang bini

(Octomeles sumatrana) 18

Lampiran 4 Sidik ragam pengaruh pemberian zpt dan media tanam terhadap berat kering akar stek pucuk binuang bini

(Octomeles sumatrana) 18

Lampiran 5 Sidik ragam pengaruh pemberian zpt dan media tanam terhadap persentase hidup stek pucuk binuang bini

(Octomeles sumatrana) 19

Lampiran 6 Sidik ragam pengaruh pemberian zpt dan media tanam terhadap persentase berakar stek pucuk binuang bini

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebutuhan masyarakat terhadap bahan baku kayu semakin meningkat diiringi dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk. Peningkatan kebutuhan bahan baku kayu tersebut harus diiringi dengan ketersediaan produksi kayu yang mencukupi tanpa mengesampingkan kelestarian alam. Pembangunan hutan tanaman maupun hutan rakyat dirasa mampu mengatasi hal tersebut (Nababan 2009).

Pembangunan hutan tanaman maupun hutan rakyat dengan diversifikasi jenis tanaman yang potensial diperlukan sebagai upaya memenuhi bahan baku industri kehutanan terutama kayu. Menurut Fambayun (2014) salah satu jenis potensial yang dapat dikembangkan dalam pembangunan hutan tanaman adalah binuang bini (Octomeles sumatrana). O. sumatrana merupakan pohon pionir dan termasuk dalam jenis cepat tumbuh (fast growing species) yang memiliki potensi cukup besar dan penyebarannya di Indonesia cukup luas (Yudohartono 2013). Batangnya yang lurus menjanjikan peluang besar bagi pembangunan hutan tanaman dan hutan rakyat. Menurut Martawijaya et al. (1989), kayu O. sumatrana

digunakan untuk kayu lapis, kotak korek api, pengemasan, kayu konstruksi ringan, perahu maupun sampan.

Sebagai upaya mendukung keberhasilan pembangunan hutan tanaman, maka upaya perbanyakan jenis O. sumatrana perlu dilakukan. Salah satu cara teknik perbanyakan yaitu stek pucuk. Stek pucuk adalah salah satu teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif yang memilki keunggulan sama dengan induknya. Perbanyakan vegetatif melalui stek pucuk merupakan salah satu cara alternatif yang dilakukan untuk memperoleh bibit unggul dengan jumlah yang memadai dalam waktu yang cepat, selain itu hasil perbanyakan vegetatif khususnya stek memiliki sifat yang sama dengan induknya (Prakasa 2011).

Tujuan Penelitian

Tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah (1) mengetahui respon pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) terhadap pertumbuhan stek pucuk O. sumatrana, (2) memperoleh komposisi media tanam yang tepat terhadap pertumbuhan stek pucuk

O. sumatrana.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian adalah hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi penelitian lanjutan mengenai O. sumatrana. Selain itu, bermanfaat dalam perbanyakan tanaman secara vegetatif khususnya stek pucuk jenis O.sumatrana

(14)

2

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di rumah kaca Laboratorium Ekologi Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Waktu Penelitian dimulai dari bulan Januari 2015 sampai dengan Februari 2015.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan antara lain pot tray, cutter, sekop tanah, kompor gas, tong, hand sprayer, ember, pinset, alat penyaring, bak, kotak sungkup, penggaris, gunting, tally sheet, timbangan elektrik, kamera digital, alat tulis, serta software Microsoft Excel dan SAS 9.1 untuk pengolahan data. Bahan yang digunakan untuk penelitian antara lain bibit O. sumatrana berumur dua tahun yang diperoleh dari kebun pangkas persemaian SEAMEO BIOTROP, Rapid root dan MSG sebagai ZPT, bedeng bersungkup, aquades, tanah, arang sekam, cocopeat, fungisida dan bakterisida.

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan dua faktor dan ulangan sebanyak lima kali. Jumlah unit ulangan sebanyak tiga, sehingga jumlah seluruh kombinasi perlakuan sebanyak 135 bahan vegetatif. Faktor penelitian tersebut antara lain:

1.Faktor jenis ZPT (A), yang terdiri atas: A0 = Kontrol

A1 = Rapid root 1 gr dilarutkan dengan aquades 100 ml (10 000 ppm)

A2 = MSG 1 gr dilarutkan dengan aquades 100 ml (10 000 ppm) 2.Faktor jenis media tanam (B), yang terdiri atas:

B0 = Tanah

B1 = Arang sekam dengan pasir (1:2) B2 = cocopeat dengan pasir (1:2)

Komposisi perlakuan dalam rancangan percobaan dapat dilihat dalam Tabel 1.

(15)

3

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan akhir pada saat panen kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan sidik ragam. Model matematis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Yijk= µ + αi+ βj+ (αβ)ij+ εijk Keterangan :

Yijk : respon dari pengamatan pada faktor A (jenis ZPT) taraf ke-i, faktor B ( jenis media) taraf ke-j dan ulangan ke-k

µ : nilai rataan umum

αi : pengaruh faktor jenis ZPT ke-i

βj : pengaruh faktor jenis media ke-j

(αβ)ij: pengaruh interaksi faktor jenis ZPT pada taraf ke-i dengan faktor jenis media pada taraf ke-j

εijk : pengaruh acak faktor jenis ZPT pada taraf ke-i dengan faktor jenis media pada taraf ke-j dan ulangan ke-k

i : 1,2,3

j : 1,2,3

k : 1,2,3,4 dan 5

Analisis Data

Analisis data dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari tiap perlakuan terhadap variabel yang diukur pada penelitian ini melalui sidik ragam dengan uji F. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan software SAS 9.1 dengan ketentuan, jika :

a. P-value > α (0,05), maka perlakuan tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap persentase hidup, persentase berakar, jumlah akar primer dan sekunder, panjang akar primer, berat basah akar dan pucuk serta berat kering akar dan pucuk.

b. P-value > α (0,05), maka perlakuan memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap persentase hidup, persentase berakar, jumlah akar primer dan sekunder, panjang akar primer, berat basah akar dan pucuk serta berat kering akar dan pucuk kemudian dilanjutkan dengan uji Duncan.

Prosedur Penelitian Persiapan Bedeng Bersungkup

Pembuatan bedeng sungkup dilakukan sebelum mempersiapkan media tanam. Bedeng dibuat menggunakan bambu dan plastik UV yang kemudian disambungkan dengan kawat serta paku. Ukuran bedeng disesuaikan dengan box

(16)

4

Gambar 1 Bedeng bersungkup (2x0.5x0.5) m stek pucuk binuang bini (Octomeles sumatrana)

Persiapan Media Tanam

Media yang digunakan pada penilitian ini yaitu tanah, arang sekam dan pasir (1:2), serta cocopeat dan pasir (1:2). Masing-masing media tersebut disterilisasi dengan cara dimasukkan dalam drum yang dipanaskan dengan kompor selama 3 jam, kemudian didinginkan atau diaklimatisasi selama 24 jam. Setelah itu dimasukkan ke dalam pot tray yang sebelumnya telah ditandai sesuai dengan

layout. Media kemudian diberi campuran fungisida Benomil 50% (dosis 1 gram/L) dan bakterisida untuk mencegah tumbuhnya cendawan.

Persiapan Bahan Vegetatif

Bahan vegetatif berasal dari kebun pangkas SEAMEO BIOTROP yakni bibit O. sumatrana yang berumur dua tahun sebanyak 135 buah bahan. Kebun pangkas bibit tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Kebun pangkas binuang bini (Octomeles sumatrana) berumur 2 tahun di SEAMEO BIOTROP

Persiapan ZPT

(17)

5

Persiapan Bahan Stek

Bibit yang telah disiapkan dari kebun pangkas kemudian dipotong pada bagian pucuk hingga nodum kedua atau kurang lebih 6-8 cm. Pemotongan bahan stek harus memperhatikan kondisi bahan stek maupun alat pemotong. Bagian pangkal pohon stek dipotong miring 45o tepat di bawah buku, agar luas pemukaan lebih besar. Kemudian bahan stek dimasukkan kedalam ember berisi air agar tidak cepat layu. Pengambilan bahan stek dilakukan pada pukul 07.00-09.00.

Pemberian ZPT

Pemberian Rapid Root 10 000 ppm dan MSG 10 000 ppm dilakukan dengan perendaman bagian pangkal stek selama 15 menit, kemudian dianginkan secara tebalik (pucuk berada di bawah). Sedangkan perlakuan kontrol dapat langsung ditanam tanpa adanya perendaman ZPT terlebih dahulu.

Penanaman

Penanaman stek pucuk dilakukan pada pagi hari, yaitu pukul 07.00 - 09.00 WIB. Stek ditanam pada media tanam yang sudah tersedia. Media dilubangi terlebih dahulu mencapai kedalaman 3.5 cm sebelum dilakukan penanaman untuk menghindari pelukaan bahan stek khususnya bagian pangkal. Setelah stek ditanam, lubang dirapatkan kembali agar stek dapat tertanam dengan baik dan berdiri tegak. Kemudian setelah bahan stek ditanam, bak dimasukkan kedalam

plastic box yang selanjutnya dimasukkan pada bedeng sungkup.

Pemeliharaan

Pemeliharaan dilakukan berkala setiap hari selama waktu pengamatan yaitu dengan penyiraman dan pengendalian hama penyakit pada stek pucuk O. sumatrana. Penyiraman disesuaikan dengan kondisi media, yang biasa dilakukan pada pagi hari pukul 07.00 – 09.00 WIB atau sore hari pukul 15.00 – 17.00 WIB. Penyemprotan campuran bakterisida dan fungisida dilakukan ketika stek terserang jamur atau terlihat membusuk.

Pengamatan dan Pengambilan Data

Variabel yang diamati yaitu persentase hidup stek, persentase berakar stek, jumlah akar primer, jumlah akar sekunder, panjang akar primer, berat serta berat kering akar.

Persentase hidup dihitung berdasarkan pengamatan banyaknya stek yang mati hingga akhir penelitian. Perhitungan persentase hidup yaitu dengan menghitung jumlah stek yang mati dibandingkan dengan jumlah seluruh stek yang ditanam. Rumus yang digunakan adalah :

(18)

6

jumlah keseluruhan stek yang ditanam. Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase berakar adalah :

Jumlah akar primer dan sekunder merupakan perhitungan akar dimana akar primer merupakan akar yang muncul terlebih dahulu dan relatif lebih besar ukurannya dibandingkan akar sekunder. Akar sekunder biasanya berbentuk serabut halus yang menempel pada akar primer.

Panjang akar primer. Pengukuran panjang akar primer dilakukan pada stek yang telah berakar saja dengan menggunakan penggaris pada saat panen atau akhir pengamatan.

Berat kering akar. Pengukuran berat kering dilakukan dengan mengoven akar terlebih dahulu selama 24 jam pada suhu 70 o C, kemudian ditimbang dengan menggunakan timbangan digital secara terpisah.

TINJAUAN PUSTAKA

Binuang bini (Octomeles sumatrana Miq.)

Menurut Saktiyono (1989), klasifikasi botanis dari O. sumatrana adalah (Sumatra), Binuang bini (Kalimantan), Erima (Papua Nugini) dan Bilus (Filipina). Jenis ini tersebar secara alami di Indonesia mulai dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Filipina hingga Irian Jaya (Soerjanegara and Lemmes 1995). Tumbuh di daerah kering atau tanah-tanah lembab atau liat berpasir di pinggir sungai pada ketinggian hingga 600 m dpl, umumnya jenis ini berada pada iklim A-C (Siregar 2012). Memiliki penampakan tinggi hingga 75 m dengan tinggi batang bebas cabang 40-30 m, diameter 250-400 cm, kayu jenis ini menjadi salah satu jenis kayu potensial dalam pertukangan. Kulit luarnya yang tebal dengan warna abu-abu dapat mencapai ketebalan hingga 5 mm. Pohon O. sumatrana

tumbuh di hutan hujan dataran rendah dan hutan sekunder atau tepi jalan logging. Pada distribusi alaminya, tanaman ini tumbuh baik dengan rata-rata curah hujan sekurangnya 1500 mm/tahun pada ketinggian 0-1000 m dpl. Pohon O. sumatrana

(19)

7

Perkembangbiakan Vegetatif Stek

Teknik perbanyakan vegetatif merupakan salah satu alternatif perbanyakan tanaman tanpa melalui proses perkawinan (Nababan 2009). Pada teknik ini diperoleh hasil anakan yang sama dengan induknya. Bagian tumbuhan yang umumnya diperbanyak secara vegetatif yaitu akar, batang, dan daun. Menurut Veronica (2005), berbeda dengan perbanyakan secara generatif, pada dasarnya semua jenis tanaman dapat melakukan perbanyakan secara alami, namun pada perbanyakan vegetatif diperlukan kondisi khusus untuk menunjang perbanyakan alami tersebut. Keuntungan secara umum menggunakan teknik perbanyakan vegetatif adalah ketersediaan bibit dalam hal jumlah dan waktu dapat ditentukan sesuai keinginan, turunan relatif memiliki sifat yang sama dengan induk, dan memiliki kemampuan tumbuh yang relatif seragam (Mangoendidjojo 2003). Alasan digunakannya teknik perkembangan tanaman secara vegetatif yaitu: (1) Biji yang dihasilkan tanaman sukar untuk berkecambah, (2) Dalam satu individu tanaman, dapat dilakukan penggabungan beberapa karakter yang baik, (3) Segi ekonomis dalam penggunaan teknik vegetatif dibandingkan teknik lainnya.

Stek merupakan pembiakan tanaman dengan menggunakan bagian tanaman yang dipisahkan dari induknya, apabila ditanam pada kondisi yang menguntungkan untuk beregenerasi maka akan berkembang menjadi tanaman baru yang sempurna (Soerianegara dan Djamhuri 1979). Terdapat masalah utama pada pembiakan dengan cara stek yakni pembentukan akar. Pada stek, akar merupakan suatu hal yang terpenting dalam keberhasilannya (Rochiman dan Harjadi 1973).

Stek pucuk merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan terlebih dahulu menumbuhkan tunas-tunas aksilar hingga tunas tersebut berakar (rooted cutting) sebelum ditanam dilapangan (Nababan 2009). Terdapat faktor yang mempengaruhi keberhasilan stek yaitu faktor internal dan eksternal. Pada stek pucuk perlu diperhatikan bahan yang akan digunakan ketika pemangkasan untuk tingkat keberhasilan yang baik sesuai dengan jenis tanaman.

Zat Pengatur Tumbuh

Zat pengatur tumbuh (ZPT) merupakan senyawa organik non nutrisi, yang dalam konsentrasi rendah dapat menghambat, meningkatkan, atau secara kualitatif dapat memodifikasi pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Overbeek dkk dalam Harjadi 2009). Pertumbuhan akar pada stek memerlukan zat pengatur tumbuh yang memiliki sifat perangsang pembentukan akar pada jumlah tertentu. Konsentrasi dari ZPT yang terlalu tinggi dapat merusak dasar stek, dimana pembelahan sel dan kalus akan berlebihan dan dapat mencegah tumbuhnya tunas dan akar, sedangkan pada konsentrasi di bawah optimum tidak efektif (Rochiman dan Harjadi 1973).

(20)

8

pada tanaman sangat sedikit, sehingga perlu ditambah untuk mempercepat pertumbuhan tanaman (Wudianto 2002).

Monosodium Glutamat (MSG) adalah salah satu bahan aditif sintesis yang banyak digunakan oleh manusia sebagai penyedap rasa (Tranggono 1989). MSG mengandung garam mono Na dan asam glutamate yang disebut accent. Bahan utama pembuatan MSG adalah asam glutamat dan Natrium Karbonat. Selain itu, MSG juga mengandung asam amino yang baik untuk pertumbuhan tanaman serta merangsang pembentukan akar. Tidak terlalu banyak yang mengetahui kandungan didalam MSG dapat digunakan sebagai hormon perangsang pertumbuhan tanaman. Menurut Pearson (1980) monosodium glutamat mengandung unsur N sebanyak 7,5%. Unsur N merupakan salah satu unsur yang dibutuhkan untuk tanaman untuk tumbuh dan berkembang. MSG juga telah digunakan sebagai pupuk bagi tanaman. Penelitian Ariyani (1997) mengatakan bahwa pemberian MSG mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman sri rejeki.

Media Tanam

Media tanam pada stek digunakan untuk menopang tubuh stek serta membantu dalam memberikan persediaan cadangan makanan untuk tumbuh. Media yang digunakan sebaiknya memilki pH 4.5 – 7 yang terdiri dari bahan-bahan longgar namun tetap dapat menjaga kelembapan serta memilki aerasi dan drainase yang baik. Menurut Rochiman dan Haryadi (1973) sifat media yang aerasinya baik sangat penting untuk pertumbuhan akar karena dalam pembentukan suberin dan cambium dibutuhkan oksigen yang cukup banyak.

Pasir telah digunakan sebagai media tanam karena sifatnya yang bersih serta memiliki porositas yang baik. Menurut Hartmann dan Ketser (1990), pasir tidak menyimpan kelembapan sehingga dalam penyiraman dibutuhkan frekuensi yang lebih banyak.

Cocopeat atau yang biasa disebut sabut kelapa merupakan hasil limbah dari buah kelapa yang telah banyak digunakan sebagai campuran media tanam. Ketaren dan Djatmiko (1981) dalam Romdiana (2001) menyatakan bahwa

cocopeat merupakan sumber kalium dan memiliki kemampuan dalam mempertahankan kelembapan. Selain itu cocopeat memiliki tekstur yang berongga sehingga menyebabkan porositasnya baik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

(21)

9 Tabel 2 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh pemberian zpt dan media tanam

terhadap perakaran stek pucuk Octomeles sumatrana.

Variabel Perlakuan

ZPT Media tanam ZPT x Media tanam

Panjang akar primer 0.4999tn 0.1196tn 0.7468tn

Jumlah akar primer 0.2316tn 0.0596tn 0.3015tn

Jumlah akar sekunder 0.8429tn 0.1162tn 0.7083tn

BK akar 0.3623tn 0.0005* 0.0955tn

% hidup 0.1318tn 0.7001tn 0.5570tn

% berakar 0.0061* 0.1834tn 0.5608tn

* = berpengaruh nyata, tn= tidak berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% dengan nilai

(P-value) < 0,05 (α).

Stek merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif tanpa melalui adanya perkawinan terlebih dahulu. Sifatnya yang sama dengan induknya, ekonomis dan mudah, menjadikan cara pembiakkan tanaman ini menjadi alternatif yang digunakan oleh masyarakat pada umumnya. Stek sendiri dibagi menjadi dua macam, yaitu stek pucuk dan batang. Terdapat beberapa macam faktor yang mempengaruhi keberhasilan stek, faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal adalah bahan stek yang digunakan harus sesuai dengan umur siap stek sehingga keberhasilan dapat optimal. Faktor eksternal seperti kelembapan, suhu lingkungan, kondisi media tanam, intenistas cahaya dan bahan stek menjadi perhatian khusus.

Persentase hidup

Persentase hidup merupakan jumlah stek pucuk yang masih dapat bertahan hidup hingga akhir pengamatan dibandingkan dengan jumlah keseluruhan stek yang ditanam dalam persen. Stek pucuk dikatakan hidup ditunjukkan dengan bahan stek yang masih segar dan berdiri kokoh pada media tanam. Hasil yang diperoleh bahwa persen hidup stek pucuk O. sumatrana yaitu 50.37% dengan persentase masing-masing perlakuan dapat dilihat di Tabel 3. Persentase hidup mencapai 66.67% pada perlakuan pemberian rapid root 10 000 ppm dengan media tanam tanah dan campuran cocopeat dengan pasir. Perlakuan kontrol pada media cocopeat+pasir dan MSG 10 000 ppm pada media arang sekam+pasir memilki persentase hidup yang kecil yaitu 33.33%.

(22)

10

Sidik ragam pengaruh perlakuan pemberian ZPT dan media tanam terhadap pertumbuhan stek pucuk O. sumatrana, menunjukkan bahwa baik dari faktor ZPT maupun media tanam tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase hidup stek. Hal ini dapat dilihat dari nilai Pr > 0.05 (Lampiran 5) pada setiap faktor maupun interaksi keduanya. Perlakuan pemberian ZPT dirasa kurang efektif karena terlihat bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dengan tanpa pemberian ZPT.

Keberadaan hormon endogen dan auksin diperlukan dalam pembentukan akar dan sel lainnya (Kramer dan Kozlowski 1960 dalam Qurataayun 2011). Pemberian hormon eksogen dilakukan apabila hormon endogen yang dimiliki oleh tanaman itu sendiri tidak tercukupi. Dalam penelitian, stek pucuk O. sumatrana tanpa perlakuan dapat bertahan hidup meskipun tidak sebaik dengan perlakuan rapid root 10 000 ppm dan MSG 10 000 ppm. Selain faktor hormon, faktor media tanam juga tidak menunjukkan perbedaan persentase hidup yang signifikan. Tanah digunakan karena sifatnya yang mudah diperoleh dan diaplikasikan dalam masyarakat. Tanah telah digunakan secara luas sebagai media tanam karena relatif murah dan mudah tersedia, bersih serta memilki kemampuan mengikat air yang tinggi. Menurut Purwowidodo (1999), tanah lapisan atas mengandung bahan organik yang tinggi serta mampu menghisap dan memegang air yang tinggi. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, yaitu Romdiana (2001) penggunaan media pasir baik digunakan untuk pertumbuhan stek pucuk O. sumatrana karena pasir merupakan tempat tumbuh asal tanaman ini. Penelitian ini menunjukkan bahwa media tanam tanah mampu menghasilkan pertumbuhan akar yang baik. Hal tersebut diduga karena kemampuan tanah yang dapat menyimpan air dengan baik serta tingkat porositas yang tidak terlalu tinggi sehingga kebutuhan tanaman akan air mampu tercukupi dengan baik.

Keberhasilan stek pucuk untuk dapat bertahan hidup pada media tanah juga dipengaruhi oleh adanya cadangan makanan yang dimilki oleh stek pucuk O. sumatrana. Rochiman dan Haryadi (1973) menyatakan bahwa faktor tanaman yang mempengaruhi keberhasilan hidup dan berakar antara lain adalah macam bahan stek, kandungan bahan makanan, umur bahan stek dan kandungan zat tumbuh. Cadangan makanan yang dimilki oleh tanaman telah mencukupi untuk pertumbuhan stek hingga mampu berakar. Hal ini pula dapat terjadi karena stek pucuk masih menyisakan daun yang merupakan organ pembentuk karbohidrat melalui proses fotosintesis.

Persentase Berakar

Persentase berakar merupakan peubah yang penting dalam menentukan keberhasilan stek pucuk. Beberapa stek mampu bertahan hidup, namun tidak menunjukkan adanya akar melainkan memperlihatkan kondisi yang masih berkalus belum muncul akar. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian ZPT yang diberikan berpengaruh nyata terhadap variabel yang diamati. Selanjutnya dilakukan uji lanjut Duncan untuk mengetahui ZPT yang berpengaruh nyata terhadap persentase berakar.

(23)

11 Perlakuan A1 berbeda nyata dengan perlakuan A2 (33.33%), namun perlakuan A2 (MSG 10 000 ppm) tidak berbeda nyata dengan perlakuan A0 (11.11%). Menurut Dwijoseputro (1990), pengaruh pemberian hormon pada stek sangat tergantung dari dosis yang diberikan, jika dosisnya tepat maka akan sangat membantu dalam pertumbuhan akar stek pucuk dan diperoleh sistem perakaran yang baik dalam waktu relatif singkat.

Gambar 3 Hasil uji Duncan pengaruh zat pengatur tumbuh terhadap persentase berakar stek pucuk binuang bini (Octomeles sumatrana). A0: kontrol, A1 : rapid root 10 000 ppm, A2: MSG 10 000 ppm

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada sekalang kepercayaan 95%

Rapid root adalah ZPT berbentuk tepung yang dapat larut dan berwarna abu-abu. Kandungan dari rapid root adalah gabungan dari hormon IBA dan NAA serta fungisida. IBA dan NAA merupakan senyawa organik yang terbukti aktif dan digunakan sebagai ZPT perakaran pada stek pucuk. Tiga senyawa aktif yang memiliki inti Naftalen berfungsi memperbanyak merangsang timbulnya perakaran (Fanesa 2011). Selain itu, rapid root memiliki kekuatan menembus dinding sel sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan akar. Prawinata et al. (1981) menyatakan bahwa apabila senyawa hormon dapat memasuki dinding sel dengan baik, maka proses pembentukan primodia akar akan berlangsung cepat.

Proses pembentukan akar terjadi karena adanya pergerakan ke bawah dari auksin, karbohidrat dan rooting cofactor (zat-zat yang berinteraksi dengan auksin yang mengakibatkan terbentuknya akar) baik dari tunas maupun dari daun (Rochiman dan Haryadi 1973). Akar yang keluar pada stek pucuk O. sumatrana

(24)

12

Panjang Akar Primer

Panjang akar primer stek pucuk O. sumatrana dihitung berdasarkan rata-rata panjang akar primer yang tumbuh pada setiap stek. Akar primer pada perlakuan MSG 10 000 ppm dengan media arang sekam+pasir (A1B2) sebesar 8.4 cm. Rata-rata panjang akar primer berkisar antara 0 – 8.4 cm sehingga perbedaan panjang akar pada setiap perlakuan tidak tampak berbeda secara signifikan. Oleh karena itu, perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh nyata terhadap panjang akar primer stek O. sumatrana.

Tabel 4 Rata-rata panjang akar primer stek pucuk binuang bini (Octomeles sumatrana)dengan perlakuan media tanam dan ZPT

No Perlakuan Panjang Akar Primer (cm)

1 A0B0 6.6

Perlakuan pemberian ZPT dan media tanam tidak berpengaruh nyata terhadap panjang akar primer O. sumatrana, artinya pemberian ZPT dapat dikatakan kurang efektif. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa tanaman sendiri telah memilki hormon endogen yang apabila telah mampu mencukupi untuk pertumbuhan akar maka hormon eksogen tidak dibutuhkan lagi. Wareing dan Philips (1970) dalam Adinugraha et al. (2006) menyatakan bahwa auksin pada konsentrasi yang tepat sangat berperan aktif dalam diferensisasi sel, namun konsentrasi diatas optimum malah mampu menghambat dan bersifat racun sehingga tidak sesuai dengan hasil yang diinginkan. Menurut Romdiana (2001), perkembangan akar lebih ditentukan oleh cadangan makanan yang dimiliki dan auksin yang terkandung di dalam bahan stek. Sama halnya seperti variabel persen berakar, media tanam diduga tidak memilki pengaruh dalam pertumbuhan akar primer stek pucuk O. sumatrana. Media tanam hanya berfungsi sebagai tempat berdirinya stek pucuk sehingga mampu hidup hingga berakar.

Jumlah Akar Primer dan Sekunder

Variabel jumlah akar primer dan sekunder dihitung berdasarkan banyaknya akar yang tumbuh dari setiap stek pucuk O. sumatrana yang berakar. Hasil pengamatan saat panen menunjukkan bahwa jumlah akar primer yang muncul berkisar antara 3 hingga 18 buah. Hal tersebut menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah akar primer. Jumlah akar primer terbanyak terdapat pada perlakuan MSG 10 000 ppm dengan media tanam

(25)

13 Tabel 5 Jumlah akar primer stek pucuk binuang bini (Octomeles sumatrana)

dengan perlakuan media tanam dan ZPT

No Perlakuan Jumlah Akar Primer

1 A0B0 9

Hasil pengamatan jumlah akar sekunder stek pucuk O. sumatrana diperoleh bahwa perlakuan yang diberikan tidak memilki pengaruh yang nyata terhadap jumlah akar sekunder. Hal tersebut terlihat pada Tabel 6, kontrol memiliki jumlah akar sekunder terbanyak yaitu sebesar 45 buah. Rata-rata jumlah akar sekunder yang dimiliki pada masing-masing perlakuan berkisar antara 18 – 45 buah. Hal tersebut menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah akar sekunder stek pucuk O. sumatrana.

Tabel 6 Jumlah akar sekunder stek pucuk binuang bini (Octomeles sumatrana) dengan perlakuan media tanam dan ZPT

No Perlakuan Jumlah Akar Sekunder

1 A0B0 45

(26)

14

Berat Kering Akar

Berat kering merupakan berat yang diukur setelah proses pengovenan baik akar maupun pucuk pada akhir pengamatan. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jenis media tanam berpengaruh nyata terhadap berat kering akar stek pucuk

O. sumatrana, sehingga dilakukan uji Duncan yang hasilnya dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Hasil uji Duncan pengaruh pemberian media tanam terhadap berat kering akar stek pucuk binuang bini (Octomeles sumatrana). B0: tanah, B1: cocopeat+pasir, B2: arang sekam+pasir.

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada sekalang kepercayaan 95%.

Perlakuan B0 (media tanam tanah) memberikan respon terbaik dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Perlakuan B0 berbeda nyata dengan perlakuan B2 (media tanam cocopeat+pasir) dan perlakuan B1 (arang sekam+pasir). Respon berat kering akar terendah diberikan oleh perlakuan B2 (media tanam cocopeat+pasir).

Berat kering dapat digunakan untuk mengetahui baik atau tidaknya pertumbuhn suatu tanaman, karena variabel ini dapat menggambarkan efisiensi proses fisiologis di dalam tanaman (Wulandari dan Susanti 2012). Putri dan Nurhasby (2010), menyatakan bahwa berat kering tanaman mencerminkan akumulasi senyawa organik yang berhasil disintesis tanaman dari senyawa anorganik (unsur hara, air dan karbohidrat), semakin tinggi berat kering tanaman maka semakin baik pertumbuhan bibit. Menurut Hardjowigeno (2003), semakin padat suatu tanah, maka semakin tinggi tingkat bulk density yang dimiliki tanah tersebut yang berarti semakin sulit meneruskan air atau ditembus oleh akar.

Penelitian ini menunjukkan penggunaan tanah sebagai media tanam memiliki hasil yang baik dibandingkan dengan media arang sekam+pasir dan

(27)

15 lebih cepat terjadi di media tanam tersebut. Kebusukan yang terjadi pada bahan stek memang terjadi pada minggu kedua setelah tanam. Penggunaan fungisida dan insektisida dalam penelitian kurang mampu memberikan pengaruh yang nyata terhadap kebusukan pada bahan stek yang menyebabkan kematian.

Gambar 5 Perkembangan akar stek pucuk binuang bini (Octomeles sumatrana) pada media tanam (1) cocopeat+pasir, (2) tanah dan (3) arang sekam+pasir

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pohon O. sumatrana dapat diperbanyak secara vegetatif dengan stek pucuk menggunakan ZPT rapid root dan MSG sebagai upaya optimasi hutan rakyat maupun hutan tanaman. Pemberian ZPT dan jenis media tanam pada stek pucuk

O. sumatrana memberikan pengaruh nyata terhadap dua dari enam variabel yang diamati. Pemberian ZPT rapid root 10 000 ppm memberikan pengaruh nyata terhadap persen berakar dan jenis media tanam mampu memberikan pengaruh nyata terhadap variabel berat kering akar stek pucuk O. sumatrana. Keberhasilan stek berakar sebesar 25.19% dari jumlah stek yang ditanam. Pemberian rapid root

menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan MSG.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai dosis penggunaan MSG dan rapid root sebagai ZPT pada jenis O. sumatrana. Waktu pengamatan sebaiknya lebih diperpanjang untuk melihat pengaruh perlakuan secara lebih optimal, sekitar 2-3 bulan. Karena perbedaan persen hidup dan persen berakar yang masih memiliki nilai yang kecil, maka perlu juga diperhatikan bahan stek yang digunakan pada stek pucuk O. sumatrana. Perbanyakan O. sumatrana secara

1

(28)

16

vegetatif masih memerlukan optimasi untuk memperbaiki kondisi lingkungan dan menemukan ZPT serta konsentrasi yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah ATM, Hossain MA, Bhuiyan MK. 2006. Clonal propagation of guava (Psidium guajava Linn.) by stem cutting from mature stock plants. J of Forestry Research. 17(4): 301−304.

Adinugraha HA, Moko H, Cepi. 2006. Perumbuhan stek pucuk sukun asal dari populasi nusa tenggara barat dengan aplikasi zat pengatur tumbuh. J Penelitian Hutan Tanaman 3(2):93-100.

Ariyani AD. 1997. Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamat (MSG) Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sri Rejeki (Aglaonema commutatum L). [skripsi]. Semarang (ID): UNDIP.

Dwidjoseputro D. 1990. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta (ID): PT. Gramedia.

Fambayun RA. 2014. Budidaya binuang (Octomeles sumatrana Miq.) untuk mendukung pembangunan hutan tanaman. J Informasi Teknis. 12(2):39-50. Fanesa A. 2011. Pengaruh pemberian beberapa zat pengatur tumbuh terhadap

pertumbuhan stek pucuk jeruk kacang (citrusnobilis l) [skripsi]. Padang (ID): Universitas Andalas.

Hardjowigeno S. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Akademika Pressindo.

Harjadi, Sri Setyati. 2009. Zat Pengatur Tumbuhan. Jakarta (ID) : Penebar Swadaya.

Hartmann HT, DE Ketser, FT Davies. 1990. Plant Propagation Principles and Practices. Englewood cliff. New Jersey (US) : Prantice-Hall Inc.

Kramer PJ, Kozlowski TT. 1960. Physiology of Trees. New York (US) : Mc Graw-Hill Book Co. Inc.

Mangoendidjojo W. 2003. Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Martawijaya A, Kartasujana I, Kadir K, Mandang YI, Prawira SA. 1992. Atlas Kayu Indonesia Jilid II. Bogor (ID): Badan Litbang Kehutanan, Departemen Kehutanan.

Nababan D. 2009. Penggunaan hormon IBA terhadap pertumbuhan stek Ekaliptus klon IND 48 [skripsi]. Medan (ID): USU Repository.

Nurhasby, Putri KP. 2010. Pengaruh jenis media organik terhadap kualitas bibit takir (Duabanga moluccana). J Penelitian Hutan Tanaman. 7(3):141-146. Pearson D. 1980. The Chemical Analysys of Foods: 6th Edition. London (UK): J&A

Churcill

Prakasa KE. 2011. Pengaruh Pemberian ZPT (Root-one F) Terhadap Pertumbuhan Stek Duabanga moluccana, Blume [skripsi]. Bogor (ID): IPB.

Prawinata W, Said H, Tjondronegoro P. 1981. Dasar-dasar Fisologi Tumbuhan. Bogor (ID): Departemen Botani.

Purwowidodo. 1999. Konservasi Tanah di Kawasan Hutan. Bogor (ID): IPB.

(29)

17 Rochiman K, Harjadi SS. 1973. Pembiakan Vegetatif. Bogor (ID): Departemen

Agronomi Fakultas Pertanian IPB.

Romdiana D. 2001. Pengaruh Pemberian Zat Pengatur Tumbuh dan Jenis Media Terhadap Pertumbuhan Stek Pucuk Benuang Bini (Octomeles sumatrana

Miq.) [skripsi]. Bogor (ID): IPB.

Siregar N. 2012. Peluang benuang bini (Octomeles sumatrana Miq.) sebagai bahan baku pulp. J Mitra Hutan Tanaman. 7(1):23-30.

Soerianegara I, Djamhuri E. 1979. Pemuliaan Pohon Hutan. Jurusan Manajemen Hutan, Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Soerianegara I, Lemmens RHMJ (Eds). 1995. Plant Resources of South-East Asia No. 5(1) Timber Trees: Major Commercials Timbers. PROSEA Bogor (ID): Badan Litbang Kehutanan.

Tranggono. 1989. Bahan Tambahan Pangan ( Food additivies). Yogyakarta (ID): PAU Pangan Gizi UGM.

Veronica I. 2005. Pengaruh Berbagai Media dan Jumlah Ruas Terhadap Pertumbuhan stek Pucuk Eucalyptus grandis [skripsi]. Tidak dipublikasikan. Wareing PF, Philips I I. 1970. Growth and Differentiation in Plant. Third Edition.

Oxford (UK): Pergamon Press.

Wudianto R. 2002. Membuat setek, Cangkok, dan Okulasi. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Wulandari AS, Susanti S. 2012. Aplikasi pupuk daun organik untuk meningkatkan pertumbuhan bibit jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq). Jurnal Silvikultur Tropika. 3(2):137-142.

(30)

18

Lampiran 1 Sidik ragam pengaruh pemberian ZPT dan media tanam terhadap panjang akar primer stek pucuk Octomeles sumatrana.

Lampiran 2 Sidik ragam pengaruh pemberian ZPT dan media tanam terhadap jumlah akar primer stek pucuk Octomeles sumatrana.

Sumber jumlah akar sekunder stek pucuk Octomeles sumatrana.

Sumber berat kering akar stek pucuk Octomeles sumatrana.

(31)

19 Lampiran 5 Sidik ragam pengaruh pemberian ZPT dan media tanam terhadap

persentase hidup stek pucuk Octomeles sumatrana. Sumber persentase berakar stek pucuk Octomeles sumatrana.

Sumber Interaksi 4 1892.921822 473.230456 0.77 0.5608

Galat 18 11112.44460 617.35803

(32)

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 21 Desember 1992 sebagai anak bungsu dari dua bersaudara pasangan Budi Sudarmasto dan Essy Limastuti. Pendidikan penulis dimulai dari taman kanak-kanak di TK An-Nur III tahun 1998-1999, SD Negeri Babarsari pada tahun 1999-2005, SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Yogyakarta pada tahun 2005-2008. Pada tahun 2011 Penulis lulus dari SMAN 6 Yogyakarta dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan.

Selama perkuliahan, penulis mengikuti Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) jalur Gunung Sawal - Pangandaran, Praktik Pengelolaan Hutan (PPH) yang dilaksanakan di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), Sukabumi, serta Praktik Kerja Profesi (PKP) yang dilaksanakan di PT Tunas Inti Abadi, Kalimantan Selatan, pada Maret-Mei 2015. Selama kuliah, penulis juga aktif dalam organisasi International Forestry Student Association (IFSA-LC IPB) sebagai anggota divisi HRD tahun 2012/2013, Himpunan Profesi Mahasiswa Silvikultur Tree Grower Community (TGC) periode tahun 2012/2013 sebagai wakil sekertaris, dan sekertaris umum TGC pada periode tahun 2013/2014.

Gambar

Gambar 1 Bedeng bersungkup (2x0.5x0.5) m stek pucuk binuang bini (Octomeles
Tabel 2  Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh pemberian zpt dan media tanam terhadap perakaran stek pucuk Octomeles sumatrana
Gambar 4.
Gambar 5 Perkembangan akar stek pucuk binuang bini (Octomeles sumatrana)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Perlakuan jenis auksin berpengaruh nyata pada peubah persentase stek berakar, namun tidak berpengaruh pada persentase stek berkalus, persentase stek bertunas, persentase

panjang tunas, diameter tunas, bobot basah akar, dan bobot kering akar sedangkan perlakuan K 1 terbaik pada sisa parameter lainnya.Interaksi ukuran berbagai

Perlakuan jenis auksin berpengaruh nyata pada peubah persentase stek berakar, namun tidak berpengaruh pada persentase stek berkalus, persentase stek bertunas, persentase

Perlakuan panjang stek pucuk daun berpengaruh sangat nyata terhadap peubah persentase stek jadi, jumlah akar primer, jumlah akar sekunder, panjang akar terpanjang dan jumlah

Perlakuan zat pengatur tumbuh IBA dan IAA tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap diameter batang stek pucuk sebagaimana disajikan pada Tabel 2, penggunaan zat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa materi setek pucuk terbaik adalah tunas dari bibit umur 5 bulan dengan persen setek berakar, jumlah akar panjang akar dan berat kering

Dari ketujuh parameter yang diamati, hasil analisis sidik ragam yang berbeda nyata (P-value &lt; α) terdapat pada persen stek berakar, jumlah akar, dan panjang