• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBERMAKNAAN HIDUP PADA RELAWAN PALIATIF (Studi pada relawan paliatif di Rumah Sakit Islam Asiyiyah (RSIA) Malang).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEBERMAKNAAN HIDUP PADA RELAWAN PALIATIF (Studi pada relawan paliatif di Rumah Sakit Islam Asiyiyah (RSIA) Malang)."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1 `BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Pada zaman ini, disadari atau tidak, bahwa kemajuan teknologi kedokteran telah membawa kemajuan yang pesat dalam dunia kedokteran, namun demikian bukan berarti bahwa dengan temuan teknologi ini layanan dunia kedokteran tidak terjadi masalah. Dengan ditemukannya teknologi modern ini bukan berarti semua penyakit secara otomatis dapat disembuhkan. Tanpa kita sadari dengan adanya kemajuan teknologi kedokteran membuat perawatan medis hanya berfokus pada kesembuhan pasien melalui obat-obatan saja, akan tetapi pada hakikatnya penyakit-penyakit yang di derita oleh pasien secara tidak langsung mempengaruhi kondisi psikologis pasien. Dan bukan hanya penyakit saja yang butuh pengobatan, akan tetapi psikis seseorang juga butuh pengobatan, yang mana selama ini lebih banyak berfokus pada pengobatan fisik saja. Oleh karena itu, diperlukan pelayanan terpadu yang memperhatikan aspek medis dan aspek psikhis, seperti perawatan Paliatif.

(2)

2

diberikan kepada penderita itu. Perawatan Paliatif tidak berhenti setelah penderita meninggal, tetapi masih diteruskan dengan memberikan dukungan kepada anggota keluarga yang berduka. Perawatan paliatif tidak hanya sebatas aspek fisik dari penderita itu yang ditangani, tetapi juga aspek lain seperti psikologis, sosial dan spiritual.

Perawatan paliatif dilakukan dengan kerja sama antara dokter, perawat, terapis, sosial-media, psikolog, rohaniawan, relawan dan profesi lain yang diperlukan. Hal ini bertujuan untuk agar pasien bebas dari penderitaan, sehingga kehidupannya tetap berkualitas dan berakhir dengan tenang," ujar Prof dr R Sunaryadi Tejawinata, SpTHT(K), FAAO, PGD, PAllMed.(www.detikhealt.com)

Tersisihnya perawatan paliatif tampak juga diakibatkan pula oleh berbagai kebijakan dalam bidang kesehatan yang dibuat oleh berbagai pihak. Hampir pada semua kebijakan tercantum: “preventif, promotif, kuratif, dan rehalibitatif. Kebijakan tersebut hampir tidak pernah menyebutkan “paliatif” sebagai suatu rangkaian pengobatan, meskipun pada kenyataannya perawatan paliatif sering dibutuhkan dalam implementasi kebijakan itu. Perhatian yang minim terhadap layanan paliatif disinyalir karena adanya anggapan, teknologi kedokteran itu mampu memperpanjang hidup dan kehidupan manusia, meskipun tanpa mempertimbangkan kualitas hidup penderita akibat penerapan teknologi tersebut. (www.one_news.Com).

(3)

3

paliatif masih kurang. Kebijaksanaan ini tampaknya menjadi hambatan yang menjadikan masyarakat kurang mengenal dan memahami perawatan paliatif, sehingga diperlukan dukungan pemerintah mengembangkan perawatan ini di sejumlah rumah sakit, lebih lanjut A. Witjaksono mengatakan bahwa perawatan paliatif tidak hanya untuk pasien yang akan meninggal. Tetapi intinya meringankan beban dan penderitaan pasien agar tetap punya semangat.

Begitu pentingnya peran perawatan paliatif ini, membuat Sunaryadi (www.one news.Com) sangat berharap agar perawatan paliatif masuk dalam kurikulum Fakultas Kedokteran di Indonesia. Di beberapa negara lain, jelasnya, perawatan paliatif sudah menjadi salah satu kurikulum pendidikan dokter. Lebih lanjut pria yang dikenal sebagai bapaknya paliatif Indonesia ini mengatakan, di fakultas kedokteran mahasiswa hanya menerima pelajaran bagaimana cara memeriksa pasien, menentukan penyakit pasien, mengobati penyakit, tetapi tidak mengobati manusia yang mempunyai berbagai aspek seperti fisik, psikologi, sosial, kultural dan spiritual. Padahal aspek-aspek tersebut, saling berhubungan dan mempengaruhi. ”Pendidikan dokter yang dulu hanya memperhatikan masalah fisik saja. Saya lihat sampai sekarang pun, meskipun cara belajarnya sudah diubah, tetapi masih tetap berfokus masalah fisik,'' sesalnya. Bila perawatan paliatif untuk mengurangi penderitaan pasien masuk dalam kurikulum fakultas kedokteran, lulusan dokter nanti akan lebih manusiawi dalam menghadapi pasien.

(4)

4

memprihatinkan, mengingat perawatan palitif bagi masyarakat telah dimulai pada 1992. (www.one_news.Com).Pada awalnya perawatan paliatif ini hanya ditujukan untuk pasien kanker (kecuali di Afrika Selatan awalnya untuk pasien HIV/AIDS). Tapi kini perawatan paliatif juga bisa digunakan untuk penyakit lain seperti paru obstruktif kronis (COPD), stroke, parkinson, gagal jantung, gagal ginjal, penyakit genetika dan juga infeksi seperti HIV/AIDS.(www.detikhealt.com)

Perawatan paliatif ini tentunya dapat dilaksanakan berkat adanya relawan yang membantu berjalannya perawatan ini, yang disebut relawan paliatif. Selain modal dasar yang telah dianugerahkan Tuhan dan ketulusan untuk menolong sesama yang timbul dari dalam diri, untuk mulai bertugas dalam bidang yang menjadi pilihannya, para relawan masih membutuhkan pembekalan dan pelatihan agar mampu bertugas dan sesuai dengan sasaran dan dapat dipertanggung jawabkan. Lebih-lebih lagi relawan paliatif. Pembekalan pengetahuan dan keterampilan yang memadahi mengenai perawatan paliatif ini mutlak dibutuhkan mengingat relawan paliatif banyak dihadapkan pada masalah-masalah sarat dengan unsur kemanusiaan. Dan sudah banyak anggota masyarakat yang membutuhkan dan mengharapkan datangnya pelayanan ini. ( www.palliative-surabaya.com).

Jadi relawan paliatif berkarya diluar masalah perawatan medis dan kuratif. Karya relawan terutama dalam bidang dukungan spiritual, membantu mengatasi masalah sosial dan budaya, masalah psikologis, bahkan masalah yang berhubungan dengan keluarga. Relawan juga berfungsi sebagai jembatan

penghubung antar pasien-dokter maupun pasien-keluarga (www. Rumahkanker.com)

(5)

5

dapat memberikan kontribusi positif kepada orang lain sebagai wujud rasa syukur atas kehidupan Anda, meringankan penderitaan orang lain, menambah jaringan persahabatan dan persaudaraan, memperkaya batin, juga menambah wawasan dan pengalaman.(rumah kanker.com).

Salah satu contohnya adalah para relawan paliatif yang ada di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Mereka terus saja melakukan banyak inovasi untuk bisa memberikan yang terbaik bagi pasien yang mereka dampingi. “Tugas kami memang mengadakan pendampingan bagi pasien terutama kanker, namun kami juga melakukan pendampingan untuk mereka yang tervonis HIV,” terang Iis Sukiyono, salah satu relawan paliatif dari RSUD Dr. Suoetomo Surabaya. Iis mengaku tergerak bergabung menjadi relawan karena pengalamannya menunggui sang ayah yang terkena kanker dan harus mendapat perawatan selama 1 bulan di Rumah Sakit. “Pada waktu itu ada seorang teman yang berkunjung sebagai relawan paliatif, saya terkesan dengan caranya berkomunikasi dengan pasien. Makanya ketika saya mendengar informasi tentang relawan paliatif di RSUD Dr. Soetomo ini saya langsung bergabung,” terangnya. Pengalaman merawat sang ayah, menjadikan Iis tidak terlalu kesulitan menempatkan diri sebagai relawan. Meskipun tidak dibayar dan justru sering nombok, namun Iis dan teman-teman paliatif lainnya merasa bangga bisa membantu orang lain yang membutuhkan.

(6)

6

sakitnya. Iis mengungkapkan, sebenarnya prinsip menjadi relawan ini sangat sederhana. Syaratnya hanya niat dan mau saja untuk menolong sesama. “Terkadang pasien hanya ingin ada teman untuk ngobrol, dengan menyediakan sedikit waktu kita untuk mereka, itu efeknya sudah sangat luar biasanya. Terutama bagi perkembangan psikologis pasien,” terang Iis. (www. Kiatsehat.com).

Memang syarat menjadi relawan tidak mudah. Selain diperlukan cekatan, keterampilan dan pengetahuan tentang bidang penyakit yang ditangani, dia harus memiliki unsur kemanusiaan yang amat kuat. ”menurut saya relawan itu setengah malaikat, mereka care dan penuh kesabaran. Makanya jumlahnya akan selalu tidak banyak. ”ujar menteri pemberdayaan perempuan Muetia Hatta ketika menjadi keynote speaker sosialisasi perawatan paliatif. (www.adibjatidiri.blogspot.com)

Selain itu memangterkadang mendengar kata relawan, yang terlintas dalam bayangan adalah orang yang pasti bekerja sosial tanpa dibayar, ya memang seperti itulah relawan, bekerja dengan bendera sosial dan mengabdikan diri terhadap masyarakat atau bidang yang ditekuninya. Kenyataan inilah yang terkadang memebuat orang jadi malas untuk bergabung menjadi relawan. (www.kiatsehat.com)

(7)

7

relawan paliatif,. Selain itu peneliti juga ingin mengetahui apa yang membuat relawan tetap bertahan menjadi relawan paliatif,dan apakah hal ini sangat bermakna dalam kehidupan relawan itu sendiri.

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengangkat penelitian yang berjudul “Kebermaknaan HidupPada Relawan Paliatif”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Apa saja faktor-faktor yang melatarbelakangi seseorang menjadi relawan paliatif?

2. Bagaimana kebermaknaan hidup pada relawan paliatif? C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Agar dapat mengetahui faktor-faktor yang melatbelakangi

seseorang menjadi relawan paliatif.

2. Untuk mengetahui kebermaknaan hidup pada relawan paliatif D. Manfaat Penelitian

1) Secara Teoritis

Dapat dipergunakan sebagai bahan masukan dalam mengembangkan ilmu psikologi, khususnya psikologi klinis, perkembangan dan psikologi sosial mengenai kebermaknaan pada relawan paliatif.

2) Secara Praktis.

(8)

KEBERMAKNAAN HIDUP PADA RELAWAN PALIATIF

(Studi pada relawan paliatif di Rumah Sakit Islam Asiyiyah (RSIA) Malang).

SKRIPSI

Oleh :

Wulida Azmiyya El-Rifqiya 07810068

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(9)

KEBERMAKNAAN HIDUP PADA RELAWAN PALIATIF

(Studi pada relawan paliatif di Rumah Sakit Islam Asiyiyah (RSIA) Malang).

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi

Oleh :

Wulida Azmiyya El-Rifqiya 07810068

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(10)
(11)
(12)
(13)

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang paling indah untuk diucapkan, kecuali ucapan alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kebermaknaan Hidup Pada Relawan

Paliatif (studi pada relawan paliatif di Rumah Sakit Islam Aisyiyah (RSIA) Malang)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.

Sebagai pribadi yang memiliki keterbatasan, penulis menyadari bahwa kelancaran penyusunan skripsi ini tidak lepas dari adanya dorongan, bantuan, dan dukungan dari semua pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Tulus Winarsunu M.Si, selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas

Muhammadiyah Malang.

2. Dra. Siti Suminarti dan M. Salis Yuniardi, M.Psi selaku pembimbing I dan

pembimbing II yang sudah banyak meluangkan waktunya serta selalu memberikan kritik, saran, bimbingan serta motivasinya sehingga tugas ini dapat terselesaikan.

3. M. Salis Yuniardi, M.Psi selaku Dosen Wali Fakultas Psikologi Universitas

Muhammadiyah Malang angkatan 2007 kelas B yang telah banyak membantu dan mengarahkan kegiatan akademis penulis

4. Kepada Rumah Sakit Islam Aisyiyah Malang, yang telah memberikan ijin

penelitian, dan kepada Subjek penelitian yang merelakan rahasia pribadinya untuk penulis demi pengembangan keilmuan, permintaan maaf dan terima kasih saya haturkan.

5. Kedua orang tua subjek “Abah dan Bunda” ku tersayang, yang telah

mencurahkan kasih sayang, perhatian dan dukungannya kepada penulis yang tak terhingga selama ini.

6. Adek subjek “Nichan Shinosuke” yang sudah memberikan motivasinya sehingga

(14)

7. Sahabatku, “Siput dan Gurita”, yang selalu memberi support yang amat besar, serta perhatian maupun pengertiannya. Terima kasih atas persahabatan yang telah kalian berikan.

8. Genk Nak Nik Nuk, “ Ophie, Cho-cho, Phino, Afika, Ndah, Ana, Mbeckz, Paini,

dan Nandar” terimakasih atas dukungan dan kebersamaan kita selama ini, U are

is the best. Spesial untuk “Opie” yang sudah mau menemaniku, mendengarkan keluh dan kesah ku selama ini.

9. Semua teman-temanku di Fakulatas Psikologi angkatan 2007 khususnya kelas B,

Dian, Nia, Iin, Febri, Momo, Riris, Nina, Sasa, Ardy, Icha, dede, Ade, dan semuanya terima kasih atas dukungan dan kebersamaan kita selama ini. Terlebih untuk “Bebebs” terima kasih atas perhatiannya selama ini.

10.Afin, dede, uty dan tika Teman seperjuanganku dalam Bimbingan, akhirnya

perjuangan kita membuahkan hasil juga.

11.Laboratorium psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, terima kasih kepada

ibu Yuni Nurhamida, M.Psi selaku kepala laboratorium psikologi, serta kawan-kawanku di laboratorium psikologi, “Mb’ Putri, M’ Nadhif, Ina, Dita dan Melon” yang telah memberi kesempatan kepada peneliti untuk dapat belajar dan mengaplikasikan ilmunya di laboratorium psikologi.

12.Serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah banyak

membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.

Akhir kata tiada satupun karya manusia yang sempurna, oleh karenanya saran dan kritik demi perbaikan sangat penulis hargai dan harapkan. Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan ridhonya kepada kita semua amien.

Malang, 19 Agustus 2011 Penulis

(15)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL . . . ………… LEMBAR PERSETUJUAN . . . ……... LEMBAR PENGESAHAN . . . ……… SURAT PENYATAAN . . . ……….. KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . INTISARI . . . . . . . . . . . . . . . . DAFTAR ISI . . . ... DAFTAR TABEL . . . …………. DAFTAR LAMPIRAN . . . ……….. BAB I: PENDAHULUAN ………

A. Latar Belakang . . . ………… B. Rumusan Masalah . . . ………... C. Tujuan Penelitian . . . ………… D. Manfaat Penelitian . . . ………… BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ……….

A. Kebermaknaan hidup……….………. …………

1. Pengertian ……….

2. Sumber-sumber makna hidup….………...

3. Aspek-aspek untuk memahami makna hidup………

3.1 Karakteristik makna hidup………... 3.2 komponen-komponen makna hidup………

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi makna hidup………..

5. Cara-cara untuk menemukan makna hidup………...

B. Paliatif…….…… . . . …………

1. Pengertian ……….

1.1 Pengertian relawan paliatif………...

2. Tujuan perawatan paliatif………..

3. Manfaat perawatan paliatif………

4. Aspek-aspek dalam pemberian perawatan paliatif………

(16)

4.1 Pendekatan multidisiplin terhadap perawatan paliatif………. 4.2 Model perawatan paliatif………. 4.3 Bentuk-bentuk perawatan paliatif………

5. Prinsip dan sikap dalam perawatan paliatif………...

C. Kebermaknaan hidup pada relawan paliatif………...

1. Kebermaknaan hidup pada relawan paliatif………... 2. Peran relawan dalam perawatan paliatif………. 2.1 Peran relawan juga sebagai jembatan bermutu………. BAB III : METODE PENELITIAN………... A. Jenis Penelitian……. . . ………….. B. Batasan Istilah . . . …………. C. Subyek Penelitian …………... . . …………. D. Metode pengumpulan data…. . . …………. E. Prosedur penelitian . . . ………….

F. Teknik analisa data...……….

G. Metode keabsahan data………

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………. A. Identitas subjek.. . . ………….

1. Deskripsi Subjek Penelitian………...

B. Deskripsi hasil penelitian………..………... a. Hasil penelitian subjek I…… ……… b. Hasil penelitian subjek II………...……… c. Hasil penelitian subjek III……….. d. Hasil penelitian subjek IV………. . . ………. C. Hasil analisa data……….. D. Pembahasan ………. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ………..

A. Kesimpulan ……….

B. Saran ………...

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5

: : : : : :

Jadwal penelitian……… Identitas subjek……….. Hasil analisa subjek I……….. Hasil analisa subjek II……… ... Hasil analisa subjek III……… Hasil analisa subjek IV. ………..

29 32 50 54 58 62

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Lampiran B Lampiran C Lampiran D

: : : :

Surat Ijin penelitian ……… Informed Consent……… Guide Wawancara… ……… Verbatim Subjek………...

77 80 86 91

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. (2002). Analisis eksistensial untuk psikologi dan psikiatri. Refika

Aditama. Bandung

Alwisol. (2007). Psikologi kepribadian. UMM Press. Malang.

Bastaman, H, D. (1997). Intergrasi psikologi dengan islam menuju psikologi islami

pengantar : Djamaludin Ancok. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

Bastaman, H, D. (2007). Logoterapi psikologi untuk menemukan makna hidup dan

hidup bermakna. PT Rajafindo Persada. Jakarta.

Boediwarsono. (2002). Perawatan paliatif sebagai upaya utama nyata dalam

program penanggulanggan kanker di Indonesia. Pidato yang disampaikan dalam acara pengukuhan guru besar. Universitas Airlangga. Surabaya

Dianada, R. (2007). Mengenal seluk beluk kanker. Katahati. Yogyakarta

Fauzi, A, A. (2007). Implementasi perawatan paliatif di puskesmas kodya Surabaya.

Pusat pengembangan Paliatif dan bebas Nyeri. Surabaya. Diakses di (www.buku_pkb_vi bagian 408082008.com) pada tanggal 07.10.2010.

Frankl. V, E. (2003). Logoterapi, Terapi psikologi melalui pemaknaan eksistensi.

Kreasi Wacana. Yogyakarta.

---. (2004). Man’s search for meaning, mencari makna hidup, hakikat

kehidupan, makna cinta, makna penderiataan. Nuansa. Bandung

---. (2008). Optimisme ditengah tragedy analisis logoterapy. Nuansa.

Bandung

Hartini, N,. & Chusairi, A. (2004). Profil pasien wanita poli perawatan paliatif yang

berusia produktif dan sebagai ibu rumah tangga dalam jurnal psikologi. Universitas Airlangga. Jawa Timur

Hartini, N,. & Chusairi, A. (2005). Health seeking behavior para pasien poli

perawatan paliatif dalam jurnal psikologi. Universitas Airlangga. Jawa Timur

Jong, W. (2005). kaker apakah itu pengobatan dan harapan hidup dan dukungan

(20)

Koeswara. (1992). Logoterapi psikoterapi victor frankl. Kanisius. Yogyakarta

Kurniasri, Y. (2008). Skripsi, Perawatan paliatif pada penderita kanker dan tumor.

Universitas Muhammadiyah. Malang

Mahajudin , S, M. (2007). Peran psikogetiari dan perawatan paliatif dalam upaya

meningkatkan kesehatan para lanjut usia. Pidato yang disampaikan dalam acara pengukuhan guru besar. Universitas Airlangga. Surabaya

Menangani penyakit yang tidak bisa di sembuhkan. www. Detik Healtd. Com Menjadi relawan paliatif suka dukanya. www. Kiat sehat. Com

Menjadi relawan yuk. www. Menjadi relawan yuk.

Moleong, J. & Lexy, M, A. (2007). Metodelogi penelitian kulitatif. PT Remaja

Rosdakarya, Bandung.

Perawatan paliatif. www. JC Syhura's Blog

Perawatan paliatif belum dipahami. www. Bataviase.co.id.

Perawatan paliatif sejarah. www. Palliative-Care-History-(Indonesian).

Puskesmas dan RS swasta harus punya perawatan paliatif. www. puskesmas-rs-swasta-harus-punya-perawatan-paliatif.ht

Relawan paliatif itu bak malaikat. www.adibjatidiri. Blogs. seperti tercetak di Jawa pos. Senin, 27.10.2008

Santrock & Jhon, W. (1995). Life span development perkembangan masa hidup.

Erlangga. Jakarta.

Sugiyono. (2008). Memahami penelitian kualitatif. CV Alfabeta. Bandung.

Tejawinata. (2003). Perawatan paliatif. Makalah seminar nasional paliatif. Surabaya

Tejawinata, S, R. (t.t). Relawan dalam perawatan paliatif

Referensi

Dokumen terkait

Obyek ukur adalah komponen sistem pengukuran yang harus dicari karakteristik dimensionalnya, misal panjang, jarak, diameter, sudut, kekasaran permukaan dst, agar

Berdasarkan hal tersebut, dari lima galur yang diamati, yang memiliki karakter jumlah daun terbanyak, daun terpanjang dan terlebar serta diameter petiol paling

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, simpulan yang dapat diambil yaitu: (1) Pengembangan Multimedia Pembelajaran Interaktif IPA Terpadu Kelas VIII semseter 1

Dapat dilihat pada tabel tersebut, seluruh skenario uji coba yang telah dilakukan berhasil dan aplikasi berjalan dengan baik, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa

Pada perkembangannya, penamaan ini kemudian diterapkan juga pada mamalia lain termasuk manusia (Pearson et al. Berdasarkan lokasinya, neuron KA di otak mamalia dibagi menjadi enam

Pemberian minyak Nigella sativa dengan dosis 0,3 ml/hari dapat menurunkan persentase morfologi abnormal spermatozoa mencit diabetes

Aktivitas antioksidan dari tanaman sarang semut ini berkaitan dengan kandungan senyawa flavonoid dan polifenol (Cos, 2001) dimana senyawa ini memiliki gugus hidroksil

Dengan demikian, karakter yang berpotensi sebagai kriteria seleksi pada karakter volume standing stock (VPhn) adalah diameter setinggi dada (DBH) dan tinggi bebas cabang (Tbc);