ANALISIS KINERJA PEMUNGUTAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH KOTA PASURUAN SESUDAH OTONOMI DAERAH
TAHUN ANGGARAN 2007-2010
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai
Derajat Sarjana Ekonomi
Disusun oleh : YULIANGGA RAHARJO
07.620.151
SKRIPSI
ANALISIS KINERJA PEMUNGUTAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH KOTA PASURUAN SESUDAH OTONOMI DAERAH TAHUN ANGGARAN 2007-2010
Oleh:
Yuliangga Raharjo 07.620.151
Diterima dan Disahkan
Pada Tanggal: ………
Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi
( Dr. Nazaruddin Malik, M.Si )
Ketua Jurusan
( Dra.Siti Zubaidah, MM. Ak. ) Pembimbing I
( Drs. Dhaniel Syam, MM. Ak. )
Pembimbing II
✁ ✂✄☎✆✝ ✆✆✄✞ ✂✟✠✟ ✄✟✡ ✟ ✝✆✠✠☛✂✟ ✠✟
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan
saya, di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah
diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan
Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah diteliti atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini
dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“ Yesterday is History ”
“ Today is GifT “
“ Tomorrow is Mystery.. Do the best aS you can To do..”
“…Dream, Believe and Make It Happen….
KARYA KECILKU INI KUPERSEMBAHKAN UNTUK
Ibundaku tercinta, dan tak lupa untuk Alm.Ayah
Yang selalu ada di hatiku
Yang memberikan dukungan tiada henti
✖ ✗✘ ✗✙ ✚✛✜ ✗✛ ✘ ✗✢
Assalamu’alaikun Wr. Wb.
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan
rahmat dan hidayah-MU peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul :
“Analisis Kinerja Pemungutan Pajak dan Retribusi Daerah Kota Pasuruan
Sesudah Otonomi Daerah Tahun Anggaran 2007-2010”
Penelitian ini menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada
1. Bapak Drs. Dhaniel Syam, M.M, Ak dan Drs. Setu Setyawan, M.M selaku
Pembimbing Skripsi.
5. Kepala Dinas DPKKA Drs. Boedi Widayat, MM, Ka. Seksi Penetapan Ani
Hriani, S.Sos M.M , Ka. Seksi Akuntansi Arief Wibisono, SE. serta Staff
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan Dan Aset atas semua
kemudahan serta kerja sama selama proses penelitian, hingga akhirnya
penulis bisa mencapai gelar S1.
6. Ibunda tercinta, dan tak lupa alm. Ayah atas semua jasa yang tak bernilai
harganya yang telah diberikan, atas doa, dukungan, kerja keras
memperjuangkan hingga akhirnya bisa mencapai gelar S1 dan menjadi
pelita semangat dalam setiap langkah penulis.
7. Kakakq tersayang dan seluruh keluarga, yang selalu memberikan doa dan
dukungan. Kakakq dalam mengapai kehidupan, berikan yang terbaik untuk
iv
8. Temen-temen kelas C akuntansi 2007, KKN 34, terima kasih atas doa serta
dukungannya dan yang sudah menjadi bagian hidup penulis dengan tawa
dan senyuman.Keep spirit to be success person guys.
9. Temen-temen koz di Wizma Zam-Zam : Goffar, Eko, Arif, Yudi, Fuad d,
dan Ilham terima kasih atas persahabatan, kekeluargaan, kebersamaan dan
bantuannya selama ini.
10. Terima Kasih Untuk sahabat ku Ani dan Linda, Terima kasih untuk
dukungannya serta semuanya selama ini. Ayo..semangat Kapan kalian
menyusul..
11. Semua pihak yang memberikan dukungan yang tidak dicantumkan.
Disadari bahwa dengan kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki
peneliti, oleh karena itu peneliti mengharapkan saran yang membangun agar
tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Malang, 16 Agustus 2011
vi
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...25
❧♠ ♥♦ ♣q♦r♦ st ♣✉ ♣✈q ✇ ①②③① s①④ ⑤ ⑥⑤♦s♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠⑦ ⑧ ⑨ ♠ ⑩♦ ⑥♦③① s①④ ⑤ ⑥⑤ ♦s♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠⑦ ❶ ❷♠ ❸♦❹⑤④❺♦s③① ♣q ♦❻♦❹♦s ♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠⑦❼
❽ ♠ ❸♦❹⑤④❾♦❹⑤ ❿➀➁ ①② ⑥⑤ ➂⑤⑥♦❹➃♠………♠⑦❼ ⑦ ♠ ❸♦❹⑤④❾♦❹⑤ ❿➀➁⑤❹⑤ ① s❹⑤♠………♠➄❽ ➄♠ ❸♦❹⑤④❾♦❹⑤ ❿➅❿ s ⑥r⑤q ✉❹⑤➄➄………
➆♠ ❸♦❹⑤④❾♦❹⑤ ❿③① r ⑥✉ ♣q ✉❻♦s……… ➄………❶ V. KESIMPULAN DAN SARAN... 40
❧♠ ➅①❹⑤♣➇ ✉④♦s♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠➆➈ ⑨ ♠ ➉♦ r♦s♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠♠➆❽ DAFTAR PUSTAKA...
DAFTAR TABEL
➊ ➋ ➌➍➎ ➏l ➐➑➒ ➓➔➍→ ➍➣↔ ↕ ↕➍➙ ➍↔➛ ➍➜ ➍➝➔➍↔➞➏ → ➙ ➟➎ ➠ ➡ ➟➔➍➏ ➙ ➍➢ ➌➣➤ ➥➥ ➦ ➧➤ ➥➒ ➥ ➨ ➋ ➌➍➎ ➏ ➩➐➑➤ ➓➔➍→ ➍➞ ➏ ➍ ➩➟ ➡➍➡ ➟➛ ➍➜ ➍ ➝➔➍ ↔➞ ➏→ ➙ ➟➎ ➠ ➡➟➔➍➏ ➙ ➍➢➌➣➤ ➥ ➥ ➦ ➧➤ ➥ ➒➥ ➫➋ ➌➍➎ ➏ ➩➐➑➭ ➓➞➍➡➟➯➲➳➏ ➝→➟➵➟→ ➍ ➡➛ ➍ ➜➍ ➝➔➍➏➙ ➍➢➌ ➣➤ ➥ ➥➒ ➦ ➧➤➥ ➒ ➥
➸➋ ➌➍➎ ➏ ➩➐➑ ➐ ➓➞➍➡➟➯➲➳➏ ➝→➟➵➟→ ➍ ➡➞ ➏ →➙ ➟➎ ➠ ➡➟➔➍➏➙ ➍➢ ➌➣➤ ➥ ➥ ➦ ➧➤ ➥ ➒➥ ➺➋ ➌➍➎ ➏ ➩➐➑➻ ➓➞➍➡➟➯➲➳➟➡➟➏ ↔ ➡➟➛ ➍➜ ➍➝➔➍↔➞ ➏→➙ ➟➎ ➠ ➡➟➌➣➤ ➥ ➥ ➦ ➧➤ ➥➒ ➥ ➼➋ ➌➍➎ ➏ ➩➐➑➽ ➓➞➍➡➟➯➾➯↔→➙ ➟➎➠ ➡➟➛ ➍➜ ➍➝➌➏ ➙➢ ➍➚➍➪➛ ➣➔➌ ➣➤ ➥➥ ➦ ➧➤➥ ➒ ➥ ➶ ➋ ➌➍➎ ➏ ➩➐➑ ➦ ➓➞➍➡➟➯➾➯↔→➙ ➟➎➠ ➡➟➞ ➏→ ➙ ➟➎ ➠ ➡➟➔➍➏ ➙ ➍➢ ➌➏➙ ➢ ➍➚➍➪➛ ➣➔➤ ➥ ➥ ➦➧➤ ➥ ➒➥ ➹ ➋ ➌➍➎ ➏ ➩➐➑ ➘ ➓➞➍➡➟➯➾➯↔→➙ ➟➎➠ ➡➟ ➌➟ ➍➪ ➌➍➢ ➠ ↔➛ ➍➜ ➍➝➚➍ ↔➞➏ →➙ ➟➎ ➠ ➡➟➔➍➏➙ ➍➢ ➴ ➋ ➌➍➎ ➏ ➩➐➑➒ ➥➓➞➍➡➟➯➛➏ ➙ →➠ ➷➎ ➠ ➢ ➍ ↔➛➍ ➜➍ ➝➚➍ ↔➞ ➏ →➙ ➟➎ ➠ ➡➟➔➍➏➙ ➍➢➤ ➥ ➥ ➦➧➤ ➥ ➒➥ ➊➬➋ ➌➍➎ ➏ ➩➐➑➒ ➒ ➓ ➞ ➍ ➡➟➯ ➛➏ ➙→ ➠ ➷➎ ➠ ➢ ➍ ↔➌➟ ➍➪ ➌➍➢➠ ↔➛ ➍➜ ➍➝ ➚➍➏ ➙ ➍➢ ➚➍↔➞➏ →➙ ➟➎ ➠ ➡➟
viii
DAFTAR LAMPIRAN
➮ ➱ ✃❐❒ ❮❰ Ï ❐Ð➮ÑÒÓ ÏÔ ❰ ÕÖÐ × ❐ÐØ ❐Ù❰ ÚÛÜ Ó Ý Õ❰ Þ❰Õ❐ Ùß ❐ÐÛÜ ❰Ù❰Ó Ð Ù❰ à ➱ ✃❐❒ ❮❰ Ï ❐ÐàÑÒÓ ÏÔ ❰ ÕÖÐ × ❐ÐØ ❐Ù❰ ÚáÚ Ð ÕÏ❰ âÖ Ù❰
ã➱ ✃❐❒ ❮❰ Ï ❐ÐãÑÒÓ ÏÔ ❰ ÕÖÐ × ❐ÐØ ❐Ù❰ ÚÒÓÏ ÕÖ ❒â Ö Ô ❐Ð
ìíFTAR PUSTAKA
î ï ðñòñ óaï ôõñ öñ÷øò ùú ûü û ùAnalisis Kinerja Pengelolaan anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah pada Pemerintah Kota dan Kabupaten Mojokertoùõýò ñþ ÿñöñ aý ñþøb✁ñýaÿñýa✂ô
✄a✁a✂☎✆✝aýø✁ öaÿ✞ýð✂ ð✟ñ✠✂ñ✡ ☛òÿñ öaÿ✄øïa✟✟ ☞ ñ óaï✄a✁a✂☎ù
✄ð☛✁☛ð✂☎ô✌☛xy J,Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Rosda Karya, Bandung, 2005
Nugraha dan Triantoro. 2004. Analisis Efektifitas Pajak Hotel dan Restoran dan
Kontribusinya Pada Pendapatan Asli Daerah di kota Bandung✍ Jurnal Administrasi.Vol 4, No 1.Hal 385-386
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah.
Pujiati, Yeni Sri. 2010. Analisis Kemandirian Keuangan Daerah Di Kabupaten Bojonegoro
Tahun 2005-2008. Skripsi tidak dipublikasikan, Malang: Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Malang.
Riduansyah, Mohammad. 2003. Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap
Pendapatan Asli Paerah (PAD) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) Guna Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah (studi kasus pemerintah
daerah kota bogor).Makara, Sosial Humaniora. Vol 7 , No 3, Desember. Hal 56
Setyaningsih, Aviningrum. 2009. Evaluasi Retribusi Pasar Terhadap Pendapatan Asli
✎✏ ✑a✏ ✒✓✎✏ ✑a✏ ✒✔ ✕✖✗b✘✙✚✛✏ ✑✜✏ ✕✢✙a ✣✜ ✤✜ ✥✦✧★a✩✗ ✏✧ ✪✪✫✬✕✏ ✬a✏✒✭✕✤ ✕✥✙✏✬a✩a✏✑a✕✥a✩✮
✎✏ ✑a✏ ✒✓✎✏ ✑a✏ ✒ ✔ ✕✖✗b✘✙✚ ✛✏ ✑✜ ✏ ✕✢✙a ✣✜ ✤✜ ✥ ✦ ✦ ★a✩✗ ✏ ✧✪✪✫ ✬✕✏✬a✏ ✒ ✭✕✥✙ ✤ba✏ ✒a✏ ✯✕✗a✏ ✒a✏ ✰✏ ✬a✥a ✭✕✤✕✥✙✏ ✬a✩✭✗✢a✬✑a✏✭✕✤✕✥✙✏ ✬a✩✱a✕✥a✩✮
✎ ✘✗✤✲✙ ✩✳a✗✘✮✧✪✪✴ ✮✵✶✷✸✹✺✸ ✻ ✼✽✾✶✹ ✿ ❀❁✷ ❂❃✼✶ ❄✎❅❅ ✭✥ ✕✢✢✲❅a✘a✏ ✒ ✮
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah yang
memberikan keleluasaan bagi masing-masing daerah untuk menyelenggarakan urusan rumah
tangganya sendiri, juga memberikan ruang bagi daerah untuk menggali dan mendayagunakan
potensi yang dimiliki secara optimal.
Otonomi daerah merupakan pemberdayaan daerah dalam pengambilan keputusan daerah
yang lebih leluasa untuk mengelola sumber daya yang di miliki dengan potensi dan kepentingan
daerah itu sendiri. Setiap daerah di tuntut untuk meningkatkan kemandirian. Salah satu tolak ukur
untuk melihat kesiapan daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah dengan mengukur
seberapa besar kemampuan keuangan daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerahh sendiri.
Sumber keuangan tersebut salah satunya bersal dari Pendapatan Asli Daerah (Setyaningsih 2009).
Suatu penyelenggaraan otonomi daerah dapat dikatakan berhasil jika sumber utama
keuangan dalam membiayai aktivitas daerah berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD). Salah
satunya adalah bagaimana daerah berusaha menggali dan mengelola sumber-sumber
pendapatannya secara maksimal sehingga bisa digunakan untuk mencukupi kebutuhan daerah.
Dalam hal ini, daerah dituntut untuk mengembangkan upaya penggalian dana secara maksimal
untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Pendapatan Asli Daerah merupakan faktor terpenting dalam pelaksanaan otonomi daerah,
2 menganalisis potensi daerah yang ada. Pentingnya analisis kinerja yakni bagi pemerintah daerah
bisa dijadikan bahan evaluasi dalam pengambilan kebijakan demi kemajuan pembangunan
wilayahnya. Dengan analisis yang dilaksanakan tiap tahun, maka daerah dapat memanfaatkan
potensi yang ada semaksimal mungkin demi kepentingan pembangunan daerahnya. Semakin
besar kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD),maka daerah akan semakin mampu melaksanakan tugas-tugas pemertintahan
dan pembangunan semakin lancar.
Sumber Pendapatan Asli Daerah diantaranya pajak daerah dan juga retribusi daerah dimana
daerah diberi kewenangan untuk melaksanakan pemungutan berbagai jenis pajak daerah dan
retribusi daerah yang berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan masyarakat. Hal ini digunakan
untuk meningkatkan pendapatan daerah dalam upaya pemenuhan kebutuhan daerah. Dimana
untuk mengatur tentang pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah diatur dalam
Undang-Undang Nomor 18 tahun 1997 yang di sempurnakan dengan undang-undang Nomor 34 tahun
2000 tentang pajak daerah dan retribusi daerah yang aturan pelaksanaanya berdasarkan pada
peraturan pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang pajak daerah serta peraturan pemerintah
Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah.
Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang
pribadi atau badan kepada Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat
dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintahan Daerah dan pembangunan Daerah. Sedangkan
retribusi daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan Daerahsebagai pembayaran
atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis ingin mengadakan penelitian mengenai:
“Analisis Kinerja Pemungutan Pajak dan Retribusi Daerah Kota Pasuruan Sesudah
Otonomi Daerah Tahun Anggaran 2007-2010.”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan rumusan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kinerja pemungutan pajak dan retribusi daerah kota pasuruan meliputi
efektifitas, efisiensi, kontribusi, dan pertumbuhan setelah otonomi daerah?
C. Batasan Masalah
Agar pembahasan masalah tidak melebar dan tujuan penelitian bisa tercapai, maka dalam
penelitian ini peneliti hanya aspek keuangan daerah dilihat dari aspek: Rasio Efektifitas dan
Efisiensi, Rasio Kontribusi dan Pertumbuhan di Kota Pasuruan setelah otonomi daerah tahun
2007–2010
D. Tujuan Penelitian
1. Menilai kontribusi hasil pemungutan pajak dan retribusi daerah kota pasuruan tahun
anggaran 2007-2010
2. Menilai bagaimana tingkat pertumbuhan hasil pemungutan pajak dan retribusi daerah kota
pasuruan tahun anggaran 2007-2010
3. Menilai bagaimana efektifitas hasil pemungutan pajak dan retribusi daerah kota pasuruan
tahun anggaran 2007-20010
4. Menilai bagaimana efisiensi hasil pemungutan pajak dan retribusi daerah kota pasuruan
4 E. Manfaat Penelitian
1. Dengan penelitian ini semoga dapat memberikan wawasan bagi penulis tentang hasil
pemungutan hasil pemungutan daerah yang berasal dari pajak dan retriusi daerah, dan
mengetahui target yang ditetapkan, serta diharapakan dapat memberikan sumbangan
pemikiran bagi pemkot Pasuruan untuk mengambil kebijakan dalam usahanya untuk
meningkatkan PAD guna membiayai pembangunan daerah, khususnya penerimaan yang
berasal dari pajak daerah dan retribusi daerah .
2. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam mengevaluasi besarnya sumber
retribusi daerah dan pajak daerah kota Pasuruan agar dapat memenuhi target yang ditetapkan.
3. Bagi peneliti lain dapat dipakai sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian lebih
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Riduansyah (2003) tentang Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap
Pendapatan Asli Paerah (PAD) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Guna
Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah (studi kasus pemerintah daerah kota bogor). Dimana
hasil penelitian dipeoleh Total kontribusi komponen pajak daerah terhadap penerimaan APBD
dalam kurun waktu tahun anggaran 1993/1994--2000 brkisar antara 7,07% -8,79%, dengan
rata-rata kontribusi per tahunnya sebesar 7,81% dengan pertumbuhan per tahun 22,89%. Kontribusi
pajak terbesar terhadap total penerimaan APBD diberikan oleh pajak hotel dan restoran serta
pajak hiburan. Pajak hotel dan restoran pada periode ini memberikan ratarata kontribusi sebesar
3,06% per tahunnya dan tumbuh rata-rata sebesar 32,64% per tahun. Sedangkan pajak hiburan,
pada kurun waktu yang sama memberikan ratarata kontribusi sebesar 1,96% per tahun dan
tumbuh rata-rata sebesar 8,58% per tahunnya. Untuk kontribusi komponen retribusi daerah
terhadap total penerimaan APBD dalam kurun waktu tahun anggaran 1993/1994--2000 berkisar
antara 8,36%-23,05%, dengan rata-rata kontribusi per tahunnya sebesar 15,61 % dengan
pertumbuhan per tahun 5,08%. Kontribusi retribusi terbesar terhadap total penerimaan APBD
diberikan oleh retribusi pasar dan retribusi terminal. Retribusi pasar pada periode ini memberikan
rata-rata kontribusi sebesar 3,25% per tahunnya dan tumbuh rata-rata sebesar 1,44% per tahun.
Sedangkan retribusi terminal, pada kurun waktu yang sama memberikan rata-rata kontribusi
sebesar 2,93% per tahun dan tumbuh rata-rata sebesar 5,02% per tahunnya. Dari data yang
6 penerimaan APBD Pemerintah daerah Kota Bogor sangat fluktuatif. Hal ini banyak diakibatkan
karena terjadinya perubahan peraturan perundang-undangan dalam kurun waktu tahun anggaran
1993/1994--2000, terakhir dengan diberlakukannya UU No. 34/2000 sebagai revisi dari UU No.
18/1997. Pemberlakuan undang-undang yang berbeda-beda ini menyebabkan jenis pajak daerah
dan retribusi daerah mengalami banyak perubahan, antara lain menyebabkan penghapusan jenis
pajak daerah dan retribusi daerah dan di saat yang sama juga memberikan peluang
dimungkinkannya ditarik jenis retribusi maupun pajak daerah yang baru. Untuk mendukung
pelaksanaan otonomi daerah, kiranya perlu bagi Pemerintah Daerah Bogor untuk memperhatikan
peluang yang ada. Dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 34 Tahun 2000, pemerintah
daerah dapat membuat pajak daerah serta retribusi baru asalkan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku serta kewenanganyang dimilikinya. Langkah ini merupakan
bentuk inovasi yang baik di samping tentunya mengintensifkan pelaksanaan penarikan pajak
daerah dan retribusi daerah yang telah diberlakukan sebelumnya.
Nugraha dan Triantoro (2004) tentang Analisis Efektifitas Pajak Hotel dan Restoran dan
Kontribusinya Pada Pendapatan Asli Daerah di kota Bandung. Dimana Hasil penelitian
menunjukkan kontribusi PHR terhadap PAD setiap bulan mengalami fluktuasi. Pada bulan
Januari kontribusi PHR terhadap PAD mencapai 28,02%, padahal berdasarkan potensinya PHR
pada bulan ini dapat mencapai 37,52% untuk kontribusi secara keseluruhan terhadap PAD.
Selanjutnya pada bulan Februari kontribusi PHR terhadap PADberdasarkan realisasi
mencapai 34,93%, sedangkan berdasarkan potensimencapai 45,96%, terlihat ada perbedaan yang
cukup besar diantara keduanya. Pada bulan berikutnya yaitu Maret, PAD mengalami kenaikan
akan tetapi PHR mengalami penurunan, adapun kontribusi PHR mencapai 27,30%, sedangkan
42,87%. Adapun untuk kontribusi PHR di bulanbulan berikutnya dapat terlihat pada gambar di
atas. Kontribusi PHR secara keseluruhan terhadap PAD yang cukup besar terjadi pada bulan
Juni dan bulan Desember, di bulan Juni terlihat perolehan PAD mencapai Rp.
21.469.316.390,- dua kali lebih besar dari perolehan bulanbulan yang lain, kontribusi PHR
pada bulan ini mencapai 34,78%, padahal potensi yang dapat diperoleh dari sektor PHR dapat
mencapai 39,28%. Pada bulan Desember dengan perolehan PAD sebesar Rp. 37.012.640.481,
kontribusi PHR mencapai 23,48 %, dengan potensi yang semestinya dapat diperoleh adalah
25,64 %. Ada beberapa hal yang bisa kita kaji berdasarkan kondisi di atas, peristiwa yang terjadi
pada bulan Juni dan Desember adalah banyaknya waktu libur, hal ini mengakibatkan banyak
turis yang datang dan berkunjung ke Kota Bandung untuk berlibur, mulai dari libur sekolah
dan juga libur menjelang tahun baru, hubungannya dengan pajak hotel dan restoran adalah
pada bulan-bulan ini banyak hotel dan restoran atau rumah makan yang mengalami kenaikan
perolehan akibat dari lonjakan pengunjung yang terjadi, sehingga salah satu cara untuk
memperoleh pendapatan lebih, banyak hotel dan juga restoran rumah makan yang
menaikkan tarif maupun harga makan. Hal inilah yang terkadang luput dari petugas pajak
sehingga dapat kita lihat justru kontribusi PHR pada dua bulan ini cukup kecil hanya
mencapai kira-kira 23,48 % (Desember), walaupun hal ini diakibatkan pula dari kenaikan
perolehan indikator-indikator lainnya diluar PHR. Secara keseluruhan selama tahun 2003
perolehan PAD Kota Bandung mencapai Rp. 214.085.220.383,-, dengan kontribusi PHR-nya
mencapai 30,56 %, yang mana merupakan kontribusi terbesar terhadap perolehan PAD. Potensi
yang semestinya dapat diperoleh kota Bandung dalam hal PHR mencapai 41,78 % atau hampir
setengahnya dari jumlah keseluruhan PAD Kota Bandung. Hal ini menunjukkan bahwa
8 penerimaan PHR apakah telah sesuai dengan potensi yang semestinya atau tidak.
B. Landasan Teori
1. Otonomi Daerah
Pengertian Otonomi Daerah. Menurut Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah yang dimaksud dengan otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan
kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dengan peraturan perundang-undangan. Daerah otonom
adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah tertentu, yang
berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Prinsip-prinsip Pemberian Otonomi. Prinsip-prinsip pemberian otonomi daerah dalam UU
No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yaitu:
a. Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan pada daerah Kabupaten
dan Kota, sedangkan otonomi daerah Provinsi merupakan otonomi yang terbatas.
b. Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan konstitusi Negara, sehingga tetap
terjalin hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, serta
antar pemerintah daerah. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan
kemandirian daerah otonom dan karenanya dalam Kabupaten dan daerah Kota tidak ada
lagi wilayah administrasi. Demikian pula di kawasan-kawasan khusus yang dibangun
oleh pemerintah/pihak lain, seperti Badan Otorisasi, kawasan pelabuhan, kawasan
semacamnya berlaku ketentuan peraturan daerah otonom.
c. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peranan dan fungsi badan legeslatif
daerah, baik sebagai fungsi legeslatif, fungsi pengawasan, maupun fungsi anggaran atas
penyelenggaraan Pemda.
d. Pelaksanaan asas dekonsentrasi diletakkan pada daerah Provinsi dalam
kedudukannya sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan kewajiban
pemerintah tertentu yang dilimpahkan kepada Gubernur sebagai wakil
pemerintah.
e. Pelaksanaan asas tugas pembantu di mungkinkan tidak hanya dari pemerintah kepada
daerah, tetapi juga dari pemerintah dan daerah kepada desa yang disertai dengan
pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia dengan kewajiban
melaporkan pelaksanaan dan mempertanggungjawabkan kepada yang menugaskan.
Tujuan Otonomi Daerah. Menurut Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah tujuan pemberian otonomi daerah adalah untuk memacu pemerataan
pembangunan dan hasil-hasilnya, meningkatkan kesejahteraan rakyat, menggalakkan
prakarsa dan peran serta aktif masyarakat serta peningkatan pendayagunaan potensi daerah
secara optimal dan terpadu secara nyata,dinamis dan bertanggung jawab. Bertanggungjawab
yang dimaksud adalah pemberian otonomi yang diupayakan untuk memperlancar
pembangunan dipelosok tanah air. Apabila dilihat dari sisi kepentingan Pemda, maka ada
tiga tujuan utama otonomi daerah yaitu:
a. Untuk mewujudkan political equality, artinya melalui otonomi daerah diharapkan akan lebih
10 politik ditingkat lokal maupun daerah.
b. Untuk menciptakan local accountability, artinya dengan otonomi a k a n
meningkatkan kemampuan Pemda dalam memperhatikan hak-hak masyarakat.
c. Untuk mewujudkan local responsibility, artinya dengan otonomi daerah diharapkan
akan mempermudah antisipasi terhadap berbagai masalah yang muncul dan sekaligus
menigkatkan akselerasi pembangunan sosial dan ekonomi daerah.
2. Pendapatan Asli Daerah
Pengertian Pendapatan Daerah. Menurut Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah, pendapatan daerah merupakan semua hak daerah yang diakui sebagai
penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.
Menurut Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, sumber-sumber
pendapatan daerah terdiri atas:
a. Pendapatan asli daerah, yaitu:
1) Hasil pajak daerah
2) Hasil retribusi daerah
3) Hasil perusahaan milik daerah,hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, dan
4) Lain-lain pendapatan daerah yang sah
1) Dana bagi hasil yang barsumber dari pajak dan sumber daya alam
2) Dana alokasi umum
3) Dana alokasi khusus
c. Pinjaman daerah
d. Lain-lain penerimaan daerah yang sah
Selanjutnya didalam penjelasan atas Undang-Undang No.33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang dimaksud
dengan PAD adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber- sumber dalam wilayahnya
sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundan-undangan
yang berlaku.
Sumber Pendapatan Asli Daerah. Menurut Undang-Undang No.33 tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, yang dimaksud
dengan PAD adalah pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi
daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah,
yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan
dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi.
Sesuai dengan prinsip otonomi daerah yang memberikan kewenangan yang luas, nyata
dan bertanggungjawab, penyelenggaraan pemerataan dan pembangunan daerah secara bertahap
akan semakin banyak diserahkan kepada daerah. Berbagai kebijaksanaan keuangan daerah
yang diambil diarahkan untuk semakin meningkatkan kemampuan dalam membiayai urusan
12 mencakup beberapa komponen utama yaitu:
a. Kebijaksanaan di bidang penerimaan
Yaitu untuk mendorong kemampuan daerah yang semaksimal mungkin dalam membiayai
urusan rumah tangganya sendiri
b. Peningkatan kemampuan organisasi pemerintah daerah termasuk kemampuan personil dan
struktur organisasinya.
Pendapatan asli daerah sebagai bagian dari pendapatan daerah termuat dalam Undang-Undang
No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, terdiri dari:
a. Hasil pajak daerah
Menurut Undang-Undang No.34 tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,
pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada
daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan Pemda dan pengembangan daerah.
b. Hasil retribusi daerah
Menurut Undang-Undang No.34 tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,
retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian
ijin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oeh pemerintah daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan. Retribusi daerah merupakan salah satu sumber
penerimaan yang dapat dipungut terus menerus mengingat pengeluaran pemerintah
c. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang di
pisahkan.
Yang dimaksud hasil perusahaan daerah adalah bagian keuntungan atau laba bersih
perusahaan daerah yang berupa pembangunan daerah dan bagian untuk anggaran
belanja daerah yang disetor ke kas daerah, baik bagi perusahaan daerah yang modalnya
untuk seluruhnya terdiri dari kekayaan daerah yang dipisahkan maupun bagi perusahaan
daerah yang modalnya sebagian terdiri dari kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis
penerimaan yang termasuk hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan,
antara lain bagian laba, deviden, dan penjualan saham milik daerah.
d. Lain-lain PAD yang sah
Menurut Undang-Undang No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah, lain-lain PAD yang sah bersumber dari:
1) Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan
2) Jasa giro
3) Pendapatan bunga
4) Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
5) Komisi, potongan, maupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan atau jasa oleh
daerah.
14 Kinerja keuangan daerah yaitu suatu proses mencatat dan mengukur semua hak dan
kewajiban yang dapat dijadikan sebagai kekayaan daerah untuk pencapaian pelaksanaan kegiatan
dalam arah pencapaian visi, misi, suatu pemerintah daerah (kabupaten, kota, provinsi).
Menurut Ulum (2009) Kinerja merupakan sebuah istilah yang mempunyai banyak arti.
Kinerja bisa berfokus pada input misalnya uang, staf atau karyawan, wewenang yang legal,
dukungan politis atau birokrasi. Kinerja bisa juga fokus pada aktifitas atau proses yang
mengubah input dan kemudian menjadi outcome, misalnya: kesesuaian program atau aktifitas
dengan hukum, peraturan, dan pedoman yang berlaku, atau standar proses yang telah ditetapkan.
Sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk
membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur financial dan non
financial. Sistem pengukuran kinerja dapat dijadikan sebagai alat pengendalian organisasi,
karena pengukuran kinerja diperkuat dengan menetapkan reward and punishement system.
Menurut Mardiasmo (2002) dalam Choiriyah (2010) Pengukuran kinerja sektor publik
dilakukan untuk memenuhi tiga maksud. Pertama, Pengukuran kinerja sektor publik
dimaksudkan untuk membantu memperbaiki kinerja pemerintah. Ukuran kinerja dimaksudkan
untuk dapat membantu pemerintah berfokus pada tujuan dan sasaran program unit kerja. Hal ini
pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi sektor publik dalam
pemberian pelayanan publik. Kedua, ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk
pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan. Ketiga, ukuran kinerja sektor publik
dimaksudkan untuk mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi
kelembagaan.
a. Tujuan Pengukuran kinerja menurut Mardiasmo (2002: 122) dalam Choiriyah (2010).
2) Untuk mengukur kinerja finansial dan non finansial secara berimbang sehingga dapat
ditelusuri perkembangan pencapaian strategi
3) Untuk mengakomodasi permohonan kepentingan manajer level menengah dan bawah
serta memotivasi untuk mencapai goalcongruence
4) Sebagai alat mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan kemampuan
kolektif yang rasional
b. Manfaat Pengukuran Kinerja:
Manfaat pengukuran kinerja antara lain sebagai berikut (Ulum, 2009):
1) Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja
manajemen
2) Meningkatkan kualitas produk dan jasa
3) Memberikan arah untuk mencapai target kerja yang telah ditetapkan
4) Membantu mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi
5) Untuk memonitor dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan membandingkannya
dengan target kinerja serta melakukan tindakan korektif untuk memperbaiki kinerja.
6) Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka memperbaiki
kinerja organisasi.
7) Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah.
8) Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif.
5. Jenis-jenis Pengukuran Kinerja Sektor Publik
Pengukuran kinerja organisasi sektor publik dapat dilakukan melalui 4 pendekatan (Mahsun,
2006:131) dalam Choiriyah (2010).
16 Analisis anggaran adalah pengukuran kinerja yang dilakukan dengan cara membandingkan
anggaran dengan realisasinya. Hasil yang diperoleh berupa selisih lebih (favourable
variance) atau selisih kurang (unfavourable variance). Teknik ini berfokus pada kinerja input
yang bersifat keuangan.
2) Analisis Laporan Keuangan
Pengukuran kinerja yang didasarkan atas perhitungan rasio keuangan, misalnya rasio
likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas dan rasio pasar. Sedangkan analisis rasio yang
bersumber dari keuangan daerah antara lain rasio kemandirian, rasio efektivitas dan efisiensi,
rasio pertumbuhan, dan rasio aktivitas.
3) Balanced scorecard Method
Pengukuran kinerja dengan berbasis pada aspek keuangan dan nonkeuangan. Dimensi
pengukuran mencakup 4 perspektif yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan,
perspektif proses bisnis internal, dan perspektif inovasi-pembelajaran.
4) Performance audit (pengukuran value for money)
Pengukuran dan pemeriksaan kinerja dengan berdasarkan pada ukuran ekonomi, efisiensi dan
efektivitas.
6. Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan merupakan salah satu alat ukur untuk menganalisa rasio keuangan
APBD yang telah ditetapkan dan telah dilaksanakan. Adapun hasil dari analisis rasio keuangan ini
selanjutnya digunakan sebagai tolak ukur dalam Halim (2002) dalam Choiriyah (2010):
1. Menilai kemandirian keuangan daerah dalam membiayai penyelenggaraan kegiatan
2. Mengukur efektivitas dan efisienasi dala merealisasi pendapatan daerah.
3. Mengukur sejauh mana aktivitas pemerintah daerah dalam membelanjakan pendapatan
daerahnya.
4. Melihat pertumbuhan atau perkembangan perolehan pendapatan dan pengeluaran yang
dilakukan selama periode tertentu.
Penggunaan analisis rasio pada sektor publik belum banyak dilakukan sehingga secara teori
belum ada kesepakatan secara bulat mengenai kaidah pengukurannya. Meskipun demikian, dalam
rangka pengelolaan keuangan daerah yang transparan ,jujur, demokratis, efektif, efisien, dan
akuntabel, analisis rasio terhadap laporan keuangan daerah perlu dilaksanakan meskipun kaidah
pengakuntansian dalam laporan keuangan daerah berbeda dengan laporan keuangan perusahaan
swasta.
7. Macam-macam Rasio Keuangan
Beberapa rasio yang dapat dikembangkan berdasarkan data keuangan yang bersumber dari
laporan keuangan daerah antara lain:
a. Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah
Rasio Efektivitas menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan
Pendapatan Asli Daerah yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan
berdasarkan potensi riil daerah. Semakin tinggi Rasio Efektivitas, maka semakin baik kinerja
pemerintah daerah. Standar rasio efektivitas adalah apabila rasio yang dihasilkan mencapai
minimal 1(satu) atau 100%. Semakin tinggi rasio efektivitas, maka menggambarkan
kemampuan daerah yang semakin baik.
18 Rasio yang menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan diterima. Kinerja pemerintah daerah
dalam melakukan pemungutan pendapatan dapat dikategorikan efisien apabila rasio yang
dicapai kurang dari satu (≤ 1) atau bibawah 100%. semakin kecil rasio efisiensi yang
ditunjukkan, maka kinerja pemerintah daerah semakin baik. Untuk itu pemerintah daerah
perlu menghitung secara cermat berapa besarnya biaya yang dikeluarkan untuk
merealisasikan seluruh pendapatan yang diterimanya, sehingga dapat diketahui apakah
kegiatan pemungutan pendapatan tersebut efisien atau tidak. Hal itu perlu dilakukan karena
meskipun pemerintah daerah berhasil merealisasikan penerimaan pendapatan sesuai target
yang ditetapkan, namun keberhasilan itu kurang memiliki arti apabila ternyata biaya yang
dikeluarkan untuk merealisasikan target penerimaan pendapatannya itu lebih besar daripada
realisasi pendapatan yang diterimanya Halim (2004) Dalam Pujiati (2010).
c. Rasio kontribusi
Rasio kontribusi digunakan untuk mengukur seberapa basar realiasi penerimaan pajak daerah
maupun retribusi daerah dan seberapa besar kontribusi atau sumbanagan penerimaan pajak
daerah maupun retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah (PAD). Standar rasio
kontribusi adalah apabila rasio yang dihasilkan mencapai minimal 1(satu) atau 100%.
Semakin tinggi rasio kontribusi, maka penerimaan pajak maupun retribusi daerah terhadap
pendapatan asli daerah yang semakin baik.
d. Rasio Pertumbuhan
Rasio pertumbuhan digunakan untuk mengukur seberapa basar kemampuan pemerintah
daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilannya yang telah dicapai dari
Rasio pertumbuhan ini dihitung dengan membandingkan selisih masing-masing komponen
pendapatan dan pengeluaran antara periode sebelumnya dengan periode sekarang dibagi
dengan jumlah periode sebelumnya yang menjadi dasar perhitungan untuk mencari selisih
20
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan pada Dinas pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset kota
pasuruan yang berlokasi di Jl. Pahlawan 20 Pasuruan
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian studi kasus yaitu menyajikan data-data yang di
dapat dari lokasi penelitian saja, tetapi juga melakukan analisis tentang data-data tersebut dan
menarik kesimpulan dari hasil analisis tersebut.
C. Jenis Data dan Sumber Data
Data yang di gunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif yaitu Laporan
Pertanggungjawaban APBD Pemerintah Kota khususnya data Laporan Realisasi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah. Sumber data sekunder. Sumber sekunder yang dimaksud data
target dan realisasi penerimaan pajak daerah, data target dan realisasi penerimaan Retribusi
daerah.
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan datanya yaitu, sebagai berikut:
a. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal – hal atau variabel yang berupa catatan,
transkip, buku agenda, notulen rapat, dan sebagainya. Untuk mencatat hal – hal yang bebas
melengkapi data data dalam penelitian ini), maka peneliti dapat menggunakan kalimat
bebas.
D. Teknik Analisis Data
Teknik analisa data yang digunakan untuk menilai kinerja hasil pemungutan pajak dan
retribusi daerah adalah menghitung besarnya rasio laporan keuangan daerah terdiri dari:
a. Menghitung Rasio Kinerja hasil pemungutan pajak dan retribusi daerah Kota Pasuruan.
a) Rasio Efektivitas Pajak Dan retribusi Daerah
Rumus:
Tingkat Efisiensi > 100% = Kurang Efisien
Tingkat Efisiensi < 100% = Efisien
c) Rasio kontribusi Pajak dan Retribusi Daerah
22 Rasio Kontribusi PD =
X 100%
Rasio Kontribusi RD =
X 100%
d) Rasio Pertumbuhan Pajak dan Retribusi Daerah
Rumus:
Rasio Pertumbuhan PD =
x 100%
Dimana :
RPXn−Xn-1 : Realisasi Pajak Daerah tahun yang dihitung – Realisasi Pajak daerah
tahun sebelumnya.
RPXn-1 : Realisasi Pajak daerah tahun sebelumnya.
Rasio Pertumbuhan RD =
x 100%
Dimana :
RPXn−Xn-1 : Realisasi Retribusi Daerah tahun yang dihitung – Realisasi Retribusi
daerah tahun sebelumnya.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian
1. Sejarah Umum Wilayah Kota Pasuruan .
PadaTahun 1671-1686 Pasuruan dibawah pemerintahan Bupati Onggo Djojo yang berasal
dari keturunan Kyai Brondong, yang kemudian mendapatkan perlawanan dari Untung Suropati,
sehingga melarikan diri ke Kota Surabaya. Tahun 1686-1706 Pasuruan dibawah pemerintahan
Djoko Untung Suropati dengan gelar Adipati Wironegoro. Tahun 1706-1743 Putera Djoko
Untung Suropati yang bernama Rahmat menggantikan kedudukan ayahnya dan meneruskan
perjuangannya sampai gugur dalam pertempuran melawan VOC .Tahun 1743 Darmoyudo IV
bernama Wongso Negoro Niti Negoro sebagai pengganti Rahmat, sejak itu VOC dapat
menguasai pantai utara pulau Jawa termasuk Pasuruan. VOC menganggap Kota Pasuruan
sebagai Kota Bandar karena keberadaan pelabuhannya untuk sarana transportasi perdagangan,
akhirnya Belanda mengadakan kegiatan perekomonian dengan mendirikan pabrik gula disekitar
Pasuruan. Bukti lain menyebutkan bahwa sejarah Kota Pasuruan dianggap penting oleh Ahli
Belanda dengan dibentuknya Staatgementee Van Pasuruan pada Juli 1916 dan ditetapkannya
sebagai Pelabuhan Pasuruan sejak tahun 1926 stbl.1926 Nomor 521 dengan perubahan stbl
1926 nomor 426 tanggal 14 agustus 1950 menjadi daerah otonom yang terdiri dari 19 desa
dalam 1 kecamatan. Tanggal 21 desember 1982 kotamadya Pasuruan diperluas menjadi 3
24
B. Data Penelitian
Berikut ini Data penelitian yang digunakan sebagai data penelitian meliputi data anggaran dan
realisasi pajak dan retribusi daerah tahun anggaran 2007 s/d 2010.
Tabel.4.1
Data Anggaran Pajak dan Retribusi di Kota Pasuruan
Tahun anggaran 2007 s/d 2010
Tabel.4.2
Data Realisasi Pajak dan Retribusi di Kota Pasuruan
Tahun anggaran 2007 s/d 2010
Komponen 2007 2008 2009 2010
P.Hotel 31.560.000 31.560.000 40.429.000 80.000.000
P.Restoran 81.600.000 81.600.000 90.904.752 155.000.000
P.Hiburan 24.850.000 27.450.000 25.623.000 16.850.000
P.Reklame 400.000.000 500.000.000 555.712.030 650.000.000
P.Penr jalan 4.040.000.000 4.240.000.000 4.993.004.110 5.154.000.000
JUMLAH 4.578.010.000,00 4.880.610.000,00 5.705.672.892,00 6.055.850.000,00
Ret.JasaUmum 5.011.811.200 7.828.080.750 11.756.395/750 13.189.796.520
Ret. Jasa Usaha 783.430.620 854.668.875 832.389.065 900.354.140
Ret.Prizinan Tertentu
585.640.000 720.229.300 675.291.250 753.573.250
JUMLAH 6.380.881.200,00 9.402.978.750,00 13.264.076.065,00 14.843.723.910,00
Berdasarkan pada tabel 4.1 dan tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa anggaran pajak dan
retribusi daerah Kota Pasuruan dari tahun ke tahun mengalami kenaikan kecuali pajak hiburan
yang berfluktuasi. Sedangkan untuk realisasi pajak dan retribusi daerah juga mengalami
kenaikan dari tahun ke tahun. Untuk pajak daerah dan retribusi daerah realisasi tertinggi hampir
semua terjadi pada tahun anggaran tahun 2010 kecuali pajak hiburan yang naik turun. Adapun
realisasi pajak dan retribusi daerah tertinggi pada tahun 2010 pajak hotel sebesar Rp.
102.177.615, Pajak restoran Rp 164.707.550, Pajak Reklame Rp. 164.707.550, Pajak Penerangan
jalan Rp. 5.825.353.517. Sedangkan retribusi umum, rertibusi jasa usaha dan retribusi perizinan
tertentu berturut-turut sebesar Rp. 13.822.125.785, Rp 845.743.011, Rp 1.013.055.29.
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Untuk mengetahui kinerja hasil pemungutan pajak dan retribusi daerah kota
Pasuruan dalam pembahasan ini digunakan alat analisis yang terdiri sebagai berikut:
1. Rasio Efektivitas Pajak dan Retribusi Daerah
P.Hotel 31.620.000 38.287.608 52.531.900 102.177.615
P.Restoran 81.960.000 74.242.940 108.033.625 164.707.550
P.Hiburan 15.837.000 16.100.750 24.383.100 10.285.000
P.Reklame 400.000.200 603.115.438 638.018.647 738.458.396
P.Penr jalan 4.225.938.678 4.741.812.585 5.451.370.130 5.825.353.517
JUMLAH 4.755.355.878,00 5.473.559.321.287,29 6.274.337.402,00 6.840.982.078,00
Ret.JasaUmum 5.479.911.190 7.930.191.485 12.076.084.779 13.822.125.785
Ret. JasaUsaha 801.137.280 824.044.355 764.875.015 845.743.011
Ret.Prizinan
Tertentu
739.869.187 805.934.244 666.400371 1.013.055.290
26
2. Rasio Efisiensi Pajak dan Retribusi Daerah
3. Rasio Kontribusi Pajak dan Rertibusi Daerah
4. Rasio Pertumbuhan Pajak dan Retribusi Daerah
Sedangkan untuk perhitungannya didasarkan pada data realisasi APBD Kota Pasuruan Tahun
Anggaran 2007 s/d Tahun Anggaran 2010. Hal ini dapat dilihat dari besarnya Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pemerintah Kota Pasuruan Sebagaimana yang terlihat
di tabel 4.3 berikut ini:
I. Rasio Efektifitas
Rasio efektivitas merupakan rasio yang membandingkan antara Pajak atau
Retribusi daerah yang ditargetkan dengan realisasi Pajak atau Retribusi daerah.
Tabel 4.3
Rasio Efektifitas Tiap Tahun Pajak Daerah
Tahun Anggaran 2007 s/d 2010
Komponen 2007 2008 2009 2010 Rata-Rata
P.Hotel 100,19% 121,32% 129,94% 127,72% 119,79%
P.Restoran 100,44% 90,32% 118,84% 106,26% 103,96%
P.Hiburan 63,73% 58,65% 95,16% 61,04% 69,64%
P.Reklame 100,00% 120,62% 114,81% 113,61% 112,26%
Sumber : DPPKA, Kota Pasuruan Tahun 2007 s/d 2010
Dari tabel di atas, tabel 4.3 diketahui bahwa ada beberapa pajak daerah yang sudah efektif
karena tingkat prosentasenya melebihi 100% dan mampu mencapai taget. Meskipun prosentase
pajak mengalami kecenderungan berfluktuasi, yakni setiap tahun tidak selalu menunjukkan
prosentase yang tetap,tetapi mengalami pola naik turun. Pajak yang efektif diantaranya P.hotel,
P.restoran, P.Reklame, P.penerangan jalan, dengan rata-rata tingkat efektifitas per tahun
berturut-turut 119,79 %, 103,96%, 112,26%, 109,66%, Kenaikan beberapa komponen pajak daerah
dikarenakan realisasi dapat tercapai melapaui apa yang sudah di anggarkan hal ini menunjukkan
bertambahnya kemampuan masyarakat berperan dalam pembangunan melalui pajak. Namun,
untuk pajak hiburan kurang efektif karena target yang telah ditetapkan tidak mampu dicapai pada
saat realisasi dan dengan prosentase rata-rata tingkat efektifitas 69,64 % setiap tahun. Hal ini
disebabkan,karena pada beberapa pos dalam pajak hiburan yang telah dianggarakan tetapai tidak
memberikan pemasukan sama sekali saat realisasi yang secara langsung berdampak tidak
tercapainya target.
Sumber : DPPKA, Kota Pasuruan Tahun 2007 s/d 2010
Dari tabel di atas, tabel 4.4 diketahui bahwa ada beberapa retribusi daerah yang sudah efektif
28
daerah mengalami kecenderungan berfluktuasi, yakni setiap tahun tidak selalu menunjukkan
prosentase yang tetap,tetapi mengalami pola naik turun. Retribusi daerah yang efektif
diantaranya Retribusi jasa umum dan juga retribusi perizinan tertentu dengan rata-rata tingkat
efektifitas per tahun berturut-turut 104,53%, dan 117,83%. Kenaikan beberapa komponen pajak
daerah dikarenakan realisasi dapat tercapai melapaui apa yang sudah di anggarkan hal ini
menunjukkan bertambahnya kemampuan masyarakat berperan dalam pembangunan melalui
retribusi. Namun, untuk retribusi jasa usaha kurang efektif karena target yang telah ditetapkan
tidak mampu dicapai pada saat realisasi dan dengan prosentase rata-rata tingkat efektifitas 96,14
% setiap tahun.
II. Rasio Efisiensi
Rasio efisiensi adalah rasio yang membandingkan antara realisasi biaya yang dikeluarkan
untuk memungut pajak ataupun retribusi daerah dengan realisasi penerimaaan pajak atupun
retribusi daerah.
Tabel 4.5
Rasio Efisiensi Pajak Daerah
Tahun Anggaran 2007 s/d 2010
Tahun Realisasi PD Biaya Pungutan PD Tingkat Efisiensi PD (%)
2007 4.755.355.878 142.660.676,34 3,00 %
2009 6.274.337.402 188.230.122,06 3,00 %
2010 6.840.982.978 205.229.489,34 3,00 %
Rata-rata 2,97%
Sumber : DPPKA, Kota Pasuruan Tahun 2007 s/d 2010
Dari tabel 4.5 di atas, terlihat bahwa biaya yang dikeluarkan untuk memungut pajak daerah
pada tahun 2007 s/d 2010 mengalami kenaikan dari kurun waktu empat tahun dengan rata-rata
sebesar 2,97% dan diimbangi dengan meningkatnya realisasi pajak daerah. Dilihat dari tingkat
efisiensi Kota Pasuruan pada tahun anggaran 2007 s/d 2010 diperoleh hasil yang efisien karena
tingkat efisiensi pendapatan asli daerah berada di bawah 100%. Untuk itu pemerintah daerah
perlu menghitung secara cermat berapa besarnya biaya yang dikeluarkan untuk merealisasikan
seluruh pendapatan yang diterimanya, sehingga dapat diketahui apakah kegiatan pemungutan
pendapatan tersebut efisien atau tidak. Hal itu perlu dilakukan karena meskipun pemerintah
daerah berhasil merealisasikan penerimaan pendapatan sesuai target yang ditetapkan, namun
keberhasilan itu kurang memiliki arti apabila ternyata biaya yang dikeluarkan untuk
merealisasikan target penerimaan pendapatannya itu lebih besar daripada realisasi pendapatan
yang diterimanya.
Tabel 4.6
Rasio Efisiensi Retribusi Daerah
Tahun Anggaran 2007 s/d 2010
Tahun Realisasi RD Biaya Pungutan RD Tingkat Efisiensi RD (%)
2007 7.020.917.657 210.627.529,71 3,00%
2008 9.560.170.084 286.805.102,52 3,00%
2009 13.507.360.165 405.220.804,95 3,00%
2010 15.680.924.086 470.427.727,58 3,00%
30
Sumber : DPPKA, Kota Pasuruan Tahun 2007 s/d 2010
Dari tabel 4.6 di atas, terlihat bahwa biaya yang dikeluarkan untuk memungut pajak daerah
pada tahun 2007 s/d 2010 mengalami kenaikan dari kurun waktu empat tahun dengan rata-rata
sebesar 3,00% dan diimbangi dengan meningkatnya realisasi pajak daerah. Dilihat dari tingkat
efisiensi Kota Pasuruan pada tahun anggaran 2007 s/d 2010 diperoleh hasil yang efisien karena
tingkat efisiensi pendapatan asli daerah berada di bawah 100%. Pemerintah daerah berhasil
merealisasikan penerimaan pendapatan sesuai target yang ditetapkan
III. Rasio Kontribusi
Rasio kontribusi digunakan untuk mengukur seberapa basar realiasi penerimaan pajak
daerah maupun retribusi daerah dan seberapa besar kontribusi atau sumbangan penerimaan
pajak daerah maupun retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah (PAD).
Tabel 4.7
Rasio Kontribusi Pajak Daerah Terhadap PAD
Tahun Anggaran 2007 s/d 2010
TA RPD PAD RPDA PAD (%)
2007 4.755.355.878 18.331.133.619,84 25,94 %
2008 5.473.559.321 27.183.431.287,29 20,20 %
2009 6.274.337.402 35.678.357.863,22 17,58 %
Rata-rata 20,92 %
Sumber : DPPKA, Kota Pasuruan Tahun 2007 s/d 2010
Pada tabel 4.7 di atas, dapat dilihat hasil realiasi pajak daerah atas total pendapatan Asli
Daerah pada tahun anggaran 2007 s/d 2010 mengalami naik turun, Rata-rata pajak daerah atas
pendapatan asli daerah kota pasuruan yaitu sebesar 20,92%. Jadi, komponen pajak daerah kota
pasuruan belum dapat dikatakan mencapai hasil yang baik, karena dari tahun ke tahun belum ada
yang mencapai 50% yang berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah. Pajak daerah kota
pasuruan masih potensial untuk memberikan pemasukan yang lebih besar lagi dan memberikan
kontribusi yang lebih besar. Hal yang bisa dilakukan yakni dengan menggali sumber pajak baru
dengan memperluas penghasilan dari pajak daerah misalnya Pajak Air Tanah, Pajak Sarang
2007 7.020.917.657 18.331.133.619,84 38,30%
2008 9.560.170.084 27.183.431.287,29 35,16%
2009 13.507.360.165 35.678.359.863,22 37,85%
2010 15.680.924.086 34.101.032.333,50 45,98%
Rata-rata 39,32%
Sumber : DPPKA, Kota Pasuruan Tahun 2007 s/d 2010
Dari tabel 4.8 di atas, bahwa penerimaan retribusi daerah Kota Pasuruan tahun
anggaran 2007 s/d 2010 berfluktuasi. Rata-rata retribusi daerah atas pendapatan asli daerah yaitu
32
mencapai hasil yang cukup baik karena sudah hampir mencapai 50% jika dibandingkan dengan
rata-rata pajak daerah. Pendapatan Asli daerah yang berasal dari retribusi daerah Retribusi
Daerah Jasa umum yang sangat potensial memberikan pemasukan bagi daerah misalnya dari
parker berlangganan. Namun, Retribusi yang ada diantaranya Retribusi jasa Usaha dan Retribusi
Perizinan Tertentu masih berpotensi memberikan kontribusi yang lebih besar lagi untuk PAD
kota Pasuruan. Pemerintah diharapkan mengoptimalkan pemasukan yang berasal daeri retribusi
dengan menggali potensi retribusi yang mungkin belum tergali selama ini.
Tabel 4.9
Rasio Kontribusi Tiap Tahun Pajak dan Retribusi Daerah
Tahun Anggaran 2007 s/d 2010
Sumber : DPPKA, Kota Pasuruan Tahun 2007 s/d 2010
Dari tabel di atas, tabel 4.9 diketahui bahwa ada beberapa pajak dan retribusi daerah yang
sudah memberikan kontribusi cukup besar terhadap pendapatan asli daerah diantaranya pajak
penerangan jalan,dan juga retribusi jasa umum dengan rata-rata tingkat kontribusi tiap tahun
sebsesar 18,21% dan 33,25%. Hal ini menunjukkan pajak penerangan jalan dan retribusi jasa
dan terus menggali potensi yang ada. Meskipun prosentase pajak dan retribusi mengalami
kecenderungan berfluktuasi, yakni setiap tahun tidak selalu menunjukkan prosentase yang
tetap,tetapi mengalami pola naik turun. Pajak dan retribusi daerah memberikan kontribusi
terhadap pendapatan asli daerah yang digunakan untuk pembangunan daerah,diantaranya P.hotel,
P.restoran, P.Reklame, serta Retribusi jasa usaha dan retribusi perizinan tertentu dengan rata-rata
tingkat kontribusi per tahun berturut-turut 0,18%, 0,37%, 2,08%, 3,00%, dan 2,95%. Dalam hal
ini,perlu dimaksimalkan lagi untuk pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame, retribusi jasa
usaha,dan juga retribusi perizinan tertentu sehingga mampu memberikan kontribusi yang lebih
baik dan bisa digunakan untuk pembangunan daerah. Namun, untuk pajak hiburan masih kurang
memberikan kotnribusi karena rata-rata tingkat kontribusi tiap tahun sebesar 0,05% tidak mampu
mencapai target pada saat realisasi karena target yang sudah ditetapkan tidak terpenuhi.
IV. Rasio Pertumbuhan
Rasio pertumbuhan digunakan untuk mengukur seberapa basar kemampuan pemerintah daerah
dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilannya yang telah dicapai dari satu periode
34
Tabel 4.10
Rasio Pertumbuhan Pajak daerah dan Retribusi Daerah
Tahun Anggaran 2007 s/d 2010
2008 5.473.599.321 15,10% 9.560.170.084 36,16%
2009 6.274.337.402 14,62% 13.507.360.165 41,28%
2010 6.840.982.078 9,03% 15.680.924.086 16,09%
Rata-rata 12,91%
31,17%
Sumber : DPPKA, Kota Pasuruan Tahun 2007 s/d 2010
Dari data tabel 4.10 diatas menunjukkan bahwa ada peningkatan dalam realisasi pajak
daerah serta realisasi retribusi daerah dari tahun ke tahun dengan rata-rata pertumbuhan 12,91%
untuk realisasi pajak daerah. Untuk pajak daerah tingkat pertumbuhan terbesar terjadi pada tahun
anggaran 2008 sebesar 15,10%, sedangkan tahun anggaran 2009 kenaikan sebesar 14,62% dan
tahun anggaran 2010 mengalami kenaikan 9,03%. Lebih lanjut, kenaikan terbesar pada realisasi
retribusi daerah kenaikan terbesar terjadi pada tahun anggaran 2009 dengan kenaikan sebesar
41,28%, untuk tahun anggaran 2008 kenaikan 36,16% serta tahun anggaran 2010 kenaikan
sebesar 16,09%. Secara keseluruhan perkembangan realisasi retribusi daerah cukup baik karena
tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi 31,17% mendekati 50% dengan demikian retribusi masih
berpotensial memberikan pemasukan untuk daerah yang lebih besar sehingga perlu
dimaksimalkan dalam menggali potensi pajak dan retribusi daerah sehingga pemerintah bisa
mempertahankan pertumbuhan tingkat pertumbuhannya yang sudah dicapai pada periode
Tabel 4.11
Rasio Pertumbuhan Tiap Tahun Pajak daerah dan Retribusi Daerah
Tahun Anggaran 2007 s/d 2010
Sumber : DPPKA, Kota Pasuruan Tahun 2007 s/d 201
Dari data tabel 4.11 diatas menunjukkan bahwa ada peningkatan dalam realisasi pajak
daerah serta realisasi retribusi daerah dari tahun ke tahun. Untuk pajak daerah tingkat
pertumbuhan terbesar terjadi pada tahun anggaran 2010 sebesar 94,50%. Pajak daerah
mempunyai tingkat pertumbuhan yang baik karena rata-rata pertumbuhannya diatas 50% yakni
50,92%. Lebih lanjut, beberapa pajak daerah dan retribusi daerah yang mempunyai tigkat
pertumbuhan cukup baik diantaranya P.restoran, P.reklame, ,Retribusi jasa umum, Retribusi
perizinan tertentu, dan P. penerangan jalan dengan rata-rata pertumbuhan 29,52%,
24,09%,37,17%,14,53% serta 11,34%. Sedangkan, untuk pajak hiburan tingkat pertumbuhannya
kurang karena selalu mengalami penurunan dan bahkan rata-rata pertumbuhan -2,13% sebaiknya
untuk pajak hiburan lebih dimaksimalkan dan menggalinya lagi sehingga dapat memberikan
36
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa
hasil kinerja daerah Kota Pasuruan tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 adalah sebagai
berikut:
1. Rasio efektifitas Pajak dan Reribusi daerah Kota Pasuruan pada periode 2007 s/d 2010
masuk dalam kategori efektif karena rata-rata tingkat efektivitas pajak dan retribusi daerah
diatas 100%, berarti kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan Pendapatan yang
berasal dari Pajak dan Retribusi semakin baik. Dilihat dari tingkat efisiensi Kota Pasuruan
pada tahun anggaran 2007 s/d 2010 diperoleh hasil yang efsien karena tingkat efisiensi
pendapatan asli daerah di bawah 100%.
2. Hasil perhitungan rasio pertumbuhan pendapatan asli daerah pada Pemerintah Kota Pasuruan
tahun anggaran 2007 s/d 2010 mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Dari hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa kemampuan daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan
keberhasilannya yang telah dicapai dari periode ke periode berikutnya masih perlu
ditingkatkan. Sedangkan untuk realisasi pajak daerah serta realisasi retribusi daerah dari
tahun ke tahun dengan rata-rata pertumbuhan 12,91% untuk realisasi pajak daerah dan
untuk retribusi daerah pertumbuhan tiap tahun sebesar 31,17%.
3. Rasio Kontribusi pajak dan retribusi Kota Pasuruan pada periode tersebut mengalamai
fluktuasi yaitu kontribusi pajak terhadap PAD dengan rata-rata sebesar 20,92% dan retribusi
daerah dalam merealisasikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berasal dari pajak dan
retribusi daerah kurang optimal. Dilihat dari tingkat kontribusi pajak dan retribusi daerah
Kota Pasuruan maka perlu menggali dan mengoptimalkan pemasukan daerah yang berasal
dari sumber tersebut.
B. Saran-saran
Adapun saran-saran yang dapat dikemukakan untuk pemerintah daerah Kota Pasuruan
adalah sebagai berikut :
1. Pemerintah Kota Pasuruan seharusnya lebih meningkatkan lagi sumber pendapatan asli
daerahnya yang di peroleh dari pajak daerah maupun retribusi daerah. Sehingga semakin
mampu untuk melakukan pembangunan daerahnya sendiri.
2. Pemerintah Kota Pasuruan sebaiknya meningkatkan pertumbuhan daerahnya yang telah
dicapai dengan mengoptimalkan potensi daerah, seperti pengoptimalan sumber daya alam