• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepemimpinan DR.KH. Tarmizi Taher pada pimpinan pusat dewan masjid Indonesia periode 2006-2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kepemimpinan DR.KH. Tarmizi Taher pada pimpinan pusat dewan masjid Indonesia periode 2006-2011"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

DEWAN MASJID INDONESIA ( DMI )

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam ( S.Kom.I )

Disusun oleh : THAMRIN NIM : 105053001805

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

DEWAN MASJID INDONESIA ( DMI )

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam ( S.Kom.I )

Disusun oleh : TAMREN NIM : 105053001805

DIBAWAH BIMBINGAN

Drs. Cecep Castrawijaya. MA 196708181998031002

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)
(4)

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan untuk memperoleh gelar strata 1 di universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di Uiniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan

hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Februari 2010

(5)

Kepemimpinan Ketua Umum KH.DR Tarmizi Taher Pada Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia ( DMI )

Kepemimpinan dalam Islam, seperti organisasi keagamaan menunjukkan adanya figur pemimpin yang memiliki kekuatan dalam menjalankan kepemimpinannya. Menjadi seorang pemimpin tidaklah mudah sebab yang dihadapi adalah manusia dengan subyektifitas masing-masing.

Alasan penulis dalam melakukan penelitian ini karena Dewan Masjid Indonesia yang dipimpin oleh KH. DR. Tarmizi Taher ini banyak berkecimpung dalam kegiatan-kegiatan untuk memakmurkan masjid dan untuk memaparkan tentang sosok KH. DR. Tarmizi Taher dalam memimpin dan mengembangkan DMI.

Dalam hal ini, penulis melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Adapun subjek penelitian ini terdapat pada Dewan Masjid Indonesia ( DMI ), sedangkan objek penelitiannya adalah kepemimpinan KH. DR. Tarmizi Taher pada DMI. Penelitian ini dilakukian dengan mengumpulkan data melalui observasi, wawancara, dokumentasi dan study kepustakaan yang kemudian akan dianalisis dengan cara deskriptif interpretative yaitu memaparkan atau menggambarkan seluruh masalah dengan hasil penelitian apa adanya.

(6)

i

Segala puji dan syukur yang tulus, penulis panjatkan kepada Allah SWT. Karena berkat rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat penulis susun dan selesaikan dengan penuh kerja keras, sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana S1.

Shalwat dan salam selalu tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW, karena berkat jasa beliaulah kita bisa membedakan yang hak dan yang bathil, sehingga kita selalu berada dijalan Allah SWT.

Selesainya penulisan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itulah penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Orang tuaku tercinta yang begitu tulus mencintai dan menyayangi, Kakak dan adik-adikku tersayang, yang tiada hentinya memberikan motivasi baik moril ataupun materil yang tidak terhingga selama penulis menuntut ilmu. 2. Bapak DR. Arif Subhan. M.A sebagai dekan Fakultas Dakwah dan

Komunikasi

3. Bapak. Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA sebagai ketua Jurusan Manajemen Dakwah yang telah banyak memberikan inspirasi kepada penulis.

(7)

ii

6. Para penguji skripsi ini, yang telah menyediakan waktu dan tenaga serta fikiran untuk memberikan koreksi, tanggapan, dan saran kepada penulis. 7. Seluruh Staff Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Dakwah dan

Komunikasi, yang telah memberikan fasilitas selama penulis kuliah dan selama penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini.

8. Sahabat sekaligus kekasihku Nurhasanah. S.sos.I. yang selalu ada untuk memberikan motivasi dan telah banyak membantu untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman seperjuangan Manajemen Dakwah A angkatan 2005, yang telah memberikan support kepada penulis untuk segera menyelesaikan penyusunan skripsi

10. Sahabat-sahabatku, Didin, Rizal, Rival, Idam, Adnan, dan lain-lain. Terimakasih atas persahabatan kita yang banyak membuahkan kenangan suka dan duka selama kuliah.

11. Keluarga besar Mahasiswa Rokan Hilir Riau, Insya Allah cita-cita kita akan tercapai dan menjadi kenyataan.

(8)

iii dari Allah SWT. Amin.

Akhirnya penulis hanya bisa berharap, mudah-mudahan tulisan ini, menambah perbendaharaan Kahazanah intelektual para pembaca.

Jakarta, 2010

(9)

iv LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 4

D. Metodologi Penelitian... 5

E. Tinjauan Pustaka... 7

F. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian, Hakekat dan Efektifitas Kepemimpinan... 10

1. Pengertian Kepemimpinan ... 10

2. Hakekat Kepemimpinan ... 12

3. Efektifitas Kepemimpinan... 14

B. Fungsi, Tipe dan Gaya Kepemimpinan ... 17

1. Fungsi Kepemimpinan ... 17

(10)

v

1. Pengertian Organisasi……….. 26

D. Masjid ... 28

1. Pengertian Masjid ... 28

2. Peran dan Fungsi Masjid ... 30

E. Organisasi Masjid……….. 34

BAB III PROFIL DR. KH. TARMIZI TAHER DAN GAMBARAN UMUM DEWAN MASJID INDONESIA A. Profil DR. KH. Tarmizi Taher... 38

1. Latar Belakang Keluarga... 38

2. Latar Belakang Pendidikan... 39

3. Karir DR. KH. Tarmizi Thaher... 43

4. Penghargaan-penghargaan DR. KH. Tarmizi Taher... 46

5. Perjalanan dakwah DR. KH. Tarmizi Taher ... 47

6. Karya-karya DR. KH. Tarmizi Taher ... 48

B. Gambaran Umum Dewan Masjid Indonesia ... 50

1. Sejarah dan latar belakang Dewan Masjid Indonesia ... 50

2. Struktur organisasi kepengurusan Dewan Masjid Indonesia ... 53

3. Visi dan misi Dewan Masjid Indonesia ... 65

4. Tujuan Dewan Masjid Indonesia ... 65

(11)

vi

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN DR. KH.TARMIZI TAHER PADA DEWAN MASJID INDONESIA

A. Kepemimpinan DR. KH. Tarmizi Taher dalam membangun system

1. Membangun Inovasi, Koordinasi dan Konsep ... 69 2. Melakukan Langkah-langkah Strategis... 70 B. Efektifitas Kepemimpinan DR. KH. Tarmizi Thaher

Pada Dewan Masjid Indonesia……….. 74 C. Gaya Kepemimpinan DR. KH. Tarmizi Taher pada Dewan

Masjid Indonesia... 83 D. Tipe Kepemimpinan DR. KH. Tarmizi Taher pada Dewan

Masjid Indonesia... 89

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 97 B. Saran ... 98 DAFTAR PUSTAKA

(12)

1

A. Latar Balakang Masalah

Sekarang ini banyak sekali figur seorang pemimpin, baik sebagai pemimpin negara, pemimpin perusahaan bisnis, pemimpin dalam sebuah organisasi sosial atau pmimpin organisasi lainnya yang eksis ditengah-tengah masyarakat. Karakteristik dan modal kepemimpinan pada tiap-tiap organisasi tersebut dipengaruhi oleh situasi dan tujuan yang berbeda, misalnya seorang pemimpin negara merupakan pemimpin nasional yang tugasnya memimpin rakyat, seorang pemimpin perusahaan menjalankan kepemimpinannya kepada karyawan untuk memajukan perusahaan, seorang pemimpin agama membimbing ummatnya untuk beribadah kepada tuhan dan sebagainya. Jadi, pribadi seorang pemimpin dalam situasi yang berbeda memiliki tujuan yang berbeda pula dan tentu saja memiliki gaya kepemimpinan dan karakter yang berbeda pula.

Kepemimpinan dalam Islam, seperti organisasi keagamaan menunujukkan adanya figur pemimpin yang memiliki kekuatan kharisma yang tinggi dalam menjalankan kepemimpinannya.

Menjadi seorang pemimpin tidaklah mudah sebab yang dihadapi adalah manusia dengan subyektifitas masing-masing. Oleh karena itu seorang pemimpin hendaknya memiliki sifat, ciri atau nilai-nilai pribadi dalam dirinya antara lain :

(13)

4. Bersikap dan bertindak adil 5. Berpendirian teguh

6. Mempunyai keyakinan bahwa misinya akan berhasil 7. Berhati ikhlas

8. Memiliki kondisi fisik yang baik 9. Mampu berkomunikasi

Kepemimpinan dakwah adalah syarat yang harus dimiliki oleh setiap pelaku dakwah. Kepemimpinan dakwah adalah suatu sikap atau sifat kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang yang menyampaikan dakwah yang mendukung funginya untuk menghadapi publik dalam berbagai situasi.1

Mesjid sebagai pusat Ibadah, dakwah dan peradaban islam dalam sejarahnya yang panjang, mengalami berbagai macam perubahan dan pergeseran. Dari perubahan yang positif sampai pergeseran yang bersifat negative. Selama beada dalam pergeseran yang negative, ia bergeser dari fungsi yang sesungguhnya sampai pada fungsi yang sangat terbatas. Ia tidak lagi menjadi pusat dakwah dan peradaban islam, tetapi hanya berfungsi sebagai tempat ibadah mahdah saja.

Bila kita melakukan pengamatan dengan teliti terhadap kenyataan yang berkembang dewasa ini, pada umumnya masjid-masjid yang akan dapat dikategorikan dalam dua bagian yaitu, 1. masjid yang sesuai dengan konsep ajaran islam, atau paling tidak bisa mendekati fungsi masjid yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW, dan 2. masjid yang tidak sesuai lagi dengan profil masjid yang dikehendaki ajaran islam.

1

(14)

Masjid merupakan wadah yang paling strategis dalam membina dan menggerakkan potensi ummat islam untuk mewujudkan SDM yang tangguh dan berkualitas sebagai pusat pembinaan ummat. Eksisitensi masjid kini dihadapkan pada berbagai perubahan dan tantangan yang terus bergulir dilingkungan masyarakat. Masjid sebagai symbol eksistensi dari sebuah masyarakat muslim dalam sebuah komunitas muslim disamping dapat menggambarkan kuantitas kaum muslimin yang ada juga dapat menggambarkan kuantitas pemahaman dan pengalaman nilai-nilai islam dan ajarannya.

Kepemimpinan atau leadership pada hakikatnya adalah satu State of mine dan state of the spirit, suatu sikap hidup dalam fikiran dan sikap kejiawaan yang merasa terpanggil untuk memimpin dengan segala tindakan,perbuatan, prilaku dan ucapan mendorong dan mengantarkan yang dipimpin kearah cita-cita luhur dalam segala bidang kehidupan beragama, berbangsa dan bermasyarakat.2

Penulis menganggap leadership itu ada dalam jiwa KH. DR. Tarmizi Thaher.seorang pemimpin Dewan Masjid Indonesia.

DMI yang dipimpin oleh KH. DR. Tarmizi Thaher ini banyak berkecimpung dalam kegiatan-kegiatan untuk memakmurkan masjid, oleh karena itu penulis tertarik untuk memaparkan tentang siapa sebenarnya KH. DR. Tarmizi Thaher, bagaimana beliau memimpin DMI, serta meneliti kepemimpinan beliau dalam mengembangkan DMI.

Dengan demikian penulis memilih judul skaripsi ini adalah

”Kepemimpinan DR. KH. Tarmizi Thaher pada Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia ( DMI )”

2

(15)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Banyak sekali hal yang menarik dan patut diceritakan tentang DR. KH Tarmizi Thaher baik sebagai individu maupun sebagai pemimpin, juga berbagai aktifitas di lingkungan keluarga, lingkungan tempat kerja, maupun dilingkungan masyarakat.

Mengingat keterbatasan penulis dan agar pembahasannya terfokus dalam berbagai hal, maka penulis membatasi permasalahan dalam satu segi saja yaitu, hanya pada kepemimpinan yang dilakukan KH. DR. Tarmizi Thaher pada DMI Periode 2006-2011.

2. Perumusan masalah

Adapun masalah yang akan diteliti dan dipaparkan dalam skripsi ini adalah sekitar :

a. Bagaimana kepemimpinan DR. KH Tarmizi Thaher pada DMI ?

b. Bagaimana respon pengurus terhadap kepemimpinan DR. KH Tarmizi Thaher pada DMI ?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang kepemimpinan DR. KH. Tarmizi Thaher pada DMI.

(16)

2. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian di atas diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat antara lain :

a. Manfaat Teoritis

1) Memberikan motivasi kepada masyarakat khususnya civitas akademika Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk terus mengadakan penelitian lebih mendalam tentang kepemimpinan pada lembaga-lembaga dakwah.

2) Memberikan kontribusi Khazanah ilmu pengetahuan kepada fakultas, jurusan serta mahasisiwa tentang pola kepemimpinan dakwah

b. Segi Praktis

1) Dapat dijadikan model dan panduan kepemimpinan dakwah

2) Sebagai informasi mengenai aktifitas DMI serta gambaran metode kepemimpinan yang cocok untuk menghadapi berbagai macam tantangan dakwah.

3) Untuk memperkaya pengetahuan tentang model-model kepemimpinan DR. KH. Tarmizi Thaher bagi penulis khususnya dan bagi aktifis dakwah.

D. Metodelogi Penelitian 1. Metode penelitian

(17)

dengan cara memaparkan atau menggambarkan apa adanya dari penelitian.3

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kantor lembaga DMI yang beralamat Jl. Taman Wijaya Kusuma ruang 30, Masjid Istiqlal Jakarta Pusat. Adapun waktu penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2009.

3. Subjek Dan Objek Penelitian

Subjek adalah orang yang dapat memberikan informasi. Adapun yang dijadikan sabjek dalam penelitian ini adalah pendiri dan para pengurus DMI pimpinan pusat, sedangkan objek penelitian ini adalah kepemimpinan ketua umum DR. KH. Tarmizi Taher pada pimpinan pusat Dewan Masjid Indonesia.

4. Tekhnik Pengumpulan Data

Adalah suatu cara yang dapat dihasilkan untuk memperoleh suatu kebenaran yang diambil dari data yang kita miliki yang bisa dipandang secara ilmiah dalam suatu penelitian terhadap hasil yang diperoleh secara keseluruhan. Data yang diambil adalah data primer yaitu data yang diperoleh dengan wawancara langsung dengan narasumber. Adapun tekhnik pengumpulan data tersebut sebagai berikut :

a. Wawancara

Yaitu alat suatu pengumpulan data dengan bertemu langsung dengan pengurus DMI pusat dan diberikan pertanyaan langsung oleh penulis tentang kepemimpinan DR. KH. Tarmizi Taher dan seluk beluk DMI.

3

(18)

b. Observasi atau Pengamatan

Tekhnik yang digunakan untuk mengamati langsung kegiatan DMI Pusat dengan harapan akan mempermudah serta memperoleh suatu keakuratan data.

c. Study Kepustakaan

merupakan data sekunder yang diperoleh dari berbagai bahan bacaan yang berhubungan dengan objek kajian skripsi ini seperti buku, catatan-catatan, artikel serta dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan kajian ini, yang diperoleh langsung dari lembaga bersangkutan maupun yang diperoleh dari sumber lain di luar lembaga tersebut.

5. Analisa Data

Dalam melakukan analisa data, penulis menggunakan metode analisis kualitatif, yaitu penulis berusaha menjelaskan mengenai kepemimpinan DR. KH. Tarmizi Taher, disertai kegiatan-kegiatan dalam mengembangkan DMI, dan selanjutnya data-data yang ada akan dianalisis secara komprehensif.

E. Tinjauan Pustaka

(19)

Setelah melakukan suatu kajian pustaka, maka penulis menemukan sebuah skripsi yang hampir sama dengan yang penulis buat saat ini. Tetapi terdapat beberapa perbedaan. Skripsi itu berjudul ” Peran DMI DKI Jakarta Dalam Meningkatkan Masjid Sebagai Pusat Kegiatan Tabligh ”. Disusun oleh Ahmad Syafik, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam pada tahun 2007. Menganalisa peran DMI untuk meningkatkan masjid sebagai pusat kegiatan tabligh sehingga dapat menciptakan generasi yang handal dalam menyampaikan ajaran-ajaran Islam, peduli dan selalu bertakwa kepada Allah SWT.

Sedangkan skripsi penulis yangberjudul Kepemimpinan Ketua Umum DR. KH. Tarmizi Taher pada Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia, sepanjang pengamatan penulis karya Ahmad Syafiq lebih terfokus pada peran DMI cabang DKI jakarta dalam hal tabligh, sedangkan penulis lebih membahas tentang bagaimana seorang DR. KH. Tarmizi Taher dalam memimpin Dewan Masjid Indonesia.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan dalam menguraikan dan mengananlisa yang akan dibahas dan sekaligus agar pembaca dapat memahami uraian selanjutnya, maka penulis mensistematisasikan pembahasan yang akan ditulis kedalam bab-bab sebagai berikut :

(20)

BAB II : LANDASAN TEORI, bab ini menjelaskan tentang Kepemimpinan seperti: pengertian kepemimpinan, hakekat kepemimpinan, tipe dan fungsi kepemimpinan, gaya kepemimpinan dan kepemimpinan yang efektif, juga menjelaskan tentang masjid seperti : pengertian masjid, peran masjid dan fungsi masjid.

BAB III : GAMBARAN UMUM DR. KH. TARMIZI THAHER DAN PIMPINAN PUSAT DEWAN MASJID INDONESIA ( DMI ). Bab ini menjelaskan tentang latar belakang keluarga, latar belakang pendidikan, karir DR. KH. Tarmizi Taher, perjalanan dakwah DR. KH. Tarmizi Taher, dan karya-karya Tarmizi Taher. Juga menjelaskan tentang sejarah berdirinya DMI, Latar belakang DMI, maksud dan tujuan didirikan, visi dan misi DMI, struktur pengurus DMI serta program kerja DMI.

BAB IV : ANALISIS KEPEMIMPINAN DR. KH. TARMIZI TAHER PADA DEWAN MASJID INDONESIA. Yang berisi tentang Kepemimpinan DR. KH. Tarmizi Taher pada Dewan Masjid Indonesia, Respon pengurus terhadap Kepemimpinan DR. KH. Tarmizi Taher pada pimpinan pusat Dewan Masjid Indonesia

(21)

10

A. Pengertian kepemimpinan, Hakekat Kepemimpinan dan efektifitas kepemimpinan

1. Pengertian Kepemimpinan

Secara etimologi kepemimpinan berasal dari kata dasar “pimpin” yang berarti membimbing atau dituntun.4 Kepeemimpinan mendapat awalan “ke” dan sisipan “em” serta akhiran “an”menurut tata bahasanya awalan “ke” dan “ke-an” berfungsi sebagai pembentuk kata benda abstrak yang mengandung arti menjadi atau peristiwa. Sedangkan sisipan “em” pada kata pemimpin berfungsi membentuk kata baru yang artinya tidak berbeda dengan kata dasarnya. Arti sisipan “em” disini mengandung sifat. Jika pemimpin bnerasal dari kata pimpin

yang mendapat awalan “pe” yang mempunyai arti orang yang melakukan . jadi, pemimpin adalah orang yang memimpin.5

Kepemimpinan adalah terjemahan dari kata leadership. Kepemimpinan berbeda dengan pimpinan, “pimpinan adalah orang yang tugasnya memimpin,

sedangkan kepemimpinan adalah bakat atau sifat yang seharusnya dimiliki setiap pemimpin”.6

Leadership asal katanya adalah Lead, sedang lead berasal dari kata Lithan yang berarti pergi. To lead berarti to guide, to direct in action atau membimbing,

4

WJS, Poerw adarmint a,Kamus Umum Bahasa Indonesia, ( Jakart a: Balai Pust aka, 1982 ), Cet . Ke-4 h. 754

5

Abdullah Ambari,Int i Sari Tat a Bahasa Indonesia, ( Bandung: Dajt mika, t .t ), h. 70-72

6

(22)

mengarahkan dalam tindakan.7 Leader adalah orang yang membimbing atau mengarahkan orang lain. Sedangkan leadership atau kepemimpinan adalah sifat yang dimiliki seseorang sehingga mampu membimbing orang lain, atau kemampuan untuk mempengaruhi orang lain sehingga orang lain dengan kemauan sendiri mau berbuat seperti yang dikehendaki.8

Secara terminologis, menurut Cheppy Hari Cahyo ”kepemimpinan adalah

merupakan kegiatan mempengaruhi orang-orang untuk bekerjasama dalam rangka mencapai tujuan yang mereka kehendaki”.9

Menurut Zaini Muchtarom, seraya mengutip dari pendapat GR. Terry “kepemimpinan adalah hubungan dimana seseorang atau pemimpin

mempengaruhi orang-orang untuk mengerjakan tugas bersama dengan kemauan mereka guna mencapai tujuan yang dikehendaki pemimpin”.10

Adapun menurut Abdul Syani “kepemimpinan adalah merupakan suatu

proses pemberian pengaruh dan pengarahan dari seorang pemimpin terhadap orang lain ( sekelompok orang ) atau melakukan aktifitas tertentu sesuai dengan kehendaknya”.11

Secara umum dan sederhana kepemimpinan didefinisikan sebagai seni atau proses kegiatan seseorang dalam memimpin, membimbing, mempengaruhi atau mengontrol fikiran, perasaan atau tingkah laku orang lain sehingga mereka mau melakukan usaha atau keinginan untuk bekerja dalam rangka mencapai suatu

7

Harbangan Siagian,M anajemen Suat u Pengant ar, ( Semarang : Sat ya Wacana, 1993 ). Cet . Ke-4 h. 127

8

Ibid.h. 128

9

Cheppy Hari Cahyono,Psikologi kepemimpinan, ( Surabaya : Usha Nasional, 1984 ), cet ke-1 h.

10

Zaini M ucht arom,Dasar-Dasar M anajemen Dakw ah, ( Yogyakart a : al-Amin dan IKFA, 1996 ) cet ke-1 h. 15

11

(23)

tujan tertentu. Konsep ini lalu diperluas lagi bahwa yang dimaksud dengan keinginan untuk bekerja disini adalah keinginan bekerja yang disertai dengan penuh semangat dan kepercayaan.12

Dari beragam pendapat diatas penulis menyimpulkan bahwa kepemimpinan adalah sebuah sifat pemimpin dalam proses mempengaruhi orang-orang atau bawahan dalam rangka untuk mencapai sebuah tujuan yang telah ditentukan.

2. Hakekat Kepemimpinan

Yang dimaksud hakekat kepemimpinan adalah kepengikutan (Followership) yaitu berarti adanya keinginan orang-orang untuk mengikuti yang akan membuat seseorang menjadi pemimpin.13 Dengan kata lain hakekat kepemimpinan adalah kepengikutan bawahan kepada pimpinan, dimana tingkah laku bawahan menjadi searah dengan kemauan dan aspirasi pemimpin karena pengaruh interpersonal.pimpinan terhadap bawahannya tersebut.

Proses kepemimpinan adalah perwujudan perubahan yang terjadi antara pengikut dan pemimpin dalam situasi perubahan ini haruslah memberi kepuasan kepada dua belah pihak.14 Untuk itu hubungan antara pemimpin dan pengikut hendaknya hubungan yang bersifat timbal balik dan terbuka atau bersifat komunikatif. Dalam hal ini, pemimpin dapat menerima yang dipimpin dan begitupun sebaliknya.

12

Wahjosumidjo,Kiat Kepemimpinan Dalam Teori dan Prakt ek,( Jakart a : PT. Harapan M asa PGRI, 1994 ), cet ke1 h. 23

13

Harold Koonz,manajemen Jilid 2,( Jakart a : penerbit erlangga, 1990 ), cet ke-4 h. 147

14

(24)

Hakikat kepemimpinan menurut Wahjosumidjo dalam bukunya kiat kepemimpinan dalam teori dan praktek menjelaskan bahwa hakekat kepemimpinan adalah kepengikutan, yaitu yang menyebabkan seseorang menjadi pemimpin adalah jika adanya kemauan orang lain untuk mengikuti.15 dimana tingkah laku bawahan searah dengan kemauan pemimpin karena pengaruh interpersonal pemimpin terhadap bawahannya tersebut. Sebab sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan memrlukan seorang pemimpin (leader) agar kerjasama tersebut bias menjadi efektif.

Sejarah manusia dalam bekerjasama atau berorganisasi menunjukkan keberhasilan mencapai tujuan sebagian besar ditentukan oleh pemimpin dan efektifitas kepemimpinan. Oleh karena itu kepemimpinan merupakan hal yang sangat sentral dalam sebuah organisasi. Senang atau tidaknya seseorang dalam suatu organisasi, dan tercapai atau tidaknya tujuan organisasi sebagian ditentukan oleh tepat atau tidaknya seseorang yang diangkat sebagai pemimpin dan efektif atau tidaknya kepemimpinan yang diterapkan.16 Oleh karena itu, untuk menjadi seorang pemimpin harus dapat memahami dan mengendalikan anggota yang terdiri dari banyak orang dengan segala perbedaannya.17

Terkait mengenai hal ini Wahjosumidjo menyatakan bahwa dalam kehidupan sebuah kelompok ( organisasi ) diperlukan adanya keterkaitan antara tiga unsure kepemimpinan,18sebagai berikut :

15

Ibid,h. 22

16

Uber Silalahi, Pemahaman Prakt is Asas-Asas M anajemen, ( Bandung : CV. M anda M aju, 2002) cet ke-2 h. 302

17

Panji Anoraga,Psikologi Kependidikan,(Jakart a: PT. Rineka Cipt a, 1992), cet ke-2 h. 4

18

(25)

a. Kemampuan untuk memahami, bahwa manusia dan situasi yang berbeda mempunyai kekuatan motivasi yang berbeda pula.

b. Kemampuan untuk menghidupkan motivasi pengikat agar menggunakan kapasitas mereka secara penuh dalam pekerjaan

c. Kemampuan untuk menrapkan perilaku dan iklim yang serasi, hal ini dapat dipandang sebagai suatu kepemimpinan.

Dengan kata lain penulis dapat menyimpulkan bahwa hakikat kepemimpinan adalah kepengikutan bawahan kepada atasan atau pimpinan, yang dimana seorang pemimpin harus memahami bawahannya supaya tujuam bersama dalam organisasi dapat tercapai.

3. Efektiftifitas Kepemimpinan

(26)

Efektifitas seorang pemimpin tidak ditentukan oleh gaya atau tipe kepemimpinan yang digunakannya, tetapi tergantung pada caranya menerapkan gaya atau tipe kepemimpinannya tersebut dalam situasi yang dihadapinya.

Semakin efektif interaksi pimpinan dengan bawahan terutama melalui pendekatan manusiawi ( Human approach) menunjukan kecendrungan semakin tinggi dan tebina suatu sikap saling pengertian dan keeratan hubungan emosional antara pimpinan dengan bawahan, dan keadaan ini menjadi potensi untuk bersama. Interaksi yang dilakukan terhadap pimpinan dapat berlangsung secara formal atau informal tergantung sesuai dengan tuntutan situasi, tempat dan kepentingan.

Sedangkan menurut Yayat M. Herujito dalam bukunya yang berjudul Dasar–dasar Manajemen mengatakan :

Factor–factor yang mempengarui efektifitas pemimpin antara lain sebagai berikut :

a. Kepribadian, pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin b. Harapan dan prilaku atasan

c. Kebutuhan tugas

d. Karakteristik, pengharapan dan prilaku bawahan e. Iklim dan kebijakan organisasi

f. Harapan dan prilaku rekan

Semua faktor – faktor ini mempengarui pemimpin melakukan fungsi kepemimpinannya.19

19

(27)

Edwin Giseli menyebutkan ada beberapa syarat atau sifat dari kepemimpinan efektif yaitu :

a. Kemampuan pengawasan dalam kedudukan atau pelkasanaan fungsi manajeman, terutama pengarahan dan pengawasan pekerjaan orang lain b. Kebutuhan akan prestasi dalam pekerjaan , pemikiran kreatif dan daya

pikir

c. Kecerdasan, mencakup kebijaksanaan, pemikiran kreatif dan daya pikir d. ketegasan atau kemampuan membuat keputusan dan memecahkan

masalah dengan cakap dan tepat

e. Kepercayaan diri atau pandangan kepada dirinya dalam menghadapi masalah–masalah

f. Inisiatif atau kemampuan untuk bertindak, tidak tergantung, mengembangankan suatu aktifitas dan menemukan cara – cara baru dan inovasi.

(28)

B. Fungsi,Tipe dan Gaya Kepemimpinan 1. Fungsi Kepemimpinan

Fungsi berasal dari kata “function” yang berarti fungsi jabatan kedudukan. Kata fungsi adalah kata benda menyatakan suatu posisi, dengan kata lain kata fungsi mencerminkan suatu yang statis. Dari pengertian fungsi dan kepemimpinan yang telah diterangkan diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan fungsi kepemimpinan adalah suatu posisi dimana seorang pemimpin memfungsikan dirinya sebagai orang yang memimpin.

Mengenai fungsi kepemimpinan Kartini Kartono dalam bukunya pemimpin dan kepemimpinan menjelaskan bahwa fungsi kepemimpinan ialah memandu, menuntun, membimbing, membangun, memberi atau menggunakan motivasi-motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjlin jaringan komunikasi yang baik, memberikan supervise / pengawasan yang efisien, dan membawa para pengikutnya kepada sasaran yang dituju, sesuai dengan ketentuan waktu perencanaan.20

Lebih jelas lagi J. Riberu dalam bukunya Dasar-Dasar Kepemimpinan telah menerangkan dan membagi fungsi kepemimpinan kepada tiga bagian yaitu :

a. Tugas menanggapi situasi hidup masyarakat b. Tugas menilai situasi hidup masyarakat

c. Tugas menetukan sikap / tindakan terhadap situasi hidup21

20

Kart ono Kart ini,Pemimpin dan Kepemimpinan,Jakart a : PT. Raya Grafindo Persada, 1998

21

(29)

Seorang pemimpin bertugas menanggapi situasi yang terjadi ditengah -tengah masyarakat atau kelompoknya . sesorang pemimpin harus mengetahui masalah – masalah yang terjadi di masyarakat dan harus mengetaui keinginan– keinginan masyarakat.

Agar satu kelompok dapat dipimpin secara efektif, seoarang pemimpin paling sedikit harus menjalankan dua fungsi utama yaitu :

a. Fungsi Pemacahan Sosial ( problem solving function ) fungsi ini berhubungan dengan tugas atau pekerjaan yaitu memberikan jalan keluar, pendapat dan informasi terhadap masalah yang dihadapi kelompok.

b. Fungsi Sosial, fungsi ini berhubungan dengan kehidupan kelompok, yaitu memberikan dorongan kepada anggota kelompok untuk mencapai tujuan dan menciptakan suasana bagi kelompoknya.

Dari beberapa definisi diatas penulis mencoba menyimpulkan bahwa fungsi kepemimpinan adalah seorang pemimpin yang memfungsikan poisinya sebagai orang yang memimpin yang menjadi Penggerak utama dalam keberlangsungan sebuah organisasi.

2. Tipe Kepemimpinan

(30)

Ada beberapa tipe pokok kepemimpinan yaitu: a. Tipe Kepemimpinan Authoratic ( Otokratis )

Tipe kepemimpinan ini mengutamakan kekuatan dan posisi formalnya. Pemimpin yang sangat authoritarian biasanya kurang memperhatikan kebutuhan bawahan dan lebih memntingkan penyelesaian tugas, semua aktifitas ditentukan oleh atasan; dan komunikasinya hanya satu arah saja, yaitu kebawah saja.22

Ciri-ciri kepemimpinan ini adalah sebagai berikut : a) Mengaggap bahwa organisasi adalah milik pribadi

b) Mengidentikkan tujuan pribadi dari pada tujuan organisasi c) Menganggap bahwa bawahan adalah sebagai alat semata

d) Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat dari orang lain karena ia menganggap dialah yang paling benar

e) Selalu bergantung pada kekausaan formal

f) Dalam menggerakkan bawahan sering menggunakan pendekatan (approach) yang mengandung unsur paksaan dan ancaman.23

Dari sifat-sifat yang dimiliki tipe pemimpin otokratis tersebut diatas dapat diketahui bahwa tipe ini tidak menghargai hak-hak dari manusia.

b. Tipe KepemimpinanLaissez-Faire(free reign)

22

Basu Sw ast ha,Azas-Azas M anajemen M odern,( Yogyakart a : Libert y, 1985 ). Cet ke-1 h. 168

23

(31)

Tipe kepemimpinan ini membiarkan para bawahan mengatur diri mereka sendiri, pemimpin hanya menetukan kebijaksanaan dan tujuan umum. Sedangkan bawahan dapat mengambil keputusan yang relevan dan pencapaian tujuan dalam segala hal yang mereka anggap cocok. Meskipun gaya kepemimpinan seperti ni menciptakan masalah besar namun masih ada situasi-situasi yang cocok untuk penerapan secara efektif.24

c. Tipe Kepemimpinan Militeristis

Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dengan seorang pemimpin tipe militeristis tidak sama dengan pemimpin dalam organisasi militer. Artinya tidak semua pemimpin dalam militer adalah bertipe militeristis.

Seorang pemimpin yang bertipe militeristis mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

a) Dalam menggerakkan bawahan untuk yang telah ditetapkan, perintah mencapai tujuan digunakan sebagai alat utama

b) Dalam menggerakkan bawahan sangat suka menggunakan pangkat dan jabatan

c) Senang pada formalitas yang berlebihan

d) Menuntut disiplin yang tinggi dan kepatuhan mutlak dari bawahan e) Tidak mau menerima kritik dari bawahan

f) Mengemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.

24

(32)

dari sifat-sifat yang dimiliki pemimpin militeristis jelaslah bahwa tipe pemimpin seperti ini bukan merupakan pemimpin yang ideal.

d. Tipe Kepemimpinan Fathernalistis

Tipe pemimpin fathernalistis mempunyai ciri-ciri tertentu yaitu bersifat fathernal atau kebapakan. Kepemimpinan seperti ini menggunakan pengaruh yang bersifat kebapakan dan menggerakkan bawahan untuk mencapai tujuan terkadang pendekatan yang dilakukan sifat terlalu sentimental.

Sifat-sifat umum dari tipe kepemimpinan fathernalistis adalah sebagai berikut :

a) Menganggap bawahan sebagai manusia yang tidak dewasa b) Bersikap terlalu melindungi bawahan

c) Jarang memberikan keempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan

d) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkann inisiatif daya kreasi

e) Sering menganggap dirinya maha tahu.25

Harus diakui bahwa dalam keadaan tertentu pemimpin seperti ini sangat diperlukan akan tetapi ditinjau dari segi negatifnya pemimpin fathernalistis kurang menunjukkan kontinuitas terhadap organisasi yang dipimpinnya.

e. Tipe Pemimpin Kharismatis

25

(33)

Sampai saat ini para ahli manajemen belum berhasil menemukan sebab-sebab mengapa seorang pemimpin memilikim kharisma. Hal yang diketahui ialah tipe pemimpin seperti ini mempunyai daya tarik yang sangat besar, dan karenanya mempunyai pengikut yang sangat besar.

Mengapa mereka mengikuti pemimpin seperti ini, pengetahuan tentang faktor penyebeb karena kurangnya seorang pemimpin yang kharismatik, maka sering hanya dikatakan pemimpin yang demikian hanya diberkahi dengan kekuatan ghaib ( Super Natural Power ), perlu dikemukakan bahwa kenyataan umur, kesehatan, profil pendidikan dan sebgainya tidak dapat digunakan sebagai kriteria tipe pemimpin kharismatis.

f. Tipe Kepemimpinan Partisipatif ( Democratic )

Tipe pemimpin yang demokratis yaitu tipe kepemimpinan dimana pemimpin menempatkan manusia sebagai factor utama dan terpenting dalam setiap organisasi. Tipe ini diwujudkan dengan dominasi perilaku pelindung, penyelamat, dan perilaku yang cenderung memajukan dan mengembangkan organisasi.

Tipe kepemimpinan ini melibatkan bawahan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Disini pemimpin lebih memperhatikan kebutuhan bawahan dalam usaha mencapai tujuan organisasi. Pemimpin juga memberikan kemungkinan kepada bawahan untuk berpartisipasi dalam bentuk pemberian informasi, pendapat dan usul-usul.

(34)

disebabkan karena tipe kepemimpinan ini selalu mendahulukan kepentingan kelompok dibandingkan dengan kepentingan individu.

Beberapa ciri dari kepemimpinan demokratis adalah sebagai berikut :

a) Dalam proses menggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia didunia b) Selalu berusaha menselaraskan kepentingan dan tujuan pribadi dengan

kepentingan organisasi

c) Senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritik dari bawahannya d) Mentolerir bawahan yang membuat kesalahan dan membrikan

pendidikan kepada bawahan agar jangan berbuat kesalahan dengan tidak mengurangi daya kretifitas, inisiatif dan prakarsa dari bawahan. e) Lebih menitik beratkan kerjasama dalam mencapai tujuan.

Dari sifat-sifat yang dimiliki oleh pemimpin, tipe demokratis dijelaskan bahwa tidak mudah untuk menjadi pemimpin demokratis. g. Tipe kepemimpinan menurut Haidar Nawawi dan Martin Handari

Menurut Haidar Nawawi dan M Martin Handari terdapat juga tipe kepemimpinan pelengkap yang merupakan turunan dari tipe-tipe kepemimpinan pokok yaitu :26

1) Tipe Kepemimpinan Simbol

Tipe kepemimpinan ini menempatkan seorang pemimpin sekedar lambang / symbol tanpa menjalankan kegiatan kepemimpinan yang

26

(35)

sebenarnya, walaupun demikian kedudukannya tidak dapat digantikan oleh orang lain.

2) Tipe Kepemimpinan Pengayom

Tipe kepemimpinan ini yang menempatkan seseorang sebagai kepala yang layknya sebagaimana berfungsi sebagai kepala keluarga. Pemimpin memiliki kesediaan dan kesungguhan dalam mengayomi anggotanya, dengan berbuat segala sesuatu yang layak dan diperlukan organisasinya.

3) Tipe Kepemimpinan Ahli

Tipe kepemimpinan ini harus dujalankan oleh seorang yang memiliki keahlian atau keterampilan tertentu yang sesuai dengan bidang garapan yang dikelola oleh organisasinya. Dengan kata lain pemimpin harus professional dibidangnya.

4) Tipe Kepemimpinan Organisatoris

Tipe kepemimpinan ini dijalankan oleh para pemimpin yang senang dan memiliki kemampuan mewujudkan kerjasama yang pelaksanaannya berlangsung secara sistematis dan terarah dan ada tujuan yang jelas. Pemimpin bekerja secara berencana, bertahap, dan tertib. 5) Tipe Kepemimpinan Agigator

(36)

organisasinya semata-mata untuk kepentingan orgnisasinya bahkan untuk kepentingan pribadinya.

3. Gaya Kepemimpinan

Kata gaya berasal dari bahasa inggris yaitu kata stayle yang berarti gaya ;cara ( hidup, bertindak dan sebagainya ).27 Yang dimaksud dengan gaya kepemimpinan menurut istilah ialah cara bagaimana seorang pemimpin membawa dirinya sebagai seorang pemimpin cara ia bergerak dan tanpil dalam menggunakan kekuasaannya.28

Leadership stayle dapat diartikan dengan gaya kepemimpinan. Maksudnya, cara yang diambil seseorang dalam rangka memperaktekkan kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan bukan bakat. Oleh karena itu, gaya kepemimpinan dapat dipelajari dan diperaktekkan dan dalam penerapannya harus disesuaikan dengan situasi yang dihadapi.29

Sehubungan dengan itu Agus Dharma seperti yang dikutip Hadari Nawawi dalam bukunya Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasimendefinisikan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang ditunjukkan seseorang pada saat ia mencoba mempengaruhi orang lain.30

Menurut T. Hani Handoko dalam bukunya manajemen membagi gaya kepemimpinan menjadi dua yaitu :

27

Wajo Wasw it o dan WJS poerw adarmint a,kamus lengkap inggris Indonesia-indonesia inggris,( Jakart a : hast a, 1974 ) Cet ke-2 h. 218

28

Riberu,Dasar-Dasar Kepemimpinan,( Jakart a : Pedoman Ilmu Jaya, 1992 ) h. 7

29

Yayat M Harujit o, Dasar-dasar M anajemen,( Jakart a : PT. Gramedia, 2004 ) cet ke-2 h. 188

30

(37)

a. Gaya dengan orientasi tugas ( Task Oriented ). Pemimpin berorientasi tugas mengarahkan dan mengawasi bawahan secara tertutup untuk menjamin bahwa tugas dilaksanakan sesuai dengan yang diinginkan, pemimpin dengan gaya kepemimpinan ini lebih memperhatikan pelaksanaan pekerjaan dari pada perkembangan dan pertumbuhan karyawan.

b. Gaya dengan orintasi karyawan ( employed oriented ). Pemimpin yang berorintasi pada karyawan mencoba untuk lebih memotivasi bawahan disbanding mengawasi mereka. Mereka mendorong para angota kelompok untuk melaksanakan tugas-tugas dengan memberikan kesempatan bawahan untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan, menciptakan suasana persahabatan serta hubungan-hubungan saling mempercayai dan menghormati dengan para anggota kelompok.31

C. Organisasi

A. Pengertian Organisasi

Organisasi secara etimologi berasal dri kata organum yakni alat, bagian dari anggota atau badan. Sedangkan secara terminologi bisa diartikan :

1. Susunan yang teratur dan berdsiplin

2. Persatuan sesuatu atau keadaan dipersatkan sehingga orang bisa bekerja sama.

3. Caranya bagian-bagaian dari suatu eseluruha disusun

4. Kelompok manusia yang bersatu untuk melakukan pekerjaan tertentu

31

(38)

5. Perpaduan secara sistematis dariada bagian-bagian yang saling ketergantungan atau keterkaitan untuk membantu suatu kesatuan yang bulat mengenai kewenangan, koordinasi dan pengawasan dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan

6. Aktiitas-aktivitas menyusun dan membentuk hubungan sehingga terwujudlah kesatuan-kesatuan usaha dalam mencapai maksud dan tujuan 7. Suatu sistem kerjasama yang dilaksanakan oleh dua orang atau lebih untuk

mencapai tujuan bersama

8. Berhimpunnya sejumlah orang untuk melakukan kerjasama dengan seorang pemimpin, lainnya sebagai anggota dan terikat oleh aturan tertentu untuk mancapai tujuan tertentu.

9. Setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerjasama atau secara formal terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan mana terdapat orang/beberapa orang yang disebut atasan dan seorang atau sekelompok orang disebut bawahan.32

Suatuperkumpulan juga dapat disebut organisasi bila memenuhi unsur-unsur sebagai berikut :

a. Pimpinan b. Anggota

c. Peraturan yang mengikat, biasanya ada AD dan ART.

32

(39)

Yang menjadi dasar organisasi bukan “siapanya” akan tetapi “apanya”

yang berarti bahwa yang dipentingkan bukan siapa orang yang akan memegang organisasi, tetapi apakah tugaspekerjaan dari organisasi.

Jika kita sudah mengetahui tugas-tugas organisasi, barulah kemudian kita mencarai orang-orang yang akan memegang atau menangani tugas-tugas yang ada di dala organisasi itu.

Organisasi sebagai wadah atau tempat daripada manajemen mempunyai hubungan yang erat sekali dengan manajemen dan saling mempengaruhi, kalau organisasi baik akan tetpi manajemen tidak baik maka akan berpengaruh sehingga organisasi tidak dapat bergerak sebagaimana mestinya. Demikian pula sebaliknya, kalo manejemen baik tetapi organisasinya tidak baik maka akan menimbulkan mismanajemen. Hubungan antara manajemen dan organisasi dapat dianalogikan sebagai hubungan antra badan dan jasmaniyah dengan nyawa atau jiwa

D. Masjid

1. Pengertian Masjid

Masjid berasal dari katasajada yaasjudu sujuudan masjidan yang berarti “tempat merendah diri, tempat menyembah tuhan, tempat sujud, setiap tempat

yang dipakai untuk sujud, setiap tempat yang dipakai untuk ibadah kepada Allah SWT, dan setiap tempat yang dipakai untuk menunduk kepada Allah SWT.

(40)

agamanya. Sejak zaman Nabi, masjid selain difungsikan sebagai tempat pelaksanaan Ibadah juga sebagai pusat kebudayaan, pusat pengaturan strategi perang dan damai, serta pusat pembinaan dan pengembangan sumber daya ummat secara keseluruhan. Masjid berarti tempat sujud, secara terminologi masjid juga dapat diartikan sebagai tempat beribadah ummat islam, khususnya dalam melaksanakan shalat. Masjid sering disebut dengan sebutan Baitullah (rumah Allah) yaitu rumah yang dibangun sebagai sarana mengabdi kepada Allah SWT.33

M. HR. Songge menyatakan masjid secara terminologis bermakna sebagai tempat para hamba yang beriman bersujud melakukan Ibadah Mahdhah berupa Shalat wajib dan berbagai Shalat sunnah lainnya kepada Allah SWT. Sedangkan masjid dalam makna terminologinya adalah tempat diamana para hamba melakukan segala aktivitas baik yang bersifat vertikal maupun horizontal dalam kerangka beribadah kepada Allah SWT.34

Prof. TM. Hasbi Ash-Shiddiqhi berpendapat bahwa pengertian masjid tidaklah khususnya mendirikan shalat Jum’at saja, bahwa perkataan masjid itu

mengenai segala tempat yang dijadikan tempat umum untuk menegakkan shalat dan jama’ah.35

Syekh Sayid Syabiq dalam bukunya Fiqhu Sunnah mengartikan masjid sebagai berikut : sebagaimana Allah telah mengkhususkan kepada ummat ini, yaitu menjadikan bumi dalam keadaan suci dan sebagai masjid, dimana saja orang

33

Sisw ant o, Ir,Panduan Prakt is Organisasi M asjid, ( Jakart a : Pust aka Al-Kaut sar 2005 ), cet ke 1, hal. 23

34

M . HR. Songge,Pesan Risalah M syarakat M adani, ( Jakart a : PT. M ediacit a, 2001 ) Hal. 12-13

35

(41)

muslim telah sampai pada waktu shalat maka shalatlah dimana ia berada atau mendapatinya.36

Dalam pengertian sehari-hari masjid merupakan bangunan tempat suci kaum muslimin. Tetapi, karena akar katanya mengandung makna tunduk dan patuh, maka hakikat masjid adalah tempat melakukan segala aktivitas yang mengandung kepatuhan kepada Allah SWT semata. Didalam Al-Qur’an ditegaskan :









Artinya : Sesungguhnya masjid-masjid itu adalah milik Allah karena itu janganlah menyembah selain Allah sesuatu apa pun( QS. Al-Jin : 18 ) Dari beberapa pendapat diatas penulis berkesimpulan bahwa masjid disamping tempat mendirikan shalat, juga mempunyai peran ganda dalam pengembangan dakwah Islam dalam rangka beribadah kepada Allah SWT.

2. Peran dan Fungsai Masjid

Ketika masjid hendak kita maksimalkan peran dan fungsinya sebagai tempat ibadah dan pembinaan ummat, maka ada sisi aktivitas yang harus dikembangkan, tegasnya semua anggota masyarakat yang menjadi jama’ah masjid

harus mendapat pembinaan dari masjid sehingga meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT.37

Apabila masjid dituntut berfungsi membina ummat, tentu sarana yang dimilikinya harus tepat, menyenangkan dan menarik semua ummat baik dewasa,

36

Sayid Syabiq,Fiqhus-sunnah, ( Beirut : Dar al-fik, 1981 ), jilid 1, cet ke 3, hal-209

37

(42)

anak-anak, tua, muda, laki-laki, perempuan, yang terpelajar maupun yang tidak terpelajar, sehat atau sakit serta kaya atau miskin.38

Al-Qur’an menyatakan fungsi masjid antara lain dalam Firman Nya :

                                                   

Artinya : Bertasbihlah kepada Allah dimasjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut namanya didalamnya pada waktu pagi dan petang, orang-orang yang tidak ( pula ) jual beli, atau aktivitas apapun. Dan mengingat Allah, dan ( dari ) kendirikan shalat membayar zakat mereka takut kepada suatu hari yang ( dihari itu ) hati dan pengelihatan menjadi guncang.( QS. An-Nuur : 36-37 )

Masjid telah mengalami perkembangan pesat, baik dalam bentuk bangunan maupun fungsi dan perannya. Hamper dapat dipastikan bahwa dimana komunitas ummat muslim berada disitu ada masjid. Memang ummat islam tidak bias terlepas dengan masjid. Masjid telah menjadi sarana berkumpul, menuntut ilmu, bertukar pengalaman, pusat dakwah dan lain sebagainya disamping sebagai tempat ibadah.

Saat ini masjid memiliki fungsi dan peranan yang semakin terasa penting dalam kehidupan ummat islam, diantaranya sebagai berikut :

a. Tempat Beribadah

sesuai dengan namanya masjid adalah tempat sujud. Maka diketahui bahwa makna masjid didalam islam adalah sebagai tempat ibadah shalat. Sebagaimana menyangkut segala aktivitas kehidupan yang ditujukan

38

(43)

untuk memperoleh ridho Allah, maka fungsi masjid selain tempat untuk shalat juga sebagai tempat beribadah secara luas sesuai dengan ajaran islam.

b. Tempat Menuntut Ilmu

masjid berfungsi sebagai tempat belajar mengajar, khususnya ilmu agama yang merupakan fardhu A’in bagi ummat islam. Disamping itu juga

ilmu-ilmu lainnya baik ilmu-ilmu alam, social, keterampilan dan sebagainya. c. Tempat Pembinaan Jama’ah

dengan adanya ummat islam disekitarnya, masjid perlu mengaktualkan perannya dalam mengkoordinir mereka, baik untuk ibadah maupun aktivitas lainnya dalam rangka menyatukan potensi dan kepemimpinan ummat. Selanjutnya, ummat yang tewrkoordinir secara rapi oleh pengurus masjid ( dalam hal ini Takmir masjid / DKM / HJM ) dibina keimanan, ketakwaan, ukhuwah dan dakwah islamiyah.

d. Pusat Dakwah dan Kebudayaan

masjid merupakan jantung kehidupan ummat islam, yang selalu berdenyut untuk menyebar luaskan dakwah islamiyah dan budaya islami. Dimasjid pula seharusnya direncanakan, diorganisir , dikaji, dilaksanakan atau dikembangkan dakwah dan kebidayaan islam yang menyahuti kebutuhan masyarakat.39

39

(44)

e. Pusat Kaderisasi

sebagai tempat Pembina jama’ah dan kepemimpinan ummat, masjid

memerlukan aktivitas yang berjuang menegakkan islam secara berkesinambungan, patah tumbuh hilang berganti, karena itu, pembinaan kader perlu disiapkan dan dipusatkan dimasjid sejak mereka masih kecil sampai dewasa, diantaranya melalui wadah TPA.

f. Basis kebangkitan ummat islam adad 15 hijriah ini telah dicanangkan ummat islam sebagai abad kebangkitan ummat islam. Ummat islam yang telah sekian lama tertidur dan tertinggal dalam percaturan peradaban dunia, berusaha untuk bangkit dengan berlandaskan ajaran islam.

g. Tempat Kegiatan Masayarakat

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa masjid merupakan pusat ibadah dalam pengertian luas yang mencakup juga pusat pusat kegiatan mu’amalat. Dimasjid kita dapat melakukan akad nikah. Ketika rencana kehidupan rumah tangga fimulai. Dari masjid kita dapat petuah dan wejangan tentang bagaimana kehidupan rumah tangga dijalankan. Dari masjid juga diperoleh kejelasan bagaimana kehidupan Islami dapat dijalankan baik menyangkut aspek ekonomi, soail,politik maupun budaya.40

Dalam rangka untuk pencapaian maksud tersebut maka perlu optimalisasi peran masjid sebagai pusat ibadah dan pengembangan masyarakat dalam meningkatkan keimanan, ketakwaan, pendidikan, keterampilan, kecerdasan, dan

40

(45)

pembinaan persatuan ummat (Ukhuwah Islamiyah, Ukhuwah Basyariah, dan Ukhuwah Wathoniah).

E. Organisasi Masjid

Organisasi adalah merupakan kerja sama di antara beberapa orang untuk mencapai suatu tujuan dengan mengadakan pembagian dan peraturan kerja. Yang menjadi ikatan kerja sama dalam organisasi adalah tercapainya tujuan secara efektif dan efisien. Dari definisi tersebut dapat diambil pengertian, bahwa organisasi Masjid adalah merupakan wadah kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang memiliki keterkaitan dengan Masjid untuk mencapai tujuan bersama. maka peran organisasi ini adalah memakmurkan Masjid.

Untuk merealisasikan fungsi dan peran Masjid diperlukan organisasi Masjid yang mampu mengadopsi prinsip-prinsip organisasi dan management modern. Sehingga aktivitas yang diselenggarakan dapat menyahuti kebutuhan umat serta berlangsung secara efektif dan efisien. Kebutuhan akan organisasi Masjid yang profesional semakin tidak bisa ditawar lagi mengingat kompleksitas kehidupan umat manusia yang semakin canggih akibat proses globalisasi, kemudahan transportasi, kecepatan informasi dan kemajuan teknologi.41

Organisasi Masjid secara kuantitas sudah banyak, namun sebagian besar kinerjanya masih sangat memprihatinkan. Hal ini terlihat dengan kurang profesionalnya Pengurus maupun minimnya aktivitas yang diselenggarakan. Banyak faktor yang mempengaruhi kurang profesionalnya kebanyakan Pengurus

41

(46)

Masjid, di antara yang penting adalah minimnya pengetahuan dan kemampuan berorganisasi.

Organisasi dan management telah menjadi bagian yang menyatu dengan kehidupan manusia. dengan memanfaatkannya suatu lembaga, termasuk organisasi Masjid, dapat bekerja mencapai tujuan secara efektif dan efisien, serta dapat mengantisipasi perkembangan organisasi ke depan. Orang-orang modern telah mengaplikasikan dalam berbagai aktivitas, baik yang bertujuan komersial maupun sosial, dan nyata-nyata telah memberi banyak sumbangan bagi kemajuan lembaga. Organisasi Masjid bila ingin maju harus mengadopsi ilmu organisasi dan management modern.42

Pada dasarnya penerapan organisasi dan management dalam sistim organisasi Masjid adalah untuk mempermudah usaha mencapai tujuan. Dengan menerapkan prinsip-prinsipnya, maka akan diperoleh beberapa keuntungan, di antaranya:

1. Semua aktivitas dilakukan secara terencana dan direncanakan berdasarkan pertimbangan rasional serta dapat dipertanggungjawabkan.

2. Aktivitas diselenggarakan secara terorganisir dengan menghindari terjadinya tumpang tindih.

3. Dalam melaksanakan aktivitas lebih terkoordinasi dengan sistim kepemimpinan dan tanggungjawab yang jelas.

42

(47)

4. Pelaksanaan aktivitas maupun hasilnya dapat mudah diawasi dan diarahkan sesuai dengan tujuan penyelengaraannya.43

Di Indonesia telah berkembang organisasi Masjid, atau dengan nama lainnya seperti: Dewan Kesejahteraan Masjid, Dewan Kepengurusan Masjid, Dewan Kemakmuran Masjid, dewan masjid indonesia atau Pengurus Masjid; yang menjadikan Masjid sebagai titik pusat perhatiannya. Sementara faktor umat sebagai satu kesatuan jama’ah masih belum tersentuh dengan baik, sehingga

menimbulkan kesenjangan dalam pembinaannya.

Saat ini perlu dihadirkan organisasi Masjid yang mampu menyatukan Masjid, jama’ah dan imamah dalam suatu komunitas muslim. Konsep ini menekankan

bukan hanya Masjid sebagai tempat aktivitas ibadah, tetapi juga umat Islam sebagai subyek sekaligus obyek dari aktivitas tersebut. Umat Islam di sekitar suatu Masjid membentuk satu kesatuan jama’ah, dan dibimbing oleh imamah

Pengurus Ta’mir Masjid. Karakter yang ingin dikembangkan adalah demokratis,

egaliter dan penuh partisipasi dengan dilandasi nilai-nilai Islam.

Format organisasi Masjid ini memanfaatkan prinsip-prinsip organisasi dengan lebih serius, seperti adanya tujuan, visi dan misi yang jelas, departementasi dalam bidang-bidang kerja, hirarki kepengurusan yang diikuti adanya hak, wewenang dan tanggungjawab, pendelegasian tugas dan lain sebagainya. Prinsip-prinsip management juga diaplikasikan dengan sungguh-sungguh, misalnya planning, organizing,actuatingdancontrolling(POAC).

43

(48)
(49)

BAB III

PROFIL DR. KH TARMIZI TAHER

DAN GAMBARAN UMUM DEWAN MASJID INDONESIA ( DMI ) A. Profil DR. KH Tarmizi Taher

1. Latar Belakang Keluarga.

Nama lengkap Tarmizi Thaher adalah Tarmizi Thaher. Beliau dilahirkan di Padang, Sumatera Barat pada 7 Oktober 1936. Beliau lahir dari pasangan Taher Marah Sutan dengan isteri keduanya Djawanis, istri pertama Thaher Marah Sutan wafat, saat menikah dengannya. Dengan isteri pertamanya, Thaher Marah sutan tidak memiliki anak. Saat Tarmizi Thaher dilahirkan, Thaher marah Sutan berusia 55 tahun, sementara Djawarnis masih berusia 20 tahun.44

Thaher Marah Sutan merupakan sosok yang berjiwa nasionalis dan berintelektual tinggi. Maka tak mengherankan kalau saat ini Tarmizi Thaher menjadi seorang da’i yang sukses dalam berdakwah untuk membawa ummat

manusia di era modern ini agar ( ummat islam ) menjadi cerdas.

Intelektual asal minang ini sejak kecil hidup dalam keluarga bahagia karena mempunyai orang tua yang terdidik dan berada. Karena itu, Tarmizi Thaher dilahirkan tidak dirumah dan juga tidak oleh dukun beranak, tetapi dirumah sakit ibu dan anak ( IDA ). Yang sekarang menjadi rumah sakit tentara di kota padang, Sumatera Barat. Ini sesuatu yang masih jarang terjadi dimasa penjajahan, sebab orang tua Tarmizi Thaher adalah orang pribumi.45

44

Nurul Badrut t amam, M .A. Dakw ah Kalaborat if Tarmizi Thaher. Hal. 67

45

(50)

Tarmizi Thaher memiliki seorang istri dan empat orang anak. Tiga diantaranya laki-laki, sedangkan yang kedua adalah perempuan. Keempat anaknya telah menikah dan meiliki putra putri ( cucu Tarmizi Thaher ).

Istri Tarmizi Thaher bernama Hj. Djoesma Tarmizi Thaher, lahir di Padang 13 Juli 1940. Anak pertamanya bernama Dipl. Ing. H. Afghan lulusan Braubschweigh Jerman. Adiknya bernama Ir. H. Sakina, M. Sc, alumni IPB yang merupakan salah satu staf UNDP. Putra ketiga Tarmizi Thaher bernama Dipl. Ing. H. Halbana, M. Sc, yang juga keluaran Achen Jerman. Sedangkan putera keempatnya bernama H. Digantoro, SE. dari lulusan UI. Menantu pertama Tarmizi Thaher bernama Hj. Ilona. Menantu keduanya bernama dr. H. Eka .S Utama, dengan anaknya Dina Rahmatika dan Nabila Farakhika. Sedangkan menantu ketiganya bernama Dr. Hj. Shanti Budhiasih dengan putranya Moh. Ihsan. Dan menantu terakhir Dr. Hj. Ratri Ainulfa, yang memiliki anak Moh. Faruqi dan Nasfah Aisyah Rahmah.46

2. Latar Belakang Pendidikan

Tarmizi Thaher merupakan orang yang sukses dalam mengarungi kehidupan. Sejak kecil, Tarmizi Thaher dididik kedua orang tuanya untuk menjadi orang yang berjiwa nasionalis dan siap membangaun bangsa, hal ini terlihat dari dunia pendidikan yang beliau tempuh. Tarmizi Taher menempuh SD dari tahun 1943 sampai 1949.

46

(51)

Prestasi gemilang selalu didapatkan Tarmizi Thaher dalam mengarungi dunia pendidikannya. Dengan begitu, tak mengherankan kalau ada salah satu guru SD nya yang mengakui prestasinya karena kecerdasannya.

Sewaktu SD Tarmizi Thaher duduk satu kelas dengan Tabrani ( kakaknya ). Beliau menempuh SD di tiga tempat. Pada 1945, Tarmizi Thaher sekolah dipadang, tempat sekolah Muhammad Yamin. Ketika perang meletus di Padang , 1946-1947, Tarmizi Taher dan keluarga pindah ke Padang Panjang, Sumatera Barat. Cerita kecil Tarmizi Thaher masih bisa didapatkan dari guru SD nya Ibu Retno Gundam. Setiap berada di padang Panjang ia selalu menjenguk gurunya tersebut , termasuk setelah menjabat Menteri Agama RI. Ibu Retno Gundam mengakui bahwa Tarmizi Taher seorang anak yang cerdas. Kecerdasan itu bukan sekedar pengakuan tetapi dibuktikan dengan predikat juara kelas. Bahkan ketika tamat SD Tarmizi Thaher menjadi juara I tingakat Kabupaten Tanah Datar ( Ketika itu masih Padang Panjang ).47

Setelah lulus, Tarmizi Thaher pun melanjutkan pendidikannya di Jakarta, yaitu di SMPN 4 Jakarta. Pada tahun 1949 sampai tahun 1952, yang kini terletak dijalan Perwira, samping gedung Departemen Agama Pusat, Lapangan Banteng. Kemudian beliau meneruskan di SMA 2 Wijaya Kusuma Surabaya pada tahun 1952 sampai tahun 1959.

Tarmizi Taher pernah mengikuti latihan kilat militer PPKD Surabaya, pada tahun 1960, sebelum akhirnya memasuki Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga ( UNAIR ) Surabaya. Yang tamat tahun 1964. Semasa dibangku kuliah,

47

(52)

Tarmizi Taher merupakan seorang aktivis yang berkecimpung diberbagai organisasi. Dari mulai organisasi mahasiswa hingga organisasi penerbitan.

Beliau pernah menjabat Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa UNAIR Surabaya ( 1960-1962 ). Ditahun 1962-1963 beliau menjadi Ketua Senat Mahasiswa di Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga. Satu tahun kemudian, terpilih menjadi Ketua Umum Dewan Mahasiswa, posisi tertinggi ditingkat Universitas ( 1963-1964 ). Dan pada tahun 1958-1960, menjadi Ketua Dewan Redaksi Majalah Mahasiswa Embriyo, Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya.

Seusai lulus dari Fakultas kedokteran UNAIR Surabaya, Tarmizi Taher melanjutkan study yang berkonsentrasi dibidang kemiliteran. Beliau mengikuti latuhan kemiliteran pertama Sispa XIII Kobangdikal/AAL Surabaya, tahun 1965 sampai dengan tahun 1966.48

Setelah menyelesaikan latihan kemiliteran, Tarmizi Thaher mendapatkan beberapa kesempatan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi di luar negeri. Tarmizi Thaher banyak mendapatkan pengalaman dan salah satunya menjadi peserta terbaik selama belajar diluar negeri.

Beliau menjadi peserta training pekerja yang diadakan oleh tentara AS di Sandiego, California Amerika Serikat pada tahun 1972 -1973. Setelah mendapat sertifikat, ditahun 1975 beliau ikut serta untuk bergabung dalam program study kesehatan untuk perwira tinggi, yang disponsori oleh TNI AS di Washington D.C. beliau pernah mengikuti Navy Staff of comment school for the armed forces of the republic Indonesia, pada tahun 1976. Disini Tarmizi Thaher mendapatkan predikat terbaik, nomor 1 di lebih dari 100 siswa. Selain itu, Tarmizi Thaher

48

(53)

pernah mengikuti training and development program IMDI ( Internasional Manajemen Development Instituted ), Graduate School of Public and Internasional Affairs, university of Pittsburgh, Pennsylvania. Amerika Serikat pada tahun 1991 dan Introduction to Computers–IMDI, university of Pittsburgh, Computer Learning Center, pada tahun 1991.

Tarmizi Thaher pun telah banyak memiliki pengalaman. Dari sinilah terlihat kalau Tarmizi Taher merupakan orang yang cerdas dan cerdik dalam menentukan masa depannya. Apa yang menjadi cita-cita kedua orang tuanya pun dapat dicapai semua.

Hal itu bisa dilihat dari sikap dan cita-cita ayahnya yang berjiwa nasionalis serta memiliki intelektul yang tinggi. Sementara Ibunya adalah seorang Muballighoh yang tekun mempelajari agama. Betapa tidak, ayahnya menginginkan ia menjadi seorang dokter sedangkan ibunya mengharapkan ia menjadi tokoh agama. Kedua keinginan ayah dan ibunya tersebut telah dipenuhinya. Sebagai dokter, nama Tarmizi Thaher cukup popular dimata para pasiennya. Sedangkan sebagai Muballigh Tarmizi taher tidaklah asing dimata ummat. Terlebih setelah ia menjabat sebagai Menteri Agama RI dalam Kabinet Pambangunan VI.

(54)

B. Karir Tarmizi Taher

DR. KH. Tarmizi Thaher adalah sosok yang gemilang dalam mengarungi kehidupan. Hal ini bisa terlihat dari aktifitas DR. KH. Tarmizi Thaher dalam meniti karir. Disamping kemiliteran dan pelayanan masyarakat, DR. KH. Tarmizi Thaher pun aktif diberbagai organisasi pemerintahan.

Diorganisasi pemerintahan, DR. KH. Tarmizi Taher pernah menjabat Seretaris Jendral Department Agama ( 1987-1993 ). Setelah itu, beliau mendapat kepercayaan untuk menjadi Mentri Department Agama ( 1993-1998 ). Selang satu tahun, DR. KH. Tarmizi Thaher menjadi Duta Besar RI untuk Norwegia ( 1999-2002 ).DR. KH. Tarmizi Thaher juga menjadi anggota MPR, mewakili Fraksi TNI dalam bidang keagamaan ( 1978-1982 dan 1982-1987). Selama menjadi dokter medis, ditahun 1975, beliau menjadi kepala deputi Asosiasi Pemberantasan Tuberculosis Indonesia.

Sedang dibidang kemiliteran, selama DR. KH. Tarmizi Thaher menjadi Purnawirawan TNI, jabatan terakhir militernya adalah Laksamana Muda. Bahkan sebelum DR. KH. Tarmizi Thaher mengikuti latihan kemiliteran pertama Sispa XIII Kobangdikal/ AAL Surabaya ( 1965-1966 ). Tahun 1964, beliau bergabung di TNI sebagai petugas kesehatan. Di tahun 1979 beliau menjabat Kepala Pelayanan Bimbingan Mental di TNI. Satu tahun kemudian beliau dipromosikan menjadi Kepala Deputi Pusat untuk bimbingan mental ABRI.

(55)

Kojenjelru ( 1968 ), Kepala Kesehatan Daerah ( 1968-1972 ), Kepala Bagian Kesehatan Preventif Diskesal ( 1975- 1976 ), Asisten Pembinaan Jinkesal ( 1976-1978 ), Kepala Kesehatan Preventif AL ( 1977), Perwira Pembinaan Perencanaan Kesehatan AL, Kepala Dinas Pembinaan Mental TNI AL ( 1979-1980 ), Wakil Kepala Pusat Pembinaan Mental ABRI ( 1980-1982 ), dan Kepala Pusbintal ABRI ( 1982-1987 ).

Sejak kecil beliau memiliki latar belakang keislaman yang kuat dan sangat berbakat dibidang Psikologi. Maka tak heran jika DR. KH. Tarmizi Thaher kemudian menjadi aktif diberbagai penyuluhan dibidang keagamaan . setelah lulus, DR. KH. Tarmizi Thaher aktif di aktifitas-aktifitas dakwah Islam diberbagai tingkat masyarakat Muslim Indonesia. Dan ditahun 1972 beliau menjadi Ketua Dewan Pendidikan tertinggi untuk Islamic Cell. DR. KH. Tarmizi Thaher menjadi salah satu anggota Badan Pengurus Harian Majlis Ulama Indonesia ( MUI ) pada tahun 1982-1987, dan selanjutnya menjadi Ketua MUI pusat pada tahun 1985-1993.

Selama DR. KH. Tarmizi Thaher menjabat sebagai Mentri Agama, karya nyata yang ia tampilkan antara lain memasyarakatkan kerukunan hidup beragama, bukan saja pada tingkat nasional tetapi juga internasional. DR. KH. Tarmizi Thaher mendirikan LPKUD ( Lembaga Pengkajian Kerukunan Ummat Beragama ), lembaga tempat bergumulnya para pakar dan cendikiawan berbagai agama pada Oktober 1993.

(56)

Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila ( P4 ), dan Rektor di School of Military Staff Comment TNI. Pernah menjadi Ketua Korps Nasional Muballigh Muhammadiyah, sebagai presiden direktur LSM NU-Muhammadiyah dengan nama Indonesian War Against Narkotics and HIV/AIDS, sebagai Presiden Direktur LSM NU-Muhammadiyah Center for Moderate Moslem ( CMM ), dan sebagai Ketua Dewan Masjid INDONESIA ( DMI ) dari tahun 2006 sampai sekarang.dan menjabat ketua II Ikatan Dokter Indonesia ( IDI ) Surabaya, ketua satu pengurus besar Perkumpulan Pemberantasan Turbekulosa Indonesia ( PPTI ). Beliau juga telah melanglangbuana kemancanegara untuk menghadiri berbagai konfrensi kedokteran dan telah mengunjungi semua Negara di Timur Tengah dalam rangka tugas negara. Salah satu prestasi terbaik di dunia internasionalnya adalah ketika DR. KH. Tarmizi Thaher terpilih menjadi Ketua Konfrensi Mentri-Mentri Agama se-dunia Islam pada tahun 1997.

Dibidang akademik, saat ini DR. KH. Tarmizi Thaher menjadi Rektor di Universitas Islam Az-Zahra ( UNIA ) dari tahun 2004. Beliau pernah menjadi Dosen Sekolah Komando ( SESKO ) ABRI dan SESKO AL, Dosen Lembaga Pertahanan Nasional, Dosen Tamu Fakultas kedokteran dan Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Rektor Universitas Bangkalan Madura ( kini Universitas Negeri Trunojoyo ), Dosen Luar Biasa Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya, dan Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Jakarta.

(57)

diberbagai acara taraf internasional, baik sebagai pembicara maupun sebagai peserta. Dibawah ini adalah pengalaman DR. KH. Tarmizi Thaher pada taraf Internasional :

1. Peserta, Center Society Meeting, California, Amerika Serikat

2. Peserta, Perwira Project Trial Rimactawe, ABRI ( kerja sama Hankam,Depkes- Ciba Geigy Swiss

3. Pembicara, Conference of Internasional ( Union Against ), Brussel 4. Ketua Delegasi Indonesia, Kongres TBC dunia, Brussel, Jerman 5. Peserta dari TNI AL, Seven Asian’s OccupationalConference 6. Peserta, Eastern Religion of I.U.A.T Hongkong.

7. Pembicara, seminar on Islam and Violence, United Nations University, Bali 8. Peserta, Spiritual Leaders and Expert Participants, Consultative Meeting on

the Question of Peace, Development, Populationts and Environment. 9. Pembicara Konferensi Internasional, sumbangan Islam kepada peradaban.

Kairo Mesir.

10. Pembicara Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Iskandariyah, Kairo 11. Pembicara Dialog Keliling Forum Antar Agama Indonesia, Singapura 12. Dll.

C. Penghargaan-penghargaan DR. KH. Tarmizi Taher

(58)

1. Satyalencana Dwidya Sistha Penegak, 1981 2. Satyalencana Dwida Sistha Kesetiaan VIII, 1987 3. Satyalencana Dwidya Sistha Dwikora, 1989

4. Bintang Funun Wal Qanun ( seni dan budaya ) dibidang dakwah dari Presiden Mesir Husni Mubarok, 1993

5. Bintang Mahaputra Adipradana, Agustus 1996 6. Jalasena Neraya, 1997

7. Doktor Honoris Causa Temple university Amerika Serikat, 1998

8. Doktor Honoris Causa Dalam bidang Dakwah Islam dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 200349

E. Perjalanan Dakwah DR. KH Tarmizi Thaher

Kelihaian DR. KH. Tarmizi Thaher dalam berdakwah berawal dari sejak kecil. Dilingkungan keluarganya, DR. KH. Tarmizi Thaher selalu diajarkan tentang ajaran agama. Pendalaman materi tentang kandungan nilai-nilai ajaran agama, DR. KH. Tarmizi Thaher pelajari dari buku-buku.

Dilihat dari pendidikannya, DR. KH. Tarmizi Taher tidak pernah sekolah Madrasah maupun Pesantren. Untuk mendapatkan ilmu agama beliau pelajari diluar sekolah formal. Itu sebabnya sampai saat ini DR. KH. Tarmizi Thaher tidak mau mendaulat dirinya sebagai seorang Kyai atau Ulama dan lebih senang mengaku sebagai seorang Muballigh, atau Juru Dakwah. Namun atas permintaan jama’ahnya di Jawa Timur akhirnya beliau mengalah memakai gelar “Kyai Haji” yang dikalangan Muhammadiyah tidak dikenal istilah itu.

49

(59)

Ceramah DR. KH Tarmizi Thaher terus berlangsung sampai ia dewasa. Bertambahnya usia, membuat DR. KH. Tarmizi Thaher semakin lihai dalam berdakwah. Meskipun saat menjadi Mentri Agama RI, DR. KH. Tarmizi Thaher tetap memberikan berbagai ceramah. Dalam setiap ceramahnya yang bersemangat DR. KH . Tarmizi Taher tidak lupa memasukkan lelucon segar.

Ilmu yang dimiliki DR. KH. Tarmizi Thaher semakin didalami, bahkan beliau sering diminta tampil untuk memberikan ceramah agama dilingkungan TNI AL. selain itu, DR. KH. Tarmizi Thaher tampil pula dalam meyampaikan ceramah diluar lingkungan ABRI. Berbagai mesjid dan tempat kegiatan keagamaan dikunjungi DR. KH. Tarmizi Thaher. Nama beliau sudah terjadwal di berbagai mesjid di DKI Jakarta sebagai Khatib Jum’at, pemberi Ceramah Ramadhan, Kuliah Shubuh dan Juga Khatib‘IdulFitri dan ‘Idul Adha.

Dengan aktifitas dakwah yang dijalankan selama ini, DR. KH. Tarmizi Thaher merasa bangga dan syukur karena bisa mengikuti jejak ibunya. Dan dalam ceramahnya DR. KH. Tarmizi Thaher tidak hanya menjadi Da’i lokal saja di luar negeri pun beliau tetap berdakwah. Dengan demikian apa yang dilakukan DR. KH. Tarmizi Thaher ini ( dalam dakwahnya ) benar-benar memperkenal

Gambar

Tabel 4.1Jumlah Responden Pengurus Dmi
Tabel 4.3
Tabel 4.4Sikap kesetaraan terhadap bawahan
Tabel 4.6
+7

Referensi

Dokumen terkait

pemenuhan kebutuhan bagi peserta didik sudah cukup baik, dengan adanya perencanaan yang dilakukan mulai dari pemenuhan proses belajar baik secara teori maupun

Media cair yang dimaksud adalah air, air garam, cuka, jus buah atau sayuran, larutan garam, larutan asam makanan, gula, atau larutan zat pemanis lainnya (termasuk dalam

Kegiatan PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) merupakan salah satu metode yang dipilih Universitas Negeri Yogyakarta untuk memberikan pengalaman kepada mahasiswa

Juga dari aspek psikomotorik pada siswa”.90 “Mutu pendidikan akademik untuk mata pelajaran Fiqih sangat meningkat hal ini dapat di ketahui dengan nilai UTS dan UAS baik dari

Pihak pertama berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai lampiran perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti

(2) MUSDA Tingkat Kabupaten/Kota diadakan setiap 4 (empat) tahun sekali, namun dalam keadaan luar biasa dapat dipercepat atau ditunda atas persetujuan Pengurus

Agar mahasiswa dapat mengetahui, memahami dan memakai dasar dasar teori dan praktika fotografi sebagai bagian dalam proses Perancangan Komunikasi Visual, periklanan dan multi

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ibu yang mengalami masalah dengan faktor-faktor tersebut diatas, misalnya memiliki IMT sebelum hamil rendah dengan pertambahan berat