• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningkatkan Devisa Sektor Kehutanan Tanpa Mengabaikan Lingkungan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Meningkatkan Devisa Sektor Kehutanan Tanpa Mengabaikan Lingkungan"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN DEVISA SEKTOR KEHUTANAN TANPA MENGABAIKAN LINGKUNGAN

DWI ENDAH WIDYASTUTI, S. HUT Fakultas Pertanian

Jurusan Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara

A. TREND GLOBAL TERHADAP PRODUK HUTAN

Meningkatnya permintaan akan hasil hutan khususnya kayu dan produk turunannya, sebagai konsekuensi bertambahnya jumlah penduduk dan pesatnya pembangunan merupakan hal yang tidak dapat dihindari. Sebagai negara tropis yang sumber devisa keduanya berasal dari hutan, adanya meningkatnya permintaan konsumen tersebut merupakan peluang bagi Indonesia.

Pangsa pasar kayu Indonesia di Asia saat ini meliputi India, Cina, Vietnam, Malaysia, Taiwan, Philipina, Jepang Singapura, Korea Selatan, Dan Thailand. Sedangkan di Eropa dan Amerika adalah Italia, Irlandia, Yordania dan AS

Dalam berbagai konferensi hutan dan lingkungan internasional, kerapkali dibahas mengenai pentingnya hutan tropis sebagai paru-paru dunia. Untuk itu agar komitmen menjaga kelestarian hutan terus berlangsung, maka diterapkan kewajiban memiliki sertifikat ekolabel dari penjualan produk hasil hutan sebagai jaminan ramah lingkungan.

Bagi pengusaha dan eksportir kayu sendiri, hal tersebut tidak dapat diabaikan karena persaingan penjualan akan semakin ketat sebagai akibat perdagangan bebas asia tahun 2001 dan dunia tahun 2003 yang membuat harga produk kehutanan akan cenderung sama, sehingga keunggulan kompetitif yang akan berperan.

Menurut Emil Salim yang berbicara pada seminar “Peluang Dan Tantangan Penerapan Sistem Ekolabel Di Indonesia” pada tahun 1999 di Jakarta, jika ekolabel nanti diterapkan setidaknya ada tiga ketentuan yang harus dipenuhi yaitu :

1. manajemen hutan lestari.

2. perhatian terhadap aspek lingkungan misalnya keanekaragaman hayati maupun kelestarian lahan, tanah dan air.

3. manfaat sosial ekonomi bagi masyarakat setempat.

Kriteria-kriteria tersebutlah yang tentunya harus dipenuhi oleh pengusaha hutan jika ingin produknya terjual di pasaran internasional.

B. KEHUTANAN INDONESIA MENJAWAB PERMASALAHAN

Dalam pelaksanaan di lapangan sejak digulirkannya ketentuan ini, ternyata tidak semua pengusaha menerapkannya. Penerapan sertifikat ini sesungguhnya merupakan langkah yang tepat, bukan saja dilihat dari semakin meningkatnya peluang penjualan luar negeri, akan tetapi terlebih bagi meningkatnya kualitas lingkungan dan semakin bermanfaatnya hutan bagi masyarakat.

(2)

Di sisi lain tujuan pembangunan HTI yang pada awalnya dilakukan di lahan-lahan kritis, gundul dan tak terpakai, seringkali malah mengkonversi hutan alam menjadi hutan tanaman, sehingga membawa dampak negatif pada lingkungan. HTI adalah istilah untuk menggambarkan hutan monokultur yang sengaja ditanam untuk mendapatkan hasil yang seragam dari pada saat dipanen. Jenis pohon yang dipilih untuk HTI biasanya adalah fast growing species yang sudah dapat dipanen pada usia 8-15 tahun. Kebutuhan akan kayu dan produk turunannya diharapkan dapat diatasi dengan adanya HTI, karena produksi di hutan alam memang telah menurun dan sengaja diturunkan oleh pemerintah Kebutuhan industri pengolahan pertahun adalah 43,9 jt m3 sedangkan yang dapat dipenuhi dari TPTI hanya 24, 5 jt m3 atau kurang lebih hanya 50% saja.

Hutan tanaman sendiri jelas berbeda dengan hutan alam. Konsekuensi perubahan hutan alam menjadi HTI memiliki resiko :

1. perubahan mikroklimat

struktur hutan alam memiliki berbagai lapisan tajuk, yang dapat menahan penetrasi sinar matahari langsung mengenai tapak hutan. Hutan seumur dengan satu lapis tajuk akan meningkatkan suhu dan menurunkan kelembaban hutan.

2. kebakaran hutan, yang dalam hal ini meningkatnya CO2 di atmosfer sebagai gas yang dihasilkan saat kebakaran sering dituding sebagai penyebab efek rumah kaca oleh negara industrialis barat

3. hilangnya keanekaragaman hayati

hutan alam tempat habitat satwa liar dapat hilang akibat digantinya vegetasi tempat mereka mencari makan dan tinggal. Secara langsung penanaman HTI akan merubah struktur tumbuhan yang ada dari berbagai jenis menjadi satu jenis.

4. meningkatnya serangan hama dan penyakit

HTI sangat rentan terhadap serangan hama dan penyakit karena jenis yang seragam merupakan sumber makanan yang berlimpah bagi hama. Penyebarannya pun akan berlangsung cepat karena tidak ada species lain yang menahan.

5. Berkurangnya kesuburan tanah

Setiap jenis tanaman memiliki kekhasan dalam penyerapan mineral tanah. Jenis yang sama tentu akan mengambil nutrisi yang sama pula sehingga nutrisi tersebut akan terkuras, sehingga diperlukan pemberian pupuk yang tidak pernah dilakukan di hutan alam.

Selain memberi pengaruh negatif bagi lingkungan alami, ternyata adanya pabrik pengolah turunan kayu, seperti pulp, menyebabkan pencemaran akibat limbah. Kasus yang terjadi di PT Inti Indorayon Utama, Sumatera Utara dimana hutan alam pinus ditebangi dan dikonversi menjadi ekaliptus dan akasia adalah salah satu contohnya. Air konsumsi penduduk sekitar danau toba tidak saja tercemar akan tetapi longsor akibat penebangan pun telah mengambil korban jiwa. (WALHI YLBHI, 1992)

(3)

internasional yang berkolaborasi dengan LATIN yaitu Perhutani, juga akan dicabut sertifikatnya karena dicurigai kayunya adalah dari hasil curian.

Yang lebih mempersulit penerapannya adalah konsumen yang memerlukan kayu tanpa sertifikat ramah lingkungan pun masih antri menunggu giliran terpenuhinya kebutuhan mereka.

C. PARADIGMA FOREST FOR PEOPLE SEBAGAI SOLUSI

Terlepas dari perlu tidaknya pengusaha kehutanan mengantongi sertifikat ekolabel, sesungguhnya hutan alam sebagai anugrah Illahi bagi rakyat indonesia memiliki hak untuk dilestarikan. Apalagi hutan adalah sumberdaya alam yang menguasai hajat hidup orang banyak baik di kota maupun desa, terutama mereka yang hidup sehari-hariya tergantung dari hutan yaitu masyarakat sekitar hutan. Dalam hal ini paradigma forest for people seharusnya mengedepan kembali.

Dari hutan sebenarnya kita tidak saja dapat mengambil kayu sebagai bahan bangunan, pulp untuk kertas atau meubel, tapi terdapat pula keanekaragaman hayati flora dan fauna yang unik. Kekayaan hutan berupa kayu seringkali mengaburkan penghayatan bahwa sebenarnya masih banyak manfaat hutan alam yang mengandung nilai ekonomi dan dapat dijadikan komoditas seperti:

1. keanekaragaman hayati flora dan fauna. hutan alam tropis kita merupakan keunggulan komparatif yang tidak ditemukan di negara lain. Dari dalam hutan alam dapat kita temukan hasil hutan non kayu seperti madu, bambu, rotan, tanaman buah-buahan, tanaman obat, tanaman hias hingga zat pewarna. Sebagian besar tanaman budidaya saat ini berasal dari dalam hutan. Semua itu merupakan kekayaan yang perlu dilestarikan. Disana pula hidup beraneka satwa indah dan langka, dan disana pula penghidupan masyarakat sekitar hutan diperoleh.

2. Panorama hutan tropis yang sejuk dan masih alami merupakan sarana wisata alam yang layak untuk ditawarkan pada wisatawan baik lokal maupun mancanegara, disamping penyimpan bahan untuk penelitian ilmuwan yang tidak habis untuk digali.

Manfaat hutan yang seringkali diabaikan adalah fungsi hutan yang lain sebagai penjaga tanah dan air sehingga mencegah banjir dan longsor. Sebagaimana yang sering kita lihat bahwa banjir dan longsor biasanya terkait dengan hutan-hutan yang telah digunduli. Fungsi hutan selanjutnya sebagai sumber oksigen, menyerap energi matahari sehingga bumi tidak semakin panas dan penyerap gas-gas berbahaya di udara

Di tengah trend perlunya menjaga hutan tropis sebagai paru-paru dunia, selayaknya kewajiban menjaga kelestarian hutan tidak hanya dibebankan pada negara hutan tropis saja, akan tetapi menjadi tanggung-jawab dunia. Oleh karena itu pendanaan nya menjadi tanggung jawab badan internasional juga. Apalagi kerusakan hutan tidak saja disebabkan oleh penebangan liar saja, limbah kimia yang mengenai udara membuat hujan yang turun menjadi hujan asam. Asap pembakaran pabrik dan kendaraan bermotor juga menjadi penyebab meningkatnya gas-gas penyebab efek rumah kaca. Dalam hal ini negara-negara industrialis pun mempunyai kontribusi yang besar.

(4)

selayaknya digalakkan. Dengan demikian tanpa sertifikat ekolabel pun sebenarnya kita mampu komitmen untuk menjaga kekayaan hutan Indonesia.

PENUTUP

Meningkatkan devisa negara untuk dana pembangunan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia merupakan tujuan sektor kehutanan Indonesia. Terbukanya peluang penjualan hasil hutan yang tinggi, yang tentunya bermotif ekonomi, hendaknya disertai dengan perencanaan yang matang karena banyak pihak yang terkait dengan fungsi hutan.

Fungsi ekologis, tempat habitat hidupan liar dan berbagai manfaat lainnya bagi manusia dapat hilang jika laju kerusakan hutan tidak dicegah. Sertifikat ekolabel sebagai upaya untuk melestarikan hutan, hanya akan menjadi utopia jika penerapannya hanya di atas kertas.

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Pikiran Rakyat. 2000. Konservasi Kehilangan Taring Dan Daya Magis. Artikel HU Pikiran Rakyat. Bandung

Kanwil Dephutbun Prop SU Dan LPPM USU. 2000. Studi Pengembangan Pemasaran Dalam Negri/Ekspor Hasil Hutan Di Prop Sumut. Kanwil Dephutbun Prop SU Dan LPPM USU

Republika. 1999. Perlu Agenda Bersama Songsong Ekolabel 2000. Artikel HU Republika. Jakarta

Agung Nugraha. 1996. Hak Ulayat Dan Hutan Berkelanjutan. Artikel HU Republika. Jakarta

WALHI dan YLBHI. 1992. Mistaking Plantations For the Forest Indonesia’s Tropical Forest. WALHI. YLBHI. Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

peran perawat dalam proses asuhan pada pasien hisprung khusunya pada masalah gizi maka peneliti tertatik untuk melakukan sebuah penelitian yang berjudul “laporan

Unit ini mengandungi empat tajuk. Tajuk pertama menjelaskan tentang sejarah perkembangan Pendidikan Moral di Malaysia. Di samping itu unit ini

Efek stokastik ini akan timbul ketika tubuh seorang individu terekspos radiasi pada dosis tertentu. Kemungkinan terjadinya efek stokastik ini tidak diketahui secara pasti. Semakin

Pada masa dewasa merupakan periode peningkatan kemampuan fisik sampai tidak lagi terjadi peningkatan sedangkan pada masa dewasa madya dan tua mengalami penurunan kemampuan

Perlakuan  sterilisasi  tanah  berpengaruh  nyata  terhadap  pertumbuhan  tanaman.  Tanaman  menunjukkan  pertumbuhan  yang  lebih  rendah  pada  tanah  yang 

Demikian juga pada kehamilan kembar monozigotik pembagian darah pada plasenta untuk kedua janin tidak sama, sehingga yang satu kurang bertumbuh dibandingkan dengan yang

Ho : ρ = 0, hipotetsis nol : tidak terdapat pengaruh antara lingkungan pengendalian, penaksiran risiko, informasi dan komunikasi, aktivitas pengendalian dan