SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN
PEMBERIAN PINJAMAN MODAL UNTUK USAHA KECIL
DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
(STUDI KASUS : PT. TELKOM SURABAYA BARAT)
Oleh :
Nama
: BAYU ANDY LESMANA
NIM
: 98.41010.5003
Program
: S1 (Strata Satu)
Jurusan
: Sistem Informasi
SEKOLAH TINGGI
MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER
SURABAYA
2004
ABSTRKSI ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1
Latar Belakang Masalah ... 1
1.2
Perumusan Masalah ... 2
1.3
Pembatasan Masalah ... 2
1.4
Tujuan ... 3
1.5
Sistematika Penulisan ... 4
BAB II LANDASAN TEORI ... 5
2.1
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan ... 5
2.2
Sistem Pendukung Keputusan ... 7
2.3
Analytical Hierarchy Process ...
8
2.4
Analisis dan Perancangan Sistem ... 16
BAB III PERANCANGAN SISTEM ... 20
3.1
Uraian Permasalahan ... 20
3.2
Analisa Permasalahan ... 21
3.3
Perancangan Sistem ... 22
BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ... 38
4.4
Instalasi Program ... 38
4.5
Implementasi Program ... 39
4.6
Evaluasi Program ... 50
BAB V PENUTUP ... 55
5.1 Kesimpulan ... 55
5.2
Saran ... 55
DAFTAR PUSTAKA ... 56
Tabel 2.1 Skala Prioritas AHP ... 13
Tabel 2.2 Nilai Random Indeks ... 15
Tabel 3.1 Pemohon ... 31
Tabel 3.2 Struktur Organisasi ... 31
Tabel 3.3 Pemasaran ... 32
Tabel 3.4 Administrasi ... 33
Tabel 3.5 Perijinan ... 34
Tabel 3.6 Data Usaha ... 34
Tabel 3.7 Pengembalian ... 35
Tabel 3.8 Penetapan ... 36
Tabel 3.9 Alternatif ... 36
Tabel 3.10 Kriteria ... 37
Tabel 3.11 Proses Bobot Alternatif Terhadap Kriteria ... 37
Tabel 3.12 User ... 37
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Bagan Organisasi Telkom Community Development Center ... 6
Gambar 2.2 External Entity ... 16
Gambar 2.3 Data Flow ... 16
Gambar 2.4 Process ... 17
Gambar 2.5 Data Store ... 17
Gambar 2.6 Himpunan Entity ... 18
Gambar 2.7 Attribut ... 18
Gambar 2.8 Hubungan Attribut ... 19
Gambar 2.9 Garis Hubung ... 19
Gambar 3.1 Diagram Alir ... 23
Gambar 3.2 Context Diagram ... 24
Gambar 3.3 DFD Level 0 ... 25
Gambar 3.4 DFD Level 1 Pengolahan Data Pemohon ... 26
Gambar 3.5 DFD Level 1 Proses AHP ... 27
Gambar 3.6 DFD Level 2 Input Data Kriteria ... 27
Gambar 3.7 DFD Level 2 Input Data Alternatif ... 28
Gambar 3.8 ERD Conceptual Data Model ... 29
Gambar 3.9 ERD Physical Data Model ... 30
Gambar 4.1 Form Login ... 39
Gambar 4.2 Form Menu Utama ... 40
Gambar 4.3 Tampilan Input Data Pemohon ... 41
Gambar 4.4 Tampilan Input Kriteria dan Alternatif ... 42
Gambar 4.6 Tampilan Matrik Normalisasi ... 43
Gambar 4.7 Tampilan Matrik Vektor Eigen ... 44
Gambar 4.8 Tampilan Mencari Nilai Konsistensi... 44
Gambar 4.9 Tampilan Keterangan ... 45
Gambar 4.10 Tampilan Input Bobot Alternatif ... 45
Gambar 4.11 Tampilan Keterangan Data Konsisten... 46
Gambar 4.12 Tampilan Keterangan Data Tidak Konsisten ... 46
Gambar 4.13 Tampilan Prioritas Global ... 47
Gambar 4.14 Tampilan Proses Penetapan Pemohon ... 48
Gambar 4.15 Grafik Bobot Kriteria ... 48
Gambar 4.16 Grafik Bobot Prioritas Global ... 49
Gambar 4.17 Laporan Hasil Proses AHP ... 49
Gambar 4.18 Laporan Bobot Kriteria ... 50
Gambar 4.19 Input Bobot Awal ... 51
Gambar 4.20 Laporan Hasil Proses Perhitungan Bobot Kriteria ... 52
Gambar 4.21 Proses Input Bobot Persepsi Alternatif Tiap Kriteria... 53
Gambar 4.22 Laporan Hasil Proses AHP ... 53
DAFTAR
LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Data Survey ... 58
Lampiran 2. Laporan proses AHP ... 59
Lampiran 3. Listing program ... 60
1.1. Latar Belakang Masalah
Pada akhir tahun 2001 PT. Telkom membentuk suatu program yang
diberi nama Program Kemitraan dan Bina Lingkungan(PKBL) yang dikelola oleh
TELKOM Community Development Center disingkat TELKOM CDC dengan
tujuan untuk membantu atau membina para pengusaha kecil, dengan cara
menyalurkan dana pinjaman untuk modal usaha dan melakukan pembinaan
sehingga banyak yang telah mencapai kemandiriannya.
Penyaluran dana pinjaman tersebut dilakukan setiap tiga bulan sekali
dengan dana yang disediakan tidak tentu jumlahnya. Dana yang disediakan
tersebut sering kurang dibandingkan dengan jumlah dana yang diminta oleh
pemohon. Oleh karena itu sebelum petugas PKBL mengambil keputusan untuk
menetapkan penyaluran dana pinjaman tersebut, maka diperlukan seleksi secara
matang tentang pemohon mana yang diprioritaskan untuk menerima dana
pinjaman tersebut, sesuai dengan kriteria yang dibuat, sehingga waktu yang
diperlukan untuk pengambilan keputusan tersebut menjadi agak lama.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu adanya suatu metode
penyelesaian dalam pengambilan keputusan tersebut. Karena ada
bermacam-macam kriteria yang ada dan juga berbermacam-macam-bermacam-macam alternatif yang ada, maka
metode yang sesuai untuk masalah ini adalah metode Analytical Hierarchy
Process yang disingkat AHP, karena metode ini mempunyai kemampuan untuk
memecahkan masalah yang multiobjective dan multicriteria.
2
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka perumusan
masalahnya sebagai berikut:
1.
Bagaimana membuat suatu sistem pendukung keputusan dalam pemberian
pinjaman modal untuk usaha kecil secara efektif dan efisien.
2.
Bagaimana membuat suatu sistem pendukung keputusan dalam pemberian
modal untuk usaha kecil dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy
Process.
1.3. Pembatasan Masalah
Batasan masalah dari sistem ini adalah:
1.
Data yang digunakan diambil dari PT. Telkom Surabaya Barat, periode bulan
April, Mei, Juni tahun 2004.
2.
Pinjaman modal ini hanya ditunjukan untuk usaha kecil dengan kriteria
menurut keputusan direksi perusahaan perseroan (persero) PT.
Telekomunikasi Indonesia, Tbk Nomor : KD. 61/PS150/CTG-10/2003 sebagai
berikut:
a.
Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
b.
Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu
milyar rupiah).
c.
Milik warga negara Indonesia.
e.
Berbentuk usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum,
ataupun badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.
f.
Telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 (satu) tahun, serta mempunyai
potensi dan prospek usaha untuk dikembangkan.
3.
Kriteria-kriteria yang digunakan dalam tahap seleksi mengikuti aturan yang
ditetapkan oleh PKBL Telkom, yaitu sebagai berikut:
a.
Struktur organisasi.
b.
Administrasi.
c.
Bidang usaha.
d.
Pemasaran.
e.
Perijinan.
4.
Jumlah kriteria yang digunakan minimal tiga kriteria dan bisa ditambah
maksimal sepuluh kriteria dan alternatif yang digunakan minimal tiga
alternatif dan maksimal sepuluh alternatif.
5.
Pada sistem ini tidak dapat memutuskan kelayakan dari segi administrasi.
1.4. Tujuan
Tujuan dari pembuatan sistem ini adalah membuat sistem pendukung
keputusan pemberian pinjaman modal untuk usaha kecil dengan menggunakan
metode Analytical Hierarchy Process.
4
1.5.
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada buku laporan ini disusun sebagai berikut:
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah dan
penjelasan permasalahan secara umum, perumusan masalah serta
batasan masalah yang dibuat, tujuan dari pembuatan tugas akhir ini dan
sistematika penulisan buku ini.
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini membahas secara singkat teori-teori yang berhubungan
dan mendukung dalam pembuatan tugas akhir ini.
BAB III PERANCANGAN SISTEM
Pada bab ini menguraikan tentang perancangan sistem, analisis sistem,
Diagram Alir, Data Flow Diagram, Entity Relationship Diagram serta
struktur database yang digunakan dalam pembuatan aplikasi.
BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Pada bab ini membahas mengenai implementasi dari aplikasi yang
dibuat secara keseluruhan dan berisikan penjelasan dari rancangan
input dan output. Melakukan pengujian terhadap aplikasi yang dibuat
untuk mengetahui apakah aplikasi tersebut telah dapat menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi sesuai dengan yang diharapkan.
BAB V
PENUTUP
2.1.
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
Menurut keputusan direksi perusahaan perseroan (persero) PT.
Telekomunikasi Indonesia, Tbk Nomor : KD. 61/PS150/CTG-10/2003 tentang
Pembentukan Organisasi Pusat Pengelola Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan Pasal I Program kemitraan adalah suatu program Telkom sebagai
salah satu bentuk pelaksanaan Good Corporate Citizenship untuk meningkatkan
kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan
dana dari bagian laba perusahaan, sedangkan program bina lingkungan adalah
suatu program TELKOM sebagai salah satu bentuk pelaksanaan Good Corporate
Citizenship
untuk pemberdayaan kondisi sosial masyarakat di wilayah usaha
perusahaan melalui pemanfaatan dana dari bagian laba perusahaan.
Yang dimaksud usaha kecil, menurut keputusan direksi perusahaan
perseroan (persero) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk Nomor : KD.
61/PS150/CTG-10/2003 tentang Pembentukan Organisasi Pusat Pengelola
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Pasal I adalah kegiatan ekonomi rakyat
yang berskala kecil dengan kriteria sebagai berikut:
a.
Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
b.
Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu
milyar rupiah).
c.
Milik warga negara Indonesia.
6
KADIVRE I s/d VII
KEPALA PUSAT TELKOM CDC
KAUR SEKRETARIAT
SM PRANDAL SM SHARED SERVICE
GM SUB CENTER PROGRAM KEMITRAAN
GM SUB CENTER PROGRAM BINA LINGKUNGAN
Kepala Unit CDC DIVRE I s/d VII
BAGAN ORGANISASI TELKOM CDC
Keterangan :
Garis Komando Garis Koordinasi
d.
Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung
dengan usaha menengah atau besar.
e.
Berbentuk usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum,
ataupun badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.
f.
Telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 (satu) tahun, serta mempunyai
potensi dan prospek usaha untuk dikembangkan.
Pengelolaan dari program kemitraan dan bina lingkungan di lakukan oleh
Pusat Pengelola Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, untuk selanjutnya
disebut TELKOM Community Development Center, disingkat TELKOM CDC,
yang struktur organisasinya pada gambar 2.1 dibawah ini:
Gambar 2.1. Bagan Organisasi TELKOM CDC
binaan yang berada diseluruh Indonesia. Jumlah ini direncanakan akan semakin
bertambah menjadi 18.200 pada tahun 2004.
Prosedur untuk mendapatan dana bantuan adalah sebagai berikut:
1.
Mengajukan proposal kepada kelompok kerja PKBL Telkom tingkat
daerah/propinsi dengan mengisi formulir yang disediakan.
2.
Kelompok kerja PKBL Telkom tingkat daerah/propinsi melakukan prosedur
seleksi sebagai berikut:
a.
Seleksi dan penilaian terhadap proposal usulan.
b.
Mengumumkan hasil seleksi kepada masyarakat secara transparan,
dengan memasang di papan pengumuman.
c.
Penetapan UKM terpilih, melalui surat yang ditujukan kepada para
pemohon.
d.
Melaporkan hasil pemilihan UKM terpilih kepada kelompok kerja PKBL
Telkom tingkat propinsi/divisi dengan tembusan PKBL Telkom tingkat
pusat.
3.
UKM penerima bantuan dana harus menandatangani naskah perjanjian dengan
kelompok kerja PKBL Telkom tingkat daerah/propinsi dan dengan bank
pelaksana setempat.
2.2.
Sistem Pendukung Keputusan
8
penggunaan data dan model-model keputusan untuk memecahkan
masalah-masalah yang sifatnya semi tersetruktur dan tidak tersetruktur. (Dadan Umar
Dhaini, 2001).
Dari dua definisi diatas terlihat bahwa sistem pendukung keputusan
bertujuan untuk menghasilkan informasi yang berkaitan langsung dengan proses
pengambilan keputusan baik yang bersifat semi tersetruktur maupun yang tidak
tersetruktur. Perbedaan utama antara sistem pendukung keputusan dengan sistem
informasi manajemen adalah bahwa sistem informasi manajemen menghasilkan
informasi yang lebih bersifat rutin dan terprogram, sedangkan sistem pendukung
keputusan sudah dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan yang spesifik.
Salah satu contoh sistem pendukung keputusan adalah sistem yang akan
dibuat ini, dimana manajemen sering kali dihadapkan pada proses pengambilan
keputusan yang cukup rumit untuk menetapkan pemohon mana yang didahulukan
penyaluran dana pinjamannya karena dana yang turun dari pusat sangatlah
terbatas, tidak sebanding dengan permohonan para pemohon. Dalam kondisi
seperti itu dibutuhkan perhitungan-perhitungan yang matang. Kesalahan
pengambilan keputusan dapat mengakibatkan kerugian. Oleh karena itu, suatu
sistem yang mampu memberikan berbagai alternatif keputusan dalam waktu yang
cepat sangat dibutuhkan. Di sinilah sistem pendukung keputusan yang berbasis
komputer dapat berperan dengan baik.
2.3.
Analytical Hierarchy Process
semua kekurangan dari model-model sebelumnya. Peralatan utama dari model ini
adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya presepsi manusia.
Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dan tidak tersetruktur dipecah
kedalam kelompok-kelompoknya dan kemudian kelompok-kelompok tersebut
diatur menjadi suatu bentuk hirarki.
Perbedaan mencolok antara model AHP dengan model pengambilan
keputusan lainnya terletak pada jenis inputnya. Model-model yang sudah ada
umumnya memakai input yang kuantitatif atau berasal dari data sekunder.
Otomatis, model tersebut hanya dapat mengolah hal-hal kuantitatif pula. Model
AHP memakai presepsi manusia yang dianggap Expert sebagai input utamanya.
Kriteria expert disini bukan berarti bahwa orang tersebut haruslah genius, pintar,
bergelar doktor dan sebagainya tetapi lebih mengacu pada orang yang mengerti
benar permasalahan yang diajukan, merasakan akibat suatu masalah atau punya
kepentingan terhadap masalah tersebut. Karena merupakan input yang kualitatif
(presepsi manusia) maka model ini dapat mengolah juga hal-hal kualitatif
disamping hal-hal yang kuantitatif. Pengukuran hal-hal kualitatif, seperti
dijelaskan diatas, menjadi hal-hal yang sangat penting mengingat makin
kompleksnya permasalahan didunia dan tingkat ketidak pastian yang makin
tinggi. Jadi bisa dikatakan bahwa model AHP adalah suatu model pengambilan
keputusan yang komprehensif, memperhitungkan hal-hal kuantitatif dan kualitatif
sekaligus.
10
dengan multicriteria. Model Linear Programming misalnya, memakai satu tujuan
dengan banyak kendala. Kelebihan model AHP ini lebih disebabkan oleh
fleksibelitasnya yang tinggi terutama dalam pembuatan hirarkinya. Sifat fleksibel
tersebut membuat modeel AHP dapat menangkap beberapa tujuan dan beberapa
kriteria sekaligus dalam sebuah model atau sebuah hirarki.
2.3.1.
Dasar-dasar Analytical Hierarchy Process
Model AHP pendekatannya hampir identik dengan model perilaku
politis, yaitu merupakan model keputusan dengan menggunakan pendekatan
kolektif dari proses pengambilan keputusan.
Ada kalanya timbul masalah keputusan yang di rasakan dan di amati
perlu diambil secepatnya, tetapi variasinya rumit sehingga datanya tidak mungkin
dapat dicatat secara numerik, hanya secara kualitatif saja yang dapat di ukur, yaitu
berdasarkan persepsi pengalaman dan intuisi. Namun, tidak menutup
kemungkinan, bahwa model pendukung keputusan lainnya ikut di pertimbangkan
pada saat proses pengambilan keputusan dengan pendekatan AHP.
Adapun model umum dari AHP adalah sebagai berikut:
1.
Goal / Tujuan, merupakan tujuan akhir dari permasalahan yang ada yaitu
menentukan pemohon mana yang di dahulukan untuk penyaluran dana.
3. Alternatif, merupakan beberapa pertimbangan tiap-tiap pemohon yang di ambil
untuk di olah melalui perhitungan matriks dengan tidak mengabaikan nilai kriteria
untuk menghasilkan hasil rangking dari pemohon yang terbaik.
2.3.2. Aksioma-aksioma Analytical Hierarchy Process
Aksioma adalah sesuatu yang tidak dapat dibantah kebenarannya atau pasti
terjadi. Ada empat buah aksioma yang harus diperhatikan oleh pemakai model
AHP dan pelanggaran dari setiap aksioma berakibat tidak validnya model yang
dipakai. Keempat aksioma tersebut adalah:
Aksioma 1 : Resiprocal Comparison, artinya si pengambil keputusan harus bisa
membuat perbandingan dan menyatakan preferensinya. Preferensinya itu sendiri
harus memenuhi syarat resiprokal yaitu kalau A lebih disukai dari B dengan skala
x, maka B lebih disukai dari A dengan skala 1/x.
Aksioma 2 : Homogenity, artinya preferensi seseorang harus dapat dinyatakan
dalam skala terbatas atau dengan kata lain elemen-elemennya dapat dibandingkan
satu sama lain.
Aksioma 3 : Independence, artinya preferensi dinyatakan dengan mengasumsikan
bahwa kriteria tidak dipengaruhi oleh alternatif-alternatif yang ada melainkan oleh
obyektif secara keseluruhan. Ini menunjukkan bahwa pola ketergantungan atau
pengaruh dalam model AHP adalah searah ke atas. Artinya perbandingan antara
elemen-elemen dalam satu level dipengaruhi atau bergantung oleh elemen-elemen
level di atasnya.
12
pengambil keputusan tidak memakai seluruh kriteria dan atau obyektif yang
tersedia atau diperlukan sehingga keputusan yang diambil dianggap tidak lengkap.
2.3.3. Langkah pembentukan model Analytical Hierarchy Process
Secara garis besar, aplikasi dari model AHP dilakukan dalam dua tahap
yaitu: Penyusunan Hirarki dan Evaluasi Hirarki. Penyusunan hirarki merupakan
bagian terpenting karena dari sinilah
validitas dan keampuhan model dapat di uji.
Proses penyusunan hirarki secara praktis adalah sebagai berikut:
1.
Medefinisikan masalah dan menentukan solusi yang di inginkan.
2.
Membuat struktur hirarki yang di awali dengan tujuan umum, di lanjutkan
dengan kriteria dan kemungkinan alternatif pada tingkatan kriteria yang paling
bawah.
3.
Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi
relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan dan
kriteria yang setingkat di atasnya. Perbandingan di lakukan berdasarkan
penilaian dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu
elemen di bandingkan dengan elemen lainnya.
4.
Melakukan perbandingan berpasangan sehingga di peroleh penilaian sebanyak
x [(n-1)/2] buah, dengan n banyaknya elemen yang di bandingkan.
5.
Menghitug nilai eigen dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka
pengambilan data di ulangi.
6.
Mengulangi langkah 3, 4 dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.
penilaian dalam penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki
terendah sampai pencapaian tujuan.
8.
Memeriksa konsistensi hirarki, jika nilai lebih dari 10 % maka penilaian data
harus diperbaiki.
2.3.4 Skala prioritas
Skala prioritas menyatakan ukuran perbandingan diantara alternatif yang
menyatakan preferensi, terdapat pada tabel 2.1 dibawah ini.
Tabel 2.1. Skala Prioritas AHP
Skala
Prioritas
9
Satu elemen mutlak lebih penting dibanding yang lain
7
Satu elemen jelas lebih penting dari elemen yang lain
5
Elemen yang satu sangat penting dibanding yang lain
3
Elemen yang satu sedikit lebih penting dibanding yang lain
1
Kedua elemen sama penting
2,4,6,8
Skala diantara nilai-nilai tersebut
Resiprokal Nilai kebalikan dari preferensi
Adanya suatu standar atau batasan tertentu dalam skala pada table 2.1
diatas didasarkan beberapa alasan sebagai berikut:
14
2.
Bahwa secara umum seseorang dapat menyatakan perbedaan hal-hal kualitatif
dalam lima istilah yaitu sama, lemah, kuat, sangat kuat dan mutlak. Dengan
mendasarkan pada kelima istilah tersebut dan kompromi diantara istilah-istilah
tersebut maka secara keseluruhan dibutuhkan sembilan nilai yang berurutan untuk
menyatakan persepsi manusia secara jelas dan tepat.
2.3.5 Konsistensi
Pengukuran konsistensi dalam AHP dilakukan dalam dua tahap, yaitu
mengukur konsistensi setiap matriks perbandingan dan mengukur konsistensi
keseluruhan hirarki.
Konsistensi adalah jenis pengukuran yang tak dapat terjadi begitu saja atau
mempunyai syarat tertentu. Suatu matriks, misalnya dengan tiga unsur (i, j dan k)
dan setiap perbandingannya dinyatakan dengan a, akan konsisten 100% apabila
memenuhi syarat pada rumus 1 berikut ini:
ij
a
.
a
jk=
a
ik...1
k
j
i
A =
k
j
i
Dengan syarat rumus 1 maka matriks A dapat dinyatakan konsisten karena telah
memenuhi kaidah rumus 1 yaitu:
ij
a
.
a
jk=
a
ik---
4 . ½ = 2
ik
a
.
a
kj=
a
ij---
2 . 2 = 4
jka
.
a
ki=
jia
---
½. ½ = ¼
1
2
2
/
1
2
/
1
1
4
/
1
Apabila ketiga syarat pada rumus 1 di atas sudah dipenuhi maka bisa
dikatakan bahwa matriks A tersebut konsistensi 100% atau dapat dikatakan
tingkat inkonsistensinya 0%.
Pengukuran konsistensi keseluruhan hirarki dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus dari rasio konsistensi / inkonsistensi:
CR = CI/RI ...2
CI = (maks-n) / (n-1)
Dimana: CI
= Consistency Indeks
RI
= Random Indeks
CR
= Consistency Rasio
Dengan nilai RI terdapat pada tabel 2.2 berikut ini:
Tabel 2.2. Nilai Random Indeks
N
2
3
4
5
6
7
8
9
10
RI
0
0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49
Bila CI/RI < = 0,1 maka hasil preferensi cukup baik sedangkan untuk CI/RI > 0,1
berarti terdapat inkonsistensi (hasil AHP tidak valid), harus ada revisi penilaian
karena tingkat inkonsistensi yang terlalu besar dapat menjurus pada suatu
kesalahan.
16
2.4.
Analisis Dan Perancangan Sistem
Sebelum menyelesaikan suatu permasalahan yang sedang dihadapi,
terlebih dahulu dilakukan suatu analisis terhadap permasalahan tersebut, dicari
bagaimana cara solusi pemecahannya dan dibuatlah suatu perancangan sistem
yang nantinya dapat membantu proses untuk penyelesaian masalah yang dihadapi
tersebut.
2.4.1.
Data Flow Diagram
Data flow diagram atau yang untuk selanjutnya disebut DFD, adalah
sebuah alat dokumentasi grafis yang menggunakan beberapa simbol untuk
menggambarkan bagaimana data mengalir melalui proses-proses yang terhubung.
Untuk memahami suatu DFD maka akan dijelaskan sebagai berikut:
1.
External Entity (Kesatuan Luar) atau Boundary (Batas Sistem)
Gambar 2.2. External Entity
Gambar 2.2 diatas menunjukan kesatuan dilingkungan luar sistem yang
dapat berupa orang, organisasi, atau sistem lain yang berada dilingkungan luarnya
yang akan memberikan pengaruh berupa input atau menerima output dari sistem.
2.
Data Flow (Aliran Data)
Gambar 2.3. diatas merupakan simbol dari aliran data yang masuk atau
keluar dari sistem. Aliran data digambarkan dengan tanda panah dan garis yang
diberi nama dari aliran data tersebut.
3.
Process (Proses)
Gambar 2.4. Process
Pada gambar 2.4 tersebut akan dituliskan proses yang akan dikerjakan
oleh sistem dari transformasi aliran data yang masuk menjadi aliran data yang
keluar. Suatu proses mempunyai satu atau lebih input data yang menghasilkan
satu atau lebih output data.
4.
Data Store (Simpanan Data)
Gambar 2.5. Data Store
Gambar 2.5 diatas merupakan simpanan dari data yang dapat berupa file
atau
database disistem komputer, arsip atau catatan manual, suatu agenda atau
buku. Digunakan untuk menyimpan data sebelum dan sesudah proses lebih lanjut.
2.4.2.
Entity Relationship Diagram
18
1.
One to one (1 : 1) relationship
Hubungan antara file pertama dengan file kedua adalah satu banding
satu.
2.
One to many (1 : N) relationship
Hubungan antara file pertama dengan file kedua adalah satu berbanding
banyak atau dapat juga berbanding terbalik, yaitu banyak berbanding satu.
3.
Many to many (M : N) relationship
Hubungan antara file pertama dengan file kedua adalah banyak
berbanding banyak.
Struktur logika secara keseluruhan dari sebuah basis data / database
dapat dinyatakan secara grafis melalui ERD yang terdiri dari
komponen-komponen sebagai berikut:
1.
Persegi panjang yang melambangkan himpunan entity
Gambar 2.6. Himpunan Entity
2.
Elips yang melambangkan atribut atau field atau column.
Gambar 2.7. Atribut
Gambar 2.8. Hubungan Atribut
4.
Garis yang menghubungkan atribut-atribut pada himpunan entity
dan
himpunan entity pada himpunan hubungan.
Gambar 2.9. Garis Hubung
2.4.3.
Basis data
Basis data merupakan tempat penyimpanan informasi kedalam komputer
yang berupa tabel-tabel yang saling berhubungan antar satu dengan yang lainnya.
Disetiap tabel, terdapat field-field untuk menentukan tipe (string,
date/time,
character,
numeric dan boolean) dan panjang dari masing-masing
field. Didalam
database terdapat istilah record yaitu merupakan kelompok dari beberapa field
yang ada pada tabel (file).
BAB III
PERANCANGAN SISTEM
3.1.
Uraian Permasalahan
Identifikasi masalah yang ada adalah pemilihan pemohon yang
didahulukan untuk penyaluran dananya karena keterbatasan dana pinjaman. Pada
saat ini dalam pengambilan keputusan dilakukan dengan cara membandingkan
satu per satu dari formulir yang diisi oleh para pemohon, dan berdasarkan persepsi
dari seorang pengambil keputusan maka terpilihlah pemohon mana yang
didahulukan. Keputusan yang mereka ambil dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu:
1.
Struktur organisasi, mencakup apakah ada tidaknya struktur organisasi dan
jumlah pegawai berdasarkan tingkat pendidikan.
2.
Administrasi, mencakup tentang ada tidaknya rencana jangka panjang, catatan
keuangan, rencana penggunaan dana, jumlah dana pinjaman, dan barang yang
dijaminkan.
3.
Bidang usaha, mencakup tentang jenis bidang usaha, peralatan yang dimiliki,
barang yang diproduksi.
4.
Pemasaran, mencakup tentang tempat pemasaran, daerah pemasaran.
5.
Perijinan, mencakup tentang perijinan-perijinan yang dimiliki.
Dari kriteria-kriteria yang disebutkan diatas seorang pengambil
keputusan akan memilih pemohon mana yang terbaik, yang sesuai dengan
kriteria-kriteria tersebut.
3.2.
Analisa Permasalahan
Seorang pengambil keputusan memiliki tugas untuk menentukan
pemohon mana yang diprioritaskan untuk peminjaman dananya berdasarkan lima
kriteria, yaitu struktur organisasi, administrasi, bidang usaha, pemasaran dan
perijinan.
Setelah dilakukan analisa permasalahan ternyata dalam pengambilan
keputusan dibutuhkan waktu yang agak lama karena membandingkan beberapa
pemohon yang permohonan dananya cukup besar berdasarkan kriteria-kriteria
tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan suatu model pengambilan keputusan yang
tepat dan akurat, yang mampu menyelesaikan masalah dengan sederhana.
Salah satu model pengambilan keputusan tersebut adalah Analytical
Hierarchy Process atau disingkat AHP. AHP juga memiliki kemampuan untuk
memecahkan masalah yang multi-objektif dan multi-kriteria yang berdasar pada
perbandingan preferensi dari setiap elemen dalam hirarki. Jadi, model ini
merupakan suatu model pengambilan keputusan yang komprehensif.
22
3.3.
Perancangan Sistem
Sebelum membuat program aplikasi tersebut, dibuat rancangan sistem
program aplikasi terlebih dahulu sehingga program aplikasi yang dibuat dapat
berfungsi sesuai dengan yang diharapkan yaitu mampu membantu menyelesaikan
permasalahan dengan hasil perhitungan data yang akurat. Selain itu ditentukan
model pendukung keputusan apa yang akan diterapkan dalam program aplikasi
untuk menyelesaikan permasalahan pengambilan keputusan tersebut.
AHP merupakan salah satu bentuk dari model pengambilan keputusan
yang pada dasarnya berusaha menutupi semua kekurangan dari model-model
pengambilan keputusan lainnya. Model ini pendekatannya hampir identik dengan
model perilaku politis, yaitu menggunakan pendekatan kolektif dari proses
pengambilan keputusan. AHP ini dapat memecahkan masalah yang kompleks
dimana aspek atau kriteria yang diambil cukup banyak.
Dengan adanya model AHP ini, diharapkan dapat membantu dalam
menyelesaikan permasalahan diatas, yaitu menentukan pemohon mana yang akan
diprioritaskan dalam penyaluran dana pinjaman dengan memperhatikan beberapa
kriteria yang sangat mempengaruhi dalam dalam hal tersebut.
3.3.1.
Diagram alir
Diagram alir pada gambar 3.1 di bawah ini menggambarkan tentang
alur proses perhitungan AHP.
Mulai
Data Kriteria
Input Data Kriteria Input Data Alternatif
Proses Normalisasi Matrik Kriteria
Proses Indeks Konsistensi
Matrik Kriteria
Data Alternatif
Input Data Perbandingan Presepsi
antar Kriteria
Cek Inkonsistesi <= 0,1 Tidak
Proses Penyimpanan Bobot Kriteria
Ya
Input Data Perbandingan Presepsi
Alternatif Terhadap Kriteria
Proses Normalisasi Matrik Alternatif
Proses Indeks Konsistensi
Matrik Alternatif
Cek Inkonsistesi <= 0,1
Proses Penyimpanan Bobot Alternatif Terhadap Kriteria
Ya Tidak
Data Bobot Alternatif Terhadap
Kriteria Proses Perhitungan
Bobot Global Rangking Pilihan
Alternatif
[image:30.595.121.512.155.555.2]Selesai
Gambar 3.1. Diagram Alir Proses Perhitungan AHP
3.3.2.
Data Flow Diagram
24
LOGIN
LOGIN
LAPORAN DATA PENETAPAN PEMOHON LAPORAN DATA PENETAPAN PEMOHON
DATA PENETAPAN PEMOHON LAPORAN DATA PENGEMBALIAN LAPORAN DATA PENGEMBALIAN DANA
LAPORAN DATA PEMOHON
LAPORAN DATA PEMOHON
DATA PEMOHON
DATA PENGEMBALIAN DANA
DATA PENGEMBALIAN DANA
DATA ALTERNATIF DATA KRITERIA
DATA PEMOHON
0
SPK PEMBERIAN PINJAMAN MODAL UNTUK USAHA KECIL
+ USER
[image:31.595.116.507.112.315.2]MANAGER
Gambar 3.2. Context Diagram
DATA PENETAPAN DATA PEMOHON
DATA PENGEMBALIAN DANA
DATA PENGEMBALIAN DANA
LAPORAN DATA PENETAPAN PEMOHON
DATA PENETAPAN PEMOHON
LAPORAN DATA PENETAPAN PEMOHON LAPORAN DATA PENGEMBALIAN DANA LAPORAN DATA PENGEMBALIAN
LAPORAN DATA PEMOHON
LAPORAN DATA PEMOHON DATA PEMOHON
DATA PENGEMBALIAN DANA DATA PENGEMBALIAN DANA DATA HASIL AHP
DATA PENETAPAN PEMOHON DATA PEMOHON DATA ALTERNATIF DATA KRITERIA DATA PEMOHON DATA USER DATA PEMOHON DATA USER LOGIN LOGIN USER MANAGER MANAGER USER MANAGER MANAGER USER MANAGER USER MANAGER MANAGER USER MANAGER 1 AUTHENTIFIKASI USER USER MANAGER
1 DATA USER
[image:32.595.115.513.84.419.2]2 PENGOLAHAN DATA PEMOHON + 3 PROSES AHP + 4 INPUT PENETAPAN PEMOHON 5 INPUT PENGEMBALIA N DANA 6 LAPORAN 3 PENGEMBALIAN 6 PENETAPAN
Gambar 3.3. DFD Level 0
26
mendapatkan hasil proses analisis yang akurat. Setelah proses analisis berakhir,
pengguna akan memperoleh alternatif pemohon mana yang diprioritaskan dalam
pengucuran dananya. Proses input penetapan data pemohon yaitu proses
memasukan data pemohon yang ditetapkan untuk penyaluran dana, data tersebut
diambil dari data pemohon dan data hasil perhitungan AHP. Proses pengembalian
dana yaitu proses untuk pengembalian dana oleh masing-masing peminjam,
sehingga didapat laporan tentang bagaimana pengembalian dananya.
Gambar 3.4. DFD Level 1 Pengolahan Data Pemohon
Gambar 3.5. DFD Level 1 Proses AHP
Pada gambar 3.5 DFD Level 1 proses AHP terdapat 3 proses yaitu input
data kriteria, input data alternatif dan perhitungan global. Manager memasukkan
data kriteria dan data alternatif yang diambil dari data pemohon untuk melakukan
perhitungan global sehingga manager akan mendapatkan hasil dari proses AHP.
Gambar 3.6. DFD Level 2 Input Data Kriteria
28
data bobot kriteria setelah itu data tadi dinormalisasi dan selanjutnya dicek
konsistensinya, dan dimasukkan ke data store kriteria.
Gambar 3.7. DFD Level 2 Input Data Alternatif
Pada gambar 3.7 DFD level 2 input data alternatif terdapat 3 proses, yaitu
input bobot alternatif, normalisasi, pengecekan konsistensi. Manager memasukkan
data bobot alternatif setelah itu data tadi dinormalisasi dan selanjutnya dicek
konsistensinya, dan dimasukkan ke data store alternatif.
3.3.3.
Entity Relationship Diagram
Ref_2224 Ref_2220 Relation_4262 Relation_291 Relation_28922 Relation_27922 Relation_27822 Relation_26022 Relation_24622 Relation_23422 AHP2 AHP AHP PEMOHON Nomor Nama Alamat Kota Prop StatTmpTgl Ktp StatPemohon Telpon Tanggal Periode Tahun Status KRITERIA IdKrt Nama Bobot STRORG StrOrg NmPimpinan TtSD TtSmp TtSma TtPt ThSD ThSmp ThSma ThPt TbSd TbSmp TbSma TbPt ADMINISTRASI RJP RKA PA CatKeuangan RPD1 RPD2 RPD3 RPD4 RPD5 DanaPinjaman Lama Jaminan Jml1 Jml2 Jml3 Jml4 Jml5 BIDUSAHA BtkUsh AlmUsh StatTmpUsh BidUsh Npwp MulaiTh Prod1 Prod2 Prod3 Alat1 Alat2 Alat3 JAlat1 JAlat2 Jalat3 Omset PEMASARAN TmpPem CrPem DrhPem Ekspor Pesanan PERIJINAN Ijin1 Ijin2 Ijin3 Ijin4 Ijin5 Ijin6 Ijin7 Ijin8 PENGEMBALIAN Bulan Tahun Jumlah Status Tgl PENETAPAN Tgl JmlDana Status Bunga Cicilan ALTERNATIF Bobot USER Uid NIK Nama Pass Level
30
UID = UID UID = UID
IDKRT = IDKRT NOMOR = NOMOR
NOMOR = NOMOR
NOMOR = NOMOR
NOMOR = NOMOR
NOMOR = NOMOR NOMOR = NOMOR
NOMOR = NOMOR
NOMOR = NOMOR NOMOR = NOMOR
[image:37.595.113.527.85.427.2]PEMOHON NOMOR varchar(10) NAMA varchar(35) ALAMAT varchar(50) KOTA varchar(50) PROP varchar(15) STATTMPTGL varchar(10) KTP varchar(15) STATPEMOHON datetime TELPON varchar(15) TANGGAL datetime PERIODE varchar(35) TAHUN numeric STATUS varchar(25) KRITERIA IDKRT varchar(3) NAMA varchar(35) BOBOT numeric STRORG NOMOR varchar(10) STRORG varchar(10) NMPIMPINAN varchar(35) TTSD numeric TTSMP numeric TTSMA numeric TTPT numeric THSD numeric THSMP numeric THSMA numeric THPT numeric TBSD numeric TBSMP numeric TBSMA numeric TBPT numeric ADMINISTRASI NOMOR varchar(10) RJP varchar(10) RKA varchar(10) PA varchar(10) CATKEUANGAN varchar(10) RPD1 varchar(50) RPD2 varchar(50) RPD3 varchar(50) RPD4 varchar(50) RPD5 varchar(50) DANAPINJAMAN numeric(8,2) LAMA numeric JAMINAN varchar(25) JML1 money JML2 money JML3 money JML4 money JML5 money BIDUSAHA NOMOR varchar(10) BTKUSH varchar(15) ALMUSH varchar(50) STATTMPUSH varchar(15) BIDUSH varchar(15) NPWP varchar(20) MULAITH numeric PROD1 varchar(50) PROD2 varchar(50) PROD3 varchar(50) ALAT1 varchar(25) ALAT2 varchar(25) ALAT3 varchar(25) JALAT1 numeric(2) JALAT2 numeric(2) JALAT3 numeric(2) OMSET money PEMASARAN NOMOR varchar(10) TMPPEM varchar(15) CRPEM varchar(15) DRHPEM varchar(15) EKSPOR varchar(25) PESANAN varchar(35) PERIJINAN NOMOR varchar(10) IJIN1 varchar(50) IJIN2 varchar(50) IJIN3 varchar(50) IJIN4 varchar(50) IJIN5 varchar(50) IJIN6 varchar(50) IJIN7 varchar(50) IJIN8 varchar(50) PENGEMBALIAN NOMOR varchar(10) UID numeric BULAN numeric TAHUN numeric JUMLAH numeric(8,2) STATUS varchar(25) TGL datetime PENETAPAN UID numeric TGL datetime JMLDANA money NOMOR varchar(10) BUNGA f CICILAN f STATUS varchar(10) ALTERNATIF NOMOR varchar(10) BOBOT numeric AHP NOMOR varchar(10) IDKRT varchar(3) BOBOT numeric USER UID numeric NIK varchar(15) NAMA varchar(35) PASS varchar(9)
Gambar 3.9. ERD Physical Data Model
3.3.4.
Struktur database
Software yang digunakan dalam pengelolaan database dari aplikasi AHP
yang dibuat adalah SQL Server. SQL Server ini baik dalam hal keamanan datanya
selain itu juga memiliki kompatibilitas dengan software
yang digunakan dalam
membangun aplikasi ini yaitu Delphi 5.0. Adapun tabel-tabel yang digunakan
dalam aplikasi AHP adalah:
1.
Nama
: Pemohon
Primary Key : Nomor
Foreign Key : -
Tabel 3.1. Pemohon
No
Field
Data Type
Length
Constraint
Keterangan
1
Nomor
Varchar
30
PK
Nomor
2
Nama
Varchar
35
Nama
3
Alamat
Varchar
50
Alamat
4
Kota
Varchar
50
Kota
5
Prop
Varchar
30
Propinsi
6
StatTmpTgl
Varchar
10
Status tempat
tinggal
7
Ktp
Varchar
15
Nomor KTP
8
StatPemohon
Varchar
10
Status pemohon
9
Telpon
Varchar
15
Nomor telepon
10 Tanggal
Datetime
Tanggal input
11 Periode
Varchar
35
Periode pinjaman
12 Tahun
Datetime
Tahun input
13 Status
Varchar
25
Status data
2.
Nama
: StrOrg
Primary Key : Nomor
Foreign Key : Pemohon (Nomor)
Fungsi
: Untuk menyimpan data-data struktur organisasi pemohon
Tabel 3.2. Struktur Organisasi
No
Field
Data Type
Length Constraint
Keterangan
1
Nomor
Varchar
10
PK,FK
Nomor pemohon
2
StrOrg
Varchar
10
Struktur Organisasi
3
NmPimpinan
Varchar
35
Nama Pimpinan
4
TtSd
Numeric
2
Jumlah tenaga tetap
lulusan SD
5
TtSmp
Numeric
2
Jumlah tenaga tetap
lulusan SMP
6
TtSma
Numeric
2
Jumlah tenaga tetap
[image:38.595.110.515.564.742.2]32
No
Field
Data Type
Length Constraint
Keterangan
7
TtPt
Numeric
2
Jumlah tenaga tetap
lulusan PT
8
ThSd
Numeric
2
Jumlah tenaga harian
lulusan SD
9
ThSmp
Numeric
2
Jumlah tenaga harian
lulusan SMP
10 ThSma
Numeric
2
Jumlah tenaga harian
lulusan SMA
11 ThPt
Numeric
2
Jumlah tenaga harian
lulusan PT
12 TbSd
Numeric
2
Jumlah tenaga
borongan lulusan SD
13 TbSmp
Numeric
2
Jumlah tenaga
borongan lulusan SMP
14 TbSma
Numeric
2
Jumlah tenaga
borongan lulusan SMA
15 TbPt
Numeric
2
Jumlah tenaga
borongan lulusan PT
3.
Nama
: Pemasaran
Primary Key : Nomor
Foreign Key : Pemohon (Nomor)
[image:39.595.109.518.522.670.2]Fungsi
: Untuk menyimpan data-data tentang pemasaran pemohon
Tabel 3.3. Pemasaran
No
Field
Data Type
Length
Constraint
Keterangan
1
Nomor
Varchar
10
PK,FK
Nomor Pemohon
2
TmpPem
Varchar
15
Tempat
pemasaran
3
CrPem
Varchar
15
Cara pemasaran
4
DrhPem
Varchar
15
Daerah pemasaran
5
Ekspor
Varchar
25
Ekspor ke negara
4.
Nama
: Administrasi
Primary Key : Nomor
Foreign Key : Pemohon (Nomor)
[image:40.595.114.512.227.709.2]Fungsi
: Untuk menyimpan data-data administrasi pemohon
Tabel 3.4. Administrasi
No
Field
Data Type
Length Constraint
Keterangan
1
Nomor
Varchar
10
PK,FK
Nomor Pemohon
2
Rjp
Varchar
10
Rencana jangka
panjang
3
Rka
Varchar
10
Rencana kerja dan
anggaran
4
Pa
Varchar
10
Pengerjaan
Administrasi
5
CatKeuangan
Varchar
10
Catatan Keuangan
6
Rpd1
Varchar
50
Rencana penggunaan
dana pinjaman
7
Rpd2
Varchar
50
Rencana penggunaan
dana pinjaman
8
Rpd3
Varchar
50
Rencana penggunaan
dana pinjaman
9
Rpd4
Varchar
50
Rencana penggunaan
dana pinjaman
10 Rpd5
Varchar
50
Rencana penggunaan
dana pinjaman
11 DanaPinjaman
Numeric
8,2
Jumlah dana
pinjaman
12 Lama
Numeric
1
Lama pinjaman
13 Jaminan
Varchar
25
Jaminan
14 Jml1
Money
Jumlah penggunaan
dana pinjaman
15 Jml2
Money
Jumlah penggunaan
dana pinjaman
16 Jml3
Money
Jumlah penggunaan
dana pinjaman
17 Jml4
Money
Jumlah penggunaan
dana pinjaman
18 Jml5
Money
Jumlah penggunaan
34
5.
Nama
: Perijinan
Primary Key : Nomor
Foreign Key : Pemohon (Nomor)
Fungsi
: Untuk menyimpan data-data tentang perijinan pemohon
Tabel 3.5. Perijinan
No
Field
Data Type
Length Constraint
Keterangan
1
Nomor
Varchar
10
PK,FK
Nomor Pemohon
2
Ijin1
Varchar
50
Perijinan yang dimiliki
3
Ijin2
Varchar
50
Perijinan yang dimiliki
4
Ijin3
Varchar
50
Perijinan yang dimiliki
5
Ijin4
Varchar
50
Perijinan yang dimiliki
6
Ijin5
Varchar
50
Perijinan yang dimiliki
7
Ijin6
Varchar
50
Perijinan yang dimiliki
8
Ijin7
Varchar
50
Perijinan yang dimiliki
9
Ijin8
Varchar
50
Perijinan yang dimiliki
6.
Nama
: BidUsaha
Primary Key : Nomor
Foreign Key : Pemohon (Nomor)
[image:41.595.107.516.222.438.2]Fungsi
: Untuk menyimpan data-data tentang usaha pemohon
Tabel 3.6. Data Usaha
No
Field
Data Type Length Constraint
Keterangan
1
Nomor
Varchar
10
PK,FK
Nomor pemohon
2
BtkUsh
Varchar
15
Bentuk usaha
3
AlmUsh
Varchar
50
Alamat tempat usaha
4
KotaUsh
Varchar
35
Kota tempat usaha
No
Field
Data Type Length Constraint
Keterangan
6
StatTmpUsh
Varchar
15
Status tempat usaha
7
BidUsh
Varchar
15
Bidang usaha
8
Npwp
Varchar
20
Nomor Pokok Wajib
Pajak
9
Mulaith
Numeric
4
Mulai usaha
10 Prod1
Varchar
50
Produk yang dihasilkan
11 Prod2
Varchar
50
Produk yang dihasilkan
12 Prod3
Varchar
50
Produk yang dihasilkan
13 Alat1
Varchar
50
Alat yang dimiliki
14 Alat2
Varchar
50
Alat yang dimiliki
15 Alat3
Varchar
50
Alat yang dimiliki
16 Jalat1
Numeric
2
Jumlah alat
17 Jalat2
Numeric
2
Jumlah alat
18 Jalat3
Numeric
2
Jumlah alat
19 Omset
Numeric
8,2
Omset per bulan
7.
Nama
: Pengembalian
Primary Key : Nomor, Bulan, Tahun
Foreign Key : Pemohon (Nomor), User (Uid)
[image:42.595.103.516.557.720.2]Fungsi
: Untuk menyimpan data-data tentang pengembalian dana
Tabel 3.7. Pengembalian Dana Pinjaman
No
Field
Data Type
Length
Constraint
Keterangan
1
Nomor
Varchar
10
PK,FK
Nomor
2
Uid
Numeric
6
FK
User Id
3
Bulan
Datetime
PK
Bulan pengembalian
4
Tahun
Datetime
PK
Tahun pengembalian
5
Jumlah
Numeric
8,2
Jumlah pengembalian
6
Status
Varchar
25
Status pengembalian
36
8.
Nama
: Penetapan
Primary Key : Nomor
Foreign Key : Pemohon (Nomor), User(Uid)
Fungsi
: Untuk menyimpan data-data tentang pemohon yang akan
disalurkan dananya.
Tabel 3.8. Penetapan Pemohon
No
Field
Data Type Length Constraint
Keterangan
1
Uid
Numeric
6
FK
User Id
2
Nomor
Varchar
10
PK,FK
Nomor pemohon
3
Tgl
Datetime
Tanggal penetapan
4
JmlDana
Numeric
8,2
Jumlah dana yang ditetapkan
5
Bunga
flaot
Bunga pinjaman per tahun
6
Cicilan
Money
Jumlah Cicilan per bulan
9.
Nama
: Alternatif
Primary Key : Nomor
Foreign Key : Pemohon (Nomor)
Fungsi
: Untuk menyimpan data alternatif
Tabel 3.9. Alternatif
No
Field
Data Type
Length
Constraint
Keterangan
1
Nomor
Varchar
10
PK,FK
Nomor pemohon
2
Bobot
Float
Bobot alternatif
10.
Nama
: Kriteria
Primary Key : IdKrt
Foreign Key : -
Tabel 3.10. Kriteria
No
Field
Data Type
Length
Constraint
Keterangan
1
IdKrt
Varchar
3
PKFK
Id kriteria
2
Nama
Varchar
35
Nama kriteria
3
Bobot
Float
Bobot kriteria
11.
Nama
: AHP
Primary Key : Nomor, IdKrt
Foreign Key : Pemohon (Nomor), Kriteria (IdKrt)
Fungsi
: Untuk menyimpan data dari proses pembobotan alternatif
terhadap kriteria
Tabel 3.11. Proses Bobot Alternatif Terhadap Kriteria
No
Field
Data Type Length Constraint
Keterangan
1
Nomor
Varchar
10
PK,FK
Nomor pemohon
2
IdKrt
Varchar
3
PK,FK
Id Kriteria
3
Bobot
Float
Bobot alternatif per kriteria
12.
Nama
: User
Primary Key : Uid
Foreign Key : -
Fungsi
: Untuk menyimpan data User
Tabel 3.12. User
No
Field
Data Type
Length
Constraint
Keterangan
1
Uid
Numeric
6
PK
Id user
2
NIK
Varchar
15
Nomor induk karyawan
3
Nama
Varchar
35
Nama user
4
Pass
Float
Password user
4.1.
Instalasi Program
Sebelum mengimplementasi dan menjalankan program aplikasi Sistem
Pendukung Keputusan Pemberian Pinjaman Modal Untuk Usaha Kecil tersebut
maka komponen-komponen utama komputer yang akan mendukung setiap proses
harus sudah terpasang.
4.1.1.
Kebutuhan perangkat keras
Kebutuhan perangkat keras minimal yang dibutuhkan untuk
mengimplementasi dan menjalankan program aplikasi ini adalah:
a.
CPU Pentium II 333 MHz atau lebih.
b.
Memory minimum 64 MB.
c.
Harddisk minimum berkapasitas 7,5 GB.
d.
VGA Card 8 MB.
e.
Monitor SVGA dengan resolusi 800 x 600.
f.
Keyboard, mouse dan printer.
4.1.2.
Kebutuhan perangkat lunak
Kebutuhan perangkat lunak yang diperlukan untuk pembuatan program
aplikasi adalah:
a.
Microsoft Windows 98.
b.
Power Designer.
c.
Borland Delphi versi 5.0.
d.
Microsoft SQL Server 7.
39
4.2.
Implementasi Program
Setelah semua komponen-komponen komputer yang mendukung proses
aplikasi terinstall, proses selanjutnya adalah implementasi program. Implementasi
program merupakan tahap memanfaatkan program Aplikasi
Analytic Hierarchy
Process untuk pemilihan pemohon mana yang akan didahulukan. Ketika program
aplikasi pertama kali dijalankan, yang pertama kali tampil adalah Form User
Login.
4.2.1.
Login
Login
digunakan pengguna untuk masuk ke dalam program aplikasi.
Pengguna diminta menginputkan Username
dan Password
pada field
yang telah
disediakan. Setelah semua terisi, tekan tombol OK untuk mengecek
[image:47.595.230.396.597.689.2]Username
dan
Password
yang telah diinputkan. Bila Username
dan
Password
tidak terdaftar, maka akan timbul pesan kesalahan. Dalam contoh ini
Username-nya Admin dan Password-nya admin. Bila pengguna menginputkan
Username Admin tetapi Passwordnya selain admin, maka akan muncul pesan
kesalahan. Untuk membatalkan atau keluar dari Form User Login tekan tombol
Batal
.
Tampilan dari Form User Login
dan dialog box
pesan kesalahan login
dapat dilihat pada gambar 4.1 dibawah ini:
4.2.2.
Menu utama
Setelah proses login sukses, Form Utama akan tampil. Form ini berisi
menu-menu pilihan untuk menjalankan fasilitas yang terdapat di dalam program
ini. Bentuk tampilan Form Utama dapat dilihat pada gambar 4.2
Gambar 4.2 Form Menu Utama
4.2.3.
Menu input data pemohon
41
[image:49.595.114.512.137.426.2]menyimpan dan tekan tombol hapus jika akan menghapus. Tampilannya dapat
dilihat pada gambar 4.3 berikut:
Gambar 4.3. Tampilan Input Data Pemohon
4.2.4.
Proses Analytical Hierarchy Process
Gambar 4.4. Tampilan Input Kriteria dan Alternatif
43
Gambar 4.5. Tampilan Input Bobot Kriteria
Setelah terisi semua, lalu matrik tersebut dinormalisasi. Tampilannya
seperti pada gambar 4.6 dibawah ini:
[image:51.595.131.494.453.713.2]Setelah matrik normalisasi, lalu klik tombol lanjutkan untuk mencari
vektor eigen. Tampilannya seperti pada gambar 4.7 dibawah ini:
Gambar 4.7. Tampilan Matrik Vektor Eigen
Setelah mendapatkan prioritas dan nilai eigen, maka dapat dicari nilai
konsistensinya, seperti pada gambar 4.8 berikut ini:
45
Jika konsisten, maka akan muncul keterangan, seperti pada gambar 4.9
dibawah ini:
Gambar 4.9. Tampilan Keterangan
[image:53.595.113.522.381.672.2]Proses selanjutnya adalah proses input bobot alternatif. Pada proses ini
pengguna diminta untuk memasukkan nilai bobot perbandingan alternatif
berdasarkan kriteria yang ada. Tampilan input bobot alternatif dapat dilihat pada
gambar 4.10 dibawah ini.
Proses pengisian bobot alternatif hampir sama dengan proses pengisian
bobot kriteria tapi pada proses pengisian bobot alternatif pengguna diminta untuk
memasukkan nilai bobot alternatif berdasarkan kriteria yang dibandingkan.
Pengguna diminta untuk memasukkan sebanyak jumlah kriteria yang ada. Pada
tiap perpindahan pengisian ke alternatif lain dilakukan pengecekan indeks
inkonsistensi data. Jika konsisten maka dapat melanjutkan ke alternatif lain,
seperti pada gambar 4.11 berikut ini.
Gambar 4.11. Tampilan Keterangan Data Konsisten
Jika tidak akan muncul tampilan seperti pada gambar 4.12 berikut ini, dan
diharuskan mengisi kembali nilai bobot alternatif berdasarkan kriteria tersebut.
Gambar 4.12. Tampilan Keterangan Data Tidak Konsisten
[image:54.595.224.400.481.566.2]47
4.13. Tampilan Prioritas Global
[image:55.595.131.496.83.345.2]Pada Form Prioritas Global pada gambar 4.13 diatas, akan tampak vektor
prioritas secara keseluruhan. Dapat diambil kesimpulan dari gambar 4.13 diatas
tabel bobot prioritas bahwa pemohon dengan nomor TEL701 mendapat prioritas
utama dan selanjutnya nomor TEL702 mendapat prioritas kedua begitupun
seterusnya berdasarkan bobot prioritas diatas.
Vektor prioritas global ini
merupakan proses terakhir dari proses analisis AHP.
4.2.5.
Proses penetapan pemohon
Gambar 4.14. Tampilan Proses Penetapan Pemohon
4.2.6.
Grafik
[image:56.595.112.513.540.699.2]Grafik hasil perhitungan proses analisis AHP yang telah dilakukan oleh
pengguna dapat dilihat dengan menggunakan menu grafik. Menu ini mempunyai
dua submenu yaitu grafik bobot kriteria dan grafik bobot prioritas global.
Tampilan grafik seperti pada gambar 4.15 dan 4.16 dibawah ini.
49
Gambar 4.16. Grafik Bobot Prioritas Global
4.2.7.
Laporan
Dari proses yang telah dilakukan maka dihasilkan beberapa keluaran
berupa laporan tentang proses hasil AHP, seperti pada gambar 4.17 dibawah ini:
[image:57.595.113.523.382.677.2]Gambar 4.17 merupakan laporan dari proses akhir perhitungan AHP,
sehingga didapat bobot prioritas terhadap alternatif yang dimasukkan.
Gambar 4.18. Laporan Bobot Kriteria
Gambar 4.18 merupakan laporan dari proses input bobot kriteria, sehingga
didapat bobot prioritas terhadap kriteria yang dimasukkan.
4.3.
Evaluasi Program
51
Syaiful Ashar, Retno Haruminingsih, Andreas Wahyu Saputra, Suyanto, Adi
Sujianto.
[image:59.595.113.512.191.481.2]Dari evaluasi program aplikasi proses analisis AHP yang dilakukan di
dapat suatu hasil perhitungan sebagai berikut:
Gambar 4.19. Input Bobot Awal Matrik Kriteria
Gambar 4.20. Hasil Proses Penghitungan Bobot Kriteria
Dari proses perhitungan kriteria seperti pada gambar 4.20 menunjukan
bahwa adminsitrasi memiliki bobot tertinggi yaitu 39,2 %, kedua bidang usaha
dengan bobot 24,7 %, ketiga pemasaran dengan bobot 17,1 %, keempat perijinan
dengan bobot 14 %, dan yang terakhir struktur organisasi dengan bobot 5 %.
53
Gambar 4.21. Proses Input Persepsi Bobot Alternatif Tiap Kriteria
Setelah melalui proses tersebut maka diperoleh hasil seperti pada gambar
4.22 dibawah ini:
[image:61.595.130.493.455.717.2]Dari data-data hasil pengujian program aplikasi AHP di atas dapat
dihasilkan suatu analisis mengenai hal-hal yang mempengaruhi dalam pemilihan
pemohon mana yang didahulukan seperti pada gambar 3.22.
BAB V
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Dari hasil evaluasi dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.
Kriteria administrasi yang memiliki nilai bobot prioritas tertinggi,
pengaruhnya terhadap suatu alternatif lebih besar dibanding kriteria yang lain,
karena nilai bobot prioritas kriteria sangat mempengaruhi nilai bobot prioritas
alternatif. Semakin tinggi nilai bobot prioritas suatu kriteria, maka semakin
besar pula pengaruhnya terhadap alternatif.
2.
Penerapan model pendukung keputusan Analytic Hierarchy Process (AHP)
dalam program aplikasi ini akan membantu seorang pengambil keputusan
untuk menentukan pemohon mana yang didahulukan, karena waktu yang
digunakan untuk pengambilan keputusan menjadi lebih cepat dan data yang
dihasilkan menjadi lebih akurat.
5.2.
Saran
Model pengambilan keputusan Analytical Hierarchy Process tidak hanya
digunakan dalam permasalahan ini, tapi dapat dikembangkan untuk pengambilan
keputusan yang lain, dengan syarat permasalahan tersebut memiliki beberapa
alternatif dan beberapa kriteria.
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Permadi S, SE, 1992, “AHP”, Pusat Antar Universitas – Studi Ekonomi
Universitas Indonesia, Jakarta.
Dadan Umar Dhaini, 2001, Komputerisasi Pengambilan Keputusan, PT. Elex
Media Komputindo, Jakarta.
Fathansyah, Ir., 2002, Basis Data, CV. Informatika, Bandung.
Kadarsah Suryadi, Dr. Ir, dan M. Ali Ramdhani, Ir, M.T, 1998, Sistem Pendukung
Keputusan Suatu Wacana Struktural Idealisasi dan Implementasi Konsep
Pengambilan Keputusan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Kendall, Kenneth E. dan Kendall, Julie E., 2003, Analisis dan Perancangan
Sistem, Pearson Education Asia Pte. Ltd. dan PT Prenhallindo, Jakarta.
Thomas L. Saaty, 1993, Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, PT.
57
BIODATA PENULIS
Nama
: Bayu Andy Lesmana
Alamat
: Griya Kebraon Utara Blok W -
22 Surabaya (60222)
Tempat / Tgl. Lahir : Surabaya, 08 Januari 1980
Telepon
: (031) 7666767
Riwayat Pendidikan :
1.
SD Negeri Ciujung II - Bandung
Lulus Tahun 1992.
2.
SMP Negeri 7 - Bandung
Lulus Tahun 1995.
3.
SMA Negeri 9 - Surabaya
Lulus Tahun 1998.
Lampiran 1. Data Hasil Survey.
1.
Data Pemohon.
59
Lampiran 2. Listing Program.
unit mstAltKrt;
interface
uses
Windows, Messages, SysUtils, Classes, Graphics, Controls, Forms, Dialogs,
jpeg, ExtCtrls, StdCtrls, Grids, DBGrids, Buttons;
type
61
Shape10: TShape; btnTutup: TSpeedButton; kbs7: TShape; kbs5: TShape; kbs3: TShape; Shape12: TShape; kbs4: TShape; kbs6: TShape; kbs8: TShape; kbs10: TShape; L9: TLabel; L7: TLabel; L5: TLabel; L3: TLabel; L1: TLabel; L2: TLabel; L4: TLabel; L6: TLabel; L8: TLabel; L10: TLabel; T10: TShape; Shape29: TShape; Label6: TLabel; Label7: TLabel; Label8: TLabel; Label9: TLabel;procedure txtKdKtrKeyDown(Sender: TObject; var Key: Word; Shift: TShiftState);
procedure txtNmKtrKeyDown(Sender: TObject; var Key: Word; Shift: TShiftState);
procedure btnHirarkiClick(Sender: TObject); procedure FormActivate(Sender: TObject); procedure btnInAltClick(Sender: TObject); procedure DBGrid1DblClick(Sender: TObject); procedure btnTutupClick(Sender: TObject); procedure DBGrid2DblClick(Sender: TObject); procedure DBGrid3DblClick(Sender: TObject); private
{ Private declarations } public
{ Public declarations } end; var frmAltKrt: TfrmAltKrt; implementation Uses MasterData; {$R *.DFM}
procedure TfrmAltKrt.txtKdKtrKeyDown(Sender: TObject; var Key: Word;
Shift: TShiftState); begin
if key = 13 then begin With DataModul do begin
Query.Close; Query.SQL.Clear;
Query.Parameters.ParamByName('Kd').Value := txtKdKtr.Text; Query.Open;
if Query.RecordCount <> 0 then begin
if Application.MessageBox('Data Sudah Ada, Apakah Akan Dikoreksi ?','Konfirmasi',Mb_YesNo+MB_IconQuestion)=IdYes then begin txtNmKtr.Text := Query.FieldByName('NmKriteria').AsString; txtNmKtr.SetFocus; end end else txtNmKtr.SetFocus; end end end;
procedure TfrmAltKrt.txtNmKtrKeyDown(Sender: TObject; var Key: Word;
Shift: TShiftState); begin
if key = 13 then begin With DataModul do begin
if qryKriteria.RecordCount < 10 then begin
Perintah.CommandText := 'Insert into kriteria(idkrt,nama) values(:Kd,:Nm)';
Perintah.Parameters.ParamByName('Kd').Value := txtKdKtr.Text;
Perintah.Parameters.ParamByName('Nm').Value := txtNmKtr.Text;
Perintah.Execute; qryKriteria.Close; qryKriteria.Open; btnHirarki.Click;
end
else begin
Application.MessageBox('Kriteria Tidak Boleh Lebih dari 10','Peringatan',0+MB_IconError);
end;
txtKdKtr.Text := ''; txtNmKtr.Text := ''; txtKdKtr.SetFocus; end;
end end; end;
procedure TfrmAltKrt.FormActivate(Sender: TObject); begin
btnHirarki.Click; end;
procedure TfrmAltKrt.btnInAltClick(Sender: TObject); begin
With DataModul do begin
Query.Close; Query.SQL.Clear;
Query.SQL.Text := 'Select Nomor from Alternatif Where Nomor=:nm';
Query.Parameters.ParamByName('nm').Value := qryPemohon.FieldByName('Nomor').AsString;
Query.Open;
63
Perintah.CommandText := 'Insert into Alternatif(Nomor) values(:Nm)';
Perintah.Parameters.ParamByName('Nm').Value := qryPemohon.FieldByName('Nomor').AsString;
Perintah.Execute; qryAlternatif.Close; qryAlternatif.Open; btnHirarki.Click;
Perintah.CommandText := 'Update Pemohon Set Status=:st Where Nomor=:nm';
Perintah.Parameters.ParamByName('St').Value := 'AHP'; Perintah.Parameters.ParamByName('Nm').Value :=
qryPemohon.FieldByName('Nomor').AsString;
Perintah.Execute; qryPemohon.Close; qryPemohon.Open; end
else begin
Application.MessageBox('Alternatif Tidak Boleh Lebih dari 10 atau Data Sudah Ada!','Peringatan',0+MB_IconError);
end; end; end;
procedure TfrmAltKrt.DBGrid1DblClick(Sender: TObject); begin
BtnInAlt.Click; end;
procedure TfrmAltKrt.btnTutupClick(Sender: TObject); begin
Close; end;
procedure TfrmAltKrt.DBGrid2DblClick(Sender: TObject); begin
With DataModul do begin
If Application.MessageBox('Apakah Data Akan Dihapus ?','Konfirmasi',MB_YesNo+MB_IconQuestion) = IdYes then begin Perintah.CommandText := 'Delete From Kriteria where IdKrt=:Kd';
Perintah.Parameters.ParamByName('kd').Value := Dbgrid2.Fields[0].AsString;
Perintah.Execute; qryKriteria.Close; qryKriteria.Open; end;
btnHirarki.Click; end
end;
procedure TfrmAltKrt.DBGrid3DblClick(Sender: TObject); begin
With DataModul do begin
If Application.MessageBox('Apakah Data Akan Dihapus ?','Konfirmasi',MB_YesNo+MB_IconQuestion) = IdYes then begin Perintah.CommandText := 'Delete From Alternatif where Nomor=:Kd';
Perintah.Parameters.ParamByName('kd').Value := Dbgrid3.Fields[0].AsString;
Perintah.Execute; qryAlternatif.Close; qryAlternatif.Open; Perintah.CommandText := 'Update Pemohon Set Status=:st Where Nomor=:Kd ';
Perintah.Parameters.ParamByName('kd').Value := Dbgrid3.Fields[0].AsString;
Perintah.Execute; qryAlternatif.Close; qryAlternatif.Open; qryPemohon.Close; qryPemohon.Open; end; btnHirarki.Click; end end; end. unit bbtAlt; interface uses
Windows, Messages, SysUtils, Classes, Graphics, Controls, Forms, Dialogs,
StdCtrls, ExtCtrls, Grids, Buttons, jpeg, TeeProc