SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELEMAHAN MATERIAL PENGENDALIAN INTERNAL PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI
OLEH : TULUS MAULANA
080503199
PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Faktor-faktor yang mempengaruhi kelemahan material pengendalian internal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya tulis sayasendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik padaFakultas Ekonomi dan BisnisUniversitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan,9 Maret 2015 Yang Membuat Pernyataan
ABSTRAK
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELEMAHAN MATERIAL PENGENDALIAN INTERNAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BEI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, reputasi auditor, independensi dewan komisaris, rapat dewan komisaris, rapat komite audit, dan pertumbuhan penjualan terhadap kelemahan material pengendalian internal dengan menggunakan proksi manejemen resiko ,etika bisnis, dan training. Penelitian ini menggunakan objek penelitian perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013.
Populasi penelitian ini sebanyak 140 perusahaan manufaktur.Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling,
sehinggadiperoleh 69 perusahaan sampel untuk 4 tahunpengamatan (2010 - 2013) dengan 276 unit analisis. Data penelitian diperoleh dari laporan keuangan yang telah diaudit, laporan auditor independen, dan laporan tahunan dari perusahaan
sampel yang diunduh dari website Bursa Efek Indonesia
yaituwww.idx.co.id.Teknik
Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak adanya pengaruh ukuran perusahaan, reputasi auditor, independensi dewan komisaris, rapat dewan komisaris, rapat komite audit, dan pertumbuhan penjualan terhadap kelemahan material pengendalian internal diproksikan manajemen resiko. Ukuran perusahaan, rapatdewankomisaris, pertumbuhanpenjualan, danreputasi auditor tidak berpengaruh, sedangkan rapat komite audit dan independensi dewan komisaris berpengaruh terhadap kelemahan material pengendalian internal diproksikan etika bisnis. Ukuranperusahaan, rapatdewankomisaris, rapatkomite audit, dan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh, tetapi reputasi auditor dan independensi dewan komisaris berpengaruh terhadap kelemahan material pengendalian internal diproksikan training.
analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan analisis statistic inferensial dengan metode regresi logistik.
ABSTRACT
FACTORS AFFECTING THE WEAKNESS OF MATERIAL ON INTERNAL CONTROL MANUFACTURING COMPANY LISTED IN BEI
This study aims to determine the effect of firm size, auditor reputation, independence of the board of commissioners, board meetings, meetings of the audit committee, and the sales growth of the internal control material weaknesses by using proxy the management of risk, business ethics, and training. This study uses the research object manufacturing companies listed on the Stock Exchange 2010-2013.
The study population of 140 manufacturing companies. The sampling method used is purposive sampling method, so that the company obtained 69 samples for 4 years of observation (2010-2013) with 276 units of analysis. Data were obtained from audited financial statements, the independent auditor's report, and the annual report of the company samples downloaded from the website Indonesian stock exchange ,www.idx.co.id. The data analysis technique used is descriptive statistical analysis and inferential statistical analysis with logistic regression method.
The results showed that the absence of effect of firm size, auditor reputation, independence of the board of commissioners, board meetings, meetings of the audit committee, and the sales growth of the internal control material weaknesses proxied risk management. The size of the company, its board meetings, sales growth, and does not affect the auditor's reputation, while meeting the independence of the audit committee and board of directors affect the internal control material weaknesses proxied business ethics. The size of the company, its board meetings, meetings of the audit committee, and do not affect sales growth, while the auditor's reputation and independence of the board of commissioners affect the internal control material weaknesses proxied training
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur diucapkan kepada TuhanYang Maha Esa, karena berkat rahmat dan petunjuk-Nya yang selalu memberikan bimbingan dan kemudahan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Faktor-faktor yang mempengaruhi kelemahan material pengendalian internal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia” ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih terutama kepada kedua orang tua penulis Bapak A. Simanjuntak dan Ibu Magdalena Tio yang telah mencurahkan seluruh kasih sayang, cinta, pengorbanan, motivasi, serta doa kepada penulis. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini baik secara moril maupun materil yaitu :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac., Ak., CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen., MAFIS., Ak.,CPA selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, M.M., Ak.,CA selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak selaku Ketua Program Studi Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak. selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak. CA dosenpembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.Bapak Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak, CPA selaku dosen pembaca yang telah bersedia meluangkan waktu dan penilaian terhadap skripsi penulis.
5. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Departemen Akuntansi yang telah banyak memberi ilmu pengetahuan dan nasehat pada penulis selama masa perkuliahan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penulisan di masa yang akandatang. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Medan, 9 Maret 2015 Penulis,
DAFTAR ISI
1.3 Tujuan dan ManfaatPenelitian ... 7
1.3.1Tujuan Penelitian ... 7
2.1.3 Pengendalian Internal ... 12
2.1.3.1 PengertianPengendalian Internal ... 12
2.1.3.2 Kelemahan Material(material weakness) Pengendalian Internal ... 14
2.1.3.3 PengungkapanKelemahan Material Pengendalian Internal ... 15
2.1.3.3.1 Manajemen Resiko ... 16
2.1.3.3.2 EtikaBisnis ... 17
2.1.3.3.3 Training ... 19
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi kelemahan pengendalian internal ... 20
2.1.4.1RapatKomite Audit ... 20
2.1.4.2Independensi Dewan Komisaris ... 21
2.1.4.3Rapat Dewan Komisaris ... 22
2.1.4.4Reputasi Auditor ... 23
2.1.4.5Ukuran Perusahaan ... 23
2.1.4.6Pertumbuhan Penjualan ... 24
2.2Review Penelitian terdahulu ... 25
2.3Kerangka Konseptual ... 31
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ... 37
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 37
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 38
3.4 Jenis dan Sumber Data ... 39
3.5 Metode Pengumpulan Data ... 40
3.6 Definisi Operasional danTeknik Pengukuran Variabel ... … 40
3.6.1 VariabelTerikat(variable dependen) ... 40
3.6.1.1 Kelemahan Material(material weakness) Pengendalian Internal……...…... 40
3.6.1.1.1 Risk Management(Y1) ... 41
3.6.1.1.2 EtikaBisnis(Y2) ... 41
3.6.1.1.3 Training(Y3) ... 42
3.6.2 Variabel Bebas(variabel independen) ... 42
3.6.2.1 Rapat Komite Audit(X1) ... 43
3.6.2.2 Independensi Dewan Komisaris(X2) ... 43
3.6.2.3 Rapat Dewan Komisaris(X3) ... 44
3.6.2.4 Reputasi Auditor(X4) ... 44
3.6.2.5 Ukuran Perusahaan.(X5) ... 45
3.6.2.6 Pertumbuhan Penjualan(X6) ... 46
3.7 Metode Analisis Data ... 48
3.7.1 Statistik Deskriptif ... 49
3.7.2 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 49
3.7.2.1 AnalisisUnivariat ... 49
3.7.2.1.1 Uji Kolmogorov Smirnov ... 50
3.7.2.1.2Uji Korelasi Spearman ... 51
3.7.2.2Analisis Multivariat ... 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskriptif Sampel Penelitian ... 55
4.2 Statistik Deskriptif ... 55
4.3 Hasil Pengujian Hipotesis ... 58
4.3.1 Analisis Univariat ... 58
4.3.1.1 One-Sampel Kolongmorov Smirnov ... 59
4.3.1.2 Uji Korelasi Spearman’s Rho ... 60
4.3.2 Analisis Multivariat ... 61
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ... 72
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Review Penelitian Terdahulu ... 27
3.1 Jadwal Penelitian ... 38
3.2 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria………... 39
3.3 Definisi Operasional Variabel dan teknik pengukuran variabel ... 47
4.1 Descriptive Statistic ... 56
4.2 One-Sample Kolongmorov Smirnov Test ... 59
4.3 Spearman’s Correlations ... 60
4.4 Omnibus Tests of Model Coefficients ... 61
4.5 Variabel in the Equation ... 62
4.6 Hosmer and Lemeshow Test ... 63
4.7 Model Summary ... 64
4.8 Classification Table ... 64
4.9 Omnibus Tests of Model Coefficients ... 65
4.10 Variabel in the Equation ... 65
4.11 Model Summary ... 67
4.12 Hosmer and Lemeshow Test ... 67
4.13 Classification Table ... 68
4.14 Omnibus Tests of Model Coefficients ... 68
4.15 Variabel in the Equation ... 69
4.16 Model Summary ... 70
4.17 Hosmer and Lemeshow Test ... 71
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1 Daftar Populasi dan Sampel Perusahaan Manufaktur
tahun 2010-2013 ... 81
2 Data-data Variabel Dependen ... 86
3 Data-data Variabel Independen ... 93
4 Statistik Deskriptif ... 114
5 AnalisisUnivariat ... 115
ABSTRACT
FACTORS AFFECTING THE WEAKNESS OF MATERIAL ON INTERNAL CONTROL MANUFACTURING COMPANY LISTED IN BEI
This study aims to determine the effect of firm size, auditor reputation, independence of the board of commissioners, board meetings, meetings of the audit committee, and the sales growth of the internal control material weaknesses by using proxy the management of risk, business ethics, and training. This study uses the research object manufacturing companies listed on the Stock Exchange 2010-2013.
The study population of 140 manufacturing companies. The sampling method used is purposive sampling method, so that the company obtained 69 samples for 4 years of observation (2010-2013) with 276 units of analysis. Data were obtained from audited financial statements, the independent auditor's report, and the annual report of the company samples downloaded from the website Indonesian stock exchange ,www.idx.co.id. The data analysis technique used is descriptive statistical analysis and inferential statistical analysis with logistic regression method.
The results showed that the absence of effect of firm size, auditor reputation, independence of the board of commissioners, board meetings, meetings of the audit committee, and the sales growth of the internal control material weaknesses proxied risk management. The size of the company, its board meetings, sales growth, and does not affect the auditor's reputation, while meeting the independence of the audit committee and board of directors affect the internal control material weaknesses proxied business ethics. The size of the company, its board meetings, meetings of the audit committee, and do not affect sales growth, while the auditor's reputation and independence of the board of commissioners affect the internal control material weaknesses proxied training
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur diucapkan kepada TuhanYang Maha Esa, karena berkat rahmat dan petunjuk-Nya yang selalu memberikan bimbingan dan kemudahan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Faktor-faktor yang mempengaruhi kelemahan material pengendalian internal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia” ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih terutama kepada kedua orang tua penulis Bapak A. Simanjuntak dan Ibu Magdalena Tio yang telah mencurahkan seluruh kasih sayang, cinta, pengorbanan, motivasi, serta doa kepada penulis. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini baik secara moril maupun materil yaitu :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac., Ak., CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen., MAFIS., Ak.,CPA selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, M.M., Ak.,CA selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak selaku Ketua Program Studi Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak. selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak. CA dosenpembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.Bapak Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak, CPA selaku dosen pembaca yang telah bersedia meluangkan waktu dan penilaian terhadap skripsi penulis.
5. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Departemen Akuntansi yang telah banyak memberi ilmu pengetahuan dan nasehat pada penulis selama masa perkuliahan.
BAB I
PENDAHULUAN
2.5 Latar Belakang
Banyak artikel dan berita mengenai skandal keuangan yang terjadi di
Enron, World.Com, dan beberapa perusahaan lainnya. Namun salah satu
yang paling banyak menyita perhatian adalah kasus KAP Arthur Andersen
dengan perusahaan Enron. Kasus Enron berdampak sangat luas terhadap
pasar keuangan global, ini dilihat dari turunnya harga saham secara drastis
berbagai bursa efek di dunia, mulai dari Amerika, Eropa ,sampai ke Asia. Hal
ini menyebabkan hilangnya kepercayaan investor terhadap integritas laporan
keuangan khususnya bagi perusahaan yang tercatat di pasar modal. Banyak
pihak mengalami kecemasan bahwa skandal-skandal tersebut akan
membahayakan kelangsungan ekonomi di Amerika Serikat. Oleh karenanya
upaya yang dilakukan untuk memulihkan kepercayaan publik yaitu melalui
Kongres Amerika sehingga kejadian yang terjadi di tahun 1929 tidak terjadi
lagi. Selanjutnya kongres ini menetapkan undang-undang keuangan yang
kemudian dikenal dengan Sarbanes-Oxley Act 2002.
Sarbanes-Oxley Act of 2002 bertujuan untuk mengatasi kecemasan yang meningkat dari investor tentang integritas pelaporan keuangan
perusahaan. Salah satu aspek penting dari SOX adalah terdapat dua bagian
khusus berfokus pada isu-isu pengendalian internal terkait dengan pelaporan
mengungkapkan semua kelemahan material dalam pengendalian internal,
pada saat mereka mengesahkan laporan keuangan baik secara periodik,
tahunan dan triwulanan. Menurut Section 404, perusahaan diwajibkan untuk menilai efektivitas struktur pengendalian internal dan prosedur dalam
pelaporan keuangan dan mengungkapkan informasi tersebut dalam laporan
tahunannya. Lebih jauh lagi, perusahaan tidak hanya mengharuskan
manajemen untuk memberikan penilaian pengendalian internal, tetapi juga
mengharuskan auditor untuk memberikan pendapat atas penilaian manajemen
(Yan Zhang, et al. 2007:5).
Dalam SOX 302 pengungkapan yang diwajibkan adalah sebagian
besar terkait dengan pengendalian internal. Oleh karena itu pada penelitian
ini akan lebih difokuskan pada faktor-faktor yang berhubungan dengan
pengungkapan kelemahan pengendalian internal. Secara khusus berdasarkan
Section 302 (dalam Yan Zhang et al., 2007:6) manajemen bertanggung jawab terhadap pengendalian internal, mengevaluasi pengendalian internal dalam
waktu sembilan puluh hari sebelum tanggal pelaporan dan dilaporkan
tentang: (1) daftar semua kekurangan dalam pengendalian internal dan
informasi pada setiap penipuan yang dilakukan karyawan serta yang terlibat
dengan kegiatan pengendalian internal, (2) perubahan signifikan dalam
pengendalian internal atau faktor-faktor terkait dengan dampak negatif pada
Fitur yang signifikan dari Undang-Undang Sarbanes-Oxley
(selanjutnya SOX) (US Congress 2002) adalah pasal 404 yang membutuhkan
penilaian manajemen pengendalian internal perusahaan atas pelaporan
keuangan dan pendapat auditor di assessment. Manajemen pelaksana pada
pasal 404 telah menjadi fokus atas anggota komite audit dan biaya besar
implementasi telah mengundang kritik (Solomon dan Peecher,2004:16)
Di bawah Securities Exchange Commission (SEC) Pers No. 33-8238 (5 Juni 2003), Section 404 (a) mensyaratkan emiten untuk mengungkapkan informasi mengenai ruang lingkup dan kecukupan struktur pengendalian
internal dan prosedur untuk pelaporan keuangan dalam laporan tahunan
mereka. Pernyataan ini juga harus menilai keefektifan prosedur dan
pengendalian internal.Section 404 (b) mengharuskan perusahaan audit terdaftar (KAP) dalam laporan yang sama, untuk membuktikan dan
melaporkan efektivitas dari struktur pengendalian internal dan prosedur
dalam pelaporan keuangan.
Ge dan McVay serta Doyle et al.(2006:32) menemukan bahwa semua
kelemahan yang bersifat material dalam pengendalian internal lebih banyak
terjadi pada perusahaan yang ukurannya relatif kecil, profit yang relatif lebih
sedikit, sistem operasi yang lebih kompleks, sedang mengalami pertumbuhan,
dan dalam proses restrukturisasi. Sedangkan menurut Ashbaugh-Skaife et al.
(2007:9), perusahaan yang operasinya lebih kompleks, mengalami pergantian
pembukaan risiko akuntansi, dan investasi yang lebih sedikit pada sistem
pengendalian internal memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk
mengungkapkan kekurangan pengendalian internalnya.
Pengungkapan informasi perusahaan terdiri dari dua jenis yaitu
mandatory disclosure dan voluntary disclosure. Mandatory disclosure
merupakan pengungkapan informasi yang wajib diberitahukan oleh
perusahaan sedangkan voluntary disclosure merupakan pengungkapan informasi di luar pengungkapan wajib yang diberikan perusahaan. Voluntary disclosure secara sukarela diberikan oleh perusahaan kepada para pemakai laporan. Namun, di Indonesia pengungkapan informasi perusahaan terkait
dengan pengungkapakan kelemahan pengendalian internal dan melibatkan
peran komite audit di dalamnya masih jarang, walapun setelah munculnya
Undang-Undang Sarbanes Oxley tahun 2002. Hal ini disebabkan karena peraturan yang ada tentang pengungkapan kelemahan pengendalian internal
belum tersedia secara mandatory, yaitu belum ada kewajiban bagi perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia(Rani Femiarti, 2012:7).
Terkait dengan bentuk dewan komisaris dalam sebah perusahaan,
Indonesia menganut Two Tiers Systems untuk struktur dewan dalam perusahaan. Perusahaan mempunyai dua badan terpisah Dewan Pengawas
(Dewan Komisaris) dan Dewan Manajemen (Dewan Direksi). Dewan
Komisaris tidak boleh melibatkan diri dalam tugas-tugas manajemen dan
tidak boleh mewakili perusahaan dalam transaksi-transaksi pihak ke tiga
Dewan Komisaris memegang peranan penting dalam pelaksanaan
Good Corporate Governance dalam hal menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam pengelolaan perusahaan, serta
mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Untuk membantu efektivitas tugas
dan tanggung jawab Dewan Komisaris terutama dalam masalah pengawasan
internal maka Dewan Komisaris didukung oleh Komite Audit. Komite audit
sendiri memiliki tanggung jawab dalam mengawasi hal-hal yang berpotensi
mengandung resiko pada sistem pengendalian internal serta memonitor
proses pengawasan yang dilakukan oleh internal audit (FCGI, 2002:17).
Berdasarkan penelitian yang ada maka penelitian ini mengacu pada
penelitian Jeffrey Doyle, Weili Ge, dan Sarah Mcvay(2006:11) yang
menganalisis tentang hubungan antara kelemahan material pengendalian
internal yang diambil kriterianya pada SEC dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi kelemahan pengendalian internal tersebut. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Rani Femiarti(2012:36) yang menganalisis
tentang kelemahan pengendalian internal yang dibagi menjadi tiga yaitu,
RMC, etika bisnis, dan pelatihan sumber daya manusia dengan keahlian
akuntansi dan/atau keuangan komite audit dan internal audit. Penelitian ini
menarik untuk diteliti karena bursa efek yang ada di Amerika Serikat (NYSE)
mewajibkan setiap perusahaan untuk menghitung kelemahan pengendalian
internal di perusahaannya sendiri. Sedangkan di Indonesia masih bersifat
Penelitian ini menggunakan objek penelitian perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013. Penelitian ini
dilakukan pada perusahaan manufaktur karena penelitian ini memiliki syarat
harus dilakukan pada industri yang mewajibkan adanya komite audit, tetapi
tidak mewajibkan adanya kelemahan material pengendalian internal.
Pemilihan tahun 2010 sampai dengan 2013 itu didasari karena ingin
mengetahui pengungkapan kelemahan material pengendalian internal setelah
ditetapkannya SOX 2002. Selain itu tahun tersebut dipilih karena dianggap
relevan dengan tahun dilakukannya penelitian karena menggambarkan profil
perusahaan terkini. Variabel dependen yang diteliti adalah pengungkapan
kelemahan material pengendalian internal yang diproksikan dengan risk
management, etika bisnis dan training. Variabel independen yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah rapat komite audit, independensi dewan
komisris, rapat dewan komisaris, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan,
dan reputasi auditor.
Disamping uraian latar belakang di atas peneliti termotivasi untuk
meneliti karena masih banyak perusahaan publik yang tidak memberitahukan
kelemahan material pengendalian internal kepada publik.Ini disebabkan
Bapepam.LK memberikan peraturan hanya bersifat sukarela saja tentang
kelemahan material pengendalian internal tersebut. Padahal kelemahan
material pengendalian internal itu sangat penting bagi investor-investor
dalam menganalisis perusahaan publik yang akan diinvestasikan agar
penelitian dilakukan dengan judul “Faktor-faktor yang mempengaruhi kelemahan material pengendalian internal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
2.6 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat diketahui bahwa
informasi kelemahan pengendalian sangat penting bagi para pemakai laporan
keuangan dalam pengambilan keputusan. Berdasarkan uraian latar belakang di
atas ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Apakah ukuran perusahaan, rapat komite audit, rapat dewan komisaris,
pertumbuhan penjualan, reputasi auditor, dan independensi dewan
komisaris berpengaruh terhadap kelemahan material (material weakness)
pengendalian internal diproksikan risk management?
2. Apakah ukuran perusahaan, rapat komite audit, rapat dewan komisaris,
pertumbuhan penjualan, reputasi auditor, dan independensi dewan
komisaris berpengaruh terhadap kelemahan material (material weakness)
pengendalian internal diproksikan etika bisnis?
3. Apakah ukuran perusahaan, rapat komite audit, rapat dewan komisaris,
pertumbuhan penjualan, reputasi auditor, dan independensi dewan
komisaris berpengaruh terhadap kelemahan material (material weakness)
2.7 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
2 Untuk menganalisa pengaruh ukuran perusahaan, rapat komite
audit, rapat dewan komisaris, pertumbuhan penjualan, reputasi
auditor, dan independensi dewan komisaris terhadap kelemahan
material(material weakness) pengendalian internal diproksikan risk
management.
3 Untuk menganalisa pengaruh ukuran perusahaan, rapat komite
audit, rapat dewan komisaris, pertumbuhan penjualan, reputasi
auditor, dan independensi dewan komisaris terhadap kelemahan
material (material weakness) pengendalian internal diproksikan
resiko etika bisnis.
4 Untuk menganalisa pengaruh ukuran perusahaan, rapat komite
audit, rapat dewan komisaris, pertumbuhan penjualan, reputasi
auditor, dan independensi dewan komisaris terhadap kelemahan
material(material weakness) pengendalian internal diproksikan
training.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang dapat diambil dari penelitian ini, antara
lain:
7. Penelitian ini akan memberikan kontribusi bahan kajian mengenai
material pengendalian internal di perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
8. Bagi peneliti lainnya, penelitian ini dapat dijadikan sebagai
masukkan kepada peneliti berikutnya yang akan mengkaji
mengenai pengungkapan kelemahan material pengendalian
internal.
9. Penelitian ini akan memberikan kontribusi kepada pemerintah
selaku regulator pasar modal. Manfaat dari penelitian ini adalah
untuk memberikan kontribusi terhadap regulasi dari Bapepam
tentang Komite Audit. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan (Bapepam- LK) merancang peraturan serta menunggu
masukan dari pelaku pasar terkait akan direvisinya peraturan IX.I.5
tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite
Audit. Bapepam-LK ke depannya akan mempersiapkan kriteria dan
fungsi pengawasan komite audit dalam meminimalisir risiko
perusahaan tercatat (emiten). Terkait dengan direvisinya peraturan
itu diharapkan komite audit dapat lebih berperan aktif dalam
melakukan fungsi monitoring, dibandingkan hanya sebatas
mengkaji (review) laporan keuangan yang ada. Selama ini, peranan
komite audit di setiap emiten dinilai belum memuaskan, sehingga
memunculkan banyak penyimpangan, yang pada akhirnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis
10. Teori keagenan
Teori keagenan (Agency theory) merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut
berakar dari sinergi teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori
organisasi. Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara
pihak yang memberi wewenang (prinsipal) yaitu investor dengan pihak yang
menerima wewenang (agensi) yaitu manajer, dalam bentuk kontrak kerja
sama.
Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan
untuk memahami hubungan antara manajer dan pemegang saham. Jensen
dan Meckling (1976:6) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah
sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan pemegang saham (principal). Hubungan keagenan tersebut terkadang menimbulkan masalah antara
manajer dan pemegang saham. Konflik yang terjadi karena manusia adalah
makhluk ekonomi yang mempunyai sifat dasar mementingkan kepentingan
diri sendiri. Pemegang saham dan manajer memiliki tujuan yang berbeda
dan masing–masing menginginkan tujuan mereka terpenuhi.Akibat yang
terjadi adalah munculnya konflik kepentingan. Pemegang saham
menginginkan pengembalian yang lebih besar dan secepat–cepatnya atas
kepentingannya diakomodasi dengan pemberian kompensasi atau insentif
yang sebesar–besarnya atas kinerjanya dalam menjalankan perusahaan.
Oleh karena itu prinsipal perlu merancang sistem pengendalian yang
memonitor perilaku agen sehingga menghalangi tindakan yang
meningkatkan kekayaan agen dengan cara mengorbankan kepentingan
prinsipal. Aktivitas ini meliputi biaya penciptaan standar, biaya monitoring
agen, penciptaan sistem informasi akuntansi dan lain-lain. Aktivitas ini
menimbulkan biaya yang disebut sebagai agency cost.
Pengawasan merupakan salah satu komponen dalam GCG. Kualitas
pengawasan yang baik dapat menurunkan perilaku oportunistik yang
dilakukan oleh manajer. Dalam membentuk suatu pengawasan yang baik
ialah dengan adanya komite-komite yang mengawasi aktivitas perusahaan
sehingga dapat meningkatkan kualitas dan integritas laporan keuangan(
Femiarti,2012:13)
11. Sarbanes Oxley
Sarbanes-Oxley Act adalah sebuah landasan hukum yang disahkan pada 23 Januari 2002 oleh kongres Amerika Serikat. Undang-undang ini
dikenal sebagai Public Company Accounting Reform and Investor Protection Act of 2002 atau undang-undang perlindungan investor dan pengaturan akuntansi perusahaan publik yang seringkali disebut SOX atau
kepastian lebih besar terhadap integrasi sebuah
laporankeuangan(Femiarti,2014:14).
Sejak ditetapkannya SOX terdapat perubahan besar dalam tata
kelola perusahaan, khususnya Section 404 yang berhubungan langsung dengan efektivitas sistem pengendalian internal pelaporan keuangan itu
sendiri. Menurut Compliance Week, kebanyakan pengungkapan kelemahan pengendalian internal dibawah SOX 302 dan 404 berkaitan dengan sistem
dan prosedur keuangan, Yan Zhang, et al. (2007:6).
Salah satu aspek penting dari SOX adalah terdapat dua bagian
khusus berfokus pada isu-isu pengendalian internal terkait dengan pelaporan
keuangan. Pada Section 302, perusahaan memiliki kewajiban untuk mengungkapkan efektivitas dan perubahan yang signifikan terkait dengan
pengendalian internal. Sedangkan Section 404, mewajibkan perusahaan untuk melakukan penilaian mengenai struktur dan prosedur pengendalian
internal serta menyertakan review dan atestasi oleh KAP.
12. Pengendalian Internal
1.3.2 Pengertian Pengendalian Internal
SOX mengharuskan adanya pengendalian internal yang
efektif. Selain itu, pengendalian internal yang efektif dapat membantu
perusahaan mengarahkan kegiatan operasi mereka dan mencegah
pencurian serta tindakan penyalah gunaan lainnya.
Dalam standar Profesi Akuntansi Publik pada SA 319
Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris,manajemen ,dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: (a) keandalan pelaporan keuangan,(b) efektivitas dan efisiensi operasi dan (c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
COSO (COSO:1) mendefinisikan pengendalian internal dengan:
"Pengendalian internal adalah suatu proses, dipengaruhi oleh seorang dewan direksi, manajemen, dan personil lainnya, dirancang untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan dalam kategori: Efektivitas dan efisiensi operasi, keandalan pelaporan keuangan, dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku”
Kerangka kerja yang dikembangkan Komite Pendukung
Organisasi( Comitee of Sponsoring Organizations- COSO), yang
dibentuk oleh lima asosiasi bisnis utama. Aturan yang dibuat komite
ini diterbitkan dalam Pengendalian Internal- Kerangka Kerja
Terintegrasi(Internal Control-Integrated Framework). Kerangka kerja
ini, telah menjadi standar dalam merancang, menganalisis, dan
mengevaluasi pengendalian internal perusahaan.
Berikut ini adalah elemen dari pengendalian internal
menurut kerangka COSO (Committeeof Sponsoring
Organization)(2006:10): 4. Lingkungan pengendalian
Lingkungan pengendalian merupakan fondasi bagi komponen COSO yang lain. Manajemen harus paham pentingnya pengendalian internal, member contoh, dan memberikan dukungan, serta menyampaikannya kepada seluruh karyawan. 5. Penilaian Resiko
6. Aktivitas Pengendalian
Merupakan kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memastikan dilaksanakannya kebijakan manajemen dan bahwa resiko sudah diantisipasi. Aktivitas pengendalian juga membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan untuk penanganan resiko telah dilakukan sesuai apa yang direncanakan.
7. Informasi dan Komunikasi
Komponen ini menjelaskan bahwa sistem informasi sangat penting bagi keberhasilan atau peningkatan mutu operasional organisasi.Informasi bisa didapatkan dari eksternal maupun dari pengolahan internal merupakan potensi strategis.
8. Pengawasan
Komponen pengawasan dijelaskan dalam COSO untuk memastikan kehandalan sistem dan internal kontrol dari waktu ke waktu.Monitoring merupakan proses yang menilai kualitas dari kinerja sistem dan internal kontrol dari waktu ke waktu, yang dilakukan dengan melakukan aktivitas monitoring dan melakukan evaluasi secara terpisah.
1.3.3 Kelemahan Material(Material Weakness) Pengendalian Internal
Masalah terkait pengendalian internal dibedakan dalam tiga
jenis, yaitu: kelemahan material (material weakness), kekurangan yang signifikan (significant deficiency), dan kekurangan pengendalian
(control deficiency) (Yan Zhang et. al, 2007: 5).
Menurut SOX 302 dan SOX 404, masalah pengendalian
internal yang harus diungkapkan kepada publik adalah kelemahan
material. Karena itu, dalam penelitian kali ini akan difokuskan pada
kelemahan material (material weakness) pengendalian internal.
kombinasi dari kekurangan yang signifikan yang menyebabkan salah
saji material pada laporan keuangan tahunan dan laporan keuangan
interim tidak dapat dicegah atau dideteksi.
1.3.4 Pengungkapan Kelemahan Material Pengendalian Internal
Berdasarkan elemen dari pengendalian internal menurut
kerangka COSO (Committee of Sponsoring Organization) pengungkapan kelemahan pengendalian terdiri dari lima elemen yaitu
lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian,
informasi dan komunikasi, dan pemantauan.
Cara mengukur Material weakness dalam pengendalian internal adalah sebagai berikut(Femiarti,2012:19):
1. Lingkungan pengendalian dilihat dari bagaimana sikap para manajemen dan karyawan terhadap pentingnya pengendalian yang ada di organisasi tersebut. Pada annual report dapat dilihat dari :
a. Integritas dan Etika
b. Komitmen untuk meningkatkan kompetensi c. Dewan komisaris dan komite audit
d. Filosofi manajemen dan jenis operasi
e. Kebijakan dan praktek sumber daya manusia
2. Penilaian risiko pada suatu perusahaan bertujuan
mengidentifikasi masalah yang terdeteksi sehingga masalah tersebut dapat dianalisis dan dievaluasi serta dapat di perkirakan intensitas dan tindakan yang dapat meminimalkannya. Pada perusahaan penilaian risiko ini yaitu dengan adanya pengungkapan identifikasi dan analisis resiko.
pelatihan maka karyawan bisa mengetahui apa saja yang harus dikerjakan.
4. Informasi tentang lingkungan pengendalian, penilaian risiko, prosedur pengendalian dan monitoring diperlukan oleh manajemen sebagai pedoman operasional dan menjamin ketaatan dengan pelaporan hukum dan peraturan-peraturan yang berlaku pada perusahaan. Dalam menginformasikan dan mengkomunikasikan yang berhubungan pengendalian internal perusahaan maka diperlukan adanya sekretaris perusahaan.Sekertaris perusahaan juga memiliki fungsi yaitu pengawasan. Karena dia orang yang pertama mengetahui apa saja yang terjadi di perusahaan.
2.1.3.3.1 Manajemen resiko (Risk Management)
Manajemen resiko adalah sebuah cara yang sistematis
dalam memandang sebuah resiko dan menentukan dengan tepat
penanganan resiko tersebut. Ini merupakan sebuah sarana untuk
mengidentifikasi sumber dari resiko dan ketidakpastian, dan
memperkirakan dampak yang ditimbulkan dan mengembangkan
respon yang harus dilakukan untuk menanggapi resiko
(Uher,1996:2).
Sasaran dari pelaksanaan manajemen risiko adalah
untuk mengurangi risiko yang berbeda-beda berkaitan dengan
bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat diterima oleh
masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis ancaman yang
disebabkan oleh lingkungan, teknologi, manusia, organisasi dan
politik. Di sisi lain pelaksanaan manajemen risiko melibatkan
segala cara yang tersedia bagi manusia, khususnya, bagi entitas
Tindakan mencegah digunakan untuk mengurangi,
menghindari, atau mentransfer risiko pada tahap awal proyek
konstruksi. Menurut Darmawi (2005,p.11) manfaat manajemen
risiko yang diberikan terhadap perusahaan dapat dibagi dalam 5
(lima) kategori utama yaitu :
1 Manajemen risiko mungkin dapat mencegah perusahaan dari kegagalan.
2 Manajemen risiko menunjang secara langsung peningkatan laba.
3 Manajemen risiko dapat memberikan laba secara tidak langsung.
4 Adanya ketenangan pikiran bagi manajer yang disebabkan oleh adanya perlindungan terhadap risiko murni, merupakan harta non-material bagi perusahaan itu.
5 Manajemen risiko melindungi perusahaan dari risiko murni, dan karena kreditur pelanggan dan pemasok lebih menyukai perusahaan yang dilindungi maka secara tidak langsung menolong meningkatkan public image.
Manajemen risiko memang sangat bermanfaat bagi
perusahaan dalam mengelola suatu risiko yang dimiliki.Menurut
Amran et al (2009:12) manajemen risiko digunakan perusahaan untuk mengelola risikonya atau menangkap kesempatan yang
berhubungan dengan pencapaian tujuan perusahaan.
1.1.3.3.2. Etika Bisnis
Menurut Velasquez (2005:10), etika bisnis merupakan
studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah.
diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis. Secara
sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara
untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek
yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan juga
masyarakat.
Etika bisnis adalah penerapan etika dalam menjalankan
kegiatan suatu bisnis.Pada dasarnya tujuan bisnis adalah
memperoleh keuntungan, tetapi harus berdasarkan norma-norma
hukum yang berlaku.Norma hukum bisnis mengatur mana yang
boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan.Sopiah (2008)
menyatakan lingkungan juga bisa mempengaruhi kinerja
seseorang. Situasi lingkungan yang kondusif, misalnya dukungan
dari atasan, teman kerja, sarana dan prasarana yang memadai akan
menciptakan kenyamanan tersendiri dan akan memacu kinerja
yang baik. Sebaliknya, suasana kerja yang tidak nyaman karena
sarana dan prasarana yang tidak memadai, tidak adanya dukungan
dari atasan, dan banyak terjadi konflik akan memberi dampak
negatif yang mengakibatkan kemerosotan pada kinerja seseorang.
Dengan budaya, lingkungan perusahaan dan kemampuan Komite
Audit dengan anggota yang ahli di bidang akuntansi dan/atau
keuangan diharapkan akan menjadikan tata kelola perusahaan
meminimalkan kelemahan pengendalian internal di perusahaan
tersebut.
2.1.3.3.3Training
Pelatihan (training) adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai
tujuan organisasi. Oleh karena itu, proses ini terikat dengan berbagai
tujuan organisasi, pelatihan dapat dipandang secara sempit maupun
luas.Secara terbatas, pelatihan menyediakan para pegawai dengan
pengetahuan yang spesifik dan dapat diketahui serta keterampilan
yang digunakan dalam pekerjaan mereka saat ini. Terkadang ada
batasan yang ditarik antara pelatihan dengan pengembangan, dengan
pengembangan yang bersifat lebih luas dalam cakupan serta
memfokuskan pada individu untuk mencapai kemampuan baru yang
berguna baik bagi pekerjaannya saat ini maupun di masa mendatang
(Mathis,2002:5). Karyawan yang ada di perusahaan membutuhkan
pelatihan-pelatihan yang dapat meningkatkan kinerjanya dalam
menjalankan segala aktivitas perusahaan.
Pelatihan-pelatihan yang dilakukan oleh perusahaan
diharapkan dapat memberikan manfaat kepada karyawan sehingga
dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas serta tujuan perusahaan
dapat tercapai.Dengan meningkatnya efisiensi dan efektivitas
aktifitas perusahaan.Training yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja karyawan belum sepenuhnya diterapkan perusahaan di
Indonesia.
13. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelemahan pengendalian internal
2.1.4.1. Rapat Komite Audit
Komite audit mempunyai fungsi utama yaitu, membantu dewan
komisaris dalam melaksanakan tanggung jawab untuk mereview informasi
keuangan yang disediakan untuk pemegang saham maupun pihak lainnya,
menilai sistem pengendalian internal, serta proses audit internal.
Berdasarkan Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor:
Kep-29/PM/2004,tertanggal 24 September 2004 pada peraturan No. IX I.5
tentang Pembentukan dan Pelaksanaan Kerja Komite Audit, komite audit
didefinisikan sebagai komite yang dibentuk oleh dewan komisaris dalam
rangka membantu melaksanakantugas dan fungsinya. Salah satu unsur
penting dalam menerapkan prinsip GCG(Good Corporate Governance) yaitu dengan adanya komite audit yang efektif. Komite audit yang efektif
merupakan salah satu aspek dalam kriteria penilaian dalam menilai
pelaksanaan GCG yang baik.
Artikel FCGI (2002) dalam Femiarti(2012:29) menyebutkan bahwa
komite audit biasanya perlu mengadakan rapat tiga sampai empat kali
menyangkut sistem pelaporan keuangan. Adanya kemungkinan bahwa rapat
komite audit dengan frekuensi yang lebih dapat mendiskusikan isu-isu
tentang pengendalian internal, ketika ada masalah yang signifikan
behubungan dengan masalah pengendalian internal, Yan Zhang, et al.
(2007:11).
Berdasarkan Keputusan Ketua BAPEPAM No.Kep-29/PM/2004 hal
3 pasal 3e, komite audit mengadakan rapat sekurang-kurangnya sama
dengan ketentuan minimal rapat dewan komisaris yang ditetapkan dalam
Anggaran Dasar.
2.1.4.2. Independensi Dewan Komisaris
Di Indonesia saat ini, keberadaandewan komisaris yang independen
sudah diatur dalam Code of Good Corporate Governance yang dikeluarkan oleh KNKG. Komisaris menurut kode tersebut, bertanggung jawab dan
mempunyai kewenangan untuk mengawasi kebijakan dan kegiatan yang
dilakukan oleh direksi dan memberi nasihat bilamana diperlukan. Namun
terkadang dewan komisaris di suatu perusahaan belum bisa melaksanakan
fungsi kontrol terhadap direksi dengan baik(Yudiati, 2011: 23).
Keefektifan dari dewan komisaris dapat dipengaruhi oleh
faktor-faktor seperti frekuensi menadakan rapat dewan komisaris dan
perilaku-perilaku dari anggota dewan komisaris di sekitar pelaksanaan rapat, seperti
kehadiran dalam rapat, persiapan sebelum rapat, dan partisipasi anggota
Keuntungan sering diadakan rapat oleh dewan komisaris yaitu
anggota dewan dapat mempunyai tambahan waktu untuk membicarakan,
menentukan strategi apa yang akan diambil oleh perusahaan, dan memonitor
manajemen. Conger et al.(1998)(dalam Yan Zhang et al., 2007:12)
menyatakan bahwa rapat yang dilakukan dengan frekuensi tertentu dapat
meningkatkan efektivitas dewan komisaris.
2.1.4.3. Rapat Dewan Komisaris
Rapat dewan komisaris merupakan suatu proses yang dilalui oleh
dewan komisaris dalam pengambilan suatu keputusan mengenai kebijakan
perusahaan. Rapat yang diselenggarakan oleh dewan komisaris dilakukan
untuk mengawasi kebijakan-kebijakan yang telah diambil oleh dewan
direksi dan implementasinya(Yudiati,2011:25).
Keefektifan dari dewan komisaris dapat dipengaruhi oleh
faktor-faktor seperti frekuensi meeting dewan komisaris dan perilaku-perilaku dari anggota dewan komisaris di sekitar pelaksanaan meeting, seperti kehadiran dalam meeting, persiapan sebelum meeting, dan partisipasi anggota dalam
meeting. Keuntungan sering diadakannya meeting oleh dewan komisaris
yaitu anggota dewan dapatmempunyai tambahan waktu untuk
membicarakan, menentukan strategi apa yangakan diambil oleh perusahaan,
14. Reputasi Auditor
Auditor merupakan kunci mekanisme pengawasan eksternal.Auditor
dengan reputasi baik seperti The Big Four cenderung untuk memilih
perusahaan dengan klien yang memiliki nilai baik dalam komunitas bisnis.
Auditor merupakan profesi yang diperlukan untuk memberikan
penilaian atas kewajaran laporan keuangan. Informasi tersebut berguna bagi
para stakeholdersuntuk melakukan keputusan yang terkait dengan perusahaan. Penyediaan kualitas audit yang baik akan meningkatkan
kepercayaan investor terhadap perusahaan yang terdaftar di bursa efek
(Wulandari, 2012:29).
Auditor Big Four dapat meningkatkan kualitas mekanisme
pengawasan internal yang lebih tinggi dibandingkan dengan Non-Big Four.
2.1.4.5 Ukuran Perusahaan
Ada beberapa macam variabel yang secara umum digunakan untuk
mengukur ukuran perusahaan yaitu jumlah aset, jumlah penjualan, dan
jumlah karyawan. Dalam hal ini, ukuran perusahaan yang dipakai yaitu
jumlah aset. Jumlah aset menggambarkan seluruh sumber daya yang dimiliki
oleh perusahaan yang dapat dipergunakan untuk kegiatan operasi
perusahaan,semakin besar sumber daya yang dimiliki perusahaan maka
semakin besar skala/ukuran perusahaan. Sebaliknya jika semakin kecil
sumber daya yang dimiliki perusahaan maka semakin kecil pula ukuran
Peningkatan ukuran perusahaan cenderung membuat pemantauan
menjadi lebih luas dan meningkatkan kebutuhan mekanisme pengendalian
perusahaan (Tao dan Hutchinson, 2011 dalam Wiradharma,2013:40). Doyle,
et al (2007:12) menyatakan bahwa rendah dan tingginya pertumbuhan
perusahaan memiliki masalah pengendalian internal. Wallace dan
Kreutsfeldt (1991) dalam Femiarti (2009:30) mengidentifikasi ukuran
perusahaan sebagai salah satu dari karakteristik perusahaan yang dapat
mempengaruhi keputusan untuk membentuk suatu mekanisme pengendalian
internal.
2.1.4.6 Pertumbuhan Penjualan
Menurut Kesuma (2009:41), pertumbuhan penjualan (growth of sales) adalah kenaikan jumlah penjualan dari tahun ke tahun atau dari waktu ke
waktu. Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan penjualan yang
tinggi akan membutuhkan lebih banyak investasi pada berbagai elemen aset,
baik aset tetap maupun aset lancar. Pihak manajemen perlu
mempertimbangkan sumber pendanaan yang tepat bagi pembelanjaan aset
tersebut. Perusahaan yang memiliki pertumbuhan penjualan yang tinggi
akan mampu memenuhi kewajiban finansialnya seandainya perusahaan
tersebut membelanjai asetnya dengan utang, begitu pula sebaliknya.
Perusahaan yang berada pada pertumbuhan penjualan yang tinggi
membutuhkan dukungan sumber daya organisasi (modal) yang semakin
penjualannya rendah kebutuhan terhadap sumber daya organisasi (modal)
juga semakin kecil. Pertumbuhan yang cepat menghasilkan persediaan yang
besar yangmenyikapi tambahan risiko pengendalian internal untuk
mengukur dan mengawasi perluasan aktiva lancar.Hal tersebut
mengindikasikan bahwa pertumbuhan yang tinggi berpotensi menyebabkan
tingginya kelemahan pengendalian internal.
2.2. Review Penelitian terdahulu
Ge dan McVay (2005) menemukan bahwa pengungkapan kelemahan
material berhubungan positif terkait dengan kompleksitas usaha (misalnya,
beberapa segmen dan mata uang asing), berhubungan negatif dengan ukuran
perusahaan (misalnya, pasar modal), dan negatif terkait dengan profitabilitas
perusahaan (misalnya, return on asset).
Hollis Ashbaugh-Skaife, et al (2005) yang melakukan penelitian dengan
judul The Discovery and Reporting of internal control Deficiencies Prior to SOX-Mandated Audits, dari penelitian tersebut telah diambil kesimpulan bahwa perusahaan-perusahaan yang laporan ICDs memiliki operasi yang lebih kompleks
sebagai proksi dengan jumlah segmen bisnis dan penjualan asing, lebih sering
terlibat dalam merger dan akuisisi dan restrukturisasi, mengadakan persediaan
lebih dan relatif lebih cepat tumbuh terhadap perusahaan-perusahaan yang tidak
Jeffrey Doyle, et al (2006) yang melakukan penelitian dengan judul
Determinant of weakness in internal control over financial reporting. Dari penelitiannya itu diambil kesimpulan menunjukkan bahwa materi kelemahan
dalam pengendalian internal lebih mungkin untuk perusahaan-perusahaan yang
lebih kecil, kurang menguntungkan, lebih kompleks, berkembang pesat, atau
mengalami restrukturisasi.
Yan Zhang, et al. (2007) yang melakukan penelitian dengan judul Audit Committee Quality, Auditor Independence, and Internal Control Weaknesses. Dari penelitiannya itu diambil kesimpulan bahwa ada relasi antara kualitas komite
audit, independensi auditor, dan kelemahan pengendalian internal. Perusahaan
teridentifikasi memiliki kelemahan pengendalian internal jika anggota komite
audit sedikit memiliki keahlian akuntansi dan/atau keuangan.
Lin et al. (2011) melakukan penelitian judul penelitian “The Role of The Internal Audit in the Disclosure of Material Weakness”. Diambil kesimpulan bahwa pengungkapan kelemahan material berhubungan negatif terkait
dengantingkat pendidikan IAF dan sejauh mana IAF menggabungkan teknik
kualitasjaminan ke lapangan, kegiatan audit terkait dengan pelaporan keuangan.
Selain itu ditemukan bahwa pengungkapan kelemahan material berhubungan
positif dengan praktek IAF terkait perikatan audit dan koordinasi auditor
eksternal-internal, menunjukkan bahwa kegiatan ini meningkatkan efektivitas
proses kepatuhan Bagian 404. Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan dapat
Tabel 2.1
REVIEW PENELITIAN TERDAHULU
Nama
peneliti Judul Variabel Teknik Indikator Pembahasan
dan tahun Penelitian Analisis
Doyle, Determinants Independen: Regresi SEC materi kelemahan dalam
Ge dan of weaknesses Pertumbuhan Logistik (Account pengendalian internal lebih
McVay in control penjualan: spesific, mungkin untuk perusahaan
(2005) internal Penjualan Company perusahaan yang lebih
Zhou, Comitee Kualitas Logistik (Account komite audit, independensi
dan Quality, Auditor Komite Audit: spesific, auditor, dan kelemahan
Zhou Independence, menggunakan company pengendalian internal.
(2007) and Internal ACFE level,staffing, Perusahaan teridentifikasi
Control Independensi compelexity, memiliki kelemahan internal
Weakness Auditor:∑ general) kontrol jika anggota komite
Lanjutan tabel 2.1
Ashbaugh- The Discovery Independen: regresi SEC Perusahaan-perusahaan
Skaife,Collins and Reporting Perlengkapan: Logistik (Account yang laporan ICDs
dan Kinney of Internal Jumlah spesific, memiliki operasi yang lebih
(2005) Control perlengkapan , company kompleks
Deficiencies Pertumbuhan level,staffing, sebagai proxy dengan
Material
Pizzini, Internal Audit Atribut IAF : Logistik (Account hubungan antara
Vargus Function in the b e r a p a t a h u n spesific, pengungkapan MW dan
Femiarti Audit Independen: Regresi COSO keahlianakuntansidan/atau
Dan Committee, Keahlian Logistik keuangan komite audit atau
Dewayanto Financial Expert akuntansi: audit committee financial
Tidak
committee Independen: Regresi SEC Adanya indikasi bahwa
(2005) quality and Komite Audit: Logistik (Account
komite audit independen
Sumber: Berbagai jurnal penelitian,2014
Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh yang terjadi antara
kelemahan material(material weakness)pengendalian internal. Kerangka
konseptual pada gambar 2.2 terdiri dari 3 model penelitian sebagai berikut:
15.Model I dengan variabel dependen pengungkapan kelemahan
pengendalian internal dengan proksi Risk Management.
16.Model II dengan variabel dependen pengungkapan kelemahan
pengendalian internal dengan proksi etika bisnis.
17.Model III dengan variabel dependen pengungkapan kelemahan
pengendalian internal dengan proksi Training.
Berdasarkan rumusan masalah, landasan teori dan review penelitian
H1
H2 H2
H3
Gambar 2.2 KerangkaKonseptual
Gambar 2.2 mengindikasikan bahwa rapat komite audit(X1),independensi dewan
komisaris(X2), rapat dewan komisaris(X3), reputasi auditor(X4),ukuran
perusahaan(X5) ,dan pertumbuhan penjualan(X6) mempengaruhi kelemahan
material pengendalian internal dengan proksi risk management(Y1),etika
bisnis(Y2) dan training(Y3).Penjelasan detail mengenai pengaruh rapat komite
audit,independensi dewan komisaris, rapat dewan komisaris, reputasi
auditor,ukuran perusahaan ,dan pertumbuhan penjualan terhadap kelemahan
material pengendalian internal diuraikan berikut ini:
1. Rapat Komite Audit.
Sesuai dengan teori keagenan, untuk dapat menurunkan asimetri
informasi dan menjembatani kepentingan pemilik dan manajemen, komite
audit harus memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang perusahaan untuk
meningkatkan efektivitasnya dalam melaksanakan peran pengawasan atas
FAKTOR-FAKTOR Kelemahan material
proses pelaporan keuangan dan pengendalian internal. Pengetahuan dan
pemahaman itu bisa didapatkan dengan adanya pertemuan dan pertukaran
pendapat dengan anggota yang lain. Peningkatan frekuensi pertemuan antar
anggota akan meningkatkan pula pengetahuan dan pemahaman tentang
perusahaan. Oleh karena itu, Komite Audit perlu mengadakan pertemuan tiga
sampai empat kali dalam satu tahun (FCGI,2002)(dalam Femiarti,2012:29).
Mcmullen dan Raghunan (1996:14) menemukan bahwa hasil audit
berbagai firma komite dengan tindakan penegakan SEC atau penghasilan
restatements yang kurang, cenderung memiliki rapat yang sering daripada
yang tidak sama sekali. Namun, hal ini juga mungkin bahwa komite audit
memenuhi lebih sering untuk membahas isu-isu pengendalian internal,
ketika ada masalah penting yang terkait dengan perusahaan pengendalian
internal.Oleh karena itu, hubungan antara jumlah rapat-rapat komite audit
dan kualitas kontrol internal berpengaruh negatif.
2. Independensi Dewan Komisaris
Pada independensi dewan komisaris, diukur sebagai persentase dewan
komisaris yang kompeten dengan jumlah dewan komisaris, karena penelitian
menunjukkan bahwa independensi dewan komisaris adalah negatif terkait
dengan kemungkinan penipuan keuangan dan tindakan penegakan SEC (
Beasley, tahun 1996; Dechow et al. , 1996 dalamFemiarti 2012:29 ).
Conger et al. (1998) dalam Yan Zhang, et al. (2007:12)
menyarankan bahwa frekuensi rapat dewan sangat penting untuk
meningkatkan efektivitas Dewan. Dewan independensi, ukuran, dan
pertemuan frekuensi semua mempengaruhi papan efektivitas. Semuanya itu
sangat berhubungan dengan kualitas internal kontrol.
4. Reputasi Auditor
Perusahaan audit yang tergabung dalam The Big Four dapat meningkatkan kualitas mekanisme pengawasan internal kliennya dibanding
kan dengan auditor non Big Four (Cohen et al., 2009 dalam Yudiati,2011:26). Tuntutan seperti itu mungkin dimotivasi oleh keinginan
untuk menjaga kualitas audit dan untuk melindungi reputasi mereka. Oleh
karena itu, tekanan yang lebih besar akan terdapat pada perusahaan yang
menggunakan jasa audit non Big Four dibandingkan dengan perusahaan yang menggunakan jasa audit Big Four (Yudiati,2011:26).
5. Ukuran Perusahaan
Perusahaan berukuran besar memiliki kelemahan pengendalian internal
yang lebih sedikit dibandingkan dengan perusahaan kecil. Perusahaan besar
cenderung memiliki kelebihan dalam mengembangkan dan
mengimplementasikan pengendalian internal perusahaan. Perusahaan besar
memiliki lebih banyak sumber daya untuk menyewa auditor eksternal yang
dapat membantu mendesain pengendalian internal
yang kuat.Sebaliknya, perusahaan kecil memiliki kesulitan dalam mengevaluasi
struktur yang baik dalam pengendalian internal mereka. Perusahaan kecil
cenderung mempunyai sumber daya yang terbatas, termasuk sumber daya yang
dikhususkan untuk mendesain dan menerapkan pengendalian internal yang
efektif dan masuk akal.Komponen pengendalian internal, seperti pemisahan
tugas, relative lebih sulit untuk diterapkan di perusahaan kecil(Swatia
Nirmala,Daljono,2013:2).
6. PertumbuhanPenjualan
Tingkat pertumbuhan yang cepat dari entitas berpotensi memerlukan
prosedur baru, teknologi, personel, atau mengatur mode.Kondisi ini dapat
menyebabkan masalah kelemahan pengendalian internal. Doyle, et al.
(2007:14) dan Ashbaugh-Skaife, et al. (2006:15) menegaskan bahwa
personel baru, proses, dan teknologi yang diperlukan untuk
menyeimbangkan kebutuhan pengendalian internal dan pertumbuhan.
Pertumbuhan yang lebih cepat membuat internal control dapat
mengantisipasi perubahan secara tiba-tiba. Akibatnya, pertumbuhan cepat
berpotensi meningkatkan risiko kelemahan pengendalian internal.(J.Doyle,
2006:2)
1.3.1. HipotesisPenelitian
Menurut Erlina(2008:41) “Hipotesis menyatakan yang diduga secara logis
antara dua variabel atau lebih dalam rumusan preposisi yang dapat diuji
secara empiris”. Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap
masalah yang akan diuji kebenarannya melalui analisis data yang relevan
kerangka konseptual yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis
penelitian sebagai berikut:
H1:Rapat komite audit,independensi dewan komisaris, rapat dewan komisaris, reputasi auditor,ukuran perusahaan, dan pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap kelemahan material pengendalian internaldiproksikan risk management.
H2:Rapat komite audit, independensi dewan komisaris, rapat dewan komisaris, reputasi auditor,ukuran perusahaan ,dan pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap kelemahan material pengendalian internal diproksikan etika bisnis..
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
3.1 Jenis Penelitian
Pada umumnya penelitian di bagi menjadi tiga klasifikasi yaitu (1)Penelitian
eksplorasi (Exploratory research) (2) Penelitian Deskriptif(Descriptive research)
(3) Penelitian sebab-akibat (Causal research). Klasifikasi penelitian ini didasarkan pada pendekatan penelitian sebab-akibat yaitu proses pengambilan
kesimpulan dengan menggunakan fakta atau data empiris (empiricist) untuk menguji hipotesis yang telah dibangun dengan menggunakan struktur teori.
Penelitian ini menggunakan pendekatan sebab–akibat, karena tujuan utama dari
penelitian ini adalah mengidentifikasi hubungan sebab akibat antara berbagai
variabel (Erlina, 2008:20).
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan dengan mengakses situs Bursa Efek
Indonesia(www.idx.com), www.ssrn.com, dan
untuk mengukur indeks pengungkapan perusahaan didapatkan dengan jadwal
Tabel 3.1
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Syamsul Hadi (2006:45) “Populasi adalah keseluruhan dari objek
penelitian yang akan diteliti”. Populasi dalam penelitian ini terdiri dari perusahaan
manufaktur. Menurut Erlina (2011:81) “Sampel adalah bagian populasi yang
digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi”. Sampel dalam penelitian
ditetapkan terdapat perusahaan manufaktur dengan tahun pengamatan yang berarti
sampel.
Populasi dari penelitian ini adalah semua perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia sejumlah 72 perusahaan. Sedangkan untuk sampel yang
digunakan adalah perusahaan Indonesia yang termasuk dalam bidang manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2013.
Adapun kriteria pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini,
sebagai berikut :
1. Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada perusahaan manufaktur periode
2010-2013
2. Mempunyai Laporan tahunan dan Laporan Keuangan pada periode
2010-2013
3.4 Jenis dan Sumber data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data yang
berupa angka atau besaran tertentu yang sifatnya pasti (Syamsul Hadi, 2006: 42)
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diambil dari
situs Bursa Efek Indonesia. Data yang digunakan adalah laporan tahunan
perusahaan manufaktur di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2010-2013.Selain laporan tahunan, Penelitian ini juga menggunakan
laporan keuangan perusahaan yang berkaitan dengan penelitian ini.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi, yaitu
mengumpulkan dan mempelajari dokumen-dokumen dan datayang diperlukan
dalam penelitian ini. Data yang dimaksud adalah data sekunder berupa laporan
tahunan (annual report) dan laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di BursaEfek Indonesia pada tahun 2010 dan 2013.
3.6 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
3.6.1 Variabel terikat (variabel dependen)
Variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel yang terikat dan
variabel yang dipengaruhi oleh variabel lainnya. Melalui analisis terhadap
variabel terikat adalah mungkin untuk menemukan jawaban atas suatu
masalah (Sekaran, 2006 dalam Femiarti,2012:47). Variabel dependen
merupakan variabel penelitian yang memengaruhi, yaitu faktor-faktor
yang diukur, dimanipulasi/ dipilih oleh seorang peneliti untuk
menetapkan/menentukan hubungan antara fenomena yang sedang diamati.
Variabel-variabel tersebut adalah:
3.6.1.1 Kelemahan Material (Material Weakness) Pengendalian Internal
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Pengungkapan
3.6.1.1.1 Risk Management(Y1)
Manajemen resiko adalah sebuah cara yang sistematis
dalam memandang sebuah resiko dan menentukan dengan tepat
penanganan resiko tersebut. Ini merupakan sebuah sarana untuk
mengidentifikasi sumber dari resiko dan ketidakpastian, dan
memperkirakan dampak yang ditimbulkan dan mengembangkan
respon yang harus dilakukan untuk menanggapi resiko (Uher,1996
dalam Femiarti 2012:47).
Dalam penelitian ini Risk Management dalam
perusahaan diukur menggunakan variabel dummy. Kategori 1 diberikan kepada perusahaan memiliki Risk Management yang
tercantum dalam annual report , sedangkan kategori 0 diberikan kepada perusahaan yang tidak.
3.6.1.1.2 Etika Bisnis(Y2)
Etika bisnis belum sepenuhnya diterapkan di
Indonesia.Oleh karena itu, dalam penelitian ini etika bisnis dalam
perusahaan diukur menggunakan variabel dummy. Kategori 1 diberikan kepada perusahaan memiliki etika bisnis yang tercantum
.
3.6.1.1.3 Training(Y3)
Pelatihan-pelatihan dilakukan oleh perusahaan
diharapkan dapat memberikan manfaat kepada karyawan sehingga
dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas serta tujuan
perusahaan dapat tercapai. Dengan meningkatnya efisiensi dan
efektivitas karyawan dapat membatu dalam meminimalkan
kesalahan dalam aktifitas perusahaan.Training yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja karyawan belum sepenuhnya
diterapkan perusahaan di Indonesia. Oleh karena itu, dalam
penelitian ini training yang dilakukan perusahaan diukur menggunakan variabel dummy.
Kategori 1 diberikan kepada perusahaan melakukan
training yang tercantum dalam annual report, sedangkan kategori 0 diberikan kepada perusahaan yang melakukan training yang tidak tercantum dalam annual report.
3.6.2 Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang dapat mempengaruhi variabel terikat secara positif atau negatif (Sekaran, 2006,
kepada perubahan variabel terkait/ dependen yaitu sebesar koefisien
(besaran) perubahan dalam variabel independen.
3.6.2.1 Rapat Komite Audit(X1)
Artikel FCGI (2002:12) menyebutkan bahwa Komite Audit
biasanya perlu untuk mengadakan rapat tiga sampai empat kali
setahun untuk melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya yang
menyangkut sistem pelaporan keuangan. Treadway Commission
(1987) dalam Sori, et al., (2007:12) juga menyatakan Komite Audit
sebaiknya bertemu minimal empat kali dalam satu tahun. Adanya
kemungkinan bahwa rapat komite audit dengan frekuensi yang lebih
dapat mendiskusikan isu-isu tentang pengendalian internal, ketika ada
masalah yang signifikan behubungan dengan masalah pengendalian
internal, Y. Zang, et al. (2007:12).
3.6.2.2 Independensi Dewan Komisaris (X2)
Keberadaan komisaris independen dimaksudkan untuk
menciptakan iklim yang lebih objektif dan independen dan juga untuk
menjaga “fairness”serta mampu memberikan keseimbanganantara kepentingan pemegang saham mayoritas dan pelindunganterhadap
kepentingan pemegang saham minoritas, bahkan kepentingan para
Komposisi dewan dikenal sebagai “proporsi dewan komisaris
dari luar perusahaan terhadap jumlah total dewan komisaris (Haniffa
and Cooke, 2002 dalam Ezat dan Masry, 2008). Penelitian yang
dilakukan oleh Beasley (1996) dan Dechow, et al (1996) dalam
Femiarti (2012:30) menyatakan bahwa independensi Dewan
Komisaris berhubungan negatif dengan kemungkinan terjadinya
financial fraud.Dengan demikian dapat dirumuskan:
BDIND = ∑ komisaris independen
∑anggota dewan komisaris
3.6.2.3Rapat Dewan Komisaris (X3)
Keefektifan dari dewan dapat dipengaruhi oleh frekuensi
meeting, frekuensi rapat yang tinggi dapat menghasilkan monitoring yang lebih baik. Dalam penelitian ini, frekuensi rapat dewan
komisaris diukur dengan jumlah meeting yang diselenggarakan selama satu tahun .(Yatim,2009 dalam Yudiati 2011:42)
Diukur dari jumlah pertemuan yang dilakukan oleh dewan
komisaris. Conger et al. (1998:12) menyatakan bahwa pertemuan
dewan yang lebih banyak dapat meningkatkan efektivitas dari dewan
komisaris.