• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelemahan material pengendalian internal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor-faktor yang mempengaruhi kelemahan material pengendalian internal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELEMAHAN MATERIAL PENGENDALIAN INTERNAL PADA PERUSAHAAN

MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI

OLEH : TULUS MAULANA

080503199

PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Faktor-faktor yang mempengaruhi kelemahan material pengendalian internal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya tulis sayasendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik padaFakultas Ekonomi dan BisnisUniversitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan,9 Maret 2015 Yang Membuat Pernyataan

(3)

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELEMAHAN MATERIAL PENGENDALIAN INTERNAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG

TERDAFTAR DI BEI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, reputasi auditor, independensi dewan komisaris, rapat dewan komisaris, rapat komite audit, dan pertumbuhan penjualan terhadap kelemahan material pengendalian internal dengan menggunakan proksi manejemen resiko ,etika bisnis, dan training. Penelitian ini menggunakan objek penelitian perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013.

Populasi penelitian ini sebanyak 140 perusahaan manufaktur.Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling,

sehinggadiperoleh 69 perusahaan sampel untuk 4 tahunpengamatan (2010 - 2013) dengan 276 unit analisis. Data penelitian diperoleh dari laporan keuangan yang telah diaudit, laporan auditor independen, dan laporan tahunan dari perusahaan

sampel yang diunduh dari website Bursa Efek Indonesia

yaituwww.idx.co.id.Teknik

Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak adanya pengaruh ukuran perusahaan, reputasi auditor, independensi dewan komisaris, rapat dewan komisaris, rapat komite audit, dan pertumbuhan penjualan terhadap kelemahan material pengendalian internal diproksikan manajemen resiko. Ukuran perusahaan, rapatdewankomisaris, pertumbuhanpenjualan, danreputasi auditor tidak berpengaruh, sedangkan rapat komite audit dan independensi dewan komisaris berpengaruh terhadap kelemahan material pengendalian internal diproksikan etika bisnis. Ukuranperusahaan, rapatdewankomisaris, rapatkomite audit, dan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh, tetapi reputasi auditor dan independensi dewan komisaris berpengaruh terhadap kelemahan material pengendalian internal diproksikan training.

analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan analisis statistic inferensial dengan metode regresi logistik.

(4)

ABSTRACT

FACTORS AFFECTING THE WEAKNESS OF MATERIAL ON INTERNAL CONTROL MANUFACTURING COMPANY LISTED IN BEI

This study aims to determine the effect of firm size, auditor reputation, independence of the board of commissioners, board meetings, meetings of the audit committee, and the sales growth of the internal control material weaknesses by using proxy the management of risk, business ethics, and training. This study uses the research object manufacturing companies listed on the Stock Exchange 2010-2013.

The study population of 140 manufacturing companies. The sampling method used is purposive sampling method, so that the company obtained 69 samples for 4 years of observation (2010-2013) with 276 units of analysis. Data were obtained from audited financial statements, the independent auditor's report, and the annual report of the company samples downloaded from the website Indonesian stock exchange ,www.idx.co.id. The data analysis technique used is descriptive statistical analysis and inferential statistical analysis with logistic regression method.

The results showed that the absence of effect of firm size, auditor reputation, independence of the board of commissioners, board meetings, meetings of the audit committee, and the sales growth of the internal control material weaknesses proxied risk management. The size of the company, its board meetings, sales growth, and does not affect the auditor's reputation, while meeting the independence of the audit committee and board of directors affect the internal control material weaknesses proxied business ethics. The size of the company, its board meetings, meetings of the audit committee, and do not affect sales growth, while the auditor's reputation and independence of the board of commissioners affect the internal control material weaknesses proxied training

(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur diucapkan kepada TuhanYang Maha Esa, karena berkat rahmat dan petunjuk-Nya yang selalu memberikan bimbingan dan kemudahan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Faktor-faktor yang mempengaruhi kelemahan material pengendalian internal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia” ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih terutama kepada kedua orang tua penulis Bapak A. Simanjuntak dan Ibu Magdalena Tio yang telah mencurahkan seluruh kasih sayang, cinta, pengorbanan, motivasi, serta doa kepada penulis. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini baik secara moril maupun materil yaitu :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac., Ak., CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen., MAFIS., Ak.,CPA selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, M.M., Ak.,CA selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak selaku Ketua Program Studi Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak. selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak. CA dosenpembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.Bapak Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak, CPA selaku dosen pembaca yang telah bersedia meluangkan waktu dan penilaian terhadap skripsi penulis.

5. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Departemen Akuntansi yang telah banyak memberi ilmu pengetahuan dan nasehat pada penulis selama masa perkuliahan.

(6)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penulisan di masa yang akandatang. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, 9 Maret 2015 Penulis,

(7)

DAFTAR ISI

1.3 Tujuan dan ManfaatPenelitian ... 7

1.3.1Tujuan Penelitian ... 7

2.1.3 Pengendalian Internal ... 12

2.1.3.1 PengertianPengendalian Internal ... 12

2.1.3.2 Kelemahan Material(material weakness) Pengendalian Internal ... 14

2.1.3.3 PengungkapanKelemahan Material Pengendalian Internal ... 15

2.1.3.3.1 Manajemen Resiko ... 16

2.1.3.3.2 EtikaBisnis ... 17

2.1.3.3.3 Training ... 19

2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi kelemahan pengendalian internal ... 20

2.1.4.1RapatKomite Audit ... 20

2.1.4.2Independensi Dewan Komisaris ... 21

2.1.4.3Rapat Dewan Komisaris ... 22

2.1.4.4Reputasi Auditor ... 23

2.1.4.5Ukuran Perusahaan ... 23

2.1.4.6Pertumbuhan Penjualan ... 24

2.2Review Penelitian terdahulu ... 25

2.3Kerangka Konseptual ... 31

(8)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ... 37

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 38

3.4 Jenis dan Sumber Data ... 39

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 40

3.6 Definisi Operasional danTeknik Pengukuran Variabel ... … 40

3.6.1 VariabelTerikat(variable dependen) ... 40

3.6.1.1 Kelemahan Material(material weakness) Pengendalian Internal……...…... 40

3.6.1.1.1 Risk Management(Y1) ... 41

3.6.1.1.2 EtikaBisnis(Y2) ... 41

3.6.1.1.3 Training(Y3) ... 42

3.6.2 Variabel Bebas(variabel independen) ... 42

3.6.2.1 Rapat Komite Audit(X1) ... 43

3.6.2.2 Independensi Dewan Komisaris(X2) ... 43

3.6.2.3 Rapat Dewan Komisaris(X3) ... 44

3.6.2.4 Reputasi Auditor(X4) ... 44

3.6.2.5 Ukuran Perusahaan.(X5) ... 45

3.6.2.6 Pertumbuhan Penjualan(X6) ... 46

3.7 Metode Analisis Data ... 48

3.7.1 Statistik Deskriptif ... 49

3.7.2 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 49

3.7.2.1 AnalisisUnivariat ... 49

3.7.2.1.1 Uji Kolmogorov Smirnov ... 50

3.7.2.1.2Uji Korelasi Spearman ... 51

3.7.2.2Analisis Multivariat ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskriptif Sampel Penelitian ... 55

4.2 Statistik Deskriptif ... 55

4.3 Hasil Pengujian Hipotesis ... 58

4.3.1 Analisis Univariat ... 58

4.3.1.1 One-Sampel Kolongmorov Smirnov ... 59

4.3.1.2 Uji Korelasi Spearman’s Rho ... 60

4.3.2 Analisis Multivariat ... 61

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ... 72

(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Review Penelitian Terdahulu ... 27

3.1 Jadwal Penelitian ... 38

3.2 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria………... 39

3.3 Definisi Operasional Variabel dan teknik pengukuran variabel ... 47

4.1 Descriptive Statistic ... 56

4.2 One-Sample Kolongmorov Smirnov Test ... 59

4.3 Spearman’s Correlations ... 60

4.4 Omnibus Tests of Model Coefficients ... 61

4.5 Variabel in the Equation ... 62

4.6 Hosmer and Lemeshow Test ... 63

4.7 Model Summary ... 64

4.8 Classification Table ... 64

4.9 Omnibus Tests of Model Coefficients ... 65

4.10 Variabel in the Equation ... 65

4.11 Model Summary ... 67

4.12 Hosmer and Lemeshow Test ... 67

4.13 Classification Table ... 68

4.14 Omnibus Tests of Model Coefficients ... 68

4.15 Variabel in the Equation ... 69

4.16 Model Summary ... 70

4.17 Hosmer and Lemeshow Test ... 71

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Daftar Populasi dan Sampel Perusahaan Manufaktur

tahun 2010-2013 ... 81

2 Data-data Variabel Dependen ... 86

3 Data-data Variabel Independen ... 93

4 Statistik Deskriptif ... 114

5 AnalisisUnivariat ... 115

(12)

ABSTRACT

FACTORS AFFECTING THE WEAKNESS OF MATERIAL ON INTERNAL CONTROL MANUFACTURING COMPANY LISTED IN BEI

This study aims to determine the effect of firm size, auditor reputation, independence of the board of commissioners, board meetings, meetings of the audit committee, and the sales growth of the internal control material weaknesses by using proxy the management of risk, business ethics, and training. This study uses the research object manufacturing companies listed on the Stock Exchange 2010-2013.

The study population of 140 manufacturing companies. The sampling method used is purposive sampling method, so that the company obtained 69 samples for 4 years of observation (2010-2013) with 276 units of analysis. Data were obtained from audited financial statements, the independent auditor's report, and the annual report of the company samples downloaded from the website Indonesian stock exchange ,www.idx.co.id. The data analysis technique used is descriptive statistical analysis and inferential statistical analysis with logistic regression method.

The results showed that the absence of effect of firm size, auditor reputation, independence of the board of commissioners, board meetings, meetings of the audit committee, and the sales growth of the internal control material weaknesses proxied risk management. The size of the company, its board meetings, sales growth, and does not affect the auditor's reputation, while meeting the independence of the audit committee and board of directors affect the internal control material weaknesses proxied business ethics. The size of the company, its board meetings, meetings of the audit committee, and do not affect sales growth, while the auditor's reputation and independence of the board of commissioners affect the internal control material weaknesses proxied training

(13)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur diucapkan kepada TuhanYang Maha Esa, karena berkat rahmat dan petunjuk-Nya yang selalu memberikan bimbingan dan kemudahan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Faktor-faktor yang mempengaruhi kelemahan material pengendalian internal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia” ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih terutama kepada kedua orang tua penulis Bapak A. Simanjuntak dan Ibu Magdalena Tio yang telah mencurahkan seluruh kasih sayang, cinta, pengorbanan, motivasi, serta doa kepada penulis. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini baik secara moril maupun materil yaitu :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac., Ak., CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen., MAFIS., Ak.,CPA selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, M.M., Ak.,CA selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak selaku Ketua Program Studi Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak. selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak. CA dosenpembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.Bapak Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak, CPA selaku dosen pembaca yang telah bersedia meluangkan waktu dan penilaian terhadap skripsi penulis.

5. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Departemen Akuntansi yang telah banyak memberi ilmu pengetahuan dan nasehat pada penulis selama masa perkuliahan.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

2.5 Latar Belakang

Banyak artikel dan berita mengenai skandal keuangan yang terjadi di

Enron, World.Com, dan beberapa perusahaan lainnya. Namun salah satu

yang paling banyak menyita perhatian adalah kasus KAP Arthur Andersen

dengan perusahaan Enron. Kasus Enron berdampak sangat luas terhadap

pasar keuangan global, ini dilihat dari turunnya harga saham secara drastis

berbagai bursa efek di dunia, mulai dari Amerika, Eropa ,sampai ke Asia. Hal

ini menyebabkan hilangnya kepercayaan investor terhadap integritas laporan

keuangan khususnya bagi perusahaan yang tercatat di pasar modal. Banyak

pihak mengalami kecemasan bahwa skandal-skandal tersebut akan

membahayakan kelangsungan ekonomi di Amerika Serikat. Oleh karenanya

upaya yang dilakukan untuk memulihkan kepercayaan publik yaitu melalui

Kongres Amerika sehingga kejadian yang terjadi di tahun 1929 tidak terjadi

lagi. Selanjutnya kongres ini menetapkan undang-undang keuangan yang

kemudian dikenal dengan Sarbanes-Oxley Act 2002.

Sarbanes-Oxley Act of 2002 bertujuan untuk mengatasi kecemasan yang meningkat dari investor tentang integritas pelaporan keuangan

perusahaan. Salah satu aspek penting dari SOX adalah terdapat dua bagian

khusus berfokus pada isu-isu pengendalian internal terkait dengan pelaporan

(15)

mengungkapkan semua kelemahan material dalam pengendalian internal,

pada saat mereka mengesahkan laporan keuangan baik secara periodik,

tahunan dan triwulanan. Menurut Section 404, perusahaan diwajibkan untuk menilai efektivitas struktur pengendalian internal dan prosedur dalam

pelaporan keuangan dan mengungkapkan informasi tersebut dalam laporan

tahunannya. Lebih jauh lagi, perusahaan tidak hanya mengharuskan

manajemen untuk memberikan penilaian pengendalian internal, tetapi juga

mengharuskan auditor untuk memberikan pendapat atas penilaian manajemen

(Yan Zhang, et al. 2007:5).

Dalam SOX 302 pengungkapan yang diwajibkan adalah sebagian

besar terkait dengan pengendalian internal. Oleh karena itu pada penelitian

ini akan lebih difokuskan pada faktor-faktor yang berhubungan dengan

pengungkapan kelemahan pengendalian internal. Secara khusus berdasarkan

Section 302 (dalam Yan Zhang et al., 2007:6) manajemen bertanggung jawab terhadap pengendalian internal, mengevaluasi pengendalian internal dalam

waktu sembilan puluh hari sebelum tanggal pelaporan dan dilaporkan

tentang: (1) daftar semua kekurangan dalam pengendalian internal dan

informasi pada setiap penipuan yang dilakukan karyawan serta yang terlibat

dengan kegiatan pengendalian internal, (2) perubahan signifikan dalam

pengendalian internal atau faktor-faktor terkait dengan dampak negatif pada

(16)

Fitur yang signifikan dari Undang-Undang Sarbanes-Oxley

(selanjutnya SOX) (US Congress 2002) adalah pasal 404 yang membutuhkan

penilaian manajemen pengendalian internal perusahaan atas pelaporan

keuangan dan pendapat auditor di assessment. Manajemen pelaksana pada

pasal 404 telah menjadi fokus atas anggota komite audit dan biaya besar

implementasi telah mengundang kritik (Solomon dan Peecher,2004:16)

Di bawah Securities Exchange Commission (SEC) Pers No. 33-8238 (5 Juni 2003), Section 404 (a) mensyaratkan emiten untuk mengungkapkan informasi mengenai ruang lingkup dan kecukupan struktur pengendalian

internal dan prosedur untuk pelaporan keuangan dalam laporan tahunan

mereka. Pernyataan ini juga harus menilai keefektifan prosedur dan

pengendalian internal.Section 404 (b) mengharuskan perusahaan audit terdaftar (KAP) dalam laporan yang sama, untuk membuktikan dan

melaporkan efektivitas dari struktur pengendalian internal dan prosedur

dalam pelaporan keuangan.

Ge dan McVay serta Doyle et al.(2006:32) menemukan bahwa semua

kelemahan yang bersifat material dalam pengendalian internal lebih banyak

terjadi pada perusahaan yang ukurannya relatif kecil, profit yang relatif lebih

sedikit, sistem operasi yang lebih kompleks, sedang mengalami pertumbuhan,

dan dalam proses restrukturisasi. Sedangkan menurut Ashbaugh-Skaife et al.

(2007:9), perusahaan yang operasinya lebih kompleks, mengalami pergantian

(17)

pembukaan risiko akuntansi, dan investasi yang lebih sedikit pada sistem

pengendalian internal memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk

mengungkapkan kekurangan pengendalian internalnya.

Pengungkapan informasi perusahaan terdiri dari dua jenis yaitu

mandatory disclosure dan voluntary disclosure. Mandatory disclosure

merupakan pengungkapan informasi yang wajib diberitahukan oleh

perusahaan sedangkan voluntary disclosure merupakan pengungkapan informasi di luar pengungkapan wajib yang diberikan perusahaan. Voluntary disclosure secara sukarela diberikan oleh perusahaan kepada para pemakai laporan. Namun, di Indonesia pengungkapan informasi perusahaan terkait

dengan pengungkapakan kelemahan pengendalian internal dan melibatkan

peran komite audit di dalamnya masih jarang, walapun setelah munculnya

Undang-Undang Sarbanes Oxley tahun 2002. Hal ini disebabkan karena peraturan yang ada tentang pengungkapan kelemahan pengendalian internal

belum tersedia secara mandatory, yaitu belum ada kewajiban bagi perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia(Rani Femiarti, 2012:7).

Terkait dengan bentuk dewan komisaris dalam sebah perusahaan,

Indonesia menganut Two Tiers Systems untuk struktur dewan dalam perusahaan. Perusahaan mempunyai dua badan terpisah Dewan Pengawas

(Dewan Komisaris) dan Dewan Manajemen (Dewan Direksi). Dewan

Komisaris tidak boleh melibatkan diri dalam tugas-tugas manajemen dan

tidak boleh mewakili perusahaan dalam transaksi-transaksi pihak ke tiga

(18)

Dewan Komisaris memegang peranan penting dalam pelaksanaan

Good Corporate Governance dalam hal menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam pengelolaan perusahaan, serta

mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Untuk membantu efektivitas tugas

dan tanggung jawab Dewan Komisaris terutama dalam masalah pengawasan

internal maka Dewan Komisaris didukung oleh Komite Audit. Komite audit

sendiri memiliki tanggung jawab dalam mengawasi hal-hal yang berpotensi

mengandung resiko pada sistem pengendalian internal serta memonitor

proses pengawasan yang dilakukan oleh internal audit (FCGI, 2002:17).

Berdasarkan penelitian yang ada maka penelitian ini mengacu pada

penelitian Jeffrey Doyle, Weili Ge, dan Sarah Mcvay(2006:11) yang

menganalisis tentang hubungan antara kelemahan material pengendalian

internal yang diambil kriterianya pada SEC dengan faktor-faktor yang

mempengaruhi kelemahan pengendalian internal tersebut. Sedangkan

penelitian yang dilakukan oleh Rani Femiarti(2012:36) yang menganalisis

tentang kelemahan pengendalian internal yang dibagi menjadi tiga yaitu,

RMC, etika bisnis, dan pelatihan sumber daya manusia dengan keahlian

akuntansi dan/atau keuangan komite audit dan internal audit. Penelitian ini

menarik untuk diteliti karena bursa efek yang ada di Amerika Serikat (NYSE)

mewajibkan setiap perusahaan untuk menghitung kelemahan pengendalian

internal di perusahaannya sendiri. Sedangkan di Indonesia masih bersifat

(19)

Penelitian ini menggunakan objek penelitian perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013. Penelitian ini

dilakukan pada perusahaan manufaktur karena penelitian ini memiliki syarat

harus dilakukan pada industri yang mewajibkan adanya komite audit, tetapi

tidak mewajibkan adanya kelemahan material pengendalian internal.

Pemilihan tahun 2010 sampai dengan 2013 itu didasari karena ingin

mengetahui pengungkapan kelemahan material pengendalian internal setelah

ditetapkannya SOX 2002. Selain itu tahun tersebut dipilih karena dianggap

relevan dengan tahun dilakukannya penelitian karena menggambarkan profil

perusahaan terkini. Variabel dependen yang diteliti adalah pengungkapan

kelemahan material pengendalian internal yang diproksikan dengan risk

management, etika bisnis dan training. Variabel independen yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah rapat komite audit, independensi dewan

komisris, rapat dewan komisaris, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan,

dan reputasi auditor.

Disamping uraian latar belakang di atas peneliti termotivasi untuk

meneliti karena masih banyak perusahaan publik yang tidak memberitahukan

kelemahan material pengendalian internal kepada publik.Ini disebabkan

Bapepam.LK memberikan peraturan hanya bersifat sukarela saja tentang

kelemahan material pengendalian internal tersebut. Padahal kelemahan

material pengendalian internal itu sangat penting bagi investor-investor

dalam menganalisis perusahaan publik yang akan diinvestasikan agar

(20)

penelitian dilakukan dengan judul “Faktor-faktor yang mempengaruhi kelemahan material pengendalian internal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

2.6 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat diketahui bahwa

informasi kelemahan pengendalian sangat penting bagi para pemakai laporan

keuangan dalam pengambilan keputusan. Berdasarkan uraian latar belakang di

atas ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Apakah ukuran perusahaan, rapat komite audit, rapat dewan komisaris,

pertumbuhan penjualan, reputasi auditor, dan independensi dewan

komisaris berpengaruh terhadap kelemahan material (material weakness)

pengendalian internal diproksikan risk management?

2. Apakah ukuran perusahaan, rapat komite audit, rapat dewan komisaris,

pertumbuhan penjualan, reputasi auditor, dan independensi dewan

komisaris berpengaruh terhadap kelemahan material (material weakness)

pengendalian internal diproksikan etika bisnis?

3. Apakah ukuran perusahaan, rapat komite audit, rapat dewan komisaris,

pertumbuhan penjualan, reputasi auditor, dan independensi dewan

komisaris berpengaruh terhadap kelemahan material (material weakness)

(21)

2.7 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

2 Untuk menganalisa pengaruh ukuran perusahaan, rapat komite

audit, rapat dewan komisaris, pertumbuhan penjualan, reputasi

auditor, dan independensi dewan komisaris terhadap kelemahan

material(material weakness) pengendalian internal diproksikan risk

management.

3 Untuk menganalisa pengaruh ukuran perusahaan, rapat komite

audit, rapat dewan komisaris, pertumbuhan penjualan, reputasi

auditor, dan independensi dewan komisaris terhadap kelemahan

material (material weakness) pengendalian internal diproksikan

resiko etika bisnis.

4 Untuk menganalisa pengaruh ukuran perusahaan, rapat komite

audit, rapat dewan komisaris, pertumbuhan penjualan, reputasi

auditor, dan independensi dewan komisaris terhadap kelemahan

material(material weakness) pengendalian internal diproksikan

training.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dapat diambil dari penelitian ini, antara

lain:

7. Penelitian ini akan memberikan kontribusi bahan kajian mengenai

(22)

material pengendalian internal di perusahaan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia.

8. Bagi peneliti lainnya, penelitian ini dapat dijadikan sebagai

masukkan kepada peneliti berikutnya yang akan mengkaji

mengenai pengungkapan kelemahan material pengendalian

internal.

9. Penelitian ini akan memberikan kontribusi kepada pemerintah

selaku regulator pasar modal. Manfaat dari penelitian ini adalah

untuk memberikan kontribusi terhadap regulasi dari Bapepam

tentang Komite Audit. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga

Keuangan (Bapepam- LK) merancang peraturan serta menunggu

masukan dari pelaku pasar terkait akan direvisinya peraturan IX.I.5

tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite

Audit. Bapepam-LK ke depannya akan mempersiapkan kriteria dan

fungsi pengawasan komite audit dalam meminimalisir risiko

perusahaan tercatat (emiten). Terkait dengan direvisinya peraturan

itu diharapkan komite audit dapat lebih berperan aktif dalam

melakukan fungsi monitoring, dibandingkan hanya sebatas

mengkaji (review) laporan keuangan yang ada. Selama ini, peranan

komite audit di setiap emiten dinilai belum memuaskan, sehingga

memunculkan banyak penyimpangan, yang pada akhirnya

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis

10. Teori keagenan

Teori keagenan (Agency theory) merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut

berakar dari sinergi teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori

organisasi. Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara

pihak yang memberi wewenang (prinsipal) yaitu investor dengan pihak yang

menerima wewenang (agensi) yaitu manajer, dalam bentuk kontrak kerja

sama.

Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan

untuk memahami hubungan antara manajer dan pemegang saham. Jensen

dan Meckling (1976:6) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah

sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan pemegang saham (principal). Hubungan keagenan tersebut terkadang menimbulkan masalah antara

manajer dan pemegang saham. Konflik yang terjadi karena manusia adalah

makhluk ekonomi yang mempunyai sifat dasar mementingkan kepentingan

diri sendiri. Pemegang saham dan manajer memiliki tujuan yang berbeda

dan masing–masing menginginkan tujuan mereka terpenuhi.Akibat yang

terjadi adalah munculnya konflik kepentingan. Pemegang saham

menginginkan pengembalian yang lebih besar dan secepat–cepatnya atas

(24)

kepentingannya diakomodasi dengan pemberian kompensasi atau insentif

yang sebesar–besarnya atas kinerjanya dalam menjalankan perusahaan.

Oleh karena itu prinsipal perlu merancang sistem pengendalian yang

memonitor perilaku agen sehingga menghalangi tindakan yang

meningkatkan kekayaan agen dengan cara mengorbankan kepentingan

prinsipal. Aktivitas ini meliputi biaya penciptaan standar, biaya monitoring

agen, penciptaan sistem informasi akuntansi dan lain-lain. Aktivitas ini

menimbulkan biaya yang disebut sebagai agency cost.

Pengawasan merupakan salah satu komponen dalam GCG. Kualitas

pengawasan yang baik dapat menurunkan perilaku oportunistik yang

dilakukan oleh manajer. Dalam membentuk suatu pengawasan yang baik

ialah dengan adanya komite-komite yang mengawasi aktivitas perusahaan

sehingga dapat meningkatkan kualitas dan integritas laporan keuangan(

Femiarti,2012:13)

11. Sarbanes Oxley

Sarbanes-Oxley Act adalah sebuah landasan hukum yang disahkan pada 23 Januari 2002 oleh kongres Amerika Serikat. Undang-undang ini

dikenal sebagai Public Company Accounting Reform and Investor Protection Act of 2002 atau undang-undang perlindungan investor dan pengaturan akuntansi perusahaan publik yang seringkali disebut SOX atau

(25)

kepastian lebih besar terhadap integrasi sebuah

laporankeuangan(Femiarti,2014:14).

Sejak ditetapkannya SOX terdapat perubahan besar dalam tata

kelola perusahaan, khususnya Section 404 yang berhubungan langsung dengan efektivitas sistem pengendalian internal pelaporan keuangan itu

sendiri. Menurut Compliance Week, kebanyakan pengungkapan kelemahan pengendalian internal dibawah SOX 302 dan 404 berkaitan dengan sistem

dan prosedur keuangan, Yan Zhang, et al. (2007:6).

Salah satu aspek penting dari SOX adalah terdapat dua bagian

khusus berfokus pada isu-isu pengendalian internal terkait dengan pelaporan

keuangan. Pada Section 302, perusahaan memiliki kewajiban untuk mengungkapkan efektivitas dan perubahan yang signifikan terkait dengan

pengendalian internal. Sedangkan Section 404, mewajibkan perusahaan untuk melakukan penilaian mengenai struktur dan prosedur pengendalian

internal serta menyertakan review dan atestasi oleh KAP.

12. Pengendalian Internal

1.3.2 Pengertian Pengendalian Internal

SOX mengharuskan adanya pengendalian internal yang

efektif. Selain itu, pengendalian internal yang efektif dapat membantu

perusahaan mengarahkan kegiatan operasi mereka dan mencegah

pencurian serta tindakan penyalah gunaan lainnya.

Dalam standar Profesi Akuntansi Publik pada SA 319

(26)

Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris,manajemen ,dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: (a) keandalan pelaporan keuangan,(b) efektivitas dan efisiensi operasi dan (c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

COSO (COSO:1) mendefinisikan pengendalian internal dengan:

"Pengendalian internal adalah suatu proses, dipengaruhi oleh seorang dewan direksi, manajemen, dan personil lainnya, dirancang untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan dalam kategori: Efektivitas dan efisiensi operasi, keandalan pelaporan keuangan, dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku”

Kerangka kerja yang dikembangkan Komite Pendukung

Organisasi( Comitee of Sponsoring Organizations- COSO), yang

dibentuk oleh lima asosiasi bisnis utama. Aturan yang dibuat komite

ini diterbitkan dalam Pengendalian Internal- Kerangka Kerja

Terintegrasi(Internal Control-Integrated Framework). Kerangka kerja

ini, telah menjadi standar dalam merancang, menganalisis, dan

mengevaluasi pengendalian internal perusahaan.

Berikut ini adalah elemen dari pengendalian internal

menurut kerangka COSO (Committeeof Sponsoring

Organization)(2006:10): 4. Lingkungan pengendalian

Lingkungan pengendalian merupakan fondasi bagi komponen COSO yang lain. Manajemen harus paham pentingnya pengendalian internal, member contoh, dan memberikan dukungan, serta menyampaikannya kepada seluruh karyawan. 5. Penilaian Resiko

(27)

6. Aktivitas Pengendalian

Merupakan kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memastikan dilaksanakannya kebijakan manajemen dan bahwa resiko sudah diantisipasi. Aktivitas pengendalian juga membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan untuk penanganan resiko telah dilakukan sesuai apa yang direncanakan.

7. Informasi dan Komunikasi

Komponen ini menjelaskan bahwa sistem informasi sangat penting bagi keberhasilan atau peningkatan mutu operasional organisasi.Informasi bisa didapatkan dari eksternal maupun dari pengolahan internal merupakan potensi strategis.

8. Pengawasan

Komponen pengawasan dijelaskan dalam COSO untuk memastikan kehandalan sistem dan internal kontrol dari waktu ke waktu.Monitoring merupakan proses yang menilai kualitas dari kinerja sistem dan internal kontrol dari waktu ke waktu, yang dilakukan dengan melakukan aktivitas monitoring dan melakukan evaluasi secara terpisah.

1.3.3 Kelemahan Material(Material Weakness) Pengendalian Internal

Masalah terkait pengendalian internal dibedakan dalam tiga

jenis, yaitu: kelemahan material (material weakness), kekurangan yang signifikan (significant deficiency), dan kekurangan pengendalian

(control deficiency) (Yan Zhang et. al, 2007: 5).

Menurut SOX 302 dan SOX 404, masalah pengendalian

internal yang harus diungkapkan kepada publik adalah kelemahan

material. Karena itu, dalam penelitian kali ini akan difokuskan pada

kelemahan material (material weakness) pengendalian internal.

(28)

kombinasi dari kekurangan yang signifikan yang menyebabkan salah

saji material pada laporan keuangan tahunan dan laporan keuangan

interim tidak dapat dicegah atau dideteksi.

1.3.4 Pengungkapan Kelemahan Material Pengendalian Internal

Berdasarkan elemen dari pengendalian internal menurut

kerangka COSO (Committee of Sponsoring Organization) pengungkapan kelemahan pengendalian terdiri dari lima elemen yaitu

lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian,

informasi dan komunikasi, dan pemantauan.

Cara mengukur Material weakness dalam pengendalian internal adalah sebagai berikut(Femiarti,2012:19):

1. Lingkungan pengendalian dilihat dari bagaimana sikap para manajemen dan karyawan terhadap pentingnya pengendalian yang ada di organisasi tersebut. Pada annual report dapat dilihat dari :

a. Integritas dan Etika

b. Komitmen untuk meningkatkan kompetensi c. Dewan komisaris dan komite audit

d. Filosofi manajemen dan jenis operasi

e. Kebijakan dan praktek sumber daya manusia

2. Penilaian risiko pada suatu perusahaan bertujuan

mengidentifikasi masalah yang terdeteksi sehingga masalah tersebut dapat dianalisis dan dievaluasi serta dapat di perkirakan intensitas dan tindakan yang dapat meminimalkannya. Pada perusahaan penilaian risiko ini yaitu dengan adanya pengungkapan identifikasi dan analisis resiko.

(29)

pelatihan maka karyawan bisa mengetahui apa saja yang harus dikerjakan.

4. Informasi tentang lingkungan pengendalian, penilaian risiko, prosedur pengendalian dan monitoring diperlukan oleh manajemen sebagai pedoman operasional dan menjamin ketaatan dengan pelaporan hukum dan peraturan-peraturan yang berlaku pada perusahaan. Dalam menginformasikan dan mengkomunikasikan yang berhubungan pengendalian internal perusahaan maka diperlukan adanya sekretaris perusahaan.Sekertaris perusahaan juga memiliki fungsi yaitu pengawasan. Karena dia orang yang pertama mengetahui apa saja yang terjadi di perusahaan.

2.1.3.3.1 Manajemen resiko (Risk Management)

Manajemen resiko adalah sebuah cara yang sistematis

dalam memandang sebuah resiko dan menentukan dengan tepat

penanganan resiko tersebut. Ini merupakan sebuah sarana untuk

mengidentifikasi sumber dari resiko dan ketidakpastian, dan

memperkirakan dampak yang ditimbulkan dan mengembangkan

respon yang harus dilakukan untuk menanggapi resiko

(Uher,1996:2).

Sasaran dari pelaksanaan manajemen risiko adalah

untuk mengurangi risiko yang berbeda-beda berkaitan dengan

bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat diterima oleh

masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis ancaman yang

disebabkan oleh lingkungan, teknologi, manusia, organisasi dan

politik. Di sisi lain pelaksanaan manajemen risiko melibatkan

segala cara yang tersedia bagi manusia, khususnya, bagi entitas

(30)

Tindakan mencegah digunakan untuk mengurangi,

menghindari, atau mentransfer risiko pada tahap awal proyek

konstruksi. Menurut Darmawi (2005,p.11) manfaat manajemen

risiko yang diberikan terhadap perusahaan dapat dibagi dalam 5

(lima) kategori utama yaitu :

1 Manajemen risiko mungkin dapat mencegah perusahaan dari kegagalan.

2 Manajemen risiko menunjang secara langsung peningkatan laba.

3 Manajemen risiko dapat memberikan laba secara tidak langsung.

4 Adanya ketenangan pikiran bagi manajer yang disebabkan oleh adanya perlindungan terhadap risiko murni, merupakan harta non-material bagi perusahaan itu.

5 Manajemen risiko melindungi perusahaan dari risiko murni, dan karena kreditur pelanggan dan pemasok lebih menyukai perusahaan yang dilindungi maka secara tidak langsung menolong meningkatkan public image.

Manajemen risiko memang sangat bermanfaat bagi

perusahaan dalam mengelola suatu risiko yang dimiliki.Menurut

Amran et al (2009:12) manajemen risiko digunakan perusahaan untuk mengelola risikonya atau menangkap kesempatan yang

berhubungan dengan pencapaian tujuan perusahaan.

1.1.3.3.2. Etika Bisnis

Menurut Velasquez (2005:10), etika bisnis merupakan

studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah.

(31)

diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis. Secara

sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara

untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek

yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan juga

masyarakat.

Etika bisnis adalah penerapan etika dalam menjalankan

kegiatan suatu bisnis.Pada dasarnya tujuan bisnis adalah

memperoleh keuntungan, tetapi harus berdasarkan norma-norma

hukum yang berlaku.Norma hukum bisnis mengatur mana yang

boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan.Sopiah (2008)

menyatakan lingkungan juga bisa mempengaruhi kinerja

seseorang. Situasi lingkungan yang kondusif, misalnya dukungan

dari atasan, teman kerja, sarana dan prasarana yang memadai akan

menciptakan kenyamanan tersendiri dan akan memacu kinerja

yang baik. Sebaliknya, suasana kerja yang tidak nyaman karena

sarana dan prasarana yang tidak memadai, tidak adanya dukungan

dari atasan, dan banyak terjadi konflik akan memberi dampak

negatif yang mengakibatkan kemerosotan pada kinerja seseorang.

Dengan budaya, lingkungan perusahaan dan kemampuan Komite

Audit dengan anggota yang ahli di bidang akuntansi dan/atau

keuangan diharapkan akan menjadikan tata kelola perusahaan

(32)

meminimalkan kelemahan pengendalian internal di perusahaan

tersebut.

2.1.3.3.3Training

Pelatihan (training) adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai

tujuan organisasi. Oleh karena itu, proses ini terikat dengan berbagai

tujuan organisasi, pelatihan dapat dipandang secara sempit maupun

luas.Secara terbatas, pelatihan menyediakan para pegawai dengan

pengetahuan yang spesifik dan dapat diketahui serta keterampilan

yang digunakan dalam pekerjaan mereka saat ini. Terkadang ada

batasan yang ditarik antara pelatihan dengan pengembangan, dengan

pengembangan yang bersifat lebih luas dalam cakupan serta

memfokuskan pada individu untuk mencapai kemampuan baru yang

berguna baik bagi pekerjaannya saat ini maupun di masa mendatang

(Mathis,2002:5). Karyawan yang ada di perusahaan membutuhkan

pelatihan-pelatihan yang dapat meningkatkan kinerjanya dalam

menjalankan segala aktivitas perusahaan.

Pelatihan-pelatihan yang dilakukan oleh perusahaan

diharapkan dapat memberikan manfaat kepada karyawan sehingga

dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas serta tujuan perusahaan

dapat tercapai.Dengan meningkatnya efisiensi dan efektivitas

(33)

aktifitas perusahaan.Training yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja karyawan belum sepenuhnya diterapkan perusahaan di

Indonesia.

13. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelemahan pengendalian internal

2.1.4.1. Rapat Komite Audit

Komite audit mempunyai fungsi utama yaitu, membantu dewan

komisaris dalam melaksanakan tanggung jawab untuk mereview informasi

keuangan yang disediakan untuk pemegang saham maupun pihak lainnya,

menilai sistem pengendalian internal, serta proses audit internal.

Berdasarkan Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor:

Kep-29/PM/2004,tertanggal 24 September 2004 pada peraturan No. IX I.5

tentang Pembentukan dan Pelaksanaan Kerja Komite Audit, komite audit

didefinisikan sebagai komite yang dibentuk oleh dewan komisaris dalam

rangka membantu melaksanakantugas dan fungsinya. Salah satu unsur

penting dalam menerapkan prinsip GCG(Good Corporate Governance) yaitu dengan adanya komite audit yang efektif. Komite audit yang efektif

merupakan salah satu aspek dalam kriteria penilaian dalam menilai

pelaksanaan GCG yang baik.

Artikel FCGI (2002) dalam Femiarti(2012:29) menyebutkan bahwa

komite audit biasanya perlu mengadakan rapat tiga sampai empat kali

(34)

menyangkut sistem pelaporan keuangan. Adanya kemungkinan bahwa rapat

komite audit dengan frekuensi yang lebih dapat mendiskusikan isu-isu

tentang pengendalian internal, ketika ada masalah yang signifikan

behubungan dengan masalah pengendalian internal, Yan Zhang, et al.

(2007:11).

Berdasarkan Keputusan Ketua BAPEPAM No.Kep-29/PM/2004 hal

3 pasal 3e, komite audit mengadakan rapat sekurang-kurangnya sama

dengan ketentuan minimal rapat dewan komisaris yang ditetapkan dalam

Anggaran Dasar.

2.1.4.2. Independensi Dewan Komisaris

Di Indonesia saat ini, keberadaandewan komisaris yang independen

sudah diatur dalam Code of Good Corporate Governance yang dikeluarkan oleh KNKG. Komisaris menurut kode tersebut, bertanggung jawab dan

mempunyai kewenangan untuk mengawasi kebijakan dan kegiatan yang

dilakukan oleh direksi dan memberi nasihat bilamana diperlukan. Namun

terkadang dewan komisaris di suatu perusahaan belum bisa melaksanakan

fungsi kontrol terhadap direksi dengan baik(Yudiati, 2011: 23).

Keefektifan dari dewan komisaris dapat dipengaruhi oleh

faktor-faktor seperti frekuensi menadakan rapat dewan komisaris dan

perilaku-perilaku dari anggota dewan komisaris di sekitar pelaksanaan rapat, seperti

kehadiran dalam rapat, persiapan sebelum rapat, dan partisipasi anggota

(35)

Keuntungan sering diadakan rapat oleh dewan komisaris yaitu

anggota dewan dapat mempunyai tambahan waktu untuk membicarakan,

menentukan strategi apa yang akan diambil oleh perusahaan, dan memonitor

manajemen. Conger et al.(1998)(dalam Yan Zhang et al., 2007:12)

menyatakan bahwa rapat yang dilakukan dengan frekuensi tertentu dapat

meningkatkan efektivitas dewan komisaris.

2.1.4.3. Rapat Dewan Komisaris

Rapat dewan komisaris merupakan suatu proses yang dilalui oleh

dewan komisaris dalam pengambilan suatu keputusan mengenai kebijakan

perusahaan. Rapat yang diselenggarakan oleh dewan komisaris dilakukan

untuk mengawasi kebijakan-kebijakan yang telah diambil oleh dewan

direksi dan implementasinya(Yudiati,2011:25).

Keefektifan dari dewan komisaris dapat dipengaruhi oleh

faktor-faktor seperti frekuensi meeting dewan komisaris dan perilaku-perilaku dari anggota dewan komisaris di sekitar pelaksanaan meeting, seperti kehadiran dalam meeting, persiapan sebelum meeting, dan partisipasi anggota dalam

meeting. Keuntungan sering diadakannya meeting oleh dewan komisaris

yaitu anggota dewan dapatmempunyai tambahan waktu untuk

membicarakan, menentukan strategi apa yangakan diambil oleh perusahaan,

(36)

14. Reputasi Auditor

Auditor merupakan kunci mekanisme pengawasan eksternal.Auditor

dengan reputasi baik seperti The Big Four cenderung untuk memilih

perusahaan dengan klien yang memiliki nilai baik dalam komunitas bisnis.

Auditor merupakan profesi yang diperlukan untuk memberikan

penilaian atas kewajaran laporan keuangan. Informasi tersebut berguna bagi

para stakeholdersuntuk melakukan keputusan yang terkait dengan perusahaan. Penyediaan kualitas audit yang baik akan meningkatkan

kepercayaan investor terhadap perusahaan yang terdaftar di bursa efek

(Wulandari, 2012:29).

Auditor Big Four dapat meningkatkan kualitas mekanisme

pengawasan internal yang lebih tinggi dibandingkan dengan Non-Big Four.

2.1.4.5 Ukuran Perusahaan

Ada beberapa macam variabel yang secara umum digunakan untuk

mengukur ukuran perusahaan yaitu jumlah aset, jumlah penjualan, dan

jumlah karyawan. Dalam hal ini, ukuran perusahaan yang dipakai yaitu

jumlah aset. Jumlah aset menggambarkan seluruh sumber daya yang dimiliki

oleh perusahaan yang dapat dipergunakan untuk kegiatan operasi

perusahaan,semakin besar sumber daya yang dimiliki perusahaan maka

semakin besar skala/ukuran perusahaan. Sebaliknya jika semakin kecil

sumber daya yang dimiliki perusahaan maka semakin kecil pula ukuran

(37)

Peningkatan ukuran perusahaan cenderung membuat pemantauan

menjadi lebih luas dan meningkatkan kebutuhan mekanisme pengendalian

perusahaan (Tao dan Hutchinson, 2011 dalam Wiradharma,2013:40). Doyle,

et al (2007:12) menyatakan bahwa rendah dan tingginya pertumbuhan

perusahaan memiliki masalah pengendalian internal. Wallace dan

Kreutsfeldt (1991) dalam Femiarti (2009:30) mengidentifikasi ukuran

perusahaan sebagai salah satu dari karakteristik perusahaan yang dapat

mempengaruhi keputusan untuk membentuk suatu mekanisme pengendalian

internal.

2.1.4.6 Pertumbuhan Penjualan

Menurut Kesuma (2009:41), pertumbuhan penjualan (growth of sales) adalah kenaikan jumlah penjualan dari tahun ke tahun atau dari waktu ke

waktu. Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan penjualan yang

tinggi akan membutuhkan lebih banyak investasi pada berbagai elemen aset,

baik aset tetap maupun aset lancar. Pihak manajemen perlu

mempertimbangkan sumber pendanaan yang tepat bagi pembelanjaan aset

tersebut. Perusahaan yang memiliki pertumbuhan penjualan yang tinggi

akan mampu memenuhi kewajiban finansialnya seandainya perusahaan

tersebut membelanjai asetnya dengan utang, begitu pula sebaliknya.

Perusahaan yang berada pada pertumbuhan penjualan yang tinggi

membutuhkan dukungan sumber daya organisasi (modal) yang semakin

(38)

penjualannya rendah kebutuhan terhadap sumber daya organisasi (modal)

juga semakin kecil. Pertumbuhan yang cepat menghasilkan persediaan yang

besar yangmenyikapi tambahan risiko pengendalian internal untuk

mengukur dan mengawasi perluasan aktiva lancar.Hal tersebut

mengindikasikan bahwa pertumbuhan yang tinggi berpotensi menyebabkan

tingginya kelemahan pengendalian internal.

2.2. Review Penelitian terdahulu

Ge dan McVay (2005) menemukan bahwa pengungkapan kelemahan

material berhubungan positif terkait dengan kompleksitas usaha (misalnya,

beberapa segmen dan mata uang asing), berhubungan negatif dengan ukuran

perusahaan (misalnya, pasar modal), dan negatif terkait dengan profitabilitas

perusahaan (misalnya, return on asset).

Hollis Ashbaugh-Skaife, et al (2005) yang melakukan penelitian dengan

judul The Discovery and Reporting of internal control Deficiencies Prior to SOX-Mandated Audits, dari penelitian tersebut telah diambil kesimpulan bahwa perusahaan-perusahaan yang laporan ICDs memiliki operasi yang lebih kompleks

sebagai proksi dengan jumlah segmen bisnis dan penjualan asing, lebih sering

terlibat dalam merger dan akuisisi dan restrukturisasi, mengadakan persediaan

lebih dan relatif lebih cepat tumbuh terhadap perusahaan-perusahaan yang tidak

(39)

Jeffrey Doyle, et al (2006) yang melakukan penelitian dengan judul

Determinant of weakness in internal control over financial reporting. Dari penelitiannya itu diambil kesimpulan menunjukkan bahwa materi kelemahan

dalam pengendalian internal lebih mungkin untuk perusahaan-perusahaan yang

lebih kecil, kurang menguntungkan, lebih kompleks, berkembang pesat, atau

mengalami restrukturisasi.

Yan Zhang, et al. (2007) yang melakukan penelitian dengan judul Audit Committee Quality, Auditor Independence, and Internal Control Weaknesses. Dari penelitiannya itu diambil kesimpulan bahwa ada relasi antara kualitas komite

audit, independensi auditor, dan kelemahan pengendalian internal. Perusahaan

teridentifikasi memiliki kelemahan pengendalian internal jika anggota komite

audit sedikit memiliki keahlian akuntansi dan/atau keuangan.

Lin et al. (2011) melakukan penelitian judul penelitian “The Role of The Internal Audit in the Disclosure of Material Weakness”. Diambil kesimpulan bahwa pengungkapan kelemahan material berhubungan negatif terkait

dengantingkat pendidikan IAF dan sejauh mana IAF menggabungkan teknik

kualitasjaminan ke lapangan, kegiatan audit terkait dengan pelaporan keuangan.

Selain itu ditemukan bahwa pengungkapan kelemahan material berhubungan

positif dengan praktek IAF terkait perikatan audit dan koordinasi auditor

eksternal-internal, menunjukkan bahwa kegiatan ini meningkatkan efektivitas

proses kepatuhan Bagian 404. Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan dapat

(40)

Tabel 2.1

REVIEW PENELITIAN TERDAHULU

Nama

peneliti Judul Variabel Teknik Indikator Pembahasan

dan tahun Penelitian Analisis

Doyle, Determinants Independen: Regresi SEC materi kelemahan dalam

Ge dan of weaknesses Pertumbuhan Logistik (Account pengendalian internal lebih

McVay in control penjualan: spesific, mungkin untuk perusahaan

(2005) internal Penjualan Company perusahaan yang lebih

Zhou, Comitee Kualitas Logistik (Account komite audit, independensi

dan Quality, Auditor Komite Audit: spesific, auditor, dan kelemahan

Zhou Independence, menggunakan company pengendalian internal.

(2007) and Internal ACFE level,staffing, Perusahaan teridentifikasi

Control Independensi compelexity, memiliki kelemahan internal

Weakness Auditor:∑ general) kontrol jika anggota komite

(41)

Lanjutan tabel 2.1

Ashbaugh- The Discovery Independen: regresi SEC Perusahaan-perusahaan

Skaife,Collins and Reporting Perlengkapan: Logistik (Account yang laporan ICDs

dan Kinney of Internal Jumlah spesific, memiliki operasi yang lebih

(2005) Control perlengkapan , company kompleks

Deficiencies Pertumbuhan level,staffing, sebagai proxy dengan

(42)

Material

Pizzini, Internal Audit Atribut IAF : Logistik (Account hubungan antara

Vargus Function in the b e r a p a t a h u n spesific, pengungkapan MW dan

Femiarti Audit Independen: Regresi COSO keahlianakuntansidan/atau

Dan Committee, Keahlian Logistik keuangan komite audit atau

Dewayanto Financial Expert akuntansi: audit committee financial

(43)

Tidak

committee Independen: Regresi SEC Adanya indikasi bahwa

(2005) quality and Komite Audit: Logistik (Account

komite audit independen

Sumber: Berbagai jurnal penelitian,2014

(44)

Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh yang terjadi antara

kelemahan material(material weakness)pengendalian internal. Kerangka

konseptual pada gambar 2.2 terdiri dari 3 model penelitian sebagai berikut:

15.Model I dengan variabel dependen pengungkapan kelemahan

pengendalian internal dengan proksi Risk Management.

16.Model II dengan variabel dependen pengungkapan kelemahan

pengendalian internal dengan proksi etika bisnis.

17.Model III dengan variabel dependen pengungkapan kelemahan

pengendalian internal dengan proksi Training.

Berdasarkan rumusan masalah, landasan teori dan review penelitian

(45)

H1

H2 H2

H3

Gambar 2.2 KerangkaKonseptual

Gambar 2.2 mengindikasikan bahwa rapat komite audit(X1),independensi dewan

komisaris(X2), rapat dewan komisaris(X3), reputasi auditor(X4),ukuran

perusahaan(X5) ,dan pertumbuhan penjualan(X6) mempengaruhi kelemahan

material pengendalian internal dengan proksi risk management(Y1),etika

bisnis(Y2) dan training(Y3).Penjelasan detail mengenai pengaruh rapat komite

audit,independensi dewan komisaris, rapat dewan komisaris, reputasi

auditor,ukuran perusahaan ,dan pertumbuhan penjualan terhadap kelemahan

material pengendalian internal diuraikan berikut ini:

1. Rapat Komite Audit.

Sesuai dengan teori keagenan, untuk dapat menurunkan asimetri

informasi dan menjembatani kepentingan pemilik dan manajemen, komite

audit harus memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang perusahaan untuk

meningkatkan efektivitasnya dalam melaksanakan peran pengawasan atas

FAKTOR-FAKTOR Kelemahan material

(46)

proses pelaporan keuangan dan pengendalian internal. Pengetahuan dan

pemahaman itu bisa didapatkan dengan adanya pertemuan dan pertukaran

pendapat dengan anggota yang lain. Peningkatan frekuensi pertemuan antar

anggota akan meningkatkan pula pengetahuan dan pemahaman tentang

perusahaan. Oleh karena itu, Komite Audit perlu mengadakan pertemuan tiga

sampai empat kali dalam satu tahun (FCGI,2002)(dalam Femiarti,2012:29).

Mcmullen dan Raghunan (1996:14) menemukan bahwa hasil audit

berbagai firma komite dengan tindakan penegakan SEC atau penghasilan

restatements yang kurang, cenderung memiliki rapat yang sering daripada

yang tidak sama sekali. Namun, hal ini juga mungkin bahwa komite audit

memenuhi lebih sering untuk membahas isu-isu pengendalian internal,

ketika ada masalah penting yang terkait dengan perusahaan pengendalian

internal.Oleh karena itu, hubungan antara jumlah rapat-rapat komite audit

dan kualitas kontrol internal berpengaruh negatif.

2. Independensi Dewan Komisaris

Pada independensi dewan komisaris, diukur sebagai persentase dewan

komisaris yang kompeten dengan jumlah dewan komisaris, karena penelitian

menunjukkan bahwa independensi dewan komisaris adalah negatif terkait

dengan kemungkinan penipuan keuangan dan tindakan penegakan SEC (

Beasley, tahun 1996; Dechow et al. , 1996 dalamFemiarti 2012:29 ).

(47)

Conger et al. (1998) dalam Yan Zhang, et al. (2007:12)

menyarankan bahwa frekuensi rapat dewan sangat penting untuk

meningkatkan efektivitas Dewan. Dewan independensi, ukuran, dan

pertemuan frekuensi semua mempengaruhi papan efektivitas. Semuanya itu

sangat berhubungan dengan kualitas internal kontrol.

4. Reputasi Auditor

Perusahaan audit yang tergabung dalam The Big Four dapat meningkatkan kualitas mekanisme pengawasan internal kliennya dibanding

kan dengan auditor non Big Four (Cohen et al., 2009 dalam Yudiati,2011:26). Tuntutan seperti itu mungkin dimotivasi oleh keinginan

untuk menjaga kualitas audit dan untuk melindungi reputasi mereka. Oleh

karena itu, tekanan yang lebih besar akan terdapat pada perusahaan yang

menggunakan jasa audit non Big Four dibandingkan dengan perusahaan yang menggunakan jasa audit Big Four (Yudiati,2011:26).

5. Ukuran Perusahaan

Perusahaan berukuran besar memiliki kelemahan pengendalian internal

yang lebih sedikit dibandingkan dengan perusahaan kecil. Perusahaan besar

cenderung memiliki kelebihan dalam mengembangkan dan

mengimplementasikan pengendalian internal perusahaan. Perusahaan besar

memiliki lebih banyak sumber daya untuk menyewa auditor eksternal yang

dapat membantu mendesain pengendalian internal

yang kuat.Sebaliknya, perusahaan kecil memiliki kesulitan dalam mengevaluasi

(48)

struktur yang baik dalam pengendalian internal mereka. Perusahaan kecil

cenderung mempunyai sumber daya yang terbatas, termasuk sumber daya yang

dikhususkan untuk mendesain dan menerapkan pengendalian internal yang

efektif dan masuk akal.Komponen pengendalian internal, seperti pemisahan

tugas, relative lebih sulit untuk diterapkan di perusahaan kecil(Swatia

Nirmala,Daljono,2013:2).

6. PertumbuhanPenjualan

Tingkat pertumbuhan yang cepat dari entitas berpotensi memerlukan

prosedur baru, teknologi, personel, atau mengatur mode.Kondisi ini dapat

menyebabkan masalah kelemahan pengendalian internal. Doyle, et al.

(2007:14) dan Ashbaugh-Skaife, et al. (2006:15) menegaskan bahwa

personel baru, proses, dan teknologi yang diperlukan untuk

menyeimbangkan kebutuhan pengendalian internal dan pertumbuhan.

Pertumbuhan yang lebih cepat membuat internal control dapat

mengantisipasi perubahan secara tiba-tiba. Akibatnya, pertumbuhan cepat

berpotensi meningkatkan risiko kelemahan pengendalian internal.(J.Doyle,

2006:2)

1.3.1. HipotesisPenelitian

Menurut Erlina(2008:41) “Hipotesis menyatakan yang diduga secara logis

antara dua variabel atau lebih dalam rumusan preposisi yang dapat diuji

secara empiris”. Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap

masalah yang akan diuji kebenarannya melalui analisis data yang relevan

(49)

kerangka konseptual yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis

penelitian sebagai berikut:

H1:Rapat komite audit,independensi dewan komisaris, rapat dewan komisaris, reputasi auditor,ukuran perusahaan, dan pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap kelemahan material pengendalian internaldiproksikan risk management.

H2:Rapat komite audit, independensi dewan komisaris, rapat dewan komisaris, reputasi auditor,ukuran perusahaan ,dan pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap kelemahan material pengendalian internal diproksikan etika bisnis..

(50)

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Jenis Penelitian

Pada umumnya penelitian di bagi menjadi tiga klasifikasi yaitu (1)Penelitian

eksplorasi (Exploratory research) (2) Penelitian Deskriptif(Descriptive research)

(3) Penelitian sebab-akibat (Causal research). Klasifikasi penelitian ini didasarkan pada pendekatan penelitian sebab-akibat yaitu proses pengambilan

kesimpulan dengan menggunakan fakta atau data empiris (empiricist) untuk menguji hipotesis yang telah dibangun dengan menggunakan struktur teori.

Penelitian ini menggunakan pendekatan sebab–akibat, karena tujuan utama dari

penelitian ini adalah mengidentifikasi hubungan sebab akibat antara berbagai

variabel (Erlina, 2008:20).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dengan mengakses situs Bursa Efek

Indonesia(www.idx.com), www.ssrn.com, dan

untuk mengukur indeks pengungkapan perusahaan didapatkan dengan jadwal

(51)

Tabel 3.1

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Syamsul Hadi (2006:45) “Populasi adalah keseluruhan dari objek

penelitian yang akan diteliti”. Populasi dalam penelitian ini terdiri dari perusahaan

manufaktur. Menurut Erlina (2011:81) “Sampel adalah bagian populasi yang

digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi”. Sampel dalam penelitian

(52)

ditetapkan terdapat perusahaan manufaktur dengan tahun pengamatan yang berarti

sampel.

Populasi dari penelitian ini adalah semua perusahaan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia sejumlah 72 perusahaan. Sedangkan untuk sampel yang

digunakan adalah perusahaan Indonesia yang termasuk dalam bidang manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2013.

Adapun kriteria pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini,

sebagai berikut :

1. Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada perusahaan manufaktur periode

2010-2013

2. Mempunyai Laporan tahunan dan Laporan Keuangan pada periode

2010-2013

3.4 Jenis dan Sumber data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data yang

berupa angka atau besaran tertentu yang sifatnya pasti (Syamsul Hadi, 2006: 42)

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diambil dari

situs Bursa Efek Indonesia. Data yang digunakan adalah laporan tahunan

perusahaan manufaktur di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada

tahun 2010-2013.Selain laporan tahunan, Penelitian ini juga menggunakan

laporan keuangan perusahaan yang berkaitan dengan penelitian ini.

(53)

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi, yaitu

mengumpulkan dan mempelajari dokumen-dokumen dan datayang diperlukan

dalam penelitian ini. Data yang dimaksud adalah data sekunder berupa laporan

tahunan (annual report) dan laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di BursaEfek Indonesia pada tahun 2010 dan 2013.

3.6 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.6.1 Variabel terikat (variabel dependen)

Variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel yang terikat dan

variabel yang dipengaruhi oleh variabel lainnya. Melalui analisis terhadap

variabel terikat adalah mungkin untuk menemukan jawaban atas suatu

masalah (Sekaran, 2006 dalam Femiarti,2012:47). Variabel dependen

merupakan variabel penelitian yang memengaruhi, yaitu faktor-faktor

yang diukur, dimanipulasi/ dipilih oleh seorang peneliti untuk

menetapkan/menentukan hubungan antara fenomena yang sedang diamati.

Variabel-variabel tersebut adalah:

3.6.1.1 Kelemahan Material (Material Weakness) Pengendalian Internal

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Pengungkapan

(54)

3.6.1.1.1 Risk Management(Y1)

Manajemen resiko adalah sebuah cara yang sistematis

dalam memandang sebuah resiko dan menentukan dengan tepat

penanganan resiko tersebut. Ini merupakan sebuah sarana untuk

mengidentifikasi sumber dari resiko dan ketidakpastian, dan

memperkirakan dampak yang ditimbulkan dan mengembangkan

respon yang harus dilakukan untuk menanggapi resiko (Uher,1996

dalam Femiarti 2012:47).

Dalam penelitian ini Risk Management dalam

perusahaan diukur menggunakan variabel dummy. Kategori 1 diberikan kepada perusahaan memiliki Risk Management yang

tercantum dalam annual report , sedangkan kategori 0 diberikan kepada perusahaan yang tidak.

3.6.1.1.2 Etika Bisnis(Y2)

Etika bisnis belum sepenuhnya diterapkan di

Indonesia.Oleh karena itu, dalam penelitian ini etika bisnis dalam

perusahaan diukur menggunakan variabel dummy. Kategori 1 diberikan kepada perusahaan memiliki etika bisnis yang tercantum

(55)

.

3.6.1.1.3 Training(Y3)

Pelatihan-pelatihan dilakukan oleh perusahaan

diharapkan dapat memberikan manfaat kepada karyawan sehingga

dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas serta tujuan

perusahaan dapat tercapai. Dengan meningkatnya efisiensi dan

efektivitas karyawan dapat membatu dalam meminimalkan

kesalahan dalam aktifitas perusahaan.Training yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja karyawan belum sepenuhnya

diterapkan perusahaan di Indonesia. Oleh karena itu, dalam

penelitian ini training yang dilakukan perusahaan diukur menggunakan variabel dummy.

Kategori 1 diberikan kepada perusahaan melakukan

training yang tercantum dalam annual report, sedangkan kategori 0 diberikan kepada perusahaan yang melakukan training yang tidak tercantum dalam annual report.

3.6.2 Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang dapat mempengaruhi variabel terikat secara positif atau negatif (Sekaran, 2006,

(56)

kepada perubahan variabel terkait/ dependen yaitu sebesar koefisien

(besaran) perubahan dalam variabel independen.

3.6.2.1 Rapat Komite Audit(X1)

Artikel FCGI (2002:12) menyebutkan bahwa Komite Audit

biasanya perlu untuk mengadakan rapat tiga sampai empat kali

setahun untuk melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya yang

menyangkut sistem pelaporan keuangan. Treadway Commission

(1987) dalam Sori, et al., (2007:12) juga menyatakan Komite Audit

sebaiknya bertemu minimal empat kali dalam satu tahun. Adanya

kemungkinan bahwa rapat komite audit dengan frekuensi yang lebih

dapat mendiskusikan isu-isu tentang pengendalian internal, ketika ada

masalah yang signifikan behubungan dengan masalah pengendalian

internal, Y. Zang, et al. (2007:12).

3.6.2.2 Independensi Dewan Komisaris (X2)

Keberadaan komisaris independen dimaksudkan untuk

menciptakan iklim yang lebih objektif dan independen dan juga untuk

menjaga “fairness”serta mampu memberikan keseimbanganantara kepentingan pemegang saham mayoritas dan pelindunganterhadap

kepentingan pemegang saham minoritas, bahkan kepentingan para

(57)

Komposisi dewan dikenal sebagai “proporsi dewan komisaris

dari luar perusahaan terhadap jumlah total dewan komisaris (Haniffa

and Cooke, 2002 dalam Ezat dan Masry, 2008). Penelitian yang

dilakukan oleh Beasley (1996) dan Dechow, et al (1996) dalam

Femiarti (2012:30) menyatakan bahwa independensi Dewan

Komisaris berhubungan negatif dengan kemungkinan terjadinya

financial fraud.Dengan demikian dapat dirumuskan:

BDIND = ∑ komisaris independen

∑anggota dewan komisaris

3.6.2.3Rapat Dewan Komisaris (X3)

Keefektifan dari dewan dapat dipengaruhi oleh frekuensi

meeting, frekuensi rapat yang tinggi dapat menghasilkan monitoring yang lebih baik. Dalam penelitian ini, frekuensi rapat dewan

komisaris diukur dengan jumlah meeting yang diselenggarakan selama satu tahun .(Yatim,2009 dalam Yudiati 2011:42)

Diukur dari jumlah pertemuan yang dilakukan oleh dewan

komisaris. Conger et al. (1998:12) menyatakan bahwa pertemuan

dewan yang lebih banyak dapat meningkatkan efektivitas dari dewan

komisaris.

Gambar

Tabel 2.1 REVIEW PENELITIAN TERDAHULU
Gambar 2.2 KerangkaKonseptual
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
Tabel 3.2 DefinisiOperasional dan Teknik Pengukuran Variabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh latihan percaya diri terhadap peningkatan percaya diri pada remaja yang mengalami obesitas di MAN Kabupaten Banyumas tahun 2017.. Metode :

[r]

Alat bukti adalah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan suatu perbuatan , dimana dengan alat – alat bukti tersebut dapat dipergunakan sebagai pembuktian guna

[r]

A visual interpretation of the predicted map shows that the particular model used in this work is capable of predicting wind speeds, at least on a bigger scale.. This is indicated

Kemampuan dalam memahami landasan dan ketentuan hukum perasuransian dapat mewujudkan keterampilan mahasiswa terhadap berbagai perkembangan hukum dan lembaga

This paper discusses the Stanford Method for Persistent Scatterer (StaMPS) based PS-InSAR and the Small Baselines Subset (SBAS) techniques to estimate the surface deformation in

kedisiplinan salat berjama’ah pada santriwati Pondok Pesantren Al -Muntaha Salatiga?, 3) Apa sajakah faktor yang mendukung dan menghambat dalam implementasi