EVALUASI PENGGUNAAN ANALGETIKA PADA PASIEN
YANG MENDERITA KANKER SISTEM REPRODUKSI
WANITA RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT
HAJI ADAM MALIK MEDAN
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi Pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
yarat untuk memperolehgelar Sarjana Farmasi pada Fakultas
Farmasi
Universitas Sumatera Utar
OLEH:
PUSPITA DEWI
NIM 121524073
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
EVALUASI PENGGUNAAN ANALGETIKA PADA PASIEN
YANG MENDERITA KANKER SISTEM REPRODUKSI
WANITA RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT
HAJI ADAM MALIK MEDAN
SKRIPSI
yarat untuk memperolehgelar
Sarjana Farmasi pada Fakultas FarmasiUniversitas S Umater
a Utar
OLEH:
PUSPITA DEWI
NIM 121524073
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENGESAHAN SKRIPSI
EVALUASI PENGGUNAAN ANALGETIKA PADA PASIEN
YANG MENDERITA KANKER SISTEM REPRODUKSI
WANITA RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT
HAJI ADAM MALIK MEDAN
OLEH: PUSPITA DEWI
NIM 121524073
Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Pada Tanggal : 04 Februari 2015
Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. Pembimbing I
Dra. Azizah Nasution, M.Sc., Ph.D., Apt. NIP.195503121983032001
Pembimbing II
Dra. Yusmainita, SpFRS., Apt. NIP. 196205091992032002
Panitia Penguji,
Prof. Dr. Rosidah, M.Si., Apt. NIP 195103261978022001
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Evaluasi Penggunaan Analgetika pada Pasien yang Menderita Kanker Sistem Reproduksi Wanita Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan. Skripsi ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada keluarga tercinta, Ayahanda Ahmad Basri (alm) dan Ibunda Yastuti, serta Ayuk Susilawati, S.Si., Kakak Dr. Stopenson, Ayuk Astina Yulianti (alm) yang telah memberikan cinta dan kasih sayang yang tidak ternilai dengan apapun, pengorbanan baik materi maupun motivasi serta doa yang tulus yang tidak pernah berhenti. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabat dan teman-teman mahasiswa/i Farmasi yang selalu mendoakan dan memberi semangat.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga Allah membalas segala budi baik dan penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi.
Medan, Maret 2015 Penulis,
EVALUASI PENGGUNAAN ANALGETIKA PADA PASIEN YANG MENDERITA KANKER SISTEM REPRODUKSI WANITA RAWAT INAP
DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN
ABSTRAK
Kanker merupakan suatu penyakit dimana terjadi pertumbuhan sel yang tidak normal dan tidak terkendali. Di Indonesia kanker menempati posisi ke lima penyebab kematian. Lebih dari 40% kanker ganas pada wanita adalah kanker sistem reproduksi. Salah satu gejala yang sering dialami pasien kanker adalah nyeri. Kurangnya kontrol nyeri yang memadai adalah masalah yang sering terjadi pada pasien kanker. Rasa nyeri yang dialami pasien kanker harus diobati dengan analgetika. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis ketepatan dan kesesuaian dosis analgetika serta interaksi obat pada pasien kanker sistem reproduksi wanita.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif cross sectional. Sebanyak 81 rekam medik pasien kanker sistem reproduksi wanita di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan (RSUP HAM) periode Mei – Juli 2014 memenuhi kriteria inklusi dan dijadikan sebagai sampel. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif menggunakan Statistical Package For Social Sciences (SPSS) versi 16,0.
Hasil penelitian ini menunjukkan penderita kanker sistem reproduksi wanita terbanyak pada rentang usia 40 - 59 tahun (71,6%). Kanker serviks menempati urutan tertinggi diantara jenis kanker lainnya yaitu (63,0%). Pasien yang berobat ke RSUP HAM Medan sudah pada stadium 3 yaitu (51,9%). Sebagian besar (70,4%) dari pasien kanker organ reproduksi wanita mengalami nyeri ringan. Sebesar 67,9% pasien kanker sistem reproduksi wanita telah diberi analgetika yang tepat. Dosis analgetika yang diberikan pada pasien kanker sistem reproduksi wanita sudah sesuai. Interaksi yang paling sering terjadi adalah antara ibuprofen dengan cefadroxil.
Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa analgetika yang diberikan sebagian besar sudah tepat dan dosis sudah sesuai. Interaksi yang paling sering terjadi adalah antara ibuprofen dengan cefadroxil.
THE EVALUATION OF ANALGESIC USE IN PATIENTS OF THE FEMALE REPRODUCTIVE SYSTEM CANCER IN HAJI ADAM MALIK
HOSPITAL
ABSTRACT
Cancer is a disease with abnormal or continuous and uncontrolled cells growth. In Indonesia cancer ranks the fifth cause of death. More than 40% of female malignant cancers is reproductive cancer. One of the symptoms often experienced by the patients is pain. The lack of adequate pain control is a problem of cancer patients. The pain always experienced by the cancer patients should be treated with analgesics. The purpose of this study was to analyze the accuracy of analgesics and their dose rationality and drug interactions in patients with cancer of the female reproductive system.
This study applied a descriptive cross sectional method. Eighty one medical records of the patients with female reproductive cancer hospitalized in General Hospital Haji Adam Malik (RSUP HAM) in the period from May to July 2014 fulfiled inclusion criteria and used as a sample. The obtained data were descriptively analyzed using Statistical Package For The Social Sciences (SPSS) version 16,0.
The results of this study indicated that most of cancer of the female reproductive system was in the age range 40-59 years (71.6%). Cervical cancer ranks the highest among other cancer types, namely (63.0%). Patients who admitted to RSUP HAM were at stage 3 (51.9%). Most of the female reproductive organ cancer patients (70.4%) experienced mild pain. Amounted to 67.9% of the female reproductive system cancer patients have been given appropriate analgesics. Analgesic doses given to patients with cancer of the female reproductive system were appropriate. The most common occured interaction was between the ibuprofen with cefadroxil.
It can be concluded that most of the analgesic given were appropriate and the doses were appropriate. The most common interaction is between the ibuprofen with cefadroxil.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Kerangka Pikir Penelitian ... 3
1.3 Perumusan Masalah ... 4
1.4 Hipotesis Penelitian ... 4
1.5 Tujuan Penelitian ... 4
1.6 Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Kanker ... 6
2.1.1 Pengertian Kanker ... 6
2.1.2 Pembentukan Sel Kanker ... 6
2.1.4 Jenis Kanker Sistem Reproduksi Wanita ... 10
2.2 Nyeri ... 13
2.2.1 Definisi Nyeri ... 13
2.2.2 Klasifikasi Nyeri ... 13
2.2.3 Pengukuran nyeri ... 14
2.2.4 Penatalaksanaan nyeri dengan obat-obatan ... 15
2.3 Analgetika ... 15
2.3.1 Pengertian Analgetika ... 15
2.3.2 Penggolongan Analgetika ... 16
2.3.2.1 Analgetika Non Narkotik ... 16
2.3.2.2 Analgetika Narkotika ... 17
BAB III METODE PENELITIAN ... 19
3.1 Jenis Penelitian ... 19
3.2 Populasi dan Sampel ... 19
3.2.1 Populasi ... 19
3.2.2 Sampel ... 20
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21
3.3.1 Lokasi Penelitian ... 21
3.3.2 Waktu Penelitian ... 21
3.4 Definisi Operasional ... 21
3.5 Tahapan Penelitian ... 22
3.6 Bagan Alur Penelitian ... 23
3.7 Cara Kerja ... 24
3.7.2 Seleksi Data ... 24
3.8 Pengolahan Data ... 24
3.8.1 Evaluasi Penggunaan Analgetika ... 24
3.8.2 Analisa Data ... 25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26
4.1 Karakteristik Pasien Berdasarkan Usia ... 26
4.2 Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis Kanker Sistem Reproduksi Wanita ... 27
4.3 Karakteristik Pasien Kanker Sistem Reproduksi Wanita Berdasarkan Stadium Penyakit ... 28
4.4 Tingkat Nyeri Pasien Kanker Sistem Reproduksi Wanita ... 29
4.5 Ketepatan Analgetik ... 30
4.6 Dosis Analgetik Pasien Kanker Sistem Reproduksi Wanita ... 31
4.7 Interaksi obat ... 31
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 36
5.1 Kesimpulan ... 36
5.2 Saran ... 36
DAFTAR PUSTAKA ... 37
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 4.1 Distribusi pasien kanker sistem reproduksi wanita
berdasarkan usia ... 26 Tabel 4.2 Distribusi pasien berdasarkan jenis kanker sistem reproduksi
wanita ... 27 Tabel 4.3 Distribusi pasien kanker sistem reproduksi wanita
Berdasarkan stadium penyakit ... 28 Tabel 4.4 Hasil uji statistik distribusi tingkat nyeri berdasarkan
Stadium pada pasien kanker sistem reproduksi wanita (uji Chi-square test) ... 29 Tabel 4.5 Ketepatan analgetik pada pasien kanker sistem
reproduksi wanita berdasarkan skala nyeri ... 30 Tabel 4.6 Dosis analgetik yang diberikan kepada pasien kanker
sistem reproduksi wanita dibandingkan dengan dosis yang direkomendasikan ... 31 Tabel 4.7 Interaksi analgetik dengan obat lain pada pasien kanker
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian ... 3
Gambar 2.1 Fase pembelahan sel normal ... 7
Gambar 2.2 Visual Analogue Scale (VAS) ... 14
Gambar 2.3 Numeric Rating Scale (NRS) ... 15
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1 Pemberian dosis analgetika pada pasien kanker sistem
reproduksi wanita ... 40 Lampiran 2 Data Pasien Kanker Sistem Reproduksi Wanita
Berdasarkan Usia dengan Analisis Uji Statistik Deskriptif ... 54 Lampiran 3 Data Pasien Kanker Sistem Reproduksi Wanita
Berdasarkan Jenis dengan Analisis Uji Statistik Deskriptif ... 55 Lampiran 4 Data Pasien Kanker Sistem Reproduksi Wanita
Berdasarkan Stadium Penyakit dengan Analisis Uji Statistik Deskriptif ... 56 Lampiran 5 Tingkat Nyeri Pasien Kanker Sistem Reproduksi Wanita
dengan Analisis Uji Statistik Chi-square ... 57 Lampiran 6 Data Ketepatan Analgetik Pada Pasien Kanker
Sistem Reproduksi Wanita dengan Analisis Uji Statistik Deskriptif ... 59 Lampiran 7 Data interaksi analgetik dengan obat lain pada pasien
kanker sistem reproduksi wanita dengan Analisis Uji Statistik Deskriptif ... 60 Lampiran 8 Surat izin penelitian dari Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara ... 61 Lampiran 9 Surat izin penelitian dari RSUP H. Adam Malik Medan ... 62 Lampiran 10 Surat keterangan telah selesai melakukan penelitian di
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker adalah suatu penyakit dimana terjadi pertumbuhan sel yang tidak normal secara terus-menerus dan tidak terkendali (American Cancer Society, 2013). Sel kanker dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya yang jauh dari tempat asalnya melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening. Penyebaran sel kanker ke jaringan sehat pada organ tubuh lainnya dapat merusak organ tubuh tersebut sehingga fungsi organ tersebut menjadi terganggu (Lubis dan Hasnida, 2009).
Berdasarkan data GLOBOCAN pada tahun 2008 terdapat 12,7 juta kasus kanker dan kematian yang disebabkan oleh kanker sebanyak 7,6 juta (20%). Sedangkan pada tahun 2012 terdapat 14,1 juta kasus kanker dan kematian yang disebabkan oleh kanker sebanyak 8,2 juta (58%). Dari data ini terlihat kematian yang disebabkan oleh kanker terjadi peningkatan setiap tahunnya (WHO, 2013).
Salah satu gejala umum yang dialami penderita kanker adalah nyeri. Nyeri dapat terjadi akibat dari kanker itu sendiri atau pengobatan kanker. Lebih dari 50% dari semua pasien yang didiagnosis kanker mengalami rasa sakit. Kurangnya kontrol nyeri yang memadai adalah masalah yang sering dilaporkan oleh pasien kanker (Ali, et al., 2013). Meskipun nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan, melindungi, dan memudahkan diagnosis, tetapi pasien merasakan nyeri sebagai hal yang tidak disukai, kebanyakan menyiksa dan karena itu berusaha agar terhindar dari rasa nyeri (Mutschler, 2010). Untuk menangani nyeri ini diperlukan obat antinyeri yang biasa disebut dengan analgetika. Analgetika adalah senyawa yang dapat menekan fungsi sistem saraf pusat (SSP) secara selektif dan digunakan untuk mengurangi rasa sakit tanpa mempengaruhi kesadaran. Analgetika bekerja dengan meningkatkan nilai ambang persepsi rasa sakit (Siswandono, 2008).
Dalam praktek dokter selalu menanggulangi keluhan rasa sakit atau nyeri pada pasien dengan pemberian obat-obatan analgetika sederhana, dan pada kenyataannya belum mampu mengontrol rasa sakit tersebut. Anti Inflamasi Non Steroid (AINS) merupakan obat yang paling luas peresepannya. Dalam peresepan AINS hal yang terpenting adalah pertimbangan efek terapi dan efek samping yang berhubungan dengan mekanisme kerja sediaan obat ini. Dimana efek samping AINS dapat terjadi pada berbagai organ tubuh terpenting seperti saluran cerna, jantung dan ginjal (Fajriani, 2008).
(Sistem Informasi Rumah Sakit) pasien periode Mei - Juli 2014 dengan diagnosis kanker sistem reproduksi wanita dan mendapat terapi analgetika.
1.2 Kerangka Pikir Penelitian
Penelitian ini menggambarkan evaluasi penggunaan analgetika pada pasien yang menderita kanker sistem reproduksi wanitayang meliputi usia, stadium yang diderita, tingkat keparahan nyeri, penggunaan jenis analgetika sebagai variabel bebas (independent variable) dan sebagai variabel terikat (dependent variable) adalah tepat obat, kesesuaian dosis, kejadian interaksi obat. Adapun selengkapnya mengenai gambaran kerangka penelitian ini di tunjukkan pada Gambar 1.1 di bawah ini.
Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian
Variabel Bebas Variabel Terikat
Karakteristik pasien:
• Usia
• Stadium yang diderita Penggunaan jenis
analgetika
Tingkat keparahan nyeri
•Tepat obat
•Kesesuaian dosis
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
a. apakah analgetika yang diberikan kepada pasien kanker sistem reproduksi wanita sudah tepat?
b. apakah dosis analgetika yang diberikan kepada pasien kanker sistem reproduksi wanita sudah sesuai?
c. apakah terjadi interaksi obat pada pasien kanker sistem reproduksi wanita?
1.4 Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah:
a. analgetika yang diberikan kepada pasien kanker sistem reproduksi wanita masih belum tepat.
b. dosis analgetika yang diberikan kepada pasien kanker sistem reproduksi wanita masih belum sesuai dengan acuan.
c. terjadi interaksi obat pada pasien kanker sistem reproduksi wanita.
1.5 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
a. mengetahui persentase ketepatan analgetika yang diberikan kepada pasien kanker sistem reproduksi wanita.
b. mengetahui kesesuaian dosis analgetika yang diberikan kepada pasien kanker
c. mengetahui persentase interaksi obat yang paling banyak terjadi pada pasien kanker sistem reproduksi wanita.
1.6 Manfaat Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kanker
2.1.1 Pengertian Kanker
Kanker adalah suatu penyakit dimana terjadi pertumbuhan sel yang tidak normal secara terus-menerus dan tidak terkendali (American Cancer Society, 2013). Sel kanker tumbuh dengan cepat dan dapat menyebar (metastasis) ke bagian tubuh lainnya melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening. Penyebaran sel kanker ke jaringan sehat pada organ tubuh lainnya dapat merusak organ tubuh tersebut sehingga fungsi organ tersebut menjadi terganggu (Lubis dan Hasnida, 2009).
2.1.2 Pembentukan Sel Kanker
Ciri dari sel kanker adalah tumbuh secara tidak normal. Sel kanker tumbuh dengan cara mitosis, yaitu membelah diri dan berubah secara permanen dengan mutasi (Subagja, 2014).
sintesis, bila ada kerusakan DNA maka akan diperbaiki oleh gen DNA polimerase atau diprogram apoptosis. Fase mitosis yaitu fase pembelahan sel (Otto, 2005).
Gambar 2.1 Fase pembelahan sel normal (Romadhon, 2013)
Kondisi yang dapat menyebabkan perubahan sel normal menjadi sel kanker adalah hiperplasia, displasia, dan neoplasia. Hiperplasia merupakan keadaan dimana sel normal dalam jaringan tumbuh secara berlebihan. Displasia merupakan kondisi ketika sel berkembang tidak normal dan terlihat adanya perubahan pada nukleus, sedangkan neoplasma merupakan kondisi sel pada jaringan yang sudah berproliferase (tumbuh pesat) secara tidak normal dan memiliki sifat invasif (Subagja, 2014).
Pertumbuhan sel yang tidak terkendali tersebut disebabkan karena terjadi kerusakan pada DNA yang diakibatkan mutasi gen (Subagja, 2014). Mutasi tersebut diakibatkan oleh agen kimia maupun fisik yang disebut karsinogen. Mutasi adalah perubahan susunan nukleotida pada DNA. Deoxyribonucleic acid
terjadinya onkogen dan inaktivasi gen supresor tumor. Onkogen merupakan pembelahan sel yang tidak terkendali, sedangkan inaktivasi gen supresor tumor menyebabkan tidak terjadinya apoptosis (kematian sel terprogram). Oleh karena itu protein yang abnormal dapat menyebabkan perubahan sel normal menjadi sel kanker (Kumar, et al., 2010).
2.1.3 Faktor Risiko Kanker
Kerusakan pada sel atau mutasi gen dapat terjadi melalui beberapa faktor berikut:
a. Faktor Internal
Kesalahan genetik yang diturunkan oleh orang tua merupakan faktor internal. Faktor genetik ini menyebabkan beberapa keluarga memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita kanker dibandingkan dengan keluarga lainnya (Subagja, 2014).
b. Faktor Eksternal i. Faktor lingkungan
reproduksi sel serta merangsang sel yang rusak untuk mengalami apoptosis (kematian sel terprogram) (Carucci dan Leffell, 2008).
ii. Faktor virus
Human Papiloma Virus (HPV) merupakan penyebab terjadinya kanker serviks. Onkoprotein E6 merupakan penyebab terjadinya degenerasi keganasan. Onkoprotein E6 akan berinteraksi dan menginaktivasi protein p53. Fungsi p53 adalah sebagai tumor supressor gene yang bekerja pada fase G1 dan p53 pada siklus sel berfungsi menghentikan siklus sel pada fase G1. Kemampuan p53 menghentikan siklus sel melalui hambatannya pada kompleks cdk-cyclin. Cdk-cyclin merupakan ikatan protein yang membantu dalam proses pembentukan DNA. Kompleks ini berfungsi merangsang siklus sel untuk memasuki fase selanjutnya. Akibat hilangnya fungsi p53 maka penghentian sel pada fase G1 tidak terjadi, dan perbaikan DNA tidak terjadi dan sel akan terus masuk ke fase S tanpa ada perbaikan. Sel abnormal ini akan terus berploriferasi tanpa kontrol. Selain itu hilangnya fungsi p53 menyebabkan apoptosis tidak berjalan yang akan menyebabkan terbentuknya sel kanker (Rusmana, 2009).
iii. Faktor prilaku
iv. Gangguan Keseimbangan Hormonal
Hormon bukan karsinogen tetapi dalam keadaan tertentu memicu terjadinya kanker. Estrogen dan progesteron merupakan hormon yang saling bertolak belakang. Hormon estrogen berfungsi untuk merangsang pertumbuhan sel yang cenderung mendorong terjadinya kanker. Hormon progesteron berfungsi untuk melindungi terjadinya pertumbuhan sel yang berlebihan. Ketidakseimbangan hormon estrogen dapat mengakibatkan terjadinya kanker rahim. Sebelum menopause, ovarium memproduksi hormon estrogen dan progesterone yang membantu mengendalikan siklus bulanan (masa haid). Pada masa ini, sel telur akan dilepas dari ovarium dan membuat dinding rahim tumbuh lebih tebal untuk mempersiapkan kehamilan. Apabila tidak terjadi pembuahan maka lapisan dinding rahim akan datang dan pergi setiap bulannya. Setelah menopause, ovarium tidak lagi memproduksi hormon, akan tetapi wanita masih dapat menghasilkan beberapa estrogen dalam lemak tubuh mereka. Ketika estrogen terlalu banyak dan tidak ada progesteron yang mengimbanginya maka risiko kanker rahim akan meningkat (Subagja, 2014).
2.1.4 Jenis Kanker Sistem Reproduksi Wanita
Beberapa jenis kanker sistem reproduksi wanita, yaitu: a. Kanker Serviks
Gejala yang dialami pasien kanker serviks biasanya baru muncul ketika sel serviks yang abnormal telah berubah menjadi ganas dan menyebar ke jeringan sekitarnya. Gejala-gejala tersebut seperti (Subagja, 2014):
i. pendarahan vagina yang tidak normal (terjadi diantara 2 menstruasi) setelah melakukan hubungan intim dan setelah menopause
ii. menstruasi yang tidak normal (lebih lama dan lebih banyak)
iii. keputihan yang menetap dengan cairan yang encer, berwarna pink, cokelat, merah atau hitam serta berbau busuk.
iv. nafsu makan berkurang, berat badan menurun, dan merasa lelah. v. nyeri panggul
b. Kanker Endometrium
Kanker endometrium disebut juga kanker rahim. Kanker rahim adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam lapisan rahim, yaitu endometrium (tempat menempelnya ovum yang telah dibuahi (Subagja, 2014). Penyebab kanker rahim belum diketahui secara pasti. Ada beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa kanker rahim terjadi karena ketidakseimbangan hormon yang menyebabkan terjadinya tumor ganas pada lapisan dalam rahim (endometrium) (Setiati, 2009).
Gejala-gejala yang mungkin timbul dari adanya kanker rahim yaitu (Setiati, 2009):
i. terjadi pendarahan pada wanita menopause ii. terasa sakit sewaktu berhubungan seks iii.terasa sakit saat berkemih
v. terdapat rasa nyeri pada perut bagian bawah atau kram panggul. c. Kanker Ovarium
Kanker Ovarium merupakan salah satu keganasan ginekologi yang paling sering ditemukan pada perempuan dan menempati urutan kedua setelah kanker serviks (Sihombing dan Sirait, 2007). Kanker ovarium terjadi ketika sel-sel pada ovarium berubah dan tumbuh tidak terkendali (Subagja, 2014).
Keluhan yang dirasakan oleh penderita kanker ovarium biasanya dirasakan pada stadium yang sudah lanjut. Adapun keluhan dan gejala yang dialami penderita kanker ovarium yaitu (Subagja, 2014):
i. bagian perut membengkak
ii. perut terasa kembung
iii. gangguan pencernaan (kandungan gas tinggi atau mual yang berkepanjangan)
iv. hilangnya selera makan
v. sakit punggung pada bagian bawah
vi. merasa sakit saat berhubungan badan dengan pasangan
vii. sering buang air kecil d. Kanker Vulva
Penderita kanker vulva datang dengan keluhan benjolan di daerah vulva, dapat disertai dengan riwayat gatal-gatal kronis berkaitan dengan adanya distrofi dinding vulva (Rasjidi, 2007).
2.2 Nyeri
Nyeri merupakan masalah yang sering dijumpai pada penderita kanker. Intensitas nyeri yang dirasakan pasien kanker tergantung kepada berapa banyak syaraf yang rusak akibat kanker itu sendiri (Baradero dan Koleganya, 2007).
2.2.1 Definisi Nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan adanya potensi kerusakan jaringan (Setiyohadi, et al., 2010).
2.2.2 Klasifikasi Nyeri
a. Nyeri Nosiseptif (Akut)
Nyeri akut memiliki durasi yang pendek yaitu kurang dari 6 bulan. Nyeri ini dapat diidentifikasi penyebabnya, mula terjadinya, serta memiliki batas dan durasi yang dapat diprediksi, misalnya nyeri setelah pembedahan. Fungsi nyeri akut ialah memberi peringatan akan cedera. Nyeri akut akhirnya menghilang dengan atau tanpa pengobatan setelah keadaan pulih pada area yang rusak (Smeltzer dan Bare, 2003).
b. Nyeri Neuropatik (Kronik)
daerah yang mengalami cedera mungkin telah memulih sejak lama, tetapi nyeri masih menetap (Smeltzer dan Bare, 2003).
2.2.3 Pengukuran Nyeri
Nyeri merupakan respon subjektif sehingga sulit untuk mengukurnya. Pengukuran nyeri dapat dilakukan dengan cara, yaitu:
a. Visual Analogue Scale (VAS)
Visual Analogue Scale (VAS) adalah instrumen pengukuran nyeri yang digunakan pada pasien dewasa dan anak-anak yang tidak dapat menjelaskan intensitas nyeri yang dirasakan, akan tetapi dapat dinilai dari mimik dan raut wajah pasien. Pengukuran dengan VAS pada nilai dibawah 4 dikatakan sebagai nyeri ringan, nilai antara 4 - 6 dinyatakan sebagai nyeri sedang dan diatas 6 dianggap sebagai nyeri hebat (Setiyohadi, et al., 2010).
Gambar 2.2 Visual Analogue Scale (VAS) (Setiyohadi, et al., 2010)
b. Numeric Rating Scale (NRS)
intensitas nyeri mereka. Skor yang lebih tinggi menunjukkan intensitas nyeri yang lebih besar (Setiyohadi, et al., 2010).
Gambar 2.3Numeric Rating Scale (NRS) (Setiyohadi, et al., 2010)
2.2.4 Penatalaksanaan nyeri dengan obat-obatan
Terapi obat yang efektif untuk nyeri seharusnya tepat obat, tepat dosis, dan tidak terjadi interaksi. World Health Organization, (1996), mengembangkan suatu program 3 langkah untuk memandu pengelolaan nyeri kanker yaitu:
a. langkah pertama untuk nyeri ringan pada skala 1 – 3 dapat diberikan parasetamol atau NSAIDs
b. langkah kedua untuk nyeri sedang pada skala 4 – 6 dapat diberikan NSAIDs atau opioid lemah atau kombinasi keduanya
c. langkah ketiga untuk nyeri berat pada skala 7 – 10 dapat diberikan opioid kuat atau NSAIDs atau kombinasi keduanya
2.3 Analgetika
2.3.1 Pengertian Analgetika
2.3.2 Penggolongan Analgetika
Berdasarkan mekanisme kerjanya, analgetika dibagi menjadi 2 golongan, yaitu analgetika non narkotik dan analgetika narkotik.
2.3.2.1Analgetika non narkotik
Analgetika non narkotik digunakan untuk mengurangi rasa sakit yang ringan sampai sedang, sehingga sering disebut analgetika ringan. Analgetika non narkotik bekerja pada perifer dan sentral sistem saraf pusat (Siswandono, 2008).
Golongan obat ini menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakidonat menjadi prostaglandin terganggu. Setiap obat menghambat siklooksigenase dengan kekuatan dan selektivitas yang berbeda (Gan dan Wilmana, 2011).
Selain menimbulkan efek terapi, AINS juga memiliki efek samping karena didasari oleh hambatan pada sistem biosintesis prostaglandin. Secara umum AINS berpotensi menyebabkan efek samping pada 3 sistem organ, yaitu saluran cerna, ginjal, dan hati. Efek smping yang paling sering terjadi adalah induksi tukak peptik (deudenum dan lambung) yang kadang-kadang disertai dengan anemia sekunder akibat pendarahan lambung (Gan dan Wilmana, 2011).
Berdasarkan struktur kimianya obat analgetika non narkotik dibagi menjadi dua kelompok (Siswandono, 2008), yaitu:
a. Analgetik-antipiretika
i. turunan anilin dan para-aminofenol, seperti asetaminofen, asetanilid, dan fenasetin
b. Anti Inflamasi Non Steroid (AINS)
i. turunan asam salisilat, seperti aspirin, salisilamid, diflunisal
ii. turanan 5-pirazolidindion, seperti fenilbutazon, oksifenbutazon, sulfinpirazon dan bumadizon kalsium semihidrat
iii. turunan asam n-arilantranilat, seperti asam mefenamat, asam flufenamat, natrium meklofenamat, glafenin, dan floktafenin
iv. turunan asam arilasetat, seperti diklofenak Na, ibuprofen, ketoprofen, flurbiprofen, loksoprofen, fenbufen
v. turunan asam heteroarilasetat, seperti fentiazak, asam tiaprofenat, asam metiazinat, ketorolak
vi. turunan oksikam, seperti piroksikam, meloksikam, tenoksikam. vii. turunan lain-lain, seperti benzidamin HCl, tinoridin, asam niflumat
2.3.2.2 Analgetika narkotik
Analgetika narkotik adalah senyawa yang dapat menekan fungsi sistem saraf pusat secara selektif, digunakan untuk mengurangi rasa sakit yang sedang atau berat. Aktivitas analgetika narkotik jauh lebih besar dibandingkan dengan golongan analgetika non narkotik, sehingga disebut analgetika kuat (Siswandono, 2008).
Opioid menimbulkan analgetika dengan cara berikatan dengan reseptor opioid di SSP dan medula spinalis yang berperan pada tranmisi dan modulasi nyeri (Dewoto, 2011).
Berdasarkan struktur kimianya analgetika narkotik dibagi menjadi empat kelompok yaitu (Siswandono, 2008):
i. turunan Morfin, seperti Morfin, Kodein, Dionin, Heroin
ii. turunan Meperidin, seperti Meperidin, Difenoksilat, Loperamid, Fentanil, Sufentanil
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif cross sectional. Berdasarkan penelitian deskriptif merupakan suatu penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan situasi atau keadaan tertentu. Cross sectional digunakan untuk mengukur hubungan antar variabel independen dan variabel dependen. Desain ini melibatkan pengumpulan data, yang diambil dari seluruh populasi atau sebagian populasi (WHO, 2001).
Pengambilan data pasien dilakukan secara retrospektif. Retrospektif adalah penelitian yang berusaha melihat kebelakang, artinya pengumpulan data dimulai dari efek atau akibat yang telah terjadi (Notoatmodjo, 2010). Data yang dikumpulkan adalah data rekam medik, dan SIRS (Sistem Informasi Rumah Sakit) pasien yang menderita kanker sistem reproduksi wanita yang dirawat inap di RSUP HAM Medan periode Mei - Juli 2014.
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Kriteria inklusi adalah :
a. pasien penderita kanker sistem reproduksi wanita yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan periode Mei - Juli 2014.
b. pasien penderita kanker sistem reproduksi wanita yang menerima resep obat analgetika.
c. pasien dengan rekam medis dan SIRS pasien yang lengkap (memuat informasi dasar yang diperlukan dalam penelitian).
Kriteria esklusi adalah :
a. rekam medik pasien penderita kanker sistem reproduksi wanita yang tidak ada pengukuran skala nyeri.
b. Rekam medik pasien penderita kanker sistem reproduksi wanita yang tidak terdapat stadium yang diderita.
3.2.2 Sampel
n =
�21−∝/2 P (1−P)
�2
Keterangan :
n = Jumlah Sampel Minimal Z1−∝/2 = Derajat Kemaknaan P = Populasi sampel
d = tingkat presisi / deviasi maka,
n =
1,962 . 0,5 (1−0,5)
0,12 = 96
jadi jumlah minimal sampel adalah 96 pasien.
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di RSUP HAM Medan. Lokasi dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa RSUP HAM Medan merupakan rumah sakit pendidikan dan rumah sakit rujukan wilayah pembangunan A yaitu Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau.
3.3.2 Waktu Penelitian
Pengambilan dan pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei - Juli 2014.
3.4 Defenisi Operasional
b. tingkatan nyeri adalah rasa nyeri yang dialami oleh pasien kanker sistem reproduksi wanita.
c. tepat analgetika adalah pemberian analgetika sesuai dengan tingkat nyeri yang dirasakan oleh pasien kanker sistem reproduksi wanita.
d. dosis adalah takaran obat yang diberikan kepada pasien kanker sistem reproduksi wanita yang dapat memberikan efek farmakologis yang diinginkan.
e. dosis salah adalah dosis obat terlalu rendah atau dosis terlalu tinggi yang diberikan kepada pasien.
f. interaksi adalah interaksi obat yang dapat menurunkan atau meningkatkan efektivitas kerja analgetika.
g. karakteristik pasien adalah kelompok usia, dan stadium kanker.
3.5 Tahapan Penelitian
a. meminta izin Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara untuk melakukan penelitian di RSUP HAM Medan.
b. menghubungi Badan Litbang RSUP HAM Medan untuk mendapat izin melakukan penelitian dengan membawa surat rekomendasi dari Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
c. mengumpulkan data rekam medik dan SIRS pasien yang menderita kanker sistem reproduksi wanita berdasarkan kriteria inklusi.
3.6 Bagan Alur Penelitian
Dalam penelitian ini, terdapat beberapa proses sebelum pada akhirnya data disajikan. Proses penyajian data tersebut dapat dilihat pada alur penelitian di bawah ini.
Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian Evaluasi Penggunaan Analgetika Pada Pasien Yang Menderita Kanker Sistem Reproduksi Wanita Rawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan
3.7 Cara Kerja
3.7.1 Pengumpulan Data
Pengambilan data dilakukan dengan mengumpulkan data rekam medis, dan SIRS pasien yang menderita kanker sistem reproduksi wanita rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan periode Mei - Juli 2014.
Adapun data-data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:
a. mengelompokkan data rekam medis, dan SIRS pasien berdasarkan kriteria inklusi.
Mengumpulkan data penggunaan analgetika dari rekam medis dan SIRS pasien
Merekrut data yang memenuhi kriteria inklusi
Melakukan evaluasi data berdasarkan ketepatan penggunaan analgetika, kesesuaian dosis, dan kejadian interaksi obat
Melakukan pengolahan data
Melakukan penyajian hasil
b. mengelompokkan data penanganan pasien kanker yang menerima pengobatan analgetika meliputi tingkat keparahan nyeri, jenis analgetika yang diterima, dan data pasien (usia, stadium kanker).
c. mengevaluasi data berdasarkan ketepatan analgetika, kesesuaian dosis, dan terjadinya interaksi obat berdasarkan studi literatur.
3.7.2 Seleksi Data
Memilah data yang memenuhi kriteria inklusi.
3.8 Pengolahan Data
3.8.1 Evaluasi Penggunaan Analgetika
Evaluasi penggunaan analgetika pada pasien kanker sistem reproduksi wanita yaitu sebagai berikut:
a. ketepatan analgetika dianalisis dengan berpedoman kepada referensi resmi yaitu prosedur tetap penatalaksanaan nyeri yang disusun oleh RSUP HAM Medan yang mengacu kepada World Health Organization (WHO).
b. kesesuaian dosis analgetika dianalisis dengan berpedoman kepada refrensi resmi yaitu guidelines on pain management dan situs internet terpercaya
.
c. kajian interaksi obat dievaluasi menggunakan situs internet terpercaya
3.8.2 Analisis Data
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh populasi target sebesar 103 pasien kanker sistem reproduksi wanita yang menjalani rawat inap di RSUP HAM Medan periode Mei – Juli 2014 dan hanya 81 pasien kanker sistem reproduksi wanita yang memenuhi kriteria inklusi (populasi studi). Seluruh populasi studi akan dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini. Karakteristik pasien penderita kanker sistem reproduksi wanita tertera pada Tabel 4.1.
4.1 Karakteristik Pasien Berdasarkan Usia
Distribusi gambaran karakteristik pasien berdasarkan usia ditunjukkan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Distribusi pasien kanker sistem reproduksi wanita berdasarkan usia. Kelompok Usia Jumlah Pasien Persentase (%) Dibawah 20 tahun
menggambarkan penderita kanker mengalami peningkatan maksimal di umur 40 - 59 tahun.
Peningkatan penyakit kanker sejalan dengan bertambahnya usia, ini dikarenakan timus yang terletak di atas jantung di belakang tulang dada adalah organ tempat sel T menjadi matang. Sel T sangat penting sebagai limfosit untuk membunuh bakteri dan membantu sel lain dalam sistem imun. Seiring perjalanan usia, volume jaringan timus berkurang maka jumlah sel T atau limfosit T juga berkurang. Jika hal ini terjadi, maka dapat mengarah pada penyakit autoimun yaitu sistem imun tidak dapat mengidentifikasi dan melawan kanker atau sel-sel jahat. Inilah alasan mengapa resiko penyakit kanker meningkat sejalan dengan usia (Fatmah, 2006).
4.2 Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis Kanker Sistem Reproduksi Wanita
Berdasarkan jenisnya, kanker sistem reproduksi wanita dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu kanker cervix, kanker endometrium, kanker ovarium dan kanker vulva (Ndirangu,2013). Berikut hasil distribusi karakteristik pasien berdasarkan jenis kanker sistem reproduksi wanita dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Distribusi pasien berdasarkan jenis kanker sistem reproduksi wanita. Jenis Kanker Sistem Reproduksi
Wanita
kanker endometrium sebesar 11,1%, kanker ovarium sebesar 21,0%, dan kanker vulva sebesar 4,9%. Menurut data Yayasan Kanker Indonesia, kanker serviks menempati urutan pertama dengan persentase 16% dari jenis kanker yang banyak menyerang perempuan di Indonesia. Tingginya angka kejadian kanker serviks berkaitan dengan prilaku seksual dan reproduksi, seperti berhubungan seksual pada usia muda, berganti-ganti pasangan dalam berhubungan seksual, infeksi virus, merokok, serta tingkat kebersihan individu yang rendah terutama kebersihan organ genital (Fitriana dan Ambarani, 2012).
4.3 Karakteristik Pasien Kanker Sistem Reproduksi Wanita Berdasarkan Stadium Penyakit
Distribusi jumlah pasien kanker sistem reproduksi wanita berdasarkan stadium penyakit yang diderita dapat ditunjukkan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Distribusi pasien kanker sistem reproduksi wanita berdasarkan stadium penyakit.
stadium dini sehingga datang ke rumah sakit dalam kondisi kanker pada fase stadium lanjut (Oemiati, et al., 2007).
4.4 Tingkat Nyeri Pasien Kanker Sistem Reproduksi Wanita
Distribusi tingkat nyeri pasien kanker sistem reproduksi wanita berdasarkan stadium penyakit yang diderita dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Hasil Uji Statistik Distribusi Tingkat Nyeri Berdasarkan Stadium pada Pasien Kanker Sistem Reproduksi Wanita (Uji Chi-square test)
Skala Nyeri
Karakteristik
Nyeri Stadium Jumlah Persentase (%)
P Value I II III IV
1-3 Nyeri Ringan 8 19 28 3 58 71,6
0,009
4-6 Nyeri Sedang 0 4 14 4 22 27,2 7-10 Nyeri Berat 0 0 0 1 1 1,2
Total 8 23 42 8 81 100
4.5 Ketepatan Analgetika
Penggunaan analgetika dimaksudkan untuk mengurangi rasa sakit tanpa mempengaruhi kesadaran (Siswandono, 2008). Ketepatan analgetika pada pasien kanker sistem reproduksi wanita berdasarkan skala nyeri terdapat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Ketepatan analgetika pada pasien kanker sistem reproduksi wanita berdasarkan skala nyeri. (n=81)
4.6 Dosis Analgetika Pasien Kanker Sistem Reproduksi Wanita
Hasil distribusi dosis analgetika yang diberikan kepada pasien kanker sistem reproduksi wanita dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Dosis analgetika yang diberikan kepada pasien kanker system Reproduksi wanita dibandingkan dengan dosis yang direkomendasikan.
Kesesuaian
Dosis Analgetika Jumlah
Persentase (%)
Sesuai 432 100
Tidak Sesuai 0 0
Total 432 100
Berdasarkan hasil penelitian, pada bulan Mei – Juli 2014 dosis analgetika yang diberikan kepada pasien kanker sistem reproduksi wanita sudah sesuai dengan studi literatur guidelines on pain management dan situs internet terpercaya
. Hal ini menunjukkan
bahwa pemberian dosis telah mempertimbangkan dosis minimal dan dosis maksimal per hari yang masih dapat diterima oleh pasien. Penggunaan dosis analgetika pada pasien kanker sistem reproduksi wanita dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 41.
4.7 Interaksi obat
Tabel 4.7 Interaksi analgetika dengan obat lain pada pasien kanker system Ketorolac Sefadroksil Ringan Meningkatkan efek
ketorolac
1 0,8 Ibuprofen Sefadroksil Ringan Meningkatkan efek
ibuprofen
26 21,0 Ibuprofen Metronidazol Ringan Meningkatkan efek
ibuprofen dengan menghambat enzim CYP2C9/10
11 8,9
Meloxicam Metronidazol Ringan Meningkatkan efek meloxicam dengan
Sefadroksil Ringan Meningkatkan efek
asam mefenamat 14 11,3 Ketorolac Gentamicin Menengah Meningkatkan risiko
gangguan ginjal
3 2,4 Ketorolac Ciprofloksasin Menengah Meningkatkan risiko
gangguan sistem saraf pusat
3 2,4
Ketorolac Deksametason Menengah Meningkatkan risiko gangguan
gastrointestinal
13 10,5
Ketorolac Furosemid Menengah Meningkatkan risiko gangguan ginjal dan melawan efek hipotensi
5 4,0
Ketorolac Bisoprolol Menengah Menurunkan efek antihipertensi dan meningkatkan retensi cairan
1 0,8
Ketorolac Spironolakton Menengah Meningkatkan risiko gangguan ginjal dan melawan efek hipotensi
1 0,8
Ibuprofen Gentamisin Menengah Meningkatkan risiko gangguan ginjal
1 0,8 Ibuprofen Deksametason Menengah Meningkatkan potensi
toksisitas gastrointestinal
Tabel 4.7 Lanjutan
Ibuprofen Meloksikam Menengah Meningkatkan efek samping NSAIDs
2 1,6 Ibuprofen Kaptopril Menengah Menurunkan efek
antihipertensi dari ACE inhibitor
1 0,8
Meloxicam Deksametason Menengah Meningkatkan potensi toksisitas
gastrointestinal
2 1,6 Asam
Mefenamat
Deksametason Menengah Meningkatkan potensi toksisitas
gastrointestinal
6 4,8 Asam
Mefenamat
Furosemid Menengah Meningkatkan resiko gangguan ginjal dan
Gentamisin Menengah Meningkatkan risiko
gangguan ginjal 3 2,4 Asam
Mefenamat
Meloksikam Besar Meningkatkan efek
samping NSAIDs 1 0,8 Ketorolac Meloksikam Besar Meningkatkan efek
samping NSAIDs
5 4,0
Total 124 100
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dilihat interaksi analgetika dengan obat lain yang dapat mempengaruhi efektivitas obat. Interaksi paling banyak terjadi adalah antara ibuprofen dengan cefadroxil yaitu sebesar 21,0%.
Obat golongan AINS seperti ketorolac, ibuprofen, asam mefenamat dengan obat sefadroxil dapat meningkatkan efek AINS, karena AINS dan cefadroxil berkompetisi untuk dikeluarkan bersama urin.
Ibuprofen, meloxicam, dan asam mefenamat dengan obat metronidazol akan meningkatkan efek ibuprofen atau meloxicam atau asam mefenamat dengan menghambat enzim CYP2C9/10 dalam proses metabolisme di hati.
dalam dosis tinggi dan dalam jangka waktu yang lama. Ketorolac, ibuprofen, atau asam mefenamat mengambat pembentukan prostaglandin yang berperan dalam menjaga aliran darah ginjal dan laju filtrasi gromerulus, sehingga penghambatan pembentukan prostaglandin meningkatkan kerusakan ginjal. Jika memungkinkan penggunaan ketorolac, ibuprofen, atau asam mefenamat sebaiknya dihentikan sebelum memulai terapi gentamicin, dan apabila obat harus diberikan secara bersamaan maka fungsi ginjal harus dimonitor secara seksama.
Ketorolac dengan ciprofloksasin dapat terjadi interaksi, ini disebabkan karena pemberian obat ketorolac dapat meningkatkan resiko gangguan sistem saraf pusat akibat peggunaan fluorokuinolon. Mekanisme yang tepat dari interaksi belum diketahui, beberapa peneliti berpendapat bahwa cincin piperazin dari fluorokuinolon dapat menghambat pengikatan asam GABA (Gama Amino Butyrik Acid) reseptor otak dan AINS dapat sinergis menambah efek ini. Pasien dengan riwayat kejang memiliki resiko yang lebih besar. Jika obat harus diberikan secara bersamaan maka harus dilakukan pemantauan klinis untuk tanda-tanda stimulasi SSP seperti tremor, gerakan otot tak sadar, halusinasi, atau kejang.
Ketorolac dan asam mefenamat berinteraksi dengan furosemid, spironolakton, bisoprolol, dan captopril. Ketorolac dan asam mefenamat dapat mempengaruhi fungsi ginjal dan menurunkan efek antihipertensi karena menghambat sintesis prostaglandin. Dimana fungsi prostaglandin adalah menjaga perfusi ginjal, dan bersifat sebagai vasodilator. Jika obat harus diberikan secara bersamaan maka harus dilakukan pemantauan fungsi ginjal dan tekanan darah pasien.
Ketorolac, ibuprofen dan asam mefenamat dengan AINS lainnya seperti meloxicam dapat meningkatkan resiko efek samping AINS yang serius seperti gagal ginjal, peradangan gastrointestinal, dan pendarahan. Pemberian kombinasi AINS dengan AINS lain dianggap kontraindikasi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan:
a. sebesar 67,9% pasien kanker sistem reproduksi wanita telah diberi analgetika yang tepat.
b. dosis analgetika yang diberikan kepada pasien kanker sistem reproduksi wanita sudah sesuai.
c. interaksi obat yang paling banyak terjadi kepada pasien kanker sistem reproduksi wanita adalah antara ibuprofen dan cefadroxil yaitu sebesar 21,0%.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan saran sebagai berikut:
a. untuk meminimalisir kejadian interaksi obat, kesalahan dosis analgetika, serta ketepatan analgetika perlu ditingkatkan kerjasama antara dokter, farmasi dan tenaga medis lainnya dalam melakukan pemantauan, dan mengkonseling pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Abram, S.E., dan Haddox, J.D. (2000). The Pain Clinic Manual.2nd. Philadelphia: Lippincott William and Wilkins. Hal. 35.
Ali, Z., Njuguna, E., Munyoro, E., Makumi, D., Vijay, K., dan Kanja, J. (2013).
Cancer Pain Management in National Guidelines For Cancer Management Kenya. Kenya: Office of the Director of Medical Services. Hal. 225-234.
American Cancer Society. Vulvar Cancer. www. Canceradvocacy.org. Diakses 28 Februari 2014.
Aziz, F. (2009). Ginecological Cancer in Indonesia. J Gynecol Oncol. 20(1): 8-10. Bader. P., Echtle. D., Fonteyne. V., Livadas. K., Demeerleer. G., Borda. A.P., Papaioannou. E.G., Vranken. J.H. (2010). guidelines on pain management. European Association of Urology. Hal. 278-303.
Baradero dan Koleganya. (2007). Seri asuhan Keperawatan Klien Kanker. Jakarta: EGC. Hal. 132.
Carucci, J.A. dan Leffell, D.J. (2008). Basal Cell Carcinoma. Dalam Fitzpatrick’s dermatology in general medicine, 7th ed. Philadelphia:WB Saunders Co. Hal: 1036.
Dewoto, H.R. (2011). Analgesik Opioid dan Antagonis. Dalam Farmakologi dan Terapi, edisi 5. Jakarta: Penerbit Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal. 210-229. Drugs.com. online 2 juli – 20 oktober 201
Fajriani. (2008). Pemberian Obat-Obatan Anti Inflamasi Non Steroid (AINS) Pada Anak. Indonesian Journal of Dentistry. 15(3): 200-204.
Fatmah. (2006). Respons Imunitas yang Rendah pada Tubuh Manusia Usia Lanjut. Makara Kesehatan. 10(1): 47-53.
Gan, S., dan Wilmana, P.F. (2011). Analgesik-Antipiretik, Analgesik Anti-Inflamasi Nonsteroid, dan Obat Gangguan Sendi Lainnya. Dalam
Farmakologi dan Terapi, edisi 5. Jakarta: Penerbit Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal. 210-229.
Higashi. T., Yoshimoto. T., dan Matoba. M. (2012). Prevalence of Analgesic Prescriptions among Patients with Kanker ncer in Japan: An Analysis of Health Insurance Claims Data. Global Journal of Health Sciene. 4(6): 197-203.
Kumar, V., Robbins, Leonard, S. 2010. Neoplasia. Dalam Robbins &Cotran Pathologic Basis of Disease, 8th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier. Hal:
269-342.
Lameshow, S., dan David, W.H. (1997). Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 2.
Lubis N., dan Hasnida. (2009). Dukungan Sosial Pada Pasien Kanker, Perlukah?. Medan: USU Press. Hal. 1.
Ndirangu, G., Mueke, S., Muchiri, L.M., dan Ojwang. (2013). Gynaecological Cancer in National Guidelines For Cancer Management Kenya. Kenya: Office of the Director of Medical Services. Hal. 85-97.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Hal. 127.
Medscape.com. online 2 juli – 20 oktober 2
Mozayani, A. dan Raymon, L.P. (2013). Buku Ajar Interaksi Obat: Pedoman Klinis dan Forensik. Jakarta: EGC. Hal. 301-329.
Mutschler, E. (2010). Dinamika Obat Farmakologi dan Toksikologi Edisi Kelima. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Hal. 177.
Office of Population Affairs. (2000). Female Reproductive Cancers Fact Sheet. Washington: Departement of Health and Human Service. Hal. 2.
Oemiati, R., Rahajeng, E., dan Kristanto, A.Y. (2007). Prevalensi Tumor dan Beberapa Faktor Yang Mempengaruhinya di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 39(4): 190-204.
Otto, S.E. (2005). Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta: EGC. Hal. 7-8. Rasjidi, I. (2007). Panduan Penatalaksanaan Kanker Ginekologi Berdasarkan
Romadhon, Y.A. (2013). Gangguan Siklus Sel dan Mutasi Gen pada Kanker Payudara. CDK-209. 40(10): 786-789.
Rusmana, D. (2009). Aspek Onkologi Human Papillomavirus. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 9(1): 95-101.
Setiati, E. (2009). Waspadai 4 Kanker Ganas Pembunuh Wanita, Edisi 1. Yogyakarta: ANDI. Hal: 25 - 35.
Setiyohadi, B., Sumariyono, Kasmir, Y.I., Isbagio, H., Kalim, H. (2010). Nyeri Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Internal publishing. Hal. 2483-2494.
Sihombing, M., dan Sirait, A.M. 2007. Angka Ketahanan Hidup Penderita Kanker Ovarium di RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Majalah Kedokteran Indonesia. 57(10): 346.
Siswandono. (2008). Kimia Medisinal, Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press. Hal. 27.
Smeltzer, S.C. dan Bare, B. (2003). Brunner and Suddarth's Textbook of Medical Surgical Nursing, 10th edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Hal: 218.
Stockley, I.H. (2008). Stockley’s Drug Interaction, eighth edition. Great Britain: Pharmaceutical Press. Hal. 1-9.
Subagja, H.P. (2014). Waspada Kanker-Kanker Ganas Pembunuh Wanita. Jogjakarta: FlashBooks. Hal: 13-21, 69-70, 98, 125.
Sudiana, I.K. (2008). Patobiologi Molekuler Kanker. Jakarta: Salemba Madeka. Hal: 27.
World Health Organization. (1996). Cancer Pain Relief, 2nd edition. Gevena: WHO. Hal. 15.
World Health Organization. (2001). Health Research Methodology. A Guide for Training in Research Methods. Second Edition. Geneva: WHO. Hal. 76. World Health Organization. (2013). Latest world cancer statistics Global cancer
Ketorolac inj. 30 mg/ml,Amp 1 ml 1 30 mg 120 √
Ketorolac inj. 30 mg/ml,Amp 1 ml 1 30 mg 120 √
Paracetamol tab 500 mg 1 500 mg - 1000 mg 2000 mg - 4000 mg √
Ketorolac inj. 30 mg/ml,Amp 1 ml 3 30 mg 120 √
Paracetamol tab 500 mg 3 500 mg - 1000 mg 2000 mg - 4000 mg √
Lampiran 2. Data Pasien Kanker Sistem Reproduksi Wanita Berdasarkan Usia dengan Analisis Uji Statistik Deskriptif
Statistics Kelompok Usia
N Valid 81 Missing 0
Kelompok usia Valid
Lampiran 3. Data Pasien Kanker Sistem Reproduksi Wanita Berdasarkan Jenis dengan Analisis Uji Statistik Deskriptif
Statistics
Jenis kanker organ reproduksi wanita N Valid 81
Missing 0
Jenis kanker organ reproduksi wanita Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative Percent Valid kanker serviks 51 63.0 63.0 63.0
Lampiran 4. Data Pasien Kanker Sistem Reproduksi Wanita Berdasarkan Stadium Penyakit dengan Analisis Uji Statistik Deskriptif
Statistics Stadium penyakit
N Valid 81 Missing 0
Stadium penyakit
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid stadium 1 8 9.9 9.9 9.9
Lampiran 5. Tingkat Nyeri Berdasarkan Stadium Pada Pasien Kanker Sistem
Lampiran 5. (Lanjutan)
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 16.964a 6 .009
Likelihood Ratio 14.574 6 .024 Linear-by-Linear Association 10.362 1 .001 N of Valid Cases 81
Lampiran 6. Ketepatan Analgetik Pada Pasien Kanker Sistem Reproduksi Wanita
Skala nyeri * ketepatan analgetik Crosstabulation Ketepatan analgetik
Total tepat Tidak tepat
Skala nyeri
1-3 Count 27 26 53
% within skalanyeri 50.9% 49.1% 100.0% % within
ketepatananalgetik 49.1% 100.0% 65.4% % of Total 33.3% 32.1% 65.4%
4-6 Count 27 0 27
% within skalanyeri 100.0% .0% 100.0% % within
ketepatananalgetik 49.1% .0% 33.3% % of Total 33.3% .0% 33.3%
Lampiran 7. Data interaksi analgetik dengan obat lain pada pasien kanker sistem reproduksi wanita dengan Analisis Uji Statistik Deskriptif
Obat yang berinteraksi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid ketorolac dengan cefadroxil 1 .8 .8 .8
ibuprofen dengan cefadroxil 26 21.0 21.0 21.8 ibuprofen dengan metronidazole 11 8.9 8.9 30.6 meloxicam dengan
metronidazole 1 .8 .8 31.5 asam mefenamat dengan
Lampiran 10. Surat keterangan telah selesai melakukan penelitian di RSUP