• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRAREGI PEMASARAN PRODUK-PRODUK BMT DALAM MENARIK MINAT CALON NASABAH (STUDI KOMPARASI PADA BMT ELTAMANI PANGANDARAN DAN BMT UMY YOGYAKARTA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRAREGI PEMASARAN PRODUK-PRODUK BMT DALAM MENARIK MINAT CALON NASABAH (STUDI KOMPARASI PADA BMT ELTAMANI PANGANDARAN DAN BMT UMY YOGYAKARTA)"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

PANGANDARAN DAN BMT UMY YOGYAKARTA)

SKRIPSI

Oleh

Mu’tashim Billah Alfawaz

NPM: 20120730064

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PRODI MUAMALAT

(2)

PANGANDARAN DAN BMT UMY YOGYAKARTA)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E.I) Strata Satu

pada Prodi Muamalat Fakultas Agama Islam

Univesitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

Mu’tashim Billah Alfawaz

NPM: 20120730064

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PRODI MUAMALAT

(3)

Hal : Persetujuan

Kepada Yth. Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Assalamu'alaikwn wr.wb. Setelah menerima dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka saya berpendapat bahwa skripsi saudara:

Nama : Mu’tashim Billah Alfawaz NPM : 20120730064

Judul : Strategi Pemasaran Produk Produk BMT Dalam Menarik Minat Calon Nasabah

(Studi Komparasi Pada BMT ELTAMANI Pangandaran Dan BMT UMY Yogyakarta)

Telah memenuhi syarat untuk diajukan pada ujian akhir tingkat Sarjana pada Fakultas Agama Islam Prodi Muamalat Konsentrasi Ekonomi dan Perbankan Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Bersama ini saya sampaikan naskah skripsi tersebut, dengan harapan dapat diterima dan segera dimunaqasyahkan.

Atas perhatiarmya diucapkan terima kasih.

Wassalamu'alaikwn wr.wb.

Pembimbing

(4)

Judul Skripsi:

STRAREGI PEMASARAN PRODUK-PRODUK BMT DALAM MENARIK MINAT CALON NASABAH

(STUDI KOMPARASI PADA BMT ELTAMANI PANGANDARAN DAN BMT UMY YOGYAKARTA)

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Nama : Mu’tashim Billah Alfawaz NPM : 20120730064

Telah dimunaqasyahkan di depan Sidang Munaqasyah Prodi Ekonomi dan Perbankan Islam pada tanggal 14 Juni, 2016 dan dinyatakan memenuhi syarat diterima:

Sidang Dewan Penguji

Ketua Sidang :

Pembimbing : Amelia Pratiwi, S.E., M.E

Penguji :

Yogyakarta, 14 Juni, 2016

Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Dekan

(5)

Nama Mahasiswa : Mu’tashim Billah Alfawaz Nomor Mahasiswa : 202120730064

Program Studi : Ekonomi dan Perbankan Islam

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul " Strategi Pemasaran Produk Produk BMT Dalam Menarik Minat Calon Nasabah (Studi Komparasi Pada BMT ELTAMANI Pangandaran Dan BMT UMY Yogyakarta" merupakan karya saya sendiri dan belun pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pemah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 14 Juni, 2016 Yang membuat pernyataan

(6)

La insyakartum la aziidannakum

-Q.S. 14:7

Man arooda addunya fa’alaihi bil ilmi, wa man arooda alakhiroh

fa’alaihi bil ilmi, wa man arooda huma fa’alaihi bil ilmi

-H.R. Bukhari

Man jadda wajada

-Pribahasa Arab

Dimana pun kalian berada, disitu lah bumi Allah.

-Buya

Kudu silih asih silih asah jeung silih asuh

-Umi

Harapan bakal terwujud keur jelema nu daek usaha jeung selalu

ngadoa.

-Mu’tashim Billah Alfawaz

(7)

-Pribahasa Sunda

Ulah gugur samemeh tempur perlaya samemeh perang. Indit ka

medan jerit ulah dengki lumampah ka medan dadalaga ulah

dendam lumaku ka medan tempur ulah ujub.

-Pribahasa Sunda

Geus loba pangarti nu kapimilik, pangabisa nu geus kapibanda,

elmu nu geus katimu, kari diamalkeun

-Pribahasa Sunda

(8)

Almamaterku

(9)

telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini yang berjudul “STRAREGI PEMASARAN PRODUK-PRODUK BMT DALAM MENARIK MINAT CALON NASABAH

(STUDI KOMPARASI PADA BMT ELTAMANI PANGANDARAN DAN BMT UMY

YOGYAKARTA)” tepat waktu dan tanpa adanya halangan yang berarti.

Laporan penelitian atau skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian lapangan yang peneliti laksanakan di BMT ELTAMANI Jl. Cikembulan, Pangandaran, Jawa Barat dan BMT UMY Jl. Lingkar Barat, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

Penelitian skripsi ini merupakan salah syarat wajib yang harus ditempuh dalam Program Studi Ekonomi dan Perbankan Islam untuk mendapatkan gelar Strata Satu (S1). Selain untuk menuntaskan program studi yang penulis tempuh, penelitian skripsi ini ternyata banyak memberikan pengalaman baru bagi penulis.

Dalam penyusunan laporan hasil penelitisn skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu penulis ingin mengungkapkan rasa terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Bapak Prof. Dr. Bambang Cipto. MA.

yang telah memberikan peluang kepada penulis untuk menimba ilmu di institusi ini.

2. Kepada Dekan Fakultas Agama Islam Bapak Dr. Mahli Zainudin Tago, M.Si 3. Kepada Kaprodi Ekonomi dan Perbankan Islam Bapak Syarif As’ad, S.EI. M.Si. 4. Dosen-Dosen serta jajaran Staf Fakultas Agama Islam Program Studi Ekonomi dan

Perbankan Islam yang telah memberikan ilmunya kepada kami.

5. Kepada kedua orang tua kami yang bersemangat membesarkan kami anak-anaknya

hingga lulus perguruan tinggi, dengan pengorbanan yang tiada sanggup kami membalasnya. Adik-adikku serta keluarga ku yang tak henti-hentinya memberikan semangat moril maupun non moril agar cepat wisuda.

6. Saudara-saudara yang selalu memberikan semangat moril, maupun non moril

7. Teman-teman satu angkatan EPI 2012 dari A sampai E jangan sampai putus tali

(10)

9. Kepada Ibu serta Bapak Dosen yang mengajari serta membimbing selama kami berada

di universitas ini. Khusus nya kepada Bapak Syakir Jamaluddin S.Ag,. M.A. selaku dosen pembimbing akademik yang baik hati, serta Ibu Amelia Pratiwi, S.E., M.E yang tak henti memberikan semangat dengan senyuman dan candaan nya agar saya cepat menyelesaikan tugas akhir ini.

Yogyakarta, 14 Juni, 2016

Penulis

(11)

HALAMAN NOTA DINAS………ii

HALAMAN PENGESAHAN………iii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN………iv

HALAMAN MOTTO………...v

HALAMAN PERSEMBAHAN……….vi

KATA PENGANTAR………vii

DAFTAR ISI………...ix

DAFTAR TABEL………x

ABSTRAK……….xi

BAB I PENDAHULUAN………...1

A. Latar Belakang Masalah………1

B. Rumusan Masalah……….8

C. Tujuan Penelitian………...9

D. Kegunaan Penelitian……….10

E. Tinjauan Pustaka Dan Kerangka Teori……….11

1. Tinjauan Pustaka……….11

2. Kerangka teori……….15

a. Strategi Pemasaran………15

b. BMT……….

c. Minat……….

F. Metodelogi Penelitian………

1. Lokasi Penelitian………

(12)

B. Visi Dan Misi BMT ELTAMANI………..

C. Struktur Organisasi BMT ELTAMANI……….

D. Produk produk BMT ELTAMANI………

E. Sejarah Berdirinya BMT UMY……….

F. Visi Dan Misi BMT UMY………

G. Struktur Organisasi BMT UMY………..

H. Produk produk BMT UMY………..

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN……….

A. Analisis Strategi Pemasaran Produk BMT ELTAMANI……….

B. Analisis Strategi Pemasaran Produk BMT UMY………..

C. Analisis Penerapan Sistem Pemasaran Serta Promosi BMT ELTAMANI… D. Analisis Penerapan Sistem Pemasaran Serta Promosi BMT UMY………..

BAB IV PENUTUP………

A. Kesimpulan……….

B. Saran……….

(13)

Tabel 2……….66

Tabel 3……….71

Gambar 1……….23

Gambar 2……….………40

Gambar 3……….………45

(14)
(15)
(16)
(17)
(18)

ekonomi masyarakat menengah ke bawah yang tidak tersentuh oleh perbankan serta praktik dari ekonomi yang tidak sehat, yaitu praktik rentenir yang memperburuk keadaan masyarakat ekonomi lemah. Peneliti mengambil penelitian ini berlokasi di Pangandaran Jawa Barat, serta di Yogyakarta. Dengan menggunakan metode kualitatif serta pendekatan komparatif, teknik pengambilan data yang peneliti lakukan dengan cara wawancara, observasi, penggunaan data-data yang dihimpun, mengacu kepada informan-informan, serta menganalisis data data tersebut, maka semua pertanyaan yang tercantum dalam rumusan masalah akan terjawab.

Judul:

(19)

problems of middle to low economic class community who have limited access to banking system and are challenged by unhealthy practices of economy that is moneylending practice which worsens the low economic class community. The researcher conducted the research at Pangandaran, West Java and Yogyakarta. The research employed qualitative method and comparative approach. The data collection techniques were interview and observation. The data were then collected and analyzed in order to answer the questions.

Title:

(20)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setelah Perang Dunia Kedua, banyak negara-negara berkembang

mengejar pertumbuhan ekonomi.Hhal ini dikarenakan pertumbuhan

ekonomi sangat penting bagi kemajuan suatu bangsa. Salah satu kendala

yang mungkin dihadapi oleh suatu negara berkembang dalam mengejar

pertumbuhan ekonomi adalah terjadinya krisis ekonomi di negara tersebut.

Indonesia merupakan salah satu dari negara berkembang tersebut yang juga

mengejar pertumbuhan ekonomi bagi kemajuan bangsa. Pada masa awal

kemerdekaan sampai tahun 1965 pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak

mengalami perkembangan apa-apa, bahkan perekonomian negara hampir

bangkrut. Defisit anggaran sangat besar, seringkali melebihi 100%. Uang

beredar pun juga sangat cepat, inflasi pada saat itu mencapai 650%

(Tambunan, 2015:17-20).

Dalam masa pemerintahan selanjutnya pada tahun 1967-1998, atau

dikenal dengan masa pemerintahan Orde Baru, pemerintah berhasil

menciptakan pembangunan yang mengagumkan, pemerintah pada masa itu

berhasil menjalankan program swasembada beras dan Indonesia pun

disebut-sebut sebagai salah satu Macan Asia dikarenakan pertumbuhan

ekonominya yang mengagumkan, sekalipun masih memunculkan penilaian

yang kontroversial. Banyak pihak memuji pemerintahan Orde Baru

(21)

Indonesia yang hampir bangkrut pada tahun 1965. Namun pemerintahan

Orde Baru juga terdapat cacat yang menyebabkan krisis ekonomi

besar-besaran dan kekacauan politik pada tahun 1998. Krisis ekonomi yang terjadi

di Indonesia pada tahun 1998 sudah cukup menjelaskan bagaimana

rentannya modal asing terhadap krisis. Keterkaitan Indonesia dengan pihak

asing yang terlalu banyak menyebabkan ketergantungan yang rentan akan

krisis. Ketergantungan tersebut dapat menyebabkan Indonesia ikut-ikutan

collapse pada saat pihak asing collapse, tidak hanya rakyat miskin yang

dibuat menderita tetapi juga konglomerat yang terlilit hutang

(http://www.kompasiana.com/).

Menurut Hamid dan Anto (2000) dalam Supadie (2013:3)

pertumbuhan ekonomi Indonesia pada saat itu tidak didukung oleh

sumberdaya domestik yang tangguh, tapi karena investasi asing, bahkan

kebanyakan jangka pendek sehingga sewaktu-waktu bisa keluar dari

Indonesia. Krisis ekonomi yang berawal dari depresi rupiah terhadap dolar

AS pada pertengahan 1997, menjadi pembenar atas berbagai kritik terhadap

prestasi pembangunan ekonomi selama pemerintahan Orde Baru tersebut.

Pada saat krisis tersebut terdapat hal yang menarik untuk dilihat,

yaitu banyak Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang berhasil

bertahan dari krisis ketika banyak perusahaan besar tumbang karena terlalu

mengandalkan investasi asing. Berdasarkan data BPS di Indonesia dari

tahun 1997 hingga pada tahun 1998 menunjukkan bahwa UMKM dapat

(22)

menunjukkan perusahaan kecil 57,40 juta (87,62%), perusahaan sedang 7,7

juta (11,75%) dan perusahaan besar 0,393 juta (0,61%). Sedangkan pada

1998 menunjukkan perusahaan kecil 57,34 juta (88,66%), perusahaan

sedang 6,9 juta (10,78%) dan perusahaan besar 0,364 juta (0,56%). UMKM

dapat dikatakan sebagai salah satu penyelamat kondisi perekonomian

Indonesia karena mampu menyerap banyak tenaga kerja yang saat itu

pengangguran atau terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). UMKM ini

tergolong kepada sektor riil dalam perekonomian, dimana sektor riil inilah

yang memiliki daya tahan yang tinggi terhadap krisis global.

UMKM dapat membantu mempercepat laju pertumbuhan ekonomi

suatu negara karena sektor ini akan banyak menyerap tenaga kerja. Bila

melihat data terbaru yang peneliti dapatkan dari Kementerian Koperasi dan

Usaha Kecil dan Menengah pada tahun 2013, di Indonesia terdapat

57.900.787 UMKM dan selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya

terhitung dari tahun 1998 yang berjumlah 36.813.578. Jumlah tersebut

merupakan jumlah yang begitu besar, dengan jumlah yang sangat besar,

UMKM mampu menyerap tenaga kerja yang besar pula. Dimana UMKM

mampu menyerap 117.681.244 tenaga kerja pada tahun 2013 dan selalu

mengalami peningkatan juga sejalan dengan bertambahnya jumlah UMKM.

UMKM juga memiliki kontribusi yang sangat besar terhadap PDB, yaitu

sebesar Rp. 1,5 triliun. Melihat data tersebut seharusnya UMKM jika

benar-benar diberdayakan dan dimaksimalkan keberadaannya akan sangat

(23)

Besarnya Peranan UMKM dalam pertumbuhan ekonomi

menyebabkan pentingnya dilakukan perhatian khusus dalam sektor ini

terutama dalam pembiayaan modal UMKM. UMKM di Indonesia sebagai

salah satu fondasi perekonomian yang kuat masih memiliki beberapa

masalah dalam perkembangannya. Menurut Bambang (2003) dalam

Supadie (2013:61-62) permasalahan terbesar yang dihadapi oleh UMKM

dalam perkembangannya adalah persoalan permodalan. Pembiayaan yang

diberikan dari sektor formal seperti perbankan terhadap UMKM jelas

tergolong masih rendah, hal ini disebabkan penggerak UMKM yang

kebanyakan adalah masyarakat lapisan bawah dianggap tidak memiliki

potensi dana oleh lembaga keuangan formal, sehingga menjadikan

perkembangan ekonominya terhambat. Karena permasalahan modal yang

begitu mendesak maka mau tidak mau UMKM mencari alternatif pinjaman

kepada rentenir, syarat yang mudah dalam peminjaman modal menjadikan

hal tersebut sebagai alasan utama UMKM meminjam modal kepada

rentenir. Kisaran bunga rentenir sendiri sangatlah tinggi dan memiliki

jangka waktu yang pendek. Praktik rentenir yang seperti ini justru

menjadikan beban perekonomian UMKM semakin kompleks dan belum

memberikan solusi terhadap permasalahan modal tersebut.

Dalam Islam terdapat instrumen penting yang sangat berperan dalam

pengentasan kemiskinan dan pembangunan kesejahteraan umat tersebut,

yaitu Zakat. Selain bernilai ibadah ketuhanan, zakat juga berkaitan dengan

(24)

mengentaskan kemiskinan tersebut sudah teruji sejak masa kepemimpinan

Rasulullah SAW. Pada masa Rasulullah SAW zakat mempunyai

kedudukan yang sangat penting dalam perekonomian negara dan semakin

berkembang menjadi instrumen penting pada masa pemerintahan

khalifah-khalifah selanjutnya. Menurut (Daud Ali, 1988:9), dalam Sistem Ekonomi

Islam ada lima instrumental yang strategis dalam mempengaruhi

tingkah-laku ekonomi seorang muslim, masyarakat dan pembangunan ekonomi pada

umumnya, salah satu nilai instrumental tersebut adalah zakat. Zakat

merupakan transfer sederhana dari bagian dengan ukuran tertentu harta si

kaya untuk dialokasikan kepada si miskin. Jika melihat potensi zakat yang

ada, maka zakat merupakan salah satu alat yang bisa digunakan untuk

mengentaskan kemiskinan tersebut, karena terdapat potensi yang sangat

besar dalam zakat tersebut, terutama di Indonesia yang mayoritas

penduduknya beragama Islam dan memiliki potensi zakat terbesar di dunia.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Ketua Umum Badan Amil Zakat Nasional

(Baznas) Didin Hafidhuddin yang menyatakan potensi zakat Indonesia

mencapai Rp. 217 triliun lebih per tahun dan dapat membantu pemerintah

dalam mengentaskan kemiskinan (http://pusat.baznas.go.id/).

Dalam menghimpun dan menyalurkan dana zakat juga tidak terlepas

dari peran Lembaga Amil Zakat (LAZ), LAZ sendiri merupakan sebuah

lembaga zakat yang bertugas mengurus zakat. LAZ juga merupakan

organisasi yang tumbuh atas dasar inspirasi masyarakat sehingga

(25)

menjadi pekerjaan amil zakat paling besar di antara usaha-usaha lainnya

adalah penghimpunan dan pendayagunaan zakat. Pendayagunaan

merupakan usaha amil zakat dalam mengelola dan mendistribusikan zakat

sehingga selain mencari cara agar tersalurkannya dana zakat kepada

orang-orang yang menjadi haknya, zakat juga mendapat nilai dan kekuatan lebih

tinggi dalam kehidupan umat atau menyalurkan dana zakat secara produktif.

Sementara pengumpulan zakat merupakan usaha amil dalam menghimpun

zakat dari para muzaki. Besar-kecilnya dana zakat yang bisa dihimpun tentu

bergantung dari kepercayaan para muzaki dalam menitipkan ibadah

zakatnya pada lembaga tersebut. Dan tumbuh-tidaknya kepercayaan muzaki

terhadap lembaga tersebut tentu bergantung pada bagus tidaknya kinerja

sebuah lembaga zakat, serta sesuai tidaknya penyaluran zakat terhadap para

mustahiqnya.

Dengan menyalurkan dana zakat secara produktif tersebut, berarti

zakat tidak hanya membantu mengurangi beban para orang-orang miskin

saja, namun juga membantu mengurangi angka pengangguran yang ada di

Indonesia. Dengan adanya modal dari zakat yang didayagunakan tersebut,

maka para penerima zakat bisa mengembangkannya untuk memenuhi

kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Dengan pola produktif ini, tentunya

tidak akan mustahil zakat dapat mempunyai peranan yang sangat penting

dalam membantu permasalahan modal UMKM di atas, dengan adanya zakat

produktif ini juga dapat membantu para pelaku UMKM yang kebanyakan

(26)

mengembangkan usahanya sehingga dapat menyerap tenaga kerja lebih

banyak lagi. Hal ini berarti angka pengangguran bisa dikurangi,

berkurangnya angka pengangguran akan berdampak pada meningkatnya

daya beli masyarakat terhadap suatu produk barang ataupun jasa,

meningkatnya daya beli masyarakat akan diikuti oleh pertumbuhan

produksi, pertumbuhan sektor produksi inilah yang akan menjadi salah satu

indikator adanya pertumbuhan ekonomi.

Dalam penelitian ini penulis memilih tempat di Dompet Dhuafa

dikarenakan Dompet Dhuafa berhasil memperoleh penghargaan sebagai

Indonesia Middle-Class Brand Champion 2015 dalam kategori lembaga

amal zakat, infak, sedekah nasional. Indonesia Middle-Class Brand

Champion 2015 merupakan ajang yang diberikan kepada pemegang dan

pemilik merek yang mereknya terbaik dan terpercaya di kelas menengah.

Ini artinya Dompet Dhuafa merupakan lembaga zakat yang paling dipercaya

oleh masyarakat kelas menengah dalam menghimpun dan menyalurkan

dana zakat (http://www.dompetdhuafa.org/). Sedangkan penulis memilih

tempat di Dompet Dhuafa Jogja dikarenakan Daerah Istimewa Yogyakarta

(DIY) menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) merupakan provinsi

termiskin di Pulau Jawa. Besarnya persentase penduduk miskin di DIY tak

bisa ditutupi meski selama ini boleh jadi tertutup oleh sejuta pesona DIY.

Beberapa aspek kehidupan masyakarat yang diduga menyebabkan tingginya

kemiskinan di DIY adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar,

(27)

produktif serta ketiadaan modal (http://www.kompasiana.com/). Besarnya

kepercayaan dari masyarakat tersebut salah satu penyebabnya adalah

Dompet Dhuafa dapat menyalurkan dana zakatnya dengan baik, artinya

peran Dompet Dhuafa dalam hal tersebut sangat besar dan menjadikan

penulis tertarik untuk melihat lebih jauh tentang peran Dompet Dhuafa Jogja

dalam memberdayakan UMKM yang ada di DIY.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “PERAN LEMBAGA AMIL ZAKAT DALAM

PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM)

MELALUI DANA ZAKAT (STUDI KASUS DOMPET DHUAFA

JOGJA)”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana peran Dompet Dhuafa Jogja dalam memberdayakan

UMKM?

2. Bagaimana dampak pemberdayaan yang dilakukan Dompet Dhuafa

Jogja dalam perkembangan UMKM?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui peran Dompet Dhuafa Jogja dalam

memberdayakan UMKM.

2. Untuk mengetahui dampak pemberdayaan yang dilakukan Dompet

(28)

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penulis ingin menjadikan penelitian ini sebagai bahan tambahan

dalam hal pengembangan ilmu pengetahuan di bidang Zakat,

terutama dalam hal pemberdayaan UMKM melalui dana Zakat.

Selain itu penulis juga berharap penelitian ini bisa digunakan

sebagai referensi penelitian selanjutnya yang lebih baik.

2. Manfaat Praktis

a. Penulis berharap penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan

pertimbangan bagi Dompet Dhuafa Jogja agar lebih efektif

dalam hal pemberdayaan UMKM melalui dana zakat dan

infak/sedekah.

b. Sebagai bahan referensi bagi masyarakat luas untuk lebih

memahami tentang peran Lembaga Amil Zakat dalam

memberdayakan UMKM melalui zakat dan infak/sedekah,

sehingga dapat memotivasi masyarakat untuk berzakat.

E. Tinjauan Pustaka

Sepanjang pengetahuan penulis, penelitian tentang pemberdayaan

UMKM sudah pernah dilakukan, di antaranya adalah sebagai berikut:

Penelitian pertama dilakukan oleh Hermanita (2013) yang berjudul

“Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Melalui

(29)

Hasil pnelitian ini adalah Pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah

(UMKM) melalui pembiayaan dengan skema bagi hasil di Kota Metro

masih terbentur pada risiko yang harus dihadapi. Risiko tersebut berkaitan

dengan kesulitan bank sebagai shahibul maal mendapatkan informasi yang

akurat mengenai karakter nasabah pengelola (mudharib) dan mengenai

usaha yang akan dibiayai pada saat menyeleksi mudharib dan usahanya

tersebut. Oleh sebab itu, maka untuk meminimalisir risiko yang ada bank

dapat menerapkan pola executing, yaitu melakukan pembiayaan

mudharabah tidak secara langsung kepada usaha mikro, kecil dan

menengah (UMKM) melainkan memberikan pembiayaan tersebut kepada

koperasi primer serta Baitul Maal wat Tamwil (BMT). Pemberdayaan usaha

mikro kecil dan menengah (UMKM) oleh lembaga keuangan syariah

terkendala oleh beberapa hal, misalnya berkaitan dengan prinsip

kehati-hatian perbankan sebagaimana yang diamanatkan oleh undang-undang yaitu

usaha yang tidak memiliki agunan maka dianggap tidak layak untuk

mendapatkan pembiayaan. Keterbatasan sumber daya insani dalam hal

pengawasan usaha mudharib juga menjadi kendala tersendiri, sumber daya

insani yang dimiliki bank haruslah kompeten di bidangnya.

Penelitian kedua dilakukan oleh Indah Yuliana (2014) yang berjudul

“Implementasi Pendistribusian Dana Zakat Infaq dan Shadaqah (ZIS)

Perbankan Syariah untuk Pemberdayaan Usaha Kecil Mikro (UKM) di

Malang”. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan

(30)

bahwa penyaluran dana ZIS Bank Syariah dilakukan dengan mengadakan

kerja sama dengan BMT dan masjid. Penyaluran dana ZIS tersebut bersifat

konsumtif dan produktif . Untuk yang bersifat produktif disalurkan kepada

pemberdayaan usaha kecil mikro. Pemberdayaan yang dilakukan dengan

dana ZIS tersebut adalah dengan memberikan modal guna mengembangkan

usaha dan memulai usaha. Penambahan modal ini diberikan pada usaha

kecil mikro agar bisa mengembangkan usaha yang telah dirintisnya. Bila

usahanya berkembang, maka pendapatan akan naik dan diharapkan akan

adanya transformasi dari penerima bantuan. Bila saat ini mereka

diberdayakan dengan memberikan suntikan permodalan bagi usaha mereka

maka pada periode berikutnya mereka akan bisa untuk memberdayakan

pelaku usaha kecil mikro yang lain, dengan kata lain dari mustahiq menjadi

muzakki.

Penelitian ketiga dilakukan oleh Muhammad Nurul Hamdi, Evi

Nurjanah dan Latifah Safitri Handayani (2014) yang berjudul “Community Development Based On Ibnu Khaldun Thought, Sebuah Interpretasi

Program Pemberdayaan UMKM Di Bank Zakat El-Zawa”. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan

deskriptif. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan model pemberdayaan

UMKM yang terinterpretasi dari pemikiran Ibnu Khaldun tentang

pengembangan masyarakat yang disuguhkan sebagai solusi dari kendala

teknis Bank Zakat el-Zawa. Dalam menyalurkan dana zakatnya el-Zawa

(31)

pihak el-Zawa kekurangan SDM yang kompeten untuk menyeleksi calon

mitranya tersebut. Hasil penelitian tersebut adalah program yang

terinterpretasi dari community development hasil pemikiran Ibnu Khaldun

ini efektif untuk meningkatkan kualitas program el-Zawa dalam

memberdayakan UMKM. Dengan melihat kekuatan dan kelemahan yang

dimiliki, el-Zawa seyogyanya dapat bekerjasama dengan akademisi dan

pemuka agama yang cenderung memiliki kedekatan dengan el-Zawa sendiri

dalam peningkatan kualitasnya dan UMKM binaannya. Selain itu el-Zawa

juga dapat memfokuskan daerah pemberdayaan para pelaku UMKM yang

berdomisili di sekitar kampus dengan membentuk sebuah kelompok usaha.

Kelompok ini berfungsi sebagai wadah saling bertukar informasi dan

penjaringan UMKM potensial serta dapat meningkatkan ikatan emosional

dan rasa solidaritas. Dengan keberadaan sistem ini, akan terwujud sistem

pemberdayaan UMKM yang komprehensif dan mampu menjawab

problematika yang ada.

Penelitian keempat dilakukan oleh Muji Santoso (2014) yang

berjudul “Analisis Penyaluran Dana ZIS pada Program Pemberdayaan Ekonomi”. Penelitian ini menggubakan metode penelitian kualitatif dengan

pendekatan deskriptif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

bentuk penyaluran dana ZIS pada Program Pemberdayaan Ekonomi Institut

Mentas Unggul (IMU) Dompet Dhuafa Yogyakarta, pada penelitian ini

membahas bagaimana Dompet Dhuafa Yogyakarta menggelola dananya

(32)

melalui program ini. Hasil penelitian yang didapatkan adalah program

pemberdayaan yang dilakukan berdampak terhadap peningkatan ekonomi

dan kesejahteraan masyarakat kurang mampu dan pengangguran, namun

masih terdapat beberapa kekurangan dalam pelaksanaannya sehingga perlu

adanya peningkatan pendampingan dan pelatihan kewirausahaan yang lebih

lanjut.

Penelitian kelima dilakukan oleh Ardian Fitria Kusuma (2014) yang

berjudul “Pengelolaan Zakat Produktif untuk Peningkatan Usaha Mikro”.

Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan melakukan

observasi dan wawancara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

menganalisa pengelolaan zakat produktif melalui program ekonomi pada

lembaga sosial Dompet Dhuafa Yogyakarta terhadap peningkatan ekonomi

pengelola usaha kecil dari masyarakat dhuafa, serta perannya dalam

mempengaruhi peningkatan kesejahteraan dan perekonomian masyarakat

kurang mampu. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa pengelolaan

dana pada lembaga sosial Dompet Dhuafa Yogyakarta berpengaruh pada

peningkatan ekonomi masyarakat peserta program dan dapat meningkatkan

kesejahteraan mereka, namun masih terdapat kekurangan dalam

pengelolaan dana zakat pada lembaga sosial Dompet Dhuafa Yogyakarta.

Perbedaan penelitian yang dilakukan penulis dengan

penelitian-penelitian di atas adalah objek dan subjek penelitian-penelitian. Penulis dalam hal ini

meneliti tentang peran yang dilakukan oleh Lembaga Amil Zakat dalam

(33)

berikut ini adalah tabel yang akan memperjelas perbedaan-perbedaan yang

(34)

Tabel 1.1

Tabel perbedaan penelitian

Peneliti Metode Penelitian Subjek dan Objek Penelitian

Anshar Bayu Syafrian (2016) “Peran

Lembaga Amil Zakat dalam Pemberdayaan

Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

Melalui Dana Zakat (Studi Kasus Dompet

Dhuafa Jogja)”

Kualitatif deskriptif Peneliti dalam hal ini ingin melihat bagaimana peran

Lembaga Amil Zakat dalam memberdayakan UMKM

melalui dana zakatnya, peneliti juga ingin melihat

Lembaga Amil Zakat dapat membantu masyarakat

kelas menengah ke bawah yang kesulitan modal dan

tidak kesulitan mendapatkan dana dari sektor formal

seperti perbankan. Penelitian ini dilakukan di kota

Yogyakarta, provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Hermanita (2013) “Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

Kualitatif deskriptif Dalam penelitian ini Hermanita meneliti peran Bank

(35)

Melalui Pembiayaan dengan Skema Bagi

Hasil oleh Lembaga Keuangan Syariah”

pembiayaan dengan skema bagi hasil. Penelitian ini

juga dilakukan di kota Metro.

Indah Yuliana (2014) “Implementasi

Pendistribusian Dana Zakat Infaq dan

Shadaqah (ZIS) Perbankan Syariah untuk

Pemberdayaan Usaha Kecil Mikro (UKM) di

Malang”

Kualitatif deskriptif Dalam penelitian ini, Indah Yuliana ingin mengetahui

tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang

sudah disusun secara matang untuk memberdayakan

UKM melalui dana zakat infak dan sedekah Perbankan

Syariah. Penelitian ini dilakukan di kota Malang,

Provinsi Jawa Timur

Muhammad Nurul Hamdi, Evi Nurjanah dan

Latifah Safitri Handayani (2014)

Community Development Based On Ibnu

Khaldun Thought, Sebuah Interpretasi

Program Pemberdayaan UMKM Di Bank

Zakat El-Zawa”

Kualitatif deskriptif Peneliti dalam hal ini ingin menjelaskan model

pemberdayaan UMKM yang terinterpretasi dari

pemikiran Ibnu Khaldun tentang pengembangan

masyarakat yang disuguhkan sebagai solusi dari

kendala teknis Bank Zakat el-Zawa. Penelitian ini

(36)

Muji Santoso (2014) “Analisis Penyaluran

Dana ZIS pada Program Pemberdayaan

Ekonomi”

Kualitatif deskriptif Dalam penelitian ini Muji Santoso meneliti bentuk

penyaluran dana ZIS pada Program Pemberdayaan

Ekonomi Institut Mentas Unggul (IMU) Dompet

Dhuafa Yogyakarta, pada penelitian ini membahas

bagaimana Dompet Dhuafa Yogyakarta menggelola

dananya dalam memberdayakan masyarakat dan

mengurangi jumlah pengangguran melalui program

yang ada.

Ardian Fitria Kusuma (2014) “Pengelolaan

Zakat Produktif untuk Peningkatan Usaha

Mikro”

Kualitatif deskriptif Dalam penelitian ini Ardian Fitria Kusuma meneliti

pengelolaan dana zakat produktif di Dompet Dhuafa

Yogyakarta dalam peningkatan ekonomi pengelola

usaha kecil dari masyarakat dhuafa, serta perannya

dalam mempengaruhi peningkatan kesejahteraan dan

(37)

F. Kajian Teori

1. Peran

Peran merupakan aspek dinamis kedudukan. Apabila seseorang

melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia

menjalankan suatu peranan. Setiap orang mempunyai macam-macam

peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya.

Hubungan-hubungan sosial yang ada dalam masyarakat merupakan Hubungan-hubungan

antara peranan-peranan individu dalam masyarakat. Peranan diatur oleh

norma-norma yang berlaku (Soekanto, 2012: 212-213).

Peran merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status) yang

dimiliki oleh seseorang, sedangkan status merupakan sekumpulan hak

dan kewajiban yang dimiliki seseorang apabila seseorang melakukan

hak-hak dan kewajiban-kewajiban sesuai dengan kedudukannya, maka

ia menjalankan suatu fungsi.

Peran merupakan tindakan atau perilaku yang dilakukan oleh

seseorang yang menempati suatu posisi di dalam status sosial, peran

menurut Levinson dalam Soekanto (2012: 213) mencakup tiga hal,

yaitu sebagai berikut:

a. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peran dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan;

(38)

c. Peran juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

Peran adalah suatu rangkaian yang teratur yang ditimbulkan

karena suatu jabatan. Manusia sebagai makhluk sosial memiliki

kecenderungan untuk hidup berkelompok. Dalam kehidupan

berkelompok tadi akan terjadi interaksi antara anggota masyarakat yang

satu dengan anggota masyarakat yang lainnya. Tumbuhnya interaksi di

antara mereka ada saling ketergantungan. Dalam kehidupan

bermasyarakat itu muncu lah apa yang dinamakan peran (role).

Jika melihat pengertian tersebut bisa dikatakan peran adalah

suatu sikap atau perilaku yang diharapkan oleh banyak orang atau

sekelompok orang terhadap seseorang yang memiliki status atau

kedudukan tertentu. Peran yang dijalankan seseorang merupakan

kewajiban yang harus dia laksanakan terkait dengan status yang dia

miliki. Dengan demikian peran dapat diartikan sebagai perilaku yang

diharapkan dari seseorang dengan status yang disandangnya. Perilaku

yang sudah dijalankan itu merupakan perilaku yang sesungguhnya atau

disebut perilaku peran.

2. Pemberdayaan

a. Definsi Pemberdayaan

Dalam kajian literatur mengenai pengertian konsep

pemberdayaan, terdapat beberapa tokoh yang mengungkapkan

(39)

Pemberdayaan dapat dimaknai perubahan sosial

masyarakat, sikap, perilaku masyarakat yang perlu diubah kearah

yang positif agar masyarakat berdiri mandiri dan berdaya (Suharto,

2009 : 60).

Menurut Parsons dalam Suharto (2009: 58-59),

pemberdayaan adalah sebuah proses orang menjadi cukup kuat

untuk berpartisipasi dalam berbagi pengontrolan atas, dan

mempengaruhi terhadap kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga

yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan

bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan

kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan

kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.

Menurut Rappaport dalam Suharto (2009: 59),

pemberdayaan adalah suatu cara tentang rakyat, organisasi, dan

komunitas diberikan petunjuk agar ia mampu berkuasa atas apa

yang ia miliki dalam kehidupannya.

Menurut Mc Ardle dalam Hikmat (2010: 3), pemberdayaan

merupakan proses penjustifikasian oleh orang-orang secara

konsekuen. Mereka melakukannya secara bersama-sama dengan

tujuan yang telah disepakati agar dalam taraf selanjutnya mencapai

kemandirian. Kemandirian itu dicapai berdasarkan pengolahan dari

akumulasi pengetahuan, keterampilan dan kreatifitasnya tanpa

(40)

Sedangkan menurut Mahendrawati (1994: 42),

pemberdayaan adalah suatu upaya pemberian pilihan bagi

masyarakat dalam berbagai opsi untuk memberikan manfaat bagi

dirinya. Dengan demikian, masyarakat itu akan memiliki daya

terhadap dirinya sendiri.

Pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan Pemerintah,

Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat secara sinergis

dalam bentuk penumbuhan iklim dan pengembangan usaha

terhadap Usaha Mikro, kecil, dan Menengah sehingga mampu

tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri

(UU No 20 tahun 2008 pasal 1 ayat 8).

Jadi bisa dikatakan bahwa pemberdayaan adalah cara atau

usaha yang dilakukan dengan tujuan untuk merubah kondisi

masyarakat yang tadinya kurang baik menjadi lebih baik lagi, dan

menjadikan masyarakat tersebut menjadi mandiri. Hal tersebut

juga menjadi perhatian dalam Islam, sebagaimana di tuliskan

dalam surat Ar-Ra’d: 11

(41)

kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”

b. Tujuan Pemberdayaan

Tujuan pemberdayaan adalah memperkuat masyarakat

lemah baik dalam aspek internal maupun aspek eksternal. Dalam

aspek internal dilakukan dengan cara memperkuat mentalitas

ataupun persepsi dalam berjuang menuju ke arah yang lebih baik.

Sedangkan dalam aspek eksternal dilakukan dengan cara

menolongnya keluar dari struktur sosial yang menindasnya

(Suharto, 2009 : 60)

Menurut Jamasy (2004: 42) tujuan pemberdayaan dapat

dianalisis yang pada dasarnya merupakan penanggulangan

terhadap kemiskinan. Tujuan-tujuan tersebut ialah:

1) Menekankan rasa ketidak berdayaan masyarakat menghadapi

struktur sosial politis.

2) Menghentikan segala bentuk upaya eksploitasi lapisan

masyarakat miskin apabila terjadi perubahan sosial, politik,

dan budaya.

3) Terciptanya pemahaman dalam masyarakat bahwa kemiskinan

merupakan struktur sosial dan bukan merupakan takdir yang

(42)

4) Memberikan ruang bagi masyarakat golongan miskin dalam

setiap pembuatan kebijakan.

5) Pembangunan sosial dan budaya bagi masyarakat miskin.

6) Distribusi infrastruktur yang lebih merata.

c. Upaya Pemberdayaan

Menurut Suriadi (2005: 56), upaya dalam membangun

pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga tahapan yang meliputi:

1) Menciptakan iklim yang memungkinkan potensi manusia

berkembang. Titik tolaknya adalah penekanan bahwa setiap

manusia dan masyarakat memiliki potensi-potensi, kemudian

diberikan motivasi dan penyadaran bahwa potensi itu dapat

dikembangkan.

2) Memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat. Hal tersebut

memerlukan langkah-langkah yang lebih positif dan nyata,

penyediaan berbagai masukan serta pembukaan berbagai akses

kepada berbagai peluang yang akan membuat masyarakat

mampu dan memanfaatkan peluang. Pemberdayaan pada

jalur ini dapat berupa pemberian berbagai bantuan produktif,

pelatihan, pembangunan sarana dan prasarana baik fisik

maupun sosial, dan pengembangan kelembagaan di tingkat

(43)

3) Pemberdayaan mengandung arti pemihakan pada pihak yang

lemah untuk mencegah persaingan yang tidak seimbang dan

menciptakan kemitraan yang saling menguntungkan.

3. UMKM

UMKM adalah singkatan dari Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah. UMKM diatur berdasarkan UU Nomor 20 tahun 2008

tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Dalam undang-undang

tersebut dijelaskan bahwa sebuah perusahaan yang digolongkan

sebagai UMKM adalah perusahaan kecil yang dimiliki dan dikelola

oleh seseorang atau dimiliki oleh sekelompok kecil orang dengan

jumlah kekayaan dan pendapatan tertentu. Rinciannya sebagai berikut:

a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Kriteria UMKM sebagai mana di atur dalam UU Nomor 20 tahun

2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah sebagai

(44)

a. Usaha produktif yang kekayaannya sampai 50 juta rupiah dengan pendapatan sampai 300 juta rupiah per tahun digolongkan sebagai Usaha Mikro.

b. Usaha produktif yang nilai kekayaan usahanya antara 50 juta hingga 500 juta rupiah dengan total penghasilan sekitar 300 juta hingga 2,5 milyar rupiah per tahun dikategorikan sebagai Usaha Kecil.

c. Sedangkan Usaha Menengah merupakan usaha produktif yang memiliki kekayaan (modal) 500 juta hingga 10 milyar rupiah dengan jumlah pendapatan pertahun berkisar 2,5 – 50 milyar rupiah.

Sedangkan menurut Bank Dunia, UMKM dapat dikelompokkan

dalam tiga jenis, yaitu Usaha Mikro (jumlah karyawan 10 orang), Usaha

Kecil (jumlah karyawan 30 orang) dan Usaha Menengah/Medium

(jumlah karyawan hingga 300 orang).

Adapun ciri-ciri usaha mikro menurut Supadie (2013:61) adalah

sebagai berikut:

a. Jenis barang/komoditi usahanya tidak terlalu tetap, sewaktu-waktu dapat berganti;

b. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu waktu dapat pindah tempat;

c. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha;

d. Sumber daya manusianya belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai;

e. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah;

f. Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka sudah akses ke lembaga keuangan non bank;

g. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP.

Sedangkan ciri-ciri industri kecil/usaha kecil menurut Supadie

(2013:62) adalah sebagai berikut:

(45)

b. Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah;

c. Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, sudah membuat neraca usaha;

d. Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP;

e. Sumber daya manusia memiliki pengalaman dalam berwirausaha; f. Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal; g. Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan

baik seperti business planning.

4. Zakat

Zakat adalah salah satu dari lima rukun Islam, setiap muslim

diwajibkan untuk membayar zakat sesuai dengan hukum ajaran Islam.

Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti,

yaitu al-barakatu ‘keberkahan’, al-namaa ‘pertumbuhan dan

perkembangan’, ath-thaharatu ‘kesucian’, dan ash-shalahu

‘keberesan’. Sedangkan secara istilah, zakat itu adalah bagian dari harta

dengan persyaratan tertentu, yang Allah SWT mewajibkan kepada

pemiliknya, untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya,

dengan persyaratan tertentu pula (Hafidhuddin, 2008: 7). Secara

sosiologi zakat adalah refleksi dari rasa kemanusiaan, keadilan,

keimanan, serta ketaqwaan yang mendalam yang harus muncul dalam

sikap orang kaya (Sari, 2007:1).

Hubungan antara pengertian zakat di atas sangat nyata dan erat

sekali, yaitu bahwa harta yang dikeluarkan zakatnya akan menjadi

berkah, tumbuh, berkembang dan bertambah, suci dan baik. Seperti

(46)

Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan

zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka.

dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”

Zakat memiliki posisi yang sangat penting, strategis, dan

menentukan baik dilihat dari sisi ajaran Islam maupun dari sisi

pembangunan kesejahteraan umat. Zakat sangat erat kaitannya dengan

masalah bidang sosial dan ekonomi di mana zakat mengikis sifat

ketamakan dan keserekahaan si kaya. Masalah sosial di mana zakat

bertindak sebagai alat yang diberikan Islam untuk menghapuskan

kemiskinan dari masyarakat dengan menyadarkan si kaya akan

tanggung jawab sosial yang mereka miliki, sedangkan dalam bidang

ekonomi zakat mencegah pemupukkan kekayaab dalam tangan

seseorang (Sari, 2007:1-2).

5. Zakat Produktif

Zakat dalam penyalurannya dibagi ke dalam dua jenis, yaitu

zakat konsumtif dan zakat produktif. Zakat konsumtif yaitu zakat yang

diberikan kepada mustahiq untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

seperti makan, tempat tinggal meneruskan perjalanan dan lain-lain.

Fungsi ini adalah asal dari fungsi zakat yaitu memberikan zakat untuk

(47)

diberikan kepada fakir miskin berupa modal usaha atau yang lainnya

yang digunakan untuk usaha produktif yang mana hal ini akan

meningkatkan taraf hidupnya, dengan harapan seorang mustahiq akan

bisa menjadi muzakki jika dapat menggunakan harta zakat tersebut

untuk usahanya. Lebih tegasnya zakat produktif adalah pendayagunaan

zakat secara produktif, yang pemahamannya lebih kepada bagaimana

cara atau metode menyampaikan dana zakat kepada sasaran dalam

pengertian yang lebih luas, sesuai ruh dan tujuan syara’. Cara pemberian yang tepat guna, efektif manfaatnya dengan sistem yang

serba guna dan produktif, sesuai dengan pesan syariat dan peran serta

fungsi sosial ekonomis dari zakat (Asnaini, 2008: 64).

Zakat produktif dengan demikian adalah pemberian zakat yang

dapat membuat para penerimanya menghasilkan sesuatu secara terus

menerus, dengan harta zakat yang telah diterimanya. Zakat produktif

dengan demikian adalah zakat dimana harta atau dana zakat yang

diberikan kepada para mustahiq tidak dihabiskan akan tetapi

dikembangkan dan digunakan untuk membantu usaha mereka,

sehungga dengan usaha tersebut mereka dapat memenuhi kebutuhan

hidup secara terus-menerus (Asnaini, 2008: 64).

Adapun penyaluran zakat secara produktif sebagaimana yang

pernah terjadi di zaman Rasulullah SAW yang dikemukakan dalam

sebuah hadits riwayat Imam Muslim dari Salim bin Abdillah bin Umar

(48)

zakat lalu menyuruhnya untuk dikembangkan atau disedekahkan lagi.

Dalam kaitan dengan zakat yang bersifat produktif, terdapat pendapat

yang menarik sebagaimana dikemukakan oleh Yusuf al-Qaradhawi

dalam Fiqh Zakat dalam Hafidhiddin (2008:134) bahwa pemerintah

Islam diperbolehkan membangun pabrik-pabrik atau

perusahaan-perusahaan dari uang zakat untuk kemudian kepemilikan dan

keuntungannya bagi kepentingan fakir miskin, sehingga akan terpenuhi

kebutuhan hidup mereka sepanjang masa. Pengganti pemerintah, untuk

saat ini dapat diperankan oleh Badan Amil Zakat (BAZ), Lembaga

Amil Zakat (LAZ) atau Lembaga Keuangan seperti Bank Syariah yang

kuat, amanah dan profesional. BAZ, LAZ atau Bank Syariah, jika

memberikan zakat yang bersifat produktif harus pula memberikan

pendampingan/pembinaan kepada para mustahik agar kegiatan

usahanya dapat berjalan dengan baik, dan agar para mustahik semakin

meningkat kualitas keimanan dan keislamannya (Hafidhuddin, 2004:

133-134).

a. Hukum Zakat Produktif

Al-Qur’an, al-Hadits dan Ijma’ tidak menyebutkan secara tegas tentang cara pemberian zakat apakah dengan cara konsumtif

atau produktif. Dapat dikatakan tidak ada dalil naqli dan sharih

yang mengatur tentang bagaimana pemberian zakat itu kepada

mustahiq. Ayat 60 surat at-Taubah, oleh sebagian besar ulama

(49)

ini hanya menyebutkan pos-pos dimana zakat harus diberikan.

Tidak menyebutkan cara pemberian zakat kepada pos-pos tersebut

(Asnaini, 2008: 77).

Teori hukum Islam menunjukan bahwa dalam menghadapi

masalah-masalah yang tidak jelas rinciannya dalam al-Qur’an atau petunjuk yang ditinggalkan Nabi SAW, penyelesaiannya adalah

dengan metode Ijtihad. Ijtihad atau pemakaian akal dengan tetap

berpedoman kepada al-Qur’an dan Hadis. Dalam sejarah hukum Islam dapat dilihat bahwa ijtihad diakui sebagai sumber hukum

setelah al-Qur’an dan Hadis. Apalagi problematika zakat tidak pernah absen, selalu menjadi topik pembicaraan umat Islam, topik

aktual, dan akan terus ada selagi umat Islam ada. Fungsi sosial,

ekonomi dan pendidikan dari zakat bila dikembangkan dan

dibudidayakan dengan sebaik-baiknya akan dapat mengatasi

masalah sosial, ekonomi dan pendidikan yang sedang dihadapi

bangsa (Asnaini, 2008: 78).

Di samping itu zakat merupakan sarana, bukan tujuan

karenanya dalam penerapan rumusan-rumusan tentang zakat harus

rasional, ia termasuk kedalam bidang fiqh yang dalam

penerapannya harus dipertimbangkan kondisi dan situasi serta

senafas dengan tuntutan dan perkembangan zaman (Asnaini, 2008:

78). Maka bisa dikatakan bahwa hukum Islam selalu dapat tampil

(50)

Dengan demikian berarti bahwa teknik pelaksanaan

pembagian zakat bukan sesuatu yang mutlak, akan tetapi dinamis,

dapat disesuaikan dengan kebutuhan di suatu tempat. Dalam artian

perubahan dan perbedaan dalam cara pembagian zakat tidaklah

dilarang dalam Islam karena tidak ada dasar hukum yang secara

jelas menyebutkan cara pembagian tersebut, selama cara yang

digunakan tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan telah

terlebih dahulu dilakukan ijtihad.

6. Zakat Perusahaan

Perusahaan pada umumnya mencangkup tiga hal besar. Pertama

perusahaan yang menghasilkan produk-produk tertentu. Jika dikaitkan

dengan kewajiban zakat, maka produk yang dihasilkannya harus halal

dan dimiliki oleh orang orang yang beragama Islam, atau jika

pemiliknya bermacam-macam agamanya, maka berdasarkan

kepemilikan saham dari yang beragama Islam. Kedua perusahaan yang

bergerak di bidang jasa, seperti perusahaan di bidang akuntansi, dan

lain sebagainya. Ketiga perusahaan yang bergerak dibidang keuangan,

seperti lembaga keuangan, baik bank maupun nonbank (asuransi,

reksadana, money changer, dan yang lainnya).

Adapun yang menjadi landasan hukum kewajiban zakat pada

perusahaan adalah nash-nash yang bersifat umum, seperti At-Taubah

ayat 103. Para ulama peserta Muktamar Internasional Pertama tentang

(51)

perdagangan, karena dipandang dari aspek legal dan ekonomi kegiatan

sebuah perusahaan intinya berpijak kepada kegiatan perdagangan

(Hafidhuddin, 2004: 101).

Secara umum pola pembayaran dan penghitungan zakat

perusahaan sama dengan zakat perdagangan, nishabnya adalah senilai

85 gram emas, sama dengan nishab zakat perdagangan dan sama

dengan nishab zakat emas dan perak (Hafidhuddin, 2004: 102).

Menurut Hafidhuddin (2004: 102) sebuah perusahaan biasanya

memiliki harta yang tidak akan terlepas dari tiga bentuk, yaitu:

a. Harta dalam bentuk barang, baik yang berupa sarana dan prasarana, maupun yang merupakan komoditas perdagangan; b. Harta dalam bentuk uang tunai, yang biasanya disimpan di

bank-bank;

c. Harta dalam bentuk piutang.

Dari uraian di atas, bisa dikatakan jika harta perusahaan yang

wajib dizakati adalah ketiga bentuk harta tersebut, dikurangi harta

dalam dalam bentuk sarana dan prasarana dan kewajiban mendesak

lainnya, seperti utang yang jatuh tempo atau yang harus dibayar pada

saat itu juga. Dari penjelasan tersebut, maka dapatlah diketahui bahwa

pola perhitungan zakat perusahaan, didasarkan pada laporan keuangan

(neraca) dengan mengurangkan kewajiban atas aktiva lancar, atau

seluruh harta (di luar sarana dan prasarana) ditambah keuntungan,

dikurangi pembayaran utang dan kewajiban lainnya, lalu dikeluarkan

(52)

yang wajib dikeluarkan zakatnya itu hanyalah keuntungannya saja

(Hafidhuddin, 2004: 102).

7. Infak

Infak adalah mengeluarkan harta yang mencangkup zakat dan

nonzakat. Infak ada yang wajib dan ada yang sunnah. Infak wajib

diantaranya zakat, kafarat, nadzar dan lain-lain. Infak sunnah

diantaranya, infak kepada fakir miskin sesama muslim, infak bencana

alam, infak kemanusiaan, dan lain-lain. Infak menjadi salah satu pintu

masuk cara pendistribusian kekayaan dalam ajaran Islam (Sholihin,

2010: 351).

8. Sedekah

Sedekah adalah pemberian harta kepada orang-orang

fakir-miskin, orang yang membutuhkan, ataupun pihak-pihak lain yang

berhak menerima sedekah, tanpa disertai imbalan, tanpa paksaan, tanpa

batasan jumlah, kapan saja dan berapapun jumlahnya. Sedekah ini

(53)

A. Metode Penelitian

1. Konsep dan Variabel Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode kualitatif

komparatif dengan pendekatan Kualitatif. Penelitian komparatif adalah penelitian

yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel

yang berbeda (Sugiyono, 2012:57). Menurut Dra. Aswani Sudjud, penelitian

komparasi akan dapat menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan

tentang benda-benda, orang, prosedur kerja, ide-ide, kritik terhadap orang, dan

kelompok. Dapat juga membandingkan kesamaan pandangan dan

perubahan-perubahan pandangan orang, grup atau negara, terhadap kasus, orang, peristiwa atau

terhadap ide-ide ( Suharsimi Arikunto, 2010:310).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan

komparatif yaitu menggambarkan permasalahan peristiwa melalui responden ataupun

sumber data lainnya yang terkait dengan BMT ELTAMANI dan BMT UMY.

Dalam penelitian ini peneliti juga akan mendeskripsikan dua permasalahan pokok

dengan cara:

1. Mendeskripsikan strategi bersaing dalam meningkatkan keunggulan kompetitif

pada produk yang telah dipasarkan dengan mengungkapkan:

(54)

promosi yang digunakan dalam prakteknya dari kedua lembaga tersebut.

Kemudian peneliti ingin mengetahui kiprah dari kedua BMT ini untuk di

komprasikan. Karena memang kedua lembaga ini sama-sama bergerak di bidang

ekonomi mikro yang menyasar masyarakat secara langsung.

3. Lokasi, Subyek, Objek, Jadwal, dan Skema Penelitian

a. Lokasi penelitian

Lokasi dari penelitian ini ada dua tempat, karena peneliti menggunakan studi

komparatif. Untuk tempat atau lokasi yang pertama adalah BMT UMY Yogyakarta,

yang beralamatkan di Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

Dan lembaga yang kedua adalah BMT Eltamani Pangandaran yang berlokasi di

Cikembulan, Pangandaran, Jawa Barat.

b. Subyek penelitian

1) Informan Pangkal

Teknik pengambilan informan atau sampel dalam penelitian kualitatif

berupa purposive atau seleksi berdasarkan kriteria tertentu (criterion based

selection).

Dan untuk informan pangkal daalam penelitian ini adalah pihak dari BMT

ELTAMANI Pangandaran dan BMT UMY Yogyakarta yaitu bagian Cutomer

(55)

Teknik pengambilan informan kunci dilakukan secara sampel non random

sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dimana sampel yang diambil

berdasarkan kriteria yang teah ditentukan.

Kriteria informan kunci dari penelitian ini adalah bagian marketing dari BMT

ELTAMANI Pangandaran dan BMT UMY Yogyakarta. Hal ini untuk

mengetahui strategi pemasaran sepeti apakah yang dilakukan kedua lembaga

ini untuk menarik minat calon nasabahnya.

c. Objek penelitian

Dikarenakan peneliti menggunakan studi komparatif, maka Subjek serta

Objek dari penelitian ini sama. Untuk subjek dari BMT UMY dan BMT El-tamani

adalah AO, Customer Service dari BMT UMY dan BMT El-tamani atau bagian

yang berhak dan paham akan informasi yang peneliti akan lakukan. Sedangkan

untuk objek penelitian dari kedua BMT ini adalah strategi bertahan dan bersaing

dengan lemabaga keuangan lainnya, sedangkan variabel yang digunakan adalah

pemasaran yang efektif untuk menarik minat calon nasabah.

d. Jadwal penelitian

Hal yang penting juga untuk diperhatikan oleh peneliti adalah waktu yang

(56)

Di lembaga KJKS BMT ELTAMANI, peneliti melakukan penelitian

dimulai pada hari senin, 4 April 2016- Senin, 11 April 2016. Atau kurang lebih

seminggu yang dibutuhkan oleh peneliti untuk melakukan penelitian.

e. Skema Penelitian

Sebuah skema penelitian diperlukan untuk mengetahui dan memahami

konsep dasar sebuah penelitian. Skema penelitian menggambarkan tahapan tahapan

yang peneliti lakukan dari awal penelitian seperti merusmuskan masalah,

merancang desain penelitian, pengumpulan data, sampai dengan melaporkan hasil

penelitian. Berikut ini merupakan skema penelitian yang peneliti lakukan:

Gambar 2.1. Skema Penelitian

Perumusan masalah

Perancangan penelitian

Pengumpulan data

Pengolahan data Analisis data

Penyajian data

(57)

semua elemen yang ada di dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan

penelitian populasi atau study populasi atau studi sensus (Sabar, 2007).

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011: 80).

Sedangkan pengertian dari sampel adalah sebagian dari subyek dalam populasi

yang diteliti, yang sudah tentu mampu secara representative yang dapat mewakili

populasinya (Sabar,2007).

Sampel adalah bagian atau jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada

pada populasi, missal keterbatasan tenaga, dana, dan waktu, maka peneliti akan

mengambil sampel dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu,

kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yag diambil dari

populasi harus representative (Sugiyono,2011).

Peneliti menggunakan objek Populasi dan sample dari penelitian ini adalah pada

Baitul Mal Wa Tamwil atau JKS BMT yang berada di dua tempat yang berbeda, karena

peneliti menggunakan studi komparatif. Yaitu BMT Eltamani Pangandaran yang

dimana lembaga ini memiliki berbagai cabang di daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah

(58)

5. Teknik Penelitian

Metode penelitin dan teknik penelitian merupakan hal yang sanagt penting dalam

mengumpulkan data. Metode merupakan keseluruhan langkah ilmiah yang digunakan

untuk menemukan solusi atau suatu masalah (Uber Silalahi, 2009:13). Metode

penelitian itu sendiri dapat didefinisikan sebagai suatu setiap prosedur yang digunakan

untuk mencapai tujuan akhir (Sulistyo Basuki, 2006:92). Ada bermacam-macam cara

untuk mengumpulkan data, informasi, serta menguji data dan informasi tersebut.

Cara-cara tersebut adalah mengadakan wawanCara-cara, mengadakan angket (melalui daftar

kuisioner), mengadakan observasi, penelitian lapangan, ataumengadakan penelitian

kepustakaan (Gorys Keraf, 2004 : 181).

Sedangkan teknik atau metode yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

a. Metode Observasi (Pengamatan)

Observasi adalah dasar dari ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat

bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh

melalui observasi (Sugiyono, 2010:310).

Dalam hal ini peneliti menggunakan observasi terus terang atau tersamar,

artinya peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang

kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang

diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktifitas penelitian

(59)

oleh peneliti.

b. Interview (wawancara)

Menurut Esterberg (dalam Sugiyono), wawancara adalah pertemuan dua

orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat

dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Sugiyono, 2010:317).

Metode wawancara atau interview adalah proses memperoleh tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab sambal bertatap muka antara pewawancara

dengan responden atau orang yang diwawancarai (Bungin, 2013:133).

Bentuk wawancara yang digunakan adalah wawancara terarah, wawancara

terarah dilaksanakan secara bebas, tetapi kebebasan ini tidak terlepas dari pokok

permasalahan yang akan ditanyakan kepada responden dan telah dipersiapkan

oleh pewawancara (Bungin, 2013:135).

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengumpulan data dengan

wawancara semistruktur (semistructure interview) kepada semua informan,

jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-depth interview dimana

pelaksaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawncara terstruktur.

Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara

(60)

ide-ini masih perlu diolah agar dianggap bersih dari hal-hal yang mengganggu

misalnya: salah mencatat, salah kode, dan lain-lain. Pengolahan data adalah

proses untuk memperoleh data yang berasal dari sekelompok data mentah

dengan menggunakan rumus tertentu. Dalam penelitian ini, cara pengolahan

terbagi dalam beberapa tahap yaitu (Rasyad, 2003:14) :

Gambar 2.2. Cara Pengolahan Data

c. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi Proses Pengkodean : kegiatan merubah

data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka. Pengkodean data dilakukan untuk memberikan kode yang spesifik pada respon jawaban responden untuk memudahkan proses pencatatan

data.

Proses Validasi : derajat ketepatan antara data yang terdapat di lapangan dan data yang dilaporkan oleh peneliti. Bila peneliti membuat laporan yang tidak sesuai dengan apa

yang terjadi pada objek data tersebut dapat dinyatakan Proses Verifikasi : merupakan proses

(61)

kualitatif untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui

suatu media tertulis dan dokumen lainnya yang ditulis atau dibuat langsung oleh

subjek yang bersangkutan (Hendriansyah, 2010:143).

6. Jenis dan Sumber Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diambil dari sumber data primer atau sumber

pertama di lapangan. Sumber data ini adalah sumber pertama dimana sebuah data

dihasilkan (Bungin, 2013:128-129).

Data primer tersebut diperoleh dari sumber utama yaitu bagian marketing

dari BMT ELTAMANI Pangandaran dan BMT UMY Yogyakarta., data diperoleh

dengan wawancara.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber

sekunder. Sumber data sekunder adalah sumber data kedua sesudah data primer

(Bungin, 2013:128-129).

Data sekunder dalam hal ini terdiri dari buku atau dokumentasi yang berkaitan

dengan masalah, pendapat para ahli hokum dan laporan-laporan hasil penelitian.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data

(62)

peneliti dapat secara langsung melalui wawancara atau kuisioner dimana peneliti

langsung melakukan serta menganilisis dari tempat atau objek penelitian tersebut

dilakukan.

7. Analisis Data

Analisis data adalah proses penyelesaian data kedalam kompenen-komponen

penyusunnya untuk mengungkapkan unsur-unsur, karakteristik, dan struktur di

dalamnya (Ian Dey, 19995 : 30).

Agar data tersebut dapat dianalisis, maka data tersebut harus dipecah dahulu

menjadi bagian-bagian kecil (menurut elemen atau struktur), kemudian

menggabungkannya untuk memperoleh pemahaman yang baru. Analisa data

merupakan proses paling vital di dalam sebuah penelitian. Hal ini berdasarkan

argumentasi bahwa dalam analisa inilah data yang diperoleh peneliti bisa

diterjemahkan menjadi hasil yang sesuai dengan kaidah ilmiah. Maka dari itu , perlu

kerja keras, daya kreatifitas, dan kemampuan intelektual yang tinggi agar mendapatkan

hasil yang memuaskan. Analisis data merupakan hasil dari pengumpulan data. Sebab

data yang terkumpul, bila tidak dianalisis hanya menjadi barang yang tidak bermakna,

tidak berarti, menjadi data yang mati, data yang tidak berbunyi. Oleh karena itu, analisis

data disini berfungsi untuk member arti, makna dan nilai yang terkandung dalam data

Gambar

Tabel perbedaan penelitian
Gambar 2.1. Skema Penelitian
Gambar 2.2. Cara Pengolahan Data
Gambar 2.3. Bagan Metode Triangulasi
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dari selisih data (point) yang telah didapat maka dapat diambil kesimpulan untuk short circuit turn 1 pada fasa R-Ground pada gambar 4.17 perubahan selisih

Menurut Fandy Tjiptono dalam Amador (2012:11) Kualitas produk mempunyai hubungan yang sangat erat dengan sikap konsumen, dimana kualitas produk memberikan suatu dorongan

Kegiatan kerja ini sering disebut istilah “Sirkulasi” yang bermakna mengedarkan koleksi perpustkaan kepada pemakainya; kedua , pelayanan referensi adalah kegiatan kerja

Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685),

pemakaiannya dipertanggung jawabkan oleh yang berwenang. Perusahaan tidak membuat Surat Permintaan Pembelian. Hal ini tidak sesuai dengan teori. Walaupun begitu,

Persamaan jurnal penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada teori yang digunakan yaitu teori encoding – decoding oleh Stuart Hall,

Apabila wajib pajak merasa bahwa keadilan wajib pajak telah diterapkan kepada semua wajib pajak dengan tidak membedakan perlakuan antara wajib pajak badan

terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel Gaya Kepemimpinan terhadap kinerja pegawai PDAM Tirta Kampar, semakin meningkat nilai variabel gaya kepemimpinan