• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODAL POLITIK CALON KEPALA DESA PADA PEMILIHAN KEPALA DESA DI DESA NGEPOSARI TAHUN 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODAL POLITIK CALON KEPALA DESA PADA PEMILIHAN KEPALA DESA DI DESA NGEPOSARI TAHUN 2015"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

i

MODAL POLITIK CALON KEPALA DESA PADA PEMILIHAN KEPALA DESA DI DESA NGEPOSARI TAHUN 2015

SKRIPSI

Disusun Guna Mememenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan Strata

Satu (S1) Pada Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :

MURNIYATI YANUR

20130520199

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI

Dengan Judul:

“MODAL POLITIK CALON KEPALA DESA PADA PEMILIHAN KEPALA DESA DI DESA NGEPOSARI TAHUN 2015”

Oleh:

MURNIYATI YANUR 20130520199

Telah dipertahankan dan disahkan di depan Tim Penguji Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Pada:

Hari/Tanggal : Sabtu, 10 Desember 2016 Tempat : Ruang IGOV Lama 1 Pukul : 08.00-09.00 WIB

SUSUNAN TIM PENGUJI

KETUA

DR. Inu Kencana Syafie, M.Si PENGUJI 1

Dian Eka Rahmawati, S.IP., M.Si.

PENGUJI 2

Bambang Eka Cahya Widodo, S.IP., M.Si

Mengetahui

KETUA PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

(3)

iii

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya buat ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri, dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun. Sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan dan diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Selanjutnya apabila dikemudian hari terbukti terdapat duplikasi dan ada pihak lain yang merasa dirugikan dan menuntut, maka saya akan bertanggung jawab dan menerima segala konsekuensinya.

Yogyakarta, 28 November 2016 Yang membuat pernyataan

(4)

iv

MOTTO

“Apabila suatu jabatan tidak diisi oleh ahlinya maka tunggulah saat kehancurannya”

(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk orang-orang yang sangat berarti didalam hidup:

Yang pertama, untuk mama tercinta yang darahnya menetes karena kelahiranku, yang merawatku dari kecil hingga saat ini dengan penuh cinta dan kasih sayang yang tulus, yang selalu terus berusaha untuk mendoakan dan memberikan apapun yang diinginkan oleh anaknya, selalu memberikan nasehat, semangat, dukungan dan mendengar segala keluh kesahku, yang selalu berharap yang terbaik untuk anak-anaknya.

Yang kedua untuk Bapak sosok yang ku anggap telah berjuang dengan luar biasa, hebat, gigih, ikhlas dan tangguh dalam bekerja demi anak-anaknya, selalu mendoakan dan terus berusaha memenuhi segala kebutuhan anaknya dan semoga engkau selalu menjadi panutan untuk anak-anakmu dan keluarga.

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirobbil’alamin segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT telah melimpahkan rizki, rahmat, hidayah serta karunianya kepada penulis sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam tak lupa juga penulis haturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita jadi zaman kegelapan hingga terang benderang.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata 1 (S1) untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Skripsi ini berjudul “MODAL POLITIK CALON KEPALA DESA PADA PEMILIHAN KEPALA DESA DI DESA NGEPOSARI TAHUN 2015”.

Penulis mengakui bahwa dalam penlisan skripsi yang sederhana ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak baik itu berupa semangat, arahan, bimbingan, dan dukungan maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Cipto, MA, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta;

2. Bapak Ali Muhammad, MA, Phd, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta;

3. Ibu Titin Purwaningsih, S.IP, M.Si selaku ketua Program Studi Ilmu pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta:

4. Bapak Awang Darumurti, S.IP, M.si selaku sekertaris Program Studi ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta;

(7)

vii

6. Ibu Dian Eka Rahmawati, M. Si selaku dosen penguji 1 dan bapak Bambang Eka Cahya Widodo, S.IP., M.Si. selaku dosen penguji 2, terima kasih pak, bu, telah meluangkan waktu untuk membaca skripsi saya, memberikan masukan yang sangat bermanfaat untuk perbaikan yang lebih baik dalam menulis laporan penelitian;

7. Para bapak ibu dosen dan dosen muda (mas Sakir dan Mas Eko) mapun para staf Program Studi Ilmu Pemerintahan;

8. Bapak Ciptadi selaku Kepala Desa Ngeposari yang telah bersedia narasumber yang telah banyak memberikan informasi yang dibutuhkan penulis guna untuk menyelesaikan skripsi;

9. Para narasumber dan para responden yang telah bersedia mengisi kuesioner yang diberikan oleh penulis;

10.Terkhusus untuk kedua orang tua yang tidak pernah lelah mendidik, selalu memberikan semangat, saran, dan membimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga dengan terselesaikannya skripsi ini bisa memberikan kebahagian;

11.Untuk abang dan adikku tercinta yang telah menjadi penyemangat dan kebanggaan;

12.Semua teman-teman Ilmu pemerintahan angkatan 2013 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah menjadi rekan kuliah, jalan-jalan dan lain-lain selama menempuh pendidikan dan sama-sama berjuang meraih gelar S1;

13.Keluarga Besar Korps Mahasiswa IlmuPemerintahan (KOMAP) yang menjadi tempat saya mendapatkan ilmu berorganisasi;

14.Teman-teman Divisi Penelitian, Pengkajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (DPPSDM) yang juga telah memberikan semangat dan dukungannya dan yang tak bisa disebutkan satu persatu; 15.Terimakasih kepada Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

(8)

viii

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan di dalam penulisan skripsi ini, tentu hal itu semua karena keterbatasan kemampuan yang penulis miliki dalam mengumpulkan, mengelola dan menyajikan data. Untuk itu penulis meminta maaf atas segala kekurangan dan kekhilafan dalam penulisan skripsi ini, semoga skripsi ini dapat menambah ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Demikianlah kata pengantar yang dapat penulis sampaikan, sekali lagi terima kasih kepada semua pihak maupun teman teman yang telah membantu dan mendo’akan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Kurang dan lebihnya mohon maaf.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi wabarakatuh

Yogyakarta, 28 November 2016

Penulis

Murniyati Yanur

(9)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN……….…… ii

PERNYATAAN KEASLIAN …………… iii

HALAMAN MOTTO………... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ……….. v

KATA PENGANTAR ……… vi

DAFTAR ISI……….………. ix

DAFTAR TABEL……….……… xii

DAFTAR GAMBAR……….……… xiv

SINOPSIS ……… xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………. 1

B. Rumusan Masalah ………... 7

C. Tujuan Penelitian………. 7

D. Manfaat Penelitian……….. 8

E. Kerangka Dasar Teori……….. 8

1. Modal Politik………. 8

2. Kepala Desa ………. 13

3. Modal Politik Kepala Desa……… 20

F. Definisi Konsepsional ……… 29

1. Modal Politik ……… 30

2. Modal Politik Kepala Desa ..………. 30

(10)

x

4. Pemilihan Kepala Desa ……… 30

G. Definisi Operasional ………... 31

H. Metode Penelitian ……….. 32

4. Teknik Pengumpulan Data……… 35

a. Kuesioner……… 35

b. Wawancara……….. 35

c. Dokumentasi……… 36

d. Observasi………..36

5. Teknik Analisis Data………. 36

BAB II DESKRIPSI WILAYAH A. Profil Desa Ngeposari……….. 38

a. Batas Desa………... 42

b. Kependudukan………. 44

c. Profesi……….. 45

B. Data Pemerintah Desa Dan Lembaga Desa………. 46

BAB III HASIL PENELITIAN 1. Modal Politik yang Digunakan Calon Kepala Desa pada Pemilihan Kepala Desa………... 51

A. Analisis Kewibawaan…..……….. 51

B. Analisis Kekuasaan ….………. 58

2. Strategi Kepala Desa Mempengaruhi Masyarakat Untuk Megerjakan Perintah-Perintahnya……….. 71

a. Pembahasan ……… 71

(11)

xi

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan……….. 80

B. Saran……… 80

DAFTAR PUSTAKA

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perolehan Suara Calon Kepala Desa di Desa Ngeposari……… 6

Tabel 1.2 Definisi Konsepsional dan Operasional……… 31

Tabel 1.3 Data Responden……… 34

Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan………. 38

Tabel 2.2 Luas Wilayah Menurut Status Tanah……… 39

Tabel 2.3 Luas Wilayah per Padukuhan………... 40

Tabel 2.4 Jumlah Penduduk per Padukuhan………. 44

Tabel 2.5 Jumlah Penduduk Menurut Profesi………... 45

Tabel 2.6 Jumlah Perangkat Desa………. 47

Tabel 2.7 Lembaga Desa………... 48

Tabel 2.8 Data Keuangan……….. 48

Tabel 3.1 Pentingnya SK dalam Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015…….. 52

Tabel 3.2 Pentingnya Pemilihan pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015……….. 52

Tabel 3.3 Pentingnya Memperlihatkan Marah Fisik pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015……….. 53

Tabel 3.4 Pentingnya Marah Mental pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015……….. 54

Tabel 3.5 Pentingnya Memiliki Ilmu pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015……….. 54

(13)

xiii

Tabel 3.7 Pentingnya Memiliki Uang pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun

2015……….. 56

Tabel 3.8 Pentingnya Memiliki Barang pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun

2015……….. 57

Tabel 3.9 Pentingnya Fisik pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015…….. 57

Tabel 3.10 Pentingnya Pangkat pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun

2015……….. 58

Tabel 3.11 Pentingnya Memiliki Suara Keras pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015………... 59

Tabel 3.12 Pentingnya Lokasi Fisik pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015……….. 59

Tabel 3.13 Pentingnya Memiliki Sifat Lemah Lembut pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015………. 60

Tabel 3.14 Pentingnya Tegas dengan Prinsip Kebenaran pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015………. 61

Tabel 3.15 Pentingnya Memiliki Kerapihan Surat Menyurat pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015……..………... 62

Tabel 3.16 Pentingnya Memiliki Ruang Kantor yang Harum dan Rapi di Desa Ngeposari Tahun 2015……….. 62

Tabel 3.17 Pentingnya Menjanjikan Kenaikan Pangkat pada Staf di Desa

Ngeposari Tahun 2015……….. 63

Tabel 3.18 Pentingnya Pujian pada Staf di Desa Ngeposari Tahun 2015………. 64

Tabel 3.19 Pentingnya Memberikan Penghargaan pada Staf di Desa Ngeposari

(14)

xiv

Tabel 3.20 Pentingnya Memberikan Janji pada Staf di Desa Ngeposari Tahun

2015………... 65

Tabel 3.21 Observasi Penelitian……… 76

DAFTAR GAMBAR

(15)

xv

SINOPSIS

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui modal politik apa yang digunakan oleh calon kepala desa pada pemilihan kepala desa di Desa Ngeposari Tahun 2015. Berdasarkan latar belakang masing-masing calon yang salah satunya Bapak Ciptadi merupakan asli masyarakat Desa Ngeposari dan lahir disana tetapi semenjak SMP sudah merantau di Yogyakarta dan baru kembali ke Desa Ngeposari pada Tahun 1999. Sedangkan calon yang satu lagi Bapak Aziz Istiyanto yang berasal asli Cilacap tetapi mulai tinggal di Desa Ngeposari sejak tahun 1994 hingga ia mencalonkan diri. Dan menurut berita acara hasil rekapitulasi suara terjadi perbedaan perolehan suara yang sangat signifikan yaiu sekitar 2.410 suara.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yaitu melukiskan keberadaan objek, subjek, lokasi dan penyelesaian persoalan di tempat penulis melakukan penelitian. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah berupa kuesioner, wawancara, dokumentasi dan observasi.

Hasil penelitian yang didapat menunjukkan bahwa modal politik yang paling dominan digunakan oleh calon Bapak Ciptadi pada pemilihan kepala desa di Desa Ngeposari yaitu modal sosial. Karena jika hanya mengandalkan pendekatan dengan modal ekonomi tidak mungkin. Karena, beliau mengakui secara ekonomi keluarganya tergolong ekonomi yang tidak mampu.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah modal politik yang paling penting baik sebelum pemilihan maupun sesudah menjadi kepala desa termasuk di desa Ngeposari tahun 2015 adalah adanya keabsahan, adanya kemampuan untuk merubah, adanya keahlian pemerintahan, adanya kemampuan memberikan Reward dan Punishment.

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Semenjak Indonesia memasuki era reformasi, maka semenjak itu dalam proses yang berkelanjutan lahirlah otonomi daerah di Indonesia, dengan berbagai perkembangannya seperti yang dirasakan saat ini. Salah satu yang paling menonjol adalah dilaksanakannya Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil kepala Daerah ditingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota, sebagai wujud kedaulatan rakyat sampai ketingkat lokal.

Demokrasi merupakan suatu tahapan atau proses yang digunakan dalam suatu negara seperti Indonesia. Sesungguhnya nilai-nilai demokrasi bukanlah suatu nilai yang asing dalam budaya Indonesia, sejak masa lampau nilai-nilai ini telah ada dalam sejarah bangsa kita. Demokrasi berlandaskan pada nilai kebebasan manusia. Demokrasi juga mengisyaratkan penghormatan yang setinggi-tingginya pada kedaulatan rakyat. Dalam pelaksanaan Pemilihan Umum nilai demokrasi merupakan landasan utama dalam penyelenggaraan Pemilihan Umum.

(17)

2

Pemilihan umum kepala daerah saat ini merupakan agenda penting yang ditunggu-tunggu oleh setiap warga negara. Pasca reformasi 1998 merupakan suatu momentum dalam merubah tatanan kehidupan kebangsaan, dengan membuka kebebasan pada setiap warga negara untuk ikut berpartisipasi dalam proses pembangunan bangsa dan negara. Dengan adanya reformasi tersebut berdampak pada perubahan mekanisme pemilihan umum kepala daerah dari sistem perwakilan ke sistem langsung yang diperjelas dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Perubahan mekanisme pemilu membuka kesempatan kepada seluruh warga negara untuk berpartisipasi dalam politik. Partisipasi politik tersebut tidak hanya berjalan dalam bentuk pemberian hak suara, melainkan adanya antusiasme warga yang mendaftarkan diri sebagai calon di pemilukada.

Begitu juga pemilihan kepala desa, ini merupakan hal penting dan juga merupakan momen yang ditunggu oleh masyarakat. Sebagai calon pada pemilihan kepala desa kandidat haruslah memiliki kombinasi modalitas yang kuat sehingga dapat menang di dalam pemilihan.

(18)

3

Desa, Kepala Urusan dan Kepala Dusun. Kepala desa sebagai orang pertama mengemban tugas dan kewajiban yang berat, karena kepala desa adalah penyelenggara dan penanggung jawab utama di bidang pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan dan urusan pemerintahan umum termasuk pembinaan ketenteraman dan ketertiban.

Selain itu, kepala desa juga mengemban tugas membangun mental masyarakat desa baik dalam bentuk menumbuhkan dan mengembangkan semangat dan kekeluargaan. Dengan beratnya beban tugas Kepala Desa itu, maka dalam menjalankan tugas dan kewajibannya kepala desa sebagai penanggung jawab utama di bidang pembangunan dibantu oleh lembaga sosial desa. Dengan pembantu-pembantu seperti tersebut di atas, diharapkan kepala desa dapat menyelenggarakan pimpinan pemerintahan desa dengan baik sesuai dengan lajunya perputaran roda pemerintahan dari atas sampai bawah.

Menurut Redaksi Lombok Post pada 27 Agustus 2016 “Modal

Politik Pertarungan Pemilu” Oleh: Agus, M.Si (Dosen IAIN Mataram),

(19)

4

1. Modal yang pertama merupakan sumber daya yang bisa menjadi sarana produksi dan sarana finansial. Modal ekonomi mencakup alat-alat produksi (mesin, tanah, buruh), materi (pendapatan dan benda-benda), dan uang. Maka semua jenis modal ini sangat mudah digunakan untuk segala tujuan, termasuk tujuan memenangkan pemilu. 2. Modal budaya, merupakan keseluruhan kualifikasi intelektual yang

bisa diproduksi melalui pendidikan formal maupun warisan keluarga, seperti kemampuan menampilkan diri di depan publik, pengetahuan dan keahlian tertentu hasil pendidikan formal, seperti gelar kesarjanaan.

3. Modal sosial merupakan jaringan hubungan sebagai sumber daya untuk penentuan kedudukan sosial. Adapun modal simbolik, yaitu modal yang menghasilkan kekuasaan simbolik.

4. Modal simbolik adalah pimpinan tertinggi pada organisasi masyarakat, kendaraan mewah, foto dengan pakaian muslim yang taat, keturunan langsung dari pemimpin besar yang pernah memiliki pengaruh. Dalam pertarungan politik, biasanya simbol memiliki kekuatan untuk mengkonstruksi realitas, yang pada akhirnya mampu menggiring orang untuk memilih kandidat tertentu.

(20)

5

oleh Bapak Ciptadi dalam kemenangan pemilihan kepala desa Ngeposari tahun 2015. Menurut perkiraan penulis akumulasi modal yang dimiliki oleh Ciptadi yaitu modal sosial, modal ekonomi dan modal politik, sangat perperan dalam keberhasilan kontestan pada kemenangan pemilihan kepala desa Ngeposari tahun 2015.

Menurut berita Semanu, (Sorotgunungkidul.com) Camat Semanu, Wastana memaparkan hasil perolehan suara Pilkades 3 desa di wilayahnya. Tujuh orang mencalonkan diri, sebanyak tiga orang terpilih yaitu Ciptadi, Rukamto dan Suhadi. Desa Ngeposari dimenangkan oleh Ciptadi, calon nomor urut 1 dengan perolehan 4.096 suara. Desa Dadapayu dimenangkan oleh Rukamto calon nomor urut 1 dengan 1.726 suara. Kemudian Desa Pacarejo dimenangkan Suhadi, calon nomor urut 2 dengan 5.573 suara.

“Kita mengucapkan terima kasih kepada warga yang sudah dewasa

dalam menyikapi hasil Pilkades sehingga dapat berjalan lancar dan tidak terjadi gesekan antar pendukung," kata Wastana, Sabtu sore (24/10/2015).

(21)

6

Tabel 1.1

Perolehan Suara Calon Kepala Desa pada Pemilihan kepala Desa di Desa Ngeposari

Nomor

Urut

Calon

Nama CalonKepala Desa Perolehan Suara

1. Ciptadi 4.096

2. Aziz Istiyanto 1.686

Jumlah Surat Suara Sah 5.782 Jumlah Surat Suara Tidak Sah 130 Jumlah Daftar Pemilih Tetap 5.912

Sumber : Berita cara rekapitulasi hasil penghitungan suara Desa

Ngeposari Tahun 2015

(22)

7

Sebagai calon yang menang dalam Pemilihan kepala desa tersebut, menarik untuk dilihat modal politik bapak Ciptadi diantara calon yang lain. Untuk itu penulis menetapkan judul Modal Politik Calon Kepala Desa Pada Pemilihan Kepala Desa Di Desa Ngeposari Tahun 2015.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di paparkan sebelumnya, maka rumusan masalah yang akan diambil peneliti adalah sebagai berikut :

1. Apa sajakah modal politik yang digunakan calon kepala desa pada pemilihan kepala desa di Desa Ngeposari tahun 2015?

2. Bagaimana strategi Kepala Desa mempengaruhi masyarakat untuk mengerjakan perintah-perintahnya?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut diatas maka tujuan penelitian tetapkan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui modal politik yang digunakan calon kepala desa pada pemilihan kepala desa di Desa Ngeposari tahun 2015.

(23)

8

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang akan diperoleh antara lain adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat serta kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan umum dan ilmu pemerintahan khususnya, juga dapat digunakan sebagai bahan tambahan referensi bagi mahasiswa atau mahasiswi ilmu pemerintahan kedepannya serta diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi studi politik di Indonesia pada umumnya dan politik lokal pada khususnya.

2. Manfaat Praktis

Diharapkan penelitian ini menjadi masukan bagi para aktivis, para pemangku kepentingan dan juga masyarakat luas umumnya dan sebagai inspirasi sehingga memahami bahwa kemenangan yang diraih oleh kandidat dalam pemilihan kepala desa, tidak bisa diperoleh begitu saja perlu modalitas yang kuat jika ingin menempati posisi penting.

E. Kerangka Dasar Teori

1. Modal Politik

Asal mula kata politik itu sendiri berasal dari kata “polis” yang

(24)

9

antara manusia yang hidup bersama, dalam hubungan itu timbul aturan, kewenangan dan akhirnya kekuasaan (Robert Dahl). Pada dasarnya politik mempunyai ruang lingkup negara, membicarakan politik pada umumnya adalah membicarakan Negara, karena teori politik menyelidiki negara sebagai lembaga yang mempengaruhi hidup masyarakat. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik (politics) adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat diterima baik oleh sebagian besar warga, untuk membawa masyarakat kearah kehidupan bersama yang harmonis (Miriam Budiardjho, 2008:15).

Tidak heran jika dalam realitas sehari-hari kita acapkali berhadapan dengan banyak kegiatan yang tak terpuji, atau seperti dirumuskan oleh Peter Merkl sebagai berikut: “ Politik, dalam bentuk

yang paling buruk, adalah perebutan kekuasaan, kedudukan, dan kekayaan untuk kepentingan diri sendiri(Politics at its worst is a selfish grab for power, glory and riches) (Miriam Budiardjho, 2008:16). Singkatnya, politik adalah prebutan kuasa, takhta, dan harta.

Berikut juga merupakan pengertian politik menurut para ahli : 1) Miriam Budiardjo (2008: 16)

Menurut Rod Hague at al.: “Politik adalah kegiatan yang

(25)

10

antar anggota-anggotanya (Politics is the activity by which groups reach binding collective decision through attempting

to reconcile differences among their members)”.

2) Miriam Budiardjo (2008: 16)

Menurut Andrew Heywood: “Politik adalah kegiatan suatu

bangsa yang bertujuan membuat, mempertahankan, dan mengamandemen peraturan-peraturan umum yang mengatur kehidupannya, yang berarti tidak dapat terlepas dari gejala konflik dan kerja sama ( politics is the activity through which a people make, preserve and amend the general rules under

which they live and as such is inextricably linked to the

phenomen of conflict an cooperation)”.

Perbedaan-perbedaan dalam definisi yang kita jumpai disebabkan karena setiap sarjana meneropong hanya satu aspek atau unsur dari politik. Unsur ini diperlukannya sebagai konsep pokok yang akan dipakainya untuk meneropong unsure-unsur lain. Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa konsep-konsep pokok itu adalah:

1. Negara (state). 2. Kekuasaan (power).

3. Pengambilan keputusan (decision making). 4. Kebijakan (policy,beleid).

(26)

11

Casey sebagaimana dikutip Sudirman Nasir (2009) mendefinisikan modal politik sebagai pendayagunaan keseluruhan jenis modal yang dimiliki seorang pelaku politik atau sebuah lembaga politik untuk menghasilkan tindakan politik yang menguntungkan dan memperkuat posisi pelaku politik atau lembaga politik bersangkutan. Casey lebih lanjut memerinci adanya empat pasar politik yang berpengaruh pada besaran modal politik yang dimiliki oleh seorang pelaku politik atau sebuah lembaga politik.

Pasar politik pertama adalah pemilu karena pemilu adalah instumen dasar untuk pemilihan pemimpin dalam sistem demokrasi, pasar politik kedua adalah perumusan dan pelaksanaan kebijakan-kebijakan publik. Pasar politik ketiga adalah dinamika hubungan dan konflik antara pelaku politik dan lembaga politik dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan-kebijakan publik. Pasar politik keempat adalah pendapat atau pandangan umum (public opinion) mengenai pelaku politik atau lembaga politik itu.

(27)

12

Ahli politik J.A. Booth dan P.B. Richard mengartikan modal politik sebagai aktifitas warga negara untuk mencapai kekuasaan dan demokrasi. A.Hick dan J.Misra (1993) mengatakan modal politik adalah berbagai fokus pemberian kekuasaan/sumber daya untuk merealisasikan hal-hal yang dapat mewujudkan kepentingan meraih kekuasaan. Intinya, modal politik adalah kekuasaan yang dimiliki seseorang, yang kemudian bisa dioperasikan atau berkontribusi terhadap keberhasilan kontestasinya dalam proses politik seperti pemilihan umum.

(28)

13

2. Kepala Desa

Di Indonesia, istilah desa adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah kecamatan, yang dipimpin oleh Kepala Desa. Menurut H.A.W. Widjaja (2008: 9) Desa adalah: “Suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah camat dan berhak untuk menyelenggarakan rumah tangganya dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

Desa memiliki wewenang yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa pada BAB III Kewenangan Desa yakni:

1. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul Desa.

2. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten/Kota yang diserahkan pengaturannya kepada Desa, yakni urusan pemerintahan yang secara langsung dapat meningkatkan pelayanan masyarakat.

3. Tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota.

(29)

14

Tujuan pembentukan desa adalah untuk meningkatkan kemampuan penyelenggaraan pemerintahan secara berdaya guna dan berhasil guna dan peningkatan pelayanan terhadap masyarakat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemajuan pembangunan. Dalam menciptakan pembangunan hingga di tingkat akar rumput maka terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk pembentukan desa, yakni :

a. Faktor penduduk, minimal 2500 jiwa atau 500 Kepala Keluarga.

b. Faktor luas, yang terjangkau dalam pelayanan dan pembinaan masyarakat.

c. Faktor letak, yang memiliki jaringan perhubungan atau komunikasi antar dusun.

d. Faktor sarana dan prasarana, tersedianya sarana perhubungan , pemasaran, sosial, produksi, dan sarana pemerintahan desa.

e. Faktor sosial budaya, adanya kerukunan hidup beragama dan kehidupan bermasyarakat dalam hubungan adat istiadat.

(30)

15

Sedangkan berikut ini merupakan pengertian desa menurut Undang-undang :

1. Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999

Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan Nasional dan berada di daerah Kabupaten

2. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1979

Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah Camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia

3. Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014

(31)

16

Pengertian desa menurut para ahli sebagai berikut : 1. Bambang Utoyo

Desa merupakan tempat sebagian besar penduduk yang bermata pencarian di bidak pertanian dan menghasilkan bahan makanan.

2. R. Bintaro

Desa adalah perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis, sosial, ekonomi politik, cultural setempat dalam hubungan dan pengaruh timbal balik dengan daerah lain.

3. Sutarjo Kartohadikusumo

Desa merupakan kesatuan hukum tempat tinggal suatu masyarakat yang berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri merupakan pemerintahan terendah di bawah camat.

4. Paul H Landis

(32)

17

a. Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan jiwa.

b. Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukuan terhadap kebiasaan.

c. Cara berusaha (ekonomi) adalah agraris yang paling umum yang sangat dipengaruhi alam sekitar seperti iklim, keadaan alam, kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan.

Menurut Unang Sunardjo (2004:197) kepala desa adalah penyelenggara dan penanggung jawab utama di bidang pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan, dan urusan pemerintahan umum termasuk pembinaan ketentraman dan ketertiban. Disamping itu kepala desa juga mengemban tugas membangun mental masyarakat desa baik dalam bentuk menumbuhkan maupun mengembangkan semangat membangun yang dijiwai oleh asas usaha bersama dan kekeluargaan.

(33)

18

Lebih lanjut Taliziduhu Ndraha (2001: 92) mengatakan bahwa kepala desa merupakan seorang Presiden desa yang memimpin pemerintahan desa dan membimbing dan mengawasi segala usaha dan kegiatan masyarakat dan organisasi-organisasi serta lembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada di desa.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepala desa adalah orang yang bergerak lebih awal, mempelopori, mengarahkan, membimbing, menuntun dan menggerakkan masyarakatnya melalui pengaruhnya dan sekaligus melakukan pengawasan terhadap tingkah laku masyarakat desa yang dipimpinnya.

Pemilihan kepala desa bertujuan untuk memilih calon kepala desa yang bersaing dalam pemilihan kepala desa untuk dapat memimpin desa. Pemilihan kepala desa dilakukan secara langsung oleh masyarakat desa yang terdaftar dengan memilih langsung calon kepala desa yang dianggap oleh masyarakat mampu membawa aspirasi masyarakat dan pembangunan desanya. Pemilihan kepala desa diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang desa yang diatur dalam pasal 46 ayat 1 dan 2, yakni:

1) Kepala desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang memenuhi syarat.

(34)

19

Menurut Dede Mariana (2008:62) Kepala Desa dipilih berdasarkan asas langsung, umum, bebas dan rahasia oleh penduduk desa warga Negara Indonesia yang telah berumur sekurang-kurangnya 17 tahun atau telah/pernah kawin. Dalam rangka pemilihan Kepala Desa yang dimaksud dengan asas langsung, umum, bebas dan rahasia adalah sebagai berikut :

1) Asas Langsung berarti pemilih mempunyai hak suara langsung memberikan suaranya menurut hati nuraninya tanpa perantara dan tanpa tingkatan.

2) Asas Umum berarti pada dasarnya semua penduduk desa WNI yang memenuhi persyaratan sekurang-kurangnya telah berusia 17 tahun ataupun telah/pernah kawin berhak memilih dalam pemilihan Kepala Desa. Jadi, pemilihan bersifat umum berarti pemilihan yang berlaku menyeluruh bagi semua penduduk desa warga Negara Indonesia menurut persyaratan tertentu tersebut di atas.

3) Asas Bebas berarti pemilih dalam menggunakan haknya dijamin keamanannya untuk menetapkan pilihannya sendiri tanpa adanya pengaruh tekanan dari siapapun dan dengan apapun.

4) Asas Rahasia berarti pemilih dijamin oleh peraturan perundang-undangan bahwa suara yang diberikan dalam pemilihan tidak akan diketahui oleh siapapun dan dengan jalan apapun.

(35)

20

Urusan pemerintahan umum pemerintah desa disamping menyelenggarakan rumah tangga sendiri harus pula melaksanakan tugas-tugas pemerintahan umum. Tugas tersebut melekat kepada kepala desa, karena kepala desa merupakan penanggung jawab utama di bidang pemerintahan, pembangunan dan pembinaan masyarakat.

Dalam hubungan ini tugas-tugas pemerintahan umum yang harus dilakukan oleh kepala desa adalah:

a. Koordinasi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan

b. Pembinaan politik dalam negeri di desanya c. Pembinaan ketentraman dan ketertiban d. Pengawasan jalannya pemerintahan

e. Tugas-tugas lain yang tidak termasuk urusan rumah tangga, dekonsentrasi, desentralisasi dan tugas pembantuan.

3. Modal Politik Kepala Desa

(36)

21

Bourdieu (1930: 2002), adalah sosok pelopor dalam mengkaji berbagai bentuk modal itu (multiple forms of capital). Namun Bourdieu sering dikritik karena cenderung deterministik dan kurang berpijak pada hal-hal empirik dalam membangun teorinya. Kecenderungan kurang berpijaknya Bourdieu pada kenyataan empirik yang kemungkinan membuatnya tidak sempat menajamkan uraiannya mengenai modal politik padahal dinamika akumulasi dan penggunaan modal politik memiliki lingkar pengaruh sangat besar bagi kehidupan sehari-hari.

Otonomi desa adalah murni berasal dari rakyat karena otonomi tersebut bukan dari pemerintah pusat oleh karena itu, diharapkan kepala desa mampu mengelola kekayaan desa. Selain daripada itu diperlukan kepala desa yang memiliki budi luhur dalam keagamaan. Artinya, yang bersangkutan mampu menganjurkan kebaikan (Ammar Ma’ruf) sekaligus melarang dekadensi moral (Nahi Munkar).

Kekuasaan adalah kesempatan seseorang atau sekelompok orang untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan-kemauannya sendiri, dengan sekaligus menerapkan terhadap tindakan-tindakan perlawanan dari orang-orang atau golongan golongan tertentu.

(37)

22

untuk mempengaruhi pihak lain untuk kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan.

Jadi kekuasaan dapat didefinisikan sebagai hasil pengaruh yang dinginkan seseorang atau sekelompok orang, sehingga dengan begitu dapat merupakan sesuatu konsep kuantitatif karena dapat dihitung hasilnya. Misalnya berapa luas wilayah jajahan seseorang, berapa banyak orang yang berasil dipengaruhinya, berapa lama yang bersangkutan berkuasa, berapa banyak uang, barang dan jasa yang dikuasainya.

Dari uraian tersebut di muka berarti secara filsafati kekuasaan meliputi ruang, waktu, barang dan manusia. Tetapi pada umumnya kekuasaan itu ditujukan pada diri manusia terutama kekuaasaan dalam pemerintahan negara. Akan halnya kekuasaan negara dalam menguasai masyarakat, memiliki otoritas dan kewenangan, yaitu otoritas dalam arti hak untuk memiliki legitimasi yaitu berupa keabsahan untuk berkuasa, sedangkan kewenangan adalah hak untuk ditaati oleh orang lain.

(38)

23

merebut kekayaan (dalam arti memungut pajak) dan menahan kebebasan orang lain (dalam arti memenjarakan seseorang).

Seluruhnya ini bermula dari keinginan sekelompok orang untuk mencapai organisasi kemasyarakatan lalu mereka bersedia bila ada seseorang atau sekelompok orang yang akan melaksanakan kewibawaan memelihara mereka, disebut pemimpin pemerintahan. pemimpin pemerintahan tersebut sudah barang tentu tidak dapat begitu saja berasal dari pihak luar, sehingga dengan sendirinya lahirlah pemimpin pemerintahan dari salah seorang di antara mereka (ulil amri minkum) yaitu mereka yang dapat memimpin masyarakat lain, mempunyai kekuatan, memiliki wibawa yang melebihi pihak lainnya, inilah kekuasaan.

Wewenang yang dimiliki sesuatu pemerintahan negara, dapat saja dipertanyakan, apakah memiliki keabsahan atau tidak, misalnya bila ada kabinet domesioner, pada suatu sistem pemerintahan negara, lalu berdiri kabinet tandingan sebagai kabinet bayangan, apakah masyarakat mempercayai dan mengakuinya.

(39)

24

dan derajat keningratan adalah salah satu contoh akibat yang dihasilkan kekuasaan turun temurun yang muncul dalam masyarakat.

Dalam moral agama Islam diperlukan kekuasaan pemerintahan untuk mengantisipasi dekadensi moral seperti perjudian, pelacuran, perampokan, agar masyarakat menjadi aman, Pemerintah tidak boleh memihak kepada kejahatan tersebut. Dan kalau tidak ada kekuasaan maka pihak yang sedang melakukan dekadensi moral akan sulit diantisipasi. Inilah yang melahirkan kata-kata Plato bahwa sebaiknya negarawan itu filosof dan atau filosof itu negarawan, sayang orang besar ini masa hidupnya tidak bersentuhan dengan Islam.

Dengan begitu para nabi dan pelanjutnya (khalifah dan imamah) adalah ulama yang memegang otoritas kekuasaan yaitu pemimpin pemerintahan. Jadi kekuasaan dilakukan dalam rangka nahi mungkar (mengantisipasi dekadensi moral) sedang untuk masyarakat yang baik dan benar dilakukan amar makruf disebut dengan pelayanan.

(40)

masing-25

masing negara maka pemerintahannya membentuk kejaksaan dan polisi.

Maksudnya bila kekuasaan ditujukan untuk melarang tindak kriminal misalnya kewibawaan polisi, kejaksaan dan aparat hukum pemerintahan lainnya maka akan aman dan tertiblah suatu daerah atau suatu negara. Kekuasaan itu sendiri adalah kekuatan seseorang atau sekelompok orang untuk menyadarkan masyarakat akan kemauannya sendiri, dengan begitu kekuasaan adalah pengaruh seseorang atau sekelompok orang tersebut yang dapat dihitung hasilnya misalnya berapa luas kekuasaan itu sendiri berpengaruh, berapa luas wilayahnya atau berapa jumlah orang yang tunduk dan patuh.

Kekuasan dapat diperoleh lewat kemarahan dan kekerasan, atau lewat wibawa dan penampilan tetapi juga dapat lewat kemampuan memberi sesuatu dan janji, selain karena kewibawaan kecerdasan. legitimasi seseorang dan hubungan kekerabatan seseorang dengan yang akan dikuasai juga dapat berpengaruh.

(41)

26

Kekuasaan juga diperlukan dalam memungut pajak karena akan dipergunakan pemerintah untuk memperoleh dana bagi keberadaan biaya negara, itulah sebabnya negara diperbolehkan memaksa, bahkan untuk tingkat kejahatan dibuat penjara dan hukuman mati.

Menurut JRP French dan Beatram Raven kekuasaan dapat muncul bersumber dari coercive power, legitimate power, expert power, reward power, dan reverent power, tetapi berbagai pengarang lainnya menambahkannya dengan connection power dan information power, berbagai sebab sumber kekuasaan tersebut diuraikan antara lain yaitu sebagai berikut :

1. Coercive Power

Coercive Power adalah kekuasan yang diperoleh karena sering menunjukkan kekerasan baik dalam kepemimpinannya maupun dalam berbagai kepengurusan, unsur-unsur yang harus dipenuhi adalah sering membentak, menggunakan senjata, sering marah, oleh karena itu diperlukan suara yang keras, badan yang tegap dan besar, tetapi beresiko ketika seseorang yang sedang berkuasa itu suatu ketika sakit dan melemah kekuasaannya.

2. Legitimate Power

(42)

27

menutup kemungkinan setelah memegang surat keputusan, ijazah dan pengangkatan malahan tidak mampu memanfaatkan kekuasaan itu.

3. Expert Power

Expert Power adalah kekuasan yang diperoleh karena seseorang tersebut memiliki keahlian tertentu sehingga orang lain membutuhkan keahliannya, kecerdasan, keterampilan, baik dalam mengajar, ataupun tempat bertanya, bahkan tidak menutup kemungkinan orang lain membayarnya, dengan demikian yang bersangkutan menjadi mampu memerintah, dan menyuruh sebagai awal kekuasaan.

4. Reward Power

Reward Power adalah kekuasan yang diperoleh karena seseorang tersebut sering memberi kepada pihak lain sehingga resikonya orang yang diberi berhutang budi dan bersedia diatur dan disuruh oleh orang yang membayar, jadi bukan berarti kekuasaan yang diberikan dari seseorang kepada seseorang tetapi kekuasaan yang diperoleh dengan sendirinya karena banyaknya pemberian dari sang penguasa.

5. Reverent Power

(43)

28

badannya dan oleh karena itu tidak sedikit seorang pemimpin agar berkuasa lalu memakai pangkat, pakaian dinas, bintang kehormatan agar terlihat gagah dan menarik, bahkan pemerintah terkadang memakai bintang film dalam menambah daya tarik kampanyenya.

Selain dari pada itu ketika kekuasaan sudah direbut tidak menutup kemungkinan pemerintah tidak berkuasa karena kekuasan tetap berada di tangan pedagang, di tangan militer, di tangan partai politik, di tangan keluarga istana, di tangan cendekiawan bahkan mungkin juga di tangan para ulama dan rohaniawan, maka oleh karena itu menurut Strauss kekuasaan dapat ditumbuh-kembangkan melalui :

1. Be Good Approach

Be Good Approach adalah cara untuk meningkatkan serta menumbuh-kembangkan kekuasaan dengan cara berlaku baik dengan semua orang, yaitu bermanis muka, membagi uang, ramah serta santun dan pura pura melayani.

2. Be Strong Approach

(44)

29

3. Be Competitian

Be Competitian adalah cara untuk meningkatkan serta menumbuh-kembangkan kekuasaan dengan cara melombakan staf ataupun anak buah, dengan begitu staf dan anak buah akan bertanding mengerjakan pekerjaan seperti pemerintah memberikan hadiah pada kota besih dalam bentuk adi pura serta bintang penghargaan.

4. Implicite Bargaining

Implicite Bargaining adalah cara untuk meningkatkan serta menumbuh-kembangkan kekuasaan dengan cara membuat perjanjian sebelumnya dengan bawahan dengan demikian bawahan akan terikat pada perjanjian tersebut walaupun tidak tertulis tetapi apalagi akan lebih kuat pengaruhnya bila tertulis.

5. Internalized Motivation

Internalized Motivation adalah cara untuk meningkatkan serta menumbuh-kembangkan kekuasaan dengan cara menanamkan kesadaran kepada bawahan tentang arti kerjasama dan tujuan bersama organisasi yang telah direncanakan semula untuk dicapai sesegera mungkin.

F. Definisi Konsepsional

(45)

30

1. Modal Politik

Modal politik sebagai pendayagunaan keseluruhan jenis modal yang dimiliki oleh seorang pelaku politik atau sebuah lembaga politik untuk menghasilkan tindakan politik yang menguntungkan atau memperkuat posisi pelaku politik atau lembagai politik bersangkutan. 2. Modal Politik Kepala Desa

Yang dimaksud dengan modal politik kepala desa adalah segala sesuatu yang dibutuhkan oleh kepala desa yang diperhitungkan akan membuat diri yang bersangkutan berpengaruh dan berwibawa sehingga dengan demikian yang bersangkutan sebagai calon nantinya mampu memenangkan pertandingan pemilihan kepala desa, sedangkan sebagai pemimpin pemerintahan setelah memenangkan pemilihan kepala desa mampu memberikan perintah atau melakukan larangan terhadap masyarakat desa.

3. Kepala Desa

Kepala desa adalah pemimpin dari pemerintah desa. Masa jabatan kepala desa adalah 6 (enam) tahun, dan dapat diperpanjang lagi untuk satu kali masa jabatan berikutnya.

4. Pemilihan Kepala Desa

(46)

31

masyarakat desa yang terdaftar dengan memilih langsung calon kepala desa yang dianggap oleh masyarakat mampu membawa aspirasi masyarakat dan pembangunan desanya.

G. Definisi Operasional

Untuk menguraikan definisi konsepsional dan definisi operasional penulis akan menuliskan dalam bentuk tabel yang pada akhirnya nanti dapat menemukan instrumen sehingga dapat melahirkan pertanyaan penulis kepada responden atau informan.

Tabel 1.2

Definisi Konsepsional dan Operasional

No Definisi Konsepsional

Definisi

Operasional Instrumen Pertanyaan

1. Wibawa

(47)

32

“Metodologi penelitian” berasal dari kata “ Metode” yang artinya

cara yang tepat untuk melakukan sesuatu: Logos yang artinya ilmu atau pengetahuan. Jadi metodologi artinya cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara saksama untuk mencapai suatu tujuan (Cholid Nabuko & Abu Achmadi, 2015:1).

Sedangkan “Penelitian” adalah suatu kegiatan untuk mncari,

(48)

33

1. Jenis Penelitian

Penelitian merupakan suatu proses yang panjang, penelitian berawal dari minat yang ada dalam diri seseorang dalam memahami fenomena tertentu yang kemudian berkembang menjadi ide, teori dan konsep (Bahdin Nur Tanjung & Ardial, 2005:3).

Jenis penelitian yang penulis pakai dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian analisis kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengungkapkan gejala secara holistik-konstektual melalui pengumpulan data dan latar alami dengan memanfaatkan penelitian sebagai instrument kunci (Bahdin Nur Tanjung & Ardial, 2005:3). Sedangkan deskriptif Kualitatif, yaitu melukiskan keberadaan objek, subjek, lokasi dan penyelesaian persoalan di tempat penulis melakukan penelitian.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang saya ambil untuk penelitian ini adalah di Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, kabupaten Gunung Kidul.

3. Jenis Data

a. Data Primer

(49)

34

belum diolah. Untuk memperoleh data primer penulis menentukan responden secara “Purposive Sampling”.

Cholid Nabuko & Abu Achmadi (2015: 116) menarik kesimpulan sebagai berikut :

Teknik Purposive Sampling ini berdasarkan pada ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang diperkirakan mempunyai sangkut paut erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat yang ada dalam populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Jadi ciri-ciri atau sifat-sifat yang spesifik yang ada atau dilihat dalam populasi dijadikan

Disebar Tidak Kembali Kembali

1 Staf Desa 5 - 5

(50)

35

umumnya dikumpulkan dari hasil penelitian, jurnal, karangan ilmiah, dan monografi setempat.

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan caramemberi seperangkat pertanyaan atau pernyataaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2015: 199). Kuesioner adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti (Cholid Nabuko & Abu Achmadi, 2015: 76).

Jawaban kuesioner penulis buat bertingkat tanpa memberikan bobot pada setiap jawaban tetapi hanya menghitung jumlah responden yang memilih tingkat jawaban tersebut.

b. Wawancara

(51)

36

Wawancara penulis susun berdasarkan kuesioner yang sudah dibuat dengan demikian. Kuesioner yang sifatnya kaku dapat menjadi tanya jawab yang lebih intensive antara penulis dengan responden. Jadi setiap pertanyaan kuesioner dapat diuraikan di dalam wawancara.

c. Dokumentasi

Untuk mendokumentasikan kegiatan kepala desa baik sebelum pemilihan kepala desa maupun sesudahnya berkenaan dengan kemampuan memepengaruhi orang lain penulis akan menyuguhkan nanti gerak fisik yang bersangkutan.

d. Observasi

Dalam observasi ini penulis akan mencatat setiap gerak-gerik kepala desa apakah yang bersangkutan mempunyai kuasa dan atau wibawa. Untuk itu penulis bertanya kepada responden dan mencatat setiap jawabannya sesuai dengan jam, hari tanggal, bulan dan tahun.

5. Teknik Analisis Data

(52)

37

peneliti dalam menghubungkan fakta-fakta dan informasi yang didapat dengan memahami masalah dan problematika yang muncul di masyarakat.

(53)

38

BAB II

DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

C. Profil Desa Ngeposari

Desa Ngeposari adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Terletak pada 7.9927778° Lintang Selatan dan 110.6713889° Bujur Timur. Desa ini terdiri dari 19 Dusun, 19 Rukun Warga, dan 81 Rukun Tetangga. Tipologi desa yaitu persawahan, Perladangan, Perkebunan, Peternakan, Nelayan, Pertambangan/galian, kerajinan dan industri kecil, Industri sedang dan besar, Jasa dan perdagangan. Tingkat Perkembangan Desa adalah Swasembada/Swadaya/Swakarya. Berikut ini merupakan peruntukan wilayah yang terdiri dari:

Tabel 2.1

Luas Wilayah Menurut Penggunaan

No Jenis Penggunaan Luas (Ha) Ket.

1 Pemukiman 309.8325

2 Pekarangan 104.7789

3 Persawahan

4 Tegal / Ladang 844.3430

5 Perkebunan

6 Perhutanan 156.0000

7 Prasarana Umum

(54)

39

b. Pembuangan Sampah (TPS)

c. Perkantoran 0.7650

d. Sekolahan 1.8750

e. Pasar 0.2500

f. Taman

g. Lain-lain 9.8071

Sumber :Data Monografi Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu tahun 2015

Menurut tabel 2.1 di atas sebesar 309.8325 Ha digunakan sebagai daerah pemukiman. Lahan di desa Ngeposari kebanyakan digunakan untuk tegal/ladang yaitu seluas 844.3430 Ha karena sebagian besar masarakat di Desa Ngeposari bekerja sebagai buruh tani.

Tabel 2.2

Luas Wilayah Menurut Status Tanah

No Status Tanah Luas (Ha) Ket.

1 Tanah Kas Desa

a. Lungguh perangkat desa b. Fasilitas umum (sekolah,

perkantoran, gedung

pertemuan/balai padukuhan, telaga, dll)

9.7291

(55)

40

c. Perhutani / AB 156.0000

d. Pemda (PD)

e. Pangonan 4.8620

f. Wedikengser g. Lain-lain

3 Tanah Adat/Hak Milik 1250.1750

Sumber :Data Monografi Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu tahun 2016

Jika dilihat dari luas wilayah menurut statusnya seperti tabel 2.2 maka rata-rata tanah didesa Ngeposari merupakan tanah adat/hak milik yaitu sebesar 1250.1750 Ha.

Tabel 2.3

Luas Wilayah per Padukuhan

No Padukuhan Luas (Ha) Ket.

1 Tunggaknongko 51.7232

2 Kalangbangi Lor A 79.9032

3 Kalangbangi Lor B 70.8732

4 Kalangbangi Wetan 51.2732

5 Kalangbangi Kulon 35.6732

6 Kangkung A 60.7786

7 Kangkung B 57.4286

8 Ngepos 60.5286

9 Keblak 132.5572

10 Munggur 62.1732

11 Kranggan 72.4732

(56)

41

13 Mojo 85.2232

14 Semuluh Lor 66.3732

15 Semuluh Kidul 75.0839

16 Ngaglik 58.6625

17 Jragum 71.0732

18 Wediutah 189.3625

19 Gemulung 54.1679

Sumber :Data Monografi Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu tahun 2016

Menurut tabel 2.3 mnerupakan tabel yang menunjukkan luas wilayah per padukuhan. Padukuhan yang terluas terletak di padukuhan Wediutah yaitu seluas 189.3625 Ha. Dan yang paling terkecil yaitu padukuhan Kalangbangi Kulon yaitu seluas 35.6732 Ha.

Tabel tersebut di atas menunjukkan bagaimana luasnya wilayah desa Ngeposari yang harus diurus oleh pemerintahan desa. Di dalam wilayah tersebut tidak menutup kemungkinan timbulnya berbagai masalah dan berbagai sengketa yang harus diselesaikan oleh Kepala Desa.

(57)

42

Selain kekuasaan meliputi orang juga meliputi wilayah yang dalam hal ini batas-batasnya sebagai berikut.

d. Batas Desa

Batas-batas wilayah desa Ngeposari Kecamatan Semanu Kabupaten Gunung Kidul secara geografis adalah sebagai berikut : a. Sebelah Utara : Desa Ngipak Kecamatan Karangmojo

b. Sebelah Selatan : Desa Candirejo Kecamatan Semanu c. Sebelah Barat : Desa Semanu Kecamatan Semanu

d. Sebelah Timur : Desa Sidorejo Kecamatan Ponjong

Sedangkan Orbitrasi (Jarak dari Pusat Pemerintahan) adalah sebagai berikut :

(58)

43

Gambar 2.1 Peta Desa Ngeposari

(59)

44

e. Kependudukan

Selanjutnya, berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan berbagai tingkat kependuduk yang di ambil dari masing-masing padukuhan baik laki-laki maupun perempuan.

Tabel 2.4

Jumlah Penduduk per Padukuhan

No Padukuhan Jumlah KK

Jumlah Penduduk

Laki-laki Perempuan Jumlah

(60)

45

Sumber :Data Monografi Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu tahun 2016

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah KK secara keseluruhan sebesar 3.155 KK. Jumlah penduduk berdasarkan dusun yang tertinggi pada Desa Ngeposari adalah Padukuhan Wediutah dengan jumlah 1.193 jiwa dengan rincian jumlah laki-laki 608 jiwa dan perempuan 585 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk berdasarkan dusun yang paling rendah adalah penduduk pada Padukuhan Gemulung dengan jumlah penduduk 138 jiwa, dengan rincian laki-laki 68 jiwa dan perempuan 70 jiwa.

f. Profesi

Dibawah ini akan dijelaskan berbagai macam profesi sehari-hari masyarakat di Desa Ngeposari

Tabel 2.5

Jumlah Penduduk Menurut Profesi

No Uraian Jumlah (Orang)

1 a. Karyawan 101

2 1) Pegawai Negeri Sipil 17

3 2) TNI/Polri 18

4 3) Swasta 372

17 Jragum 226 448 444 892

18 Wediutah 389 608 585 1193

19 Gemulung 50 68 70 138

(61)

46

5 b. Wiraswasta/pedagang 60

6 c. Petani 69

7 d. Tukang 545

8 e. Buruh Tani 3023

9 f. Pensiunan -

10 g. Nelayan -

11 h. Peternak -

12 i. J a s a 143

13 j. Pengrajin 35

14 k. Pekerja seni -

15 l. Lainnya -

16 m.Tidak bekerja/penganggur -

Sumber :Data Monografi Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu tahun 2016

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa di Desa Ngeposari yang mendominasi paling besar mata pencaharian atau profesi penduduk setempat adalah Buruh Tani dengan jumlah 3.023 orang dan yang paling rendah adalah Pegawai Negri Sipil (PNS) dengan jumlah 17 orang. Ini membuktikan bahwa Desa Ngeposari merupakan daerah agraris sehingga kegiatan utama sebagian besar penduduknya bercocok tanam, dimana penduduk desa tersebut bermata pencaharian sebagai petani baik petani pemilik tanah, petani penggarap, maupun buruh tani.

D. Data Pemerintah Desa Dan Lembaga Desa

(62)

47

Sumber :Data Monografi Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu tahun 2016

Dari tabel di atas dapat kita amati bahwa jumlah perangkat desa yang dimiliki Desa Ngeposari yaitu sebanyak 25 orang. Dan tingkat pendidikan terakhi tertinggi adalah SLTA/SMA yaitu sebanyak 7 orang sedangkan yang D3 sebanyak 1 orang dan yang S1 sebanyak 4 orang.

(63)

48

Sumber :Data Monografi Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu tahun 2016

Tabel 2.8

2 Besaran ADD yang dikelola per tahun Rp790.003.700,00 3 Bantuan yang diterima desa Rp -

a. Pemerintah Rp762.666.400,00 b. Provinsi Rp -

(64)

49

Penghasilan Tetap Rp 190.008.000,00

Sumber Penghasilan Tetap ADD

Sumber :Data Monografi Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu tahun 2016

(65)

50

(66)

51

BAB III

HASIL PENELITIAN

Data hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi dengan narasumber guna mendapatkan keterangan secara langsung.

1. Modal Politik Yang Digunakan Calon Kepala Desa Pada Pemilihan

Kepala Desa

a. Analisis Kewibawaan

Untuk menganalisa kewibawaan kepala desa dalam hasil penelitian ini maka penulis menyampaikan sebagai berikut:

1. Legitimate Power

(67)

52

Legitimate power adalah tingkat keabsahan jadi pentingnya, kepala desa memiliki keabsahan dari hasil penelitian penulis peroleh sebagai berikut :

Tabel 3.1

Pentingnya SK dalam Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015

No Alternatif Jawaban Jumlah

Responden Persentase (%)

1 Sangat Perlu 9 35%

2 Perlu 16 62%

3 Biasa Saja 1 4%

4 Kurang Perlu - -

5 Tidak Perlu Sama Sekali - -

Jumlah 26 100%

Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2016

Dari tabel 3.1 tersebut di atas menunjukkan bahwa respon masyarakat yang tertinggi adalah perlu yaitu sebesar 62% karena kepala desa perlu mulai berwibawa setelah adanya surat keputusan.

Tabel 3.2

Pentingnya Pemilihan pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015

No Alternatif Jawaban Jumlah

Responden Persentase (%)

1 Sangat Perlu 8 31%

2 Perlu 9 35%

3 Biasa Saja 2 8%

(68)

53

5 Tidak Perlu Sama Sekali 1 4%

Jumlah 26 100 %

Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2016

Tabel 3.2 tersebut di atas menunjukkan bahwa dalam memilih kepala desa ada responden yang mengatakan kurang perlu yaitu 6 orang (23%).

2. Coersive Power

Coercive berarti kekerasan, jadi Coersive power adalah perolehan melalui cara kekerasan bahkan mungkin bersifat perebutan atau perampasan bersenjata, yang sudah menjadi barang tentu di luar jalur konstitusional.

Tabel 3.3

Pentingnya Memperlihatkan Marah Fisik pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015

No Alternatif Jawaban Jumlah

Responden Persentase (%)

1 Sangat Perlu 1 4%

2 Perlu 4 15%

3 Biasa Saja 2 8%

4 Kurang Perlu 11 42%

5 Tidak Perlu Sama Sekali 8 31%

Jumlah 26 100%

(69)

54

Tabel 3.3 tersebut di atas menunjukkan bahwa dalam menentukan kewibawaan sangat perlu keberadaan surat keputusan sebagai legitimasi yaitu 42% yang mengatakan kurang perlu.

Tabel 3.4

Pentingnya Marah Mental pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015

No Alternatif Jawaban Jumlah

Responden Persentase (%)

1 Sangat Perlu - 0%

2 Perlu - 0%

3 Biasa Saja 5 19%

4 Kurang Perlu 12 46%

5 Tidak Perlu Sama Sekali 9 35%

Jumlah 26 100%

Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2016

Dari tabel 3.4 tersebut di atas menunjukkan bahwa 35% tidak perlu sama sekali untuk menunjukkan marah mental di dalam proses pemilihan kepala desa.

3. Expert Power

(70)

55

Tabel 3.5

Pentingnya Memiliki Ilmu pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015

No Alternatif Jawaban Jumlah

Responden Persentase (%)

Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2016

Tabel 3.5 berikut ini menunjukkan bahwa ada 12% responden menganggap bahwa kurang perlu, padahal kita tahu bahwa agama sekalipun tanpa ilmu berakibat lumpuh.

Tabel 3.6

Pentingnya Memiliki Budi Pekerti Agama pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015

No Alternatif Jawaban Jumlah

Responden Persentase (%)

(71)

56

Dan pada tabel 3.6 dijelasjkan bahwa ada 12% responden yang mengatakan kurang perlu. Padahal kita telah mengetahui bahwa ilmu sekalipun tanpa agama akan berakibat sesat. Seperti korupsi yang telah banyak dilakukan di Indonesia adalah akibat lemahnya agama. Karena agama bukan hanya menyuruh untuk sholat tetapi juga melarang korupsi.

4. Reward Power

Reward Power adalah perolehan kekuasaan melalui suatu

pemberian atau karena berbagai pemberian.

Tabel 3.7

Pentingnya Memiliki Uang pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015

No Alternatif Jawaban Jumlah

Responden Persentase (%)

1 Sangat Perlu - 0%

2 Perlu - 0%

3 Biasa Saja 2 8%

4 Kurang Perlu 12 46%

5 Tidak Perlu Sama Sekali 12 46%

Jumlah 26 100%

Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2016

(72)

57

Tabel 3.8

Pentingnya Memiliki Barang pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015

No Alternatif Jawaban Jumlah

Responden Persentase (%)

Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2016

Selanjutnya pada tabel 3.8 diatas menunjukkan bahwa 62% responden mengatakan tidak pelu sama sekali memilki barang.

5. Reverent Power

Reverent power adalah perolehan kekuasaan melalui daya tarik seseorang.

Tabel 3.9

Pentingnya Fisik pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015

No Alternatif Jawaban Jumlah

(73)

58

Jumlah 26 100%

Sumber: Hasil Penelitian tahun 2016

Berikut ini merupakan penjelasan dari tabel 3.9 yang menunjukkan bahwa terdapat 42% responden mengatakan kurang perlu bahkan 31% mengatakan tidak perlu sama sekali memiliki fisik yang besar dan tinggi tegap. Padahal seorang kepala desa dalam menanggulangi keberadaan kemasyarakatan, pembangunan dan pemerintahan memerlukan fisik yang kokoh karena, akan menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat yang akan memilihnya.

Tabel 3.10

Pentingnya Pangkat pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015

No Alternatif Jawaban Jumlah

Responden Persentase (%)

1 Sangat Perlu 9 35%

2 Perlu 12 46%

3 Biasa Saja 4 15%

4 Kurang Perlu - 0%

5 Tidak Perlu Sama Sekali 1 4%

Jumlah 26 100%

Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2016

(74)

59

b. Analisis Kekuasaan

1. Be Strong Approach

Be Strong Approach adalah suatu pendekatan di mana untuk memotivasi bawahan dan massyarakaat yang dipergunakan cara paksa dengan keras.

Tabel 3.11

Pentingnya Memiliki Suara Keras pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015

No Alternatif Jawaban Jumlah

Responden Persentase (%)

1 Sangat Perlu 1 4%

2 Perlu 2 8%

3 Biasa Saja 2 8%

4 Kurang Perlu 14 54%

5 Tidak Perlu Sama Sekali 7 27%

Jumlah 26 100%

Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2016

Pada tabel 3.11 akan dijelaskan bahwa terdapat 54% responden yang menyatakan kurang perlu dan 27% tidak perlu sama sekali.

Tabel 3.12

Pentingnya Lokasi Fisik pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015

No Alternatif Jawaban Jumlah

Responden Persentase (%)

(75)

60

Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2016

Pada tabel 3.12 telah dijelaskan bahwa terdapat 35% responden menyatakan kurang perlu dan 27% tidak perlu sama sekali . Padahal ketika sesorang menduduki jabatan sebagai kepala desa harus menempatkan posisi yang strategis artinya ketika ada suatu forum dan lainnya terlihat oleh bawahannya atau masyarakat banyak.

2. Be Good Approach

Be Good Approach adalag suatu pendekatan dimana untuk

memotivasi bawahan masyarakat dipergunakan cara pemanjaan.

Tabel 3.13

Pentingnya Memiliki Sifat Lemah Lembut pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015

No Alternatif Jawaban Jumlah

Responden Persentase (%)

(76)

61

Pada tabel 3.13 dapat disimpulkan sebanyak 31 % responden menyatakan bahwa seorang kepala desa perlu memiliki sifat lemah lembut. Karena Jogjakarta dikenal sebagai daerah yang sudah maju, berbeda dengan provinsi Papua contohnya disana diperlukan sifat yang keras untuk memimpin masyarakat.

Tabel 3.14

Pentingnya Tegas dengan Prinsip Kebenaran pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015

No Alternatif Jawaban Jumlah

Responden Persentase (%)

1 Sangat Perlu 6 23%

2 Perlu 16 62%

3 Biasa Saja - 0%

4 Kurang Perlu 3 12%

5 Tidak Perlu Sama Sekali 1 4%

Jumlah 26 100%

Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2016

Selanjutnya pada tabel 3.14 dijelaskan bahwa seorang kepala desa harus tegas dengan prinsip kebenarannya. Terdapat 62% responden mengatakan hal itu perlu karena hal ini sesuai dengan teori ilmu pemerintahan bahwa pemimpin harus mempunyai prinsip dalam kebenaran.

3. Competition

Competition adalah suatu pendekatan di mana untuk

(77)

62

mereka dalam berbagai jenis perlombaan, baik perlombaan antar individu, group, ataupun perlombaan dengan organisasi lain (negara lain) di luar organisasi (negara) yang dimiliki.

Tabel 3.15

Pentingnya Memiliki Kerapihan Surat Menyurat pada Pilkades di Desa Ngeposari Tahun 2015

No Alternatif Jawaban Jumlah

Responden Persentase (%)

Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2016

Selanjutnya pada tabel 3.15 akan dijelaskan terdapat 54% responden mengatakan hal itu perlu karena dengan rapinya surat menyurat dapat mempermudah untuk mengambil keputusan.

Tabel 3.16

Pentingnya Memiliki Ruang Kantor yang Harum dan Rapi di Desa Ngeposari Tahun 2015

No Alternatif Jawaban Jumlah

Responden Persentase (%)

1 Sangat Perlu - 0%

2 Perlu 5 19%

Gambar

Tabel 1.2
Tabel 1.3 Data Responden
Tabel 2.1
Tabel 2.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tidak jauh berbeda dengan Desa baru, di Tongar dan Kinali kondisi tanah yang diberikan oleh pemerintah Belanda pada transmigrasi juga sama saja.. Tanah yang

Dibeberapa partai politik tak jarang untuk membuat kader yang benarbenar handal dilaksanakan pendidikan politik atau pendidikan kaderisasi, namun tak jarang hasil

Dalam hal ini pasangan kandidat pada Pemilukada Tabanan yaitu Eka-Jaya dan Jana-Merta pada saat diadakan kampanye di desa senganan, mereka melakukan pendekatan dengan

(3) Dalam hal jumlah calon terpilih yang memperoleh suara terbanyak yang sama lebih dari 1 (satu) calon pada desa dengan TPS hanya 1 (satu), calon terpilih

Dalam melakukan tindakan praktik politik uang maupun partisipasi dalam kontestasi pemilihan kepala desa, setiap agenmemiliki motivasi yang berbeda- beda. Diantaranya

Secara psikologis, Pemilih Pemula memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang- orang tua pada umumnya.Pemilih Pemula cenderung kritis, mandiri, independen, anti

Desa, hasil evaluasi pelaksanaan pembangunan tahun sebelumnya, prioritas kebijakan supra desa, pembangunan kawasan perdesaan/ antar desa dan atau hal-hal yang karena keadaan

Dukun dianggap sebagai orang yang paham akan hal-hal yang berhubungan dengan leluhur dan ilmu spiritual atau kesaktian lainnya sehingga setiap calon kepala desa yang datang ke dukun,