• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN KURIKULUM DI PENDIDIKAN ULAMA TARJIH MUHAMMADIYAH (PUTM) YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN KURIKULUM DI PENDIDIKAN ULAMA TARJIH MUHAMMADIYAH (PUTM) YOGYAKARTA"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN KURIKULUM DI PENDIDIKAN ULAMA TARJIH MUHAMMADIYAH (PUTM)

YOGYAKARTA

SKRIPSI

oleh : Abdul Wakhid NPM: 20110720263

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (TARBIYYAH)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

PENGEMBANGAN KURIKULUM DI PUTM PENDIDIKAN ULAMA TARJIH MUHAMMADIYAH (PUTM)

YOGYKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Strata Satu

pada Prodi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Oleh:

Abdul Wakhid NPM: 20110720263

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Tarbiyah) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(3)

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini

Nama Mahasiswa : Abdul Wakhid

Nomor Mahasiswa : 20110720263

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini merupakan karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi manapun, dan sepanjang pengetahuan saya dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta,15 Desember 2016

Abdul Wakhid

(4)

MOTTO

ي س و يتَص َ إ ْ ق

ي عْ ا ّ َّ يت مو ي ي ْحمو

٢ ١

َ

ي ْس ْ ا َوأ أو تْ مأ ك ٰ بو ۖ ه كي ش

٢ ١

“Katakanlah (Muhammad): sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku

hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya, dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama

menyerahkan diri (kepada Allah)” QS Al-An’am (6): 162-163*

(5)

PERSEMBAHAN

Tidak lain penelitian ini kupersembahkan teruntuk:

1. Ayahanda dan ibunda terkasih yang tak pernah lelah mendoakanku menjadi peneguh setiap langkahku.

2. Handai tolan, sahabat, kerabat, teman semuanya.

(6)

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

NOTA DINAS ... ii

PENGESAHAN ... iii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

ABSTRAK ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Kegunaan Penelitian ... 6

E. Sistematika Pembahasan ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI ... 8

A. Tinjauan Pustaka ... 8

B. Kerangka Teori ... 10

C. Komponen-Komponen Kurikulum ... 13

D. Dimensi Evaluasi Kurikulum ... 15

(7)

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Jenis Penelitian ... 30

B. Subyek Penelitian ... 30

C. Metode Pengumpulan Data ... 31

D. Metode Analisis Data ... 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

A. Sejarah dan Perjalanan PUTM ... 33

B. Visi, Misi dan Tujuan PUTM ... 36

C. Letak Geografis ... 37

D. Struktur Organisasi ... 38

E. Struktur Kepengurusan dan Staf Pengajar Saat Ini ... 39

F. Keadaan Sarana dan Prasarana ... 41

G. Sistem Pendidikan ... 43

H. Sistem Penyelenggaraan Pendidikan ... 44

I. Kurikulum dan Pengembangan Kurikulum di PUTM ... 46

BAB V PENUTUP ... 83

A. Kesimpulan ... 83

B. Saran-Saran ... 85

C. Kata Penutup ... 85

(8)
(9)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan: 1) Mengkaji perencanaan kurikulum PUTM (analisis situasi, formulasi tujuan, pemilihan materi, implementasi perencanaan dan pengujian dan evaluasi perencanaan; 2)Mengkaji Implementasi Kurikulum di PUTM dan; 3) Mengkaji evaluasi kurikulum yang sudah ada di PUTM untuk pengembangan kurikulum selanjutnya.

Jenis penelitian ini adalah penelitian field research (penelitian lapangan) dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan bersifat deskriptif. Lokasi penelitian ini adalah Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM), Subjek penelitian ini adalah kurikulum PUTM yang selalu mengalami dinamisasi dari tahun ketahun. Data dikumpulkan dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi kemudian dianalisis menggunakan metode deduktif dan induktif.

Hasil peneitian menunjukkan bahwa, pengembangan kurikulum yang dilakukan oleh PUTM sudah sangat bagus meliputi: 1) perencanaan kurikulum yang didalamnya dibahas a) analisis situasi, b) formulasi tujuan, c) Pemilihan materi, d) implementasi perencanaan dan e) pengujian dan evaluasi perencanaan. 2) implementasi kurikulum di PUTM dan 3) evaluasi kurikulum. Semua hal diatas sudah sangat baik dilakukan PUTM dengan sangat baik hanya saja terdapat sedikit kekurangan dalam pengembangan kurikulum yang dilakukan oleh PUTM yakni 1) kurang melibatkan kontribusi guru terhadap sistem pendukung, 2) kurang Memperhatikan dan memberikan porsi yang sama pada tingkat sintesis, terlebih evaluasi dalam domain kognitif. Sedangkan dalam domain afektif pada tahapan penghargaan, pengorganisiran dan pengkategorian dan 3) kurang memperhatikan prosedur penilainan diagnosa, penilaian formatif dan penilaian sumatif

(10)

ABSTRACT

This research aimed at: 1) Analyzing the curriculum planning of PUTM (analysis of situation, objective formulation, material selecting, planning implementation and examination and planning evaluation): 2) Analyzing the curriculum implementation and; 3) Analyzing existing curriculum evaluation doing research of the curriculum development in PUTM in order to meet the vision and mission as well as the objective of the establishment of PUTM.

The type of this research was field research that used qualitative and descriptive approach. The location of this research was in The Education of Muhammadiyah Ulama Tarjih (PUTM), the subject of this research was PUTM curriculum that had always been dynamic from year to year. The data was gathered with observation method, interview and documentation and then it was analyzed with deductive and inductive method.

The result of this research indicated that the curriculum development that had been done by the PUTM had already been very good including: 1) curriculum planning that discussed a) situation analysis, b) objective formulation, c) material selecting, d) planning implementation and e) examination and planning evaluation. 2) curriculum implementation in PUTM and 3) curriculum evaluation. There were few lacks on curriculum development done by PUTM, those were 1) did not really involve teacher contribution towards the support system, 2) did not pay attention and allocate the same portion on synthesis level, especially the evaluation on the cognitive domain. Meanwhile the affective domain was on appreciation, organization, and categorization phase and 3) did not fully pay attention the diagnose examination procedure, formative examination and summative examination.

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional BAB II Pasal 3 menyatakan bahwa;

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional, 2003 : 12).

Muhammad Natsir dalam tulisan Ideologi Didikan Islam menyatakan “pendidikan adalah suatu pimpinan jasmani dan rohani menuju kesempurnaan

(12)

masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya” (al

-Qaradawi: 157).

Salah satu hal yang tidak dapat dilepaskan dari pendidikan adalah kurikulum. Kurikulum yang merupakan seperangkat rencana pembelajaran yang terdiri dari tujuan, pengalaman pembelajaran atau bahan ajar, metode, proses, strategi dan evalusi hasil pembelajaran, empat unsur kurikulum tersebut diungkapkan oleh Ralp W. Tyler, seorang pendidik Amerika. (Sukiman, 2013: 98). Kurikulum

mempunyai kedudukan sentral dan strategis dalam seluruh proses pendidikan. Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan (Hidayat, 2013: 1), baik itu tujuan pendidikan nasional (TPN), tujuan institusioanl (TI), Tujuan kurikuler (TK) maupun tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran (Hidayat, 2013: 52).

Perubahan menuju hal yang lebih baik adalah sesuatu yang mesti dilakukan. Karena zaman selalu berubah kurikulumpun harus berubah mengikuti zamannya. Kurikulum dirumuskan berdasarkan dua hal yaitu: (1) Perkembangan tuntunan, kebutuhan dan kondisi masyarakat, (2) didasari oleh pemikiran-pemikiran dan terarah pada pencapaian nilai-nilai filosofis terutama falsafah negara (Hidayat, 2013: 51-52). Jika kurikulum tidak dikembangkan sesuai dengan dengan zamannya, maka ia sudah tidak layak disebut kurikulum, karena tidak bisa memenuhi tujuan diadakannya kurikulum.

(13)

Muhammadiyah yang diharapkan bisa mendidik dan mempersiapkan ulama tarjih Muhammadiyah yang memiliki kompetensi utama dalam mengembangkan keilmuan pada tafaqquh fi ad-Dīn (mendalami agama), keulamaan, dakwah, pendidikan dan kepemimpinan Islami (Tim Penyusun. 2010: 1-3).

Dalam perjalanannya PUTM mengalami banyak perubahan dan pengembangan, yang dulunya pendidikan ditempuh selama empat tahun sekarang menjadi tiga tahun, dalam aspek materi pendidikan, pada awalnya hanya pelajaran-pelajaran dirasah Islamiyah (seperti bahasa Arab, tafsir, hadis dan fikih) saja, sekarang sudah diberi tambahan materi pendukung, seperti bahasa Inggris, ilmu falak, filsafat dan lain-lain. Thalabah PUTM yang dulu tidak berijazah, sekarang sudah bisa mendapatkan Ijazah dengan melanjutkan studi di Universitas yang melakukan Memorandum of Understanding (MOU) dengan PUTM tanpa harus mengulangi dari awal (semester satu). Perubahan kurikulum yang dilakukan oleh PUTM terkesan hanya bersiat sporadis dan tambal sulam, sehingga menimbulkan keresahan pada peneliti, karena lembaga sebesar PUTM yang langsung diasuh oleh PP Muhammadiyah seharusnya melakukan sebuah tindakan dengan cara sistematis dan rapi.

Thalabah dalam hal ini merupakan sebutan bagi mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di PUTM. Thalabah berasal dari kosa kata bahasa Arab ةبلط bentuk jamak dari kata بلاط yang berarti orang-orang yang mencari, pelajar,

(14)

Idealnya, setiap perubahan akan mengarahkan pada hal yang baik, tapi tidak bisa dipungkiri bahwa suatu perubahan juga memiliki sisi negatif atau kekurangan. PUTM telah melakukan pengembangan dan perubahan, untuk mencapai salah satu tujuan didirikannya PUTM yakni: Membentuk peserta didik menjadi kader ulama dan pemimpin yang berkepribadian Muhammadiyah. Kader ulama dan Pemimpin yang berkepribadian Muhammadiyah sudah barang tentu harus memiliki kemampuan dalam menyelesaikan permasalahan Islam yang ada.

Permasalahan Islam meliputi tiga aspek yakni tantang sosio-ekonomis, tantangan sains dan teknologi dan yang ketiga adalah tantangan etis religius (kemunduran spiritual) (Anies. 2005: 2-3). Tantangan ulama Muhammadiyah dalam dakwah melawan kristenisasi yang sangat marak. Dalam hukum Islam, merumuskan atau beristidlal hukum (mengambil hukum dari dalil) terhadap permasalahan-permasalahan yang baru, yang belum dialami oleh ulama terdahulu, dengan kondisi yang berbeda dengan para fuqaha salaf (ahli fikih terdahulu). Dalam pemikiran, menghadapi para orientalis yang menebarkan sekularisme, liberalisme, pluralisme, sinkretisme dan isme-isme yang lain yang mencoba menggrogoti ajaran Islam. (Husaini. 2010: 3). Tantangan Secara mendetail Insya Allah akan penulis bahasa pada bab III.

Pada kesempatan kali ini penulis akan memperdalam pembahasan pada hal-hal yang penulis cantumkan di rumusan masalah, sedangkan hal yang lainnya, sekilas akan penulis goreskan tinta sebagai pelengkap.

(15)

Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan di atas, maka yang dapat dijadikan sebagai rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan kurikulum PUTM (analisis situasi, formulasi tujuan, pemilihan materi, implementasi perencanaan dan pengujian dan evaluasi perencanaan)?.

2. Bagaimana implementasi kurikulum di PUTM?.

3. Bagaimana evaluasi kurikulum yang sudah ada di PUTM untuk pengembangan kurikulum selanjutnya?.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengkaji dan mengetahui perencanaan kurikulum PUTM (analisis situasi, formulasi tujuan, pemilihan materi, implementasi perencanaan dan pengujian dan evaluasi perencanaan).

2. Mengkaji dan mengetahui implementasi kurikulum yang ada di PUTM. 3. Mengkaji dan mengetahui evaluasi kurikulum yang sudah ada di PUTM

untuk pengembangan kurikulum selanjutnya.

D. Kegunaan Penelitian

(16)

1. Sebagai rujukan bagi siapapun yang ingin mengetahui kurikulum yang dijalankan di PUTM.

2. Memberikan masukan kepada PUTM mengenai kurikulum yang harus dikembangkan guna menggapai visi misi dan tujuan didirikannya PUTM. E. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah mempelajari dan memahami skripsi ini, maka dalam pembahasannya dibagi kedalam empat bab. Untuk lebih jelasnya, peneliti menyusun sistematika pembahasan sebagai berikut:

BAB I adalah Pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, dan sistematika pembahasan yang disusun sedemikian rupa untuk mempermudah pembaca dalam memahami alur berpikir dalam penyusunan skripsi ini.

BAB II adalah tinjauan pustakan dan kerangka teori berisi tinjauan pustaka, kerangka teori, komponen-komponen kurikulum, dimensi evaluasi kurikulum dan teori pengembangan kurikulum

BAB III adalah metode penelitian berisi tentang jenis penelitian, subjek penelitian, metode pengumpulan data dan metode analisis data.

(17)

prasarana, sistem pendidikan, sistem penyelenggaraan pendidikan dan Kurikulum dan pengembangan kurikulum di PUTM.

BAB V merupakan Penutup, yang di dalamnya berisi uraian tentang kesimpulan dari skripsi ini, saran-saran.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka

Sejauh kajian yang peneliti lakukan, beberapa hasil penelitian yang menunjukan adanya keterkaitan yang relevan dengan pembahasan skripsi ini. Pertama, skripsi yang berjudul Sejarah Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM)Yogyakarta (1968-1971) yang ditulis oleh Halimah

Kurnianingsih, mahasiswa Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Skripsi ini mendeskripsikan tentang berdirinya sejarah PUTM, kondisinya, lokasinya, pembelajarannya dan perkembangannya dari tahun 1968-1971 (Kurnianingsih. 2014).

Kedua, skripsi yang berjudul Pelaksanaan Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah Daerah Istmewa Yogyakarta yang ditulis oleh M. Masyruri, mahasiswa Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Skripsi ini membahas dasar dan tujuan PUTM didirikan, kurikulum yang dilaksanakan, metode dan alat pendidikan, evaluasi pembelajaran dan hasil yang dicapai (Masruri. 2014).

Ketiga, skripsi yang berjudul Efektifitas Penerapan Metode Sorogan dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca dan Memahami Kitab Kuning di Pendidikan Ulama Tarjih Muhamadiyah (PUTM). Skripsi ini ditulis oleh

(19)

Yogyakarta (UMY). Dalam skripsi ini dibahas secara rinci dan khusus tentang penerapan metode sorogan di PUTM (Aqib. 2011).

Perbedaan ketiga tulisan di atas dengan tulisan yang penulis susun adalah ada dan tidaknya pengembangan kurikulum di PUTM.

Keempat, skripsi yang berjudul “Analisis Konsep Pengembangan

Kurikulum Pendidikan Agama Islam dalam Perspektif prof. Dr. H. Muhaimin,

Ma. Menuju Masyarakat Madani. Skripsi ini ditulis oleh Anna Allaili Alala,

mahasiswi Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Skripsi ini memahas tentang usaha para pakar kurikulum dalam menetukan kurikulum yang paling tepat sebagai acuan belajar guna menjawab tantangan dan kebutuhan yang ada. Selain itu skripsi ini juga membahas mengenai kurikulum berbasis life skill.

Penelitian pengembangan kurikulum PAI dalam perspektif Prof. Dr. H. Muhaimin, M.A dapat diartikan sebagai (1) kegiatan menghasilkan kurikulum PAI (2) proses yang mengaitkan satu komponen dengan yang lainnya untuk menghasilkan kurikulum PAI yang lebih baik (3) kegiatan penyusunan (desain), pelaksanaan, penilaian, dan penyempurnaan kurikulum PAI. (Alala. 2009).

Kelima, Skripsi yang berjudul Strategi Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Pada Madrasah Tsanawiyah Nu Salatiga Tahun

Pelajaran 2012/2013. Skripsi ini ditulis oleh Asep Sopyana, mahasiswa Jurusan

(20)

fikih yang diterapakan di Madrasah Tsanawiyah NU Salatiga, Strategi Pengembangan Kurikulum Fiqih dan faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pengembangan kurikulum di MTs NU Salatiga. (Sopyana. 2013)

Keenam, tesis yang berjudul Dinamika Pengembangan Kurikulum Pendidikan di Pesantren Rifaiyah (174-2014). Tesis ini ditulis oleh Amir

Mahmud, mahasiswa Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Program Studi Pendidikan Islam Konsentrasi Pendidikan Agama Islam. Tesis ini membahas luar bisanya pengaruh kepemimpinan pesantren dalam pengembangan kurikulum pendidikan pesantren, bahkan mengalahkan dampak dari perubahan kurikulum pendidikan nasional. (Mahmud. 2014)

Enam tinjauan pustaka di atas memiliki sisi-sisi kesamaan dengan skripsi yang sedang penulis susun, tapi banyak sisi yang berbeda yang akan penulis tonjolkan di dalam skripsi ini, yang tidak dibahas dalam penelitian sebelumya. B. Kerangka Teori

1. Pengembangan Kurikulum a. Definisi Kurikulum

Istilah kurikulum muncul untuk pertama kalinya dalam bidang olah raga. Secara etimologis curriculum berasal dari bahasa Latin curricle (kereta kuda untuk berlumba) dan juga berasal dari bahasa Yunani yakni curir yang artinya “pelari” dan curere yang berarti “tempat berpacu”. Jadi

(21)

jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai garis finis. Kurikulum baru digunakan dalam bidang pendidikan pada tahun 1885 yang berarti sejumlah mata pelajaran pada perguruan tingi (Hidayat. 2013: 19-20).

Secara terminologi, dalam kamus webster kurikulum berarti all the course of study given in an educational instutional yang berarti sejumlah

mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari murid di institusi pendidikan (Hidayat. 2013: 20).

Jika ditelusuri lebih lanjut, maka pengertian kurikulum terbagi menjadi dua pandangan atau pengertian (Hidayat. 2013: 20). Pandangan klasik mengatakan “kurikulum adalah materi atau bahan ajar yang mesti

ditempuh oleh peserta didik di lembaga pendidikan” (Khaeruddin dan

junaedi. 2007: 24-27). Termasuk pengertian kurikulum yang klasik adalah

yang diungkapkan oleh Nur Uhbiyati “kurikulum adalah semua pelajaran

yang disampaikan kepada peserta didik dalam suatu sistem instraksional pendidikan” (Uhbiyati. 1998: 18).

Pandangan revisi atau modern bisa diambil dari definisi kurikulum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SISDIKNAS) No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 19 yang berbunyi “Kurikulum adalah

(22)

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu” (Badan Penelitian

dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional, 2003: 2).

Ralph W. Tyler dalam Basic Principles of Curiculum and Instruction mengungkapkan unsur kurikulum ada empat macam (1)

tujuan, (2) bahan ajar atau pengalaman pembelajaran, (3) proses, strategi, metode atau cara, dan (4) evaluasi pembelajaran (Sukiman, 2013: 98) b. Deskripsi Pengembangan Kurikulum

Secara etimologi pengembangan berasal dari kata “kembang” dalam

bahasa Indonesia yang berarti upaya meningkatkan mutu menjadi maju, lebih sempurna (KBBI Offline: pengembangan). Berdasrkan penjelasan di atas maka secara terminologis Pengembangan kurikulum berarti upaya untuk meningkatkan mutu kurikulum menjadi lebih bermutu dan lebih sempurna. Raihani menjabarkan secara komperhensif cakupan pengambangan kurikulum, meliputi tahap: perencanaan, implementasi dan evaluasi (Raihani, tth: 46-56).

(23)

dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.

Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan: peningkatan iman dan takwa, peningkatan akhlak mulia, peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik, keragaman potensi daerah dan lingkungan, tuntutan pembangunan daerah dan nasional, tuntutan dunia kerja, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, agama, dinamika perkembangan global dan persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan. (Badan Penelitian dan Penembangan Departemen Pendidikan Nasional. 2003:11)

Hal lain yang perlu diperhatikan selain perkara di atas adalah: asas-asasnya, komponen-komponennya, prinsip dan model pengembangan kurikulum (Hidayat. 2013: 33-79).

C. Komponen-Komponen Kurikulum 1. Tujuan

Tujuan kurikulum pada hakikatnya adalah tujuan dari setiap program

pendidikan yang akan diberikan kepada peserta didik. Secara hierarkis ada

empat tujuan pendidikan dimulai dari tujuan pendidikan nasional yang

(24)

Penddikan Nasional. Selanjutnya adalah tujuan institusional yakni tujuan

pendidikan yang ingin dicapai dari setiap jenis maupun jenjang sekolah atau

satuan pendidikan tertentu, tujuan ini tertuang dalam Permendiknas No 22

tahun 2007. Selanjutnya adalah tujuan kurikuler yakni tujuan pendidikan

yang ingin dicapai dari setiap mata pelajaran yang dikembangkan di setiap

sekolah atau satuan pendidikan. Terakhir adalah tujuan pendidikan khusus,

tujuan ini menggambarkan perubahan perilaku spesifik apa yang hendak

dicapai peserta didik melalui proses pendidikan (Sukiman, 2013: 10-15).

2. Materi

Materi atau isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan

kepada peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka

mencapai tujuan (Sukiman, 2013: 15).

3. Strategi

Yang dimaksud adalah strategi pelaksanaan kurikulum di sekolah. Ada

beberapa unsur dalam strategi pelaksanaan kurikulum, yakni: (a)Pengaturan

(25)

konseling (d) Administrasi supervisi (e) Sarana kurikuler (f) Evaluasi

(Sukiman, 2013: 15).

4. Evaluasi

Evaluasi adalah pengukur kinerja dan hasil dari sebuah program yang akan

memberikan umpan balik pada program tersebut. Komponen evaluasi yang

paling penting adalah yang berkenaan dengan proses dan hasil belajar peserta

didik (Sukiman, 2013: 31). Lihat juga prinsip-prinsip khusus pengembangan

kurikulum (Arifin, 2013: 38)

D. Dimensi Evaluasi Kurikulum

Yang dimaksud dengan dimensi valuasi kurikulum adalah aspek-aspek yang menjadi objek atau sasaran evaluasi kurikulum. Hamid Hasan mengemukakan ada empat dimensi ojek evaluasi kurikulum yakni (Hasan, 2009: 136 dalam Sukiman, 2013: 270):

1. Dimensi konteks yaitu evaluasi terhadap lingkungan dimana kurikulum

tersebut dikembangkan dan akan dilaksanakan.

2. Dimensi dokumen yaitu evaluasi terhadap kurikulum yang tertulis

(kurikulum potensial) yang secara umum meliputi empat komponen yakni

(26)

3. Dimensi proses yakni mengevaluasi apakah pelaksanaan kurikulum telah

sesuai dengan kurikulum idea yang telah direncanakan sebelumnya.

4. Dimensi produk atau hasil, dimensi ini dibedakan menjadi dua yakni evaluasi

terhadap hasil langsung yang didapatkan dari proses pendidikan seperti nilai

ujian. Adapun yang kedua adalah evaluasi terhadap hasil yang didapat peserta

didik setelah beberapa saat menyelesaikan proses pendidikan seperti

kemandirian belajar siswa dan kemapuan sosial serta moral (Sukiman, 2013:

270-280)

E. Teori Pengembangan Kurikulum

Terdapat tiga langkah dalam pengembangan kurikulum yaitu: perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Raihani, tt: 46).

1. Perencanaan Kurikulum

Perencanaan kurikulum meliputi lima hal yakni: analisis situasi, formulasi tujuan, pemilihan materi, implementasi perencanaan dan pengujian dan evaluasi perencanaan.

a. Analisis Situasi

(27)

“dimensi konteks” yaitu evaluasi terhadap lingkungan dimana kurikulum

tersebut dikembangkan dan akan dilaksanakan.

Menurut Skilbeck situasi tidak hanya meliputi guru, orang tua, masyarakat dan murid, tetapi juga kesadaran guru siswa sebagaimana yang dikutip oleh Marsh, situasi ada dua faktor, yang pertama faktor internal yang kedua faktor eksternal (Raihani, Tth. 47).

1) faktor internal meliputi:

a) Murid, bakat, kemampuan dan kebutuhan pendidikan khusus. b) Guru, nilai-nilai, sikap, keterampilan, ilmu, pengalaman,

kemampuan khusus dan kelemahan.

c) Etos sekolah dan struktur politik sekolah, asumsi umum dan ekspektasi termasuk tradisi distribusi daya, hubungan otoritas, dan metode mencapai kesesuaian terhadap norma-norma dan yang berurusan dengan penyimpangan.

d) Materi finansial termasuk tempat, peralatan dan potensi insfrastruktur untuk peningkatan kualitas.

e) Persepsi dan masalah-masalah yang sedang dihadapi di dalam kurikulum.

2) Faktor eksternal meliputi:

(28)

pemikiran-pemikiran yang mengubah hubungan antara orang dewasa dan anak-anak.

b) Tuntutan sistem pendidikan dan tantangan (seperti pernyataan kebijakan, ujian, harapan pemerintah daerah, tuntutan atau tekanan, projek kurikulum, dan penelitian pendidikan).

c) Potensi kontribusi guru terhadap sistem pendukung (pelatihan guru dan lembaga penelitian).

d) Sumbangan finansial ke sekolah.

Beberapa hal di atas juga diungkapkan oleh Sukiman, akan tetapi ia memiliki beberapa tambahan yakni: faktor kehidupan beragama, teknologi dan dukungan masyarakat terhadap sekolah (Sukiman, 2013: 270).

Di negara berkembang, terdapat pertentangan dengan nilai-nilai barat, termasuk perbedaan minat sebuah kelompok seperti pemerintah, komunitas bisnis orang tua, dan pakar pendidikan yang mempengaruhi pendidikan dan kurikulum. Di dalam lingkup sekolah mungkin akan muncul konflik dari faktor seperti murid dan ekpekstasi guru, pengalaman, dan juga kekurangan dana (Raihani, Tth: 47).

McGee memberikan 5 tips yang bermaanfaat untuk menjalankan analisa situasi (McGee, 1997: 84-86 dalam Raihani. Tth: 47):

(29)

3) Pengumpulan informasi di setiap masalah termasuk guru dan murid. Lihat juga (Hamalik,: 11)

4) Menganalisa informasi dan rekomendasi. 5) Tindakan kurikulum.

b. Formulasi Tujuan

Ornstein dan Hunkins menggambarkan proses ini sebagai filosofi -› tujuan umum -› tujuan khusus -› urutan tujuan (target) yang hendak di capai. Dengan kata lain merumuskan tujuan kurikulum dimulai dari konteks yang luas yakni keyakinan dan nilai-nilai yang ada di sekolah, menuju konteks yang kerucut (kecil) yakni hasil pembelajaran yang diinginkan. Semua prosses dalam merumuskan tujuan kurikulum dan hasil belajar harus didasarkan pada filosofi yang mendasari kurikulum sekolah (Raihani, Tth: 48).

Marsh mengungkapkan, tujuan yang efektif memiliki beberapa kriteria (Marsh, 1992: 90 dalam Raihani, tth: 48):

1) Koperhensif: luas, bisa mencakup semua hasil pembelajaran.

2) Kesesuaian: sesuai dengan level siswa dan lingkungan fisik serta lingkungan psikologis. Lihat juga (Sukiman, 2013: 12-14)

3) Validitas: harus mencerminkan apa yang mereka inginkan.

(30)

5) Spesifik: tujuan kurikulum harus diungkapkan dengan jelas dan tepat, supaya mereka tidak disalah fahami oleh guru dan siswa.

6) Bersesuaian: kurikulum harus selaras dengan tujuan lainnya dan tujuan ilmu pengetahuan (Hamalik,: 14)

Menurut Brady dan Kennedy tujuan yang tepat harus memiliki kelebihan dan kekurangan. Tujuan pembelajaran bisa membawa panduan yang lebih jelas untuk guru dan murid tentang apa yang boleh dilakukan dan dicapai di dalam proses pembelajaran (Brady and kennedy, 1999: 115 dalam Raihani. Tth: 50). Menurut pendapat Raihani, hasil pembelajaran tidak berarti meniadakan kompleksitas hasil dan proses pembelajaran ia hanya untuk memestikan bahwa kompleksitas tersebut tidak akan menyababkan proses pembelajaran jauh dari tujuan (Raihani, Tth: 50).

Menurut Bloom, Kyathwhol dan Masia, tujuan di dalam domain kogitif harus dalam tingkat urutan berikut: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Sedangkan tujuan di dalam domain efektif harus dalam tingkat urutan sebagai berikut: penerimaan, tanggapan, menghargai, pengorganisiran, dan pengkategorian dengan menggunakan oleh aspek-aspek penilaian yang kompleks (Raihani, Tth: 50)

c. Pemilihan Materi

(31)

bahan pengajaran, (c) kebenaran, autentitas dan kenyataan, (d) derajat keberartian bahan, (e) edukatif dan metodologis, (f) kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa, (g) penggunaan bahasa yang baik dan benar, sederhana dan jelas (h) dan yang terakhir kualitas dan kuantitas alat bantu belajar. (Hamalik, 1993: 91-92)

Menurut Hunkins, terdapat beberapa kunci masalah yang harus dipertimbangkan ketika merancang isi kurikulum, yaitu: ruang lingkup (cakupan), urutan, kesinambungan, artikulasi, keseimbangan dan penyatuan (Raihani, tth: 50). Semua kriteria ini sangat terkait dengan dua tahap sebelumnya yaitu anilisis situasi dan perumusan tujuan, dengan kata lain lima kriteria (validitas materi, sigifikasi, minat, potensi dan sesuai dengan realita masyarakat) telah diambil untuk menjamin bahwa isi kurikulum yang dipilih bersesuaian dan konsisiten dengan situasi tertentu, tujuan global, tujuan khusus, dan tujuan sekolah. Isi ini berlaku jika ia adalah otentik dan konsisten dengan tujuan (Raihani, Tth: 50).

(32)

mengandung pelajaran biologi matematika bahasa inggris dan lain sebagainya.

Desain yang berpusat pada peserta didik adalah isi yang dipilih dan diatur dengan fokus utamanya pada kebutuhan dan keingina peserta didik. Desain ini biasanya diterapkan di sekolah menengah atas, ataupun universitas-universitas (Raihani, Tth:51).

Dalam lingkup yang lebih kecil seperti kelas, atau kelompok belajar, Kemp memberikan beberapa pertanyaan yang berguna bagi guru untuk bertanya ketika memilih subjek conten sebagai berikut (Kemp, 1977: 47 dalam Raihani, Tth:51):

1) Apakah spesifikasi yang harus dipelajari dalam konteks ini?.

2) Apakah fakta, konsep, dan prinsip-prinsip yang berhubungan dengan topik ini?.

3) Apakah langkah-langkah yang diambil dalam prosedur yang berkaitan dengan topik ini?.

4) Apa tehnik yang diperlukan untuk menggapai kemampuan yang sangat di perlukan?

(33)

Demi kelancaran dan keberhasilan materi yang dipilih, guru harus memahami dengan baik di dalam menghubungkan antara isi dan keinginan siswa dan tujuan umum sekolah.

d. Implementasi Perencanaan

Menurut Hunkins’ Implementasi perencanaan adalah “seleksi

pengalaman”. pemilihan konten berfokus pada pertanyaan apa yang

harus dipelajari atau diajarkan dalam kelas. Sedangkan Seleksi pengalaman berfokus pada pertanyaan bagaimana mengajarkan konten yang sudah dipilih (Raihani, Tth:52).

Para guru sebagai perancang kurikulum harus memilih strategi-strategi yang akan mereka gunakan dalam proses pembelajaran mereka. Oliva memberikan saran dan merumuskan bahwa strategi yang terpilih dalam proses belajar mengajar harus mencakup hal-hal sebagai berikut (Oliva, 1997: 368 Raihani, Tth:52):

1) peserta didik harus diberi apa yang mereka butuhkan dan yang menarik bagi mereka tapi tetap menjaga gaya belajar mereka.

2) Satu strategi untuk satu guru (guru memiliki strategi masing-masing). 3) Subjek permasalahan. Contoh nafas buatan, lebih efektif diajarkan

dengan cara demontrasi atau praktek langsung.

(34)

5) Ketersediaan dana. Dana yang ada harus mencukupi kegiatan murid jika murid melakukan penelitian di luar sekolah.

6) Fasilitas. Membagi kelas kedalam kelompok kecil untuk diskusi tidak bisa dilakukan jika ruangannya kecil dan barang-barang di dalamnya tidak bisa dipindahkan.

7) Sasaran. Strategi yang dipilih harus memenuhi target dari materi pembelajaran

Selain hal di atas Arifin menambahkan faktor yang juga harus diperhatikan dalam penentuan implementasi kurikulum, yakni (a) kinerja pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas, (b) bimbingan guru di luar kelas (c) kegiatan belajar siswa di luar kelas (d) dukungan masyarakat.

Tentu ini menjadi catatan, tidak semua strategi dan metode pembelajara itu sesuai untuk semua murid, semua konten, dan bisa untuk memfasilitasi hasil yang diinginkan.

Catatan lainnya, metode intruksional yang dipilih oleh para guru seharusnya mencakup tiga bidang potensi pada siswa : kognitif, afektif dan psikomotor. Selain itu Jones dan Steinbrink menambahkan tujuan pembalajaran tidak hanya tiga hal di atas tetapi memiliki tambahan nilai-nilai partisipasi sosial, empati dan rasa menghormati (Raihani, Tth: 52-53).

(35)

Dalam proses ini, secara umum ada dua proses yang tidak dapat di pisahkan dari sebuah evaluasi, yakni perencanaan evaluasi instruksional, dan perencanaan evaluasi kurikulum.

Oliva memberikan perbedaan antara keduanya dengan mengatakan bahwa evalusi instruksional adalah sebuah penilaian atas prestasi murid-murid, kemampuan guru, dan keefektifan dari strategi khusus yang digunakan. Adapun evaluasi kurikulum adalah evaluasi system pada program dan bagian tertentu yang mengarah kepada hal-hal yang dinilai oleh evaluasi instruksional (Oliva, 1997: 432 Raihani, Tth:53). Dengan kata lain evaluasi instruksional menilai hasil sedangkan evaluasi kurikulum menilai proses. Sangat penting untuk menyiapkan kedua evaluasi tersebut dalam perencanaan kurikulum, terlebih pada evaluasi instruksional dengan sebaik-baiknya agar seluruh proses bisa diatur dengan efektif dan evisien.

2. Implementasi Kurikulum

(36)

Secara sederhana ini adalah proses menetapkan program perencanaan, tapi realitanya proses ini adalah proses yang paling sulit untuk dilakukan karena berupa pengalaman dan kejadian yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan (Raihani, Tth: 54).

Steven Segal menyatakan ada banyak hal yang bisa terjadi dalam realita implementasi melebihi apa yang telah direncanakan dan diprediksikan oleh guru. Dia menyediakan beberapa contoh seperti, respond dan kelakuan siswa selama proses pembelajaran yang tidak selalu dapat diprediksi sebelumnya (Raihani, Tth: 54).

Untuk mengatasi semua situasi di dalam proses pembelajaran, hendaknya guru mampu mengelola sisiwa, tegas dalam bertindak serta meletakkan berbagai perkara secara proposional. kemahiran dan kemampuan guru sangat dibutuhkan (Sukiman, 2013: 130-131).

Oliva memberikan sebuah contoh kompetensi secara umum yang sudah dikenal di negara bagian Florida, untuk bagian pendidikan professional dari ujian sertifikasi guru florida seperti menggunakan waktu kelas secara efisien dan komunikasi secara efektif menggunakan verbal dan non verbal skill (Oliva, 1997: 377-378 Raihani, Tth:53).

(37)

bahwa guru hanya mengimplementasikan kurikulum yang telah dipilih atau yang ditentukan oleh pelaku pengembangan kurikulum (Marsh, (1992) dalam Raihani, Tth: 54).

Dua pandangan ini sangat jarang terjadi dalam prekteknya, sejak proses dalam kelas berjalan dengan ketat dalam system sekolah dan kebutuhan. Jadi guru tidak akan memiliki otoritas total melebihi kurikulum. Alasan lainnya adalah kondsi real proses pembelajaran lebih dinamis dari pada silabus yang telah ditentukan. Jadi otoritas guru tergantung kreatifitas guru tersebut dan fleksibilitasnya dalam menentukan dan menyesuaikan situasi (Marsh, (1992) dalam Raihani, Tth: 54).

Hal yang perlu dicatat adalah bahwa keberhasilan pelaksanaan kurikulum dipengaruhi oleh semua faktor yang telah ditentukan dalam perencanaan kurikulum. Jika semuanya berjalan sebagaimana yang direncanakan maka boleh dinyatakan bahwa implementasi kurikulumnya sukses (Raihani, Tth: 56).

3. Evaluasi kurikulum

(38)

produk fokus pada tujuan dari sebuah proses, sedangkan evaluasi proses fokus pada proses mencapai tujuan (Raihani, Tth: 56).

Oemar Hamalik menyarankan aspek-aspek yang perlu dievaluasi dalam evaluasi kurikulum yakni (Hamalik 1993: 11):

a. Evaluasi terhadap tingkat ketercapaian tujuan yang dirumuskan. b. Evaluasi terhadap materi pengajaran.

c. Evaluasi terhadap pemberian bimbingan oleh guru kepada peserta didik beserta metode-metode mengajar yang digunakan dalam menyajikan materi.

d. Mengadakan kegiatan pengamatan.

e. Studi terhadap siswa-siswa yang menemui kegagalan belajar.

Menurut Kemp ada tiga jenis penilaian yang digunakan di dalam kelas. a. Penilaian diagnosa, bertujuan untuk menempatkan siswa di tingkat yang

sesuai dari sebuah program, atau untuk mencari informasi penyebab kekurangan dalam proses belajar siswa

b. Penilaian formatif: mengumpulkan informasi secara teratur pada siswa selama program untuk memberikan umpan balik pada siswa dan program. c. Penilaian sumatif: adalah membuat penilaian pada siswa pada akhir detik

(39)
(40)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan atau kancah (field research), yaitu penelitian yang pengumpulan datanya dilakukan di lapangan,

seperti di lingkungan masyarakat, lembaga-lembaga dan organisasi kemasyarakatan dan lembaga pemerintah. Penelitian field research (penelitian lapangan) yang bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang berusaha untuk mempelajari masalah-masalah yang ada serta tatacara kerja yang berlaku dengan terjun ke lokasi penelitian secara langsung. Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk mendeskripsikan suatu objek yang saat ini sedang berlaku. Upaya yang dilakukan adalah dengan mendeskripsikan, mencatat, menganalisis dan menginterpretasikan kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada (Mardalis, 1999: 26).

Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang prosedurnya menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2012: 4)

B. Subyek Penelitian

(41)

C. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Metode wawancara

Wawancara terhadap informan dengan menggunakan pedoman wawancara yaitu membuat catatan tentang pokok-pokok yang akan ditanyakan sesuai dengan tujuan penelitian. Pokok-pokok yang dirumuskan tidak perlu ditanyakan secara berurutan, demikian pula pengunaan dan pemilihan kata untuk wawancara (Mantra. 2008: 31) (Lihat juga: S. Nasution. 1996. Metodologi Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung: Tarsito).

Dari metode ini penulis mengharapkan data-data tentang kondisi lembaga PUTM secara rinci, tantangan ulama Muhammadiyah dan kesiapan thalabah PUTM untuk menghadapi tantangan tersebut. Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan pimpinan Majlis Tarjih Pimpinan Pusat Muhammadiyah selaku BPH (Badan Pelaksana Harian) PUTM, dan kepada petinggi dan pengurus PUTM.

2. Metode Dokumentasi

(42)

135) (Lihat juga: Winarno Surahmad. T.t. Dasar dan Tehnik Research. Bandung: Tarsito halaman 131).

3. Metode Observasi

Yang dimaksud dengan observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang fenomena-fenomena yang diteliti atau diselidiki (Hadi, 2001 : 136). Adapun teknik observasi yang peneliti lakukan adalah teknik observasi sistematik, dimana peneliti hanya sebagai pengamat gejala-gejala yang diteliti, dan penulis tidak terlibat dalam dinamika objek yang diteliti (Mantra. 2008: 30).

D. Metode Analisis Data

Setelah data yang peneliti cari terkumpul, peneliti menyeleksi data tersebut dan merangkainya ke arah tujuan peneliti melakuakan penelitian ini, sehingga pada akhirnya membentuk suatu pengertian yang dituangkan dalam bentuk analisis.

Dalam menganalisis peneliti menggunakan pola berfikir deduktif dan induktif:

1. Deduktif, yaitu penyusun berpangkal pada suatu pendapat umum berupa teori, hukum atau kaidah dalam menyusuri suatu penjelasan tentang suatu kejadian khusus atau dalam menarik kesimpulan (Mantra. 2008: 16)

(43)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah dan Perjalanan PUTM

Pada tahun 1968, Persyarikatan Muhammadiyah sudah berumur 56 tahun. Para pendiri Persyarikatan sebagian besar sudah wafat, sedang kader-kadernya sangat kurang, karena sebagian besar pemuda Islam lebih berminat belajar di sekolah/ perguruan tinggi umum, padahal Persyarikatan Muhammadiyah sangat membutuhkan ulama-ulama yang handal untuk meneruskan cita-cita Persyarikatan (Tim Penyusun. 2010: 4).

Ketika itulah muncul ide untuk mendirikan Pendidikan Ulama dengan gratis, sehingga tidak memberatkan para peserta didik. Maka pada tahun 1968, tepatnya pada tangga 1 Juli 1968 didirikanlah Pendidikan Ulama Tarjih oleh Majelis Tarjih PP Muhammadiyah, dengan biaya swadaya dari para aghniya’ di

Yogyakarta (Tim Penyusun. 2010: 4).

Karena satu dan lain hal, Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) tidak menerima thalabah pada setiap tahun melainkan pada setiap angkatan.

(44)

34 1. Angkatan pertama, Tahun 1968-1971; menerima 18 orang thalabah, yang dapat menyelesaikan studynya sebanyak lima orang. Pada tahun 1972-1974 tidak ada kegiatan (vakum).

2. Angkatan kedua, tahun 1975-1978; menerima 10 orang mahasiswa, yang dapat menyelesaiakan studynya hanya satu orang. Pada tahun 1979-1989 tidak ada kegiatan (vakum)

3. Angkatan ketiga, tahun 1990-1993; angkatan ini dikelola PWM DIY, menerima 25 orang mahasiswa, yang dapat menyelesaiakan studynya hanya tiga belas orang setelah melalui ujian akhir. Angkatan pertama hingga ketiga diselenggarakan di Suranatan.

4. Angkatan keempat, tahun 1993-1997; menerima 25 orang mahasiswa, yang dapat menyelesaiakan studinya hanya empat belas orang.

5. Angkatan kelima, tahun 1999-2002; menerima 25 orang mahasiswa, yang dapat menyelesaiakan studynya hanya dua puluh orang.

6. Angkatan keenam, tahun 2003-2006; menerima 25 orang mahasiswa, yang dapat menyelesaiakan studynya 25 orang. Angkatan keempat sampai dengan keenam diselenggarakan di Gedong Kiwo, Jalan Bantul, Yogyakarta

(45)

alih oleh PP Muhammadiyah, sedangkan pengelolaanya diserahkan kepada Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. Kemudian berdasarkan keputusan sidang tanwir Muhammadiyah tahun 2007 di Yogyakarta Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) dijadikan lembaga pendidikan untuk pengkaderan tarjih yang berijazah formal.

Pada angkatan ini PUTM menerima 25 thalabah dan semuanya berhasil menyelesaikan studinya, mulai angkatan ketujuh ini lokasi perkuliahannya dipindah ke jalan Kaliurang Km.23,3 di Kampung Ngipiksari, Kelurahan Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupatan Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

8. Angkatan kedelapan, tahun 2007-2010; menerima 16 orang mahasiswa, yang masih berjalan hingga lulus sebanyak sepuluh orang.

9. Angkatan kesembilan, tahun 2009-2012; mulai angkatan ini PUTM menerima dua kelas yaitu, kelas putra dan kelas putri : Kelas putra menerima 25 orang mahasiswa, ditempatkan dijalan Kaliurang, kelas putri menerima 16 orang ditempatkan di Kampung Tundan Ngrame, kelurahan Tamantirto Utara, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

(46)

36 PUTM diwajibkan berbakti kepada persyarikatan Muhammadiyah selama empat tahun ditempatkan didaerah yang membutuhkan.

10. Angkatan kesepuluh, hanya menerima 15 putra dan tidak menerima santri putri.

11. Angkatan kesebelas menerima 15 santri putra dan 15 santri putri dari santri putra ini, adalah satu-satunya angkatan yang lulus 100% sejauh ini, masuk 15 santri dan lulus 15 santri.

12. Angkatan kedua belas dan seteruskanya sampai angkatan empat belas merima 15 santri putra dan 15 santri putri

13. Sedangkan angkatan kelima belas PUTM siap menerima 30 santri putra dan 30 santri putri, namun ketika seleksi penerimaan thalabah hanya diterima 25 santri putra dan 30 santi putri (Dokumen notulensi rapat penerimaan mahasiswa baru. Februari 2016). Akan tetapi dalam proses seleksi akhirnya terpilih 30 santri putra dan 23 santri putra, sebagaimana perkataan ustadz Muhammad Muhajir “yang memenuhi kriteria 30 putri dan 23 putra,

akhirnya mereka yang kami terima” (Wawancara dengan Muhamad Muhajir,

Wakil Mudir PUTM bagian akademik tanggal 13 Desember 2016).

B. Visi, Misi dan Tujuan PUTM

(47)

Untuk merealisasikan Visi tersebut, PUTM menetapkan misi sebagai berikut (Tim Penyusun. 2010: 31) :

1. Menyelenggarakan program-program akademik bermutu dan relevan dengan tujuan Persyarikatan dalam suasana kampus Islam.

2. Menyelenggarakan penelitian yang berorientasi pada integrasi seluruh bidang keilmuan untuk pencapaian masyarakat Islami.

3. Memberikan layanan kepakaran yang berorientasi pada pembentukan ulama Muhammadiyah.

Adapun tujuan PUTM adalah (Tim Penyusun. 2010: 31):

1. Membentuk peserta didik untuk menjadi sarjana muslim yang beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia, yang mempunyai kemampuan akademik, profesional dan beramal menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

2. Membentuk peserta didik menjadi kader ulama dan pemimpin yang berkepribadian Muhammadiyah.

3. Mengembangkan dan menyebarluaskan Risalah Islamiah dalam rangka Li-I’lai-kalimati-Allah dan meningkatkan kesejahteraan umat manusia.

C. Letak dan Keadaan Geografis

(48)

38 lahan seluas ± 2500 m2. Seluruh tanah tersebut digunakan sebagai prasarana pendidikan dan asrama mahasiswa (thalabah).

Adapun lokasi PUTM kelas putri berada di dua tempat yakni pertama Kampung Tundan Ngrame Kecamatan Tamantirto Utara, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menempati lahan+ 700 m2 dan seluruh lahan tersebut digunakan sebagai prasarana pendidikan dan asrama mahasisiwi (thalibat). Adapun yang kedua berada di Jalan Nitikan Baru no 68, Sorosutan, Umbulharjo, Yogyakarta dan luas seluruh lahan + 200 m2. Bangunan tersebut masih berstatus menyewa (Wawancara dengan Muhamad Muhajir, Wakil Mudir PUTM bagian akademik tanggal 6 November 2016)

D. Struktur Organisasi

Mengenai pergantian pimpinan di Persyarikatan Muhammadiyah tidak menimbulkan masalah besar, karena pergantian tersebut berpedoman pada qaidah/statuta Perguruan Tinggi Muhammadiyah, dan juga berlandaskan keikhlasan bekerja.

Struktur kepemimpinan terbagi menjadi dua bagian yakni: pimpinan direktur atau mudir dan pimpinan Badan Pelaksana harian (BPH) (Tim Penyusun. 2010: 5-6)

Sejak awal berdirinya PUTM hingga saat ini telah terjadi pergantian pimpinan mudir sebagai berikut:

(49)

2. Kurun waktu 1990-1993 dan 1993-1997 Mudir PUTM dijabat oleh KH. M. Suprapto Ibnu Juraimi.

3. Kurun waktu 1999-2002 Mudir PUTM dijabat oleh KH. Drs. Ghozali Mukri. 4. Kurun waktu 2003-2006 dan 2006-2009 Mudir PUTM dijabat oleh KH.

Suprapto Ibnu Juraimi.

5. Kurun waktu 2009 – saat ini Mudir PUTM dijabat oleh Prof. Drs. H. Sa’ad Abdul Wahid.

Tampuk kepimpinan Badan Pelaksana Harian (BPH) sebagai berikut: Kurun Waktu 1968-1978, tidak ada pengangkatan BPH

1. Kurun waktu 1990-1997 Pimpinan BPH dijabat oleh KH. Mukhlas Abror. 2. Kurun waktu 1997-2001, Pimpinan BPH dijabat oleh Drs. Saad Abdul Wahid. 3. Kurun waktu 2001-2005, Pimpinan BPH dijabat oleh Drs. H. Zamroni

4. Kurun waktu 2005 – saat ini pimpinan BPH dijabat oleh Drs. H. Fahmi Muqoddas, M.Hum.

E. Stuktur Kepengurusan dan Staf Pengajar Saat Ini:

Struktur pengurus saat ini (dokumen pengangkatan pengurus mei 2016):

Mudir Prof. Drs. H. Sa’ad Abdul Wahid

Wadir Mohamad Muhajir, Lc., M.A.

Ka. Rumah Tangga Endi Prasetyo, S.Th.I

Pamong PUTM Pa Mohamad Muhajir, Lc., M.A. Pamong PUTM pi (Tundan): Drs. Ahmad Muhajir, Lc, M.A.

Pamong PUTM pi (Nitikan) Siti Sa’adah, S.E

(50)

40 Musyrif/Musyrifah Muhajjir Al Mahmudi, S.Pd.I

Ahmad Abdillah, S.Pd Syamsul Bahri, S.Pd Miftahul Qur an, S.Pd Lilik Miftahatul Jannah, Lc Slamet Melasari, S.Pd.I

Wisna Wati, S.Pd.I Naili Afriyyani, S.Pd Dewi Umaroh, S.Pd

Muti’atu Nur Rahmatul Mawaddati, S.Pd

Karyawan/ staf Budi Basuki

Subarji Janto

(51)

Dosen Pengajar (Brosur PP Muhammadiyah Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah, 2016/2017):

Prof. Drs. H. Sa’ad Abdul Wahid Drs. M. Fahmi Muqaddas, M.Hum

Prof. Dr. H. Syamsul Anwar, M.A Drs. WR. Lasiman, M.A Drs. Dahwan Muchrodji, M.Si Ikhwan Ahada, S.Ag., M.A Rohmansyah, S.Th.I, M.Hum Endi Prasetyo, S.Th.I

Mohamad Muhajir, Lc., M.A. Drs. Ahmad Muhajir, Lc, M.A. Lilik Miftahatul Jannah, Lc Asrofi Hilal, S.Ag., M.A Fajar Rachmadani, Lc Asep Setiawan, S.Th.I, M.A Asep Rahmat Fauzi, S.Th.I Dr. Adib Sofia, M.A

Anang Fathurrahman, S.Pd.I, Lc Ali Yusuf, STh.I, M.Hum Drs. H. Hadjamurrusydi SU Dr. Ustadi Hamsah, M.Si Mukhtar Zuhdy, S.H., M.H Drs. H. Yusuf A. Hasan, M.Ag Ahmad Afandi, M.A Ghaffar Ismail, S.Ag., M.A.

Dr. Fuad Zein, M.A Dr. Waharjani, M.Ag

H. Ridlwan Hamidi, Lc, M.P.I Dr. H. Khairuddin Hamsin, Lc, M.A Ruslan Fariadi, S.Ag, M.Si Budi Jaya Putra, S. Th.I

Sadam Fajar Shodiq, S.Pd.I., M.Pd Anisa Dwi Ma’rufi

Drs. H. Marsudi Iman, M.Pd Dr. H. Muhammad Anis, M.a Dr. H. Muhammad Amin, Lc, M.A Dra. Diah Siti Nur’ani

Drs. H. Hamdan Hambali Atang Shalihin S.Pdm., M.A Drs. H. Oman Fathurrahman SW, M.Ag Drs. H. Supriatna, M.Si M. najih farhanto S.I.Kom, M.A H Ali Aulia, Lc., M.Hum H. Mukhlis Rahmanto,Lc.,M.A prof. Dr. Mundzirin Yusuf, M.A Dr. H. Muhammad Damami Muh Muqaddas

F. Keadaan Sarana dan Prasarana

Sarana prasarana sudah sangat memadai untuk sebuah pesatren yang maju, yakni (Tim Penyusun, 2010: 17):

1. Masjid

(52)

42 perkuliahan tersebut kurang memenuhi syarat, namun para thalabah tetap mempunyai semangat belajar.

2. Asrama Thalabah

Asrama thalabah yang berdiri ditengah-tengah komplek ini, mempunyai dua ruang, yang dihuni oleh 35 orang thalabah, satu kamar tidur, satu ruang tamu dan ruang kerja. Maka Badan Pelaksana Harian (BPH) PUTM bekerjasama dengan Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, bekerja keras ingin mewujudkan asrama Thalabah yang representatif.

Alhamdulillah pada bulan Ramadhan 1430 H, dapat dicanangkan batu pertama bagi bangunan asrama tersebut, dengan dua lantai yang terdiri dari 26 kamar. Insya Allah pada tahun akademik yang akan datang sudah dapat dipergunakan.

3. Perpustakaan

Perpustakaan bagi lembaga pendidikan adalah bagaikan jantungnya. Lembaga pendidikan tanpa perpustakaan bagai orang tanpa jantung. Maka PUTM berusaha untuk mewujudkan perpustakaan yang lengkap. Namun, hingga kini cita-cita tersebut belum terwujud. Maka untuk memenuhi kebutuhan thalabah PUTM mengadakan kerjasama dengan Universitas lain. 4. Fasilitas Kesejahteraan

(53)

dengan PKU Muhammadiyah Yogyakarta. PKU Muhammadiyah dapat melayani kesehatan setiap hari dan jam kerja.

G. Sistem Pendidikan

1. Jenjang dan Program Pendidikan

Pendidikan Ulama Tarjih menyelenggarakan program akademik jenjang Strata Satu (S.1), dengan landasan aqidah Islamiyah, berasaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah (Tim Penyusun, 2010: 8).

Lulusan dari PUTM diharapkan memiliki kualifikasi sebagai berikut (Tim Penyusun, 2010: 8 dan 50) dan juga (dokumen tata tertib thalabah PUTM tahun 2010) :

a. Menjadi Sarjana muslim yang beriman dan bertaqwa, berakhlak mulia, yang mempunyai kemampuan akademik, professional dan beramal menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

b. Menjadi kader ulama dan pemimpin yang berkepribadian Muhammadiyah.

c. Mampu mengembangkan dan menyebarluaskan risalah Islamiyah dalam rangka li’ilaa’I kalimatillah dan meningkatkan kesejahteraan umat

manusia.

(54)

44 menjelaskan dan merumuskan cara pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah yang dihadapinya.

e. Mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 2. Pelaksanaan Program

a. Awal Penyelenggaraan Pendidikan

Penyelenggaraan pendidikan di PUTM diawali dengan seleksi penerimaan thalabah baru; kegiatan ini dilaksanakan sekitar awal bulan April s.d Juli pada setiap tahun.

b. Tahun Akademik

Tahun Akademik penyelenggaraan pendidikan dimulai pada awal bulan Juli dan berakhir bulan Juni tahun berikutnya, yang terbagi dalam dua semester , semester gasal dan semester genap.

c. Bentuk Pendidikan

Pendidikan diberikan dalam bentuk perkuliahan, pemberian tugas, praktik lapangan, seperti diskusi, latihan ketarjihan, latihan ibadah, praktik astronomi dan kegiatan ilmiah lainnya. Kegiatan pendidikan tersebut dilaksanakan berdasarkan kurikulum yang telah disusun (Tim Penyusun, 2010: 8).

H. Sistem Penyelenggaraan Pendidikan.

(55)

pendidikan yang dinyatakan dengan beban studi thalabah , beban kerja dengan pengajar dan beban penyelenggaraan pendidikan. Satu semester setara dengan 16 minggu kerja. Satuan kredit semester yang disingkat sks adalah takaran penghargaan terhadap pengalaman belajar yang diperoleh selama satu semester melalui kegiatan terjadwal perminggu sebanyak satu jam perkuliahan atau dua jam praktikum atau empat jam kerja lapangan yang masing-masing diiringi oleh sekitar 1-2 jam kegiatan mandiri.

Prinsip-prinsip Umum Sistem Kredit Semester adalah (Tim Penyusun, 2010: 9-10):

1. Tidak ada kenaikan tingkat pada setiap tahun ajaran.

2. Jumlah kredit semester tiap semester yang diambil tidak perlu sama antara satu thalabah dengan thalabah yang lainnya.

3. Waktu penyelesaian studi bisa tidak sama antara satu thalabah dengan thalabah lain.

Tujuan penerapan Sistem Kredit Semester antara lain ialah (Tim Penyusun, 2010: 9):

1. Memberi kesempatan kepada yang pandai dan yang tekun belajar agar dapat menyelesaikan studinya dalam waktu yang lebih singkat.

(56)

46 3. Mempermudah penyelesaian kurikulum dari waktu ke waktu terhadap

perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat pesat dewasa ini.

4. Untuk memungkinkan perpindahan thalabah dari perguruan tinggi yang satu ke perguruan tinggi yang lain.

I. Kurikulum dan pengembangan kurikulum di PUTM

Kurikulum pendidikan di PUTM Putra dan Putri disusun dalam 3 pola pembinaan yaitu aspek ruhiyah, dakwah dan ilmiyah. Pola pembinaan ruhiyah disusun dalam berbagai kegiatan seperti shalat malam, puasa senin-kamis, tadarus al-Qur’an, shalat 5 waktu secara berjamaah dan lain-lain.

(57)

1. Struktur Kurikulum (Tim Penyusun, 2010: 20-22)

Elemen

Kompetensi Indikator Mata Kuliah

Landasan

masalah kepada al-Qur’an dan al-Hadits.

f. Mengembangkan amar ma’ruf nahi munkar

1. Aqidah (Tauhid) (4 sks) 2. Akhlak Tasawuf (2 sks) 3. Tafsir al-Qur'an (non sks) 4. Tafsir Ahkam I (non sks) 5. Hadits Ahkam I (non sks) 6. Hadits Akhlak I (non sks) 7. Filsafat Islam (2 sks) 8. Fikih Ibadah (4 sks) 9. Bhs. Indonesia (2 sks) 10.Ilmu Jiwa Sosial (2 sks) 11.Sirah Nabawiyah (2 sks) 12.Sejarah Peradaban Islam (2

sks)

17.Filsafat Ilmu (2 sks)

Jumlah 32 sks al-Qur’an dan al-Hadits. d. Mampu mengembangkan

kajian al-Qur’an dan al-Hadits e. Menguasai aspek-aspek yang

1. Ulumul Qur’an / Ulumut

(58)

48 mendukung ilmu hukum Islam 5. Metodologi Studi Islam (2

sks)

6. Fiqh Muamalat (4 sks) 7. Fiqh Jinayat (2 sks) 8. Fiqh Siyasah (2 sks) 9. Hukum Pidana (2 sks) 10.Hukum Perdata (2 sks) 11.Hukum Tata Negara (2 sks) 12.Tahfidz al-Qur’an (non sks) 13.Manhaj Tarjih (4 sks) 14.Bahasa Inggris (4 sks) 15.Ilmu Dakwah (2 sks) 16.Metodologi Dakwah (2 sks) 17.Ilmu Komunikasi (2 sks) 18.Ilmu Pendidikan (2 sks) 19.Psikologi Pendidikan (2

sks)

20.Evaluasi Pendidikan (2 sks) 21.Metodologi Pengajaran (2

sks)

22.Manajemen dan

Kepemimpinan Islam (2 sks)

23.Teknologi Informasi (2 sks) 24.Perkembangan Pemikiran

(59)

teori ijtihad dalam hukum

d. Mampu memahami hak asasi manusia

1. Filsafat Hukum Islam (2 sks)

2. Praktik Berijtihad (non sks) 3. Praktik Tarjamah (non sks) 4. Praktek Astronomi

2. Daftar Mata Kuliah Putm Pimpinan Pusat Muhammadiyah (Tim Penyusun, 2010: 23-25)

e. Tadribat/Tathbiqul lughah 2. Aqidah (Tauhid)

3. At-Targhib wat-Tarhib

4. Kajian Tafsir I (Tafsir Jalalain)

(60)

50

4. Ulumul Qur’an/ Ulumut Tafsir I

5. Ulum al-Hadits I 6. Sirah Nabawiyah

7. Kemuhammadiyahan / Keaisyiyahan I 8. Tarikh Tasyri’

9. Ushul Fiqh I

10.Metodologi Studi Islam

11.Kajian Tafsir II (Tafsir Jalalain) 12.Tahfidz al-Qur'an

2. Ulumul Qur’an/ Ulumut Tafsir II 3. Ulum al-Hadits II

4. Fiqh Muamalat 5. Hukum Perdata

6. Kemuhammadiyahan / Keaisyiyahan II 7. Hukum Tata Negara

8. Filsafat Pendidikan 9. Ilmu Falak I

10.Balaghah I

(61)

2. Fiqh Siyasah

13.Kajian Tafsir IV (Tafsir al-Manar) 14.Kajian Hadits II (Subulus Salam) 15.Tahfidz al-Qur'an

5. Sejarah Peradaban Islam 6. Ilmu Pendidikan

7. Bahasa Inggris 8. Bhs. Indonesia 9. Metodologi Penelitian 10.Manhaj Tarjih II

11.Kajian Tafsir V (Tafsir al-Maraghi) 12.Kajian Hadits III (Nailul-Awthar) 13.Tahfidz al-Qur'an VI 1. Teknologi Informasi

2. Perkembangan Pemikiran Islam 3. Kristologi

4. Metodologi Dakwah

(62)

52 12.Praktek Berijtihad

13.Kajian Tafsir VI (Rawai'ul-Bayan) 14.Kajian Hadits IV (Nailul-Awthar) 15.Tahfidz al-Qur'an

Pembahasan pengembangan kurikulum PUTM mengacu pada bab II, sub bab E, teori pengembangan kurikulum. Secara berurutan membahas semua poin yang ada kecuali beberapa poin, karena kesulitan pencarian data.

Dalam pengembangan kurikulum, mengacu kepada teori kurikulum di atas, maka terbagi menjadi tiga tahapan, yakni:

1. Perencanaan Kurikulum

Perencanaan kurikulum meliputi lima hal yakni: analisis situasi, formulasi tujuan, pemilihan materi, implementasi perencanaan dan pengujian dan evaluasi perencanaan.

a. Analisisi situsai meliputi faktor internal dan faktor eksternal 1) Faktor internal meliputi (Raihani, Tth. 47).

(63)

Sehingga mengenai sumber daya dan kemampuan santri tidak ada masalah. Karena mereka merupakan santri yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Sebagaimana ucapan ustadz Muhammad Muhajir “santri memiliki kecerdasan di atas ratarata

dan utusan Muhammadiyah atau Aisiyah” (Wawancara dengan Muhamad Muhajir, Wakil Mudir PUTM bagian akademik tanggal 13 Desember 2016).

(64)

54 Adapun Kebutuhan pendidikan khusus yang diperlukan santri di PUTM adalah kebutuhan yang menunjang tercetak kader ulama tarjih yang mumpuni dan bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan dan zaman, sehingga selalu ada penambahan dan pengurangan materi yang memang disesuaikan dengan kebutuhan khusus saat itu misal penambahan materi Ta’limul muta’allim yang semulanya tidak ada, karena melihat kebutuhan khusus waktu itu, yakni kurangnya rasa hormat, dan rasa memulyakan santri kepada para dosen yang notabennya mayoritas dari para dosen adalah para ulama yang tidak hanya cukup diberi ucapan terimakasih atas jasa ilmu yang diberikan akan tetapi juga memberikan rasa hormat dan ihtiram kepada mereka (Wawancara dengan Muhamad Muhajir, Wakil Mudir PUTM bagian akademik tanggal 6 november 2016).

(65)

b) Guru, guru yang mengajar di PUTM adalah guru-guru yang mumpuni dalam bidang keilmuannya dan sudah sangat profesional dalam bidangnya, memiliki keterampilan dan pengalaman lebih, dan masuk dalam organisasi Muhammadiyah, bahkan kebanyakan dari mereka menjabat di tingkat PP Muhammadiyah ataupun PWM Muhammadiyah, serta memilik akhlakul karimah dan nilai keikhlasan yang tinggi dan rela berkorban waktu dan tenaga karena gaji di PUTM jauh dibawah gaji dosen pada umumnya, perjalanan menuju kaliurang jauh dan memakan waktu yang lama (Dokumen notulensi rapat evaluasi, bulan juni 2010).

Ustadz Muhammad Muhajir menambahkan :

Hal yang sering dievaluasi terkaitan dengan guru atau dosen adalah tingkat kehadiran beliau, metode beliau dalam menyampaikan pelajaran dan hasil belajar santri sebagai tolak ukur tingkat keberhasilan guru mengajar di kelas.

(Wawancara dengan Muhamad Muhajir, Wakil Mudir PUTM bagian akademik tanggal 6November 2016).

(66)

56 yang memiliki peluang tertinggi untuk memecahkan krisis tersebut. Adapun asumsi umum dan ekspektasi dan lain sabagainya, maka yang muncul adalah pandangan dan harapan masyarakat yang luar biasa terhadap PUTM dan alumninya, munculnya pengistemewaan dan pemberian kehormatan yang tinggi dikalangan masyarakat.

d) Peninjauan mengenai materi finansial, tempat, peralatan dan potensi insfrastruktur untuk peningkatan kualitas selama ini tidak ada masalah karena memliki finansial yang kuat. Hanya saja untuk kedepannya perlu dipikirkan mengenai bangunan yang berada dinitikan karena terpisah dengan kelas lainnya (observasi di PUTM tanggal 12-13 Desember 2016).

e) Perspsi dan masalah-masalah yang dihadapi di dalam kurikulum, perkara ini merupakan perkara yang telah dijadikan pula sebagai bahan untuk evaluasi dan pengembangan kurikulum (dokumen notuensi rapat evaluasi akhir semester bulan Agustus 2015)

2) Faktor eksternal meliputi (Raihani, Tth. 47) dan (Sukiman, 2013: 270):

(67)

pada masa ini. Sebagimana yang dikatakan oleh ustadz Dahwan Mukhraji bahwa kurikulum harus mengikuti sosial budaya

Ada perubahan- perubahan mengikuti kebutuhan kebutuhan tuntutan zaman, misal seperti pelajaran praktik ijtihad yang dulunya tidak ada. Karena thalabah akan terjun kemasyarakat atau PDM yang tentunya thalabah harus memiliki keterampilan dalam praktik ijtihad. Contoh lainnya adalah materi mengenai fikih muamalat dan munakahat yang awalnya tergaung dalam meteri hadis Nailul Authâr atau Subulussalâm, menjadi berdiri sendiri karena membutuhkan telaah yang lebih mendalam dan lengkap mengikuti perkembangan dunia muamalat dan munakahat yang ada di negeri kita. Sehingga ketika muncul pertanyaan-pertanyaan mengenai mu’amalat dan munakahata, thalabah tahu tentang peraturan peraturan hukum Islam begini yang ada dalam kitab, undang-undang dan KHI seperti ini.

(Wawancara dengan Dahwan Mukhraji, Sekertaris BPH PUTM 6 november 2016).

(68)

58 sebelummnya dan pada dunia pemikiran Islam mengenai sekularisme pluralisme dan liberalisme, dan filsafat, maka perlu ada materi mengenai ghazeul fikri dan filsafat Islam. Selain itu juga ditambahkan materi Kristologi untuk membentengi akidah santri sekaligus untuk bahan berdakwah kepada kaum Nasrani. Ekpektasi orang tua, direktur dan asumsi masyarakat telah menjadi satu yakni santri PUTM diharapkan dapat menjadi ulama yang dapat mengayomi (Dokumen notulensi pertemuan pengurus PUTM dengan wali santri Oktober 2016).

b) Tuntutan sistem pendidikan dan tantangan pendidikan, dalam hal ini PUTM tidak memiliki keterikatan sistem pendidikan dengan pihak pemerintah di tingkat apapun. Sebagaimana yang dikatakan oleh ustadz Muhammad Muhajir

Karena PUTM adalah sekolah kaderisasi ulama tarjih, tidak terikat dengan lembaga yang lain, maka kurikulum kita independen dan tidak terikat dengan kurikulum manapun, kita punya kurikulum sendiri. Misal jumlah jam untuk belajar baca kitab, itu ditentukan berdasakan dari kebutuhan yang ada yang telah dialami sekian lama, sehingga dari pengalaman yang ada seperti kualitas alumni, ditentukan berapa jumlah jam baca kitabnya. PUTM ini memang dalam penyusuna kurikulumnya berangkat dari pengalamn

(Wawancara dengan Muhamad Muhajir, Wakil Mudir PUTM bagian akademik tanggal 6 November 2016).

(69)

PUTM hanya memiliki keterikatan struktural dengan PP Muhammadiyah, UMY dan UAD dan dalam kurikulumnya sudah tidak ada masalah, tidak ada tuntutan yang belum terpebuhi (Wawancara dengan Muhamad Muhajir, Wakil Mudir PUTM bagian akademik tanggal 13 Desember 2016).

c) Potensi kontribusi guru terhadap lembaga penelitian. Hal ini merupakan hal yang belum diperhatikan oleh PUTM dalam pengembangna kurikulumnya (Observasi di PUTM pada tanggal 12-13 Desember 2016).

d) Sumbangan finansial, sebagaimana yang dikatakan oleh ustadz

Muhammad Muhajir “Alhamdulillah tidak ada masalah”

(Wawancara dengan Muhamad Muhajir, Wakil Mudir PUTM bagian akademik tanggal 6 November 2016).

e) Faktor kehidupan beragama adalah salah faktor yang paling penting karena ilmu yang diajarkan di PUTM semuanya berorientasi kepada penegakan agama Islam (Wawancara dengan Muhamad Muhajir, Wakil Mudir PUTM bagian akademik tanggal 13 Desember 2016).

(70)

60

terutama dalam penggunaan internet” (Wawancara dengan

Muhamad Muhajir, Wakil Mudir PUTM bagian akademik tanggal 13 Desember 2016).

g) Dukungan masyarakat: Muhajir mengatakan

Masyarakat sangat mendukung adanya PUTM karena mereka pun merasakan manfaat dari adanya PUTM. Bentuk dukungannya berupa memberikan kesempatan kepada santri untuk khutbah di masjid-masjid masyarakat, memberikan kesempatan mengajar di TPA-TPA yang ada dan bantuan berupa materiil maupun moril”

(Wawancara dengan Muhamad Muhajir, Wakil Mudir PUTM bagian akademik tanggal 13 Desember 2016).

Hal yang ternyata secara tidak disangka-sangka sudah PUTM lakukan dalam pengembangan kurikulum adalah PUTM telah melaksanakan 5 tips bermanfaat yang telah diberikan oleh McGee untuk menjaankan analisis situasi yakni (McGee, 1997: 84-86 dalam Raihani. Tth: 47):

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan prinsip- prinsip Islam dalam pengembangan manajemen mutu pendidikan dan untuk mengetahui faktor penghambat

prestasi adalah nilai yang dicapai murid sekolah dalam berbagai tingkat, dengan maksud untuk menemukan faktor-faktor yang.. menyebabkan murid-murid mencapai

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) implementasi kebijakan pendidikan berbasis budaya di SMA Negeri 11 Yogyakarta dan (2) faktor pendukung dan penghambat

a) In house training adalah pelayanan yang dilaksanakan secara internal di kelompok kerja guru, sekolah atau tempat lain yang ditetapkan untuk menyelenggarakan

SMP yang mengusung nilai-nilai Islam juga begitu banyak, namun untuk dapat berkompetisi dengan lembaga lainnya penetapan posisi pasar yang dilakukan SMP Muhammadiyah

Sukmadinata (1997) menyatakan bahwa kendala-kendala dalam proses implementasi kurikulum adalah: (1) tidak adanya keseragaman, oleh karena itu untuk daerah dan situasi yang

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) Pelaksanaan pendidikan kedisiplinan santri di Asrama MTs Muallimaat Muhammadiyah Yogyakarta, 2) Faktor pendukung

Dalam rangka memenuhi tuntutan, yakni menghasilkan lulusan yang memiliki sejumlah kompetensi untuk dapat berdaya saing dalam kehidupan abad ke-21, diusulkan