PEREMPUAN ACEH Dl TENGAH REKONSTRUKSI
PASCABENCANA:
Kasus di Pusong- Kota Lhokseumawe
Oleh:
MILfK PERPUST
AKAAN.
u
1\tffri
ED
IN
Abdullah
Akh.y<)r Nasution
02505006J
~Nl
&
Telah Dipertahankan dihadapan Tin1 Pengujj Tesis Pada Tanggal 26 Mei 2000 dan dinyatakan LulusUntuk MemenUhi Syarat Memperoleb Gelar Magister Sajns (M.Si) Dalam Bjdang Antropologi Sosial
~
~-~
Medan, 26 Mei 2006
~
~
Progra
mP
aUNIMEDProf. Dr. Bungaran A S-imanjuntak
NUl 139 344 786
Dipertahankan
di
Depan
Tim Penguji Tesis
Program Pascasrujana
Universitas
Negeri
.Medan
Program
Studi
Antropo1ogi Sosial
/
Jttdu{ Tesis:
~
~
/c.; ~. --~~~ /r-.'~v-- -~-9 .. ) \
PERAN PEREMPUAN ACEH 01 TENGAH REKONSTRUKSI PASCABENCANA:
\.tJ
'~·- -_lKasus
Di
Pusong • Kota lhokseumawe
~
....___..
~~
/,_,~P."' ·--... ('".9~
<1:'
: Abdullah Akhyar
Nasution
:025050063
Hari!Tanggal , : Jum,att,?6
Mei
2006#
c~
~~s~~.,
~
( i_ ' : :.
~
1(
TIM PENGUJJ
Pembimbing l ~ ; Prof.1)r. Bungarl(ln A. Simanjnntak
_....
~
Pembimbing 11 : Prof. Dr. Robert Sibarnni., MS.
J
?'
Anggota.Peuguji -:;- ~ 1. Prof. Dr. Cnabda Fachruddin
Bencana alam yang rnelanda Aceh pada tanggal 26 Oesember 2004 secara
sadar maupun hdak memihki niJai positif bagi upaya perwujudan kedamaian di
wilayah paling barat Indonesia tersebut. Tidak itu saja, upaya menanggJ.~langi dampak
bencana yang kernt~dian lebifi dikenal dengan program rehabihtasi dan rekonstruksi
juga menjadi sebuah momen yang akan bisa mempengaruhi perbaikan derajat dan
kualitas kehidupan ma~~yan1kat Aceh. Pernatjat;J dunia terhadap proses rehabifiia,si dan
rekonstruksi yaug -sedang ber 1aug ~ lu1 g secara tida.'k llmgsung juga m~ngiku tsertakan
isu atau ioe-ide hangat kontemporer yang dibalias di aanyak tempat di dunia. Salah
satu dari permasalahan itfi adalah ide t.Qntang perlunya p~ip kesetaraan gender
dipergunakan dalam 'pelak.sanaan proses rehabilitasi dan rekonstruksi.
Pengadopsian isu ·dahlm pros ~ s rehabilitasi dan rekonstruksi yang sedang
beljalan tentunya memiliki penga;uJ:l pada kehidupan sosial masyarakat Ac~ h yang
kemuclian akan melah1rkan respon yang beragam. Berkenaan dengan upaya melihat
persinggungan ide kesetaraan gender tersebut dengan masyarakat AceJ1-lah hasil
kajian im disampaikan. Tf.!lisan berikut ~ni merupakan laporan dari kegiatan
penelitian 'tentang peran perernpuan Aceh di tengab proses rehabil1tasi dan
rekonsttuks i. ~ ~
Penyelesaian tutisan ini tidak akan sepenuhnya bisa terwujud bila_ tidak
memperoleh bantuan d:ari banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menf>rucapkan terirnakasih seb ~~ t, lr~..safnya kepada: _.,..l
- Rektor ·universitas Negeri .Medan 'ibu Prof Dr. Jaul'us Jamin, MS. yang telah
memberi kesempatan kepada penulis 1mtok mengikuti petkuliahan pada Program
Pascasarjana Universjtas Negeri Medan ...
- Bapak direktur dan par,a pembantu direktur Program Pascasarjana Universitas
Negeri Medan.
- Ketua Program S'tudi Antropologi Sosial PPs-UNIMED bapak Prof. Dr. Bungaran
- Sekretaris Program studi Antropologi Sosial PPs-UNlMED, Jbu Drs. Trisni
Handayani, M.Si
- Para Staf pengajar pada Program Stu.di Antropologi Sosial PPs-UNJMED yang
dengan telah lapang dada berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan penulis
- Prof Dr. Robert Sibarani, MS selaku anggota komisi pembimbipg yang telah
I
meluangkan waktunya dengan susah payah membimb) ng prqses penyusunan tugas ,
akhir ini c 1::.
- Rektor Universitas Ma1ikussaleh ya-.:tg telafi membantu proses penyelesaian tulisan
Inl ---~
- Dekan dan para pembantu dekan -di lingkungan FISIP Universitas Malikussaleh
yang aengan ikhlas telah mendorong penyelesaian penggalian .. data dan penulisan I
laporan ini. .... .... ..
- Ketua program studi Antropologi FISIP Universitas Mai{kussaleh Ibrahim Chalid,
S.Sos dan.se).<.reu¢s progr~ m studi a !! angand~ , , · r Ke:mal Fasya M.Hum: juga semua
stafpengajar di lingkungan FISIP Universitas Malikussaleh terutama kolega-kolega
di Program Studi Antro_pplogi • 1
-Selain kepada pihak-pihak di atas, penulis secara khusus juga mengucapkan
rasa terimakasih kepada abanganda Drs. R. Hamdani Harahap, M.Si ~ yang dengan
segala cata telah mendorong
pen ~fi s
untuk tidakberhenti menuntut.ilmu. Terimakasihyang sama juga penulis ucapkan kepada semua masyarakat Pusong yang dengan telah
sabar memberikan tanggapan dan in1onnasi yang penulis butuhkan selama di
lapangan. • - ~
.
-
.
-~Kepada isteri tersayang Mrusyaroh Harahap; penulis j \tga mengucapk.an
...
,
terima kasih atas pengertiannya selama menyelesaikan tulisan ini. Kepada Ayafianda
Drs. M. Rasyid Nasuhon dan ibunda Nurliyani Matondang penulis mem{?enkan
penghonnatan dan terimakasih tak terhingga atas dorongan dan nasib.atn:ya. Kepada
saudara-saudara kandung penuiis7" Kak Mahyani
4atr
keluarga, A9ang Kiki, Adinda Asror, Rahmah dan keluarga, Teti serta si bungsu Amat • . P,enulis juga mengucapkan
:--terimakasih yang tutus atas apa yang kaHan berikan selama inl. Semoga semua apa
yang penulis peroleh dalam keluarga menjadi modal untuk berbuat yang lebih baik di
I
Akh1mya, rasa syukur dan ucapan Aihamdulillah kepada Allah, Tuhan yang
Maha Esa jugalah penulis sepantasnya sampaikan. Tanpa karunia dan rahmat-Nya tidaklah rnungkin penulis mampu menyelesaikan aktifitas tcrmasuk penyelesaian
I
tulisan ini. Pcnu1is j uga menyadari bahwa a p~ yang penul is uraikan dalam tesis ini
memiliki banyak kekurangan. Masukan dan saran akan sangat berguna untuk
perbaikan di masa yang akan datang. I
SernQ_g! tulisan ini memlie_!i manfaat pada Il!.e! eka yang me mb ~ anya . Am in
Lllokseumawe, Mei 2006 Pem:.dis
Abdullah Akhyar Nasution
Abstrak
Abdullah Akhyar Nasutioo. 2006. Perempuao Aceb Di Tengah Rek6ostruksi Pnscabencana: Kasus di Pusong - Kota Lbokseumawe, Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Penefitian i:rU secara umum mengkaj i tentang bagaima na pen!:mpuau Aceh m emainkan peranatmya di tengalt proses rehabilitasj dan rekonstruksi yang sedang
berjalan. Adwun tujuan peneliflan
mi
djtakukan 'Untuk me!lgetahui gambaran t¢Tkinidari dan keberadaan ide tentang keseteraan gehder pada pmses .Iehabiiitasi dan
rekonstruksi serta ba~m ana kondjsi dan peran perempuan daf;lm pmses ytuJg berlangsung.
l>enelitian ini dllalnl..kan di Pusong. sebuah daerah yang terkena hantam.an tsunami. Secara admfnistrasi Pusong masuk- dalam wilayah Kota Lhokseu01awe. P enggalian d<Jta nilakukau selatna l ebili k'1lrnng 7 bulan. Tekuik yang ~ d ig tpta.kan
untuk mengumpulkan d ~ta adalah observasl, wawancara mendalam d&Jl Focuss Group
Discussion (FGD). Setelah data yang dibut u h~an terkump~ data dianalisa secara
kualitaht' dengan terleNb ..dahulu dibuat ~ ket~gorisasj menw-ut kebutuhan Wltllk
menjawab permasalahanyenel1tian.
Berdasarkru}- tem uan dan analisa data, di~roleb ket}yautan bahwa seca.ra formal, Ide kes.e taraan gender teiah dijadi'kan prinsip pdkok oieh pemerintah dan LSM dalam m cmbe~ layanan. Secant operasionaJ, prinsip ini ternyata
tidak
bisa ter1mplementasi secara ba1k . .Beberapa ha\ yang menghambat proses 1mJ)lementasinyad a Jah~ (l') kesemrautan ~ 0!a koordinasi dao. Pt=iinbagian kewenanmtn dalam pro~ s r ebabilitasi dan rekonstruksi, sehingga pengawasan terhadap implementasi
progmm
agar menerapkan prinsip kesetaraan gender tidak terkontrol, (2) re:ndalmya kualitasswnberdaya perempuan sehingga t\dak bisa sec~ makstmal untuk me.ngakses
su.mber-sumber· infunnasi. Kualitas smnberdaya yang teroatas juga menyebabkan
perempuan Pasong tidak bisa dengan baik. merespon program yang
ada:.
{3) Budayapatriarkat yang terso~ia.I i s~">j di tengah tl).asy.,.rakat juga meny e~b ~an posisi tawar
pe rempuau lemah_ Domihasi faki·laki atas struldur dan prauata S()Sial yang ada
m.enyebabkan perempuan rrdak bisa berperan secara aktif dalam proses reb.abilitasi dan rekonstruksi. Hat ini amat kontradiktif deng:an kenyataan bahwa perempuan secara ekonomis- punya peran yan.g melientukan kelangsungan rumah tang~.
Berdasarkan temuao-temuan te.rsebut. maka ada beberapa haJ yang bisa disarankan u.iltUk dilakukan diantatanya bahwa ~merintab ltarus secepatnya harus menge(uarkan regulasi khusns menyangkut
-vola
koordmasi proses rehabihtasi Aan rekonstruksi m.ula1 -dad tahapan peren.c~ pengelolaanlpelaksanaan danpengawa_san. Bila sistt(m ~ngawasan berjalan dengan baik, lnaka perbatian tertu.l(lap
ide pe'thmya pengamsuta1naan perempuan akan lebib tetjam1u implementasinya.
Pemcrintah_ d~ LSM b.arus dlrlorong tJll(Uk metakukan program penguatan kapasitas
dan penin gkat~ k:t!aJitas perempuan Pusong mela lui pendidikan formaT d an non
forn1al. Fenfugkatm k ualitas i'ni secata. langsung akan me'mberikal;l pen~ p;ida
kemampuan pere.mpuan t mt~ berpartisipas.i dj sektor publik termasuk dnduk dalam
struktur dao atau pran~ sosia1 yang ada.
~~
Kata Pcnganta r ... .... ... ... ... ... ... ... ... ... .... i
Daftar lsi ... ... ... ... ... ... ... ... iv
Daftar ] 'abel ... ... ... ... ... vi
Daftar Gam ba r ... ... ... ~ ... ... .... ... . vii
Abstrak ... ... ...
~
... ....~
... ... ...,., ... c ... VH I '9, / " "-it, / ~.... / ~ .P, BAB 1 PENDAJJtfi,.A.UAN ... - ... _ ... -·--·-··· .. ···-··· .. ·-··•···- l I. I. La1ar Belakang ... .... ~ ... ...1
... ,. ... , .. , ...
1I. 2.
R umYsa
o..Ma
s ~J a h
...~
... ! ..,. ifi~!
.. .... . , . .. ... 1¥-....~
.... /. .. ... 9I. 3. Tujuan PeneHtian ... ~
--
.. ,. ... ... . ~ ., . L....
10..-~ BAB II TINJAUAN LI,TRRATlJR DAN KERA.NGK.A T ~O RI.. ... ~ ... ll 2. 1. Tjnjauan LJteratur .... - ... . ... ... ... -... ... ... 11
2.1. I . Perempuan danPennasalahannnya ... ~ .... ... ~ ... l3 2.1 .2. Keb1.4daya.a.n dan Pyrempuan sebagai Agen ~erub ahan .. ··--· ... ...
! ...
212 . 1.3. Rcaksi dan Respon Perempuan Terhadap.J>.embangunan .... ~ . -~ ... 27
2.2. Kerangka Teoretis ... , .. ..-... , ... ~ ... ~~ .. ... 39
<$1 /_.'\ ~ BAR I)J METOD.It .P £NEI..~ITIAN ... ~ ... ,..,. ... 47
3.1. Lokasi Penelit1an... .... .. .. ... • .... . . ... .. . ... .. .. .. .. . .. . .. .. ... .. .. .. ... .. .. .. ... ... ... 4 7 3.2. Tipel Jenis Penelitian ... , ...
.1. ...
~... /. ...
,r ... /. ... 483.3. Teknik Ee.ngumpulan Data ....
~- - ·· ~
...~~~
-~
... .... .."!.~ .~
... "/. ...
493.4. Anali-sa Dafa ... r .. ... ... ~ ... 7.~
...
53BAB JV GAMBARAN UMUM LOKAST PENELITIAN -··· ... ~ ··· 54
4. l. Sekilas Tcntang Kota Lhokseumawe ... , .. ... ..,. ... ... ... ... 54
4.2. Gambaran Urnum Tentan,g Pusoqg O~m Kondisi Bar .... ak ... ~ .... .. ...
..!. ...
594.2. 1. S<5arah Pusong ... ...
~
... ... ... . .;.; .... ...~ . ~
...~
... 594.2.2. PU;so.n& Masa Kin.i: Pottet Kemjskinjln S'ebqfl}l Gampong .. .. ... ... 61
4.2.3. Kondisi Pu.song Setelah Tsunami ... ;. ... , . . ... ~~-?. ... 65
4.2.4. Barak Pengungs1an : Sebuah Replika Kemiskinan .. _ .. , ... ... \ ... 69
4.3. Sistem Organisasj Sosial dan Kekerabatan Masyarakat Pusong ... ... ~ ..
L ...
734.4. Sistem Perekenomian dan Kerniskman d i Pusong ... ... ~ ... 79
4.4.1. Perekonomian Masy ~ akat Pusong .. .. .. ... " .... " ... -! ... ~ ... 79
4.4.2. K-emtskinan Di Pus ~ m g - : Sebuah Gambaran Kualitatif .... ~ ... .. 82
4.4 .~. Pandnngan Emik Warga Pus()ng Tentang !!.abel Miskin ... £ . . . . ~ . .. ~ . . . . .. . . .. 83
<?,
BAB V REHABTUTASI DAN REKONSTRUKST PASCABJt:NLA.NA:
KASlJS PliSONG DAN WILA Y AD SE:KITA RNY A ... 90
5. 1. Rehabilitasi dan Rekonstruksi di Bidang Pendidikan ... ... . 91
5 .I. L Keadaan Keterscdiaan Pelayanan ... ... .. ... ... ... ... 91
5.1.2. Kcadaan Keterjangkauan Pelayanan ... ... 95
5. 1.3. Keadaan KesetaraanPefayanan ... ... ~ ... 96
5.1-!4.
Kcad~
n ~ eterJi
batan
Pul>1ik Oalam Pefayana1L ...j6
...
~
...
975.2. Re&abilirasi DanRek'onstruksi Di Bjdang KesehatruL .. ;r ... ; ... ~ ... 99
5.2. L Keadaan Ketersediaan Pelayanan ... ... C?. . H . ~
...
~L...
995 ~ 2:2.
Kcadaan Keterjangkauan PeJayanan ...: ~/)~
...~/.
... 1015.2. 3. Kcadaan Kesetaraan Pelayanan ... .. ... ... , ... ~ ... , ... rw ·· --~ .. ..
.1. ...
1025.2.4. Keadaan Keterhbatan Publik Dalam Pelay;anan .... ... ... ~ ... 103
5.3. Reh1lbifitasi Dan Rekonstrill<'si n1 Bidang Perutnahan Dan Air Bersih ... , ... . I 04 5.3.1 . Keadaan Ketersediaan Pelayt}nan .. , ... ... , ... ... ... ~~ ... .... .. 104
5.3.2. Keadaan Keterjangkauan Pelayanan ... ... ~.U - ~
...
~ .L...
1135.3.3. Keadaan Keset~aan Pelayanan ... ~.!J:!
...
.J:>J ...
1165B.4. Keadaan KteterJibatan Publik Dalam Pelayanan ... S~
...
,~!.....
1185.4. Program
Ilan Layanan
latah Hidup ...~
...~
... ( ... .... 1205.4.1 . Kcadaan Ketersediaan Pdayanan ... . _. ~ ., ... .. - ~- ... .... 120
"'? K d - v · '· . ·p·
J
t::e;~ ~"" NEe" J? 5,'-t.-. eaaan .NeterJangKa:uan e ayanan ...
~ ... , ... ... _4 5.11.3. Keadaan Kesetaraan Pelayanan_ ... ~ ... ! . ~...
~-...
1255.4.4. Keadaan Keterlibatan Publik D~lamPelayanan .. :-: ... ~ ... ~ . 1..
...
1265.5. Program Pelayanan Penggantian Dokunten Kepemilikan ... "";'; ... ~/. ... 127
5.'5. J. Keadaan Ketersedi&an L.ayanan ... .... , ... , ... ! . . .... . . ... . .. ..
!. ...
!27. ~ I
c /
5. 5 .2. Keadaan KeterJangkauan Pelavanan ... -:-: . ... >...,· ... ... .. .... J 29 . --..._ ~ 5.5.3. Kearuvm Kesetaraan Pelayanan ... - ... 1315.5':4. Keadaao K ete rl ib ~tan Publfk Dalam PeJ ayanan "-~ ... ~;-~ ... .... ... .. 132
5.6. Rehabilitasi Dah Rekonstruksi Di Bjdahg EkonomL ...
lf..q ...
~~...
1335.6.1 . Keadaan Ketersed1aan Pelayanan .. # . . . .. . . .
.JL§ ...
~J
...
1335.6.2. Keadaan Ketet:Jangkauan Pel~y an an ... , ... ... 136
5.6.-i.. Keadaan Kesetaraan Pelayanan ... ~~l.<: ... _ ... .... 138
5.~.4
;
Kcadaan
Keter~iba~
'fu blik
DalarnPela~~na~
... .~:
-
.... ... 1395.7. P r't~tp "Genaer Sens1t1ve' dalam Prose$ RehabthtasJ, dan Re ~ on s truskst: Kegagalan di tingicatlinplementasi ... ~ .. - ... .,, ... , ... 141
5. 7. t . Pembagian Kewenangan dan N.oordinasi Pelaksanfim1 Rehabilitasi dat;1 Rekonstruksi ... ... ... 144
5.7.2, Akses I1:1fonnasj dan ~eterba tasan Sumberd~ya , Manusia :
e:o_;/
Masalah Umum Perem_puan Korban Bencana ... ~~ - ... ... 1486.1. Masyarakat Pusong Memandang Diri Pcrempuan Dan I lubungannya
Dcngan Laki~Laki ... .- ... 15·1
6.2. Kondisi dan Peran Sosial Perempuan Pusong ... 157
6.2.1. Tanggapan Perempuan Pusong Tentang Peran Perempuan
6.2.2.
i~~~~:i
~ :~~~
~~~-~i
'r~;~~~
-S~b ~ -~~-i~~~~i
;···· ~~~
-N~~~
-···
158Terjebak Di Sektor Domestik ... . , ... . ~ ... ... ?. ... ... I 62
6.2.3. Pcrcmpuan Pusong di Tengah""R ~ habilitasi dan Rek'onstruks1:
J)
Kelompok Rentan Yang Teraba1kan ... ... 168
/ /
BAB \'II KE-8WPULAN DAN S~t\ RAN ...
*••···
176;:i:
~ ::.~~-~~~.::::
~?: :: :: ; :~: :::::::::::::::
·?i : ::: ;~ : :: : :::::::: : ::: :;~\/?.
: :: : :::::::::::::;::
: :: : :::::: !~~
I;:. o\f>' o\l.i o\
DAFTAR PlJSTAKA ... ~~· ·,.· · ··· ···184
LAMPIR.AN ...
~···
···· · ···
·· ···
DAf'TAR TABEL
Tabel l. Model Kemitraan Dan Model Penguasa:
[image:11.595.99.535.135.730.2]Hubungan Perempuan Dan Laki-Laki ... 40
Tabel. 2. Nama _Gampong/Kelurahan"Kemukiman1 Keeamatan di Wi.layah
.K'ota Lhoks~ urna w~ ... ... .. ,, ... , ... 57
Tabel 3. Dampak Kerugian yang Diakibatkan Tsunami di \\)laya:h Pusong ...
~)
... 65Tabel. 4. Rekapitula'>i
~e na~na
RehabilitasiX:lan Rekonstruks1 ?i)
Perumahaq ~~ Pusong ... ,.:···"'···-, ···- ,__ ... ., ... ~ ---····----· 106
Tabel. 5. Jumlah Penenma JADUP (h Kota Lhokseumawe ··· ··· ~ ··· 12 J
Tabel. 6. A:n_ahsa Hubungan
1aki-_l_~ki
dan perempuan1
di Ma';)(arkat Pusong
~
dthhat dengan J(onsep Eisler .... -- ... ,. ... ... 156
' >
-
c ,:) 0~
-
~-
? ~-
? ~ ~ ~ ? ~ ~ ~ ? ~ ~Gam bar I. Pangkalan Pendaratan Ikan di Pusong .... ... ... ... ... ... 63
Gambar 2. Potret Pemukiman Puosng yang Kumuh dan Miskin ... 64
Gam bar 3. Penampakan Wilayah Pusoog Beberapa Waktu Sete!ab ~ Tsunami
Me l ~da
... , ... ... , ...~ - - ~~~ ··· ·· ·· ···· ·
68Ga mb ~r4 .
Penampaka nl>arak : Hunian:Sementara Pengungsi Korban~
l
Bencana Ala1n ... ·-··-· ··· .. ... ... ~ ... 70 [image:12.595.91.533.104.725.2]Gambar 5. Kurnub : Citra Pusong Yang Terbawa ke B.arak ... ... \ •... , ..
,
1
, .~-':~~.;:;
: /
••. . . .. 72Gambar 6, Ko.ndisi di Salah Satu Te.nda Korban Tsunami di Pusong, .. .,..;;-:;:: ... 107
Gambar 7. Suasana di Tcmpat Penyed:iaan Air Bersih di Pusong beberapa 9,.. Waktu Setelah Tsunami ... _. ... ··· ···-···"'··· 110
G amb ~r
8. Rekonstruksi Perumahan yang:dilakukan oleh Sebuah LSM di1
J wilayah Aceh Utara ... ... ... 112~
Gambar 9. Seo r ~g Anak Pe~~mpuan yang sedangMembantu ~ Pekel}aan l)omesuk ... ... ... ~ ... ... 159Gambar 10. Aktifitas Kaum Laki-Laki Yang Membaotu Orang T!.i.a
<$~,.. ~
Mempersiapkan Peralatan Melaut.. ... , ... J ?. .•... 160Gambar l l. Menggendong Bayi: Pekerjaan AJami Perempuan Pusong ... ...
~/.
... 163Gambar 12. Aktifitas Perempuan-yang Sedang Bekerja.Menjemur lkan ...
~
... 164Gam bar 13. Kegiatan Mencud Ylmg Dilakukan Perempuan dj Bar ak. ... ... -~ .... ... 165
Gambar 14.
Me~~uka
;varu~
:
Al-tifitasPerempuanyang j uga ...~
Ders1fat Ekonom1s .... ... .. ... ... ... 173Gambar 1.5. Aktivitas :Perempuan di
~e .kt or
Pendidikan AJtematif di Pusong ....~ /.
... 174,;
BABI
PENDAHULUAN
MlUK
PERPUST AK
i.~
.f:< !V 11. 1. Latar Belakang
UNIMEir .
~--- ~~~~~-- --- ~
Catatan historis menceritakan bahwa Indonesia . ..rang dahulunya disebut
sebagai ,kepulauan nusaBtara dikenal denga n kawasan yang..masyarakatnya hidup dari
sektor kel ~!!fl . Seiring dengan perubahan ~!kt u, yang d1b~engi dengan
I
terbentukrtya negar5i Indonesia yang mehngkup,i kepulaua!} yang ada di nusantara, arti
penting laut mulai rnemudar. Hal ini semakin terlihat di awal-awal kemerqekaan
bahkan sampai kisamn tahun 1990-an akhir. Pengabaian sektor kelautan tentunya
-merupakan suatu hal yan_g ironis sebab fakta administra:si menunjukkan bahwa laut
.Indonesia luasnya mencapai dua pertiga wilayah Indonesia. Dampak Jangsung yang
bisa dilihat dari proses pengabaian sekt{)r kelautan dapat dilihat dari kondisi sosial
ekonomi,. m ~y arakat yang ada ~ dan tinggal di w llayah pesisir ya!}g cenderung
memptihatinkan.
~
't {
$
Fakta yang terjadi selama ini menunj ukkan bahwa luas Jaut Indonesia ternyata
'
tidak mampu-menjamin kehidupan yang lebih baik pada masyarakat- yang ada di I
~ '
pinggiran pantai melainkan sebaliknya, pendapatan masyarakat yang berada
dipinggiran pantai y3.9g ~emudian lebih diK"enali dengan sebutan nelayan bukannya
makin mem_b~k Irialah dapat_ ~bil ang hanya pas_:pasan bahkan ~!!la~ in dalam
I
terpuruk. Berdasarlcan laporan yang dilansir banyak pihak; ada sekitar 4,~ juta
nelayan Indonesia dan keluarganya yang hidup dalam kondisi perekonomian dan
Jingkungan yang memprihatinkan (Kompas, 24 Juni 2000).
Berbicara tentang nelayan, selalu saja terkait dengan kemisk.inan. Rasanya
sulit untuk menemukan suatu kajian mengenai neh:cy ~ n yang mengabaikan masalah
kemiskinannya. Hanya saja, beberapa kajian yang tidak memfokuskan kepada
kemiskinan nelayan analisis kem1skinan ditempatkan
sebagai
tema pe1engkap.Sementara. IUtjian mcngenai so~a1 ekonomi masyar@at nelayan menemuk-an bahwa
tema kemisklnan di ka13)lgan nelayan, seriQg terungkap sebagai salah satu lapisan
tenniskin dari masyaraka! miskin (Mu6yarto, etaJ 1984; J u wono ~ 1998~ Effindri.
2002). 1.1111
oY
Berbagai program, proyek dan kegiatan pembangunan telah dilakukan oleh
ban yak. pihak, apakah pen:terintah maupun swasta untuk mengentaskan nelay@l idari
kemis~i nan . Nrunu~ j umlah nelayan kecil dan miskin -secara magnitude tetap
bertambah. Desa-desa pesisir semakin hari setnakin luas areanya dan banyak
jumJahnya temyata sarat dengan kemiskinan yang ~ da i.. dengan renda:hnya
pendapatan ekonomi masyarakatnya. Karena itu mesktpWl banyak upaya telah
dilakukan, umwnnya bisa d.lkatakan
oabwa
upaya~u_paya tersebut belum membawahasil ,yang memuaskan. Tidak hanya itu., a.ktivitas pembangunan yang dtlakukan
selama ini pada masyarakat pesisir malah hanya terdongk:rak ekonomi sebagian elit
desa pesisjr{Nikijuluw. 20'ol; Siregar, 2002 Elfinari ~0 02):' ~~
Banyak sudah kajian atau pemaparan yang dipublikasikan oleh ~yak
ka1angan terutama ilmuwan menyangkut kondisi nelayan. NikijuJuw t2001)
3
memaparkan beberapa program yang telah dilakukan dalam rangka pemberdayaan
nelayan secara nasionaL Diantaranya program motorisasi armada nelayan skala kecil
yang dikembangkan pada awal tahun 1980-an untuk meningkatkan produktifitas.
Munculnya program motorisasi dilaksanakan di daerah padat nelayan secara langsung
merupatan respons atas dikeluarkannya Keppres No. 39 Tahun 1980 tentang
penghapusan pukat harimau. Pada daSatnya kebijakan ini bisa dikatakan sebagai
kebijakan kqrnpensasi untuk m.@ingkatkan produksi _qgang nasional. Namun ternyata
motorisasi annada d1 baQyak. daerah bisa dikatakan gagal. Banyak faktoryang bisa
dianaflSis sebagat penyebab kegagalan itu diantaranya adalah karena dalam
praktekn_ya program itu ridak tepat sasar<Ul yang ~tan da i dengan adanya pola
kebijakab praktek yang cenderung b ias me lawan nefayan keci l atau miS'kin serta
proseS' pemanipuJasian keiompok peneri'ma program yang di lakukan oleh aparat dan
elit 1Qk.al demi untuk kepentingan kd ompok tertent}l dan bukannya untuk
kepentingan nelayan.
Contoh program lainnya yang juga telah dikembangkan untuk mengentaskan
kemislinan nelayan a<talEih progru.:m pengembangan nilai tambah hasil tangkap laut
melalui penerapan sistem rantai- dingin (cold chain --systemj. Sistem
nurtai
dinginadalati ~nerapan cara-c-ara penanganan ikan dengan menggunakan es guna
meng'Wndari penurunan -mutu basil tangkap laut seperti ikan~ udang dan lainnya.
Dikatakatt sistem rantai dingin _ k ~rena esensinya ya~u mengb,'llflakan es d1 sepanjang
rantai pemasaran dan transportasi ikan, yaitu seJak ditangkap atau diangkat, dari laut
Selain kedua program <li atas, dan banyak pembangunan lainnya yang secara
tidak langsung berkaitan dengan pengentasan kemisk1nan seperti "Protekan 2003"
yaitu Gerakan Peningkatan Ekspor Perikanan hingga menjelang tahun 2003 mencapai
nilai ekspor 10 milyar dollar di masa era pemerintahan Habibie. Nanmn gerakan
inl
tidak berlangsung lama dan bahkan bisa.. dlkatakan mati muda, sejalan dengan
habisny.a masa kepemimpinan Habibie sebagai presiden.
~
J \
~
K::husus untuk Aceh, perri,bicaraan tentang k~J!!(sk inan ne1ayan atao komunitas
yang tinggaJ di wilayah pesisir semakih. hangat sejak bencana alam berupa gempa
bumi dan gel om bang Tsunami melanda sebagjan besar wilayah Aceh pada tanggal 26
Desember 2004. Pembicaraan.itu semakfn menguat ketika tahapan penanganan pasca
- bencana memasuki tahap,an rekonstr:uk_si dan r ebabi1ita.si ~ 1ni dapat dipa.hami sebab
wilaya,h yang mengafatni dampak langsyng dari bencana gelombang tsunami ~ dalah
wilayah pesisir yang notabenenya lebih banyak didiami oleh kolJ}unitas n~f ayan .
Salah satu bagian yang layalt mtuk diperh~kan - Uari proses rekqnstruksi dan
rehabilitasi Aceh pasca-bencana adalah keterlibatan perempuan d.alam setiap program
perbaikan nasib yan& dilakukan. Hal
ini
menarik untuk dilihat sebabkegag'alan-kegagalan program pembangunan rang dilakuKan pl!da masyarak.at nelayan selama
ini (cenderung) dinUai oleh banyak. kalangan karena bersifat bias gender.
Pen~rusutarnaan laki-laki dalam setiap program pembangunan sudah selayaknya
tidak lagi menjadi nilai. ~ ~ ~
Pandangan yang menekankan perlunya perempuan dilibatkan dalam setiap
program pembangunan tennasuk dalam proses rekonstru.KSi dan rehabilitasi Aceh
5
lebih didasarkan pada prinsip partisipasi. Selama partisipasi dalam pembangunan
hanya dituntut dari sebagian lapisan masyarakat saja, maka tentu saja akan ada
kelompok lainnya yang tidak merasakan manfaat dari pembangunan yang dilakukan.
Mengenai partisipasi dan keterhbatan dalam pembangunan, Nikijuluw mengatakan
;- I
bahwa :- -?.,-;
It"'
..
~,~
f~'
"~\!.~
" Keterlibatan yang dimaksudRan -adaJah keterlibatan secara total dalam
semua aspek program pembangunan yang menyangkut diri mereka, yaitu
sej ak _ ~ ren canaan pro_g ~ , pelaksanaann_ya, e:valuasinya, p_£e! evansiannya.
Dengan kata lain, kekurangan yang dimiliki· selama ini yaitu tidak atau
kurangnya partisipasi masyarakat dalam j:>embangunan diri mereka sendiri.
Padahal partisipasi itu begjtu pedu 'karena bagaimanapun juga, dan dengan
segala jenis upaya. tldak seorang meskipllil yang bisa keluar, dari
kemiskinannya dengan bantuan orang Jain, bila dia tidak membantu di'rinya
sendiri "(Nikiiuluw. "J ' 2001) ~ ~ • .r
-Disamping persoalan partisipasi atau keterlibatan, banyaknya program yang
dirancang untuk mas~arakat pesisir mengalami kegagalan juga karena adanya
beberapa faktor lainnya. Menurut Siregar (2002) kurang dipbrtimbangkannya kondisi
loka) dimanaprogram tersebut dilal\.sanakan mer up a~an hal yang paHng dominan
mempetigaruhi keg~ga l an sebuah program pembangunan tennasuk pembangunan
yang dilak.uk.an pada masyarak:at nelayan sebagaimana yang tcrjadi selama ini. .
Kondisi lokal itu seperti tekanan situasi, menurunnya hasil tangkapanr-kepemihkan
~-9~)
perahu dan pola hubuqgan toke dan nelayan1 pola konsumsi rnasyarakat. , ? \
Sementara itu, Rambe (2002) lebi}l menyoroti kentalnya orientasi pfoyek
dalam se:tiap _p~ogra m -peng e n t ~! n kemiskinan nel~an yang pel aks ~n ~ anny a tanpa
didukung oleh
aata
dan pemahatnan yang memaaai mengenai kondisi lokal. Beliau" ... Rasanya hampir mustahil bila kita mengharap persoalan kcmiskinan neJayan teratasi dengan sekejap. Juga akan mengada-ada bila memberikan formula instan dan lalu berharap persoaJannya langsung terselesaikan. Jjka suatu formula disebut sangat manjur dan akan sembuh daJam waktu singkat, itu tak lebih seperti bualan iklan obat-obatan di televisi. Ironisnya, cara-cara
seperti ituJah yang paling menonjol dalam usaha pemberdayaan masyarakat
nelayan hingga saat ini. Beberapa usaha yang dilakukan telah salah sejak
diagnosis, Kesalahan diagnosi~ sehingga
resep
yang diberiiCan juga pastisalah. Pada kasu8 lain, diagnosis penyakit sudab tepat namun obat yang
diberikan adalah kualitas rendah dan sebahagian telah kadaluwarsa. Hanya
saja dikemas demik.ian rupa seliirtgga terlihat mujarab dan cespleng. Kasus
lainnya lagi, diaghosis sudah tepat, mutu obat juga sudah baik tetapi aturan
peng~naan tidak tepat Dosis yang terlal u r~ dari ketentuan dipastikan
tak altan bisa menyembul1kan penyakit. Sementara yang berfebjh akan
overdosis yang berakibat lebib fatal, yakni penyakit &)<an mati bersama
orangnya. lni belum tennasuk, pihak~pihak yang deng~n sengaja member:ikan
resep dan obat yang salah walaupu~ ia tahu itu akan lebih menyengsarakan
nelayan " ( Ram be. 2002)
/
o /
-Lebih- mendowng peran jbu rumah tangga dalam usaha meningkatkan
pendapaf ekonomi w mafj tangga, telah menjadi keharusan untuk mengurangi
ketergantungan terhadap sumberdaya ikan di laut yang semakin menipis. Me.nurut
Lubis (2002"t-peran perempuan d.alam kduarga netayan menjadi bagian yang sangat
penting dan strategis ontuk.mendukung terwujudnya keluarga ne1'ayan entrepreneur.
Sistem pembagian ketja dalam sek'1or perikanan laut berskala Kecil yang relatif tegas
berdasarkan jmris kelamin (l~ki-Jaki melaut, peremp_yan menunggu df!farat) harus
diorientasikan untU.k t\}juap RCngembat\gan ke)uarga nelayap entrepreneur ini.
.Posisi perempuaQ dalam komunitas neJayan di negeti Tci1a pada umumnya
tidak begjtu.. signi,fikan dalam sistem produksi perikana.n, karena secaia kultural
hampir
merata1
bahwa pekerjaan melaut dikonsepsikare sebagai domain ka'W:nlaki-laki. Perempuan
hanya
tedibat dalam urusan-urusan sekunder atau tersier, dan tak7
.. unpaid.famiZv worker". Kaum perempuan cenderung lebih terllbat dalam
aktivitas-aktivitas pasca penangkapan (post-harvest actrvities), melakukan pekerjaan-pekerjaan
seperti bongkar~muat , menyortir ikan, membersihkan, menyisip jaring dan
sebagainya. Mereka juga ham_pir tidak diperhitungkan dalam anatisis ekonomi,
bahkan Iembaga-lembaga pembangunan cenderung me]upakan mereka sebagai -pihak
yang ~rlu mendapatkan lnvestasi baik berupa dukungan te.kDologJ, kredit maupun
pelatihan ketenimpilan. ~ ~ ~
Menurut Lubis (20D2) apapun
jenis
usaha yang sedang ditempuh, olehkeluarga-keluarga nel~yan saat ini untuk mendukung kebutuhan ekonominya,
misalnya membuat tikar purun (pandan), membuat atap daun nipah, terasi,_ dan lain
sebagain£a, ·semua itu masih hams ditopang dengan aUanya kemampuart membangun
jaringan pasar. Me.tttb}Jat· berbag~i prodtfk. olahan yang ba'ik dan berkualitas dari
sumberdaya yang ada di kawasan pantai maupun hasil Iangsung dari laut adalah satu
awal yang. baik, tetapi lebih
Afaii
1tu harus lahir atau
tumbuh pula orang-orang darikornunitas pesisir yang J11runpu menjadi pemasar ungguL
Berdasarkan uraian tersebut di atas~ 1naka menjadi sebuah hal yang sangat
relevan Jika dilakukart sebuah kaj.ian yang mencoba membahas terttang keberadaan
perempua'n Aceh yang ada di komunitas pesisir dalam dinamika proses rekons'truksi
dan rehabilitasi Aceh. Relevansi dilakuka'n.nya studi 1entang peran perempuan Aceh
di tengahJuruk piku.k rekonstruksi semakin menguat ~etika perempuan dan l,lnak-anak
kecil me.rupakan pihak yang; paling merasakan dampak langsung dari bencana alam
yang terjadi tanpa harus mengabaikan penderitaan yang dirasakan kaum laki-lald.
PerJunya memperhatikan perempuan dalam proses rekonstruksi dan
rehabilitasi di Aceb merupakan konsekuensi logis yang muncuJ dari adanya
kekhawathan bahwa perem puan Aceh akan semakin tertinggaL Sebab cerita panjang
ketertinggalan dan derita perempuan Aceh sejak lama menjadi sebuah isu utamanya
sejak k'onflik berserqata me]anda daerah ini. Mengenai ha l jni, berbagai kalangan
tennasrik media massa pemah mengungkapkan bahwa dalam kontlik bersenjata,
pengalaman masa Daerah O_pemsi Militer yar:!l( dicabut iahun 1998 lalu
memperlihatkan pe;empuarr meiJJadi korban kekerasan fisik '1naupun seksual.
Kekerasan mi sebelumnya tidak pemab d iungkapkan dan rlianggap tidak pernah
teljadi ( Komnas~ 4 "Mei 2005).,Secara J.;eseluruhan, beberapa alasa_n penting mengapa
studi i.ni dilakukan adalah : ~ N c~
I. Secara faktua.l perempuan metnili:ki kontribusi yaQg menentukan dalam
kehidupan masyarakat pesisir. namun upaya penglibatan mereka dalam proses
rehabililas( dan re k onstruk ~l kehidupan pascabencana terkesan sangat minim
2. P.erempuan Aceh adalah kelompok sosial yang rentan 'Sehingga peihatian
terhadap pcran sosial mereka ~kan memunculkan sikap apresiasi yang
mendorong-pada peningkatan kesejabteraan mereka.
3. Proses perubahan tercncana yang bersifat "Gender S.e nsiti v-e·~ akan Lebih cepat
berhasil sebab \:lexempuan adalab kelompok sosial yang secara kuantitas
adalah mayoritas sehingga JUga berpotensi menjadi subjek perubahan yang
9
1. 2. Rumusan Masalab
Setelah berakhirnya masa tanggap darorat pascabencana di Aceh, masyarakat
Aceh akan memasuki masa penanganan lanjut.an yaitu masa rehabilitasi dan
rekonstruksi . .Proses pe1aksanaa.n masa rehabilitasi dan rekonstruksi pada dasarnya
akan , berlangsung secara bersamaan atau seiling sejalan. Secara umum proses
rehabilitasi dan rekonstruksj pascabencana pada masyarakat Aceh meliputi seluruh
aspek kehidup<!J), Namun detnikian, pada kajiav ini proses ..r{habilitasi dan
rekonstruk:si hanya akan dioatasi pada beberapa aspek ,yaqg berkenaan aengan
kebutllhan dasar manusia seperti; perumahan/air bersih,
perekon omian/mata pencah a~ . pendidikan. kesebatan dan kebutub.an akan
dokumen-dokumen kepemiliK~dentitas.
Ibarat sebuah pembangunan? Uf)aya rehabilitasi dan rekonstruksi flkan
mengusung tde-ide- baru yang bisa merupakan reinterpretasi ulang atas ~1ilai yang
telah ada sebelumnya atau nHai yang benar-benar
l;aru.
Berkenaan den~an kondisitersebut, maka yang m.enjadi f<>kus perhatian atau permasa!ahan dalam penelitian ini
adalah: ~~ ~
:ij
\~ ~~ ? ~j( 1) Bagaimana sesungguhnya gambaran terkini (snapshot ) proses~ehabi li tasi dan
rekonstruksi Aceh serta keberadaan ide-ide ientang pengarusu~ maan
perempuan dalam proses rehabilitasi dan rek<mstruksi yang sedang
{2) Bagaimana kondisi dan peran sosial perempuan Aceh serta ha-hal apa saja
yang mempengarubi keterlibatan kaum perempuan unntk ikut berpart1sipasi
pada proses rebabihtasi dan rekonstruksi di Aceh ?
Per1u ditambahkan bahwa implikasi dari permasalahan di. atas adalah
penelitian ini akan menelaah bagainrana petempuan yang ada di lokasi penelitian
menginterpretasikan perubahan lmgkungan sosial ekonomi yang terjadi -.seiring
dengan kegiatan rekonstnlks.i j an rehabilitasi berc!asarkan niJai yang dimilikinya
utam~ya berkena~ d engan peran sosiaJ mereka di masyarakatny"
(~
1. 3. Tujuan Penelitian
Tujuan peneiitiarl ini adalah :
1. Berupaya mempetoleh gambaran ferkini proses rehabilitasi dan rekonstruksi
yang sedang berlasngung secara utuh serta proses implementasi ide-ide
kesetaraan ,gender ~
2. Berupaya untuk mendeskripsikan kon~ ls i dan peran sQsial perempuan Aceh di
tengah proses rehabilitasi dan rekbnstruksi kehidupan pascabencana yang
dengan.. IJerlangsung serta hal-hal yang secara langsung; maupun tidak
mempengaruhi keterlibatan perem p ~n pada rehabilitasi dan re konstruksi
MILIK PERPUST
AKAJlNl
BAB y
u
N I
fl·!
E
I)
f
REHABILITASI DAN REKONSTRU:KSI PASCABENCANA:
KASUS PUSONG DAN WILA YAH SEKITARNY A
Seperti disebutkan sebefumnya bahwa tahapan penanganan bcncana gempa
I
bumi dan gelombang tsunami di NAD setelah tahapan tanggap darurat adalah tahapan
rehabililasi dan rekonst ru ~si. Jika diJibat dari tenninologi yang digunakan,... kedua
tahapan inl dirnaksudkan sebagai ~ tindakan pe~ulihan atau dik en~J 'j uga dengan
sebutan "recovery". Rehabilitasi adalah tenninologi yang ditujukan untuk
mengembalikan fungsi "sesuatu" yang keadaannya terganf?gu atau rusak akibat
bencana yang te!)arli dengan jal3_!l_memperbaiki ata"u m engaktifkan kembali sesuatu
tersebut. Sesuatu
yaug
dimajcsud di.
sini
pisa berupa benda materia) seperti r-umah,.
bangunan kantor, sekolalmn dll. NamWl derrhk.ian hal-hal lainnya yang bersifat
non-meteri seperti mlai, ide dan aktifitas sosial juga mentpakan bagian yang bisa
dipeng~ oleh bencana. Karenanya rehabilitasi di bidang yang demihan ini juga
perlu diperbatikan.
~
1
>Adapun tenninologi rekonstruk.si ditujukan untuk sebuah kegiatan atau uPa.ya
membangun kembali sesuatu yang hancur, rusak totaCatau yang musnah akibat dari
dampak bencana alam. Model konstruksi yang dilakukan dalam sebuah kegiatan
rekonstruksi bisa sama dan sesuai dengan model sebelum wilayah tersebut teikena
bencana namun bisa juga berbeda. Oleh karenapya, proses rehabilitasi dan
Berdasarkan identiflkasi dan aktualitas kondisi real di lapangan, akhirnya saya
berpendapat paling tidak terdapat enam aspek kehidupan, yaitu menyangkut aspek ~
perumahan dan air hersih , jatah hidup (selanjutnya disingkat JADUP), pendidikan,
kesehatan, perekonomian dan layanau dokumen kepemilikan. Keenam isujni menjadi
sebuah ~s-u sentral yang selama kurun waktu Maret 2005 sarrtpai dengan awal tahun
2006 menjadi sorot perhatian.
:;
Gambar!in berikut itfi perlu dtlakukan sebagai sebuah upaya u.u,tuk fuenilai
tahapan kemajuan masa rebafiilitasi dan rekonstruksi yang terjadi. Adapun relevansi
pemaparan keenam aspek tersebut diatas dengan studi ini adalab, bahwa ganr"baran
terhadap hal-hal tersebut akan berguna sebagai iden:tjfikast awal atas proses
rehabilita.si dan rekonstru-'5s'i: )"ang berlangsl.lng. Proses identitikasi ioi akan
mempermudah upaya"'J)Cndeskripsian peran perempuan pada:setiap aspek nantinya.
Cakupan wilayah perhatian yang meliputi_ Kota Lhokieumawe dan Kabupaten
Aceh Utara unttlk keenam aspek
.
yang direhabilitaSi dan direkonstruksi, dimaksudk.an .untu ~ melihat secara U(num proses "recovery" yang bertangsung. Tidak itu, saja,
pembatasan wilayah per-ha.tian ini akan membantu upaya .ko;mparj atas apa yang
terjadi di Pusong ~ d e ngan wilayab lainnya ... di sekitar Lhokseumawe dan Aceh tJtara
(:
5.1. Rebabilitasi dan Rekonstruksi di Bidang Pendidikan
5.1.1. KeadaaJl ketersediaan pela)'amfn ~
a. Perspe.ktif Penyedia Jayanan ("-?,.
~
Program pendidikan dasar dan menWJgah hampir
tidak
mengalami masalab92
Rata-rata orientasi pendiclikan yang diterapkan adalah membangun sistem pelayanan
pendidikan yang bersifat reguler, kepada anak-anak korban tsunami. Namun pola ini
akhirnya memakan korban, dengan banyaknya siswa Aceh yang tidak lulus UAN (42
persen untuk seluruh NAD, dan tempat yang ternarah adalah di dae..rah-daerah
tsunami). Seharusnya ~ ej;t ~ awal telah di upayakan sis tern pendidij(an darurat atau luar
biasa bagi korban tsunami, baik untuk kepentingan a.ksele.rasi, strategi komanikasi,
pemulihan psi:kologi korban, si~tem pendidiK'an lunak (soft-pedagogy .~ys tem),
pendidikan rekreatif, dll). Hanya saja program ini beluin sepenuhnya bisa terlaksana
dengan baik. Perbaikan gedung-gedung sek<>lah SD dan S?vlP yang rusak telah
dilaksanakan di bebc;rapa garup<>ng dengan cara relokasi gedung sekolaban. Namun
demikian sarana dan prasarana yang ada saat ini
maslh
belum memadai, 1m dapatdilihat dari belum adanya antisipasi bagi anak-anak yang bersekolah jauh dari
barakltenda pengungsiannya. Seperti penyediaan aJat transportasi atau biaya
transportasl tamoahan bagi anak-anak korban
tsunami.
,Hal ini telabdl:\akukan
dibeberapa tempat seperti di bara.k Seunodo.n, naroun masih be~uVl m.emadai. ~'
Sampai saat ini belum ada data pasti tentang seberapa besar dana yang telah
dioperasionaliSas.ikan. Menurut KDK (Komite Darurat Kemanusiaan), dana
pendidikan tennasuk yang sulit diakses. Diketahui ada beberapa proyek yang
menangani masalah pembangunan sekolah seperti SO
dl
Tanah Pasir, -yangmemanfaatkan -dana dari bantuan Pemda Batam yang dikerjakan ~ldl Dinas
Pendidika.il 9nng 'temY,_ata ada kelebihan ~nggaran Rp. 200 juta, dan tidak diketahui
rimbanya. Masalah yang paling mencolok. : ~atah kinerjaKepala Dinas Propinsi NAD
yang baik dan integratif dalam proses penanganan. Disfungsi manajemen dan kinerja
ini berimbas hingbra ke daerah tingkat dua. Dinas Pendidikan seperti hanya reaktif
terhadap program yang ada, dan tidak memiliki perencanaan dan strategi pelaksanaan
proses rekonstruksi dan rehabilitasi yang terarah dan jeJas.
Masalah personel tenaga pendidi:kan juga terkendala, terutama untuk honor
para pengajar. Banyak guru pendidikan yang menjalani peran edukasi hanya
berdasar'kan kerelaan saja, r~a ka~.ihan jika anak:.,3.:Q.ak. tersebut tidak roendapatkan
pendidikan yang cukup. Pmyek bantuan pendldikan bagi guru. honor dfri Dinas
Pendidikan Pusat dan Jakarta teJah berhenti, dan hal itu sangat mengganggu proses
keberlangsungan pend1dikan anak-anak untuk jangka panjang. ~
b. Petspektif Masyara.kat
tayanan pendi_dikan dasar (tingkat SD dan S.MP) sejauh ini tidak rnengalami
perubahan yang berarti. Beberapa bangunan sek; Jah dasar dan meneJ}gah yang
hancur dan rusak. akibat sapuan gelombang tsJ).nami di wilayah Aceh Utara tdah dan
sedang diperbaik1 dan diban&'lln. Dj bebe ra ~ barak pengungsj yang terletak agak
jauh dari sekolah telah disediakan bus anak sekolah (kasus Seunodon), namllll jumlab
dan kondlsi bus dirasa bermn memadai. Sedangkan untuk peptbangunan sarana
pendiqikan Kota LhQkseumawe sejauh inr tidak ada yang berarti, sebab hanya
sebagian Jecil ~ ari bangunan sekolan saja yang m~ngalam i darnpak dAfi bencana
gempa P'ln tsunami xang teljadi. Bantuan pendidikan lainnya yang diak-ui oleh
seba ~an besar informan adalah bantuan peralatan dan petiengkapan sekobh dari
94
bersedia menampung dan menggratiskan biaya pendidikan bagi anak-anak korban
tsunami .
Layanan pendidikan baru yang ditemukan di beberapa barak pcngungsian dan
di beberapa ~ampong adalah
taman
bennain anak (selanj utnya disingkat TBA).Layanan pendidikan TBA ini memang--cendenmg diperuntukkanbagi anak-anak usia
dini. LSM yang menyea iakan layanan ini diantaranya adalah
Save
The Children danYEU. Kualit~s pelayanan TBA oleh para infonnan dirasakan sangat m~l!}bantu
anak-anak mereka untuk kembaJ i tertawa dan bergenJbi'ra meJalui permainan.
Pada beberapa. t~mpat para korban bencana juga maslh harus membayar uang
sekolah dan iuran pembangunau sekolah (BP} Keberadaan bangunan -sekolah (SD
dan SMP) yartg_baru oleh sebagian informan yang memiliki anak jelas merupakan hal
yang menggembirakan . .Ranya saja perbaikian bangunan fisik temyata tidak dibarengi
dengan perbaikan mutu seK:olah. Oleh sebagian informan hal ini dapat dihhat dari
tidak adanya- k-ebtjakan penam&ahan guru bantu di sekolah-sekolah s ang telah
dibangun. Tidak hanya itu. oleh sebagian k,ecil infonnan perbaikan gedung sekQlah
(SD dan SMP) tidak memiliki pengaruh apa-apa bagi anak-anak mereka, sebab
'
sebelum
tsunanii
melanda, anak-anak mereka juga tidak sekolah. Pat'a informanmelihat perbailam gedung sekolah (SD dan SMP) yang rusak dilakukan dalam waktu
yang relatif singkat sebagai sesuatu yang baik Hanya s~a ketika layanan
pembangunan sekolah menjaqi Iebih baik tanpa kem"E"gian didukung <l,engan upaya
peningk.atan 'kua1itasnya m~ ·haJ itu di]asakan oleh para korban masih kurang.
Bantuan peralatan!perJengkapan sekolah dan pembangunan TBA dirasakan
dilakukan tidak ditemukan adanya inisiatif dan kontribusi penduduk untuk
mendukung layanan pendidikan yang ada. Namun demikian di beberapa gampong/
barak pengungsian te rdapat beberapa orang pengungsi yang dengan sukarela menjadi
guru mengaji bagi anak-anak korban bencana. ~
Selain tersedia,nya layanan pendidikan formal, layanan pendidikan informal
juga ditemukan di beberapa barak pengungsian tennasuk di b,arak Pusong. Dibarak
Mon Geudong ter.dapat sauggar p~nd idikan anak yang dikelola oleb sebuah LSM.
5.1.2. Keadaan ketttrjangkauan pelayanan '\~
"J'
~
a. Perspektif Penyedb layanao ~ ~
l
~Menurut kalangan pemerintah, tidak terdapat mekanisme yang jelas tentang
penyebaduasaninfonnasi seputar Yayanan pendidikaa Jnformasi tentang pendidikan
tidak didapatkan dari sumber resmi (pemerintah dan Dinas l?endidikan ), tapi ada juga
i
melalui orang per orang, atau bantuan LSM/asing. Saat mi di Aceh Utara dan .kota
Lhokseumawe terutama untuk kawasan Pusong, tidak terdapat sekolah darurat.
Sekolah darurat hanya ada
pa:da
masa emagetwy. Kebijakan subsidi dalam penentuanbiaya dan pemberian oeasiswa kepada siswa, selama jni telah ada dan poJanya
diserahKan. kepada masing-masing lembaga pendidikan atau selrofah. lfanya saja
-
-untuk saat ini program subsidi dan at$u beasiswa lebih ditekankan kepada korban
tsunami. Pemberian Beasis:wa diperuntukkan terutama bagi meteka yang kehilangan
96
diberikan oleh LSM atau lembaga-lembaga non pemerintah seperti SCTV, Indosiar,
LSM asing, Unicef, dsb.
b. Perspektif Masyarakat ~
lnformasi mengenai Iayanan pendi(tikan selama mt h:anya diperoteh dari
banyak pihak, akibatnya sering sekali teijadi penambahan dan pengurangan
informasi . Geuehzk dan aparatur gampong masiltmenjadi pihak yang dominan dalam
menyarnpaikan infpnnasi tentang layanan pendidikan yang ada. AdakaJanya koran
juga menjadi sumber informasi menyat}gkut keberadaan layat}an pendidikan yang
sedang berlan&sung. Layanan p<(ndidikan dasar yaqg tersedia sejauh ini masih bisa
diakses walau ptin di beberapa desa para pengungsi harus rnengeloarkan biaya
tambahan sebagai biaya transportasi. K-etidakmampuan mengeluarkan b'iaya
I
tra ns p ~itasi dan b~ay,a lainnya untuk sekdlah yang dibutuhkan biasanya diatasi
dengan tidak menyuruh anak b er~ngk .at sekolah dan atau cara mern i n ja~fi.YC\tng kepa.da
keraba1 yang dianggap mampu. Setahu para korban. saat ini di k.awasan Aceh Utara
tidak tlitemukan
seko~ah
datur ~ t.
~ ~;;;
~?
~
~ ~ Go uN 1 ~~o
' - vNUII'e.v J INI-e.v Nl ~
~
___,.____
~·--~""
5.1.3. Keadaan kesetaraatt pelayanan ~ Q:'
n ~
0 >
a. Pers{lektif Peoyedia
lay
an an : ~Se!a:ma ini pemerintah melahli dinas teikait t(.dak. pernah m~m _ be r l akuk.an
adanya kehijakan untuk memqerikan lay~ an y!\Ilg berbeda pa.da kelompok tertentu
diantara para pengungsi. K husus untuk anak-anak yatim-piatujaminan pendidikannya
peduli . S~jauh ini program umum untuk anak yatim-piatu dan anak cacat di bidang
pendidikan hanyaJah bantuan pendidikan dan pemondokan gratis, seperti yang
dilakukan oleh NU dan Muhammadiyah. Namun pola ini tidak diadopsi oteh Dinas
Pendidikan. ~
NEe(: / . Oj '9..,
rt
~b. Perspektif .Masyarakat
Berdasarkan hasil wawancara di lapangan tidak diperoleh adadya 1ndikasi
pengjstjmewaan dalam pemberian Iayanan pendidikan, apa l~gi upaya mempersulit
kelompok tertentu. Sebagian informan mengatakan bahwa merekct belum mengetahui
tentang adanya bantuan beasiswa khusus untuk ~nak SD dan SMP: Layanan
pendidik11n. untu'k anak-anak caeat dan anak-anak t!lnpa orang tua/wali masih terkesan
kurang dipeduiikan. Ini didasarkan atas pengakuan sebagian mtorman yang
mengatakat;l bahwa bantuan yntuk anak-anak cacat dan anak .. yatim/piatu masih
bersifat bantuan temporer dan beh1m ada yang bersifat permanen terutama
menyangkut biaya pendiaikan. Beberapa Dayah atau pesanlren yang bekerjasama
dengan tembaga tertentu memang menyediakan pendidikan gt:atis bagi anak-anak
yatim/piatu korban tsunami. ...___....~
~sN c~
("'
.,
/~'
..P..,-a. Perspektif .Y~oy edia Jayanan _~
Proses penyebaran informasi layanan pendidikan sepenuhnya dilakukan
dengan memanfaatkan s~ko lah dan
tenaga
pengajarserfi\
aparatur gampong.98
dapat dilakukan sebab masyarakat korban juga tidak dapat diajak secara pro-aktif
memikirkan masalah pendidikan. Hal ini diakibatkan persoalan yang lebih mendasar
tentang perumahan dan logistik pun mereka menghadapi kendala yang juga sangat
besar. Sampai dengan saat ini tidak ada mekanisme mcnamp\lng pcngaduan/
keberatan korban bencan a ~ dalam pelaksanaan Iayanan pendidikan bagi korban
bencana diperoleh yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan atau lembaga
-
.... ,.,,,.,t: -
_,rlamnva. ~
- h~sNEc~
e,' :.P,~
...
b. Per. 5pektif.Masyara~t
Hasil -pengumpulan data di lapangan diketahui bahwa layanan pendiCiikan
yang terselenggara saat ini bisa dikatakan tidak melibatkan korban bencana dalam
merumuskan perencanaan dan pelaksanaan. Kalaupun acta keterlibatan pendupuk
dalam pembangunan santna sekolah tetap hanya sebatas buruh bangunan yang
dibayar atas ji}sa tenaganya beketja. ~
Secara umum para pengungsi ma.sih belum bisa melakukan sesuatu tindak:an
yang menyangkut Retidak terpenuhinya keinginan. Sebagai contoh, desakan
kebutuhan penambahan bus angku~n anak sekola~ dj Barak Seunodon :sampai saat I
ini belu.m bisa ditanggulangf. Kewajiban untuk membayar iuran.tertentu di sekolah
masih dengan pasrah harus dibayarkan oleh' korban bencana untuk.kelancaran s~k olah
5.2. Rehabilitasj dan Rekonstruksi di Bidang Kesehatan
5.2.1. Keadaan ketersediaan pelayanan
a. Perspektif Penyedia Jayanan
Hal yang selama ini dilakukan Dinas Keseh~tan adalah dengan memfungsikan
Puskesmas, Puskesmas P embantu, dan .iuga Pos Keschatan Satelit yang dibuat di
tempat-tempat pengungsian. Saat in\ pos kesehatan Satetit telah berhenti, karena
programnya dari Dinas Kesehatan Pusat telah habis, sehingga tenaga medis rnereka
juga telah £titarik. Yang dilakUkan adaJah merekrut tenaga medis Puskesrl:tas untuk
juga ptela.kukan kerja pemantauan kelilb;~g di barak-barak pehg-Qngsian. HaJ liinnya
adalah dengan terus berkoordinasi dengan LSM yang memililci program k ese bat~
terutama untuk kcblJ.tuhan obat, d<m ~ uga melakukan penyensoran obat-obat yang
masih dapat dikonsumsi atau tidak. Dlnas Kesebatan juga terus menyuplai
obal-obatan. generik, karena rata-rata para pengungsi mengalami penyakit bagian
pemafasan dan infeksi. Selama inj yang dirasakan kurang adalah masaiah mobilitas,
karena rata-rata ambul an ~ yang dimiliki telah berumur
n-
14 tahun, dan banyakyang telah mernprihatinkan. Untuk pelayana~ kesehatan masih j uga dirasa.kan kurang
terutama untuk tenaga spesialis penyakit dalam dan yang terkait dengan penyakit
'\ ~"'
yang berhubungan denganrpembuluh darah. "' ..P.., I.~
"Tidak di.peroleh informasi tentang besaran anggaran yang terseclia untuk
penyelehggaraan layanan kesehatan yang k.husus 'untuk pengungsi. MelfiaSuki tahun
2006, tidak ditemtikan adanya layanan .keseh~tan khusus xang berikan oiefi LSM
100
b. Perspektif Masyarakat
Program Jayanan kesehatan yang tersedia bagi korban bencana hanyalah
program penycd1aan pos pelayanan kesehatan satelit dan posko-posko kesehatan yang
diselenggarakan olch lembaga-lembaga tertentu scperti BSMI, BS!V(M dan
sebagamya. Untuk para J\orban yang masih tinggal di tenda (Kasus Bayu) juga
d1seqiakan layanan pertye;nprotan serangga dan nyamuk yang menjadi vektor bagi
penyakit te~ntu. Proses penyemyrotan di tenda .£liJakuKan dalam kurun waktu dua
minggu sekaJi dal) sepenu1mya dilakukan oleh OXFAM. Terhitung tanggal 1
September 2005, operasi:'onalisasi posko kesehatan satelit sbca.ra resmi dihentikan.
Selain posko kesehatan, layanan posyandu juga mulai dia.ktifk.an di beberapa barak
pengungsian ~
Keberadaan pos kesehatan sateJit ofeb sernua informan dirasakan sangat
membantu. Hanya saja keterbatasan sarana seperti aqtbyjans me11jacli keluhan di
beberapa barak yang letaknya jauh dari p\lske$mas di pusat ketwnatan. Ini
dikare:nakan menurut para korban semua ambulans disiagakan di Puskesmas dan
bukan di Pokestit. Tidak hanya itu ~ di beberapa posko kesehatan yang dikeJoJa oleh
pemerintah a~kala nya petiJgas tidak tersedia setiap saat sehingga- penanganan
beberapa kasus kesehatan menjacli terlambat.
'
Dlch beberapa inrorman diungka'pkan babwa sering sekali muncul kefuhan
bagi mereka y;ang l}erobat ke
po.!
ke~eh atan menyang!(ut jenis obat ya_ng diberikan.Untuk semua jenis wnyakit, ]enis obat yang dibefikan dalam pandangan para korban
cenderung sama. Dengan berhentinya pos kesehatan satelit beroperasi, maka sebagian
penanganan penyakit yang diderita. Keberadaan pos kesehatan sateht dan posko
kesehatan yang dikelola oleh lembaga dlluar dinas kesehatan dirasakan oleh
penduduk masih perlu dipertahankan. Hanya saja mereka menilai bahwa kualitas
layanan juga harus ditingkatkan. Inisiatif dan kontribusi masyarakat dalam I
mendukung layanan kesehatan sejauh ini tidal< ierlihat ada dan ini juga diungkapkan
oleh sebagian besar informan.
5.2.2. Keadaan keterjangkauali pelayanan
a. Perspektif Penyedia layanan
Terd,apat pamflet dan leaflet yang menganjlJrkan tentang pentingnya)lienjaga
kebersihan dan kesehatan tybUh, menggunakan,..air minum yang dj masak dan
pesan-pesan yang terkait dengan sanitasi, bal)aya: penyakit end_emik, dsb. Sefebihnya,
'
J
informasi tentang layanan kesehatan tersebar melalui mulut ke mulut.
Sampai s aat ini biaya yang dikeluarkan dalam menerima layanan kesehata.n
biasanya berkenaan dengan pembiayaan atas jenis obat-obat yang tidak disediakan
secara gr,atis dan untuk keperluan operasi, ~ e rta diagnosis yang meinerlukan peralatan
mahal dan
t1dak
terdapat di Puskesmas, sehinggah.arus
merujuk keJ.Umah sakit.I
Untuk pelayanan dasar yang dikelola oleh pemerinta.h dan atau tSM/lembaga asing
tidak memerlukan biaya tambahan. Lokasi pusat dan atau posko pelayanan ditentukan
berdasarkan kebutuhan dan rasio pengungsi serta aneaman penyakit' enrlemik yang
102
b. Perspektif Masyarakat
lnfonnasi mengenai keberadaan layanan kesehatan sebagian besar diperoleh
melalui brosur/poster serta pengumuman yang ditempel di beberapa tempat. Namun
demikian infonnasi utama tentang keberadaan layapan diketahui dari adanya posko
tetap dari tim kesebatan yang memihki ciri khas Jambang serta atribut lainnya.
Penggalian data di lapangan diperoleh kenyataan bahwa pos pelayanan kesehatan
(apakah
po:$
~eseba tan satelit atau bukan) dalam op~ra ~i o nalnya tidakffi_embebankanbiaya kepaaa para pe.ngungsi. Keberadaan posko pelayanan kesehatan yang dekat
dengan titiklbarak pengungsian menjadikan:n.ya mudah telja.I,l@cau oleh siapapun.
Akibatnya tidak ada keluhan men,rangkut lokasj posko kese)tatan. ~
~~
5.2.3. Keadaao kesetarallll pelayanan
a. Penpektif Peoyedia la)'aoan
SaWJmi dengan saat jni pemberian layanan kesehatan tidak memberikan
kekhususan pada korban bencana kecuaJi pelayanan berbeda bagi para penderita
Lepra. Hal ini dikarenakan penyak.it jenis inj memiliki karakterist1k penanganan blla
dibanding dengan penyakit lainnya
.,-b. Perspektif Masya.rakat
Pelayanan yang diberitam oteh. para petuga.S d:i _.Posko kesehata_!l satelit oleh
mayorita s ~ informan bisa dikatakan tidak pilih bulu atau tidak bersifat diskrirninatif
Secara umum mereka merasa bahwa tidak ada kelompok masyarakat yang
diistimewakan d~ dipersuHt ketika mereka datan,g ,l\e posko bsehatan yang ada .
Pelayanan posko kesehatan yang ada di barak pengungsian cenderung bersifat umum. Akibatnya penanganan dan pelayanan yang diberikan adalah sama tennasuk untuk
kelompok masyarakat rentan (orang cacat, orang miskin. anak-anak. ibu hamil dll).
Namun demi.kian terdapat be be ra~ program kesehatan khusus untuk kaum ibu
terutama yang lagi hamil dan menyusul dan bias'anya d11angsungkan di Posyandu dan
bukan di posko kesehatan.
~
, ··~
· . _:J
~
~~
~
(J __"~_..._~
5.2.4. Keailun kilerlibatallpub/ik dalam peJayanan
a. Perspektif Penyedia l ~yanan
Bagi masya(akat pengungsi yang selama
ini. q.itangani
dengan Pos KesehatanSat elit semua layanan dapat diakses secara gratis. Sedangkan Jayanan rujukan di
ruman sakit saat ini harus disertai dengan surat keterang~n tidak mampu atau
pengungsi untuk mendapatkan pembebasan pembayaran. Sejauh ini mekanisme
-
-layanan yang tersedia dirasakan telah mampu mengakomodir kebutuhan semua
kelompok masyarakat. ( ;
't(
'Selama ini sinyalepten penyelewe:rtgan biasanya hanya dipublikasikan melalui
media. Sedangkan pos pengaduan khusus atau layanan yang menerima keluhan
menyJmgkut ketidaknyamanan dan penyimpangan dalarn proses ~layanan kesehatan
belum tersedia.
~
b. PerspektifMasyaraka t ~"'"- -~~ .. .\_
OperasionaJ isasi posko dan layanan kesehatan cenderung tidak meliliatkan
104
kesehatan yang muncuJ ke posko kesehatan.
Pelayanan kesehatan yang pelaksanaannya tidak sesuai dengan keinginan
korban bencana tidak bisa sepenuhnya diprotes oleh para korban bencana sendiri.
Hanya saja keluhan mengenai adaoya pelayanan kesehatan yang kurang meyakinkan
hanya sekedar ungkapan namun tidak kllasa untilk ditindaklanjuti. , Semua info1TI1an yang diwawancarai mengaku tidak zhengetahui apakah ada
mekanisme atau sistern penga4ltan khusus yang _diperuntukkan bagj penanganan
keluhan menyangkut pers<>alan layanan kesehatan di barak~ba rak pengungsian.
~~
:Jtt
~Jli
~~~~
~1
5.3. Rehabilitasi dan Rekons'truksi di bid.ang Perumabap•dan Air Bersjb
~
-5.3.1. Keadaan fcetersediamt pelayruum
rt:~
N~~;.
c.,' "P,
{ 4t' :.0
a. Perspe.ktif Penyedia layanao 0 1 ~ ~
Sampai dengan akhir tahun 200.9, Iayanan perumaruin yang disediakarr oleh
penyedja layanan (pemerintah - dan LSM) untpk korban bencana di Kota
Lhokseumawe dan Aceh Utara diantaranya berupa bantuan tenda, barak pengungsi.
J
Bantuan perumahan yang berupa tenda memang scbag]an besar hanya ditemukan di
wilayah Aceh.·Utara seperti di Keeamatan Seunodon dan Syamtalira .B.ayu. W alaupun
demik.ian, memasuKi taliun 2006, sebagian besar bantuan perumahan yang berupa
tenda tidak ditemukan Jagi pada konse.ntrasi pengungsian kecuali pada beberapa
lokasi yang ~fat nya individual, _itupun dalam j um~ yang sangat sedikit Adapun
layanan perumahan yang berupa penyediaan barak pengun gsi~ dapat ditemukan di
barak pengungs ian yaitu Barak di Mon Geudong dan barak di B!ang Mangat.
Sampai dengan saat ini probrram ya ng dilaksanakan oleh Pe merintah dan
beberapa LSM di bidang perumahan adalah perbaikan dan pembangunan kembali pemukiman penduduk yang terkcna tsunami. Secara umum program perbaikan dan
pembangunan rumah untuk korban yang direncanakan olen pemerin1ah belumJah
berjalan,. hal ini dikarenak.an persoalan belum adanya anggaran .yang •·cair". Sebagai
contoh diungk.apkan oleh salah s~ rang staf pada dinas pemberdayaan masyarakat
gamportg dan sosial, bahwa pemerintah me lalui ainasnya t'elah lJlenganggarkari akan
membangun perumahan kbusus bagi pendefita Jepra/k."USta, di gampong Kuta K.rueng,
Kec. Samudera dengan anggatan ~ekitar ,. 2 milyar Rupiah. Hanya saja sampai saat ini
program itu rnasih menunggu pencaitap dana -serta menunggu reaHsasi janji sebuah
LSM ya ng juga bereriean.a-akan membang4rl kembali sebagian dari pemukiman para
penderita lepra. Ha1 ini agar mereka yang roenderita lepra fnendapatkan pelayanan
-khusus sehingga tidak dianggap sebagai orang yang ferdiskriminasi tennasuk daJam
fasihtits penarn~an. Di samping itu juga d'bangun sarana penyedia air bersih dengan
memb ~ n gun sumur b or barn.. setelah akibat tsunami, banyak sumu.r·sumw yang
menjadl kering-terganggu rnata army:a. Program lainnya adalah penyediaan air bersih
untuk daerah-daerah barak. yang kekurangan air. AI at penjemihan air juga diperlukan
ketika -ditemukan banyak tempat-tempat air yang lamlitas aintya bum"' terutama
akibat kerusa_kan lingkungan wm _kemarau. Hal ya.I!_g sama juga ditetnykan di Kota
Lhokseumawe. Sampai dengan peringatan setahun tsllruln'li ~ f}a l u, tidak satupun
rumah yang diperuntukkan bagi pengungsi Pusong <libangun. Padahal menurut
106
berencana akan membangun perumahan buat penduduk pusong.
Berdasarkan data yang dimiliki oleh pemerintah Kabupaten Aceh Utara
setidaknya akan ada program pembangunan kembali rumah sebanyak 3401 unit dan
rumah yang akan direhab sebanyak 1387 unit Sedangkan rencana khusus
pembangunan ruman penduduk Pusong Kota Lhokseumawe dapat diliha1 pada tabeJ
[image:39.595.82.536.138.710.2]berikut:
Tabel. 4. Rekapitu1asi Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi P'erumahan diPu_song
Jt:!
Rusak Rusak
r Ringan Bet-at
225 105
(;
r~
Pusong Barv 215 76
Sumber: Aparatur Gampong P"u$ong
Oam,_k tsunami pada Sektor Perumahan
f)
R.e!ICIIfll
Pembanguna11
110
86
Pembangunan direncanqkan akan dimulai Maret 2006 dengan kondisi permanen dqn lipenya adalah 36. Lokasi peni>arlgunan direncanakao di Gampong Kandang Kecamatan Blang Mangat sek~ar 3 Km dari Puso .
Selisi~ rumah ¥ang dibangun
diperuntulckan bagi aparatur gampong
dan kemukiman::
/
,
Sampaj dengan ptoses penggalian data di lapangan berakhir belum satupun
rumal1 yang dibangun kembali. Tidak banya itu .saja, pemerintah K,abupaten Aceh
Utara dan Kota Lhokseumawe juga tidak bisa memberi jaminan bahwa semqa rumah
#
, ,
4$'~
..( C'111mbar 6.
Ko~disi
di Salah Satu Tenda Korban Tsunami di Pusongg
S eta i n~r urnahan, Jayanan pemuk.iman yang
jqga
disediakan oleh: pemerintahadalah Barak pengungs i an ~ Hanya saja saat im juga masib ada penduduk yang
bertahan tinggal di tenda seperti penduduk di Bayu_ Seunodon dan Krueng Manee.
Saat ini telah dibangun lebih dwi 5 harak pengungsian diantaranya y~t.9 di Releut,
Samudera, Tanah Pasir dan Seunodon, Semua barak telab ditempatl kecuali barak
yang ada d1 Reulet. -Adapun untuk korban -bencana di
Kom
Lhokseumawe 'telahdibangun
Z
barak yaitu; Ba:rakMQn Geudong dan Bl,l!ak Blang M ~ngat. ~Oleh sebqgiat! pegawai pemerintah dap staf LS.tVJ yang diwawancarai. serta
diduk,ung oleh hasil disk'usi diketahui bahwa sulit sekali untuk mengatak.an aQakah
telah ada sarana dan prasarana untuk mendulung program perwnahan. Kalau air
bersih sarana Clan prasarananya memang ada dan tersedia seperti adanya
truk.
tangkiair, bak penampungan serta tersedianya jadwa1 rutm pengisian air bersih di titik dan
108
dari yang seharusnya. Sarana yang perlu dipersiapkan lainnya untuk program
perumahan adalah anggaran untuk pembebasan tanah, terutama bagi mereka yang
tinggal di daerah yang tidak layak lagi ditempati akibat abrasi atau daerah rentan di
pinggir pantai. ~ ~ ~
Se1ama ini dana yang dibutuhkan untuk pembangunan perumahan tidak ada
yang mengetahui persis, kecuali anggaran untuk pembang u n~n perumahan bagi
penderita lepra sebesar Rp_ 2 _mil1ar. Hal ini_ salah satu peny:ebab mengapa
pembangunan pei'Umahan ini menjadi terbambat. Baik kalangan pemerintah dan LSM
sejauh ini tidak pemah melakukan publikasl resmj menyangkqt berapa besamya: dana
yang dialokasikan untuk membangun kembali ~tnukiman yang terl<:ena tmnami.
Ketersediaan personil da1am pemberian lay::man se lam ~
ini
tnasih sangatkurang,. terutama
karena
Pemda dan di:oa~-dinas terkait tidak pemah memikirkanantisipasi penanganan permasalahan sebesar bencana tsuna\ni ini. Khusus mengenai
ketersediaan personil yang mernberikan fayanan
cfi
barak pengungsian kondisinyajuga sanfa. Adapun person11 program peruma.han yang dilaR:ukan oleh LSM s~ba gian
besar tclah tersedia_ Ha1 ini dapat dilihat
dari
adanya penggunaan tenaga lokaf(penduduk gam pong) sebagai tenaga kerja dan staf pengelola program petnl?angunan
kembali pemukiman. )
~~
~~
:
~~
b. Pe rspektif Masyarakat
Sejanh
ini
layanan perumahan yang disediakan oleh penyedia Jayanan(pemerintah dan LSM) untuk korban bencana diantaranya aiialah bantuan terlda
Reulet), bantuan perbaikan rumah dan pernbangunan rwnah. Khusus untuk barak di
Releut, pemanfaatannya tidak maksimaJ disebabkan berbagai hal Diantara penyebab
tidak dihun1nya barak di Reulet diantaranya adalab posisinya yang jaub d.ari t cpi
pantaj sehingga sebagian korban bencana yang utamanya hidup dar! basil laut
kesulitan untuk meJakukan aktifitas mereka. Disamping itu, ketersediaan .sarana
transportas1 dari dan ke lokasi barak juga behm1 tersedia secara maksimaJ. Bantuan
perbaikan dan pembangunan rumah scbagian besar ailakukan o1eh _LSM asing
(donor) be'kerJ_.a sama deng