• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEREMPUAN ACEH DI TENGAH REKONSTRUKSI PASCA BENCANA KASUS DI PUSONG KOTA LHOKSEUMAWE.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEREMPUAN ACEH DI TENGAH REKONSTRUKSI PASCA BENCANA KASUS DI PUSONG KOTA LHOKSEUMAWE."

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

PEREMPUAN ACEH Dl TENGAH REKONSTRUKSI

PASCABENCANA:

Kasus di Pusong- Kota Lhokseumawe

Oleh:

MILfK PERPUST

AKAAN.

u

1\tffri

ED

I

N

(2)

Abdullah

Akh.y<)r Nasution

02505006J

~Nl

&

Telah Dipertahankan dihadapan Tin1 Pengujj Tesis Pada Tanggal 26 Mei 2000 dan dinyatakan Lulus

Untuk MemenUhi Syarat Memperoleb Gelar Magister Sajns (M.Si) Dalam Bjdang Antropologi Sosial

~

~-~

Medan, 26 Mei 2006

~

~

Progra

mP

aUNIMED

Prof. Dr. Bungaran A S-imanjuntak

NUl 139 344 786

(3)

Dipertahankan

di

Depan

Tim Penguji Tesis

Program Pascasrujana

Universitas

Negeri

.Medan

Program

Studi

Antropo1ogi Sosial

/

Jttdu{ Tesis:

~

~

/c.; ~. --~~~ /r-.'~v-- -~-9 .. ) \

PERAN PEREMPUAN ACEH 01 TENGAH REKONSTRUKSI PASCABENCANA:

\.tJ

'~·- -_l

Kasus

Di

Pusong • Kota lhokseumawe

~

....___..

~

~

/,_,~P."' ·--... ('".9~

<1:'

: Abdullah Akhyar

Nasution

:025050063

Hari!Tanggal , : Jum,att,?6

Mei

2006

#

c~

~~s~~.,

~

( i_ ' : :.

~

1(

TIM PENGUJJ

Pembimbing l ~ ; Prof.1)r. Bungarl(ln A. Simanjnntak

_....

~

Pembimbing 11 : Prof. Dr. Robert Sibarnni., MS.

J

?

'

Anggota.Peuguji -:;- ~ 1. Prof. Dr. Cnabda Fachruddin

(4)

Bencana alam yang rnelanda Aceh pada tanggal 26 Oesember 2004 secara

sadar maupun hdak memihki niJai positif bagi upaya perwujudan kedamaian di

wilayah paling barat Indonesia tersebut. Tidak itu saja, upaya menanggJ.~langi dampak

bencana yang kernt~dian lebifi dikenal dengan program rehabihtasi dan rekonstruksi

juga menjadi sebuah momen yang akan bisa mempengaruhi perbaikan derajat dan

kualitas kehidupan ma~~yan1kat Aceh. Pernatjat;J dunia terhadap proses rehabifiia,si dan

rekonstruksi yaug -sedang ber 1aug ~ lu1 g secara tida.'k llmgsung juga m~ngiku tsertakan

isu atau ioe-ide hangat kontemporer yang dibalias di aanyak tempat di dunia. Salah

satu dari permasalahan itfi adalah ide t.Qntang perlunya p~ip kesetaraan gender

dipergunakan dalam 'pelak.sanaan proses rehabilitasi dan rekonstruksi.

Pengadopsian isu ·dahlm pros ~ s rehabilitasi dan rekonstruksi yang sedang

beljalan tentunya memiliki penga;uJ:l pada kehidupan sosial masyarakat Ac~ h yang

kemuclian akan melah1rkan respon yang beragam. Berkenaan dengan upaya melihat

persinggungan ide kesetaraan gender tersebut dengan masyarakat AceJ1-lah hasil

kajian im disampaikan. Tf.!lisan berikut ~ni merupakan laporan dari kegiatan

penelitian 'tentang peran perernpuan Aceh di tengab proses rehabil1tasi dan

rekonsttuks i. ~ ~

Penyelesaian tutisan ini tidak akan sepenuhnya bisa terwujud bila_ tidak

memperoleh bantuan d:ari banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

menf>rucapkan terirnakasih seb ~~ t, lr~..safnya kepada: _.,..l

- Rektor ·universitas Negeri .Medan 'ibu Prof Dr. Jaul'us Jamin, MS. yang telah

memberi kesempatan kepada penulis 1mtok mengikuti petkuliahan pada Program

Pascasarjana Universjtas Negeri Medan ...

- Bapak direktur dan par,a pembantu direktur Program Pascasarjana Universitas

Negeri Medan.

- Ketua Program S'tudi Antropologi Sosial PPs-UNIMED bapak Prof. Dr. Bungaran

(5)

- Sekretaris Program studi Antropologi Sosial PPs-UNlMED, Jbu Drs. Trisni

Handayani, M.Si

- Para Staf pengajar pada Program Stu.di Antropologi Sosial PPs-UNJMED yang

dengan telah lapang dada berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan penulis

- Prof Dr. Robert Sibarani, MS selaku anggota komisi pembimbipg yang telah

I

meluangkan waktunya dengan susah payah membimb) ng prqses penyusunan tugas ,

akhir ini c 1::.

- Rektor Universitas Ma1ikussaleh ya-.:tg telafi membantu proses penyelesaian tulisan

Inl ---~

- Dekan dan para pembantu dekan -di lingkungan FISIP Universitas Malikussaleh

yang aengan ikhlas telah mendorong penyelesaian penggalian .. data dan penulisan I

laporan ini. .... .... ..

- Ketua program studi Antropologi FISIP Universitas Mai{kussaleh Ibrahim Chalid,

S.Sos dan.se).<.reu¢s progr~ m studi a !! angand~ , , · r Ke:mal Fasya M.Hum: juga semua

stafpengajar di lingkungan FISIP Universitas Malikussaleh terutama kolega-kolega

di Program Studi Antro_pplogi 1

-Selain kepada pihak-pihak di atas, penulis secara khusus juga mengucapkan

rasa terimakasih kepada abanganda Drs. R. Hamdani Harahap, M.Si ~ yang dengan

segala cata telah mendorong

pen ~fi s

untuk tidakberhenti menuntut.ilmu. Terimakasih

yang sama juga penulis ucapkan kepada semua masyarakat Pusong yang dengan telah

sabar memberikan tanggapan dan in1onnasi yang penulis butuhkan selama di

lapangan. • - ~

.

-

.

-~

Kepada isteri tersayang Mrusyaroh Harahap; penulis j \tga mengucapk.an

...

,

terima kasih atas pengertiannya selama menyelesaikan tulisan ini. Kepada Ayafianda

Drs. M. Rasyid Nasuhon dan ibunda Nurliyani Matondang penulis mem{?enkan

penghonnatan dan terimakasih tak terhingga atas dorongan dan nasib.atn:ya. Kepada

saudara-saudara kandung penuiis7" Kak Mahyani

4atr

keluarga, A9ang Kiki, Adinda Asror, Rahmah dan keluarga, Teti serta si bungsu Amat • . P,enulis juga mengucapkan

:--terimakasih yang tutus atas apa yang kaHan berikan selama inl. Semoga semua apa

yang penulis peroleh dalam keluarga menjadi modal untuk berbuat yang lebih baik di

I

(6)

Akh1mya, rasa syukur dan ucapan Aihamdulillah kepada Allah, Tuhan yang

Maha Esa jugalah penulis sepantasnya sampaikan. Tanpa karunia dan rahmat-Nya tidaklah rnungkin penulis mampu menyelesaikan aktifitas tcrmasuk penyelesaian

I

tulisan ini. Pcnu1is j uga menyadari bahwa a p~ yang penul is uraikan dalam tesis ini

memiliki banyak kekurangan. Masukan dan saran akan sangat berguna untuk

perbaikan di masa yang akan datang. I

SernQ_g! tulisan ini memlie_!i manfaat pada Il!.e! eka yang me mb ~ anya . Am in

Lllokseumawe, Mei 2006 Pem:.dis

Abdullah Akhyar Nasution

(7)

Abstrak

Abdullah Akhyar Nasutioo. 2006. Perempuao Aceb Di Tengah Rek6ostruksi Pnscabencana: Kasus di Pusong - Kota Lbokseumawe, Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Penefitian i:rU secara umum mengkaj i tentang bagaima na pen!:mpuau Aceh m emainkan peranatmya di tengalt proses rehabilitasj dan rekonstruksi yang sedang

berjalan. Adwun tujuan peneliflan

mi

djtakukan 'Untuk me!lgetahui gambaran t¢Tkini

dari dan keberadaan ide tentang keseteraan gehder pada pmses .Iehabiiitasi dan

rekonstruksi serta ba~m ana kondjsi dan peran perempuan daf;lm pmses ytuJg berlangsung.

l>enelitian ini dllalnl..kan di Pusong. sebuah daerah yang terkena hantam.an tsunami. Secara admfnistrasi Pusong masuk- dalam wilayah Kota Lhokseu01awe. P enggalian d<Jta nilakukau selatna l ebili k'1lrnng 7 bulan. Tekuik yang ~ d ig tpta.kan

untuk mengumpulkan d ~ta adalah observasl, wawancara mendalam d&Jl Focuss Group

Discussion (FGD). Setelah data yang dibut u h~an terkump~ data dianalisa secara

kualitaht' dengan terleNb ..dahulu dibuat ~ ket~gorisasj menw-ut kebutuhan Wltllk

menjawab permasalahanyenel1tian.

Berdasarkru}- tem uan dan analisa data, di~roleb ket}yautan bahwa seca.ra formal, Ide kes.e taraan gender teiah dijadi'kan prinsip pdkok oieh pemerintah dan LSM dalam m cmbe~ layanan. Secant operasionaJ, prinsip ini ternyata

tidak

bisa ter1mplementasi secara ba1k . .Beberapa ha\ yang menghambat proses 1mJ)lementasinya

d a Jah~ (l') kesemrautan ~ 0!a koordinasi dao. Pt=iinbagian kewenanmtn dalam pro~ s r ebabilitasi dan rekonstruksi, sehingga pengawasan terhadap implementasi

progmm

agar menerapkan prinsip kesetaraan gender tidak terkontrol, (2) re:ndalmya kualitas

swnberdaya perempuan sehingga t\dak bisa sec~ makstmal untuk me.ngakses

su.mber-sumber· infunnasi. Kualitas smnberdaya yang teroatas juga menyebabkan

perempuan Pasong tidak bisa dengan baik. merespon program yang

ada:.

{3) Budaya

patriarkat yang terso~ia.I i s~">j di tengah tl).asy.,.rakat juga meny e~b ~an posisi tawar

pe rempuau lemah_ Domihasi faki·laki atas struldur dan prauata S()Sial yang ada

m.enyebabkan perempuan rrdak bisa berperan secara aktif dalam proses reb.abilitasi dan rekonstruksi. Hat ini amat kontradiktif deng:an kenyataan bahwa perempuan secara ekonomis- punya peran yan.g melientukan kelangsungan rumah tang~.

Berdasarkan temuao-temuan te.rsebut. maka ada beberapa haJ yang bisa disarankan u.iltUk dilakukan diantatanya bahwa ~merintab ltarus secepatnya harus menge(uarkan regulasi khusns menyangkut

-vola

koordmasi proses rehabihtasi Aan rekonstruksi m.ula1 -dad tahapan peren.c~ pengelolaanlpelaksanaan dan

pengawa_san. Bila sistt(m ~ngawasan berjalan dengan baik, lnaka perbatian tertu.l(lap

ide pe'thmya pengamsuta1naan perempuan akan lebib tetjam1u implementasinya.

Pemcrintah_ d~ LSM b.arus dlrlorong tJll(Uk metakukan program penguatan kapasitas

dan penin gkat~ k:t!aJitas perempuan Pusong mela lui pendidikan formaT d an non

forn1al. Fenfugkatm k ualitas i'ni secata. langsung akan me'mberikal;l pen~ p;ida

kemampuan pere.mpuan t mt~ berpartisipas.i dj sektor publik termasuk dnduk dalam

struktur dao atau pran~ sosia1 yang ada.

~~

(8)

Kata Pcnganta r ... .... ... ... ... ... ... ... ... ... .... i

Daftar lsi ... ... ... ... ... ... ... ... iv

Daftar ] 'abel ... ... ... ... ... vi

Daftar Gam ba r ... ... ... ~ ... ... .... ... . vii

Abstrak ... ... ...

~

... ....

~

... ... ...,., ... c ... VH I '9, / " "-it, / ~.... / ~ .P, BAB 1 PENDAJJtfi,.A.UAN ... - ... _ ... -·--·-··· .. ···-··· .. ·-··•···- l I. I. La1ar Belakang ... .... ~ ... ...

1

... ,. ... , .. , ...

1

I. 2.

R umYsa

o..Ma

s ~J a h

...

~

... ! ..

,. ifi~!

.. .... . , . .. ... 1¥-....

~

.... /. .. ... 9

I. 3. Tujuan PeneHtian ... ~

--

.. ,. ... ... . ~ ., . L.

...

10

..-~ BAB II TINJAUAN LI,TRRATlJR DAN KERA.NGK.A T ~O RI.. ... ~ ... ll 2. 1. Tjnjauan LJteratur .... - ... . ... ... ... -... ... ... 11

2.1. I . Perempuan danPennasalahannnya ... ~ .... ... ~ ... l3 2.1 .2. Keb1.4daya.a.n dan Pyrempuan sebagai Agen ~erub ahan .. ··--· ... ...

! ...

21

2 . 1.3. Rcaksi dan Respon Perempuan Terhadap.J>.embangunan .... ~ . -~ ... 27

2.2. Kerangka Teoretis ... , .. ..-... , ... ~ ... ~~ .. ... 39

<$1 /_.'\ ~ BAR I)J METOD.It .P £NEI..~ITIAN ... ~ ... ,..,. ... 47

3.1. Lokasi Penelit1an... .... .. .. ... • .... . . ... .. . ... .. .. .. .. . .. . .. .. ... .. .. .. ... .. .. .. ... ... ... 4 7 3.2. Tipel Jenis Penelitian ... , ...

.1. ...

~

... /. ...

,r ... /. ... 48

3.3. Teknik Ee.ngumpulan Data ....

~- - ·· ~

...

~~~

-~

... .... ..

"!.~ .~

... "/. ...

49

3.4. Anali-sa Dafa ... r .. ... ... ~ ... 7.~

...

53

BAB JV GAMBARAN UMUM LOKAST PENELITIAN -··· ... ~ ··· 54

4. l. Sekilas Tcntang Kota Lhokseumawe ... , .. ... ..,. ... ... ... ... 54

4.2. Gambaran Urnum Tentan,g Pusoqg O~m Kondisi Bar .... ak ... ~ .... .. ...

..!. ...

59

4.2. 1. S<5arah Pusong ... ...

~

... ... ... . .;.; .... ...

~ . ~

...

~

... 59

4.2.2. PU;so.n& Masa Kin.i: Pottet Kemjskinjln S'ebqfl}l Gampong .. .. ... ... 61

4.2.3. Kondisi Pu.song Setelah Tsunami ... ;. ... , . . ... ~~-?. ... 65

4.2.4. Barak Pengungs1an : Sebuah Replika Kemiskinan .. _ .. , ... ... \ ... 69

4.3. Sistem Organisasj Sosial dan Kekerabatan Masyarakat Pusong ... ... ~ ..

L ...

73

4.4. Sistem Perekenomian dan Kerniskman d i Pusong ... ... ~ ... 79

4.4.1. Perekonomian Masy ~ akat Pusong .. .. .. ... " .... " ... -! ... ~ ... 79

4.4.2. K-emtskinan Di Pus ~ m g - : Sebuah Gambaran Kualitatif .... ~ ... .. 82

4.4 .~. Pandnngan Emik Warga Pus()ng Tentang !!.abel Miskin ... £ . . . . ~ . .. ~ . . . . .. . . .. 83

<?,

(9)

BAB V REHABTUTASI DAN REKONSTRUKST PASCABJt:NLA.NA:

KASlJS PliSONG DAN WILA Y AD SE:KITA RNY A ... 90

5. 1. Rehabilitasi dan Rekonstruksi di Bidang Pendidikan ... ... . 91

5 .I. L Keadaan Keterscdiaan Pelayanan ... ... .. ... ... ... ... 91

5.1.2. Kcadaan Keterjangkauan Pelayanan ... ... 95

5. 1.3. Keadaan KesetaraanPefayanan ... ... ~ ... 96

5.1-!4.

Kcad~

n ~ eterJi

batan

Pul>1ik Oalam Pefayana1L ...

j6

...

~

...

97

5.2. Re&abilirasi DanRek'onstruksi Di Bjdang KesehatruL .. ;r ... ; ... ~ ... 99

5.2. L Keadaan Ketersediaan Pelayanan ... ... C?. . H . ~

...

~L

...

99

5 ~ 2:2.

Kcadaan Keterjangkauan PeJayanan ...

: ~/)~

...

~/.

... 101

5.2. 3. Kcadaan Kesetaraan Pelayanan ... .. ... ... , ... ~ ... , ... rw ·· --~ .. ..

.1. ...

102

5.2.4. Keadaan Keterhbatan Publik Dalam Pelay;anan .... ... ... ~ ... 103

5.3. Reh1lbifitasi Dan Rekonstrill<'si n1 Bidang Perutnahan Dan Air Bersih ... , ... . I 04 5.3.1 . Keadaan Ketersediaan Pelayt}nan .. , ... ... , ... ... ... ~~ ... .... .. 104

5.3.2. Keadaan Keterjangkauan Pelayanan ... ... ~.U - ~

...

~ .L

...

113

5.3.3. Keadaan Keset~aan Pelayanan ... ~.!J:!

...

.J:>J ...

116

5B.4. Keadaan KteterJibatan Publik Dalam Pelayanan ... S~

...

,~!..

...

118

5.4. Program

Ilan Layanan

latah Hidup ...

~

...

~

... ( ... .... 120

5.4.1 . Kcadaan Ketersediaan Pdayanan ... . _. ~ ., ... .. - ~- ... .... 120

"'? K d - v · '· . ·p·

J

t::e;~ ~"" NEe" J? 5,'-t.-. ea

aan .NeterJangKa:uan e ayanan ...

~ ... , ... ... _4 5.11.3. Keadaan Kesetaraan Pelayanan_ ... ~ ... ! . ~

...

~-

...

125

5.4.4. Keadaan Keterlibatan Publik D~lamPelayanan .. :-: ... ~ ... ~ . 1..

...

126

5.5. Program Pelayanan Penggantian Dokunten Kepemilikan ... "";'; ... ~/. ... 127

5.'5. J. Keadaan Ketersedi&an L.ayanan ... .... , ... , ... ! . . .... . . ... . .. ..

!. ...

!27

. ~ I

c /

5. 5 .2. Keadaan KeterJangkauan Pelavanan ... -:-: . ... >...,· ... ... .. .... J 29 . --..._ ~ 5.5.3. Kearuvm Kesetaraan Pelayanan ... - ... 131

5.5':4. Keadaao K ete rl ib ~tan Publfk Dalam PeJ ayanan "-~ ... ~;-~ ... .... ... .. 132

5.6. Rehabilitasi Dah Rekonstruksi Di Bjdahg EkonomL ...

lf..q ...

~~

...

133

5.6.1 . Keadaan Ketersed1aan Pelayanan .. # . . . .. . . .

.JL§ ...

~J

...

133

5.6.2. Keadaan Ketet:Jangkauan Pel~y an an ... , ... ... 136

5.6.-i.. Keadaan Kesetaraan Pelayanan ... ~~l.<: ... _ ... .... 138

5.~.4

;

Kcadaan

Keter~iba~

'fu blik

Dalarn

Pela~~na~

... .

~:

-

.... ... 139

5.7. P r't~tp "Genaer Sens1t1ve' dalam Prose$ RehabthtasJ, dan Re ~ on s truskst: Kegagalan di tingicatlinplementasi ... ~ .. - ... .,, ... , ... 141

5. 7. t . Pembagian Kewenangan dan N.oordinasi Pelaksanfim1 Rehabilitasi dat;1 Rekonstruksi ... ... ... 144

5.7.2, Akses I1:1fonnasj dan ~eterba tasan Sumberd~ya , Manusia :

e:o_;/

Masalah Umum Perem_puan Korban Bencana ... ~~ - ... ... 148
(10)

6.1. Masyarakat Pusong Memandang Diri Pcrempuan Dan I lubungannya

Dcngan Laki~Laki ... .- ... 15·1

6.2. Kondisi dan Peran Sosial Perempuan Pusong ... 157

6.2.1. Tanggapan Perempuan Pusong Tentang Peran Perempuan

6.2.2.

i~~~~:i

~ :~~~

~~~-~i

'r~;~~~

-S~b ~ -~~-i~~~~i

;···· ~~~

-N~~~

-···

158

Terjebak Di Sektor Domestik ... . , ... . ~ ... ... ?. ... ... I 62

6.2.3. Pcrcmpuan Pusong di Tengah""R ~ habilitasi dan Rek'onstruks1:

J)

Kelompok Rentan Yang Teraba1kan ... ... 168

/ /

BAB \'II KE-8WPULAN DAN S~t\ RAN ...

*••···

176

;:i:

~ ::.~~-~~~.::::

~?: :: :: ; :~: :::::::::::::::

·?i : ::: ;~ : :: : :::::::: : ::: :;~\/?.

: :: : :::::::::::::;::

: :: : :::::: !~~

I;:. o\f>' o\l.i o\

DAFTAR PlJSTAKA ... ~~· ·,.· · ··· ···184

LAMPIR.AN ...

~···

···· · ···

·· ···

(11)

DAf'TAR TABEL

Tabel l. Model Kemitraan Dan Model Penguasa:

[image:11.595.99.535.135.730.2]

Hubungan Perempuan Dan Laki-Laki ... 40

Tabel. 2. Nama _Gampong/Kelurahan"Kemukiman1 Keeamatan di Wi.layah

.K'ota Lhoks~ urna w~ ... ... .. ,, ... , ... 57

Tabel 3. Dampak Kerugian yang Diakibatkan Tsunami di \\)laya:h Pusong ...

~)

... 65

Tabel. 4. Rekapitula'>i

~e na~na

RehabilitasiX:lan Rekonstruks1 ?

i)

Perumahaq ~~ Pusong ... ,.:···"'···-, ···- ,__ ... ., ... ~ ---····----· 106

Tabel. 5. Jumlah Penenma JADUP (h Kota Lhokseumawe ··· ··· ~ ··· 12 J

Tabel. 6. A:n_ahsa Hubungan

1aki-_l_~ki

dan perempuan

1

di Ma';)(arkat Pusong

~

dthhat dengan J(onsep Eisler .... -- ... ,. ... ... 156

' >

-

c ,:) 0

~

-

~

-

? ~

-

? ~ ~ ~ ? ~ ~ ~ ? ~ ~
(12)

Gam bar I. Pangkalan Pendaratan Ikan di Pusong .... ... ... ... ... ... 63

Gambar 2. Potret Pemukiman Puosng yang Kumuh dan Miskin ... 64

Gam bar 3. Penampakan Wilayah Pusoog Beberapa Waktu Sete!ab ~ Tsunami

Me l ~da

... , ... ... , ...

~ - - ~~~ ··· ·· ·· ···· ·

68

Ga mb ~r4 .

Penampaka nl>arak : Hunian:Sementara Pengungsi Korban

~

l

Bencana Ala1n ... ·-··-· ··· .. ... ... ~ ... 70 [image:12.595.91.533.104.725.2]

Gambar 5. Kurnub : Citra Pusong Yang Terbawa ke B.arak ... ... \ •... , ..

,

1

, .~-':~~.;:;

: /

••. . . .. 72

Gambar 6, Ko.ndisi di Salah Satu Te.nda Korban Tsunami di Pusong, .. .,..;;-:;:: ... 107

Gambar 7. Suasana di Tcmpat Penyed:iaan Air Bersih di Pusong beberapa 9,.. Waktu Setelah Tsunami ... _. ... ··· ···-···"'··· 110

G amb ~r

8. Rekonstruksi Perumahan yang:dilakukan oleh Sebuah LSM di

1

J wilayah Aceh Utara ... ... ... 112

~

Gambar 9. Seo r ~g Anak Pe~~mpuan yang sedangMembantu ~ Pekel}aan l)omesuk ... ... ... ~ ... ... 159

Gambar 10. Aktifitas Kaum Laki-Laki Yang Membaotu Orang T!.i.a

<$~,.. ~

Mempersiapkan Peralatan Melaut.. ... , ... J ?. .•... 160

Gambar l l. Menggendong Bayi: Pekerjaan AJami Perempuan Pusong ... ...

~/.

... 163

Gambar 12. Aktifitas Perempuan-yang Sedang Bekerja.Menjemur lkan ...

~

... 164

Gam bar 13. Kegiatan Mencud Ylmg Dilakukan Perempuan dj Bar ak. ... ... -~ .... ... 165

Gambar 14.

Me~~uka

;varu~

:

Al-tifitasPerempuanyang j uga ...

~

Ders1fat Ekonom1s .... ... .. ... ... ... 173

Gambar 1.5. Aktivitas :Perempuan di

~e .kt or

Pendidikan AJtematif di Pusong ....

~ /.

... 174

,;

(13)

BABI

PENDAHULUAN

MlUK

PERPUST AK

i.~

.f:< !V 1

1. 1. Latar Belakang

UNIMEir .

~--- ~~~~~-- --- ~

Catatan historis menceritakan bahwa Indonesia . ..rang dahulunya disebut

sebagai ,kepulauan nusaBtara dikenal denga n kawasan yang..masyarakatnya hidup dari

sektor kel ~!!fl . Seiring dengan perubahan ~!kt u, yang d1b~engi dengan

I

terbentukrtya negar5i Indonesia yang mehngkup,i kepulaua!} yang ada di nusantara, arti

penting laut mulai rnemudar. Hal ini semakin terlihat di awal-awal kemerqekaan

bahkan sampai kisamn tahun 1990-an akhir. Pengabaian sektor kelautan tentunya

-merupakan suatu hal yan_g ironis sebab fakta administra:si menunjukkan bahwa laut

.Indonesia luasnya mencapai dua pertiga wilayah Indonesia. Dampak Jangsung yang

bisa dilihat dari proses pengabaian sekt{)r kelautan dapat dilihat dari kondisi sosial

ekonomi,. m ~y arakat yang ada ~ dan tinggal di w llayah pesisir ya!}g cenderung

memptihatinkan.

~

't {

$

Fakta yang terjadi selama ini menunj ukkan bahwa luas Jaut Indonesia ternyata

'

tidak mampu-menjamin kehidupan yang lebih baik pada masyarakat- yang ada di I

~ '

pinggiran pantai melainkan sebaliknya, pendapatan masyarakat yang berada

dipinggiran pantai y3.9g ~emudian lebih diK"enali dengan sebutan nelayan bukannya

makin mem_b~k Irialah dapat_ ~bil ang hanya pas_:pasan bahkan ~!!la~ in dalam

I

terpuruk. Berdasarlcan laporan yang dilansir banyak pihak; ada sekitar 4,~ juta

(14)

nelayan Indonesia dan keluarganya yang hidup dalam kondisi perekonomian dan

Jingkungan yang memprihatinkan (Kompas, 24 Juni 2000).

Berbicara tentang nelayan, selalu saja terkait dengan kemisk.inan. Rasanya

sulit untuk menemukan suatu kajian mengenai neh:cy ~ n yang mengabaikan masalah

kemiskinannya. Hanya saja, beberapa kajian yang tidak memfokuskan kepada

kemiskinan nelayan analisis kem1skinan ditempatkan

sebagai

tema pe1engkap.

Sementara. IUtjian mcngenai so~a1 ekonomi masyar@at nelayan menemuk-an bahwa

tema kemisklnan di ka13)lgan nelayan, seriQg terungkap sebagai salah satu lapisan

tenniskin dari masyaraka! miskin (Mu6yarto, etaJ 1984; J u wono ~ 1998~ Effindri.

2002). 1.1111

oY

Berbagai program, proyek dan kegiatan pembangunan telah dilakukan oleh

ban yak. pihak, apakah pen:terintah maupun swasta untuk mengentaskan nelay@l idari

kemis~i nan . Nrunu~ j umlah nelayan kecil dan miskin -secara magnitude tetap

bertambah. Desa-desa pesisir semakin hari setnakin luas areanya dan banyak

jumJahnya temyata sarat dengan kemiskinan yang ~ da i.. dengan renda:hnya

pendapatan ekonomi masyarakatnya. Karena itu mesktpWl banyak upaya telah

dilakukan, umwnnya bisa d.lkatakan

oabwa

upaya~u_paya tersebut belum membawa

hasil ,yang memuaskan. Tidak hanya itu., a.ktivitas pembangunan yang dtlakukan

selama ini pada masyarakat pesisir malah hanya terdongk:rak ekonomi sebagian elit

desa pesisjr{Nikijuluw. 20'ol; Siregar, 2002 Elfinari ~0 02):' ~~

Banyak sudah kajian atau pemaparan yang dipublikasikan oleh ~yak

ka1angan terutama ilmuwan menyangkut kondisi nelayan. NikijuJuw t2001)

(15)

3

memaparkan beberapa program yang telah dilakukan dalam rangka pemberdayaan

nelayan secara nasionaL Diantaranya program motorisasi armada nelayan skala kecil

yang dikembangkan pada awal tahun 1980-an untuk meningkatkan produktifitas.

Munculnya program motorisasi dilaksanakan di daerah padat nelayan secara langsung

merupatan respons atas dikeluarkannya Keppres No. 39 Tahun 1980 tentang

penghapusan pukat harimau. Pada daSatnya kebijakan ini bisa dikatakan sebagai

kebijakan kqrnpensasi untuk m.@ingkatkan produksi _qgang nasional. Namun ternyata

motorisasi annada d1 baQyak. daerah bisa dikatakan gagal. Banyak faktoryang bisa

dianaflSis sebagat penyebab kegagalan itu diantaranya adalah karena dalam

praktekn_ya program itu ridak tepat sasar<Ul yang ~tan da i dengan adanya pola

kebijakab praktek yang cenderung b ias me lawan nefayan keci l atau miS'kin serta

proseS' pemanipuJasian keiompok peneri'ma program yang di lakukan oleh aparat dan

elit 1Qk.al demi untuk kepentingan kd ompok tertent}l dan bukannya untuk

kepentingan nelayan.

Contoh program lainnya yang juga telah dikembangkan untuk mengentaskan

kemislinan nelayan a<talEih progru.:m pengembangan nilai tambah hasil tangkap laut

melalui penerapan sistem rantai- dingin (cold chain --systemj. Sistem

nurtai

dingin

adalati ~nerapan cara-c-ara penanganan ikan dengan menggunakan es guna

meng'Wndari penurunan -mutu basil tangkap laut seperti ikan~ udang dan lainnya.

Dikatakatt sistem rantai dingin _ k ~rena esensinya ya~u mengb,'llflakan es d1 sepanjang

rantai pemasaran dan transportasi ikan, yaitu seJak ditangkap atau diangkat, dari laut

(16)

Selain kedua program <li atas, dan banyak pembangunan lainnya yang secara

tidak langsung berkaitan dengan pengentasan kemisk1nan seperti "Protekan 2003"

yaitu Gerakan Peningkatan Ekspor Perikanan hingga menjelang tahun 2003 mencapai

nilai ekspor 10 milyar dollar di masa era pemerintahan Habibie. Nanmn gerakan

inl

tidak berlangsung lama dan bahkan bisa.. dlkatakan mati muda, sejalan dengan

habisny.a masa kepemimpinan Habibie sebagai presiden.

~

J \

~

K::husus untuk Aceh, perri,bicaraan tentang k~J!!(sk inan ne1ayan atao komunitas

yang tinggaJ di wilayah pesisir semakih. hangat sejak bencana alam berupa gempa

bumi dan gel om bang Tsunami melanda sebagjan besar wilayah Aceh pada tanggal 26

Desember 2004. Pembicaraan.itu semakfn menguat ketika tahapan penanganan pasca

- bencana memasuki tahap,an rekonstr:uk_si dan r ebabi1ita.si ~ 1ni dapat dipa.hami sebab

wilaya,h yang mengafatni dampak langsyng dari bencana gelombang tsunami ~ dalah

wilayah pesisir yang notabenenya lebih banyak didiami oleh kolJ}unitas n~f ayan .

Salah satu bagian yang layalt mtuk diperh~kan - Uari proses rekqnstruksi dan

rehabilitasi Aceh pasca-bencana adalah keterlibatan perempuan d.alam setiap program

perbaikan nasib yan& dilakukan. Hal

ini

menarik untuk dilihat sebab

kegag'alan-kegagalan program pembangunan rang dilakuKan pl!da masyarak.at nelayan selama

ini (cenderung) dinUai oleh banyak. kalangan karena bersifat bias gender.

Pen~rusutarnaan laki-laki dalam setiap program pembangunan sudah selayaknya

tidak lagi menjadi nilai. ~ ~ ~

Pandangan yang menekankan perlunya perempuan dilibatkan dalam setiap

program pembangunan tennasuk dalam proses rekonstru.KSi dan rehabilitasi Aceh

(17)

5

lebih didasarkan pada prinsip partisipasi. Selama partisipasi dalam pembangunan

hanya dituntut dari sebagian lapisan masyarakat saja, maka tentu saja akan ada

kelompok lainnya yang tidak merasakan manfaat dari pembangunan yang dilakukan.

Mengenai partisipasi dan keterhbatan dalam pembangunan, Nikijuluw mengatakan

;- I

bahwa :- -?.,-;

It"'

..

~,~

f~'

"~\!.~

" Keterlibatan yang dimaksudRan -adaJah keterlibatan secara total dalam

semua aspek program pembangunan yang menyangkut diri mereka, yaitu

sej ak _ ~ ren canaan pro_g ~ , pelaksanaann_ya, e:valuasinya, p_£e! evansiannya.

Dengan kata lain, kekurangan yang dimiliki· selama ini yaitu tidak atau

kurangnya partisipasi masyarakat dalam j:>embangunan diri mereka sendiri.

Padahal partisipasi itu begjtu pedu 'karena bagaimanapun juga, dan dengan

segala jenis upaya. tldak seorang meskipllil yang bisa keluar, dari

kemiskinannya dengan bantuan orang Jain, bila dia tidak membantu di'rinya

sendiri "(Nikiiuluw. "J ' 2001) ~ ~ .r

-Disamping persoalan partisipasi atau keterlibatan, banyaknya program yang

dirancang untuk mas~arakat pesisir mengalami kegagalan juga karena adanya

beberapa faktor lainnya. Menurut Siregar (2002) kurang dipbrtimbangkannya kondisi

loka) dimanaprogram tersebut dilal\.sanakan mer up a~an hal yang paHng dominan

mempetigaruhi keg~ga l an sebuah program pembangunan tennasuk pembangunan

yang dilak.uk.an pada masyarak:at nelayan sebagaimana yang tcrjadi selama ini. .

Kondisi lokal itu seperti tekanan situasi, menurunnya hasil tangkapanr-kepemihkan

~-9~)

perahu dan pola hubuqgan toke dan nelayan1 pola konsumsi rnasyarakat. , ? \

Sementara itu, Rambe (2002) lebi}l menyoroti kentalnya orientasi pfoyek

dalam se:tiap _p~ogra m -peng e n t ~! n kemiskinan nel~an yang pel aks ~n ~ anny a tanpa

didukung oleh

aata

dan pemahatnan yang memaaai mengenai kondisi lokal. Beliau
(18)

" ... Rasanya hampir mustahil bila kita mengharap persoalan kcmiskinan neJayan teratasi dengan sekejap. Juga akan mengada-ada bila memberikan formula instan dan lalu berharap persoaJannya langsung terselesaikan. Jjka suatu formula disebut sangat manjur dan akan sembuh daJam waktu singkat, itu tak lebih seperti bualan iklan obat-obatan di televisi. Ironisnya, cara-cara

seperti ituJah yang paling menonjol dalam usaha pemberdayaan masyarakat

nelayan hingga saat ini. Beberapa usaha yang dilakukan telah salah sejak

diagnosis, Kesalahan diagnosi~ sehingga

resep

yang diberiiCan juga pasti

salah. Pada kasu8 lain, diagnosis penyakit sudab tepat namun obat yang

diberikan adalah kualitas rendah dan sebahagian telah kadaluwarsa. Hanya

saja dikemas demik.ian rupa seliirtgga terlihat mujarab dan cespleng. Kasus

lainnya lagi, diaghosis sudah tepat, mutu obat juga sudah baik tetapi aturan

peng~naan tidak tepat Dosis yang terlal u r~ dari ketentuan dipastikan

tak altan bisa menyembul1kan penyakit. Sementara yang berfebjh akan

overdosis yang berakibat lebib fatal, yakni penyakit &)<an mati bersama

orangnya. lni belum tennasuk, pihak~pihak yang deng~n sengaja member:ikan

resep dan obat yang salah walaupu~ ia tahu itu akan lebih menyengsarakan

nelayan " ( Ram be. 2002)

/

o /

-Lebih- mendowng peran jbu rumah tangga dalam usaha meningkatkan

pendapaf ekonomi w mafj tangga, telah menjadi keharusan untuk mengurangi

ketergantungan terhadap sumberdaya ikan di laut yang semakin menipis. Me.nurut

Lubis (2002"t-peran perempuan d.alam kduarga netayan menjadi bagian yang sangat

penting dan strategis ontuk.mendukung terwujudnya keluarga ne1'ayan entrepreneur.

Sistem pembagian ketja dalam sek'1or perikanan laut berskala Kecil yang relatif tegas

berdasarkan jmris kelamin (l~ki-Jaki melaut, peremp_yan menunggu df!farat) harus

diorientasikan untU.k t\}juap RCngembat\gan ke)uarga nelayap entrepreneur ini.

.Posisi perempuaQ dalam komunitas neJayan di negeti Tci1a pada umumnya

tidak begjtu.. signi,fikan dalam sistem produksi perikana.n, karena secaia kultural

hampir

merata1

bahwa pekerjaan melaut dikonsepsikare sebagai domain ka'W:n

laki-laki. Perempuan

hanya

tedibat dalam urusan-urusan sekunder atau tersier, dan tak
(19)

7

.. unpaid.famiZv worker". Kaum perempuan cenderung lebih terllbat dalam

aktivitas-aktivitas pasca penangkapan (post-harvest actrvities), melakukan pekerjaan-pekerjaan

seperti bongkar~muat , menyortir ikan, membersihkan, menyisip jaring dan

sebagainya. Mereka juga ham_pir tidak diperhitungkan dalam anatisis ekonomi,

bahkan Iembaga-lembaga pembangunan cenderung me]upakan mereka sebagai -pihak

yang ~rlu mendapatkan lnvestasi baik berupa dukungan te.kDologJ, kredit maupun

pelatihan ketenimpilan. ~ ~ ~

Menurut Lubis (20D2) apapun

jenis

usaha yang sedang ditempuh, oleh

keluarga-keluarga nel~yan saat ini untuk mendukung kebutuhan ekonominya,

misalnya membuat tikar purun (pandan), membuat atap daun nipah, terasi,_ dan lain

sebagain£a, ·semua itu masih hams ditopang dengan aUanya kemampuart membangun

jaringan pasar. Me.tttb}Jat· berbag~i prodtfk. olahan yang ba'ik dan berkualitas dari

sumberdaya yang ada di kawasan pantai maupun hasil Iangsung dari laut adalah satu

awal yang. baik, tetapi lebih

Afaii

1tu harus lahir a

tau

tumbuh pula orang-orang dari

kornunitas pesisir yang J11runpu menjadi pemasar ungguL

Berdasarkan uraian tersebut di atas~ 1naka menjadi sebuah hal yang sangat

relevan Jika dilakukart sebuah kaj.ian yang mencoba membahas terttang keberadaan

perempua'n Aceh yang ada di komunitas pesisir dalam dinamika proses rekons'truksi

dan rehabilitasi Aceh. Relevansi dilakuka'n.nya studi 1entang peran perempuan Aceh

di tengahJuruk piku.k rekonstruksi semakin menguat ~etika perempuan dan l,lnak-anak

kecil me.rupakan pihak yang; paling merasakan dampak langsung dari bencana alam

yang terjadi tanpa harus mengabaikan penderitaan yang dirasakan kaum laki-lald.

(20)

PerJunya memperhatikan perempuan dalam proses rekonstruksi dan

rehabilitasi di Aceb merupakan konsekuensi logis yang muncuJ dari adanya

kekhawathan bahwa perem puan Aceh akan semakin tertinggaL Sebab cerita panjang

ketertinggalan dan derita perempuan Aceh sejak lama menjadi sebuah isu utamanya

sejak k'onflik berserqata me]anda daerah ini. Mengenai ha l jni, berbagai kalangan

tennasrik media massa pemah mengungkapkan bahwa dalam kontlik bersenjata,

pengalaman masa Daerah O_pemsi Militer yar:!l( dicabut iahun 1998 lalu

memperlihatkan pe;empuarr meiJJadi korban kekerasan fisik '1naupun seksual.

Kekerasan mi sebelumnya tidak pemab d iungkapkan dan rlianggap tidak pernah

teljadi ( Komnas~ 4 "Mei 2005).,Secara J.;eseluruhan, beberapa alasa_n penting mengapa

studi i.ni dilakukan adalah : ~ N c~

I. Secara faktua.l perempuan metnili:ki kontribusi yaQg menentukan dalam

kehidupan masyarakat pesisir. namun upaya penglibatan mereka dalam proses

rehabililas( dan re k onstruk ~l kehidupan pascabencana terkesan sangat minim

2. P.erempuan Aceh adalah kelompok sosial yang rentan 'Sehingga peihatian

terhadap pcran sosial mereka ~kan memunculkan sikap apresiasi yang

mendorong-pada peningkatan kesejabteraan mereka.

3. Proses perubahan tercncana yang bersifat "Gender S.e nsiti v-e·~ akan Lebih cepat

berhasil sebab \:lexempuan adalab kelompok sosial yang secara kuantitas

adalah mayoritas sehingga JUga berpotensi menjadi subjek perubahan yang

(21)

9

1. 2. Rumusan Masalab

Setelah berakhirnya masa tanggap darorat pascabencana di Aceh, masyarakat

Aceh akan memasuki masa penanganan lanjut.an yaitu masa rehabilitasi dan

rekonstruksi . .Proses pe1aksanaa.n masa rehabilitasi dan rekonstruksi pada dasarnya

akan , berlangsung secara bersamaan atau seiling sejalan. Secara umum proses

rehabilitasi dan rekonstruksj pascabencana pada masyarakat Aceh meliputi seluruh

aspek kehidup<!J), Namun detnikian, pada kajiav ini proses ..r{habilitasi dan

rekonstruk:si hanya akan dioatasi pada beberapa aspek ,yaqg berkenaan aengan

kebutllhan dasar manusia seperti; perumahan/air bersih,

perekon omian/mata pencah a~ . pendidikan. kesebatan dan kebutub.an akan

dokumen-dokumen kepemiliK~dentitas.

Ibarat sebuah pembangunan? Uf)aya rehabilitasi dan rekonstruksi flkan

mengusung tde-ide- baru yang bisa merupakan reinterpretasi ulang atas ~1ilai yang

telah ada sebelumnya atau nHai yang benar-benar

l;aru.

Berkenaan den~an kondisi

tersebut, maka yang m.enjadi f<>kus perhatian atau permasa!ahan dalam penelitian ini

adalah: ~~ ~

:ij

\~ ~~ ? ~j

( 1) Bagaimana sesungguhnya gambaran terkini (snapshot ) proses~ehabi li tasi dan

rekonstruksi Aceh serta keberadaan ide-ide ientang pengarusu~ maan

perempuan dalam proses rehabilitasi dan rek<mstruksi yang sedang

(22)

{2) Bagaimana kondisi dan peran sosial perempuan Aceh serta ha-hal apa saja

yang mempengarubi keterlibatan kaum perempuan unntk ikut berpart1sipasi

pada proses rebabihtasi dan rekonstruksi di Aceh ?

Per1u ditambahkan bahwa implikasi dari permasalahan di. atas adalah

penelitian ini akan menelaah bagainrana petempuan yang ada di lokasi penelitian

menginterpretasikan perubahan lmgkungan sosial ekonomi yang terjadi -.seiring

dengan kegiatan rekonstnlks.i j an rehabilitasi berc!asarkan niJai yang dimilikinya

utam~ya berkena~ d engan peran sosiaJ mereka di masyarakatny"

(~

1. 3. Tujuan Penelitian

Tujuan peneiitiarl ini adalah :

1. Berupaya mempetoleh gambaran ferkini proses rehabilitasi dan rekonstruksi

yang sedang berlasngung secara utuh serta proses implementasi ide-ide

kesetaraan ,gender ~

2. Berupaya untuk mendeskripsikan kon~ ls i dan peran sQsial perempuan Aceh di

tengah proses rehabilitasi dan rekbnstruksi kehidupan pascabencana yang

dengan.. IJerlangsung serta hal-hal yang secara langsung; maupun tidak

mempengaruhi keterlibatan perem p ~n pada rehabilitasi dan re konstruksi

(23)

MILIK PERPUST

AKAJlNl

BAB y

u

N I

fl·!

E

I)

f

REHABILITASI DAN REKONSTRU:KSI PASCABENCANA:

KASUS PUSONG DAN WILA YAH SEKITARNY A

Seperti disebutkan sebefumnya bahwa tahapan penanganan bcncana gempa

I

bumi dan gelombang tsunami di NAD setelah tahapan tanggap darurat adalah tahapan

rehabililasi dan rekonst ru ~si. Jika diJibat dari tenninologi yang digunakan,... kedua

tahapan inl dirnaksudkan sebagai ~ tindakan pe~ulihan atau dik en~J 'j uga dengan

sebutan "recovery". Rehabilitasi adalah tenninologi yang ditujukan untuk

mengembalikan fungsi "sesuatu" yang keadaannya terganf?gu atau rusak akibat

bencana yang te!)arli dengan jal3_!l_memperbaiki ata"u m engaktifkan kembali sesuatu

tersebut. Sesuatu

yaug

dimajcsud di

.

sini

pisa berupa benda materia) seperti r-umah,

.

bangunan kantor, sekolalmn dll. NamWl derrhk.ian hal-hal lainnya yang bersifat

non-meteri seperti mlai, ide dan aktifitas sosial juga mentpakan bagian yang bisa

dipeng~ oleh bencana. Karenanya rehabilitasi di bidang yang demihan ini juga

perlu diperbatikan.

~

1

>

Adapun tenninologi rekonstruk.si ditujukan untuk sebuah kegiatan atau uPa.ya

membangun kembali sesuatu yang hancur, rusak totaCatau yang musnah akibat dari

dampak bencana alam. Model konstruksi yang dilakukan dalam sebuah kegiatan

rekonstruksi bisa sama dan sesuai dengan model sebelum wilayah tersebut teikena

bencana namun bisa juga berbeda. Oleh karenapya, proses rehabilitasi dan

(24)

Berdasarkan identiflkasi dan aktualitas kondisi real di lapangan, akhirnya saya

berpendapat paling tidak terdapat enam aspek kehidupan, yaitu menyangkut aspek ~

perumahan dan air hersih , jatah hidup (selanjutnya disingkat JADUP), pendidikan,

kesehatan, perekonomian dan layanau dokumen kepemilikan. Keenam isujni menjadi

sebuah ~s-u sentral yang selama kurun waktu Maret 2005 sarrtpai dengan awal tahun

2006 menjadi sorot perhatian.

:;

Gambar!in berikut itfi perlu dtlakukan sebagai sebuah upaya u.u,tuk fuenilai

tahapan kemajuan masa rebafiilitasi dan rekonstruksi yang terjadi. Adapun relevansi

pemaparan keenam aspek tersebut diatas dengan studi ini adalab, bahwa ganr"baran

terhadap hal-hal tersebut akan berguna sebagai iden:tjfikast awal atas proses

rehabilita.si dan rekonstru-'5s'i: )"ang berlangsl.lng. Proses identitikasi ioi akan

mempermudah upaya"'J)Cndeskripsian peran perempuan pada:setiap aspek nantinya.

Cakupan wilayah perhatian yang meliputi_ Kota Lhokieumawe dan Kabupaten

Aceh Utara unttlk keenam aspek

.

yang direhabilitaSi dan direkonstruksi, dimaksudk.an .

untu ~ melihat secara U(num proses "recovery" yang bertangsung. Tidak itu, saja,

pembatasan wilayah per-ha.tian ini akan membantu upaya .ko;mparj atas apa yang

terjadi di Pusong ~ d e ngan wilayab lainnya ... di sekitar Lhokseumawe dan Aceh tJtara

(:

5.1. Rebabilitasi dan Rekonstruksi di Bidang Pendidikan

5.1.1. KeadaaJl ketersediaan pela)'amfn ~

a. Perspe.ktif Penyedia Jayanan ("-?,.

~

Program pendidikan dasar dan menWJgah hampir

tidak

mengalami masalab
(25)

92

Rata-rata orientasi pendiclikan yang diterapkan adalah membangun sistem pelayanan

pendidikan yang bersifat reguler, kepada anak-anak korban tsunami. Namun pola ini

akhirnya memakan korban, dengan banyaknya siswa Aceh yang tidak lulus UAN (42

persen untuk seluruh NAD, dan tempat yang ternarah adalah di dae..rah-daerah

tsunami). Seharusnya ~ ej;t ~ awal telah di upayakan sis tern pendidij(an darurat atau luar

biasa bagi korban tsunami, baik untuk kepentingan a.ksele.rasi, strategi komanikasi,

pemulihan psi:kologi korban, si~tem pendidiK'an lunak (soft-pedagogy .~ys tem),

pendidikan rekreatif, dll). Hanya saja program ini beluin sepenuhnya bisa terlaksana

dengan baik. Perbaikan gedung-gedung sek<>lah SD dan S?vlP yang rusak telah

dilaksanakan di bebc;rapa garup<>ng dengan cara relokasi gedung sekolaban. Namun

demikian sarana dan prasarana yang ada saat ini

maslh

belum memadai, 1m dapat

dilihat dari belum adanya antisipasi bagi anak-anak yang bersekolah jauh dari

barakltenda pengungsiannya. Seperti penyediaan aJat transportasi atau biaya

transportasl tamoahan bagi anak-anak korban

tsunami.

,Hal ini telab

dl:\akukan

di

beberapa tempat seperti di bara.k Seunodo.n, naroun masih be~uVl m.emadai. ~'

Sampai saat ini belum ada data pasti tentang seberapa besar dana yang telah

dioperasionaliSas.ikan. Menurut KDK (Komite Darurat Kemanusiaan), dana

pendidikan tennasuk yang sulit diakses. Diketahui ada beberapa proyek yang

menangani masalah pembangunan sekolah seperti SO

dl

Tanah Pasir, -yang

memanfaatkan -dana dari bantuan Pemda Batam yang dikerjakan ~ldl Dinas

Pendidika.il 9nng 'temY,_ata ada kelebihan ~nggaran Rp. 200 juta, dan tidak diketahui

rimbanya. Masalah yang paling mencolok. : ~atah kinerjaKepala Dinas Propinsi NAD

(26)

yang baik dan integratif dalam proses penanganan. Disfungsi manajemen dan kinerja

ini berimbas hingbra ke daerah tingkat dua. Dinas Pendidikan seperti hanya reaktif

terhadap program yang ada, dan tidak memiliki perencanaan dan strategi pelaksanaan

proses rekonstruksi dan rehabilitasi yang terarah dan jeJas.

Masalah personel tenaga pendidi:kan juga terkendala, terutama untuk honor

para pengajar. Banyak guru pendidikan yang menjalani peran edukasi hanya

berdasar'kan kerelaan saja, r~a ka~.ihan jika anak:.,3.:Q.ak. tersebut tidak roendapatkan

pendidikan yang cukup. Pmyek bantuan pendldikan bagi guru. honor dfri Dinas

Pendidikan Pusat dan Jakarta teJah berhenti, dan hal itu sangat mengganggu proses

keberlangsungan pend1dikan anak-anak untuk jangka panjang. ~

b. Petspektif Masyara.kat

tayanan pendi_dikan dasar (tingkat SD dan S.MP) sejauh ini tidak rnengalami

perubahan yang berarti. Beberapa bangunan sek; Jah dasar dan meneJ}gah yang

hancur dan rusak. akibat sapuan gelombang tsJ).nami di wilayah Aceh Utara tdah dan

sedang diperbaik1 dan diban&'lln. Dj bebe ra ~ barak pengungsj yang terletak agak

jauh dari sekolah telah disediakan bus anak sekolah (kasus Seunodon), namllll jumlab

dan kondlsi bus dirasa bermn memadai. Sedangkan untuk peptbangunan sarana

pendiqikan Kota LhQkseumawe sejauh inr tidak ada yang berarti, sebab hanya

sebagian Jecil ~ ari bangunan sekolan saja yang m~ngalam i darnpak dAfi bencana

gempa P'ln tsunami xang teljadi. Bantuan pendidikan lainnya yang diak-ui oleh

seba ~an besar informan adalah bantuan peralatan dan petiengkapan sekobh dari

(27)

94

bersedia menampung dan menggratiskan biaya pendidikan bagi anak-anak korban

tsunami .

Layanan pendidikan baru yang ditemukan di beberapa barak pcngungsian dan

di beberapa ~ampong adalah

taman

bennain anak (selanj utnya disingkat TBA).

Layanan pendidikan TBA ini memang--cendenmg diperuntukkanbagi anak-anak usia

dini. LSM yang menyea iakan layanan ini diantaranya adalah

Save

The Children dan

YEU. Kualit~s pelayanan TBA oleh para infonnan dirasakan sangat m~l!}bantu

anak-anak mereka untuk kembaJ i tertawa dan bergenJbi'ra meJalui permainan.

Pada beberapa. t~mpat para korban bencana juga maslh harus membayar uang

sekolah dan iuran pembangunau sekolah (BP} Keberadaan bangunan -sekolah (SD

dan SMP) yartg_baru oleh sebagian informan yang memiliki anak jelas merupakan hal

yang menggembirakan . .Ranya saja perbaikian bangunan fisik temyata tidak dibarengi

dengan perbaikan mutu seK:olah. Oleh sebagian informan hal ini dapat dihhat dari

tidak adanya- k-ebtjakan penam&ahan guru bantu di sekolah-sekolah s ang telah

dibangun. Tidak hanya itu. oleh sebagian k,ecil infonnan perbaikan gedung sekQlah

(SD dan SMP) tidak memiliki pengaruh apa-apa bagi anak-anak mereka, sebab

'

sebelum

tsunanii

melanda, anak-anak mereka juga tidak sekolah. Pat'a informan

melihat perbailam gedung sekolah (SD dan SMP) yang rusak dilakukan dalam waktu

yang relatif singkat sebagai sesuatu yang baik Hanya s~a ketika layanan

pembangunan sekolah menjaqi Iebih baik tanpa kem"E"gian didukung <l,engan upaya

peningk.atan 'kua1itasnya m~ ·haJ itu di]asakan oleh para korban masih kurang.

Bantuan peralatan!perJengkapan sekolah dan pembangunan TBA dirasakan

(28)

dilakukan tidak ditemukan adanya inisiatif dan kontribusi penduduk untuk

mendukung layanan pendidikan yang ada. Namun demikian di beberapa gampong/

barak pengungsian te rdapat beberapa orang pengungsi yang dengan sukarela menjadi

guru mengaji bagi anak-anak korban bencana. ~

Selain tersedia,nya layanan pendidikan formal, layanan pendidikan informal

juga ditemukan di beberapa barak pengungsian tennasuk di b,arak Pusong. Dibarak

Mon Geudong ter.dapat sauggar p~nd idikan anak yang dikelola oleb sebuah LSM.

5.1.2. Keadaan ketttrjangkauan pelayanan '\~

"J'

~

a. Perspektif Penyedb layanao ~ ~

l

~

Menurut kalangan pemerintah, tidak terdapat mekanisme yang jelas tentang

penyebaduasaninfonnasi seputar Yayanan pendidikaa Jnformasi tentang pendidikan

tidak didapatkan dari sumber resmi (pemerintah dan Dinas l?endidikan ), tapi ada juga

i

melalui orang per orang, atau bantuan LSM/asing. Saat mi di Aceh Utara dan .kota

Lhokseumawe terutama untuk kawasan Pusong, tidak terdapat sekolah darurat.

Sekolah darurat hanya ada

pa:da

masa emagetwy. Kebijakan subsidi dalam penentuan

biaya dan pemberian oeasiswa kepada siswa, selama jni telah ada dan poJanya

diserahKan. kepada masing-masing lembaga pendidikan atau selrofah. lfanya saja

-

-untuk saat ini program subsidi dan at$u beasiswa lebih ditekankan kepada korban

tsunami. Pemberian Beasis:wa diperuntukkan terutama bagi meteka yang kehilangan

(29)

96

diberikan oleh LSM atau lembaga-lembaga non pemerintah seperti SCTV, Indosiar,

LSM asing, Unicef, dsb.

b. Perspektif Masyarakat ~

lnformasi mengenai Iayanan pendi(tikan selama mt h:anya diperoteh dari

banyak pihak, akibatnya sering sekali teijadi penambahan dan pengurangan

informasi . Geuehzk dan aparatur gampong masiltmenjadi pihak yang dominan dalam

menyarnpaikan infpnnasi tentang layanan pendidikan yang ada. AdakaJanya koran

juga menjadi sumber informasi menyat}gkut keberadaan layat}an pendidikan yang

sedang berlan&sung. Layanan p<(ndidikan dasar yaqg tersedia sejauh ini masih bisa

diakses walau ptin di beberapa desa para pengungsi harus rnengeloarkan biaya

tambahan sebagai biaya transportasi. K-etidakmampuan mengeluarkan b'iaya

I

tra ns p ~itasi dan b~ay,a lainnya untuk sekdlah yang dibutuhkan biasanya diatasi

dengan tidak menyuruh anak b er~ngk .at sekolah dan atau cara mern i n ja~fi.YC\tng kepa.da

keraba1 yang dianggap mampu. Setahu para korban. saat ini di k.awasan Aceh Utara

tidak tlitemukan

seko~ah

datur ~ t.

~ ~;;;

~?

~

~ ~ Go uN 1 ~~o

' - vNUII'e.v J INI-e.v Nl ~

~

___,.____

~·--~""

5.1.3. Keadaan kesetaraatt pelayanan ~ Q:'

n ~

0 >

a. Pers{lektif Peoyedia

lay

an an : ~

Se!a:ma ini pemerintah melahli dinas teikait t(.dak. pernah m~m _ be r l akuk.an

adanya kehijakan untuk memqerikan lay~ an y!\Ilg berbeda pa.da kelompok tertentu

diantara para pengungsi. K husus untuk anak-anak yatim-piatujaminan pendidikannya

(30)

peduli . S~jauh ini program umum untuk anak yatim-piatu dan anak cacat di bidang

pendidikan hanyaJah bantuan pendidikan dan pemondokan gratis, seperti yang

dilakukan oleh NU dan Muhammadiyah. Namun pola ini tidak diadopsi oteh Dinas

Pendidikan. ~

NEe(: / . Oj '9..,

rt

~

b. Perspektif .Masyarakat

Berdasarkan hasil wawancara di lapangan tidak diperoleh adadya 1ndikasi

pengjstjmewaan dalam pemberian Iayanan pendidikan, apa l~gi upaya mempersulit

kelompok tertentu. Sebagian informan mengatakan bahwa merekct belum mengetahui

tentang adanya bantuan beasiswa khusus untuk ~nak SD dan SMP: Layanan

pendidik11n. untu'k anak-anak caeat dan anak-anak t!lnpa orang tua/wali masih terkesan

kurang dipeduiikan. Ini didasarkan atas pengakuan sebagian mtorman yang

mengatakat;l bahwa bantuan yntuk anak-anak cacat dan anak .. yatim/piatu masih

bersifat bantuan temporer dan beh1m ada yang bersifat permanen terutama

menyangkut biaya pendiaikan. Beberapa Dayah atau pesanlren yang bekerjasama

dengan tembaga tertentu memang menyediakan pendidikan gt:atis bagi anak-anak

yatim/piatu korban tsunami. ...___....~

~sN c~

("'

.,

/~'

..P..,-a. Perspektif .Y~oy edia Jayanan _~

Proses penyebaran informasi layanan pendidikan sepenuhnya dilakukan

dengan memanfaatkan s~ko lah dan

tenaga

pengajar

serfi\

aparatur gampong.
(31)

98

dapat dilakukan sebab masyarakat korban juga tidak dapat diajak secara pro-aktif

memikirkan masalah pendidikan. Hal ini diakibatkan persoalan yang lebih mendasar

tentang perumahan dan logistik pun mereka menghadapi kendala yang juga sangat

besar. Sampai dengan saat ini tidak ada mekanisme mcnamp\lng pcngaduan/

keberatan korban bencan a ~ dalam pelaksanaan Iayanan pendidikan bagi korban

bencana diperoleh yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan atau lembaga

-

.... ,.,,,.,t: -

_,r

lamnva. ~

- h~sNEc~

e,' :.P,

~

...

b. Per. 5pektif.Masyara~t

Hasil -pengumpulan data di lapangan diketahui bahwa layanan pendiCiikan

yang terselenggara saat ini bisa dikatakan tidak melibatkan korban bencana dalam

merumuskan perencanaan dan pelaksanaan. Kalaupun acta keterlibatan pendupuk

dalam pembangunan santna sekolah tetap hanya sebatas buruh bangunan yang

dibayar atas ji}sa tenaganya beketja. ~

Secara umum para pengungsi ma.sih belum bisa melakukan sesuatu tindak:an

yang menyangkut Retidak terpenuhinya keinginan. Sebagai contoh, desakan

kebutuhan penambahan bus angku~n anak sekola~ dj Barak Seunodon :sampai saat I

ini belu.m bisa ditanggulangf. Kewajiban untuk membayar iuran.tertentu di sekolah

masih dengan pasrah harus dibayarkan oleh' korban bencana untuk.kelancaran s~k olah

(32)

5.2. Rehabilitasj dan Rekonstruksi di Bidang Kesehatan

5.2.1. Keadaan ketersediaan pelayanan

a. Perspektif Penyedia Jayanan

Hal yang selama ini dilakukan Dinas Keseh~tan adalah dengan memfungsikan

Puskesmas, Puskesmas P embantu, dan .iuga Pos Keschatan Satelit yang dibuat di

tempat-tempat pengungsian. Saat in\ pos kesehatan Satetit telah berhenti, karena

programnya dari Dinas Kesehatan Pusat telah habis, sehingga tenaga medis rnereka

juga telah £titarik. Yang dilakUkan adaJah merekrut tenaga medis Puskesrl:tas untuk

juga ptela.kukan kerja pemantauan kelilb;~g di barak-barak pehg-Qngsian. HaJ liinnya

adalah dengan terus berkoordinasi dengan LSM yang memililci program k ese bat~

terutama untuk kcblJ.tuhan obat, d<m ~ uga melakukan penyensoran obat-obat yang

masih dapat dikonsumsi atau tidak. Dlnas Kesebatan juga terus menyuplai

obal-obatan. generik, karena rata-rata para pengungsi mengalami penyakit bagian

pemafasan dan infeksi. Selama inj yang dirasakan kurang adalah masaiah mobilitas,

karena rata-rata ambul an ~ yang dimiliki telah berumur

n-

14 tahun, dan banyak

yang telah mernprihatinkan. Untuk pelayana~ kesehatan masih j uga dirasa.kan kurang

terutama untuk tenaga spesialis penyakit dalam dan yang terkait dengan penyakit

'\ ~"'

yang berhubungan denganrpembuluh darah. "' ..P.., I.~

"Tidak di.peroleh informasi tentang besaran anggaran yang terseclia untuk

penyelehggaraan layanan kesehatan yang k.husus 'untuk pengungsi. MelfiaSuki tahun

2006, tidak ditemtikan adanya layanan .keseh~tan khusus xang berikan oiefi LSM

(33)

100

b. Perspektif Masyarakat

Program Jayanan kesehatan yang tersedia bagi korban bencana hanyalah

program penycd1aan pos pelayanan kesehatan satelit dan posko-posko kesehatan yang

diselenggarakan olch lembaga-lembaga tertentu scperti BSMI, BS!V(M dan

sebagamya. Untuk para J\orban yang masih tinggal di tenda (Kasus Bayu) juga

d1seqiakan layanan pertye;nprotan serangga dan nyamuk yang menjadi vektor bagi

penyakit te~ntu. Proses penyemyrotan di tenda .£liJakuKan dalam kurun waktu dua

minggu sekaJi dal) sepenu1mya dilakukan oleh OXFAM. Terhitung tanggal 1

September 2005, operasi:'onalisasi posko kesehatan satelit sbca.ra resmi dihentikan.

Selain posko kesehatan, layanan posyandu juga mulai dia.ktifk.an di beberapa barak

pengungsian ~

Keberadaan pos kesehatan sateJit ofeb sernua informan dirasakan sangat

membantu. Hanya saja keterbatasan sarana seperti aqtbyjans me11jacli keluhan di

beberapa barak yang letaknya jauh dari p\lske$mas di pusat ketwnatan. Ini

dikare:nakan menurut para korban semua ambulans disiagakan di Puskesmas dan

bukan di Pokestit. Tidak hanya itu ~ di beberapa posko kesehatan yang dikeJoJa oleh

pemerintah a~kala nya petiJgas tidak tersedia setiap saat sehingga- penanganan

beberapa kasus kesehatan menjacli terlambat.

'

Dlch beberapa inrorman diungka'pkan babwa sering sekali muncul kefuhan

bagi mereka y;ang l}erobat ke

po.!

ke~eh atan menyang!(ut jenis obat ya_ng diberikan.

Untuk semua jenis wnyakit, ]enis obat yang dibefikan dalam pandangan para korban

cenderung sama. Dengan berhentinya pos kesehatan satelit beroperasi, maka sebagian

(34)

penanganan penyakit yang diderita. Keberadaan pos kesehatan sateht dan posko

kesehatan yang dikelola oleh lembaga dlluar dinas kesehatan dirasakan oleh

penduduk masih perlu dipertahankan. Hanya saja mereka menilai bahwa kualitas

layanan juga harus ditingkatkan. Inisiatif dan kontribusi masyarakat dalam I

mendukung layanan kesehatan sejauh ini tidal< ierlihat ada dan ini juga diungkapkan

oleh sebagian besar informan.

5.2.2. Keadaan keterjangkauali pelayanan

a. Perspektif Penyedia layanan

Terd,apat pamflet dan leaflet yang menganjlJrkan tentang pentingnya)lienjaga

kebersihan dan kesehatan tybUh, menggunakan,..air minum yang dj masak dan

pesan-pesan yang terkait dengan sanitasi, bal)aya: penyakit end_emik, dsb. Sefebihnya,

'

J

informasi tentang layanan kesehatan tersebar melalui mulut ke mulut.

Sampai s aat ini biaya yang dikeluarkan dalam menerima layanan kesehata.n

biasanya berkenaan dengan pembiayaan atas jenis obat-obat yang tidak disediakan

secara gr,atis dan untuk keperluan operasi, ~ e rta diagnosis yang meinerlukan peralatan

mahal dan

t1dak

terdapat di Puskesmas, sehingga

h.arus

merujuk keJ.Umah sakit.

I

Untuk pelayanan dasar yang dikelola oleh pemerinta.h dan atau tSM/lembaga asing

tidak memerlukan biaya tambahan. Lokasi pusat dan atau posko pelayanan ditentukan

berdasarkan kebutuhan dan rasio pengungsi serta aneaman penyakit' enrlemik yang

(35)

102

b. Perspektif Masyarakat

lnfonnasi mengenai keberadaan layanan kesehatan sebagian besar diperoleh

melalui brosur/poster serta pengumuman yang ditempel di beberapa tempat. Namun

demikian infonnasi utama tentang keberadaan layapan diketahui dari adanya posko

tetap dari tim kesebatan yang memihki ciri khas Jambang serta atribut lainnya.

Penggalian data di lapangan diperoleh kenyataan bahwa pos pelayanan kesehatan

(apakah

po:$

~eseba tan satelit atau bukan) dalam op~ra ~i o nalnya tidakffi_embebankan

biaya kepaaa para pe.ngungsi. Keberadaan posko pelayanan kesehatan yang dekat

dengan titiklbarak pengungsian menjadikan:n.ya mudah telja.I,l@cau oleh siapapun.

Akibatnya tidak ada keluhan men,rangkut lokasj posko kese)tatan. ~

~~

5.2.3. Keadaao kesetarallll pelayanan

a. Penpektif Peoyedia la)'aoan

SaWJmi dengan saat jni pemberian layanan kesehatan tidak memberikan

kekhususan pada korban bencana kecuaJi pelayanan berbeda bagi para penderita

Lepra. Hal ini dikarenakan penyak.it jenis inj memiliki karakterist1k penanganan blla

dibanding dengan penyakit lainnya

.,-b. Perspektif Masya.rakat

Pelayanan yang diberitam oteh. para petuga.S d:i _.Posko kesehata_!l satelit oleh

mayorita s ~ informan bisa dikatakan tidak pilih bulu atau tidak bersifat diskrirninatif

Secara umum mereka merasa bahwa tidak ada kelompok masyarakat yang

diistimewakan d~ dipersuHt ketika mereka datan,g ,l\e posko bsehatan yang ada .

(36)

Pelayanan posko kesehatan yang ada di barak pengungsian cenderung bersifat umum. Akibatnya penanganan dan pelayanan yang diberikan adalah sama tennasuk untuk

kelompok masyarakat rentan (orang cacat, orang miskin. anak-anak. ibu hamil dll).

Namun demi.kian terdapat be be ra~ program kesehatan khusus untuk kaum ibu

terutama yang lagi hamil dan menyusul dan bias'anya d11angsungkan di Posyandu dan

bukan di posko kesehatan.

~

, ·

·~

· . _:

J

~

~~

~

(J __

"~_..._~

5.2.4. Keailun kilerlibatallpub/ik dalam peJayanan

a. Perspektif Penyedia l ~yanan

Bagi masya(akat pengungsi yang selama

ini. q.itangani

dengan Pos Kesehatan

Sat elit semua layanan dapat diakses secara gratis. Sedangkan Jayanan rujukan di

ruman sakit saat ini harus disertai dengan surat keterang~n tidak mampu atau

pengungsi untuk mendapatkan pembebasan pembayaran. Sejauh ini mekanisme

-

-layanan yang tersedia dirasakan telah mampu mengakomodir kebutuhan semua

kelompok masyarakat. ( ;

't(

'Selama ini sinyalepten penyelewe:rtgan biasanya hanya dipublikasikan melalui

media. Sedangkan pos pengaduan khusus atau layanan yang menerima keluhan

menyJmgkut ketidaknyamanan dan penyimpangan dalarn proses ~layanan kesehatan

belum tersedia.

~

b. PerspektifMasyaraka t ~"'"- -~~ .. .\_

OperasionaJ isasi posko dan layanan kesehatan cenderung tidak meliliatkan

(37)

104

kesehatan yang muncuJ ke posko kesehatan.

Pelayanan kesehatan yang pelaksanaannya tidak sesuai dengan keinginan

korban bencana tidak bisa sepenuhnya diprotes oleh para korban bencana sendiri.

Hanya saja keluhan mengenai adaoya pelayanan kesehatan yang kurang meyakinkan

hanya sekedar ungkapan namun tidak kllasa untilk ditindaklanjuti. , Semua info1TI1an yang diwawancarai mengaku tidak zhengetahui apakah ada

mekanisme atau sistern penga4ltan khusus yang _diperuntukkan bagj penanganan

keluhan menyangkut pers<>alan layanan kesehatan di barak~ba rak pengungsian.

~~

:Jtt

~Jli

~~~~

~1

5.3. Rehabilitasi dan Rekons'truksi di bid.ang Perumabap•dan Air Bersjb

~

-5.3.1. Keadaan fcetersediamt pelayruum

rt:~

N~~;.

c.,' "P,

{ 4t' :.0

a. Perspe.ktif Penyedia layanao 0 1 ~ ~

Sampai dengan akhir tahun 200.9, Iayanan perumaruin yang disediakarr oleh

penyedja layanan (pemerintah - dan LSM) untpk korban bencana di Kota

Lhokseumawe dan Aceh Utara diantaranya berupa bantuan tenda, barak pengungsi.

J

Bantuan perumahan yang berupa tenda memang scbag]an besar hanya ditemukan di

wilayah Aceh.·Utara seperti di Keeamatan Seunodon dan Syamtalira .B.ayu. W alaupun

demik.ian, memasuKi taliun 2006, sebagian besar bantuan perumahan yang berupa

tenda tidak ditemukan Jagi pada konse.ntrasi pengungsian kecuali pada beberapa

lokasi yang ~fat nya individual, _itupun dalam j um~ yang sangat sedikit Adapun

layanan perumahan yang berupa penyediaan barak pengun gsi~ dapat ditemukan di

(38)

barak pengungs ian yaitu Barak di Mon Geudong dan barak di B!ang Mangat.

Sampai dengan saat ini probrram ya ng dilaksanakan oleh Pe merintah dan

beberapa LSM di bidang perumahan adalah perbaikan dan pembangunan kembali pemukiman penduduk yang terkcna tsunami. Secara umum program perbaikan dan

pembangunan rumah untuk korban yang direncanakan olen pemerin1ah belumJah

berjalan,. hal ini dikarenak.an persoalan belum adanya anggaran .yang •·cair". Sebagai

contoh diungk.apkan oleh salah s~ rang staf pada dinas pemberdayaan masyarakat

gamportg dan sosial, bahwa pemerintah me lalui ainasnya t'elah lJlenganggarkari akan

membangun perumahan kbusus bagi pendefita Jepra/k."USta, di gampong Kuta K.rueng,

Kec. Samudera dengan anggatan ~ekitar ,. 2 milyar Rupiah. Hanya saja sampai saat ini

program itu rnasih menunggu pencaitap dana -serta menunggu reaHsasi janji sebuah

LSM ya ng juga bereriean.a-akan membang4rl kembali sebagian dari pemukiman para

penderita lepra. Ha1 ini agar mereka yang roenderita lepra fnendapatkan pelayanan

-khusus sehingga tidak dianggap sebagai orang yang ferdiskriminasi tennasuk daJam

fasihtits penarn~an. Di samping itu juga d'bangun sarana penyedia air bersih dengan

memb ~ n gun sumur b or barn.. setelah akibat tsunami, banyak sumu.r·sumw yang

menjadl kering-terganggu rnata army:a. Program lainnya adalah penyediaan air bersih

untuk daerah-daerah barak. yang kekurangan air. AI at penjemihan air juga diperlukan

ketika -ditemukan banyak tempat-tempat air yang lamlitas aintya bum"' terutama

akibat kerusa_kan lingkungan wm _kemarau. Hal ya.I!_g sama juga ditetnykan di Kota

Lhokseumawe. Sampai dengan peringatan setahun tsllruln'li ~ f}a l u, tidak satupun

rumah yang diperuntukkan bagi pengungsi Pusong <libangun. Padahal menurut

(39)

106

berencana akan membangun perumahan buat penduduk pusong.

Berdasarkan data yang dimiliki oleh pemerintah Kabupaten Aceh Utara

setidaknya akan ada program pembangunan kembali rumah sebanyak 3401 unit dan

rumah yang akan direhab sebanyak 1387 unit Sedangkan rencana khusus

pembangunan ruman penduduk Pusong Kota Lhokseumawe dapat diliha1 pada tabeJ

[image:39.595.82.536.138.710.2]

berikut:

Tabel. 4. Rekapitu1asi Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi P'erumahan diPu_song

Jt:!

Rusak Rusak

r Ringan Bet-at

225 105

(;

r~

Pusong Barv 215 76

Sumber: Aparatur Gampong P"u$ong

Oam,_k tsunami pada Sektor Perumahan

f)

R.e!ICIIfll

Pembanguna11

110

86

Pembangunan direncanqkan akan dimulai Maret 2006 dengan kondisi permanen dqn lipenya adalah 36. Lokasi peni>arlgunan direncanakao di Gampong Kandang Kecamatan Blang Mangat sek~ar 3 Km dari Puso .

Selisi~ rumah ¥ang dibangun

diperuntulckan bagi aparatur gampong

dan kemukiman::

/

,

Sampaj dengan ptoses penggalian data di lapangan berakhir belum satupun

rumal1 yang dibangun kembali. Tidak banya itu .saja, pemerintah K,abupaten Aceh

Utara dan Kota Lhokseumawe juga tidak bisa memberi jaminan bahwa semqa rumah

(40)

#

, ,

4$'~

..

( C'111mbar 6.

Ko~disi

di Salah Satu Tenda Korban Tsunami di Pusong

g

S eta i n~r urnahan, Jayanan pemuk.iman yang

jqga

disediakan oleh: pemerintah

adalah Barak pengungs i an ~ Hanya saja saat im juga masib ada penduduk yang

bertahan tinggal di tenda seperti penduduk di Bayu_ Seunodon dan Krueng Manee.

Saat ini telah dibangun lebih dwi 5 harak pengungsian diantaranya y~t.9 di Releut,

Samudera, Tanah Pasir dan Seunodon, Semua barak telab ditempatl kecuali barak

yang ada d1 Reulet. -Adapun untuk korban -bencana di

Kom

Lhokseumawe 'telah

dibangun

Z

barak yaitu; Ba:rakMQn Geudong dan Bl,l!ak Blang M ~ngat. ~

Oleh sebqgiat! pegawai pemerintah dap staf LS.tVJ yang diwawancarai. serta

diduk,ung oleh hasil disk'usi diketahui bahwa sulit sekali untuk mengatak.an aQakah

telah ada sarana dan prasarana untuk mendulung program perwnahan. Kalau air

bersih sarana Clan prasarananya memang ada dan tersedia seperti adanya

truk.

tangki

air, bak penampungan serta tersedianya jadwa1 rutm pengisian air bersih di titik dan

(41)

108

dari yang seharusnya. Sarana yang perlu dipersiapkan lainnya untuk program

perumahan adalah anggaran untuk pembebasan tanah, terutama bagi mereka yang

tinggal di daerah yang tidak layak lagi ditempati akibat abrasi atau daerah rentan di

pinggir pantai. ~ ~ ~

Se1ama ini dana yang dibutuhkan untuk pembangunan perumahan tidak ada

yang mengetahui persis, kecuali anggaran untuk pembang u n~n perumahan bagi

penderita lepra sebesar Rp_ 2 _mil1ar. Hal ini_ salah satu peny:ebab mengapa

pembangunan pei'Umahan ini menjadi terbambat. Baik kalangan pemerintah dan LSM

sejauh ini tidak pemah melakukan publikasl resmj menyangkqt berapa besamya: dana

yang dialokasikan untuk membangun kembali ~tnukiman yang terl<:ena tmnami.

Ketersediaan personil da1am pemberian lay::man se lam ~

ini

tnasih sangat

kurang,. terutama

karena

Pemda dan di:oa~-dinas terkait tidak pemah memikirkan

antisipasi penanganan permasalahan sebesar bencana tsuna\ni ini. Khusus mengenai

ketersediaan personil yang mernberikan fayanan

cfi

barak pengungsian kondisinya

juga sanfa. Adapun person11 program peruma.han yang dilaR:ukan oleh LSM s~ba gian

besar tclah tersedia_ Ha1 ini dapat dilihat

dari

adanya penggunaan tenaga lokaf

(penduduk gam pong) sebagai tenaga kerja dan staf pengelola program petnl?angunan

kembali pemukiman. )

~~

~~

:

~~

b. Pe rspektif Masyarakat

Sejanh

ini

layanan perumahan yang disediakan oleh penyedia Jayanan

(pemerintah dan LSM) untuk korban bencana diantaranya aiialah bantuan terlda

(42)

Reulet), bantuan perbaikan rumah dan pernbangunan rwnah. Khusus untuk barak di

Releut, pemanfaatannya tidak maksimaJ disebabkan berbagai hal Diantara penyebab

tidak dihun1nya barak di Reulet diantaranya adalab posisinya yang jaub d.ari t cpi

pantaj sehingga sebagian korban bencana yang utamanya hidup dar! basil laut

kesulitan untuk meJakukan aktifitas mereka. Disamping itu, ketersediaan .sarana

transportas1 dari dan ke lokasi barak juga behm1 tersedia secara maksimaJ. Bantuan

perbaikan dan pembangunan rumah scbagian besar ailakukan o1eh _LSM asing

(donor) be'kerJ_.a sama deng

Gambar

Tabel. 2. Nama _Gampong/Kelurahan"Kemukiman1 Keeamatan di Wi.layah .K'ota Lhoks~urnaw~ ..........................................................
Gambar 2. Potret Pemukiman Puosng yang Kumuh dan Miskin  ..................................
Tabel. 4. Rekapitu1asi Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi P'erumahan diPu_song
Gambar 7. Suasana di Tcmpat PenyedWak.tu Setelah Tsunami
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar di kelas siswa mengetahui dan merumuskan masalah secara jelas; siswa menggunakan pengetahuan

Selain itu juga menganalisis hubungan penghasilan, dan riwayat paritas dengan tingkat konsumsi energi, protein, Fe, Zinc, vitamin C pada ibu hamil anemia

Pati adalah bentuk simpanan karbohidrat berupa polimer glukosa yang dihubungkan dengan ikatan glikosidik (ikatan antara gugus hidroksil atom C nomor 1 pada

Tujuan pembekuan adalah mempertahankan sifat-sifat tinggi mutu pada udang dengan teknik penarikan panas secara efektif dari udang agar suhu dapat turun hingga

Maka penulis melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui pelaksanaan disiplin kerja dalam upaya meningkatkan prestasi kerja karyawan pada departemen

Dalam hal ini , seseorang yang memiliki kinerja adalah seseorang yang mencapai tujuan dari pekerjaan yang dilakukannya. Pengertian kinerja ini sejalan

Sistem fisik dan kualitas figural yang merupakan karakteristik arsitektur Rumah Ulu di wilayah Ogan adalah adanya penambahan ruang yang menempel mengelilingi bagian

sesuai dengan produk milik selebritis atau yang sering digunakan selebritis.. Pemberian label ini pada akhirnya melekat hingga ke pengguna hijab