LAPORAN KASUS ANAK DENGAN KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH PADA POST OPERASI LAPARATOMI
PEMASANGAN COLOSTOMY ATAS INDIKASI HISPRUNG DI RUANG KEMUNING RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Dr. H. ABDOEL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2019
KARYA ILMIAH NERS
1. ALIF ANUGRAH PERATAMA 149012018014
2. DESCI SURYA SANTIKA 149012018016
3. FATH ANDRYANTO 149012018017
4. NIDA FEBRITAMALA 149012018021
5. SITI OKSAFIAH 149012018023
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) MUHAMMADIYAH PROGRAM STUDI PROFESI NERS
PRINGSEWU - LAMPUNG 2019
ii
LAPORAN KASUS ANAK DENGAN KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH PADA POST OPERASI LAPARATOMI
PEMASANGAN COLOSTOMY ATAS INDIKASI HISPRUNG DI RUANG KEMUNING RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Dr. H. ABDOEL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2019
Karya Tulis Ilmiah Ners
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Program Profesi Ners
1. ALIF ANUGRAH PERATAMA 149012018014
2. DESCI SURYA SANTIKA 149012018016
3. FATH ANDRYANTO 149012018017
4. NIDA FEBRITAMALA 149012018021
5. SITI OKSAFIAH 149012018023
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) MUHAMMADIYAH PROGRAM PROFESI NERS
PRINGSEWU - LAMPUNG 2019
iii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Sebagai sivitas akademik STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung, saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
1. ALIF ANUGRAH PERATAMA 149012018014
2. DESCI SURYA SANTIKA 149012018016
3. FATH ANDRYANTO 149012018017
4. NIDA FEBRITAMALA 149012018021
5. SITI OKSAFIAH 149012018023
Program Studi : Profesi Keperawatan (Ners) Jenis Karya : Karya Ilmiah Ners
Judul :LAPORAN KASUS ANAK DENGAN
KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH PADA POST OPERASI LAPARATOMI PEMASANGAN COLOSTOMY ATAS INDIKASI HISPRUNG DI RUANG KEMUNING RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. H. ABDOEL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2019.
Guna pengembangan ilmu pengetahuan kesehatan, menyetujui memberikan kepada STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung tanpa menuntut ganti berupa materi atas karya ilmiah saya yang berjudul :Laporan kasus anak dengan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada post operasi laparatomi pemasangan colostomy atas indikasi hisprung di ruang Kemuning Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung tahun 2019
Dengan pernyataan ini STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung berhak menyimpan, mengalih mediakan dalam bentuk format yang lain, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik hak atas karya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Pringsewu Lampung
Pada Tanggal : 24 Juni 2019 Yang Menyatakan
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya kepada kita semua sehingga saya dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “laporan kasus anak dengan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada post operasi laparatomi pemasangan colostomy atas indikasi hisprung di ruang Kemuning RSUD Dr.Hi Abdul Moeloek Lampung Tahun 2019. Peneliti menyadari bahwa tanpa bimbingan dan arahan berbagai pihak karya tulis ilmiah ini tidak akan terselesaikan dengan baik maka dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan khususnya kepada:
1. Ns. Arena Lestari, M. Kep, Sp. KJ Selaku Ketua STIKes Muhammadiyah Pringsewu
2. dr. Hery Joko Subandriyo, M.KM, Selaku direktur RSUD dr. Hi Abdul Moeloek Lampung
3. Ns. Rani Ardina, M. Kep, selaku ketua Program Studi Ners
4. Ns.Desi Kurniawati,M.Kep, Sp.Kep.A, selaku pembimbing yang sealau memberi masukan dan arahan
5. Ns. Rita Sari, M.Kep, selaku penguji yang selalu memberi masukan dan arahan
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penelisan laporan kasus ini, oleh karena itu peneliti mengharapkan saran dan masukan untuk perbaikan laporan kasus ini.
Pringsewu, 24 Juni 2019
vii DAFTAR ISI
COVER ... i
SAMPUL DALAM ... ii
SURAT PERNYATAAN... iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
LEMBAR PENETAPAN PENGUJI ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix DAFTAR GAMBAR ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi ABSTRAK ... xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masala ... 4 C. Tujuan ... 4 1. Tujuan Umum ... 4 2. Tujuan Khusus ... 4 D. manfaat ... 5 1. Manfaat Teoritis ... 5 2. Manfaat Praktis ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Tinjauan Teori ... 7
B Tinjauan Islam Tentang Penyakit ... 18
C Pathways ... 21
BAB III METODE PENELITIAN A Data Umum Pasien ... 22
B Hasil Pengkajian Fisik ... 23
C Pemerikasaan Diagnostik ... 26
D Farmakoterapi ... 27
E Analisa Data ... 28
F Diagnosa Keperawatan ... 29
G Intervensi Keperawatan... 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A Gambaran Lokasi Penelitian ... 36
B Analisa Data Dan Pengkajian ... 37
C Analisis Diagnosis Keperawatan ... 39
D Analisis Intervensi ... 39
E Analisis Implementasi Dan Evaluasi ... 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpu ... 4
viii
1. Saran Untuk Rumah Sakit ... 43 2. Saran Untuk Instansi Pendidikan ... 43 Daftar Pustaka ... xv
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Data Umum Pasien... 22
Tabel 2.2 Hasil Pengkajian Fisik ... 23
Tabel 2.3 Pemeriksaan Diagnostik ... 26
Tabel 2.4 Farmakoterapi ... 27
Tabel 2.5 Analisa Data ... 28
Tabel 2.6 Diagnosa Keperawatan ... 29
Tabel 2.7 Intervensi Keperawatan... 29
Tabel 2.8 Implementasi Keperawatan ... 31
x
DAFTAR GAMBAR
xi
LAPORAN KASUS ANAK DENGAN KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH PADA POST OPERASI
LAPARATOMI PEMASANGAN COLOSTOMY ATAS INDIKASI HISPRUNG DI RUANG KEMUNING
RSUD DR.HI ABDUL MOELOEK LAMPUNG TAHUN 2019
ABSTRAK
xii + 47 + 9 tables
Insiden Hirschprung adalah 1 pada 5000 kelahiran. Perbandingan laki-laki dan perempuan 4:1 pada klien dengan segmen pendek aganglionosis dan 1:1 pada segmen panjang aganglionosis. Insiden Hirschprung bervariasi pada beberapa etnis, di antaranya 2.8, 1.5 dan 2.1 pada 10.000 kelahiran hidup etnis Asia, Caucasia dan Afrika-Amerika. (Browne et al., 2017). Sementara angka kejadian penyakit Hirschprung di RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek Khususnya pada Bedah anak 3 bulan terakhir yaitu sekitar 19 pasien dari total pasien dirawat 459 anak (4,1%) (RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek, 2019)
Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan metode penelitian study kasus (Case Study). Partisipan dalam penelitan ini adalah 2 pasien dan keluarga dari pasien dengan diagnosa medis Hisprung.
Hasil dari penelitian ini didapatkan pada kedua kasus mengalami gejala gangguan nutrisi yang ditandai dengan adanya penurunan berat badan. Selain itu dari hasil pengkajian diketahui bahwa kedua kasus mengalami distensi abdomen dan juga mengalami muntah yang berakibat pada masalah nutrisi. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 hari pada kedua kasus tersebut didapatkan pada kasus pertama pasien sudah dapat diberikan diit air gula pada hari ke-4 sedangkan pada kasus ke 2 pasien sudah dapat diberikan diit air gula pada hari ke 2.
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
WHO (2010) memperkirakan bahwa sekitar 7% dari seluruh kematian bayi di dunia disebabkan oleh kelainan kongenital. Di Eropa, sekitar 25% kematian neonatal disebabkan oleh kelainan kongenital. Di Asia Tenggara kejadi-an kelainan kongenital mencapai 5% dari jumlah bayi yang lahir (Verawati, 2018). Sedangkan di Indonesia prevalansi kelainan kongenital mencapai 5 per 1.000 kelahiran hidup. Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 mencatat salah satu penyebab kematian bayi adalah kelainan kongenital pada usia 0-6 hari sebesar 1% dan pada usia 7-28 hari sebesar 19% (Riskesdas, 2018).
Penyakit Hirschsprung merupakan kelainan kongenital berupa tidak adanya sel ganglion parasimpatis usus (pleksus submukosa Meissner dan pleksus mienterikus Auerbach) mulai dari sfingter anus internal ke arah proksimal dengan panjang segmen tertentu. Sekitar 90% aganglinosis mengenai daerah rektum dan sigmoid. Aganglionosis ini meyebabkan gangguan peristaltik sehingga menyebabkan obstruksi saluran cerna (Wijaya & Putri, 2013).
Insiden Hirschprung adalah 1 pada 5000 kelahiran. Perbandingan laki-laki dan perempuan 4:1 pada klien dengan segmen pendek aganglionosis dan 1:1 pada segmen panjang aganglionosis. Insiden Hirschprung bervariasi
2
pada beberapa etnis, di antaranya 2.8, 1.5 dan 2.1 pada 10.000 kelahiran hidup etnis Asia, Caucasia dan Afrika-Amerika. (Browne et al., 2017). Sementara angka kejadian penyakit Hirschprung di RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek Khususnya pada Bedah anak 3 bulan terakhir yaitu sekitar 19 pasien dari total pasien dirawat 459 anak (4,1%) (RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek, 2019)
Penatalaksanaan hirsprung terbagi menjadi dua cara, yaitu pembedahan dan konservatif. Penatalaksanaan Konservatif Pada neonatus dengan obstruksi usus dilakukan melalui pemasangan sonde lambung serta pipa rectal untuk mengeluarkan mekonium dan udara sedangkan metode pembedahan pada mega kolon/penyakit hisprung dilakukan dalam dua tahap. Mula-mula dilakukan kolostomi loop atau double barrel sehingga tonus danukuran usus yang dilatasi dan hipertrofi dapat kembali normal (memerlukan waktu kira-kira 3 sampai 4 bulan). Pembedahan umumnya dilakukan sebagai alternative terapi untuk perbaikan pada kasus hisprung (Sjamsuhidayat, 2012).
Pada penataksanaan hisprung dalam kasus ini perlunya dilakukan laparatomi yaitu guna untuk mengeksplorasi terjadinya kelainan pada megakolon dan juga guna untuk membuat sebuah tindakan yang dinamakan kolostomi loop atau double barrel sehingga tonus dan ukuran usus yang dilatasi dan hipertrofi dapat kembali normal (memerluka waktu kira-kira 3 sampai 4 bulan). Pada kasus ini harus dilakukan tindakan
3
laparatomi dikarenakan harus dilakukan pemotongan usus sementara (Reseksi) untuk selanjutnya diberikan kolostomi.
Pada penyakit hisprung akan terjadi masalah terkait dengan nutrisi yang dialami yaitu berupa nutrisi kurang dari kebutuhan ataupun perubahan pola nutrisi karena intake yang harus dibatasi. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rochadi (2017) dengan judul penelitian Hipoalbuminemia prabedah sebagai faktor prognostik enterokolitis pascabedah penderita megakolon kongenital (Hirschsprung’s disease), dimana pada hasil penelitian tersebut pasien-pasien hisprung khusunya pra bedah akan terjadi keadaan hipoalbumin sebagai salah satu tanda bahwa nutrisi dalam tubuh.
Hasil penelitian tersebut juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurhayati (2017) dimana dalam penelitian yang berjudul kualitas nutrisi pada anak paska kolostomi dengan masalah hisprung di bandung didapatkan hasil penelitian bahwa 65.3% responden mengalami nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Hasil penelitian tersebut dapat menjelaskan bahwa sebagaian besar pada kasus hisprung setelah dilakukan tindakan mengalami masalah nutrisi.
Pada masalah hisprung khususnya pada responden penelitian ini harus dilakukan intervensi terkait dengan permasalahan gizi, yang terdiri dari pemantauan intake output pemantauan berat badan secara berkala serta pemantauan pola eliminasi yang dapat mempengaruhi pada masalah gizi. Pentingnya penatalakasanaan pada kasus hisprung dan juga pentingnya
4
peran perawat dalam proses asuhan pada pasien hisprung khusunya pada masalah gizi maka peneliti tertatik untuk melakukan sebuah penelitian yang berjudul “laporan kasus anak dengan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada post operasi laparatomi pemasangan colostomy atas indikasi hisprung di ruang Kemuning RSUD Dr.Hi Abdul Moeloek Lampung Tahun 2019”
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah laporan kasus anak dengan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada post operasi laparatomi pemasangan colostomy atas indikasi hisprung di ruang Kemuning RSUD Dr.Hi Abdul Moeloek Lampung Tahun 2019 ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan laporan kasus anak dengan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada post operasi laparatomi pemasangan colostomy atas indikasi hisprung di ruang Kemuning RSUD Dr.Hi Abdul Moeloek Lampung Tahun 2019.
2. Tujuan Khusus
a) Mampu mendeskripsikan pengkajian laporan kasus anak dengan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada post operasi laparatomi pemasangan colostomy atas indikasi hisprung di ruang Kemuning RSUD Dr.Hi Abdul Moeloek Lampung Tahun 2019.
5
b) Mampu mendeskripsikan diagnosa keperawatan pada anak dengan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada post operasi laparatomi pemasangan colostomy atas indikasi hisprung di ruang Kemuning RSUD Dr.Hi Abdul Moeloek Lampung Tahun 2019.
c) Mampu mendeskripsikan rencana tindakan (Intervensi) pada anak dengan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada post operasi laparatomi pemasangan colostomy atas indikasi hisprung di ruang Kemuning RSUD Dr.Hi Abdul Moeloek Lampung Tahun 2019.
d) Mampu mendeskripsikan implementasi pada anak dengan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada post operasi laparatomi pemasangan colostomy atas indikasi hisprung di ruang Kemuning RSUD Dr.Hi Abdul Moeloek Lampung Tahun 2019.
e) Mampu mendeskripsikan evaluasi pada anak dengan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada post operasi laparatomi pemasangan colostomy atas indikasi hisprung di ruang Kemuning RSUD Dr.Hi Abdul Moeloek Lampung Tahun 2019.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan khususnya dalam memberikan
6
gambaran tentang asuhan keperawatan pada anak dengan post kolostomi dengan indikasi Hirschprung serta dapat mengembangkan asuhan keperawatan anak dengan post kolostomi karena Hirschprung dan memperbaiki kondisi pasien secara umum
2. Manfaat Praktis
Karya ilmiah ini berguna dalam memberikan berbagai cara alternatif untuk mempermudah perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dan meminimalkan nyeri dan meningkatkan kenyamanan dan perbaikan kondisi pada pasien yang dirawat dengan post kolostomi atas indikasi Hirschprung.
7 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori 1. Definisi Hisprung
Hirssprung merupakan suatu gangguan perkembangan, malformasi kongenital yang dikarakteristikkan oleh tidak adanya sel ganglion intrinsik parasimpatis dari plexus myentericus dan submukosa sepanjang saluran pencernaan . Aganglionosis menandakan kegagalan enteric nervous system (ENS), dimana sel-sel neural crest gagal menginervasi saluran gastrointestinal selama perkembangan embrionik (Wong Dkk, 2009).
Penyakit Hirschsprung merupakan kelainan kongenital berupa tidak adanya sel ganglion parasimpatis usus (pleksus submukosa Meissner dan pleksus mienterikus Auerbach) mulai dari sfingter anus internal ke arah proksimal dengan panjang segmen tertentu. Sekitar 90% aganglinosis mengenai daerah rektum dan sigmoid. Aganglionosis ini meyebabkan gangguan peristaltik sehingga menyebabkan obstruksi saluran cerna (Wijaya & Putri, 2013).
2. Etiologi
Penyakit hisprung terjadi karena kelainan kongenital, dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor genetik, lingkungan dan interaksi keduanya. Faktor genetik dikelompokkan menjadi tiga jenis
8
meliputi kelainan mutasi gen tunggal, aberasi kromosom dan multifaktorial (gabungan genetik dan pengaruh lingkungan). Sementara faktor non-genetik/lingkungan terdiri dari penggunaan obat-obatan selama hamil terutama pada trimester pertama (teratogen), paparan bahan kimia dan asap rokok, infeksi dan penyakit ibu yang berpengaruh pada janin sehingga menyebabkan adanya kelainan bentuk dan fungsi pada bayi yang dilahirkan (Kosim dkk, 2012).
Sel neuroblas bermigrasi dari krista neuralis saluran gastrointestinal bagian atas dan selanjutnya mengikuti serabut-serabut vagal yang telah ada ke kaudal. Penyakit Hirschsprung terjadi bila migrasi sel neuroblas terhenti di suatu tempat dan tidak mencapai rektum. Sel-sel neuroblas tersebut gagal bermigrasi ke dalam dinding usus dan berkembang ke arah kraniokaudal di dalam dinding usus. Mutasi gen banyak dikaitkan sebagai penyebab terjadinya penyakit Hirschsprung. Mutasi pada Ret proto-onkogen telah dikaitkan dengan neoplasia endokrin 2A atau 2B pada penyakit Hirschsprung. Gen lain yang berhubungan dengan penyakit Hirschsprung termasuk sel neurotrofik glial yang diturunkan dari faktor gen yaitu gen endhotelin-B dan gen endothelin -3 (Kosim dkk, 2012).
3. Patofisiologi
Secara normal, neural crest-derived neuroblast terlihat pada perkembangan esofagus pada masa gestasi minggu ke-5. Sel ini akan
9
mengalami migrasi ke arah craniocaudal kemudian memasuki fase perkembangan usus pada usia gestasi minggu ke-5 sampai ke-12. Abnormalitas seluler dan molekuler dalam perkembangan enteric nervous system, yaitu tidak sempurnanya migrasi neural crest cells adalah penyebab utama Hirschsprung‟s disease. Fenotif Hirschsprung disebabkan oleh besarnya kemungkinan abnormalitas selama perkembangan enteric nervous system dan menahan migrasi neural crest-derived cells. Semakin dini migrasi nueral crest tertahan, maka akan semakin panjang segmen usus yang tidak memiliki sel ganglion (aganglionosis). Faktor lain yang juga dicurigai sebagai penyebab berkembangnya Hirschsprung‟s disease antara lain berubahnya matriks ekstraselular, abnormalitas faktor neutrophic, dan neural cell adhesion molecules (Sjamsuhidayat, 2012).
4. Tanda Gejala
Manifestasi klinis Hirschprung bervariasi menurut usia ketika gejala penyakit ini dikenali dan adanya komplikasi seperti enterokolitis. Pada periode bayi baru lahir ditemukan kegagalan mengeluarkan mekonium dalam waktu 24 jam hingga 48 jam pertama setelah lahir, keengganan mengkonsumsi cairan, muntah yang bernoda empedu dan distensi abdomen. Sementara pada bayi dapat dijumpai failureto thrive (FTT), konstipasi, distensi abdomen, episode diare dan vomitus serta tanda-tanda yang sering menandai adanya enterokolitis seperti diare yang menyembur atau menyerupai air, demam dan keadaan umum yang
10
buruk. Sedangkan pada anak-anak didapatkan konstipasi, feses mirip tambang dan berbau busuk, distensi abdomen, peristaltik yang terlihat, massa feses mudah diraba dan anak tampak malnutrisi serta anemia (Wong, dkk, 2009).
5. Diagnosis
Diagnosis Hirschprung dapat ditegakkan melalui beberapa pemeriksaan antara lain pemeriksaan fisik, radiologi, dan laboratorium. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya distensi abdomen, pada pemeriksaan rektum ditemukan adanya kelemahan sfingter internal dan tidak adanya feses, diikuti oleh pelepasan gas dan feses yang eksplosif dan tiba-tiba tetapi peningkatan ukuran rektum hanya berlangsung sementara. Pada pemeriksaan radiologi terdapat gambaran adanya zona transisi diantara zona dilatasi normal dan segmen aganglionik distal. Sementara pada pemeriksaan laboratorium dengan cara biopsi rektal didapatkan tidak adanya sel ganglion. Selain pemeriksaan fisik, radiologis dan laboratorium jika diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan patologi klinik dengan biopsi usus pada saat operasi untuk menentukan lokasi usus dimana sel ganglion dimulai (Sjamsuhidayat, 2012).
6.
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Anak Dengan Post Laparatomi a) Pengkajian Integritas dan fungsi stoma meliputi warna stoma;11
jika iya dimana dan berapa jumlahnya; kondisi kulit periostoma; jumlah, warna dan konsistensi cairan stoma.
b) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada post op kolostomi menurut (Bulechek, 2013) yaitu:
1) Kerusakan integritas kulit b.d kolostomi dan pembedahan 2) Risiko infeksi b.d pembedaha
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d pembedahan gastrointestinal
4) Nyeri akut b.d insisi bedah
5) Kurang pengetahuan orang tua b.d kurangnya informasi tentang kebutuhan pembedahan, irigai atau perawatan ostomi
c) Rencana Tindakan Keperawatan 1) Kerusakan integritas kulit
Tujuan : daerah kolostomi bersih dan bebas dari eksudat, kemerahan atau drainase; daerah kolostomi utuh tanpa perdarahan atau iritasi kulit.
Intervensi :
(a) Observasi daerah stoma (b) Ukur stoma secara periodik
(c) Observasi adanya komplikasi seperti prolaps, sianosis & nekrosis
12
(e) Kosongkan, irigasi dan bersihkan kantong ostomi secara rutin dengan alat yang tepat
(f) Lakukan penggantian kantong sesuai indikasi
(g) Evaluasi produk perekat dan kecocokan kantong ostomi 2) Risiko infeksi
Tujuan : Anak tidak febris, tanpa tanda-tanda infeksi Intervensi :
(a) Kaji tanda-tanda infeksi daerah ostomi dan sistemik (b) Obervasi tanda vital terutama suhu tubuh
(c) Berikan kompres air hangat jika anak demam
(d) Pantau hasil laboratorium sesuai indikasi, seperti darah lengkap
(e) Kolaborasi untuk pemberian antibiotik dan antipiretik 3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Tujuan : Anak dapat mentoleransi diit yang diberikan, bising usus normal, feses keluar melalui ostomi
Intervensi :
(a) Kaji status nutrisi (b) Auskultasi bising usus
(c) Timbang BB setiap 3 hari sekali (d) Berikan diit bertahap sesuai indikasi
(e) Kolaborasi untuk pemberian nutrisi parenteral maupun enteral
13 4) Nyeri akut
Tujuan : Anak bebas dari nyeri dan dapat berpartisipasi dalam aktifitas sehari-hari seperti biasa
Intervensi :
(a) Lakukan pengkajian nyeri (PQRST)
(b) Berikan tindakan kenyamanan seperti mengubah posisi (c) Ajarkan tehnik relaksasi sesuai tingkat usia anak
(d) Kolaborasi untuk pemberian analgetik 5) Kurang pengetahuan orang tua
Tujuan : Orang tua menyebutkan tujuann irigasi, bertanggungjawab terhadap perawatan ostoma.
Intervensi :
(a) Kaji pengetahuan orang tua tentang perawatan stoma (b) Ajarkan pada orang tua tentang perawatan stoma
(c) Libatkan orang tua secara langsung dalam perawatan stoma (d) Ajarkan orang tua memilih pakaian yang sesuai
(e) Evaluasi kemampuan orang tua melakukan perawatan stoma baik kognitif maupun psikomotor
7. Masalah Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan
Nutrisi adalah zat-zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan ataupun bahan-bahan dari lingkungan hidupnya, dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam
14
tubuh serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi juga dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat-zat lain yang terkandung, aksi, reaksi, serta keeimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit (Tarwoto & Wartonah, 2015)
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah keadaaan dimana individu yang mengalami kekurangan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah intake nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik (Wilkson & Ahrn 2012) .
Pada kasus hisprung dibatasinya intake nutrisi dapat berakibat pada menurunnya intake gizi yang dapat berakibat pada ketidakcukupan gizi yang dialami oleh bayi, sementara itu masalah ini juga terjadi akibat absorbs yang tidak baik pada penderita hisprung. Penderita hisprung harus mendapat pengawasan ketat mengenai gizi yang dialami hal tersebut dikarekan pada penderita hisprung sangat rentan untuk mengalami masalah gizi sehingga harus dilakukan pemantauan ketat agar tidak terjadi komplikasi tersebut (Wijaya & Putri, 2013)
8. Penatalaksanaan
Bila diagnosis sudah ditegakkan, pengobatan alternative adalah operasi berupa pengangkatan segmen usus aganglion, diikuti dengan pengembalian kontinuitas usus. Tetapi bila belum dapat dilakukan operasi biasanya merupakan tindakan sementara dipasang pipa rectum,
15
dengan atau tanpa dilakukan pembiasaan dengan air garam fisiologis secara teratur. Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik di usus besar untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas usus besar dan fungsi spinkter ani internal sehingga dapat normal. Ada dua tahapan dalam penatalaksanaan medis yaitu :
a) Temporari ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik untuk melepaskan obstruksi dan mendilatasi usus besar untuk mengembalikan ukuran normalnya.
b) Pembedahan koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat berat anak mencapai sekitar 9 Kg ( 20 pounds ) atau sekitar 3 bulan setelah operasi pertama (Sjamsuhidayat, 2012).
Ada beberapa prosedur pembedahan yang dilakukan seperti Swenson, Duhamel, Boley & Soave. Prosedur Soave adalah salah satu prosedur yang paling sering dilakukan terdiri dari penarikan usus besar yang normal bagian akhir dimana mukosa aganglionik telah diubah.penatalaksanaan hirsprung ada dua cara, yaitu pembedahan dan konservatif.
a) Pembedahan
Pembedahan pada mega kolon/penyakit hisprung dilakukan dalam dua tahap. Mula-mula dilakukan kolostomi loop atau double barrel sehingga tonus dan ukuran usus yang dilatasi dan hipertrofi dapat
16
kembali normal (memerluka waktu kira-kira 3 sampai 4 bulan). Tiga prosedur dalam pembedahan diantaranya:
1) Prosedur Duhamel
Dengan cara penarikan kolon normal ke arah bawah dan menganastomosiskannya di belakang usus aganglionik, membuat dinding ganda yaitu selubung aganglionik dan bagian posterior kolon normal yang telah ditarik
2) Prosedur Swenson
Membuang bagian aganglionik kemudian menganastomosiskan end to end pada kolon yang berganglion dengan saluran anal yang dilatasi dan pemotongan sfingter dilakukan pada bagian posterior
3) Prosedur soave
Dengan cara membiarkan dinding otot dari segmen rektum tetap utuh kemudian kolon yang bersaraf normal ditarik sampai ke anus tempat dilakukannya anastomosis antara kolon normal dan jaringan otot rektosigmoid yang tersis
b) Konservatif
Pada neonatus dengan obstruksi usus dilakukan terapi konservatif melalui pemasangan sonde lambung serta pipa rectal untuk mengeluarkan meconium dan udara (Wong Dkk, 2009).
17
9. Penatalaksanaan Keperawatan Nutrisi
d) Pengkajian Integritas dan fungsi stoma meliputi warna stoma; kolaps atau retraksi, adakah perubahan; laserasi stoma; perdarahan, jika iya dimana dan berapa jumlahnya; kondisi kulit periostoma; jumlah, warna dan konsistensi cairan stoma, pengkajian berat badan, intake serta intake dan output nutrisi.
e) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada post op kolostomi menurut (Bulechek, 2013) yaitu:
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d pembedahan gastrointestinal
f) Rencana Tindakan Keperawatan
6) Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Tujuan : Anak dapat mentoleransi diit yang diberikan, bising usus normal, feses keluar melalui ostomi
Intervensi :
(f) Kaji status nutrisi (g) Auskultasi bising usus
(h) Timbang BB setiap 3 hari sekali (i) Berikan diit bertahap sesuai indikasi
(j) Kolaborasi untuk pemberian nutrisi parenteral maupun enteral
18 B. Tinjauan Islam Tentang Penyakit
Sakit menjadi sarana untuk peluruhan dosa. Namun, tentu tidak serta merta demikian jika dalam hati dan sikap justru kita tidak menerima, atau tidak sabar atas apa yang menimpa kita itu. Sabar tak hanya dilakukan ketika kita diuji dengan sakit, tetapi juga ketika kita diuji dalam kondisi sehat. Ketika sedang diuji sakit, kesabaran seseorang akan tampak dari akhlak dalam menyikapinya.
Telah disebutkan dalam Shahih Bukhari dari hadits Abu Hurairah radhiallohu „anhu bahwa Rasulullah Shallallohu „alaihi wasallam, bersabda:
ًءاَفِش ًن َلَزْوَأ لاإ ًءاَد الله َلَزْوَأ ام
“Tidaklah Allah menurunkan satu penyakit melainkan Allah telah menurunkan untuknya obat penyembuh,” (HR.Bukhari,no:5354)
Demikian pula disebutkan dalam Shahih Muslim dari hadits Jabir radiallohu „anhu, bahwa Rasulullah Shallallohu „alaihi wasallam, bersabda:
مجو زع ِ َّالله ِنْرِئِب َأَرَب ِءاَّذنا ُءاَوَد َبيِصُأ ارئف ٌءاَوَد ٍءاَد ِّمُكِن
“Setiap penyakit ada obatnya, jika obat itu sesuai dengan penyakitnya, akan sembuh dengan izin Allah Azza wajalla,”(HR.Muslim¬,no:2204)
19
Disebutkan pula dari hadits Usamah bin Syarik radiallohu „anhu, berkata : Telah datang seorang Baduwi kepada Rasulullah Shallallohu „alaihi wasallam, lalu berkata: Wahai Rasulullah, Siapakah manusia terbaik? Beliau menjawab: yang paling baik akhlaknya. Lalu Ia bertanya lagi: Wahai Rasulullah, Apakah boleh kami berobat? Jawab Rasulullah Shallallohu „alaihi wasallam, “Berobatlah wahai hamba Allah, sesungguhnya Allah tidak menurunkan satu penyakit melainkan Allah menurunkan obat untuknya, ada yang mengetahuinya dan ada pula yang tidak mengetahuinya.”
Dengan demikian sesungguhnya, sangatlah merugi bagi seorang yang ketika diuji sakit disikapi dengan emosi. Tetap saja tak akan menjadikannya sembuh dari sakitnya, bahkan akan menambah deritanya. Kalau mereka mengetahui bahwa sakit itu akan meluruhkan dosa, mungkin mereka akan sangat bersyukur telah diberi sakit.
Orang yang sedang jatuh sakit berkewajiban untuk rela menerima ketetapan Allah, bersabar menghadapi takdir-Nya, dan berprasangka baik kepada-Nya. Semua itu akan lebih baik baginya.Hal itu sebagaimana pernah disinggung Rasullah shalallahu „alaihi wa sallam dalam sabdanya,
ًن اريخ ناكف ركش ءارس ًتباصأ نإ همؤمهن لاإ ذحلأ كار سينو ريخ ًهك يرمأ نإ همؤمنا رملأ ابجع ًن اريخ ناكف ربص ءارض ًتباصأ نإو
20
“Sungguh mengagumkan urusan orang Mukmin. Sesungguhnya semua urusannya adalah baik , dan hal itu tidak dimiliki oleh siapapun kecuali orang Mukmin. Jika dia mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, dan demikian itu lebih baik baginya. Jika ditimpa kesusahan, dia akan bersabar, dan demikian itu lebih baik baginya.” (HR. Muslim, al Baihaqi dan Ahmad )
Orang yang sakit harus benar-benar berada dalam keadaan antara rasa takut dan berharap, takut kepada siksa Allah atas dosa-dosanya disertai dengan perasaan mengharapkan rahmat-Nya. Dasarnya adalah hadis Anas radhiyallahu „anhu:“Bahwasannya Nabi shalallahu „alaihi wa sallam pernah menjenguk seorang pemuda saat menjelang kematiannya. Kemudian beliau bertanya : “Apa yang engkau rasakan?” Dia menjawab: Demi Allah, wahai Rasulullah, sesungguhnya aku benar-benar berharap kepada Allah dan sesungguhnya aku takut akan dosa-dosaku.” Maka Rasulullah Shalallahu „alaihi wa sallam bersabda :
فاخي امم ًىمآو وجري ام الله ياطعأ لاإ هطومنا ازٌ مثم يف ذبع بهق يف ناعمتجي لا
“Tidak akan bersatu dalam hati seorang hamba kedua hal tersebut dalam keadaan semacam ini (sakit), melainkan Allah akan merealisasikan harapannya dan memberikan rasa aman dari apa yang dia takuti.” (HR. Turmudzi dan yang lainnya dengan sanad hasan).
21 C. Pathways Gambar 2.1 Patways Hysprung konstipasi Distensi abdomen Membuat fases menumpuk di daerah colon
Mual dan Muntah
Penurunan Intake Nutrisi
Perubahan eliminasi fekal
Puasa pasca operasi
Penurunan Intake Nutrisi
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
22 BAB III LAPORAN KASUS
A. Data Umum Pasien
Identitas Klien Kasus 1 Kasus 2
Nama Umur Jenis Kelamin Alamat Orang Tua Tanggal Masuk RS Pendidikan orang tua Pekerajaan orang tua
An. S 2 Bulan 11 hari Laki-Laki Katibung, Lampung Selatan Tn. J - SLTP Petani An. K 2 Bulan 3 hari Laki-Laki Labuhan Maringgai Lampung Timur Tn. N - SD Pedagang Keluhan Utama Masuk
RS
perut membuncit, teraba keras, sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit, BAB cair 5-7 x/hari
warna putih
kecoklatan.
perut membuncit, teraba keras, sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit, BAB cair 8 x/hari warna putih kecoklatan
Riwayat penyakit saat ini Klien post dilakukan pemasangan kolostomi dan laparatomi hari pertama post operasi, keluarga klien mengatakan anaknya rewel dan tidak mau menyusu pada ibunya Klien post dilakukan pemasangan kolostomi dan laparatomi hari pertama post operasikeluarga klien mengatakan anaknya rewel dan tidak mau
menyusu pada ibunya
23
Riwayat Penyakit Dahulu Sewaktu lahir keluarga pasien mengatakan anaknya jarang BAB, BAB dalam waktu 3-4 hari sekali
Sewaktu lahir keluarga pasien mengatakan
anaknya jarang BAB, BAB dalam waktu 2-3 hari sekali. Riwayat Penyakit Keluarga Keluarga mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit tertentu Keluarga mengatakan mempunyai riwayat penyakit hipertensi Discharge Paning Pemahaman keluarga
tentang perawatan pasien post kolostomi terutama terkait nutrisi yang dialami
Pemahaman keluarga tentang perawatan pasien post kolostomi terutama terkait nutrisi yang dialami B. Hasil Pengkajian Fisik
Pemeriksaan Fisik Kasus 1 Kasus 2
Keadaan umum BB/TB LK/Lila Kepala Hidung Mata Mulut sedang, komposmentis 3,6 kg / 55 cm, BB masuk RS 3,7 kg 37 cm / 10 cm, masuk RS 37 cm/10 cm tidak ada jejas, tidak teraba benjolan septum utuh, tidak ada sekret, tidak ada pernapasan cuping hidung, dan terpasang NGT
sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, refleks cahaya “positif”
bibir tampak kering, tidak sianosis, gigi belum tumbuh, tidak
sedang, komposmentis
2,5 kg / 55 cm, BB masuk RS 2,6 kg 38 cm / 9 cm, masuk RS 38 cm/9 cm tidak ada jejas, tidak teraba benjolan septum utuh, tidak ada sekret, tidak ada pernapasan cuping hidung
sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, refleks cahaya “positif”
bibir tampak kering, tidak sianosis, gigi belum tumbuh, tidak
24 Telinga Leher Jantung : Paru-paru Abdomen Stoma : Genitalia tampak jamur bersih, tidak tampak secret
tidak teraba
pembesaran kelenjar,
tidak ada kaku kuduk simetris, tidak tampak retraksi dada
irama reguler, HR 124x/mnt, BJ I-II normal, gallop tidak terdengar, murmur tidak terdengar vesikuler, wheezing tidak terdengar, ronkhi tidak terdengar,
crackles tidak terdengar
Abdomen teraba keras (Distensi), bising usus 6x/mnt, tidak teraba benjolan/massa, tampak luka post laparatomi dan stoma
warna kemerahan, lemak (+), tingi ±4cm, diameter ±4cm, produksi cair warna kecoklatan bercampur darah, bau khas, daerah sekitar stoma tidak kemerahan, bersih,
jamur tidak tampak, tidak lecet, BAK 3x dengan pampers, warna kuning jernih
tampak jamur bersih, tidak tampak secret
tidak teraba
pembesaran kelenjar,
tidak ada kaku kuduk simetris, tidak tampak retraksi dada
irama reguler, HR 115x/mnt, BJ I-II normal, gallop tidak terdengar, murmur tidak terdengar vesikuler, wheezing tidak terdengar, ronkhi tidak terdengar,
crackles tidak terdengar
Ada distensi abdomen (abdomen teraba keras), bising usus 6x/mnt, tidak teraba benjolan/massa tampak luka post laparatomi dan stoma
warna kemerahan, lemak (+), tingi ±4cm, diameter ±4cm, produksi cair warna kecoklatan bercampur darah, bau khas, daerah sekitar stoma tidak kemerahan, tidak ada tanda-tanda iritas
bersih, jamur tidak tampak, tidak lecet, BAK 3x dengan
25 Ekstremitas :
Atas
Bawah
Keseimbangan Cairan
tidak ada kelainan bentuk, tidak ada fraktur, tidak tampak edema, tidak sianosis, akral hangat, CRT < 3 detik
tidak ada kelainan bentuk, tidak ada fraktur tidak tampak edema, tidak sianosis, akral hangat, CRT < 3 detik Input : Infus KaEn 3b 500cc/24jm Obat-obatan dan pengencer 30 cc/24 jam Output : Fases : 110 gram (kantong kolostomi) Urin : 210 cc (pempers) Muntah 50cc/hari IWL : 50 cc/kg BB/ hari BC = 530 cc- 550 cc Balance Cairan = - 20 cc jernih
tidak ada kelainan bentuk, tidak ada fraktur, tidak tampak edema, tidak sianosis, akral hangat, CRT < 3 detik
tidak ada kelainan bentuk, tidak ada fraktur tidak tampak edema, tidak sianosis, akral hangat, CRT < 3 detik Input : Infus KaEn 3b 500 cc/24jam Obat-obatan dan pengencer 30 cc/24 jam Output : Fases : 115 gram (kantong kolostomi) Urin : 216 gram IWL : 50 cc/kg BB/hari BC = 530cc – 456cc Balance Cairan = 74
26 C. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaaan Penunjang
Kasus 1 Kasus 2 Nilai Normal
USG tampak dilatasi
lumen colon dan tak tampak udara usus pada regio pelvic dengan tanda-tanda obstruksi letak rendah
tampak dilatasi lumen colon dan tak tampak udara usus pada regio pelvic dengan tanda-tanda obstruksi letak rendah -Laboratorium 1. Kimia Darah - SGOT - SGPT - GDS - Ureum - Creatinin - Natrium - Kalium - Calsium - Clorida 2. Hematologi - HB - Leukosit - Eritrosit - Hematokrit - Trombosit - MCV - MCH - CHC - Hitung Jenis - Basofil - Eosonofil - Batang - Segmen - Limfosit - Monosit - LED 13 7 163 202 10.72 137 3.7 6.9 102 8.8 9.3 3.0 34 255.000 81 29 36 0 2 0 75 18 1 5 91 9 120 126 3.90 141 4.7 7.7 110 9.1 7.1 4.4 39 124.000 89 29 33 0 2 0 67 25 0 3 <140 13-43 0.55-1.22 133 3.5-5.0 3.6-10.0 96-106 11.50-16.50 4.500-11.000 3.8-5.8 37-47 150.000 76-96 27-32 30-35 0-1 2-1 3-5 50-70 25-40 2-0 0-10
27 D. Farmakoterapi Kasus Farmakoterapi Kasus 1 1. Ceftriaxone 250 Mg/ 8 jam 2. Ranitidin 25 Mg/ 12 Jam 3. Ketorolac 15 Mg/ 8am 4. Infus KAEN 3B 240 Cc/24 jam
1. Antibiotika spectrum luas untuk mengatasi infeksi pada bakteri gram positif dan negative 2. Antihistamin H2 untuk mengurangi kembung
dan asam lambung
3. Analgetik yang bersifat NSAID (Non steroid anti inflammation)
4. Cairan isotonis untuk mengatasi kebutuhan cairan Kasus 2 1. Ceftriaxone 250 Mg/ 8 jam 2. Ranitidin 25 Mg/ 12 Jam 3. Ketorolac 15 Mg/ 8am 4. Infus KAEN 3B 240 Cc/24 jam
1. Antibiotika spectrum luas untuk mengatasi infeksi pada bakteri gram positif dan negative 2. Antihistamin H2 untuk mengurangi kembung
dan asam lambung
3. Analgetik yang bersifat NSAID (Non steroid anti inflammation)
4. Cairan isotonis untuk mengatasi kebutuhan cairan
28 E. Analisa Data
Analisa Data Penyebab Masalah
Kasus 1 DS : Keluarga mengatakan anaknya rewel dan sedang dipuasakan DO : - BB Saat ini 3,6 kg / 55 cm, BB masuk RS 3,7kg - HB 8.8 - Lila masuk 11
cm Lila saat ini 10 cm - Pasien dipuasakan - Bibir tampak kering - Distensi abdomen - Bayi tampak rewel - Terpsang NGT dengan cairan berwarna kehijauan +- 50cc/24 jm - BC = - 20 CC
Post op laparatomi dan kolostomi
Perubahan eliminasi fekal
Intake nutrisi tidak adekuat
Nutrisi Kurang dari Kebutuhan
Kasus 2 DS : Keluarga mengatakan anaknya rewel dan sedang dipuasakan DO : - BB saat ini 2,7 kg / 55 cm, BB masuk RS 2,8 kg - HB 9.1 - Lila masuk 10
Post op laparatomi dan kolostomi
Perubahan eliminasi fekal
Intake nutrisi tidak adekuat
Nutrisi Kurang dari Kebutuhan
29 cm Lila saat ini
10cm - Pasien dipuasakan - Distensi abdomen - Bayi tampak rewel - BC : 74 cc F. Diagnosa Keperawatan
Kasus Diagnosa Keperawatan
Kasus 1 Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat.
Kasus 2 Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat. G. Intervensi Keperawatan Diagnosa Keperawatan NIC RASIONAL Kasus 1
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat.
1. Kaji status nutrisi 2. Auskultasi bising usus 3. Timbang BB setiap 3 hari sekali 4. Monitor Balance cairan 5. Monitor pemberian nutrisi parenteral 1.Mengetahui status nutrisi klien 2.Mengetahui fungsi saluran pencernaan 3.Peningkatan BB mengindikasikan perbaikan keadaan umum klien 4.Mengetahui keseimbangan itake dan output 5.Mengetahui keefektifan terapi Kasus 2
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat. Nutrisi kurang
1. Kaji status nutrisi 2. Auskultasi bising usu 3. Timbang BB setiap hari sekali 1.Mengetahui status nutrisi klien 2.Mengetahui fungsi saluran pencernaan 3.Peningkatan BB
30 dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat. 4. Hitung balance ciaran 5. Monitor pemberian nutrisi parenteral mengindikasikan perbaikan keadaan umum klien 4.Mengetahui keseibangan intake output 5.Mengetahui keefektifan terapi
31
H. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN Dx
Keperawatan
Tanggal 3 Maret 2019 Tanggal 4 Maret 2019 Tanggal 5 Maret 2019 Tanggal 6 Maret 2019
Kasus 1 Jam Implementasi jam Implementasi jam Implementasi Jam Implementasi
08.00 - memeriksa ttv pasien 08.00 - memeriksa ttv pasien 08.15 - memeriksa ttv pasien 08.10 - memeriksa ttv pasien 08.15 - Memeriksa bising usus 8 08.15 - Memeriksa bising usus10 08.20 - Memeriksa bising usus 13 08.20 - Memeriksa bising usus 13 11.00 - memberikan ceftriaxone 250 mg - Memberikan ketorolac 15 mg 11.00 - memberikan ceftriaxone 250 mg - Memberikan ketorolac 15 mg 11.00 - memberikan ceftriaxone 250 mg - Memberikan ketorolac 15 mg 11.00 - memberikan ceftriaxone 250 mg - Memberikan ketorolac 15 mg 13.00 - Menimbang berat badan BB=3.6 kg 13.00 - Menimbang berat badan BB=3.6 kg 13.00 - Menimbang berat badan BB=3.6 kg 12.30 - Menimbang berat badan BB=3.6 kg 13.15 - Mmemberikan ranitidine 25 mg 13.20 - Mmemberikan ranitidine 25 mg 13.30 - Mmemberikan ranitidine 25 mg
13.30
- Mmemberikan ranitidine 25 mg 14.00 - Menghitung balance cairan BC – 20 13.50 - Menghitung balance cairan BC – 5 14.00 - Menghitung balance cairan BC – 3 14.00 - Menghitung balance cairan BC 10 - Memberikan diit minum air manis 240 cc- Memberikan diit minum air manis 240 cc
32 Kasus 2 08.10 - memeriksa ttv pasien 08.15 - memeriksa ttv pasien 08.15 - memeriksa ttv pasien 08.15 - memeriksa ttv pasien 08.30 - Memeriksa bising usus 6 08.30 - Memeriksa bising usus 6 08.35 - Memeriksa bising usus 6 08.30 - Memeriksa bising usus 6 11.00 - memberikan ceftriaxone 250 mg - Memberikan ketorolac 15 mg 11.00 - memberikan ceftriaxone 250 mg - Memberikan ketorolac 15 mg 11.00 - memberikan ceftriaxone 250 mg - Memberikan ketorolac 15 mg 11.00 - memberikan ceftriaxone 250 mg - Memberikan ketorolac 15 mg 12.30 - Menimbang berat badan BB= 2.5 kg 12.15 - Menimbang berat badan BB= 2.5 kg 12.00 - Menimbang berat badan BB= 2.5 kg 12.00 - Menimbang berat badan BB= 2.5 kg 13.30 - Mmemberikan ranitidine 25 mg 13.25 - Mmemberikan ranitidine 25 mg 13.15 - Mmemberikan ranitidine 25 mg 13.15 - Mmemberikan ranitidine 25 mg 14.00 - Menghitung balance cairan BC 74 14.00 - Menghitung balance cairan BC 78 14.00 - Menghitung balance cairan BC Plus 5 14.-00 - Menghitung balance cairan BC Plus 5 - - Mmeberikan diit 240 cc minum - Mmeberikan adice tambahan diit 240 cc minum - Mmeberikan diit 240 cc minum
33
I. EVALUASI
Kasus Hari ke 1 Hari ke 2 Hari ke 3
Kasus 1 S : Ibu Klien mengatakan bayi rewel dan masih dipasakan
O :
- Bayi tampak gelisah
- Puasa
- BB 3.6 kg
- BC – 20
- Bibir tampak pucat A : Masalah belum teratasi P :
- Obs status nutrisi dan cairan
- Timbang BB berkala
- Hitung blance cairan
- Kolaborasi pemberian analgetik dan
S : Ibu Klien mengatakan bayi rewel dan masih dipasakan
O :
- Bayi tampak gelisah
- Puasa
- BB 3.6 kg
- BC – 5
- Bibir tampak pucat A : Masalah belum teratasi P :
- Obs status nutrisi dan cairan
- Timbang BB berkala
- Hitung blance cairan
- Kolaborasi
pemberian analgetik
S : Ibu Klien mengatakan bayi rewel dan masih dipasakan O : - Bayi tampak gelisah - Puasa - BB 3.6kg - BC – 3 - Bibir tampak pucat A : Masalah teratasi sebagian P :
- Obs status nutrisi dan cairan
- Timbang BB
S : Ibu Klien mengatakan bayi rewel dan masih dipasakan O : - Bayi tampak gelisah - BB 3.6 kg - BC 10 - Bibir tampak pucat A : Masalah teratasi sebagian P :
- Obs status nutrisi dan cairan
- Timbang BB berkala
34
antibiotika dan antibiotika
- Berikan diit tambahan minum 240 cc / 24 jam berkala - Hitung blance cairan - Kolaborasi pemberian analgetik dan antibiotika - Berikan diit tambahan minum 240 cc / 24 jam - Hitung blance cairan - Kolaborasi pemberian analgetik dan antibiotika - Berikan diit tambahan minum 240 cc / 24 jam Kasus 2 S : Ibu Klien mengatakan
bayi rewel dan masih dipasakan
O :
- Bayi tampak gelisah
- Puasa
- BB 2.5kg
- BC 74
- Bibir tampak pucat A : Masalah belum teratasi P :
- Obs status nutrisi dan cairan
- Timbang BB berkala
- Hitung blance cairan
S : Ibu Klien mengatakan bayi rewel dan bayi sudah tidak puasa
O :
- Bayi tampak gelisah
- BB 2.5 kg
- BC 78
- Bibir tampak pucat A : Masalah belum teratasi P :
- Obs status nutrisi dan cairan
- Timbang BB berkala
- Hitung blance cairan
- Kolaborasi
pemberian analgetik
S : Ibu Klien mengatakan bayi rewel dan sudah tidak dipuasakan O : - Bayi tampak gelisah - BB 2.5 kg - BC plus 5 - Bibir tampak pucat A : Masalah teratasi sebagian P :
- Obs status nutrisi dan cairan
S : Ibu Klien mengatakan bayi rewel dan sudah tidak dipuasakan O : - Bayi tampak gelisah - BB 2.5 kg - BC plus 5 - Bibir tampak pucat A : Masalah teratasi sebagian P :
- Obs status nutrisi dan cairan
35 - Kolaborasi pemberian analgetik dan antibiotika - Kolaborasi pemberian diit minum 240 cc/ 24 jam dan antibiotika - Kolaborasi pemberian diit minum 240 cc/ 24 jam - Timbang BB berkala - Hitung blance cairan - Kolaborasi pemberian analgetik dan antibiotika - Kolaborasi pemberian diit minum 240 cc/ 24 jam - Timbang BB berkala - Hitung blance cairan - Kolaborasi pemberian analgetik dan antibiotika - Kolaborasi pemberian diit minum 240 cc/ 24 jam
36 BAB IV PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Hi. Abdul Moeloek pada mulanya merupakan Rumah Sakit Onderneming Pemerintahan hindia belanda yang didirikan pada tahun 1914 untuk buruh perkebunan. Saat itu bangunan Rumah Sakit masih semi permanen dengan kapasitas seratus tempat tidur. Setelah Indonesia merdeka RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek menjadi RSU Pemerintah Sumatera Selatan tahun 1950-1964 untuk selanjutnya menjadi RSU Tanjung Karang-Teluk Betung saat Lampung menjadi provinsi sendiri.
Setelah menjadi RSUD Provinsi Lampung pada tahun 1965 sesuai SK Gubernur Lampung 07 agustus 1984 Rumah Sakit ini berubah nama menjadi RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek hingga saat ini. Tahun 1993 sesuai SK Menkes RI Nomor : 1163/Menkes/SK/XII/1993 RSUD. Kemudian RSUD Dr. H. Abdul Moeloek ditetapkan menjadi Rumah Sakit Unit Swadana Daerah berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Lampung. RSUD Dr. H. Abdul Moeloek merupakan Rumah Sakit Rujukan tertinggi di provinsi Lampung. Dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan yang bermutu, efektif, efisien dan optimal, pada tahun 2000 dilakukan relokasi kelas perawatan dan jumlah tempat tidur yang sebelumnya 555 tempat tidur dikurangi menjadi 400. Namun tahun 2005 kapasitas ditambah menjadi 460 tempat tidur mengingat jumlah pasien yang terus
37
meningkat. hingga saat ini RSUD Dr. Hi Abdul Moeluk memiliki 30 tempat tidur VVIP, 71 tempat tidur vip, 80 tempat tidur kelas 1, 119 tempat tidur kelas 2, 339 tempat tidur kelas 3, 10 tempat tidur ICU, 3 tempat tidur PICU, 4 tempat tidur NICU, 29 tempat tidur bayi baru lahir, 6 tempat tidur ICCU, tempat tidur di kamar bersalin 28 , 8 tempat tidur kamar operasi, 6 tempat tidur ruang isolasi.
Ruang kemuning merupakan ruang bedah anak yang memiliki kapsitas 34 tempat tidur. Sedangkan di ruang kemuning sendiri terdiri dari 1 orang kepala ruangan, 1 orang kordinator, 2 orang ketua tim dan 16 perawat pelaksana.
B. Analisa Data Dan Pengkajian
Kasus 1 dan kasus 2 pada saat bayi baru lahir diketahui bahwa terdapat kesamaan gejala yaitu bayi jarang BAB, BAB 2-3 hari sekali. Dalam studi ini didapatkan dalam pengkajian keperawatan yaitu adanya keluhan fases cair berwarna putih kecolatan dimana memiliki kekhasan dari penyakit ini dimana pada kedua kasus ini memiliki gambaran yang sama, selain itu pada pengkajian ditumui adanya abdomen yang membuncit dan mengalami distensi hal tersebut terjadi pada kedua kasus. Pada pengkajian fisik lainya ditemukan adanya , bibir kering, muntah dan juga kondisi dimana pada kasus 1 terpasang NGT dan kasus 2 yang berfungsi sebagai drain dan dekompensasi.
Analisa data ditemukan bahwa pada kedua kasus ini mengalami penurunan berat badan yaitu pada kasus 1 BB Saat ini 3,9 kg / 55 cm, BB masuk RS
38
3,6 kg, sedangkan pada kasus 2 yaitu BB saat ini 3,1 kg / 55 cm, BB masuk RS 2.5 kg. Selain itu pada kedua bayi juga ditemukan adanya kondisi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yaitu dari penurunan LILA Lila masuk 11 cm Lila saat ini 10 cm pada kasus 1 dan pada kasus 2 LILA masuk 10 cm Lila saat ini 9 cm. Sementara itu pada kedua kasus juga mengalami penurunan kadar HB, dimana pada kasus 1 yaitu HB 8.8 dan kasus 2 yaitu HB 9.1, untuk gambaaran nilai laboratorium hanya HB saja yang mengalami nilai kritis atau terjadi penurunan. Sedangkan pada gambaran pemeriksaan USG ditemui gambaran yang sama pada kedua kasus yaitu tampak dilatasi lumen colon dan tak tampak udara usus pada regio pelvic dengan tanda-tanda obstruksi letak rendah.
Hasil pengkajian juga didapatkan pada kedua kasus dilakukan puasa post operasi, yang mengakibatkan mukosa mulut menjadi kering, dan bayi menjadi rewel. Dari hasil penkajian juga didapatkan bahwa pada balance cairan pada kedua kasus mengalami minus meskipun tindakan signifikan pada kasus 1 terjadi – 20 cc dan pada kasus 2 terjadi 78 cc, yang menjadi salah satu perbaikan untuk nutrisi.
Gambaran klinis tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang berjudul Karakteristik bayi yang menderita penyakit hircshsprung di RSUP H. Adam Malik Kota Medan tahun 2010-2012. Hasil studi kasus dan juga jurnal yang ada didapatkan temuan yang sama dima bayi dengan hysprung memiliki karakteristik yang sama diantaranya yaitu Distensi abdomen,
39
tidak/sulit BAB, dan perut membesar. Secara garis besar ditemukan karakteristik yang sama antara jurnal dengan hasil karya tulis ilmiah ini.
C. Analisis Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan didasarkan pada diagnosis NANDA dan pada kedua kasus didapatkan diagnosis keperawatan yang sama yaitu Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat. Hal tersebut tergambar dari perubahan berat badan yang terjadi dan juga kondisi pasien post operasi yang harus dipuasakan.
Telaah jurnal yang berjudul Karakteristik bayi yang menderita penyakit hircshsprung di RSUP H. Adam Malik Kota Medan tahun 2010-2012, ditemukan salah satu diagnosis yang sama yaitu nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh.
D. Analisis Intervensi
Implementasi keperawatan pada kedua kasus yaitu mengkaji kaji status nutrisi pasien yang bertujuan mengetahui gambaran nutrisi pada pasien yang bertujuan untuk menyusun intervensi lanjutan. Intervensi juga dilakukan pemeriksaan bising usus yang bertujuan untuk mengetahui apakah usus sudah siap bekerja atau belum hal tersebut berkaitan dengan intervensi pemberian makan seteah pasien post operasi. Timbang BB setiap hari sekali untuk mengetahui peningkatan nutrisi pada pasien, hal ini dilakukan pada kedua kasus. Monitor Balance cairan dilakukan pada kedua kasus untuk mengetahui status cairan pada bayi dan untuk menyeimbangkan anatara input dan output cairan. Selain itu pada kedua
40
kasus dilakukan monitor pemberian nutrisi parenteral dan pasien mendapatkan cairan parenteral KAEN 3 B 240 CC/ 24 Jam ditampah dengan cairan pengencer obat 30 cc / hari.
Hasil telaah jurnal diperlukan persiapan khusu harus dilakukan untuk anak-anak atau bayi yang mengalami kolostomi. Dikarenakan bayi yang mengalami kolostomi akan mengalami hal yang berbeda dibandingkan dengan bayi yang tidak mengalami kolostomi. Dari hasil jurnal tersbut terdapat kesamaan dengan karya tulis ilmiah yang peneliti tulis yaitu salah satu karakteristik anak yang mengalami hisprung lebih rewel dibandingkan anak biasanya. Jurnal penelitian ini dibutuhkan untuk intervensi lanjutan pada anak hisprung untuk menghindari gangguan tumbuh dan kembang pada anak dimasa mendatang
E. Analisis Implementasi Dan Evaluasi
Hasil implementasi dan evaluasi yang dilakukan selama 3 hari didapatkan keseluruhan masalah belum dapat teratasi terutama untuk peningkatan berat badan pada pasien, hal tersebut terjadi karena pada kasus 1 pasien baru mendapatkan nutrisi yaitu hari ke 3 post operasi dan pada pasien ke 2 pasien baru mendapatkan nutrisi hari ke 2 post operasi. Perbedaan waktu pemberian nutrisi per oral terjadi karena pasien 1 mengalami muntah sehingga harus ditunda pemberian makan meskipun bising usus sudah positif.
Sesuai dengan hasil dari hasil penelitian Karakteristik bayi yang menderita penyakit hircshsprung di RSUP H. Adam Malik Kota Medan tahun
2010-41
2012, perbaikan keadaan dan status gizi pada anak dengan hisprung membutuhkan waktu yang cukup lama dan umumnya masalah tidak akan selesai dalam waktu 3 hari perawatan pasca operasi.
42 BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan pada kedua kasus mengalami gejala gangguan nutrisi yang ditandai dengan adanya penuruanan berat badan. Selain itu dari hasil pengkajian diketahui bahwa kedua kasus mengalami distensi abdomen dan juga mengalami muntah yang berakibat pada masalah nutrisi.
2. Berdasarkan hasil studi kasus pada kedua kasus didapatkan diagnosis keperawatan yang sama yaitu Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat.
3. Berdasarkan hasil studi kasus pada kedua kasus dilakukan intervensi keperawatan yang sama yaitu k aji status nutrisi, auskultasi bising usus, imbang BB setiap hari sekali, monitor Balance cairan, monitor pemberian nutrisi parenteral dan kolaborasi pemberian cairan parenteral
4. Hasil implementasi dan evaluasi pada kedua pasien didapatkan keadaan yang berbeda pada kasus 1 mengalami puasa yang lebih panjang dibandingkan kasus 2 dikarenakan mual muntah.
5. Hasil studi kasus menunjukan bahwa pada kedua kasus belum sepenuhnya masalah nutrisi terpenuhi, hasil evaluasi didapatkan masalah teratasi sebagian.
43 B. Saran
1. Saran Untuk Rumah Sakit
Peneliti memberikan saran kepada rumah sakit untuk dapat lebih memperhatikan tentang proses asuhan keperawatan yang ada dan juga peneliti menyarankan untuk selalu menghitung balance cairan terutama pada pasien yang mengalami puasa post operasi agar nutrisi dan cairan pasien tetap terpenuhi.
2. Saran Untuk Instansi Pendidikan
Peneliti memberikan saran agar instansi pendidikan dapat memberikan waktu yang lebih panjang dalam melakukan studi kasus, agar diaptkan hasil asuhan keperawatan yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek Dkk.2013. Nursing Intervension clasificasion (NIC) Edisi bahasa Indonesia editor intan sari nurjanah . Jakarta : Moco media
Kosim , dkk.2012. Buku Ajar Neonatologi. Ikatan Dokter Anak Indonesia :Jakarta Nurhayati.2017.dimana dalam penelitian yang berjudul kualitas nutrisi pada anak
paska kolostomi dengan masalah hisprung di bandung
Rochadi.2017.Hipoalbuminemia prabedah sebagai faktor prognostik enterokolitis pascabedah penderita megakolon kongenital (Hirschsprung’s disease : Jurnal
Tarwoto&Wartona.2015.Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Sjamsuhidajat. 2012. Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta: EGC
Wong, D, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Volume 1. Penerbit. Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Wijaya & putrie 2013. Keperawatan medikal bedah 2. Bengkulu : Nuha medika Wilkson & Ahrn.2012. Buku Saku diagnosis keperawatan. Jakarta : EGC .