• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Kematangan Karir Siswa Madarasah Aliyah Negeri 3 Malang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Kematangan Karir Siswa Madarasah Aliyah Negeri 3 Malang"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang

Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, pekerjaan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Dengan bekerja maka manusia dapat memperbaiki taraf kehidupannya untuk yang lebih baik. Kualitas tenaga kerja merupakan faktor utama yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya bahwa kualitas sumber daya manusia merupakan unsur penentu keberhasilan pembangunan nasional. Pengalaman negara-negara maju seperti Jepang, China, dan Amerika telah memperkuat kenyataan tersebut.

Karir merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia dewasa yang sehat, dimana pun dan kapan pun mereka berada. Betapa orang sangat susah dan gelisah jika tidak memiliki pekerjaan yang jelas, apalagi kalau sampai jadi penganggur. Demikian pula banyak orang yang stres dan frustasi dalam hidup ini karena masalah pekerjaan. Penelitian Levinson (Isaacson, 1985) menunjukkan bahwa komponen terpenting dari kehidupan manusia dewasa adalah: (1) keluarga, dan (2) pekerjaan. Dua komponen tersebut sangat menentukan kebahagiaan hidup manusia, sehingga tidak mengherankan jika masalah keluarga dan pekerjaan praktis menyita seluruh perhatian, energi, dan waktu orang dewasa. Namun pada kenyataannya tidak semua orang dapat memenuhi kebutuhannya memperoleh pekerjaan.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2010 mencapai 116 juta orang, bertambah 2,17 juta orang dibanding angkatan kerja Agustus 2009 yang sebesar 113,83 juta orang atau bertambah 2,26 juta orang dibanding Februari 2009 yang sebesar 113,74 juta orang.

(2)

penghasilan atau uang yang bisa digunakan untuk membeli barang dan jasa guna mencukupi kehidupan sehari-hari. Secara sosial orang yang memiliki pekerjaan akan lebih dihargai oleh masyarakat dari pada orang yang menganggur.

Dalam keadaan yang normal seseorang memiliki kesempatan lebih besar dalam memilih suatu pekerjaan yang disukainya, tetapi sebaliknya yaitu dalam keadaan adanya banyak pengangguran yang berarti ada lebih banyak orang yang mencari pekerjaan dari pada lapangan pekerjaan yang ada, maka sifat dapat memilih tersebut juga sudah jauh berkurang. Meskipun demikian unsur “memilih” tersebut masih tetap ada yaitu bila seseorang ada kemungkinan sedikit saja untuk dapat memilih suatu pekerjaan, maka ia akan memilih pekerjaan yang paling dekat dengan bakat dan minatnya. Tetapi jauh sebelum memasuki tahap memilih pekerjaan (bekerja), sebelumnya seseorang dihadapkan pada tahapan yang penting yaitu kematangan karir (vocational maturity).

Pada usia sekolah tingkat menengah atas, seseorang seharusnya telah mengambil keputusan karir. Usia sekolah pada siswa sekolah tingkat menengah atas berkisar antara 15-19 tahun, masa ini digolongkan sebagai masa remaja. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun (Papalia & Olds, 2001). Masa remaja adalah masa memilih, hal ini terlihat dari salah satu tugas perkembangan remaja yaitu memilih dan mempersiapkan diri untuk menjalankan suatu pekerjaan (Sukadji, 2000).

(3)

Hal tersebut diatas sesuai dengan pernyataan Havighurst (Hurlock, 1980) yang menyatakan bahwa pemilihan dan persiapan diri untuk menjalankan suatu pekerjaan atau karir merupakan tugas perkembangan yang penting dimasa remaja, sebab karir atau pekerjaan seseorang menentukan berbagai hal dalam kehidupan. Maka remaja harus memilih bidang pekerjaan yang akan ditekuni, jenis pekerjaan yang akan ditekuni menyebabkan remaja harus menyelesaikan pendidikannya sampai taraf yang dibutuhkan oleh bidang pekerjaan yang diinginkan. Sedangkan pada usia sekitar tujuh belas tahun remaja menyadari bahwa mereka bertanggung jawab dalam perencanaan karirnya (Seligman, 1994). Untuk dapat memilih dan merencanakan karir secara tepat, dibutuhkan kematangan karir.

Super (dalam Kidd, 2006 : 20), mendefinisikan kematangan karir sebagai keberhasilan seseorang menyelesaikan tugas-tugas perkembangan karir yang khas pada tahap perkembangan tertentu. Definisi ini menunjukkan bahwa kematangan karir berkaitan dengan tugas perkembangan karir pada tiap-tiap tahap perkembangan karir. Sementara itu menurut Brown & Brooks (1990) mengemukakan kematangan karir sebagai kesiapan kognitif dan afektif dari individu untuk mengatasi tugas-tugas perkembangan yang dihadapkan kepadanya, karena perkembangan biologis dan sosialnya serta harapan-harapan dari orang-orang dalam masyarakat yang telah mencapai tahapan perkembangan tersebut.

Super (1976) memandang bahwa karir sebagai jalannya peristiwa-peristiwa kehidupan, tahapan-tahapan pekerjaan dan peranan kehidupan lainnya yang keseluruhannya menyatakan tanggung jawab seseorang pada pekerjaan dalam keseluruhan pola perkembangan dirinya. Super membuat tahapan-tahapan perkembangan karir yang dicirikan dengan tugas-tugas yang spesifik pada masing-masing tahapan perkembangan karir tersebut. Super pun membuat suatu inventori yang bisa mengukur sejauh mana tugas-tugas perkembangan karir yang sudah dilalui sesuai dengan karakteristik perkembangan karir yang diharapkan pada usia tertentu yang diistilahkan dengan kematangan karir.

(4)

Universitas Padjajaran” tahun 2006, didapatkan bahwa 52,8% dari responden berada pada kategori belum matang dan 47,2% berada pada taraf matang. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa tingkat akhir secara umum masih berada pada taraf belum siap untuk menentukan arah karirnya dengan berdasarkan kemampuannya untuk melakukan eksplorasi karir, membuat perencanaan, mengambil keputusan dan juga wawasannya mengenai dunia kerja. Dari hasil penelitian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa memiliki informasi karir, memiliki perencanaan, sampai dengan pengambilan keputusan karir, seharusnya atau lebih tepatnya sudah dilakukan semenjak usia sekolah tingkat menengah atas sehingga kesalahan atau ketidaksiapan seseorang dalam memilih dan menjalankan karir dapat ditindaklanjuti lebih dini. Lebih tepatnya pada usia sekolah tingkat menengah atas, seseorang telah mengambil keputusan karir secara bijaksana.

Dalam memilih dan merencanakan karir secara tepat, dibutuhkan kematangan karir. Kematangan karir meliputi beberapa aspek yaitu : Orientation

to vocational choice (dimensi sikap yang menentukan pilihan akhir

pekerjaannya); Information and planning (dimensi kompetensi individu untuk memilih jenis informasi tentang keputusan karir masa depannya dan perencanaan yang sudah terlaksana); Consistency of vocational preferences (konsistensi individu dalam pilihan karir yang disukainya); Crystalization of traits (kemajuan individu ke arah pembentukan konsep diri); Vocational

independence (kemandirian dalam pengalaman kerja); Wisdom of vocational

preferences (dimensi yang berhubungan dengan kemampuan individu untuk menentukan pilihan yang realistik yang konsisten dengan tugas-tugas pribadi.

Remaja dalam mencapai kematangan karir akan dihadapkan pada proses pengambilan keputusan akan karir. Keputusan karir tepatnya yaitu dipengaruhi oleh perkembangan identitas ego yang meliputi achieved status, moratorium status, foreclosure status, dan difusion status. Pembentukan identitas merupakan

(5)

pembentukan konsep diri dan identitas. Perkembangan identitas ego berkaitan dengan pengambilan keputusan untuk memilih karir tertentu, berbagai perilaku dalam pekerjaan, dan berkaitan dengan komitmen terhadap karir yang dipilih. Dan perkembangan identitas ego akan menjadi landasan remaja dalam mengambil keputusan.

Kematangan karir dewasa ini masih menjadi suatu permasalahan. Salah satu upaya pemerintah untuk memperoleh tenaga terampil yang sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja (industri / perusahaan) adalah melakukan perluasan, peningkatan mutu dan relevansi pendidikan pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan, baik pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi. Sedangkan pengambilan keputusan pendidikan dan karir yang ditempuh seseorang seringkali diwarnai kecenderungan menuruti kemauan orang tua, faktor “ikut -ikutan teman”, karena “gengsi” ingin bersekolah di tempat yang terbaik, ingin seperti idolanya, atau faktor-faktor lainnya tanpa mempertimbangkan minat dan bakat atau potensi yang dimiliki. Hal ini dapat memiliki bermacam-macam dampak, diantaranya memutuskan untuk pindah jurusan pendidikan atau beralih profesi, atau bertahan dengan karir yang dijalani dengan ketidakpuasan dan sebagainya. Individu yang memiliki kematangan karir rendah cenderung mudah terpengaruh oleh lingkungan disekitarnya, hal ini dapat membuat seseorang memilih karir yang kurang tepat untuk dirinya.

Pemahaman mengenai potensi (bakat) dan minat menjadi hal yang krusial untuk mengatasi permasalahan tersebut. The right place for the right person merupakan ikon yang menjadi tujuan demi kepentingan bersama, baik siswa yang bersangkutan dan lembaga pendidikan, dimana sekolah menjadi wadah bagi siswa untuk menentukan, memilih jalur karir, dan tempat untuk mendalami sesuatu yang terkait dengan karir semenjak dini. Dengan mengetahui potensi diri maka seseorang sudah dapat mengetahui baik kelemahan maupun kelebihan yang dimiliki serta mengetahui langkah-langkah untuk mengembangkan potensinya. Dengan demikian potensi bawaan yang dimiliki dapat dimanfaatkan secara optimal, yaitu dimana sejumlah karir dibangun sejak sekolah.

(6)

seseorang pertama kali berkenalan dengan dunia kerja. Sekolah memberikan suasana untuk mengembangkan diri sendiri sehubungan dengan prestasi dan kerja. Dan sekolah merupakan satu-satunya institusi di dalam masyarakat dewasa ini yang sanggup memberikan sistem yang diperlukan untuk pendidikan mengenai karir yakni, instruksi, bimbingan, penempatan, dan koneksi sosial (Bachhuber, 1992; Vinton, 1992).

Sekolah Madarasah Aliyah (MA) merupakan salah satu jenjang pendidikan tingkat menengah atas yang dapat ditempuh oleh anak Indonesia dalam mengikuti kegiatan pembelajaran secara formal. Madarasah Aliyah merupakan sekolah Menengah setara Sekolah Menengah Umum (SMU) yang berlandaskan agama Islam.Seperti diketahui berdasarkan ketentuan UU Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 18 pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar, Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madarasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madarasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. Menurut Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, pada tingkat lanjutan atas dibagi menjadi dua jenis jalur pendidikan. Jalur pendidikan “umum” dilaksanakan melalui SMU (sekarang disebut SMA) dan MA. Jalur yang lain pendidikan “kejuruan” yang dilaksanakan melalui sekolah kejuruan yang secara umum disebut SMK dan MAK.

(7)

dengan memiliki tujuan membentuk sarjana menguasai profesi atau spesialisasi tertentu yang diselenggarakan oleh asosiasi profesi bersama Perguruan Tinggi (PT). Seperti menurut Yamin (2008), struktur kurikulum MA disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran dengan menghasilkan lulusan yang siap untuk menempuh pendidikan lebih tinggi.

Madarasah Aliyah sebagai salah satu sekolah tingkat pendidikan sekolah menengah atas merupakan tahap yang strategis dan kritis bagi perkembangan dan masa depan anak Indonesia. Pada jenjang ini, anak Indonesia berada pada pintu gerbang untuk memasuki dunia pendidikan tinggi yang merupakan wahana untuk membentuk integritas profesi yang didambakan. Pada tahap ini pula, anak Indonesia bersiap untuk memasuki dunia kerja yang penuh tantangan dan kompetisi. Madarasah Aliyah sebagai salah satu sekolah tingkat pendidikan sekolah menengah atas juga memiliki program yang lebih menekankan pada penguasaan dan pengembangan konsep dasar IPTEK dengan berbasis ilmu agama Islam sehingga dengan pengetahuan tersebut mereka dapat menjadi ahli dengan kecakapan pengetahuan teoritis / akademis yang dikuasai yang berakhlak Islami. Tetapi sayangnya masih ada di berbagai daerah dengan berbagai sebab sekolah Madarasah Aliyah kurang diminati dibandingkan sekolah SMA dan SMK.

Menurut Muhib kepada bogorplus.com (10/8/11), ketua yayasan Al-Baqiyatus Shalihat mengatakan, kurangnya minat masyarakat terhadap Madarasah Al-Baqiyatus Shalihat karena pengaruh perubahan zaman. Hampir semua masyarakat orientasinya ke pendidikan umum, sedangkan pendidikan agama dikesampingkan, arus globalisasi dan penetrasi budaya asing merubah pendidikan berbasis madarasah, serta pandangan para siswa-siswi tentang pendidikan madarasah yang tidak memiliki prospek masa depan (http://bogorplus.com/kabupatenbogor).

(8)

Dalam bidang akademik, tahun 2004 / 2005 lalu sekitar 75 % alumninya berhasil diterima di beberapa Perguruan Tinggi Negeri favorit di Indonesia. Selain itu, dalam bidang non akademik pun selama ini MAN 3 Malang telah menunjukkan prestasi yang luar biasa. Sukses MAN 3 Malang ini bukan saja ditentukan kualitas siswanya, tetapi keberhasilan MAN 3 Malang diperoleh melalui proses pembelajaran yang tidak lepas dari peran pendidik yang giat mengadakan Work Shop, seminar, dan pelatihan-pelatihan. Sekolah dengan penataan lingkungan penuh warna islami dan asri ini telah pula berhasil mengembangkan PSBB (Pusat Sumber Belajar Bersama), yang merupakan tempat yang sangat multifungsi yaitu untuk seminar atau pelatihan, penginapan dan kegiatan belajar mengajar.

Dengan bukti prestasi yang telah dicapai oleh MAN 3 Malang tersebut, penilaian sebagian masyarakat yang berpendapat bahwa sekolah Madarasah kurang diminati adalah penilaian yang keliru. Sampai saat ini MAN 3 Malang merupakan salah satu Madarasah di Indonesia yang telah berhasil membuktikan eksistensi dan prestasinya baik di tingkat kota Malang, propinsi, maupun tingkat nasional. Minat masyarakat untuk menyekolahkan putra-putrinya ke MAN 3 Malang juga semakin meningkat dari tahun demi tahun. Dan MAN 3 Malang merupakan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) yang bertujuan menghasilkan lulusan unggul dan dapat bersaing di tingkat nasional maupun internasional.

(9)

individu yang memiliki daya saing dalam bursa kerja dimasa depan. Oleh karena itu peneliti merasa perlu melakukan penelitian mengenai kematangan karir remaja yang bertempat di MAN 3 Malang. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini ingin mengangkat permasalahan mengenai bagaimana gambaran kematangan karir siswa pada sekolah Madarasah Aliyah dengan judul, “Kematangan Karir Siswa Madarasah Aliyah Negeri 3 Malang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan diatas, adapun permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana kematangan karir pada siswa Madarasah Aliyah Negri 3 Malang? 2. Jika melihat dari indikator kematangan karir, indikator-indikator yang

manakah yang telah sesuai dan belum berkembang sesuai dengan tugas perkembangan karir pada usia tersebut?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk memperoleh:

1. Kematangan karir pada siswa Madarasah Aliyah Negri 3 Malang.

2. Memperoleh indikator-indikator yang telah sesuai dan belum berkembang sesuai dengan indikator kematangan karir pada perkembangan karir usia remaja.

D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

Untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang ilmu Psikologi khususnya Psikologi Industri dan Organisasi, Psikologi Pendidikan, dan Psikologi Perkembangan.

2. Secara Praktis

(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)

Tiada kata yang paling indah untuk diucapkan, kecuali ucapan Alhamdulillah puji syukur ke hadirat Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran Kematangan Karir Siswa Madarasah Aliyah Negeri 3 Malang“ sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana Psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang. Sebagai pribadi yang memiliki keterbatasan, penulis menyadari bahwa kelancaran penyusunan skripsi ini tidak lepas dari adanya dorongan, bantuan, dan dukungan dari semua pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. H. Tulus Winarsunu, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

2. Yudi Suharsono, S.Psi, M.Psi , selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing, memberi pengarahan, dan masukan untuk membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

3. Zakarija Achmat, S.Psi, M.Psi selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan berkenan meluangkan waktu untuk berdiskusi serta memberikan motivasi pada penulis hingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Papa dan Mamaku yang selalu memberikan Do‟a, semangat, dukungan moril dan materiil yang tak kunjung putus dan tak ternilai harganya serta kesabaran yang senantiasa diberikan kepada ananda.

(16)

7. Kakak-kakak tersayang: Mas Yon, Mbak Aci, Mbak Ayu, dan Kak Ani yang senantiasa membantu memberikan support dan do‟a agar penulis segera menyelesaikan skripsi ini dan bisa menyelesaikan kuliah S1 Ini. 8. Adik-adikku tersayang: Kiky, Soffa, dan Ifan yang senantiasa membantu

memberikan support agar penulis segera menyelesaikan skripsi ini dan bisa menyelesaikan kuliah S1 ini.

9. Kawan-kawan seperjuangan, Yukko, Vivin, Dwi, mbak Indah dan kawan angkatan ‟04, „05 dan „06 seperjuangan yang tak mungkin disebutkan satu persatu. Terimakasih karena atas banyak hal yang kita lakukan bersama. Untuk yang belum kelar semoga tetap terjaga semangatnya sehingga dapat segera menyelesaikan skripsinya.

10.Kawan- kawan yang sudah lulus Mas Betmen, Mas devi, Mas Harun, Herdianita, Eva, Mas dito, Visi, Iful, dan masih banyak lagi kawan-kawan di luar sana yang turut andil dalam penyusunan skripsi ini. Semoga kalian selalu dalam lindungan-Nya.

11.Pegawai administrasi dan staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, yang telah banyak membantu penulis selama proses hingga penyelesaian penulisan skripsi ini.

12.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Kepada semua pihak tersebut diatas, penyusun hanya dapat mendo‟akan, semoga segala kebajikannya diterima oleh Allah SWT, sebagai amal sholeh dan mendapatkan ridho dan inayah-Nya.

(17)

Malang, 13 Agustus 2011 Penulis

(18)

LEMBAR PENGESAHAN ii

SURAT PERNYATAAN iii

KATA PENGANTAR iv

INTISARI vii

ABSTRACT viii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xi

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 9

C. Tujuan Penelitian 9

D. Manfaat Penelitian 9

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

A. Kematangan Karir ( Career Maturity ) 11 1. Pengertian Kematangan Karir 11 2. Teori Perkembangan Karir 12 3. Perkembangan Karir pada Masa Remaja 18 4. Perkembangan Identitas Ego 21 5. Dimensi Kematangan Karir Remaja 22 6. Karakretistik Kematangan Karir 22 7. Tugas-Tugas Karir Remaja 23 B. Pendidikan Sekolah Madrasah Aliyah 23 1. Profil Madrasah Aliyah Negri 3 Malang 25 2. Visi, Misi, dan Tujuan MAN 3 Malang 28

C. Siswa 29

D. Gambaran Kematangan Karir pada Siswa Sekolah

Madarasah Aliyah Negri 3 Malang 30

E. Kerangka Pemikiran 34

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian 35

B. Definisi Operasional 35

C. Populasi dan Sampel 37

D. Prosedur Penelitian 38

E. Waktu dan Tempat Penelitian 39

F. Metode Pengumpulan Data 39

(19)

Negeri 3 Malang 49 a. Kematangan Karir Berdasar

Perbedaan Jenis Kelamin 51 b. Kegiatan yang Diikuti untuk Mendukung Cita-cita

Terhadap Jenis Pekerjaan yang Disukai 52 2. Indikator-Indikator yang Telah Sesuai dan Belum

Berkembang Sesuai dengan Indikator Kematangan Karir pada Perkembangan Karir Usia Remaja 56

C. Pembahasan 66

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 73

B. Saran 73

DAFTAR PUSTAKA 76

(20)

2 : Blue Print Dimensi Kematangan Karir Remaja 42 3 : Karakteristik Subjek Penelitian 45 4 : Informasi Pendukung Subjek Penelitian 48 5 : Kecenderungan Kematangan Karir Siswa MAN 3

Malang 50

6 : Kematangan Karir Berdasar Perbedaan Jenis Kelamin 52 7 : Kegiatan yang Diikuti untuk Mendukung Cita-cita 53 8 : Jenis Pekerjaan yang Disukai 54 9 : Kesesuaian Jenis Pekerjaan terhadap Kegiatan

yang Mendukung Cita-cita 55 10 : Aspek-aspek yang Menunjukkan Kecenderungan

Kematangan Karir Siswa MAN 3 Malang 56 11 : Ringkasan Hasil Analisis Data Berdasar Persentase

(21)

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktis. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Baron, R. A & Byrne, D. 1994. Social Psychology: Understanding Human Interaction. (7th ed). Massachusetts: Allyn and Bacon.

Berita Resmi Badan Pusat Statistik, Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Februari 2010.

Bogorplus, 10 Agustus 2011. “Madrasah Aliyah kurang diminati”. (Online). http://bogorplus.com/kabupatenbogor. (diakses 11 Agustus 2011)

Brown, Steven.D.,& Lent, Robert. W. (2005). Career development and counseling, putting theory and research to work. John Wiley & Sons, Inc. Hoboken, New Jersey.

El Hami, Azhar. Hinduan, dan Sulastiana, (2006). Gambaran kematangan karir pada para calon sarjana di lingkungan fakultas psikologi Universitas Padjadjaran. Thesis tidak diterbitkan. Bandung : Universitas Padjadjaran Bandung.

Hamalik, Oemar. (2008). Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Hayadin. (2005). Pengambilan keputusan untuk profesi pada siswa jenjang pendidikan menengah (survei pada SMA, MA, dan SMK di Jakarta). (Online) http://petamasadepanku.net. (diakses 15 Januari 2011)

Healy, Charles.C. (1982). Career development, counseling through the life stages. Allyn and Bacon, Inc.

Hurlock, Elizabeth. (1980). Developmental Psychology: A life span approach. (5th ed). New Delhi: McGraw – Hill.

Kerlinger, Fred N. (2006). Asas-asas penelitian behaviora edisi ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Kidd, Jennifer M. (2006). Understanding career counselling theory, research and practice. New Delhi : SAGE Publications Ltd.

Latipun. 2004. Psikologi Eksperimen. Malang : UMM Press.

Nasution, S. (2004). Metode Research (Penelitian ilmiah). Jakarta : Bumi Aksara

Nazir, M. (2003). Metode penelitian Jakarta : Penerbit Ghalia Indonesia.

Papalia, D.E & Olds, S.W. (1995). Human Development (6th ed). McGraw – Hill. Inc

(22)

Rice, F.P. 1990. The adolescent (4th ed.). Boston: Allyn & Bacon.

Sanjaya, Wina. (2009). Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Santrock, John W. (2003). Adolescence, Perkembangan Remaja. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Santrock, John W. (1995). Life Span Development, Perkembangan Masa Hidup. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Savitry, Weny. (2007). Status identitas ego, orientasi karir, dan aspirasi karir remaja perempuan. Thesis tidak diterbitkan. Universitas Katolik Atma Jaya.

Seligman, L. 1994. Developmental Career Counseling and Assessment (3nd ed.). London: SAGE Publication.

Sudrajat, Akhmad. (2008). Let‟s talk about educatoin!. (online) http://smpruhama.multiply.com/journal. (diakses 28 Januari 2010)

Super, D.E., Bohn, M. J. (1970). Occupational psychologi. California : Wadsword Publishing Company, Inc.

Undang-undang sistem pendidikan nasional UU RI Nomor. 2 Tahun 1989 dan peraturan pelaksanaan dilengkapi dengan peraturan perundangan yang dikeluarkan sampai dengan 1994. 1995. Jakarta : Sinar Grafika.

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Wijaya, Fitria. (2002). Hubungan antara kematangan karir dengan motivasi belajar pada siswa kelas X MAN Cibinong. Thesis tidak diterbitkan. Universitas Gunadarma.

Winarsunu, Tulus. (2004). Statistik, dalam penelitian psikologi dan pendidikan. Malang : UMM Press.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam bab ini akan diberikan kesimpulan-kesimpulan yang didapat, dimana kesimpulan-kesimpulan tersebut menjawab permasalahan yang ada dalam Tugas Akhir ini, antara

Berdasarkan faktur penjualan yang diterima,bagian gudang barang jadi akan membuat surat jalan yang diberikan ke pelanggan dalam melakukan persiapan

2) Labuh >30 GT (Kapal Perikanan Samudera/ ZEE, Kapal Perikanan Asing, Kapal Pengangkut Ikan). Jasa Tambat dan Labuh Untuk Kapal Perikanan Berukuran sampai

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024)

Penelitian ini telah dilakukan di UPTD Laboratorium Mikrobiologi Provinsi NTT pada bulan April -Mei 2019 untuk mengetahui ada tidaknya cemaran Escherichia coli

Fasilitas Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN) maksimum 180 hari yang dapat dipakai dalam bentuk fasilitas Letter of Credit serta Trust Receipt (TR)/PPB

Kereta api merupakan alat transportasi massal yang umumnya terdiri dari lokomotif (kendaraan dengan tenaga gerak yang berjalan sendiri) dan rangkaian kereta atau

pengalaman nyata penulis untuk memberikan asuhan kebidanan dengan menggunakan manajemen kebidanan 7 langkah menurut Varney, mengidentifikasi kesenjangan antara teori dan