• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI PSYCHOLOGICAL WELL-BEING DAN TIPE KEPRIBADIAN PADA SANTRI PONDOK PESANTREN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IDENTIFIKASI PSYCHOLOGICAL WELL-BEING DAN TIPE KEPRIBADIAN PADA SANTRI PONDOK PESANTREN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesejahteraan adalah idaman setiap orang. Ia berangkat dari sebuah kehidupan yang sehat dan normal. Oleh karena itu setiap manusia berupaya menciptakan kehidupan yang sejahtera baik kondisi fisik, sosial dan psikologisnya. Hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup individu dengan berusaha untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang meliputi fisik, sosial dan psikologi.

Kesejahteraan adalah salah satu dari indikator kebahagiaan. Kesejahteraan akan didapatkan oleh individu ketika ada keseimbangan dalam hidupnya, yakni terpenuhinya harapan yang diinginkan dalam kehidupannya. Namun, tidak semua apa yang kita inginkan terwujud dalam kehidupan. Harapan-harapan yang terpenuhi mungkin tidak terlalu menjadi masalah tetapi akan berbeda dengan harapan yang tidak terwujud yang kerap kali menimbulkan masalah dalam kehidupan manusia.

Harapan-harapan yang tidak terpenuhi bisa terjadi karena faktor-faktor sosial atau pribadi. Harapan Alif Fikry untuk meneruskan pendidikan di SMA setalah tamat MTS harus putus karena ia tidak mendapat dukungan sosial dari keluarganya, ia dipaksa untuk melanjutkan pendidikan di Pondok Pesantren Madani Ponorogo sesuai dengan kemauan kelurganya, ini merupakan contoh dari harapan yang tidak terwujud karena faktor sosial (inibuku, 2009). Diberitakan dalam medantalk (2009) bahwa

Harapan Yudi Cahyadi Cibro (15 tahun) untuk menimbah ilmu di pondok pesantren Al-Manar Medan Johor harus putus. Ia dikeluarkan dari pesantren karena berulang kali ketahuan merokok dan keluar asrama tanpa izin. Hal ini merupakan faktor pribadi.

(2)

2

perubahan-perubahan (fisik dan psikologis) yang terjadi pada dirinya maupun akibat perubahan lingkungan.

Sejalan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri remaja, mereka juga dihadapkan pada tugas-tugas yang berbeda dari tugas pada masa kanak-kanak.

Sebagaimana diketahui, dalam setiap fase perkembangan, termasuk pada masa remaja, individu memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi. Apabila individu mampu menyelesaikan tugas perkembangan dengan baik, maka akan tercapai kepuasan, dan kebahagian juga akan menentukan keberhasilan individu memenuhi tugas-tugas perkembangan pada fase berikutnya (Ali & Asrori, 2011)

Setiap fase perkembangan manusia biasanya disertai dengan tuntutan-tuntutan psikologis yang harus dipenuhi. Demikian pula pada masa remaja, tuntutan tersebut diantaranya: remaja dapat menerima kondisi fisiknya, memperoleh kebebasan emosional, kemampuan dalam berfikir abstrak dan pengambilan keputusan, tuntutan otonomi dan attachment, mampu bersosialisasi dengan masyarakat dan mampu bergaul dengan lawan jenis. Sebagian besar pakar psikologi sepakat, bahwa jika

berbagai tuntutan psikologis yang muncul pada tahap perkembangan manusia tidak berhasil dipenuhi, maka akan muncul dampak yang secara signifikan dapat menghambat kematangan psikologisnya di tahap- tahap lebih lanjut (Santrock, 2002).

Ketidakbahagiaan yang dialami pada masa remaja akan memunculkan masalah dalam memenuhi tugas-tugas perkembangan remaja. Masalah yang dialami pada masa remaja akan berdampak pada psychological well-being mereka, hal ini bersifat

subyektif dan akan berbeda pada setiap individu. Kepribadian manusia yang juga bersifat subyektif akan mempengaruhi psychological well-being individu. Seseorang yang bertipe kepribadian ekstrovert dan introvert akan memberikan respon yang berbeda pada stimulus yang sama. Santri pondok pesantren dengan tipe kepribadaian

(3)

kelenjar. Hal tersebut terjadi sebagai konsekuensi dari usaha menyesuaikan diri pada pola perilaku baru dan harapan sosial baru. Santri berharap lingkungannya terutama orang dewasa menerima keadaan dan kondisi psikologis yang masih labil tersebut sebagai perilaku yang wajar. Sedangkan faktor-faktor penyebab santri melanggar

adalah pengaruh teman sebaya, alasan iseng, merasa bosan dengan rutinitas dan marah kepada pengasuh yang tidak konsisten dengan peraturan.

Santri yang menempuh pendidikan di Pondok Pesantren juga banyak berprestasi pada tingkat Nasional dan Internasional. Prestasi internasional didapat oleh Faisal Fath dan Lula Farahdita, Dua santri Pondok Pesantren Al-Mujahidin

Balikpapan yang berhasil Lolos Seleksi Pertukaran pelajar ke Amerika pada tahun 2011 (almujahidinbalikpapan, 2011). Afifah Thahirah dan Fathin Qurratu Ainy adalah team Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Husnul Khotimah Kuningan yang berhasil merebut juara pertama Lomba Meteorologi Interaktif (LMI) tingkat Nasional pada perhelatan Pesta Sains 2011, di kampus Institut Pertanian Bogor (Kuningan News, 15 November 2011). Selain itu, Wulida Khoirunnisa adalah santri Madrasah

Aliyah Pondok Pesantren Sunan Pandanaran, yang berhasil merebut juara II Lomba Esai Nasional Pekan Santri Berprestasi Nasional di IPB 2011. Ia mengangkat tema “Kesadaran Santri dalam Menghadapi Pencemaran Lingkungan di Pesantren” (psbncssmoraipb, 2011).

Pola pendidikan di pondok pesantren sangat berbeda dengan sekolah pada umumnya. Hal ini dapat terlihat dari diwajibkannya santri untuk bermukim

dilingkungan pesantren dengan aktivitas santri yang padat, mulai dari bangun disubuh hari, shalat bejamaah tepat waktu, proses belajar mengajar yang disiplin, peraturan yang ketat, makanan dan tempat tinggal yang sederhana, tidak adanya kedekatan dan kelekatan dengan orangtua, kurangnya sosialisasi dengan masyarakat

umum merupakan rutinitas yang harus dilewati oleh remaja santri di pondok pesantren. Hal ini kerap kali membuat perilaku santri tidak sesuai dengan apa yang diajarkan oleh para pengasuh.

Penelitian ini dilakukan di pondok pesantren Al-Mawaddah Warrahmah dan Attarbiyah Islamiyah Kolaka Sulawesi Tenggara. Kedua pondok pesantren ini merupakan pondok pesantren modern dan memiliki kemiripan iklim atau situasi

(4)

4

bangun pada jam 04.00 dan isterahat pada jam 22.00, dilarang keluar lingkungan pondok tanpa seizin pengasuh, kegiatan ekstrakulikuler santri yang kurang kecuali pramuka pada hari jum’at, santri belajar pengetahuan umum dipagi hari sampai siang, kitab klasik pada waktu sore dan malam hari dan menghafal Al-Qur’an pada

waktu subhu hari. Santri laki-laki dan perempuan tinggal didalam lingkungan yang sama dan mereka belajar dalam satu ruangan berdasarkan kelas masing-masing.

Idealnya, seorang santri harus memperlihatkan perilaku yang baik dalam kehidupan sehari- hari karena mereka dididik untuk menjadi manusia yang bermoral sesuai dengan ajaran-ajaran dalam agama Islam. Seperti, bagaimana bersikap sopan

dan menghargai serta menghormati orang lain, berperilaku yang tidak merugikan orang lain, mematuhi segala aturan di lingkungan pondok dan sekolah. Tetapi, pada kenyataannya tidaklah demikian karena ada banyak kasus yang dapat kita amati mengenai perilaku buruk santri. Penelitian yang dilakukan oleh Aryanto (2007) di Pondok Pesantren Daruttauhid Malang menyebutkan bahwa bentuk pelanggaran santri di pondok pesantren Daruttauhid Malang adalah tidak mengikuti ta’lim,

berkelahi dengan teman, aktivitas merokok yang dilakukan oleh santri, serta keluar pesantren tanpa izin dari pengasuh.

Keadaan diatas merupakan ciri yang kurang sehat secara psikologis. Individu yang sehat secara psikologis adalah individu yang mempunyai sikap positif terhadap dirinya, orang lain dan lingkungan sekitar, kesemuanya merupakan dimensi

psychological well-being. Ryff & Keyes (1995) mengatakan bahwa individu yang

memiliki kesejahteraan psikologis yang positif adalah individu yang memiliki respons positif terhadap dimensi-dimensi psychological well-being, yaitu penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan hidup, dan pertumbuhan pribadi.

Respon positif individu terhadap dimensi-dimensi psychological well-being

turut ditentukan oleh kesiapan pribadi individu dalam hal kepribadian. Perbedaan tipe kepribadian akan menentukan bagaimana seseorang merespon stimulus yang ada dilingkungannya. Individu dengan tipe kepribadian ekstrovert dan introvert akan memberikan respon yang berbeda pada dimensi-dimensi psychological well-being

(5)

Arif Wicaksono (2005) dalam penelitiannya yang berjudul perbedaan tipe kepribadian pada remaja dengan kemampuan berinteraksi sosial menyebutkan bahwa remaja dengan tipe kepribadian ekstrovert memiliki kemampuan berinteraksi sosial yang tinggi daripada remaja yang memiliki tipe kepribadian introvert yang memiliki

kemampuan berinteraksi sosial yang rendah.

Dalam penelitian yang dilakukan Abidin dan Suyasa (2003) yang berjudul perbedaan penguasaan tugas perkembangan antara yang bertipe kepribadaian ekstrovert dan introvert memperoleh kesimpulan bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam penguasaan tugas perkembangan. Di mana remaja bertipe

kepribadian ekstrovert memiliki penguasaan tugas perkembangan yang lebih baik dibanding dengan remaja bertipe kepribadian introvert. Hal ini disebabkan karena remaja bertipe kepribadian ekstrovert pandai dan luwes dalam bergaul, mudah menyesuaikan diri dalam lingkungan dan suka bekerjasama dengan orang lain dan ini bertentangan dengan remaja bertipe kepribadian introvert yang sukar dalam menyesuikan diri, kaku dalam pergaulan, suka bekerja sendiri dan menyukai

membaca daripada bergaul dengan orang lain.

Penjelasan Eysenck mengenai tipe kepribadian ekstrovert dan introvert. Individu dengan tipe kepribadian ekstrovert memilki sikap periang, senang berbicara dan bergaul, aktif, menyukai perubahan, dan selalu optimis akan tetapi remaja dengan tipe ini sangat agresif, keras kepala dan suka menonjolkan diri didepan orang lain, selain itu dia juga tidak konsisten dan memiliki temperament. Sedangkan

individu dengan tipe introvert memiliki sikap yang pasif, suka menyendiri, kurang suka bergaul tetapi remaja dengan tipe ini memiliki sikap yang tenang, dapat dipercaya, dan memiliki kemampuan untuk berfikir secara mendalam, mampu mengendalikan emosinya, sabar, lebih berhati-hati dan sangat pertimbangan sebelum

bertindak (dalam Alwisol, 2008).

Eysenk yakin bahwa penyebab utama perbedaan antara ekstraversi dan introversi adalah tingkat keterangsangan korteks, kondisi fisiologis yang sebagian besar bersifat keturunan. Orang yang ekstravert mempunyai rangsangan korteks yang rendah sehingga ia banyak membutuhkan rangsangan inderawi untuk mengaktifkan korteksnya dengan cara berhubungan dengan orang disekitarnya. Sedangkan orang

(6)

6

sedikit rangsangan untuk mengaktifkan korteksnya sehingga cenderung menarik diri untuk berhubungan dengan orang lain (dalam Alwisol, 2008).

Mengacu pada paparan di atas diduga psychological well-being dipengaruhi oleh tipe kepribadian. Individu dengan tipe kepribadian tertentu akan memberikan

reaksi yang berbeda terhadap lingkungan sosial yang serupa. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti dan memahami lebih dalam mengenai Psychological Well-Being dan Tipe Kepribadian pada Santri Pondok Pesantren.

B. Rumusan Masalah

Perumusan Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran

psychological well-being dan tipe kepribadian pada santri pondok pesantren?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran psychological well-being

dan tipe kepribadian santri pondok pesantren.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan keilmuan psikologi khususya keilmuan psikologi positif, psikologi kepribadian, dan

psikologi pendidikan serta menjadi khasanah pemikiran tentang psychological

well-being dan tipe kepribadian dalam hubungannya dengan santri pondok

pesantren.

2. Manfaat Praktis

Diharapakan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran, saran, serta tindakan yang berarti mengenai gambaran psychological well-being

dan tipe kepribadian pada santri pondok pesantren guna mewujudkan

(7)

a. Bagi lembaga pendidikan

Penelitian ini di harapkan menjadi rujukan dalam menigkatkan psychological

well-being sesuai dengan tipe kepribadian santri agar mereka dapat

mengembangkan potensinya secara maksimal.

b. Bagi orang tua

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang psychological

well-being dan tipe kepribadian pada santri pondok pesantren sehingga mereka

bisa mengarahkan anaknya dalam menuntut ilmu serta mengarahakan remaja ke hal yang lebih positif atau bermanfaat bagi keluarganya.

c. Bagi subjek

Penelitian ini diharapkan dapat membantu subjek dalam memahami

psychological well-being dan tipe kepribadian mereka, sehingga mereka

(8)

IDENTIFIKASI PSYCHOLOGICAL WELL-BEING DAN TIPE

KEPRIBADIAN PADA SANTRI PONDOK PESANTREN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Oleh: Pirdaus 08810095

FAKULTAS PSIKOLOGI

(9)
(10)
(11)
(12)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam dan Dengan mengucap syukur

Alhamdulillah atas rahmat NYA Serta shalawat dan salam untuk sang idola

Rasulullah Muhammad SAW sehingga saya mampu menyelesaikan studi ini serta

memperoleh hasil yang diharapkan. Hasil studi dan gelar ini saya persembahkan

untuk Ayah dan Ibuku tercinta yang selalu mendidik, memberikan kasih sayang,

nasehat serta supportnya sehingga saya mampu berjuang demi mencapai cita-cita

dan masa depan yang lebih baik

Penelitian dengan judul Identifikasi Psychological Well-Being dan Tipe Kepribadian pada Santri Pondok Pesantren ini dibuat sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan studi tingkat strata satu (S-1) di Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

Meskipun sudah melakukan penelitian secara cermat namun penelitian ini tidak luput dari kesalahan semata karena keterbatasan penulis sebagai manusia. Karenanya penulis menyadari bahwa kelancaran penyusunan penelitian ini tidak lepas dari dukungan, bantuan dan dukungan semua pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada :

1. Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Yudi Suharsono, S.Psi, M.Si selaku dosen pembimbing I atas dorongan, nasehat dan masukan yang sangat berarti dalam penulisan skripsi ini.

3. Zainul Anwar, S.Psi, M.Psi selaku dosen pembimbing II atas bimbingan dan saran-saran selama penyusunan skripsi ini.

4. Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Swasta pondok pesantren Al-Mawaddah

(13)

kecil dan tanda cintaku kepada Ayah dan Ibu.

6. u’Tuk Abang Rais terimakasih banyak atas kasih sayang, cinta, semangat,

bantuan dalam segala bentuk, dukungan dan kesabaran yang diberikan. Love u Full

7. Buat kakakQ Ida terimakasih atas dukungan doa, kasih sayangnya dan nasehatnya serta sikecil Hakim ku tersayang sebagai penyemangat dalam tiap langkahku.

8. Buat adikku Sita n Yusril tetap semangat jangan lupa pesan Ibu, buat beliau selalu bangga pada kita, kalian harus lebih baik dari kk, semoga ini bisa menjadi sedikit panutan.

9. Teman-teman ku tersayang Anggi, Yudha, Imam, Nazmi, Risma, Reni, Thohir, Ipank, Uci, Yulinda dan semua anak kls B angkatan 08 yang gak bisa disebutin satu-satu.. I love n Miss u all.

10.Terimakasih buat semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini, karena keterbatasan sehingga tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Tiada satupun manusia yang sempurna, saran dan kritik sangat penulis harapkan untuk kebaikan bersama. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua

Malang, 5 Maret 2012

(14)

INTISARI

Pirdaus. (2012). Identifikasi Psychological Well-Being dan Tipe Kepribadian pada Santri Pondok Pesantren. Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Pembimbing: (1). Yudi Suharsono, S.Psi, M.Si. (2). Zainul Anwar, S.Psi, M.Psi

Kata kunci: Psychological Well-Being, Tipe Kepribadian

Kesejahteraan adalah idaman setiap orang. Ia berangkat dari sebuah kehidupan yang sehat dan normal. Oleh karena itu setiap manusia berupaya menciptakan kehidupan yang sejahtera baik kondisi fisik, sosial dan psikologisnya. Kepribadaian dan psychological well-being adalah dua hal yang bersifat subyektif oleh setiap individu, sehingga perbedaan tipe kepribadian pada remaja akan menimbulkan psychological well-being yang berbeda pula ketika menjalani aktivitas dan kehidupan sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran

psychological well-being dan tipe kepribadian pada santri pondok pesantren.

Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimen dengan pendekatan kuantitatif deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah santri Madrasah Aliyah pondok pesantren Al-Mawaddah Warrahmah dan Attarbiyah Islamiyah dengan jumlah 100 santri. Data diungkap melalui alat tes EPI-A yang terdiri dari 56 item dan skala psychological well-being yang terdiri dari 36 item. Teknik analisa data menggunakan teknik T-score.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa santri yang berjenis kelamin laki-laki dengan tipe kepribadian ekstrovert memiliki psychological well-being yang tinggi pada aspek pertumbuhan pribadi dan rendah pada aspek hubungan positif dengan orang lain dan santri yang berjenis kelamin laki-laki dengan tipe kepribadian introvert memiliki psychological well-being yang tinggi pada aspek pertumbuhan pribadi dan rendah pada aspek penerimaan diri. Sedangkan santri yang berjenis kelamin perempuan dengan tipe kepribadian ekstrovert memiliki psychological

well-being yang tinggi pada aspek pertumbuhan pribadi dan rendah pada aspek

(15)

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

INTISARI ... vii

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Psychological Well-Being ... 8

B. Kepribadian ... 17

C. Remaja ... 26

D. Psychological Well-Being dan Tipe Kepribadian pada Santri Pondok Pesantren ... 32

E. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 34

BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ... 35

B. Identifikasi Variabel ... 36

C. Definisi Operasional ... 36

D. Subjek Penelitian ... 37

E. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

F. Jenis Data dan Metode Pengumpul Data ... 37

G. Prosedur Penelitian ... 39

H. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 40

(16)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ... 45 B. Analisa Data ... 47 C. Pembahasan ... 51

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 57 B. Saran ... 57 DAFTAR PUSTAKA ... 59

(17)

Tabel 1. Blue Print Skala Psychological Well-Being ……….... 38

Tabel 2. Item Valid Skala Psychological Well-Being……… 42

Tabel 3. Reliabilitas Skala Psychological Well-Being………. . 43

Tabel 4. Distribusi Tipe Kepribadian ……… 45

Tabel 5. Perhitungan T- score skala Psychological Well-Being ………...46

Tabel 6. Hasil Analisis T-score Berdasarkan Jenis Kelamin, Tipe Kepribadian dan Psychological Well-Being pada Aspek Penerimaan Diri ...………. 47

Tabel 7. Hasil Analisis T-score Berdasarkan Jenis Kelamin, Tipe Kepribadian dan Psychological Well-Being pada Aspek Hubungan Positif dengan Orang Lain……….…. 48

Tabel 8. Hasil Analisis T-score Berdasarkan Jenis Kelamin, Tipe Kepribadian dan Psychological Well-Being pada Aspek Otonomi………. 48

Tabel 9. Hasil Analisis T-score Berdasarkan Jenis Kelamin, Tipe Kepribadian dan Psychological Well-Being pada Aspek Penguasaan terhadap Lingkungan…….……….. 49

Tabel 10. Hasil Analisis T-score Berdasarkan Jenis Kelamin, Tipe Kepribadian dan Psychological Well-Being pada Aspek Tujuan Hidup….………... 50

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M., dan Asrori, M. (2011). Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta Didik.Jakarta: Bumi Aksara

Almujahidinbalikpapan. (2011). http://almujahidinbalikpapan.wordpress.com/ ( diakses 28 November 2011)

Alwisol. (2008). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press

Anwar, D. (2001). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Karya Abditama

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Aryanto, D. (2007). Bentuk Pelanggaran dan Saksi di Pondok Pesantren

Daruttauhid Malang. (Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah

Malang).

Azwar, S. (2010). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

. (2009). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

. (2009). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Feist, J., dan Feist, G. J. (2010). Teori Kepribadian ( Theories of Personality).

Jakarta: Salemba Humanika

Hasan, M.I. (2002). Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Bogor: Ghalia Indonesia

Hauser, R. M., Springer, K. W., and Pudrovska, T. (2005). Temporal Structures of Psychological Well-Being: Continuity or Change?. University of Wisconsin-Madison: Center for Demography of Health and Aging

Huber, A. (2006). Dimensions of Pain and Well-being in Patients with Chronic

Musculoskeletal Pain. Cognitive Science: Siena University

Hurlock, E.B. (1980). Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga

Inibuku. (2009). http://inibuku.com/13981/negeri-5-menara-sebuah-novel-yang-terinspirasi-kisah-nyata.html. (diakses 9 oktober 2011).

(19)

Medantalk. (2009). http://www.medantalk.com/dimarahi-santri-bunuh-diri/. (diakses 9 oktober 2011)

Mediaindonesia. (2011). http://www.mediaindonesia.com/mediaperempuan/read.Keb

ahagiaan-Remaja-Pengaruhi-kala-Dewasa. (diakses tanggal 11 oktober 2011)

Papalia, D. E., Sterns, H. L., Feldman, R. D., and Camp, C. J. (2002). Adult

Development and Aging- 2nd ed. New York: McGraw Hill

Pervin, L. A., and Jhon, O. P. (2001). Personality Theory and Research- 8th ed. New York: Jhon Wiley

Phares, E. J. (1991). Introduction to Personality- 3rd ed. New York: Harper Collins Publishers

Psbncssmoraipb. (2011). http://psbncssmoraipb.wordpress.com/ (diakses 13 oktober 2011)

Qomar, M. (2002). Pesantren “Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi. Jakarta: Erlangga

Reinboth, M., Duda, J. L., and Ntoumanis, N. (2004). Dimensions of Coaching Behavior, Need Satisfaction, and the Psychological and Physical Welfare of

Young Athletes. Motivation and Emotion, Vol. 28, No. 3

Ryan, R. M., and Deci, E. L. (2001). On Happiness and Human Potentials: A Review

Of Research On Hedonic And Eudaimonic Well-Being. Annu. Rev. Psychol.

2001. 52:141–66 : Annual Reviews

Ryff, C. D., and Keyes, C. L. M. (1995). The Structure of Psychological Well-Being Revisited. Journal of Personality and Social Psychology. 4,719-727

Ryff, D.C. (1989). Happiness is Everything, or is it? Exsploration on The Meaning of Psychological Well-Being. Journal of personality and social psychology. 57.1069-1081

Santrock, J. W. (2002). Life-Span Development, Perkembangan Masa Hidup (Jilid Dua). Jakarta: Erlangga.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung : Alfabeta

(20)

Snyder, C. R., and Lopes, S. J. (2002). Handbook of positive psychology. New York: Oxford University Press

Springer, K. W., and Hauser, R. M. (2006). An Assessment of The Construct Validity of Ryff’s Scales of Psychological Well-Being: Method, Mode, and

Measurement Effects. Social Science Research 35: 1080–1102

Steger, M. F., Kashdan, T. B., and Oishi, S. (2008). Being Good by Doing Good:

Daily Eudaimonic Activity and Well-Being. Journal of Research in Personality

42: 22–42

Suryabrata, S. (2008). Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Winarsunu, T. (2009). Statistik, Dalam Penelitian Psikologi & Pendidikan. Malang: UMM Press

Referensi

Dokumen terkait

menyusun rencana operasional dan mengoordinasikan pelaksanaan program dan kegiatan Sekretariat Daerah dalam lingkup tugasnya yang meliputi bidang pemberitaan dan kerjasama

Faktor-faktor yang dapat memicu stres pada keluarga sebagai respons ada anggota keluarga yang dirawat di ruang perawatan intensif meliputi perubahan lingkungan, aturan

Tetapi setelah dilakukan teguran oleh Pengadilan, pihak yang kalah tidak mengindahkan, maka putusan yang telah berkekuatan hukum yang tetap itu tidak dapat

(1) wajib Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi tidak dapat membayar Retribusi sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, Wajib

Maka hipotesis kesepuluh yang menyatakan bahwa ROA secara persial memiliki pengaruh positive yang signifikan terhadap CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Non

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi Balai Pengawas Obat dan Makanan di Pangkalpinang dalam menyusun kebijakan dalam organisasi tersebut mengenai hal

Namun, faktor yang memengaruhi kemampuan koneksi matematis mahasiswa dalam menyelesaikan masalah open ended tidak hanya kecerdasan linguistik, melainkan juga faktor

Berikut ini adalah hasil dari eksperimen yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan CLSC pada data uji ketiga dengan menggunakan algoritma Simulated Annealing