FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA
INSTITUT BISNIS DAN INFORMATIKA STIKOM SURABAYA 2014
PENJELASAN MODUL I/O IMDSI02, IMDSO04, IMASO01, DAN IMRIO02 PADA PLC BAILEY INFI 90 DI PT SEMEN INDONESIA (PERSERO) TBK PABRIK TUBAN
KERJA PRAKTEK
Program Studi S1 Sistem Komputer
Oleh :
x
1.1 Latar Belakang Masalah...1
1.2 Tujuan Kerja Praktek...2
1.3 Perumusan Masalah...3
1.4 Batasan Masalah...4
1.5 Waktu Dan Lama Kerja Praktek...4
1.6 Ruang Lingkup Kerja Praktek...4
1.7 Metodologi...5
1.8 Sistematika Penulisan...6
xi
2.2 Produk...13
2.3 Lokasi Pabrik ...18
2.4 Visi...20
2.5 Misi...20
BAB III LANDAS..AN TEORI...21
3.1 PLC ...21
3.1.1 Pengertian PLC...21
3.1.2 Pembagian PLC...22
3.1.3 Kegunaan Umum PLC...24
3.1.4 Hal-Hal Yang Dapat Dilakukan PLC...25
3.1.5 Perangkat Keras Pada PLC ...26
3.1.6 Dasar-dasar Pemrograman Pada PLC...34
3.2 Modul Input Output (I/O)...38
3.2.1 Pengertian...38
3.2.2 Fungsi Modul I/O...40
3.2.3 Struktur Modul I/O ...41
3.2.4 Beberapa Perintah Pada Modul I/O...42
BAB IV PEMBAHASAN...44
4.1 Modul – Modul I/O Pada PLC Bailey INFI 90...44
4.1.1. Digital Slave Input Module (IMDSI02)...44
4.1.2. Digital Slave Output Module (IMDSO04) ...49
4.1.3. Analog Slave Output Module (IMASO01)...55
xii
5.2 Saran ...68
DAFTAR PUSTAKA...69
1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya merupakan salah
satu lembaga pendidikan yang melahirkan lulusan-lulusan muda yang
berpola pikir akademik bertindak profesional dan berakhlak. Dengan
mengikuti Kerja Praktek ini diharapkan mahasiswa bisa mendapat nilai
tambahan terhadap meteri kuliah yang telah diberikan serta dapat
menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan mahasiswa tentang dunia
kerja sekaligus mendapat pengalaman kerja secara nyata di
perusahaan/indistri dan bekerja sama dengan orang lain dengan disiplin ilmu
yang berbeda-beda.
Indonesia merupakan negara berkembang dalam bidang industri. Hal
ini menyebabkan banyak pabrik-pabrik bermunculan guna memenuhi
kebutuhan akan satu produk. Perindustrian di Indonesia sebagian besar
menggunakan mesin yang dapat diprogram dalam proses produksinya,
walaupun masih melibatkan tenaga manusia untuk menunjang kerja mesin
tersebut. Suatu modul yang dapat diberi program logic dengan tujuan untuk
mengontrol suatu alat disebut PLC (Programmable Logic Controller).
PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (dahulu PT Semen Gresik
(Persero) Tbk) adalah produsen semen yang terbesar di Indonesia. PT
berbagai jenis semen, salah satunya berada di Pulau Jawa yaitu Semen
Gresik. Untuk Semen Gresik, produksi semen dilakukan di pabrik Kota
Tuban. Pabrik Tuban mempunyai area dan mesin produksi semen yang
lengkap yaitu Crusher, Raw Mill, Kiln, Finish Mill, dan Packing sehingga
dapat melakukan produksi semen mulai dari proses pengambilan bahan
baku kapur hingga proses pengemasan.
Sebagian besar mesin PLC terdapat di pabrik Tuban. PLC yang
digunakan pun bermacam-macam salah satunya adalah PLC jenis lama yaitu
Bailey INFI 90. PLC ini berada di area pabrik Tuban I dan Tuban II dan
digunakan untuk menjalankan mesin Raw Mill dan Kiln. Agar pengguna
bisa memrogram PLC tersebut diperlukan modul input-output (I/O) agar
dapat menjembatani antara pengguna dengan PLC dalam melakukan
komunikasi. Modul I/O untuk PLC Bailey INFI 90 sudah terpasang pada
PLC dan pemrograman PLC dilakukan secara terpusat melalui Central
Control Room atau CCR.
1.2. Tujuan Kerja Praktek
Dalam melaksanakan Kerja Praktek di suatu perusahaan maupun
industri, maka mahasiswa sebagai seorang yang mejalankan syarat
pendidikan tinggi tentunya memiliki tujuan-tujuan yang hendak dicapai
dalam melaksanakan kegiatan praktek ini. Beberapa tujuan Kerja Praktek
yang dimaksud adalah sebgai berikut :
1. Dapat memberikan pengalaman kepada mahasiswa tentang dunia
kerja yang sebenarnya khususnya di bidang PLC (Programmable
2. Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa
tentang penerapan berbagain pengetahuan baik teori maupun
praktek yang diperoleh pada perkuliahan dan diterapkan pada
lapangan pekerjaan yang sesungguhnya di tempat praktek terutama
dalam bidang PLC (Programmable Logic Controller).
3. Memberikan pengetahuan tambahan tentang hal-hal yang belum
didapat di bangku perkuliahan mengenai PLC dan modul I/O.
4. Mahasiswa dapat melihat dan merasakan secara langsung teori yang
telah didapat di bangku perkuliahan pada saat melaksanakan Praktek
Kerja Lapangan dalam hal PLC dan modul I/O.
5. Mahasiswa dapat menerapkan dan mempraktekkan secara langsung
teori yang telah didapat dibangku perkuliahan pada saat
melaksanakan Praktek Kerja Lapangan dalam hal PLC dan modul
I/O.
6. Mendidik dan melatih mahasiswa untuk dapat menyelesaikan dan
mengatasi berbagai masalah yang dihadapi di lapangan dalam
melaksanakan praktek.
7. Dapat membantu memperluas wawasan dan pengetahuan bagi
penulis sebagai seorang mahasiswa terhadap disiplin ilmu yang telah
diperoleh pada saat belajar di bangku perkuliahan.
1.3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa
1. Bagaimana cara kerja PLC Bailey INFI 90 pada mesin Raw Mill dan
Kiln dalam proses produksi semen.
2. Bagaimana mendeskripsikan modul-modul I/O yang umumnya
digunakan pada PLC Bailey INFI 90.
1.4. Batasan Masalah
Mengingat begitu banyak mesin di pabrik Semen Gresik Kota Tuban
yang menggunakan PLC, penulis membatasi pembahasan hanya pada
deskripsi modul I/O pada PLC Bailey INFI 90 yang digunakan di area
pabrik Tuban I dan Tuban II.
1.5. Waktu dan Lama Kerja Praktek
Adapun waktu dan lama Kerja Praktek di PT Semen Indonesia
(Persero) Tbk adalah selama 4 minggu yang dimulai pada tanggal 1 Juli
sampai 31 Juli 2014.
1.6. Ruang Lingkup Kerja Praktek
Sasaran kerja praktek adalah agar mahasiswa mendapatkan
pengalaman belajar melalui pengamatan di bidang PLC:
a. Mengamati alur kerja PT Semen Indonesia (Persero) Tbk dalam
proses pembuatan semen.
b. Mengamati cara kerja PLC Bailey INFI 90 dalam menjalankan
mesin produksi semen.
c. Mendokumentasikan hal-hal yang berkaitan dengan PLC Bailey
INFI 90 beseta modul I/O yang telah diimplementasikan pada mesin
1.7. Metodologi
Untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh penulis
maka penulis mendapatkan bimbingan langsung dari karyawan PT Semen
Indonesia (Persero) Tbk dalam proses produksi semen. Dari pengamatan
tersebut dilakukan analisa mengenai pengerjaan proses produksi tersebut.
Pengamatan itu meliputi proses produksi semen secara keseluruhan, setelah
itu pengamatan pada cara kerja mesin produksi semen. Penulis lebih
berfokus pada analisis modul I/O yang terpasang pada PLC Bailey INFI 90
yang digunakan di mesin produksi semen pada area pabrik Tuban I dan
Tuban II. Adapun teknik atau metode yang penulis lakukan adalah berikut:
1. Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan terhadap proses
produksi semen secara keseluruhan dan cara PLC pada mesin
produksi semen.
2. Wawancara, yaitu dengan melakukan tanya jawab terhadap
karyawan dan pekerja lapangan pada pabrik Semen Gresik mengenai
proses produksi semen secara keseluruhan dan cara kerja mesin
produksi semen. Penulis melakukan wawancara kepada Bapak Setyo
Andi Kurniawan, S.T., beberapa pekerja lapangan di pabrik Semen
Gresik, dan beberapa karyawan pabrik Semen Gresik di Central
Control Room. Beliau-beliau menjelaskan mengenai proses produksi
semen, cara kerja mesin produksi semen, dan peranan PLC dalam
mesin produksi semen.
3. Studi literatur atau kepustakaan, yaitu dengan cara membaca
4. Penulisan dan penyusunan laporan dari pelaksanaan kerja praktek
yang telah dilakukan sebagai pertanggung jawaban kepada
perusahaan dan STIKOM.
1.8. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan hasil praktek kerja lapangan yang
dilakukan di PT Semen Indonesia (Persero) Tbk adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah,
Batasan Masalah, Tujuan, Kontribusi serta Sistematika
Penulisan.
BAB II : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Pada bab ini membahas tentang gambaran PT Semen
Indonesia (Persero) Tbk, visi, misi, sejarah perusahaan, dan
jenis-jenis semen.
BAB III : LANDASAN TEORI
Pada bab ini dibahas teori yang behubungan dengan teori
penunjang, dimana dalam teori penunjang ini meliputi
bagian-bagian mengenai praktek kerja lapangan oleh PT
Semen Indonesia (Persero) Tbk.
BAB IV : PEMBAHASAN
Pada bab ini dibahas mengenai deskripsi beberapa modul
I/O yang digunakan di PLC Bailey INFI 90 pada pabrik
BAB V : PENUTUP
Berisi kesimpulan serta saran sehubungan dengan adanya
kemungkinan pengembangan sistem pada masa yang akan
8
PROFIL PERUSAHAAN
2.1. Profil
Gambar 2.1. Logo PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.
PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (dahulu PT Semen Gresik
(Persero) Tbk) adalah produsen semen yang terbesar di Indonesia. Pada
tanggal 20 Desember 2012, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk resmi
berganti nama dari sebelumnya bernama PT Semen Gresik (Persero) Tbk.
Diresmikan di Gresik pada tanggal 7 Agustus 1957 oleh Presiden RI
pertama dengan kapasitas terpasang 250.000 ton semen per tahun. Pada
tanggal 8 Juli 1991 Semen Gresik tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Bursa
Efek Surabaya sehingga menjadikannya BUMN pertama yang go public
dengan menjual 40 juta lembar saham kepada masyarakat Komposisi
Pada bulan September 1995, Perseroan melakukan Penawaran Umum Terbatas I
(Right Issue I), yang mengubah komposisi kepemilikan saham menjadi Negara RI
65% dan masyarakat 35%. Pada tanggal 15 September 1995 PT Semen Gresik
berkonsolidasi dengan PT Semen Padang dan PT Semen Tonasa. Total kapasitas
terpasang Perseroan saat itu sebesar 8,5 juta ton semen per tahun.
Pada tanggal 17 September 1998, Negara RI melepas kepemilikan
sahamnya di Perseroan sebesar 14% melalui penawaran terbuka yang
dimenangkan oleh Cemex S. A. de C. V., perusahaan semen global yang
berpusat di Meksiko. Komposisi kepemilikan saham berubah menjadi
Negara RI 51%, masyarakat 35%, dan Cemex 14%. Kemudian tanggal 30
September 1999 komposisi kepemilikan saham berubah menjadi:
Pemerintah Republik Indonesia 51,0%, masyarakat 23,4% dan Cemex
25,5%.
Pada tanggal 27 Juli 2006 terjadi transaksi penjualan saham Cemex
Asia Holdings Ltd. kepada Blue Valley Holdings PTE Ltd. sehingga
komposisi kepemilikan saham berubah menjadi Negara RI 51,0%, Blue
Valley Holdings PTE Ltd. 24,9%, dan masyarakat 24,0%. Pada akhir Maret
2010, Blue Valley Holdings PTE Ltd. menjual seluruh sahamnya melalui
private placement, sehingga komposisi pemegang saham Perseroan berubah
Gambar 2.2. Kondisi saham PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. tahun 2006
dan tahun 2010
Tanggal 18 Desember 2012 adalah momentum bersejarah ketika
Perseroan melakukan penandatanganan transaksi final akuisisi 70 persen
saham Thang Long Cement, perusahaan semen terkemuka Vietnam yang
memiliki kapasitas produksi 2,3 juta ton/tahun. Akuisisi Thang Long
Cement Company ini sekaligus menjadikan Perseroan sebagai BUMN
pertama yang berstatus multi-national corporation. Sekaligus mengukuhkan
posisi Perseroan sebagai perusahaan semen terbesar di Asia Tenggara
dengan kapasitas sampai tahun 2013 sebesar 30 juta ton per tahun
Menyelesaikan pembangunan unit pabrik semen
Akuisisi Thang Long Cement Joint stock Company (TLCC), di
Menjadi Strategic Holding Company dan merubah nama menjadi PT
Semen Indonesia (Persero) Tbk.
Pada tanggal 20 Desember 2012, melalui Rapat Umum Pemegang
Saham Luar Biasa (RUPSLB) Perseroan, resmi mengganti nama dari PT
Semen Gresik (Persero) Tbk, menjadi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.
Penggantian nama tersebut, sekaligus merupakan langkah awal dari upaya
merealisasikan terbentuknya Strategic Holding Group yang ditargetkan dan
diyakini mampu mensinergikan seluruh kegiatan operasional dan
memaksimalkan seluruh potensi yang dimiliki untuk menjamin dicapainya
kinerja operasional maupun keuangan yang optimal.
Setelah memenuhi ketentuan hukum yang berlaku, pada tanggal 7
Januari 2013 ditetapkan sebagai hari lahir PT Semen Indonesia (Persero)
Tbk. Perseroan menggunakan nama Semen Indonesia dengan
mempertimbangkan berbagai aspek yang krusial, mencakup:
1. Nama tersebut bisa merefleksikan ambisi dari grup.
2. Merangkul karakteristik nasional dari perusahaan yang mencakup
ketiga OpCo
3. Melalui nama tersebut sejarah dan tradisi tetap dihormati
4. Melalui nama Semen Indonesia, seluruh Opco tetap dapat
menggunakan keberadaan merek eksisting secara optimal,
mengingat pengenalan merek baru akan sangat menyita waktu dan
biaya. Perseroan juga telah mempertimbangkan bahwa nama Semen
Indonesia sangat sejalan dengan sasaran pembentukan Holding dari
1. Kemampuan untuk meningkatkan Sinergi:
Sesuai dengan positioning anak-anak perusahaan
yang bergerak dalam bidang persemenan.
Merefleksikan Holding yang lebih besar dan
melambangkan ke- Indonesiaan.
Dapat memayungi anak-anak perusahaan
persemenan yang berada di lokasi geografis yang
berbeda (Gresik, Tonasa, dan Padang)
Dapat diterima dengan mudah di lingkup
Internasional ataupun dalam negeri
2. Kemudahan Implementasi:
Tidak menimbulkan perubahan berarti yang
mungkin mempengaruhi tahapan- tahapan
pembentukan strategic holding.
Mencerminkan gerakan perubahan ke arah strategic
holding sebagai gerakan nasional / Indonesia.
3. Meningkatkan potensi pemasaran dan pertumbuhan
Masing-masing merk eksiting (Semen Gresik,
Semen Tonasa dan Semen Padang) tetap tumbuh
dan eksis sebagai merk yang kuat di Indonesia.
Pada masa mendatang, nama Semen Indonesia
dapat menciptakan kebanggaan nasionalis;
Kemungkinan lebih bisa diterima oleh potensial
target merger dan akusisi (perusahaan Semen
BUMN lainnya).
Komplemen dari struktur strategic holding.
Menambah keberadaan di pasar regional dan
internasional
Selaras dengan aspirasi menjadi pemain regional
kelas atas Pembentukan Semen Indonesia sebagai
Strategic Holding, akan memberikan keleluasaan
dalam merealisasikan berbagai aksi korporasi,
menyangkut: akuisisi, financing, pengembangan
bisnis terintegrasi dengan industri semen, akuisisi
lahan dalam rangka persiapan pembangunan pabrik
baru dan sebagainya.
2.2. Produk
1. Semen Portland Tipe I. Dikenal pula sebagai Ordinary Portland
Cement (OPC), merupakan semen hidrolis yang dipergunakan secara
luas untuk konstruksi umum, seperti konstruksi bangunan yang tidak
memerlukan persyaratan khusus, antara lain : bangunan, perumahan,
gedung-gedung bertingkat, jembatan, landasan pacu dan jalan raya.
2. Semen Portland Tipe II. Dikenal sebagai semen yang mempunyai
bangunan di pinggir laut, tanah rawa, dermaga, saluran irigasi, beton
massa dan bendungan.
Gambar 2.3. Semen Portland Tipe I (OPC) dan Semen Portland Tipe II
3. Semen Portland Tipe III. Semua jenis ini merupakan semen yang
dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan bangunan yang memerlukan
kekuatan tekan awal yang tinggi setelah proses pengecoran dilakukan
dan memerlukan penyelesaian secepat mungkin. Misalnya digunakan
untuk pembuatan jalan raya, bangunan tingkat tinggi dan bandara udara.
4. Semen Portland Tipe V. Semen jenis ini dipakai untuk konstruksi
bangunan-bangunan pada tanah/air yang mengandung sulfat tinggi dan
sangat cocok untuk instalasi pengolahan limbang pabrik, konstruksi
dalam air, jembatan, terowongan, pelabuhan dan pembangkit tenaga
nuklir.
5. Special Blended Cement (SBC). Semen khusus yang diciptakan untuk
pembangunan mega proyek jembatan Surabaya-Madura (Suramadu)
dan cocok digunakan untuk bangunan di lingkungan air laut. Dikemas
dalam bentuk curah.
6. Super Masonry Cement (SMC). Adalah semen yang dapat digunakan
untuk konstruksi perumahan dan irigasi yang struktur betonnya
maksimal K225, dapat juga digunakan untuk bahan baku pembuatan
genteng beton hollow brick, paing block dan tegel.
Gambar 2.5. Super Masonry Cement (SMC)
7. Portland Pozzolan Cement (PPC). Semen Hidrolis yang dibuat dengan
menggiling terak, gypsum dan bahan pozzolan. Digunakan untuk
bangunan umum dan bangunan yang memerlukan ketahanan sulfat dan
panas hidrasi sedang. Misalnya, jembatan, jalan raya, perumahan,
dermaga, beton massa, bendungan, bangunan irigasi dan pondasi pelat
penuh.
8. Portland Composite Cement (PCC). Adalah bahan pengikat hidrolis
hasil penggilingan bersama-sama terak, gypsum, dan satu atau lebih
beton umum, pasangan batu bata, plesetan bangunan khusus seperti
beton para-cetak, beton para-tekan dan paving block.
Gambar 2.6. Portland Pozzolan Cement (PPC) dan Portland Composite
Cement (PCC)
9. Oil Well Cement (OWC) Class G HSR. Merupakan semen khusus yang
digunakan untuk pembuatan sumur minyak bumi dan gas alam dengan
konstruksi sumur minyak di bawah permukaan laut dan bumi. OWC
yang telah diproduksi adalah Class G, High Sulfat Resistant (HSR)
disebut juga sebagai “Basic OWC”. Aditif dapat ditambahkan untuk
pemakaian pada berbagai kedalaman dan temperatur tertentu.
10. Semen Thang Long PCB40 / Portland Cement Blender (PCB40) sesuai
dengan TCVN 6260:19979. Semen Thang Long PCB40 dapat
meningkatkan daya kerja concrete, meningkatkan daya tahan terhadap
penyerapan air, erosi lingkungan dan bertahan lama, dan sangat cocok
untuk iklim di Vietnam. Selain sifat-sifat yang unggul tersebut, semen
Thang Long memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Sangat Halus.
3. Setting Time: Initial Time: sekitar 120-170 menit. Final
Time: setelah 3 – 4 jam. Cocok untuk pekerjaan konstruksi.
4. Mutu yang stabil. Cement Strength selalu melampaui standar
untuk menghemat jumlah pemakaian semen.
5. Daya tahan tinggi terhadap sulfat untuk konstruksi bawah tanah
dan bawa air. Emisi panas yang rendah saat setting time,
bermanfaat untuk konstruksi yang luas yang menggunakan bata
ringan (concrete blocks).
Gambar 2.7. Oil Well Cement (OWC) dan Portland Cement Blender
(PCB40)
11. Semen Thang Long PC50. Semen jenis ini sesuai untuk bangunan
berspesifikasi tinggi atau beton khusus yang digunakan untuk
proyek-proyek besar, sesuai dengan standar negara-negara pengimpor semen di
Asia, Eropa dan Amerika. Produk ini cocok diaplikasikan pada jenis
proyek konstruksi dengan persyaratan rumit, misalnya: jembatan, jalan,
proyek pembangkit listrik tenaga air, konstruksi beton bertulang,
maupun konstruksi beton dengan kuat tekan tinggi. Produk ini memiliki
toleransi penyimpanan yang lebih panjang, sehingga mendukung
PC50 memiliki tingkat resistensi yang tinggi terhadap sulfat sehingga
tepat jika diaplikasikan dalam bangunan yang ada di bawah tanah atau
air. Kadar kapur dan suhu panas rendah sehingga mampu mengurangi
kemungkinan retak atau pecah pada blok beton besar atau konstruksi
beton.
Semen Portland Tipe I dan PPC tersedia di pasar retail, sementara
jenis lainnya hanya diproduksi berdasarkan pesanan dalam jumlah tertentu.
Produk-produk tersebut dipasarkan terutama untuk kebutuhan pasar dalam
negeri dan sebagian lainnya diekspor. Sebagian besar produk dipasarkan
dalam bentuk kemasan zak, sedangkan selebihnya dalam bentuk curah.
Perseroan merupakan produsen semen yang memiliki berbagai jenis produk
semen berkualitas untuk memenuhi kebutuhan pasar di Indonesia.
2.3. Lokasi Pabrik
Lokasi pabrik sangat strategis di Sumatera, Jawa, Sulawesi dan
Vietnam menjadikan Semen Indonesia mampu memasok kebutuhan semen
di seluruh tanah air yang didukung ribuan distributor, sub distributor dan
toko-toko. Selain penjualan di dalam negeri, Semen Indonesia juga
mengekspor ke beberapa negara antara lain: Singapura, Malaysia, Korea,
Vietnam, Taiwan, Hongkong, Kamboja, Bangladesh, Yaman, Norfolk USA,
Australia, Canary Island, Mauritius, Nigeria, Mozambik, Gambia, Benin
Gambar 2.8. Logo Semen Padang, Semen Gresik, dan Semen Tonasa
1. Semen Padang. Semen Padang memiliki 4 (empat) pabrik semen,
kapasitas terpasang 6 juta ton semen pertahun berlokasi di Indarung,
Sumatera Barat. Semen padang memiliki 5 pengantongan semen,
yaitu : Teluk Bayur, Belawan, Batam, Tanjung Priok dan Ciwandan.
2. Semen Gresik. Semen Gresik memiliki 4 pabrik dengan kapasitas
terpasang 8,5 juta ton semen per tahun yang berlokasi di Tuban,
Jawa Timur. Semen Gresik memiliki 2 pelabuhan, yaitu : Pelabuhan
khusus Semen Gresik di Tuban dan Gresik. Semen Gresik pabrik
Tuban berada di Desa Sumberarum, Kec Kerek.
3. Semen Tonasa. Semen Tonasa memiliki 4 pabrik semen, kapasitas
terpasang 6,5 juta ton semen per tahun, berlokasi di Pangkep,
Sulawesi Selatan. Semen Tonasa memiliki 9 (sembilan)
pengantongan semen, yaitu : Biringkasi, Makassar, Samarinda,
Banjarmasin, Pontianak, Bitung, Palu, Ambon, Bali.
4. Thang Long Cement Company. Thang Long Cement Company
di Quang Ninh, Vietnam, Thang Long Cement Company memiliki 3
(tiga) pengantongan semen.
2.4. Visi
Menjadi perusahaan persemenan terkemuka di Indonesia dan Asia Tenggara
2.5. Misi
1. Memproduksi, memperdagangkan semen dan produk terkait lainnya
yang berorientasikan kepuasan konsumen dengan menggunakan
teknologi ramah lingkungan.
2. Mewujudkan manajemen berstandar internasional dengan menjunjung
tinggi etika bisnis dan semangat kebersamaan dan inovatif.
3. Meningkatkan keunggulan bersaing di domestik dan internasional.
4. Memberdayakan dan mensinergikan sumber daya yang dimiliki untuk
meningkatkan nilai tambah secara berkesinambungan.
5. Memberikan kontribusi dalam peningkatan para pemangku kepentingan
21
LANDASAN TEORI
3.1. PLC
3.1.1.Pengertian PLC
Programmable Logic Controller (PLC) pada dasarnya adalah
sebuah komputer yang khusus dirancang untuk mengontrol suatu
proses atau mesin. Proses yang dikontrol ini dapat berupa regulasi
variabel secara kontinyu seperti pada sistem-sistem servo atau
hanya melibatkan kontrol dua keadaan (On/Off) saja tapi dilakukan
secara berulang-ulang seperti yang biasa dijumpai pada mesin
pengeboran, sistem konveyor, dan lain sebagainya (Iwan Setiawan,
2006).
PLC merupakan suatu piranti basis kontrol yang dapat
diprogram bersifat logik, yang digunakan untuk menggantikan
rangkaian sederetan relay yang dijumpai pada sistem kontrol proses
konvensional. PLC bekerja dengan cara mengamati masukan
(melalui sensor terkait), kemudian melakukan proses dan
melakukan tindakan sesuai yang dibutuhkan, yang berupa
menghidupkan atau mematikan keluarannya. Dengan kata lain,
PLC menentukan aksi apa yang harus dilakukan pada instrumen
keluaran berkaitan dengan status suatu ukuran atau besaran yang
Programmable : Menunjukkan kemampuannya yang dapat
dengan leluasa mengubah program yang dibuat dan
kemampuannya dalam hal memori program yang telah
dibuat.
Logic : Menunjukkan kemampuannya dalam memproses
input secara aritmatik atau dikenal dengan istilah Arithmetic
Logic Unit (ALU), yaitu melakukan operasi
membandingkan, menjumlahkan, mengalikan, membagi,
mengurangi, dan negasi.
Controller : Menunjukkan kemampuan dalam mengontrol
dan mengatur proses sehingga menghasilkan output yang
diinginkan.
3.1.2.Pembagian PLC
Dari ukuran dan kemampuannya, PLC dapat dibagi menjadi jenis -
jenis berikut :
1. Tipe compact.
Ciri – ciri PLC jenis ini ialah :
Seluruh komponen (power supply, CPU, modul
input – output, modul komunikasi) menjadi satu.
Umumnya berukuran kecil (compact).
Mempunyai jumlah input/output relatif sedikit dan
tidak dapat ditambahkan.
Gambar 3.1. PLC Compact Micro Logix dari Allen
Bradley
2. Tipe modular
Ciri-ciri PLC jenis ini adalah:
Komponen-komponennya terpisah kedalam
modul-modul.
Berukuran besar.
Memungkinkan untuk ekspansi jumlah input/output.
Memungkinkan penambahan modul-modul khusus.
Gambar 3.3. PLC Modular Bailey INFI 90
3.1.3.Kegunaan Umum PLC: a. Kontrol Sekuensial
PLC memproses input sinyal biner menjadi output
yang digunakan untuk keperluan pemrosesan teknik secara
berurutan (sekuensial), disini PLC mengontrol agar setiap
langkah dalam proses sekuensial berlangsung dalam urutan
yang tepat.
b. Bagian Monitoring
PLC secara kontinyu memonitor status sistem dan
mengambil tindakan yang diperlukan sehubungan dengan
proses yang dikontrol, serta menampilkan pesan tersebut
3.1.4.Hal-hal Yang Dapat Dilakukan PLC: 1. Untuk kontrol bertipe sekuensial:
a. Pengganti relay kontrol logic konvensional
termasuk timer/counter.
b. Pengganti pengontrol Printed Circuit Board (PCB).
c. Sebagai mesin kontrol auto/semi auto/manual dan
proses-proses.
2. Untuk tipe kontrol canggih:
a. Operasi aritmatika (+,-,×,÷)
b. Penanganan informasi.
c. Kontrol analog (suhu, tekanan, dll).
d. Kontrol Proporsional-Integral-Derivatif (PID).
e. Kontrol motor servo.
f. Kontrol motor stepper.
3. Untuk tipe kontrol pengawasan:
a. Proses monitor dan alarm.
b. Monitor dan diagnosa kesalahan.
c. Antarmuka dengan komputer (RS232C/RS422).
d. Antarmuka printer/ASCII.
e. Jaringan kerja otomasi pada pabrik.
f. Local Area Network (LAN).
h. Factory Automation (FA), Factory Management
System (FMS), Computer Integration Management
(CIM).
3.1.5.Perangkat Peras Pada PLC
Gambar 3.4. Hubungan PLC dan peralatan lain
Pada dasarnya, PLC mempunyai beberapa perangkat keras
yang digunakan untuk menghubungkan modul PLC dengan
peralatan masukan (input) dan peralatan keluaran (output), yaitu:
1. Catu daya (power supply).
Power supply merupakan penyedia daya bagi PLC.
Range tegangan yang dimilikinya bisa berupa tegangan AC
(misal: 120/240 VAC) maupun tegangan DC (misal: 24 V
DC). PLC juga memiliki power supply (24V DC) internal
yang bisa digunakan untuk menyediakan daya bagi
2. Prosesor.
Processor ialah bagian PLC yang bertugas membaca
dan mengeksekusi instruksi program. Prosesor mempunyai
elemen kontrol yang disebut Arithmetic and Logic Unit
(ALU), sehingga mampu mengerjakan operasi logika dan
aritmetika (Handy Wicaksono, 2004).
3. Memori.
Memory ialah tempat penyimpanan data dalam
PLC. Memori ini umumnya menjadi satu modul dengan
prosesor/CPU. Jika berbentuk memori eksternal maka itu
merupakan memori tambahan. Berikut ini contoh data yang
tersimpan di memori:
Operating System PLC.
Status input – output, data memory.
Program yang dibuat pengguna.
Dari gambar di atas, masing – masing bagian dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Operating System Memory.
Berfungsi untuk menyimpan operating system PLC.
Memori ini berupa ROM (Read Only Memory)
sehingga tidak dapat dirubah oleh user.
Data (Status) Memory.
Berfungsi untuk menyimpan status input-output tiap
saat. Memori ini berupa RAM (Random Access
Memory) sehingga dapat berubah sesuai kondisi
input/output. Status akan kembali ke kondisi awal
jika PLC mati.
Program Memory
Berfungsi untuk menyimpan program pengguna.
Jenis memori ini berupa RAM yang dapat
menggunakan battery backup untuk menyimpan
program selama jangka waktu tertentu. Selain itu
memori dapat berupa EEPROM (Electrically
Erasable Programmble Read Only Memory), yaitu
jenis ROM yang dapat diprogram dan dihapus oleh
user (Handy Wicaksono, 2004).
Sedangkan untuk kebutuhan pemrograman oleh pengguna,
Gambar 3.6. Bagan area memori PLC
Berikut ini penjelasan masing – masing bagian tersebut:
Register
Register berfungsi untuk menyimpan sekumpulan bit
data, baik berupa : nibble (4 bit), byte (8 bit),
maupun word (16 bit).
Flag register
Flag register berfungsi untuk mengindikasikan
perubahan kondisi (state) input/output fisik. Flag
register berupa satu bit data. CPU umumnya
mempunyai internal flag untuk berbagai keperluan
internal PLC.
Auxiliary relays
Auxiliary relays ialah elemen memori 1 bit dalam
RAM yang digunakan untuk manipulasi data dalam
imajiner, karena dapat menggantikan fungsi relay
namun berbentuk program.
Timer
Timer adalah pemberi penundaan waktu dalam suatu
proses. Timer berasal dari built in clock oscillator
dalam CPU. Timer umumnya memiliki alamat
khusus.
Counter
Counter adalah komponen penghitung input pulsa
yang diberikan input device. CPU memiliki counter
internal. Counter ini umumnya memiliki alamat
khusus (Handy Wicaksono, 2004).
4. Modul masukan dan keluaran (Modul I/O)
Modul I/O adalah perantara PLC dengan unit
masukan atau unit keluaran. Secara umum modul I/O pada
plc dibagi menjadi dua:
Digital Input Module.
Digital Input Module berfungsi untuk
menghubungkan input diskrit fisik (switch, sensor)
dengan PLC. Modul ini tersedia dalam tegangan DC
dan AC (umumnya : 240 VAC, 120 VAC, 24 VDC,
dan 5 VDC). Di dalamnya terdapat “optoisolator”
untuk mencegah lonjakan tegangan tinggi masuk
dalam digital input module untuk tegangan DC dan
AC. Sebagai catatan, modul input yang dapat
menerima tegangan AC memiliki rangkaian
penyearah di dalamnya (Handy Wicaksono, 2004).
Gambar 3.7. Modul input digital untuk tegangan DC
Digital Output Module
Digital Output Module menghubungkan output
diskrit fisik (lampu, relay, solenoid, motor) dengan
PLC. Jenis – jenis Digital Output Module ialah :
o Triac output (output tegangan AC).
o Transistor output (output tegangan DC).
o Relay output (output tegangan AC/DC).
Gambar di bawah menunjukkan konfigurasi masing–
masing jenis Digital Output Module.
Gambar 3.9. Jenis-jenis output diskrit
Analog input/output module
Selain modul input/output diskrit, terdapat
juga modul input/output analog. Modul input
analog dapat menerima tegangan dan arus dengan
input device analog (misal: sensor analog,
potensiometer). Sedang modul output analog dapat
memberikan tegangn dan arus dengan level
tertentu (misal 0 – 10 V, 4 – 20 mA) pada output
device analog (misal: motor DC, motor AC,
control valve) (Handy Wicaksono, 2004).
Gambar 3.10. Modul input/output analog
5. Alat pemrograman (Programming Device)
Programming Device ialah alat untuk membuat atau
mengedit program PLC. Pada mulanya berupa hand held
programmer seperti gambar di bawah. Keuntungannya ialah
dapat dibawa ke mana saja karena bentuknya kecil, namun
alat ini sulit untuk melihat program secara keseluruhan
Gambar 3.11. Hand held programmer dari PLC Allen
Bradley
Dengan perkembangan komputer yang cepat, dan
disertai ukurannya yang semakin mengecil, maka PC atau
laptop jauh lebih sering digunakan sekarang ini. PC
terhubung dengan PLC melalui programming port
(umumnya RS 232) (Handy Wicaksono, 2004).
3.1.6.Dasar-dasar Pemrograman Pada PLC.
Pandangan umum tentang cara PLC mengeksekusi program
adalah PLC bekerja secara berurutan atau dikenal dengan istilah
first rung first. Yang terjadi sebenarnya adalah PLC bekerja secara
simultan (scanning), kemudian PLC memperbaharui status
Gambar 3.12. Eksekusi program pada PLC
Terdapat PLC scan time, yaitu waktu Waktu yang
dibutuhkan PLC untuk memperbaharui status input /output ketika
mengeksekusi program dimana PLC scan time = I/O scan +
Program Scan. Program scan adalah lama pembacaan instruksi
dikurangi instruksi LD.
Sesuai dengan standar IEC 61131-3 (International
Electrotechnical Commision), badan standarisasi dunia dalam
bidang teknik elektro, IEC 61131-3 memberikan standard
(keseragaman) untuk memprogram berbagai macam merk PLC.
Salah satunya adalah ladder diagram.
Ladder diagram merupakan metode pemprograman PLC
yang paling popular. Hal tersebut dikarenakan PLC merupakan
kelanjutan dari relay logic control, yang sebelumnya juga
mengunakan relay ladder logic. Istilah ladder digunakan karena
bentuk bahasa ini mirip dengan tangga (ladder). Ladder diagram
Pembacaannya dimulai dai kiri ke kanan dan dari atas ke
bawah. Suatu rung tidak boleh diakhiri dengan lebih dari satu
output. Sementara output (coil) dan input (contact) ditampilkan
dalam kondisi dienergized. Input atau output tersebut
diidentifikasikan melalui alamatnya.
Gambar 3.13. Contoh Ladder Diagram
Komponen-komponen dasar dari ladder diagram adalah:
1. Contact/input
Normal Contact
o Normally Open Contact.
o Normally Close Contact.
Transition contact
o Positive transition contact.
o Negative transition contact.
2. Coil/output
Latching Coil
3. Timer.
4. Counter.
Gambar 3.14. Contoh contact dan coil pada ladder diagram
Berikut adalah logika logika umum yang dihasilkan oleh ladder
Gambar 3.15. Logika umum pada ladder diagram
3.2. Modul Input-Output (I/O)
3.2.1.Pengertian
Bervariasinya metode operasi piranti peripheral, sehingga
tidak praktis apabila sistem komputer harus menangani berbagai
macam sistem operasi piranti peripheral tersebut. Kecepatan
transfer data piranti peripheral umumnya lebih lambat dari pada
laju transfer data pada CPU maupun memori. Format data dan
panjang data pada piranti peripheral seringkali berbeda dengan
Gambar 3.16. Contoh modul-modul I/O pada PLC Bailey INFI 90
Modul I/O merupakan peralatan antarmuka (interface) bagi
sistem bus atau switch sentral dan mengontrol satu atau lebih
perangkat peripheral. Tidak hanya sekedar modul penghubung,
tetapi sebuah piranti yang berisi logika dalam melakukan fungsi
komunikasi antara peripheral dan bus komputer (Riyanto Sigit,
2008).
Dua fungsi utama modul I/O adalah:
1. Sebagai piranti antarmuka ke CPU dan memori melalui
2. Sebagai piranti antarmuka dengan peralatan peripheral
lainnya dengan menggunakan link data tertentu.
Gambar 3.17. Model umum dari Modul I/O
3.2.2.Fungsi Modul I/O
1. Kontrol dan pewaktuan.
Fungsi kontrol dan pewaktuan (control & timing)
merupakan hal yang penting untuk mensinkronkan kerja
masing – masing komponen penyusun komputer. Dalam
sekali waktu CPU berkomunikasi dengan satu atau lebih
perangkat dengan pola tidak menentu dan kecepatan
transfer komunikasi data yang beragam, baik dengan
perangkat internal seperti register – register, memori utama,
Proses tersebut bisa berjalan apabila ada fungsi
kontrol dan pewaktuan yang mengatur sistem secara
keseluruhan. Transfer data tidak akan lepas dari
penggunaan sistem bus, maka interaksi CPU dan modul I/O
akan melibatkan kontrol dan pewaktuan sebuah arbitrasi bus
atau lebih.
2. Untuk buffering data
Tujuan utama adalah mendapatkan penyesuaian
data sehubungan perbedaan laju transfer data dari perangkat
peripheral dengan kecepatan pengolahan pada CPU. Laju
transfer data dari perangkat peripheral lebih lambat dari
kecepatan CPU maupun media penyimpan.
3. Pendeteksi kesalahan
Bila perangkat peripheral terdapat masalah sehingga
proses tidak dapat dijalankan, maka modul I/O akan
melaporkan kesalahan tersebut. Misal informasi kesalahan
pada peripheral printer seperti: kertas tergulung, pinta habis,
kertas habis. Teknik yang umum untuk deteksi kesalahan
adalah penggunaan bit paritas.
3.2.3.Struktur Modul I/O
Berbagai macam modul I/O muncul seiring perkembangan
komputer, tetapi bagaimanapun kompleksitas suatu modul I/O,
Gambar 3.18. Blok diagram struktur modul I/O
Terdapat tiga saluran antarmuka modul I/O ke CPU melalui bus
sistem komputer:
1. Saluran data.
2. Saluran alamat.
3. Saluran kontrol.
Bagian terpenting adalah blok logika I/O yang berhubungan
dengan semua peralatan antarmuka peripheral, terdapat fungsi
pengaturan dan switching pada blok ini.
3.2.4. Beberapa Perintah Pada Modul I/O 1. Perintah kontrol.
Perintah ini digunakan untuk mengaktivasi
perangkat peripheral dan memberitahukan tugas yang
2. Perintah test
Perintah ini digunakan CPU untuk menguji berbagai
kondisi status modul I/O dan peripheral-nya. CPU perlu
mengetahui perangkat peripheral-nya dalam keadaan aktif
dan siap digunakan, juga untuk mengetahui operasi-opeasi
I/O yang dijalankan serta mendeteksi kelemahannya.
3. Perintah read
Perintah pada modul I/O untuk mengambil suatu
paket data kemudian menaruh dalam buffer internal. Proses
selanjutnya paket data dikirim melalui bus data setelah
terjadi sinkronisasi data maupun kecepatan transfernya.
4. Perintah write
Perintah ini kebalikan dari perintah read. CPU
memerintahkan modul I/O untuk mengambil data dari bus
data untuk diberikan pada perangkat peripheral tujuan data
44
PEMBAHASAN
4.1. Modul – Modul I/O pada PLC BAILEY INFI 90
4.1.1.Digital Slave Input Module (IMDSI02) 1. Pengenalan
Digital slave input (DSI) modul (IMDSI02)
membawa 16 sinyal digital yang berbeda ke sistem INFI
90 untuk pemrosesan dan pemantauan. Master module
menyediakan fungsi kontrol dan slave module
menyediakan input-output (I/O)
Gambar 4.1. Modul IMDSI02
2. Deskripsi modul
Modul Digital Slave Input (DSI) terdiri dari sebuah
di Module Mounting Unit (MMU). Dan memantau dua
grup yang berbeda dari 8 input digital; 12 input terpisah
dari yang lainnya; dan 2 pasang yang lainnya saling
berbagi jalur input positif.
Gambar 4.2. Level komunikasi INFI 90
Desain dari modul DSI memungkinkan fleksibilitas
dalam strategi manajemen proses. Yang menghadirkan 16
sinyal digital yang terpisah (24 VDC, 125 VDC, dan 120
VAC) kepada sistem.
Panel muka indikasi status LED memberikan
sebuah indikasi visual dari kondisi input untuk melakukan
pengujian dan diagnosa sistem. Sebuah modul DSI dapat
Gambar 4.3. Tampak depan modul IMDSI02
Beberapa modul dan peralatan yang dapat digunakan pada
modul DSI adalah:
Tata Nama Hardware
IMMFP01/02 Multi-Function Processor (MFP) Module
IMLMM02 Logic Master Module NIDI01 Termination Module, Digital
Inputs
NTDI01 Termination Unit, Digital Inputs NKTM01 Cable, Termination Module NKTU01 Cable, Termination Unit NKTU02 Cable, Termination Module
3. Spesifikasi (131oF) (tidak berembun)
0 – 45% saat 70oC (158oF) (tidak berembun)
Tekanan Atmosfir Permukaan laut sampai 3 km (1.86 mil)
Kualitas Udara Tidak Korosif
4. Blok Diagram DSI
Gambar 4.4 menunjukkan blok diagram DSI. Bagian
input isolation terdiri dari pembatas arus dan optocouplers
untuk memisahkan 16 input dari rangkaian modul.
Rangkaian input ini memberikan tegangan 300 volt
kepada rangkaian input dan rangkaian logika, dengan
menggunakan jalur PCB.
Bagian threshold detection menguji tegangan
masukan untuk menentukan apakah dalam kondisi
tegangan yang diinginkan untuk mengindikasikan aktif
atau non-aktif. Keluaran dari komparator ini dikirim pada
read buffer dalam bagian control logic. Jika input
mendapatkan tegangan, maka akan memberikan status
pada panel LED untuk menyala.
Bagian control logic terdiri dari buffer yang
menahan input dan nilai status byte. Bagian slave
expander bus interface mengijinkan master module untuk
membaca byte-byte tersebut.
5. Rangkaian Input
Saat sinyal input masukan sesuai dengan level
tegangan, sebuah diode zener aktif untuk mengalirkan arus
melalui optocoupler. Keluaran dari optocoupler
menyebabkan output komparator menjadi low. Keluaran
ini menyalakan panel LED untuk memberikan indikasi
adanya masukan; slave expander bus mentransmisikan
logika 1 kepada master module. Saat tidak ada sinyal
masukan, tidak ada arus yang melalui optocoupler, panel
LED tidak menyala dan DSI mentransmisikan logika 0.
Gambar 4.5 menunjukkan rangkaian input digital
Gambar 4.5. Rangkaian input digital IMDSI02
4.1.2.Digital Slave Output Module (IMDSO04) 1. Pengenalan
Digital Slave Output module (IMDSO04)
mengeluarkan 16 sinyal digital dari INFI 90 untuk
(interface) antara proses-proses dan sistem manajemen
proses dari INFI 90. Sinyal ini menghasilkan saklar digital
(On atau Off) untuk peralatan lapangan. Master module
menjalankan fungsi kontrol, slave module menyediakan
input-output
Gambar 4.6. Modul IMDSO04
2. Deskripsi modul
Modul Digital Slave Output (DSO) terdiri dari
sebuah printed circuit board (PCB) yang mempunyai
sebuah slot di Module Mounting Unit (MMU). Dan
memantau dua grup yang berbeda dari 8 input digital; 12
input terpisah dari yang lainnya; dan 2 pasang yang
Gambar 4.7. Level komunikasi INFI 90
Desain dari modul DSO memungkinkan fleksibilitas
dalam strategi manajemen proses. Yang mengeluarkan 16
sinyal digital yang terpisah kepada proses. Transistor open
collector pada rangkaian keluaran dapat menyerap 250
mA kepada tegangan bawaan 24 VDC.
Panel muka indikasi status LED memberikan
sebuah indikasi visual dari kondisi input untuk melakukan
pengujian dan diagnosa sistem. Sebuah modul DSO dapat
Gambar 4.8. Tampak depan Modul IMDSO04
Beberapa modul dan peralatan yang dapat digunakan pada
modul DSO adalah:
Tata Nama Hardware
IMMFP01/02 Multi-Function Processor (MFP) Module
IMLMM02 Logic Master Module
NIDI01 Termination Module, Digital Inputs NTDI01 Termination Unit, Digital Inputs NKTM01 Cable, Termination Module NKTU01 Cable, Termination Unit NKTU02 Cable, Termination Module
Tabel 4.3. Modul dan peralatan pada DSO
3. Spesifikasi
KEBUTUHAN DAYA
Arus 135 mA (umum) 200 mA (maksimal)
Pemborosan Daya 750 mW (umum) 1.2 W (maksimal) OUTPUT
Tegangan Bawaan 24 VDC Arus Bawaan
Penggunaan Arus 150 mA (umum), 250 mA (maksimal)
LINGKUNGAN
Temperatur ruangan 0o– 70oC (32o– 158oF)
Kelembaban
0 – 95% saat mencapai 55oC (131oF) (tidak berembun)
0 – 45% saat 70oC (158oF) (tidak berembun)
Tekanan Atmosfir Permukaan laut sampai 3 km (1.86 mil)
Kualitas Udara Tidak Korosif
Tabel 4.4. Spesifikasi Modul DSO
4. Blok Diagram DSO
Modul DSO terdiri dari register, buffer dan
rangkaian interface (antar muka). Bagian-bagian ini
mengontrol perpindahan output digital dan
mentransmiskikan status operasi slave kembali ke master
perpindahan. Optocouplers berfungsi memisahkan
rangkaian modul dari proses.
Modul DSO mempunyai 2 set rangkaian untuk
mengontrol 16 output. Sebuah rangkaian untuk
mengontrol output dari grup A; sedangkan yang lainnya
mengontrol output dari grup B. Keduanya menerima data
dari sebuah slave expander bus interface. Gambar 4.9
menunjukkan blok diagram dari modul DSO.
Gambar 4.9. Blok Diagram modul DSO
5. Rangkaian Output Digital
Enam belas transistor open collector pada bagian
digital output berfungsi sebagai saklar digital.
Optocouplers pada setiap keluaran berguna untuk
memisahkan antara rangkaian modul dan peralatan di
(OFF) sampai menerima sinyal dari bagian data selector
yang menyebabkan aktif.
Gambar 4.10. Rangkaian Output Digital
Bagian data selector menyalurkan output dari
rangkaian dan menyalakan panel LED dengan
menggunakan data dari output register atau default
register. Saat pengoperasian normal, yang digunakan
adalah data dari output register
4.1.3 Analog Slave Output Module (IMASO01) 1. Pengenalan
Analog Slave Output Module (IMASO01)
mengeluarkan 14 sinyal analog terpisah yang digunakan
INFI 90 untuk mengontrol sebuah proses. Ini adala sebuah
interface antara proses dan Sistem Manajemen Proses
INFI 90. Master module menjalankan fungsi kontrol, slave
Gambar 4.11. Modul IMASO01
2. Deskripsi Modul
Modul Analog Slave Output (ASO) terdiri dari
sebuah printed circuit board (PCB) yang mempunyai
sebuah slot di Module Mounting Unit (MMU). Dipswitch
pada PCB mengatur setiap output analog. Panel LED
mengindikasikan status dari modul.
Desain dari modul ASO memungkinkan fleksibilitas
dalam membuat strategi manajemen proses. Yang
mengeluarkan 14 sinyal analog yang akan digunakan
Multi-Function Processor untuk mengontrol proses
Output analog ASO adalah sinyal dari 1 – 5 VDC atau 4 –
20 mA. Setiap saklar mengatur mode (tegangan atau arus)
untuk setiap output. Kemampuan ini memungkinkan INFI
90 untuk menyamakan kebutuhan proses.
Panel muka indikasi status LED memberikan
sebuah indikasi visual dari kondisi input untuk melakukan
pengujian dan diagnosa sistem. Sebuah modul ASO dapat
dihapus ataupun diinstal tanpa membuat sistem mati.
Beberapa modul dan peralatan yang dapat digunakan pada
modul ASO adalah:
Tata Nama Hardware
IMMFP01/02 Multi-Function Processor Module NIDI01 Termination Module
NTDI01 Termination Unit
NKTM01 Cable, Termination Module NKTU01 Cable, Termination Unit NKTU02 Cable, Termination Module
Tabel 4.5. Modul dan peralatan pada ASO
3. Spesifikasi
Resolusi D/A 10 bit untuk output analog Akurasi Output ≤ 0.15% (mode tegangan)≤ 0.25% (mode arus)
Tahanan Bawaan
Pembatasan Arus
(Proteksi Arus pendek) 50 mA
LINGKUNGAN
Temperatur ruangan 0o– 70oC (32o– 158oF)
Kelembaban
0 – 95% saat mencapai 55oC (131oF) (tidak berembun)
0 – 45% saat 70oC (158oF) (tidak berembun)
Tekanan Atmosfir Permukaan laut sampai 3 km (1.86 mil)
Kualitas Udara Tidak Korosif
Tabel 4.6. Spesifikasi modul ASO
4. Blok Diagram ASO
Rangkaian ASO mengontrol 14 output analog dan
mentransmisikan status operasi slave kembali kepada
modul MFP. Gambar 4.14 menjelaskan blok diagram dari
modul ASO.
5. Rangkaian Output Analog
Bagian output analog terdiri dari 14 rangkaian
keluaran yang terpisah dan membuat output analog.
Bagian ini adalah loop tertutup arus/tegangan dari
rangkaian keluaran yang memantau dan menyesuaikan
keluaran untuk dibandingkan pada output permintaan.
Gambar 4.15. Rangkaian output analog
Rangkaian ini mengimbangi suplai tegangan yang
bervariasi dan tahanan yang tak menentu. Semua output
secara otomatis akan menjadi 0 persen (1 VDC atau 4 mA)
saat dijalankan. Mode output dapat dipilih oleh setiap
chanel output: arus (4 – 20 mA) maupun tegangan (1 – 5
VDC). Pembatas arus pada setiap output berguna untuk
proteksi arus pendek. Untuk kondisi arus pendek, arus
4.1.4 Remote I/O Slave Module (IMRIO02) 1. Pengenalan
Remote I/O Module (IMRIO02) beropeasi dengan
Bailey Multi-Function Processor (IMMFP01/02/03) untuk
memberikan kemampuan kontrol yang kuat dalam plant
skala besar. Modul Remote I/O didesain untuk
berkomunikasi antara MFP dan modul slave yang terletak
di tempat yang jauh.
Gambar 4.16. Modul IMRIO02
2. Deskripsi Modul
Remote I/O (RIO) menempati satu tempat (slot)
Module Mounting Unit (MMU). Dipswitches dalam RIO
mengatur pilihan user dan alamat modul. LED yang
terletak di depan panel memberikan status operasi. Dua
Captive Screw dalam modul faceplate mengamankannya
pada MMU. User menghubungkan kabel komunikasi
kepada termination unit/module dimana unit ini terhubung
Gambar 4.17. Tampak depan modul IMRIO02
Modul RIO beroperasi pada beberapa perangkat
keras Bailey berikut:
Tata Nama Hardware
NIRL03 Termination Module Remote Link NTCS02 Termination Unit, Controller Station NTRL02 Termination Unit, Fiber Optic
Remote Link
NTRL03 Termination Unit, Remote Link
Gambar 4.18. Skema Komunikasi untuk modul Remote
I/O
3. Spesifikasi
KEPERLUAN DAYA
Operasi
+ 5 VDC, 1.45 A typ., 1.80 A max + 15 VDC, 17.5 mA typ., 20 mA max
- 15 VDC, 80.0 mA typ., 90 mA max
Konsumsi
+ 5 VDC, 7.25 watts typ., 9.0 watts max. + 15 VDC, 0.26 watts typ., 0.30 watts max. - 15 VDC, 1.20 watts typ., 1.35 watts max.
DATA RATE
Serial link 1 Mbit/s
KAPASITAS MEMORI
Static RAM
Menggunakan satu slot di INFI 90 Mounting Unit LINGKUNGAN (158oF) (tidak berembun)
Tekanan Atmosfir Permukaan laut sampai 3 km (1.86 mil)
Kualitas Udara Tidak Korosif
Tabel 4.8 Spesifikasi Modul RIO
4. Fungsi Operasional
Fungsi utama dari RIO adalah untuk memungkinkan
MFP berinteraksi dengan remote slave module. Fungsi
kedua adalah untuk menyediakan Digital Indicator Station
(DIS) atau Stasiun Indikator Digital tambahan. RIO juga
mendukung Analog Control Station (ACS). MFP
berkomunikasi dengan Remote Master Processor (RMP)
melalui Expander Bus. RMP kemudian berkomunikasi
dengan Remote Slave Processors (RSPs) melalui serial
link dengan kecepatan 1Mbit/s dan menggunkanan
IMRIO02 juga mendukung Network 90 Multi-Function
Controller (MFC).
5. Penjaluran RIO
Penjaluran modul RIO terbagi menjadi tujuh blok
1. Expander Bus Slave Interface
Interface ini mempunyai jalur penting untuk
menyediakan komunikasi antara MFP dan RIO.
Sebuah jalur yang terintegrasi memungkinkan
interface untuk mengenali pesan yang dikirim dari
MFP kepada RIO melalui Expander Bus.
2. Expander Bus Master Interface
Interface ini memungkinkan RIO untuk
menjadi modul master pada remote Expander Bus.
3. Shared RAM
Blok ini memiliki 8 kbytes RAM dan logika
penting untuk mengijinkan MFP dan CPU untuk
mengaksesnya. Shared RAM adalah sebuah buffer
yang menyimpan informasi dari slave sampai MFP
mengaksesnya. Ini juga memungkinkan MFP untuk
menulis data pada modul slave.
4. Memori
Modul RIO juga memiliki beberapa memori
berikut untuk keperluan umum:
• 32 Kbytes ROM.
5. Dukungan CPU
Modul RIO mempunyai dua jalur yang
terintegrasi untuk menyediakan dukungan untuk
CPU. Sirkut yang terintegrasi ini menyediakan
clock, pendekodean alamat, fungsi timer, dan
membantu prosesor juga sistem memori.
6. Serial – CPU Interface
Blok ini mempunyai jalur untuk hubungan
komunikasi, bersama dengan FIFO (First In, First
Out) buffers. CPU menerima dan mentransmit
pesan melalui FIFO buffer. CPU mentransmit data
kemudian menunggu balasan. CPU dapat membaca
informasi dari Serial Link buffer untuk informasi
sumber interupsi dan status terkini dari jalur
tersebut.
7. Serial Link Interface
Blok ini mempunyai driver dan jalur
penerima untuk interface serial link. Jalur penerima
mengkondisikan dan memperkuat gelombang
input, dan sebuah jalur yang terintegrasi mengubah
sinyal ini menjadi sinyal data digital. Data digital
67
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Perusahaan yang bergerak di bidang produksi harus memiliki alat
kontrol yang dapat diandalkan demi mengoptimalkan produktivitas pabrik.
Salah satu alat kontrol yang sangat berperan dalam proses produksi
Programmable Logic Controller (PLC). PLC berperan dalam pengoperasian
mesin produksi dan menjalankan mesin produksi sesuai dengan keinginan
pengguna karena sifat PLC yang dapat diprogram (programmable). Contoh
penggunaan PLC adalah dapat mengontrol putaran motor dari mesin
pengaduk semen.
Pada laporan kerja praktek ini, melakukan penjelasan atau deskripsi
mengenai modul input-output (I/O) pada PLC Bailey INFI 90 untuk
mengendalikan mesin Raw Mill dan Kiln. Data yang diperoleh dari pihak
penyelia adalah penjelasan singkat dan spesifikasi mengenai modul I/O pada
PLC Bailey INFI 90.
Data dan penjelasan singkat dari pihak pabrik nantinya akan dibuat
suatu penjelasan mengenai modul I/O pada PLC Bailey INFI 90. Penjelasan
ini didokumentasikan agar para pekerja dapat memahami modul I/O PLC
5.2. Saran
Pada pelaporan keja praktek ini, penelitian yang dilakukan masih
sebatas pengenalan singkat mengenai PLC dan modul I/O. Mengingat
bahwa perusahaan tempat kerja praktek penulis memiliki deadline target
produksi dan pengerjaan proyek, serta masa kerja praktek relatif singkat
maka penulis hanya melakukan penjelasan mengenai modul I/O pada PLC
Bailey INFI, tidak sampai pada pemrograman dan pengoperasiannya. Maka
dari itu, untuk pengembangan selanjutnya diharapkan dapat menjangkau ke
tahap simulasi pemrograman dan pengoperasian PLC Bailey INFI 90.
69
DAFTAR PUSTAKA
Sujatmoko, MN. 2000. Dasar-Dasar Control Component Dan Sysmac. PT.
OMRON Manufacturing of Indonesia.
Wicaksono, Handy. 2009. Programmable Logic Controller – Teori,
Pemrograman dan Aplikasinya dalam Otomasi Sistem. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Wicaksono, Handy. 2004. Catatan Kuliah ”Automasi 1” Bab 3 PLC’s Hardware.
Teknik Elektro Universitas Kristen Petra
(http://learnautomation.files.wordpress.com/2009/08/modul-keseluruhan-automasi-1-1-bab-3.pdf (diakses pada 24 November 2014)).
Setiawan, Iwan. 2006. Programmable Logic Controller dan Teknik Perancangan
Sistem Kontrol. ISBN 979-763-099-4. Yogyakarta: Andi.
Heru, Totok. PLC TEORI.pdf. Universitas Negeri Yogyakarta.
(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Totok%20Heru%20Tri%
20Maryadi,%20Drs.%20M.Pd./PLC%20TEORI.pdf (diakses pada 18
November 2014))
Sigit, Riyanto dkk. 2008. Presentasi Pertemuan ke – 12 Unit Masukan dan
Keluaran. Politeknik Elektronika Negeri Surabaya.
http://www.semenindonesia.com/page/get/profil-perusahaan-9 (diakses pada 18
November 2014).
http://www.semenindonesia.com/page/get/visi-dan-misi-10 (diakses pada 18
November 2014).
http://www.semenindonesia.com/page/get/jenis-produk-23 (diakses pada 23