• Tidak ada hasil yang ditemukan

Overview Implementasi Accrual-Based Budgeting Pada Sektor Publik Di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Overview Implementasi Accrual-Based Budgeting Pada Sektor Publik Di Indonesia"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis

2.1.1 Konsep Anggaran Sektor Publik

Pada organisasi sektor publik dan sektor swasta, ada sedikit perbedaan dalam konsep penganggaran. Anggaran pada organisasi sektor publlik diinformasikan kepada publik untuk didiskusikan, dikritisi dan diberi masukan-masukan oleh publik sebelum anggaran tersebut disahkan oleh perwakilan publik, sedangkan pada sektor swasta anggaran adalah hal yang sangat rahasia bagi perusahaan dan tidak dipublikasikan untuk masyarakat umum. Berbagai variasi dalam sistem penganggaran pemerintah dikembangkan untuk melayani berbagai tujuan termasuk guna pengendalian keuangan, rencana manajemen, prioritas dari penggunaan dana dan pertanggungjawaban kepada publik.

(2)

Menurut Mardiasmo (2002) bahwa anggaran sektor publik harus mencakup beberapa aspek berikut ini:

1. Aspek perencanaan 2. Aspek pengendalian, dan 3. Aspek akuntabilitas publik.

Penyusunan anggaran pada sektor publik harus diawasi mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pelaporan. Proses penganggaran akan lebih efektif apabila diawasi oleh lembaga pengawas khusus (oversight body) yang memiliki tugas untuk mengontrol proses perencanaan dan pengendalian anggaran.

2.1.1.1 Pengertian Anggaran Sektor Publik

Mardiasmo (2002) menyatakan bahwa, “Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial, sedangkan penganggaran adalah proses atau metoda untuk mempersiapkan suatu anggaran”. Dengan kata lain penganggaran merupakan rencana keuangan yang secara sistematis menunjukkan alokasi sumber daya manusia, material, dan sumber daya lainnya.

(3)

Menurut Undang-undang Nomor 71 Tahun 2010, “Anggaran merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan pemerintah meliputi rencana pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan yang diukur dalam satuan rupiah, yang disusun menurut klasifikasi tertentu secara sistematis untuk satu periode.”

Menurut Blondal (dalam Mulyana 2009), “Anggaran adalah dokumen kunci dari manajemen sektor publik (pemerintah) dan akuntabilitas didasarkan pada anggaran yang telah disetujui legislator (DPR/DPRD)”.

Sedangkan anggaran publik menurut Mardiasmo (2002) adalah rencana kegiatan dalam bentuk perolehan pendapatan dan belanja dalam satuan moneter. Selain itu Mardiasmo (2002) juga menyatakan bahwa, ”Anggaran sebagai alat perencanaan kegiatan publik yang dinyatakan dalam satuan moneter sekaligus dapat digunakan sebagai alat pengendalian. Agar fungsi perencanaan dan pengawasan dapat berjalan dengan baik, maka sistem anggaran serta pencatatan atas penerimaan dan pengeluaran harus dilakukan dengan cermat dan sistematis”.

(4)

besarnya anggaran secara langsung akan merefleksikan arah dan tujuan dari pelayanan masyarakat yang diharapkan.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa anggaran sektor publik adalah suatu rencana kerja yang dijadikan sebagai pedoman atas tindakan yang akan dilaksanakan dan digunakan oleh pemerintah, baik itu pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang dinyatakan dalam bentuk ukuran finansial, yang memuat informasi mengenai pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan, yang diukur dalam satuan moneter untuk satu periode yang merefleksikan arah dan tujuan dari pelayanan masyarakat yang diharapkan.

2.1.1.2 Fungsi Anggaran Sektor Publik

Menurut Mardiasmo (2002) anggaran sektor publik mempunyai beberapa fungsi utama, yaitu sebagai alat perencanaan, alat pengendalian, alat kebijakan fiskal, alat politik, alat koordinasi dan komunikasi, alat penilaian kinerja, alat motivasi, dan alat menciptakan ruang publik.

1. Anggaran sebagai alat perencanaan (Planning Tool)

(5)

Anggaran sebagai alat perencanaan digunakan untuk sebagai berikut:

(a) Merumuskan tujuan serta sasaran kebijakan agar sesuai dengna visi dan misi yang ditetapkan.

(b) Merencanakan berbagai program dan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi serta merencanakan alternative sumber pembiayaannya.

(c) Mengalokasikan dana pada berbagai program dan kegiatan yang telah disusun.

(d) Menentukan indikator kinerja dan tingkat pencapaian starategi. 2. Anggaran sebagai alat pengendalian (Control Tool)

Anggaran sebagai instrument pengendalian digunakan untuk menghindari adanya over spending, underspending, dan salah sasaran (misappropriation) dalam pengalokasian anggaran pada bidang lain yang bukan merupakan prioritas. Anggaran merupakan alat untuk memonitor kondisi keuangan dan pelaksanaan operasional program atau kegiatan pemerintah.

(6)

Pengendalian anggaran publik dapat dilakukan melalui empat cara, yaitu:

a. Membandingkan kinerja aktual dengan kinerja yang dianggarkan

b. Menghitung selisih anggaran (favourable dan unfavourable variances)

c. Menemukan penyebab yang dapat dikendalikan (controllable) dan tidak dapat dikendalikan (uncontrollable) atas suatu varians

d. Merevisi standar biaya atau target anggaran untuk tahun berikutnya.

3. Anggaran Sebagai Alat Kebijakan Fiskal (Fiscal tool)

Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal digunakan untuk alat menstabilkan ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Melalui anggaran publik dapat diketahui arah kebijakan fiskal pemerintah, sehingga dapat dilakukan prediksi dan estimasi ekonomi. Anggaran dapat digunakan unrtuk mendorong, memfasilitasi dan mengkoordinasikan kegiatan ekonomi masyarakat sehingga dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi. 4. Anggaran Sebagai Alat Politik (Political tool)

(7)

eksekutif dan kesepakatan legislatif atas penggunaan dana publik untuk kepentingan tertentu. Anggaran bukan sekedar masalah teknis tetapi lebih merupakan alat politik, karenanya pembuatan anggaran publik membutuhkan political skill, coalition holding, keahlian negoisasi, pemahaman tentang prinsip manajemen keuangan publik oleh para manajer publik. Manajer publik harus sadar sepenuhnya bahwa kegagalan dalam melaksanakan anggaran yang telah disetujui akan menjatuhkan kepemimpinannya, atau paling tidak menurunkan kredibilitas pemerintah.

5. Anggaran Sebagai Alat Koordinasi dan Komunikasi (Coordination and Communication tool)

Setiap unit kerja pemerintah terlibat dalam penyusunan anggaran. Anggaran publik merupakan alat koordinasi antar bagian dalam pemerintahan. Anggaran publik yang disusun dengan baik akan mampu mendeteksi terjadinya inkonsistensi suatu unit kerja di dalam pencapaian tujuan organisasi. Disamping itu anggaran publik juga berfungsi sebagai alat komunikasi antar unit kerja dalam lingkungan eksekutif. Anggaran harus dikomunikasikan ke seluruh bagian organisasi untuk dilaksanakan.

6. Anggaran Sebagai Alat Pinilaian Kinerja (Performance measurement tool)

(8)

dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran adan pelaksanaan efisiensi anggaran. Anggaran merupakan alat yang efektif untuk pengendalian dan penilaian kinerja.

7. Anggaran Sebagai Alat Motivasi (Motivation tool)

Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi manajer dan stafnya agar bekerja secara ekonomis, efektif dan efisien dalam mencapai target dan tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Agar dapat memotivasi pegawai target anggaran hendaknya jangan terlalu tinggi sehingga tidak dapat dipenuhi,namun juga jangan terlalu rendah sehingga terlalu mudah untuk dicapai.

8. Anggaran Sebagai Alat untuk Menciptakan Ruang Publik (Public Sphere)

(9)

suara mereka, mereka kan mengambil tindakan dengan jalan lain seperti dengan tindakan massa, melakukan boikot dan sebagainya. 2.1.2Jenis-Jenis Anggaran Sektor Publik

Menurut Mardiasmo (2002), berdasarkan jenis aktivitasnya anggaran sektor publik dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Anggaran Operasional. 2. Anggaran Modal.

2.1.2.1 Anggaran Operasional

Anggaran digunakan untuk merencanakan kebutuhan sehari-hari dalam menjalankan pemerintahan. Pengeluaran pemerintah yang dapat dikatagorikan dalam anggaran operasional adalah belanja rutin yaitu belanja yang manfaatnya hanya untuk satu tahun anggaran saja dan tidak dapat menambah aset atau kekayaan bagi pemerintah. Disebut rutin karena pengeluaran tersebut berulang-ulang ada setiap tahun.

Secara umum pengeluaran yang masuk kategori anggaran operasional antara lain belanja administrasi umum dan belanja operasional dan pemeliharaan.

2.1.2.2 Anggaran Modal

(10)

pengeluaran yang masa manfaatnya lebih dari satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan pemerintah dan selanjutnya akan menambah anggaran rutin untuk biaya operasional dan pemeliharaannya.

Pada dasarnya pemerintah tidak memiliki uang yang dimiliki sendiri, sebab seluruhnya adalah milik publik. Dalam sebuah msyarakat yang demokratis rakyat memberi mandat kepada pemerintah melalui pemilihan umum. Politisi mentranslasikan mandat tersebut melalui kebijakan dan program yang memberi manfaat lebih kepada pemilih yang direfleksikan dalam anggaran. Pemerintah tidak mungkin memenuhi semua permintaan stake-holdernya secara simultan, tetapi pemerintah akan memilih program yang menjadi prioritas. Disinilah fungsi anggaran yang akan digunakan sebagai alat politis dalam memutuskan prioritas dan kebutuhan keuangan pada sektor tersebut.

(11)

dengan baik, maka sistem anggaran serta pencatatan atas penerimaan dan pengeluaran harus dilakukan dengan cermat dan sistematis.

Sebagai sebuah sistem, perencanaan anggaran sektor publik telah mengalami banyak perkembangan. Sistem perencanaan anggaran publik berkembang dan berubah sesuai dengan dinamika perkembangan manajemen sektor publik dan perkembangan tuntutan yang muncul di masyarakat. Pada dasarnya terdapat beberapa jenis pendekatan dalam perencanaan dan penyusunan anggaran sektor publik. Secara garis besar terdapat dua pendekatan utama yang memiliki perbedaan mendasar. Menurut Ulum (2004), kedua pendekatan tersebut adalah:

1. Anggaran tradisional atau anggaran konvensional

2. Pendekatan baru yang sering dikenal dengan pendekatan New Public Management pendekatan ini merupakan cikal bakal munculnya anggaran basis akrual.

2.1.3 Transformasi Accrual-Based Accounting Pada Sistem

PemerintahanDi Indonesia

(12)

negara seperti yang diamanatkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 dan pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Standar Akuntansi Pemerintahan tersebut menganut basis kas menuju akrual (Cash Toward Accrual) yaitu menggunakan basis kas untuk pengakuan transaksi pendapatan, belanja dan pembiayaan, dan basis akrual untuk pengakuan asset, kewajiban, dan ekuitas dana.

Akuntansi yang berbasis kas mengakui dan mencatat transaksi pada saat terjadinya penerimaan dan pengeluaran kas dan tidak mencatat aset dan kewajiban. Kelebihan menggunakan akuntansi berbasis kas adalah penerapannya yang sederhana dan mudah dipahami. Dan kekurangannya adalah kurang informatif karena hanya berisikan informasi tentang penerimaan, pengeluaran, saldo kas, tidak memberikan informasi tentang aset dan kewajiban. Sedangkan Cash Toward Accrual (akuntansi berbasis kas menuju akrual) atau yang sering disingkat CTA merupakan basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam Neraca. Kekurangan yang ada pada basis kas tersebut bisa bisa ditutupi oleh akuntansi berbasis akrual yang lebih informatif dan mendukung manajemen keuangan yang lebih baik.

(13)

basis akrual ini juga memiliki kendala lain yaitu kompleksitas dari sistem pencatatan yang memerlukan dukungan komitmen dari pimpinan dan ketersediaan SDM dan sarana teknologi informasi untuk penerapannya. Sehingga dalam perubahan basis ini dilakukan secara bertahap.

Namun, penerapan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 masih bersifat sementara sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang menyatakan bahwa selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas. Sehingga diterbitkanlah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang menganut basis akrual secara penuh, yang menggantikan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Kas Menuju Akrual menurut PP Nomor 24 Tahun 2005 tersebut akan dimulai pada tahun 2015.

Hal ini berarti bahwa Pemerintah mempunyai kewajiban untuk dapat segera menerapkan SAP yang baru yaitu SAP berbasis akrual. SAP disusun oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) yang independen dan ditetapkan dengan PP setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

(14)

dalam pencatatan dan pelaporan keuangan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Keuangan Negara.

2.1.4 Anggaran Basis Kas

Basis kas untuk laporan realisasi anggaran berarti bahwa pendapatan diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan dan belanja diakui pada saat kas dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas pelaporan.

Dalam penyajian laporan realisasi anggaran berbasis kas terdapat unsur-unsur yang harus dipenuhi:

1. Pendapatan –LRA. 2. Belanja.

3. Transfer. 4. Surplus/Defisit. 5. Pembiayaan.

6. Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran.

Laporan realisasi anggaran berbasis kas yang selanjutnya disebut dengan LRA merupakan laporan yang menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola, serta menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam suatu periode pelaporan yang terdiri atas unsur pendapatan dan belanja.

(15)

anggaran APBN atau APBD. APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh DPRD. Sedangkan APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh DPRD. Laporan realisasi anggaran menggambarkan perbandingan antara anggaran dengan realisasinya dalam satu periode pelaporan.

2.1.5 Anggaran Basis Akrual (Accrual-based budgeting)

Halim (dalam Akhyaruddin, 2013) anggaran berbasis akrual berarti mengakui dan mencatat anggaran dan realisasi pendapatan, belanja, dan pembiayaan pada saat kejadian, atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah atau daerah, tanpa memperhatikan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.

(16)

tergantung pada saat kapan pengeluarannya terjadi. Sebaliknya, hal ini akan menimbulkan isu kompleksitas akuntansi dan manajemen kas yang harus diselesaikan sebelum basis akrual diimplementasikan (Irawan, 2013)

Dalam undang Nomor 17 Tahun 2003 dan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 telah mengisyaratkan penggunaan anggaran berbasis akrual. Hal tersebut tercermin dalam pasal 3 ayat 5 dan 6. UU Nomor 17 tahun 2003 yang menyatakan, “Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban negara/daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dimasukkan dalam APBN/ APBD.” Sementara itu, pasal 12 dan 13 ayat 1 UU Nomor 1 Tahun 2004 menyatakan “APBN/APBD dalam satu tahun anggaran meliputi: hak pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih, kewajiban pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih, penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

Menurut Halim (dalam Akhyaruddin, 2013), dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 juga belum diatur tentang anggaran berbasis akrual, sehingga dapat dikatakan bahwa SAP tersebut bukan merupakan SAP Akrual penuh melainkan SAP berbasis akrual modifikasi.

(17)

akrual (PP 71 tahun 2010 Kerangka Konseptual paragraph 44). Namun, menurut Halim dan Kusufi, faktanya sebagian besar praktik yang berlaku dalam penganggaran dan pelaporan pelaksanaan anggaran di Indonesia adalah berbasis kas (dalam Ardianto, 2013).

Atribut utama accrual-based budgeting dan accounting adalah penyajian informasi yang memadukan beban pada periode munculnya beban (incurred), sesungguhnya dipicu oleh fenomena pengakuan perolehan dan pencatatan aset berasal dari hutang (Hoesada, 2010). Anggaran akrual memecahkan hambatan tradisi lama teknologi apropriasi dalam cash based budgeting, yaitu persetujuan alokasi anggaran oleh DPR untuk pengeluaran kas untuk suatu periode anggaran kecuali modal lintas tahun anggaran atau semacamnya. Apabila anggaran kas adalah input based budgeting, maka anggaran akrual adalah input-output based budgeting pada sistem kepemerintahan berorientasi hasil (result-oriented government).

(18)

Maka basis akrual anggaran dan akuntansi membawa berbagai kebaikan publik seperti peningkatan transparansi biaya, gambaran biaya paripurna (full cost picture) atas suatu program, valuasi aset sektor publik, meningkatkan akuntabilitas dimata lembaga oversight (Hoesada, 2010).

Jika nantinya digunakan anggaran berbasis akrual maka implikasinya terhadap penandingannya adalah dengan pelaporan akuntansi akrual pula. Pada saat itu sesungguhnya analog dengan melaporkan laporan operasional (berbasis akrual) ditandingkan dengan realisasinya yang juga berbasis akrual sehingga dihasilkan anggaran selisih lebih/kurang dari operasi. Akibatnya adalah terdapat anggaran posisi keuangan yang juga menampung anggaran selisih lebih/kurang pada sisi ekuitasnya. Pada dasarnya terdapat tarik menarik antara perlunya menyusun anggaran yang kompleks namun memberi manfaat yang optimal atau anggaran yang sederhana namun terbatas dalam memberikan manfaat.

2.1.6 Perbedaan Anggaran Basis Kas dengan Anggaran Basis

Akrual

(19)

Tabel 2.1

Perbedaan antara Anggaran Basis Akrual dengan Anggaran Basis Kas

No. Transaksi atau Peristiwa

Anggaran Basis Kas Anggaran Basis Akrual 1 Pengadaan aset Biaya perolehan

dianggarkan sebagai aset dan depresiasi operasi tahunan yang akan dicatat dalam anggaran Total biaya perolehan akan dianggarkan sebagai pengeluaran modal pada tahun perolehan 2 Penggunaan Aset

(Penganggaran Depresiasi)

Depresiasi yang setara atau senilai dengan potensi jasa yang dikonsumsi akan dianggarkan sebagai belanja tahunan selama masa manfaat aset

Tidak ada penganggaran yang dilakukan sehubungan dengan penggunaan aset maupun depresiasi 3 Penjualan Aset Harga jual aset akan

dicatat sebagi kas. Keuntungan atau kerugian diakui dari selisih antara harga jual dan nilai buku yang tercatat (harga beli dikurangi depresiasi).

Total penjualan akan dicatat sebagai kas, tetapi keuntungan atau kerugian diakui dari selisih antara harga jual dan harga beli.

4 Kewajiban di masa yang akan datang (misalnya pensiun)

Beban tahunan dan akumulasi kewajiban muncul dalam anggaran tahunan. Tidak ada anggaran yang terjadi sampai kewajiban itu harus dibayarkan. 5 Pengakuan pendapatan Pendapatan

dianggarkan pada saat terjadinya. Pendapatan dianggarkan apabila ada kepastian penerimaan kas. 6 Defisit dan surplus

anggaran yang ditimbulkan

Defisit anggaran yang ditimbulkan lebih kecil.

(20)

yang ditimbulkan anggaran basis kas.

Sumber : Wardhaningrum,dkk : 2014

2.1.7 Perbedaan Manfaat dan Kelemahan Penggunaan Basis Yang

Berbeda

Adapun perbedaan pada manfaat dan kelemahan penggunaan basis yang berbeda antara anggaran dan akuntansi, dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.2

Perbedaan Manfaat dan Kelemahan Anggaran Basis Kas dengan Anggaran Basis Akrual

Anggaran Basis Kas, Akuntansi Basis Akrual

Anggaran Basis Akrual, Akuntansi Basis Akrual

Manfaat Kelemahan Manfaat Kelemahan

Anggaran berbasis kas telah lazim diterapkan pada sektor publik. Tidak memerlukan perubahan paradigma penganggaran. Tidak dapat ditandingkan antara anggaran berbasis kas dengan realisasi hasil operasional maupun posisi keuangan yang disajikan dalam basis akrual. Dapat dilakukan pengendalian atas posisi keuangan dan operasional dan organisasi. Terdapat kerumitan menentukan target anggaran atas pencapaian posisi keuangan dan hasil operasi di masa depan.

(21)

efisiensi atas aktivitas tersebut.

diukur efisiensi pelayanan

publik.

ekuitas pada saat akan menyusun anggarannya. Anggaran tidak disajikan akrual sehingga tidak ada perubahan dari praktik yang berlaku sebelumnya. cost pelaporan masih rendah. Pengendalian atas pencapaian operasional dan posisi yang hendak dicapai entitas kurang dapat dilakukan. Dimungkinkan terjadi lebih banyak penyajian laporan, antara lain anggaran kas dan realisasinya, anggaran operasional (LO), dan realisasinya, anggaran posisi keuangan dan realisasinya, dst. Keterserapan anggaran kas sebagai tolok ukur keberhasilan menyebabkan kecenderungan menyamakan anggaran dengan realisasinya. Sumber: Ardianto : 2013

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu Nama dan Tahun Judul Penelitian

Kata Kunci Hasil Penelitian

J. B. Hockey MP dan Mathias Cormann (2015)

(22)

surplus. Hal ini adalah tentang membangun fondasi yang kuat dan mengambil langkah-langkah berikutnya untuk mengatur

Australia untuk masa depan yang lebih sejahtera. Oktaviani Wardhaning rum Ari (2014) Overview Implementasi Accrual Based Budgeting Pada Entitas Pemerintahan Accrual-Based Budgeting, Accrual-Based Accounting, Anggaran Pemerintah, Basis Akuntansi Asumsi-asumsi agar accrual-based budgetingdapat diimplementasika n di entitas pemerintahan Indonesia diantaranya adalah rekrutmen dan pelatihan sumber daya manusia agar berkompeten dan profesional dalam pengelolaan keuangan, penyediaan teknologi sistem informasi yang mampu mengakomodasi persyaratan-persyaratan dalam penerapan full-accrual, dan komitmen dari para pengambil keputusan di seluruh jajaran pemerintahan Ardianto (2013) Analisis manfaat

dan kelemahan:

Analisis Manfaat Dan

(23)

penggunaan basis anggaran dan basis akuntansi Kelemahan, Basis Anggaran, Basis Akuntansi

basis akrual pada pelaporan

(24)

P.M dan Ricardo Corrêa Gomes (2013)

Experience With

Accrual-Budgeting In The Public Sector

Budgeting, Accrual Basis, Fiscal Policy

(25)
(26)

kas dan akuntansi berbasis akrual adalah pilihan terbaik, sehingga UU yang mewajibkan anggaran berbasis akrual perlu segera diamandemen. Marc Robinson (2009) Accrual Budgeting and Fiscal Policy Accrual Budgeting, Fiscal Sustainability , Fiscal Stabilization Policy, Net Worth, Control Totals, Net Lending, Aggregate Expenditure. Meskipun pada prinsipnya sistem penganggaran akrual sepenuhnya kompatibel dengan kebijakan fiskal yang baik, dalam prakteknya ada risiko yang cukup besar yang timbul dari kompleksitas akrual

penganggaran. Hanya jika sistem manajemen keuangan cukup kuat untuk memastikan implementasi yang efektif dari jumlah kontrol akrual dapat dikatakan bahwa penerapan penganggaran akrual tidak menimbulkan masalah bagi disiplin fiskal. Di bawah sistem penganggaran akrual, pusat kontrol

(27)

dari rilis uang tunai untuk kementerian pengeluaran tidak tersedia lagi sebagai

instrumen untuk kontrol pusat, dan ini membuat kontrol pusat dari pelaksanaan anggaran jauh lebih menuntut daripada yang terjadi dalam sistem

penganggaran kas.

Department of finance (2007)

Accrual based budgeting

Accrual Based Budgeting, Financial Reporting, Cash Based Budgeting, Government

Pelaksanaan penganggaran berbasis akrual akan memperkuat akuntabilitas dan transparansi proses

pembangunan anggaran. Hal ini sejalan dengan upaya dalam memperkuat manajemen keuangan dalam GN (Government of Nunavut). Perubahan tersebut juga membuat laporan operasional mengalami surplus yang dibandingkan dengan

(28)

defisit. Allen Schick (2007) Performance Budgeting and Accrual Budgeting: Decision Rules or Analytic Tools? Accrual Budgeting, Performance Budgeting, Government Sector, Budget Rules Untuk sebagian besar negara, penganggaran kinerja dan penganggaran akrual cukup sebagai alat analisis. Ini adalah terbaik kedua solusi yang menjanjikan keuntungan lebih besar dalam penganggaran daripada yang datang dari mengejar inovasi mutakhir.

M. Peter Van Der Hoek (2005)

(29)

sedangkan hubungan antara pengeluaran dan tujuan, kinerja, dan sarana yang kurang jelas. Alasan penting untuk kekurangan ini adalah bahwa tujuan kebijakan belum

dirumuskan secara terukur dalam hal indikator efek dan angka sasaran. Jon R. Blondal

(2004)

Issues in accrual budgeting

Public Sector, Accrual Accounting, Accrual Budgeting, Benefits Of Accrual

Budgeting

Penelitian ini membahas pandangan pendukung dan dectractors penganggaran akrual dan berusaha untuk menyoroti

banyak " masalah teknis " yang mengelilingi pelaksanaannya . Penelitian ini juga telah mengamati dampak pada pengaturan kebijakan fiskal dan peran parlemen. Apa yang muncul jelas dari diskusi adalah disparitas macam

(30)

penganggaran akrual. Penelitian ini

mengungkapkan bahwa ada berbagai macam model untuk menerapkan penganggaran akrual, beberapa cara yang lain yang lebih radikal. Ada tiga negara anggota yang telah

menerapkan penganggaran akrual penuh yang setiap negar memiliki model berbeda dalam banyak hal.

Jon R. Blondal (2003)

Accrual

accounting and Budgeting: key issues and recent developments

Accrual Accounting, Accrual Budgeting, Accounting Standarts

Akhirnya, harus ditekankan bahwa basis akrual bukan "peluru ajaib" untuk

meningkatkan kinerja sektor publik. Ini hanyalah sebuah alat untuk mendapatkan informasi yang lebih baik tentang biaya sebenarnya dari pemerintah. Basis ini dapat digunakan secara efektif dan jika bersama-sama dengan sejumlah reformasi

(31)
(32)

Dengan

Adopsi Sukses Akhirnya Akuntansi Akrual.

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan model konseptual mengenai bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang perlu dianalisis untuk kemudian diuraikan dan disimpulkan.

(33)

Beberapa negara mengadopsi sistem anggaran akrual dan akuntansi akrual karena sistem berorientasi hasil yang lebih baik (result oriented), lebih transparan dan akuntabel, manajemen diminta berfokus pada biaya atau beban (cost) ketimbang hanya berfokus pada pengeluaran (ekspenditure) dengan pemahaman lebih mendalam akan konsep penghasilan/pendapatan/surplus (income), beban (expenses) dan posisi keuangan (neraca) (Hoesada, 2010).

(34)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Overview Implementasi Accrual-Based Budgeting Pada Sektor Publik

Di Indonesia

Latar Belakang Munculnya Anggaran Basis Akrual

(Accrual-Based Budgeting)

Latar Belakang Kemunculan, Penerapan Anggaran Basis Akrual (Accrual-Based Budgeting)di Sektor Publik Di Dunia Internasional

Implementasi Accrual Based Budgeting di New Zealand (Selandia Baru), Australia, Amerika Serikat, Kanada

Penerapan Anggaran Basis Akrual (Accrual-BasedBudgeting) Pada Sektor Publik Dalam Sistem Pemerintahan Di Indonesia

Proses Implementasi Basis Akrual Dalam Sistem Pemerintahan Di Indonesia

Peluang dan Tantangan serta Strategi Penerapan Anggaran Basis Akrual

Gambar

Tabel 2.1 Perbedaan antara Anggaran Basis Akrual dengan Anggaran Basis
Tabel 2.2 Perbedaan Manfaat dan Kelemahan Anggaran Basis Kas dengan
Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Begitu juga dengan masa pemerintahan Megawati telah menciptakan capaian semasa jabatannya sebagai presiden yaitu dibidang politik Megawati menciptakan kabinet gotong royong, membuat

Nilai indeks keanekaragaman jenis yang tergolong sedang pada setiap stasiun pengamatan menunjukkan bahwa stasiun pengamatan mulai mengalami tekanan ekologis sehingga

Inflasi tahun kalender ibukota provinsi di Pulau Jawa tertinggi terjadi di Kota Serang sebesar 1,02 persen, diikuti Kota Surabaya sebesar 0,67 persen, Kota Bandung

73 Setelah meneliti berbagai riwayat paling signifikan tentang pengumpulan al-Quran – yang menurutnya bertabrakan antara satu dengan lainnya, dan karena itu tidak mungkin

Ilmu ekonomi regional merupakan bagian daripada ilmu ekonomi, dimana secara spesifik membahas tentang pembatasan pembatasan wilayah ekonomi dari suatu

Usaha yang dilakukan pada kegiatan pengabdian masyarakat melalui skim Ipteks bagi Masyarakat (IbM) ini adalah untuk meningkatkan kapasitas output mikrohidro dan kegiatan

“Inovasi Produk Es Cincau Hijau dengan Saus dari Tepung Beras dan Sirup Merah Terhadap Daya Terima Konsumen”. 1.2 Rumusan

Keuntungan (kerugian) dari perubahan nilai aset keuangan dalam kelompok tersedia untuk dijual.. Utang atas surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali (