PANGANDARAN DAN BMT UMY YOGYAKARTA)
SKRIPSI
Oleh
Mu’tashim Billah Alfawaz
NPM: 20120730064
FAKULTAS AGAMA ISLAM
PRODI MUAMALAT
PANGANDARAN DAN BMT UMY YOGYAKARTA)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E.I) Strata Satu
pada Prodi Muamalat Fakultas Agama Islam
Univesitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh
Mu’tashim Billah Alfawaz
NPM: 20120730064
FAKULTAS AGAMA ISLAM
PRODI MUAMALAT
Hal : Persetujuan
Kepada Yth. Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Assalamu'alaikwn wr.wb. Setelah menerima dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka saya berpendapat bahwa skripsi saudara:
Nama : Mu’tashim Billah Alfawaz NPM : 20120730064
Judul : Strategi Pemasaran Produk Produk BMT Dalam Menarik Minat Calon Nasabah
(Studi Komparasi Pada BMT ELTAMANI Pangandaran Dan BMT UMY Yogyakarta)
Telah memenuhi syarat untuk diajukan pada ujian akhir tingkat Sarjana pada Fakultas Agama Islam Prodi Muamalat Konsentrasi Ekonomi dan Perbankan Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Bersama ini saya sampaikan naskah skripsi tersebut, dengan harapan dapat diterima dan segera dimunaqasyahkan.
Atas perhatiarmya diucapkan terima kasih.
Wassalamu'alaikwn wr.wb.
Pembimbing
Judul Skripsi:
STRAREGI PEMASARAN PRODUK-PRODUK BMT DALAM MENARIK MINAT CALON NASABAH
(STUDI KOMPARASI PADA BMT ELTAMANI PANGANDARAN DAN BMT UMY YOGYAKARTA)
Yang dipersiapkan dan disusun oleh:
Nama : Mu’tashim Billah Alfawaz NPM : 20120730064
Telah dimunaqasyahkan di depan Sidang Munaqasyah Prodi Ekonomi dan Perbankan Islam pada tanggal 14 Juni, 2016 dan dinyatakan memenuhi syarat diterima:
Sidang Dewan Penguji
Ketua Sidang :
Pembimbing : Amelia Pratiwi, S.E., M.E
Penguji :
Yogyakarta, 14 Juni, 2016
Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Dekan
Nama Mahasiswa : Mu’tashim Billah Alfawaz Nomor Mahasiswa : 202120730064
Program Studi : Ekonomi dan Perbankan Islam
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul " Strategi Pemasaran Produk Produk BMT Dalam Menarik Minat Calon Nasabah (Studi Komparasi Pada BMT ELTAMANI Pangandaran Dan BMT UMY Yogyakarta" merupakan karya saya sendiri dan belun pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pemah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta, 14 Juni, 2016 Yang membuat pernyataan
La insyakartum la aziidannakum
-Q.S. 14:7
Man arooda addunya fa’alaihi bil ilmi, wa man arooda alakhiroh
fa’alaihi bil ilmi, wa man arooda huma fa’alaihi bil ilmi
-H.R. Bukhari
Man jadda wajada
-Pribahasa Arab
Dimana pun kalian berada, disitu lah bumi Allah.
-Buya
Kudu silih asih silih asah jeung silih asuh
-Umi
Harapan bakal terwujud keur jelema nu daek usaha jeung selalu
ngadoa.
-Mu’tashim Billah Alfawaz
-Pribahasa Sunda
Ulah gugur samemeh tempur perlaya samemeh perang. Indit ka
medan jerit ulah dengki lumampah ka medan dadalaga ulah
dendam lumaku ka medan tempur ulah ujub.
-Pribahasa Sunda
Geus loba pangarti nu kapimilik, pangabisa nu geus kapibanda,
elmu nu geus katimu, kari diamalkeun
-Pribahasa Sunda
Almamaterku
telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini yang berjudul “STRAREGI PEMASARAN PRODUK-PRODUK BMT DALAM MENARIK MINAT CALON NASABAH
(STUDI KOMPARASI PADA BMT ELTAMANI PANGANDARAN DAN BMT UMY
YOGYAKARTA)” tepat waktu dan tanpa adanya halangan yang berarti.
Laporan penelitian atau skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian lapangan yang peneliti laksanakan di BMT ELTAMANI Jl. Cikembulan, Pangandaran, Jawa Barat dan BMT UMY Jl. Lingkar Barat, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.
Penelitian skripsi ini merupakan salah syarat wajib yang harus ditempuh dalam Program Studi Ekonomi dan Perbankan Islam untuk mendapatkan gelar Strata Satu (S1). Selain untuk menuntaskan program studi yang penulis tempuh, penelitian skripsi ini ternyata banyak memberikan pengalaman baru bagi penulis.
Dalam penyusunan laporan hasil penelitisn skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu penulis ingin mengungkapkan rasa terima kasih kepada :
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Bapak Prof. Dr. Bambang Cipto. MA.
yang telah memberikan peluang kepada penulis untuk menimba ilmu di institusi ini.
2. Kepada Dekan Fakultas Agama Islam Bapak Dr. Mahli Zainudin Tago, M.Si 3. Kepada Kaprodi Ekonomi dan Perbankan Islam Bapak Syarif As’ad, S.EI. M.Si. 4. Dosen-Dosen serta jajaran Staf Fakultas Agama Islam Program Studi Ekonomi dan
Perbankan Islam yang telah memberikan ilmunya kepada kami.
5. Kepada kedua orang tua kami yang bersemangat membesarkan kami anak-anaknya
hingga lulus perguruan tinggi, dengan pengorbanan yang tiada sanggup kami membalasnya. Adik-adikku serta keluarga ku yang tak henti-hentinya memberikan semangat moril maupun non moril agar cepat wisuda.
6. Saudara-saudara yang selalu memberikan semangat moril, maupun non moril
7. Teman-teman satu angkatan EPI 2012 dari A sampai E jangan sampai putus tali
9. Kepada Ibu serta Bapak Dosen yang mengajari serta membimbing selama kami berada
di universitas ini. Khusus nya kepada Bapak Syakir Jamaluddin S.Ag,. M.A. selaku dosen pembimbing akademik yang baik hati, serta Ibu Amelia Pratiwi, S.E., M.E yang tak henti memberikan semangat dengan senyuman dan candaan nya agar saya cepat menyelesaikan tugas akhir ini.
Yogyakarta, 14 Juni, 2016
Penulis
HALAMAN NOTA DINAS………ii
HALAMAN PENGESAHAN………iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN………iv
HALAMAN MOTTO………...v
HALAMAN PERSEMBAHAN……….vi
KATA PENGANTAR………vii
DAFTAR ISI………...ix
DAFTAR TABEL………x
ABSTRAK……….xi
BAB I PENDAHULUAN………...1
A. Latar Belakang Masalah………1
B. Rumusan Masalah……….8
C. Tujuan Penelitian………...9
D. Kegunaan Penelitian……….10
E. Tinjauan Pustaka Dan Kerangka Teori……….11
1. Tinjauan Pustaka……….11
2. Kerangka teori……….15
a. Strategi Pemasaran………15
b. BMT……….
c. Minat……….
F. Metodelogi Penelitian………
1. Lokasi Penelitian………
B. Visi Dan Misi BMT ELTAMANI………..
C. Struktur Organisasi BMT ELTAMANI……….
D. Produk produk BMT ELTAMANI………
E. Sejarah Berdirinya BMT UMY……….
F. Visi Dan Misi BMT UMY………
G. Struktur Organisasi BMT UMY………..
H. Produk produk BMT UMY………..
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN……….
A. Analisis Strategi Pemasaran Produk BMT ELTAMANI……….
B. Analisis Strategi Pemasaran Produk BMT UMY………..
C. Analisis Penerapan Sistem Pemasaran Serta Promosi BMT ELTAMANI… D. Analisis Penerapan Sistem Pemasaran Serta Promosi BMT UMY………..
BAB IV PENUTUP………
A. Kesimpulan……….
B. Saran……….
Tabel 2……….66
Tabel 3……….71
Gambar 1……….23
Gambar 2……….………40
Gambar 3……….………45
ekonomi masyarakat menengah ke bawah yang tidak tersentuh oleh perbankan serta praktik dari ekonomi yang tidak sehat, yaitu praktik rentenir yang memperburuk keadaan masyarakat ekonomi lemah. Peneliti mengambil penelitian ini berlokasi di Pangandaran Jawa Barat, serta di Yogyakarta. Dengan menggunakan metode kualitatif serta pendekatan komparatif, teknik pengambilan data yang peneliti lakukan dengan cara wawancara, observasi, penggunaan data-data yang dihimpun, mengacu kepada informan-informan, serta menganalisis data data tersebut, maka semua pertanyaan yang tercantum dalam rumusan masalah akan terjawab.
Judul:
problems of middle to low economic class community who have limited access to banking system and are challenged by unhealthy practices of economy that is moneylending practice which worsens the low economic class community. The researcher conducted the research at Pangandaran, West Java and Yogyakarta. The research employed qualitative method and comparative approach. The data collection techniques were interview and observation. The data were then collected and analyzed in order to answer the questions.
Title:
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setelah Perang Dunia Kedua, banyak negara-negara berkembang
mengejar pertumbuhan ekonomi.Hhal ini dikarenakan pertumbuhan
ekonomi sangat penting bagi kemajuan suatu bangsa. Salah satu kendala
yang mungkin dihadapi oleh suatu negara berkembang dalam mengejar
pertumbuhan ekonomi adalah terjadinya krisis ekonomi di negara tersebut.
Indonesia merupakan salah satu dari negara berkembang tersebut yang juga
mengejar pertumbuhan ekonomi bagi kemajuan bangsa. Pada masa awal
kemerdekaan sampai tahun 1965 pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak
mengalami perkembangan apa-apa, bahkan perekonomian negara hampir
bangkrut. Defisit anggaran sangat besar, seringkali melebihi 100%. Uang
beredar pun juga sangat cepat, inflasi pada saat itu mencapai 650%
(Tambunan, 2015:17-20).
Dalam masa pemerintahan selanjutnya pada tahun 1967-1998, atau
dikenal dengan masa pemerintahan Orde Baru, pemerintah berhasil
menciptakan pembangunan yang mengagumkan, pemerintah pada masa itu
berhasil menjalankan program swasembada beras dan Indonesia pun
disebut-sebut sebagai salah satu Macan Asia dikarenakan pertumbuhan
ekonominya yang mengagumkan, sekalipun masih memunculkan penilaian
yang kontroversial. Banyak pihak memuji pemerintahan Orde Baru
Indonesia yang hampir bangkrut pada tahun 1965. Namun pemerintahan
Orde Baru juga terdapat cacat yang menyebabkan krisis ekonomi
besar-besaran dan kekacauan politik pada tahun 1998. Krisis ekonomi yang terjadi
di Indonesia pada tahun 1998 sudah cukup menjelaskan bagaimana
rentannya modal asing terhadap krisis. Keterkaitan Indonesia dengan pihak
asing yang terlalu banyak menyebabkan ketergantungan yang rentan akan
krisis. Ketergantungan tersebut dapat menyebabkan Indonesia ikut-ikutan
collapse pada saat pihak asing collapse, tidak hanya rakyat miskin yang
dibuat menderita tetapi juga konglomerat yang terlilit hutang
(http://www.kompasiana.com/).
Menurut Hamid dan Anto (2000) dalam Supadie (2013:3)
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada saat itu tidak didukung oleh
sumberdaya domestik yang tangguh, tapi karena investasi asing, bahkan
kebanyakan jangka pendek sehingga sewaktu-waktu bisa keluar dari
Indonesia. Krisis ekonomi yang berawal dari depresi rupiah terhadap dolar
AS pada pertengahan 1997, menjadi pembenar atas berbagai kritik terhadap
prestasi pembangunan ekonomi selama pemerintahan Orde Baru tersebut.
Pada saat krisis tersebut terdapat hal yang menarik untuk dilihat,
yaitu banyak Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang berhasil
bertahan dari krisis ketika banyak perusahaan besar tumbang karena terlalu
mengandalkan investasi asing. Berdasarkan data BPS di Indonesia dari
tahun 1997 hingga pada tahun 1998 menunjukkan bahwa UMKM dapat
menunjukkan perusahaan kecil 57,40 juta (87,62%), perusahaan sedang 7,7
juta (11,75%) dan perusahaan besar 0,393 juta (0,61%). Sedangkan pada
1998 menunjukkan perusahaan kecil 57,34 juta (88,66%), perusahaan
sedang 6,9 juta (10,78%) dan perusahaan besar 0,364 juta (0,56%). UMKM
dapat dikatakan sebagai salah satu penyelamat kondisi perekonomian
Indonesia karena mampu menyerap banyak tenaga kerja yang saat itu
pengangguran atau terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). UMKM ini
tergolong kepada sektor riil dalam perekonomian, dimana sektor riil inilah
yang memiliki daya tahan yang tinggi terhadap krisis global.
UMKM dapat membantu mempercepat laju pertumbuhan ekonomi
suatu negara karena sektor ini akan banyak menyerap tenaga kerja. Bila
melihat data terbaru yang peneliti dapatkan dari Kementerian Koperasi dan
Usaha Kecil dan Menengah pada tahun 2013, di Indonesia terdapat
57.900.787 UMKM dan selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya
terhitung dari tahun 1998 yang berjumlah 36.813.578. Jumlah tersebut
merupakan jumlah yang begitu besar, dengan jumlah yang sangat besar,
UMKM mampu menyerap tenaga kerja yang besar pula. Dimana UMKM
mampu menyerap 117.681.244 tenaga kerja pada tahun 2013 dan selalu
mengalami peningkatan juga sejalan dengan bertambahnya jumlah UMKM.
UMKM juga memiliki kontribusi yang sangat besar terhadap PDB, yaitu
sebesar Rp. 1,5 triliun. Melihat data tersebut seharusnya UMKM jika
benar-benar diberdayakan dan dimaksimalkan keberadaannya akan sangat
Besarnya Peranan UMKM dalam pertumbuhan ekonomi
menyebabkan pentingnya dilakukan perhatian khusus dalam sektor ini
terutama dalam pembiayaan modal UMKM. UMKM di Indonesia sebagai
salah satu fondasi perekonomian yang kuat masih memiliki beberapa
masalah dalam perkembangannya. Menurut Bambang (2003) dalam
Supadie (2013:61-62) permasalahan terbesar yang dihadapi oleh UMKM
dalam perkembangannya adalah persoalan permodalan. Pembiayaan yang
diberikan dari sektor formal seperti perbankan terhadap UMKM jelas
tergolong masih rendah, hal ini disebabkan penggerak UMKM yang
kebanyakan adalah masyarakat lapisan bawah dianggap tidak memiliki
potensi dana oleh lembaga keuangan formal, sehingga menjadikan
perkembangan ekonominya terhambat. Karena permasalahan modal yang
begitu mendesak maka mau tidak mau UMKM mencari alternatif pinjaman
kepada rentenir, syarat yang mudah dalam peminjaman modal menjadikan
hal tersebut sebagai alasan utama UMKM meminjam modal kepada
rentenir. Kisaran bunga rentenir sendiri sangatlah tinggi dan memiliki
jangka waktu yang pendek. Praktik rentenir yang seperti ini justru
menjadikan beban perekonomian UMKM semakin kompleks dan belum
memberikan solusi terhadap permasalahan modal tersebut.
Dalam Islam terdapat instrumen penting yang sangat berperan dalam
pengentasan kemiskinan dan pembangunan kesejahteraan umat tersebut,
yaitu Zakat. Selain bernilai ibadah ketuhanan, zakat juga berkaitan dengan
mengentaskan kemiskinan tersebut sudah teruji sejak masa kepemimpinan
Rasulullah SAW. Pada masa Rasulullah SAW zakat mempunyai
kedudukan yang sangat penting dalam perekonomian negara dan semakin
berkembang menjadi instrumen penting pada masa pemerintahan
khalifah-khalifah selanjutnya. Menurut (Daud Ali, 1988:9), dalam Sistem Ekonomi
Islam ada lima instrumental yang strategis dalam mempengaruhi
tingkah-laku ekonomi seorang muslim, masyarakat dan pembangunan ekonomi pada
umumnya, salah satu nilai instrumental tersebut adalah zakat. Zakat
merupakan transfer sederhana dari bagian dengan ukuran tertentu harta si
kaya untuk dialokasikan kepada si miskin. Jika melihat potensi zakat yang
ada, maka zakat merupakan salah satu alat yang bisa digunakan untuk
mengentaskan kemiskinan tersebut, karena terdapat potensi yang sangat
besar dalam zakat tersebut, terutama di Indonesia yang mayoritas
penduduknya beragama Islam dan memiliki potensi zakat terbesar di dunia.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Ketua Umum Badan Amil Zakat Nasional
(Baznas) Didin Hafidhuddin yang menyatakan potensi zakat Indonesia
mencapai Rp. 217 triliun lebih per tahun dan dapat membantu pemerintah
dalam mengentaskan kemiskinan (http://pusat.baznas.go.id/).
Dalam menghimpun dan menyalurkan dana zakat juga tidak terlepas
dari peran Lembaga Amil Zakat (LAZ), LAZ sendiri merupakan sebuah
lembaga zakat yang bertugas mengurus zakat. LAZ juga merupakan
organisasi yang tumbuh atas dasar inspirasi masyarakat sehingga
menjadi pekerjaan amil zakat paling besar di antara usaha-usaha lainnya
adalah penghimpunan dan pendayagunaan zakat. Pendayagunaan
merupakan usaha amil zakat dalam mengelola dan mendistribusikan zakat
sehingga selain mencari cara agar tersalurkannya dana zakat kepada
orang-orang yang menjadi haknya, zakat juga mendapat nilai dan kekuatan lebih
tinggi dalam kehidupan umat atau menyalurkan dana zakat secara produktif.
Sementara pengumpulan zakat merupakan usaha amil dalam menghimpun
zakat dari para muzaki. Besar-kecilnya dana zakat yang bisa dihimpun tentu
bergantung dari kepercayaan para muzaki dalam menitipkan ibadah
zakatnya pada lembaga tersebut. Dan tumbuh-tidaknya kepercayaan muzaki
terhadap lembaga tersebut tentu bergantung pada bagus tidaknya kinerja
sebuah lembaga zakat, serta sesuai tidaknya penyaluran zakat terhadap para
mustahiqnya.
Dengan menyalurkan dana zakat secara produktif tersebut, berarti
zakat tidak hanya membantu mengurangi beban para orang-orang miskin
saja, namun juga membantu mengurangi angka pengangguran yang ada di
Indonesia. Dengan adanya modal dari zakat yang didayagunakan tersebut,
maka para penerima zakat bisa mengembangkannya untuk memenuhi
kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Dengan pola produktif ini, tentunya
tidak akan mustahil zakat dapat mempunyai peranan yang sangat penting
dalam membantu permasalahan modal UMKM di atas, dengan adanya zakat
produktif ini juga dapat membantu para pelaku UMKM yang kebanyakan
mengembangkan usahanya sehingga dapat menyerap tenaga kerja lebih
banyak lagi. Hal ini berarti angka pengangguran bisa dikurangi,
berkurangnya angka pengangguran akan berdampak pada meningkatnya
daya beli masyarakat terhadap suatu produk barang ataupun jasa,
meningkatnya daya beli masyarakat akan diikuti oleh pertumbuhan
produksi, pertumbuhan sektor produksi inilah yang akan menjadi salah satu
indikator adanya pertumbuhan ekonomi.
Dalam penelitian ini penulis memilih tempat di Dompet Dhuafa
dikarenakan Dompet Dhuafa berhasil memperoleh penghargaan sebagai
Indonesia Middle-Class Brand Champion 2015 dalam kategori lembaga
amal zakat, infak, sedekah nasional. Indonesia Middle-Class Brand
Champion 2015 merupakan ajang yang diberikan kepada pemegang dan
pemilik merek yang mereknya terbaik dan terpercaya di kelas menengah.
Ini artinya Dompet Dhuafa merupakan lembaga zakat yang paling dipercaya
oleh masyarakat kelas menengah dalam menghimpun dan menyalurkan
dana zakat (http://www.dompetdhuafa.org/). Sedangkan penulis memilih
tempat di Dompet Dhuafa Jogja dikarenakan Daerah Istimewa Yogyakarta
(DIY) menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) merupakan provinsi
termiskin di Pulau Jawa. Besarnya persentase penduduk miskin di DIY tak
bisa ditutupi meski selama ini boleh jadi tertutup oleh sejuta pesona DIY.
Beberapa aspek kehidupan masyakarat yang diduga menyebabkan tingginya
kemiskinan di DIY adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar,
produktif serta ketiadaan modal (http://www.kompasiana.com/). Besarnya
kepercayaan dari masyarakat tersebut salah satu penyebabnya adalah
Dompet Dhuafa dapat menyalurkan dana zakatnya dengan baik, artinya
peran Dompet Dhuafa dalam hal tersebut sangat besar dan menjadikan
penulis tertarik untuk melihat lebih jauh tentang peran Dompet Dhuafa Jogja
dalam memberdayakan UMKM yang ada di DIY.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “PERAN LEMBAGA AMIL ZAKAT DALAM
PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM)
MELALUI DANA ZAKAT (STUDI KASUS DOMPET DHUAFA
JOGJA)”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran Dompet Dhuafa Jogja dalam memberdayakan
UMKM?
2. Bagaimana dampak pemberdayaan yang dilakukan Dompet Dhuafa
Jogja dalam perkembangan UMKM?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui peran Dompet Dhuafa Jogja dalam
memberdayakan UMKM.
2. Untuk mengetahui dampak pemberdayaan yang dilakukan Dompet
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penulis ingin menjadikan penelitian ini sebagai bahan tambahan
dalam hal pengembangan ilmu pengetahuan di bidang Zakat,
terutama dalam hal pemberdayaan UMKM melalui dana Zakat.
Selain itu penulis juga berharap penelitian ini bisa digunakan
sebagai referensi penelitian selanjutnya yang lebih baik.
2. Manfaat Praktis
a. Penulis berharap penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan
pertimbangan bagi Dompet Dhuafa Jogja agar lebih efektif
dalam hal pemberdayaan UMKM melalui dana zakat dan
infak/sedekah.
b. Sebagai bahan referensi bagi masyarakat luas untuk lebih
memahami tentang peran Lembaga Amil Zakat dalam
memberdayakan UMKM melalui zakat dan infak/sedekah,
sehingga dapat memotivasi masyarakat untuk berzakat.
E. Tinjauan Pustaka
Sepanjang pengetahuan penulis, penelitian tentang pemberdayaan
UMKM sudah pernah dilakukan, di antaranya adalah sebagai berikut:
Penelitian pertama dilakukan oleh Hermanita (2013) yang berjudul
“Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Melalui
Hasil pnelitian ini adalah Pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah
(UMKM) melalui pembiayaan dengan skema bagi hasil di Kota Metro
masih terbentur pada risiko yang harus dihadapi. Risiko tersebut berkaitan
dengan kesulitan bank sebagai shahibul maal mendapatkan informasi yang
akurat mengenai karakter nasabah pengelola (mudharib) dan mengenai
usaha yang akan dibiayai pada saat menyeleksi mudharib dan usahanya
tersebut. Oleh sebab itu, maka untuk meminimalisir risiko yang ada bank
dapat menerapkan pola executing, yaitu melakukan pembiayaan
mudharabah tidak secara langsung kepada usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM) melainkan memberikan pembiayaan tersebut kepada
koperasi primer serta Baitul Maal wat Tamwil (BMT). Pemberdayaan usaha
mikro kecil dan menengah (UMKM) oleh lembaga keuangan syariah
terkendala oleh beberapa hal, misalnya berkaitan dengan prinsip
kehati-hatian perbankan sebagaimana yang diamanatkan oleh undang-undang yaitu
usaha yang tidak memiliki agunan maka dianggap tidak layak untuk
mendapatkan pembiayaan. Keterbatasan sumber daya insani dalam hal
pengawasan usaha mudharib juga menjadi kendala tersendiri, sumber daya
insani yang dimiliki bank haruslah kompeten di bidangnya.
Penelitian kedua dilakukan oleh Indah Yuliana (2014) yang berjudul
“Implementasi Pendistribusian Dana Zakat Infaq dan Shadaqah (ZIS)
Perbankan Syariah untuk Pemberdayaan Usaha Kecil Mikro (UKM) di
Malang”. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan
bahwa penyaluran dana ZIS Bank Syariah dilakukan dengan mengadakan
kerja sama dengan BMT dan masjid. Penyaluran dana ZIS tersebut bersifat
konsumtif dan produktif . Untuk yang bersifat produktif disalurkan kepada
pemberdayaan usaha kecil mikro. Pemberdayaan yang dilakukan dengan
dana ZIS tersebut adalah dengan memberikan modal guna mengembangkan
usaha dan memulai usaha. Penambahan modal ini diberikan pada usaha
kecil mikro agar bisa mengembangkan usaha yang telah dirintisnya. Bila
usahanya berkembang, maka pendapatan akan naik dan diharapkan akan
adanya transformasi dari penerima bantuan. Bila saat ini mereka
diberdayakan dengan memberikan suntikan permodalan bagi usaha mereka
maka pada periode berikutnya mereka akan bisa untuk memberdayakan
pelaku usaha kecil mikro yang lain, dengan kata lain dari mustahiq menjadi
muzakki.
Penelitian ketiga dilakukan oleh Muhammad Nurul Hamdi, Evi
Nurjanah dan Latifah Safitri Handayani (2014) yang berjudul “Community Development Based On Ibnu Khaldun Thought, Sebuah Interpretasi
Program Pemberdayaan UMKM Di Bank Zakat El-Zawa”. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan
deskriptif. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan model pemberdayaan
UMKM yang terinterpretasi dari pemikiran Ibnu Khaldun tentang
pengembangan masyarakat yang disuguhkan sebagai solusi dari kendala
teknis Bank Zakat el-Zawa. Dalam menyalurkan dana zakatnya el-Zawa
pihak el-Zawa kekurangan SDM yang kompeten untuk menyeleksi calon
mitranya tersebut. Hasil penelitian tersebut adalah program yang
terinterpretasi dari community development hasil pemikiran Ibnu Khaldun
ini efektif untuk meningkatkan kualitas program el-Zawa dalam
memberdayakan UMKM. Dengan melihat kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki, el-Zawa seyogyanya dapat bekerjasama dengan akademisi dan
pemuka agama yang cenderung memiliki kedekatan dengan el-Zawa sendiri
dalam peningkatan kualitasnya dan UMKM binaannya. Selain itu el-Zawa
juga dapat memfokuskan daerah pemberdayaan para pelaku UMKM yang
berdomisili di sekitar kampus dengan membentuk sebuah kelompok usaha.
Kelompok ini berfungsi sebagai wadah saling bertukar informasi dan
penjaringan UMKM potensial serta dapat meningkatkan ikatan emosional
dan rasa solidaritas. Dengan keberadaan sistem ini, akan terwujud sistem
pemberdayaan UMKM yang komprehensif dan mampu menjawab
problematika yang ada.
Penelitian keempat dilakukan oleh Muji Santoso (2014) yang
berjudul “Analisis Penyaluran Dana ZIS pada Program Pemberdayaan Ekonomi”. Penelitian ini menggubakan metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
bentuk penyaluran dana ZIS pada Program Pemberdayaan Ekonomi Institut
Mentas Unggul (IMU) Dompet Dhuafa Yogyakarta, pada penelitian ini
membahas bagaimana Dompet Dhuafa Yogyakarta menggelola dananya
melalui program ini. Hasil penelitian yang didapatkan adalah program
pemberdayaan yang dilakukan berdampak terhadap peningkatan ekonomi
dan kesejahteraan masyarakat kurang mampu dan pengangguran, namun
masih terdapat beberapa kekurangan dalam pelaksanaannya sehingga perlu
adanya peningkatan pendampingan dan pelatihan kewirausahaan yang lebih
lanjut.
Penelitian kelima dilakukan oleh Ardian Fitria Kusuma (2014) yang
berjudul “Pengelolaan Zakat Produktif untuk Peningkatan Usaha Mikro”.
Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan melakukan
observasi dan wawancara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisa pengelolaan zakat produktif melalui program ekonomi pada
lembaga sosial Dompet Dhuafa Yogyakarta terhadap peningkatan ekonomi
pengelola usaha kecil dari masyarakat dhuafa, serta perannya dalam
mempengaruhi peningkatan kesejahteraan dan perekonomian masyarakat
kurang mampu. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa pengelolaan
dana pada lembaga sosial Dompet Dhuafa Yogyakarta berpengaruh pada
peningkatan ekonomi masyarakat peserta program dan dapat meningkatkan
kesejahteraan mereka, namun masih terdapat kekurangan dalam
pengelolaan dana zakat pada lembaga sosial Dompet Dhuafa Yogyakarta.
Perbedaan penelitian yang dilakukan penulis dengan
penelitian-penelitian di atas adalah objek dan subjek penelitian-penelitian. Penulis dalam hal ini
meneliti tentang peran yang dilakukan oleh Lembaga Amil Zakat dalam
berikut ini adalah tabel yang akan memperjelas perbedaan-perbedaan yang
Tabel 1.1
Tabel perbedaan penelitian
Peneliti Metode Penelitian Subjek dan Objek Penelitian
Anshar Bayu Syafrian (2016) “Peran
Lembaga Amil Zakat dalam Pemberdayaan
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Melalui Dana Zakat (Studi Kasus Dompet
Dhuafa Jogja)”
Kualitatif deskriptif Peneliti dalam hal ini ingin melihat bagaimana peran
Lembaga Amil Zakat dalam memberdayakan UMKM
melalui dana zakatnya, peneliti juga ingin melihat
Lembaga Amil Zakat dapat membantu masyarakat
kelas menengah ke bawah yang kesulitan modal dan
tidak kesulitan mendapatkan dana dari sektor formal
seperti perbankan. Penelitian ini dilakukan di kota
Yogyakarta, provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Hermanita (2013) “Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
Kualitatif deskriptif Dalam penelitian ini Hermanita meneliti peran Bank
Melalui Pembiayaan dengan Skema Bagi
Hasil oleh Lembaga Keuangan Syariah”
pembiayaan dengan skema bagi hasil. Penelitian ini
juga dilakukan di kota Metro.
Indah Yuliana (2014) “Implementasi
Pendistribusian Dana Zakat Infaq dan
Shadaqah (ZIS) Perbankan Syariah untuk
Pemberdayaan Usaha Kecil Mikro (UKM) di
Malang”
Kualitatif deskriptif Dalam penelitian ini, Indah Yuliana ingin mengetahui
tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang
sudah disusun secara matang untuk memberdayakan
UKM melalui dana zakat infak dan sedekah Perbankan
Syariah. Penelitian ini dilakukan di kota Malang,
Provinsi Jawa Timur
Muhammad Nurul Hamdi, Evi Nurjanah dan
Latifah Safitri Handayani (2014)
“Community Development Based On Ibnu
Khaldun Thought, Sebuah Interpretasi
Program Pemberdayaan UMKM Di Bank
Zakat El-Zawa”
Kualitatif deskriptif Peneliti dalam hal ini ingin menjelaskan model
pemberdayaan UMKM yang terinterpretasi dari
pemikiran Ibnu Khaldun tentang pengembangan
masyarakat yang disuguhkan sebagai solusi dari
kendala teknis Bank Zakat el-Zawa. Penelitian ini
Muji Santoso (2014) “Analisis Penyaluran
Dana ZIS pada Program Pemberdayaan
Ekonomi”
Kualitatif deskriptif Dalam penelitian ini Muji Santoso meneliti bentuk
penyaluran dana ZIS pada Program Pemberdayaan
Ekonomi Institut Mentas Unggul (IMU) Dompet
Dhuafa Yogyakarta, pada penelitian ini membahas
bagaimana Dompet Dhuafa Yogyakarta menggelola
dananya dalam memberdayakan masyarakat dan
mengurangi jumlah pengangguran melalui program
yang ada.
Ardian Fitria Kusuma (2014) “Pengelolaan
Zakat Produktif untuk Peningkatan Usaha
Mikro”
Kualitatif deskriptif Dalam penelitian ini Ardian Fitria Kusuma meneliti
pengelolaan dana zakat produktif di Dompet Dhuafa
Yogyakarta dalam peningkatan ekonomi pengelola
usaha kecil dari masyarakat dhuafa, serta perannya
dalam mempengaruhi peningkatan kesejahteraan dan
F. Kajian Teori
1. Peran
Peran merupakan aspek dinamis kedudukan. Apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia
menjalankan suatu peranan. Setiap orang mempunyai macam-macam
peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya.
Hubungan-hubungan sosial yang ada dalam masyarakat merupakan Hubungan-hubungan
antara peranan-peranan individu dalam masyarakat. Peranan diatur oleh
norma-norma yang berlaku (Soekanto, 2012: 212-213).
Peran merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status) yang
dimiliki oleh seseorang, sedangkan status merupakan sekumpulan hak
dan kewajiban yang dimiliki seseorang apabila seseorang melakukan
hak-hak dan kewajiban-kewajiban sesuai dengan kedudukannya, maka
ia menjalankan suatu fungsi.
Peran merupakan tindakan atau perilaku yang dilakukan oleh
seseorang yang menempati suatu posisi di dalam status sosial, peran
menurut Levinson dalam Soekanto (2012: 213) mencakup tiga hal,
yaitu sebagai berikut:
a. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peran dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan;
c. Peran juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.
Peran adalah suatu rangkaian yang teratur yang ditimbulkan
karena suatu jabatan. Manusia sebagai makhluk sosial memiliki
kecenderungan untuk hidup berkelompok. Dalam kehidupan
berkelompok tadi akan terjadi interaksi antara anggota masyarakat yang
satu dengan anggota masyarakat yang lainnya. Tumbuhnya interaksi di
antara mereka ada saling ketergantungan. Dalam kehidupan
bermasyarakat itu muncu lah apa yang dinamakan peran (role).
Jika melihat pengertian tersebut bisa dikatakan peran adalah
suatu sikap atau perilaku yang diharapkan oleh banyak orang atau
sekelompok orang terhadap seseorang yang memiliki status atau
kedudukan tertentu. Peran yang dijalankan seseorang merupakan
kewajiban yang harus dia laksanakan terkait dengan status yang dia
miliki. Dengan demikian peran dapat diartikan sebagai perilaku yang
diharapkan dari seseorang dengan status yang disandangnya. Perilaku
yang sudah dijalankan itu merupakan perilaku yang sesungguhnya atau
disebut perilaku peran.
2. Pemberdayaan
a. Definsi Pemberdayaan
Dalam kajian literatur mengenai pengertian konsep
pemberdayaan, terdapat beberapa tokoh yang mengungkapkan
Pemberdayaan dapat dimaknai perubahan sosial
masyarakat, sikap, perilaku masyarakat yang perlu diubah kearah
yang positif agar masyarakat berdiri mandiri dan berdaya (Suharto,
2009 : 60).
Menurut Parsons dalam Suharto (2009: 58-59),
pemberdayaan adalah sebuah proses orang menjadi cukup kuat
untuk berpartisipasi dalam berbagi pengontrolan atas, dan
mempengaruhi terhadap kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga
yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan
bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan
kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan
kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.
Menurut Rappaport dalam Suharto (2009: 59),
pemberdayaan adalah suatu cara tentang rakyat, organisasi, dan
komunitas diberikan petunjuk agar ia mampu berkuasa atas apa
yang ia miliki dalam kehidupannya.
Menurut Mc Ardle dalam Hikmat (2010: 3), pemberdayaan
merupakan proses penjustifikasian oleh orang-orang secara
konsekuen. Mereka melakukannya secara bersama-sama dengan
tujuan yang telah disepakati agar dalam taraf selanjutnya mencapai
kemandirian. Kemandirian itu dicapai berdasarkan pengolahan dari
akumulasi pengetahuan, keterampilan dan kreatifitasnya tanpa
Sedangkan menurut Mahendrawati (1994: 42),
pemberdayaan adalah suatu upaya pemberian pilihan bagi
masyarakat dalam berbagai opsi untuk memberikan manfaat bagi
dirinya. Dengan demikian, masyarakat itu akan memiliki daya
terhadap dirinya sendiri.
Pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan Pemerintah,
Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat secara sinergis
dalam bentuk penumbuhan iklim dan pengembangan usaha
terhadap Usaha Mikro, kecil, dan Menengah sehingga mampu
tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri
(UU No 20 tahun 2008 pasal 1 ayat 8).
Jadi bisa dikatakan bahwa pemberdayaan adalah cara atau
usaha yang dilakukan dengan tujuan untuk merubah kondisi
masyarakat yang tadinya kurang baik menjadi lebih baik lagi, dan
menjadikan masyarakat tersebut menjadi mandiri. Hal tersebut
juga menjadi perhatian dalam Islam, sebagaimana di tuliskan
dalam surat Ar-Ra’d: 11
kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”
b. Tujuan Pemberdayaan
Tujuan pemberdayaan adalah memperkuat masyarakat
lemah baik dalam aspek internal maupun aspek eksternal. Dalam
aspek internal dilakukan dengan cara memperkuat mentalitas
ataupun persepsi dalam berjuang menuju ke arah yang lebih baik.
Sedangkan dalam aspek eksternal dilakukan dengan cara
menolongnya keluar dari struktur sosial yang menindasnya
(Suharto, 2009 : 60)
Menurut Jamasy (2004: 42) tujuan pemberdayaan dapat
dianalisis yang pada dasarnya merupakan penanggulangan
terhadap kemiskinan. Tujuan-tujuan tersebut ialah:
1) Menekankan rasa ketidak berdayaan masyarakat menghadapi
struktur sosial politis.
2) Menghentikan segala bentuk upaya eksploitasi lapisan
masyarakat miskin apabila terjadi perubahan sosial, politik,
dan budaya.
3) Terciptanya pemahaman dalam masyarakat bahwa kemiskinan
merupakan struktur sosial dan bukan merupakan takdir yang
4) Memberikan ruang bagi masyarakat golongan miskin dalam
setiap pembuatan kebijakan.
5) Pembangunan sosial dan budaya bagi masyarakat miskin.
6) Distribusi infrastruktur yang lebih merata.
c. Upaya Pemberdayaan
Menurut Suriadi (2005: 56), upaya dalam membangun
pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga tahapan yang meliputi:
1) Menciptakan iklim yang memungkinkan potensi manusia
berkembang. Titik tolaknya adalah penekanan bahwa setiap
manusia dan masyarakat memiliki potensi-potensi, kemudian
diberikan motivasi dan penyadaran bahwa potensi itu dapat
dikembangkan.
2) Memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat. Hal tersebut
memerlukan langkah-langkah yang lebih positif dan nyata,
penyediaan berbagai masukan serta pembukaan berbagai akses
kepada berbagai peluang yang akan membuat masyarakat
mampu dan memanfaatkan peluang. Pemberdayaan pada
jalur ini dapat berupa pemberian berbagai bantuan produktif,
pelatihan, pembangunan sarana dan prasarana baik fisik
maupun sosial, dan pengembangan kelembagaan di tingkat
3) Pemberdayaan mengandung arti pemihakan pada pihak yang
lemah untuk mencegah persaingan yang tidak seimbang dan
menciptakan kemitraan yang saling menguntungkan.
3. UMKM
UMKM adalah singkatan dari Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah. UMKM diatur berdasarkan UU Nomor 20 tahun 2008
tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Dalam undang-undang
tersebut dijelaskan bahwa sebuah perusahaan yang digolongkan
sebagai UMKM adalah perusahaan kecil yang dimiliki dan dikelola
oleh seseorang atau dimiliki oleh sekelompok kecil orang dengan
jumlah kekayaan dan pendapatan tertentu. Rinciannya sebagai berikut:
a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
Kriteria UMKM sebagai mana di atur dalam UU Nomor 20 tahun
2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah sebagai
a. Usaha produktif yang kekayaannya sampai 50 juta rupiah dengan pendapatan sampai 300 juta rupiah per tahun digolongkan sebagai Usaha Mikro.
b. Usaha produktif yang nilai kekayaan usahanya antara 50 juta hingga 500 juta rupiah dengan total penghasilan sekitar 300 juta hingga 2,5 milyar rupiah per tahun dikategorikan sebagai Usaha Kecil.
c. Sedangkan Usaha Menengah merupakan usaha produktif yang memiliki kekayaan (modal) 500 juta hingga 10 milyar rupiah dengan jumlah pendapatan pertahun berkisar 2,5 – 50 milyar rupiah.
Sedangkan menurut Bank Dunia, UMKM dapat dikelompokkan
dalam tiga jenis, yaitu Usaha Mikro (jumlah karyawan 10 orang), Usaha
Kecil (jumlah karyawan 30 orang) dan Usaha Menengah/Medium
(jumlah karyawan hingga 300 orang).
Adapun ciri-ciri usaha mikro menurut Supadie (2013:61) adalah
sebagai berikut:
a. Jenis barang/komoditi usahanya tidak terlalu tetap, sewaktu-waktu dapat berganti;
b. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu waktu dapat pindah tempat;
c. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha;
d. Sumber daya manusianya belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai;
e. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah;
f. Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka sudah akses ke lembaga keuangan non bank;
g. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP.
Sedangkan ciri-ciri industri kecil/usaha kecil menurut Supadie
(2013:62) adalah sebagai berikut:
b. Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah;
c. Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, sudah membuat neraca usaha;
d. Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP;
e. Sumber daya manusia memiliki pengalaman dalam berwirausaha; f. Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal; g. Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan
baik seperti business planning.
4. Zakat
Zakat adalah salah satu dari lima rukun Islam, setiap muslim
diwajibkan untuk membayar zakat sesuai dengan hukum ajaran Islam.
Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti,
yaitu al-barakatu ‘keberkahan’, al-namaa ‘pertumbuhan dan
perkembangan’, ath-thaharatu ‘kesucian’, dan ash-shalahu
‘keberesan’. Sedangkan secara istilah, zakat itu adalah bagian dari harta
dengan persyaratan tertentu, yang Allah SWT mewajibkan kepada
pemiliknya, untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya,
dengan persyaratan tertentu pula (Hafidhuddin, 2008: 7). Secara
sosiologi zakat adalah refleksi dari rasa kemanusiaan, keadilan,
keimanan, serta ketaqwaan yang mendalam yang harus muncul dalam
sikap orang kaya (Sari, 2007:1).
Hubungan antara pengertian zakat di atas sangat nyata dan erat
sekali, yaitu bahwa harta yang dikeluarkan zakatnya akan menjadi
berkah, tumbuh, berkembang dan bertambah, suci dan baik. Seperti
Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan
zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka.
dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”
Zakat memiliki posisi yang sangat penting, strategis, dan
menentukan baik dilihat dari sisi ajaran Islam maupun dari sisi
pembangunan kesejahteraan umat. Zakat sangat erat kaitannya dengan
masalah bidang sosial dan ekonomi di mana zakat mengikis sifat
ketamakan dan keserekahaan si kaya. Masalah sosial di mana zakat
bertindak sebagai alat yang diberikan Islam untuk menghapuskan
kemiskinan dari masyarakat dengan menyadarkan si kaya akan
tanggung jawab sosial yang mereka miliki, sedangkan dalam bidang
ekonomi zakat mencegah pemupukkan kekayaab dalam tangan
seseorang (Sari, 2007:1-2).
5. Zakat Produktif
Zakat dalam penyalurannya dibagi ke dalam dua jenis, yaitu
zakat konsumtif dan zakat produktif. Zakat konsumtif yaitu zakat yang
diberikan kepada mustahiq untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
seperti makan, tempat tinggal meneruskan perjalanan dan lain-lain.
Fungsi ini adalah asal dari fungsi zakat yaitu memberikan zakat untuk
diberikan kepada fakir miskin berupa modal usaha atau yang lainnya
yang digunakan untuk usaha produktif yang mana hal ini akan
meningkatkan taraf hidupnya, dengan harapan seorang mustahiq akan
bisa menjadi muzakki jika dapat menggunakan harta zakat tersebut
untuk usahanya. Lebih tegasnya zakat produktif adalah pendayagunaan
zakat secara produktif, yang pemahamannya lebih kepada bagaimana
cara atau metode menyampaikan dana zakat kepada sasaran dalam
pengertian yang lebih luas, sesuai ruh dan tujuan syara’. Cara pemberian yang tepat guna, efektif manfaatnya dengan sistem yang
serba guna dan produktif, sesuai dengan pesan syariat dan peran serta
fungsi sosial ekonomis dari zakat (Asnaini, 2008: 64).
Zakat produktif dengan demikian adalah pemberian zakat yang
dapat membuat para penerimanya menghasilkan sesuatu secara terus
menerus, dengan harta zakat yang telah diterimanya. Zakat produktif
dengan demikian adalah zakat dimana harta atau dana zakat yang
diberikan kepada para mustahiq tidak dihabiskan akan tetapi
dikembangkan dan digunakan untuk membantu usaha mereka,
sehungga dengan usaha tersebut mereka dapat memenuhi kebutuhan
hidup secara terus-menerus (Asnaini, 2008: 64).
Adapun penyaluran zakat secara produktif sebagaimana yang
pernah terjadi di zaman Rasulullah SAW yang dikemukakan dalam
sebuah hadits riwayat Imam Muslim dari Salim bin Abdillah bin Umar
zakat lalu menyuruhnya untuk dikembangkan atau disedekahkan lagi.
Dalam kaitan dengan zakat yang bersifat produktif, terdapat pendapat
yang menarik sebagaimana dikemukakan oleh Yusuf al-Qaradhawi
dalam Fiqh Zakat dalam Hafidhiddin (2008:134) bahwa pemerintah
Islam diperbolehkan membangun pabrik-pabrik atau
perusahaan-perusahaan dari uang zakat untuk kemudian kepemilikan dan
keuntungannya bagi kepentingan fakir miskin, sehingga akan terpenuhi
kebutuhan hidup mereka sepanjang masa. Pengganti pemerintah, untuk
saat ini dapat diperankan oleh Badan Amil Zakat (BAZ), Lembaga
Amil Zakat (LAZ) atau Lembaga Keuangan seperti Bank Syariah yang
kuat, amanah dan profesional. BAZ, LAZ atau Bank Syariah, jika
memberikan zakat yang bersifat produktif harus pula memberikan
pendampingan/pembinaan kepada para mustahik agar kegiatan
usahanya dapat berjalan dengan baik, dan agar para mustahik semakin
meningkat kualitas keimanan dan keislamannya (Hafidhuddin, 2004:
133-134).
a. Hukum Zakat Produktif
Al-Qur’an, al-Hadits dan Ijma’ tidak menyebutkan secara tegas tentang cara pemberian zakat apakah dengan cara konsumtif
atau produktif. Dapat dikatakan tidak ada dalil naqli dan sharih
yang mengatur tentang bagaimana pemberian zakat itu kepada
mustahiq. Ayat 60 surat at-Taubah, oleh sebagian besar ulama
ini hanya menyebutkan pos-pos dimana zakat harus diberikan.
Tidak menyebutkan cara pemberian zakat kepada pos-pos tersebut
(Asnaini, 2008: 77).
Teori hukum Islam menunjukan bahwa dalam menghadapi
masalah-masalah yang tidak jelas rinciannya dalam al-Qur’an atau petunjuk yang ditinggalkan Nabi SAW, penyelesaiannya adalah
dengan metode Ijtihad. Ijtihad atau pemakaian akal dengan tetap
berpedoman kepada al-Qur’an dan Hadis. Dalam sejarah hukum Islam dapat dilihat bahwa ijtihad diakui sebagai sumber hukum
setelah al-Qur’an dan Hadis. Apalagi problematika zakat tidak pernah absen, selalu menjadi topik pembicaraan umat Islam, topik
aktual, dan akan terus ada selagi umat Islam ada. Fungsi sosial,
ekonomi dan pendidikan dari zakat bila dikembangkan dan
dibudidayakan dengan sebaik-baiknya akan dapat mengatasi
masalah sosial, ekonomi dan pendidikan yang sedang dihadapi
bangsa (Asnaini, 2008: 78).
Di samping itu zakat merupakan sarana, bukan tujuan
karenanya dalam penerapan rumusan-rumusan tentang zakat harus
rasional, ia termasuk kedalam bidang fiqh yang dalam
penerapannya harus dipertimbangkan kondisi dan situasi serta
senafas dengan tuntutan dan perkembangan zaman (Asnaini, 2008:
78). Maka bisa dikatakan bahwa hukum Islam selalu dapat tampil
Dengan demikian berarti bahwa teknik pelaksanaan
pembagian zakat bukan sesuatu yang mutlak, akan tetapi dinamis,
dapat disesuaikan dengan kebutuhan di suatu tempat. Dalam artian
perubahan dan perbedaan dalam cara pembagian zakat tidaklah
dilarang dalam Islam karena tidak ada dasar hukum yang secara
jelas menyebutkan cara pembagian tersebut, selama cara yang
digunakan tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan telah
terlebih dahulu dilakukan ijtihad.
6. Zakat Perusahaan
Perusahaan pada umumnya mencangkup tiga hal besar. Pertama
perusahaan yang menghasilkan produk-produk tertentu. Jika dikaitkan
dengan kewajiban zakat, maka produk yang dihasilkannya harus halal
dan dimiliki oleh orang orang yang beragama Islam, atau jika
pemiliknya bermacam-macam agamanya, maka berdasarkan
kepemilikan saham dari yang beragama Islam. Kedua perusahaan yang
bergerak di bidang jasa, seperti perusahaan di bidang akuntansi, dan
lain sebagainya. Ketiga perusahaan yang bergerak dibidang keuangan,
seperti lembaga keuangan, baik bank maupun nonbank (asuransi,
reksadana, money changer, dan yang lainnya).
Adapun yang menjadi landasan hukum kewajiban zakat pada
perusahaan adalah nash-nash yang bersifat umum, seperti At-Taubah
ayat 103. Para ulama peserta Muktamar Internasional Pertama tentang
perdagangan, karena dipandang dari aspek legal dan ekonomi kegiatan
sebuah perusahaan intinya berpijak kepada kegiatan perdagangan
(Hafidhuddin, 2004: 101).
Secara umum pola pembayaran dan penghitungan zakat
perusahaan sama dengan zakat perdagangan, nishabnya adalah senilai
85 gram emas, sama dengan nishab zakat perdagangan dan sama
dengan nishab zakat emas dan perak (Hafidhuddin, 2004: 102).
Menurut Hafidhuddin (2004: 102) sebuah perusahaan biasanya
memiliki harta yang tidak akan terlepas dari tiga bentuk, yaitu:
a. Harta dalam bentuk barang, baik yang berupa sarana dan prasarana, maupun yang merupakan komoditas perdagangan; b. Harta dalam bentuk uang tunai, yang biasanya disimpan di
bank-bank;
c. Harta dalam bentuk piutang.
Dari uraian di atas, bisa dikatakan jika harta perusahaan yang
wajib dizakati adalah ketiga bentuk harta tersebut, dikurangi harta
dalam dalam bentuk sarana dan prasarana dan kewajiban mendesak
lainnya, seperti utang yang jatuh tempo atau yang harus dibayar pada
saat itu juga. Dari penjelasan tersebut, maka dapatlah diketahui bahwa
pola perhitungan zakat perusahaan, didasarkan pada laporan keuangan
(neraca) dengan mengurangkan kewajiban atas aktiva lancar, atau
seluruh harta (di luar sarana dan prasarana) ditambah keuntungan,
dikurangi pembayaran utang dan kewajiban lainnya, lalu dikeluarkan
yang wajib dikeluarkan zakatnya itu hanyalah keuntungannya saja
(Hafidhuddin, 2004: 102).
7. Infak
Infak adalah mengeluarkan harta yang mencangkup zakat dan
nonzakat. Infak ada yang wajib dan ada yang sunnah. Infak wajib
diantaranya zakat, kafarat, nadzar dan lain-lain. Infak sunnah
diantaranya, infak kepada fakir miskin sesama muslim, infak bencana
alam, infak kemanusiaan, dan lain-lain. Infak menjadi salah satu pintu
masuk cara pendistribusian kekayaan dalam ajaran Islam (Sholihin,
2010: 351).
8. Sedekah
Sedekah adalah pemberian harta kepada orang-orang
fakir-miskin, orang yang membutuhkan, ataupun pihak-pihak lain yang
berhak menerima sedekah, tanpa disertai imbalan, tanpa paksaan, tanpa
batasan jumlah, kapan saja dan berapapun jumlahnya. Sedekah ini
A. Metode Penelitian
1. Konsep dan Variabel Penelitian
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode kualitatif
komparatif dengan pendekatan Kualitatif. Penelitian komparatif adalah penelitian
yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel
yang berbeda (Sugiyono, 2012:57). Menurut Dra. Aswani Sudjud, penelitian
komparasi akan dapat menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan
tentang benda-benda, orang, prosedur kerja, ide-ide, kritik terhadap orang, dan
kelompok. Dapat juga membandingkan kesamaan pandangan dan
perubahan-perubahan pandangan orang, grup atau negara, terhadap kasus, orang, peristiwa atau
terhadap ide-ide ( Suharsimi Arikunto, 2010:310).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
komparatif yaitu menggambarkan permasalahan peristiwa melalui responden ataupun
sumber data lainnya yang terkait dengan BMT ELTAMANI dan BMT UMY.
Dalam penelitian ini peneliti juga akan mendeskripsikan dua permasalahan pokok
dengan cara:
1. Mendeskripsikan strategi bersaing dalam meningkatkan keunggulan kompetitif
pada produk yang telah dipasarkan dengan mengungkapkan:
promosi yang digunakan dalam prakteknya dari kedua lembaga tersebut.
Kemudian peneliti ingin mengetahui kiprah dari kedua BMT ini untuk di
komprasikan. Karena memang kedua lembaga ini sama-sama bergerak di bidang
ekonomi mikro yang menyasar masyarakat secara langsung.
3. Lokasi, Subyek, Objek, Jadwal, dan Skema Penelitian
a. Lokasi penelitian
Lokasi dari penelitian ini ada dua tempat, karena peneliti menggunakan studi
komparatif. Untuk tempat atau lokasi yang pertama adalah BMT UMY Yogyakarta,
yang beralamatkan di Kasihan, Bantul, Yogyakarta.
Dan lembaga yang kedua adalah BMT Eltamani Pangandaran yang berlokasi di
Cikembulan, Pangandaran, Jawa Barat.
b. Subyek penelitian
1) Informan Pangkal
Teknik pengambilan informan atau sampel dalam penelitian kualitatif
berupa purposive atau seleksi berdasarkan kriteria tertentu (criterion based
selection).
Dan untuk informan pangkal daalam penelitian ini adalah pihak dari BMT
ELTAMANI Pangandaran dan BMT UMY Yogyakarta yaitu bagian Cutomer
Teknik pengambilan informan kunci dilakukan secara sampel non random
sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dimana sampel yang diambil
berdasarkan kriteria yang teah ditentukan.
Kriteria informan kunci dari penelitian ini adalah bagian marketing dari BMT
ELTAMANI Pangandaran dan BMT UMY Yogyakarta. Hal ini untuk
mengetahui strategi pemasaran sepeti apakah yang dilakukan kedua lembaga
ini untuk menarik minat calon nasabahnya.
c. Objek penelitian
Dikarenakan peneliti menggunakan studi komparatif, maka Subjek serta
Objek dari penelitian ini sama. Untuk subjek dari BMT UMY dan BMT El-tamani
adalah AO, Customer Service dari BMT UMY dan BMT El-tamani atau bagian
yang berhak dan paham akan informasi yang peneliti akan lakukan. Sedangkan
untuk objek penelitian dari kedua BMT ini adalah strategi bertahan dan bersaing
dengan lemabaga keuangan lainnya, sedangkan variabel yang digunakan adalah
pemasaran yang efektif untuk menarik minat calon nasabah.
d. Jadwal penelitian
Hal yang penting juga untuk diperhatikan oleh peneliti adalah waktu yang
Di lembaga KJKS BMT ELTAMANI, peneliti melakukan penelitian
dimulai pada hari senin, 4 April 2016- Senin, 11 April 2016. Atau kurang lebih
seminggu yang dibutuhkan oleh peneliti untuk melakukan penelitian.
e. Skema Penelitian
Sebuah skema penelitian diperlukan untuk mengetahui dan memahami
konsep dasar sebuah penelitian. Skema penelitian menggambarkan tahapan tahapan
yang peneliti lakukan dari awal penelitian seperti merusmuskan masalah,
merancang desain penelitian, pengumpulan data, sampai dengan melaporkan hasil
penelitian. Berikut ini merupakan skema penelitian yang peneliti lakukan:
Gambar 2.1. Skema Penelitian
Perumusan masalah
Perancangan penelitian
Pengumpulan data
Pengolahan data Analisis data
Penyajian data
semua elemen yang ada di dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan
penelitian populasi atau study populasi atau studi sensus (Sabar, 2007).
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011: 80).
Sedangkan pengertian dari sampel adalah sebagian dari subyek dalam populasi
yang diteliti, yang sudah tentu mampu secara representative yang dapat mewakili
populasinya (Sabar,2007).
Sampel adalah bagian atau jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada
pada populasi, missal keterbatasan tenaga, dana, dan waktu, maka peneliti akan
mengambil sampel dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu,
kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yag diambil dari
populasi harus representative (Sugiyono,2011).
Peneliti menggunakan objek Populasi dan sample dari penelitian ini adalah pada
Baitul Mal Wa Tamwil atau JKS BMT yang berada di dua tempat yang berbeda, karena
peneliti menggunakan studi komparatif. Yaitu BMT Eltamani Pangandaran yang
dimana lembaga ini memiliki berbagai cabang di daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah
5. Teknik Penelitian
Metode penelitin dan teknik penelitian merupakan hal yang sanagt penting dalam
mengumpulkan data. Metode merupakan keseluruhan langkah ilmiah yang digunakan
untuk menemukan solusi atau suatu masalah (Uber Silalahi, 2009:13). Metode
penelitian itu sendiri dapat didefinisikan sebagai suatu setiap prosedur yang digunakan
untuk mencapai tujuan akhir (Sulistyo Basuki, 2006:92). Ada bermacam-macam cara
untuk mengumpulkan data, informasi, serta menguji data dan informasi tersebut.
Cara-cara tersebut adalah mengadakan wawanCara-cara, mengadakan angket (melalui daftar
kuisioner), mengadakan observasi, penelitian lapangan, ataumengadakan penelitian
kepustakaan (Gorys Keraf, 2004 : 181).
Sedangkan teknik atau metode yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
a. Metode Observasi (Pengamatan)
Observasi adalah dasar dari ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat
bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh
melalui observasi (Sugiyono, 2010:310).
Dalam hal ini peneliti menggunakan observasi terus terang atau tersamar,
artinya peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang
kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang
diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktifitas penelitian
oleh peneliti.
b. Interview (wawancara)
Menurut Esterberg (dalam Sugiyono), wawancara adalah pertemuan dua
orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Sugiyono, 2010:317).
Metode wawancara atau interview adalah proses memperoleh tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambal bertatap muka antara pewawancara
dengan responden atau orang yang diwawancarai (Bungin, 2013:133).
Bentuk wawancara yang digunakan adalah wawancara terarah, wawancara
terarah dilaksanakan secara bebas, tetapi kebebasan ini tidak terlepas dari pokok
permasalahan yang akan ditanyakan kepada responden dan telah dipersiapkan
oleh pewawancara (Bungin, 2013:135).
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengumpulan data dengan
wawancara semistruktur (semistructure interview) kepada semua informan,
jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-depth interview dimana
pelaksaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawncara terstruktur.
Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara
ide-ini masih perlu diolah agar dianggap bersih dari hal-hal yang mengganggu
misalnya: salah mencatat, salah kode, dan lain-lain. Pengolahan data adalah
proses untuk memperoleh data yang berasal dari sekelompok data mentah
dengan menggunakan rumus tertentu. Dalam penelitian ini, cara pengolahan
terbagi dalam beberapa tahap yaitu (Rasyad, 2003:14) :
Gambar 2.2. Cara Pengolahan Data
c. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi Proses Pengkodean : kegiatan merubah
data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka. Pengkodean data dilakukan untuk memberikan kode yang spesifik pada respon jawaban responden untuk memudahkan proses pencatatan
data.
Proses Validasi : derajat ketepatan antara data yang terdapat di lapangan dan data yang dilaporkan oleh peneliti. Bila peneliti membuat laporan yang tidak sesuai dengan apa
yang terjadi pada objek data tersebut dapat dinyatakan Proses Verifikasi : merupakan proses
kualitatif untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui
suatu media tertulis dan dokumen lainnya yang ditulis atau dibuat langsung oleh
subjek yang bersangkutan (Hendriansyah, 2010:143).
6. Jenis dan Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diambil dari sumber data primer atau sumber
pertama di lapangan. Sumber data ini adalah sumber pertama dimana sebuah data
dihasilkan (Bungin, 2013:128-129).
Data primer tersebut diperoleh dari sumber utama yaitu bagian marketing
dari BMT ELTAMANI Pangandaran dan BMT UMY Yogyakarta., data diperoleh
dengan wawancara.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber
sekunder. Sumber data sekunder adalah sumber data kedua sesudah data primer
(Bungin, 2013:128-129).
Data sekunder dalam hal ini terdiri dari buku atau dokumentasi yang berkaitan
dengan masalah, pendapat para ahli hokum dan laporan-laporan hasil penelitian.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data
peneliti dapat secara langsung melalui wawancara atau kuisioner dimana peneliti
langsung melakukan serta menganilisis dari tempat atau objek penelitian tersebut
dilakukan.
7. Analisis Data
Analisis data adalah proses penyelesaian data kedalam kompenen-komponen
penyusunnya untuk mengungkapkan unsur-unsur, karakteristik, dan struktur di
dalamnya (Ian Dey, 19995 : 30).
Agar data tersebut dapat dianalisis, maka data tersebut harus dipecah dahulu
menjadi bagian-bagian kecil (menurut elemen atau struktur), kemudian
menggabungkannya untuk memperoleh pemahaman yang baru. Analisa data
merupakan proses paling vital di dalam sebuah penelitian. Hal ini berdasarkan
argumentasi bahwa dalam analisa inilah data yang diperoleh peneliti bisa
diterjemahkan menjadi hasil yang sesuai dengan kaidah ilmiah. Maka dari itu , perlu
kerja keras, daya kreatifitas, dan kemampuan intelektual yang tinggi agar mendapatkan
hasil yang memuaskan. Analisis data merupakan hasil dari pengumpulan data. Sebab
data yang terkumpul, bila tidak dianalisis hanya menjadi barang yang tidak bermakna,
tidak berarti, menjadi data yang mati, data yang tidak berbunyi. Oleh karena itu, analisis
data disini berfungsi untuk member arti, makna dan nilai yang terkandung dalam data