ANALISIS PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
(Studi Empiris pada Perusahaan Pertambangan dan Perbankan yang Listed di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2015)
THE ANALYSIS OF EFFECT GOOD CORPORATE GOVERNANCE AND COMPANY CHARACTERISTIC ON CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY (CSR)
(Empirical Study on Mining and Banking Companies Listed on the Indonesia Stock Exchange on 2012-2015)
Oleh:
Lidia Asmarani
20130420463
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
i
di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2015)
THE ANALYSIS OF EFFECT GOOD CORPORATE GOVERNANCE AND COMPANY CHARACTERISTIC ON CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY (CSR)
(Empirical Study on Mining and Banking Companies Listed on the Indonesia Stock Exchange on 2012-2015)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh:
Lidia Asmarani 20130420463
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017
v
(Q.S. Al-Baqarah; 286)
Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.
(Q.S. Al-Mujadalah: 11)
Sungguh apa yang dijanjikan kepadamu pasti terjadi. (Q.S. Al-Mursalat: 71)
Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalatmu Sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”.
(Q.S. Al-Baqarah: 153)
Sesungguhnya bersama kesukaran itu ada keringanan. Karena itu bila kau sudah selesai (mengerjakan yang lain). Dan berharaplah kepada Tuhanmu.
(Q.S Al Insyirah : 6-8)
Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal yang harus dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan, entah mereka
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
vii
viii
ix
karakteristik perusahaan pada perusahaan pertambangan dan perbankan yang listed tahun 2012-2015 di Bursa Efek Indonesia. Good corporate governance diproksikan dengan kepemilikan manajerial, kepemilikan asing, dan ukuran dewan komisaris independen, sedangakan karakteristik perusahaan diproksikan dengan profitabilitas, leverage, dan ukuran perusahaan. Sampel penelitian ini adalah perusahaan pertambangan dan perbankan yang listed tahun 2012-2015 di Bursa Efek Indonesia. Teknik pengambilan sampel dengan metode purposive sampling.
Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel sebanyak 18 yaitu 8 perusahaan pertambangan dan 10 perusahaan perbankan sehingga total data penelitian selama 4 tahun adalah 72 perusahaan yang menerbitkan pengungkapan corporate social responsibility secara berturut-turut dan memiliki data lengkap terkait variabel-variabel yang digunakan pada penelitian. Pengujian statistik deskriptif, asumsi klasik, koefisien determinasi, regresi bergandara, independent sample test,dan chow test digunakan untuk menganalisis data..
Hasil penelitian menunjukkan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap pengungkapan corporate social responsibility dan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate social responsibility di perusahaan pertambangan. Sedangkan di perusahaan perbankan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Ada perbedaaan tingkat pengungkapan corporate social responsibility di perusahaan pertambangan dan perbankan dan ada perbedaan pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan asing, ukuran dewan komisaris independen, profitabilitas, leverage, dan ukuran perusahaan terhadap pengungkapan CSR di perusahaan pertambangan dan perbankan.
x
ABSTRACT
This study aims to analyze the influence between corporate social responsibility disclosure with good corporate governance and company characteristics in mining and banking companies listed on the Indonesia Stock Exchange on 2012-2015. good corporate governance iin this study uses with managerial ownership, foreign ownership, and the size of independent board while the company characteristics of profitability, leverage, and size of the company. The samples of this research is mining and banking companies listed on the Indonesia Stock Exchange on 2012-2015. The technique of sampling with a purposive sampling method. The number of companies that are only sampled 18 is 8 mining companies and 10 banking companies so that the total sample research for four years is 72 a companies that publish corporate social responsibility disclosure and have complete data related variables used in the study. Statistic descriptive, classical assumptions, coefficient of determination multiple regression, independent sample test, and chow test, used to analyze the data.
The results of this research showed that Leverage have negative significantly effect to corporate social responsibility disclosure and size of the company have positive significantly effect to corporate social responsibility disclosure in mining companies. Meanwhile in banking companies, size have positive significantly effect to corporate social responsibility disclosure. There are differences in the level of disclosure of corporate social responsibility in the mining and banking, and there are differences in the effect of managerial ownership, foreign ownership, the size of independent board, profitability, leverage, and the size of the company on the disclosure of CSR in mining and banking.
xi Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan penulis kelancaran, kesabaran, kemudahan, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Good Corporate Governance Dan Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)”. Shalawat serta salam senantiasa penulis haturkan kepada suri tauladan kita, Rasulullah SAW yang telah membawa kita terbebas dari jaman kebodohan.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Terselesainya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka dari itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogayakarta, Bapak Dr. Nano Prawoto, S.E., M.Si. yang telah memberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Dosen Pembimbing Skripsi, Ibu Barbara Gunawan, S.E., M.Si., Ak., CA. yang telah memberikan saran, masukan, serta bimbingan kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.
xii
4. Seluruh pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, kemudahan, dan semangat dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari skripsi ini belum sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun yang diharapkan penulis.
Yogyakarta, 28 Desember 2016
xiii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12
A. Landasan Teori ... 12
1. Teori Stakeholder ... 12
2. Agency Theory ... 13
3. Legitimacy Theory ... 14
4. Signalling Theory ... 14
5. Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) ... 16
6. Mekanisme Good Corporate Governance ... 17
7. Struktur Kepemilikan dalam perusahaan ... 18
a. Kepemilikan Manajerial ... 18
b. Kapemilikan Asing ... 19
8. Ukuran Dewan Komisaris Independen ... 19
9. Karakteristik Perusahaan ... 20
A. Hipotesis ... 20
B. Model Penelitian ... 29
BAB III METODA PENELITIAN ... 31
A. Obyek Penelitian ... 31
B. Jenis Data ... 31
C. Teknik Pengambilan Sampel ... 31
D. Teknik Pengambilan Data ... 32
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 32
F. Analisis Data ... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43
A. Gambaran Umum Objek Penelitian. ... 43
B. Uji Statistik Deskriptif ... 44
xiv
D. Uji Hipotesis ... 53
E. Pembahasan ... 64
BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN ... 76
A. Simpulan ... 76
B. Saran... ... ... 77
C. Keterbatasan... 78 DAFTAR PUSTAKA
xv
4. 3. Statistik Deskriptif Pertambangan ... 44
4. 4. Statistik Deskriptif Perbankan ... 44
4. 5. Hasil Uji Normalitas Pertambangan ... 49
4. 6. Hasil Uji Normalitas Perbankan ... .49
4. 7. Hasil Uji Multikolinearitas Pertambangan ... 50
4. 8. Hasil Uji Multikolinearitas Perbankan ... 50
4. 9. Hasil Uji Autokorelasi Pertambangan ... 51
4. 10. Hasil Uji Autokorelasi Perbankan... 51
4. 11. Hasil Uji Heteroskedastisitas Pertambangan ... 52
4. 12. Hasil Uji Heteroskedastisitas Perbankan ... 52
4. 13. Hasil Koefisien Determinasi Pertambangan ... 53
4. 14. Hasil Koefisien Determinasi Perbankan... 53
4. 15. Hasil Uji Nilai T Pertambangan ... 54
4. 16. Hasil Uji Nilai T Perbankan ... 57
4. 17. Hasil Uji Group ... 59
4. 18. Hasil Uji Levene’s ... .60
4. 19. Hasil Uji Nilai Residual Pertambangan (RSS1) ... 61
4. 20. Hasil Uji Nilai Residual Perbankan (RSS2) ... .61
4. 21. Hasil Uji Nilai Residual Gabungan (RSSr) ... 61
xvi
DAFTAR GAMBAR
2. 1. Model Penelitian 1...29 2. 2. Model Penelitian 2...29 2. 1. Model Penelitian 3...30
ix
INTISARI
Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh antara pengungkapan
corporate social responsibility dengan good corporate governance dan karakteristik perusahaan pada perusahaan pertambangan dan perbankan yang listed tahun 2012-2015 di Bursa Efek Indonesia. Good corporate governance diproksikan dengan kepemilikan manajerial, kepemilikan asing, dan ukuran dewan komisaris independen, sedangakan karakteristik perusahaan diproksikan dengan profitabilitas, leverage, dan ukuran perusahaan. Sampel penelitian ini adalah perusahaan pertambangan dan perbankan yang listed tahun 2012-2015 di Bursa Efek Indonesia. Teknik pengambilan sampel dengan metode purposive sampling.
Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel sebanyak 18 yaitu 8 perusahaan pertambangan dan 10 perusahaan perbankan sehingga total data penelitian selama 4 tahun adalah 72 perusahaan yang menerbitkan pengungkapan corporate social responsibility secara berturut-turut dan memiliki data lengkap terkait variabel-variabel yang digunakan pada penelitian. Pengujian statistik deskriptif, asumsi klasik, koefisien determinasi, regresi bergandara, independent sample test,dan chow test digunakan untuk menganalisis data..
Hasil penelitian menunjukkan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap pengungkapan corporate social responsibility dan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate social responsibility di perusahaan pertambangan. Sedangkan di perusahaan perbankan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Ada perbedaaan tingkat pengungkapan corporate social responsibility di perusahaan pertambangan dan perbankan dan ada perbedaan pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan asing, ukuran dewan komisaris independen, profitabilitas, leverage, dan ukuran perusahaan terhadap pengungkapan CSR di perusahaan pertambangan dan perbankan.
x
characteristics in mining and banking companies listed on the Indonesia Stock Exchange on 2012-2015. good corporate governance iin this study uses with managerial ownership, foreign ownership, and the size of independent board while the company characteristics of profitability, leverage, and size of the company. The samples of this research is mining and banking companies listed on the Indonesia Stock Exchange on 2012-2015. The technique of sampling with a purposive sampling method. The number of companies that are only sampled 18 is 8 mining companies and 10 banking companies so that the total sample research for four years is 72 a companies that publish corporate social responsibility disclosure and have complete data related variables used in the study. Statistic descriptive, classical assumptions, coefficient of determination multiple regression, independent sample test, and chow test, used to analyze the data.
The results of this research showed that Leverage have negative significantly effect to corporate social responsibility disclosure and size of the company have positive significantly effect to corporate social responsibility disclosure in mining companies. Meanwhile in banking companies, size have positive significantly effect to corporate social responsibility disclosure. There are differences in the level of disclosure of corporate social responsibility in the mining and banking, and there are differences in the effect of managerial ownership, foreign ownership, the size of independent board, profitability, leverage, and the size of the company on the disclosure of CSR in mining and banking.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Akhir-akhir ini maraknya pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan melalui corporate social responsibility
(CSR). Pengungkapan CSR dilakukan oleh perusahaan karena tingkat keberhasilan sebuah perusahaan tidak hanya berdasarkan profit (single bottom line) semata tetapi berdasarkan kesuksesan perusahaan dalam mencapai triple bottom line yaitu planet (bumi), profit (laba), dan people
(masyarakat) dengan maksimal. Pengungkapan CSR adalah bentuk perhatian perusahaan pada sosial dan lingkungan disekitar maupun diluar lingkungan perusahaan.
perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Disamping itu pengungkapan CSR dalam prespektif islam adalah suatu tindakan yang merupakan realisasi dari konsep ihsan sebagai puncak ajaran etika yang sangat mulia. Ihsan yaitu melaksanakan perbuatan baik yang dapat memberikan manfaat kepada orang lain dengan mendapatkan ridho Allah SWT (Darmawati, 2014).
3
TABEL 1. 1.
PERINGKAT PENILIAN PROPER 2015
Sumber : Publikasi PROPER
Pengungkapan CSR yang belum optimal dapat menimbulkan beberapa tekanan dari berbagai pihak karena konsep akuntansi kini telah diubah untuk lebih memperhatikan kepedulian terhadap lingkungan dan sosial serta meningkatkan kesadaran manusia untuk melestarikan alam dan menekankan pada kesejahteraan sosial (Maulana dan Yuyetta, 2014). Pengungkapan CSR dapat meningkatkan
image perusahaan dan menjamin kelangsungan hidup perusahaan menurut pandangan shareholders dan stakeholders karena pengungkapan CSR merupakan bentuk perhatian perusahaan terhadap lingkungan dan sosial (Dewi dan Suaryana, 2015). Semakin banyak perusahaan melakukan pengungkapan maka semakin baik
image perusahaan menurut pandangan shareholders dan stakeholders.
Keberhasilan perusahaan dilatarbelakangi dengan good corporate governance (GCG). GCG adalah seperangkat peraturan yang menghasilkan value added bagi para stakeholders dalam pengendalian dan pengawasan manajemen karena GCG menciptakan pola manajemen yang transparan, bersih dan profesional (Efendi, 2009: 2). Mekanisme GCG dan pengawasan dibutuhkan untuk menimalisasi terjadinya ketidakefektifan dari bahaya dampak sosial yang
No Kategori Jumlah Perusahaan
1. Emas 12
2. Hijau 108
3. Biru 1.406
4. Merah 529
5. Hitam 21
6. Tidak Diumumkan 61
disebabkan oleh perusahaan sehingga perusahaan yang memiliki GCG akan menimbulkan rasa kesadaran dan tanggung jawab perusahaan untuk melakukan pengungkapan sosial (Ismayani dan Gunawan, 2016). Kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajer (agent). Menurut Fajrinia (2014) perusahaan yang dikontrol oleh para manajer di dalam perusahaan menjadikan perusahaan mempunyai tingkat kebijaksanaan yang tinggi. Perusahaan yang memiliki kepemilikan manajerial rendah dapat mengakibatkan konflik kepentingan antar agen dan prinsipal. Solusi masalah tersebut, perusahaan memberikan porsi pada kepemilikan manajerial yang relatif besar guna meningkatkan kinerja manajer dalam mengelola perusahaan.
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan Rawi dan Muchlish (2010), Eriandani (2013), dan Dewi dan Priyadi (2013) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Namun ketidakkonsistenan hasil penelitian tersebut ditunjukkan oleh Rustiarini (2011) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR.
Struktur kepemilikan lainnya adalah kepemilikan asing. Pihak yang sangat
5
Hasil penelitian Dewi dan Suaryana (2015) menunjukkan bahwa kepemilikan asing berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR sejalan dengan hasil penelitian Rustriani (2011). Namun hasil penelitian Said et al. (2009) menunjukkan bahwa kepemilikan asing tidak berpengaruh pada pengungkapan CSR.
Dewan komisaris yang berada diluar perusahaan dan tidak memiliki hubungan afiliasi dengan perusahaan disebut dewan komisaris independen (Cheng dan Jaggi, 2000 dalam Nugroho dan Yulianto, 2015). Perusahaan yang memiliki dewan komisaris independen dalam jumlah besar dapat meningkatkan tingkat kepatuhan terhadap pengungkapan dan lebih responsif terhadap pemegang saham perusahaan (Diyanti, 2010).
Hasil penelitian Badjuri (2011) menunjukkan bahwa dewan komisari independen berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR. Namun hasil penelitian tersebut bertentangan dengan Sari (2014) dan Nugroho dan Yulianto (2015) yaitu dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR.
dari masyarakat. Perusahaan tidak melaporkan hal-hal yang dapat mengganggu kesuksesan perusahaan pada saat perusahaan mendapatkan laba tinggi.
Hasil penelitian Badjuri (2011) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan CSR sejalan dengan hasil penelitian Utama dan Ramdhaningsih (2013) dan Dewi dan Keni (2013) sedangkan hasil penelitian Maulana dan Yuyetta (2014) dan Dewi dan Suaryana (2015) menunjukkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR.
Leverage adalah alat untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan semua kewajibannya kepada kreditor (Untari 2010: 6). Perusahaan yang memiliki tingkat leverage tinggi mencerminkan bahwa perusahaan sangat bergantung kepada kreditor dan sebaliknya (Maulana dan Yuyetta, 2014). Perusahaan yang memiliki tingkat leverage relatif tinggi akan mengungkapkan informasi yang lebih detail untuk meningkatkan tingkat kepercayaan kreditor terhadap kemampuan perusahaan (Febrina dan Suaryana, 2011: 9). Oleh karena itu, perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang tinggi akan mengungkapkan informasi yang lebih luas seperti pengungkapan CSR dibandingkan dengan perusahaan memiliki tingkat leverage yang relatif rendah.
Hasil penelitian Arifin (2013) menunjukkan bahwa tingkat leverage
7
Ukuran perusahaan merupakan bagian karakteristik perusahaan yang dijadikan sebagai variabel untuk menjelaskan pengungkapan CSR. Menurut Sudaryono (2007: 110) perusahaan besar dituntut untuk menyampaikan informasi yang lebih luas dan transparan kepada publik dibandingkan perusahaan kecil. Menurut Cowen et al. (1987)dalam Untari (2010: 5) perusahaan besar memiliki aktivitas yang lebih banyak dan rumit sehingga menimbulkan dampak lingkungan yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan kecil. Semakin besar perusahaan maka semakin luas pengungkapan CSR perusahaan tersebut.
Hasil penelitian Untari (2010), Dewi dan Maswar (2013), Dewi dan Keni (2013) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap pengungkapan CSR. Berbeda dengan hasil penelitian Rahman dan Widyasari (2008) serta Nurkhin (2010) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap pengungkapan CSR.
Ketidakkonsisten hasil penelitian terdahulu terhadap variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan asing, ukuran dewan komisaris independen, profitabilitas, leverage, dan ukuran perusahaan terhadap pengungkapan CSR di Indonesia. Hal tersebut menjadi sebuah ketertarikan peneliti untuk melakukan pengujian kembali secara teoritis keenam variabel tersebut memiliki hubungan yang signifikan.
Responsibility (CSR) (Studi Empiris pada Perusahaan Pertambangan dan Perbankan yang Listed di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2015)”.
Penelitian ini merupakan replikasi penelitian Maulana dan Yuyetta (2014), perbedaannya yaitu penambahan variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan asing, ukuran dewan komisaris independen, dan tahun penelitian 2012-2015. Penelitian ini menggunakan sampel 2 sektor industri yaitu pertambangan dan perbankan. Dikarenakan perusahaan pertambangan merupakan perusahaan yang memiliki dampak secara langsung bagi lingkungan dan sosial sedangkan perusahaan perbankan memiliki dampak tidak secara langsung bagi lingkungan dan sosial melalui kebijakan hutang yang diberikan kepada perusahaan yang memiliki kategori proper merah dan hitam. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan 2 sektor tersebut guna untuk mengetahui perbedaan tingkat pengungkapan CSR pada kedua sektor tersebut yang memiliki dampak yang berbeda pada lingkungan dan sosial.
B. Batasan Masalah Penelitian
9
C. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang tersebut maka permasalahan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap pengungkapan CSR di perusahaan pertambangan dan perbankan?
2. Apakah kepemilikan asing berpengaruh terhadap pengungkapan CSR di perusahaan pertambangan dan perbankan?
3. Apakah ukuran dewan komisaris independen berpengaruh terhadap pengungkapan CSR di perusahaan pertambangan dan perbankan?
4. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan CSR di perusahaan pertambangan dan perbankan?
5. Apakah leverage berpengaruh terhadap pengungkapan CSR di perusahaan pertambangan dan perbankan?
6. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan CSR di perusahaan pertambangan dan perbankan?
7. Apakah terdapat perbedaan tingkat pengungkapan CSR di perusahaan pertambangan dan perbankan?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk menguji dan memperoleh bukti empiris, tentang:
1. Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap pengungkapan CSR di perusahaan pertambangan dan perbankan.
2. Pengaruh kepemilikan asing terhadap pengungkapan CSR di perusahaan pertambangan dan perbankan.
3. Pengaruh ukuran dewan komisaris independen terhadap pengungkapan CSR di perusahaan pertambangan dan perbankan.
4. Pengaruh profitabilitas terhadap pengungkapan CSR di perusahaan pertambangan dan perbankan.
5. Pengaruh leverage terhadap pengungkapan CSR di perusahaan pertambangan dan perbankan.
6. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap pengungkapan CSR di perusahaan pertambangan dan perbankan.
7. Perbedaan tingkat pengungkapan CSR di perusahaan pertambangan dan perbankan.
11
E. Manfaat Penelitian 1. Teoritis
a. Bagi para akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan untuk perkembangan ilmu pengetahuan dibidang akuntansi yang berkaitan dengan kepemilikan manajerial, kepemilikan asing, ukuran dewan komisaris independen, profitabilitas, leverage, dan ukuran perusahaan yang memiliki pengaruh terhadap pengungkapan CSR.
b. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan permasalahan ini.
2. Praktis
12
A. Landasan Teori 1. Stakeholder Theory
Menurut Gozali dan Chariri (2007) keberlangsungan hidup sebuah perusahaan sangat dipengaruhi oleh stakeholders sehingga perusahaan harus memberikan manfaat kepada stakeholders disamping meningkatkan kepentingan perusahaan. Stakeholders merupakan pihak yang memiliki kepentingan dan pengaruh terhadap perusahaan baik internal maupun eksternal (Retno, 2012). Stakeholders internal meliputi karyawan, manajer, pemilik perusahaan, sedangkan stakeholders
eksternal yaitu pemerintah, pemegang saham, pasar modal, dan lain-lain.
Sebuah pengungkapan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi para stakeholders karena mereka membutuhkan informasi untuk melakukan evaluasi terhadap kinerja perusahaan. Pengungkapan
13
Hal yang mendasari dalam penentuan stakeholders perusahaan saat ini telah berkembang pesat sesuai dengan perubahan lingkungan bisnis dan kompleksitas aktivitas perusahaan. Pemerintah merupakan salah satu pemangku kepentingan bagi perusahaan. Hal ini dikarenakan pemerintah menganggap perusahaan sebagai salah satu elemen sosial bagi negara. Oleh sebab itu, perusahaan tidak dapat mengabaikan kehadiran pemerintah dalam mengelola perusahaannya.
2. Agency Theory
Agency theory (teori keagenan) menjelaskan hubungan antara agen (manajer) dengan prinsipal (pemilik). Pemilik merupakan pihak yang memberikan sebuah tanggung jawab kepada manajer untuk mengelola perusahaan atas nama pemilik (Jensen dan Meckling, 1976).
3. Legitimacy Theory
Legitimacy theory (teori legitimasi) menyatakan bahwa perusahaan dalam melaksanakan kegiatan operasinya harus sesuai dengan norma dan batasan masyarakat guna menyakinkan masyarakat terhadap perusahaan. Norma masyarakat saat ini berkembang sangat pesat sehingga perusahaan harus selalu mengikuti perkembangan norma tersebut. Teori legitimasi menjelaskan bahwa perilaku konsisten terhadap nilai sosial digunakan suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitas operasi perusahaan.
Menurut Nurkhin (2010) teori legitimasi merupakan teori yang melandasi pengungkapan CSR. Pengungkapan CSR dilaksanakan guna untuk mendapatkan image positif dan legitimasi dari masyarakat. Teori legitimasi menyatakan bahwa bisnis dibatasi oleh kontrak sosial dimana perusahaan sepakat untuk menunjukkan tanggung jawab sosial melalui aktivitas sosial kepada masyarakat agar perusahaan diterima oleh masyarakat. Disamping itu, legitimasi masyarakat merupakan faktor signifikan untuk mendukung image perusahaan dimata stakeholders
(Hadi, 2011). 4. Signalling Theory
15
sekarang. Informasi yang lengkap, akurat, dan transparan digunakan oleh para investor dalam menentukan keputusan investasi terhadap perusahaan tersebut. Disamping itu, teori sinyal menjelaskan bahwa perusahaan dapat meningkatkan value added melalui pelaporannya.
Teori sinyal digunakan untuk menyampaikan informasi pada pengguna laporan keuangan. Sinyal dapat berupa informasi keuangan, atau informasi lain yang menunjukkan bahwa perusahaan lebih baik dibandingkan dengan perusahaan lain dan dapat meminimalisasi terjadinya asimetri informasi dalam perusahaan. Teori sinyal menjelaskan mengenai bagaimana perusahaan dapat memberikan signal berupa informasi terhadap investor mengenai pencapaian kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan.
Menurut Ghozali dan Chariri (2007) aktivitas perusahaan dapat menyebabkan dampak bagi lingkungan dan sosial sehingga pengungkapan tanggung jawab sosial digunakan untuk meminimalisasi munculnya konflik lingkungan dan sosial. Disamping itu, pengungkapan tanggung jawab sosial dipandang sebagai wujud akuntabilitas perusahaan terhadap publik untuk menjelaskan dampak lingkungan dan sosial yang disebabkan kegiatan operasi perusahaan (Putri dan Chritiawan, 2014).
5. Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)
(laba), dan people (masyarakat). Menurut The World Bussiness Council for Subtainable Development (WBCSD) definisi dari CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan adalah
Sebagai:
“Kelanjutan oleh suatu entitas bisnis untuk bertindak secara etis dan berperan untuk pembangunan ekonomi dengan meningkatkan kualitas hidup di tempat kerja dan terhadap keluarga mereka seperti hal nya masyarakat sekitar dan masyarakat yang lebih luas”.
Menurut Rawi dan Munawar (2008) CSR merupakan wujud kepedulian perusahaan untuk ikut meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan lingkungan, serta merupakan investasi untuk keberlanjutan dari usaha yang dikembangkan, tidak terpisahkan sebagai tujuan jangka panjang perusahaan. Dengan kata lain, CSR merupakan wujud nyata rasa kepedulian perusahaan pada masyarakat, lingkungan, dan pegawai yang berorientasi jangka panjang.
Menurut Association of Chartered Certification Accountants
(ACCA) dalam Anggraini (2006) corporate social responsibility
17
(seperti kegiatan sosial dan lingkungan), selama hal tersebut jelas dan tidak bertentangan dengan informasi yang lain.
6. Mekanisme Good Corporate Governance
Good corporate governance (GCG) adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengelola perusahaan, karyawan, kreditor, serta pemegang kepentingan lainnya baik internal maupun eksternal yang memiliki hak-hak dan kewajiban dalam perusahaan (FCGI, 2001). GCG merupakan seperangkat sistem yang dapat meningkatkan nilai perusahaan bagi para stakeholder.
Prinsip good corporate governance dalam pedoman umum good corporate governance yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (2010) yaitu transparansi, akuntabilitas, reponsibilitas, indepedensi, kewajaran dan kesataraan. Perusahaan akan memilik sensitivitas yang tinggi apabila perusahaan dapat menerapkan prinsip-prinsip GCG dengan baik pada semua aktivitas perusahaan. Penerapan prinsip-prinsip GCG diharapkan dapat menciptakan persaingan yang sehat dan menghindari terjadinya monopoli (Utama dan Ramdhaningsih, 2013).
7. Struktur Kepemilikan dalam perusahaan
1978). Menurut Wahyudi dan Pawestri (2009) struktur kepemilikan dikelompokkan sesuai porsi saham yang dimiliki yaitu:
a. Kepemilikan manajerial
Kepemilikan manajerial adalah situasi yang menunjukkan bahwa manajer mempunyai saham perusahaan atau manajer sekaligus menjadi pemegang saham. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya kepemilikan manajerial oleh pihak manajemen perusahaan (Rustriani, 2011). Kepemilikan manajerial adalah saham yang dimiliki oleh manajer yang diproksikan dengan presentase jumlah saham yang dimiliki manajemen (Soliman et al. (2012) dalam Eriandani, 2013). Pihak manajemen dalam sebuah perusahaan meliputi manajer, dewan direksi dan dewan komisaris.
Kepemilikan manajerial dapat mengoptimalkan pengungkapan CSR karena manajer merupakan pihak yang menjalankan perusahaan sehingga mereka akan berusaha untuk meningkatkan image perusahaan pada pemegang saham dengan mengungkapkan informasi secara luas. Hal tersebut dapat menurunkan biaya keagaenan untuk mengawasi kinerja manajemen. b. Kepemilikan Asing
Kepemilikan asing adalah sejumlah saham yang dimiliki oleh investor asing baik perusahaan maupun kelembagaan. Kepemilikan asing dalam perusahaan merupakan pihak yang paling
19
Perusahaan yang melakukan pengungkapan CSR akan memiliki
image yang lebih baik bagi investor asing. Oleh karena itu, semakin sering perusahaan melakukan pengungkapkan CSR akan semakin baik image perusahaan bagi investor asing.
8. Ukuran Dewan Komisaris Independen
Dewan komisaris independen adalah dewan komisaris yang tidak memiliki hubungan dengan perusahaan dan bertindak objektif dan independen sesuai denngan prinsip-prinsip mekanisme good corporate governance (transparency, accountability, responsibility, fairness) dan pemilihan dewan komisaris dilakukan secara transparan dan independen (Alijoyo dan Zaini, 2004). Dewan komisaris independen mempunyai tanggung jawab melakukan pengawasan dan pemberian nasihat pada direksi dan memastikan bahwa perusahaan menerapkan good corporate governance sesuai dengan aturan yang berlaku (Sari, 2014).
Peraturan mengenai keberadaan komisaris independen dalam sebuah perusahaan yaitu perusahaan yang telah terdaftar dalam bursa harus memiliki komisaris indepeden yang jumlah proporsional sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang saham minoritas dengan jumlah minimal 30 % dari seluruh jumlah dewan komisaris. Peraturan tersebut tercantum dalam Surat keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia Nomor: Kep-305/BEJ/07-2004 tentang Peraturan
9. Karakteristik Perusahaan
Karakteristik perusahaan merupakan faktor-faktor yang membedakan sebuah perusahaan dengan perusahaan yang lain meskipun berada dalam satu jenis usaha yang sama (Maulana dan Yuyetta, 2014). Ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage
termasuk dalam karakteristik perusahaan. Semakin kuat karakteristik perusahaan yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan dampak sosial dan lingkungan terhadap masyarakat maka akan semakin kuat pemenuhan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan pada masyarakat (Veronica, 2009).
B. Hipotesis
1. Kepemilikan Manajerial dan Pengungkapan CSR
Kepemilikan manajerial adalah sejumlah saham yang dimiliki
oleh manajer dalam sebuah perusahaan. Menurut Nur’aini (2011)
21
Hasil penelitian terdahulu menyatakan bahwa adanya hubungan positif antara kepemilikan manajerial dengan pengungkapan CSR perusahaan adalah Rawi dan Munawar (2010), Eriandani (2013), dan Yudhistira dan Saraswati (2014). Hal tersebut sejalan dengan teori
stakeholder, pengungkapan CSR sangat penting bagi para stakeholders
untuk mengetahui informasi perusahaan yang digunakan untuk mengevaluasi sejauh mana kinerja perusahaan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh para stakeholders. Manajer mengambil keputusan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan melakukan pengungkapan yang luas. Oleh karena itu, semakin besar kepemilikan manajerial maka semakin tinggi pengungkapan CSR. Dengan demikian hipotesis yang dapat diturunkan adalah:
H : Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap
pengungkapan CSR di perusahaan pertambangan.
H : Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap
pengungkapan CSR di perusahaan perbankan. 2. Kepemilikan Asing dan Pengungkapan CSR
Perusahaan yang memiliki kepemilikan saham asing cukup besar akan cenderung melakukan pengungkapan CSR lebih tinggi karena para investor asing memiliki kesadaran sosial dan lingkungan yang tinggi. Hal tersebut didukung dengan hasil penelitian Rustriani (2011) dan Dewi dan Suaryana (2015) menyatakan bahwa kepemilikan asing memiliki pengaruh terhadap pengungkapan CSR. Dengan demikian hipotesis yang diturunkan adalah:
H : Kepemilikan asing berpengaruh positif terhadap pengungkapan
CSR di perusahaan pertambangan.
H : Kepemilikan asing berpengaruh positif terhadap pengungkapan
CSR di perusahaan perbankan.
3. Ukuran Dewan Komisaris Independen dan Pengungkapan CSR Kehadiran dewan komisaris independen diharapkan dapat netral dan tidak memiliki hubungan afiliasi dengan perusahaan seperti direksi perusahaan (Ratnasari dan Prastiwi, 2010). Dewan komisaris independen diharapkan dapat melakukan pengawasan dengan ketat mengenai kinerja perusahaan dan meningkatkan kepatuhan perusahaan terhadap prinsip-prinsip mekanisme good corporate governance.
23
komisaris independen memberikan monitoring positif dalam mengawasi aktivitas manajemen dalam pengungkapan CSR (Badjuri, 2011). Oleh karena itu, semakin besar jumlah ukuran dewan komisaris maka semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Badjuri (2011), Santioso dan Chandra (2012), dan Primadewi dan Mertha (2014) menyatakan bahwa dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR. Dengan demikian, hipotesis yang diturunkan adalah:
H : Ukuran dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap
pengungkapan CSR di perusahaan pertambangan.
H : Ukuran dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap
pengungkapan CSR di perusahaan perbankan. 4. Profitabilitas dan Pengungkapan CSR
Salah satu faktor meningkatkan nilai perusahaan adalah profitabilitas. Profitabilitas yang tinggi akan memberikan kesempatan manajemen (agen) untuk melakukan pengungkapan terhadap prinsipal berupa pengungkapan CSR. Perusahaan akan melakukan pengungkapan CSR lebih luas apabila perusahaan memiliki profitabilitas yang tinggi.
dengan masyarakat melalui pengungkapan sosial dan lingkungan agar dapat diterima oleh masyarakat.
Menurut Dewi dan Suaryana (2015) mekanisme profitabilitas dapat memberikan keyakinan pada perusahaan untuk melakukan pengungkapan CSR. Mekanisme perusahaan yang baik akan mendapatkan keuntungan positif bagi perusahaan yaitu mendapatkan legitimasi masyarakat yang dapat mengakibatkan peningkatan pada profitabilitas perusahaan. Ketika perusahaan memiliki tingkat laba yang tinggi maka perusahaan akan melakukan pengungkapan CSR yang lebih luas. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Dewi dan Keni (2013), Utama dan Ramadhaningsih (2013), Felicia dan Rasmini (2015), dan Nawaiseh dan Soliman (2015), menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR. Dengan demikian hipotesis yang diturunkan sebagai berikut:
H : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR di
perusahaan pertambangan.
H : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR
di perusahaan perbankan. 5. Leverage dan Pengungkapan CSR
Leverage merupakan penggunaan instrumen keuangan atau modal pinjaman, seperti margin yang bertujuan untuk meningkatkan potensi pengembalian investasi (Rahman dan Widyasari, 2008).
25
juga merupakan alat yanng digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membiayai aset perusahaan pada kreditor.
Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan yang memiliki rasio leverage yang lebih tinggi akan mengungkapkan informasi yang lebih luas karena biaya keagenan perusahaan dengan struktur modal seperti itu lebih tinggi (Jensen dan Meckling, 1976). Menurut Scott (2000) dalam Arifin (2013) semakin tinggi tingkat leverage perusahaan maka semakin tinggi perusahaan akan melanggar kontrak utang sehingga manajer perusahaan melaporkan laba sekarang lebih tinggi dibandingkan laba masa datang. Manajemen perusahaan yang memiliki tingkat leverage yangtinggi akan mengurangi pengungkapan CSR yang dibuatnya agar dapat melaporkan laba sekarang yang tinggi dan tidak menjadi sorotan dari debtholders. Selain itu perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang tinggi akan lebih mengutamakan pelunasan kewajiban dan bunga yang mengakibatkan pengungkapan CSR menjadi lebih rendah (Juniarto dan Andayani, 2013). Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan peneliti Apriweni (2008), Nur dan Priantinah (2012), dan Arifin (2013) menyatakan bahwa leverage
berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Dengan demikian hipotesis yang diturunkan sebagai berikut:
H : Leverage berpengaruh negatif terhadap pengungkapan CSR di
H : Leverage berpengaruh negatif terhadap pengungkapan CSR di
perusahaan perbankan.
6. Ukuran Perusahaan dan Pengungkapan CSR
Ukuran perusahaan dapat diukur dengan total aktiva. Perusahaan besar merupakan perusahaan yang memiliki pusat perhatian yang sangat besar, sehingga pengungkapan yang lebih luas dapat mengurangi biaya politis sebagai wujud tanggung jawab perusahaan terhadap sosial dan lingkungan (Sembiring, 2005).
Menurut Cowen et al. (1987) dalam dalam Untari (2010) perusahaan besar akan mengalami tekanan yang besar untuk mengungkapkan aktivitas dan melegitimasi bisnis mereka karena perusahaan yang besar memiliki aktivitas operasi yang lebih banyak, memiliki pengaruh yang besar terhadap masyarakat, memiliki
27
H : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan
CSR di perusahaan pertambangan.
H : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan
CSR di perusahaan perbankan.
7. Pengungkapan CSR pada Perusahaan Pertambangan dan Perbankan
Pengungkapan CSR saat ini berkembang dengan pesat baik di tingkat nasional maupun internasional telah menjadi bagian penting bagi perusahaan. Pengungkapan CSR merupakan pengungkapan yang wajib dilakukan oleh perusahaan yang memiliki dampak baik atau buruk bagi masyarakat dan lingkungan.
Perusahaan pertambangan merupakan salah satu perusahaan yang memiliki dampak secara langsung pada lingkungan dan sosial. Dalam jangka panjang perusahaan tambang meninggalkan dampak lingkungan yang relatif buruk. Dibuktikan bahwa menurut Jaringan Advokasi Tambang (JAT) pada tahun 2014 bahwa 70% kerusakan lingkungan disebabkan oleh operasi tambang.Sekitar 3,97 juta hektar kawasan hutan lindung, termasuk keanekaragaman hayatinya terancam. Dalam 10 tahun hingga 2014, sekitar 108 dari 4.000 daerah aliran sungai di Indonesia rusak parah (Wahono, 2016).
perusahaan yang mendapatkan kategori hitam dan merah pada PROPER (Kantor Berita Politik, 2015). Oleh karena itu, terdapat perbedaan antara pengungkapan CSR pada perusahaan pertambangan dan perbankan. Dengan demikian hipotesis yang diturunkan sebagai berikut:
H : Terdapat perbedaan penerapan pengungkapan CSR di Perusahaan
pertambangan dan perbankan.
H : Terdapat perbedaan pengaruh kepemilikan manajerial,
29
C. Model Penelitian
GAMBAR 2. 1. MODEL PENELITIAN 1
Mengetahui perbedaan pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan asing, ukuran dewan komisaris independen, profitabilitas, leverage, dan ukuran perusahaan terhadap pengungkapan CSR di perusahaan pertambangan dan perbankan
GAMBAR 2. 3.
MODEL PENELITIAN Pengaruh kepemilikanmanajerial, kepemilikan asing, ukuran dewan komisaris independen, profitabilitas, leverage,
dan ukuran perusahaan terhadap pengungkapan
CSR di perusahaan pertambangan
Pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan
asing, ukuran dewan komisaris independen, profitabilitas, leverage, dan ukuran perusahaan terhadap pengungkapan
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Obyek Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua perusahaan pertambangan dan perbankan telah listed di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2012-2015 dan yang telah melaporkan laporan tahunannya serta pengungkapan CSR dalam laporan tahunannya. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan bidang pertambangan dan perbankan yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
B. Jenis Data
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder yaitu data penelitian yang didapatkan melalui media yang telah tersedia. Data sekunder berupa laporan tahunan perusahaan pertambangan dan perbankan yang listed di BEI pada periode yang telah ditetapkan guna untuk mengetahui pengungkapan CSR yang telah dilakukan oleh perusahaan tersebut.
C. Teknik Pengambilan Sampel
penelitian yang akan dilakukan. Teknik pengambilan sampel perusahaan dalam penelitian dilakukan berdasarkan kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan pertambangan dan perbankan yang listed di BEI pada tahun 2012-2015.
2. Perusahaan yang melaporkan laporan tahunan secara lengkap selama periode 2012-2015.
3. Perusahaan yang memiliki data-data lengkap yang diperlukan dalam penelitian selama 4 tahun (2012-2015).
D. Teknik Pengambilan Data
Teknik pengambilan data menggunakan metode dokumentasi. Metode dokumentasi ini adalah sekumpulan berkas-berkas atau dokumen-dokumen yang mencari data-data mengenai hal-hal berupa transkrip, buku, surat kabar, dan sebagainya yang berhubungan dengan pokok permasalahan penelitian. Pengambilan data berupa dokumentasi dari sumber data melalui website resmi indonesia stock exchange dan perusahaan.
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Penelitian ini digunakan untuk menganalisis pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan asing, ukuran dewan komisaris independen, profitabilitas, leverage, dan ukuran perusahaan terhadap pengungkapan
33
kepemilikan asing, ukuran dewan komisaris independen, profitabilitas,
leverage, dan ukuran perusahaan sebagai variabel independen. 1. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengungkapan
corporate social responsibility dalam laporan tahunan. Corporate social responsibility adalah gambaran dari ketersediaan informasi keuangan maupun non keuangan yang berhubungan antara aktivitas perusahaan dengan lingkungan maupun sosial yang dilaporkan dalam laporan tahunan perusahaan atau sustainability report (Guthrie dan Mathews, 1985 dalam Sembiring, 2005).
Instrumen penelitian menggunakan suatu checklist pengungkapan
pengungkapan CSR tidak sesuai dengan indikator GRI. Berdasarkan indikator GRI, CSR dapat dihitung dengan rumus:
�� = ∑ �
Keterangan:
�� = corporate social responsibility disclosure index Perusahaan j = jumlah item untuk perusahaan j, ≤ 78
� = Jumlah item yang diungkapkan 2. Variabel Independen
a. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah sejumlah saham yang dimiliki oleh manajer (agen) yang berperan aktif dalam pengambilan keputusan. Kepemilikan manajerial adalah saham yang dimiliki oleh manajer yang diproksikan dengan presentase jumlah saham yang dimiliki manajemen (Soliman et al. dalam Eriandani, 2013). Pihak manajemen dalam sebuah perusahaan meliputi manajer, dewan direksi dan dewan komisaris.
Pengukurannya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
b. Kepemilikan Asing
Kepemilikan asing adalah sejumlah saham perusahaan yang dimiliki oleh pihak asing. Kepemilikan asing termasuk kepemilikan organisasi, yayasan sosial, bank, individual dan pemerintah asing (Dewi dan Suaryana, 2015). Kepemilikan asing dapat diukur dengan
Kepemilikan manajerial= � � � � ℎ
35
presentase kepemilikan saham oleh pihak asing yang terdapat dalam laporan tahunan perusahaan (Machmud & Djaman, 2008). Pengukurannya dapat menggunakan:
c. Ukuran Dewan Komisaris Independen
Dewan komisaris independen merupakan dewan komisaris yang tidak memiliki hubungan dengan manajemen dan tidak mempunyai hubungan bisnis lainnya yang dapat memengaruhi kemampuan independensi dewan komisaris. Ukuran dewan komisaris independen dapat diukur dengan presentase dari jumlah komisaris yang berasal dari luar perusahaan terhadap total dewan komisaris perusahaan.
d. Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam upaya meningkatkan nilai perusahaan dimata pemegang saham. Proksi yang digunakan adalah return on assets (ROA). ROA merupakan ukuran efektifitas perusahaan dalam mengahsilkan laba dengan memanfaatkan aktivanya (Sun et al., 2010). ROA dihitung dengan rumus:
� = �
Kepemilikan asing = � � � � ℎ �
�� � ℎ ℎ � �
Proporsi komisaris independen= �� � ℎ
e. Leverage
Leverage adalah tingkat ketergantungan perusahaan terhadap kewajiban dalam membiayai aktivitas operasi perusahaan. Teori keagenan memprediksi apabila tingkat leverage tinggi maka perusahaan akan mengungkapkan informasi lebih luas, karena biaya keagenan perusahaan dengan sruktur modal tersebut seperti itu terlalu tinggi (Jensen & Meckling, 1976). Leverage dihitung dengan rumus:
� =
f. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan total aset kemudian di log natural. Menurut Sembiring (2005) semakin besar perusahaan maka akan menjadi pusat perhatian bagi para stakeholders. Perusahaan yang besar harus berusaha mendapatkan legitimasi dari stakeholders dengan tujuan menyelaraskan nilai sosial dan norma masyarkat yang berlaku (Eriandani, 2013). Ukuran perusahaan dapat dirumuskan sebagai berikut:
ℎ = ln
A. Analisis Data
37
berganda, dan uji hipotesis. Uji analisis statistik deskriptif dan asumsi klasik digunakan untuk menguji kualitas data.
1. Analisis Statistik Deskriptif
Ghozali (2005) menyatakan bahwa analisis statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan variabel-variabel penelitian sebelum dimanfaatkan untuk menguji hipotesis. Analisis statistik deskriptif memberikan gambaran suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, sum, range, kurtosis, dan
swekness (kemencengan distribusi). 2. Uji Asumsi Klasik
Penelitian ini diharapkan dapat memperoleh hasil yang sesuai dengan syarat pengujian. Oleh karena itu, penelitian ini perlu melakukan pengujian asumsi klasik untuk pengujian statistik. Tujuan dari pengujian asumsi klasik yaitu untuk mengetahui apakah hasil dari regresi berganda sesuai dengan persyaratan pengujian atau terdapat penyimpangan dari asumsi klasik. Pengujian asumsi klassik ada empat yaitu: uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas.
a. Uji Normalitas
melalui uji statistik non-parametik Kolmogrov Smirnov. Dasar pengambilan keputusan adalah:
1) Jika Asymp Sig 2-tailed > tingkat signifikansi (α = 0,05),
memenuhi normalitas.
2) Jika Asymp Sig 2-tailed < tingkat signifikansi (α = 0,05), tidak
memenuhi normalitas. b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terdapat hubungan linear yang tinggi antara variabel independen (Ghozali, 2009). Untuk mengetahui ada atau tidaknya multikolinearitas dalam model regresi dengan melihat nilai
tolerance dan nilai variance inflation factor (VIF). Suatu model regresi tidak terdapat multikolinearitas apabila nilai tolerance > 0,1 atau sama dengan nilai VIF < 10.
c. Uji Autokorelasi
39
1) Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka hipotesis nol ditolak, maka hipotesis nol ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi.
2) Jika d terletak antara dU dan (4-dU), maka hipotesis nol diterima, yang berarti tidak ada autokorelasi.
3) Jika d terletak antara dL dan dU atau diantara dU) dan (4-dL), maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti. d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi tejadi ketidaksamaan variance dari residual untuk semua pengamatan. Jika variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang tidak mengalami heteroskedastisitas (Ghozali, 2009). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas digunakan uji glejser. Apabila nilai sig > 0,05 maka model regresi tersebut tidak mengalami heteroskedastisitas.
3. Uji Hipotesis
variabel dependen. Analisis ini bertujuan untuk menguji besarnya pengaruh beberapa variabel independen terhadap variabel dependen. Model yang digunakan dalam regresi berganda untuk melihat kepemilikan manajerial, kepemilikan asing, ukuran dewan komisaris independen, profitabilitas, leverage, dan ukuran perusahaan terhadap CSR penelitian ini adalah:
CSRI = + MNG + ASG + + PRF - LEV + SZE+ e
Keterangan persamaan regresi berganda:
CSRI = Corporate Social Responsibility index
= Konstanta
= Koefisien Regresi
� = Kepemilikan Manajerial
� = Kepemilikan Asing
= Ukuran Dewan Komisaris Independen PRF = Profitabilitas
LEV = Leverage
SZE = Ukuran perusahaan
a. Koefisien Determinasi (Adjusted� )
41
Kemudian sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk model.
b. Uji Signifikansi Paramater Individual (Uji Nilai T)
Uji statistik t digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial (Ghozali, 2009). Hipotesis diterima apabila nilai sig < 0,05 dan koefisien regresi searah dengan hipotesis.
c. Independent Sampel Test
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan pengaruh corporate social responsibility di perusahaan pertambangan dan perbankan. Sebelum dilakukan uji t sebelumnya dilakukan uji kesamaan varian (homogenitas) dengan F test (Levene’s Test), artinya jika varian sama maka uji t menggunakan kolom equal variance assumed (diasumsikan varian sama) dan jika varian berbeda menggunakan kolom equal variance not assumed
(diasumsikan varian berbeda). Pengambilan keputusan hipotesis jika < 0,05 maka hipotesis diterima. Jika > 0,05, maka hipotesis ditolak (Ghozali, 2009).
d. Chow test
komisaris independen, profitabiitas, leverage, dan ukuran perusahaan terhadap corporate social responsibility (CSR) di perusahaan pertambangan dan perbankan. Pengujian ini dapat dilakukan dengan rumus:
= � � / − �+ −/
Keterangan:
F = Nilai F hitung
RSSr = Nilai residual dari hasil regresi gabungan RSS1 dan RSS2 RSS1 = Nilai residual dari hasil regresi pertama
RSS2 = Nilai residual dari hasil regresi kedua RSSur = RSS1 + RSS2
k = (Variabel independen + variabel dependen – 1) n1 = Jumlah sampel RSS1
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian
B. Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif dalam penelitian ini menyajikan jumlah data, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan standard deviation. Adapun statistik deskriptif disajikan dalam tabel 4.3 dan 4.4.
TABEL 4. 3.
SZE 30 261438526210 73772340167850 12997736817069,8 19548755263301,3
CSR 30 ,17949 ,67949 ,4559829 ,11627437
SZE 40 7139276000000 910063409000000 139575822579538 230843504330489
CSR 40 ,17949 ,37179 ,2807692 ,04795239
Valid N
45
Tabel 4.3 dan 4.4 memberikan gambaran statistik deskriptif pada setiap variabel penelitian. Jumlah Pengamatan dalam penelitian ini masing- masing adalah 30 dan 40 sampel.
1. Variabel Corporate Social Responsibility (CSR)
Pada tabel 4.3 dan 4.4 menunjukkan bahwa pengungkapan
corporate social responsibility pada perusahaan pertambangan memiliki nilai minimal 0,17949; nilai maksimal 0,67949; mean 0,4559829; dan
standard deviation 0,11627437. Sedangkan perusahaan perbankan memiliki nilai minimal 0,17949; nilai maksimal 0,37179; mean 0,2807692; dan
standard deviation 0,04795239. Berdasarkan mean antar perusahaan pertambangan dan perbankan dapat disimpulkan bahwa perusahaan pertambangan melakukan pengungkapan CSR lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan perbankan karena aktivitas operasi perusahaan pertambangan memiliki dampak langsung yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan perbankan.
2. Variabel Kepemilikan Manajerial (MNJ)
Pada tabel 4.3 dan 4.4 menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial pada perusahaan pertambangan memiliki nilai minimal 0,00000 atau 0%; nilai maksimal 0,66650 atau 66,65%; mean 0,0943659 atau 9,43659%; dan
dan perbankan dapat disimpulkan bahwa perusahaan pertambangan memiliki kepemilikan manajerial lebih tinggi artinya rata-rata perusahaan pertambangan memiliki kepemilikan manjaerial yang cukup besar dibandingkan dengan perusahaan perbankan.
3. Variabel Kepemilikan Asing (ASG)
Pada tabel 4.3 dan 4.4 menunjukkan bahwa kepemilikan asing pada perusahaan pertambangan memiliki nilai minimal 0,08297 atau 8,297%; nilai maksimal 0,97000 atau 97%; mean 0,3743613 atau 37,43613%; dan
standard deviation 0,24374988 atau 24,374988. Sedangkan perusahaan perbankan memiliki nilai minimal 0,03392 atau 3,392%; nilai maksimal 0,96664 atau 96,664%; mean 0,4055878 atau 40,55878%; dan standard deviation 0,29077936 atau 29,0777936%. Berdasarkan mean antar perusahaan pertambangan dan perbankan dapat disimpulkan bahwa kepemilikan asing pada perusahaan perbankan lebih tinggi artinya perusahaan perbankan memiliki kepemilkan saham asing yang besar dibandingkan dengan perusahaan pertambangan.
4. Variabel Ukuran Dewan Komisaris Independen (UKD)
47
0,10682605 atau 10,682605%. Berdasarkan mean antar perusahaan pertambangan dan perbankan dapat disimpulkan bahwa perusahaan perbankan memiliki dewan komisaris independen yang lebih tinggi karena meannya melebihi 50% dibandingkan dengan perusahaan pertambangan. 5. Variabel Profitabilitas (PRF)
Pada tabel 4.3 dan 4.4 menunjukkan bahwa profitabilitas pada perusahaan pertambangan memiliki nilai minimal 0,00452 atau 0,452%; nilai maksimal 0,63654 atau 63,654%; mean 0,1418210 atau 14,18210%; dan standard deviation 0,13985274 atau 13,985274%. Sedangkan perusahaan perbankan memiliki nilai minimal 0,00400 atau 0,4%; nilai maksimal 0,03522 atau 3,522%; mean 0,0181374 atau 1,81374%; dan
standard deviation 0,00721729 atau 0,721729%. Berdasarkan mean antar perusahaan pertambangan dan perbankan dapat disimpulkan bahwa presentase rasio profitabilitas pada perusahaan pertambangan lebih tinggi artinya perusahaan memiliki kemampuan yang lebih baik dalam memperoleh laba dibandingkan dengan perusahaan perbankan.
6. Variabel Leverage (LEV)
Pada tabel 4.3 dan 4.4 menunjukkan bahwa leverage pada perusahaan pertambangan memiliki nilai minimal 0,18600 atau 18,600%; nilai maksimal 3,12700 atau 31,27%; mean 0,7481333 atau 74,81333%; dan
deviation 2,94999611 atau 294,99961%. Berdasarkan mean antar perusahaan pertambangan dan perbankan dapat disimpulkan bahwa
leverage pada perusahaan perbankan lebih tinggi artinya perusahaan memiliki kemampuan yang lebih rendah untuk membayar kewajiban jangka panjang kepada kreditor dibandingkan dengan perusahaan pertambangan. 7. Variabel Ukuran Perusahaan (SZE)
Pada tabel 4.3 dan 4.4 menunjukkan bahwa ukuran perusahaan pada perusahaan pertambangan memiliki nilai minimal 261.438.526.210, nilai maksimal 73.772.340.167.850, mean 12.997.736.817.070, dan standar deviation 19.548.755.263.301. Sedangkan perusahaan perbankan memiliki nilai minimal 7.139.276.000.000, nilai maksimal 910.063.409.000.000, mean 139.575.822.579.538, dan standar deviation 230.843.504.330.489. Berdasarkan mean antar perusahaan pertambangan dan perbankan dapat disimpulkan bahwa perusahaan perbankan memiliki total aset yang lebih tinggi artinya ukuran perusahaan perbankan lebih besar dibandingkan dengan perusahaan pertambangan.
C. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas
49
Tabel 4.5 dan 4.6 menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) yang diperoleh dari One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test sebesar 0,200 untuk perusahaan pertambangan dan perbankan yang menunjukkan bahwa
nilai tersebut lebih besar dari nilai α (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa data penelitian berdistribusi normal atau mendekati normal.
Unstandardized Residual
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,03078473
Most Extreme Differences Absolute ,113
Positive ,113
Negative -,083
Test Statistic ,113
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
2. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas dalam penelitian ini menggunakan metode
variance inflation factor (VIF). Hasil pengujian multikolinearitas disajikan dalam tabel 4.7 dan 4.8.
1 MNJ 0,693 1,444 Non-Multikolinearitas ASG 0,553 1,809 Non-Multikolinearitas UKD 0,696 1,436 Non-Multikolinearitas PRF 0,534 1,874 Non-Multikolinearitas LEV 0,622 1,607 Non-Multikolinearitas SZE 0,467 2,140 Non-Multikolinearitas Sumber: Output SPSS
Tabel 4.7 dan 4.8 menunjukkan bahwa nilai tolerance semua variabel independen dalam penelitian ini lebih besar dari 0,10 dan nilai
variance inflation factor (VIF) pada semua variabel independen lebih kecil dari 10 sehingga dapat disimpulkan bahwa data penelitian tidak terjadi multikolinearitas.
51
3. Uji Autokolerasi
Uji Autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan metode uji
Durbin-Watson (uji DW). Hasil pengujian disajikan dalam tabel 4.9 dan
Tabel 4.9 dan 4.10 menunjukkan bahwa nilai Durbin Watson pada perusahaan pertambangan yaitu sebesar 1,930, sedangkan nilai tabel yaitu nilai �= 1,9313, sedangkan nilai �= 0,9982. Nilai � < �< 4- � yaitu 0,9982< 1,930< 4-1,9313 (2,0687). Disamping itu nilai Durbin Watson pada perusahaan perbankan yaitu sebesar 1,635 sedangkan nilai tabel yaitu nilai
�= 1,8538, sedangkan nilai �= 1,1754. Nilai � < �< 4- � yaitu 1,1754< 1,635 < 4-1,8538 (2,1462). Berdasarkan hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa data tidak mengandung autokorelasi.
Model R R Square
a. Predictors: (Constant), SZE, MNG, PRF, UKD, ASG, LEV b. Dependent Variable: CSR
4. Uji Heteroskedastisitas
53
Tabel 4.11 dan 4.12 menunjukkan bahwa seluruh variabel independen pada perusahaan pertambangan dan perbankan memiliki nilai sig
lebih besar dari α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa data penelitian
tidak mengandung heteroskedastisitas.
D. Uji Hipotesis
1. Koefisien Determinasi (Adjusted ��) TABEL 4. 13.
sebesar 0,598 atau 59,8 %. Hal ini menunjukkan bahwa variabel dependen
corporate social responsibility dapat dijelaskan sebesar 59,8% oleh variabel-variabel independen yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan asing, ukuran dewan komisaris independen, profitabilitas, leverage, dan
Model Summary
a. Predictors: (Constant), SZE, MNG, PRF, UKD, ASG, LEV
Model Summary
ukuran perusahaan. Sedangkan sisanya 40,2% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti.
Berdasarkan tabel 4.14 dapat diketahui bahwa nilai Adjusted �
sebesar 0,513 atau 51,3 %. Hal ini menunjukkan bahwa variabel dependen
corporate social responsibility dapat dijelaskan sebesar 51,3% oleh variabel-variabel independen yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan asing, ukuran dewan komisaris independen, profitabilitas, leverage, dan ukuran perusahaan. Sedangkan sisanya 48,7% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti.
2. Uji Signifikansi Paramater Individual (Uji Nilai T)
55
Dari hasil pengujian yang terdapat pada tabel 4.15 dapat dirumuskan persamaan regresi sebagai berikut:
CSR = - 0,18 – 0,181(MNG) – 0,213(ASG) – 0,084(LEV) + 0,028(SZE) + e
Berdasarkan hasil pengujian terhadap hipotesis-hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:
a. Pengujian Hipotesis Satu
Berdasarkan tabel 4.15 menunjukkan bahwa variabel kepemilikan manajerial memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0,181
dengan nilai signifikansi sebesar 0,033 < α (0,05) sehingga kepemilikan
manajerial berpengaruh negatif pada pengungkapan corporate social responsibility. Dengan demikian hipotesis ditolak.
b. Pengujian Hipotesis Dua
Berdasarkan tabel 4.15 menunjukkan bahwa variabel kepemilikan asing memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0,213
dengan nilai signifikansi sebesar 0,003 < α (0,05) sehingga kepemilikan
asing berpengaruh negatif pada pengungkapan corporate social responsibility. Dengan demikian hipotesis ditolak.
c. Pengujian Hipotesis Tiga
corporate social responsibility. Dengan demikian hipotesis ketiga ditolak.
d. Pengujian Hipotesis Empat
Berdasarkan tabel 4.15 menunjukkan bahwa variabel profitabilitas memiliki nilai koefisien regresi sebesar –0,220 dengan
nilai signifikansi sebesar 0,093 < α (0,05) sehingga profitabilitas tidak
berpengaruh positif pada pengungkapan corporate social responsibility.
Dengan demikian hipotesis keempat ditolak. e. Pengujian Hipotesis Lima
Berdasarkan tabel 4.15 menunjukkan bahwa variabel leverage
memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0,084 dengan nilai signifikansi
sebesar 0,018 < α (0,05) sehingga leverage berpengaruh negatif pada pengungkapan corporate social responsibility. Dengan demikian hipotesis diterima.
f. Pengujian Hipotesis Enam
Berdasarkan tabel 4.15 menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,028 dengan nilai signifikansi sebesar 0,014 < α (0,05) sehingga ukuran perushaan berpengaruh positif pada pengungkapan corporate social responsibility.