• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kaji Ulang Sistem Drainase Untuk Mengatasi Banjir Genangan Di Perumahan Villa Johor, Kec. Medan Johor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kaji Ulang Sistem Drainase Untuk Mengatasi Banjir Genangan Di Perumahan Villa Johor, Kec. Medan Johor"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

KAJI ULANG SISTEM DRAINASE UNTUK MENGATASI BANJIR GENANGAN

DI PERUMAHAN VILLA JOHOR, KEC. MEDAN JOHOR

Disusun oleh:

09 0404 061

ELGINA FEBRIS MANALU

Dosen Pembimbing:

19500817 1984111 1 001

IR. TERUNA JAYA, M.Sc

SUBJURUSAN TEKNIK SUMBER DAYA AIR

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

(2)

ABSTRAK

Perumahan Villa Johor merupakan salah satu perumahan di Kecamatan Medan Johor yang terkena banjir.Luas wilayah perumahan ini adalah 7836 m2.Perumahan ini telah dibangun selama 10 tahun tetapi belum ada pembenahan terhadap banjir yang terjadi.Genangan air mencapai 40-100 cm dan waktu terlama air surut mencapi 6 jam.

Dalam penelitian ini, curah hujan dianalisa dengan menggunakan empat metode distribusi.Curah hujan diperoleh dari Stasiun Polonia selama 20 tahun terakhir. Dari keempat distribusi frekuensi; Distribusi Normal, Distribusi Log-Normal, Distribusi Log Pearson II dan Distribusi Gumbel, diperoleh perhitungan dengan Distribusi Gumbel-lah yang menghasilkan nilai yang paling ekstrim. Data dianalisa untuk periode ulang 2 tahun dan 5 tahun.

Dari hasil analisis didapat debit rencana berdasarkan curah hujan dan debit air kotor. Hasil dari debit kumulatif digunakan untuk analisis hidrolika untuk mencari dimensi saluran. Perbedaan dimensi hasil perhitungan dan eksisting cukup ekstrim.Direncanakan pembuatan sumur resapan untuk 1 unit rumah berdarakan tipe rumah tersebut. Didapat volume air yang dapat ditampung, Tipe 100/160 = 69 liter, Tipe 48/90 = 14 liter, Tipe 64/105 = 16 liter

Dari hasil penelitian diharapkan adanya tindakan untuk mengatasi banjir genangan di Perumhan Villa Johor, baik untuk mengubah dimensi yang ada maupun pembuatan sumur resapan.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus karena hanya oleh anugerah dan

pertolonganNya-lah Tugas Akhir ini dapat dikerjakan.

Tugas akhir ini merupakan syarat untuk mencapai gelar sarjana Teknik Sipil

bidang struktur Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara,

dengan judul “KAJI ULANG SISTEM DRAINASE UNTUK MENGATASI

BANJIR GENANGAN DI PERUMAHAN VILLA JOHOR, KEC. MEDAN

JOHOR.”

Saya menyadari bahwa dalam menyelesaikan tugas akhir ini tidak terlepas dari

dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin

menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa pihak yang

berperan penting yaitu :

1. Bapak Ir. Terunajaya, M.Sc selaku pembimbing, yang telah banyak memberikan

dukungan, masukan, bimbingan serta meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam

membantu saya menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan selaku Ketua Departemen Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Ir. Syahrizal, MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil Fakultas

Teknik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak/Ibu seluruh staff pengajar Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara.

5. Pegawai Administrasi yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian

(4)

6. Bapak Binsar Simamora dan seluruh staff PT. Pandu Paramitra yang telah banyak

membantu dalam pengambilan data di penelitian ini.

7. Terutama kepada kedua orang tua saya, Bapak Gilbert Manalu dan Ibu Edelina

Hutagalung, S.Pd atas segalanya yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

8. Keluarga besar saya , Kak Eviasi, Kak Susi, abang Dedy dan bang Chairul atas

dukungan dari segala aspek selama ini.

9. Sahabat-sahabat saya Laura Naibaho, Rebeka Purba. Terimakasih atas doa dan

segalanya.

10. Sahabat seperjuangan di Teknik Sipil Sandy Sinaga, Erin Sebayang dan Grace

Simamora yang selalu memotivasi dengan mimpi selangitnya.

11. Rekan-rekan mahasiswa Teknik Sipil Angkatan 2009 yang tidak dapat dicantumkan

semuanya.

12. Teman-teman satu pelayanan di UKM KMK USU Unit Pelayanan Fakultas Teknik.

Terimakasih atas doanya.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih jauh dari kata

sempurna.Yang disebabkan keterbatasan pengetahuan dan kurangnya pemahamahan

saya dalam hal ini. Oleh karena itu, saya mengharapkan saran dan kritik yang

(5)

Akhir kata saya mengucapkan terima kasih dan semoga tugas akhir ini dapat

bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, April 2014

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR NOTASI ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 3

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Pembatasan Masalah ... 3

1.4 Tujuan ... 3

1.5 Manfaat ... 4

1.6 Metodologi ... ..4

1.7 Sistematika Penulisan,...5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Tinjauan Umum ... 7

2.2 Pengertian Banjir ... 7

2.2.1. Defenisi Banjir ... 7

2.2.2. Faktor Penyebab Banjir ... 7

2.2.3. Sistem Pengendalian Banjir ... 9

2.3 Drainase Perkotaan... 10

2.3.1. Defenisi Drainase ... 10

2.3.2. Jenis Drainase... 10

2.3.3. Pola Jaringan Drainase... 16

2.3.4. Bangunan-bangunan Sistem Drainase... .18

(7)

2.4.1. Siklus Hidrologi ... 22

2.4.2. Analisis Hujan ... 25

2.4.2.1.Hujan Kawasan ... 25

2.4.2.2. Cara Memilih Metode ... 28

2.4.3. Analisis Frekuensi dan Probabilitas ... 28

2.4.4. Koefisien Pengaliran ... 36

2.4.5. Perhitungan Koefisien Tampungan (Cs) ... 37

2.4.6. Perhitungan Waktu Konsentrasi ... 38

2.5 Analisis Intensitas dan Curah Hujan ... 39

2.5.1Rumus Talbot ... 39

2.5.2. Rumus Sherman ... 40

2.5.3. Rumus Ishiguro ... 40

2.5.4. Mononobe ... 41

2.6 Debit Banjir Rencana ... 41

2.6.1 Rumus Rasional ... 42

2.6.2 Debit Air pembuangan ... 44

2.7 Aspek Hidrolika ... 45

2.7.1 Kriteria Teknis ... 45

2.7.2 Bentuk Penampang Saluran ... 45

2.7.3 Perencanaan Dimensi Saluran ... 46

2.8 Sumur Resapan ... 48

2.8.1 Pengertian ... 48

2.8.2Fungsi Sumur Resapan ... 48

2.8.3Prinsip dan Teori Kerja Sumur Resapan ... 49

2.9 Persyaratan Umum dan Teknis Sumur Resapan ... 51

2.10 Perencanaan Dimensi Sumur Resapan ... 52

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 55

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 55

3.2 Alat dan Bahan ... 57

3.3 Kerangka Penelitian ... 57

(8)

3.4.1 Pengumpulan Data ... 59

3.4.1.2 Data Curah Hujan ... 60

3.4.2Pengolahan Data ... 61

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN... 64

4.1 Analisis Hidrologi ... 64

4.1.1. Analisis Curah Hujan Maksimum ... 64

4.1.1.1.Analisis Koefisien Aliran Permukaan ... 75

4.1.1.2.Analisis Intensitas Curah Hujan ... 78

4.2 Analisis Koefisien Aliran Permukaan ... 64

4.2.1.1.Perhitungan Waktu Konsentrasi ... 81

4.2.1.2.Analisis Intensitas Hujan... 84

4.2.1.3.Analisis Debit Rencana ... 86

4.3 Analisis Debit Air Kotor ... 87

4.4 Analisis Debit Kumulatif ... 88

4.5 Perencanaan Dimensi Saluran ... 88

4.6 Perbandingan Dimensi Perhitungan dan Eksisting ... 99

4.7 Perencanaan Sumur Resapan ... 99

4.8 Pengurangan Debit Akibat Sumur Resapan ... 101

BAB 5KESIMPULAN DAN SARAN ... 101

5.1 Kesimpulan ... 101

5.2 Saran ... 102

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1Variabel Reduksi Gauss ... 24

Tabel 2.2Faktor Frekuensi K untuk Distribusi Normal ... 25

Tabel 2.3Harga K untuk Distribusi Log Pearson III ... 26

Tabel 2.4Nilai Rata-rata dari Reduksi (Yn) ... 27

Tabel 2.5Standar Deviasi dari Reduksi Variasi ... 27

Tabel 2.6Nilai Reduksi Variasi ... 28

Tabel 2.7Koefisien Penyebaran Hujan ... 43

Tabel 2.8 Koefisien Pengaliran ... 45

Tabel 2.9Pembuangan Limbah Cair Rata-rata Orang per Hari ... 46

Tabel 2.10Harga Koefisien Manning ... 48

Tabel 2.11Nilai Tinggi Jagaan Menurut Klasifikasi Daerah ... 48

Tabel 2.12 Jarak Minimum Sumur Resapan ... 56

Tabel 3.1 Data Curah Hujan 20 Tahun Stasiun Polonia ... 64

Tabel 4.1 Analisa Curah Hujan Distribusi Normal ... 68

Tabel 4.2Analisa Curah Hujan Rencana Normal ... 69

Tabel 4.3Analisa Curah Hujan Distribusi Log Normal ... 70

Tabel 4.4Analisa Curah Hujan Rencana Distribusi Log Normal ... 71

Tabel 4.5Analisa Curah Hujan Distribusi Log Pearson III ... 72

Tabel 4.6Analisa Curah Hujan Rencana Distribusi Log Pearson III ... 73

Tabel 4.7Analisa Curah Hujan Distribusi Gumbel... 74

(10)

Tabel 4.9Intensitas Curah Hujan ... 80

Tabel 4.10Perhitungan Waktu Konsentrasi ... 83

Tabel 4.11 Perhitungan Intensitas Hujan... 85

Tabel 4.12 Perhitungan Debit Rencana ... 87

Tabel 4.13 Perhitungan Debit Air Kotor ... 87

Tabel 4.14 Perhitungan Debit Kumulatif ... 88

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Drainase Alamiah ... 13

Gambar 2.2Drainase Buatan ... 14

Gambar 2.3Pola Jaringan Siku ... 19

Gambar 2.4Pola Jaringan Paralel ... 19

Gambar 2.5Pola Jaringan Grid Iron ... 20

Gambar 2.6Pola Jaringan Alamiah ... 20

Gambar 2.7Pola Jaringan Radial ... 21

Gambar 2.8Siklus Hidrologi ... 25

Gambar 2.9Metode Poligon Thiessen ... 29

Gambar 2.10Sketsa Sumur Resapan ... 49

Gambar 2.11Prinsip Kerja Sumur Resapan ... 52

Gambar 2.12Sumur Resapan Kolektif di Bahu Jalan ... 58

Gambar 2.13Sumur Resapan Kolektif dalam Bentuk Kolam ... 58

Gambar 3.1 Lokasi Perumahan Villa Johor ... 60

Gambar 3.2Outlet Drainase Perumahan ... 60

(12)

DAFTAR NOTASI

A = Luas Daerah Aliran Sungai (Km²)

A = Luas Penampang Drainase (m²)

C = Koefisien Aliran Permukaan

Cs = Koefisien Tampungan

h = Kedalaman Penampang Drainase (m)

H = Beda Tinggi Permukaan (m)

I = Intensitas Hujan (mm/jam)

K = Faktor Frekuensi dari peluang atau periode ulang dan type Model Matematik

Distribusi peluang yang digunakan untuk analis peluang

L = Panjang lintasan aliran diatas permukaan lahan (m)

Ls = Panjang lintasan aliran didalam saluran/sungai (m)

n = Jumlah data pengamatan

n = Koefisien Manning

P = Keliling Basah

Qs = Laju Aliran permukaan (debit) saluran (m³/det)

QT = Debit hitung (m³/det)

(13)

R = Jari-jari hidrolis (m)

R24= Curah Hujan Maksimum harian selama 24 jam

S = Kemiringan rata-rata saluran utama

S = Reduksi Standart Deviasi ”Reduced Standard Deviation”

S = Standart Deviasi

Tc= Waktu Konsentrasi

To= Inlet time ke saluran terdekat (menit)

Td= Conduit time sampai ke tempat pengukuran (menit)

T = Lamanya hujan (jam)

V = Kecepatan aliran sungai (m/det)

X = Perkiraan nilai peluang yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T Tahunan

Xi = Data Ke-i

Y = Harga tengah Reduced Variate “Reduced Mean

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Data Curah Hujan Stasiun Polonia

Lampiran II Site Plan Perumahan Villa Johor

Lampiran III Contour Perumahan

(15)

ABSTRAK

Perumahan Villa Johor merupakan salah satu perumahan di Kecamatan Medan Johor yang terkena banjir.Luas wilayah perumahan ini adalah 7836 m2.Perumahan ini telah dibangun selama 10 tahun tetapi belum ada pembenahan terhadap banjir yang terjadi.Genangan air mencapai 40-100 cm dan waktu terlama air surut mencapi 6 jam.

Dalam penelitian ini, curah hujan dianalisa dengan menggunakan empat metode distribusi.Curah hujan diperoleh dari Stasiun Polonia selama 20 tahun terakhir. Dari keempat distribusi frekuensi; Distribusi Normal, Distribusi Log-Normal, Distribusi Log Pearson II dan Distribusi Gumbel, diperoleh perhitungan dengan Distribusi Gumbel-lah yang menghasilkan nilai yang paling ekstrim. Data dianalisa untuk periode ulang 2 tahun dan 5 tahun.

Dari hasil analisis didapat debit rencana berdasarkan curah hujan dan debit air kotor. Hasil dari debit kumulatif digunakan untuk analisis hidrolika untuk mencari dimensi saluran. Perbedaan dimensi hasil perhitungan dan eksisting cukup ekstrim.Direncanakan pembuatan sumur resapan untuk 1 unit rumah berdarakan tipe rumah tersebut. Didapat volume air yang dapat ditampung, Tipe 100/160 = 69 liter, Tipe 48/90 = 14 liter, Tipe 64/105 = 16 liter

Dari hasil penelitian diharapkan adanya tindakan untuk mengatasi banjir genangan di Perumhan Villa Johor, baik untuk mengubah dimensi yang ada maupun pembuatan sumur resapan.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Medan adalah kota kelima dengan jumlah penduduk terbanyak di

Indonesia. Jumlah penduduk kota Medan per 1 Februari 2013 adalah 2.983.868 jiwa.

Data Provinsi Sumatera Utara menunjukkan pertumbuhan penduduk yang selalu

meningkat. Namun, yang kemudian menjadi masalah adalah ketika daya dukung kota

terlampaui maka timbul berbagai permasalahan seperti kebutuhan akan fasilitas

infrastruktur. Akibatnya perubahan tata guna lahan berdampak negatif kepada kota itu

sendiri terutama menurunnya tingkat kenyamanan akibat terbatasnya areal tanah yang

ada. Secara lebih khusus perubahan tersebut berdampak kepada banjir dan genangan air

yang cenderung meningkat dari waktu ke waktu.

Banjir di kota Medan belakangan ini meningkat dan menjadi hal serius yang

harus segera diberikan solusi sebelum kerugian masyarakat bertambah. Yang dimaksud

banjir itu sendiri adalah hasil dari limpasan yang berasal dari curah hujan yang terlalu

besar untuk dapat dikungkung di dalam alur air rendah dari sungai-sungai.Manusia

hanya dapat berbuat sedikit saja untuk mencegah banjir besar, tetapi dapat mungkin

mengecilkan kerugian terhadap hak milik di dalam dataran banjir yang bersangkutan.

Salah satu permasalahan utama yang dihadapi di kawasan perumahan di

perkotaan adalah seringnya kejadian banjir yang sangat mengganggu aktivitas

penghuninya. Solusi untuk mengatasi banjir akibat limpasan air hujan pada kawasan

perumahan dapat dilakukan dengan cara pencegahan sedini mungkin melalui

(17)

Kecamatan Medan Johor adalah salah satu dari 21 kecamatan di Kota

Medan.Kecamatan ini merupakan daerah resapan air bagi Kota Medan.Pada tahun 2001,

kecamatan ini mempunyai jumlah penduduk sebesar 101.889 jiwa. Luas wilayahnya

adalah 14,58 km² dan kepadatan penduduk 6.988 jiwa/km².Secara Geografis terletak

antara 03o 32’’ 27’ Lintang Utara dan antara 98o 42’’ 01’ Bujur Timur.

Kecamatan Medan Johor terletak di wilayah selatan Kota Medan dengan batas-batas

sebagai berikut:

Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Selayang

Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Amplas

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Deli Serdang

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Polonia

Kawasan Medan Johor merupakan salah satu kawas

an yang sangat potensial untuk dijadikan areal pemukiman atau perumahan.

Salah satu perumahan di dalam kecamatan ini adalah Perumahan Villa

Johor.Permasalahan banjir kerap kali terjadi di perumahan ini dalam beberapa tahun

terakhir.Masalah ini ditimbulkan akibat curah hujan yang tinggi dan kondisi topografi

yang relatif rendah, sedangkan drainase tidak dapat menampung volume air yang terjadi

dan faktor kurangnya resapan air juga.Hal ini dapat dilihat dari halaman rumah yang

dilapisi beton.

Genangan air yang terjadi mencapai 40-100 cm dan lama genangan paling maksimal

bisa surut sampai 6 jam kemudian sehingga mengganggu aktifitas penduduk dan

menimbulkan gangguan perekonomian maupun lingkungan.

Untuk mengantisipasi masalah-masalah yang terjadi karena keadaan medan yang relatif

(18)

baru ataupun alternatif lain yang dapat mengatasi banjir genangan secara menyeluruh

dan terpadu.

1.2 Perumusan Masalah

Rumusan masalah yang dibahas dalam tugas akhir ini antara lain:

1. Berapa debit banjir yang terjadi pada periode tertentu pada daerah Perumahan

Villa Johor?

2. Berapa debit air pembuangan yang berasal dari Perumahan Villa Johor?

3. Berapa dimensi saluran drainase yang dapat menampung debit kumulatif (debit

banjir dan debit air kotor) pada Perumahan Villa Johor?

4. Bagaimana perbandingan dimensi saluran yang ada (eksisting) dengan dimensi

berdasarkan hasil perhitungan?

5. Bagaimana solusi yang paling efektif dan ekonomis untuk mengatasi banjir di

Perumahan Villa Johor?

1.3 Pembatasan Masalah

Dalam hal ini permasalahan dibatasi khususnya membahas masalah kondisi

saluran sekunder dan tersier saja.Hasil perhitungan dimensi saluran akan dibandingkan

dengan dimensi drainase drainase eksisting hasil pengamatan. Solusi paling efektif akan

direncanakan sesuai pertimbangan yang ada.

1.4 Tujuan

Tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk mengkaji ulang dimensi drainase yang

(19)

perhitungan.Dari hasil pengamatan, dicari solusi yang paling tepat untuk mengatasi

banjir genangan di daerah tersebut. Dengan adanya solusi tersebut diharapkan

perumahan akan bebas dari genangan banjir pada musim hujan sehingga tidak

mengganggu aktifitas perekonomian masyarakat di kawasan Perumahan Villa Johor.

1.5 Manfaat

Dengan adanya tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:

1. Bagi penulis: sebagai studi mahasiswa tentang mata kuliah yang berkaitan

dengan Hidrologi, Hidrolika, Drainase Perkotaan, yang telah didapat dalam

proses belajar-mengajar di lingkungan kampus dengan mengaplikasikannya di

lapangan. Salah satunya yaitu mahasiswa mampu menganalisa curah hujan

rencana, intensitas curah hujan, dan waktu konsentrasi, dan dapat pula

menganalisa kemampuan saluran primer yang sudah ada di lokasi yang ditinjau.

2. Bagi akademik: sebagai mutu pembelajaran dan dijadikan referensi bagi

pihak-pihak yang membutuhkan penelitian ini.

3. Bagi masyarakat: sebagai masukan yang dapat digunakan oleh pengelola agar

mempertimbangkan perbaikan saluran drainase (apabila diperlukan) juga bagi

masyarakat agar benar-benar mengerti kondisi saluran di sekitar mereka dan

(20)

1.6 Metodologi

Pada penelitian ini, metode yang dipakai adalah Deskriptif Evaluatif yaitu

metode penelitian yang mengevaluasi kondisi objektif/ apa adanya pada suatu keadaan

yang sedang menjadi objek penelitian (Supriharyono dalam Muttaqin, 2006 : 49).

Sumber data terdiri dari data primer dan data sekunder yang diperoleh dan instansi

terkait dan kajian pustaka.

Penelitian mengenai “Kaji Ulang Drainasse untuk Mengatasi banjir Genangan

Perumahan Villa Johor, Kec.Medan johor”.Penelitian ini dilakukan di wilayah studi

kasus Perumahan Villa Johor, Jalan Eka Rasmi, Kelurahan Gedung Johor.Sedangkan

waktu penelitian dilakukan bulan November 2013 sampai januari 2014.

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika pembahasan ini bertujuan untuk memberikan gambaran secara garis

besar isi setiap bab yang dibahas pada tugass akhir ini yaitu sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini mencakup latar belakang penulisan, perumusan masalah, natasan masalah,

maksud dan tujuan, manfaat, metodologi, dan sistematika penulisan.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini berisikan tentang dasar-dasar teori yang berkaitan tentang penulisan tugas

akhir.

BAB III. METODOLOGI

Bab ini berisikan uraian tentang urutan pelaksanaan penulisan tugas akhir yang

dilakukan mulai dari observasi di lapangan, pengumpulan data primer dan sekunder.

(21)

Bab ini berisi analisa data primer maupun sekunder serta perhitungan kembali dimensi

saluran berdasarkan data primer dan sekunder yang didapatkan.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan yang didapat dari seluruh proses kegiatan tugas akhir ini

serta saran berdasarkan hasil yang didapatkan terhadap pengembang maupun

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum

Banjir merupakan permasalahan umum terjadi di sebagian wilayah Indonesia,

terutama di daerah padat penduduk misalnya di kawasan perkotaan.Oleh karena itu,

kerugian yang ditimbulkannya besar baik dari segi materi maupun kerugian jiwa.Maka,

sudah selayaknya permasalahan banjir perlu mendapatkan perhatian yang serius karena

merupakan permasalahan di masyarakat. Dengan anggapan bahwa permasalahan banjir

merupakan masalah umum, sudah semestinya dari berbagai pihak perlu memperhatikan

hal-hal yang dapat mengakibatkan banjir dan sedini mungkin diantisipasi, untuk

memperkecil kerugian yang ditimbulkan.(Robert J. Kodoatie, “Banjir”)

Pengendalian banjir merupakan suatu yang kompleks. Dimensi rekayasanya

melibatkan banyak disiplin ilmu teknik antara lain: hidrologi, hidrolika, erosi DAS,

teknik sungai, morfologi & sedimentasi sungai, rekayasa sistem pengendalian banjir,

sistem drainase kota, bangunan air, dll. Di samping itu, suksesnya program

pengendalian banjir juga tergantung dari aspek lainnya yang menyangkut sosial,

ekonomi, lingkungan, institusi, hukum, dll. Pengendalian banjir merupakan bagian dari

pengelolaan sumber daya air yang lebih spesifik untuk mengendalikan debit banjir

umumnya melalui dam – dam pengendali banjir, atau peningkatan sistem pembawa

(sungai, drainase) dan pencegahan hal –hal yang berpotensi merusak dengan cara

mengelola tata guna lahan dan daerah banjir / flood plains. (Robert J. Kodoatie, “ PSDA

(23)

2.2 Pengertian Banjir

2.2.1 Definisi Banjir

Banjir adalah suatu kondisi di mana tidak tertampungnya air dalam

saluranpembuang (palung sungai) atau terhambatnya aliran air di dalam saluran

pembuang, sehingga meluap menggenangi daerah (dataran banjir)

sekitarnya.(Suripin,”SistemDrainase Perkotaan yang Berkelanjutan”).

2.2.2 Faktor Penyebab Banjir

Banyak faktor menjadi penyebab terjadinya banjir.Namun secara umum

penyebab terjadinya banjir dapat diklasifikasikan dalam 2 kategori, yaitu banjir yang

disebabkan oleh sebab-sebab alami dan banjir yang diakibatkan oleh tindakan manusia.

Yang termasuk sebab-sebab alami di antaranya adalah :

1. Curah hujan

2. Pengaruh Fisiografi

3. Erosi dan Sedimentasi

4. Menurunnya Kapasitas Sungai

5. Pengaruh Air Pasang

6. Kapasitas Drainase Yang Tidak Memadai

Sedangkan sebab-sebab yang timbul akibat faktor manusia adalah :

(24)

Kemampuan DAS, khusunya di bagian hulu untuk meresapkan air / menahan air hujan

semakin berkurang oleh berbagai sebab, seperti penggundulan hutan, usaha pertanian

yang kurang tepat, perluasan kota, dan perubahan tata guna lahan lainnya. Hal tersebut

dapat memperburuk masalah banjir karena dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas

banjir.

2. Kawasan kumuh

Perumahan kumuh yang terdapat di sepanjang tepian sungai merupakan penghambat

aliran. Luas penampang aliran sungai akan berkurang akibat pemanfaatan bantaran

untuk pemukiman kumuh warga. Masalah kawasan kumuh dikenal sebagai faktor

penting terhadap masalah banjir daerah perkotaan.

3. Sampah

Ketidakdisiplinan masyarakat yang membuang sampah langsung ke sungai bukan pada

tempat yang ditentukan dapat mengakibatkan naiknya muka air banjir.

4. Bendung dan bangunan lain

Bendung dan bangunan lain seperti pilar jembatan dapat meningkatkan

elevasi muka air banjir karena efek aliran balik (backwater).

5. Kerusakan bangunan pengendali banjir

Pemeliharaan yang kurang memadai dari bangunan pengendali banjir sehingga

menimbulkan kerusakan dan akhirnya menjadi tidak berfungsi dapat meningkatkan

(25)

Beberapa sistem pengendalian banjir memang dapat mengurangi kerusakan akibat

banjir kecil sampai sedang, tetapi mungkin dapat menambah kerusakan selama

banjir-banjir yang besar.Sebagai contoh bangunan tanggul sungai yang tinggi.Limpasan pada

tanggul pada waktu terjadi banjir yang melebihi banjir rencana dapat menyebabkan

keruntuhan tanggul, hal ini menimbulkan kecepatan aliran air menjadi sangat besar yang

melalui bobolnya tanggul sehingga menimbulkan banjir yang besar.(Robert J.Kodoatie,

Sugiyanto, “Banjir”).

2.2.3 Sistem Pengendalian Banjir (Flood Control Sistem)

Sistem pengendalian banjir pada suatu daerah perlu dibuat dengan baik dan

efisien, memperhatikan kondisi yang ada dan pengembangan pemanfaatan sumber air

mendatang. Pada penyusunan sistem pengendalian banjir perlu adanya evaluasi dan

analisis atau memperhatikan hal-hal yang meliputi antara lain :

1) Analisis cara pengendalian banjir yang ada pada daerah tersebut / yang sedang

berjalan.

2) Evaluasi dan analisis daerah genangan banjir, termasuk data kerugian akibat banjir.

3) Evaluasi dan analisis tata guna tanah di daerah studi, terutama di daerah bawah /

dataran banjir.

4) Evaluasi dan analisis daerah pemukiman yang ada maupun perkembangan yang akan

datang.

5) Memperhatikan potensi & pengembangan sumber daya air mendatang.

(26)

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut di atas dapat direncanakan sistem

pengendalian banjir dengan menyesuaikan kondisi yang ada, dengan berbagai cara

mulai dari dari hulu sampai hilir yang mungkin dapat dilaksanakan. Cara pengendalian

banjir dapat dilakukan secara struktur dan non struktur. (Robert J. Kodoatie, “ PSDA

Terpadu”).

2.3 Drainase Perkotaan

2.3.1. Defenisi Drainase

Drainase berasal dari kata drainage yang artinya mengeringkan atau

mengalirkan.Drainase merupakan sebuah sistem yang dibuat untuk menangani

persoalan kelebihan air, baik kelebihan air yang berada di atas permukaan tanah

maupun air yang berada di bawah permukaan tanah.Kelebihan air dapat disebabkan

intensitas hujan yang tinggi atau akibat durasi hujan yang lama.Secara umum, sistem

drainase dapat didefenisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk

menhurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan lahan, sehingga lahan

dapat difungsikan secara optimal.Dirunut dari hulunya, bangunan sistem drainase terdiri

dari saluran penerima (interceptor drain), saluran pengumpul (collector drain), saluran

pembawa (conveyor drain), saluran induk (main drain), dan badan air penerima

(receiving waters).Di sepanjang sistem sering dijumpai bangunan lainnya, seperti

gorong-gorong, siphon, jembatan air (aquaduct), pelimpah, pintu-pintu air, bangunan

terjun, kolam tando, dan stasiun pompa.Pada sistem lengkap, sebelum masuk badan air

penerima, air diolah dahulu di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), khususnya

untuk sistem tercampur. Hanya air yang telah memenuhi baku mutu tertentu yang

(27)

2.3.2. Jenis Drainase

Drainase dapat dikelompokkan berdasarkan :

• Cara terbentuknya

• Sistem pengalirannya

• Tujuan/sasaran pembuatannya

• Tata letaknya

• Fungsinya

• Konstruksinya

Drainase berdasarkan cara terbentuknya

Jenis drainase ditinjau berdasarkan dari cara terbentuknya, dapat dikelompokkan

menjadi:

1. Drainase alamiah (natural drainage)

Drainase alamiah terbentuk melalui proses alamiah yang berlangsung lama.

Saluran drainase terbentuk akibat gerusan air sesuai kontur tanah. Drainase

alamiah ini terbentuk pada kondisi tanah yang cukup kemiringannya, sehingga

air akan mengalir dengan sendirinya, masuk ke sungai-sungai. Pada tanah yang

cukup poreous, air yang ada di permukaan tanah akan meresap ke dalam tanah

(infiltrasi).

Air yang meresap berubah menjadi aliran antara sub surface flow mengalir

menuju sungai, dan dapat juga mengalir masuk ke dalam tanah (perkolasi)

hingga ke air tanah yang kemudian bersama-sama dengan air tanah mengalir

(28)

alamiah ini berupa sungai beserta anak-anak sungainya yang membentuk suatu

jaringan alur sungai.

2. Drainase buatan (artificial drainage)

Drainase buatan adalah sistem yang dibuat dengan maksud tertentu dan

merupakan hasil rekayasa berdasarkan hasil hitungan-hitungan yang dilakukan

untuk upaya penyempurnaan atau melengkapi kekurangan sistem drainase

alamiah.Pada sistem drainase buatan memerlukan biaya-biaya baik pada

perencanaannya maupun pada pembuatannya.

Drainase berdasarkan sistem pengalirannya

Jenis drainase berdasarkan dari sistem pengalirannya, dapat dikelompokkan

menjadi:

1. Drainase dengan sistem jaringan

Gambar 2.1 Terbentuknya Drainase Alamiah

(29)

Drainase dengan sistem jaringan adalah suatu sistem pengeringan atau

pengaliran air pada suatu kawasan yang dilakukan dengan mengalirkan air

melalui sistem tata saluran dengan bangunan-bangunan pelengkapnya.

2. Drainase dengan sistem resapan

Drainase dengan sistem resapan adalah sistem pengeringan atau pengaliran

air yang dilakukan dengan meresapkan air ke dalam tanah.Cara resapan ini

dapat dilakukan langsung terhadap genangan air di permukaan tanah ke

dalam tanah atau melalui sumuran/saluran resapan.Sistem resapan ini sangat

menguntungkan bagi usaha konservasi air.

Drainase berdasarkan tujuan/sasarannya

Jenis drainase berdasarkan dari tujuan pembuatannya, dapat dikelompokkan

menjadi:

1. Drainase perkotaan

Drainase perkotaan adalah pengeringan atau pengaliran air dari wilayah

perkotaan ke sungai yang melintasi wilayah perkotaan tersebut sehingga

wilayah perkotaan tidak digenangi air.

2. Drainase daerah pertanian

Drainase daerah pertanian adalah pengeringan atau pengaliran air di daerah

pertanian baik di persawahan maupun daerah sekitarnya yang bertujuan

untuk mencegah kelebihan air agar pertumbuhan tanaman tidak terganggu.

3. Drainase lapangan terbang

Drainase lapangan terbang adalah pengeringan atau pengaliran air di

(30)

taxiway sehingga kegiatan penerbangan baik take off, landing, maupun

taxing tidak terhambat.Pada lapangan terbang drainase juga bertujuan untuk

keselamatan terutama pada saat landing dan take off yang apabila tergenang

air dapat mengakibatkan tergelincirnya pesawat terbang.

4. Drainase jalan raya

Drainase jalan raya adalah pengeringan atau pengaliran air di permukaan

jalan yang bertujuan untuk menghindari kerusakan pada badan jalan dan

menghindari kecelakaan lalu lintas.Drainase jalan raya biasanya berupa

saluran di kiri kanan jalan serta gorong-gorong yang melintas di bawah

badan jalan.

5. Drainase jalan kereta api

Drainase jalan kereta api adalah pengeringan atau pengaliran air di

sepanjang jalur kereta api yang bertujuan untuk menghindari kerusakan

pada jalur kereta api.

6. Drainase pada tanggul dan dam

Drainase pada tanggul dan dam adalah pengaliran air di derah sisi luar

tanggul dan dam yang bertujuan untuk mencegah keruntuhan tanggul dan

dam akibat erosi rembesan aliran air (piping).

7. Drainase lapangan olahraga

Drainase lapangan olahraga adalah pengeringan atau pengaliran air pada

suatu lapangan olahraga seperti lapangan bola kaki dan lainnya bertujuan

agar kegiatan olahraga tidak terganggu meskipun dalam kondisi hujan.

(31)

Drainase untuk keindahan kota adalah bagian dari drainase perkotaan,

namun pembuatannya lebih ditujukan pada sisi estetika seperti tempat

rekreasi dan lainnya

9. Drainase untuk kesehatan lingkungan

Drainase untuk kesehatan lingkungan merupakan bagian dari drainase

perkotaan, di mana pengeringan dan pengaliran air bertujuan untuk

mencegah genangan yang dapat menimbulkan wabah penyakit.

10.Drainase untuk penambahan areal

Drainase untuk penambahan areal adalah pengeringan atau pengaliran air

pada daerah rawa ataupun laut yang tujuannya sebagai upaya untuk

menambah areal.

Drainase berdasarkan tata letaknya

Jenis drainase berdasarkan tata letaknya dapat dikelompokkan menjadi:

1.Drainase Permukaan Tanah (Surface Drainage)

Drainase Permukaan Tanah adalah sistem drainase yang salurannya berada

di atas permukaan tanah yang berfungsi mengalirkan air limpasan

permukaan. Analisa alirannya merupakan analisa open chanel flow.

Pengaliran air tejadi karena adanya beda tinggi permukaan saluran (slope).

2.Drainase Bawah Permukaan Tanah ( Subsurface Drainage )

Drainase Bawah Permukaan Tanah adalah sistem drainase yang dialirkan di

bawah tanah (ditanam). Saluran drainase bertujuan mengalirkan air limpasan

permukaan melalui media dibawah permukaan tanah (pipa-pipa),

dikarenakan alasan-alasan tertentu. Alasan itu antara lain tuntutan artistik,

(32)

permukaan tanah seperti lapangan sepak bola, lapangan terbang, taman dan

lain-lain.

Drainase berdasarkan fungsinya

Jenis drainase berdasarkan dari fungsinya dapat dikelompokkan menjadi :

1.Drainase single purpose

Drainase single purpose adalah saluran drainase yang berfungsi mengalirkan

satu jenis air buangan misalnya air hujan atau air limbah atau lainnya.

2.Drainase multi purpose

Drainase multi purpose adalah saluran drainase yang berfungsi mengalirkan

lebih dari satu air buangan baik secara bercampur maupun bergantian

misalnya campuran air hujan dan air limbah.

Drainase berdasarkan kosntruksinya

Jenis drainase berdasarkan dari konstruksinya dapat dikelompokkan

menjadi:

1.Drainase saluran terbuka

Drainase saluran terbuka adalah sistem saluran yang permukaan airnya

terpengaruh dengan udara luar (atmosfir).Drainase saluran terbuka biasanya

mempunyai luasan yang cukup dan digunakan untuk mengalirkn air hujan

atau air limbah yang tidak membahayakan kesehatan lingkungan dan tidak

mengganggu keindahan.

2.Saluran tertutup

Drainase saluran tertutupadalah sistem saluran yang permukaan airnya tidak

(33)

sering digunakan untuk mengalirkan air limbah atau air kotor yang

mengganggu kesehatan lingkungan dan mengganggu keindahan.

2.3.3 Pola Jaringan Drainase

Pada sistem jaringan drainase terdiri dari beberapa salura yang saling

berhubungan sehingga membentuk suatu pola jaringan. Dari pola jaringan dapat

dibedakan sebagai berikut:

1. Pola Siku

Pola siku adalah suatu pola di mana saluran cabang membentuk siku-siku pada

saluran utama.Dibuat pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi

dari pada sungai. Sungai sebagai saluran pembuang akhir berada akhir berada di

tengah kota.

2. Pola Paralel

Pola paralel adalah suatu pola di mana saluran utama terletak sejajar dengan saluran

cabang. Dengan saluran cabang (sekunder) yang cukup banyak dan pendek-pendek,

[image:33.595.229.393.655.734.2]

apabila terjadi perkembangan kota, saluran-saluran akan dapat menyesuaikan diri.

(34)

3. Grid Iron

Pola grid ikon merupakan pola jaringan drainase untuk daerah dimana sungainya

terletak di pinggir kota, sehingga saluran-saluran cabang dikumpulkan dulu pada

saluran pengumpulan.

4. Pola Alamiah

Pola alamiah adalah suatu pola yang sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada

pola alamiah lebih besar. Saluran cabang tidak selalu berbentul siku terhadap saluran

utama seperti diperlihatkan pada gambar.

5. Pola Radial

Pola radial adalah pola jaringan drainase yang mengalirkan air dari pusat sumber air

memencar ke segala arah.Pola ini sangat cocok pada daerah berbukit.

Gambar 2.5Pola Jaringan Grid Iron

[image:34.595.216.463.443.527.2]
(35)

2.3.4 Bangunan-bangunan Sistem Drainase dan Pelengkapnya

1. Bangunan-bangunan Sistem Saluran Drainase

Bangunan-bangunan dalam sistem drainase adalah bangunan-bangunan struktur dan

bangunan-bangunan non struktur.

a. Bangunan Struktur

Bangunan struktur adalah bangunan pasangan disertai dengan perhitungan-perhitungan

kekuatan tertentu. Contoh bangunan struktur adalah : rumah pompa, bangunan tembok

penahan tanah, bangunan terjunan, dan jembatan.

b. Bangunan Non-Struktur

Bangunan non struktur adalah bangunan pasangan atau tanpa pasangan, tidak disertai

dengan perhitungan-perhitungan kekuatan tertentu yang biasanya berbentuk siap

pasang. Contoh bangunan non struktur adalah :

Pasangan (saluran cecil tertutup, tembok talud saluran, manhole, street inlet). Tanpa

pasangan (saluran tanah dan saluran tanah berlapisrumput).

2. Bangunan Pelengkap Saluran Drainase

Bangunan pelengkap saluran drainase diperlukan untuk melengkapi suatu sisem

saluran untuk fungsi-fungsi tertentu. Adapun bangunan-bangunan pelengkap sistem

drainase antara lain :

(36)

Bangunan di mana air masuk ke dalam sistem saluran tertutup dan air mengalir

bebas di atas permukaan tanah menuju catch basin.Catch basin dibuat pada tiap

persimpangan jalan, pada tepat-tempat yang rendah, tempat parkir.

b. Inlet

Apabila terdapat saluran terbuka dimana pembuangannya akan dimasukkan ke

dalam saluran tertutup yang lebih besar, maka dibuat suatu konstruksi khusus inlet.

Inlet harus diberi saringan

agar sampah tidak masuk ke dalam saluran tertutup.

c. Headwall

Headwall adalah konstruksi khusus pada outlet saluran tertutup dan ujung

gorong-gorong yang dimaksudkan untuk melindungi dari longsor dan erosi.

d. Shipon

Shipon dibuat bilamana ada persilangan dengan sungai.Shipon dibangun bawah

dari penampang sungai, karena tertanam di dalam tanah maka pada waktu

pembuangannya harus dibuat secara kuat sehingga tidak terjadi keretakan ataupun

kerusakan konstruksi.Sebaiknya dalam merencanakan drainase dihindarkan

perencanaan dengan menggunakan shipon, dan sebaiknya saluran yang debitnya

lebih tinggi tetap untuk dibuat shipon dan saluran drainasenya yangdibuat saluran

terbuka atau gorong-gorong.

(37)

Untuk keperluan pemeliharaan sistem saluran drainase tertutup di setiap saluran

diberi manhole pertemuan, perubaan dimensi, perubahan bentuk selokan pada

setiap jarak 10-25 m. Lubang manhole dibuat sekecil mungkin supaya ekonomis,

cukup, asal dapat dimasuki oleh orang dewasa. Biasanya lubang manhole

berdiameter 60 cm dengan tutup dari besi tulang.

f. Lain-lainnya

Meliputi gorong-gorong, bangunan terjun, dan bangunan got miring.

2.3.5 Perencanaan Sistem Drainase

Landasan perencanaan

Perencanaan drainase perkotaan perlu memperhatikan fungsi drainase perkotaan

sebagai parasarana kota yang dilandaskan pada konsep pembangunan yang

berwawasan lingkungan. Konsep ini antara lain berkaitan dengan sumber daya

air, yang ada prinsipnya adalah mengendalikan air hujan supaya banyak meresap

dalam tanah dan tidak banyak terbuang sebagai aliran, antara lain membuat :

bangunan resapan buatan, kolam tandon, penataan landscape dan sempadan.

Tahap perencanaan

Tahap perencanaan drainase perkotaan meliputi :

a. Tahapan dilakukan melalui pembuatan rencana induk, studi kelayakan dan

perencanaan detail dengan penjelasan :

(38)

Perencanaan detail perlu dibuat sebelum pekerjaan konstruksi drainase

dilaksanakan.

b. Drainase perkotaan di kota raya dan kota besar perlu direncanakan secara

menyeluruh melalui tahapan rencana induk.

c. Drainase perkotaan di kota sedang dan kota kecil dapat direncanakan melalui

tahapan rencana kerangka sebagai pengganti rencana induk.

d. Data dan Persyaratan

Perencanaan sistem drainase perkotaan memerlukan data dan persyaratan

sebagai berikut :

Data primer, merupakan data dasar yang dibutuhkan dalam perencanaan yang

diperoleh baik dari lapangan maupun dari pustaka, mencakup :

1. Data permasalahan dan data kuantitatif pada setiap lokasi genangan atau

banjir yang meliputi luas, lama, kedalaman ratarata dan frekuensi genangan.

2. Data keadaan fungsi, sistem, geometri dan dimensi saluran

3. Data daerah pengaliran sungai atau saluran meliputi topografi, hidrologi,

morfologi sungai, sifat tanah, tata guna tanah dan sebagainya.

4. Data prasarana dan fasilitas kota yang telah ada dan yang direncanakan.

Data sekunder, merupakan data tambahan yang digunakan dalam perencanaan

drainase perkotaan yang sifatnya menunjang dan melengkapi data primer, terdiri

(39)

1. Rencana Pengembangan Kota

2. Geoteknik

3. Pembiayaan

4. Kependudukan

5. Institusi / kelembagaan

6. Sosial ekonomi

7. Peran serta masyarakat

8. Keadaan kesehatan lingkungan pemukiman

2.4 Analisa Hidrologi

Analisis data hidrologi dimaksudkan untuk memperoleh besarnya debit banjir

rencana. Debit banjir rencana merupakan debit maksimum rencana di sungai atau

saluran alamiah dengan periode ulang tertentu yang dapat dialirkan tanpa

membahayakan lingkungan sekitar dan stabilitas sungai.

Dalam mendapatkan debit banjir rencana yaitu dengan menganalisis data curah hujan

maksimum pada daerah aliran sungai yang diperoleh dari beberapa stasiun hujan

terdekat. (Sri Eko Wahyuni, 2000).

2.4.1. Siklus Hidrologi

Gerakan air yang berdaur dari lautan ke atmosfer dan dari sana karena

pencurahan air ke bumi, tempat air itu berkumpul, disebut siklus hidrologi.

(40)

Air menguap dari permukaan samudera akibat energi panas matahari.Laju dan

jumlah penguapan bervariasi, terbesar terjadi di dekat equator, di mana radiasi matahari

lebih kuat.Uap air adalah murni, karena pada waktu dibawa naik ke atmosfir kandungan

garam ditinggalkan.Uap air yang dihasilkan dibawa udara yang bergerak. Dalam kondisi

yang memungkinkan, uap air yang akan jatuh kembali sebagai presipitasi berupa hujan

dan / atau salju.Presipitasi ada yang jatuh di samudera, di darat, dan sebagian langsung

menguap kembali sebelum mencapai ke permukaan bumi.

Air menguap dari permukaan samudera akibat energi panas matahari.Laju dan

jumlah penguapan bervariasi, terbesar terjadi di dekat equator, di mana radiasi matahari

lebih kuat.Uap air adalah murni, karena pada waktu dibawa naik ke atmosfir kandungan

garam ditinggalkan.Uap air yang dihasilkan dibawa udara yang bergerak. Dalam kondisi

yang memungkinkan, uap air yang akan jatuh kembali sebagai presipitasi berupa hujan

dan / atau salju.Presipitasi ada yang jatuh di samudera, di darat, dan sebagian langsung

[image:40.595.167.490.287.494.2]

menguap kembali sebelum mencapai ke permukaan bumi.

(41)

Presipitasi yang jatuh di permukaan bumi menyebar ke berbagai arah dengan

beberapa cara. Sebagian akan tertahan sementara di permukaan bumi sebagai es atau

salju, atau genangan air, yang dikenal dengan simpanan depresi. Sebagian air hujan atau

lelehan salju akan mengalir ke saluran atau sungai. Hal ini disebut aliran / limpasan

permukaan. Jika permukaan tanah porous, maka sebagian besar akan meresap ke dalam

tanah melalui peristiwa yang disebut infiltrasi. Sebagian lagi akan kembali ke atmosfer

melalui penguapan dan transpirasi oleh tanaman (evapotranspirasi).

Di bawah permukaan tanah, pori-pori tanah berisi air dan udara.Daerah ini

dikenal sebagai zona kapiler (vadoze zone), atau zona aerasi.Air yang tersimpan di zona

ini disebut kelengasan tanah (soil moisture), atau air kapiler. Pada kondisi tertentu air

dapat mengalir secara lateral pada zona kapiler, proses ini disebut interflow. Uap air

dalam zona kapiler dapat juga kembali ke permukaan tanah, kemudian menguap.

Kelebihan kelengasan tanah akan ditarik masuk oleh gravitasi dan proses ini

disebut drainase gravitasi. Pada kedalaman tertentu, pori-pori tanah atau batuan akan

jenuh air. Batas atau zona jenuh air disebut muka air tanah (water table).Air yang

tersimpan dalam zona jenuh air disebut air tanah.Air tanah ini bergerak sebagai aliran

air tanah melalui batuan atau lapisan tanah sampai akhirnya keluar ke permukaan

sebagai sumber air (spring) atau sebagai rembesan ke danau, waduk, sungai, atau laut.

Air yang mengalir dalam saluran atau sungai dapat berasal dari aliran

permukaan atau dari air tanah yang merembes di dasar sungai. Konstribusi air tanah

pada aliran sungai disebut aliran dassar (baseflow), sementara total aliran disebut debit

(runoff). Air yang tersimpan di waduk, danau, dan sungai disebut air permukaan

(42)

hidrologi yang terpenting adalah aliran permukaan.Oleh karena itu, komponen inilah

yang ditangani secara baik untuk menghindari berbagai bencana, khususnya banjir.

2.4.2. Analisis Hujan

2.4.2.1. Hujan Kawasan (Daerah Tangkapan Air = DTA)

Data hujan yang diperoleh dari alat penakar hujan merupakan hujan yang terjadi

hanya pada satu titik atau tempat saja (point rainfall).Mengingat hujan sangat bervariasi

terhadap tempat (space), maka unutk kawasan yang luas, satu alat penakar hujan belum

dapat menggambarkan hujan wilayah tersebut.Dalam hal ini diperlukan hujan kawasan

yang diperoleh dari harga rata-rata curah hujan beberapa stasiun penakar hujan yang ada

di dalam dan/atau di sekitar kawasan tertentu.

Ada tiga macam cara yang umum dipakai dalam menghitung hujan rata-rata kawasan :

(1) rata-rata aljabar (2) poligon Thiessen, dan (3) ishohyet.

1) Cara Rata-rata Aljabar (Aritmethic Mean Method)

Merupakan metode yang paling sederhana dalam perhitungan hujan kawasan.Metode ini

didasarkan pada asumsi bahwa semua penakar hujan mempunyai pengaruh yang

setara.Cara ini cocok untuk kawasan dengan topografi rata atau datar, alat penakar

tersebar merata atau hampir merata, dan harga individual curah hujan tidak terlalu jauh

dari harga rata-ratanya. Hujan kawasan diperoleh dari persamaan:

P = �1+�2+�3+⋯+��

� =

∑�=1�� �

di mana P1, P2,…,Pn adalah curah hujan yang tercatat di pos penakar hujan 1, 2,…, n

(43)

2) Cara Poligon Thiessen

Metode perhitungan ini berdasarkan rata-rata timbang (weightedaverage) dan

memberikan proporsi luasan daerah pengaruh stasiun hujan untukmengakomodasi

ketidakseragaman jarak.Daerah pengaruh dibentuk denganmenggambarkan garis-garis

sumbu tegak lurus terhadap garis penghubungantara dua stasiun hujan terdekat.Metode

ini didasarkan pada asumsi bahwavariasi hujan antara stasiun hujan yang satu dengan

lainnya adalah linear dan bahwa sembarang pos dianggap dapat mewakili kawasan

terdekat.

Prosedur penerapan metode ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

1. Lokasi pos penakar hujan diplot pada peta DAS. Antar pos dibuat garis lurus

penghubung.

2. Tarik garis tegak lurus di tengah-tengah tiap garis penghubung sedemikian rupa,

sehingga membentuk polygon Thiessen. Semua titik dalam satu polygon akan

mempunyai jarak terdekat dengan pos penakar yang ada di dalamnya dibandingkan

dengan jarak terhadap pos lainnya. Selanjutnya, curah hujan pada pos tersebut

[image:43.595.169.452.587.721.2]

dianggap representasi hujan pada kawasan dalam polygon yang bersangkutan.

(44)

3. Luas areal pada tiap-tiap polygon dapat diukur dengan planimeter dan luas total

DAS, A dapat diketahui dengan menjumlahkan semua luasan polygon.

4. Hujan rata-rata DAS dapat dihitung dengan persamaan berikut :

P = �1�1+�2�2+⋯+����

�1+�2+⋯+�� =

∑�=1���� ∑�=1��

3) Metode Ishoyet

Metode ini merupakan metode yang paling akurat untuk menentukan hujan

rata-rata, namun diperlukan keahlian dan pengalaman.Cara ini memperhitungkan secara

actual pengaruh tiap-tiap pos penakar hujan. Dengan kata lain, asumsi metode Thiessen

yang secara membabi buta menganggap tiap pos penakar mencatat kedalaman yang

sama untuk daerah sekitarnya dapat dikoreksi.

Metode Ishoyet terdiri dari beberapa langkah sebagai berikut :

• Plot data kedalaman air hujan untuk tiap pos penakar hujan pada peta

• Gambar kontur kedalaman air hujan dengan menghubungkan titik titik yang

mempunyai kedalaman air yang sama. Interval ishoyet yang umum dipakai adalah

10 mm.

• Hitung luas area antara dua garis ishoyet dengan menggunakan planimeter. Kalikan

masing-masing luas areal dengan rata-rata hujan antara dua ishoyet yang

berdekatan. Hitung hujan rata-rata DAS dengan persamaan berikut:

P = �

1 ��1+�2

2 �+�2 � �1+�2

2 �+⋯ + ��−1 � �1+�2

2 �

(45)

P = ∑��� �1+�2

2 ��

∑ �

Metode Ishoyet cocok untuk daerah berbukit dan tidak teratur dengan luas lebih dari

5.000 km2.

2.4.2.2.Cara Memilih Metode

Pemilihan metode mana yang cocok dipakai pada suatu DAS dapat ditentukan

dengan mempertimbangkan tiga faktor berikut:

1. Jaring-jaring pos penakar hujan dalam DAS

2. Luas DAS

3. Topografi DAS

2.4.3. Analisis Frekuensi dan Probabilitas

Tujuan analisis frekuensi data hidrologi adalah berkaitan dengan besaran

peristiwa-peristiwa ekstrim yang berkaitan dengan frekuensi kejadiannya melalui

penerapan distribusi kemungkinan.Data hidrologi dianalisis diasumsikan tidak

bergantung (independent) dan terdistribusi secara acak dan bersifat stokastik.

Frekuensi hujan adalah besarnya kemungkinan suatu besaran hujan disamai atau

dilampau. Sebaliknya, kala-ulang (return period) adalah waktu hipotetik di mana hujan

dengan suatu besaran tertentu akan disamai atau dilampaui. Dalam hal ini tidak

terkandung pengertian bahwa kejadian tersebut akan berulang secara teratur setiap kala

ulang tersebut.

Analisis frekuensi diperlukan seri data hujan yang diperoleh dari pos penakar

(46)

sifat statistik data kejadian yang telah lalu untuk memperoleh probabilitas besaran hujan

di masa yang akan datang.

Dengan anggapan bahwa sifat statistik kejadian hujan yang akan datang masih sama

dengan sifat statistik kejadian hujan di masa lalu.

Ada dua macam seri data yang dipergunakan dalam analisis frekuensi, yaitu:

1. Data maksimum tahunan

Tiap tahun diambil hanya satu besaran maksimum yang dianggap berpengaruh pada

analisis selanjutnya.Seri data seperti ini dikenal dengan seri data maksimum

(maximum annual series). Jumlah data dalam seri akan sama panjang dengan data

yang tersedia. Dalam suatu tahunan yg mgkn lebih besar dari besaran data

maksimum dlm tahun yang tidak diperhitungkan pengaruhnya dalam analisis. Hal

ini oleh beberapa pihak dianggap kurang realistis dan menyarankan menggunakan

cara seri parsial.

2. Seri Parsial

Cara ini dengan menetapkan suatu besaran tertentu sebagai batas bawah,

selanjutnya semua besaran data yang lebih besar dari batas bawah tersebut diambil

dan dijadikan bagian seri data untuk kemudian dianalisis seperti biasa.Pengambilan

batas bawah dapat dilakukan dengan sistem peringkat, di mana semua besaran data

yang cukup besar diambil, kemudian diurutkan dari besar ke kecil.Data yang

diambil untuk dianalisis selanjutnya adalah sesuai panjang data dan diambil dari

besaran data yang paling besar. Dalam hal ini dimungkinkan dalam satu tahun data

yang diambil lebih dari satu data, sementara tahun yang lain tidak ada data yang

(47)

Dalam ilmu statistik dikenal beberapa macam distribusi frekuensi dan empat jenis

distribusi yang banyak digunakan dalam bidang hidrologi adalah:

1) Distribusi Normal,

2) Distribusi Log Normal,

3) Distribusi Log Pearson III, dan

4) Distribusi Gumbel

1. Distribusi Normal

Dalam analisis hidrologi distribusi normal banyak digunakan untuk menganalisis

frekuensi curah hujan, analisis statistik dari distribusi curah hujan tahunan, debit

rata-rata tahunan. Distribusi normal atau kurva normal disebut pula distribusi

Gauss.

X

T

=

X

+ K

T

S

Di mana:

XT = perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang

T-tahunan,

X = nilai rata-rata hitung variat,

S = deviasi standar nilai variat,

KT = faktor koreksi, merupakan fungsi dari peluang atau periode ulang dan

tipe modal matematik distribusi peluang yan digunakan untuk

analisis peluang.

Nilai faktor koreksi KT umumnya sudah tersedia dalam tabel nilai variabel

(48)
[image:48.595.114.471.128.737.2]

Tabel 2.1 Nilai variabel reduksi Gauss (Variabel reduced gauss)

No. Periode ulang, T Peluang KT

1 1,001 0,999 -3,05

2 1,005 0,995 -2,58

3 1,01 0,99 -2,33

4 1,05 0,95 -1,64

5 1,11 0,9 -1,28

6 1,25 0,8 -0,84

7 1,33 0,75 -0,67

8 1,43 0,7 -0,52

9 1,67 0,6 -0,25

10 2 0,5 0

11 2,5 0,4 0,25

12 3,33 0,3 0,52

13 4 0,25 0,67

(49)

15 10 0,1 1,28

16 20 0,05 1,64

17 50 0,02 2,05

18 100 0,01 2,33

19 200 0,005 2,58

20 500 0,002 2,88

21 10,000,000 0,001 3,09

Sumber:Buku Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan(Suripin, 2004)

2. Distribusi Log Normal

Jika variabel acak Y = log X terdistribusi secara normal, maka X dikatakan

menikuti distribusi Log Normal. Dinyatakan sebagai model matematik dengan

persamaan:

Y

T

=

Y

+ K

T

S

KT =

т−Y �

Yт = perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang

T-tahunan

Y = nilai rata-rata hitung variat

(50)

KT = faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau periode ulang dan

tipe model matematik distribusi peluang yang digunakan untuk analisis peluang.

3. Distribusi Log-Pearson III

Pada situsi tertentu, ternyata kedekatan antara data dan teori tidak cukup kuat

untuk menjustifikasi pemakaian distribusi Log Normal.

Pearson telah mengembangkan serangkaian fungsi probabilitas yang dapat

dipakai untuk hampir semua distribusi probabilitas empiris.Tidak seperti konsep

yang melatarbelakangi pemakaian distribusi Log Normal untuk banjir puncak,

maka distribusi probabilitas ini hampir tidak berbasis teori.

Tiga parameter penting dalam Log Pearson III yaitu (i) harga rata-rata; (ii)

simpangan baku; dan (iii) koefisien kemencengan.

Berikut ini langkah-langkah penggunaan distribusi Log Pearson Tipe III:

o Ubah ke dalam bentuk logaritmis, X = log X

o Hitung harga rata-rata

Log X=

= n 1 i Xi log n

o Harga simpangan baku

s =

= n 1 i

�log Xi – log X�

2

n−1

(51)

o Hitung koefisien kemencengan

G =

= n

1 i

�log Xi – log X�

3

�n - 1��n - 2�s3

o Hitung logaritma hujan dengan periode ulang T dengan rumus

Log X

T

= log

X

+ K.s

Dimana K adalah variabel standar (standardized variabel) untuk X yang

[image:51.595.112.546.364.741.2]

besarnya tergantung koefisien kemencengan G.

Tabel 2.2 Harga K untuk Distribusi Log Pearson III

Interval kejadian (Recurrenceinterval), tahun (periode ulang)

10,101 12,5 2 5 10 25 50 100

Koef, G Persentase peluang terlampaui (Percent chance of being exceeded)

99 80 50 20 10 4 2 1

3 -0,667 -0,636 -0,396 0,42 1,18 2,278 3,152 4,051

2,8 -0,714 -0,666 -0,384 0,46 1,21 2,275 3,114 3,973

2,6 -0,769 -0,696 -0,368 0,499 1,238 2,267 3,071 2,889

2,4 -0,832 -0,725 -0,351 0,573 1,262 2,256 3,023 3,8

2,2 -0,905 -0,752 -0,33 574 1,284 2,24 2,97 3,705

(52)

1,8 -1,087 -0,799 -0,282 0,643 1,318 2,193 2,848 3,499

1,6 -1,197 -0,817 -0,254 0,675 1,329 2,163 2,78 3,388

1,4 -1,318 -0,832 -0,225 0,705 1,337 2,128 2,706 3,271

1,2 -1,449 -0,844 -0,195 0,732 1,34 2,087 2,626 3,149

1 -1,588 -0,852 -0,164 0,758 1,34 2,043 2,542 3,022

0,8 -1,733 -0,856 -0,132 0,78 1,336 1,993 2,453 2,891

0,6 -1,88 -0,857 -0,099 0,8 1,328 1,939 2,359 2,755

0,4 -2,029 -0,855 -0,066 816 1,317 1,88 2,261 2,615

0,2 -2,178 -0,85 -0,033 0,83 1,301 1,818 2,159 2,472

0 -2,326 -0,842 0 0,842 1,282 1,751 2,051 2,326

-0,2 -2,472 -0,83 -0,033 0,85 1,258 1,68 1,945 2,178

-0,4 -2,615 -0,816 -0,066 0,855 1,231 1,606 1,834 2,029

-0,6 -2,755 -0,8 -0,099 0,857 1,2 1,582 1720 1,88

-0,8 -2,891 -0,78 -0,132 0,856 1,166 1,448 1606 1,733

-1 -3,022 -0,758 -0,164 0,852 1,128 1,366 1,492 1,588

-1,2 -2,149 -0,732 -0,195 0,844 1,086 1,282 1,379 1,449

(53)

-1,6 -2,388 -0,675 -0,254 0,817 1,994 1,116 1,166 1,197

-1,8 -2,499 -0,643 -0,282 0,799 1,945 1,035 1,069 1,087

-2 -3,605 -0,609 -0,307 0,777 0,752 0,959 0,98 0,99

-2,2 -3,705 -0,574 -0,33 0,752 0,753 0,888 0,9 0,905

-2,4 -3,8 -0,537 -0,351 0,725 0,754 0,823 0,83 0,832

-2,6 -3,889 -0,49 -0,368 0,696 0,755 0,764 0,768 0,769

-2,8 -3,973 -0,469 -0,384 0,666 0,756 0,712 0,714 0,714

-3 -3,051 -0,42 -0,396 0,636 0,757 0,666 0,666 0,667

Sumber:Buku Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan(Suripin, 2004

4. Distribusi Gumbel

Faktor probabilitas K untuk harga-harga ekstrim Gumbel dapat dinyatakan

dalam persamaan:

K = YTr−Yn

Sn

Yn = reduced mean yang tergantung jumlah sampel/data n

Sn = reduced standar deviation yang juga tergantung pada jumlah

sampel/data n

(54)

YTr = -ln

–ln

Tr−1

[image:54.595.89.569.178.598.2]

Tr

Tabel 2.3 Nilai Rata-rata dari Reduksi (Yn)

N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10 0,4952 0,4996 0,5035 0,507 0,51 0,5128 0,5157 0,5181 0,5202 0,522

20 0,5236 0,5252 0,5268 0,5283 0,5296 0,5309 0,532 0,5332 0,5343 0,5353

30 0,5362 0,5371 0,538 0,5388 0,8396 0,5403 0,541 0,5418 0,5424 0,5436

40 0,5436 0,5442 0,5448 0,5453 5458 0,5463 0,5468 0,5473 0,5477 0,5481

50 0,5485 0,5489 0,5493 0,5497 0,5501 0,5504 0,5508 0,5511 0,5515 0,5518

60 0,5521 0,5524 0,5527 0,553 0,5533 0,5535 0,5538 0,554 0,5543 0,5545

70 0,5548 0,555 0,5552 0,5555 0,5557 0,5559 0,5561 0,5563 0,5565 0,5567

80 0,5569 0,557 0,5572 0,5574 0,5576 0,5578 0,558 0,5581 0,5583 0,5585

90 0,5586 0,5587 0,5589 0,5591 0,5592 0,5593 0,5595 0,5596 0,5598 0,5599

100 0,56 0,5603 0,5603 0,5604 0,5606 0,5607 0,5608 0,5609 0,561 0,5611

(55)
[image:55.595.118.585.126.547.2]

Tabel 2.4Reduced Standard Deviation, Sn

N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10 0,9496 0,9676 0,9833 0,0071 0,0095 0,0206 0,0316 0,0411 0,0493 0,0565

20 1,0628 1,0696 1,0754 1,08611 1,0864 1,0915 1,0961 1,1004 1,1047 1,108

30 1,1124 1,1159 1,1193 1,1226 1,1255 1,1285 1,1313 1,1339 1,1363 1,1388

40 1,1413 1,1436 1,1458 1,148 1,1499 1,1519 1,1538 1,1557 1,1574 1,159

50 1,1607 1,1623 1,1638 1,1658 1,1667 1,1681 1,1696 1,1708 1,1721 1,1734

60 1,1747 1,1759 1,177 1,1782 1,1793 1,1803 1,1814 1,1824 1,1834 1,1844

70 1,1854 1,1863 1,1873 1,1881 1,189 1,1898 1,1906 1,1915 1,1923 1,193

80 1,1938 1,1945 1,1953 1,1959 1,1967 1,1973 1,198 1,1987 1,1994 1,2001

90 1,2007 1,2013 1,202 1,2026 1,2032 1,2038 1,2044 1,2049 1,2055 1,206

100 1,2065 1,2069 1,2073 1,2077 1,2081 1,2084 1,2087 1,209 1,2093 1,2096

(56)

Tabel 2.5Reduced Variate, sebagai Fungsi Periode Ulang

Periode ulang, Recuded variate, Periode ulang,

Recuded variate, Ytr

Tr (tahun) Ytr Tr (tahun)

2 0,3668 100 4,6012

5 1,5004 200 4,2969

10 2,251 250 4,5206

20 2,9709 500 4,2149

25 3,1993 1000 4,9087

50 39,028 5000 4,5188

75 43,117 10000 4,2121

Sumber:Buku Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan(Suripin, 2004)

2.4.4 Koefisien Pengaliran

Koefisien pengaliran (runoff coefficient) adalah perbandingan antara jumlah air

yang mengalir atau melimpas di permukaan tanah (surface runoff) dengan jumlah air

hujan yang jatuh dari atmosfir. Nilai koefisien pengaliran berkisar antara 0 sampai

dengan 1 dan bergantung dari jenis tanah, jenis vegetasi, karakteristik tataguna lahan

dan konstruksi yang ada di permukaan tanah seperti jalan aspal, atap bangunan, dan

lain-lain yang menyebabkan air hujan tidak dapat sampai secara langsung ke permukaan

(57)

C =

Q

R

Keterangan:

C = Koefisien pengaliran

Q = Jumlah limpasan

R = Jumlah curah hujan

Besarnya nilai koefisien pengaliran C untuk daerah perumahan berdasarkan peneliti

para ahli diperlihatkan pada tabel berikut.

Tabel 2.6 Koefisien Pengaliran C

Tipe Daerah Aliran Kondisi Koefisien Aliran C

Rerumputan Tanah pasir, datar 2% 0,05-0,10

Tanah pasir, rata-rata, 2-7% 0,10-0,15

Tanah pasir, curam, 7% 0,15-0,20

Tanah gemuk, datar, 2% 0,13-0,17

Tanah gemuk, curam, 7% 0,18-0,22

Business Daerah kota lama 0,25-0,35

Daerah pinggiran 0,75-0,95

Perumahan Daerah "single family" 0,30-0,50

(58)

"Multi units" tertutup 0,60-0,75

"Suburban" 0,25-0,40

Daerah rumah apartemen 0,50-0,70

Industri Daerah ringan 0,50-0,80

Daerah berat 0,60-0,90

Pertamanan, kuburan 0,10-0,25

Tempat bermain 0,20-0,35

Halaman kereta api 0,20-0,40

Daerah yang tidak 0,10-0,30

Jalan Beraspal 0,70-0,75

Beton 0,80-0,95

Batu 0,70-0,85

Untuk berjalan naik 0,70-0,85

Atap 0,70-0,95

Sumber : Wesli, Drainase Perkotaan

2.4.5 Perhitungan Koefisien Tampungan (Cs)

Daerah yang memiliki cekungan untuk menampung air hujan realtif mengalirkan

(59)

tampungan oleh cekungan ini terhadap debit rencana diperkirakan dengan koefisien

tampungan yang diperoleh dengan rumus:

Cs= 2 tc 2tc+td

Dimana:

Cs = koefisien tampungan

Tc = waktu konsentrasi (jam)

Td = waktu aliran air mengalir di dalam saluran dari hulu hingga ke tempat pengukuran

(jam)

2.4.6 Perhitungan Waktu Konsentrasi

Waktu konsentrasi (tc) suatu DAS adalah waktu yang diperlukan oleh air hujan

yang jatuh untuk mengalir dari titik terjauh sampai ke tempat keluaran DAS (titik

kontrol) setelah tanah menjadi jenuh dan depresi-depresi kecil terpenuhi. Dalam hal ini

diasumsikan DAS adalah luasan atap rumah berdasarkan tipe rumah tersebut.

Waktu konsentrasi dihitung dengan membedakannya menjadi dua konponen, yaitu:

• to= waktu yang diperlukan air untuk mengalir di permukaan lahan sampaisaluran

terdekat, dan

• td = waktu perjalanan dari pertama masuk saluran sampai titik keluaran

tc = to + td

dimana

t

o

=

2

3

x 3,28 x L x

n

√S

menit
(60)

t

d

=

Ls

60 V (menit)

dimana

n = koefisien kekasaran Manning, untuk aspal dan beton = 0,013

S = perbandingan dari selisih tinggi antara tempat terjauh dan tempat pengamatan,

diperkirakan sama dengan kemiringan rata-rata dari daerah aliran

V = kecepatan aliran di dalam saluran (m/detik)

L = Jarak aliran terjauh di atas tanah hingga saluran terdekat (m)

Ls = Jarak yang ditempuh aliran di dalam saluran ke tempat pengukuran (m)

Tabel 2.7 Nilai Kecepatan Berdasarkan Kemiringan Dasar Saluran

Kemiringan Rata-rata Dasar Saluran (%) Kecepatan Rata-rata (m/detik)

Kurang dari 1 0,4

1 – 2 0,66

2 – 4 0,9

4 – 6 1,2

6 – 10 1,5

10 - 15 2,4

(61)

2.5 Analisis Intensitas Curah Hujan

Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan per satuan waktu.

Sifatumum hujan adalah makin singkat hujan berlangsung intensitasnya cenderung

makin tinggi dan makin besar periode ulangnya makin tinggi pula intensitasnya.

Hubungan antara intensitas, lama hujan dan frekuensi hujan biasanya dinyatakan dalam

lengkung Intensitas-Durasi-Frekuensi (IDF = Intensity-Duration-Frequency Curve).

Diperlukan data hujan jangka pendek, misalnya 5 menit, 10 menit, 30 menit, 60

menit dan jam-jaman untuk membentuk lengkung IDF. Data hujan jenis ini hanya

dapat diperoleh dari pos penakar hujan otomatis.Selanjutnya, berdasarkan data hujan

jangka pendek tersebut lengkung IDF dapat dibuat. Untuk menentukan debit banjir

rencana (design flood) perlu didapatkan harga suatu intensitas curah hujan terutama

bila digunakan metode rasional. Intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan

yang terjadi pada suatu kurun waktu di mana air tersebut berkonsentrasi.Analisis

intensitas curah hujan ini dapat diproses dari data curah hujan yang telah terjadi pada

masa lampau. Untuk menghitung intensitas curah hujan dapat digunakan beberapa

rumus empiris sebagai berikut :

2.5.1 Rumus Talbot (1881)

Rumus ini banyak digunakan karena mudah diterapkan dan tetapan-tetapan a

dan b ditentukan dengan harga-harga yang terukur.

I =

a t + b

di mana:

I = intensitas hujan (mm/jam)

t = lamanya hujan (jam)

(62)

a = [I.t]�I

2�−�I2.t[I]

N[I2]−[I][I]

b = [I][I.t]-N�I

2.t

N�I2�-[I][I]

2.5.2 Rumus Sherman (1905)

Rumus ini mungkin cocok untuk jangka waktu curah hujan yang lamanya lebih

dari 2 jam.

I =

� ��

dimana:

I = intensitas hujan (mm/jam)

t = lamanya hujan (jam)

n = konstanta

log a = [log I]�(log t)

2�−⌊log t.log I[log t]

N[(log t)2]−[log t][log t]

n = [log I][log t]-N⌊log t. log I⌋

N�(log t)2�-[log t][log t]

2.5.3 Rumus Ishiguro (1953)

I = a

√t+ b

I = intensitas hujan (mm/jam)

t = lamanya hujan (jam)

a,b = konstanta

(63)

b = [I]�I.√t�−N�I 2t

N[I2]−[I][I]

dimana

[ ] = jumlah angka-angka dalam tiap suku

N = banyaknya data

2.5.4 Mononobe

Apabila data hujan jangka pendek tidak tersedia, yang ada hanya data hujan

harian, maka intensitas hujan dihitung dengan rumus:

I = R24

24

24

t

2 3

dimana :

I = intensitas hujan (mm/jam)

t = lamanya hujan (jam)

R24 = curah hujan maksimum harian (selama 24 jam) (mm)

2.6 Debit Banjir Rencana

Metode yang biasa digunakan untuk menghitung debit banjir rencana umumnya

sebagai berikut :

2.6.1 Rumus Rasional

Ada banyak rumus rasional yang dibuat secara empiris yang dapat menjelaskan

hubungan antara hujan dengan limpasannya, diantaranya adalah:

Q = 0,278.C.Cs.I.A

di mana:

Q = Debit (m3/det)

(64)

Cs = Koefisien Tampungan

I = Intensitas hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam)

A =

Gambar

Gambar 2.3Pola Jaringan Siku
Gambar 2.6Pola Jaringan Alamiah
Gambar 2.8SiklusHidrologi
Gambar 2.9Metode Poligon Thiessen
+7

Referensi

Dokumen terkait