• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DAN PERTAMBAHAN BERAT BADAN IBU HAMIL SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TUMBUH KEMBANG BAYI LAHIR DI KOTA AMBON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DAN PERTAMBAHAN BERAT BADAN IBU HAMIL SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TUMBUH KEMBANG BAYI LAHIR DI KOTA AMBON"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGANNYA DENGAN TUMBUH KEMBANG

BAYI LAHIR DI KOTA AMBON

ANNA HENNY TALAHATU

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2006

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :

”Kajian Indeks Massa Tubuh dan Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil serta Hubungannya dengan Tumbuh Kembang bayi lahir di Kota Ambon”

adalah benar hasil karya saya sendiri dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS dan Dr. Ir. Ahmad Sulaeman, MS dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun selain di IPB. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustakan di bagian akhir tesis ini.

Bogor, November 2006

Anna Henny Talahatu NRP A551040111

(3)

ANNA HENNY TALAHATU. Study on Body Mass Index (BMI), Pregnancy Weight Gain and its Association with Infant Growth and Development in Ambon. Supervised by HARDINSYAH and AHMAD SULAEMAN

The objective of this study was to analyze pre-pregnancy body mass index (BMI) and pregnancy weight gain and its relationship with birth weight and Ap gar score. For this purposes a crossectional study design was applied for 200 giving birth mother from three hospitals and three health centers (Puskesmas) based on certain criteria of 18-35 yr, complete medical records. Data collected include medical record, maternal nutrition knowledge, food habit and socio-economic. The results show that 31% of pre-pregnant women was categorized as underweight. Mean weight gain is 12,6 ± 2,4 kg and weight gain by trimester was 1,9 ± 0.6 kg , 4.2 ± 1.1 kg and 6.5 ± 1.6 kg for the first, second and third trimester respectively. Mean birth weight was 2700 ± 617.9 gr, and mean birth length is 47,5 ± 3,6 cm. About 47.5% of the newborn infants were low birth weight and 20% had low Apgar score. BMI, anemic status, pregnancy distance, morbidity, socioeconomic, and maternal nutrition knowledge had a positive significant association with total weight gain (R2 = 0.489). Based on multiple linear regression analysis, the birth weight was associated with BMI, pregnancy weight gain, gestational age, anemic status, blood pressure,and upper arm circumference (R2 = 0.734); and the Apgar score was associated with pregnancy weight gain, anemic status, blood pressure, pregnancy complication, birth weigth especially low birth weight (R2 = 0.820).

(4)

ANNA HENNY TALAHATU. Kajian Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil serta Hubungannya dengan Tumbuh Kembang Bayi Lahir di Kota Ambon. Dibimbing oleh HARDINSYAH dan AHMAD SULAEMAN.

Penelitian ini bertujuan untuk me ngkaji indeks massa tubuh dan pertambahan berat badan ibu hamil serta hubungannya dengan tumbuh kembang bayi lahir di kota Ambon. Disain penelitian adalah cross-sectional study. Contoh dalam penelitian ini adalah 200 ibu nifas (18-35 tahun) yang diperole h berdasarkan rekam medik (medical record) ibu selama memeriksakan kehamilan dan ibu yang melahirkan 4 bulan terakhir di rumah sakit dan puskesmas yang mempunyai data catatan medik lengkap, terutama rekam medik kelahiran bayi (BB, PB, dan skor Apgar) serta rekam medik kehamilan (TB, BB awal dan akhir). Data primer yang dikumpulkan meliputi pengetahuan gizi, kebiasaan makan serta keadaan sosial ekonomi keluarga. Status gizi ibu sebelum hamil menunjukkan bahwa sebanyak 38.5% berada pada IMT normal dan 31% contoh tergolong kurus sekali. Rata-rata pertambahan berat badan contoh adalah 12.6 ± 2.4 kg. Pertambahan berat badan selama kehamilan trimester I rata-rata 1.9 ± 0.6 kg dan pada trimester II dan III masing- masing mengalami pertambahan rata-rata 4.2 ± 1.1 kg dan 6.5 ± 1.6 kg. Faktor- faktor yang mempengaruhi pertambahan berat badan ibu hamil adalah pengetahuan gizi, jarak dua kehamilan terakhir, frekuensi penyakit (demam, tifus, dan diabtes), IMT, LILA, dan status anemia (R2 = 0.489). Berdasarkan data dari ketiga Rumah Sakit dan Puskemas diperoleh infomasi berat dan panjang badan bayi lahir dari bulan Januari sampai April yakni berkisar antara 2704 ± 617.9 gr dan 47.5 ± 3.6 cm . Terdapat 47.5 % bayi yang teridentifikasi BBLR dan 20% bayi lahir dengan skor apgar rendah. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bayi lahir di Kota Ambon adalah IMT ibu sebelum hamil, pertambahan BB selama kehamilan, status anemia serta LILA (R2 = 0.734). Faktor yang mempengaruhi perkembangan bayi lahir adalah pertambahan berat badan selama hamil, status anemia, tekanan darah, serta komplikasi kehamilan (pendarahan, eklampsia, dan aspiksia), serta berat badan bayi lahir terutama BBLR (R2 = 0.820).

(5)

Tumbuh kembang bayi ditentukan oleh status gizi dan kesehatan ibu selama kehamilan yang secara sederhana ditandai dengan pertambahan berat badan ibu serta status gizi ibu sebelum hamil (IMT). Pertambahan berat badan selama kehamilan yang rendah berkaitan dengan peningkatan resiko retardasi pertumbuhan janin dan kematian prenatal Oleh karena itu dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengkaji indeks massa tubuh dan pertambahan berat badan ibu hamil serta hubungannya dengan tumbuh kembang bayi lahir di kota Ambon. Disain penelitian ini adalah cross-sectional study. Contoh dalam penelitian ini adalah 200 ibu nifas (usia 18-35 tahun) yang diperolah berdasarkan rekam medik (medical record) ibu selama memeriksakan kehamilan dan ibu yang melahirkan 4 bulan terakhir di rumah sakit dan puskesmas yang mempunyai data catatan medik relatif lengkap, terutama rekam medik kelahiran bayi (BB, PB, dan skor Apgar) serta rekam medik kehamilan (TB, BB, tekanan darah, Hb awal dan akhir). Sebagian besar data yang digunakan adalah data sekunder yakni bersumber dari rekam medik RS dan KMS ibu hamil. Data primer yang dikumpulkan antara lain pengetahuan gizi, kebiasaan makan serta keadaan sosial ekonomi keluarga.

Berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) contoh berkisar antara 36-73 kg (49 ± 7.4 kg) dan 144-171 cm (156.9 ± 6.3 cm). Status gizi ibu sebelum hamil menunjukkan bahwa sebanyak 38.5% contoh berada pada IMT normal dan 31% contoh tergolong kurus sekali. Pertambahan berat badan selama kehamilan dalam penelitian ini lebih terkonsentrasi kepada ibu yang melahirkan bayi dengan berat lahir normal. Kenaikan berat badan contoh berkisar antara 5-20 kg (12.6 ± 2.4 kg). Rata-rata pertambahan berat badan menurut IMT adalah sebagai berikut: kurus sekali (14.3 ± 5.1 kg) ; kurus (13.5 ± 3.6 kg); normal (12.9 ± 2.2 kg); gemuk (11.6 ± 1.4 kg); serta obes (11.7 ± 3.4). Pertambahan berat badan selama kehamilan trimester I rata-rata 1.9 ± 0.6 kg dan pada trimester II dan III masing- masing mengalami pertambahan rata-rata 4.2 ± 1.1 kg dan 6.5 ± 1.6 kg. Faktor- faktor yang mempengaruhi pertambahan berat badan ibu hamil adalah IMT sebelum hamil, status anemia, jarak dua kehamilan terakhir, tingkat morbiditas (demam dan tifus) serta pengetahuan gizi dan kesehatan ibu hamil (R2 = 0.489).

Berat badan bayi lahir dari bulan Januari sampai April (n=200) yakni berkisar antara 1000-4200 gr (2704 ± 617.9 gr), terdapat 47.5 % bayi yang teridentifikasi BBLR. Rata-rata panjang badan bayi lahir berkisar antara 40-52 cm (47.5 ± 3.6 cm), 43% bayi dengan PB = 48 cm. Berdasarkan penilaian skor Apgar pada menit ke-1 dan ke-5 menunjukkan bahwa 20% dari keseluruhan bayi lahir termasuk kategori rendah. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bayi lahir di Kota Ambon adalah IMT ibu sebelum hamil, pertambahan BB selama kehamilan, status anemia serta LILA (R2 = 0.734). Faktor yang mempengaruhi perkembangan bayi lahir adalah pertambahan berat badan selama hamil, status anemia, tekanan darah, serta komplikasi kehamilan (pendarahan, eklampsia, dan aspiksia), serta berat badan bayi lahir terutama BBLR (R2 = 0.820).

(6)

© Hak cipta milik Anna Henny Talahatu, Hardinsyah & Ahmad

Sulaeman tahun 2006

Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotocopi,

(7)

Penulis dilahirkan di Ambon pada tanggal 9 Maret 1981 dari ayah Isaac Talahatu dan ibu Merry Maspaitella. Penulis merupakan anak bungsu dari lima bersaudara.

Tahun 1999 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Ambon dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Universitas Pattimura melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Universitas Pattimura, kemudian pada tahun 2000 pindah ke IPB. Penulis memilih Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Pada tahun 2003, penulis dinyatakan lulus sebagai sarjana perikanan (Spi). Tahun 2004 penulis diterima di Program Studi Gizi Masyarakat, Sekolah Pascasarjana, IPB.

(8)

HUBUNGANNYA DENGAN TUMBUH KEMBANG

BAYI LAHIR DI KOTA AMBON

ANNA HENNY TALAHATU

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Departemen Gizi Masyarakat

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2006

(9)

Nama : Anna H Talahatu

NRP : A551040111

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr.Ir. Hardinsyah, MS Dr.Ir. Ahmad Sulaeman, MS Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Gizi Masyarakat

Prof. Dr.Ir Ali Khomsan, MS Prof. Dr.Ir. Khairil Anwar Notodipuro, MS

(10)

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan tesis dengan judul ”Kajian Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil Serta Hubungannya dengan Tumbuh Kembang Bayi Lahir di Kota Ambon” dapat diselesaikan.

Ucapan terima kasih yang tak henti- hentinya penulis sampaikan secara khusus kepada Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS sebagai ketua komisi pembimbing dan Dr.Ir. Ahmad Sulaeman, MS sebagai anggota komisi pembimbing atas segala kebijaksanaan dan kesabaran serta bimbingan dan arahan mulai dari rencana judul penelitian hingga penulisan tesis ini.

Penyusunan tesis ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ir. Cesslia MD, MS sebagai dosen penguji yang telah memberi kritik dan saran dalam perbaikan tesis ini.

2. Pemda dan Dinas Kesehatan Kota Ambon yang telah memberi ijin penelitian serta informasi data untuk mencapai tujuan penelitian ini.

3. Pihak RSU Dr. Haulussy, RS Al-Fatah, RS Hative Kecil, Puskesmas Rijali, Puskesmas Waihaong, dan Puskesmas Tawiri yang telah memberikan informasi rekam medik ibu hamil dan bayi lahir untuk keperluan penelitian ini.

4. Papa dan mama tercinta, serta semua kakakku (B’Jacky, U’Chipie, U’Ellen, B’Donni, U’Mey, U’Eda) dan kedua ponakannku (Elys dan Jack): terima kasih atas untaian doa yang tidak pernah putus, jerih payah, harapan, kepercayaan, motivasi, fasilitas dan kasih sayang yang tak pernah pupus

5. Teman-teman S2 GMK angkatan 2004, atas semanga t dan kebersamaan selama kuliah.

6. Senioritas Ambon (M’Deb, B’Mon, B’Nus, M’Linda, U’Ola, B’Mek, Opes, Tya, dll) untuk segala koreksi dan saran dalam penulisan tesis ini. 7. Member’s of P.2 atas kebersamaan dan semangat tingkat akhir.

Bogor, November 2006 Penulis

(11)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ... iv DAFTAR GAMBAR ... v DAFTAR LAMPIRAN ... vi PENDAHULUAN LatarBelakang ... 1

Tujuan Pene litian ... 3

Manfaat Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Tumbuh Kembang Kehamilan ... 5

Indeks Massa Tubuh (IMT) ... 10

Masalah Gizi dan Kesehatan Ibu Hamil ... 13

Kebutuhan dan Kecukupan Gizi Ibu Hamil ... 18

Tumbuh Kembang Bayi Lahir ... 20

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tumbuh Kembang Bayi Lahir.. 22

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran ... 28

Hipotesis ... 31

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu ... 32

Contoh dan Teknik Penarikan Contoh ... 32

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 35

Pengolahan dan Analisis Data ... 36

Batasan Operasional ... 40

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian ... 43

Karakteristik Keluarga Responden ... 45

Pengetahuan Gizi dan Kesehatan Kehamilan ... 50

Kebiasaan Makan Ibu Hamil ... 53

(12)

Pertambahan Berat badan Ibu selama Kehamilan ... 59

Pemeriksaan Kehamilan dan Kesehatan ... 64

Status Gizi Ibu Hamil ... 65

Jarak Dua Kehamilan Terakhir ... 67

Paritas ... 68

Status Kesehatan Ibu Hamil ... 70

Komplikasi dalam Kehamilan ... 70

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil ... 71

Masalah Gangguan Tumbuh Kembang pada Bayi Lahir ... 76

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gangguan Tumbuh Kembang Bayi Lahir ... 79

SIMPULAN ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 89

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Komposisi pertambahan berat badan total ibu selama kehamilan ... 6

2. Perkembangan janin sesuai umur kehamilan ... 8

3. Klasifikasi IMT menurut kriteria Komite Obesitas Asia Pasifik ... 10

4. Nilai titik batas yang direkomendasikan untuk remaja dan dewasa menurut Depkes (1994) ... 11

5. Nilai titik batas yang direkomendasikan untuk remaja dan dewasa menurut Depkes 2002 ... 11

6. Anjuran pertambahan berat badan total ibu selama kehamilan menurut indeks massa tubuh ... 12

7. Tingkat kecukupan energi dan zat gizi ibu hamil yang dianjurkan ... 19

8. Sistem pengukuran skor Apgar pada bayi baru lahir ... 22

9. Sebaran ibu hamil menurut lokasi pengambilan data ... 35

10. Jenis dan cara pengumpulan data ... 36

11. Pengolahan data Pertambahan BB ibu hamil dan tumbuh kembang bayi lahir ... 39

12. Luas wilayah, jumlah penduduk dan rumah tangga, kepadatan penduduk serta rata-rata jiwa per rumah tangga di kota Ambon per kecamatan tahun 2001-2005 ... 45

13. Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga responden ... 48

14. Pengetahuan Gizi dan Kesehatan Kehamilan ... 50

15. Sebaran contoh menurut pengetahuan gizi dan kesehatan ... 48

16. Persentasi responden menurut kebiasaan makan selama hamil ... 55

17. Rata-rata frekuensi konsumsi pangan dan gizi ... ... 57

18. Sebaran Contoh berdasarkan status gizi ibu sebelum hamil (IMT) menurut IOM (1990) ... 58

19. Sebaran Contoh berdasarkan status gizi ibu sebelum hamil (IMT) menurut Depkes (1994) ... 59

20. Sebaran Contoh berdasarkan status gizi ibu sebelum hamil (IMT) menurut Depkes (2002) ... 59

(14)

21. Sebaran contoh berdasarkan pertambahan berat badan selama hamil

menurut BB dan TB sebelum hamil ... 60

22. Sebaran contoh berdasarkan pertambahan berat badan selama hamil menurut IMT (Depkes 1994) ... 61

23. Sebaran contoh berdasarkan pertambahan berat badan selama hamil menurut IMT (Depkes 2002) ... 61

24. Sebaran contoh berdasarkan pertambahan berat badan selama hamil menurut IMT (IOM 1990) ... 62

25. Sebaran contoh berdasarkan korelasi antara pertambahan BB ibu sela ma hamil dengan BB bayi lahir serta skor Apgar ... 63

26. Sebaran contoh berdasarkan pemeriksaan kehamilan dan kesehatan ... 65

27. Sebaran contoh menurut indikator status gizi ... 67

28. Sebaran contoh berdasarkan jarak dua kehamilan terakhir ... 67

29. Sebaran contoh berdasarkan paritas ... 69

30. Sebaran contoh berdasarkan riwayat kehamilan ... 69

31. Sebaran contoh berdasarkan status kesehatan ... 70

32. Sebaran contoh berdasarkan komplikasi dalam kehamilan ... 71

33. Faktor-faktor yang berkorelasi dengan pertambahan BB ibu selama kehamilan ... 73

34. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertambahan berat badan ibu selama kehamilan ... 73

35. Sebaran contoh berdasarkan BB dan PB bayi lahir ... 77

36. Sebaran contoh berdasarkan korelasi antara umur kehamilan dengan BB dan skor Apgar ... 77

37. Sebaran responden berdasarkan skor Apgar bayi lahir ... 78

38 Sebaran contoh berdasarkan BB dan skor Apgar bayi lahir ... 78

39 Faktor-faktor yang berhubungan pertumbuhan bayi lahir ... 80 40 Faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan pertumbuhan (BB) bayi lahir 80

(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. AKB, AKI, dan BBLR di Kota Ambon Periode Tahun 2001-2005 ... 17

2. Kerangka Pemikiran : Faktor- faktor yang berhubungan dengan penambahan badan ibu selama kehamilan serta status gizi bayi lahir ... 30

3. Kerangka Penarikan Contoh Penelitian ... 34

4. Pertambahan BB Ibu Hamil menurut BB, TB, dan IMT ... 60

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Data jumlah bayi yang lahir pada triwulan I

(periode Januari – April 2006) ... 96 Lampiran 2. Sampling secara purposif : eligible menurut kriteria ... 96 Lampiran 3. Pengumpulan data awal Penelitian

(17)

Latar Belakang

Masalah gizi dapat mempengaruhi status kesehatan yang pada gilirannya dapat berdampak buruk pada kualitas sumberdaya manusia. Oleh karena itu upaya penanggulangan masalah gizi masyarakat harus ditingkatkan melalui program peningkatan kesehatan dan ekonomi. Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index/HDI) di Indonesia relatif rendah dibandingkan negara- negara lain di dunia. Hasil penelitian UNDP (2004) menempatkan Indonesia pada urutan ke-111 dari 175 negara yang dinilai. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) memasukkan tiga parameter penting dalam menghitung tingkat kesejahteraan, yaitu pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.

Salah satu peubah kesehatan yang menjadi parameter dalam menentukan Indeks Pembangunan Manusia adalah angka kematian bayi. Kematian bayi berkaitan erat dengan status gizi dan kesehatan bayi lahir. Skor IPM untuk Propinsi Maluku adalah 67.2, dengan angka kematian bayi khususnya di Kota Ambon mencapai 6.3% per 1000 kelahiran hidup (Dinkes Kota Ambon 2006). Sementara itu dari sisi ekonomi jumlah penduduk miskin Propinsi Maluku adalah 176 217 KK (68.65%), dimana sebanyak 57 982 KK atau sekitar 32.9% berada di wilayah Kota Ambon (BPS Kota Ambon 2005-2006), jumlah ini jauh lebih tinggi dibandingkan di kota-kota lain di Indonesia Bagian Barat dan Tengah.

Kemiskinan dan kurang gizi merupakan suatu fenomena yang saling terkait, oleh karena itu meningkatkan status gizi suatu masyarakat tidak boleh meninggalkan upaya peningkatan ekonomi. Beberapa penelitian di banyak ne gara menunjukkan bahwa proporsi bayi dengan BBLR berkurang seiring dengan peningkatan pendapatan nasional suatu daerah. Akibat konflik sosial yang terjadi di Kota Ambon serta masih tingginya kesenjangan antar daerah menyebabkan

prevalensi BUMIL KEK masih cukup tinggi yakni mencapai 10.53% (Dinkes Kota Ambon 2006).

Tingginya angka kurang gizi pada ibu hamil ini dapat berdampak pada tingginya angka BBLR yang diperkirakan mencapai 7.1 – 14.2% bayi (mencakup seluruh Indonesia) setiap tahunnya (Depkes 2003). Ibu Hamil yang mengalami

(18)

KEK mempunyai resiko melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 5 kali lebih besar dibandingkan ibu hamil yang tidak KEK (Mustika, 2004). Jumlah bayi lahir dengan berat badan lahir rendah di Kota Ambon pada tahun 2005 mencapai 2.97% atau terdapat 144 bayi dari 4823 kelahiran hidup (Dinkes Kota Ambon 2006).

Kehamilan terkait dengan peningkatan berat badan ibu karena zat gizi yang dikonsumsi ibu hamil selain digunakan untuk pemenuhan gizi ibu juga digunakan untuk pertumbuhan fetus, peningkatan cairan amniotik dan pembentukan jaringan lainnya (Tayie & Lartey 2000). Faktor- faktor yang mempengaruhi pertambahan berat badan total ibu selama kehamilan adalah status gizi ibu sebelum hamil, etnik, umur dan paritas, aktivitas fisik, status sosial ekonomi dan kebiasaan konsumsi selama kehamilan (merokok dan minum alkohol) (IOM 1990).

Anjuran pertambahan berat badan selama kehamilan adalah 12.5 kg (Rosso 1990; Depkes 1997). Penambahan BB yang direkomendasikan untuk ibu hamil saat ini biasanya berpatokan pada indeks massa tub uh (IMT) ibu sebelum hamil. Sub Committee on Nutritional Status and Weight Gain During Pregnancy, Food and Nutrition Board (IOM, 1990) menetapkan anjuran pertambahan berat badan ibu hamil pada trimester kedua dan ketiga masing- masing menurut ukuran indeks massa tubuh (IMT) misalnya untuk ibu hamil dengan IMT normal rata-rata pertambahan berat badan adalah 0.4 kg per minggu, underweight 0.5 kg per minggu, serta obes 0.3 kg per minggu. Dengan demikian bila dikumulatifkan diperoleh rata-rata pertambahan berat badan selama kehamilan pada trimester kedua dan ketiga menurut IMT misalnya untuk ibu hamil dengan IMT normal adalah 4.8 kg dan 5.6 kg; underweight 6 kg dan 7 kg, serta obes 3.6 kg dan 4.2 kg (IOM 1990). Semakin rendah IMT ibu sebelum konsepsi, semakin tinggi kuantitas pertambahan BB yang diharapkan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Abrams et al (2000) anjuran pertambahan berat badan ibu selama kehamilan adalah sebagai berikut : wanita dengan BMI < 20 dianjurkan untuk menambah BB sebesar 12.5 - 18 kg. Wanita yang BMI sebelum hamilnya normal (20.0-26.0) idealnya bertambah BB sekitar 11.5-16 kg. Wanita yang termasuk kategori obes dianjurkan supaya pertambahan BB tak lebih dari 6 kg hingga masa akhir kehamilannya. Kenaikan berat badan selama hamil dapat digunakan sebagai

(19)

indeks untuk menentukan status gizi ibu hamil dan merupakan indikasi pertumbuhan fetal.

Panjang badan dan berat badan lahir serta skor Apgar sering digunakan untuk menilai secara keseluruhan baik fisik maupun adaptasi neonatal atau perkembangan bayi selama beberapa jam sesudah kelahiran. Rata-rata panjang dan berat badan normal untuk bayi baru lahir adalah masing- masing > 48 cm dan > 2500 gr (Depkes 1996). Skor Apgar untuk bayi normal berkisar antara 7-10. Status gizi bayi ditentukan oleh status gizi ibu selama kehamilan yang ditandai dengan pertambahan berat badan ibu serta status gizi ibu sebelum hamil (IMT). Pertambahan berat badan selama kehamilan yang rendah berkaitan dengan

peningkatan resiko retardasi pertumbuhan janin dan kematian prenatal (Neufeld dkk 2004).

Berdasarkan latar belakang di atas adalah penting untuk mengkaji hubungan antara IMT sebelum hamil dengan pertambahan berat badan ibu selama keha milan yang diduga berhubungan dengan tumbuh kembang bayi lahir. Terkait dengan hal tersebut maka lokasi penelitian yang dipilih adalah Kota Ambon, dengan melihat bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil dan dampaknya terhadap outcome berat bayi lahir adalah pengaruh demografi dan etnik.

Tujuan Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) sebelum hamil dengan pertambahan berat badan ibu selama kehamilan serta dampaknya terhadap tumbuh kembang bayi lahir di Kota Ambon.

(20)

Tujuan Khusus

1. Menganalisis pertambahan berat badan ibu menurut kategori berat badan, tinggi badan, dan indeks massa tubuh (IMT) serta pertambahan berat badan pada tiap trimester kehamilan

2. Menganalisis faktor- faktor yang berhubungan dengan pertambahan berat badan ibu hamil.

3. Menguraikan masalah gangguan tumbuh kembang pada bayi lahir (berat badan, panjang badan serta skor Apgar)

4. Menganalisis faktor- faktor yang berhubungan dengan gangguan tumbuh kembang bayi lahir.

Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan penyusunan program perbaikan gizi yang berkaitan dengan peningkatan derajat gizi dan kesehatan ibu hamil serta implikasinya terhadap peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberi informasi dalam rangka penentuan standar pertambahan berat ibu etnik Ambon selama kehamilan kaitannya berat badan bayi lahir normal.

(21)

Tumbuh Kembang Kehamilan

Pertumbuhan terjadi apabila sel bertambah banyak atau bertambah besar ukurannya. Ukuran pertumbuhan yang paling mudah dilihat adalah bobot badan atau tinggi badan (Myers 1992). Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah ukuran atau dimensi tingkat sel, organ dan tubuh. Proses pertumbuhan tersebut terjadi dalam tiga tahap, yaitu hiperplasia (bertambahnya jumlah sel), hiperplasia dan hipertrofi (bertambahnya jumlah, ukuran, dan kematangan sel), dan hipertrofi (bertambahnya ukuran dan kematangan sel). Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil proses pematangan. Papalia dan Olds (1989) menyatakan bahwa perkembangan manusia adalah perubahan secara kuantitatif dan kualitatif pada seseorang. Perubahan kuantitatif adalah perubahan yang terjadi seperti tinggi badan, berat badan dan umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Sedangkan kualitatif adalah perubahan pada berbagai macam struktur atau organisasi, seperti perubahan alami pada intelegensi atau dalam cara berpikir.

Proses tumbuh kembang kehamilan dimulai dari tahap konsepsi sampai lahir. Pertambahan berat badan selama selama hamil mencerminkan dinamika tumbuh kembang kehamilan (Whitney 1998). Komponen pertambahan berat badan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu produk konsepsi dan pertumbuhan jaringan maternal (ibu). Produk konsepsi mencakup fetus (janin), plasenta dan cairan amniotik. Secara rata-rata janin mewakili 25% pertumbuhan berat badan total ibu, plasenta 5% dan cairan amniotik 6%. Jaringan maternal mencakup uterus, jaringan mammae, darah, cairan ekstraseluler, dan cadangan (simpanan) lemak. Ekspansi jaringan maternal mencapai 2/3 dari total pertambahan berat badan ibu pada minggu ke-20. Pertambahan uterus dan jaringan mammae mewakili 10%, volume darah 10% dari pertambahan berat badan total, cairan ekstraseluler 10.4% dan 32% (WHO 1980; 1985 dalam Rosso 1990). Komposisi pertambahan berat badan total ibu selama kehamilan seperti pada Tabel 1.

(22)

Tabel 1 Komposisi pertambahan berat badan total ibu selama kehamilan Pertambahan Berat (g) pada

Komposisi

Jaringan Tubuh Minggu ke-10 Minggu ke-20 Minggu ke-30 Minggu ke-40 Komponen Maternal Simpanan Lemak Cairan Interstitial Darah Uterus Kelenjar mammae 310 0 100 140 45 2050 30 600 320 180 3480 80 1300 600 360 3345 1680 1250 970 405 Total (1) 592 3180 5820 7650 Komponen Janin Fetus Cairan Amniotik Plasenta 5 30 20 300 350 170 1500 750 430 3400 800 650 Total (2) 55 820 2680 4850 Total (1)-(2) 650 4000 8500 12500

Sumber : WHO (1980; 1985) dalam Rosso (1990)

Perubahan fisiologis selama kehamilan mengga mbarkan perkembangan janin dalam kandungan setiap minggu. Pada trimester pertama yang berawal dari konsepsi sampai minggu ke-12 dimana pada tahap ini tanda-tanda kehamilan belum nampak. Perut ibu belum membesar meskipun sebenarnya telah terbentuk bakal janin (embrio). Periode ini merupakan masa penyesuaian ibu terhadap kehamilannya, dimana terjadi penurunan selera makan (morning sickness) yang diakibatkan perubahan hormonal dan faktor emosi. Salah satu hasil penelitian di Bogor menunjukkan bahwa rata-rata pertambahan berat badan ibu hamil pada akhir trimester pertama adalah sebesar 1.0 kg (Husaini & Husaini 1986).

Memasuki trimester kedua (minggu ke-12 sampai minggu ke-28), perubahan-perubahan tubuh ibu mulai nampak, seperti perut tampak menonjol, wajah membulat, serta buah dada membesar. Perubahan-perubahan tersebut mengakibatkan berat badan ibu bertambah. Selera makan menjadi normal kembali bahkan semakin meningkat. Akibat yang mungkin ditimbulkan karena kekurangan gizi pada tahap ini adalah bobot bayi lahir di bawah normal. Kenaikan berat badan normal pada trimester kedua sebesar 3-8 kg. Pertambahan

(23)

berat badan merupakan perpaduan antara bertambahnya jumlah makanan yang dikonsumsi, bobot janin, plasenta, peningkatan suplai darah ke janin, penimbunan lemak, bertambahnya volume cairan, serta terjadinya pembesaran organ tubuh (rahim dan payudara). Pada usia kehamilan 6 bulan, gerakan janin di dalam rahim mulai terasa. Semakin mendekati masa persalinan, gerakan janin semakin kuat dan keras (Ganong 1987).

Pada periode kehamilan ketiga (minggu ke-28 sampai ke-40), proses kehamilan mengalami perkembangan yang cukup pesat. Perkembangan ini ditandai dengan semakin sempitnya ruang janin dan ujung rahim mencapai ujung tulang rusuk akibatnya bertambahnya bobot dan ukuran janin. Namun kekurangan gizi pada periode ini menyebabkan bayi lahir kecil, ibu kurang sehat dan lemah sehingga tidak mampu melaksanakan persalinan dengan sempurna. Rata-rata pertambahan berat badan yang dicapai pada akhir triwulan ketiga pada penelitian di Bogor adalah sebesar 3.8 kg (Husaini & Husaini 1986).

Perkembangan janin merupakan suatu proses yang rumit. Misalnya sistem-sistem utama secara keseluruhan (sistem-sistem yang berhubungan dengan jantung, pernapasan, pencernaan dan saluran kemih) yang terbentuk dan mulai berfungsi pada akhir bulan ketiga, pada saat mana janin sudah menjadi mahkluk hidup. Dalam banyak hal, tiga bulan pertama ini merupakan saat-saat yang paling kritis dalam pembentukan dan perkembangannya, karena hampir semua organ terbentuk pada saat-saat ini pula (Robert 2002). Proses perkembangan janin terjadi secara bertahap sesuai dengan umur kehamilan (Tabel 2).

Pertambahan berat badan total selama kehamilan (total weght gain) adalah berat badan sesaat sebelum melahirkan dikurangi berat badan sesaat sebelum konsepsi, sedangkan pertambahan berat badan netto selama kehamilan (net weight gain) adalah pertambahan berat badan total dikurangi berat badan bayi lahir. Laju pertambahan berat berat badan per minggu adalah berat badan yang bertambah pada periode waktu tertentu dibagi dengan lamanya periode waktu tersebut (dalam minggu) (IOM 1990).

(24)

Tabel 2 Perkembangan janin sesuai umur kehamilan

Umur Perkembangan

Minggu I • Terjadi pertemuan antara sel telur dan sperma (konsepsi)

• Sel telur yang telah dibuahi akan membentuk sel berbentuk bola

• Bola sel akan terus berkembang dan bergerak turun ke dinding rahim melalui saluran fallopi.

Minggu ke-2 • Bola sel tumbuh membentuk embrio kecil yang dibungkus oleh selaput pelindung amnion (amnion sac). Selaput pelindung ini berisi cairan amnion.

• Zat-zat gizi dan oksigen mulai diangkut menuju embrio melalui organ istimewa (ari-ari)

• Tulang belakang, jantung, sistem pernafasan, bakal tungkai, dan tangan mulai terbentuk

• Embrio tampak seperti monster kecil Minggu ke-4 • Panjang janin mencapai 2-2,5 cm

• Bakal lengan, tangan, jari-jari tangan, tungkai, kaki, dan jari-jari kaki mulai terbentuk

• Wajah dan tulang belakang mulai muncul dan berkembang.

• Rongga perut mulai terbentuk

• Kepala, rangka, dan jaring-jaringan otak mulai berkembang

• Jantung mulai berdetak

• Otak embrio mulai terbentuk

Minggu ke-6 • Embrio berkembang membentuk janin Minggu ke-9 • Panjang janin mencapai 10 cm

• Lengan, tangan, jari tangan, tungkai, kaki, dan jari-jari kaki mulai terbentuk (kuku sudah mulai terbentuk)

• Saluran kencing dan organ-organ lainnya mulai berkembang dan berfungsi, namun masih sulit terdeteksi. Minggu ke-12 • Panjang janin mencapai 23-28 cm

• Mata, telinga, hidung, dan mulut sudah mulai terbentuk sempurna

• Rambut dan organ-organ kelamin luar mulai terbentuk

• Gerakan janin di dalam perut sudah dapat dirasakan

• Janin mampu menelan dan tidur Minggu ke-20 • Panjang janin sekitar 30-35 cm

• Alis dan bulu mata mulai tumbuh. Mata mulai membuka

• Sidik jari tangan dan kaki mulai berkembang Minggu ke-26 • Panjang janin mencapai 38-40cm

• Lapisan lemak mulai terbentuk

• Janin mampu mengisap ibu jari, cegukan, mendengar suara, melihat cahaya, dan merasakan sentuhan

• Jika kondisi janin sehat, kemungkinan besar dapat bertahan hidup di luar rahim tanpa bantuan medis

Minggu ke-30 • Panjang janin mencapai 45-55 cm

• Paru-parunya telah berkembang secara sempurna Minggu ke-32 • Kuku jari telah tumbuh mencapai ujung jari

(25)

karena masih dalam tahap pertumbuhan Minggu ke-40 - ke-42 Masa persiapan persalinan

Sumber : Mandleco (2004)

Penelitian yang dilakukan di Jawa Tengah (Winkvist dkk 2002) menunjukkan bahwa pertambahan berat badan selama kehamilan adalah 8,3 ± 3,6 kg. Rata-rata pertambahan berat badan ibu hamil di Jawa Tengah pada trimester I adalah 0.96 kg, trimester II 4.08 kg dan trimester III 3.12 kg. Namun hasil penelitian Abrams, Carmichael dan Selvin (1995) yang dilakukan di California menunjukkan bahwa rata-rata pertambahan berat badan ibu hamil lebih besar dibandingkan penelitian di Jawa Tengah pada setiap trimesternya dengan rata-rata pertambahan berat badan pada trimester I adalah 2.03 kg, trimester II 6.76 kg dan trimester III 6.22 kg.

Perkiraan laju pertambahan berat badan pada tiap trimester masa kehamilan adalah trimester I = 1.3-1.8 kg (0.36 kg/minggu); trimester II = 5.5-6.4 kg (0.45 kg/minggu); trimester III = 3.6-4.5 (0.36-0.4 kg/minggu) (Zeisel 2002). Beberapa studi yang tersebar di berbagai negara menunjukkan bahwa pertambahan berat badan total ibu selama kehamilan (gestational weight gain) berada pada rentang 8-14 kg. Lebarnya pertambahan berat badan total ini disebabkan sangat bervariasinya kondisi ibu (misalnya tinggi badan, kondisi sosial ekonomi, tingkat konsumsi pangan). Menurut Rosso (1990), anjuran pertambahan berat badan selama kehamilan adalah 12.5 kg, sementara IOM (1990) menganjurkan 11 kg untuk pertambahan berat badan total ibu selama kehamilan. Rata-rata pertambahan berat badan yang dianjurkan selama kehamilan bagi ibu yang memiliki IMT normal adalah sekitar 9-12 kg (Bardosono 2006).

Periode kritis tumbuh kembang janin terjadi pada akhir bulan ketiga sampai lahir. Pertumbuhan janin terhambat, bayi prematur, dan BBLR merupakan dampak dari malnutrisi, kelainan kongenital, infeksi intrauterin, insufisiensi plasenta, ibu yang merokok dan peminum alkhol selama hamil (Villavieja dkk 1989). Pertumbuhan janin dan kesehatan maternal sangat tergantung pada

pertambahan berat badan yang cukup selama kehamilan (Whitney 1998). Faktor-faktor yang mempengaruhi pertambahan berat badan total ibu selama

(26)

aktivitas fisik, status sosial ekonomi dan kebiasaan konsumsi selama kehamilan (merokok dan minum alkohol) (IOM 1990).

Indeks Massa Tubuh (IMT)

Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorption) dan penggunaan (utilization) zat gizi (Riyadi 2001). Status gizi seseorang akan mencapai optimal, apabila kebutuhan gizinya dapat dipenuhi dari konsumsi pangannya. Status gizi ibu sebelum hamil sangat dipengaruhi oleh zat gizi yang telah dikonsumsi pada saat lampau, untuk itulah maka konsumsi pangan dan gizi sangat mempengaruhi terhadap pertambahan berat badan selama kehamilan dan status gizi bayi lahir.

Pengukuran antropometri yang direkomendasikan untuk menentukan status gizi remaja dan dewasa adalah indeks massa tubuh (IMT). IMT menurut umur diperoleh dari perhitungan sederhana berat badan individu (kg) dengan kuadrat tinggi badan (m2). 2 ) m ( Badan Tinggi ) kg ( Badan Berat IMT =

IMT digunakan juga untuk penilaian faktor resiko berbagai penyakit yang berkaitan dengan kelebihan berat badan. Di negara-negara industri, IMT pada remaja berhubungan positif signifikan dengan tekanan darah diastol atau dengan kata lain IMT berhubungan dengan tekanan darah. Seseorang dengan IMT diatas ambang batas aman mempunyai resiko memiliki tekanan darah dia stol yang tinggi (Riyadi 2003). Standar indeks massa tubuh untuk masyarakat Asia-Pasifik yang ditetapkan oleh Komite Obesitas Asia Pasifik dilakukan berdasarkan faktor resiko dan morbiditas (WHO 2000) adalah sebagai berikut:

Tabel 3 Klasifikasi IMT menurut kriteria Komite Obesitas Asia Pasifik

Kategori IMT (kg/m2) Resiko Penyakit

Kurus (underweight) < 18.5 Rendah

Normal (ideal) 18.5 – 22.9 Rata-rata

Overweight = 23

At risk 23.0 – 24.9 Meningkat

Obes I 25.0 – 29.9 Sedang

Obes II 30 Berbahaya

(27)

Di Indonesia khususnya, cara pemantauan dan batasan berat badan normal orang dewasa belum jelas mengacu pada patokan tertentu (Sup riasa dkk 2001). Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian di beberapa negara berkembang. Akhirnya diambil kesimpulan nilai titik batas IMT yang direkomendasikan untuk Indonesia adalah seperti pada Tabel 4 dan 5.

Tabel 4 Nilai titik batas yang direkomendasikan untuk remaja dan dewasa

Kategori IMT Nilai titik batas

Kurus Sekali < 17.0 Kurus 17.0 – 18.4 Normal 18.5 – 24.9 Gemuk 25.0 – 27 Obes > 27 Sumber : Depkes (1994)

Tabel 5 Nilai titik batas yang direkomendasikan untuk remaja dan dewasa

Kategori IMT Nilai titik batas

Kurus < 18.5 Normal 18.5 – 25 Gemuk sehat > 25 Obes I > 27 Obes II = 30 Sumber : Depkes (2002)

Masalah gizi pada remaja akan berdampak negatif pada tingkat kesehatan masyarakat, salah satu diantaranya adalah resiko melahirkan bayi dengan BBLR (Depkes 2003). Berat badan sebelum hamil dan kenaikan berat badan selama hamil berpengaruh terhadap kesehatan dan pertumbuhan janin dalam kandungan. Pertambahan berat badan selama hamil disesuaikan dengan indikator IMT, misalnya bila berat badan ibu sebelum hamil adalah normal, maka kenaikan berat badan ibu sebaiknya antara 9-12 kg. Berat badan sebelumnya adalah berlebih, maka kenaikan berat badannya cukup antara 6-9 kg. Bila sebelum keha milan berat badan ibu adalah kurang, maka kenaikan berat badan sebaiknya antara 12-15 kg Jika ibu mengandung bayi kembar dua atau lebih, maka kenaikan berat badan selama kehamilan harus lebih banyak lagi, tergantung dari jumlah bayi yang dikandung (Poernomo 2006).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Jenifer (2004) menunjukkan bahwa pertambahan berat badan bayi berasosiasi kuat dengan IMT ibu sebelum hamil,

(28)

dalam hal ini berkaitan dengan durasi menyusui dan waktu yang tepat dalam pemberian makanan pendamping ASI. Status gizi sebelum hamil termasuk kategori kurus maupun obes mempunyai masa pemberian ASI yang relatif singkat dibandingkan dengan IMT ibu yang sebelum hamil adalah normal. Menurut Alton (2005) bahwa IMT sebelum hamil merupakan standar pertambahan berat badan selama hamil untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal. Lebih lanjut dikatakan bahwa IMT sebelum hamil termasuk kurus serta pertambahan berat badan yang tidak cukup dapat meningkatkan resiko melahirkan bayi dengan prematur dan BBLR.

Indeks massa tubuh (IMT) sebelum hamil dan pertambahan berat badan selama kehamilan secara normal menggambarkan hubungan yang positif signifikan dengan status gizi bayi lahir. Siega-Riz et al (1996) menyatakan bahwa IMT sebelum hamil < 19.8 mempunyai kemungkinan dua kali lebih besar melahirkan prematur, meskipun pertambahan berat badan selama hamil sama dengan ibu yang mempunyai IMT sebelum hamil normal. Wanita yang bertambah berat badannya 80% dari acuan pertambahan berat badan selama hamil (12.5 kg), memiliki bayi yang berat lahirnya lebih tinggi dari ibu yang pertambahan beratnya di bawah batas tersebut (FAO/WHO 1985). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa berat bayi lahir akan meningkat seiring dengan meningkatnya pertambahan berat badan ibu selama kehamilan. Hal ini sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan para peneliti lainnya (Devadas & Chandy 1980; Calandra & Abel 1981; Fawzi & Forman 1997). Hubungan antara IMT sebelum hamil dengan pertambahan berat badan ibu selama kehamilan seperti pada Tabel 5.

Tabel 6 Anjuran pertambahan berat badan total ibu selama keha milan menurut IMT

Kategori Indeks Massa Tubuh Anjuran Pertambahan Berat Badan (kg)

Kurus (IMT < 19.8) 12.5-18.0 Normal (IMT 19.8-25) 11.5-16.0 Gemuk(IMT 26.-29) 7.0-11.5 Obes (> 29) 7.0 Sumber : IOM (1990)

(29)

Masalah Gizi dan Kesehatan Ibu Hamil

Masa kehamilan trimester pertama atau saat kehamilan mencapai 1-3 bulan, adalah masa penyesuaian tubuh ibu terhadap awal kehamilannya. Pada masa ini ibu hamil memasuki masa anabolisme yaitu masa untuk menyimpan zat gizi sebanyak-banyaknya dari makanan yang disantap setiap hari untuk cadangan persediaan pada trimester berikutnya. Dalam keadaan ini biasanya ibu hamil mengalami mual, muntah- muntah, dan tidak berselera makan, sehingga asupan makanan perlu diatur. Makanan sebaiknya diberikan dalam bentuk kering, porsi kecil, dan frekuensi pemberian yang sering. Jika diperlukan, bisa mengkonsumsi suplemen vitamin dan mineral untuk menunjang pertumbuhan janin. Namun, hal itu perlu konsultasi dengan dokter atau ahli gizi terlebih dahulu (Soekirman 2006). Keadaan demikian menyebabkan bayi yang lahir sekarang ini tidak memenuhi potensi genetiknya dalam tubuh dan berkembang selain karena faktor utama tidak tercukupnya penyediaan zat makanan juga faktor sosial dan atau biologis (Linder 1992).

Banyak kepercayaan, kebiasaan dan adat istiadat yang berhubungan dengan makanan ibu selama kehamilan. Ada kebiasaan yang menyehatkan dan ada juga kebiasaan yang merugikan kehamilan. Ada kebiasaan yang melarang ibu makan ikan dan daging, sehingga banyak ibu hamil menderita kekurangan protein hewani dan akhirnya melahirkan bayi kecil dan kurang gizi serta perkembangan otaknya tidak sempurna. Kebiasaan ini salah dan tidak boleh ditiru, karena dalam keadaan hamil, ibu membutuhkan hampir dua kali lebih banyak protein dibandingkan ketika ibu hamil tidak usah besar, karena anak yang ukurannya besar susah dilahirkan. Berbagai nasehat dari orangtua, dari dukun atau sesepuh keluarga melarang ibu hamil makan banyak. Akibat banyak makanan yang menjadi pantangan selama hamil, makanan bergizi tidak lagi menjadi menu hariannya. Hal ini berdampak buruk terhadap kesehatan ibu serta pertumbuhan dan perkembangan janin (Nadesul 1996).

Pada wanita hamil tertentu timbul gejala ngidam yaitu ibu menginginkan makanan- makanan tertentu yang dapat berasal dari bahan makanan atau bukan bahan makanan. Wanita hamil yang menginginkan mengkonsumsi sesuatu yang bukan berasal dari makanan disebut pica. Pica umumnya dikenal di antara wanita

(30)

Amerika turunan Afrika dan sering diasosiasikan dengan anemia kekurangan zat besi. Pica adalah suatu kebudayaan unik yang menggambarkan hikayat bangsa tersebut ratusan tahun yang lalu yang percaya bahwa makan ”bahan” tertentu dapat menghilangkan enek dan memperoleh bayi yang sehat serta memudahkan kelahiran, namun ternyata tidak terbukti (Soekirman 2006). Menurut Giardino (2002) mendefinisikan pica sebagai suatu kebiasaan mangkonsumsi bahan yang tidak mempunyai nilai gizi atau non nutritif. Secara umum faktor- faktor penyebab pica adalah orangtua atau kondisi psikopatologi, depresi lingkungan, epilepsi, kerusakan otak, retardasi mental dan gangguan pertumbuhan.

Selama kehamilan, prevalensi anemia meningkat dari trimester pertama ke trimester ketiga, keadaan ini terjadi karena volume plasma ibu meningkat sebagai akibat adanya reaksi fisiologi yang normal pada ibu hamil. Meskipun massa sel darah merah juga meningkat selama kehamilan, tetapi peningkatannya tidak sejalan dengan peningkatan volume plasma (Ladipo 2000). Sebagian besar hasil penelitian membuktikan bahwa anemia pada ibu hamil meningkatkan resiko melahirkan bayi dengan BBLR. Masalah gizi pada ibu hamil yang paling banyak dijumpai di Indonesia adalah anemia dengan prevalensi 40% pada tahun 2001 (Depkes 2003). Masalah anemia merupakan masalah gizi mikro terbesar dan tersulit diatasi di seluruh dunia (Soekirman 2000).

Manifestasi dari masalah gizi makro pada ibu hamil yang kekurangan energi kronik (KEK) adalah berat badan bayi baru lahir rendah (BBLR). Masalah gizi makro adalah masalah yang utamanya disebabkan kekurangan atau ketidakseimbangan asupan energi dan protein. Ibu hamil yang menderita KEK mempunyai risiko kematian ibu mendadak pada masa perinatal atau risiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR). Pada keadaan ini banyak ibu yang meninggal karena perdarahan, sehingga akan meningkatkan angka kematian ibu dan anak. Data Susenas pada tahun 1999 menunjukkan bahwa ibu hamil yang mengalami resiko KEK adalah 27,6%. Selain bumil KEK yang masih cukup tinggi juga terdapat wanita usia subur yang menderita kekurangan energi kronis (KEK) pada tahun 2002, yaitu sebanyak 17,6 persen dari populasi atau sejumlah 11,7 juta orang, meskipun jumlah tersebut turun dari 24,9 persen pada tahun 1999 (Depkes 2003).

(31)

Perubahan fisiologis kehamilan dapat secara drastis menganggu kebutuhan insulin, dan kehamilan dapat meningkatkan proses terjadinya gangguan pembuluh darah yang menyertai diabetes melitus (DM). Kebutuhan insulin rendah pada awal trimester I, dan mulai meningkat pada akhir trimester I bersamaan dengan peningkatan penggunaan glukosa dan cadangan glikogen oleh ibu dan janin. Ibu hamil yang menderita diabetes mudah terkena preeklampsia, keracunan kehamilan (toksemia), dan polihidramnios (kelebihan cairan amniotik). Efek DM pada bayi dalam kandungan antara lain keguguran, kematian bayi dalam kandungan (karena asidosis, keracunan kehamilan, dan terlalu banyak air ketuban) dan kematian bayi setelah lahir (As’ad 2002).

Peningkatan tekanan darah (Pregnancy Induced Hypertension) merupakan bentuk hipertensi yang timbul pada akhir-akhir kehamilan. Tanda-tanda PIH yaitu sakit kepala/pusing, penglihatan kabur, dan berat badan meningkat secara tiba-tiba. Adanya edema pada PIH menyebabkan pembengkakan pada muka, tangan, kaki, dan mata kaki (Soekirman 2006). Preklampsia-eklampsia merupakan penyakit pada wanita hamil yang secara langsung disebabkan oleh kehamilan. Preeklamp sia adalah hipertensi dengan kadar protein urin meningkat dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Eklampsia adalah timbulnya kejang pada penderita preeklampsia yang disusul koma (Sudhaberata 2001). Preeklampsia berat dan eklampsia masih merupakan

salah satu penyebab utama kematian maternal dan perinatal di Indonesia (Abidin 2006).

Hipoksia dan sianosis merupakan dampak dari kelainan jantung yang diderita oleh ibu selama kehamilan. Hal ini berdampak buruk terhadap kualitas kehamilan, terutama janin yang dikandung misalnya abortus, prematur, janin akan menderita hipoksia dan gawat janin dalam persalinan, sehingga neonatus lahir mati atau dengan nilai Apgar yang rendah. Komplikasi prematuritas dan BBLR pada penderita jantung dalam kehamilan lebih sering terjadi pada ibu dengan volume plasma pada usia kehamilan 32 minggu dan partus kala 1 yang lebih rendah. Nifas juga merupakan masa yang berbahaya dan mengancam keselamatan ibu. Setiap infeksi, baik pada alat kandungan maupun yang lain- lain, dapat menyebabkan endokarditis bakterial (As’ad 2002).

(32)

Di Indonesia angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) mengalami penurunan, namun demikian pada kenyataannya angka tersebut masih cukup tinggi. Angka kematian ibu (AKI) pada tahun 2003 adalah 307 per 100 000 kelahiran hidup, jauh menurun bila dibandingkan AKI 1990 yaitu 450 per 100 000 kelahiran hidup. Pada kurun waktu yang sama juga angka kematian bayi (AKB) mengalami penurunan dari 51 per 1000 kelahiran hidup menjadi 35 per 1000 kelahiran hidup (WKNPG 2004). Hasil survei menunjukkan bahwa komplikasi penyebab kematian ibu yang terbanyak adalah karena pendarahan, hipertensi selama kehamilan, infeksi, partus lama dan komplikasi keguguran. Sedangkan AKB yang baru lahir disebabkan asfiksia, infeksi dan berat bayi lahir rendah (Azwar 2005).

Tingginya angka kelahiran berat badan lahir rendah merupakan manifestasi keadaan masyarakat yang buruk yang dapat mengakibatkan gangguan terutama pada bayi menyebabkan gangguan kecerdasan yang tidak bisa dipulihkan. Oleh karena itu akhir-akhir ini pemerintah dan lembaga kesehatan internasional menaruh perhatian yang tinggi pada pengentasan masalah gizi dan kesehatan ibu hamil sedini mungkin agar ”reproduksi sosial” melahirkan sumberdaya manusia yang berkualitas (UNICEF 1997).

Hambatan pertumbuhan janin pada hampir 50% kasus disebabkan gizi ibu yang buruk yang ditandai oleh rendahnya pertambahan berat badan ibu hamil dan berat badan ibu sebelum hamil. Sebanyak 30% ibu hamil di Asia Tenggara dan 10-20% dibagian lain, mempunyai postur tubuh pendek dan berat badan rendah, melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu kurang dari 2500 gram. Menurut Depkes (2003) bahwa selama periode tahun 1990-2000 terdapat 2-17% bayi. Jika proporsi ibu hamil 2.5% dari total penduduk maka diperkirakan 355 000-710 000 BBLR dari 5 juta bayi lahir per tahun. Keadaan ini disebabkan pendeknya periode kehamilan (kurang dari 37 minggu) atau gangguan pertumbuhan intrauterin (janin kecil dengan umur kehamilan cukup). Bayi BBLR memiliki kesempatan kecil untuk bertahan hidup dan ketika bertahan mereka mudah terkena penyakit, retardasi pertumbuhan dan gangguan perkembangan mental (Norton 1994).

(33)

Berdasarkan laporan yang diperoleh dari Puskesmas se-Kota Ambon, maka jumlah bayi di bawah umur 1 (satu) tahun yang meninggal pada tahun 2001 adalah 1.5/1000 KLH, tahun 2002 sebanyak 10.7/1000 KLH, tahun 2003 5.5/1000, tahun 2004 4.2/1000 KLH dan pada tahun 2005 6.3/1000KLH. Penyebab utama kematian bayi berdasarkan laporan Puskesmas dan RS adalah BBLR dan penyebab lainnya. Jumlah BBLR pada lima periode terakhir yakni pada tahun 2001 mencapai 178 dari 7903 kelahiran hidup, tahun 2002 dari 5616 kelahiran hidup terdapat 90 bayi dengan BBLR, kemudian pada tahun 2003 dari 5524 kelahiran hidup terdapat 127 bayi BBLR, dan pada tahun 2004 terdapat 109 bayi BBLR dari 4725 bayi yang lahir hidup, serta pada tahun 2005 terdapat 144 BBLR dari 4823 kelahiran hidup (Gambar 1).

0 2 4 6 8 10 12 Jumlah 2001 2002 2003 2004 2005 Tahun

Angka Kematian Bayi Di Kota Ambon Tahun 2001-2005 (Per 1000 KLH) 0 20 40 60 80 100 120 Jumlah 2001 2002 2003 2004 2005 Tahun

Angka Kematian Ibu di Kota Ambon Tahun 2001-2005 (Per 100.000 KLH)

Gambar 1 AKB, AKI, dan BBLR di Kota Ambon Periode 2001-2005. Sumber : Dinkes Kota Ambon (2006)

0 50 100 150 200 Jumlah 2001 2002 2003 2004 2005 Tahun

Angka Kelahiran Bayi dengan BBLR di Kota Ambon Tahun 2001-2005

(34)

Kebutuhan dan Kecuk upan Gizi Ibu Hamil

Masa kehamilan merupakan periode yang sangat menentukan kualitas sumberdaya manusia di masa depan, karena tumbuh kembang anak sangat ditentukan oleh kondisi saat janin masih dalam kandungan. Jika keadaan kesehatan dan status gizi ibu hamil baik, maka janin yang dikandungnya akan baik juga. Kekurangan pada saat hamil akan mempengaruhi keadaan fisik dan mental anak hingga dewasa (Jalal & Atmojo 1998)

Kebutuhan gizi ibu meningkat selama hamil karena terjadi peningkatan dalam volume darah, plasenta, uterus, kelenjar susu dan lemak. Hal ini sangat penting untuk pertumbuhan janin. Ketidakcukupan zat gizi pada awal trimester pertama dapat menyebabkan keguguran dan kelainan bawaan (IOM 1990).

Sementara intik makanan selama hamil menurun pada trimester pertama kahamilan dan meningkat kembali mulai bulan keempat. Untuk menjaga kondisi janin pada trimester I, status gizi ibu selama hamil harus diperhatikan. Beberapa faktor yang mempengaruhi intik makanan selama hamil adalah hormon, aliran gizi untuk janin, pengeluaran energi ekstra dan penurunan aktivitas fisik. Hormon progesteron meningkat pada pertengahan masa gestasi sehingga dapat menstimulasi nafsu makan (Rosso 1990).

Pemindahan zat makanan ke dalam fetus dipengaruhi oleh mekanisme endokrin reproduksi, aliran darah dan konsentrasi relatif dari zat makanan dalam sirkulasi fetus mela lui ibu. Plasenta merupakan tempat merupakan tempat utama untuk pertukaran metabolik di antara ibu dan janin. Permeabilitas plasenta adalah selektif bahkan untuk zat- zat yang berhubungan erat seperti antibodi terhadap

virus dan bakteri, antibodi terhadap virus lebih mudah melalui plasenta (sebagai igG) ketimbang antibodi terhadap bakteri (biasanya igM). Kebanyakan

pemindahan kalsium, zat besi, dan imunoglobulin ke janin terjadi di dalam trimester terakhir, dengan akibat bayi yang dilahirkan secara prematur mungkin mempunyai kebutuhan yang luar biasa akan kalsium dan zat besi dan kerentanan yang luar biasa terhadap infeksi (Linder 1992).

Selain intik energi dan protein, beberapa zat gizi mikro diperlukan terutama untuk produksi enzim, hormon, pengaturan proses biologis untuk pertumbuhan dan perkembangan, fungsi imun dan sistem reproduksi. Defisiensi zat gizi mikro

(35)

sering dijumpai terutama pada masa pertumbuhan cepat, kehamilan dan menyusui. Intik zat gizi mikro yang rendah pada saat kehamilan dapat meningkatkan resiko terhadap ibu dan outcome kelahiran yang merugikan. Oleh karena itu direkomendasikan untuk pemberian suplemen zat gizi mikro selama kehamilan

seperti besi, asam folat, seng, vitamin A, kalsium dan iodium (Ladipo 2000).

Banyak penelitian membuktikan bahwa vitamin A mempunyai peran yang penting terhadap ketahanan penyakit infeksi. Defisiensi vitamin A juga menyebabkan ketidaknormalan myelin (Dhopeshwarkar 1983). Vitamin C mendukung otak memanfaatkan protein dan vitamin B kompleks untuk pembentukan sel myelin dan neurotransmiter. Defisiensi vitamin C dan asam folat akan mengakibatkan kelainan yang disebut spina bifida, suatu keadaan dimana tulang ubun-ubun tidak menutup. Zat besi diperlukan untuk pembentukan energi, pengangkutan oksigen darah serta penyusunan neurotransmiter dan DNA. Bayi yang lahir dari ibu yang anemia akan mengalami defisiensi besi dengan akibat disfungsi otak dan gangguan perbanyakkan jumlah sel otak. Anemia gizi besi pada ibu hamil berakibat luas, antara lain resiko berat bayi yang dilahirkan rendah, pendarahan ibu, infeksi setelah lahir dan partus lama. Angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan bagi ibu hamil seperti pada Tabel 6.

Tabel 7 Tingkat kecukupan energi dan zat gizi ibu hamil yang dianjurkan

Angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan per hari Energi dan zat gizi

Trimester I Trimester II Trimester III

Energi (Kkal) 2080 2200 2200

Protein (g) 67 67 67

Kalsium (mg) 950 950 950

Phosphor (mg) 600 600 600

Zat besi (Fe) (mg) 26 35 39

Vitamin A 800 800 800 Vitamin C 85 85 85 Vitamin B1 (mg) 1,3 1,3 1,3 Vitamin B2 (mg) 1,4 1,4 1,4 Vitamin B3 (mg) 18 18 18 Vitamin B6 (mg) 1,7 1,7 1,7 Vitamin B12 (mg) 2,6 2,6 2,6 Asam Folat (µg) 600 600 600 Yodium (µg) 200 200 200 Seng (mg) 11 13,5 19,1 Sumber : WKNPG VIII (2004)

(36)

Tumbuh Kembang Bayi Lahir

Tumbuh kembang adalah proses yang berkelanjutan sejak didalam kandungan sampai dewasa, yang terjadi secara bersama-sama. Pertumbuhan anak adalah proses perubahan jasmani secara kuantitatif berupa pertambahan ukuran dan struktur tubuh (Anwar 2002). Perkembangan merupakan hasil proses pematangan organ-organ tubuh yang berlangsung menurut pola dan arah tertentu. Pengukuran tingkat perkembangan lebih difokuskan pada tahap perkembangan mental dan psikomotorik (Bayley 1993). Apabila seorang anak dalam pertumbuhan fisiknya mengalami gangguan (sering sakit-sakitan), maka akan mengalami kelambatan dalam perkembangan aspek lainnya, seperti

kecerdasannya kurang berkembang dan mengalami kelebihan emosional (Jusuf 2000). Kualitas sumberdaya manusia (SDM) hanya bakal optimal jika gizi

dan kesehatan pada beberapa tahun pertama kehidupannya di masa bayi baik dan seimbang. Secara global, tercapainya keadaan gizi dan kesehatan yang baik serta seimbang ini merupakan salah satu tujuan utama Millennium Development Goals (MDG) 2015 yang dirancang UNICEF (Soenardi 2006)

Berat badan bayi lahir sangat ditentukan oleh kondisi ibu. Penyakit yang diderita seorang ibu hamil, misalnya infeksi paru-paru, bisa mempengaruhi kondisi janin. Darah si ibu akan tersuplai ke tubuh janin sehingga bayi menderita penyakit atau kelainan organ tubuh. Inilah yang menyebabkan bayi menjadi kurus. Penyebab lainnya adalah kurangnya asupan nutrisi yang dikonsumsi ibu saat hamil. Jika zat gizi yang diterima dari ibunya tidak mencukupi maka janin tersebut akan mengalami kurang gizi dan lahir dengan berat badan rendah yang mempunyai konsekuensi kurang menguntungkan dalam kehidupan berikutnya (As’ad 2002). Penilaian status gizi bayi lahir dapat ditentukan secara langsung melalui antropometri yakni berat badan dan panjang badan serta penilain adaptasi neonatal dengan menggunakan skor Apgar, yang semua itu sangat dipengaruhi oleh asupan gizi ibu selama kehamilan yang diekspresikan melalui pertambahan berat badan ibu.

Pengukuran pertumbuhan bayi sebagai manifestasi pertumbuhan dalam kandungan adalah ukuran bayi saat lahir yaitu : berat badan, panjang badan (kepala sampai tumit) dan lingkar kepala (Barker et al., 1993). Penilaian status

(37)

gizi bayi lahir, selain dinilai dari berat badan lahir, panjang badan lahir dan lingkar kepala, juga dapat dinilai berdasarkan Z-skor dengan menggunakan indeks berat badan menurut umur (BB/U) dan panjang badan menurut umur (PB/U) (WHO 1995). Rendahnya nilai BB/TB (wasting) sering digunakan sebagai indikator kekurangan gizi akut, rendahnya nilai PB/U (stunting) sebagai indikator kekurangan gizi kronik serta rendahnya nilai BB/U dapat digunakan sebagai indikator kekurangan gizi kronik maupun akut (Gibson 1990). Menurut ukuran standar WHO (1995) dikatakan normal bila Z-skor dari -2 SD sampai 2 SD, underweight dan stunting bila Z-skor < -2 SD sedangkan untuk underweight berat dan stunting berat bila Z-skor < -3 SD atau dengan kata lain kategori gizi kurang bila Z-skor <-3 SD sampai -2 SD dan gizi buruk bila Z-skor < -3 SD. Ukuran standar lain yang sering digunakan untuk menilai status gizi bayi lahir yang normal adalah BB dan PB yakni masing- masing 2500-4000 g dan 44-53 cm (Marjono 1999).

Perkembangan bayi baru lahir dilakukan melalui penilaian skor Apgar untuk menentukan keadaan bayi pada menit ke 1 dan ke 5 sesudah lahir. Nilai pada menit pertama : untuk menentukan seberapa jauh diperlukan tindakan resusitasi. Nilai ini berkaitan dengan keadaan asidosis dan kela ngsungan hidup. Nilai pada menit kelima : untuk menilai prognosis neurologik. Ada pembatasan dalam penilaian Apgar ini, yaitu : (1). Resusitasi segera dimulai bila diperlukan, dan tidak menunggu sampai ada penilaian pada menit pertama.2. Keputusan perlu-tidaknya resusitasi maupun penilaian respons resusitasi dapat cukup dengan menggunakan evaluasi frekuensi jantung, aktifitas respirasi dan tonus neuromuskular, daripada dengan nilai Apgar total. Hal ini untuk menghemat waktu. Skor Apgar 7-10 untuk kategori bayi dalam kondisi sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewah; skor 4-6 pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada; skor 0-3 pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100 kali permenit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada. (Nanda 2001). Berikut ini skor Apgar dan hubungannya dengan prognosis menurut US Collaborative Perinatal

(38)

Project untuk katogori cacat jangka panjang pada bayi yang berhasil hidup, atau mati pada masa neonatal (Tabel 7).

Tabel 8 Sistem pengukuran skor Apgar pada bayi baru lahir

Karakteristik Skor 0 Skor 1 Skor 2

Penampilan Nadi

Seringai pada pembersihan jalan napas

Aktivitas

Upaya bernafas (respirasi effort)

Putih 0 0 0 0 Biru < 100 kali /menit Sering Fleksi spontan Hembusan nafas Merah jambu > 100 kali/menit Batuk, bersin Aktif Teratur, menangis Skor : dinilai pada 1 dan 5 menit (Habel 1988)

Keterangan : 0-3 pada 1 menit : asfiksia berat dan 5 menit : resiko palsi serebral; resiko kematian 44 % dan resiko cacat (5%) jika hidup

4-6 pada 1 menit : asfiksia sedang sampai berat 7-10 pada 1 menit : tidak ada asfiksia yang berarti.

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tumbuh Kembang Bayi Lahir

Dari keseluruhan masa tumbuh kembang anak, pertumbuhan janin di dalam kandungan merupakan masa perkembangan yang paling penting. Berawal dari dua sel (sel telur dan sperma) berubah menjadi suatu bayi yang dapat tersenyum, menangis, dan melakukan hal- hal lainnya; yang berarti dari kedua sel ini perlahan- lahan mulai terbantuk tangan, kaki, kepala, tubuh, mata, hidung, mulut, telinga, dan organ-organ bayi. Apabila tiba-tiba terjadi gangguan atau penyimpangan pada masa ini, maka menimbulkan resiko bayi lahir dengan keterbelakangan mental sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangan otak yang kurang sempurna (Nadesul 2006).

Adapun faktor- faktor yang berhubungan dengan tumbuh kembang bayi lahir terbagi dalam dua faktor ya itu : (1) faktor lingkungan sebelum lahir dan (2) faktor lingkungan setelah lahir. Faktor lingkungan sebelum lahir antara lain intik gizi ibu pada waktu hamil, pengaruh mekanis (trauma waktu lahir dan cairan ketuban yang sedikit), penggunaan obat-obatan dan zat toksin, endokrin, radiasi, infeksi, stres, morbiditas dan anoksia embrio. Faktor lingkungan setelah lahir menggambarkan keberhasilan bayi baru lahir setelah melewati masa transisi dari suatu sistem yang sebagian besar tergantung pada organ-organ ibunya, ke suatu sistem yang tergantung pada kemampuan genetik dan mekanisme homeostatis bayi itu sendiri. Faktor lingkungan setelah lahir meliputi gizi anak,

(39)

penyakit-penyakit, gangguan hormon, perumahan, kebersihan, stimulasi, stres, kasih

sayang, stabilitas rumah tangga, adat istiadat, dan sebagainya (Soetjiningsih 2000).

Menurut WHO (1978) faktor resiko kehamilan yang mempunyai hubungan dengan tumbuh kembang bayi lahir terbagi menjadi menjadi tiga hal utama antara lain :

1. Resiko sebelum terjadinya konsepsi (umur, pend idikan, status sosial, paritas, jarak kelahiran, dan pernah mempunyai janin atau bayi lahir mati) 2. Resiko pada masa kehamilan (pernah mengalami komplikasi pada

persalinan terdahulu, pendarahan, anemia, berat badan, tekanan darah, posisi janin, kehamilan ganda, kehamilan > 9 bulan, proteinuria)

3. Resiko saat persalinan (persalinan lama, jumlah pendaraha n, dan pertolongan persalinanan).

Seiring dengan berkembangnya penelitian yang berhubungan dengan obstetri ginekologi maka beberapa para ahli mengemukakan bahwa karakteristik ibu hamil yang diduga berhubungan dengan tumbuh kembang bayi lahir dapat dibedakan menjadi dua golongan yakni faktor sosio demo grafi dan faktor medik obstetri. Faktor sosio demografi antara lain meliputi : umur ibu dan nomor urut anak yang dilahirkan, pendidikan ibu, status ibu (cerai, meninggal, madu), status ekonomi, perokok berat atau pecandu narkotika. Sedangkan faktor medik obstetri mencakup : riwayat kesehatan yang diketahui pada kunjungan pertama ke tempat pemeriksaan, pengamatan kesehatan selama kehamilan, keadaan pada waktu melahirkan dan keadaan gizi ibu (Husaini 1990).

Faktor riwayat kesehatan kehamilan antara lain : pernah menderita sakit kuning, tuberkolosis, tipus atau ginjal yang kronis sebelum hamil, pernah aborsi atau keguguran sebelumnya, pernah melahirkan bayi kurang bulan, pernah melahirkan bayi BBLR, eklampsia, jarak kehamilan kurang dari 6 bulan, serta kehamilan ketiga dalam waktu dua tahun terakhir. Pengamatan kesehatan selama kehamilan meliputi pemeriksaan kadar Hb (< 11 g ; terendah 9.5 g), tekanan darah (> 150/90 mmHg), protein dalam urin positif, terjadi pendarahan, dan eklampsia. Hal-hal yang mencakup dalam pengamatan pada waktu melahirkan adalah : proses partus lama, bayi lahir tidak segera nangis, bayi lahir biru, ketuban pecah

(40)

dini, sebelum melahirkan keluar darah segar, setelah melahirkan terjadi pendarahan, dan tungkai bengkak. Keadaan gizi ibu meliputi berat badan sebelum hamil (< 45.0 kg), tinggi badan (< 150 cm), pertambahan berat badan tidak adekuat (< 1 kg/bulan) dan pertambahan berat badan berlebihan (> 1 kg/bulan) selama kehamilan (Arisman 2002). Ibu hamil yang mengalami satu atau lebih faktor resiko diatas, maka akan berdampak terhadap kualitas janin yang dikandung dan pada akhirnya terjadi gangguan tumbuh kembang bayi lahir.

Sanitasi lingkungan memiliki peran yang cukup dominan dalam penyediaan lingkungan yang mendukung kesehatan dan tumbuh kembang bayi lahir. Menurut Pudjiadi (2001) bahwa lingkungan yang bersih merupakan faktor yang berperan dalam mempengaruhi pertumbuhan bayi. Sanitasi lingkungan yang buruk baik dari keluarga maupun lingkungan itu sendiri dapat menciptakan kondisi yang tidak sehat, sehingga berpeluang besar terhadap munculnya berbagai penyakit infeksi terutama untuk kelompok ibu hamil yang sangat rentan karena pada akhirnya akan menganggu tumbuh kembang bayi yang dilahirkan. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Suhardjo dan Riyadi (1990) yang juga menyatakan adanya hubungan timbal balik antara infeksi bakteri, virus dan parasit dengan gizi kurang. Lebih lanjut menurut Sediaoetomo (1996) bahwa penyakit infeksi dari investasi cacing dapat memberikan hambatan utilisasi zat gizi yang menjadi dasar timbulnya penyakit kurang gizi pada ibu hamil. Infeksi, intrauterine yang menyebabkan cacat bawaan adalah TORCH (Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes Simplex). Infeksi lain yang dapat menyebabkan penyakit pada janin adalah varisella, Coxsackie, Echovirus, malaria, HIV, polio, campak, Listeriosis, leptospira, mikoplasma, virus influensa, dan virus hepatitis. Diduga setiap hiperpireksia pada ibu hamil dapat merusak janin (Prawirohardjo 1987)

Berbagai faktor penyebab yang secara tidak langsung yang berkaitan dengan tumbuh kembang bayi lahir adalah yang disebut sebagi faktor sosio demografi antara lain : pendidikan orang tua, pekerjaan, pendapatan, dan besar keluarga. Dari sekian banyak faktor antara yang mempengaruhi kematian ibu dan bayi, menurut Utomo (1985) adalah pendidikan ib u. Tingkat pendidikan ibu berpengaruh terhadap tingkat pengertiannya pada perawatan kesehatan dan

(41)

higiene, perlunya pemeriksaan kehamilan dan pasca persalinan, serta kesadarannya terhadap kesehatan anak dan keluarganya. Disamping itu pendidikan berkaitan erat dengan faktor sosial ekonomi lainnya seperti pendapatan, pekerjaan, kebiasaan hidup, makanan dan tempat tinggal. Penduduk dengan pendidikan rendah biasanya berpendapatan rendah, bertempat tinggal di lingkungan miskin dan buruk sehingga resiko kesakitan dan kematian yang tinggi.

Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor penting yang ikut menentukan keadaan gizi anak. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan keadaan gizi anak yaitu : 1) Tingkat pendidikan kepala rumah tangga secara langsung atau tidak langsung menentukan keadaan ekonomi rumah tangga, 2) pendidikan istri disamping modal utama dalam perekonomian rumah tangga juga berperan dalam menyusun pola makanan untuk ruma h tangga (Tarwotjo & Soekirman 1988). Tingkat pendidikan yang dimiliki ibu hamil juga berperan penting dalam kepedulian ibu terhadap janin yang dikandungnya.

Sajogyo dkk (1994) menyatakan bahwa secara tidak langsung pengetahuan gizi ibu akan mempengaruhi status gizi anak. Tetapi berdasarkan penelitian Schafer, dkk (1993), pengetahuan gizi yang baik tidaklah selalu diikuti oleh perilaku gizi yang baik. Hal ini disebabkan oleh rendahnya daya beli dan ketersediaan waktu ibu untuk menyiapkan makanan. Menurut Hardinsyah (1986), tingginya status ekonomi seseorang belum dapat menjamin tercapainya keadaan gizi yang baik bila tidak disertai dengan pengetahuan gizi yang baik pula. Pengetahuan ibu terhadap gizi dan permasalahannya sangat berpengaruh terhadap status gizi keluarga (Suhardjo 1989). Ibu hamil yang memiliki pengetahuan gizi yang baik akan mampu memilih jenis makanan yang tepat untuk dirinya dan janinnya baik dari segi kuantitas maupun kualitas makanan yang dikonsumsi. Selain pengetahuan gizi, pengetahuan kesehatan kehamilan juga perlu bagi ibu hamil. Denga n demikian pengetahuan gizi dan kesehatan merupakan salah satu faktor protektif dalam mempertahankan kualitas kehamilan.

Pendapatan keluarga mempunyai peran yang penting terutama dalam memberikan efek terhadap taraf hidup mereka. Efek disini lebih berorie ntasi pada kesejahteraan dan kesehatan, dimana perbaikan pendapatan akan meningkatkan tingkat gizi masyarakat. Pendapatan akan menentukan daya beli terhadap pangan

(42)

dan fasilitas lain (pendidikan, perumahan, kesehatan, dll) yang dapat mempengaruhi status gizi.

Sajogyo dkk (1994) bahwa pendapatan keluarga mempunyai peran yang penting terutama dalam memberikan efek terhadap taraf hidup mereka. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Kartika dkk (2002) bahwa faktor pendapatan berkorelasi positif dengan tumbuh kembang anak dalam hal ini terkait dengan pemenuhan asupan energi dan zat gizi terutama protein. Pendapatan menyebabkan daya beli yang rendah sehingga tidak mampu membeli makanan dalam jumlah yang diperlukan, keadaan ini sangat berbahaya untuk kesehatan keluarga dan akhirnya dapat berakibat buruk terhadap keadaan status gizi terutama bagi ibu hamil, menyusui, dan anak balita.

Banyaknya anggota keluarga akan mempengaruhi konsumsi pangan. Suhardjo (1989) mengatakan bahwa ada hubungan nyata antara besar keluarga dan kurang gizi pada masing- masing keluarga. Jumlah anggota keluarga yang semakin besar tanpa diimbangi dengan meningkatnya pendapatan dapat menyebabkan distribusi pangan dan gizi semakin tidak merata. Pangan yang tersedia untuk satu keluarga yang besar mungkin hanya cukup untuk keluarga yang besarnya setengah dari keluarga tersebut. Keadaan yang demikian tidak cukup untuk mencegah timbulnya gangguan gizi pada keluarga besar.

Dalam kaitannya dengan pengeluaran rumah tangga baik pangan maupun non pangan, Harper (1988) mencoba menghubungkan dua variabel utama yakni besar keluarga dengan konsumsi pangan, yakni menunjukkan bahwa keluarga miskin dengan jumlah anak yang banyak akan lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan pangannya, jika dibandingkan keluarga dengan jumlah anak sedikit. Lebih lanjut dikatakan bahwa keluarga dengan konsumsi pangan yang kurang dapat menimbulkan defisiensi gizi terutama pada ibu hamil dan menyusui, bayi dan anak balitanya. Rachmawati (2004) menyatakan bahwa pengeluaran keluarga untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan ibu hamil seperti pemeriksaan kehamilan serta persalinan untuk kelurga miskin masih sangat rendah. Hal ini terbukti bahwa besar keluarga serta tingkat pendapatan keluarga juga menentukan kualitas kehamilan dan persalinan. Saat ini fasilitas yang tersedia bagi keluarga miskin adalah Kartu Sehat sebagai alternatif pemecahan berbagai masalah

(43)

kesehatan terutama dalam menangani masalah- masalah yang terkait denga n kehamilan misalnya komplikasi kehamilan (pereklampsia berat dan eklampsia) serta upaya peningkatan pemeriksaan selama kehamilan sehingga pada akhirnya bayi yang dilahirkan dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal (Depkes 1998).

Gambar

Tabel 3 Klasifikasi IMT menurut kriteria Komite Obesitas Asia Pasifik
Gambar 1  AKB, AKI, dan BBLR di Kota Ambon Periode 2001-2005.
Gambar 3  Kerangka Penarikan Contoh Penelitian.
Gambar 2  Kerangka pemikiran: faktor- faktor yang berhubungan  dengan pertambahan berat badan ibu hamil serta  tumbuh kembang bayi lahir
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Analisis Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil berdasarkan Status Sosial Ekonomi dan Status Gizi serta Hubungannya dengan Berat Bayi Baru

Hasil yang didapatakan pada penelitian ini yaitu, rerata pertambahan berat badan ibu selama hamil di wilayah Kecamatan Metro Pusat tergolong sesuai yaitu sebesar 12,60

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Analisis Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil berdasarkan Status Sosial Ekonomi dan Status Gizi serta Hubungannya dengan Berat Bayi Baru

Permodelan regresi linear digunakan untuk memperoleh model prediksi berdasarkan dari variabel berat badan ibu sebelum hamil, dan pertambahan berat badan pertrimester

Data pada Tabel 4 berikut menginformasikan bahwa faktor berpengaruh pada pertambahan berat badan selama hamil trimester kedua adalah umur ibu, paritas, berat badan

Permodelan regresi linear digunakan untuk memperoleh model prediksi berdasarkan dari variabel berat badan ibu sebelum hamil, dan pertambahan berat badan pertrimester

Data pada Tabel 4 berikut menginformasikan bahwa faktor berpengaruh pada pertambahan berat badan selama hamil trimester kedua adalah umur ibu, paritas, berat badan

Dari hasil uji korelasi Spearman diperoleh nilai p 0,076 yang menunjukkan bahwa korelasi antara pertambahan berat badan ibu hamil dan berat badan lahir bayi adalah