ANALISIS FILTER PASIF SINGLE TUNED UNTUK
MENGURANGI ARUS HARMONISA PADA MIXER
TESIS
OLEH:
PRISTISAL WIBOWO 107034012/TE
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ANALISIS FILTER PASIF SINGLE TUNED UNTUK
MENGURANGI ARUS HARMONISA PADA MIXER
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik Dalam Program Studi Magister Teknik Elektro Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
OLEH:
PRISTISAL WIBOWO 107034012/TE
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Telah diuji pada Tanggal: 28 April 2014
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Ir. Usman Baafai Anggota : 1. Dr. Marwan Ramli, M.Si
ABSTRAK
Peralatan rumah tangga merupakan beban non-linier yang menghasilkan harmonisa, termasuk juga mixer. Mixer merupakan peralatan elektronik yang bersifat beban non-linier sehingga menyebabkan arus harmonisa. Dari data pengukuran yang dilakukan, terdapat harmonisa pada Individual Harmonisa Distortion (IHDi) arus orde-3 pada mixer yang tidak sesuai standart IEC61000-3-2 Kelas D, untuk mengurangi harmonisa yang ditimbulkan oleh mixer digunakan Single Tuned Passive Filter. Hasil dari simulasi yang dilakukan sebelum dan sesudah pemasangan filter diperoleh IHDi orde ke-3 dari 55.30% menjadi 27.68% atau berkurang dari 0.4464 Ampere menjadi 0.2216 Ampere. Sedangkan faktor daya dapat diperbaiki dari 0,73 menjadi 0.94.
ABSTRACT
Household appliances is a non-liniear loads generate harmonics, as well as mixers. Mixer is an electronics device that is non-liniear loads, causing harmonic currents. From the measurementbdata is done, there are harmonics in the Individual Harmonic Distortion (IHDi)-3order flow in the mixer that is not according to standard IEC61000-3-2 Class D, to reduce harmonics generated by the mixer used Single Tuned Passive Filter. The results of the simulations carried out before and after the installation of the filter order obtained IHDi 3rd from 55.30% to 27.68% or be less than 0.4464 Ampere to 0.2216 Ampere. While the power factor can be improved from 0.73 into 0.94.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan atas
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, Tidak lupa
juga shalawat beriring salam kita berikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
Shalallaahu’alaihi wasalam.
Alhamdulillah, pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan proposal tesis
untuk memenuhi syarat kurikulum Program Studi Magister Teknik Elektro Fakultas
Teknik Universitas Sumatera Utara Medan dengan judul “ Analisis Filter Pasif Single
Tuned Untuk Mengurangi Arus Harmonisa Pada Mixer”.
Kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Usman Baafai, Bapak Dr. Marwan Ramli, M.Si.,
Bapak Prof. Drs. Tulus, M.Si., dan Bapak Dr. Eng Ariadi Hamzi selaku komisi
pembimbing penulis mengucapkan terima kasih untuk kesabaran, arahan dan
masukan agar penulis menjadi lebih baik dan juga selalu menyempatkan waktu di
berbagai kesibukan untuk membimbing serta memberi petunjuk dan saran yang
sangat berharga bagi penulis agar penulisan proposal tesis ini baik adanya.
Kepada Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H, M.Sc (CTM), Sp.A
(K) selaku Rektor USU dan Bapak Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME selaku Dekan
FT USU, Bapak Surya Tarmizi Kasim, M.Si selaku Ketua Departemen Teknik
Elektro FT USU, Pengelola, Staf pengajar dan Staf sekretariat Magister Teknik
Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan selama
mengikuti Program Magister Teknik Elektro.
Kepada Kepala laboraturium dan Staf PT. PLN Wilayah II Sumatera Utara
penulis ucapkan terima kasih atas bantuan dalam pengambilan data pada penelitian
yang penulis laksanakan pada Laboratorium tersebut.
Penulis juga menghaturkan terima kasih kepada Bapak, Mamak, Kakak, dan
Adik. Drs.H. Dwi Anang Wibowo, M.Pd., Hj. Yusni, SH. Alfa Yolanda S.Pd., dr.
penulis menjadi lebih baik. Serta rekan-rekan mahasiswa Magister Teknik Elektro
USU yang telah memberikan semangat kepada penulis. Semoga Allah SWT
memberikan kemuliaan yang setimpal kepada semua atas kebaikan-kebaikan yang
diberikan dalam menyelesaikan Proposal Tesis ini.
Penulis sadar dalam penulisan proposal tesis ini tidak mustahil banyak
terdapat kekurangan dikarenakan keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh
karena itu penulis selalu menerima saran dan masukan yang membangun demi
sempurnanya proposal tesis ini.
Akhirnya kepada Allah SWT penulis berserah diri, karena tak ada satu
kesempurnaan pun di dunia ini kecuali milik-Nya.
Amin Ya Rabal alamin.
Medan, April 2014
Penulis
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Pristisal Wibowo
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Merak No. 42 A, Kel. Mencirim, Kec. Binjai
Timur, Kota Binjai.
1. Tamatan SD Negeri 023895, Binjai Tahun 1999
PENDIDIKAN:
2. Tamatan SMP Negeri 1, Binjai Tahun 2002
3. Tamatan SMK Telekomunikasi Shandy Putra, Medan Tahun 2005
4. Universitas Islam Sumatera Utara, Medan Tahun 2009
5. Universitas Sumatera Utara, Medan Tahun 2014
Demikian riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Medan, Juli 2014
Filter ... 31
2.8 Merancang Single Tuned Passive Filter ... 35
BAB 3 METODE PENELITIAN ... 38
3.1 Teknik Pengukuran Yang Dilakukan ... 38
3.2 Data Pengukuran... ... 40
3.3 Klasifikasi Arus Harmonisa Berdasarkan Standar IEC61000-3-2 Kelas D ... 41
3.4 Perhitungan Single Tuned Passive Filter... 43
3.5 Rangkaian Simulasi Sebelum Pemasangan Single Tuned Passive Filter... ... 46
3.6 Rangkaian Simulasi Setelah Pemasangan Single Tuned Passive Filter ... 50
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 52
4.1 Hasil Harmonisa Setelah Penggunaan Single Tuned Passive Filter ... ... 52
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1.1. IHDi yang Dibangkitkan Oleh Mixer... 4
2.1. Batasan Arus Harmonisa Untuk Peralatan Kelas A ... 21
2.2. Batasan Arus Harmonisa Untuk Peralatan Kelas B ... 22
2.3. Batasan Arus Harmonisa Untuk Peralatan Kelas C ... 23
2.4. Batasan Arus Harmonisa Untuk Peralatan Kelas D ... 23
2.5. Batasan Arus Harmonisa Untuk Kelas A dan Kelas D ... 24
3.1. Impedansi Kabel Saluran ... 39
3.2. Data Pengukuran Mixer ... 40
3.3. Data Pengukuran Harmonisa Arus ... 41
3.4. Klasifikasi Arus harmonisa Pengukuran Berdasarkan Standar IEC61000-3-2 Kelas D untuk mixer 110 watt ... 42
3.5. Data Hasil Simulasi Sebelum Pemasangan Filter ... 50
4.1. Data Hasil Simulasi Setelah Pemasangan Filter ... 54
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1. Mixer ... 12
2.2. Single Line Diagram Mixer ... 13
2.3. Bentuk Gelombang Tegangan Dasar dan Harmonik ke-3 ... 14
2.4. Bentuk Gelombang Tegangan yang Terdistorsi Harmonik... 15
2.5. Rangkaian Filter Pasif Dalam Sistem ... 25
2.6. Jenis-Jenis Filter ... 26
2.7. Single Tuned Passive Filter... 28
2.8. Frekuensi Respon dan Sudut Fasa Single Tuned Passive Filter .. 30
2.9. Pemodelan Filter ... 33
2.10. Kompensasi Gelombang Filter ... 34
2.11. Segitiga Daya Untuk Menentukan Kebutuhan Daya Reaktif... 36
3.1. Rangkaian Simulasi Sebelum Pemasangan Filter ... 47
3.2. Data Hasil Simulasi MATLAB Sebelum Pemasangan Filter ... 48
3.3. Grafik Tegangan dan Arus Sebelum Pemasangan Filter ... 49
3.4. Spektrum Tegangan dan Arus Sebelum Pemasangan Filter ... 49
3.5. Rangkaian Simulasi Setelah Pemasangan Filter ... 51
4.1. Grafik Tegangan dan Arus Setelah Pemasangan Filter ... 52
4.3. Diagram Perbandingan Arus Harmonisa Sebelum dan Setelah
Pemakaian Single Tuned Passive Filter ... 57
ABSTRAK
Peralatan rumah tangga merupakan beban non-linier yang menghasilkan harmonisa, termasuk juga mixer. Mixer merupakan peralatan elektronik yang bersifat beban non-linier sehingga menyebabkan arus harmonisa. Dari data pengukuran yang dilakukan, terdapat harmonisa pada Individual Harmonisa Distortion (IHDi) arus orde-3 pada mixer yang tidak sesuai standart IEC61000-3-2 Kelas D, untuk mengurangi harmonisa yang ditimbulkan oleh mixer digunakan Single Tuned Passive Filter. Hasil dari simulasi yang dilakukan sebelum dan sesudah pemasangan filter diperoleh IHDi orde ke-3 dari 55.30% menjadi 27.68% atau berkurang dari 0.4464 Ampere menjadi 0.2216 Ampere. Sedangkan faktor daya dapat diperbaiki dari 0,73 menjadi 0.94.
ABSTRACT
Household appliances is a non-liniear loads generate harmonics, as well as mixers. Mixer is an electronics device that is non-liniear loads, causing harmonic currents. From the measurementbdata is done, there are harmonics in the Individual Harmonic Distortion (IHDi)-3order flow in the mixer that is not according to standard IEC61000-3-2 Class D, to reduce harmonics generated by the mixer used Single Tuned Passive Filter. The results of the simulations carried out before and after the installation of the filter order obtained IHDi 3rd from 55.30% to 27.68% or be less than 0.4464 Ampere to 0.2216 Ampere. While the power factor can be improved from 0.73 into 0.94.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sitem kelistrikan berkembang begitu cepat. Semakin berkembangnya
kelistrikan maka konsumsi daya semakin meningkat. Seperti halnya komputer,
pendingin ruangan (AC), komputer, Lampu Hemat Energi (LHE), fluorescent lamp
(lampu TL), Unterruptable Power Supplies (UPS), Baterry charger dan peralatan
elektronik lainnya tidak bisa terlepas dari kebutuhan konsumsi daya listrik. Peralatan
tersebut disebut dengan beban non linier yaitu beban yang memiliki bentuk
gelombang non sinusoidal karena telah terdistorsi oleh arus harmonisa yang
ditimbulkan oleh berbagai peralatan elektronik. Pada beban nonlinier (peralatan
elektronik) terdapat penyearah yang mengkonversikan tegangan bolak balik ke
tegangan searah untuk operasi komponen elektronik. Penyearah digunakan untuk
memaksimalkan penggunaan daya aktif dan memudahkan dalam pengaturan beban
pada peralatan tersebut [1].
Penggunaan beban non linier dapat menghasilkan harmonisa yang tinggi
dan faktor daya yang rendah, sehingga dapat menambah pembebanan pada
transformator distribusi, bahkan dapat mempengaruhi kinerja peralatan lain dengan
sumber listrik tersebut. Masalah keberadaan harmonisa pada kualitas daya sudah
Seperti halnya juga peralatan-peralatan listrik untuk beban rumah tangga,
seperti: blender/juicer, mixer, microwave, kulkas, televisi, dan lain sebagainya. Tanpa
disadari peralatan tersebut juga ikut menyumbang arus harmonisa.
Peralatan-peralatan ini menggunakan penyearah berupa komponen semi-konduktor yang
dirancang untuk menggunakan arus listrik secara hemat dan efisien karena arus listrik
hanya dapat melalui komponen semi-konduktornya selama periode pengaturan yang
telah ditentukan. Namun di sisi lain hal ini akan menyebabkan gangguan gelombang
arus dan tegangan yang pada akhirnya akan kembali ke bagian lain sistem tenaga
listrik. Fenomena ini akan menimbulkan gangguan beban non-linier satu fasa [2].
Penelitian difokuskan pada mixer. Sebuah peralatan rumah tangga yang
bekerja menggunakan peralatan semi konduktor pada penyearah agar dapat mengatur
kecepatan putaran (variabel putaran). Pada mixer terdapat motor induksi yang diatur
oleh komponen elektronika, didalamya terdapat inverter, penyearah, dan peralatan
lain yang bersifat beban non-linier sehinggga mnyebabkan arus harmonisa.
Pengukuran yang telah dilakukan pada mixer didapat hasil bahwa pada
alat tersebut terdapat arus harmonisa yang tidak sesuai standart IEC 61000-3-2 hanya
pada arus harmonisa orde ke-3. Sedangkan arus harmonisa orde ke-5, ke-7, ke-9, dan
seterusnya masih dalam batas standart IEC 61000-3-2 yang telah ditentukan. Berbeda
dengan peralatan rumah tangga lainnya, seperti pengukuran yang telah dilakukan
terdahulu pada televisi yang hampir pada setiap orde harmonisanya didapati hasil
diatas standart yang ditentukan. Karena sistem kerja televisi dengan mixer berbeda
Mixer menghasilkan arus harmonisa yang lebih tinggi pada orde ke-3,
akan tetapi jika dilihat dari perkembangan arus usaha saat ini banyak usaha kecil dan
menengah yang bergerak dibidang pembuatan makanan ringan seperti usaha
pembuatan roti, kue-kue kering, maupun restoran menggunakan mixer sebagai alat
pembantu untuk meringankan pekerjaan mereka. Penggunaan mixer pada skala besar
tidak bisa dianggap remeh, mixer-mixer tersebut juga ikut menyumbang arus
harmonisa yang kemudian berpengaruh pada pembebanan lebih pada transformator,
pemanasan pada circuit breaker, faktor daya pada sistem lebih rendah, dan
penggunaan energi listrik menjadi tidak efisien.
Salah satu upaya pengurangan harmonisa yakni dengan menggunakan
filter. Dengan menggabungkan antara komponen R, L, dan C akan berbentuk filter
yang disebut dengan filter pasif. Penggunaan filter pasif merupakan salah satu solusi
yang tepat untuk mengurangi harmonik pada gelombang keluaran converter dari
peralatan listrik. Salah satu filter yang umum digunakan adalah Single-Tuned Passive
Filter. Single-Tuned Passive Filter adalah salah satu filter pasif yang paling umum
digunakan karena harganya yang relatif murah dan instalasi yang mudah dan juga
sesuai dengan karakteristik dari mixer.
Besar harmonisa yang dibangkitkan oleh beberapa merk mixer dapat
dilihat pada Tabel 1.1. sebagai gambaran besar IHDI yang dihasilkan oleh mixer (lihat
Tabel 1.1. IHDI yang dibangkitkan oleh mixer.
Seperti yang ditunjukan Tabel 1.1. terlihat hasil pengukuran 5 merk mixer
yang berbeda. Dari ke-5 merk mixer tersebut, mixer E memiliki THDi paling tinggi
sebesar 59.40% sehingga IHDi yang dihasilkan mixer E jauh lebih besar dari standart
IHDi IEC 610003-2 Kelas D. Data yang diperlihatkan mixer E pada harmonisa orde
ke-3 55.8%, orde ke-5 21.2%, orde ke-7 6.2%, orde ke-9 3.4%, orde ke-11 1.9%, orde
ke-13 0.12%, orde ke-15 0.1%. Atas dasar data ini nantinya akan digunakan dalam
menentukan besarnya parameter filter pasif yang diperlukan untuk mereduksi
harmonisa mixer E sehingga sesuai standar IEC61000-3-2 Kelas D.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar IHD dan faktor
daya yang dihasilkan oleh alat rumah tangga tersebut, kemudian akan dilakukan
perancangan filter pasif yang dapat mereduksi atau mengurangi harmonisa sekaligus
memperbaiki faktor daya daya pada mixer. Pengukuran pada mixer ini dilakukan di
Banyak metode yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya dalam hal
meredam harmonisa dan sekaligus memperbaiki faktor daya. Penelitian yang sudah
dilakukan sebelumnya berkaitan mengenai filter untuk meredam hamonisa dengan
berbagai teknologi dan diuraikan sebagai berikut ini:
1. G. W. Chang, S. Y. Chu, dan H. I. Wang pada tahun 2002 melalui
jurnal IEEE pp 814-817, yang berjudul “A New Approach for
Placement of Single Tuned Passive Harmonics Filters in a Power
System” menggunakan metode simulasi program merancang besaran
R, L, C untuk menentukan alogaritma pada filter pasif yang
menghasilkan rancangan alogaritma untuk single tuned filter yang
dapat menurunkan awal > 3% menjadi < 3% dan awal >
5% menjadi < 5% [3].
2. P. Mathan Mohan dan G. Amuthan pada tahun 2012 melalui jurnal
IEEE pp 622-627, yang berjudul “Comparative Evaluation of Various
Single Phase Harmonic filters for Non-linear load” menggunakan
simulasi program MATLAB merancang Passive Power Filter (PPF),
Shunt Active Power Filter (SAPF), dan Hybrid Active Power Filter
(HAPF) yang menghasilkan penelitian THD pada PPF menjadi
11,84% dengan power factor 0,9123, THD pada SAPF menjadi
2,159% dengan power factor 0,9192, THD pada HAPF menjadi
3. Young-Sik Cho dan Hanju Cha pada tahun 2011 melalui jurnal
International Council on Electrical Engineering Vol 1, No 1, pp 7-13,
yang berjudul “Single-Tuned Passive Harmonic Filter Design
Considering Variances of Tuning And Quality Factor” menggunakan
simulasi program merancang single tuned filter yang menghasilkan
penelitian yang menunjukkan setelah pemakaian single-tuned filter
THDi (harmonisa arus) yang terdapat pada harmonisa ke-5, 7, 11, dan
13 berkurang yaitu untuk harmonisa ke-5 dari 72.6% menjadi 7.9%,
harmonisa ke-7 dari 61.8% menjadi 11.2%, harmonisa ke-11 dari
20.9% menjadi 4.5% dan harmonisa ke-13 dari 13.2% menjadi 2.9%
[5].
4. Endi Sofyandi pada tahun 2010 dari jurnal Universitas Indonesia, yang
berjudul “Perancangan Single-Tuned Filter Untuk Mereduksi
Harmonik Arus Dengan Simulasi Program ETAP PowerStation 5.0.3”
menggunakan simulasi program ETAP powerstation 5.0.3 merancang
single tuned filter yang menghasilkan Pemasangan filter untuk setiap
beban, sebagian besar beban mengalami penurunan THDi, beban TL 8
sebesar 50.71 %, beban TL 14 sebesar 45.51%, beban TL 14 sebesar
29.86%, beban TV sebesar 45.3%, dan beban PC sebesar 19.64%,
sedangkan beban yang mengalami kenaikan THDi, beban AC sebesar
5. J. A. Bonner, W. M. Hurst, R. G. Rocamaro, R. F. Dudley, M. R.
Sharp, dan J. A. Twist dari jurnal IEEE Vol 10, No 1, pp 547-555,
yang berjudul ”Selecting Ratings For Capacitors and Reactorss in
Applications Involving Multiple Single-Tuned Filters” menggunakan
simulasi program merancang single tuned filter yang menghasilkan
rancangan metodhe untuk menentukan nilai besaran filter dengan
menentukan parameter pada reaktor dan kapasitor [7].
Dari penelitian yang dilakukan tersebut, telah banyak dihasilkan
teknologi sehingga banyak terdapat nilai yang sangat bervariasi dalam mengurangi
harmonisa.
.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah
mengenai peredaman harmonisa dan perbaikan faktor daya dengan menggunakan
Single-Tuned Passive Filter, yaitu:
a. Seberapa besar nilai IHDI yang dapat diredam oleh Single-Tuned
Passive Filter.
b. Seberapa besar faktor daya yang dapat diperbaiki dengan penggunaan
Single-Tuned Passive Filter.
c. Merancang simulasi Single-Tuned Passive Filter menggunakan
d. Bagaimana hasil simulasi pemakaian Single-Tuned Passive Filter.
e. Bagaimana perbandingan IHDI sebelum dan sesudah penggunaan
Single-Tuned Passive Filter tersebut terhadap standar IEC 61000-3-2.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mensimulasikan Single-Tuned Passive Filter
yang dapat digunakan untuk mereduksi arus harmonisa yang dihasilkan mixer dengan
menggunakan MATLAB/Simulink. Perhitungan paramater pada Single-Tuned
Passive Filter diharapkan dapat mereduksi IHDi harmonisa yang dihasilkan mixer,
sehingga dapat memenuhi tingkat harmonisa sesuai dengan standar IEC 61000-3-2
Kelas D.
1.4. Batasan Masalah
Mengingat luasnya Permasalahan mengenai peredaman harmonisa dan
perbaikan faktor daya dengan menggunakan Single-Tuned Passive Filter, maka
permasalahan ini dibatasi hanya difokuskan pada masalah peredaman harmonisa dan
perbaikan faktor daya pada mixer tersebut dengan menggunakan Single-Tuned
Passive Filter.
1.5. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini ialah dapat mengetahui
pada mixer. Sehingga pengurangan harmonisa dapat dilakukan untuk
mengoptimalkan kualitas daya yang lebih baik pada sistem.
1.6. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab 1: Berisikan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, perumusan
masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian dan
sistematika penulisan.
Bab 2: Berisikan tinjauan pustaka berkaitan dengan sumber pembangkit
harmonisa, pengaruh harmonisa, reduksi pengaruh harmonisa, batasan
harmonisa, Single-Tuned Passive Filter, prinsip pereduksian harmonisa
dari Single-Tuned Passive Filter, merancang Single-Tuned Passive Filter,
dan faktor daya tanpa dan dengan kondisi harmonisa.
Bab 3: Berisikan metodologi penelitian yang terdiri dari teknik pengukuran yang
dilakukan, diagram alir penelitian, data hasil pengukuran, klasifikasi arus
harmonisa mixer berdasarkan standar IEC61000-3-2 kelas D, perhitungan
R, L, dan C dari Tuned Passive Filter, rangkaian simulasi
Single-Tuned Passive Filter.
Bab 4: Berisikan hasil dan pembahasan yang berkaitan dengan arus harmonisa
setelah penggunaan Single-Tuned Passive Filter dan perbandingan arus
harmonisa sebelum dan setelah penggunaan Single-Tuned Passive Filter.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem distribusi dalam sitem tenaga listrik dikenal dua jenis beban,
yaitu beban linier dan beban non-linier. Beban disebut linier apabila nilai arus dan
bentuk gelombang tegangan keluaran berbanding secara linier. Hal ini berarti bahwa
bentuk gelombang arus mengalir sebanding dengan impedansi dan perubahan
tegangan. Sedangkan untuk beban non-linier, bentuk gelombang arus tidak sama
dengan bentuk gelombang tegangan (mengalami distorsi). Arus yang ditarik oleh
beban non-linier tidak sinusoidal tetapi periodik, artinya bentuk gelombang terlihat
sama dari siklus yang satu ke siklus yang lain [1].
Beban non linier umumnya merupakan peralatan elektronik yang
didalamnya banyak terdapat komponen semikonduktor seperti Switching Power
Supplies, UPS, computer, printer, LHE, DC drive, AC drive, welding arc, battery
charger, dan peralatan rumah tangga lainnya. Proses kerja peralatan atau beban non
linier ini akan menghasilkan gangguan atau distorsi gelombang arus yang non
sinusoidal [8]. Elektronika daya sebagai converter banyak digunakan pada sistem
penyearah atau inverter untuk sistem penyedia energi listrik sesuai kebutuhan.
2.1. Motor Induksi
Motor listrik adalah mesin yang mengubah energi listrik menjadi energi
membawa arus dibengkokan menjadi sebuah lingkaran/loop, maka kedua sisi loop
yaitu pada sudut kanan medan magnet akan mendapatkan gaya pada arah yang
berlawanan. Pasangan gaya menghasilkan tenaga putar/torque untuk memutar
kumparan.
Motor induksi termasuk bagian dari motor listrik arus bolak-balik (AC).
Motor induksi banyak digunakan sebagai motor penggerak mekanik pada peralatan
rumah tangga, perusahaan, maupun industri. Motor induksi satu fasa khususnya
digunakan sebagai penggerak peralatan mekanik yang berkuran kecil tetapi
membutuhkan starting torque yang besar tetapi mempunyai daya keluaran yang
rendah.
Pada dasarnya, prinsip kerja motor induksi 1-fasa sama dengan motor
induksi 2-fasa yang tidak simetris karena pada kumparan statornya dibuat dua
kumparan (yaitu kumparan bantu dan kumparan utama) yang mempunyai perbedaan
secara listrik dimana antara masing-masing kumparannya tidak mempunyai nilai
impedansi yang sama dan umumnya motor bekerja dengan satu kumparan stator
(kumparan utama). Khusus untuk motor kapasitor-start kapasitor-run, maka motor ini
dapat dikatakan bekerja seperti halnya motor induksi 2-fasa yang simetris karena
motor ini bekerja dengan kedua kumparannya (kumparan bantu dan kumparan utama)
mulai dari start sampai saat running (jalan).
Motor induksi 1-fasa yang bekerja dengan satu kumparan stator pada saat
running (jalan) dapat dikatakan bekerja bukan berdasarkan medan putar, tetapi
medan tersebut dibuat lebih besar maka rotornya akan berputar mengikuti perputaran
medan ini. Bentuk gambaran proses terjadinya medan maju dan medan mundur ini
dapat dijelaskan dengan menggunakan teori perputaran medan ganda
2.2. Mixer
Mixer didesain untuk mempermudah pekerjaan rumah tangga terutama
untuk mencampur bahan adonan kue, roti, dan sebagainya. Design mixer terbilang
modern, memiliki beberapa komponen yang terangkai didalamnya untuk mendukung
kinerja optimal dari sebuah mixer, ditunjukan pada Gambar 2.1. berikut:
Gambar 2.1. Mixer.
Seperti yang ditunjukan Gambar 2.1. Mixer adalah salah satu jenis
peralatan rumah tangga modern yang digunakan untuk meringankan beban pekerjaan
rumah tangga. Mixer berfungsi sebagai pengaduk atau pencampur/mixing bahan
makanan untuk membuat adonan roti, kue, atau semacamnya. Mixer hanya digunakan
pada skala besar sebagai industri rumah tangga dapat menghasilkan arus harmonisa
yang dapat menyebabkan gangguan gelombang arus dan tegangan sehingga pada
akhirnya akan kembali kebagian lain sistem tenaga listrik.
Prinsip kerja mixer ialah mengubah energi listrik menjadi energi mekanis
dengan cara mengalirkan arus listrik menuju switch saklar pemilih kecepatan
kemudian dialirkan kembali menuju motor penggerak.
Motor penggerak yang terdapat pada mixer termasuk dalam motor
induksi rotor lilit/wound rotor induction motor.
2.2.1. Diagram mixer
Gambar 2.2. Single-Line diagram mixer.
Seperti yang diperlihatkan Gambar 2.2. Rangkaian kelistrikan salah satu
merk mixer. Sumber listrik yang diperlukan untuk menjalankan rangkaian mixer ialah
direntang tegangan antara 220 V sampai dengan 230 V pada frekuensi kerja 50 – 60
dilengkapi dengan kapasitor dan resistor yang dipasang paralel berfungsi sebagai
peredam frekuensi interferensi yang ditimbukan oleh motor mixer saat berputar.
Pengaturan kecepatan mixer dilakukan dengan memindahkan posisi saklar pemilih
kecepatan (SW) antara posisi 0 sampai posisi 3 yang berhubungan dengan dengan
belitan pengatur kecepatan dan belitan bantu motor L1, L2, L3 yang terhubung seri
menuju sikat kemudian masuk ke belitan rotor (LR).
2.3. Harmonisa
Harmonisa adalah gangguan yang terjadi dalam sitem distribusi tenaga
listrik yang disebabkan adanya distorsi gelombang arus dan tegangan. Distorsi
gelombang arus dan tegangan ini disebabkan adanya pembentukan
gelombang-gelombang dengan frekuensi kelipatan bulat dari frekuensi fundamentalnya [9].
Terdistorsinya gelombang arus atau tegangan akibat adanya gelombang sinus
kelipatan integer dari gelombang fundamental dan gelombang tersebut ditambahkan
sehingga berakibat pada terdistorsinya bentuk gelombang fundamental menjadi tidak
sinusoidal murni, seperti yang diperlihatkan Gambar 2.3.
Bila kedua gelombang tersebut dijumlahkan, maka bentuk gelombang
yang dihasilkan adalah seperti Gambar 2.4., bentuk distorsi gelombang akan lebih
kompleks lagi bila semua gelombang harmonik yang terjadi dijumlahkan dengan
gelombang frekuensi dasar. Besar amplitude harmonik biasanya hanya beberapa
persen dari amplitude gelombang dasar.
Gambar 2.4. Bentuk gelombang tegangan yang terdistorsi harmonik [6].
2.3.1. Perhitungan harmonisa
Harmonisa diproduksi oleh beberapa beban non linier atau alat yang
mengakibatkan arus non sinusoidal. Untuk menentukan besar Total Harmonic
Distortion (THD) dari perumusan analisa deret fourier untuk tegangan dan arus
dalam fungsi waktu yaitu [10].
………..………..….(2.1)
Tegangan dan arus RMS dari gelombang sinusoidal yaitu nilai puncak gelombang
dibagi dan secara deret fourier untuk tegangan dan arus yaitu [14].
………..……….(2.3)
……….…..……….(2.4)
Pada umumnya untuk mengukur besar harmonisa yang disebut dengan Total
Harmonic Distortion (THD). Untuk THD tegangan dan arus didefenisikan sebagai
nilai RMS harmonisa urutan diatas frekuensi fundamental dibagi dengan nilai RMS
pada frekuensi fundamentalnya, dan tegangan dc nya diabaikan. Besar Total
Harmonic Distortion (THD) untuk tegangan dan arus yaitu:
……..………… (2.5)
……..…………... (2.6)
Hubungan persamaan THD dengan arus RMS dari Persamaan (2.6) yaitu:
…..…………..…. (2.7)
Selanjutnya dari Persamaan (2.7) yaitu:
Sehingga arus RMS terhadap THDI yaitu:
……….……… (2.8)
Individual Harmonic Distortion (IHD) adalah perbandingan nilai RMS pada orde
... …(2.9)
... ….(2.10)
Dimana:
Vh = Tegangan harmonisa pada orde terdistorsi
Ih = Arus harmonisa pada orde terdistorsi
Hubungan Persamaan IHD dengan arus RMS dari Persamaan (2.10) yaitu:
... ….(2.11)
... ….(2.12)
Selanjutnya dari Persamaan (2.11) yaitu:
... ….(2.13)
... ….(2.14)
Sehingga arus RMS terhadap IHDi yaitu:
2.3.2. Pengaruh dari harmonisa
Pada keadaan normal, arus beban setiap fasa dari beban linier yang
seimbang pada frekuensi dasarnya akan saling menghapuskan sehingga arus netralnya
menjadi nol. Sebaliknya beban non linier satu fasa akan menimbulkan harmonisa
kelipatan tiga ganjil yang disebut triplen harmonisa (harmonisa ke 3, ke 9, ke 15 dan
seterusnya) yang sering disebut zero sequence harmonisa.
Harmonisa ini dapat menghasilkan arus netral yang lebih tinggi dari arus
fasa karena saling menjumlah di tiap fasanya. Harmonisa pertama urutan polaritasnya
adalah positif, harmonisa kedua urutan polaritasnya adalah negatif dan harmonisa
ketiga urutan polaritasnya adalah nol, harmonisa keempat adalah positif (berulang,
berurutan dan demikian seterusnya).
Akibat yang ditimbulkan oleh arus urutan nol dari komponen harmonisa
antara lain tingginya arus netral pada sistem tiga fasa empat kawat (sisi sekunder
transformator) karena arus urutan nol (zero sequence) kawat netral 3 kali arus urutan
nol masing-masing fasa [15].
2.3.3. Mengurangi pengaruh harmonisa
Filter harmonisa harus dilakukan untuk mengurangi dampak yang
ditimbulkan terhadap sistem dan peralatan listrik. Banyak sekali cara yang digunakan
untuk memperbaiki sistem khususnya meredam harmonisa yang sudah dikembangkan
saat ini. Secara garis besar ada beberapa cara untuk meredam harmonisa yang di
a. Penggunaan filter pasif pada tempat yang tepat, terutama pada daerah
yang dekat dengan sumber pembangkit harmonisa sehingga arus
harmonisa terjerat di sumber dan mengurangi peyebaran arusnya.
b. Penggunaan filter aktif.
c. Kombinasi filter aktif dan pasif.
d. Konverter dengan AC- reactor, dan lain-lain.
Sistem diatas mampu bertindak sebagai peredam harmonisa, dan juga
dapat memperbaiki faktor daya yang rendah pada sistem. Jika perbaikan faktor daya
langsung dipasang kapasitor terhadap sistem yang mengandung harmonisa, maka
akan menyebabkan amplitudo pada harmonisa tertentu akan membesar, proses ini
diakibatkan terjadinya resonansi antara kapasitor yang dipasang dengan reaktansi
induktif sistem.
2.4. Batasan Harmonisa
Untuk mengurangi harmonisa pada suatu sistem secara umum tidaklah
harus mengeliminasi semua harmonisa yang ada tapi cukup dengan mereduksi
sebagian harmonisa tersebut sehingga nilainya dibawah standar yang diizinkan. Hal
ini berkaitan dengan analisa secara teknis dan ekonomis dimana dalam mereduksi
harmonisa secara teknik dibawah standar yang diizinkan sementara dari sisi ekonomis
tidak membutuhkan biaya yang besar. Dalam hal ini standar yang digunakan sebagai
batasan harmonisa adalah yang dikeluarkan oleh International Electrotechnical
fasa ataupun tiga fasa. Untuk beban tersebut umumnya digunakan standar
IEC61000-3-2. Hal ini disebabkan karena belum adanya standar baku yang dihasilkan oleh
IEEE.
Pada standar IEC61000-3-2 beban beban kecil tersebut diklasifikasikan
dalam kelas A, B, C, dan D, dimana masing masing kelas mempunyai batasan
harmonisa yang berbeda beda yang dijelaskan sebagai berikut [16].
1. Kelas A
Kelas ini merupakan semua kategori beban termasuk didalamnya
peralatan penggerak motor dan semua peralatan 3 fasa yang arusnya tidak lebih dari
16 ampere perfasanya. Semua peralatan yang tidak termasuk dalam 3 kelas yang lain
dimasukkan dalam kategori kelas A. Batasan harmonisanya hanya didefinisikan
untuk peralatan satu fasa (tegangan kerja 230V) dan tiga fasa (230/400V) dimana
batasan arus harmonisanya seperti yang diperlihatkan Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Batasan arus harmonisa untuk peralatan kelas A.
2. Kelas B
Kelas ini meliputi semua peralatan tool portable dimana batasan arus
harmonisanya merupakan harga absolut maksimum dengan waktu kerja yang singkat
dimana batasan arus harmonisanya diperlihatkan Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Batasan arus harmonisa untuk peralatan kelas B.
Harmonisa ke-n Arus harmonisa maksimum yang diizinkan (A)
Kelas C termasuk didalamnya semua peralatan penerangan dengan daya
input aktifnya lebih besar 25 Watt. Batasan arusnya diekspresikan dalam bentuk Tabel 2.1. (Lanjutan)
Harmonisa ke-n Arus harmonisa maksimum yang diizinkan (A)
4 0,43
6 0,30
persentase arus fundamental. Persentase arus maksimum yang diperbolehkan untuk
masing masing harmonisa diperlihatkan Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Batasan arus harmonisa untuk peralatan kelas C.
Harmonisa ke-n Arus harmonisa maksimum yang diizinkan (% fundamental)
2 2
Termasuk semua jenis peralatan yang dayanya dibawah 600 Watt
khusus-nya personal komputer, monitor, TV. Batasan aruskhusus-nya diekspresikan dalam bentuk
mA/W dan dibatasi pada harga absolut yang nilainya diperlihatkan oleh Tabel 2.4.
Tabel 2.4. Batasan arus harmonisa untuk peralatan kelas D.
Seperti diketahui bahwa semua peralatan elektronik bekerja dengan sumber tegangan
arus searah sehingga dalam operasinya dibutuhkan peralatan penyearah dan
dihubungkan langsung ke sumber tegangan (stop kontak). Untuk penyearah yang
distorsi gelombang arusnya cukup tinggi dan banyak dipakai secara bersamaan
dimasukkan dalam kategori kelas D. Sementara untuk penyearah dengan arus yang
terdistorsi dapat dimasukkan dalam kategori kelas A. Tabel 2.5. memperlihatkan
batasan harmonisa untuk kelas A dan kelas D dan penyearah dengan daya 100 Watt.
Tabel 2.5. Batas arus harmonisa untuk kelas A dan kelas D.
Harmonisa ke-n Batas kelas A (A)
Batas kelas D (mA/W)
Batas kelas D untuk input 100 W (A)
Aplikasi filter pasif merupakan metode penyelesaian yang efektif dan
ekonomis untuk masalah harmonisa. Filter pasif sebagian besar didesain untuk
memberikan bagian khusus untuk mengalihkan arus haromonisa yang tidak
diinginkan dalam sistem tenaga. Filter pasif banyak digunakan untuk
mengkompensasi kerugian daya reaktif akibat adanya harmonisa pada sistem
yang terdapat pada filter pasif adalah kapasitor dan induktor seperti terlihat pada
Gambar 2.5. Kapasitor dihubungkan seri atau paralel untuk memperoleh sebuah total
rating tegangan dan kVAR yang diinginkan. Sedangkan induktor digunakan dalam
rangkaian filter dirancang mampu menahan selubung frekuensi tinggi yaitu efek kulit
(skin effect) [13]. Seperti yang terlihat pada Gambar 2.5.
Jaringan
Beban
Non Linier
Filter
Pasif
Gambar 2.5. Rangkaian filter pasif dalam sistem.
Terdapat dua jenis filter pasif yaitu filter seri dan filter paralel. Filter seri
didesain untuk digunakan pada jaringan utama. Sementara filter pasif paralel hanya
menapis arus harmonisa dan beberapa arus fundamental pada orde yang lebih kecil
dari jaringan utama. Sehingga filter paralel lebih murah ketimbang filter seri pada
tingkat efektifitas yang sama. Filter paralel juga memiliki kelebihan lain yaitu dapat
mensuplai daya reaktif pada frekwensi fundamental. Dalam banyak aplikasi, paling
Beberapa jenis filter pasif yang umum beserta konfigurasi dan
impedansinya. Single-tuned filter atau bandpass filter adalah yang paling umum
digunakan. Dua buah Single-tuned filter akan memiliki karakteristik yang mirip
dengan double bandpass filter, diperlihatkan Gambar 2.6. berikut:
C
Band-Pass High-Pass Double Band-Pass Composite
Gambar 2.6. Jenis-jenis filter pasif.
Seperti yang ditunjukan pada Gambar 2.6. Tipe filter pasif yang paling
umum digunakan adalah single-tuned filter (Band-pass). Filter umum ini biasa
digunakan pada tegangan rendah. Rangkaian filter ini mempunyai impedansi yang
rendah.
Prinsip kerja dari filter pasif yaitu dengan mengalirkan arus harmonisa
orde tertentu dari sumber harmonisa (beban non linier) melalui jaringan filter. Untuk
memaksa arus orde tertentu mengalir ke jaringan filter, maka harga kapasitor harus
diatur sehingga terjadi resonansi pada jaringan. Saat terjadi resonansi, harga
Disamping dapat mengurangi harmonisa, Single-Tuned Passive Filter juga dapat
memperbaiki power factor [13]. Kapasitor bank yang telah terpasang pada jaringan
dapat difungsikan sebagai filter. Sehingga tinggal menambah resistor dan induktor.
Sebelum merancang suatu filter pasif, maka perlu diketahui besarnya
kebutuhan daya reaktif pada sistem. Daya reaktif sistem ini diperlukan untuk
menghitung besarnya nilai kapasitor yang diperlukan untuk memperbaiki sistem
tersebut.
a. Untuk menghitung nilai kapasitif pada Filter Pasif :
………..….(2.16)
b. Untuk menghitung nilai induktif pada Filter Pasif :
………..….(2.17)
Keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan filter pasif antara lain:
a. Desain sederhana dan murah
b. Memilki keuntungan lain, dimana filter yang terhubung dengan beban,
dapat juga difungsikan sebagai konpensator energi reaktif
Disamping keuntungan, filter pasif juga kekurangan seperti:
a. Impedansi sumber mempengaruhi karakteristik kompensasi filter
b. Sensitif terhadap perubahan komponen LC dan variasi frekwensi pada
c. Dapat menyebabkan resonansi seri dan paralel dengan impedansi
jaringan yang malah mengakibatkan penguatan harmonisa pada
frekwensi tertentu.
2.6. Single-Tuned Passive Filter
Single-Tuned Passive Filter adalah filter yang terdiri dari
komponen-komponen pasif R, L dan C terhubung seri, seperti pada Gambar 2.7. Single-Tuned
Passive Filter akan mempunyai impedansi yang kecil pada frekuensi resonansi
sehingga arus yang memiliki frekuensi yang sama dengan frekuensi resonansi akan
dibelokkan melalui filter. Untuk mengatasi harmonisa di dalam sistem tenaga listrik
industri yang paling banyak digunakan adalah Single-Tuned Passive Filter, seperti
yang diperlihatkan Gambar 2.7.
Berdasarkan Gambar 2.7. besarnya impedansi Single-Tuned Passive Filter
pada frekuensi fundamental adalah [5]:
……….……...………. (2.18)
Pada frekuensi resonansi resonansi, Persamaan (2.18) menjadi:
………...…….…. (2.19)
Jika frekuensi sudut saat resonansi adalah:
………...………...………. (2.20)
Impedansi filter dapat ditulis sebagai berikut:
…..………...…….….. (2.21)
………... (2.22)
Saat resonansi terjadi nilai reaktansi induktif dan reaktansi kapasitif sama
besar, maka diperoleh impedansi Single-Tuned Passive Filter seperti pada Persamaan
(2.23) adalah:
………….……...………...…… (2.23)
Pada Persamaan (2.23) menunjukkan bahwa pada frekuensi resonansi,
impedansi Single-Tuned Passive Filter akan mempunyai impedansi yang sangat kecil,
lebih kecil dari impedansi beban yaitu sama dengan tahanan induktor R, sehingga
akan dialirkan atau dibelokkan melalui Single-Tuned Passive Filter dan tidak
mengalir ke sistem. Frekuensi response dan sudut fasa dari Single-Tuned Passive
Filter dimana dapat dilihat bahwa pada frekuensi harmonisa atau orde ke-5 dari
harmonisa (fr = 250 Hz), impedansi Single-Tuned Passive Filter sangat kecil, seperti
ditunjukan Gambar 2.8. (a) dan (b).
\
(a) Frekuansi respon Single-Tuned Passive Filter
(b) Sudut fasa fungsi orde harmonisa
Berdasarkan Gambar 2.8. Single-Tuned Passive Filter diharapkan dapat
mengurangi IHD tegangan dan IHD arus sampai dengan 10-30%. Besarnya tahanan R
dari induktor dapat ditetukan oleh faktor kualitas dari induktor. Faktor kualitas (Q)
adalah kualitas listrik suatu induktor, secara matematis Q adalah perbandingan nilai
reaktansi induktif atau reaktansi kapasitif pada frekuensi resonansi dengan tahanan R.
Semakin besar nilai Q yang dipilih maka semakin kecil nilai R dan semakin bagus
kualitas dari filter dimana energi yang dikonsumsi oleh filter akan semakin kecil,
artinya rugi-rugi panas filter adalah kecil [17].
Pada frekuensi tuning:
……….………... (2.24)
Faktor kualitas:
…..……..……….………...… (2.25)
Berdasarkan Persamaan (2.25), tahanan resistor adalah:
….………... (2.26)
2.7. Prinsip Pereduksian Harmonisa dari Single-Tuned Passive Filter
Pada Frekuensi fr, Single-Tuned Passive Filter memiliki impedansi
semua arus harmonik yang dekat dengan frekuensi fr yang diinjeksikan, dengan
distorsi tegangan harmonik yang rendah pada frekuensi ini. Pada prinsipnya, sebuah
Single-Tuned Passive Filter untuk setiap harmonik yang akan dihilangkan.
Filter-filter ini dihubungkan pada busbar dimana pengurangan tegangan harmonik
ditentukan. Bersama-sama, filter-filter ini membentuk filter bank.
Ada dua parameter yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan nilai
R, L, dan C, yaitu:
1. Faktor kualitas (Quality factor, Q)
2. Penyimpangan frekuensi relative (Relative Frequency Deviation, δ)
Kualitas dari sebuah filter (Q) adalah ukuran ketajaman penyetelan filter
tersebut dalam mengeliminasi harmonisa. Filter dengan Q tinggi disetel pada
frekuensi rendah (misalnya harmonisa kelima), dan nilainya biasanya terletak antara
30 dan 100. Dalam Single-Tuned Passive Filter, faktor kualitas Q didefinisikan
sebagai perbandingan antara induktansi atau kapasitansi pada frekuensi resonansi
terhadap resistansi. Perkiraan nilai Q untuk reaktor inti udara/air core reactors adalah
Gambar 2.9. Pemodelan filter [9].
Seperti yang ditunjukan Gambar 2.9. Passive Single-Tuned Filter yang
diletakkan secara paralel akan men-short circuit-kan arus harmonisa yang ada dekat
dengan sumber distorsi. Ini dilakukan untuk menjaga arus harmonisa yang masuk
tidak keluar menuju peralatan lain dan sumber supply energi listrik. Passive
Single-Tuned Filter yang merupakan hubungan seri komponen R, L, dan C memberikan
keuntungan tersendiri bagi sistem tenaga listrik, disamping mampu mereduksi tigkat
harmonisa, penggunaan kapasitor dapat merperbaiki cos φ sistem, sehhingga naiklah
cos φ pada frekuensi fundamental. Apabila ada harmonisa pada suatu orde, Nilai Xc
akan berubah 1/n nilai harmonisa tersebut sehingga berkurang nilai Xc. Nilai Xc
disisipkan dengan nilai Xl sehingga Xc sama dengan Xl pada harmonisa maka akan
Induktor (reaktor) berfungsi sebagai filter dan juga melindungi kapasitor
dari over kapasitor akibat adanya resonansi. Sedangkan resistor berfungsi untuk
menstabilkan arus agar tidak terjadi short-circuit pada rangkaian. Gelombang hasil
pemfilteran dapat dilihat pada Gambar 2.10.
Gambar 2.10. Kompensasi gelombang filter.
Seperti yang ditunjukan Gambar 2.10. gelombang hasil dari pemfilteran
harmonisa dengan menggunakan bantuan simulasi MATLAB/Simulink, dimana
gelombang harmonisa menjadi berkurang distorsinya. Hasil simulasi
MATLAB/Simulink dapat menjelaskan proses eliminasi gelombang arus terdistorsi
dimana distorsi gelombang arus yang terjadi akibat beban non linier seperti yang
ditunjukkan pada gelombang warna biru. Setelah kapasitor dan induktor yang
digunakan sebagai filter untuk memperbaiki gelombang warna biru dengan sinyal
gelombang warna hijau, sehingga menghasilkan gelombang yang terperbaiki seperti
mendekati bentuk sinusoidal. Dengan demikian tingkat distorsi gelombang dapat
diperbaiki oleh induktor dan kapasitor.
2.8. Merancang Passive Single-Tuned Filter
Merancang Single-Tuned Passive Filter yang terdiri dari hubungan seri
komponen-komponen pasif induktor, kapasitor dan tahanan, adalah bagaimana
menentukan besarnya komponen-komponen dari filter tersebut [6][9][5].
Langkah-langkah rancangan Single-Tuned Passive Filter adalah:
a. Tentukan ukuran kapasitas kapasitor Qc berdasarkan kebutuhan daya
reaktif untuk perbaikan faktor daya. Daya reaktif kapasitor adalah:
…...…….(2.27)
Dimana:
P = beban (kW)
pf1 = faktor daya mula-mula sebelum diperbaiki
pf2 = faktor daya setelah diperbaiki
b. Tentukan Reaktansi kapasitor:
………..…………... (2.28)
c. Tentukan Kapasitansi dari kapasitor:
d. Tentukan Reaktansi Induktif dari Induktor:
.………...………….. (2.30)
e. Tentukan Induktansi dari Induktor:
.………...……….. (2.31)
f. Tentukan reaktansi karakteristik dari filter pada orde tuning:
..….………...……… (2.32)
g. Tentukan Tahanan (R) dari Induktor:
.…….………...………… (2.33)
Untuk menentukan kebutuhan daya reaktif dapat digambarkan dalam
bentuk segitiga daya seperti Gambar 2.11.
Gambar 2.11. Segitiga daya untuk menentukan kebutuhan daya reaktif Q [18].
Seperti yang terlihat pada Gambar 2.11. Kebutuhan daya reaktif dapat
dihitung dengan pemasangan kapasitor untuk memperbaiki faktor daya beban.
Komponen daya aktif (P) umumnya konstan, daya semu (S) dan daya reaktif (Q)
berubah sesuai dengan faktor daya beban.
Daya Reaktif (Q) = Daya Aktif (P) tan φ
Dengan merujuk segitiga daya Gambar 2.11, maka
Daya Reaktif pada PF awal yaitu:
Q1 = P tan φ1 ... (2.34)
Daya Reaktif pada PF diperbaiki yaitu:
Q2 = P tan φ2 ... (2.35)
Sehingga rating kapasitor yang diperlukan untuk memperbaiki faktor daya yaitu:
Daya reaktif
ΔQ= Q1 - Q2
Atau
ΔQ = P(tan 1- 2) ... (2.36)
Besar nilai ΔQ yang didapat, selanjutnya menentukan nilai reaktansi kapasitif yang
besarnya ditentukan berdasarkan Persamaan (2.28) dan besar nilai kapasitansi
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simulasi yang
dimulai dari pengumpulan data kemudian melakukan pengukuran harmonisa,
pemodelan filter, dan perhitungan parameter filter. Pengukuran dilakukan pada
beberapa merek mixer yang ada di rumah tangga. Hasil pengukuran berupa nilai
individual harmonisa tegangan (IHDv) dan individual harmonisa arus (IHDi). Filter
yang digunakan berupa Single-Tuned Passive Filter, selanjutnya dilakukan
perhitungan untuk menentukan parameter Single-Tuned Passive Filter yang akan
digunakan. Dari data hasil pengukuran dan data hasil perhitungan selanjutnya
pemodelan beban dan filter dan disimulasi dengan menggunakan program
MATLAB/Simulink. Hasil yang diperoleh berupa nilai individual distorsi harmonisa
arus (IHDi) setelah simulasi selanjutnya dibandingkan terhadap standar
IEC61000-3-2 Kelas D.
3.1. Teknis Pengukuran Yang Dilakukan
Perancangan filter akan dilakukan setelah melakukan pengukuran pada
mixer untuk mengetahui besar nilai harmonisa yang terkandung didalamnya.
Pengukuran dan pengambilan data dilakukan pada laboraturium PLN wilayah sumut.
Pengukuran dan pengambilan data dilakukan pada 5 merk mixer berbeda, yang
penelitian berupa tingkat individual distorsi harmonisa arus (IHDi) terbanyak yang
melebihi standart IEC 61000-3-2 kelas D. Pengukuran menggunakan alat ukur Fluke
435 power Quality Analyzer. Data hasil pengukuran ditampilkan dalam bentuk daftar
dan grafik secara langsung, dan data tersebut dapat disimpan di komputer. Parameter
yang dapat diambil adalah komponen harmonisa tegangan, komponen harmonisa
arus, faktor daya, daya aktif, daya reaktif dan daya semu. Dari pengukuran tersebut
akan terlihat nilai setiap orde harmonisa dan daya yang terukur, terutama daya reaktif
yang nantinya digunakan untuk data simulasi pada MATLAB/simulink, serta
digunakan menghitung besar komponen yang harus digunakan sebagai kompensasi
faktor daya sistem.
Data impedansi kabel menggunakan data kabel yang di pakai pada saat
pengukuran dari sumber ke pengukuran mixer digunakan kabel jenis NYM 3 2,5
mm2 sepanjang 100 m sesuai ukuran penggunaan kabel pada saat melakukan
pengukuran yang diperoleh dari standar kabel. Seperti yang ditunjukan Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Impedansi kabel saluran
3.2. Data Pengukuran
Berikut ini merupakan data yang akan diambil dari pengukuran beberapa
merek mixer yang diukur melalui alat Fluke 435 power Quality Analyzer. Data-data
tersebut seperti yang ditunjukan Tabel 3.2. sebagai berikut:
Tabel 3.2. Data Pengukuran Mixer
Parameter Satuan Merek Mixer
A B C D E
Seperti yang ditunjukan Tabel 3.2 dapat dilihat data pengukuran yang telah
dilakukan. Tulisan berwarna merah pada mixer E menunjukan bahwa data tersebut
adalah data mixer yang terburuk, data tersebut akan digunakan untuk menghitung
Data hasil pengukuran individual distorsi harmonisa arus (IHDi) dari
setiap orde harmonisa yang telah dirubah menjadi ampere. Orde harmonisa yang
ditampilkan adalah orde harmonisa dari orde ke-1 sampai dengan orde ke-15 dengan
nilai yang berbeda untuk setiap harmonisa. Jika dibandingkan dengan standar
IEC61000-3-2 Kelas D, maka ada orde harmonisa arus (IHDi) mixer hasil
pengukuran yang tidak sesuai dengan standar. Terutama untuk mixer E, orde
harmonisa arus (IHDi) yang tidak sesuai standar terlihat pada harmonisa orde ke-3.
Seperti yang diperlihatkan Tabel 3.3. berikut:
Tabel 3.3. Data pengukuran harmonisa arus
3.3. Klasifikasi Arus Harmonisa Mixer Berdasarkan Standar IEC61000-3-2 Kelas D
Sebelum merancang Single-Tuned Passive Filter haruslah diketahui orde
arus harmonisa mana dari hasil pengukuran mixer yang tidak sesuai standar. Oleh
Mixer Daya
(Watt)
karena data hasil pengukuran yang diperoleh, mixer E menunjukan orde harmonisa
yang tidak sesuai standar IEC61000-3-2 Kelas D. Pada Tabel 3.4 dapat dilihat
klasifikasi arus harmonisa hasil pengukuran berdasarkan standar IEC61000-3-2 Kelas
D untuk mixer E, dimana arus harmonisa dari orde ke-3 sampai dengan orde ke-15
dibandingkan terhadap standar IEC61000-3-2 Kelas D dan diperoleh bahwa terdapat
harmonisa orde ke-3 yang tidak sesuai standar IEC61000-3-2.Seperti yang ditunjukan
Tabel 3.4. berikut:
Tabel 3.4. Klasifikasi arus harmonisa pengukuran berdasarkan standar IEC61000-3-2 kelas D untuk mixer 110 watt
Harmonisa
Pada Tabel 3.4. dapat dilihat orde harmonisa arus yang tidak sesuai
standart terdapat pada harmonisa orde ke-3 dengan selisih 0.0445 ampere. Sedangkan
3.4. Perhitungan Passive Single-Tuned Filter
Dalam menentukan besarnya parameter Single-Tuned Passive Filter yang
dibutuhkan terlebih dahulu ialah nilai selisih dari orde harmonisa arus yang tidak
sesuai standar IEC61000-3-2 Kelas D pada mixer E. Dari Tabel 3.4. diperoleh orde
harmonisa ke-3 tidak sesuai dengan standart IEC61000-3-2, oleh karena itu
Single-Tuned Passive Filter yang digunakan adalah Single-Single-Tuned Passive Filter untuk
harmonisa ke-3. Untuk menentukan kapasitor (C), induktor (L) dan resistor (R) dari
Single-Tuned Passive Filter digunakan Persamaan (2.27) sampai dengan Persamaan
(2.33), dan nilai dasar perhitungan diperoleh dari data hasil pengukuran untuk mixer
E yang dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Data Pengukuran mixer E untuk harmonisa orde ke-3 adalah sebagai
berikut:
Tegangan RMS pengukuran (V) = 226.3 Volt
Arus RMS pengukuran (I) = 0.75 Ampere
Daya Aktif (P) = 110 Watt
Daya Reaktif (Q) = 58.5 VAR
Faktor Daya (pf1) = 0.75
Frekuensi = 50.01 Hz
Diasumsikan bahwa faktor daya diperbaiki (pf2) menjadi 0.95. Untuk menghitung
kapasitas kapasitor yang dibutuhkan dihitung menggunakan Persamaan (2.27) yaitu:
Oleh karena selisih hasil pengukuran terhadap standar adalah pada orde-3 yaitu
sebesar 0.0724 ampere, maka Single-Tuned Passive Filter yang digunakan adalah
untuk orde harmonisa ke-3. Dengan menggunakan Persamaan (2.28) dan Persamaan
(2.29), besar reaktansi kapasitif dan kapasitansi dari Single-Tuned Passive Filter
Dengan menggunakan Persamaan (2.30) dan Persamaan (2.31), besar reaktansi
induktif dan induktansi dari Single-Tuned Passive Filter orde-3 adalah:
Dengan mengasumsikan faktor kualitas Single-Tuned Passive Filter (Q) = 100, maka
dengan menggunakan Persamaan (2.33), besar resistor Single-Tuned Passive Filter
orde-3 adalah:
Dari perhitungan diatas diperoleh parameter Single-Tuned Passive Filter adalah C =
3.5. Rangkaian Simulasi Sebelum Pemasangan Single-Tuned Passive Filter.
Untuk membuat rangkaian simulasi sebelum pemasangan Single-Tuned
Passive Filter digunakan hasil pengukuran dan perhitungan berupa tegangan, nilai
setiap orde arus harmonisa (IHDi), kapasitansi, induktansi dan resistansi filter.
Rangkaian ini selanjutnya disimulasi dengan menggunakan program
MATLAB/Simulink, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 3.1.
Untuk membuat rangkaian simulasi pada program MATLAB/Simulink,
ada beberapa hal yang harus dilakukan yaitu:
1. Klik AC Voltage Source kemudian masukkan nilai tegangan Vs =
226.3 Volt dan frekuensi 50 Hz.
2. Klik AC Current Source, kemudian masukkan nilai arus Ih (h= 1, 3, 5,
7, 9,…, 15) dengan frekuensi tergantung yang diperoleh dari hasil
pengukuran pada Tabel 3.4.
3. Klik Series RLC Branch3, pilih sebuah kapasitor kemudian masukkan
nilai C = 3.78 μF.
4. Klik Series RLC Branch3, pilih sebuah induktor kemudian masukkan
nilai L = 0.29 H.
5. Klik Series RLC Branch3, pilih sebuah resistor kemudian masukkan
nilai R = 2.8 Ω.
6. Pilih Current Measurement untuk mengukur arus.
8. Pilih Block Display untuk menampilkan besarnya THD.
9. Pilih Scope untuk menampilkan gelombang arus dan tegangan.
10. Block Power GUI untuk memandu pemakai berkomunikasi dengan
system simulasi.
Rangkaian simulasi sebelum menggunakan program MATLAB/simulink
seperti yang diper;ihatkan pada Gambar 3.1. berikut:
Gambar 3.1. Rangkaian simulasi sebelum pemasangan filter
Rangkaian simulasi pada Gambar 3.1. disimulasikan menggunakan
program MATLAB/Simulink. Rangkaian simulasi tersebut terdiri dari individual
distorsi harmonisa arus (IHDi) orde ke-3 sampai dengan orde ke-15. Data-data pada
hasil simulasi harus disesuaikan dengan data hasil pengukuran yang telah dilakukan
Gambar 3.2. Data hasil simulasi MATLAB sebelum pemasangan filter
Bentuk gelombang arus dan tegangan diperoleh dari Block Power GUI
bagian Fast Fourier Transforsm (FFT) Analysis. Hasil simulasi dari rangkaian
Gambar 3.1. diperoleh grafik keluaran arus dan tegangan seperti gambar 3.3. berikut:
(b) Grafik arus
Gambar 3.3. Grafik tegangan dan arus sebelum pemasangan filter
Spektrum harmonisa dari gelombang arus dan tegangan input dari
Gambar 3.1. ditunjukan oleh Gambar 3.4. berikut:
(a) Spektrum tegangan
(b) Spektrum arus
Dari hasil simulasi dan spektrum harmonisa arus input penyearah diperoleh
arus harmonisa orde ke-3, 5, 7, 9, 11, 13, dan 15 dalam besaran maksimum. Nilai
tersebut dibandingkan dengan standar IEC61000-3-2 kelas D sehingga diperoleh
Tabel 3.5. berikut:
Tabel 3.5. Data hasil simulasi sebelum pemasangan filter
Parameter Satuan Data Hasil Simulasi
V (Phase Voltage) Volt 227.06
3.6. Rangkaian Simulasi Setelah Pemasangan Single-Tuned Passive Filter
Rangkaian simulasi Single-Tuned Passive Filter pada Gambar 3.5.
disimulasikan menggunakan program MATLAB/Simulink. Rangkaian simulasi
individual distorsi harmonisa arus (IHDi) orde ke-3 sampai dengan orde ke-15.
Single-Tuned Passive Filter terdiri dari sebuah kapasitor, induktor, dan resistor yang
terhubung secara seri dan nilainya telah diperhitungkan sebelumnya. Single-Tuned
Passive Filter dihubungkan secara paralel terhadap sistem. Sumber arus mewakili
nilai arus harmonisa dari orde ke-3 sampai orde ke-15. Bentuk gelombang arus dan
tegangan diperoleh dari Block Power GUI bagian Fast Fourier Transform (FFT)
Analysis. Seperti yang diperlihatkan pada Gambar 3.5. berikut:
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Harmonisa Setelah Penggunaan Passive Single-Tuned Filter
Hasil simulasi dari rangkaian Gambar 3.5. diperoleh grafik keluaran arus
dan tegangan seperti gambar 4.1. berikut:
(a) Grafik tegangan
(b) Grafik arus
Spektrum harmonisa dari gelombang arus dan tegangan input dari
Gambar 3.5. ,ditunjukan oleh Gambar 4.2. berikut:
(a) Spektrum tegangan
(b) Spektrum arus
Gambar 4.2. Spektrum tegangan dan arus setelah pemasangan filter
Dari hasil simulasi dan spektrum harmonisa arus input penyearah
Nilai tersebut dibandingkan dengan standar IEC61000-3-2 kelas D sehingga
diperoleh Tabel 4.1:
Tabel 4.1. Data hasil simulasi setelah pemasangan filter
Parameter Satuan Data Hasil Simulasi
Cos phi - 0.94
Pada simulasi penggunaan filter Single-Tuned Passive Filter untuk beban
mixer dengan data simulasi disesuaikan dengan data pengukuran. Diperoleh bahwa
dengan menggunakan filter Single-Tuned Passive Filter maka IHDi pada harmonisa
Individual harmonisa arus yang diperlihatkan hasil dari simulasi MATLAB/Simulink
pada Tabel 4.1, dikonversikan dari satuan persen menjadi satuan ampere. Data ini
kemudian dibandingkan dengan standar IEC61000-3-2 Kelas D. Arus harmonisa
mixer E pada orde-3 sebelum pemakaian filter diketahui tidak memenuhi standart,
setelah pemakaian Single-Tuned Passive Filter harmonisa orde-3 memenuhi standart
IEC61000-3-2 kelas D. Seperti yang ditunjukan pada Tabel 4.2. berikut:
Tabel 4.2. Hasil simulasi IHDi sebelum dan sesudah pemasangan Single-Tuned Passive Filter dalam satuan ampere
Orde
Orde-13 0.03256 0.0009 0.000225 Sesuai
Orde-15 0.002827 0.00075 0.00015 Sesuai
Pada Tabel 4.2. dapat dilihat bahwa Single-Tuned Passive Filter dapat
menurunkan arus harmonisa pada orde-3, harmonisa yang tidak sesuai standar
bahwa nilai arus harmonisa orde ke-3 berkurang dari 0.4185 Ampere menjadi 0.0945
Ampere, arus harmonisa orde ke-5 berkurang dari 0.159 Ampere menjadi 0.035775
Ampere, arus harmonisa orde ke-7 berkurang dari 0.0465 Ampere menjadi 0.0105
Ampere, arus harmonisa orde ke-9 berkurang dari 0.0255 Ampere menjadi 0.0057
Ampere, arus harmonisa orde ke-11 berkurang dari 0.01425 Ampere menjadi 0.00315
Ampere, arus harmonisa orde ke-13 berkurang dari 0.0009 Ampere menjadi 0.000225
Ampere, arus harmonisa orde ke-15 berkurang dari 0.00075 Ampere menjadi 0.00015
Ampere.
Individual harmonisa distortion arus pada orde-3 lebih mengalami
pereduksian arus paling besar. Hal ini dikarenakan bahwa pada frekuensi resonansi,
impedansi orde-3 Single-Tuned Passive Filter akan mempunyai impedansi yang
sangat kecil, lebih kecil dari impedansi beban pada sistem, sehingga arus harmonisa
yang mempunyai frekuensi yang sama dengan frekuensi resonansi akan dialirkan atau
dibelokkan melalui Single-Tuned Passive Filter dan tidak mengalir kembali menuju
sistem.
Tidak hanya fokus masalah pada arus harmonisa orde-3 saja yang dapat
diturunkan arusnya oleh pemakaian Single-Tuned Passive Filter agar dapat
memenuhi standar IEC61000-3-2 Kelas D, akan tetapi pemakaian Single-Tuned
Passive Filter juga memberikan dampak penurunan arus harmonisa pada orde
harmonisa lainnya. Pada Tabel 4.2. menunjukkan bahwa Single-Tuned Passive Filter
dapat digunakan untuk mereduksi harmonisa arus yang dihasilkan, terutama pada
Pada Gambar 4.5. ditunjukan bahwa diagram perbandingan arus harmonisa
(IHDi) sebelum dan setelah pemakaian Single-Tuned Passive Filter, sebagai berikut:
Gambar 4.5. Diagram perbandingan arus harmonisa sebelum dan setelah pemakaian Single-Tuned Passive Filter
Pada Gambar 4.5. Terlihat perbandingan arus harmonisa hasil pengukuran
terhadap arus harmonisa hasil simulasi dari orde ke-3 sampai orde ke-15. Standart
IEC61000-3-2 Kelas D untuk daya mixer 110 watt ditunjukan diagram berwarna biru, 0
Orde-1 Orde-3 Orde-5 Orde-7 Orde-9 Orde-11 Orde-13 Orde-15
arus harmonisa hasil pengukuran ditunjukkan oleh diagram berwarna merah, dan arus
harmonisa hasil simulasi ditunjukkan oleh diagram warna kuning. Pada Gambar 4.5.,
ditunjukan bahwa arus harmonisa setelah pemakaian Single-Tuned Passive Filter
lebih kecil dibandingkan tidak menggunakan filter. Hal ini menunjukkan
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan dari penelitian, dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Setelah penggunaan Single-Tuned Passive Filter diperoleh bahwa nilai
arus harmonisa orde ke-3 dari 55.30% menjadi 27.68% atau berkurang
dari 0.4185 ampere menjadi 0.0945 ampere. Sesuai dengan standar
yang ditetapkan IEC 61000-3-2 kelas D.
2. Single-Tuned Passive Filter berhasil memperbaiki Cos phi dari 0.73
menjadi cos phi 0.94.
5.2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan yaitu untuk penelitian selanjutnya
dapat dilakukan pereduksian harmonisa mixer dengan menggunakan jenis filter yang
lainnya. Disarankan pula untuk peneliti selanjutnya melakukan analisa penggunaan