THE NUMBER OF POOR ON HUMAN DEVELOPMENT INDEX (Studies on 33 Provinces in Indonesia Period 2010-2014)
Oleh
FITRIA RESQY ANANDA 20120430152
FAKULTAS EKONOMI
THE NUMBER OF POOR ON HUMAN DEVELOPMENT INDEX (Studies on 33 Provinces in Indonesia Period 2010-2014)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Ilmu Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh
FITRIA RESQY ANANDA 20120430152
FAKULTAS EKONOMI
Nomor Mahasiswa : 20120430152
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “Pengaruh PDRB, Belanja Daerah, dan Jumlah Penduduk Miskin Terhadap IPM (Studi Studi pada 33 Provinsi di Indonesia Periode 2010-2014)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.
Yogyakarta, 03 Mei 2016
merupakan cara Tuhan mengajari kita tentang arti kesungguhan”
(Laskar Pelangi)
“jadikanlah sabar dan sholat itu sebagai penolong mu, Sesungguhnya Allah
beserta orang-orang yang sabar” (QS. Al-Baqarah: 153)
“Tidak ada suatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah,
dan barang siapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk
kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”
(Q.S. At Talaq: 11)
Terima Kasih untuk semua kasih sayang, perhatian tulus, ridha dan do’a tak terhingga
yang selalu mengiringi langkahKu untuk meraih pencapaian hidupKu sampai saat ini.
Kakak PerempuanKu satu-satunya, Rory Astriani Ananda Yang selalu berusaha menjadi Kakak terbaik untukKu, Keponakanku Nazaha Farzana Adenoray
SahabatKu…..
Kikin Nur Atikah, Alifurriza Qurnia Septia, Siti Muhafilah kalian salah satu dari sahabat terbaik,tulus
yang selalu memberikan arahan dalam menyelesaikan tugas akhirKu ini. Semua sahabat (kelas D IE beserta geng cantik) dan
Teman-teman seperjuanganKu (Faza, Rina, Arni, Intan)
And The Last name Wawan Firman Syah sahabat lekat 5 tahun ini…
Orang Tua keduaKu, Bapak Amir dan Ibu Yulli,
yang memberikan perhatian dan kasih sayang tulus disini, Terima Kasih untuk semuanya..
Papuk Tuan Jamilah, Papuk Jami’ah dan Keluarga Besarku, Ini Ku persembahkan untuk Semuanya..
Untuk kuda liar ku dengan nomer plat DR 2498 KU bernama beaty, Yang selalu menemani aku mengukur jalan di Jogja…
Tanpa kamu aku nggak bias kemana-mana
Almamaterku,…
Provinsi di Indonesia Periode 2010-2014)”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis mengambil topik ini dengan harapan dapat memberikan masukan bagi organisasi dalam penggunaan taktik mempengaruhi dalam pengambilan keputusan organisasional dan memberikan ide pengembangan bagi penelitian selanjutnya.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada :
1. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Bapak Dr. Nano Prawoto, S.E., M.Si yang telah memberikan kemudahan selama penulis menyelesaikan studi.
2. Bapak Agus Tri Basuki, S.E., M.Si yang telah memberikan masukan serta bimbingan elam proses penyelesaian karya tulis ini.
3. Mama Baiq Rohaniah dan Bapak Zohri serta kakakku Rory Astriani Ananda yang senantiasa memberikan dorongan dan perhatian kepada penulis hingga dapat menyelesaikan studi.
4. Keluarga besar dan sahabat-sahabatku serta semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, kemudahan, semangat dalam proses penyelesaian tugas akhir (skripsi) ini.
Sebagai kata akhir, tiada gading yang tak retak, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, krtik saran dan pengembangan penelitian selanjutnya sangat diperlukan untuk kedalaman karya tulis dengan topik ini.
Yogyakarta, 29 April 2016
HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
INTISARI ... vii
ABSTRAK ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Batasan Masalah ... 9
C. Rumusan Masalah ... 9
D. Tujuan Penelitian ... 10
E. Manfaat Penelitian ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11
A. Landasan Teori ... 11
1. Pembangunan Manusia ... 11
2. Pengertian Pembangunan Manusia ... 11
3. Indeks Pembangunan Manusia ... 16
4. Komponen-Komponen Indeks Pembangunan Manusia ... 17
4.1 Indeks Harapan Hidup... 17
4.2 Indeks Pendidikan ... 18
4.3 Indeks Hidup Layak ... 19
5. Konsep Pembangunan Manusia ... 20
6. Pertumbuhan Ekonomi ... 21
C. Penelitian Terdahulu ... 30
D. Kerangka Pikir ... 35
E. Penurunan Hipotesa ... 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 37
A. Objek/Subjek Penelitian ... 37
B. Jenis Data ... 37
C. Teknik Pengumpulan Data ... 38
D. Definisi Operasional Variabel ... 38
E. Alat Analisis ... 40
F. Analisis Data ... 40
1. Uji Asumsi Klasik ... 40
a. Uji Multikolinearitas ... 40
b. Uji Heteroskedastisitas ... 41
2. Model Penelitian ... 42
3. Pengujian Statistik Analisis Regresi ... 48
a. Uji Koefisien Determinasi (R-Square) ... 48
b. Uji F ... 48
c. Uji Parsial (t-statistik) ... 48
BAB IV GAMBARAN UMUM VARIABEL ... 50
A. Kondisi Geografis Indonesia ... 50
B. Demografi ... 52
C. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 53
1. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia .... 53
2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 55
3. Belanja Daerah ... 57
4. Jumlah Penduduk Miskin ... 59
BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 62
1. Uji Chow ... 64
2. Uji Hausman ... 64
C. Hasil Regresi ... 65
D. Hasil Estimasi Data Panel ... 67
E. Uji Statistik ... 74
1. Koefisien Determinasi ... 74
2. Uji F ... 74
3. Uji T ... 75
F. Pembahasan ... 76
BAB VI PENUTUP ... 82
A. Simpulan ... 82
B. Saran ... 83
C. Keterbatasan Penelitian ... 84 DAFTAR PUSTAKA
Tabel 2.1 Keterkaitan Millenium Development Goals dengan Pembangunan .... 21
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu ... 30
Tabel 4.1 Indeks Pembangunan Manusia Indonesia ... 53
Tabel 4.2 PDRB Per Kapita Menurut Provinsi di Indonesia Atas Dasar Harga 2010 (Rbu Rupiah) ... 55
Tabel 4.3 Realisasi Belanja Pemerintah Daerah Provinsi di Indonesia Menurut Jenis Belanja (Milliyar Rupiah) 2010-2014 ... 57
Tabel 4.4 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin Menurut Provinsi (2010-2014) Ribu Jiwa ... 59
Tabel 5.1 Uji Park ... 62
Tabel 5.2 Uji Korelasi ... 63
Tabel 5.3 Uji Chow ... 64
Tabel 5.4 Uji Hausman ... 65
Tabel 5.5 Hasil Estimasi Common Effect, Fixed Effect dan Random Effect ... 66
Tabel 5.6 Hasil Estimasi Model Random Effect ... 67
viii ABSTRACT
One of the most important indicators that describe the success of economic development is improving the quality of human resources or commonly called the human development. This study aims to analyze the influence of gross regional domestic product, government expenditure, and the number of poor to the human development index in 33 provinces in Indonesia. This research uses secondary data which obtained from the Central Bureau of Statistic with the observation period from 2010 to 2014. Analysis tool used in this study is the pooled regression with a random effects model.
The results showed the gross regional domestic product per capita and government expenditure affect positively and significantly to the human development index in Indonesia. The number of poor affect negatively and significantly to the human development index in Indonesia.
vii INTISARI
Salah satu indikator terpenting yang menggambarkan keberhasilan pembangunan ekonomi yaitu peningkatan kualitas sumber daya manusia atau dikenal dengan pembangunan manusia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis seberapa besar pengaruh produk domestik regional bruto, belanja daerah, dan penduduk miskin terhadap indeks pembangunan manusia pada 33 Provinsi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data skunder dari Badan Pusat Statistik dengan periode pengamatan dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014. Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi data panel dengan model efek acak (Random Effect Model).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa PDRB per kapita dan belanja daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap indeks pembangunan di Indonesia. Selanjutnya jumlah penduduk miskin berpengaruh negatif dan signifikan terhadap indeks pembangunan manusia di Indonesia.
1 A. LATAR BELAKANG
Pembangunan merupakan suatu alat yang digunakan untuk mencapai tujuan negara, dimana pembangunan mengarah pada proses untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik. Proses pembangunan tersebut meliputi perubahan diberbagai aspek, baik itu aspek sosial, politik, ekonomi dan budaya. Oleh karena itu, pembangunan merupakan syarat mutlak bagi suatu negara.
Komponen dasar atau nilai keberhasilan pembangunan ekonomi antara lain kecukupan (sustenance), jati diri (self-esteem) dan kebebasan (freedom), yang merupakan tujuan yang harus dicapai oleh setiap masyarakat (Todaro, 2000). Kecukupan dalam hal ini mencerminkan kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan, papan, sandang, kesehatan dan keamanan yang sangat diperlukan oleh masyarakat untuk menjalankan kehidupannya. Dalam pelaksanaan pembangunan, pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah sasaran utama bagi negara-negara berkembang, karena pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pembangunan suatu negara.
Pembangunan manusia didefinisikan sebagai suatu proses untuk perluasan pilihan yang lebih banyak kepada penduduk melalui upaya-upaya pemberdayaan yang mengutamakan peningkatan kemampuan dasar manusia agar dapat sepenuhnya berpatisipasi di segala bidang pembangunan (United Nation Development Programme, UNDP).
Untuk melihat sejauh mana keberhasilan pembangunan dan kesejahteraan manusia, UNDP telah menerbitkan suatu indikator yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM) untuk mengukur kesuksesan pembangunan dan kesejahteraan suatu negara. IPM adalah suatu tolak ukur angka kesejahteraan suatu negara atau daerah yang dilihat berdasarkan tiga indikator, yaitu : indikator angka harapan hidup mengukur kesehatan, indikator angka melek huruf penduduk dewasa dan rata-rata lama sekolah mengukur pendidikan dan yang terakhir indikator daya beli mengukur standar hidup. Ketiga indikator tersebut saling mempengaruhi satu sama lain, selain itu dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti ketersediaan kesempatan kerja yang ditentukan oleh pertumbuhan ekonomi, infrastruktur, dan kebijakan pemerintah sehingga IPM akan meningkat apabila ketiga unsur tersebut dapat ditingkatkan dan nilai IPM yang tinggi menandakan keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara. (United Nation Development Programme, UNDP, 1990).
penting dalam proses pertumbuhan ekonomi (teori Cobb-Douglas). Dalam teori Cobb-Douglas mengemukakan bahwa pencapaian pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari kualitas human capitalnya. Dengan modal manusia yang berkualiatas kinerja ekonomi diyakini juga akan lebih baik. Oleh sebab itu, dalam rangka rangka memacu pertumbuhan ekonomi perlu pula dilakukan pembangunan manusia, termasuk dalam konteks ekonomi daerah. Kebijakan pembangunan yang tidak mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia hanya akan membuat daerah yang bersangkutan tertinggal dari daerah yang lain, termasuk dalam hal kinerja ekonominya.
Seiring dengan semakin meningkatnya kegiatan pemerintah dalam rangka menjalankan ketiga peran yang ada, maka tentunya diperlukan pula dana yang besar sebagai bentuk pengeluaran segala kegiatan yang berkaitan dengan ketiga peran tersebut. Pengeluaran pemerintah ini merupakan konsekuensi dari berbagai kebijakan yang diambil dan diterapkan melalui ketiga peran tersebut.
Sumber dana pengeluaran pemerintah dalam daerah telah di tetapkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Hal ini sesuai dengan UU No. 23 Tahun 2014 Pasal 1 tentang otonomi daerah. Dengan kebijakan otonomi daerah, pemerintah daerah memiliki wewenang untuk menciptakan pendapatan daerahnya serta melakukan alokasi untuk prioritas pembnagunan di daerahnya secara mandiri dan diharapkan dapat lebih memeratakan pembangunan sesuai dengan potensi dan aspirasi lokal untuk mengembangkan wilayah guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan daerah dengan APBD merupakan slah satu bentuk campur tangan pemerintah dalam memajukan daerahnya. Maryani (2010) menjelaskan bahwa pemerintah menggunakan APBD untuk membiayai pembangunan di sektor-sektor terkait pembangunan manusia. Lebih spesifiknya pemerintah daerah harus bisa mengalokasikan belanja melalui pengeluaran pembangunan di sektor-sektor pendukung untuk meningkatkan IPM.
Selain dari sisi anggaran, kondisi sosial ekonomi masyarakat juga dapat mempengaruhi IPM yakni apabila jumlah penduduk miskin disuatu daerah tinggi maka akan menurunkan IPM.
bermula dari ketidak mampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokok sehingga kebutuhan lain seperti pendidikan dan kesehatan pun terabaikan. Hal tersebut menjadikan gap pembangunan manusia diantara keduanya pun menjadi besar dan pada akhirnya target pencapaian IPM yang ditentukan pemerintah menjadi tidak terealisasikan dengan baik (Mirza, 2012). Dari sudut pandang ekonomi kesemuanya itu akan menghasilkan sumber daya manusia yang kurang berkualitas, atau dapat dikatakan memiliki tingkat poduktifitas yang rendah. Hal ini pada akhirnya akan berimbas pada terbatasnya upah atau pendapatan yang mereka peroleh. Sehingga dalam perkembangannya hal ini akan berdampak pada tingkat pembangunan manusia.
Indonesia merupakan negara yang terdiri dari banyak daerah yang memiliki perbedaan alokasi anggaran, potensi, serta keunggulan. Perbedaan dalam pengalokasian anggaran terlihat dalam jumlah anggaran yang diberikan pemerintah untuk tiap daerah tersebut. Ada beberapa sumber dana yang diberikan oleh pemerintah untuk kemajuan tiap daerah. Dana tersebut antara lain dana yang bersumber dari Anggara Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi dan Kabupaten/Kota, juga beberapa pinjaman dari luar negeri serta sumber dana pemerintah yang lain.
Tabel 1.1
Peringkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Negara-Negara ASEAN, Tahun 2013
dengan Filiphina (118), Vietnam (121). Timor Leste (128), Kamboja (136), Laos (139), dan terakhir Myanmar (150)
Disamping itu, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sendiri setiap tahunnya mengalami peningkatan secara terus menerus. Hal tersebut dilihat dari gambar berikut :
Gambar 1.1
Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia Indonesia
Gambar 1.1 menunjukkan perkembangan Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia pada kurun waktu 5 tahun terakhir mengalami peningkatan dari tahun 2010 sampai tahun 2014 menggunakan perhitungan metode dengan metode baru. Pada tahun 2010 nilai indeks pembangunan manusia Indonesia sebesar 66,53. Kemudian pada tahun 2011 naik menjadi 67,09. Peningkatan yang terjadi pada tahun 2012 tidak terlalu besar yaitu hanya sebesar 67,70 tidak jauh dari tahun
66.53 67.09 67.7 68.31 68.9
30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80
2010 2011 2012 2013 2014
Indeks Pembangunan Manusia
Indonesia
sebelumnya. Sampai pada tahun 2014 peningkatan indeks pembangunan manusia mencapai 68,90 dengan rata-rata peningkatan 0.87% setiap tahunnya.
Di balik peningkatan IPM yang terjadi di Indonesia, ada sumbangan dari provinsi-provinsi yang menjadi pendukung, di antaranya : (1) Provinsi dengan IPM tinggi meliputi : DKI Jakarta, DI. Yogyakarta, Kalimantan Timur, Kepulauan Riau, Bali, Riau. (2) Provinsi dengan IPM sedang meliputi : Sulawesi Utara, Banten, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Kep. Bangka Belitung, Jambi, Jawa Timur, Sulawesi Tenggara, Bengkulu, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sumatera Utara, Maluku, Sulawesi Tengah, Lampung, Maluku Utara, Gorontalo, Kalimantan Barat, NTB, NTT, Sulawesi Barat, Papua Barat. Dan yang terakhir dengan IPM terendah adalah Provinsi Papua.
Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia, beberapa faktor yang mempengaruhinya perlu mendapatkan perhatian. Perlu diketahui besarnya peranan yang diberikan oleh pemerintah terhadap faktor tersebut. Peran serta pemerintah yang telah bejalan saat ini yaitu : kebijakan pemberian anggaran dana untuk pendidikan dan kesehatan serta peningkatan kesejahteraan ekonomi melalui pendekatan PDRB riil per kapita. Dengan peran serat pemerintah, maka diharapkan pembangunan manusia di Indonesia dapat berjalan dan berkualitas, sehingga sumber daya manusia dapat semakin meningkat.
Pembangunan Manusia di 33 Provinsi di Indonesia. Oleh karena itu penelitian ini berjudul “Pengaruh PDRB, Belanja Daerah dan Jumlah Penduduk Miskin Terhadap IPM Tahun 2010-2014 (Studi Pada 33 Provinsi Di Indonesia)”.
B. Batasan Masalah
Untuk mengarahkan pembahasan dalam penelitian ini, penulis membatasi ruang lingkup permasalahan agar tidak menyimpang dari dari sasaran yang dituju. Penelitian ini hanya membahas besarnya pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Belanja Daerah dan Jumlah Penduduk Miskin terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Bagaimana pengaruh pertumbuhaan ekonomi terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia?
2. Bagaimana pengaruh belanja daerah terhadp Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian yang dilakukan adalah
a. Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia.
b. Untuk mengetahui pengaruh belanja daerah terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia.
c. Untuk mengetahui dan pengaruh jumlah penduduk miskin terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia.
E. Manfaat Penelitian
Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :
a. Bagi pemerintah, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan perumusan dan pengambilan keputusan untuk menentukan kebijakan terkait dengan masalah indeks pembangunan manusia.
b. Bagi akademis, diharapkan diharapkan penelitian ini dapat menambah literatur dan sebagai pertimbangan dalam melakukan penelitian selanjutnya.
11 A. Landasan Teori
1. Pembangunan Manusia
Pembangunan manusia merupakan hal yang mutlak dilakukan guna mencetak sumber daya manusia yang memadai untuk melaksanakan pembangunan. Dengan sumber daya manusia yang baik dan memadai maka pelaksanaan pembangunan akan semakin lancar dalam berbagai sektor. Dibutuhkan kebijakan pemerintah yang mendorong peningkatan kualitas SDM. Pemerintah hendaknya memperhatikan hal tersebut terlebih jika memandang manusia merupakan subjek dan objek pembangunan, sehingga pembangunan manusia yang kemudian menunjang pembangunan diberbagai sektor akan mewujudkan kesejahteraan bagi manusia yang berada dalam wilayah pemerintahan tersebut. Pembangunan manusia merupakan hal yang penting terutama bagi sebagian negara yang sedang berkembang hal ini disebabkan oleh karena banyak banyak negara dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi namun gagal dalam menghadapai kesenjangan sosial dan meningkatnya kemiskinan selain itu pembangunan manusia sebenarnya merupakan investasi tidak langsung terhadap pencapaian tujuan perekonomian nasional.
2. Pengertian Pembangunan Manusia
bagi penduduk. Jika mengacu pada pengertian tersebut, maka penduduk menjadi tujuan akhir dari pembangunan, sedangkan upaya pembangunan merupakan sarana (principal means) untuk tujan tersebut. Definisi ini lebih luas dari definisi pembangunan yang hanya menekankan pada pertumbuhan ekonomi. Dalam konsep pembangunan manusia, pembangunan seharusnya dianalisis serta diapahami dari sisi manusianya, bukan hanya dari sisi pertumbuhan ekonomi.
Dari definisi yang diberikan oleh UNDP tersebut mencerminkan bahwa manusia dalam suatu wilayah selayaknya memiliki dan diberikan pilihan-pilihan yang luas dan dibutuhkan dukungan dari pemerintah guna memberikan sarana bagi masyarakat untuk dapat memanfaatkan dan mengambil keputusan sesuai dengan pilihan yang diambilnya. Paradigma tersebut memunculkan pilihan-pilihan yang lebih luas bagi masyarakat seperti kebebasan politik, ekonomi dan sosial serta kesempatan untuk menjadi lebih kreatif dan produktif sesuai dengan hak-hak manusia yang menjasi paradigma tersebut.
Besarnya pengeluaran pemerintah merupakan indikasi dari komitmen pemerintah terhadap pembangunan manusia. Pengeluaran Rumah Tangga juga merupakan faktor yang menentukan lancarnya Pembangunan Manusia. Dalam hal ini faktor yang menentukan adalah besar dan komposisi pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan dasar seperti pemenuhan nutrisi anggota keluarga, untuk biaya pelayanan kesehatan dan pendidikan dasar, serta untuk kegiatan lain yang serupa. Selain pengeluaran pemerintah dan pengeluaran rumah tangga hubungan anatara kedua veriabel tersebut berlangsung melalui penciptaan lapangan kerja. Aspek ini sangat penting karena pencipataan lapangan kerja merupakan “jembatan
utama” yang mengaitkan keduanya (UNDP, 1996).
Dalam pembangunan manusia terdapat hal-hal penting yang perlu menjadi perhatian utama (UNDP, 1995), yaitu :
1. Pembangunan harus mengutamakan penduduk sebagai pusat perhatian. 2. Pembangunan dimaksudkan untuk memperbear pilihan-pilihan bagi
penduduk, tidak hanya untuk meningkatkan pendapatan mereka. Oleh karena itu, konsep pembangunan manusia harus terpusat pada penduduk secara keseluruhan, dan bukan pada hanya aspek ekonomi saja.
3. Pembangunan manusia memperhatikan bukan hanya pada upaya meningkatkan kemampuan (kapabilitas) manusia tetapi juga pada upaya-upaya memanfaatkan kemampuan manusia tersebut secara optimal.
5. Pembangunan manusia menjadi dasar penentuan tujuan pembangunan dan dalam menganalisis pilihan-pilihan untuk mencapainya.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka perlu diperhatikan lebih lanjut pilar pokok yang mendukung pembangunan manusia, dijabarkan lebih lanjut UNDP (1995), empat pilar pokok yang mendukung pembangunan manusia tersebut adalah :
1. Produktivitas. Penduduk harus dimampukan untuk meningkatkan produktivitas dan berpartisipasi penuh dalam proses penciptaan pendapatan dan nafkah. Pembangunan ekonomi, dengan demikian merupakan himpunan bagian dari model pembangunan manusia.
2. Pemerataan. Penduduk harus memiliki kesempatan/peluang yang sama untuk mendapatkan akses terhadap semua sumber daya ekonomi dan sosial. Semua hambatan yang memperkecil kesempatan untuk memperoleh akses tersebut harus dihapus, sehingga mereka dapat mengambil manfaat dari kesempatan yang ada dan berpartisipasi dalam kegiatan produktif yang dapat meningkatkan kualitas hidup.
3. Kesinambungan. Akses terhadap sumber daya ekonomi dan sosial harus dipastikan tidak hanya untuk generasi-generasi yang akan datang. Semua sumber daya fisik, manusia, dan lingkungan selalu diperbaharui.
Pembangunan manusia pada hakikatnya adalah memperluas pilihan bagi masyarakat dengan tujuan akhir mencapai kesejahteraan tiap-tiap anggota masyarakat sehingga pembangunan manusia dalam hal ini juga mencakup berbagai aspek lain yaitu selain aspek ekonomi terdapat pula aspek sosial, politik, budaya serta aspek lainnya untuk menjadikan manusia lebih produktif dalam berkegiatan. Dengan demikian paradigma pembangunan mencakup dua sisi yaitu : berupa informasi kapabilitas manusia seperti perbaikan taraf kesehatan, pendidikan dan keterampilan. Sisi lainnya adalah pemanfaatan kapabilitas mereka untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat produktif, kultural, sosial dan politik.
Aspek pembangunan manusia ini dapat dilihat dari Indek Pembangunan Manusia (IPM).Indek Pembangunan Manusia ini merupakan salah satu alternatif pengukuran pembangunan selain menggunakan Gross Domestik Bruto. Nilai IPM suatu negara atau wilayah menunujukkan seberapa jauh negara atau wilayah tersebut itu telah mencapai sasaran yang dietentukan yaitu angka harapan hidup, pendidikan dasar bagi semua lapisan masyarakat (tampa kecuali), dantingkat pengeluaran dan konsumsi yang telah mencapai standar hidup yang layak.
3. Indeks Pembangunan Manusia
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) adalah indikator untuk mengukur kualitas (dereajat perkembangan manusia) dari hasil pembangunan ekonomi. Human Development Index diperkenalkan pertama kali oleh UNDP pada tahun 1990. IPM menggunakan ukuran sosial-ekonomi yang lebih komprehensif dari pada GNP dan memungkinkan untuk membandingkan negara dengan cara yang berbeda. Perhitungan IPM sebgai indikator pembangunan manusia memiliki tujuan penting, diantaranya :
a) Membangun indikator yang mengukur dimensi dasar pembangunan manusia dan perluasan kebebasan memilih.
b) Memanfaatkan sejumlah indikator untuk menjaga ukuran tersebut sederhana.
c) Membentuk suatu indek komposita dari pada menggunakan sejumlah indeks dasar.
d) Menciptakan suatu ukuran yang mencakup aspek sosial dan ekonomi. Dalam indeks pembangunan manusia terdapat tiga komposisi indikator yang disunakan untuk mengukur besar indeks pembangunan manusia sautu negara, yaitu :
1. Tingkat kesehatan diukur dengan harapan hidup saat lahir (tingkat kematian bayi).
3. Standar kehidupan diukur dengan tingkat pengeluaran perkapita pertahun. Rumusan umum yang digunakan untuk menghitung Indeks Pembangunan Manusia adalah sebagai berikut :
IPM = 1/3 (Indeks X1 + Indeks X2 + Indeks X3)………..(1)
Di mana :
X1 = Indeks Harapan Hidup
X2 = Indeks Pendidikan
X3 = Indeks Standart Hidup Layak
Masing-masing komponen tersebut terlebih dahulu dihitung indeksnya sehingga bernilai antara 0 (terburuk) dan 1 (terbaik). Untuk memudahkan dalam analisa biasanya indeks ini dikalikan 100. Teknik penyusunan indeks tersebut pada dasarnya mengikuti rumus sebagai berikut :
IPM = ∑ =
………..(2)
Di mana :
Ii = Indeks komponen IPM ke i di mana I = 1,2,3 Xi = Nilai indikator komponen IPM ke i
Max Xi = Nilai maksimum Xi Min Xi = Nilai minimum Xi
4. Komponen-Komponen Indeks Pembangunan Manusia
4.1Indeks Harapan Hidup
akan mencerminkan rata-rata lama hidup sekaligus hidup sehat masyarakat. Sehubungan dengan sulitnya mendapatkan informasi yang meninggal pada kurun waktu tertentu, maka untuk menghitung angka harapan hidup digunakan metode tidak langsung (metode Brass, varian Trussel).Data dasar yang dibutuhkan dalam metode ini adalah rata-rata anak lahir hidup dan rata-rata anak masih hidup dari wanita pernah kawin. Secara singkat, proses perhitungan angka harapan hidup ini disediakan oleh program Mortpark. Untuk mendapatkan Indeks Harapan Hidup dengan cara menstandarkan angka harapan hidup terhadap nilai maksimum dan minimumnya.
4.2Indeks Pendidikan
4.3Indeks Hidup Layak
Untuk mengukur dimensi standar hidup layak (daya beli), UNDP menggunakan indikator yang dikenal dengan real per kapita GDP adjusted. Untuk mengitung IPM sub nasional (provinsi atau kabupaten/kota) tidak memakai PDRB per kapita karena PDRB per kapita hanya mengukur produksi suatu wilayah dan tidak mencerminkan daya beli riil masyarakat yang merupakan concern IPM. Untuk mengukur daya beli penduduk antar provinsi di Indonesia, BPS menggunakan dat rata-rata konsumsi 27 komoditi terpilih dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dianggap paling dominan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dan telah distandarkan agar bisa dibandingkan antar daerah dan antar waktu yang disesuaikan dengan indeks PPP dengan tahapan sebagai berikut (berdasarkan ketentuan UNDP) : a. Menghitung rata-rata pengeluaran konsumsi perkapita per tahun untuk 27
komoditi dari SUSENAS Kor yang telah disesuaikan (A).
b. Menghitung nilai pengeluaran riil (B) yaitu dengan membagi rata-rata pengeluaran (A) dengan IHK tahun yang bersangkutan.
c. Agar indikator yang diperoleh nantinya dapat menjamin keterbandingan
antar daerah, diperlukan indeks “Kemahalan” wilayah yang biasa disebut
dengan ketetapan UNDP (Tabel 6). Perhitungan PPP/unit dilaksanakan dengan rumus :
PPP/Unit = Ri ∑
∑ ………(3)
Di mana :
E (i,j) = Pengeluaran utntuk komoditi j di Provinsi i P (i,j) = Harga komoditi j di Provinsi i
Q (i,j) = Jumlah komoditi j (unit) yang dikonsumsi di Provinsi i
5. Konsep Pembangunan Manusia
Beberapa kalimat pembuka dari Human Development Report (HDR) pertama yang dipublikasikan oleh United Development program (UNDP) pada tahun 1990 secara jelas menekankan pesan utama yang dikandung oleh setiap laporan pembangunan manusia baik di tingkat global, nasional maupun di tingkat daerah, yaitu pembangunan manusia yang terpusat pada manusia, yang menempatkan manusia sebagai tujuan akhir dari pembangunan nasional dan bukan sebagai alat pembangunan.
“People are the real wealth of nation. The basic objective of development
is to create an enabling environment for people to enjoy long, healthy, and
creative lives. This may appear to be a simple truth. But it is often
forgotten in the immediate concern with the accumulation of commodities
an financial wealth.”
konsep yang lebih luas dan lebih komprehensif yang mencakup semua pilihan yang dimiliki manusia di semua golongan masyarakat pada semua tahap pembangunan (UNDP, 2004).
Tabel 2.1
Keterkaitan Millenium Development Goals dengan Pembangunan Indikator Pembangunan Manusia Millenium Development Goals
Hidup yang sehat dan usia yang panjang
Tujuan : menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, dan menangani penyakit utama.
Pendidikan yang memadai
Tujuan : menuntaskan pendidikan dasar, kesetaraan gender dalam pendidikan, dan memberdayakan wanita.
Standar hidup yang layak Tujuan : menguragi kemiskinan dan kelaparan
Sumber : UNDP (2003)
Tujuan utama dari pembangunan manusia yaitu untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki manusia. Hal tersebut tidak mungkin akan tercapai tanpa adanya kebebasan memilih apa yang mereka inginkan dan bagaimana mereka akan menjalani hidup. Oleh karena itu, manusia harus bebas melakukan apa yang menjadi pilihannya dalam suatu sistem yang berfungsi dengan baik (BPS, Bappenas, UNDP, 2001).
6. Pertumbuhan Ekonomi
ketiganya adalah : akumulasi modal yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik dan modal atau sumber daya manusia. Pertumbuhan penduduk beberapa tahun selanjutnya akan memperbanyak jumlah akumulasi kapital dan kemajuan tekhnologi.
Kuznet dalam Susanti (2013) mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemapuan suatu Negara untuk menyediakan semakin banyak barang-barang ekonomi kepada penduduknya.Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan tekhnologi dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis Negara yang bersangkutan.
Teori Kasik juga membahas pertumbuhan ekonomi dengan penekanan pada akumulasi modal kapital yang dapat meningkatkan output. Asumsinya bahwa fleksibilitas harga dan upah akan menciptakan kesempatan kerja penuh. Model pertumbuhan klasik didasari oleh dua faktor utama yaitu : pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk. Adam Smith dalam Yunitasari (2007) mengatakan bahwa penigkatan output atau pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu peningkatan spesialisasi kerja, sistem pembagian kerja, dan penggunaan mesin untuk meningkatkan produktivitas. Apabila ketiga metode tersebut dilakukan, maka peningkatan akumulasi kapital akan terjadi.
B. Hubungan Antar Variabel dengan Indeks Pembangunan Manusia. 1. Pertumbuhan Ekonomi dengan IPM
mengintegrasikan proses pembangunan ekonomi dan sosial. Pembangunan sosial tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya pembangunan ekonomi, sedangkan pembangunan ekonomi tidaklah bermakna kecuali diikuti dengan peningkatan kesejahteraan sosial dari populasi sebagai suatu kesatuan. Pembangunan ekonomi atau lebih tepatnya pertumbuhan ekonomi merupakan syarat bagi tercapainya pembangunan manusia karena dengan pembangunan ekonomi terjamin peningkatan produktivitas.
Modal manusia (human capital) merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan ekonomi. Dengan modal manusia yang berkualitas, kinerja ekonomi juga akan lebih baik. Menurut Todaro (2000), sumber daya manusia dari suatu bangsa merupakan faktor paling menentukan karakter dan kecepatan pembangunan sosial dan ekonomi dari bangsa yang bersangkutan.
Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia dapat dijelaskan melalui 2 jalur seperti yang digambarkan pada Gambar 1.Jalur pertama adalah melalui kebijakan pengeluaran pemerintah. Dalam hal ini, faktor yang menentukan adalah pengeluaran pemerintah untuk subsektor sosial yang terangkum dalam belanja modal.Besarnya pengeluaran tersebut besarnya pengeluaran tersebut mengindikasikan besarnya peran pemerintah terhadap pembangunan manusia.
serupa. Selain pengeluaran pemerintah dan rumah tangga, hubungan antara kedua variabel itu berlangsung melalui penciptaan lapangan kerja.Aspek ini sangat penting karena merupakan jembatan yang mengkaitkan antara keduanya (UNDP dalam Soebeno, 2006) dalam Mailendra 2009.
Sumber : Soebeno dalam Mailendra, 2009 Gambar 2.1
Alur Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi dengan Pembangunan
Menurut teori Kuznet salah satu karakteristik pertumbuhan ekonomi modern adalah tingginya pertumbuhan output perkapita (Todaro, 2000).
Pertumbuhan output yang dimaksudkan adalah PDRB per kapita, tingginya pertumbuhan output menjadikan perubahan pola konsumsi dalam pemenuhan kebutuhan. Artinya semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi maka akan semakin tinggi pertumbuhan output perkapita dan merubah pola konsumsi dalam hal ini tingkat daya beli masyarakat akan semakin tinggi. Tingginya daya beli masyarakat akan meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia karena daya beli masyarakat merupakan salah satu indikator komposit dalam IPM yang disebut dengan indikator pendapatan.
2. Hubungan Pengeluaran Pemerintah dengan IPM
Pengeluaran Pemerintah (goverment expenditure) adalah bagian dari kebijakan fiskal (Sadono Sukirno, 2000), yaitu suatu tidakan pemerintah untuk mengatur jalannya perekonomian dengan cara menentukan besarnya penerimaan dan pengeluaran pemerintah setiap tahunnya, yang tercermin dalam dokumen Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) untuk nasional dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) untuk daerah atau regional. Tujuan dari kebijakan fiskal ini adalah dalam rangka menstabilkan harga, tingkat output, maupun kesempatan kerja dan memacu atau mendorong pertumbuhan ekonomi.
investasi pemerintah terhadap total investasi besar sebab tahap ini pemerintah harus menyediakan prasarana seperti pendidikan, kesehatan, prasarana transportasi dan sebagainya (Dumairy,1997).
Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi pemerintah tetap diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar dapat tinggal landas, namun pada tahap ini peranan invesatsi swasta sudah semakin besar akan menimbulkan banyak kegagalan pasar dan juga menyebabkan pemerintah harus menyediakan barang dan jasa publik dalam jumlah yang lebih banyak.
Musgrave (1980) berpendapat bahwa dalam suatu proses pembangunan, investasi swasta dalam persentase terhadap PDB semakin besar dan persentase investasi pemerintah terhadap PDB akan semakin kecil. Pada tingkat ekonomi lanjut, Rostow mengatakan bahwa aktivitas pemerintah dalam pembangunan ekonomi beralih dari penyediaan prasaran ke pengeluaran-pengeluaran untuk aktivitas sosial seperti program kesejahteraan hari tua, program pendidikan, program pelayanan kesehatan masyarakat dan sebagainya (Dumairy, 1997).
Priambodo (2015) manyatakan bahwa pengeluaran pemerintah untuk pembangunan manusia yang diwujudkan melalui peningkatan daya beli akan mendorong kenaikan permintaan produk kebutuhan rumah tangga lokal secara menyeluruh. Meningkatnya permintaan barang produk lokal akan memberikan ransangan yang besar kepada produsen lokal, memperbesar kesempatan kerja, dan menumbuhkan investasi. Kemudian stuktur belanja APBD baik itu dari belanja modal, belanja pegawai, dan belanja daerah direalisasikan untuk pembangunan dan pelayanan publik, dimana dari komponen belanja daerahtersebut terdapat salah satu faktor pembentuk IPM yang tentunya akan meningkatkan pencapaian Indeks Pembangunan Manusia.
3. Hubungan Jumlah Pnduduk Miskin dengan IPM
Secara ekonomi, kemiskinan dapat dilihat dari tingkat kekurangan sumber daya yang dapat digunakan memenuhi kebutuhan hidup serta meningkatkan kesejahteraan sekelompok orang. Bappenas (2004) mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak mampu memenuhi hal dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Kemiskinan menurut PBB didefinisikan sebagai kondisi dimana seseorang tidak dapat menikmati segala macam pilihan dan kesempatan dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya, seperti tidak dapat tidak dapat memenuhi kesehatan, standar hidup, kebebasan, harga diri dan rasa dihormati seperti orang lain.
Todaro (2000) mengatakan bahwa pembangunan manusia merupakan tujuan pembangunan itu sendiri. Pembangunan manusia memainkan peranan kunci dalam membentuk kemampuan sebuah negara dalam menyerap teknologi modern dan untuk mengembangkan kapasitasnya agar terciptanya pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan.
menyatakan pembangunan manusia di Indonesia indentik dengan pengurangan kemiskinan. Investasi di bidang pendidikan dan kesehatan akan lebih berarti bagi penduduk miskin dibandingkan penduduk tidak miskin, karena bagi penduduk miskin asset utama adalah tenaga kasar mereka. Adanya fasilitas pendidikan dan kesehatan murah akan sangat membantu untuk meningkatkan produktivitas, dan pada gilirannya meningkatkan pendapatan.
Menurut UNDP (1996) hubungan antara tingkat kemiskinan dan pembangunan manusia, yaitu banyaknya penduduk miskin turut mempengaruhi pembangunan manusia. Karena penduduk yang masuk kelompok ini, pada umumnya memiliki keterbatasan faktor produksi, sehingga akses terhadap kegiatan ekonomi mengalami hambatan. Akibatnya produktivitas menjadi rendah, pada gilirannya pendapatan yang diterima pun jauh dari cukup. Dampaknya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, seperti kebutuhan pangan, sandang dan papan mengalami kesulitan. Apalagi kebutuhan lain seperti pendidikan, kesehatan dan lainnya menjadi terhambat. Implikasinya pada wilayah-wilayah yang terdapat banyak penduduk miskin, akan mengalami kesulitan untuk mencapai keberhasilan pada pembangunan manusianya.
akan menyebabkan tingginya kemiskinan. Semakin tinggi populasi penduduk miskin akan menekan tingkat pembangunan manusia, sebab penduduk miskin memiliki daya beli yang rendah.
C. Penelitian Terdahulu
Pada bagian ini memuat tentang penelitian-penelitian sebelumnya yang mendasari pemikiran penulis dan menjadi pertimbangan dalam penyusunan skripsi ini. Secara lengkap penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang antara konsumsi rumah tangga untuk
makanan dan bukan
makanan,pengeluaran pemerintah untuk pendidikan , rasio penduduk miskin dan krisis ekonomi terhadap pembangunan di Indonesia.
3
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel belanja daerah, proporsi pengeluaran non makanan dan rasioketergantungan berpengeruh positif dan signifikan terhadap indeks pembanbangunan manusia. Sedangkan variabel gini rasio memiliki pengaruh negative terhadap indeks pembangunan manusia.
Hasil penelitian menujukkan menggunakan regresi panel menunjukkan kemiskinan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IPM.
6 Anugrah
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel terkait yaitu : belanja daerah, belanja pegawai, belanja modal dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia.
Charisma Ginting (2008) meneliti tentang “Analisis Pembangunan
Manusia di Indonesia” di 26 provinsi pada periode 1996, 1999, 2002, 2004,
2005 dan 2006. Teknik analisis yang diguakan yaitu menggunakan analisis data panel dengan pendekatan metode Random Effect. Variabel yang digunakan dalam penelitiannya adalah konsumsi rumah tangga untuk makanan dan bukan makanan, pengeluaran pemerintah untuk pendidikan, rasio penduduk miskin dan krisis ekonomi sebagai variabel Independent, sedangkan variabel dependennya adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel konsumsi rumah tangga untuk bukan makanan, pengeluaran pemerintah untuk pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap IPM, sedangkan variabel konsumsi rumah tangga untuk makanan, rasio penduduk miskin, dan dummy menunjukkan pengaruh negatif terhadap IPM.
Setiawan dan Halim (2013) meneliti tentang “Indek Pembangunan
Correction Model). Varibel input yang digunakan dalam peneliatan ini adalah PDB, PPN, krisis ekonomi tahun 2008 dan 1997, serta desentralisasi fiskal sebagai variabel independent, sedangkan variabel dependentnya adalah Indeks Pembangunan Manusia. Dalam penelitian ini hasil yang diperoleh adalah bahwa terdapat pengaruh signifikan dari variabel PDB yang memiliki pengaruh positif karena peningkatan PDB akan memperbaiki kesejahteraan penduduk, varibel PPN memiliki pengaruh yang negatif terhadap IPM karena pajak yang ditarik oleh pemerintah secara tidak langsung akan mengurangi disposable income. Sedangkan varibel desentralisasi fiskal dan krisis ekonomi
(2008 dan 1997) tidak memilki pengaruh yang signifikan terhadap IPM. Nur Isa Prawoto (2011) meneliti tentang “Analisis Faktor- Faktor yang Berpengaruh Terhadap Indeks Pembangunan Manusia 2002-2009”. Model analisis dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis regresi data panel model efek acak (REM). Varibel independent dalam penelitian ini adalah belanja daerah, gini rasio, proporsi pengeluaran non makanan, rasio ketergantungan dengan variabel dependent IPM. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel belanja daerah, gini rasio, proporsi pengeluaran non makanan, rasio ketergantungan baik secara parsial maupun bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap IPM. Gini rasio berpengaruh negatif terhadap IPM, sedangkan belanja modal, proporsi pengeluaran non makanan dan rasio ketergantungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap IPM.
Mirza (2012) meniliti tentang “Pengaruh Kemiskinan, Pertumbuhan
Tengah Tahun 2006-2009”. Variabel dependent dalam penelitian ini adalah IPM dengan variabel independent yaitu : kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan belanja modal. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi data panel dengan metode pendekatan Fixed Effect Model (FEM). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kemiskinan berpengaruh negatif terhadap IPM, sedangkan pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif terhadap IPM.
Devianti (2012) meneliti tentang “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia di Sulawesi Selatan Periode 2001-2010”. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu : pertumbuhan ekonomi, persentase penduduk miskin, pengeluaran pemerintah bidang pendidikan, pengeluaran pemerintah bidang kesehatan, dan ketimpangan distribusi pendapatan sebagai independent, sedangkan variabel dependentnya adalah IPM. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode analisis regresi linier berganda (OLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi, pengeluaran pemerintah bidang pendidikan, pengeluaran pemerintah bidang kesehatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap IPM, sedang variabel persentase penduduk miskin, ketimpangan distribusi pendapatan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IPM di Sulawesi Selatan.
Priambodo (2015) meneliti tentang “Analisis Pengaruh Belanja
digunakan dalam penelitian ini terdiri 110 kabupaten/kota di Pulau Jawa, sedangkan variabel independen yang digunakan yaitu : belanja daerah, belanja modal, belanja pegawai dan pertumbuhan ekonomi dengan varibel dependent IPM. Metode Analisis yang digunkan dalam penelitian ini adalah analisis data panel menggunakan model pendekatan Fixed Effect Model (FEM). Hasil estimasi penelitian menunjukkan bahwa variabel belanja daerah, belanja modal, belanja pegawai dan pertumbuhan ekonomi berpenagruh positif dan signifikan terhadap IPM di Pulau Jawa.
D. Kerangka Pikir
Gambar 2.2 Skema Penarikan hipotesis
E. Penurunan Hipotesa
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan sebelumnya maka hipotesi yang dapat dirumuska dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
H1 : Diduga bahwa PDRB berpengaruh positif terhadap Indeks
Pembangunan Manusia.
H2 : Diduga bahwa belanja daerah berpengaruh positif terhadap Indeks
Pembangunan Manusia
H3 : Diduga bahwa jumlah penduduk miskin berpengaruh negatif
terhadap Indeks Pembangunan Manusia
-
+
+
PertumbuhanEkonomi (X1)
Jumlah penduduk miskin (X3) Belanja daerah
(X2)
37 A. Obyek/Subyek Penelitian
Obyek dalam penelitian ini meliputi seluruh wilayah atau 33 provinsi yang ada di Indonesia, meliputi : Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua.
B. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Indonesia serta sumber lain yang terkait dalam penelitian ini. Secara rinci data yang dipergunakan :
1. IPM : menggunakan data tentang Indeks Pembangunan Manusia di 33 Provinsi di Indonesia tahun 2010-2014
3. Belanja Daerah : menggunakan data realisasi pengalokasian belanja pemerintah daerah provinsi pada 33 Provinsi tahun 2010-2014.(dalam satuan ribu rupiah)
4. Jumlah Penduduk Miskin : menggunakan data jumlah penduduk miskin yang ada pada 33 Provinsi tahun 2010-2014.
C. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diperoleh dengan metode:
1. Studi Pustaka
Yaitu metode pengumpulan data melalui membaca catatan, arsip-arsip dan laporan yang telah ada. Studi pustaka diarahkan untuk landasan teori yang relevan dengan cara mengkaji berbagai literatur dan sumber-sumber lain seperti dokumen-dokumen dan media cetak, dan mengakses internet yang dapat digunakan dalam penelitian
2. Dokumentasi
Yaitu metode penelitian dengan melakukan pengumpulan data, membaca catatan, arsip-arsip dan laporan yang telah ada.
D. Definisi Operasional Variabel
1. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses dimana kapasitas produksi meningkat sepanjang waktu. Besarnya pertumbuhan ekonomi diperoleh dari Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita atas dasar harga konstan 2010 yang dinyatakan dalam ribu rupiah.
2. Belanja Daerah
Belanja Daerah yaitu suatu tidakan pemerintah untuk mengatur jalannya perekonomian dengan cara menentukan besarnya penerimaan dan pengeluaran pemerintah setiap tahunnya, yang tercermin dalam dokumen Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) untuk nasional dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) untuk daerah atau regional. Dalam penelitian ini satuan Belanja daerah adalah ribu rupiah.
3. Jumlah Penduduk Miskin
Penduduk yang pendapatan perkapitanya kurang dari sepertiga rata-rata pendapatan perkapita nasional, maka termasuk dalam kategori miskin. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah jumlah penduduk miskin 33 provinsi Indonesia.
4. IPM (Indeks Pembangunan Manusia)
penduduk usia 15 ke atas; 3) Indeks Pendapatan, yang diukur dengan daya beli konsumsi per kapita. Nilai indeks pembangunan manusia Indonesia yang dinyatakan dengan basis 100 pertahun.
E. Alat Analisis
Dalam penelitian ini, alat analisis yang digunakan untuk menjawab permasalahan atau hipotesis dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis regresi Data Panel. Sementara itu, pada pengolahan regresi penulisan menggunakan program computer E-Views 7.0.
F. Analisis Data
1. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan sebagai syarat sebelum melakukan regresi agar hasilnya estimator linear tidak bias yang terbaik. Adapun tahapan dalam pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini yaitu hanya uji multikolinearitas dan uji heteroskedatisitas.
a. Uji Multikolinearitas
sama sekali tidak berkolerasi satu dengan yang lainya maka bisa dikatakan bahwa tidak terjadi multikolinearitas.
Pada penelitian ini pengujian multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan correlation matrix, jika hasilnya ada yang melebihi dari 0,8 maka itu menandakan bahwa terjadi multikolinearitas.
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah homokedastisitas, yaitu keadaan variance dari residual satu pengamatan kepengamatan lain tetap. Untuk mengindikasikan terjadinya masalah heteroskedastisitas dalam penelitian ini penulis menggunakan uji Park. Dalam metodenya uji Park menyarankan suatu bentuk fungsi spesifik diantara varian kesalahan
σ
=α
XPersamaan diatas dijadikan linier dalam bentuk persamaan log sehingga menjadi :
Ln
σ
=α
+ β Ln Xi + viKarena varian kesalahan (
σ
) tidak teramati, maka digunakan esebagai penggantinya. Sehingga persamaan menjadi:
Ln e =
α
+
β Ln Xi + vimasalah heteroskedastisitas. Sebaliknya, jika β tidak signifikan maka asumsi
homokedastisitas pada data dapat diterima.
2. Model Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah model analisis regresi panel data. Data panel merupakan gabungan antara data berkala (time series) dan data indivudul (cross section). Data time series adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu terhadap suatu individu. Sedangkan data cross section merupakan data yang dikumpulkan dalam satu waktu terhadap banyak individu.
Menurut Agus Widarjono (2009) penggunaan data panel dalam sebuah observasi mempunyai beberapa keuntungan yang diperoleh. Pertama, data panel yang merupakan gabungan dua data time series dan cross section mampu menyediakan data yang lebih banyak sehingga akan lebih menghasilkan degree of freedom yang lebih besar. Kedua, menggabungkan informasi dari data time seriesdan cross section dapat mengatasi masalah yang timbul ketika ada masalah penghilangan variabel (omitted-variabel).
Metode data panel merupakan suatu metode yang digunakan untuk melakukan analisis empirik dengan perilaku data yang lebih dinamis. Adapun kelebihan dari penggunaan metode data panel adalah sebagai berikut:
degree of freedom (df) yang lebih besar sehingga estimasi yang dihasilkan akan lebih baik.
b. Data panel mampu mengurangi kolinearitas variabel.
c. Dapat menguji dan membangun model perilaku yang lebih kompleks. d. Dengan menggabungkan informasi dari time series dan cross section
dapat mengatasi masalah yang timbul karena adanya masalah penghilang variabel.
e. Data panel lebih mampu mendeteksi dan mengukur efek yang secara sederhana dilakukan oleh data time series murni maupun cross section murni.
f. Data panel dapat meminimalkan bias yang dihasilkan oleh agregat individu, karena data diobservasi lebih banyak.
Permodelan dengan menggunakan teknik regresi data panel dapat dilakukan dengan tiga pendekatan alternatif metode pengolahannya yaitu, Common Effect Model, Fixed Effect Model, dan Fixed Effect Model.
1. Common Effect Model
2. Fixed Effect Model
Pendekatan model ini menggunakan variabel dummy yang dikenal dengan sebutan efek tetap atau Least Square Dummy Variabel (LSDV). Pada metode Fixed Effect estimasi dapat dilakukan dengan tanpa pembobotan (no weight) atau LSDV dan dengan pembobotan (Cross-section weight) atau Generated Least Square (GLS). Tujuan dilakukannya pembobotan adalah untuk mengurangi heterogenitas antar unit cross section (Gujarati, 2012). Penggunaan model ini tepat untuk melihat perilaku data dari masing-masing variabel sehingga data lebih dinamis dalam menginterprestasi data.
Metode GLS (Generated Least Square) dipilih dalam penelitian ini karena adanya nilai lebih yang dimiliki oleh GLS dibanding OLS dalam mengestimasi parameter regresi. Metode ini sudah memperhitungkan heterogenitas yang terdapat pada variabel independen secara eksplisit sehingga metode ini mampu menghasilkan estimator yang memenuhi kriteria BLUE (Best Linier Unbiased Estimator)
3. Random Effect Model
Model ini akan mengestimasi data panel dimana variabel gangguan mungkin saling berhubungan antar waktu dan antar individu. Pada model Random Effect perbedaan intersep diakomodasi oleh error terms
Error Component Model (ECM) atau teknik Generalized Least Square (GLS).
Untuk memilih model yang paling tepat digunakan dalam mengelola data panel, terdapat beberapa pengujian yang dapat dilakukan yakni: 1. Uji Chow (Likelihood Test Radio)
Chow test yakni pengujian untuk menentukan model Fixed Effet atau Common Effect yang paling tepat digunakan dalam mengestimasi data panel. Untuk membuktikan apakah terbukti atau tidak antara common effect dan fixed effect, dalam pengujian ini dilakukan dengan
hipotesa sebagai berikut:
H0: Model yang digunakan Common Effect
H1: Model yang digunakan Fixed Effect
Apabila hasil uji spesifikasi ini menunjukkan probabilitas Chi-Square lebih dari 0,05 maka model yang dipilih adalah common effect.
Sebaiknya dipakai adalah fixed effect. Ketika model yang terpilih adalah fixed effect maka perlu dilakukan uji lagi, yaitu Uji Hausman untuk
mengetahui apakah model fixed effect model (FEM) atau random effect model (REM) yang baik untuk digunakan.
2. Uji Hausman
H0: Model yang digunakan Random Effect Model
H1: Model yang digunakan Fixed Effect Model
Jika tes hausman tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (p > 0,05) itu mencerminkan bahwa random estimator tidak tepat digunakan dalam model regresi. Tatapi jika hasilnya signifikan (p < 0,05) maka model yang tepat untuk digunakan adalah Fixed Effect Model (FEM). 3. Uji Lagrange Multiplier (LM test)
Untuk mengetahui apakah model Random Effect lebih baik daripada metode Common Effect (OLS) digunakan uji Lagrange Multiplier (LM). Uji signifikasi Random Effect ini dikembangkan oleh Breusch Pagan. Metode Bruesch Pagan untuk menguji signifikasi Random Effect didasarkan pada nilai residual dari metode Common Effect. Adapun nilai statistik LM dihitung berdasarkan formula sebagai berikut:
[
∑
∑ ∑
]
Dimana:
n = jumlah individu; T = jumlah periode waktu;
e = residual metode common effect Dengan hipotesis sebagai berikut:
H0 : Common Effect Model H1 : Random Effect Model
besar dari nilai kritis statistik chi-square maka kita menolak hipotesis nol, berarti estimasi yang lebih tepat dari regresi data panel adalah model random effect. Sebaliknya jika nilai LM statistik lebih kecil dari nilai kritis
statistik chi-square maka kita menerima hipotesis nol yang berarti model common effect lebih baik digunakan dalam regresi
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah IPM (Indek Pembangunan Manusia), sedangkan variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Pertumbuhan Ekonomi (dilihat dari nilai proporsi PDRB antara kabupaten/kota dengan provinsi), Pengeluaran Pemerintah dan Kemiskinan (jumlah penduduk miskin). Adapun regresi data panel yang digunakan yaitu sebagai berikut :
IPM it = β0 + β1 PDRBit+ β2 BDit+ β3 JPMit + et
Keterangan :
IPM : Indeks Pembangunan Manusia
PDRB : Pertumbuhan Produk Domestik Bruto BD : Belanja Daerah
JPM : Jumlah penduduk miskin β0 : Konstanta
β1,... β3 : Koefisien regresi e : error
3. Pengujian Statistik Analisis Regresi a. Uji Koefisien Determinasi (R-Square)
Nilai koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa besar variasi dari variabel dependen (Y) dapat dijelaskan oleh variabel independen (X). Bila nilai koefisien determinasi = 0 (R2 = 0), artinya variasi dari variabel dependen tidak dapat dijelaskan oleh variabel independen. Sementara bila R2 = 1, artinya variasi dari variabel dependen secara keseluruhan dapat dijelaskan oleh variabel independen. Dengan kata lain jika R2 mendekati 1 (satu), maka variabel independen mampu menjelaskan perubahan variabel dependen. Tetapi jika R2 mendekati 0, maka variabel independen tidak mampu menjelaskan variabel dependen. b. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah seluruh variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen pada tingkat signifikansi 0,05 (α = 5%). Pengujian semua koefisien regresi secara
bersama-sama dilakukan dengan uji F dengan pengujian sebagai berikut: Hipotesis:
Ho: Bila probabilitas β1 > 0,05 artinya secara bersama-sama tidak ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. H1: Bila probabilitas β1 < 0,05 artinya secara bersama-sama ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Uji-t statistik adalah uji parsial (individu) dimana uji ini digunakan untuk menguji seberapa baik variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen secara individu. Pada tingkat signifikansi 0,05 (5%) dengan menganggap variabel independen bernilai konstan. Pengujian t-statistik dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut:
Hipotesis:
Ho: Bila probabilitas β1 > 0,05 artinya tidak ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
H1: Bila probabilitas β1 < 0,05 artinya ada pengaruh variabel
50 BAB IV
GAMBARAN UMUM
A. Kondisi Geografis
Secara astronomis , Indonesia terletak antara 6° 08’ Lintang Utara dan 11° 15’ Lintang Selatan dan antara 94° 45’ – 141° 05’ Bujur Timur dan dilalui oleh
garis ekuator atau garis khatulistiwa yang terletak pada garis lintang 0°.
Berdasarkan letak geografisnya, kepulauan Indonesia berada di antara Benua Asia dan Benua Australia, serta di antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.
Gambar 4.1 Peta Negara Indonesia
Berdasarkan posisi geografisnya, Negara Indonesia memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
Utara : Negara Malaysia, Singapura, Filipina, dan Laut Cina Selatan
Selatan : Negara Australia dan Samudra Hindia
Timur : Negara Papua Nugini, Timor Leste, dan Samudera Pasifik
Indonesia memiliki luas daerah sebesar 1.910.931,32 km2 dengan total jumlah pulau sebanyak 17.504. Batas ujung barat Nusantara adalah Sabang, batas ujung timur adalah Merauke, batas ujung utara adalah Miangas, dan batas ujung selatan adalah Pulau Rote. Indonesia terletak di kawasan yang beriklim tropis dan berada di belahan timur bumi. Merupakan sebuah Negara yang memiliki 3 daerah waktu, yaitu WIB, WITA dan WIT.
Indonesia terdiri dari 81.626 desa, 7.024 kecamatan, 98 kota, serta 34 provinsi yang terletak di 5 pulau besar dan 4 kepulauan. Adapun 34 provinsi yang ada di Indonesia adalah sebagai berikut:
Pulau Sumatera terdiri dari Aceh, Sumetera Utara, Sumatera Barat, Riau,
Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Lampung.
Kepulauan Riau terdiri dari Kepualuan Riau.
Kepulauan Bangka Belitung terdiri Kepulauan Bangka Belitung.
Pulau Jawa terdiri dari DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DI
Yogyakarta, dan Jawa Timur.
Kepulauan Nusa Tenggara (Sunda Kecil) terdiri dari Bali, Nusa Tenggara
Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
Pulau Kalimantan terdiri dari Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara.
Pulau Sulawesi terdiri Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tenggara.
Pulau Papua terdiri dari Papua dan Papua Barat.
B. Demografi
Penduduk Indonesia pada tahun 2014 mencapai 252.164,8 ribu orang dengan pertumbuhan penduduk dari tahun 2010-2014 sebesar 1,40 persen per tahun atau turun dari penghitungan pertumbuhan tahun 2000-2010 yaitu sebesar 1,49 persen per tahun. Jumlah penduduk masih diperkirakan meningkat sebesar 32,6 juta penduduk dalam kurun waktu 10 tahun (2010-2020). Rasio Jenis Kelamin atau sex ratio penduduk menurut provinsi di tahun 2014 adalah sebesar 101,0 penduduk laki-laki dari 100 penduduk perempuan.
Menurut proyeksi BPS tahun 2010-2025 diperkirakan jumlah penduduk sesuai kelompok umur 0-14 tahun adalah 2,7 persen, umur 15-59 tahun adalah 18,9 persen, sedangkan umur 60 tahun keatas adalah 86,8 persen. Terdapat perbedaan dalam pertumbuhan penduduk menurut kelompok umur, dengan pertumbuhan tertinggi pada kelompok lansia yaitu 60 tahun keatas. Pertumbuhan penduduk menurut kelompok umur 0-14 tahun tumbuh negatif 3,6 persen, umur 15-59 tahun tumbuh 25,9 persen, dan umur 60 tahun keatas tumbuh 167,2 persen. Angka harapan hidup masyarakat Indonesia pada tahun 2015 adalah 70,1 tahun atau meningkat dari tahun sebelumnya yaitu 69,1 tahun.
dan Papua yang masing-masing memiliki kepadatan penduduk hanya sebesar 8 penduduk per km2, 9 penduduk per km2, dan 10 penduduk per km2.
C. Gambaran Umum Obyek Penelitian
Obyek dalam penelitian ini adalah 33 provinsi yang ada di Indonesia. Penelitian ini akan menganalisis pengaruh PDRB, belanja daerah dan jumlah penduduk miskin terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia periode tahun 2010-2014.
1. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia.
Indonesia di yakini sudah memiliki langkah tepat dalam meningkatkan indeks pembangunan manusianya. Indeks pembangunan manusia di setiap provinsi di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya dalam kurun 5 tahun terakhir. Hal tersebut dapat di lihat pada tabel berikut :
Tabel 4.1
Indek pembangunan Manusia Indonesia
PROVINSI TAHUN Rata-Rata
Lanjutan Tabel
PROVINSI TAHUN Rata-Rata
IPM Sumber : Statistik Tahunan Indonesia, BPS 2010-2014
terakhir menjdi provinsi yang memiliki nilai rata-rata IPM di atas nilai IPM nasional adalah Sumatera Utara dengan nilai rata-rata IPM sebesar 67,88. Dari 33 bisa diketahui daerah atau provinsi yang memiliki rata-rata IPM dibawah nilai rata-rata IPM nasional adalah 23 provinsi. Dan dari 23 provinsi tersebut yang memiliki nilai rata-rata IPM terendah adalah NTT (60,84), Papua Barat (60,40) dan yang palin rendah Papua (55,60). Hal ini menunujukkan bahwa dari masing-masing provinsi memiliki pencapian IPM tersendiri tergantung dari pogram dan kebijakan yang di terapkan pemerintah daerah dalam mendukung peningkatan IPM.
1. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Per Kapita
Dalam pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) suatu Negara atau daerah, salah satu kesuksesn yang dapat dilihat dari pencapaian IPM tersebut adalah terwujudnya kesejahteraan masyakatnya. Kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari pendapatan atau PDRB riil per kapita.
Tabel 4.2
PDRB per Kapita menurut Provinsi di Indonesia atas dasar harga 2010 (Ribu Rupiah)
PROVINSI
TAHUN Rata-rata
pertumbu han (%)
2010 2011 2012 2013 2014
Aceh 22450.14 22704.80 23099.13 23277.74 23199.49 0.83
Sumatera Utara 25412.07 26711.24 28036.88 29343.04 30482.59 4.65 Sumatera Barat 21584.91 22638.75 23744.01 24844.62 25963.24 4.73
Riau 69701.03 71637.89 72396.34 72300.12 72331.01 0.94
Jambi 29160.16 30856.66 32417.72 34085.91 36088.83 5.47