• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRATEGI COPING SEBAGAI UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN PSIKOLOGIS IBU PENDERITA DEPRESI PASCA MELAHIRKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TRATEGI COPING SEBAGAI UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN PSIKOLOGIS IBU PENDERITA DEPRESI PASCA MELAHIRKAN"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI COPING SEBAGAI UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN PSIKOLOGIS IBU PENDERITA DEPRESI PASCA MELAHIRKAN

Tesis Sarjana S-2

Program Studi Magister Sains Psikologi

Diajukan oleh : Istiqomah NIM 09820012

PROGRAM PASCA SARJANA FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

TESIS

Dipersiapkan dan disusun oleh : ISTIQOMAH

Nim : 09820012

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 18 Nopember 2011

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Ketua : Dr. Latipun, M.Kes ……….

Sekretaris : Dra. Cahyaning S, M.Si, Psi ……….

Penguji 1 : Dr. Diah Karmiyati, M.Si, Psi ……….

(3)

STRATEGI COPING SEBAGAI UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN PSIKOLOGIS IBU PENDERITA DEPRESI PASCA MELAHIRKAN

TESIS

Yang diajukan oleh : Istiqomah NIM : 09820012

Telah disetujui

Tanggal 7 Desember 2011

Pembimbing Utama

Dr. Latipun, M.Kes

Pembimbing Pendamping

Dra. Cahyaning S, M.Si, Psi

Direktur Program Pascasarjana

Dr. Latipun, M.Kes

Ketua Program Studi Magister Psikologi

(4)

SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : Istiqomah

Nim : 09820012

Program Studi : Psikologi (Sains Klinis)

Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa :

1. Tesis dengan judul Strategi Coping Sebagai Upaya Pemenuhan Kebutuhan Psikologis Ibu Penderita Depresi Pasca Melahirkan adalah karya saya dan dalam naskah Tesis ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkkan orang lain, baik sebagian ataupun keseluruhan, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan di sebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka. 2. Apabila ternyata dalam naskah Tesis ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur

PLAGIASI, saya bersedia TESIS ini DIGUGURKAN dan GELAR AKADEMIK YANG TELAH SAYA PEROLEH DIBATALKAN, serta diproses sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

3. Tesis ini dapat dijadikan sumber pustaka yang merupakan HAK BEBAS ROYALTI NON EKSLUSIF.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Malang, 18 Nopember 2011

(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil’alamin ya Allah…Zat Penguasa semesta. Atas kehendak serta Rahman dan RahiimNya segala urusan akan berujung pada kebaikan. Yang keluasan pengetahuanNya senantiasa merahmati segenap penghuni alam. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, beserta segenap keluarga dan sahabatnya.

Tesis ini disusun sebagai salah satu prasyarat untuk mencapai gelar Magister Sains Psikologi. Pada prosesya karya ini telah menjadi sebuah pengalaman yang membawa penulis pada proses pembelajaran akademis sebagai bagian dari pengembangan diri dalam konteks pemahaman akan hakikat ilmu pengetahuan. Karya ini disusun dengan serba keterbatasan, berkat bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak karya ini bisa terwujud. Dengan segenap rasa hormat penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Muhadjir Effendy, M. Ap, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang.

(6)

3. Drs. Tulus Winarsunu, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

4. Yudi Suharsono, S.Psi, M.Si, Psi, selaku Ketua Program Studi Magister Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

5. Dra. Cahyaning, S, M.Si, Psi, selaku pembimbing pendamping yang telah banyak memberikan masukan demi kesempurnaan penulisan karya ini. Terima kasih atas kepercayaan dan arahan yang diberikan sehingga membangun sikap profesional dan peneliti bagi penulis.

6. Dr. Diah Karmiyati, M.Si, Psi. selaku penguji I yang telah banyak memberikan masukan dan dukungan demi kesempurnaan penulisan tugas akhir ini.

7. Dra. Siti Suminarti F, M. Si, Psi. selaku penguji II. Terimakasih atas masukan dan dukungan yang diberikan selama penulis menempuh studi lanjut dan penyempurnaan tugas akhir ini.

8. Rektor Universitas Muhammadiyah Jember, yang telah memberikan kesempatan bagi penulis dalam menempuh studi lanjut.

9. Ibu Nurlela Widyarini, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Jember yang telah memberikan ijin dan dukungan bagi penulis dalam menempuh studi lanjut.

(7)

11.Bapak Agung selaku HRD RSIA, yang telah banyak membantu penulis dalam proses penelitian di lapangan. Terima kasih telah menerima dan memfasilitasi penulis dalam pencarían data.

12.Para informan, yang telah bersedia berbagi cerita dan pengalaman hidup yang berharga kepada penulis. Terima kasih telah membawa penulis memehami lebih jauh dunia keibuan. Semoga Allah SWT senantiasa menganugerahi kemudahan dan kekuatan dalam menjalani peran mulia sebagai seorang ibu. 13.Ibu Panca Kursistin Handayani, S.Psi, M.A, Psikolog, sahabat yang telah

membantu mengeksplor kedalaman penelitian kualitatif. Terima kasih atas setiap diskusi dan sharing pengalaman yang menguatkan. Yang selalu tahu saat kapan harus ‘membiarkanku’ dan saat kapan harus ‘mencambukku’ …

thank you.

14.Umik dan Te Viro, saudara-saudaraku tercinta yang selalu ada dengan cinta dan do’a untukku. Terimakasih atas perhatian dan dukungan kalian Dik… Keberadaan kalian memberikan pengalaman yang mendewasakanku.

15.Ibu Murti, terima kasih atas semua bantuan dan dukungannya selama proses dan penyelesaian tugas akhir ini.

16.Saudara-saudara dan rekan kerja di Fakultas Psikologi UMJ, yang senantiasa membantu, memberi semangat, dan dukungan selama penyelesaian studi lanjut.

(8)

Dewi. Pak Imam dan Pak Askan. Andi dan Septian. Kenangan terindah adalah bertemu saudara-saudara baru di Malang. Semangat dari saudara-saudaraku sangat menginspirasi. The last but not least, rekan-rekan MAPRO UMM angkatan 2009. Tetap semangat…!!

(9)

DAFTAR ISI

E. Penelitian Terdahulu ...……… 18

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Depresi Pasca Melahirkan ... 22

1. Pengertian Depresi Pasca Melahirkan ... 22

2. Bentuk-bentuk Depresi Pada Masa Melahirkan ... 23

3. Kararkteristik Sosiodemografi Depresi Pasca Melahirkan ... 27

4. Kriteria Diagnostik ... 29

5. Gejala Depresi Pasca Melahirkan ... 31

(10)

7. Faktor Penyebab Depresi Pasca Melahirkan ... 34

a. Faktor Biologis ... 34

b. Faktor Obstetris ... 35

c. Faktor Klinis ... 36

d. Faktor Psikis ... 36

e. Faktor Sosial ... 37

f. Variabel Bayi ... 39

g. Faktor yang Tidak Berhubungan ... 41

8. Dampak dan Pengaruh Depresi Pasca Melahirkan ... 41

a. Depresi Pasca Melahirkan dan Hubungan Ibu-Bayi ... 41

b. Depresi Pasca Melahirkan dengan Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi ... 43

9. Upaya Prevensi dan Terapi terhadap Depresi Pasca Melahirkan ... 46

a. Intervensi Farmakologi ... 48

b. Intervensi Psikologis ... 48

c. Intervensi Psikososial ... 50

d. Quality Improvement Environment ... 52

e. Intervensi Hormonal ... 53

f. Intervensi Lainnya ... 56

B. Teori Dinamika Holistik ... 60

(11)

2. Perilaku Ekspresi dan Perilaku Mengatasi

(Expressive and Coping Behaviour) ... 68

3. Deprivasi Kebutuhan-kebutuhan... 69

4. Cinta, Seks, dan Aktualisasi-Diri ... 70

C. Kelekatan Pada Orang Dewasa (Adult Attachment) ... 71

1. Konsep Kelekatan Pada Orang Dewasa (Adult Attachment) ... 71

2. Model Kelekatan Pada Orang Dewasa ... 72

3. Kelekatan dan Gangguan Depresi ... 74

D. Strategi Coping (Coping Strategies) ... 75

1. Konsep Strategi Coping (Coping Strategies) ... 75

2. Sistem Kategori dalam Strategi Coping ... 76

E. Strategi Coping Untuk Pemenuhan Kebutuhan Psikologis Ibu Penderita Depresi Pasca Melahirkan ... 79

BAB III. METODE PENELITIAN A. Fokus dan Pendekatan Penelitian ... 83

B. Metode Pengumpulan Data ... 86

C. Penentuan Subyek Penelitian ... 93

D. Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 95

E. Teknik Analisis Data ... 98

F. Pemeriksaan Keabsahan Data ... 104

(12)

B. Deskripsi Kasus ………. 112

C. Kebutuhan Utama ……….. 150

1. Bentuk-bentuk Kebutuhan Psikologis ………. 150

2. Interaksi Antar Kebutuhan Psikologis ……… 163

3. Strategi Coping Yang Dipergunakan Untuk Memenuhi Kebutuhan Psikologis ………... 166

D. Adapatasi Kebutuhan Psikologis Ibu Penderita depresi Pasca Melahirkan Terhadap Peran Keibuan ... 168

E. Pembahasan ... 173

a. Dukungan dari pasangan sebagai media pemenuhan kebutuhan Love and Belonging ibu penderita depresi pasca melahirkan ... 173

b. Interaksi dengan anak sebagai bentuk proyeksi kebutuhan psikologis ibu penderita depresi pasca melahirkan ... 176

c. Peranan kebutuhan psikologis dalam pemilihan strategi coping ibu penderitan depresi pasca melahirkan ... 177

d. Implikasi terhadap Usaha Preventif di Masyarakat ... 181

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……… 183

(13)

2. Pola Interaksi Kebutuhan-kebutuhan Psikologis Ibu

Penderita Depresi Pasca Melahirkan ………... 184 3. Strategi Coping terhadap Pemenuhan

Kebutuhan-kebutuhan Psikologis Ibu Penderita Depresi Pasca

Melahirkan ………... 185

B. Saran ……….. 185

DAFTAR PUSTAKA 188

LAMPIRAN

Lampiran I : Panduan Wawancara Lampiran II : Panduan Observasi Lampiran III : EPDS

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Postpartum Affective Disorder: Onset, Durasi & Treatment ... 27

Tabel 2. Karakteristik Sosiodemografi ... 28

Tabel 3. Karakteristik / Gejala Depresi Pasca Melahirkan ... 32

Tabel 4. Prediktor Depresi Pasca Melahirkan ... 40

Tabel 5. Perbandingan Tradisi Parenting dan Romantic Attachment ... 73

Tabel 6. Metode Pengumpulan Data ... 93

Tabel 7. Jadwal Proses Pelaksanaan Penelitian ... 98

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Empat Kategori Model Adult Attachment ... 74

Gambar 2. Rangkaian Stressfull Life Events pada Ibu Dewi ... 125

Gambar 3. Rangkaian Stressfull Life Events pada Dik Ida ... 134

Gambar 4. Rangkaian Stressfull Life Events pada Mbak Dea ... 149

Gambar 5. Pola Interaksi Antar Kebutuhan Psikologis ... 165

Gambar 6. Pola Perkembangan Kebutuhan Psikologis Ibu Penderitan Depresi Pasca Melahirkan ... 172

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Alexander, R., Feeney, J., Hohaus, L., & Noller, P. (2001). Attachment style and coping resources as predictors of coping strategies in the transition to parenthood. Personal Relationship, 8, 137-152.

Allen, A.B. & Leary, M.R. (2010). Self-compassion, stress, and coping. Social and Personality Psychology Compass, 4(2), 107-118.

Allen, J.P. & Manning, N. (2007). From safety to affect regulation: Attachment from the vantage point of adolescence. New Directions for Child and Adolescence Development, 117, 23-39.

Alsa, A. (2004). Pendekatan kuantitatif dan kualitatif serta kombinasinya dalam penelitian psikologi: satu uraian singkat dan contoh berbagai tipe penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Alwisol. (2009). Psikologi kepribadian. (Edisi revisi). Malang: UMM Press.

APA. 2000. Diagnostical & statistical manual of mental disorder. (4th ed). Text revision (DSM-IV-TR TM). Whasington, DC: American Psychitaric Association.

Arif, IS. (2006). Dinamika kepribadian: Gangguan dan teorinya. Bandung: PT. Refika Aditama.

Ayahbunda. (2010, 26 Juli). Gwayneth Platrow berbicara tentang depresi paska melahirkan.

Banse, R. (2004). Adult attachment and marital satisfaction: Evidance for dyadic configuration effects. Journal of Social and Personal Relationships, 21(2). 273-282.

Barker, C., Pistrang, N., & Elliot, R. (2002). Research methods in clinical psychology. An introduction for students and practitioners. (2nd ed).

Chichester: John Willey & Sons, LTD.

Beck, CT & Driscoll, JW. (2006). Postpartum mood and anxiety disorders a clinician’s guide. Massachusetts: Jones and Bartlett Publishers, Inc. Bellack, L. (1993). The thematic apperception test, the childrens,s apperception

(17)

Bilszta, J., Ericksen, J., Buist, A., & Milgrom, J. (2006). Women’s experience of postnatal depression – beliefs and attitudes as barriers to care. Australian Journal of Advanced Nursing, 27 (3), 44-54.

Bolger, N. (1990). Coping as a personality process: A prospective study. Journal of Personality and Social Psychology, 59, (3), 525-537.

Bungin, B. (2007). Metodologi penelitian kualitatif: Aktualisasi metodologis ke arah ragam varian kontemporer. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Chew-Graham, CA., Sharp, D., Chamberlain, E., Folkes, L., & Turner, KM.

(2009). Disclousure of symtomps of postnatal depression, the perspectives of health professionals and women: a qualitative study.

BMC Family Practive, 10,(7), 1-9.

Cooper, PJ., Murray, LW., Wilson, A., & Romaniuk, H. (2003). Controlled trial of the short- and long-term effect of psychological treatment of post-partum depression impact on maternal mood. The British Journal of Psychiatry, 182, 412-419. 0007-1250

Creswell, J.W. (1988). Qualitative inquiryand research design: Choosing among five tradition. London: Sage Publications.

Davidson, L. (2004). Phenomenology and contemporary clinical practice: ontroduction to special issue. Journal of Phenomenological Psychology, 35(2), 149-162.

Dennis, T.R. & Moloney, M.F. (t.t). Surviving postpartum depression and choosing to be a mother. Southern Online Journal of Nursing Research (SOJNR), 9(4), 1-16.

DetikHealth. (2010, Selasa, 26 Juli). Depresi pasca melahirkan yang berujung pada bunuh diri.

Diakses

13 April 2011. alternative approach to back translation. Journal of International Marketing, 15 (1), 30–43.

(18)

Epperson, C.N. & Ballew, J. (2006). Postpartum depression: A common complication of childbirth dalam Hendrick, V. (2006). Current clinical practice: Psychiatric disorders in pregnancy and the postpartum principles and treatment.New Jersey:Humana Press Inc.

Feist, J. & Feist, G.J. (2008). Theories of personality. (Edisi kelima). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Friedman, H.S. & Schustack, M.W. (2008). Kepribadian: Teori klasik dan riset modern. (Edisi ketiga), (Jilid 1). Jakarta: Penerbit Erlangga.

Gauthier, L., Guay, F., Senecal, C., & Pierce, T (2010). Women’s depressive symptoms during the transition to motherhood: The role of competence, relatedness, and autonomy. Journal of Health Psychology, 15 (8), 1145-1156.

Gjerdingen, DK. & Yawn, BP. (2007). Pospartum depression screening: importance, methods, barries, and recommendations for practice.

Journal Am Board Family Medicine, 20 (3), 280-288.

Greco, A (2006). "Perfectionism, multiple roles, and postpartum depression: is perfectionism a factor in multiple-role women experiencing postpartum depression?". Paper Magister Program. School of Professional Psychology. University….

Greenglass, E. (2002). Chapter 3. Proactive coping. In E. Frydenberg (Ed.), Beyond coping: Meeting goals, vision, and challenges. London: Oxford University Press, (pp. 37-62).

Hachaturova, M. (2010). The role of personality traits in choosing of coping strategies in an organizational conflict. Moscow: World Academy of Science, Engineering and Technology.

Haeba, N. (2005). Depresi pasca melahirkan: Studi kasus pendekatan model kualitatif. Tesis Program Studi Psikologi Minat Utama Psikologi Klinis, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada.

Handayani, P.K. (2010). Analisis psikofenomenologi pada narapidana pelaku pedofilia: Pendekatan integratif: studi fenomenologi dan analisis klinis. Tesis Program Magister Sains Psikologi Minat Utama Psikologi Klinis, Program Magister sains Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.

(19)

Houppert, K. (2209). A mother who ate her owm baby. SgMummy.com.

Infobunda. (2010, 22 Mei). "Aku, ibu baru yang (pernah) depresi pasca persalinan"

Kleiman, K. (2009). Therapy and the postpartum woman. Notes on healing postpartum depression for clinicians and the women who seek their help. New York: Taylor & Francis Group, LLC.

Koentjaraningrat. (1991). Metode-metode penelitian mayarakat. (Edisi ketiga). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

KOMPAS.com. (2008, Minggu14 Desember). Gelisah setelah melahirkan. Diakses 13 April 2011.

LaMonde, L. (t.t). A comprehensive review of postpartum depression (PPD) for healthcare providers. 1-25.

Lever, J.P. (2008). Poverty, stressful life events, and coping strategis. The Spanish Journal Of Psychology, 11(1), 228-249.

Li, M-h. (t.t.). Actively coping with stressful situations: Is active coping a trait or a match between traits and stressful situations?. Article 39, 179-182. Ma, K. (2006). Attachment theory ini adult psychiatry. Part 1: Conceptualisations,

measurement and clinical research findings. Journal of Continuing Professional Development, 12, 440-449.

Manlove, J., Terry-Humen, E., Papillo, A.R., Franzetta, K., Williams, S., & Ryan, S. (2002). Preventing teenage pregnancy, childbearing, and sexually transmitted diseases: What the research shows. Washington, DC: Clhid Trends Research Briefs.

Marchand, J.F. (2004). Husbands’ and wives’ marital quality: the role of adult attachment orientations, depressive symptoms, and conflict resolution behavior. Attachment 7 Human Development. 6 (1), 99-112.

Marnat, G.G. (1990). Handbook of psychological assessment. 2nd ed. Canada: John Wiley & Sons.

Mayer, FS. & Sutton, K. (1996). Personality: an integrative approach. USA: Prentice-Hall, Inc.

(20)

Moleong, L.J. (2009). Metode penelitian kualitatif. Edisi revisi. Bandung : PT. adolescent romantic relationships. NIJ Journal, (261). 34-40.

Muñoz-Rivas, M.J., Gómez, J.L.G., O’Leary, K.D & Lozano, P.G. (2007). Physical and psychological aggression in dating relationships in Spanish university students. Psicothema. 19 (1), 102-107.

Nevid, SJ., Rathus, AS., & Greene, B. (2005). Psikologi abnormal. (Jilid 1).

Jakarta: Penerbit Erlangga.

O’malley, S. (2007). Luka cinta Andrea: Kasus psikologi ekstrem ibu yang membunuh kelima anaknya. New York: Pocket Star Books.

Omar-Fauzee, M.S., Rezawana, W., Abdullah, R., & Rashid, S.A. (2009). The Effectiveness of Imagery and Coping Strategies in Sport Performance.

European Journal of Social Sciences, 9(1), 97-108.

Parker, I. (2008). Psikologi kualitatif. (Ed 1). Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Poerwandari, E. K. (2005). Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku manusia. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Fakultas Psikologi UI.

Pope, S., Henderson, J., Watts, J., McDonald, S., & Evans, S., (2000). Postnatal depression:Not just the baby blues. Canberra: National Health and Medical Research Council Information Paper on Postnatal Depression. NHMRC.

Radano, L. (2007). Postpartum mood disorders: when mothers kill—the case of Mary Ellen Moffitt. Oxford: Oxford University Press.

Raj, A.D., Rabi, B., Amudha, P., Edwin, T.R., Glyn, C. (2010). Factors associated with teenage pregnancy in South Asia: a systematic review. Health Science Journal, 4,(1), 3-14.

(21)

Romm, A.J. (t.t.). Natural health after birth: Panduan lengkap usai kelahiran.

Obitiana Agency.

Segre, L.S., Losch, M.E., & O’Hara, M.W. (2006). Race/ethnicity and perinatal depressed mood. Journal Of Reproductive and Infant Psychology, 24(2), 99–106.

Shields, B. (2007). My Journey through postpartum depression: Kisah nyata sang bintang melawan depresi pasca melahirkan. Bandung: Qanita.

Smith, J.A, & Osborn, M. (2007) Interpretative phenomenological analysis. Chapter Four. In JA Smith. Qualitative Psychology: A practical guide to methods (2nd ed). London: Sage.

Stein, H., Koonzt, A.D., Fonagy, P., Allen, J.G., Fultz, J., Brethour, Jr., J.R., Allen, D., & Evans, R.B. (2002). Adult attachment; What are the underlying dimensions?. Psychology and Psychoterapy: Theory, Research and Practice, 75, 77-91.

Stewart, DE., Robertson, E., Dennis, CL., Grace, SL., & Wallington, T. (2003).

Postpartum depression: literature review of risk factors and interventions. University Health Network Women’s Health Program. Toronto Public Health.

Strauss, A. & Corbin, J. (2007). Dasar-dasar penelitian kualitatif. Tatalangkah dan teknik-teknik teoritisasi data. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Strodl, E. & Noller, P. (2003). The relationship of adult attachment dimensions to

depression and agoraphobia. Personal Relationships, 10, 171-185. Sulistyarini, I.R. (2010). Pelatihan kebersyukuran untuk meningkatkan proactive

coping pada survivor bencana gunung merapi. Proposal Penelitian. Yogyakarta: Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. Universitas Islam Indonesia.

Swann, C., Bowe, K., McCormick, G., Kosmin, M. (2003) Teenage pregnancy and parenthood: a review of reviews. London: HDA (Health Development Agency).

(22)

van Ijzendoorn, M.H. & Bakermans-Kranenburg, M.J. (1996). Attachment representations in mothers, fathers, adolescents, and clinical groups: A meta-analytic search for normative data. Journal of Consulting and Clinical Psychology, 64(1), 8-21.

VIVAnews. (2010, Senin, 2 Agustus). 10 Wanita cantik ini pernah alami depresi. Berikut ini seleb dunia yang punya niat bunuh diri atau melukai bayinya usai melahirkan. Diakses Rabu, 13 April 2011.

Wei, M., Liao, K,Y., Ku, T., & Shaffer, P.A. (2011). Attachment, self-compassion, empahaty, and subjective well-being among college students and community adults. Journal of Personality, 79(1), 191-221.

Wei, M., Shaffer, P.A., Young, S.K., & Zakalik, R.A. (2005). Adult attachment, shame, depression, and loneliness: The mediation role of basic psychological needs satisfaction. Journal of Counseling Psychology,. 52(4), 591-601.

www.KonsultasiAnak.tk. (2008, Sabtu, 19 Juli). Depresi pasca melahirkan. Yin, RK. (2009). Studi kasus. Desain & metode. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

(23)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehamilan, kelahiran seorang bayi dan menjadi seorang ibu merupakan peristiwa dan pengalaman penting dalam kehidupan perempuan dan pasangannya. Bagi banyak pasangan, pengalaman-pengalaman tersebut dimaknai secara positif dan merupakan fase transisi yang menyenangkan ketahap baru dalam siklus kehidupannya yang ditandai dengan perasaan bahagia. Lebih jauh perasaan bahagia ini tidak hanya dirasakan oleh pasangan itu sendiri, tapi juga segenap keluarga besar bahkan masyarakat pada umumnya yang cenderung mengembangkan persepsi positif terhadap peristiwa kehamilan dan kelahiran seorang bayi.

Namun demikian, sebagaimana layaknya suatu pengalaman baru atau tahap transisi dalam siklus kehidupan, peran baru ini juga menuntut adanya proses penyesuaian. Sebagaimana disampaikan dalam penelitian Alexander, et al. (2001), bahwa transisi dalam memasuki fase menjadi orangtua, atau dalam hal ini menjadi ibu, merupakan perubahan yang penting dalam perkawinan dan sering pula dihayati sebagai sebuah krisis. Sebagai sebuah fase dalam tahapan perkembangan, transisi menjadi orangtua atau ibu, dicirikan oleh adanya tekanan pada beberapa aspek, yaitu personal, keluarga, maupun perubahan sosial.

(24)

perasaan-perasaan negatif yang seakan sangat berbeda dari seharusnya perasaan-perasaan yang muncul ketika menghadapi kehadiran anak. Terhambatnya proses penyesuaian ini bisa berlangsung pada tingkatan yang ringan hingga parah dan mengganggu aspek kehidupan ibu beserta bayinya. Salah satu kondisi yang mengarah pada keterhambatan dalam penyesuaian dengan hadirnya seorang bayi dalam kehidupan ibu adalah depresi pasca melahirkan.

Depresi pasca melahirkan dialami oleh para ibu dari berbagai latar belakang sosial maupun negara, dari seorang ibu rumah tangga, ibu bekerja maupun public figure seperti artis maupun penulis. Brooke Shields dan Angelina Jolie adalah artis yang juga pernah mengalami depresi pasca melahirkan (VIVANews, 2010). Sementara kasus terbaru dialami oleh Aktris, Gwayneth Paltrow pada tahun 2006 (Ayahbunda, 2010). Mereka pada umumnya mengeluhkan mengalami fase emosi yang tidak stabil setelah kelahiran anak mereka. Pada fase tersebut, mereka mengatakan bisa menangis dan tertawa dalam waktu yang kurang tepat. Brooke Shields menceritakan bahwa besarnya kesedihan yang dia rasakan sesudah kelahiran bayinya sangatlah luar biasa. Bahkan sepertinya perasaan sedih itu tidak akan pernah meninggalkan dirinya (Shields, 2007).

(25)

merasa sangat depresi, sedih, tidak bisa tidur, merasa sendiri, dan merasa telah gagal menjadi seorang ibu yang baik karena tidak bisa menyusui bayinya, merasa bayinya seperti bukan anak yang dilahirkannya. Kondisi itu diperparah dengan tidak adanya suami yang membantu, karena bekerja diluar kota (Infobunda, 2010).

Keluhan sulit bahkan sampai tidak mau menyusui bayi yang dilahirkan, merupakan keluhan yang umum dirasakan ibu dengan depresi pasca melahirkan. Seperti yang dikeluhkan oleh seorang ibu yang bernama Ruli (35). Ia menolak menyusui dan merawat si kecil. Bahkan terkadang muncul perasaan benci terhadap bayinya sendiri (KOMPAS.com, 2008).

Dukungan dan bantuan dari suami sangat berperan dalam fase adaptasi keibuan ini. Keluhan biasanya muncul dalam bentuk merasa mendapat beban mengurus anaknya. Sebagaimana disampaikan Shanti (30) yang pernah bekerja di Jakarta dan kini tinggal di Yogyakarta menjadi sangat gelisah dan cemas berada sendirian di Jakarta karena suaminya bekerja di luar kota (KOMPAS.com, 2008).

Ibu penderita depresi pasca melahirkan tersebut berusaha mengatasi permasalahannya sendiri yang terkadang memakan waktu berbulan-bulan. Sikap membuka diri diakui oleh ibu dapat mempermudah proses adaptasi tersebut. Seorang ibu yang mengalami depresi pasca melahirkan menceritakan ia berusaha menyempatkan diri bertemu teman-teman dan merancang waktu untuk menyegarkan kembali dirinya disamping tugas-tugas pengasuhan (Infobunda, 2010).

(26)

baru sebagai seorang ibu. Upaya tersebut dikenal dengan istilah coping, yaitu usaha yang dilakukan untuk mengelola kebutuhan atau tuntutan pribadi dengan harapan lingkungan, sehingga tidak mengarah pada berkembangnya krisis yang berkelanjutan. Pada akhirnya, kemampuan melakukan coping ini dihayati sebagai sumberdaya individu dalam mengatasi krisis atau dalam proses penyesuaian dalam mengatasi masalah (Lever, 2008).

Hingga saat ini masih sedikit profesional yang menaruh atensi terhadap masalah ini. Hal ini tergambar dalam penelitian yang dilakukan oleh Gjerdingen & Yawn (2007). Survei yang dilakukan terhadap ibu penderita depresi pasca melahirkan tersebut mengindikasikan bahwa mereka tidak ditanya oleh pihak pelayanan kesehatan, meskipun mereka merasa perlu untuk ditanya tentang kondisi keluarga dan resiko psikososial pada tahun-tahun awal periode pasca melahirkan. Sedangkan para penyedia pelayanan kesehatan ibu dan anak, mengungkapkan bahwa 57% dari mereka merasa bertanggung jawab untuk mengenali adanya depresi pasca melahirkan, namun hanya 32% dari mereka yang percaya diri dengan kemampuannya dalam mendiagnosa adanya depresi pasca melahirkan. Pada sampel yang lain, 49% menyatakan dirinya kurang mendapatkan edukasi dan pelatihan serta tidak terbiasa dengan alat pendeteksi depresi pasca melahirkan.

(27)

meninggal di usia 48 tahun pada 25 Maret 2010. Selanjutnya penyebab Elspeth bunuh diri diketahui terkait dengan depresi yang dideritanya sejak melahirkan putri pertamanya. Elspeth selalu merasa dia tidak layak hidup lagi dan merasa tidak mampu menjadi ibu yang baik (DetikHealth, 2010).

Sementara dampak ekstrim yang dapat dialami anak tergambar dari kasus Andrea Yates, seorang ibu lulusan SMA, asal Houston Amerika Serikat, ia membunuh kelima anaknya, dengan memasukkan mereka satu-persatu ke dalam

bathtube. Menurut para ahli, peristiwa tragis tersebut dipicu oleh depresi pasca melahirkan yang dialami Andrea setelah melahirkan anak kelimanya (O’malley, 2007). Kasus serupa juga pernah terjadi pada seorang ibu di kota Bandung Jawa Barat, bernama Aniek Qori’ah Sriwijaya yang berusia 31 tahun, ia lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan Planologi dengan IPK lebih dari 3. Ibu tersebut membunuh 3 orang anaknya yang berusia 9 bulan sampai 6 tahun dengan cara dibekap menggunakan bantal dan kasur (www.KonsultasiAnak.tk, 2008).

Depresi pasca melahirkan merupakan depresi mayor yang periode bermulanya depresi dalam jangka waktu empat minggu setelah melahirkan. Kondisi ini seringkali banyak dipicu oleh ketidakberhasilan ibu mengatasi situasi

stressfull pada saat menjalani peran baru sebagai orang tua, sehingga akan membawa ibu pada kondisi psikologis yang mengarah pada depresi pasca melahirkan (APA, 2000).

(28)

beberapa ibu dan bayinya. Meskipun model penanganan yang efektif telah tersedia, hanya lebih sedikit dari separuh kasus yang kemudian berhasil dikenali. Kondisi ini perlu diatasi melalui upaya-upaya pengembangan sistem yang terintegrasi secara menyeluruh dalam hal deteksi dini, intervensi dan follow-up

yang berkelanjutan (Gjerdingen & Yawn, 2007).

Kondisi tersebut tergambar dalam wawancara dengan dokter pelaksana pada RSIA Srikandi IBI Cabang Jember yang menjelaskan bahwa kasus depresi pasca melahirkan jarang ditemui pada persalinan dirumah sakit, karena kemunculannya biasanya 2-3 hari sesudah persalinan. Selanjutnya ditambahkan pula bahwa kemungkinan keluhan muncul sesudah ibu kembali kerumah. Indikasi atau perilaku yang mengarah pada kecenderungan munculnya keluhan teramati pada saat persalinan atau dalam masa perawatan di rumah sakit, seperti sikap manja yang diperlihatkan oleh ibu terhadap dokter maupun bidan yang menanganinya. Pada periode pasca persalinan tersebut biasanya ibu mengeluhkan tidak mau menyusui, takut saat persalinan, selalu bertanya pada bidan, dan tidak mau ditinggal oleh bidan. Sejalan dengan gambaran diatas adalah penelitian dari Bilszta, et al. (2006) yang menemukan bahwa ibu penderita depresi pasca melahirkan jarang mengeluhkan simtom yang dialaminya karena seringkali mereka tidak tahu tentang kondisi mereka serta bentuk-bentuk layanan yang disediakan terkait kondisi mereka tersebut.

(29)

mengurus anaknya, serta home care dari bidan setempat setelah kembali kerumah. Hal tersebut penting untuk dilakukan apabila menilik pada penelitian Kitzinger, et al. dalam Romm (tanpa tahun), yang menyatakan bahwa pemeriksaan postpartum

harus berfokus pada tantangan yang dihadapi ibu dalam kurun waktu tersebut dan harus memberikan kesempatan bagi ibu untuk mengekspresikan keprihatinan dan harapan mereka, baik secara fisik maupun emosional. Menutup penjelasannya dokter tersebut mengatakan bahwa keluhan biasanya muncul pada kelahiran anak pertama, hal ini lebih dikarenakan belum adanya pengalaman dalam berperan sebagai seorang ibu baru.

Depresi merupakan suatu keadaan yang biasa dialami oleh seorang ibu dan membutuhkan banyak biaya selama masa-masa pengasuhan anak. World Health Organization (WHO) mencatat bahwa gangguan depresi mayor sebagai gangguan terbanyak keempat yang diperkirakan akan menganggu masa-masa hidup individu selanjutnya. Tahun 2020, gangguan depresi diperkirakan akan naik ke peringkat kedua sebagai gangguan yang dapat menghambat kesejahteraan hidup manusia di dunia (Gjerdingen & Yawn, 2007).

(30)

Beberapa ibu yang mengalami depresi pasca melahirkan dapat berkembang ketahapan yang lebih parah. Simtom dari depresi pasca melahirkan antara lain: pikiran untuk menyakiti diri sendiri, pikiran untuk menyakiti bayi, merasa tidak berdaya, merasa asing terhadap diri sendiri dan bayi, merasa sangat bingung bahkan kurang mampu bersentuhan dengan realitas. Simtom ini dapat berlangsung selama beberapa minggu bahkan beberapa bulan. Hal ini sangat bervariasi pada setiap ibu (Nevid, dkk, 2005).

Ibu penderita depresi pasca melahirkan seringkali merasa kesepian, pikiran obsesif, cemas, kehilangan kendali, merasa bersalah, tidak aman, penurunan konsentrasi, takut hidup tidak dapat normal kembali, kehilangan emosi positif, kehilangan minat terhadap hobi, dan ketakutan dapat melukai diri sendiri maupun bayinya (Beck dalam Chew-Graham, et.al., 2009).

Meskipun depresi pasca melahirkan melibatkan ketidakseimbangan kimiawi atau hormonal yang terjadi karena melahirkan, terdapat faktor-faktor lain yang diasosiasikan dengan peningkatan risiko yang mencakup stress, ibu tunggal atau pertama menjadi ibu, masalah keuangan, perkawinan yang bermasalah, isolasi sosial, kurangnya dukungan pasangan dan anggota keluarga, riwayat depresi, atau memiliki bayi yang tidak diinginkan, sakit, atau memiliki bayi yang sulit secara temperamen (Nevid, dkk, 2005).

(31)

pasca persalinan, terutama bagi ibu merupakan masa-masa yang membahagiakan. Ternyata, terkadang kelahiran anak ini dapat pula mendatangkan kondisi stress bagi ibu. Terkait kondisi menekan pada masa awal pengasuhan bayi, Abidi (dalam Misri dan Reebye, 2006) menyebutnya dengan istilah parenting stress yang didefinisikan sebagai kesenjangan antara peran pengasuhan dengan sumberdaya yang dimiliki individu itu sendiri. Berdasarkan konsep ini, parenting stress

merupakan interaksi antara karakteristik orang tua dan anak serta variabel eksternal atau lingkungan.

(32)

mengembangkan pola adaptasi yang maladaptif, seperti simtom-simtom yang menyertai kemunculan depresi pasca melahirkan yang dialami ibu.

Pada kenyataannya, sisi lain dari periode pasca kelahiran yang dapat pula dirasa menekan oleh ibu ini, seringkali lepas dari perhatian masyarakat maupun keluarga dari si ibu itu sendiri. Hal ini terjadi kurang lebih karena persepsi masyarakat tentang kelahiran itu sendiri. Masyarakat pada umumnya menilai kelahiran merupakan peristiwa paling membahagiakan di sepanjang rentang kehidupan manusia dan selayaknya setiap perempuan berusaha untuk menjadi ibu yang baik.

Gambaran ibu yang baik ini berkembang sejalan dengan nilai-nilai moral yang diinternalisasi perempuan dari masyarakat. Ibu yang baik diharapkan bahagia ketika mendapati anaknya terlahir sehat, sabar dalam menangani anak mereka, selalu berpikir tentang anak sebelum berpikir tentang diri mereka sendiri, dan mereka harus menyusui anak mereka. Sebagai konsekuensi dari keyakinan ini, perempuan merasa bersalah dan seolah-olah menjadi ibu yang buruk ketika mereka tidak segera bahagia tentang kelahiran bayinya tetapi justru menginginkan ruang pribadi dan waktu untuk diri mereka sendiri. Semua ibu berharap mampu menyusui bayinya dan ketika hal itu tidak berhasil mereka merasa gagal sebagai seorang ibu (Edhborg, et al., 2005). Stigma menjadi ibu yang buruk lebih menakutkan dibandingkan dengan perasaan depresi itu sendiri (Bilszta, et.al,. 2006).

(33)

Pada akhirnya ibu-ibu tersebut menolak untuk membicarakan tentang perasaannya terhadap teman maupun kerabatnya. Para ibu merasa tidak alami sebagai seorang ibu dan melihat perasaan depresi mereka sebagai kelemahan dibandingkan sebagai suatu kondisi sakit (Edhborg, et.al, 2005).

Stigma yang diyakini para ibu tersebut tidak hanya berpengaruh pada pemahaman ibu terhadap depresi pasca melahirkan itu sendiri, tetapi juga pada proses terapi (Bilszta, et al., 2006). Stigma yang diasosiasikan dengan isu kesehatan mental pasca melahirkan berpengaruh pada keengganan perempuan untuk mencari maupun menerima informasi terkait depresi yang dialami (Zee, et al., 2009). Termasuk didalamnya ketakutan untuk membuka diri terhadap profesional kesehatan, karena akan dinilai sebagai ibu yang buruk (Chew-Graham, et al., 2009).

Depresi pasca melahirkan sebagai dampak atau resiko lebih lanjut dari stress yang dialami ibu, disatu sisi akan sangat berpengaruh terhadap interaksi

(34)

Anak-anak dari ibu yang mengalami depresi cenderung akan mengalami keterlambatan perkembangan pada aspek psikologis, kognitif, neurologis, dan motorik, dan beresiko memunculkan perilaku menghindar maupun rentan terhadap stress. Fakta yang dapat dikemukakan adalah, ibu yang depresi memiliki tingkat resiko 3 kali lebih tinggi dibandingkan ibu yang tidak depresi dalam hal masalah emosional anak. Serta 10 kali lebih beresiko terkait dengan hambatan relasi antara ibu dan anak. Mengingat keseriusan kondisi diatas, menjadi penting untuk memperhatikan dan menangani masalah depresi pasca melahirkan ini. Sejauh ini hambatan terbesar adalah pada masalah pengenalan secara luas dan mendalam tentang depresi pasca melahirkan itu sendiri, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada ketepatan diagnosa dan penanganannya (Gjerdingen & Yawn, 2007).

(35)

Beberapa penelitian yang dikembangkan telah hampir menuntaskan identifikasi terhadap ibu-ibu yang beresiko, dan beberapa faktor resiko kemunculan depresi pasca melahirkan digambarkan akan cenderung mengalami perubahan (Cooper, et.al., 2003). Namun penelitian yang mengeksplorasi faktor kepribadian belum banyak dilakukan, sebagaimana disampaikan dalam penelitian Verkerk, et al., (2005). Dikemukakan bahwa kepribadianmerupakan determinan yang stabil dalam munculnya depresi pasca melahirkan. Hal tersebut diutarakan pula oleh penderita depresi pasca melahirkan, bahwa kondisi yang dialaminya kemungkinan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: ketidakseimbangan hormonal dan juga karakter dirinya sendiri (Chew-Graham, et al., 2009). Sementara Edhborg, et al., (2005) menguraikan penghayatan para ibu yang menyatakan bahwa mereka berjuang menghadapi hidupnya selama masa depresi pasca melahirkan dalam tiga hal, yaitu: menghadapi dirinya sendiri, anaknya, dan pasangannya.

Jadi jelaslah bahwa pemahaman tentang karakter dari ibu penderita depresi pasca melahirkan penting dilakukan, mengingat faktor tersebut juga terlibat dalam proses adaptasi yang dilakukan oleh mereka. Dimana pada individu dengan karakteristik neuroticism akan cenderung mengembangkan coping yang kurang efektif, dan justru meningkatkan kecemasan mereka (Bolger, 1990).

(36)

Murray dalam konsepnya tentang kebutuhan (need). Murray (dalam Hjelle & Ziegler, 1987) mendefinisikan need sebagai sebuah konstruk yang dikenali dalam otak dan baik secara internal maupun eksternal mengorganisasikan proses-proses psikologis lainnya pada individu, seperti persepsi, berfikir, dan berbuat untuk mengubah kondisi yang ada dan tidak memuaskan. Pengertian tentang need

tersebut dapat pula dikatakan sebagai proses psikologis yang mempengaruhi dan mengarahkan tingkah laku individu.

Gambaran tentang kebutuhan untuk mengubah situasi yang tidak memuaskan muncul pula dalam penelitian yang dilakukan (Bilszta, et al,. 2006), dimana ibu penderita depresi pasca melahirkan seringkali mengulang pernyataan bahwa mereka butuh untuk dilihat sebagai seseorang yang mampu beradaptasi dengan tuntutan dari peran orangtua. Hal ini juga mengindikasikan menguatnya keinginan untuk tidak dilihat sebagai ibu yang gagal atau berbeda dengan yang lainnya.

Keinginan lain yang dimunculkan ibu penderita depresi pasca melahirkan terkait dengan perlunya dukungan dari pasangan ditemukan pada penelitian-penelitian sebelumnya, yang sebenarnya inheren didalamnya adaya kebutuhan akan dependensi, baik disampaikan atau tidak. Resiko perempuan untuk mengalami depresi pada periode pasca melahirkan meningkat manakala mereka tidak menemukan dukungan dalam memenuhi kebutuhan psikodinamik dasar (Montgomery, et al., 2009).

(37)

depresi pasca melahirkan tentang perilaku maupun perasaan yang ditampilkannya. Pemahaman yang tepat mengenai dinamika internal yang melandasi proses berkembangnya kebutuhan psikologis diharapkan akan mengarahkan pada pemahaman yang tepat mengenai fenomena gangguan ini. Pemahaman ini sangat bermanfaat dalam membentuk kesadaran dan pengetahuan para ibu, orang tua, keluarga, maupun profesional kesehatan mengenai fenomena depresi pasca melahirkan, sehingga mempermudah dalam pengembangan usaha-usaha preventif.

Sebelumnya penelitian tentang faktor resiko dari depresi pasca melahirkan biasanya menelusuri faktor eksternal; pada penelitian dibawah ini lebih memberikan perhatian pada kontribusi yang secara potensial dimiliki oleh faktor kepribadian. Penelitian terkait faktor kepribadian ibu penderita depresi pasca melahirkan dilakukan oleh Verkerk, et.al (2005) dengan hasil yang menunjukkan bahwa skor tinggi pada aspek neuroticism dapat diasosiasikan dengan meningkatnya kecenderungan munculnya simtom depresi selama masa pasca melahirkan. Sementara Greco (2006) melakukan penelitian yang didesain untuk melihat hubungan antara perfectionism dan depresi pasca melahirkan dan menjelaskan kuantitas dari peran-peran perempuan dengan kontribusi untuk perkembangan depresi pasca melahirkan.

(38)

tersebut, penilaian dan perasaan bersalah adakalanya berkembang sebagai proses

coping mereka, yang pada akhirnya justru akan meningkatkan perasaan tertekan mereka. Sebagaimana digambarkan dalam penelitian Bolger (1990), bahwa

coping merupakan komponen yang berinteraksi secara konsisten dengan teori traits mengenai kecemasan. Lebih jauh dijelaskan bahwa karakteristik kepribadian

neuroticism berhubungan dengan kecenderungan mengembangkan coping berupa

wishful thinking dan self-blame, utamanya ketika dihadapkan pada situasi yang menekan.

Terkait penelitian tentang kebutuhan psikologis ibu penderita depresi pasca melahirkan dilakukan oleh Gauthier, et al., (2010), yaitu kebutuhan akan

competence; relatedness; dan autonomy dalam kerangka self determanation theory. Merujuk pada self determanation theory, ketika kebutuhan psikologis ini terpuaskan, hal itu akan meningkatkan personal well-being. Sejalan dengan self determanation theory, hasil penelitian menggambarkan pentingnya motivasi untuk otonomi dan relasi dengan pasangan untuk mengembangkan well-being

perempuan selama masa transisi menjadi ibu.

B. Masalah / Fokus Penelitian

(39)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memahami dinamika kebutuhan psikologis ibu penderita depresi pasca melahirkandengan fokus penelitian pada:

(1) Memahami kebutuhan-kebutuhan psikologis dari ibu penderita depresi pasca melahirkan.

(2) Memahami pola interaksi kebutuhan-kebutuhan psikologis dari ibu penderita depresi pasca melahirkan.

(3) Memahami strategi coping yang dilakukan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan psikologis dari ibu penderita depresi pasca melahirkan.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan menambah masukan ilmiah secara teoritis dan menyeluruh tentang dinamika kebutuhan psikologis ibu penderita depresi pasca melahirkan, khususnya dalam bidang klinis. Secara praktis diharapkan bermanfaat bagi praktisi psikologi klinis serta lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dalam bidang kesejahteraan ibu dan anak, berupa dasar bagi penyusunan program-program pendampingan dan intervensi serta menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya berkaitan dengan depresi pasca melahirkan.

(40)

E. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang depresi pasca melahirkan telah banyak dilakukan diberbagai negara terutama dalam kajian Psikopatologi, Psikologi Kesehatan, dan riset-riset mengenai Tumbuh Kembang Anak, sementara di Indonesia penelitian mengenai gangguan ini masih terbatas. Berikut beberapa penelitian mengenai depresi pasca melahirkan yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya dan menjadi acuan penelitian kali ini, antara lain :

1. Bilszta, Ericksen, Buist, dan Milgrom (2006) meneliti tentang pengaruh pengalaman ibu penderita depresi pasca melahirkan terhadap keyakinan dan pilihannya untuk mencari bantuan atau perawatan. Penelitian mengeksplorasi aspek keluarga, teman, dan profesional kesehatan dalam memfasilitasi perawatan terhadap ibu. Sampel penelitiannya adalah 40 orang ibu yang mengalami depresi pasca melahirkan. Hasilnya menunjukkan bahwa sikap dan keyakinan dapat menjadi penghambat dalam menjalani perawatan. Delapan tema ditemukan yaitu: ekspektasi keibuan; kegagalan dalam melakukan

coping; stigma dan denial; lemahnya kesadaran maupun akses terhadap pelayanan kesehatan mental; support interpersonal; perawatan bayi; pencarian bantuan dan pengalaman perawatan serta hubungan dengan profesional kesehatan.

(41)

minggu ke 32 kehamilan. Clinical depression (Research Diagnostic Criteria)

dan depressive symptoms (Edinburgh Postnatal Depression Scale) diukur pada minggu ke 32 kehamilan dan pada bulan ke 3 (tiga), 6 (enam), dan 12 (dua belas) setelah melahirkan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingginya skor neuroticism dapat diasosiasikan dengan meningkatnya kecenderungan munculnya simtom depresi selama masa pasca melahirkan. 3. Dennis dan Moloney (tanpa tahun) meneliti tentang kehidupan dan

pengalaman ibu penderita depresi pasca melahirkan dilingkungan rural atau pedesaan. Desain penelitian ini adalah fenomenologi yang berupaya memperoleh catatan naratif terkait pengalaman ibu penderita depresi pasca melahirkan. Penelitian menemukan kecenderungan ibu merasa tidak paham tentang apa yang terjadi pada dirinya, sehingga merasa kehilangan diri sendiri. Peneliti merekomendasikan penelitian berikutnya mengeksplor lebih jauh tentang depresi pasca melahirkan terutama terkait traumatic event, serta bagaimana ibu membuat pilihan untuk menjadi seorang ibu.

(42)

efektivitas pengatasan masalah sehingga mengarahkan pada munculnya depresi pasca melahirkan.

5. Gauthier, Guay, Senecal & Pierce (2010) melakukan investigasi secara longitudinal pola relasi antara pemahaman ibu tentang pemuasan kebutuhan akan competence, relatedness, dan autonomy dengan simtom depresi selama transisi menjadi ibu. Partisipan berjumlah 331 ibu yang diperiksa selama kehamilan mereka dan 2 (dua) serta 5 (lima) bulan sesudah kelahiran. Hasil didapatkan berdasarkan structural equation modeling yang menggambarkan bahwa pemahaman ibu tentang pemenuhan kebutuhan mereka berhubungan dengan munculnya simtom depresi pada periode postpartum.

6. Greco (2006) meneliti 41 ibu yang baru melahirkan diperiksa terkait ada tidaknya kondisi depresi pasca melahirkan dan gambaran perfectionism

mereka serta mencatat sejumlah peran yang mereka lakukan. Hasilnya mengindikasikan bahwa perfectionism dapat menjadi prediktor bagi kemunculan depresi pasca melahirkan. Terutama, rumination sebagai faktor yang paling mampu memprediksikan depressi pasca melahirkan. Dari hasil juga dapat ditunjukkan hubungan antara kuantitas dari peran yang yang dilakukan ibu dengan perkembangan depresi pasca melahirkan. Rumination

(43)

Referensi

Dokumen terkait

Variabel kemampuan, kepuasan dan disiplin kerja secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai secara simultan yang didasarkan pada hasil pengujian nilai

KATAPENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis sebagai salah satu tugas akhir program akademik

Pada penelitian ini, dapat dikatakan bahwa adanya keterkaitan antara variabel bebas dan variabel terikat tersebut sehingga terdapat pengaruh terapi remedial

Di akhir pekan teknisi tetap dapat melakukan kunjungan untuk perbaikan dan perawatan produk MODENA di rumah Anda, sesuai dengan jadwal yang disepakati bersama. Spesifikasi dan

a. Pemuaian berbagai zat cair berbeda – beda, misalnya minyak kelapa lebih beasr dari pada air. Bila minyak kelapa dan air berada dalam wadah dengan suhu dan

Handal maksudnya bahwa setiap alat ukur harus dapat memberikan hasil pengukuran yang tepat, cermat, dan Untuk dapat menghasilkan soal yang sahih dan handal, penulis soal

Penelitian bertujuan untuk mengembangkan multimedia interaktif berbasis pendekatan saintifik pada materi hidrokarbon dan minyak bumi kelas XI IPA di SMAN 4 Kota

Jalan raya adalah jalur - jalur tanah di atas permukaan bumi yang dibuat oleh manusia dengan bentuk, ukuran - ukuran dan jenis konstruksinya sehingga dapat